Makalah ini membahas tentang pendekatan praktik kebidanan melalui media. Pendekatan ini diperlukan agar bidan dapat memberikan pelayanan kesehatan yang optimal kepada masyarakat dengan mempertimbangkan faktor sosial budaya. Beberapa pendekatan yang dibahas antara lain pendekatan melalui paguyuban, yang merupakan kelompok masyarakat dengan hubungan sosial erat. Makalah ini juga menjelaskan ciri-ciri dan tipe
1. CARA PENDEKATAN PRAKTIK KEBIDANAN
MELALUI MEDIA
Disusun Oleh:
NANCY SETIYAWATI
14614626
PROGRAM STUDI DIV KEBIDANAN PENDIDIK
FAKULTAS ILMU KESEHATAN
UNIVERSITAS KADIRI 2015
2. KATA PENGANTAR
Puji dan Syukur penyusun ucapkan kepada Tuhan Yang Maha Esa yang telah
memberikan rahmat kepada penyusun sehingga dapat menyelesaikan makalah ini sebagai
salah satu tugas mata kuliah Humaniora.
Penyusunan makalah ini tidak terlepas dari keterlibatan berbagai pihak yang telah
memberikan semangat dan masukan yang sangat berarti bagi penyusun.
Penyusun menyampaikan ucapan terimakasih kepada semua pihak yang telah
memberikan bantuan tenaga, sumbangan pemikiran dan dukungan moril selama penyelesaian
makalah ini, kepada :
1. Linda Selaku dosen mata kuliah Humaniora
2. Teman - teman mahasiswa Program khusus D IV Kebidanan kelas 7.2 yang telah
memberikan dorongan moril dan pemikiran dalam penulisan makalah ini.
Semoga Tuhan Yang Maha Esa memberikan berkah dan karunia kepada kita semua
dan semoga makalah ini dapat memberikan manfaat bagi kita semua. Amin.
Kediri, 23 Mei 2015
Penyusun
3. DAFTAR ISI
HALAMAN JUDUL
KATA PENGANTAR................................................................................................................... i
DAFTAR ISI ................................................................................................................................ ii
BAB I
1.1 Latar Belakang .................................................................................................................... 1
1.2 Rumusan Masalah .............................................................................................................. 1
1.3 Tujuan................................................................................................................................... 2
1.4 Manfaat ............................................................................................................................... 2
BAB II TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Pengertian .......................................................................................................................... 3
2.2 Ciri – cirri Paguyuban ........................................................................................................ 3
2.3 Tipe Paguyuban ................................................................................................................. 4
2.4 Pelayanan Kebidanan dengan Pendekatan Paguyuban ...................................................... 4
BAB III PENUTUP
3.1 Kesimpulan ........................................................................................................................7
3.2 Saran ..................................................................................................................................7
DAFTAR PUSTAKA....................................................................................................................8
4. BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Aspek sosial dan budaya sangat mempengaruhi pola kehidupan manusia. Di era
globalisasi sekarang ini dengan berbagai perubahan yang begitu ekstrim menuntut
semua manusia harus memperhatikan aspek sosial budaya. Salah satu masalah yang
kini banyak merebak di kalangan masyarakat adalah kematian ataupun kesakitan pada
ibu dan anak yang sesungguhnya tidak terlepas dari faktor-faktor sosial budaya dan
lingkungan di dalam masyarakat dimana mereka berada.
Disadari atau tidak, faktor-faktor kepercayaan dan pengetahuan budaya seperti
konsepsi-konsepsi mengenai berbagai pantangan, hubungan sebab- akibat antara
makanan dan kondisi sehat-sakit, kebiasaan dan ketidaktahuan, seringkali membawa
dampak baik positif maupun negatif terhadap kesehatan ibu dan anak.
Menjadi seorang bidan bukanlah hal yang mudah. Seorang bidan harus siap fisik
maupun mental, karena tugas seorang bidan sangatlah berat. Bidan yang siap mengabdi
di kawasan pedesaan mempunyai tantangan yang besar dalam mengubah pola
kehidupan masyarakat yang mempunyai dampak negatif tehadap kesehatan masyarakat.
Tidak mudah mengubah pola pikir ataupun sosial budaya masyarakat. Apalagi masalah
proses persalinan yang umum masih banyak menggunakan dukun beranak.
Ditambah lagi tantangan konkret yang dihadapi bidan di pedesaan adalah
kemiskinan, pendidikan rendah, dan budaya. Karena itu, kemampuan mengenali
masalah dan mencari solusi bersama masyarakat menjadi kemampuan dasar yang harus
dimiliki bidan.
Untuk itu seorang bidan agar dapat melakukan pendekatan terhadap masyarakat
perlu mempelajari sosial-budaya masyarakat tersebut, yang meliputi tingkat
pengetahuan penduduk, struktur pemerintahan, adat istiadat dan kebiasaan sehari-hari,
pandangan norma dan nilai, agama, bahasa, kesenian, dan hal-hal lain yang berkaitan
dengan wilayah tersebut.
1.2 Rumusan Masalah
1.2.1 Apa pengertian paguyuban ?
1.2.2 Apa ciri-ciri dan tipe paguyuban ?
1.2.3 Bagaimana pendekatan praktik kebidanan melalui paguyuban ?
5. 1.3 Tujuan
1.3.1 Mengetahui pengertian paguyuban
1.3.2 Mengetahui ciri-ciri dan tipe paguyuban
1.3.3 Mengetahui bagaimana pendekatan praktik kebidanan melalui paguyuban
1.4 Manfaat
1.4.1 Dapat mengetahui dan memahami arti pendekatan melalui paguyuban
1.4.2 Dapat mengaplikasikan pendekatan paguyuban dalam kehidupan bermasyarakat
1.4.3 Memudahkan petugas kesehatan untuk memberikan pelayanan kesehatan
6. BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
Pelayanan praktik kebidanan merupakan bagian yang tak terpisahkan dari pelayanan
rumah sakit. Oleh karena itu, tenaga bidan bertanggung jawab memberikan pelayanan
kebidanan yang optimal dalam meningkatkan dan mempertahankan mutu pelayanan
kebidanan yang diberikan selama 24 jam secara berkesinambungan. Bidan harus memiliki
keterampilan professional, ataupun global. Agar bidan dapat menjalankan peran fungsinya
dengan baik, maka perlu adanya pendekatan sosial budaya yang dapat menjembatani
pelayanannya kepada pasien.
Program pelayanan kebidanan yang optimal dapat dicapai dengan adanya tenaga
bidan yang professional dan dapat diandalkan dalam memberikan pelayanan kebidanannya
berdasarkan kaidah-kaidah profesi yang telah ditentukan,seperti memiliki berbagai
pengetahuan yang luas mengenai kebidanan, dan diterapkan oleh para bidan dalam
melakukan pendekatan asuhan kebidanan kepada masyarakat.
Bidan dapat menunjukan otonominya dan akuntabilitas profesi, melalui pendekatan
sosial dan budaya yang akurat. Terdapat beberapa bentuk pendekatan yang dapat digunakan
atau diterapkan oleh para bidan dalam melakukan pendekatan asuhan kebidanan kepada
masyarakat misalnya paguyuban. Hal tersebut bertujuan untuk memudahkan masyarakat
dalam menerima, bahwa pelayanan atau informasi yang diberikan oleh petugas, bukanlah
sesuatu yang tabu tetapi sesuatu hal yang nyata atau benar adanya.
2.1 Pengertian
Paguyuban atau Gemeinschaft adalah suatu kelompok atau masyarakat yang diantara
para warganya di warnai dengan hubungan-hubungan sosial yang penuh rasa
kekeluargaan, bersifat batiniah dan kekal, serta jauh dan pamrih-pamrih ekonomi.
2.2 Ciri-ciri Paguyuban
Menurut Ferdinand tones cirri-ciri pokok dari paguyuban antara lain :
1. Intimate : hubungan menyeluruh yang mesra
2. Private : hubungan bersifat pribadi, yaitu khusus untuk beberapa orang saja
3. Exclusive : bahwa hubungan tersebut hanyalah untuk “kita” saja dan tidak untuk
orang lain diluar “kita”.
7. Sedangkan secara umum cirri-ciri paguyuban yaitu :
1. Adanya hubungan perasaan kasih sayang
2. Adanya keinginan untuk meningkatkan kebersamaan
3. Tidak suka menonjolkan diri
4. Selalu memegang teguh adat lama yang konservatif
5. Sifat gotong royong masih kuat
6. Hubungan kekeluargaan masih kental
2.3 Tipe Paguyuban
Memiliki tiga tipe yang ada di masyarakat yaitu :
1. Paguyuban karena ikatan darah (Gemeinschaft by blood )
Yaitu paguyuban bedasarkan keturunan contoh kelompok kekeluargaan, keluarga
besar
2. Paguyuban karena tempat (gemeinschaft by place )
Yaitu paguyuban yang terdiri dari orang-orang yang berdekatan tempat tinggal
sehingga dapat saling tolong menolong contohnya arisan, RT, RW, karang taruna,
PKK, pos kampling, atau ronda
3. Paguyuban karena jiwa pikiran (gemneinschaft by mind)
Yaitu paguyuban yang terdiri dari orang yang tidak mempunyai hubungan darah atau
tempat tinggalnya tidak berdekatan, akan tetapi mereka mempunyai jiwa dan pikiran
yang sama, paguyuban semacam itu tidak sekuat dengan ikatan paguyuban
berdasarkan keturunan contohnya organisasi.
2.4 Pelayanan kebidanan dengan pendekatan Paguyuban
Paguyuban atau gemeinschft adalah suatu kelompok atau masyarakat yang
diantara para warganya di warnai dengan hubungan – hubungan sosial yang penuh rasa
kekeluargaan, bersifat batiniah dan kekal, serta jauh dan pamrih - pamrih ekonomi.
Dalam rangka peningkatan kualitas dan mutu pelayanan kebidanan diperlukan
pendekatan-pendekatan khususnya paguyuban.untuk itu kita sebagai tenaga kesehatan
khususnya calon bidan agar mengetahui dan mampu melaksanakan berbagai upaya untuk
meningkatkan peran aktif masyarakat agar masyarakat sadar pentingnya kesehatan,
misalnya saja dengan mengadakan kegiatan posyandu di puskesmas puskesmas.
Selain diadakan posyandu dipuskesmas-puskesmas upaya untuk meningkatkan
peran aktif masyarakat dapat dilakukan dengan cara sebagai berikut:
8. 1. Mengadakan pendekatan pendekatan dan menjalin kerja sama.
Petugas kesehatan harus mengadakan pendekatan-pendekatan dengan organisasi
masyarakat yang ada di lingkungan tersebut seperti kader desa, tokoh masyarakat,
kelompok PKK, RT, RW, karang taruna, dll. Contohnya adalah petugas kesehatan
atau bidan arus mengadakan kerja sama dengan pamong desa yaitu mengajak
masyarakat untuk memanfaatkan posyandu dengan giat datang ke posyandu baik
menimbang balita, imunisasi, KB, dll. Selain itu juga dapat dilakukan dengan cara
mendatangi rumah-rumah penduduk yang memiliki balita untuk mengadakan
penyuluhan kesehatan agar ingin mendatangi posyandu.
2. Teknik penggunaan ancaman
Disini petugas memberikan ancaman baik dalam bentuk sangsi ataupun hukuman.
Contohnya petugas memberikan sangsi tertentu kepada masyarakat yang tidak
bersedia menjadi akseptor KB, karena ingin menghindari hukuman maka muncul
peran serta masyarakat yang sifatnya terpaksa. Penggunaan teknik ini memang akan
memunculkan peran serta dari masyarakat yang sifatnya terpaksa maka tidak akan
lestari jika ada orang yang memberi ancaman lagi maka masyarakat tidak akan
berperan serta lagi.
3. Teknik pemberian imbalan.
Disini petugas memberikan suatu imbalan bagi masyarakat yang ingin turut serta
berperan aktif , bentuk-bentuk imbalannya dapat berupa materi,penghargaan ataupun
hadiah hadiah yang lainnya. Akan tetapi kelemahan dari teknik adalah perlunya
disediakan imbalan yang bersifat materil sehingga memberitakan keadaan ekonomi
seperti yang terjadi sekarang ini serta dapat menurunkan peran serta masyarakat jika
imbalan ini kurang atau dihilangkan sehingga peran serta yang ada tidak lestari.
4. Teknik kombinasi
Dalam teknik kombinasi menggabungkan berbagai teknik yang ada hal ini sangat
penting karena penggunaan salah satu teknik di atas mempunyai keterbatasan
keterbatasan. Dengan cara memilah maka kelemahan kelemahan teknik diatas dapat
meminimalisasikan. Alasan lainnya karena adalah karena masyarakat memiliki
budaya dan kesadaran yang berbeda-beda.sebagai contoh : upaya imunisasi untuk
pencegahan penyakit, pertama-tama pemong desa dapat memberikan pemerintah
bahwa semua bayi harus di imunisasi.para tooh masyarakat, pemimpin kader dan
para kader selalu mendatangi rumah-rumah penduduk yang memiliki bayi untuk
memperlihatkan manfaat imunisasi bagi bayi. Hal ini dapat mengubah motivasi
9. masyarakat untuk ikut serta dalam kesehatan. Penggunaan teknik ini memang akan
memunculkan peran serta dari masyarakat yang sifatnya terpaksa maka tidak akan
lestari jika ada orang yang memberi ancaman lagi, maka masyarakat tidak akan
berperan serta lagi.
5. Teknik kombinasi
Dalam teknik kombinasi menggabungkan berbagai teknik yang ada, hal ini sangat
penting karena penggunaan salah satu teknik diatas mempunyai keterbatasan-
keterbatasan. Denga cara memilah maka kelemahan-kelemahan teknik diatas dapat
diminimalisasikan. Alasan lainnya adalah karena masyarakat memiliki budaya dan
kesadaran yang berbeda-beda. Sebagai contoh: upaya imunisasi untuk pencegahan
penyakit, pertama-tama pamong desa dapat memberikan perintah bahwa semua bayi
harus diimunisasi. Para tokoh masyarakat, pemimpin leader, dan para kader selalu
mendatangi rumah-rumah penduduk yang memiliki bayi untuk memperlihatkan
manfaat imunisasi bagi bayi. Hal ini dapat menggugah motivasi masyarakat untuk
ikut serta dalam kesehatan.
10. BAB III
PENUTUP
3.1 Kesimpulan
Bidan sebagai salah seorang anggota tim kesehatan yang terdekat dengan
masyarakat, mempunyai peran yang sangat menentukan dalam meningkatkan status
kesehatan masyarakat, khususnya kesehatan ibu dan anak di wilayah kerjanya.
Seorang bidan harus mampu menggerakkan peran serta masyarakat khususnya,
berkaitan dengan kesehatan ibu hamil, ibu bersalin, bufas, bayi baru lahir, anak remaja
dan usia lanjut. Seorang bidan juga harus memiliki kompetensi yang cukup berkaitan
dengan tugas, peran serta tanggung jawabnya. Agar bidan dapat menjalankan praktik
atau pelayanan kebidanan dengan baik, hendaknya bidan melakukan beberapa
pendekatan misalnya pendekatan melalui kesenian tradisional.
3.2 Saran
Bidan perlu mempelajari sosial-budaya masyarakat wilayah kerjanya, yang
meliputi tingkat pengetahuan penduduk, struktur pemerintahan, adat istiadat dan
kebiasaan sehari-hari, pandangan norma dan nilai, agama, bahasa, kesenian, dan hal-hal
lain yang berkaitan dengan wilayah tersebut.