Modul 1 kb 2 masalah kebidanan komunitas, strategi pelayanan komunitas, konsep keluarga di komunitas
1. ASKEB KOMUNITAS
MODUL
KONSEP ASUHAN KEBIDANAN KOMUNITAS, TUGAS DAN
TANGGUNGJAWAB BIDAN DI KOMUNITAS, ASUHAN
KEBIDANAN DI KOMUNITAS
Pusat Pendidikan dan Pelatihan Tenaga Kesehatan
Badan Pengembangan dan Pemberdayaan Sumber Daya Manusia
Jakarta 2015
Rahayu Budi Utami
Australia Indonesia Partnership for
Health Systems Strengthening
(AIPHSS)
SEMESTER 5
KEGIATAN BELAJAR II
STRATEGI PELAYANAN KOMUNITAS,
MASALAH KEBIDANAN KOMUNITAS,
KONSEP KELUARGA DI KOMUNITAS
2. Modul Pendidikan Jarak Jauh Pendidikan Tinggi Kesehatan
i
Kata
Pengantar
Puji dan syukur kami panjatkan kehadirat Allah
SWT, berkat rahmat dan bimbinganNya kami
dapat menyelesaikan Modul Asuhan Kebidanan
Komunitas ini. Modul ini disusun dengan harapan
dapat dijadikan sebagai bahan ajar untuk Mata
Kuliah Asuhan Kebidanan Komunitas bagi
mahasiswa yang mengikuti Pendidikan Jarak Jauh
Pendidikan Tinggi Kesehatan
Pada kesempatan ini tidak lupa kami mengucapkan
terima kasih kepada semua pihak yang telah
membantu dalam penyusunan modul ini. Kami
menyadari keterbatasan kami selaku penulis, oleh
karena itu demi pengembangan kreatifitas dan
penyempurnaan modul ini, kami mengharapkan
saran dan masukan dari pembaca maupun para
ahli, baik dari segi isi, istilah serta pemaparannya.
Semoga Allah SWT membalas budi baik semua pihak
yang telah memberi kesempatan, dukungan dan
bantuan dalam menyelesaikan usulan penelitian
ini. Akhir kata, semoga modul ini dapat member
manfaat bagi para pembaca. Aamiin.
Pontianak, Maret 2013
PENULIS
Gambar : Pengecekan cabang bayi
3. Modul Pendidikan Jarak Jauh Jenjang Diploma 3 Program Studi Kebidanan
1Pendahuluan
Assalamu’alaikum warahmatullahiwabarakatuh, salam sejahtera untuk Anda
semua. Semoga Allah SWT selalu melimpahkan rahmat dan hidayah-Nya kepada kita
semua. Aamiin.
Bidan merupakan salah satu tenaga kesehatan yang memiliki posisi penting dan
strategis terutama dalam penurunan Angka Kematian Ibu (AKI) dan angka kesakitan dan
kematian Bayi (AKB). Bidan memberikan pelayanan kebidanan yang berkesinambun-
gan dan paripurna, berfokus pada aspek pencegahan, promosi dengan berlAndaskan
kemitraan dan pemberdayaan masyarakat bersama-sama dengan tenaga kesehatan
lainnya untuk senantiasa siap melayani siapa saja yang membutuhkannya, kapan dan
dimanapun dia berada. Dalam hadapi tugas bidan tersebut maka Asuhan Kebidanan
Komunitas merupakan salah satu kompetensi yang harus dimiliki oleh seorang Bidan
dalam rangka memberikan pelayanan secara komperhensif pada keluarga, kelompok
dan masyarakat sesuai dengan budaya setempat. Asuhan Kebidanan Komunitas ini ter-
diri dari 4 modul dan 4 pedoman praktikum.
Modul ini adalah 1 dari 4 modul yang harus Anda pejari dan kuasai. Pada modul
I ini, kita akan mempelajari Konsep Dasar Kebidanan Komunitas, Tugas dan Tanggung
Jawab Bidan di Komunitas dan Asuhan Kebidanan di Komunitas. Modul 1 ini mem-
bahas tentang pengertian/ definisi konsep, riwayat kebidanan komunitas di Indonesia
dan beberapa negara lain, sasaran kebidanan di komunitas, tujuan asuhan kebidanan
di komunitas, bagaimana bidan bekerja di komunitas, jaringan kerja kebidanan komu-
nitas, tugas utama dan tugas tambahan bidan di komunitas, asuhan antenatal, asuhan
intranatal, asuhan postnatal, asuhan kontrasepsi, asuhan pada lansia, asuhan bayi baru
lahir, asuhan pada bayi dan balita di komunitas.
Untuk memudahkan Anda mempelajarinya, perlu Anda ketahui bahwa modul ini mer-
upakan modul ke 1 dari 4 modul yang ada dan masing-masing modul dikemas dalam
tiga atau empat kegiatan belajar. Alokasi waktu untuk tiap kegiatan belajar 2 jam, seh-
ingga untuk menyelesaikan modul 1 ini diperlukan waktu 8 jam. Empat kegiatan belajar
tersebut, disusun dengan urutan sebagai berikut :
Kegiatan Belajar 1 : Konsep kebidanan, tugas dan tanggung jawab bidan di ko-
munitas
Kegiatan Belajar 2 : Masalah kebidanan komunitas, strategi pelayanan kebidanan
komunitas, konsep keluarga
Kegiatan Belajar 3 : Asuhan antenatal, intranatal, postnatal, kontrasepsi, lansia di
komunitas
Kegiatan Belajar 4 : Asuhan bayi baru lahir, bayi dan balita di komunitas.
Setelah mempelajari modul ini Anda akan dapat 1).Menyebutkan pengertian/
definisi konsep, komunitas, kebidanan, kebidanan komunitas. 2).Menjelaskan riwayat
kebidanan komunitas di Indonesia dan beberapa negara lain, 3).Menyebutkan sasaran
kebidanan di komunitas, 3). Menyebutkan tujuan kebidanan di komunitas, 4).Menjelas-
kan bagaimana bidan bekerja di komunitas, 5).Faktor yang mempengaruhi kebidanan
komunitas. 6).Menjelaskan jaringan kerja kebidanan komunitas, 7). Menjelaskan tugas
dan tanggung jawab bidan di komunitas. 8).Mampu memberikan asuhan kebidanan an-
4. Modul Pendidikan Jarak Jauh Pendidikan Tinggi Kesehatan
2
tenatal, intranatal, post natal, asuhan kontrasepsi, lansia di komunitas, 9). Mampu mem-
berikan asuhan pada bayi baru lahir, bayi, balita di komunitas.
Proses pembelajaran untuk materi konsep kebidanan komunitas, tugas dan tang-
gung jawab bidan di komunitas yang sedang Anda ikuti, dapat berjalan dengan lebih
lancar apabila Anda mengikuti langkah-langkah belajar sebagai berikut :
1. Pahami dulu mengenai berbagai materi-materi penting yang merupakan pra
syarat dalam mempelajari modul ini antara lain:
a. Ketrampilan Dasar Kebidanan I
b. Konsep Kebidanan
c. Ketrampilan Dasar Kebidanan II
d. Etikolegal dalam Praktik Kebidanan
e. Asuhan Kebidanan Kehamilan
f. Asuhan Kebidanan Persalinan dan BBL
g. Asuhan Kebidanan Nifas dan Menyusui
h. Asuhan Kebidanan Neonatus, Bayi, Balita dan Anak Pra Sekolah
2. Pelajari kegiatan belajar ini secara berurutan, mulai dari kegiatan belajar satu
sampai kegiatan belajar empat.
3. Keberhasilan proses pembelajaran Anda dalam materi ini , sangat tergantung ke
pada kesungguhan Anda dalam mengerjakan latihan. Berlatihlah secara mandiri
atau berkerlompok dengan teman yang lain.
4. Bila Anda mengalami kesulitan, Anda bisa menghubungi fasilitator yang ditunjuk
untuk mengampu materi ini.
Semua materi yang dibahas di dalam modul ini sangat Anda perlukan, dalam
rangka mencapai salah satu kompetensi bidan yaitu melakukan asuhan kebidanan di
komunitas. Akhirnya saya ucapkan selamat belajar, semoga sukses dalam mempela-
jarinya materi dalam modul ini dan selamat untuk mengikuti modul berikutnya.
5. Modul Pendidikan Jarak Jauh Jenjang Diploma 3 Program Studi Kebidanan
3
Kegiatan
Belajar 2
Tujuan Pembelajaran Umum
120 menit
Pelayanan kebidanan komunitas merupakan upaya yang dilakukan bidan untuk
pemecahan terhadap masalah kesehatan Ibu dan Anak Balita dalam keluarga dan mas-
yarakat. Banyak masalah kebidanan yang terjadi di komunitas. Kematian ibu dan bayi,
kehamilan remaja, unsafe abortion, tingkat kesuburan, pertolongan persalinan oleh
tenaga non kesehatan dan perilaku dan sosial budaya yang berpengaruh pada pelayanan
kebidanan komunitas merupakan masalah-masalah kebidanan komunitas. Pelayanan
kebidanan profesional yang ditujukan pada masyarakat ditekankan pada kelompok
resiko tinggi dalam upaya pencapaian derajat kesehatan yang optimal melalui pencega-
han penyakit, peningkatan kesehatan, menjamin keterjangkauan pelayanan kesehatan
yang dibutuhkan dan melibatkan klien sebagai mitra dalam perencanaan, pelaksana
dan evaluasi pelayanan kebidanan.
Sebagai bidan komunitas, dalam menjalankan tugas ia merupakan komponen
dan bagian dari masyarakat desa dimana ia bertugas. Selain dituntut dapat member-
ikan asuhan bermutu tinggi dan komprehensif, seorang bidan harus dapat mengenal
masyarakat sesuai budaya setempat dengan sebaik-baiknya, mengadakan pendekatan
dan bekerjasama dalam memberikan pelayanan, sehingga masyarakat dapat menyadari
masalah kesehatan yang dihadapi serta ikut secara aktif dalam menanggulangi masalah
kesehatan baik untuk individu mereka sendiri maupun keluarga dan masyarakat seki-
tarnya.
Pada kegiatan belajar 2 ini Anda akan mempelajari masalah kebidanan komu-
nitas yang ada di masyarakat, strategi pelayanan kebidanan dan konsep keluarga. Hal
ini sangat penting bagi bidan dalam memberikan pelayanan yang komprehensip dan
menyeluruh dari semua area lapisan masyarakat sehingga kita dapat mengetahui beta-
pa dibutuhkannya pelayanan kebidanan yang dilakukan komunitif oleh bidan karena
akan banyak membawa pengaruh positif dan mengurangi adanya intervensi yang tidak
perlu.
Tujuan Pembelajaran Khusus
MASALAH KEBIDANAN KOMUNITAS, STRATEGI
PELAYANAN KEBIDANAN KOMUNITAS, KONSEP
KELUARGA
Setelah menyelesaikan unit kegiatan belajar 2 diharapkan Anda dapat memahami ten-
tang masalah kebidanan komunitas, strategi pelayanan kebidanan komunitas, konsep
keluarga,.
Setelah kegiatan belajar mengajar diharapkan Anda mampu :
1. Menjelaskan masalah kebidanan di komunitas.
2. Mengidentifikasi Perilaku dan Sosial Budaya yang Berpengaruh pada Pelayanan
kebidanan Komunitas
3. Menjelaskan strategi pelayanan kebidanan komunitas
4. Menjelaskan konsep keluarga.
6. Modul Pendidikan Jarak Jauh Pendidikan Tinggi Kesehatan
4
Pokok - Pokok Materi
Untuk memahami Konsep Dasar Kebidanan Komunitas, tugas dan tanggung jawab
Bidan di Komunitas dalam modul ini yang pertama kali Anda harus pahami adalah :
1. Angka kematian ibu dan bayi
2. Kehamilan remaja, dan Unsafe Abortion
3. Kejadian PMS
4. Tingkat kesuburan
5. Pertolongan persalinan oleh tenaga non kesehatan
6. Perilaku dan Sosial Budaya yang Berpengaruh pada Pelayanan kebidanan
Komunitas
7. Strategi pelayanan kebidanan komunitas
8. Konsep keluarga.
7. Modul Pendidikan Jarak Jauh Jenjang Diploma 3 Program Studi Kebidanan
5
Uraian
Materi
Gambar : Kematian ibu dan bayi
MENGAPA PERLU MENGETAHUI MASALAH KEBIDANAN KOMUNITAS?
Banyak masalah kebidanan yang terjadi di komunitas. Masalah tersebut antara lain
adalah Kematian ibu dan bayi, kehamilan remaja, unsafe abortion, tingkat kesuburan,
pertolongan persalinan oleh tenaga non kesehatan dan perilaku dan sosial budaya yang
berpengaruh pada pelayanan kebidanan komunitas. Angka kematian ibu di Indonesia
masih tetap tinggi walaupun sudah terjadi penurunan dari 307/100 ribu kelahiran hidup
(SDKI/2002/2003) menjadi 263/100.000 kelahiran hidup dibandingkan dengan angka
kematian ibu dinegara tetangga dekat. Kehamilan pada masa remaja dan menjadi
orang tua pada usia remaja berhubungan secara bermakna dengan resiko medis dan
psikososial, baik tehadap ibu maupun bayinya. Unsafe abortion adalah abortus yang
1. MASALAH KEBIDANAN KOMUNITAS.
dilakukan oleh orang yang tidak terlatih/
kompeten sehingga menimbulkan banyak
komplikasi bahkan kematian. Beberapa faktor
yang mempengaruhi tingkat kesuburan pada
wanita adalah:wanita karier, umur, obesitas,
gaya hidup dan pengaruh lingkungan. Faktor
yang mempengaruhi seorang ibu untuk
melahirkan dengan tenaga non kesehatan atau
dukun adalah Faktor ekonomi, keterbatasan
bidan di desa dan alasan jarak ke tempat
pelayanan. PMS adalah singkatan dari Penyakit
Menular Seksual,seperti Gonorrhea, Shypillis,
AIDS dan Herpes genitalis.
MASALAH-MASALAH KEBIDANAN APA SAJA YANG ADA DI MASYARAKAT?
a. Kematian ibu dan bayi
1) Kematian ibu
Angka kematian ibu di Indonesia lebih tinggi dibandingkan dengan kematian ibu di
ASEAN. Berdasarkan data SDKI (2007) 228/100.000 kelahiran hidup. Sedangkan angka
kematian bayi adalah 35/1000 kelahiran hidup. Angka kematian ibu di Thailand sebesar
129/100.000, Malaysia sebesar 39/100.000 dan Singapura sebesar 6/100.000. Diharapkan
pada tahun 2015 angka kematian ibu bisa ditekan hingga 115/100.000 kelahiran hidup.
8. Modul Pendidikan Jarak Jauh Pendidikan Tinggi Kesehatan
6
Kalau bicara tentang kematian ibu maka kita akan berfikir, apa penyebab kematian ibu?
Beberapa faktor yang dapat menyebabkan kematian ibu antara lain adalah:
Faktor risiko tinggi ialah faktor yang merupakan penyebab
langsung dari kematian ibu hamil dan bersalin serta bayi.
9. Modul Pendidikan Jarak Jauh Jenjang Diploma 3 Program Studi Kebidanan
7
Kriteria faktor risiko tinggi dapat Anda lihat pada diagram berikut :
Kriteria
Faktor
Risiko
Tinggi
Perdarahan selama kehamilan
Panas tinggi atau infeksi
Eklampsi atau rencana
kehamilan
Kelainan letak bayi dalam
kandungan
Kematian ibu paling banyak terjadi karena masalah perdarahan. Karena
itu, pemerintah juga mencoba membantu menekan AKI dan AKB
dengan menerapkan pengetahuan ke berbagai bidan dan ibu-ibu yang
hamil mengenai penggunaan tablet misoprostol dalam mencegah
perdarahan. Alternatif dari MNH ini ternyata mampu membuat ibu-ibu
hamil bisa mengerti. Penggunaan tablet itu berhasil mengatasi
perdarahan pada 92 persen persalinan tanpa bidan.
Beberapa faktor yang meletarbelakangi risiko kematian di atas
adalah kurangnya partisipasi masyarakat yang disebabkan :
Tingkat pendidikan ibu rendah
Kemampuan ekonomi keluarga rendah
Kedudukan sosial budaya yang tidak mendukung
Beberapa prilaku tidak mendukung juga bisa membawa risiko
Fakta yang ada
Sebanyak 16,6% perempuan menolak kehamilannya. Pasangan yang tidak
ingin anak lagi (4,6%) atau menunda punya anak (4%). Upaya aborsi sela-
lu menempatkan perempuan dalam situasi hidup dan mati. Selain jumlah
anemia ibu hamil sangat tinggi (40%), rendahnya partisipasi dalam program
keluarga berencana (KB) pasca persalinan (19,1%) mengakibatkan kehami-
lan yang tidak diinginkan.
10. Modul Pendidikan Jarak Jauh Pendidikan Tinggi Kesehatan
8
2) Kematian Bayi
Angka kematian bayi baru lahir di Indonesia menurut The World Health Re-
port 2005 adalah 20/1.000 kelahiran hidup (SDKI 2002/2003). Berarti seti-
ap hari ada 246 bayi meninggal, setiap jam 10 bayi baru lahir meninggal
dan setiap tahun ada 89.770 bayi baru lahir meninggal. Dibandingkan den-
gan negeri tetangga, Filipina hanya 18/1.000, Srilanka hanya 11/1.000, dan
Singapura 1/1.000. Kematian bayi lahir sebesar 79% terjadi setiap Minggu
pertama kelahiran terutama pada saat persalinan. Sebanyak, 54 % terja-
di kematian ditingkatan keluarga dan sebagaian besar tidak memperoleh
layanan rujukan.
Apa penyebab utama kematian bayi baru lahir? Silahkan Anda perhatikan
diagram berikut.
Diagram 1. Penyebab Utama Kematian BBL
Da diagram di atas, apa yang dapat Anda simpulkan? tuliskan!
11. Modul Pendidikan Jarak Jauh Jenjang Diploma 3 Program Studi Kebidanan
9
b. Kehamilan pada masa remaja
Apa saja faktor-faktor yang
dapat mengakibatkan
meningkatnya risiko kehamilan
dan kehidupan keluarga yang
kurang baik?
Gambar 2. Remaja
1) Kondisi fisiologis dan psikososial intrinsik remaja,
2) Faktor-faktor sosiodemografi seperti kemiskinan, pendidikan yang
rendah, belum menikah, dan asuhan pranatal yang tidak adekuat.
Dari sudut kesehatan obstetri, hamil pada usia remaja memberi resiko kom-
plikasi yang mungkin terjadi pada ibu dan anak seperti : anemia, pre-eklam-
sia, eklamsia, abortus, partus prematurus, kematian perinatal, perdarahan
dan tindakan opetatif obstetric lebih sering dibandingkan kehamilan pada
golongan usia 20 tahun keatas.
Fakta yang ada
Penelitian di bagian obstetri dan Ginekologi RSCM.FKUI. 1948 mendapat-
kan kejadian patologi kehamilan usia remaja 22,31 permil dibandingkan de
ngan di usia 20-30 tahun sebesar 8,36 permil ; angka kematian perinatal
109,68 permil dibandingkan 51,54 permil dan resiko kehamilan dan persali-
nannya 2,4 kali lebih tinggi pada kehamilan remaja dibandingkan kehamilan
di usia 20-30 tahun. Kehamilan usia remaja memberikan gambaran bah-
wa perempuan tersebut baru memperoleh pendidikan 9 tahun, tamat SLTP
atau putus sekolah SLTA hal ini akan mempengaruhi banyak hal seperti per-
awatan anak, pendidikan anak, pengembangan fisik serta mental anak dan
juga kehidupan social keluarga secara keseluruhan.
12. Modul Pendidikan Jarak Jauh Pendidikan Tinggi Kesehatan
10
Gejala yang sering kita lihat dan kemudian menimbulkan masalah adalah:
a) Hubungan seks pranikah. Ketidaksiapan remaja mengatasi kehamilan yang
diakibatkannya,telah memicu masalah yang luas:tindakan aborsi,tindakan
kekejaman terhadap bayi yang baru dilahirkanatau masalah dalam perawatan
anak.Dampak social lain adalah adopsi oleh orang tua remaja dengan
konsekuensi social dan tambahan beban ekonomis.
b) Ketakutan yang tidak wajar. Misalnya gadis remaja yang ketakutan selaput
daranya robek akibat olah raga, remaja pria yang merasa berdosa dan depresif
karena melakukan masturbasi/onani
c) Gangguan kesehatan akibat ketidaktahuan, disertai kurangnya pengendalian diri
dan kurangnya bimbingan
d) Tingkat kebugaran yang rendah. Lambatnya perkembangan prestasi olahraga
merupakan salah satu indikasi dari derajat kesegaran jasmani kelompok remaja
Dari gejala yang tampak, masalah remaja dapat dikelompokkan dalam 3 katagori:
Bagan 5. Masalah Remaja
Kurangnya pengetahuan seks dan kehidupan rumah tangga serta adanya
istiadat yang merasa malu kawin tua (perawan tua) menyebabkan mening-
katnya perkawinan dan kehamilan usia remaja. UU perkawinan no 1 1974
dengan usia kawin perempuan 16 tahun menyebabkan perkawinan sah
meningkat. Temuan Biro Pusat Statistik 1980 bahwa 6,40 % perempuan
menikah pertama kali pada usia 16 tahun, 23,89 % usia 17-18 tahun dan
39,70% menikah pada usia 19 tahun.
13. Modul Pendidikan Jarak Jauh Jenjang Diploma 3 Program Studi Kebidanan
11
Salah satu resiko dari seks pranikah atau seks bebas pada remaja adalah terjadi
kehamilan yang tidak diharapkan ( KTD ).
Dua hal yang bisa dan biasa dilakukan remaja jika
mengalami KTD yaitu :
Mempertahankan kehamilan dengan
risiko:
a) Resiko fisik. Kehamilan pada usia dini
bisa menimbulkan kesulitan dalam
persalinan seperti perdarahan, bahkan
bisa sampai pada kematian.
b) Resiko psikis atau psikologis. Ada
kemungkinan pihak perempuan menjadi
ibu tunggal karena pasangan tidak mau
menikahinya atau tidak
mempertanggungjawabkan
perbuatannya.
c) Resiko sosial.salah satu resiko social
adalah berhenti atau putus sekolah atas
kemauan sendiri dikarenakan merasa
malu atau cutimelahirkan.
d) Resiko ekonomi. Merawat kehamilan,
melahirkan melahirkan bayinya atau
anaknya yang membutuhkan biaya
yang besar.
Mengakhiri kehamilan (aborsi) dengan risiko:
a) Resiko fisik. Perdarahan dan komplikasi lain
merupakan salah satu resiko aborsi. Aborsi
yang berulang selain bisa mengakibatkan
komplikasi juga bisa mnyebabkan
kamandulan. Aborsi yang dilakukan secara
yang tidak aman bisa berakibat fatal yaitu
kematian.
b) Resiko fsikis. Pelaku aborsi sering kali
mengalami perasaan-perasaan takut,
tertekan atau stress trauma mengingat
proses aborsi dan kesakitan.
c) Resiko social. Ketergantungan pada
pasangan sering kali menjadi lebih besar
karena perempuan merasa sudah tidak
perawan, pernah mengalami KTD dan
aborsi.
d) Resiko ekonomi. Biaya aborsi cukup tinggi,
bila terjadi komplikasi maka biaya
semangkin tinggi.
Angka aborsi di Indonesia diperkirakan mencapai 2,3 juta pertahun, seki-
tar 750.000 diantaranya dilakukan oleh remaja. Program kesehatan repro-
duksi yang dikembangkan pemerintah hanya untuk mereka yang sudah
menikah dan tidak merujuk pada kebuthan yang terkait dengan informa-
si seksualitas, edukasi dan penyediaan pelayanan. Diperlukan peraturan
yang lebih fleksibel agar pemerintah memberikan kekeluasaan pada lem-
baga-lembaga swadaya masyarakat untuk menggarap bidang “ abu-abu
“, misalnya aborsi aman dan penyediaan kontrasepsi bagi remaja muda
yang belum menikah.
14. Modul Pendidikan Jarak Jauh Pendidikan Tinggi Kesehatan
12
c. Unsafe Abortion
Apa yang dimaksud dengan Unsafe Abortion?
Unsafe abortion adalah abortus yang dilakukan oleh orang yang tidak ter-
latih/kompeten sehingga menimbulkan banyak komplikasi bahkan kema-
tian. Menurut WHO (1995) angka kematian ibu akibat unsafe abortion di
negara-negara berkembang adalah 55 per 100.000 kelahiran hidup, khu-
sus di Asia adalah 47 per 100.000 kelahiran hidup.
Apa ciri-ciri Unsafe Abortion?
Ciri-ciri unsafe abortion di antaranya adalah:
1) Dilakukan oleh orang yang tidak berkompeten,
2) Fasilitas yang minim,
3) Dilakukan dengan cara-cara yang membahayakan dan sering
terjadi akibat gagal atau ditolak dalam melakukan
upaya-upaya pengguguran kandungan sebelumnya.
Fakta yang ada
Di satu sisi hukum di Indonesia tidak melegalkan aborsi, tetapi di sisi
lain tidak dapat dipungkiri kebutuhan wanita untuk melakukan aborsi tetap
ada. Adanya dua hal yang berlawanan ini, pada akhirnya justru menimbul-
kan masalah lain, yaitu terjadinya aborsi yang tidak aman (Unsafe Abortion),
yang menyumbang peran yang cukup bermakna pada Angka Kematian Ibu.
Umumnya aborsi yang tidak aman terjadi karena tidak tersedianya
pelayanan kesehatan yang memadai. Apalagi bila aborsi dikategorikan tan-
pa indikasi medis, seperti korban perkosaan, hamil diluar nikah, kegaga-
lan alat kontrasepsi dan lain-lain. Ketakutan dari calon ibu dan pAndangan
negatif dari keluarga atau masyarakat akhirnya menuntut calon ibu untuk
melakukan pengguguran kandungan secara diam-diam tanpa memperha-
tikan resikonya .Banyaknya kematian akibat aborsi yang tidak aman, tentu
sangat memprihatinkan. Hal ini diakibatkan kurangnya kesadaran dari
perempuan dan masyarakat tentang hak atas pelayanan kesehatan.
Melakukan aborsi pasti merupakan keputusan yang sangat berat dirasakan
oleh perempuan yang bersangkutan. Tapi bila itu memang menjadi jalan
yang terakhir, yang harus diperhatikan adalah persiapan secara fisik dan
mental dan informasi yang cukup mengenai bagaimana agar aborsi
bisa berlangsung aman.
15. Modul Pendidikan Jarak Jauh Jenjang Diploma 3 Program Studi Kebidanan
13
d. Pertolongan Persalinan oleh Tenaga Non Kesehatan
Faktor yang
mempenga-
ruhi seorang
ibu untuk
melahirkan
dengan
tenaga non
kesehatan
atau dukun
adalah:
Faktor ekonomi, karena sebagian besar ibu
tidak berpenghasilan dan rata - rata pekerjaan
suami yang hanya buruh dan tani.
Adat istiadat. Umumnya masyarakat lebih
memilih melahirkan di rumah dari pada di klinik
bersalin karena alasan tradisi.
Keterbatasan bidan di desa.
Alasan jarak ke tempat pelayanan.
Fakta yang ada
Selama ini pertolongan persalinan non kesehatan lebih tinggi di
daerah pedesaan daripada perkotaan. Pemanfaatan klinik bersalin hanya
terbatas pada pelayanan KIA (antenatal, imunisasi, dll) dan pengobatan.
Kenyataan membuktikan masih banyak ibu yang memanfaatkan dukun un-
tuk pelayanan kehamilan dan persalinan dan besar nya risiko jika terjadi komplikasi
persalinan yang ditangani oleh dukun tak terlatih. Berbagai upaya telah dilakukan oleh
pemerintah untuk mengatasi hal tersebut yaitu dengan melakukan kemitraan dengan
dukun, kader dan masyarakat terutama dalam upaya peningkatan rujukan oleh tenaga
nonprofesional, melatih dukun dan kader untuk meningkatkan pengetahuan tentang
persalinan yang bersih dan mampu mendeteksi risiko tinggi, dan pendampingan persa-
linan dukun oleh tenaga kesehatan.
Kemampuan tenaga non profesional/dukun bersalin masih kurang, khususnya
yang berkaitan dengan tanda-tanda bahaya, risiko kehamilan dan persalinan serta ru-
jukannya.Pembagian tugas bidan-dukun-keluarga dlm pertolongan persalinan sudah
proporsional; tugas persiapan dilakukan dukun dan keluarga, pertolongan persalinan
oleh bidan, perawatan tali pusat oleh bidan dan perawatan ibu dan bayi oleh dukun &
bidan. Sebagian besar dukun masih menolong persalinan, dan dukun setuju pertolon-
gan dilakukan oleh bidan asalkan dukun diberi kompensasi, dan akan merujuk ke bidan
bila juga ada kompensasi (jasa dukun) atau dilibatkan dalam kegiatan non medis seperti
persiapan & perawatan pasca persalinan. Sebanyak 58,1% desa menyiapkan transpor-
tasi untuk rujukan persalinan, dengan ambulans puskesmas, dan ambulans desa yang
berbentuk tanduk. Sebanyak 15,8% desa telah menyelenggarakan Bank Darah Desa,
dan 6,6% desa mempunyai kelompok donor yang terkoordinir, sebanyak 64,5% mempu-
nyai catatan lokasi ibu hamil berisiko, yang dilakukan oleh bidan desa, dan keberadaan
ibu hamil dengan risiko diinformasikan ke warga desa. Komunikasi kader- bidan desa
16. Modul Pendidikan Jarak Jauh Pendidikan Tinggi Kesehatan
14
dilakukan melalui kegiatan posyandu, dukun-bidan melalui kemitraan, dan bidan-kelu-
arga melalui penyuluhan atau promkes.
Tindakan yang harus dilakukan oleh seorang bidan terhadap masyarakat yang
melakukan persalinan dengan batuan seorang dukun adalah dengan melakukan
pendekatan secara bertahap dan memberikan penjelasan kepada masyarakat tentang
bahaya melahirkan dengan bantuan tenagan non kesehatan.Pendekatan tersebut dapat
berupa mengikuti kegiatan-kegiatan masyarakat tersebut.
e. PMS
Apa yang dimaksud dengan PMS?
PMS adalah singkatan dari Penyakit Menular Seksual, yang berar-
ti suatu infeksi atau penyakit yang kebanyakan ditularkan melalui
hubungan seksual (oral, anal atau lewat vagina).
PMS juga diartikan sebagai penyakit kelamin, atau infeksi yang ditularkan melalui
hubungan seksual. Harus diperhatikan bahwa PMS menyerang sekitar alat kelamin tapi
gejalanya dapat muncul dan menyerang mata, mulut, saluran pencernaan, hati, otak,
dan organ tubuh lainnya. Rantai penularan PMS, virus, bakteri, protozoa, parasit dan
jamur, manusia, bahan lain yang tercemar kuman Penis, vagina, lubang pantat, kulit
yang terluka, darah, selaput lendir. Yang paling umum adalah hubungan seks (penis-va-
gina, penis-lubang pantat, mulut-lubang pantat, mulut-vagina, mulut-penis). Hubungan
seks, pemakaian jarum suntik secara bersama-sama dari orang yang terkena PMS ke
orang lainnya (obat suntik terlarang, transfusi darah yang tidak steril, jarum tato, dan
sebagainya.
Penyakit apa saja yang tergolong Penyakit Menular Seksual? Jika Anda belum yakin den-
gan jawaban Anda, pelajari jenis-jenis PMS di bawah ini.
17. Modul Pendidikan Jarak Jauh Jenjang Diploma 3 Program Studi Kebidanan
15
No Jenis PMS Penyebab Tanda – Gejala Terapi
1. Gonorrhea Neisseria Gonorrhoae Pada Pria : Pengeluaran
cairan purulen melalui ure-
tra, disuria, epididymitis dan
prostatitis.
Pada Wanita : Pada tahap
dini asimptomatis selanjutn-
ya servisitis dengan pengel-
uaran yang purulen, gartoli-
nitis.
Procaine
penicillin
G (IM) dan
Progenetid
(PO) atau
Ampicilline
dan probe-
necide (PO).
2. Syphillis Spirochete trepone-
ma pallidum
a) Tahap primer : adanya
luka pada vulva atau penis
sangat nyeri, ulkus primer
baik tunggal maupun kelom-
pok, mungkin terjadi juga
pada bibir, lidah tangan,
rectum atau putting susu.
b) Tahap sekunder : yaitu
2-4 minggu setelah timbul-
nya ulkus sampai 2-4 tahun.
Pasien pada umumnya mera-
sa tubuh lemah, kemerahan
serta adanya condylomata
pada rectum dan genitalia.
Pada tahap laten :5-20 tahun
tidak ada tanda-tanda klinik.
c) Tahap lanjut yaitu
terminal tidak diobati akan
terlihat tumor/massa/gum-
ma pada bagian tubuh, ker-
usakan pada katup jantung
dan pembuluh-pembuluh
darah, meningitis, paralysis,
kurang koordinasi, parese,
insomnia, binggung, dilusi,
gangguan pikir dan bicara
tidak jelas.
Semua jenis
penicillin,
dianjurkan
penicillin G
benzathine
karena jenis
long acting.
Jenis-jenis PMS
18. Modul Pendidikan Jarak Jauh Pendidikan Tinggi Kesehatan
16
3. Herpes
Genitalis
Herves Simplex Gejala awalnya mulai timbul
pada hari ke 4-7 setelah ter-
infeksi. Gejala awal biasanya
berupa gatal, kesemutann
dan sakit. Lalu akan muncul
bercak kemerahan yang kecil,
yang diikuti oleh sekumpulan
lepuhan kecil yang terasa
nyeri. Lepuhan ini pecah dan
bergabung membentuk luka
yang melingkar. Luka yang
terbentuk biasanya menim-
bulkan nyeri dan membentuk
keropeng.
Asikovir
atau obat
anti-virus
lainnya bisa
diberikan
dalam ben-
tuk sediaan
oral atau
krim untuk
dioleskan
langsung
ke luka
herpes.
Selain itu
juga dapat
dilakukan
pencucian
lesi den-
gan cairan
Burow’s,
H2O2, atau
sabun dan
air selanjut-
nya kering-
kan dengan
baik.
4. AIDS (Ac-
quired
Immune
Deficiency
Syndrome).
Human Immunodefi-
ciency Virus
Gejala pertama AIDS muncul
rata-rata 10 tahun dari saat
terinfeksi HIV, yang selanjut-
nya menunjukan gejala berb-
agai penyakit dan menyebab-
kan kematian dalam waktu
1-3 tahun.
Terjadi penurunan berat
badan lebih dari 10%, diare
kronik lebih dari satu bulan,
demam lebih dari satu bulan
(kontinyu atau intermiten)
pada penderita dewasa.
Anti retro-
viral (ARV)
diberikan
untuk
melambat-
kan per-
tumbuhan
virus
19. Modul Pendidikan Jarak Jauh Jenjang Diploma 3 Program Studi Kebidanan
17
f. Perilaku dan Sosial Budaya yang Berpengaruh pada Pelayanan kebidanan
Komunitas
Sebelum mempelajari mengenai perilaku dan sosial budaya pada pelayanan kebidanan ko-
munitas, Anda harus mengerti terlebih dahulu tentang konsep perilaku, silahkan pelajari
materi berikut.
Dari segi biologis,prilaku adalah suatu kegiatan atau aktifitas organisme (makhluk
hidup) yang bersangkutan. Oleh sebab itu, dari sudut pAndang biologis semua makhluk
hidup mulai dari tumbuh-tumbuhan, binatang sampai dengan manusia itu berprilaku,
karena mereka mempunyai aktifitas masing-masing. Sehingga yang dimaksud dengan
prilaku manusia, pada hakikatnya adalah tindakan atau aktifitas dari manusia itu sendiri
yang mempunyai bentangan yang sangat luas antara lain: berjalan, berbicara, menangis,
tertawa, bekerja, kuliah, menulis, dan membaca.
Skiner (1938) serang ahli fsikologi, merumuskan bahwa prilaku merupakan respon
atau reaksi seseorang terhadap stimulus (rangsangan dari luar). Oleh karena prilaku ini
terjadi melalui proses adanya stimulus terhadap organisme, dan kemudian organisme
tersebut merespon, maka teori Skiner ini disebut teori “S-O-R” atau Stimulus Organisme
Respons. Skinner membedakan adanya 2 respon yaitu:
1) Respondent response atau refleksive, yaitu respon yang ditimbulkan oleh rang
sangan-rangsangan (stimulus) tertentu.
2) Operant respons atau instrumental respons, yaitu respon yang timbul dan
berkembang kemudian diikuti oleh stimulus atau perangsang tertentu.
Dilihat dari bentuk respons terhadap stimulus maka prilaku dapat dibedakan menjadi 2:
Prilaku tertutup (covert behavior)
Respon seseorang terhadap stimulus
dalam bentuk terselubung atau
tertutup (covert). Respon atau reaksi
terhadap stimulus ini masih terbatas
pada perhatian, persepsi,
pengetahuan/ kesadaran, dan sikap
yang terjadi pada orang yang
menerima stimulus tersebut, dan
belum dapat diamati secara jelas oleh
orang lain. Oleh sebab itu disebut
covert behavior atau unobservable
behavior, misalnya: seorang ibu hamil
atau pentingnya periksa kehamilan,
seorang pemuda tahu bahwa
HIV/AIDS dapat menular melalui
hubungan seks.
Prilaku terbuka (overt behavior)
Respon seseorang terhadap
stimulus dalam bentuk tindakan
nyata atau terbuka. Respon
terhadap stimulus tersebut sudah
jelas dalam bentuk tindakan atau
praktek, yang dapat dengan
mudah diamati atau dilihat oleh
orang lain. Oleh karena tu disebut
overt behavior, tindakan nyata
atau praktek misalnya seorang ibu
memeriksakan kehamilannya atau
membawa anaknya kepuskesmas
untuk diimunisasi, penderita TB
baru minum obat secara teratur.
20. Modul Pendidikan Jarak Jauh Pendidikan Tinggi Kesehatan
18
Seperti telah disebutkan diatas, sebagian besar prilaku manusia adalah operant
response. Oleh sebab itu untuk membentuk jenis respons atau prilaku perlu diciptakan
adanya sesuatu kondisi tertentu yang disebut operant conditioning. Prosedur pemben-
tukan perilaku dalam operant conditioning ini menurut Skiner adalah sebagai berikut:
Melakukan identifikasi tentang hal-hal yang merupakan penguat atau reinforce
berupa hadiah-hadiah atau rewards bagi prilaku yang akan dibentuk.
Melakukan analisis untuk mengindentifikasi komponen-komponen kecil yang
membentuk perilaku yang dikehendaki.
Menggunakan secara urut komponen-komponen itu sebagai tujuan-tujuan
sementara, mengidentifikasi reinforce atau hadiah untuk masing – masing
komponen tersebut.
Melakukan pembentukan prilaku dengan menggunakan urutan komponen yang
telah tersusun itu. Apabila komponen pertama telah dilakukan, maka
hadiahnya diberikan. Hal ini akan mengakibatkan komponen atau prilaku
( tindakan ) tersebut cenderung akan sering dilakukan.
Jika Anda telah mempelajari konsep perilaku,silahkan melanjutkan pada perilaku
kesehatan dan sosial budaya yang mempengaruhi pelayanan kebidanan di komunitas.
Berdasarkan batasan prilaku dari Skiner tersebut, maka prilaku kesehatan adalah suatu
respons seseorang (organisme) terhadap stimulus atau objek yang berkaitan dengan
sakit dan penyakit, system pelayanan kesehatan, makanan, dan minuman, serta lingkun-
gan. Dari batasan ini, prilaku kesehatan dapat di klasifikasikan menjadi 3 kelompok, yai-
tu:
1. Perilaku Pemeliharaan Kesehatan ( Health Maintanance )
Adalah perilaku atau usaha – usaha seseorang untuk memelihara atau menjaga keseha-
tan agar tidak sakit dan usaha untuk penyembuhan bilamana sakit.
Oleh sebab itu perilaku pemeliharaan kesehatan ini terdiri dari 3 aspek, yaitu:
• Perilaku pencegahan penyakit dan penyembuhan penyakit bila sakit, serta
pemulihan kesehatan bilamana telah sembuh dari penyakit.
• Perilaku peningkatan kesehatan, apabila seseorang dalam keadaan sehat.
• Perilaku gizi ( makanan ) dan minuman. Makanan dan minuman dapat
memelihara dan meningkatkan kesehatan seseorang, tetapi sebaliknya
makanan dan minuman dapat menjadi penyebab menurunya kesehatan
seseorang, bahkan dapat mendatangkan penyakit.
2. Perilaku pencarian dan pengunaan system atau fasilitas pelayanan kesehatan
atau sering disebut perilaku pencarian pengobatan atau health seeking behavior.
Perilaku ini adalah menyangkut upaya atau tindakan seseorang pada saat penderita
penyakit atau kecelakaan. Tindakan atau perilaku ini dimulai dari mengobati sendiri (
self treatment ) sampai mencari pengobatan keluar negeri.
21. Modul Pendidikan Jarak Jauh Jenjang Diploma 3 Program Studi Kebidanan
19
2. Perilaku pencarian dan pengunaan system atau fasilitas pelayanan kesehatan
atau sering disebut perilaku pencarian pengobatan atau health seeking behavior.
Perilaku ini adalah menyangkut upaya atau tindakan seseorang pada saat penderita
penyakit atau kecelakaan. Tindakan atau perilaku ini dimulai dari mengobati sendiri (
self treatment ) sampai mencari pengobatan keluar negeri.
3. Perilaku kesehatan lingkungan
Adalah bagaimana seseorang merespon lingkungan, baik lingkungan fisik maupun so-
cial budaya sehingga lingkungan tersebut tidak mempengaruhi kesehatanya. Dengan
perkataan lain, bagaimana seseoramg mengelola lingkungannya sehingga tidak meng-
ganggu kesehatannya sendiri, keluarga, atau masyarakatnya.
Seorang ahli lain (Becker 1979) membuat klasifikasi lain tentang perilaku kesehatan:
a. Perilaku hidup sehat
Adalah perilaku-perilaku yang berkaitan dengan upaya atau kegiatan seseorang untuk
mempertahankan dan meningkatkan kesehatannya.
Perilaku ini mencakup antara lain:
- Makan dengan menu seimbang (appropriate diet). Menu seimbang disini dalam
arti kualitas (mengandung zat-zat gizi yang diperlukan tubuh), dan kuantitas
dalam arti jumlah yang cukup untuk memenuhi kebutuhan tubuh ( tidak kurang
tetapi juga tidak lebih ).
- Olahraga teratur, yang juga mencakup kualitas (gerakan ), dan kuantitas dalam
arti frekuensi dan waktu yang digunakan untuk olahraga. Dengan sendirinya
kedua aspek ini akan tergantung dari usia, dan status kesehatan yang
bersangkutan.
- Tidak merokok. Merokok adalah kebiasaan jelek yang mengakibatkan berbagai
macam penyakit. Ironisnya kebiasaan merokok ini khususnya di Indonesia
seilah-olah sudah membudaya.
- Tidak minum-minuman keras dan narkoba. Kemiasaan minuman keras dan
mengkonsumsi narkoba cenderung meningkat.
- Istirahat cukup. Dengan meningkatnya kebutuhan hidup akibat tuntutan untuk
penyesuaian dengan lingkingan modern, mengharuskan orang untuk bekerja
keras dan berlebihan, sehingga kurang waktu istirahat.
- Mengendalikan stress. Stress akan terjadi pada siapa saja, dan akibatnya
bermacam-macam bagi kesehatan.
- Prilaku atau gaya hidup lain yang positif bagi kesehatan, misalnya: tidak
berganti-ganti pasangan dalam hubungan seks, penyesuaian diri dengan
lingkungan.
b. Prilaku sakit (illness behavior)
Prilaku sakit ini mencangkup respon sesorang terhadap sakit dan penyakit, persepsinya
terhadap sakit, pengtahuan tentang: penyebab dan gejala penyakit, dan pengobatan
penyakit.
22. Modul Pendidikan Jarak Jauh Pendidikan Tinggi Kesehatan
20
c. Prilaku peran sakit (the sick role behavior)
Dari segi sosiologi, orang sakit (pasien) mempunyai peran yang mencakup hak-hak
orang sakit (right) dan kewajibaan sebagai orang sakit (obligation). Hak dan kewajiban
ini harus diketahui oleh orang sakit sendiri maupun orang lain (terutama keluarganya),
yang selanjutnya disebut perilaku peran orang sakit (the sick role).
Perilaku ini meliputi:
• Tindakan untuk memperoleh kesembuhan
• Mengenal/mengetahui fasilitas atau sarana pelayanan/ penyembuhanpenyakit
yang layak
• Mengetahui hak (misalnya:hak memperoleh perawatan, memperoleh pelayanan
kesehatan dan kewajiban orang sakit (memberitahukan penyakitnya kepada
orang lain terutama kepada dokter/petugas kesehatan, tidak menularkan
penyakitnya kepada orang lain ).
Meskipun perilaku adalah bentuk respons atau reaksi terhadap stimulus atau rangsan-
gan dari luar organisme ( orang ), namun dalam memberikan respons sangat tergantung
pada karakteristik atau factor-faktor lain dari orang lain yang bersangkutan. Factor-fak-
tor yang membedakan respons terhadap stimulus yang berbeda disebut determinan
perilaku. Determinan perilaku ini dapat dibedakan menjadi 2, yakni :
1. Determinan atau factor internal, yakni karakteristik orang yang
bersangkutan,yang bersifat given atau bawaan, misalnya: tingkat kecerdasan,
tingkat emosional, jenis kelamin.
2. Determinan atau factor eksternal, yakni lingkungan, baik lingkungan fisik, social,
budaya, ekonomi, dan politik. Factor lingkungan ini sering merupakan factor
yang dominan yang mewarnai perilaku seseorang.
Setelah Anda mempelajari tentang masalah-masalah kebidanan yang kerap terjadi di komu-
nitas apa yang dapat Anda simpulkan?
………………………………………………………………………………………………………………………………………………
………………………………………………………………………………………………………………………………………………
………………………………………………………………………………………………………………………………………………
………………………………………………………………………………………………………………………………………………
………………………………………………………………………………………………………………………………………………
……………………………………….
jika sudah, silahkan Anda pelajari materi berikutnya.
Pada kegiatan belajar 1, telah kita pelajari sasaran kebidanan komunitas yaitu individu
ibu dan anak, keluarga, kelompok penduduk dan masyarakat. Atas dasar hal tersebut,
maka strategi pelayanan kebidanan komunitas yang digunakan adalah pedekatan ke-
masyarakatan.
2. Strategi pelayanan kebidanan komunitas
23. Modul Pendidikan Jarak Jauh Jenjang Diploma 3 Program Studi Kebidanan
21
Apa yang dimaksud dengan pendekatan kemasyarakatan?
Pendekatan kemasyarakat adalah serangkaian kegiatan yang sistematis,
terencana dan terarah untuk menggali, meningkatkan dan mengarahkan peran
serta masyarakat , agar dapat memanfaatkan potensi yang ada, guna
memecahkan masalah kesehatan yang mereka hadapi
Kegiatan ini dimaksudkan untuk mengali, meningkatkan dan mengarahkan peran
serta masyarakat, karena yang diinginkan adalah tumbuhnya kemampuan masyarakat
untuk berperi laku sehat, sehingga pada akhirnya terjadi kemandirian masyarakat di
bidang kesehatan.
Kegiatan ini mengutamakan penggunaan potensi setempat, karena prinsipnya
adalah meningkatkan “tenaga dalam” masyarakat, yaitu kesetiakawanan sosial yang se-
hari-hari dikenal dengan gotong royong. Bentuk kegiatan yang berlAndaskan gotong
royong inilah yang dikembangkan lebih lanjut, sehingga dapat secara tepat diarahkan
untuk mengatasi masalah kesehatan mereka.
Kegiatan ini bertujuan untuk mengatasi masalah kesehatan yang mereka hadapi
, artinya bentuk kegiatannya bukan sekedar ramai-ramai bergotong royong tanpa arah,
tetapi secara sistematis dan terencana ditujukan untuk meningkatkan derajat keseha-
tan masyarakat, melalui penyelesaian masalah kesehatan setempat.
Tingkat penyebaran upaya ini diharapkan dapat berjalan dengan cepat, agar cak-
upan program dapat meliputi seluruh wilayah indonesia, sehingga secara nasional ting-
kat pencapaian program menjadi lebih cepat. Untuk inilah faktor dukungan politis dan
persiapan petugas harus dilakukan dengan sungguh-sungguh.
Apa tujuan pendekatan kemasyarakatan?
Tujuan pendekatan kemasyarakatan
Tujuan pendekatan kemasyarakat ini dapat dilihat dari berbagai dimensi , yaitu tujuan
bagi masyarakat setempat, bagi petugas kesehtan dan meliputi kawasan yang luas. Se-
cara rinci tujuan adalah sebagai berikut :
a. Meningkatkan kemampuan masyarakat setempat untuk melaksanakan
diagnosis masalah kesehatan (community diagnosis), merumuskan upaya pen
anggulangan (community prescription), melaksanakan kegiatan penagulanggan
(community treatment) serta menilai dan mengembangkan kegiatan selanjutnya
(community evalution).
b. Mengatasi masalah kesehatan setempat dengan menggunakan sumber daya
setempat.
c. Memperluas kelompok masyarakat yang terlibat melalui dukungan politis dan
persiapan petugas yang optimal.
Tujuan a dan b merupakan tujuan edukatif sedangkan c merupakan tujuan yang mem-
percepat penyebaran kemampuan masyarakat tersebut secara nasional. Dengan de-
mikian diharapkan terjadi percepatan laju peran serta masyarakat dalam pembangu-
nan kesehatan.
24. Modul Pendidikan Jarak Jauh Pendidikan Tinggi Kesehatan
22
Siapakah sasaran pendekatan kemasyarakatan?
Pendekatan kemasyarakatan harus menjadi kemampuan yang melekat dalam diri para
petugas dan pengelola upaya kesehatan, petugas kesehatan di seluruh jajaran keseha-
tan khususnya di tingkat Kabupaten dan Puskesmas yang merupakan petugas opera-
sional di lapangan.
Sasaran pendekatan kemasyarakatan
Sasaran pendekatan kemasyarakatan adalah:
a. Kelompok pengambil keputusan di berbagai jenjang administrasi dari tingkat
pusat, propinsi, kabupaten dan kecamatan.
b. Kelompok petugas pelayanan masyarakat dari berbagai sektor
c. Kelompok masyarakat yang dapat dibagi menjadi berbagai kategori:
Apa tujuan pendekatan kemasyarakatan?
1) Berdasarkan tingkat administrasi (RW, desa, dan lain lain)
2) Berdasarkan kelompok pekerja (petani, buruh, nelayan, perajin, dan lain lain)
3) Berdasarkan kelompok pemuda (karang taruna, pramuka)
4) Berdasarkan kelompok wanita (PKK, Dharma wanita, dharma pratiwi, kelompok
pengajian wanita, dan lain lain)
5) Serta berbagai bentuk kelompok lainnya termasuk LSM.
Bagaimanakah langkah-langkah pendekatan kemasyarakatan?
Langkah langkah
Pengalaman terhadap muncul dan berjalannya berbagai bentuk upaya kesehatan
bersumber daya masyarakat selama ini menunjukkan bahwa “Primary Health Care” di
Indonesia memang memerlukan pendekatan tersendiri. Pengalaman bertahun-tahun
dengan pendekatan PKMD (Pembangunan Kesehatan Masyarakat Desa) telah membuk-
tikan bahwa dengan menempatkan masyarakat sebagai subyek pembangunan telah
mampu meningkatkan kelestarian kegiatan dan kemandirian masyarakat.
Pengalaman gebrakan posyandu menunjukkan bahwa konsep “Direct PHC” di-
tambah dengan dukungan politis yang kuat telah dapat membuat “percepatan” pro-
gram yang mengesankan. Dalam waktu yang tidak terlalu lama, akselerasi dan eskalasi
Posyandu mampu meningkatkan jumlah Posyandu sebanyak 10 kali lipat, dari 250.000
pada tahun 1990. Kini diakui, eksistensi Posyandu sebagai wahana kegiatan di ting-
kat masyarakat makin terasa, meskipun dari segi kualitas sangat bervariasi, ada yang
tersendat dan ada yang sangat bagus.
Pengalaman penyiapan sarana, petugas dan masyarakat yang baik di bidang imu-
nisasi, telah menunjukkan bahwa persiapan yang baik telah mampu meningkatkan cak-
upan imunisasi dan mempertahankan pencapaian UCI (Universal Child Imunization).
Berdasarkan berbagai bentuk pengalaman tersebut, disusunlah serangkaian
langkah pendekatan kemasyarakatan, yang dapat dibagi menjadi 2 kategori sebagai
berikut :
25. Modul Pendidikan Jarak Jauh Jenjang Diploma 3 Program Studi Kebidanan
23
1. Pembinaan Umum
Pembinaan umum ini artinya upaya pembinaan yang sifatnya merata dilakukan di
seluruh wilayah Indonesia, yaitu:
a. Dukungan Politis
Dukungan politis sangat diperlukan bagi masyarakat kita. Pola kepemimpinan yang “ing
ngarso sung tulodo” menun jukkan bahwa apa yang dikerjakan di tingkat atas bakal
menjadi panutan di tingkat bawah. Oleh karena itu, berbagai bentuk ucapan, sikap,
tingkah laku dan produk hukum di tingkat atas mutlak diperlukan guna mendorong per-
an serta masyarakat. Upaya ini dilakukan di semua jenjang administrasi dan di seluruh
wilayah negeri.
Bentuk dukungan politis antara lain: dokumen (UUD, GBHN, PP, dll),
perencanaan kegiatan oleh pejabat, dukungan anggaran, sering
diucapkan oleh pejabat/ tokoh masyarakat, tim/ forum komunikasi,
sering dimuat media massa.
b. Persiapan Petugas
Persiapan petugas mutlak diperlukan, sebab bila program dikembangkan langsung ke
masyarakat dan petugas belum siap, akan terjadi bumerang. Masyarakat yang telah se-
mangat akan kecewa atas sikap petugas yang belumsiap. “Tempalah besi selagi mem-
bara” begitu kata pepatah. Petugas itu bagaikan pAndai besi yang siap membentuk besi
yang lagi membara. Oleh karena itu petugas harus sudah tahu ke arah mana peran
serta masyarakat yang sedang membara itu harus diarahkan. Jadi persiapan petugas
merupakan salah satu kunci keberhasilan peningkatan peran serta masyarakat. Upaya
ini juga dilakukan secara meluas diseluruh upaya negeri, terutama bagi para petugas
kesehatan di tingkat kabupaten dan puskesmas.
2. Pembinaan lokal
Pembinaan lokal atau pembinaan masyarakat setempat pada prinsipnya merupakan
upaya edukatif, hanya saja pengalaman selama ini menunjukkan bahwa serangkaian
langkah tidaklah harus runtut tahapannya. Banyak alternatif jenis kegiatan yang bisa
ditemouh dalam pembinaan masyarakat setempat ini. Pembinaan lokal merupakan
serangkaian langkah diterapkan guna menggali, meningkatkan dan mengarahkan per-
an serta masyarakat setempat. Kelompok masyarakat ini dapat berupa komunitas yang
tinggal dilokasi tertentu (Desa, Dusun, RW, dll), yang mempunyai organisasi tertentu
( LSM, Agama, Kelompok pengajian, dll), yang merupakan kelompok kerja informal
(Petani, Nelayan, Perajin, dll), Kelompok Pemuda (Saka Bhakti Husada, Palang Merah
Remaja, Trauna Husada, Santri Husada, dll) atau berbagai bentuk kelompok masyarakat
lainnya. Secara umum pembinaan masyarakat setempat dilakukan dengan tahapan se-
bagai berikut:
26. Modul Pendidikan Jarak Jauh Pendidikan Tinggi Kesehatan
24
a. Pendekatan tokoh masyarakat
Pendekatan tokoh masyarakat mutlak perlu dilakukan, karena meraka panutan
masyarakat setempat. Semua yang telah disetujui tokoh masyarakat akan mengge-
linding dengan lancar, sebaliknya bila para tokoh masyarakat tidak merestui kegiatan
tersebet, jadinya program akan tersendat-sendat.
Pendekatan tokoh masyarakat merupakan tahap pertama yang harus dilakukan
sebelum implementasi program wilayah tersebut. Mereka merupakan kelompok pen-
yaring terhadap sesuatu inovasi yang akan masuk ke wilayah masyarakat tersebut.
Pendekatan kepada mereka dilakukan melalui hubungan antar manusia yang baik dan
bersahabat. Forum untuk mendekati tokoh masayarakat ini antara lain : melalui kunjun-
gan rumah, pembicaraan informal di bebagai kesempatan dan pertemuan.
Setelah para tokoh masyarakat didekati secara interpersonal, perlu diadakan pembaha-
san bersama diantara para tokoh masyarakat tersebut, antara lain melalui :
• Program khusus yang diselenggarakan untuk program yang dimaksud
• Menggunakan forum komunikasi yang sudah ada, namun topik pembicaraannya
program yang kita maksudkan.
Tokoh masyarakat yang didekati tentu saja bergantung pada jenis kelompok mas-
yarakat yang akan kita garap.
Bagi masayarakat desa/kelurahan/RW, tokoh yang digarap adalah pemimpin formal
(kepala desa, lurah, ketua RW, pengurus LKMD dsb) dan pemimpin informal (ulama,
guru, dsb).
Untuk kelompok pekerja didekati pemilik perusahaan dan ketua kelompok peker-
ja yang bersangkutan. Kalaupun mereka belum berorganisasi, biasanya tetap ada tokoh
panutanyang mereka segani dalam kelompok tersebut. Bagi organisasi pemuda, pemi-
mpin dan pengurus organisasi harus didekati, termaksud pula para pembinanya.
Intinya adalah mendekati mereka yang menjadi panutan dalam kelompok masyarakat
tersebut.
b. Survei/telah mawas diri
Survei mawas diri sebenarnya merupakan ajang diagnosis masalah oleh mas-
yarakat (community diagnosis) terhadap kondisi kesehatan mereka. Secara singkat
dapat digambarkan bahwa masyarakat diajak untuk mengenali keadaan kesehatan
masyarakat sendiri, disamping mendeteksi potensi yang ada disekeliling mereka. Atas
dasar kedua hal ini (masalah dan potensi), dibuatlah diagnosis masalah kesehatannya,
berupa sederetan “penyakit” yang harus diperangi. Dalam hal ini, kewajiban petugas
adalah mencarikan cara yang tepat agar mempermudah mereka dalam mengenali ma-
salah dan menggali potensi yang mereka miliki.
“Community diagnosis” merupakan kegiatan untuk mengenali keadaan dan ma-
salah mereka sendiri, serta potensi yang mereka miliki untuk mengatasi masalah terse-
but. Caranya adalah dengan melakukan kegiatan mawas diri masyarakat. Pada kegiatan
ini yang penting bukanlah banyaknya data sehingga representatif untuk wilayah terse-
but, tetapi lebih cenderung sebagai proses untuk menumbuhkan kesadaran bahwa ma-
sih banyak masalah di sekitar mereka.
Proses mawas diri ini diharapkan mampu mebangkitkan kesadaran bahwa rutini-
tas kehidupan mereka selama ini masih di latar belakangi berbagasi masalah kesehatan
yang sebenarnya bisa mereka atasi sendiri. Dengan memanfaatkan potensi setempat
dan bantuan teknis dari petugas, mereka bisa melakukan berbagai upaya untuk menga-
27. Modul Pendidikan Jarak Jauh Jenjang Diploma 3 Program Studi Kebidanan
25
Modul Pendidikan Jarak Jauh Jenjang Diploma 3 Program Studi Kebidanan
tasinya dan meningkatkan derajat kesehatan mereka.
Ada 2 tahapan mawas diri, yaitu :
• Pengumpulan data/pAndangan/pendapat masyarakat
• Perumusan masalah dan penggalian potensi setempat
c. Musyawarah Mufakat
Musyawarah masyarakat merupakan kegiatan “community prescription” untuk
mengatasi segala “penyakit” yang mereka derita. Tentu saja penyelesaian masalah ini
diutamakan dengan menggunakan potensi setempat. Resep ini belum tentu rasional,
oleh karena itu adalah kewajiban petugas untuk menuntun mereka membuat resep
yang rasional. Wujudnya berupa rencana kegiatan yang sederhana, dapat dijangkau
dengan sumber daya setempat, tetapi mhemberi sumbangan besar pada upaya men-
gatasi masalah kesehatan setempat.
Perumusan upaya penanggulangan oleh masyarakat biasanya dilakukan dengan
musyawarah masyarakat. Hal ini secara formal perlu karena “community perscription”
merupakan kesepakatan masyarakat terhadap prioritas masalah dan upaya penanggu-
langannya.
Dalam masyawarah masyarakat ini, diundang para pemimpin (baik formal mau-
pun informal) para tokoh masyarakat dan anggota masyarakat. Dalam pertemuan ini
dilakukan penyampaian temuan dari kegiatan “community diagnosis” untuk kemudian
dibahas bersama upaya mengatasinya.
Langkah-langkah pembahasan pasca musyawarah masyarakat adalah sebagai berikut :
• Dipaparkan temuan serangkaian masalah dan sederetan potensi/sumber daya
setempat yang mungkin bisa digunakan untuk menanggulanginya.
• Petugas memandu peserta musyawarah untuk menetukan urutan prioritas se
jumlah masalah tersebut.
• Petugas memandu peserta musyawarah untuk menggali lebih lanjut potensi/
sumber daya setempat, baik sarana, tenaga, dana, material atau pemikiran
inovatif lainnya.
• Atas dasar prioritas masalah yang telah disusun dan potensi masyarakat yang
tergali, dibuat rencana kegiatan penanggulangan masalah, lengkap dengan
jadwal kegiatannya.
Community prescription atas dasar musyawarah mufakat ini merupakan kekua-
tan politis yang tangguh untuk menggali dan meningkatkan peran serta masyarakat,
serta menjamin kelestarian program.
Peran petugas dalam musyawarah masyarakat ini adalah memandu jalannya
musyawarah agar berjalan lancar dan mencapai tujuan. Peran ini amat diperlukan khu-
susnya dalam menuntun mereka melakukan skala prioritas secara skematis, peranan
petugas dapat dilihat pada bagan berikut :
28. Modul Pendidikan Jarak Jauh Pendidikan Tinggi Kesehatan
26
Daftar Masalah
1.
2.
3.
Priorotas
Masalah
1.
2.
3.
Kesepakatan
Upaya
Penanggulangan
Kesepakatan
Jadwal Kegiatan
Bersama
Daftar Potensi
1.
2.
3. Bagan 6. Peran Petugas dalam “Community Prescription”
Ada beberapa faktor yang bisa digunakan untuk menentukan skala prioritas masalah,
antara lain :
• Kegawatannya : Besar/kecilnya akibat masalah ini bagi masyarakat.
• Mendesaknya : Dalam hal ini lebih menekankan soal waktu. Bila tidak segera di
tanggulangi akan menimbulkan akibat yang lebih serius.
• Penyebarannya : Semakin banyak penduduk atau semakin luas wilayah yang
terkena, menjadi semakin penting
• Sumber daya yang dimiliki : yaitu kaitannya dengan kemampuan yang mereka
miliki untuk mengatasi permasalahan tersebut, baik dana, sarana tenaga
maupun teknologinya.
Adapun cara mencapai kesepakatan ada 2 yaitu :
1) Melalui musyawarah dan mufakat
Langkah pertama tentu saja diutamakan bermusyawarah untuk mencapai
mufakat. Namun bila tidak memungkinkan dapat dilakukan cara lain yaitu
dengan menggunakan skoring.
2) Melalui pemungutan suara dengan sistem skoring
Ada beberapa cara penggunaan skoring untuk menentukan prioritas. Misalnya
ada 5 daftar masalah (masalah A, B, C, D dan E), untuk melakukan skoring ada
beberapa cara antara lain adalah sebagai berikut :
a) Memilih satu masalah terpenting
Cara ini dilakukan dengan tahapan sebagai berikut :
• Setiap peserta musyawarah memilih satu masalah terpenting dari 5 masalah
tersebut diatas, dengan menuliskan pilihannya pada secarik kertas kosong.
• Kemudian kertas suara tersebut dikumpulkan dan dihitung perolehan suara
pada masing-masing masalah.
• Masalah yang mendapat suara terbanyak adalah prioritas pertama, dan yang
paling sedikit adalah prioritas terakhir.
29. Modul Pendidikan Jarak Jauh Jenjang Diploma 3 Program Studi Kebidanan
27
b) Melakukan skoring pasa semua masalah
Cara penentuan skala prioritas yang lain adalah dengan melakukan skoring
pada semua masalah, bedasarkan pAndangan setiap peserta. Tahapannya
adalah sebagai berikut:
• Semua peserta memberikan skoring urutan prioritas dari semua masalah, ditulis
dalam suara dengan cara : urutan pertama diberi skor 5, urutan kedua skor 4,
urutan ketiga skor 3, urutan keempat skor 2, urutan kelima diberi skor 1.
• Kertas suara kemudian dikumpulkan dan disalin skor yang didapat pas tiap
masalah.
• Masalah dengan skor tertinggi merupakan prioritas pertama, sebaliknya
masalah dengan skor paling rendah merupakan prioritas terakhir.
c) Tiap masalah dibobot dengan indikator
Cara ini lebih rumit, hanya digunakan bila peserta musyawarah cukup terpelajar
dan menginginkan penilaian yang obyektif. Sebagaimana diterangkan diatas,
ada beberapa patokan yang dapat dijadikan besar kecilnya suatu
penyebarannya dan sumber daya yang dimiliki untuk mengatasi masalah tsb.
Untuk melakukan skoring pada tiap masalah, dilakukan skoring pada indikator diatas.
Jadi tahapannya adalah sebagai berikut :
• Setiap peserta mengisi skor keempat indikator tersebut pada tiap masalah.
Untuk gampangnya sebaiknya dibuatkan alat bantu kertas suara yang berupa
format bantu, seperti dibawah ini :
Tabel 1. Format pembobotan Masalah
Masalah
indikator 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10
1. Kegawatan
2. Mendesak
3. Penyebaran
4. Sumber Daya
Total
Urutan
1. Skor berkisar misalnya antara 1 (terendah) dan 10 (tertinggi)
2. Setiap peserta mencatat skor masalah menurut kegawatan, mendesak,
penyebaran dan sumber daya, kemudian dijumlahkan. Skor tertinggi
merupakan prioritas.
3. Isian dikumpulkan dan dituliskan oleh yang didapat dari tiap masalah
4. Masalah dengan skor tertinggi merupakan prioritas utama, sebaliknya yang
terendah skornya merupakan prioritas terakhir
5. Masih banyak cara lain untuk menentukan urutan prioritas masalah, setiap
petugas dapat mengembangkannya sesuai dengan tingkat pemahaman peserta
dan kebutuhan setempat
30. Modul Pendidikan Jarak Jauh Pendidikan Tinggi Kesehatan
28
d. Pelaksanaan Kegiatan.
Pelaksanaan kegiatan merupakan “community treatment” yaitu masyarakat menjalank-
an upaya penanggulangan masalah. Serangkaian kegiatan yang disusun diharapkan
dapat secara bertahap mengatasi penyakit yang mereka hadapi, sekaligus membukti-
kan apakah “resep” mereka sudah tepat. Namun perlu di pantau agar bila ternyata ada
kekeliruan, bisa segera diperbaiki.
e. Pembinaan dan Pengembangan
Kegiatan pembinaan dan pengembangan merupakan siklus lanjut dari lingkaran pe-
mecahan masalah. Pada satu periode akhir kegiatan, tahap selanjutnya adalah “com-
munity evaluation” yang kemudian berputar kembali ke langkah “community diagnosis”,
“community prescription“, dan “community treatment”, sebab akan timbul problematik
baru yang lebih tinggi tingkatnya. Bila ini berjalan, maka akan terjadi proses pembinaan
dan pengembangan sesuai dengan tingkat perkembangan masalah.
Setelah mempelajari tentang strategi pelayanan kebidanan komunitas, apa yang dapat
Anda simpulkan? Coba Anda tuliskan pada kolom berikut.
………………………………………………………………………………………………………………………………………………
………………………………………………………………………………………………………………………………………………
………………………………………………………………………………………………………………………………………………
………………………………………………………………………………………………………………………………………………
………………………………………………………………………………………………………………………………………………
……………………………………….
Jika sudah, Anda bisa lanjutkan pada materi berikut.
3. Konsep keluarga
Menurut Departemen Kesehatan RI (1988) keluarga adalah unit terkecil dari masyarakat
yang terdiri atas kepala keluarga dan beberapa orang yang berkumpul dan tinggal
disuatu tempat. Salvicion G Bailon dan Aracelis Maglaya (1989) mendefinisikan kelu-
arga sebagai dua atau lebih dari dua individu yang tergabung karena hubungan dar-
ah, hubungan perkawinan atau pengangkatan dan mereka hidup dalam suatu rumah
tangga, berinteraksi satu sama lain dan di dalam perannya masing-masing menciptakan
serta mempertahankan kebudayaan.
Dari kedua definisi di atas dapat ditarik kesimpulan bahwa keluarga adalah:
a. Unit terkecil dari masyarakat
b. Terdiri dari dua orang atau lebih
c. Adanya ikatan perkawinan atau pertalian darah
d. Hidup dalam satu rumah tangga
e. Di bawah asuhan seorang kepala keluarga
f. Berinteraksi diantara sesame anggota keluarga
g. Setiap anggota keluarga mempunyai peran masing-masing.
h. Menciptakan mempertahankan suatu kebudayaan (Effendy, 1998).
Apakah Keluarga itu ?
31. Modul Pendidikan Jarak Jauh Jenjang Diploma 3 Program Studi Kebidanan
29
Struktur Keluarga
a. Patrilineal, yaitu keluarga sedarah dalam beberapa generasi disusun
melalui garis keturunan ayah
b. Matrilineal, yaitu keluarga sedarah dalam beberapa generasi disusun melalui
garis keturunan ibu
c. Patrilokal, sepasang suami istri tinggal bersama keluarga sedarah suami
d. Matrilokal, sepasang suami istri tinggal bersama keluarga sedarah istri
(Effendy, 1998).
e. Keluarga Kawinan, yaitu hubungan suami istri sebagai dasar bagi pembinaan
keluarga, dan beberapa sanak saudara yang menjadi bagian keluarga karena
adanya hubungan dengan suami atau istri (Syafrudin, 2009)
Bagaimanakah struktur keluarga ?
Bagaimanakah ciri-ciri struktur keluarga ?
Ciri-Ciri Struktur Keluarga (Anderson Carter)
a. Terorganisasi: saling berhubungan, saling ketergantungan antara anggota
keluarga
b. Ada keterbatasan: setiap anggota memiliki kebebasan tetapi mereka juga mem
punyai keterbatasan dalam menjalankan fungsi dan tugasnya masing-masing
c. Ada perbedaan dan kekhususan: setiap anggota keluarga mempunyai peran
dan fungsinya masing-masing (Effendy, 1998).
Bagaimanakah tipe/bentuk keluarga ?
Tipe/ Bentuk Keluarga
a. Keluarga Inti (Nuclear Family), adalah keluarga yang terdiri dari ayah, ibu dan
anak-anak.
b. Keluarga Besar (Extended Family), adalah keluarga inti ditambah dengan sanak
saudara, misalnya nenek, kake, keponakan, saudara sepupu,paman, bibi dan
sebagainya
c. Keluarga Berantai (Serial Family), adalah keluarga yang terdiri dari wanita dan
pria yang menikah lebih dari satu kali dan merupakan satu keluarga inti.
d. Keluarga duda/jAnda (Single Family), adalah keluarga yang terjadi karena
perceraian atau kematian.
e. Keluarga Berkomposisi (Composite), adalah keluarga yang perkawinannya ber
poligami dan hidup secara bersamaan
f. Keluarga Kabitas (Cahabitation), adalah dua orang menjadi satu tanpa
pernikahan tetapi membentuk suatu keluarga .
Keluarga Indonesia umumnya menganut tipe keluarga besar (extended family), karena
masyarakat Indonesia yang terdiri dari berbagai suku hidup dalam komuniti dengan
adat istiadat yang sangat kuat (Effendy, 1998).
32. Modul Pendidikan Jarak Jauh Pendidikan Tinggi Kesehatan
30
Bagaimana peran Keluarga ?
Tipe/ Bentuk Keluarga
a. Keluarga Inti (Nuclear Family), adalah keluarga yang terdiri dari ayah, ibu dan
anak-anak.
b. Keluarga Besar (Extended Family), adalah keluarga inti ditambah dengan sanak
saudara, misalnya nenek, kake, keponakan, saudara sepupu,paman, bibi dan
sebagainya
c. Keluarga Berantai (Serial Family), adalah keluarga yang terdiri dari wanita dan
pria yang menikah lebih dari satu kali dan merupakan satu keluarga inti.
d. Keluarga duda/jAnda (Single Family), adalah keluarga yang terjadi karena
perceraian atau kematian.
e. Keluarga Berkomposisi (Composite), adalah keluarga yang perkawinannya ber
poligami dan hidup secara bersamaan
f. Keluarga Kabitas (Cahabitation), adalah dua orang menjadi satu tanpa
pernikahan tetapi membentuk suatu keluarga .
Keluarga Indonesia umumnya menganut tipe keluarga besar (extended family), karena
masyarakat Indonesia yang terdiri dari berbagai suku hidup dalam komuniti dengan
adat istiadat yang sangat kuat (Effendy, 1998).
Bagaimana peran Keluarga ?
a. Peran Ayah: mencari nafkah, pendidikan, pelindung dan sebagai Kepala Keluarga
b. Peran Ibu: mengurus rumah tangga, mendidik anak, pelindung, membantu
mencari nafkah tambahan keuangan.
c. Peran Anak: melaksanakan psiko sosial sesuai dengan tingkat perkembangan
baik fisik, mental dan sosial (Syafrudin, 2009).
Apa fungsi keluarga?
a. Fungsi Biologis (Fungsi dari Bapak dan ibu):
1) Meneruskan keturunan
2) Memelihara dan membesarkan anak
3) Memenuhi kebutuhan gizi
4) Memelihara dan merawat kesehatan
b. Fungsi Psikologis (Bukan dari Bapak dan Ibu saja)
1) Memberikan kasih sayang dan rasa aman
2) Memberikan perhatian anggota keluarga
3) Membina proses pendewasaan anggota keluarga
4) Memberikan identitas yang baik
33. Modul Pendidikan Jarak Jauh Jenjang Diploma 3 Program Studi Kebidanan
31
c. Fungsi Sosiologis
1) Memberikan sosialisasi pada anak dalam interaksi sosial diantara anggota
keluarga
2) Membentuk norma dan tingkah laku sesuai dengan tingkat perkembangan anak.
3) Meneruskan nilai budaya keluarga.
d. Fungsi Pendidikan
1) Menyekolahkan anak untuk member pendidikan, pengetahuan, keterampilan
membentuk perilaku sesuai dengan bakat dan minat
2) Mempersiapkan anak untuk kehidupan yang akan datang
3) Mendidik anak sesuai dengan tingkat perkembangan anak
e. Fungsi Ekonomi
1) Mencari sumber penghasilan kebutuhan keluarga
2) Mengatur penggunaan keuangan
3) Menabung untuk kebutuhan keluarga
f. Fungsi Rekreasi
Memberikan kesempatan pada anak untuk mengetahui hal-hal yang baru
g. Fungsi Religi
1) Menanamkan rasa kebanggan terhadap anak
2) Membiasakan anak mengamalkan ajaran sejak kecil (Syafrudin, 2009).
Dari berbagai fungsi keluarga diatas ada 3 fungsi pokok keluarga terhadap
anggota keluarga:
a. Asih, adalah memberikan kasih sayang, perhatian, rasa aman, kehangatan
kepada anggota keluarga sehingga memungkikan mereka tumbuh dan
berkembang sesuai usia dan perkembangannya
b. Asuh, adalah memenuju kebutuhan pemeliharaan dan perawatan anak agar
kesehatannya selalu terpelihara, sehingga diharapkan menjadikan mereka
anak-anak yang sehat baik fisik, mental, sosial dan spiritual
c. Asah, adalah memenuhi kebutuhan pendidikan anak, sehingga siap menjadi
manusia dewasa yang mandiri dalam mempersiapkan masa depannya
(Effendy, 1998).
Tahap-Tahap Kehidupan Keluarga ?
a. Tahap pembentukan keluarga, tahap ini dimulai dari pernikahan, yang dimulai
dari pernikahan, yang dilanjutkan dalam membentuk rumah tangga
b. Tahap menjelang kelahiran anak, tugas keluarga yang utama untuk
mendapatkan keturunan sebagai generasi penerus, melahirkan anak
merupakan kebanggan bagi keluarga yang merupakan saat-saat yang sangat
dinantikan
c. Tahap menghadapi bayi, dalam hal ini keluarga mengasuh, mendidik dan
memberikan kasih sayang kepada anak, karena pada tahap ini bayi
kehidupannya sangat tergantung kepada kedua orangtuanya. Dan kondisinya
masih sangat lemah
34. Modul Pendidikan Jarak Jauh Pendidikan Tinggi Kesehatan
32
d. Tahap menghadapi anak prasekolah,pada tahap ini anak sudah mulai mengenal
kehidupan sosialnya, sudah mulai bergaul dengan teman sebaya, tetapi sangat
rawan dalam masalah kesehatan, karena tidak mengetahui mana yang kotor
dan mana yang bersih. Dalam fase ini aak sangat sensitive terhadap pengaruh
lingkungan dan tugas keluarga adalah mulai menanamkan norma-
norma kehidupan, norma-norma agama, norma-norma sosial budaya
dan sebagainya
e. Tahap menghadapi anak sekolah, dalam tahap ini tugas keluarga adalah
bagaimana mendidik anak, mengajari anak untuk mempersiapkan masa
depannya, membiasakan anak belajar secara teratur, mengontrol tugas-tugas
sekolah anak dan meningkatkan pengetahuan umum anak.
f. Tahap menghadapi anak remaja, tahap ini adalah tahap yang paling rawan,
karena dalam tahap ini anak akan mencari identitas diri dalam membentuk
kepribadiannya, oleh karena itu suri tauladan dari kedua orang tua sangat
diperlukan. Komunikasi dan saling pengertian antara kedua orang tua dengan
anak perlu dipelihara dan dikembangkan.
g. Tahap melepaskan anak ke masyarakat, setelah melalui tahap remaja dan anak
telah dapat menyelesaikan pendidikannya, maka tahap selanjutnya adalah
melepaskan anak ke masyarakat dalam memulai kehidupannya yang
sesungguhnya, dalam tahap ini anak akan memulai kehidupan berumah tangga.
h. Tahap berdua kembali, setelah anak besar dan menempuh kehidupan keluarga
sendiri-sendiri, tinggallah suami istri berdua saja. Dalam tahap ini keluarga akan
merasa sepi, dan bila tidak dapat menerima kenyataan akan dapat
menimbulkan depresi dan stress.
i. Tahap masa tua, tahap ini masuk ke tahap lanjut usia, dan kedua orang tua
mempersiapkan diri untuk meninggalkan dunia yang fana ini (Effendy, 1998).
Tugas-Tugas Keluarga?
Pada dasarnya tugas keluarga ada delapan tugas pokok sebagai berikut:
a. Pemeliharaan fisik keluarga dan para anggotanya.
b. Pemeliharaan sumber-sumber daya yang ada dalam keluarga.
c. Pembagian tugas masing-masing anggotanya sesuai dengan kedudukannya
masing-masing.
d. Sosialisasi antar anggota keluarga.
e. Pengaturan jumlah anggota keluarga.
f. Pemeliharaan ketertiban anggota keluarga.
g. Penempatan anggota-anggota keluarga dalam masyarakat yang lebih luas.
h. Membangkitkan dorongan dan semangat para anggotanya (Effendy, 1998).
35. Modul Pendidikan Jarak Jauh Jenjang Diploma 3 Program Studi Kebidanan
33
Ciri-Ciri Keluarga?
a. Diikat dalam suatu tali perkawinan
b. Ada hubungan darah
c. Ada ikatan batin
d. Ada tanggung jawab masing-masing anggotanya
e. Ada pengambil keputusan
f. Kerjasama diantara anggota keluarga
g. Komunikasi interaksi antar anggota keluarga
h. Tinggal dalam satu rumah
Ciri-ciri Keluarga Indonesia
a. Suami sebagai pengambil keputusan
b. Merupakan suatu kesatuan yang utuh
c. Berbentuk monogram
d. Bertanggung jawab
e. Pengambil keputusan
f. Meneruskan nilai-nilai bahaya bangsa
g. Ikatan kekeluargaan sangat erat
h. Mempunyai sifat gotong-royong
Pola Kehdupan Keluarga Indonesia:
a. Daerah pedesaan
1) Tradisional
2) Agraris
3) Tenang
4) Sederhana
5) Akrab
6) Menghormati orang tua
b. Daerah perkotaan
1) Dinamis
2) Rasional
3) Konsumtif
4) Demokratif
5) Individual
6) Terlibat dalam kehiduan politik (Effendy, 1998).
Setelah mempelajari tentang konsep keluarga, apa yang dapat Anda petik dari materi
tersebut ? Coba Anda tuliskan pada kolom berikut.
36. Modul Pendidikan Jarak Jauh Pendidikan Tinggi Kesehatan
34
………………………………………………………………………………………………………………………………………………
………………………………………………………………………………………………………………………………………………
………………………………………………………………………………………………………………………………………………
………………………………………………………………………………………………………………………………………………
………………………………………………………………………………………………………………………………………………
……………………………………….
Anda telah selesai mempelajari kegiatan belajar 2, apakah Anda sudah paham? Apa yang
dapat Anda simpulkan dari materi tersebut ? Coba Anda tuliskan pada kolom berikut.
………………………………………………………………………………………………………………………………………………
………………………………………………………………………………………………………………………………………………
………………………………………………………………………………………………………………………………………………
………………………………………………………………………………………………………………………………………………
………………………………………………………………………………………………………………………………………………
……………………………………….
Jika sudah paham kerjakan tes formatif, Anda bisa lanjut mempelajari Kegiatan Belajar
3 jika nilai Anda mencapai 80. Jika belum, pelajari kembali bagian – bagian yang belum
Anda pahami.
37. Modul Pendidikan Jarak Jauh Jenjang Diploma 3 Program Studi Kebidanan
35
Rangkuman
Beberapa faktor yang dapat menyebabkan kematian ibu antara lain
adalah:terlambat mengenal tanda bahaya,terlambat mencapai fasilitas, atau
terlambat mendapat pertolongan yang adekuat di fasilitas kesehatan,terlalu
muda,terlalu rapat,dan terlalu tua.
Faktor-faktor yang dapat mengakibatkan meningkatnya resiko kehami-
lan dan kehidupan keluarga yang kurang baik adalah:kondisi fisiologis dan
psikososial intrinsik remaja,dan faktor – faktor sosiodemografi seperti kemi-
skinan, pendidikan yang rendah, belum menikah, dan asuhan pranatal yang
tidak adekuat.
Kehamilan pada masa remaja dan menjadi orang tua pada usia remaja
berhubungan secara bermakna dengan resiko medis dan psikososial, baik te-
hadap ibu maupun bayinya.
Unsafe abortion adalah abortus yang dilakukan oleh orang yang tidak
terlatih/kompeten sehingga menimbulkan banyak komplikasi bahkan kema-
tian.
Beberapa faktor yang mempengaruhi tingkat kesuburan pada wanita
adalah:wanita karier,umur,obesitas,gaya hidup dan pengaruh lingkungan.
Faktor yang mempengaruhi seorang ibu untuk melahirkan dengan
tenaga non kesehatan atau dukun adalah:Faktor ekonomi,keterbatasan bidan
di desa dan alasan jarak ke tempat pelayanan.
PMS adalah singkatan dari Penyakit Menular Seksual,seperti: Gonor-
rhea,Shypillis,AIDS dan Herpes genitalis.
Strategi pelayanan kebidanan komunitas yang digunakan adalah
pendekatan ke masyarakat. pendekatan ke masyarakat adalah serangkaian
kegiatan yang sistematis, terencana dan terarah untuk menggali, meningkat-
kan dan mengarahkan peran serta masyarakat, agar dapat memanfaatkan po-
tensi yang ada, guna memecahkan masalah kesehatan yang mereka hadapi.
Keluarga adalah unit terkecil dari masyarakat yang terdiri atas kepala
keluarga dan beberapa orang yang berkumpul dan tinggal disuatu tempat.
38. Modul Pendidikan Jarak Jauh Pendidikan Tinggi Kesehatan
36
Evaluasi
Formatif
Pilihlah satu jawaban yang paling tepat !
1. Faktor risiko tinggi yang merupakan penyebab langsung dari kematian ibu. Yang
termasuk kriteria faktor risiko tinggi antara lain:
a. Mual muntah selama kehamilan
b. Perdarahan selama kehamilan
c. Hipertensi dalam kehamilan
d. Kehamilan gAnda
e. Persalinan lama
2. Seorang ibu usia 25 tahun, bersalin ke dukun, mengalami persalinan lama dan diba-
wa ke Rumah Sakit setelah 2 hari bayi tidak dapat dilahirkan oleh sang dukun. Sebe-
lum tiba di rumah sakit, ibu sudah terlalu lemah untuk bertahan sehingga mening-
gal dalam perjalanan. Penyebab kematian ibu pada kasus di atas adalah:
a. Terlambat mengenal tanda bahaya,
b. Terlambat mencapai fasilitas
c. Terlambat mendapat pertolongan
d. Terlalu muda melahirkan
e. Terlalu tua melahirkan
3. Seorang ibu hamil mengeluh kepada suaminya pusing dan matanya mendadak ka-
bur sejak 3 hari yang lalu. Suami berpendapat bahwa penyebab pusing hanya kare-
na ibu sedang lelah dalam mengurus pekerjaan rumah tangga dan menganjurka
ibu untuk sering beristirahat. Ketika malam tiba, ibu mendadak kejang dan saat
tiba di Puskesmas ibu dan bayi dalam keadaan kritis. Ketika dilakukan rujukan, ibu
dan bayi hanya dapat bertahan 3 hari di Rumah Sakit. Penyebab kematian ibu pada
kasus di atas adalah:
a. Terlambat mengenal tanda bahaya,
b. Terlambat mencapai fasilitas
c. Terlambat mendapat pertolongan
d. Terlalu muda melahirkan
e. Terlalu tua melahirkan
4. Yang termasuk dalam penyebab utama kematian bayi yang baru lahir adalah:
a. Prematuritas
b. Hipertermia
c. Hipotermia
d. Hiperbilirubin
e. Kwashiorkor
39. Modul Pendidikan Jarak Jauh Jenjang Diploma 3 Program Studi Kebidanan
37
5. Vina berusia 10 tahun saat mendapat haid pertamanya. Vina bingung dengan apa
yang sedang terjadi pada dirinya dan mengira bahwa dirinya sedang menderita
luka yang berat hingga menyebabkan perdarahan yang banyak pada organ kewan-
itaannya. Masalah ini tidak akan terjadi jika remaja tersebut mendapat
a. Makanan bergizi
b. Pendidikan seksual sejak dini
c. Pergaulan yang luas
d. Media yang mendukung
e. Olahraga yang teratur
6. Seorang remaja putri berusia 16 tahun datang ke dukun dengan maksud untuk
menggugurkan bayi yang ada di dalam kandungannya. Remaja tersebut mengaku
belum menikah dan masih duduk di kelas 1 SMA. Sang dukun memberikan suatu
ramuan dan tidak lama kemudian remaja tersebut mengalami perdarahan hebat
hingga harus dilarikan ke Rumah Sakit. Kejadian tersebut merupakan akibat dari:
a. Early abortion
b. Late abortion
c. Unsafe abortion
d. Failed abortion
e. Incomplete abortion
7. Ny. N mengalami diare yang persisten selama 6 bulan. Saat dilakukan pemeriksaan
didapati bahwa terdapat jenis virus yang menyerang sistem kekebalan pada tubuh
yang dinamakan dengan Human Immunodefficiency Virus (HIV). Terapi yang akan
didapatkan oleh Ny. N berupa…
a. Acyclovir
b. Antibiotic
c. Antretrovirus
d. Antivirus
e. Vaksin
8. Seorang ibu mengeluh timbul luka pada bagian kewanitaannya sejak 1 minggu
yang lalu. Ibu demam sejak 3 hari yang lalu, mengeluh pusing, tidak nafsu makan.
Ibu tampak lemah dan saat dilakukan pemeriksaan terdapat condylomata pada ba-
gian vulva kiri. Tanda dan gejala yang dialami ibu diduga karena ibu menderita PMS
jenis:
a. Gonorrhea
b. Syphillis
c. Herpes genitalis
d. Candyda albican
e. Bacterial vaginosis
9. Memberikan pendidikan kepada individu-individu yang tidak terinfeksi sehingga
dapat menghindar dari individu yang terinfeksi. Langkah tersebut diambil untuk
mencegah STD di tingkat
a. Tersier
b. Sekunder
c. Primer
d. Dasar
e. Lanjut
40. Modul Pendidikan Jarak Jauh Pendidikan Tinggi Kesehatan
38
10. Seorang bidan ingin melakukan pembinaan tentang Keluarga Berencana pada
suatu kelompok masyarakat di daerah tertentu. Warga daerah tersebut terkenal
karena taat beragama. Bidan meminta ijin kepada ulama setempat untuk member-
ikan pembinaan saat ada pengajian lokal di salah satu rumah warga. Proses yang
sedang berlangsung diatas merupakan
a. Pendekatan bidan terhadap masyarakat
b. Pendekatan bidan terhadap keluarga
c. Survey mawas diri
d. Community diagnosis
e. Community treatment
11. Dua atau lebih dari dua individu yang tergabung karena hubungan darah, hubun-
gan perkawinan atau pengangkatan dan mereka hidup dalam suatu rumah tangga,
berinteraksi satu sama lain dan di dalam perannya masing-masing menciptakan
serta mempertahankan kebudayaan disebut
a. Masyarakat
b. Keluarga
c. Paguyuban
d. Patembayan
e. Lembaga
12. Ayah Yuliana bernama Andi Siregar, seluruh keluarga inti Yuliana mulai dari Yulian-
an sendiri, ibu serta adik-adik kandung Yuliana juga menggunakan nama “Siregar”
pada nama belakang mereka. Keluarga Yuliana termasuk keluarga yang mempu-
nyai struktur
a. Patrilineal
b. Matrilineal
c. Patrilokal
d. Matrilokal
e. Keluarga kawinan
13. Setelah menikah, Hardiyanto diboyong oleh istrinya untuk tinggal di rumah mertu-
anya (orang tua sang istri). Keluarga Hardiyanto termasuk keluarga yang mempu-
nyai struktur:
a. Patrilineal
b. Matrilineal
c. Patrilokal
d. Matrilokal
e. Keluarga kawinan
14. Orang tua Gina selalu menanyakan pekerjaan rumah Gina sepulang Gina dari seko-
lah. Saat Gina mendapatkan ranking 1 di sekolahnya, Gina mendapat hadiah beru-
pa boneka dari ayahnya. Orang tua sedang menjalankan fungsinya sebagai keluar-
ga yaitu:
a. Biologis
b. Psikologis
c. Sosiologis
d. Pendidikan
e. Ekonomi
41. Modul Pendidikan Jarak Jauh Jenjang Diploma 3 Program Studi Kebidanan
39
15. Pola kehidupan keluarga yang tradisional, agraris, tenang, sederhana dan bersua-
sana akrab merupkan pola kehidupan keluarga daerah…
a. Maritim
b. Suburban
c. Transmigrasi
d. Perkotaan
e. Pedesaan
42. Modul Pendidikan Jarak Jauh Pendidikan Tinggi Kesehatan
40
SUMBER BUKU
D. Muma, Richard. 1997. “HIV”. Jakarta. Buku Kedokteran EGC.
Departemen Kesehatan RI. 2001. Pedoman Pelayanan Kebidanan Dasar. Jakarta:
Depkes RI bekerjasama dengan United Nation Population Found.
Direktorat Jendral Pembinaan Kesehatan Masyarakat. 1995. “Kumpulan Materi Kes
ehatan Reproduksi Remaja (KKR)”. Jakarta. Departemen Kesehatan RI.
Effendy, Nasrul. 1998. Dasar-Dasar Keperawatan Kesehatan Masyarakat. Jakarta: EGC
Gani, Ascobat. 1993. “ Makanan untuk Bayi”. Jakarta. Perkumpulan Perinatologi Indone-
sia.
HAndajani, Sutjiati Dwi. 2012. Kebidanan Komunitas: Konsep & Manajemen Asuhan. Ja-
karta: EGC
Machfoedz, Ircham. 2005. “Pendidikan Kesehatan Promosi Kesehatan”. Yogyakarta. Fit-
ramaya.
Notoatmojo, Soekidjo. 2003. “Pendidikan Dan Perilaku Kesehatan”. Jakarta. PT. Rineka
Cipta.
Reid,Lindsay. 2007. Midwifery: Freedom to Practise? An International Exploration of Mid-
wifery Practice. British:Elsevier.
Runjati. 2011. Asuhan Kebidanan Komunitas. Jakarta: EGC
Soetjiningsih. 2004. “Tumbuh Kembang Remaja dan Permasalahannya”. Jakarta. Sa-
gungSeto.
Safrudin & Hamidah. 2009.Kebidanan Komunitas. Jakarta: EGC
Syafrudin. 2009. Sosial Budaya Dasar untuk Mahasiswa Kebidanan. Jakarta: TIM.
Varney,Helen. 2007. Buku Ajar Asuhan Kebidanan. Jakarta:EGC.
Yulifah & Yuswanto. 2009.Asuhan Kebidanan Komunitas. Jakarta: Salemba Medika
43. Modul Pendidikan Jarak Jauh Jenjang Diploma 3 Program Studi Kebidanan
41
Penutup
Dengan berakhirnya Kegiatan Belajar 4 ini maka berakhir pula modul 1 tentang
Konsep Asuhan Kebidanan Komunitas, Tugas dan Tanggungjawab Bidan di Komunitas,
Asuhan Kebidanan di Komunitas. Selamat Anda telah menyelesaikan modul 1. Dihara-
pkan dengan berakhirnya modul ini Anda akan dapat menguasai kompetensi yang di-
harapkan pada awal kegiatan belajar.
Setelah menyelesaikan Modul 1, selanjutnya Anda akan melanjutkan ke Modul 2
yang membahas tentang Prinsip Pengelolaan KIA-KB. Berikut merupakan cara perhitun-
gan nilai untuk mengetahui ketuntasan belajar Anda:
SELAMAT MENGERJAKAN TEST AKHIR MODUL. KAMI YAKIN ANDA
PASTI BISA!! GOOD LUCK !!
1. Setiap akhir pertemuan selesai, kerjakan soal-soal test yang terse-
dia dan yakinkan bahwa Anda mampu menjawabnya tanpa mem-
baca materi lagi
2. Setelah Anda menjawab , maka lakukan koreksi dengan bantuan
kunci jawaban yang tersedia.
3. Lakukan penilaian untuk diri sendiri dengan cara :
Jumlah soal benar
Jumlah soal
4. Ketuntasan pembelajaran tercapai apabila Anda berhasil
mendapatkan nilai 80
5. Apabila Anda belum bisa mencapai nilai minimal 80, maka ulangi
lagi untuk mempelajari materi dan Anda bisa menanyakan pada
Tutor Anda dan kerjakanlah Tes Akhir Modul
6. Bila Anda sudah berhasil, maka lanjutkan untuk ke pertemuan
berikutnya dan bila selesai maka Anda dapat pindah ke modul
berikutnya
UNTUK MENGETAHUI KETUNTASAN BELAJAR,
ANDA DAPAT MENILAI
DIRI SENDIRI DENGAN CARA :
X 100
44. Modul Pendidikan Jarak Jauh Pendidikan Tinggi Kesehatan
42
B.Kunci Jawaban Kegiatan
Belajar 2
1. B 11. B
2. B 12. A
3. A 13. D
4. A 14. B
5. B 15. E
6. C
7. C
8. B
9. C
10. A
45. Modul Pendidikan Jarak Jauh Jenjang Diploma 3 Program Studi Kebidanan
43
Daftar
Gambar
http://harganews.com/uploads/profiles/031524020214%7Ccytotec.jpg
http://i.huffpost.com/gen/1433051/images/o-ABORTION-facebook.jpg
http://img1.nymag.com/imgs/fashion/daily/2013/05/07/07-gonorrhea.w750.
h560.2x.jpg
http://upload.wikimedia.org/wikipedia/commons/e/eb/2ndsyphil2.jpg
http://exepose.com/wp-content/uploads/2014/12/aidsribbon.jpg
http://i.ytimg.com/vi/RZDxJj0N9KU/maxresdefault.jpg
https://4lawang.files.wordpress.com/2010/10/imunisasi.jpg
http://fkip.wiraraja.ac.id/wp-content/uploads/2013/05/uts-jujur.jpg
http://rscarolus.atoma.co.id/wp-content/uploads/2011/12/DSC5007.jpg
https://medicaltorch.files.wordpress.com/2013/06/img_9294_resized.jpg
https://puskesmasjrengik76.files.wordpress.com/2013/01/img_0103.jpg
http://akbidpemkabbgoro.ac.id/wp-content/uploads/2013/12/bayi.jpg
https://giftafterwaiting.files.wordpress.com/2013/04/dscn3354.jpg
http://www.rsiafamily.com/wp-content/uploads/2012/07/kamar-bayi.jpg
http://www.mogulbaby.com/wp-content/uploads/2010/10/baby-copy.jpg
www.katalogibu.com/wp-content/uploads/2014/03/ASI.jpg
http://www.tentangbunda.com/wp-content/uploads/2012/06/inisiasi-menyusi-dini.
jpg
https://yogasecang.files.wordpress.com/2009/07/ngisep-jempol1.jpg
https://little1academypondokcandrasurabaya.files.wordpress.com/2013/04/
img_20130121_083658.jpg
46. Modul Pendidikan Jarak Jauh Pendidikan Tinggi Kesehatan
44
Hak Cipta Kementrian Republik Indonesia Bekerjasama Dengan
Australia Indonesia for Health System Strengthening (AIPHSS)
2015
Hak Cipta Kementrian Republik Indonesia Bekerjasama Dengan
Australia Indonesia for Health System Strengthening (AIPHSS)
2015