SlideShare a Scribd company logo
1 of 58
Download to read offline
tutur widodo : pend. matematika uns 
v 
DAFTAR ISI 
HALAMAN JUDUL ........................................................................................... i 
HALAMAN PERSETUJUAN .......................................................................... II 
HALAMAN PENGESAHAN ......................................................................... III 
KATA PENGANTAR ...................................................................................... IV 
DAFTAR ISI ..................................................................................................... V 
BAB I PENDAHULUAN ................................................................................... 1 
A. LATAR BELAKANG MASALAH .................................................................. 1 
B. PEMBATASAN MASALAH .......................................................................... 2 
C. PERUMUSAN MASALAH ............................................................................ 2 
D. TUJUAN PENULISAN ................................................................................. 3 
BAB II PEMBAHASAN .................................................................................... 4 
1. MATERI PENDUKUNG ................................................................................ 4 
1.1 Group Siklik .......................................................................................... 4 
1.2 Gelanggang .......................................................................................... 8 
1.3 Lapangan ............................................................................................ 16 
1.4 Ruang Vektor ...................................................................................... 21 
1.5 Perluasan Lapangan ........................................................................... 23 
1.6 Suku Banyak (Polinomial) ................................................................... 26 
2. PEMBAHASAN ......................................................................................... 33 
2.1 Pengertian Lapangan Berhingga ......................................................... 33 
2.2. Sifat – Sifat Lapangan Berhingga ....................................................... 34 
2.3. Sublapangan ...................................................................................... 38 
2.4 Cara Mengkonstruksi Lapangan Berhingga  ........................... 39 
2.5 Ketunggalan dari Lapangan Berhingga Berorder Sama (up to 
Isomorphisma) ........................................................................................... 43
tutur widodo : pend. matematika uns 
Lapangan Berhingga vi 
BAB III PENUTUP .......................................................................................... 51 
A. KESIMPULAN .......................................................................................... 51 
B. SARAN .................................................................................................... 51 
LAMPIRAN ..................................................................................................... 52 
DAFTAR PUSTAKA ....................................................................................... 56
tutur widodo : pend. matematika uns 
1 
BAB I 
PENDAHULUAN 
A. Latar Belakang Masalah 
Lapangan adalah salah satu objek yang dipelajari dalam aljabar abstrak, 
salah satu cabang ilmu matematika. Dalam disiplin ilmu matematika sendiri, 
lapangan memegang peranan yang sangat penting. Bahkan dalam perkuliahan pun 
lapangan memegang peranan penting. Sebagai contoh, ketika belajar kalkulus, 
teori bilangan, analisis riil maupun analisis kompleks, lapangan berperan penting 
di dalamnya. Mengapa bisa dikatakan demikian. Sebab objek seperti himpunan 
bilangan riil (  ), himpunan bilangan kompleks ( 	 ), himpunan bilangan 
rasional ( 
) serta himpunan bilangan bulat modulo p (
) dengan operasi 
penjumlahan dan perkalian adalah contoh dari lapangan. 
Dalam perkuliahan Struktur Aljabar telah dipelajari pengertian awal 
tentang lapangan dan beberapa sifatnya. Salah satu objek yang dipelajari di 
lapangan yaitu lapangan berhingga. Lapangan berhingga ternyata memiliki sifat-sifat 
yang menarik untuk dipelajari, pun lapangan berhingga sendiri memiliki 
aplikasi yang cukup luas misalnya di criptografi atau di teorema coding. 
Salah satu yang menarik dari lapangan berhingga adalah bahwa dapat 
dibuktikan setiap lapangan berhingga memiliki elemen sebanyak pn dengan p 
bilangan prima dan n bilangan bulat positif. Selain itu hal yang menarik penulis 
adalah bagaimana mengkonstruksi suatu lapangan berhingga, serta apa saja sifat - 
sifat dari lapangan berhingga itu sendiri. Oleh karena itu, berdasarkan latar 
belakang tersebut di atas, dalam makalah ini akan dibahas tentang pengertian 
lapangan berhingga, sifat - sifat serta cara mengkonstruksinya.
tutur widodo : pend. matematika uns 
Lapangan Berhingga 2 
B. Pembatasan Masalah 
Pada makalah ini, pembahasan mengenai materi lapangan berhingga 
lebih ditekankan pada teori – teori dasar yaitu tentang pengertian dan sifat – 
sifatnya. Sedangkan untuk terapannya termasuk mengenai Galois Field tidak 
dibahas pada makalah ini. Selain itu, cara mengkonstruksi lapangan berhingga 
yang diperkenalkan hanya satu yaitu dengan memanfaatkan gelanggang 
polinomial Px dan polinomial tak tereduksi px  Px. Demikian pula 
bagaimana cara mencari polinomial tak tereduksi tersebut tidak dibahas pada 
makalah ini. 
C. Perumusan Masalah 
Berdasarkan latar belakang dan pembatasan masalah di atas , penulis 
merumuskan permasalahan sebagai berikut : 
1. Apakah pengertian lapangan berhingga ? 
2. Apasaja sifat – sifat yang dimiliki oleh lapangan berhingga? 
3. Bagaimana sifat sublapangan dari lapangan berhingga ? 
4. Bagaimana cara mengkonstruksi lapangan berhingga sesuai dengan banyak 
elemen yang dimuatnya ?
tutur widodo : pend. matematika uns 
Lapangan Berhingga 3 
D. Tujuan Penulisan 
Tujuan dari penulisan makalah ini adalah : 
1. Mengetahui pengertian lapangan berhingga. 
2. Mengetahui sifat – sifat lapangan berhingga. 
3. Mengetahui sifat sublapangan dari lapangan berhingga. 
4. Dapat mengkonstruksi lapangan berhingga sesuai dengan banyak elemen 
yang dimuatnya.
tutur widodo : pend. matematika uns 
4 
BAB II 
PEMBAHASAN 
Sebelum memulai pembahasan tentang lapangan berhingga terlebih dahulu 
disajikan materi- materi terkait yang menjadi pendukung, sebagai berikut : 
1. Materi Pendukung 
1.1 Group Siklik 
Definisi 1.1.1 ( Definisi group ) Himpunan tak kosong G disebut group jika di 
dalam G terdefinisi satu operasi biner  ( operasi biner yaitu fungsi dari 
   ke  ) dan dipenuhi sifat – sifat berikut : 
1. Untuk setiap , ,    berlaku    ( Berlaku sifat 
assosiatif ) 
2. Terdapat elemen    sedemikian sehingga    berlaku   
   ( e disebut elemen identitas di G ) 
3. Untuk setiap    terdapat elemen    sedemikian sehingga 
     ( disebut invers dari  ) 
(Grillet, 2000 : 8) 
Contoh : 
Himpunan bilangan bulat  dengan operasi penjumlahan ( + ) yang telah kita 
kenal membentuk group. 
Definisi 1.1.2 ( Definisi group siklik ) Suatu group G disebut group siklik jika 
terdapat elemen    sedemikian sehingga   | !  .
tutur widodo : pend. matematika uns 
Lapangan Berhingga 5 
Elemen    yang demikian disebut generator dari G. Selanjutnya group siklik 
G yang dibangun oleh    dinotasikan   #$. 
(J.A. Galian, 1990 : 66) 
Contoh : 
  %  0  1, 2, 3, 4 terhadap operasi perkalian di % adalah contoh group 
siklik yang dibangun oleh 3 sebab, 
3+  3, 3,  9  4, 3.  27  2, 30  81  1. 
Definisi 1.1.3 ( Definisi Order ) Misalkan G suatu group, order dari suatu 
elemen 2   yaitu bilangan bulat positif terkecil t sedemikian sehingga 
23  14 (elemen identitas di G). Order dari elemen 2 dinotasikan =2. 
Sedangkan order dari group  menyatakan banyaknya elemen yang ada di 
, dinotasikan ||. 
(Fraleigh, 2000 : 408) 
Contoh : 
Mengacu contoh dari definisi 1.1.2, diperoleh ||  4 dan =1  1 sebab 
1+  1 sedangkan =2  4 karena 20  16  1. 
Teorema 1.1.4 Misalkan   #$ adalah group siklik dengan order n. Maka 
  #@$ jika dan hanya jika AB!, C  1. 
(J.A. Galian, 1990 : 69) 
Bukti : 
Untuk membuktikan teorema di atas harus dibuktikan dua pernyataan yaitu: 
1. Jika   #@$ maka AB!, C  1
tutur widodo : pend. matematika uns 
Lapangan Berhingga 6 
2. Jika AB!, C  1 maka   #@$ 
Untuk membuktikan pernyataan 1) digunakan kontradiksi. Andaikan 
AB!, C   E 1. Diperoleh n = pt dengan t  n dan k = pw dengan w  k. 
Maka @3
F3
3F  F  F  . 
Jadi, =@ G H I !. Karena #@$  J+, ,,… , LMNOPQ berakibat 
|#@$|  =@ G H I !. Dengan kata lain #@$ R , sehingga @ bukan 
generator dari G. Timbul kontradiksi karena diketahui   #@$. Jadi, haruslah 
AB!, C  1. 
Untuk membuktikan pernyataan 2) digunakan cara langsung. Diketahui 
AB!, C  1 berakibat terdapat , S   sehingga ! V CS  1. Oleh karena 
itu   WX@Y  W. @Y  . @Y  @Y  @Y maka   #@$. Karena G 
dibangun oleh a berakibat  Z #@$. Diketahui pula bahwa #@$ Z . Jadi, 
  #@$. 
Contoh : 
Group   %  0  1, 2, 3, 4. Telah diketahui bahwa 3 adalah generator dari 
G. Berdasarkan teorema 1.1.4 diatas, generator dari G yang lain adalah 3.  
27  2. Hal ini benar karena, 
1  20, 2  2+, 3  2., 4  2, 
Teorema 1.1.5 Misalkan G adalah group berhingga dengan order n, dengan 
sifat setiap bilangan bulat positif d yang membagi habis n, terdapat paling 
banyak d solusi dari persamaan N  [ di G. Maka G adalah group siklik. (e 
elemen identitas di G) 
(Herstein, 1996 : 222) 
Bukti : 
Misalkan  adalah banyaknya elemen di G yang memiliki order d. Ambil 
sebarang d bilangan bulat positif yang membagi habis n. Jika terdapat
tutur widodo : pend. matematika uns 
Lapangan Berhingga 7 
dimana ord(a) = d maka himpunan penyelesaian dari persamaan N   adalah 
, , ,, ., …, N]+. Sehingga setiap elemen di G yang berorder d mempunyai 
bentuk salah satu dari , , ,, ., …, N]+. Berdasarkan teorema 1.1.4 
diperoleh   ^. (^ adalah fungsi Euler *). Sedangkan bila tidak 
terdapat elemen di G yang berorder d maka   0. Oleh karena itu, untuk 
setiap d yang membagi habis n berlaku  G ^. 
Karena order dari setiap elemen di G membagi ||= n maka diperoleh 
ΣN   ! ` . Dari teori bilangan didapat ΣN ^  ! ` . Sehingga 
a  !  a^ 
N` N` 
tetapi karena  G ^,  yang membagi habis n berakibat   ^. 
Karena n membagi n maka !  ^! b 1, ini berarti terdapat elemen H   
yang berorder n. Oleh karena itu, elemen – elemen , H, H,, H.,…, H]+ semuanya 
berbeda dan ada di G. Dengan kata lain   , H, H,, H.,…, H]+ adalah group 
siklik dengan generator t. 
Contoh : 
  %  0  1, 2, 3, 4 terhadap operasi perkalian di % membentuk group. 
Jelas pula bahwa ||  4. Perhatikan 1, 2 dan 4 membagi habis 4 dan persamaan 
+  1 di G mempunyai himpunan penyelesaian { 1 } 
,  1 di G mempunyai himpunan penyelesaian { 1, 4 } 
0  1 di G mempunyai himpunan penyelesaian { 1, 2, 3, 4 } = G 
Jadi, G memenuhi kondisi pada teorema 1.1.5 sehingga G merupakan group siklik 
( telah dibuktikan pada contoh 1 ). 
*penjelasan tentang fungsi Euler terdapat di lampiran.
tutur widodo : pend. matematika uns 
Lapangan Berhingga 8 
1.2 Gelanggang 
Definisi 1.2.1( Definisi Gelanggang ) Himpunan R tak kosong disebut 
gelanggang jika di dalam R terdapat dua operasi ( umumnya disimbolkan ( + ) 
dan ( . )) sedemikian sehingga berlaku : 
1. jika ,   c maka ( V   c. 
2.  V    V , ,   c. 
3.  V   V    V  V , , ,   c. 
4. Terdapat elemen 0R  R sehingga 0R +   ,   c. Selanjutnya 0R 
disebut elemen netral dari R. 
5.   c, terdapat   c d  V   0. Selanjutnya b disebut invers dari  
terhadap penjumlahan di R, biasa ditulis   . 
6. ,   c maka .   c. 
7. . .   . . , , ,   c 
8. .  V   .  V .  dan  V .   .  V . , , ,   c. 
Jika terdapat 1R  R, sehingga 1R.   . 1e  ,   c . R disebut 
gelanggang dengan elemen satuan dan 1R disebut elemen satuan di R. 
Apabila di R juga berlaku .   . , ,   c maka R dinamakan 
gelanggang komutatif. 
( Herstein, 1996 : 126 ) 
Contoh : 
Himpunan bilangan real  dengan operasi penjumlahan (+) dan operasi perkalian 
(.) yang sudah dikenal membentuk gelanggang. 
Definisi 1.2.2 ( Definisi daerah integral ) Misalkan R gelanggang komutatif, R 
disebut daerah integral jika untuk setiap ,   c sedemikian sehingga 
.   0e mengakibatkan   0e atau   0e. 
( Herstein, 1996 : 127 )
tutur widodo : pend. matematika uns 
Lapangan Berhingga 9 
Contoh : 
Himpunan bilangan real  adalah gelanggang komutatif yang juga merupakan 
daerah integral. 
Definisi 1.2.3 ( Definisi ideal ) Misalkan R suatu gelanggang. Himpunan tak 
kosong I Z c disebut ideal jika berlaku : 
1. I subgroup penjumlahan dari R. 
2. =  c,   g berlaku =  g dan =  g. 
( Herstein, 1996 : 140) 
Contoh : 
Himpunan … , 4,2, 0, 2, 4,…  2 h  adalah ideal dari gelanggang . 
Definisi 1.2.4 ( Definisi ideal maksimal ) Misalkan M ideal dari gelanggang R. 
M disebut ideal maksimal jika ideal lain di R yang memuat M hanyalah M 
sendiri atau R. 
(Herstein, 1996 : 148) 
Contoh : 
Himpunan … , 6,3, 0, 3, 6,…  3 adalah ideal maksimal dari 
gelanggang .
tutur widodo : pend. matematika uns 
Lapangan Berhingga 10 
Lemma 1.2.5 Misalkan R gelanggang dan I ideal dari R, maka c 
`g  
= V g | =  c merupakan gelanggang terhadap operasi yang didefinisikan 
sebagai berikut : 
untuk setiap =+ V g ! =, V g  c 
`g , 
=+ V g  V =, V g  =+ V =, V g dan =+ V g  i =, V g  =+=, V g 
(Herstein, 1990 : 135) 
Bukti : 
Pertama dibuktikan operasi (+) dan (*) yang didefinisikan di atas well defined. 
Yaitu harus ditunjukkan untuk setiap + V g, , V g , + V g, , V g  c 
`g jika 
+ V g  , V g dan + V g  , V g maka 
+ V g V + V g  + V + V g  , V , V g  , V g V , V g 
serta, 
+ V g i + V g  ++ V g  ,, V g  , V g i , V g. 
Untuk keperluan di atas terlebih dahulu dibuktikan pernyataan berikut : 
Untuk setiap H V g ! j V g  c 
`g, H V g  j V g jika dan hanya jika 
H  j  g. 
k Jika H V g  j V g berakibat untuk H V lL  H V g terdapat j V li  j V g 
dengan lL, li  g, sehingga berlaku H V lL  j V li atau H  j  lL V li  g. 
m Jika H  j  g berakibat H  j  l, l  g. Sehingga diperoleh H  j V l 
dan berikutnya diperoleh H V g  j V l V g atau H V g  j V g. 
Sekarang kembali kepermasalahan, jika + V g  , V g berakibat +  ,  g 
demikian pula jika + V g  , V g berakibat +  ,  g sehingga diperoleh, 
n+ V +  , V ,o  n+  , V +  ,o  g . 
Akibatnya + V + V g  , V , V g.
tutur widodo : pend. matematika uns 
Lapangan Berhingga 11 
Sekarang perhatikan, 
++  ,  ++  +,  g ……………………..1) 
+  ,,  +,  ,,  g ……………………..2) 
dari 1) dan 2) didapat ++  ,,  g. Jadi, ++ V g  ,, V g. 
Terbukti, operasi (+) dan (*) yang didefinisikan di atas well defined. 
Kedua, dibuktikan c 
`g adalah gelanggang (dengan memanfaatkan definisi 
gelanggang). 
Ambil sebarang , ,   c 
`g, misalkan pula   =+ V g,   =, V g dan 
  =. V g dengan =+, =,, =.  c. Selanjutnya perhatikan, 
1.  V   =+ V g V =, V g  =+V=, V g karena R gelanggang maka 
=+ V =,  c. Jadi,  V   c 
`g . 
2.  V   =+ V g V =, V g  =+ V =, V g  =, V =+ V g  =, V g V 
=+ V g   V  . 
3.  V  V   n=1 V g V =2 V go V =. V g  
 n=+ V =, V go V =. V g  
 =+ V =, V =. V g  n=+ V =, V =.o V g 
 =+ V g V n=, V =. V go 
 =+ V g V n=, V g V =. V go   V  V  
4. Misalkan 0e elemen netral di R, maka pilih   0e V g  c 
`g dan untuk 
setiap   c 
`g berlaku  V   0e V g V =+ V g  =+ V g    
=+ V g V 0e V g   V . Jadi, e elemen netral di c 
`g. 
5. Untuk setiap   c 
`g pilih –   =+ V g  c 
`g sedemikian hingga 
berlaku  V   =+ V g V =+ V g  =+  =+ V g  0e V g  . 
6.  i   =+ V g i =, V g  =+=, V g karena R gelanggang maka 
=+=,  c. Jadi,  i   c 
`g . 
7.  i  i   n=1 V g i =2 V go i =. V g  
 n=+=, V go i =. V g  
karena I ideal
tutur widodo : pend. matematika uns 
Lapangan Berhingga 12 
 =+=,=. V g  n=+=,=.o V g 
 =+ V g i n=,=. V go 
 =+ V g i n=, V g i =. V go   i  i  
8.  V  i   n=1 V g V =2 V go i =. V g  
 n=+ V =, V go i =. V g  
 n=+V=,=.o V g  n=+=. V =+=.o V g 
 =+=. V I V =+=. V g   i  V  i  
dan 
 i  V   =+ V g  i n=2 V g V =3 V go 
 =+ V g  i n=, V =. V go 
 n=+=,V=.o V g  n=+=, V =+=.o V g 
 =+=, V I V =+=. V g   i  V  i  
Berdasarkan sifat – sifat 1 sampai 8, terbukti bahwa c 
`g adalah gelanggang. 
Contoh : 
Telah diketahui bahwa  adalah gelanggang dan 2 merupakan ideal dari . 
Berdasarkan lemma 1.2.5 di atas diperoleh  
`2  0, 1  , merupakan 
suatu gelanggang. 
Catatan :  adalah himpunan bilangan bulat modulo n. Operasi penjumlahan 
dan perkalian di  seperti yang telah dipelajari di teori bilangan. 
Definisi 1.2.6 ( Definisi homomorphisma ) Misalkan R dan R’ suatu gelanggang, 
pemetaan r dari R ke R’ disebut homomorphisma jika berlaku : 
1. r V   r V r 
2. r  rr 
untuk setiap ,   c. 
(Herstein, 1990 : 131)
tutur widodo : pend. matematika uns 
Lapangan Berhingga 13 
Didefinisikan pula Kernel dari r dinotasikan s=r, yaitu 
s=r    c | r  0et uv! !H=u l cw. Sedangkan bayangan 
dari r dinotasikan gvr didefinisikan gvr  S  cx | y  c d r  S. 
Apabila r suatu homomorphisma dan sekaligus injektif, r disebut 
isomorphisma. Selanjutnya gelanggang R dan R’ disebut isomorphic jika terdapat 
isomorphisma dari R onto R’. Gelanggang R isomorphic dengan R’ disimbolkan 
c z cw. 
Lemma 1.2.7 Misalkan R gelanggang dan M ideal dari R, didefinisikan 
pemetaan r { c | c 
`} yaitu r   V },   c maka r suatu 
homomorphisma dari R onto c 
`}. 
(Herstein 1990 :135 ) 
Bukti : 
Pertama, dibuktikan r well defined. Untuk itu, ambil sebarang ,   c dengan 
   akan ditunjukkan r  r. Perhatikan, karena     0e(elemen 
netral di R) dan M ideal di R berakibat     } sehingga r   V }  
 V }  r. Jadi, r well defined. 
Untuk membuktikan r suatu homomorphisma ambil sebarang ,   c. 
Perhatikan, 
r V    V  V }   V } V  V }  r V r, serta 
r   V }   V } i  V }  r i r . 
Terbukti r homomorphisma. 
Untuk membuktikan r surjektif, ambil sebarang   c 
`} berarti c dapat 
dinyatakan c = r + M untuk suatu =  c. Dengan kata lain   r=. Jadi, r 
surjektif. 
Jadi, terbukti r homomorphisma dari R onto c 
`}.
tutur widodo : pend. matematika uns 
Lapangan Berhingga 14 
Teorema 1.2.8 Misalkan R dan R’ gelanggang. Jika pemetaan r { c | cw 
adalah suatu homomorphisma, maka c 
`g z gvr dengan g  s=r. 
(Herstein,1990 :135 ) 
Bukti : 
Untuk menunjukkan c 
`g z gvr berarti harus ditunjukkan terdapat 
isomorphisma dari c 
`g onto gvr. Terlebih dahulu dibuktikan bahwa 
g  s=r ideal dari R. Berdasarkan definisi kernel, didapat g Z c dan karena 
r homomorphisma berlaku r0e  0ex jadi g R ~. Selanjutnya ambil sebarang 
,   g dan sebarang =  c maka berlaku, 
r    rn V o  r V r  r V nro 
 0ex V 0ex  0ex 
Jadi,     g. 
r=  r i r=  0ex i 0ex  0ex serta berlaku pula 
r=  r= i r  0ex i 0ex  0ex 
Sehingga =, =  g. Oleh karena itu, terbukti I ideal dari R. 
Dari lemma 1.2.7 diperoleh, terdapat homomorphisma  dari R onto c 
`g yaitu 
=  = V g. Selanjutnya didefinisikan pemetaan € { c 
`g | gvr yaitu 
€  €n=o  r= untuk setiap   c 
`g dan suatu =  c. Akan 
dibuktikan bahwa € adalah isomorphisma dari c 
`g onto gvr. 
Pertama, dibuktikan bahwa pemetaan € well defined. Untuk itu ambil sebarang 
,   c 
`g dengan   . Karena  surjektif, berarti   =+ dan   =, 
untuk suatu =+ , =,  c. Sehingga =+ V g  =+  =,  =, V g berakibat 
=+  =,  g atau =+  =,  l =+  l V =, untuk suatu l  g. Oleh karena itu 
diperoleh, 
r=+  rl V =,  rl V r=,  0ex V r=,  r=,.
tutur widodo : pend. matematika uns 
Lapangan Berhingga 15 
Jadi, €  €n=+o  r=+  r=,  €n=,o  €. Sehingga terbukti 
€ well defined. 
Kedua, ditunjukkan € suatu homomorphisma. Untuk itu ambil sebarang ,   c 
`g 
sehingga dapat dinyatakan   =+ dan   =, untuk suatu =+ , =,  c. 
Diperoleh pula  V   =+ V =,  =+ V =, dan 
  =+ i =,  =+=, 
Perhatikan, 
€ V   €n=+ V =,o  r=+ V =,  r=+ V r=,  € V € serta 
€  €=+=,   r=+=,  r=+ i r=,  € i € . 
Terbukti, € homomorphisma. 
Terakhir, tinggal ditunjukkan € injektif sekaligus surjektif. 
Untuk menunjukkan € injektif , ambil sebarang ,   c 
`g sehingga dapat 
dinyatakan   =+ dan   =, untuk suatu =+ , =,  c. Jika €  € 
harus ditunjukkan   . Karena €  r=+ dan €  r=, serta €  
€ berakibat r=+  r=,. Sehingga r=+  =,  r=+  r=,  0ex. Oleh 
karena itu, =+  =,  g. Hal ini berakibat =+ V g  =, V g yang berarti 
  =+  =+ V g  =, V g  =,  . Jadi, terbukti € injektif. 
Untuk menunjukkan € surjektif, ambil sebarang H  gvr akan ditunjukkan 
terdapat   c 
`g sedemikian hingga €  H. Perhatikan, karena H  gvr 
berarti y=  c sedemikian hingga berlaku r=  H. Demikian pula dengan 
memanfaatkan homomorphisma , yj  c 
`g sehingga =  j. Oleh karena 
itu pilih   j, sehingga berlaku €  €j  €n=o  r=  H. Terbukti 
€ surjektif. 
Oleh karena itu, € adalah isomorphisma dari c 
`g onto gvr yang berarti 
c 
`g z gvr.
tutur widodo : pend. matematika uns 
Lapangan Berhingga 16 
1.3 Lapangan 
Definisi 1.3.1( Definisi Lapangan ) Gelanggang F disebut lapangan jika berlaku 
sifat – sifat sebagai berikut : 
1. F gelanggang komutatif dan F memiliki elemen satuan. 
2. Setiap elemen tak nol di F memiliki invers terhadap operasi perkalian di F. 
(Grillet, 2000:116) 
Contoh : 
Himpunan bilangan rasional 
 dan himpunan bilangan real  dengan operasi 
penjumlahan dan operasi perkalian yang telah dikenal membentuk lapangan. 
Definisi 1.3.2( Definisi Sublapangan ) Misalkan F suatu lapangan dan ~ R ‚ Z 
. T disebut sublapangan dari F jika T sendiri membentuk lapangan terhadap 
operasi penjumlahan dan perkalian yang ada di F. 
(Grillet, 2000:118) 
Contoh : 
Himpunan 
 adalah sublapangan dari lapangan . 
Teorema 1.3.3 Misalkan R gelanggang komutatif dengan elemen satuan, dan M 
ideal maksimal dari R, maka c 
`}= {r + M | r  c} adalah lapangan. 
(Herstein, 1996 : 149) 
Bukti : 
Untuk menunjukkan c 
`} lapangan, harus dibuktikan c 
`} adalah gelanggang 
komutatif dengan elemen satuan serta setiap elemen tak nol di c 
`} memiliki 
invers terhadap operasi perkalian di c 
`}.
tutur widodo : pend. matematika uns 
Lapangan Berhingga 17 
Apabila (+) dan (*) menyatakan operasi seperti pada lemma 1.2.5 maka telah 
dibuktikan nc 
`}, V, io adalah gelanggang. Selanjutnya akan ditunjukkan c 
`} 
komutatif dan memiliki elemen satuan. Perhatikan, 
untuk setiap  V },  V }  c 
`}, ,   c berlaku, 
 V } i  V }   V }   V }   V } i  V }. 
Misalkan pula, 1e elemen satuan di R. Sehingga 1e V }  c 
`} dan untuk 
setiap  V }  c 
`} berlaku  V } i 1e V }  1e V } i  V }  
1e V }   V }. Berarti 1e V } adalah elemen satuan di c 
`}. 
Jadi, terbukti c 
`} gelanggang komutatif dengan elemen satuan. 
Oleh karena itu, tinggal dibuktikan untuk setiap elemen tak nol di c 
`} memiliki 
invers. Untuk keperluan ini, sebelumnya dibuktikan terlebih dahulu ideal di c 
`} 
hanya { M } dan c 
`}. Untuk membuktikannya andaikan terdapat ideal lain misal 
N di c 
`} harus ditunjukkan N = { M } atau N = c 
`}. 
Ambil sebarang N ideal di c 
`}. Apabila N = { M } maka terbukti, oleh karena 
itu andaikan ƒ R  } . Ini berarti terdapat elemen !  HL V }  ƒ dengan 
HL  c tetapi HL „ }. 
Berdasarkan lemma 1.2.7 terdapat homomorphisma r { c | c 
`} yaitu 
r=  = V }, =  c. Selanjutnya misalkan ‚  H  c | rH  ƒ berarti 
‚ R } dan } h ‚. Akan dibuktikan T ideal dari R. 
Jelas T tak kosong dan ‚ Z c. Demikian pula untuk sebarang ,   ‚ diperoleh 
r    rn V o  r V r  r V r. Karena N ideal, 
berakibat r V r  ƒ sehingga     ‚. 
Selanjutnya, ambil sebarang =  c dan   ‚ diperoleh, 
r=  = V }   V } i = V } karena N ideal dan  V }  ƒ serta 
= V }  c 
`} berakibat r=  n V } i = V }o  ƒ.
tutur widodo : pend. matematika uns 
Lapangan Berhingga 18 
Jadi, =  =  ‚. Terbukti T ideal di R. Karena } h ‚ dan M ideal maksimal 
serta ‚ R } berakibat ‚  c. 
Sekarang ambil sebarang   c 
`} berarti dapat ditulis   = V }, untuk suatu 
=  c  ‚. Jadi, ƒ d r=  = V }  . Sehingga c 
`} Z ƒ , padahal diketahui 
pula ƒ Z c 
`}. Jadi, terbukti c 
`}  ƒ. Oleh karena itu, ideal di c 
`} hanya 
{ M } dan c 
`}. 
Sekarang kembali ke tujuan awal yaitu membuktikan setiap elemen tak nol di 
c 
`} memiliki invers. Oleh karena itu, ambil sebarang   = V }  
c 
`}tetapi  R }. ( Perhatikan, elemen nol atau elemen netral di c 
`} 
adalah M ). Mudah dibuktikan bahwa …  † i  |   c 
`}‡ adalah ideal di 
c 
`}. Perhatikan pula bahwa, 
  n i 1e V }o  …. Jadi, … R }, berarti …  c 
`}. Karena 
1e V }  c 
`}  … berarti 1e V}   i L untuk suatu L  c 
`}. Dengan 
kata lain, L invers dari a. 
Jadi, terbukti setiap elemen tak nol di c 
`} memiliki invers. Sebelumnya juga 
telah dibuktikan c 
`} adalah gelanggang komutatif dengan elemen satuan. 
Sehingga terbukti c 
`} adalah lapangan. 
Contoh : 
Pada contoh dari lemma1.2.5,  
`2 adalah suatu gelanggang. Tetapi karena 2 
adalah ideal maksimal dari  diperoleh  
`2 merupakan lapangan. 
Teorema 1.3.4 Daerah integral berhingga adalah lapangan. 
(Herstein, 1990 : 127 )
tutur widodo : pend. matematika uns 
Lapangan Berhingga 19 
Bukti : 
Misalkan D adalah daerah integral berhingga dan |ˆ|  !. Misalkan pula 
D ={d1, d2, d3, ... ,dn} dimana di = dj jika dan hanya jika i = j. Untuk 
membuktikan D suatu lapangan harus ditunjukkan bahwa D memiliki elemen 
satuan dan setiap elemen tak nol di D memiliki invers. 
Ambil elemen x R 0D  ˆ.Perhatikan bahwa xd1, xd2, xd3, . . . ., xdn semuanya ada 
di D dan klaim bahwa semuanya berbeda. Andaikan y‰, Š, d ‰  Š, 
dengan l R ‹ diperoleh, ‰  Š  0Œ sehingga n ‰  Šo  0Œ. Karena D 
daerah integral dan  R 0D, maka haruslah di – dj = 0D atau di = dj. Timbul 
kontradiksi karena i R ‹, sehingga terbukti xd1, xd2, xd3, . . . ., xdn semuanya 
berbeda. Dengan kata lain, dapat ditulis D = { xd1, xd2, xd3, . . . ., xdn }. Padahal 
  ˆ, sehingga   ‰L untuk suatu ‰L  ˆ. Klaim bahwa ‰L adalah 
elemen identitas dari D. Ambil sebarang elemen   ˆ, dapat ditulis 
  ‰ , untuk suatu ‰  ˆ. Perhatikan, ‰L  ‰ ‰L  ‰L‰  ‰   
Karena D komutatif, diperoleh   ‰L  ‰L . Berarti ‰L adalah elemen 
satuan di D. 
Selanjutnya ditunjukkan setiap elemen taknol di D memiliki invers. Perhatikan 
kembali bahwa ‰L  ˆ sehingga ‰L  ‰, untuk suatu ‰  ˆ. Jadi, ‰ adalah 
invers dari x. Terbukti bahwa D adalah lapangan. 
Definisi 1.3.5 ( Definisi Sublapangan Prima ) Sublapangan terkecil dari 
lapangan F disebut sublapangan prima. 
(Robinson, 2003 : 185) 
Dengan kata lain sublapangan prima adalah irisan dari seluruh sublapangan yang 
ada di F. Lapangan yang sama dengan sublapangan primanya disebut lapangan 
prima.
tutur widodo : pend. matematika uns 
Lapangan Berhingga 20 
Definisi 1.3.6 ( Definisi karakteristik gelanggang ) Misal R gelanggang, dan n 
adalah bilangan bulat positif sedemikian sehingga !=  0e, =  c. Bilangan 
terkecil n yang memenuhi sifat tersebut dinamakan karakteristik dari R, dan R 
dikatakan memiliki karakteristik n. Apabila bilangan bulat positif yang demikian 
tidak ada, dikatakan R memiliki karakteristik 0. 
(Rudolf Lidl, 1994 : 16) 
Contoh : 
 adalah contoh gelanggang dengan karakteristik 0, sedangkan , adalah contoh 
gelanggang dengan karakteristik 2. 
Lemma 1.3.7 Jika R adalah gelanggang dengan karakteristik p, p bilangan 
prima. Maka untuk setiap 2,  Ž c =uC 2 V 
2
V 
. 
(Rudolf Lidl, 1994 : 16) 
Bukti : 
Berdasarkan Binomial Newton didapat, 
2 V 
2
V a 
 
l 
‘ 2
]‰‰ V 
]+ 
‰’+ 
Perhatikan, n
‰ 
o adalah bilangan bulat serta 
 
 
l 
‘  
.   1.   2…  l V 1 
l. l  1. l  2…2.1
‰ 
Karena p bilangan prima dan 1 G l I  maka faktor p pada pembilang tidak 
dapat dihilangkan. Dengan kata lain no merupakan kelipatan p.
]+ o2
]‰‰ 
‰’+ merupakan kelipatan p. Karena p karakteristik
]+ o2
]‰‰ 
‰’+  0e. Oleh karena itu, 2 V 
2
V 
. 
tutur widodo : pend. matematika uns 
Lapangan Berhingga 21 
Hal ini berakibat Σ n
‰ 
dari R diperoleh Σ n
‰ 
Contoh : 
Di . diperoleh,  V 1.  . V 3, V 3 V 1  . V 1.. 
Teorema 1.3.8 Lapangan prima dengan karakteristik p ≠ 0 isomorphic dengan
. 
(Robinson, 2003 : 186) 
Bukti : 
Ambil sebarang lapangan prima F dengan karakteristik p ≠ 0. 
Konstruksi homomorphisma, 
 {  |  
dengan definisi !  !1“, !  . 
Perhatikan bahwa !  0“, jika dan hanya jika ! adalah kelipatan p. Sehingga 
Ker() = p , berdasarkan teorema 1.2.8 diperoleh 
Im( z  
`
Jadi,
isomorphic dengan Im( sublapangan dari F. Tetapi F lapangan prima 
sehingga terbukti F = Im( z
. 
1.4 Ruang Vektor 
Definisi 1.4.1( Definisi bergantung linier dan bebas linier ) Diberikan ruang 
vektor V. Himpunan S = { v1, v2, . . . .vn } subset V disebut bergantung linier 
jika terdapat scalar ”+, ”,, …. , ” yang tidak semuanya nol, sedemikian 
sehingga 
”+. •+ V ”,. •, V ….V ”. •  0–
tutur widodo : pend. matematika uns 
Lapangan Berhingga 22 
Apabila himpunan S = { v1, v2, . . . .vn } tidak bergantung linier, maka himpunan 
S = { v1, v2, . . . .vn } disebut bebas linier. 
(Herstein, 1990 : 178) 
Definisi 1.4.2 ( Definisi merentang / spanning ) Himpunan S = {v1, v2, . . . .vn} 
subset ruang vektor V disebut merentang V, dinotasikan V = span( S ) jika untuk 
setiap   — dapat dinyatakan dalam bentuk   ”+. •+ V ”,. •, V ….V ”. •, 
dengan ”+, ”,, …. , ” suatu scalar. 
(Herstein, 1990 : 179) 
Definisi 1.4.3( Definisi basis ) Himpunan S = {v1,v2, . . . .vn} subset ruang vektor 
V disebut basis dari V jika S bebas linier dan S merentang V. 
(Herstein, 1990 : 180) 
Lemma 1.4.4 Apabila {v1, v2, . . . ,vn } adalah basis dari V maka untuk setiap 
• Ž — , penyajian •  ”+. •+ V ”,. •, V ….V ”. • !˜! ”‰ ™Cu= 
adalah tunggal (unik). 
(Herstein, 1990 : 178) 
Bukti : 
Andaikan y• š —, dimana penyajian •  ”+. •+ V ”,. •, V ….V ”. • tidak 
tunggal. Katakanlah •  ”+. •+ V ”,. •, V ….V ”. • 
dan 
•  ›+. •+ V ›,. •, V ….V ›. •, 
dimana terdapat l Ž 1, 2,…, !, sehingga ”‰ R ›‰. Selanjutnya diperoleh 
0–  •  •  ”+. •+ V ”,. •, V ….V ”. •  ›+. •+ V ›,. •, ….V ›. • 
 ”+  ›+. •+ V ”,  ›,. •, V ….V”  ›. •
tutur widodo : pend. matematika uns 
Lapangan Berhingga 23 
Padahal terdapat l Ž 1,2,…, !, sehingga ”‰  ›‰ R 0, hal ini kontradiksi 
dengan kenyataan bahwa {v1, v2, . . . .vn } basis dari V. 
Jadi, terbukti penyajian •  ”+. •+ V ”,. •, V ….V ”. • tunggal. 
Definisi 1.4.5( Definisi dimensi ) Dimensi ruang vektor V adalah cacah 
banyaknya elemen himpunan basisnya. Dimensi ruang vektor V dinotasikan 
lv–. 
(Herstein. 1990 : 181) 
Contoh : 
Misal ruang vektor V dengan basis œ  , ,  maka diperoleh lv–  3. 
1.5 Perluasan Lapangan 
Definisi 1.5.1( Definisi perluasan lapangan ) Misalkan F dan E suatu lapangan 
dengan operasi yang sama. E disebut perluasan lapangan dari F jika  Z . 
(Robinson, 2003 : 186) 
Cara pandang lain yang berguna dalam belajar teori lapangan yaitu 
andaikan terdapat suatu homomorphisma yang injektif dari lapangan A ke 
lapangan B, katakanlah 
 { ž ŸB 
diperoleh ž z gv   Z B. 
Untuk selanjutnya dapat diasumsikan A sublapangan dari B, anggapan ini muncul 
dikarenakan A dapat digantikan oleh gv   Z B. Sehingga dapat dianggap B 
perluasan lapangan dari A. Dengan demikian, berdasarkan bukti teorema 1.3.8 
diperoleh setiap lapangan dengan karakteristik  R 0 merupakan perluasan
tutur widodo : pend. matematika uns 
Lapangan Berhingga 24 
lapangan dari
. Untuk keperluan analisis, lapangan B dapat pula dipandang 
sebagai ruang vektor atas A dengan operasi penjumlahan dan perkalian yang ada 
di B. 
Definisi 1.5.2 ( Derajat perluasan lapangan ) Misalkan E perluasan lapangan 
dari F. Derajat E atas F adalah dimensi dari E sebagai ruang vektor atas F. 
Derajat E atas F dinotasikan dengan [E: F]. Apabila [E: F] berhingga, maka E 
disebut perluasan berhingga dari F. 
(Herstein, 1996 :191) 
Teorema 1.5.3 Jika K adalah perluasan berhingga dari lapangan L dan L 
adalah perluasan berhingga dari lapangan F, maka K adalah perluasan 
berhingga dari lapangan F dan 
s:   s: ¡¡:  
(Fraleigh, 2000 : 389) 
Bukti : 
Misalkan ‰| l  1, 2,…, ! adalah basis dari ruang vektor K atas L dan 
†Š| ‹  1,2,3,…,v‡ adalah basis dari ruang vektor L atas F. Apabila bisa 
ditunjukkan bahwa †‰Š| l  1,2,3,…, ! dan ‹  1,2,3,…,v‡ adalah basis dari 
ruang vektor K atas F maka bukti selesai. 
Untuk itu ambil sebarang ¢  s, ¢ dapat dinyatakan 
¢  ›++ V ›,, V £V › dengan ›‰  ¡ 
Akan tetapi ›‰ dapat dinyatakan ›‰  Σ ›‰ŠŠ 
¤Š 
’+ dengan ›‰Š  . Sehingga 
¢  s dapat dinyatakan,
¤ 
¤ 
¤ 
¤ 
¤ 
tutur widodo : pend. matematika uns 
Lapangan Berhingga 25 
¢ a›+ŠŠ 
Š’+ 
+ Va›,ŠŠ 
Š’+ 
¤ 
, V £Va›ŠŠ 
Š’+ 
 
¤ 
¢ aa›‰Š‰Š 
Š’+ 
 
‰’+ 
Jadi, †‰Š| l  1,2,3,…, ! dan ‹  1,2,3,…,v‡merentang K. Selanjutnya akan 
ditunjukkan bahwa †‰Š| l  1,2,3,…, ! dan ‹  1,2,3,…,v‡ bebas linier. 
Andaikan Σ Σ ‰Š‰Š 
¤Š 
’+ 
‰ 
’+  0¥ . Dalam penyajian lain, 
a+ŠŠ 
Š’+ 
+ Va,ŠŠ 
Š’+ 
¤ 
, V £VaŠŠ 
Š’+ 
  0¥ 
¤Š 
Karena ‰ | l  1, 2,…, ! basis dari K atas L, dan Σ ‰ŠŠ 
’+  ¡ maka 
berakibat untuk setiap i, berlaku 
a‰ŠŠ 
Š’+ 
 0¦ 
Dengan argumentasi yang sama, karena †Š| ‹  1,2,3,…,v‡ adalah basis dari 
ruang vektor L atas F maka berakibat ‰Š  0“ untuk setiap i = 1,2,…, n dan 
j = 1,2,…, m. Jadi, †‰Š| l  1,2,3,…, ! dan ‹  1,2,3,…,v‡bebas linier. Oleh 
karena itu, †‰Š| l  1,2,3,…, ! dan ‹  1,2,3,…,v‡ membentuk basis dari 
ruang vektor K atas F. Sehingga K merupakan perluasan berhingga dari 
lapangan F. Dan 
s {   !v  s { ¡¡ {  
Teorema terbukti.
tutur widodo : pend. matematika uns 
Lapangan Berhingga 26 
1.6 Suku Banyak (Polinomial) 
Untuk selanjutnya, simbol  menyatakan gelanggang polinomial atas 
lapangan , kecuali apabila dikatakan lain. 
Definisi 1.6.1( Definisi polinomial monic ) r   disebut polinomial 
monic jika koefisien tak nol dari pangkat tertinggi dari x adalah 1. 
(Herstein, 1996 : 157) 
Contoh : 
r  .  8 V 9 merupakan polinomial monic, sedangkan ˜  3.  
8 V 9 bukan polinomial monic. 
Definisi 1.6.2( Definisi daerah integral utama ) Misalkan  suatu gelanggang. 
 disebut daerah integral utama jika untuk setiap ideal I di  berlaku 
g  #H$  H|   , untuk suatu H  . 
(Fraleigh, 2000 : 332) 
Teorema 1.6.3  merupakan daerah integral utama. 
(Herstein, 1990 :156 ) 
Bukti : 
Ambil sebarang ideal g di . Akan ditunjukkan bahwa g  #v$ untuk suatu 
v  . 
Jika g   0  maka jelas g  #0$. Oleh karena itu andaikan g R  0 . Selanjutnya, 
ambil sebarang r  g dan pilih polinomial taknol v  g sedemikian
tutur widodo : pend. matematika uns 
Lapangan Berhingga 27 
hingga degnvo G degnro , r  g. Berdasarkan algoritma pembagian 
Euclid diperoleh, 
r  v. § V ™ dengan §, ™   dan deg™ I 
deg v atau ™  0. Perhatikan pula, ™  r  v. § karena 
g ideal di  berakibat ™  g. Selain itu karena degnvo G degnro , 
r  g berakibat ™  0 yang berarti r  v. §. Jadi, v 
adalah pembangun dari I atau g  #v$. Terbukti  adalah daerah integral 
utama. 
Definisi 1.6.4 ( Definisi polinomial tak tereduksi ) Polinomial    
disebut tak tereduksi (irreducible) jika p(x) berderajat positif dan  tidak dapat 
dinyatakan sebagai perkalian antara dua polinomial berderajat positif. Dengan 
kata lain, jika    maka  konstan atau konstan. 
(Herstein, 1996 : 159 ) 
Contoh : 
, V 1 merupakan polinomial tak tereduksi di  tetapi tereduksi di 	. 
Teorema 1.6.5 Jika   ,  tak tereduksi maka ideal #$ yaitu 
ideal yang dibangun oleh  adalah ideal maksimal dari . 
(Herstein, 1996 : 160 ) 
Bukti : 
Misalkan M = #$ . Untuk menunjukkan M ideal maksimal dari , harus 
ditunjukkan jika N ideal dari  sedemikian sehingga } Z ƒ maka 
ƒ  } atau ƒ  .
tutur widodo : pend. matematika uns 
Lapangan Berhingga 28 
Karena  adalah daerah integral utama, maka 
ƒ  #r$, untuk suatu r  . Perhatikan pula bahwa   } Z ƒ, 
sehingga   r˜, ˜  . Karena  tak tereduksi berakibat 
r konstan atau ˜ konstan. 
Jika ˜ konstan maka ˜  , untuk suatu   . Berarti 
  r.  atau r  . ]+. Berarti r  }, berakibat ƒ Z }. 
Karena } Z ƒ serta ƒ Z } maka }  ƒ. 
Jika r konstan maka r  H, untuk suatu H  . Sehingga H. H]+  1“  ƒ 
Oleh karena itu, untuk setiap v   berlaku 1“.v  v  ƒ. 
( Karena N ideal dari F [x] ). Jadi, N = F[x]. Terbukti bahwa 
M = #$ ideal maksimal dari . 
Teorema 1.6.6 Misalkan polinomial r   berderajat n. Maka r 
memiliki paling banyak n akar di sebarang perluasan lapangan dari F. 
(Herstein, 1996 : 209) 
Bukti : 
Akan dibuktikan teorema ini dengan induksi matematika. 
Untuk n = 1, maka dapat ditulis r   V , dengan ,    dan  R 0“. 
Sehingga satu – satunya akar dari r adalah ]+  . 
Asumsikan pernyataan benar untuk !  C. Akan ditunjukkan pernyataan juga 
benar untuk !  C V 1. Ambil polinomial r   berderajat k +1. Apabila 
r tidak memiliki akar di sebarang perluasan lapangan s dari  maka 
pernyataan terbukti. Oleh karena itu, andaikan r memiliki akar. Katakanlah 
  s adalah akar dari r. Sehingga dapat ditulis r    ˜, 
dengan ˜  s dan ˜˜  C.
tutur widodo : pend. matematika uns 
Lapangan Berhingga 29 
Perhatikan bahwa untuk sebarang   s akar dari r maka    atau  akar 
dari ˜ karena 0¥  r    ˜. Padahal berdasarkan assumsi ˜ 
memiliki paling banyak k akar. Jadi, r memiliki paling banyak k +1 akar . 
Dengan kata lain pernyataan benar untuk !  C V 1. 
Berdasarkan prinsip induksi matematika teorema terbukti. 
Teorema 1.6.7 Misalkan F suatu lapangan dan f (x) adalah polinomial 
berderajat n di F[x]. Maka terdapat perluasan lapangan K atas F dimana f (x) 
memiliki akar dan s {  G !. 
(Herstein, 1996 : 211) 
Bukti : 
Perhatikan bahwa f (x) dapat dinyatakan r  . ˜ dengan 
  polinomial tak tereduksi di F [x] dan ˜  . Jika a adalah akar dari 
p(x) di suatu perluasan lapangan F maka a juga akar dari f (x), karena 
r  . ˜  0. ˜  0. Jadi untuk membuktikan teorema ini, cukup 
dengan mencari suatu perluasan lapangan dari F dimana p(x) memiliki akar. 
Karena p(x) tak tereduksi maka }  #$ adalah ideal maksimal dari F [x], 
sehingga s   
`} adalah lapangan. Kita klaim bahwa s adalah perluasan 
lapangan yang dicari. Tetapi,  ¬ s. Untuk itu konstruksi homomorphisma  
dari F [x] ke K sebagai berikut : 
 { Ÿs 
yaitu n˜o  ˜ V } 
Sehingga didapat, s=  †rŽ | nro  0¥  }‡ 
 r Ž | r V }  0¥  } 
 r Ž | r Ž }  }

More Related Content

What's hot

Homomorfisma grup
Homomorfisma grupHomomorfisma grup
Homomorfisma grupYadi Pura
 
BAB 2 Pencerminan (Refleksi)
BAB 2 Pencerminan (Refleksi)BAB 2 Pencerminan (Refleksi)
BAB 2 Pencerminan (Refleksi)Nia Matus
 
Analisis Vektor ( Bidang )
Analisis Vektor ( Bidang )Analisis Vektor ( Bidang )
Analisis Vektor ( Bidang )Phe Phe
 
Integral Permukaan (Kalkulus Peubah Banyak)
Integral Permukaan (Kalkulus Peubah Banyak)Integral Permukaan (Kalkulus Peubah Banyak)
Integral Permukaan (Kalkulus Peubah Banyak)Kelinci Coklat
 
Pertemuan 3 relasi & fungsi
Pertemuan 3 relasi & fungsiPertemuan 3 relasi & fungsi
Pertemuan 3 relasi & fungsiaansyahrial
 
Rangkuman materi Hasilkali Transformasi
Rangkuman materi Hasilkali TransformasiRangkuman materi Hasilkali Transformasi
Rangkuman materi Hasilkali TransformasiNia Matus
 
Makalah setengah putaran
Makalah setengah putaranMakalah setengah putaran
Makalah setengah putaranNia Matus
 
Teorema multinomial dan prinsip sarang merpati
Teorema multinomial dan prinsip sarang merpatiTeorema multinomial dan prinsip sarang merpati
Teorema multinomial dan prinsip sarang merpatiArdika MathEdu
 
BAB 1 Transformasi
BAB 1 Transformasi BAB 1 Transformasi
BAB 1 Transformasi Nia Matus
 
Rangkuman materi Isometri
Rangkuman materi IsometriRangkuman materi Isometri
Rangkuman materi IsometriNia Matus
 
Analisis Real (Barisan Bilangan Real) Latihan bagian 2.3
Analisis Real (Barisan Bilangan Real) Latihan bagian 2.3Analisis Real (Barisan Bilangan Real) Latihan bagian 2.3
Analisis Real (Barisan Bilangan Real) Latihan bagian 2.3Arvina Frida Karela
 
Analisis Real (Barisan Bilangan Real) Latihan bagian 2.2
Analisis Real (Barisan Bilangan Real) Latihan bagian 2.2Analisis Real (Barisan Bilangan Real) Latihan bagian 2.2
Analisis Real (Barisan Bilangan Real) Latihan bagian 2.2Arvina Frida Karela
 
Makalah Persamaan Deferensial NON EKSAK
Makalah Persamaan Deferensial NON EKSAKMakalah Persamaan Deferensial NON EKSAK
Makalah Persamaan Deferensial NON EKSAKRaden Ilyas
 

What's hot (20)

Homomorfisma grup
Homomorfisma grupHomomorfisma grup
Homomorfisma grup
 
Prinsip Inklusi Eksklusi
Prinsip Inklusi EksklusiPrinsip Inklusi Eksklusi
Prinsip Inklusi Eksklusi
 
BAB 2 Pencerminan (Refleksi)
BAB 2 Pencerminan (Refleksi)BAB 2 Pencerminan (Refleksi)
BAB 2 Pencerminan (Refleksi)
 
Grup Siklik
Grup SiklikGrup Siklik
Grup Siklik
 
Teori Group
Teori GroupTeori Group
Teori Group
 
Analisis Vektor ( Bidang )
Analisis Vektor ( Bidang )Analisis Vektor ( Bidang )
Analisis Vektor ( Bidang )
 
Ring
RingRing
Ring
 
Integral Permukaan (Kalkulus Peubah Banyak)
Integral Permukaan (Kalkulus Peubah Banyak)Integral Permukaan (Kalkulus Peubah Banyak)
Integral Permukaan (Kalkulus Peubah Banyak)
 
Pertemuan 3 relasi & fungsi
Pertemuan 3 relasi & fungsiPertemuan 3 relasi & fungsi
Pertemuan 3 relasi & fungsi
 
Rangkuman materi Hasilkali Transformasi
Rangkuman materi Hasilkali TransformasiRangkuman materi Hasilkali Transformasi
Rangkuman materi Hasilkali Transformasi
 
Analisis real-lengkap-a1c
Analisis real-lengkap-a1cAnalisis real-lengkap-a1c
Analisis real-lengkap-a1c
 
Grup siklik
Grup siklikGrup siklik
Grup siklik
 
Makalah setengah putaran
Makalah setengah putaranMakalah setengah putaran
Makalah setengah putaran
 
Teorema multinomial dan prinsip sarang merpati
Teorema multinomial dan prinsip sarang merpatiTeorema multinomial dan prinsip sarang merpati
Teorema multinomial dan prinsip sarang merpati
 
BAB 1 Transformasi
BAB 1 Transformasi BAB 1 Transformasi
BAB 1 Transformasi
 
Rangkuman materi Isometri
Rangkuman materi IsometriRangkuman materi Isometri
Rangkuman materi Isometri
 
Analisis Real (Barisan Bilangan Real) Latihan bagian 2.3
Analisis Real (Barisan Bilangan Real) Latihan bagian 2.3Analisis Real (Barisan Bilangan Real) Latihan bagian 2.3
Analisis Real (Barisan Bilangan Real) Latihan bagian 2.3
 
Analisis Real (Barisan Bilangan Real) Latihan bagian 2.2
Analisis Real (Barisan Bilangan Real) Latihan bagian 2.2Analisis Real (Barisan Bilangan Real) Latihan bagian 2.2
Analisis Real (Barisan Bilangan Real) Latihan bagian 2.2
 
Limit
LimitLimit
Limit
 
Makalah Persamaan Deferensial NON EKSAK
Makalah Persamaan Deferensial NON EKSAKMakalah Persamaan Deferensial NON EKSAK
Makalah Persamaan Deferensial NON EKSAK
 

Similar to 68157929 lapangan-hingga

materi pembelajaran matematika kombinasi
materi pembelajaran matematika kombinasimateri pembelajaran matematika kombinasi
materi pembelajaran matematika kombinasiandindesty
 
Kelompok 1 kapsel sma
Kelompok 1 kapsel smaKelompok 1 kapsel sma
Kelompok 1 kapsel smaIta Anggraeni
 
Dasar-dasar Teknik Perhitungan
Dasar-dasar Teknik PerhitunganDasar-dasar Teknik Perhitungan
Dasar-dasar Teknik PerhitunganAulia DSP
 
Rpp kd 3.1 induksi matematika fix
Rpp kd 3.1 induksi matematika fixRpp kd 3.1 induksi matematika fix
Rpp kd 3.1 induksi matematika fixAZLAN ANDARU
 
Bilangan real dan rasional sementara cara menerangkannya
Bilangan real dan rasional sementara cara menerangkannyaBilangan real dan rasional sementara cara menerangkannya
Bilangan real dan rasional sementara cara menerangkannyaArif Winahyu
 
Bb 3 1 luas bangun datar
Bb 3 1 luas bangun datarBb 3 1 luas bangun datar
Bb 3 1 luas bangun datarHudi Isnanto
 
Strategi pembelajaran aktif tipe jigsaw dengan pendekatan pemecahan masalah, ...
Strategi pembelajaran aktif tipe jigsaw dengan pendekatan pemecahan masalah, ...Strategi pembelajaran aktif tipe jigsaw dengan pendekatan pemecahan masalah, ...
Strategi pembelajaran aktif tipe jigsaw dengan pendekatan pemecahan masalah, ...Nurmalianis Anis
 
permutasidankombinasi-130609212407-phpapp01 (1).pptx
permutasidankombinasi-130609212407-phpapp01 (1).pptxpermutasidankombinasi-130609212407-phpapp01 (1).pptx
permutasidankombinasi-130609212407-phpapp01 (1).pptxnovajuniati1
 
Kalkulus Lanjutan Silabus
Kalkulus Lanjutan SilabusKalkulus Lanjutan Silabus
Kalkulus Lanjutan SilabusMono Manullang
 
POLA BILANGAN DAN BARISAN BILANGAN.pptx
POLA BILANGAN DAN BARISAN BILANGAN.pptxPOLA BILANGAN DAN BARISAN BILANGAN.pptx
POLA BILANGAN DAN BARISAN BILANGAN.pptxOdhirArt
 
1 POLA BILANGAN DAN BARISAN BILANGAN.pptx
1 POLA BILANGAN DAN BARISAN BILANGAN.pptx1 POLA BILANGAN DAN BARISAN BILANGAN.pptx
1 POLA BILANGAN DAN BARISAN BILANGAN.pptxradietaradeia2
 
Tugas final tik jahratunnisa & zurida
Tugas final tik jahratunnisa & zuridaTugas final tik jahratunnisa & zurida
Tugas final tik jahratunnisa & zuridaPaarief Udin
 
Tugas final tik jahratunnisa & zurida
Tugas final tik jahratunnisa & zuridaTugas final tik jahratunnisa & zurida
Tugas final tik jahratunnisa & zuridaPaarief Udin
 

Similar to 68157929 lapangan-hingga (20)

Lapangan hingga
Lapangan hinggaLapangan hingga
Lapangan hingga
 
Teori grup
Teori grupTeori grup
Teori grup
 
207 p06
207 p06207 p06
207 p06
 
materi pembelajaran matematika kombinasi
materi pembelajaran matematika kombinasimateri pembelajaran matematika kombinasi
materi pembelajaran matematika kombinasi
 
Himpunan matematika diskrit
Himpunan matematika diskritHimpunan matematika diskrit
Himpunan matematika diskrit
 
eksponen bulat positif, negatif dan nol
eksponen bulat positif, negatif dan noleksponen bulat positif, negatif dan nol
eksponen bulat positif, negatif dan nol
 
Teori probabilitas
Teori probabilitasTeori probabilitas
Teori probabilitas
 
Kelompok 1 kapsel sma
Kelompok 1 kapsel smaKelompok 1 kapsel sma
Kelompok 1 kapsel sma
 
Dasar-dasar Teknik Perhitungan
Dasar-dasar Teknik PerhitunganDasar-dasar Teknik Perhitungan
Dasar-dasar Teknik Perhitungan
 
Rpp kd 3.1 induksi matematika fix
Rpp kd 3.1 induksi matematika fixRpp kd 3.1 induksi matematika fix
Rpp kd 3.1 induksi matematika fix
 
Ek107 002003-565-6
Ek107 002003-565-6Ek107 002003-565-6
Ek107 002003-565-6
 
Bilangan real dan rasional sementara cara menerangkannya
Bilangan real dan rasional sementara cara menerangkannyaBilangan real dan rasional sementara cara menerangkannya
Bilangan real dan rasional sementara cara menerangkannya
 
Bb 3 1 luas bangun datar
Bb 3 1 luas bangun datarBb 3 1 luas bangun datar
Bb 3 1 luas bangun datar
 
Strategi pembelajaran aktif tipe jigsaw dengan pendekatan pemecahan masalah, ...
Strategi pembelajaran aktif tipe jigsaw dengan pendekatan pemecahan masalah, ...Strategi pembelajaran aktif tipe jigsaw dengan pendekatan pemecahan masalah, ...
Strategi pembelajaran aktif tipe jigsaw dengan pendekatan pemecahan masalah, ...
 
permutasidankombinasi-130609212407-phpapp01 (1).pptx
permutasidankombinasi-130609212407-phpapp01 (1).pptxpermutasidankombinasi-130609212407-phpapp01 (1).pptx
permutasidankombinasi-130609212407-phpapp01 (1).pptx
 
Kalkulus Lanjutan Silabus
Kalkulus Lanjutan SilabusKalkulus Lanjutan Silabus
Kalkulus Lanjutan Silabus
 
POLA BILANGAN DAN BARISAN BILANGAN.pptx
POLA BILANGAN DAN BARISAN BILANGAN.pptxPOLA BILANGAN DAN BARISAN BILANGAN.pptx
POLA BILANGAN DAN BARISAN BILANGAN.pptx
 
1 POLA BILANGAN DAN BARISAN BILANGAN.pptx
1 POLA BILANGAN DAN BARISAN BILANGAN.pptx1 POLA BILANGAN DAN BARISAN BILANGAN.pptx
1 POLA BILANGAN DAN BARISAN BILANGAN.pptx
 
Tugas final tik jahratunnisa & zurida
Tugas final tik jahratunnisa & zuridaTugas final tik jahratunnisa & zurida
Tugas final tik jahratunnisa & zurida
 
Tugas final tik jahratunnisa & zurida
Tugas final tik jahratunnisa & zuridaTugas final tik jahratunnisa & zurida
Tugas final tik jahratunnisa & zurida
 

Recently uploaded

tugas 1 anak berkebutihan khusus pelajaran semester 6 jawaban tuton 1.docx
tugas 1 anak berkebutihan khusus pelajaran semester 6 jawaban tuton 1.docxtugas 1 anak berkebutihan khusus pelajaran semester 6 jawaban tuton 1.docx
tugas 1 anak berkebutihan khusus pelajaran semester 6 jawaban tuton 1.docxmawan5982
 
Jurnal Dwi mingguan modul 1.2-gurupenggerak.pptx
Jurnal Dwi mingguan modul 1.2-gurupenggerak.pptxJurnal Dwi mingguan modul 1.2-gurupenggerak.pptx
Jurnal Dwi mingguan modul 1.2-gurupenggerak.pptxBambang440423
 
MODUL 2 BAHASA INDONESIA-KELOMPOK 1.pptx
MODUL 2 BAHASA INDONESIA-KELOMPOK 1.pptxMODUL 2 BAHASA INDONESIA-KELOMPOK 1.pptx
MODUL 2 BAHASA INDONESIA-KELOMPOK 1.pptxarnisariningsih98
 
Prakarsa Perubahan dengan Kanvas ATAP & BAGJA.pptx
Prakarsa Perubahan dengan Kanvas ATAP & BAGJA.pptxPrakarsa Perubahan dengan Kanvas ATAP & BAGJA.pptx
Prakarsa Perubahan dengan Kanvas ATAP & BAGJA.pptxSyaimarChandra1
 
Modul 1.2.a.8 Koneksi antar materi 1.2.pdf
Modul 1.2.a.8 Koneksi antar materi 1.2.pdfModul 1.2.a.8 Koneksi antar materi 1.2.pdf
Modul 1.2.a.8 Koneksi antar materi 1.2.pdfSitiJulaeha820399
 
LAPORAN PKP KESELURUHAN BAB 1-5 NURUL HUSNA.pdf
LAPORAN PKP KESELURUHAN BAB 1-5 NURUL HUSNA.pdfLAPORAN PKP KESELURUHAN BAB 1-5 NURUL HUSNA.pdf
LAPORAN PKP KESELURUHAN BAB 1-5 NURUL HUSNA.pdfChrodtianTian
 
Kelompok 2 Karakteristik Negara Nigeria.pdf
Kelompok 2 Karakteristik Negara Nigeria.pdfKelompok 2 Karakteristik Negara Nigeria.pdf
Kelompok 2 Karakteristik Negara Nigeria.pdftsaniasalftn18
 
BAHAN SOSIALISASI PPDB SMA-SMK NEGERI DISDIKSU TP. 2024-2025 REVISI.pptx
BAHAN SOSIALISASI PPDB SMA-SMK NEGERI DISDIKSU TP. 2024-2025 REVISI.pptxBAHAN SOSIALISASI PPDB SMA-SMK NEGERI DISDIKSU TP. 2024-2025 REVISI.pptx
BAHAN SOSIALISASI PPDB SMA-SMK NEGERI DISDIKSU TP. 2024-2025 REVISI.pptxJamhuriIshak
 
IPA Kelas 9 BAB 10 - www.ilmuguru.org.pptx
IPA Kelas 9 BAB 10 - www.ilmuguru.org.pptxIPA Kelas 9 BAB 10 - www.ilmuguru.org.pptx
IPA Kelas 9 BAB 10 - www.ilmuguru.org.pptxErikaPuspita10
 
PELAKSANAAN + Link2 Materi TRAINING "Effective SUPERVISORY & LEADERSHIP Sk...
PELAKSANAAN  + Link2 Materi TRAINING "Effective  SUPERVISORY &  LEADERSHIP Sk...PELAKSANAAN  + Link2 Materi TRAINING "Effective  SUPERVISORY &  LEADERSHIP Sk...
PELAKSANAAN + Link2 Materi TRAINING "Effective SUPERVISORY & LEADERSHIP Sk...Kanaidi ken
 
Modul Ajar Bahasa Indonesia - Menulis Puisi Spontanitas - Fase D.docx
Modul Ajar Bahasa Indonesia - Menulis Puisi Spontanitas - Fase D.docxModul Ajar Bahasa Indonesia - Menulis Puisi Spontanitas - Fase D.docx
Modul Ajar Bahasa Indonesia - Menulis Puisi Spontanitas - Fase D.docxherisriwahyuni
 
Aksi Nyata Modul 1.1 Calon Guru Penggerak
Aksi Nyata Modul 1.1 Calon Guru PenggerakAksi Nyata Modul 1.1 Calon Guru Penggerak
Aksi Nyata Modul 1.1 Calon Guru Penggeraksupriadi611
 
demontrasi kontekstual modul 1.2.a. 6.pdf
demontrasi kontekstual modul 1.2.a. 6.pdfdemontrasi kontekstual modul 1.2.a. 6.pdf
demontrasi kontekstual modul 1.2.a. 6.pdfIndri117648
 
Materi Strategi Perubahan dibuat oleh kelompok 5
Materi Strategi Perubahan dibuat oleh kelompok 5Materi Strategi Perubahan dibuat oleh kelompok 5
Materi Strategi Perubahan dibuat oleh kelompok 5KIKI TRISNA MUKTI
 
Laporan Guru Piket untuk Pengisian RHK Guru Pengelolaan KInerja Guru di PMM
Laporan Guru Piket untuk Pengisian RHK Guru Pengelolaan KInerja Guru di PMMLaporan Guru Piket untuk Pengisian RHK Guru Pengelolaan KInerja Guru di PMM
Laporan Guru Piket untuk Pengisian RHK Guru Pengelolaan KInerja Guru di PMMmulyadia43
 
1.2.a.6. Demonstrasi Konstektual - Modul 1.2 (Shinta Novianti - CGP A10).pdf
1.2.a.6. Demonstrasi Konstektual - Modul 1.2 (Shinta Novianti - CGP A10).pdf1.2.a.6. Demonstrasi Konstektual - Modul 1.2 (Shinta Novianti - CGP A10).pdf
1.2.a.6. Demonstrasi Konstektual - Modul 1.2 (Shinta Novianti - CGP A10).pdfShintaNovianti1
 
ppt-modul-6-pend-seni-di sd kelompok 2 ppt
ppt-modul-6-pend-seni-di sd kelompok 2 pptppt-modul-6-pend-seni-di sd kelompok 2 ppt
ppt-modul-6-pend-seni-di sd kelompok 2 pptArkhaRega1
 
Karakteristik Negara Mesir (Geografi Regional Dunia)
Karakteristik Negara Mesir (Geografi Regional Dunia)Karakteristik Negara Mesir (Geografi Regional Dunia)
Karakteristik Negara Mesir (Geografi Regional Dunia)3HerisaSintia
 
Materi Pertemuan 6 Materi Pertemuan 6.pptx
Materi Pertemuan 6 Materi Pertemuan 6.pptxMateri Pertemuan 6 Materi Pertemuan 6.pptx
Materi Pertemuan 6 Materi Pertemuan 6.pptxRezaWahyuni6
 
Demonstrasi Kontekstual Modul 1.2. pdf
Demonstrasi Kontekstual  Modul 1.2.  pdfDemonstrasi Kontekstual  Modul 1.2.  pdf
Demonstrasi Kontekstual Modul 1.2. pdfvebronialite32
 

Recently uploaded (20)

tugas 1 anak berkebutihan khusus pelajaran semester 6 jawaban tuton 1.docx
tugas 1 anak berkebutihan khusus pelajaran semester 6 jawaban tuton 1.docxtugas 1 anak berkebutihan khusus pelajaran semester 6 jawaban tuton 1.docx
tugas 1 anak berkebutihan khusus pelajaran semester 6 jawaban tuton 1.docx
 
Jurnal Dwi mingguan modul 1.2-gurupenggerak.pptx
Jurnal Dwi mingguan modul 1.2-gurupenggerak.pptxJurnal Dwi mingguan modul 1.2-gurupenggerak.pptx
Jurnal Dwi mingguan modul 1.2-gurupenggerak.pptx
 
MODUL 2 BAHASA INDONESIA-KELOMPOK 1.pptx
MODUL 2 BAHASA INDONESIA-KELOMPOK 1.pptxMODUL 2 BAHASA INDONESIA-KELOMPOK 1.pptx
MODUL 2 BAHASA INDONESIA-KELOMPOK 1.pptx
 
Prakarsa Perubahan dengan Kanvas ATAP & BAGJA.pptx
Prakarsa Perubahan dengan Kanvas ATAP & BAGJA.pptxPrakarsa Perubahan dengan Kanvas ATAP & BAGJA.pptx
Prakarsa Perubahan dengan Kanvas ATAP & BAGJA.pptx
 
Modul 1.2.a.8 Koneksi antar materi 1.2.pdf
Modul 1.2.a.8 Koneksi antar materi 1.2.pdfModul 1.2.a.8 Koneksi antar materi 1.2.pdf
Modul 1.2.a.8 Koneksi antar materi 1.2.pdf
 
LAPORAN PKP KESELURUHAN BAB 1-5 NURUL HUSNA.pdf
LAPORAN PKP KESELURUHAN BAB 1-5 NURUL HUSNA.pdfLAPORAN PKP KESELURUHAN BAB 1-5 NURUL HUSNA.pdf
LAPORAN PKP KESELURUHAN BAB 1-5 NURUL HUSNA.pdf
 
Kelompok 2 Karakteristik Negara Nigeria.pdf
Kelompok 2 Karakteristik Negara Nigeria.pdfKelompok 2 Karakteristik Negara Nigeria.pdf
Kelompok 2 Karakteristik Negara Nigeria.pdf
 
BAHAN SOSIALISASI PPDB SMA-SMK NEGERI DISDIKSU TP. 2024-2025 REVISI.pptx
BAHAN SOSIALISASI PPDB SMA-SMK NEGERI DISDIKSU TP. 2024-2025 REVISI.pptxBAHAN SOSIALISASI PPDB SMA-SMK NEGERI DISDIKSU TP. 2024-2025 REVISI.pptx
BAHAN SOSIALISASI PPDB SMA-SMK NEGERI DISDIKSU TP. 2024-2025 REVISI.pptx
 
IPA Kelas 9 BAB 10 - www.ilmuguru.org.pptx
IPA Kelas 9 BAB 10 - www.ilmuguru.org.pptxIPA Kelas 9 BAB 10 - www.ilmuguru.org.pptx
IPA Kelas 9 BAB 10 - www.ilmuguru.org.pptx
 
PELAKSANAAN + Link2 Materi TRAINING "Effective SUPERVISORY & LEADERSHIP Sk...
PELAKSANAAN  + Link2 Materi TRAINING "Effective  SUPERVISORY &  LEADERSHIP Sk...PELAKSANAAN  + Link2 Materi TRAINING "Effective  SUPERVISORY &  LEADERSHIP Sk...
PELAKSANAAN + Link2 Materi TRAINING "Effective SUPERVISORY & LEADERSHIP Sk...
 
Modul Ajar Bahasa Indonesia - Menulis Puisi Spontanitas - Fase D.docx
Modul Ajar Bahasa Indonesia - Menulis Puisi Spontanitas - Fase D.docxModul Ajar Bahasa Indonesia - Menulis Puisi Spontanitas - Fase D.docx
Modul Ajar Bahasa Indonesia - Menulis Puisi Spontanitas - Fase D.docx
 
Aksi Nyata Modul 1.1 Calon Guru Penggerak
Aksi Nyata Modul 1.1 Calon Guru PenggerakAksi Nyata Modul 1.1 Calon Guru Penggerak
Aksi Nyata Modul 1.1 Calon Guru Penggerak
 
demontrasi kontekstual modul 1.2.a. 6.pdf
demontrasi kontekstual modul 1.2.a. 6.pdfdemontrasi kontekstual modul 1.2.a. 6.pdf
demontrasi kontekstual modul 1.2.a. 6.pdf
 
Materi Strategi Perubahan dibuat oleh kelompok 5
Materi Strategi Perubahan dibuat oleh kelompok 5Materi Strategi Perubahan dibuat oleh kelompok 5
Materi Strategi Perubahan dibuat oleh kelompok 5
 
Laporan Guru Piket untuk Pengisian RHK Guru Pengelolaan KInerja Guru di PMM
Laporan Guru Piket untuk Pengisian RHK Guru Pengelolaan KInerja Guru di PMMLaporan Guru Piket untuk Pengisian RHK Guru Pengelolaan KInerja Guru di PMM
Laporan Guru Piket untuk Pengisian RHK Guru Pengelolaan KInerja Guru di PMM
 
1.2.a.6. Demonstrasi Konstektual - Modul 1.2 (Shinta Novianti - CGP A10).pdf
1.2.a.6. Demonstrasi Konstektual - Modul 1.2 (Shinta Novianti - CGP A10).pdf1.2.a.6. Demonstrasi Konstektual - Modul 1.2 (Shinta Novianti - CGP A10).pdf
1.2.a.6. Demonstrasi Konstektual - Modul 1.2 (Shinta Novianti - CGP A10).pdf
 
ppt-modul-6-pend-seni-di sd kelompok 2 ppt
ppt-modul-6-pend-seni-di sd kelompok 2 pptppt-modul-6-pend-seni-di sd kelompok 2 ppt
ppt-modul-6-pend-seni-di sd kelompok 2 ppt
 
Karakteristik Negara Mesir (Geografi Regional Dunia)
Karakteristik Negara Mesir (Geografi Regional Dunia)Karakteristik Negara Mesir (Geografi Regional Dunia)
Karakteristik Negara Mesir (Geografi Regional Dunia)
 
Materi Pertemuan 6 Materi Pertemuan 6.pptx
Materi Pertemuan 6 Materi Pertemuan 6.pptxMateri Pertemuan 6 Materi Pertemuan 6.pptx
Materi Pertemuan 6 Materi Pertemuan 6.pptx
 
Demonstrasi Kontekstual Modul 1.2. pdf
Demonstrasi Kontekstual  Modul 1.2.  pdfDemonstrasi Kontekstual  Modul 1.2.  pdf
Demonstrasi Kontekstual Modul 1.2. pdf
 

68157929 lapangan-hingga

  • 1. tutur widodo : pend. matematika uns v DAFTAR ISI HALAMAN JUDUL ........................................................................................... i HALAMAN PERSETUJUAN .......................................................................... II HALAMAN PENGESAHAN ......................................................................... III KATA PENGANTAR ...................................................................................... IV DAFTAR ISI ..................................................................................................... V BAB I PENDAHULUAN ................................................................................... 1 A. LATAR BELAKANG MASALAH .................................................................. 1 B. PEMBATASAN MASALAH .......................................................................... 2 C. PERUMUSAN MASALAH ............................................................................ 2 D. TUJUAN PENULISAN ................................................................................. 3 BAB II PEMBAHASAN .................................................................................... 4 1. MATERI PENDUKUNG ................................................................................ 4 1.1 Group Siklik .......................................................................................... 4 1.2 Gelanggang .......................................................................................... 8 1.3 Lapangan ............................................................................................ 16 1.4 Ruang Vektor ...................................................................................... 21 1.5 Perluasan Lapangan ........................................................................... 23 1.6 Suku Banyak (Polinomial) ................................................................... 26 2. PEMBAHASAN ......................................................................................... 33 2.1 Pengertian Lapangan Berhingga ......................................................... 33 2.2. Sifat – Sifat Lapangan Berhingga ....................................................... 34 2.3. Sublapangan ...................................................................................... 38 2.4 Cara Mengkonstruksi Lapangan Berhingga ........................... 39 2.5 Ketunggalan dari Lapangan Berhingga Berorder Sama (up to Isomorphisma) ........................................................................................... 43
  • 2. tutur widodo : pend. matematika uns Lapangan Berhingga vi BAB III PENUTUP .......................................................................................... 51 A. KESIMPULAN .......................................................................................... 51 B. SARAN .................................................................................................... 51 LAMPIRAN ..................................................................................................... 52 DAFTAR PUSTAKA ....................................................................................... 56
  • 3. tutur widodo : pend. matematika uns 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Lapangan adalah salah satu objek yang dipelajari dalam aljabar abstrak, salah satu cabang ilmu matematika. Dalam disiplin ilmu matematika sendiri, lapangan memegang peranan yang sangat penting. Bahkan dalam perkuliahan pun lapangan memegang peranan penting. Sebagai contoh, ketika belajar kalkulus, teori bilangan, analisis riil maupun analisis kompleks, lapangan berperan penting di dalamnya. Mengapa bisa dikatakan demikian. Sebab objek seperti himpunan bilangan riil ( ), himpunan bilangan kompleks ( ), himpunan bilangan rasional ( ) serta himpunan bilangan bulat modulo p (
  • 4. ) dengan operasi penjumlahan dan perkalian adalah contoh dari lapangan. Dalam perkuliahan Struktur Aljabar telah dipelajari pengertian awal tentang lapangan dan beberapa sifatnya. Salah satu objek yang dipelajari di lapangan yaitu lapangan berhingga. Lapangan berhingga ternyata memiliki sifat-sifat yang menarik untuk dipelajari, pun lapangan berhingga sendiri memiliki aplikasi yang cukup luas misalnya di criptografi atau di teorema coding. Salah satu yang menarik dari lapangan berhingga adalah bahwa dapat dibuktikan setiap lapangan berhingga memiliki elemen sebanyak pn dengan p bilangan prima dan n bilangan bulat positif. Selain itu hal yang menarik penulis adalah bagaimana mengkonstruksi suatu lapangan berhingga, serta apa saja sifat - sifat dari lapangan berhingga itu sendiri. Oleh karena itu, berdasarkan latar belakang tersebut di atas, dalam makalah ini akan dibahas tentang pengertian lapangan berhingga, sifat - sifat serta cara mengkonstruksinya.
  • 5. tutur widodo : pend. matematika uns Lapangan Berhingga 2 B. Pembatasan Masalah Pada makalah ini, pembahasan mengenai materi lapangan berhingga lebih ditekankan pada teori – teori dasar yaitu tentang pengertian dan sifat – sifatnya. Sedangkan untuk terapannya termasuk mengenai Galois Field tidak dibahas pada makalah ini. Selain itu, cara mengkonstruksi lapangan berhingga yang diperkenalkan hanya satu yaitu dengan memanfaatkan gelanggang polinomial Px dan polinomial tak tereduksi px Px. Demikian pula bagaimana cara mencari polinomial tak tereduksi tersebut tidak dibahas pada makalah ini. C. Perumusan Masalah Berdasarkan latar belakang dan pembatasan masalah di atas , penulis merumuskan permasalahan sebagai berikut : 1. Apakah pengertian lapangan berhingga ? 2. Apasaja sifat – sifat yang dimiliki oleh lapangan berhingga? 3. Bagaimana sifat sublapangan dari lapangan berhingga ? 4. Bagaimana cara mengkonstruksi lapangan berhingga sesuai dengan banyak elemen yang dimuatnya ?
  • 6. tutur widodo : pend. matematika uns Lapangan Berhingga 3 D. Tujuan Penulisan Tujuan dari penulisan makalah ini adalah : 1. Mengetahui pengertian lapangan berhingga. 2. Mengetahui sifat – sifat lapangan berhingga. 3. Mengetahui sifat sublapangan dari lapangan berhingga. 4. Dapat mengkonstruksi lapangan berhingga sesuai dengan banyak elemen yang dimuatnya.
  • 7. tutur widodo : pend. matematika uns 4 BAB II PEMBAHASAN Sebelum memulai pembahasan tentang lapangan berhingga terlebih dahulu disajikan materi- materi terkait yang menjadi pendukung, sebagai berikut : 1. Materi Pendukung 1.1 Group Siklik Definisi 1.1.1 ( Definisi group ) Himpunan tak kosong G disebut group jika di dalam G terdefinisi satu operasi biner ( operasi biner yaitu fungsi dari ke ) dan dipenuhi sifat – sifat berikut : 1. Untuk setiap , , berlaku ( Berlaku sifat assosiatif ) 2. Terdapat elemen sedemikian sehingga berlaku ( e disebut elemen identitas di G ) 3. Untuk setiap terdapat elemen sedemikian sehingga ( disebut invers dari ) (Grillet, 2000 : 8) Contoh : Himpunan bilangan bulat dengan operasi penjumlahan ( + ) yang telah kita kenal membentuk group. Definisi 1.1.2 ( Definisi group siklik ) Suatu group G disebut group siklik jika terdapat elemen sedemikian sehingga | ! .
  • 8. tutur widodo : pend. matematika uns Lapangan Berhingga 5 Elemen yang demikian disebut generator dari G. Selanjutnya group siklik G yang dibangun oleh dinotasikan #$. (J.A. Galian, 1990 : 66) Contoh : % 0 1, 2, 3, 4 terhadap operasi perkalian di % adalah contoh group siklik yang dibangun oleh 3 sebab, 3+ 3, 3, 9 4, 3. 27 2, 30 81 1. Definisi 1.1.3 ( Definisi Order ) Misalkan G suatu group, order dari suatu elemen 2 yaitu bilangan bulat positif terkecil t sedemikian sehingga 23 14 (elemen identitas di G). Order dari elemen 2 dinotasikan =2. Sedangkan order dari group menyatakan banyaknya elemen yang ada di , dinotasikan ||. (Fraleigh, 2000 : 408) Contoh : Mengacu contoh dari definisi 1.1.2, diperoleh || 4 dan =1 1 sebab 1+ 1 sedangkan =2 4 karena 20 16 1. Teorema 1.1.4 Misalkan #$ adalah group siklik dengan order n. Maka #@$ jika dan hanya jika AB!, C 1. (J.A. Galian, 1990 : 69) Bukti : Untuk membuktikan teorema di atas harus dibuktikan dua pernyataan yaitu: 1. Jika #@$ maka AB!, C 1
  • 9. tutur widodo : pend. matematika uns Lapangan Berhingga 6 2. Jika AB!, C 1 maka #@$ Untuk membuktikan pernyataan 1) digunakan kontradiksi. Andaikan AB!, C E 1. Diperoleh n = pt dengan t n dan k = pw dengan w k. Maka @3
  • 10. F3
  • 11. 3F F F . Jadi, =@ G H I !. Karena #@$ J+, ,,… , LMNOPQ berakibat |#@$| =@ G H I !. Dengan kata lain #@$ R , sehingga @ bukan generator dari G. Timbul kontradiksi karena diketahui #@$. Jadi, haruslah AB!, C 1. Untuk membuktikan pernyataan 2) digunakan cara langsung. Diketahui AB!, C 1 berakibat terdapat , S sehingga ! V CS 1. Oleh karena itu WX@Y W. @Y . @Y @Y @Y maka #@$. Karena G dibangun oleh a berakibat Z #@$. Diketahui pula bahwa #@$ Z . Jadi, #@$. Contoh : Group % 0 1, 2, 3, 4. Telah diketahui bahwa 3 adalah generator dari G. Berdasarkan teorema 1.1.4 diatas, generator dari G yang lain adalah 3. 27 2. Hal ini benar karena, 1 20, 2 2+, 3 2., 4 2, Teorema 1.1.5 Misalkan G adalah group berhingga dengan order n, dengan sifat setiap bilangan bulat positif d yang membagi habis n, terdapat paling banyak d solusi dari persamaan N [ di G. Maka G adalah group siklik. (e elemen identitas di G) (Herstein, 1996 : 222) Bukti : Misalkan adalah banyaknya elemen di G yang memiliki order d. Ambil sebarang d bilangan bulat positif yang membagi habis n. Jika terdapat
  • 12. tutur widodo : pend. matematika uns Lapangan Berhingga 7 dimana ord(a) = d maka himpunan penyelesaian dari persamaan N adalah , , ,, ., …, N]+. Sehingga setiap elemen di G yang berorder d mempunyai bentuk salah satu dari , , ,, ., …, N]+. Berdasarkan teorema 1.1.4 diperoleh ^. (^ adalah fungsi Euler *). Sedangkan bila tidak terdapat elemen di G yang berorder d maka 0. Oleh karena itu, untuk setiap d yang membagi habis n berlaku G ^. Karena order dari setiap elemen di G membagi ||= n maka diperoleh ΣN ! ` . Dari teori bilangan didapat ΣN ^ ! ` . Sehingga a ! a^ N` N` tetapi karena G ^, yang membagi habis n berakibat ^. Karena n membagi n maka ! ^! b 1, ini berarti terdapat elemen H yang berorder n. Oleh karena itu, elemen – elemen , H, H,, H.,…, H]+ semuanya berbeda dan ada di G. Dengan kata lain , H, H,, H.,…, H]+ adalah group siklik dengan generator t. Contoh : % 0 1, 2, 3, 4 terhadap operasi perkalian di % membentuk group. Jelas pula bahwa || 4. Perhatikan 1, 2 dan 4 membagi habis 4 dan persamaan + 1 di G mempunyai himpunan penyelesaian { 1 } , 1 di G mempunyai himpunan penyelesaian { 1, 4 } 0 1 di G mempunyai himpunan penyelesaian { 1, 2, 3, 4 } = G Jadi, G memenuhi kondisi pada teorema 1.1.5 sehingga G merupakan group siklik ( telah dibuktikan pada contoh 1 ). *penjelasan tentang fungsi Euler terdapat di lampiran.
  • 13. tutur widodo : pend. matematika uns Lapangan Berhingga 8 1.2 Gelanggang Definisi 1.2.1( Definisi Gelanggang ) Himpunan R tak kosong disebut gelanggang jika di dalam R terdapat dua operasi ( umumnya disimbolkan ( + ) dan ( . )) sedemikian sehingga berlaku : 1. jika , c maka ( V c. 2. V V , , c. 3. V V V V , , , c. 4. Terdapat elemen 0R R sehingga 0R + , c. Selanjutnya 0R disebut elemen netral dari R. 5. c, terdapat c d V 0. Selanjutnya b disebut invers dari terhadap penjumlahan di R, biasa ditulis . 6. , c maka . c. 7. . . . . , , , c 8. . V . V . dan V . . V . , , , c. Jika terdapat 1R R, sehingga 1R. . 1e , c . R disebut gelanggang dengan elemen satuan dan 1R disebut elemen satuan di R. Apabila di R juga berlaku . . , , c maka R dinamakan gelanggang komutatif. ( Herstein, 1996 : 126 ) Contoh : Himpunan bilangan real dengan operasi penjumlahan (+) dan operasi perkalian (.) yang sudah dikenal membentuk gelanggang. Definisi 1.2.2 ( Definisi daerah integral ) Misalkan R gelanggang komutatif, R disebut daerah integral jika untuk setiap , c sedemikian sehingga . 0e mengakibatkan 0e atau 0e. ( Herstein, 1996 : 127 )
  • 14. tutur widodo : pend. matematika uns Lapangan Berhingga 9 Contoh : Himpunan bilangan real adalah gelanggang komutatif yang juga merupakan daerah integral. Definisi 1.2.3 ( Definisi ideal ) Misalkan R suatu gelanggang. Himpunan tak kosong I Z c disebut ideal jika berlaku : 1. I subgroup penjumlahan dari R. 2. = c, g berlaku = g dan = g. ( Herstein, 1996 : 140) Contoh : Himpunan … , 4,2, 0, 2, 4,… 2 h adalah ideal dari gelanggang . Definisi 1.2.4 ( Definisi ideal maksimal ) Misalkan M ideal dari gelanggang R. M disebut ideal maksimal jika ideal lain di R yang memuat M hanyalah M sendiri atau R. (Herstein, 1996 : 148) Contoh : Himpunan … , 6,3, 0, 3, 6,… 3 adalah ideal maksimal dari gelanggang .
  • 15. tutur widodo : pend. matematika uns Lapangan Berhingga 10 Lemma 1.2.5 Misalkan R gelanggang dan I ideal dari R, maka c `g = V g | = c merupakan gelanggang terhadap operasi yang didefinisikan sebagai berikut : untuk setiap =+ V g ! =, V g c `g , =+ V g V =, V g =+ V =, V g dan =+ V g i =, V g =+=, V g (Herstein, 1990 : 135) Bukti : Pertama dibuktikan operasi (+) dan (*) yang didefinisikan di atas well defined. Yaitu harus ditunjukkan untuk setiap + V g, , V g , + V g, , V g c `g jika + V g , V g dan + V g , V g maka + V g V + V g + V + V g , V , V g , V g V , V g serta, + V g i + V g ++ V g ,, V g , V g i , V g. Untuk keperluan di atas terlebih dahulu dibuktikan pernyataan berikut : Untuk setiap H V g ! j V g c `g, H V g j V g jika dan hanya jika H j g. k Jika H V g j V g berakibat untuk H V lL H V g terdapat j V li j V g dengan lL, li g, sehingga berlaku H V lL j V li atau H j lL V li g. m Jika H j g berakibat H j l, l g. Sehingga diperoleh H j V l dan berikutnya diperoleh H V g j V l V g atau H V g j V g. Sekarang kembali kepermasalahan, jika + V g , V g berakibat + , g demikian pula jika + V g , V g berakibat + , g sehingga diperoleh, n+ V + , V ,o n+ , V + ,o g . Akibatnya + V + V g , V , V g.
  • 16. tutur widodo : pend. matematika uns Lapangan Berhingga 11 Sekarang perhatikan, ++ , ++ +, g ……………………..1) + ,, +, ,, g ……………………..2) dari 1) dan 2) didapat ++ ,, g. Jadi, ++ V g ,, V g. Terbukti, operasi (+) dan (*) yang didefinisikan di atas well defined. Kedua, dibuktikan c `g adalah gelanggang (dengan memanfaatkan definisi gelanggang). Ambil sebarang , , c `g, misalkan pula =+ V g, =, V g dan =. V g dengan =+, =,, =. c. Selanjutnya perhatikan, 1. V =+ V g V =, V g =+V=, V g karena R gelanggang maka =+ V =, c. Jadi, V c `g . 2. V =+ V g V =, V g =+ V =, V g =, V =+ V g =, V g V =+ V g V . 3. V V n=1 V g V =2 V go V =. V g n=+ V =, V go V =. V g =+ V =, V =. V g n=+ V =, V =.o V g =+ V g V n=, V =. V go =+ V g V n=, V g V =. V go V V 4. Misalkan 0e elemen netral di R, maka pilih 0e V g c `g dan untuk setiap c `g berlaku V 0e V g V =+ V g =+ V g =+ V g V 0e V g V . Jadi, e elemen netral di c `g. 5. Untuk setiap c `g pilih – =+ V g c `g sedemikian hingga berlaku V =+ V g V =+ V g =+ =+ V g 0e V g . 6. i =+ V g i =, V g =+=, V g karena R gelanggang maka =+=, c. Jadi, i c `g . 7. i i n=1 V g i =2 V go i =. V g n=+=, V go i =. V g karena I ideal
  • 17. tutur widodo : pend. matematika uns Lapangan Berhingga 12 =+=,=. V g n=+=,=.o V g =+ V g i n=,=. V go =+ V g i n=, V g i =. V go i i 8. V i n=1 V g V =2 V go i =. V g n=+ V =, V go i =. V g n=+V=,=.o V g n=+=. V =+=.o V g =+=. V I V =+=. V g i V i dan i V =+ V g i n=2 V g V =3 V go =+ V g i n=, V =. V go n=+=,V=.o V g n=+=, V =+=.o V g =+=, V I V =+=. V g i V i Berdasarkan sifat – sifat 1 sampai 8, terbukti bahwa c `g adalah gelanggang. Contoh : Telah diketahui bahwa adalah gelanggang dan 2 merupakan ideal dari . Berdasarkan lemma 1.2.5 di atas diperoleh `2 0, 1 , merupakan suatu gelanggang. Catatan : adalah himpunan bilangan bulat modulo n. Operasi penjumlahan dan perkalian di seperti yang telah dipelajari di teori bilangan. Definisi 1.2.6 ( Definisi homomorphisma ) Misalkan R dan R’ suatu gelanggang, pemetaan r dari R ke R’ disebut homomorphisma jika berlaku : 1. r V r V r 2. r rr untuk setiap , c. (Herstein, 1990 : 131)
  • 18. tutur widodo : pend. matematika uns Lapangan Berhingga 13 Didefinisikan pula Kernel dari r dinotasikan s=r, yaitu s=r c | r 0et uv! !H=u l cw. Sedangkan bayangan dari r dinotasikan gvr didefinisikan gvr S cx | y c d r S. Apabila r suatu homomorphisma dan sekaligus injektif, r disebut isomorphisma. Selanjutnya gelanggang R dan R’ disebut isomorphic jika terdapat isomorphisma dari R onto R’. Gelanggang R isomorphic dengan R’ disimbolkan c z cw. Lemma 1.2.7 Misalkan R gelanggang dan M ideal dari R, didefinisikan pemetaan r { c | c `} yaitu r V }, c maka r suatu homomorphisma dari R onto c `}. (Herstein 1990 :135 ) Bukti : Pertama, dibuktikan r well defined. Untuk itu, ambil sebarang , c dengan akan ditunjukkan r r. Perhatikan, karena 0e(elemen netral di R) dan M ideal di R berakibat } sehingga r V } V } r. Jadi, r well defined. Untuk membuktikan r suatu homomorphisma ambil sebarang , c. Perhatikan, r V V V } V } V V } r V r, serta r V } V } i V } r i r . Terbukti r homomorphisma. Untuk membuktikan r surjektif, ambil sebarang c `} berarti c dapat dinyatakan c = r + M untuk suatu = c. Dengan kata lain r=. Jadi, r surjektif. Jadi, terbukti r homomorphisma dari R onto c `}.
  • 19. tutur widodo : pend. matematika uns Lapangan Berhingga 14 Teorema 1.2.8 Misalkan R dan R’ gelanggang. Jika pemetaan r { c | cw adalah suatu homomorphisma, maka c `g z gvr dengan g s=r. (Herstein,1990 :135 ) Bukti : Untuk menunjukkan c `g z gvr berarti harus ditunjukkan terdapat isomorphisma dari c `g onto gvr. Terlebih dahulu dibuktikan bahwa g s=r ideal dari R. Berdasarkan definisi kernel, didapat g Z c dan karena r homomorphisma berlaku r0e 0ex jadi g R ~. Selanjutnya ambil sebarang , g dan sebarang = c maka berlaku, r rn V o r V r r V nro 0ex V 0ex 0ex Jadi, g. r= r i r= 0ex i 0ex 0ex serta berlaku pula r= r= i r 0ex i 0ex 0ex Sehingga =, = g. Oleh karena itu, terbukti I ideal dari R. Dari lemma 1.2.7 diperoleh, terdapat homomorphisma  dari R onto c `g yaitu = = V g. Selanjutnya didefinisikan pemetaan € { c `g | gvr yaitu € €n=o r= untuk setiap c `g dan suatu = c. Akan dibuktikan bahwa € adalah isomorphisma dari c `g onto gvr. Pertama, dibuktikan bahwa pemetaan € well defined. Untuk itu ambil sebarang , c `g dengan . Karena  surjektif, berarti =+ dan =, untuk suatu =+ , =, c. Sehingga =+ V g =+ =, =, V g berakibat =+ =, g atau =+ =, l =+ l V =, untuk suatu l g. Oleh karena itu diperoleh, r=+ rl V =, rl V r=, 0ex V r=, r=,.
  • 20. tutur widodo : pend. matematika uns Lapangan Berhingga 15 Jadi, € €n=+o r=+ r=, €n=,o €. Sehingga terbukti € well defined. Kedua, ditunjukkan € suatu homomorphisma. Untuk itu ambil sebarang , c `g sehingga dapat dinyatakan =+ dan =, untuk suatu =+ , =, c. Diperoleh pula V =+ V =, =+ V =, dan =+ i =, =+=, Perhatikan, € V €n=+ V =,o r=+ V =, r=+ V r=, € V € serta € €=+=, r=+=, r=+ i r=, € i € . Terbukti, € homomorphisma. Terakhir, tinggal ditunjukkan € injektif sekaligus surjektif. Untuk menunjukkan € injektif , ambil sebarang , c `g sehingga dapat dinyatakan =+ dan =, untuk suatu =+ , =, c. Jika € € harus ditunjukkan . Karena € r=+ dan € r=, serta € € berakibat r=+ r=,. Sehingga r=+ =, r=+ r=, 0ex. Oleh karena itu, =+ =, g. Hal ini berakibat =+ V g =, V g yang berarti =+ =+ V g =, V g =, . Jadi, terbukti € injektif. Untuk menunjukkan € surjektif, ambil sebarang H gvr akan ditunjukkan terdapat c `g sedemikian hingga € H. Perhatikan, karena H gvr berarti y= c sedemikian hingga berlaku r= H. Demikian pula dengan memanfaatkan homomorphisma , yj c `g sehingga = j. Oleh karena itu pilih j, sehingga berlaku € €j €n=o r= H. Terbukti € surjektif. Oleh karena itu, € adalah isomorphisma dari c `g onto gvr yang berarti c `g z gvr.
  • 21. tutur widodo : pend. matematika uns Lapangan Berhingga 16 1.3 Lapangan Definisi 1.3.1( Definisi Lapangan ) Gelanggang F disebut lapangan jika berlaku sifat – sifat sebagai berikut : 1. F gelanggang komutatif dan F memiliki elemen satuan. 2. Setiap elemen tak nol di F memiliki invers terhadap operasi perkalian di F. (Grillet, 2000:116) Contoh : Himpunan bilangan rasional dan himpunan bilangan real dengan operasi penjumlahan dan operasi perkalian yang telah dikenal membentuk lapangan. Definisi 1.3.2( Definisi Sublapangan ) Misalkan F suatu lapangan dan ~ R ‚ Z . T disebut sublapangan dari F jika T sendiri membentuk lapangan terhadap operasi penjumlahan dan perkalian yang ada di F. (Grillet, 2000:118) Contoh : Himpunan adalah sublapangan dari lapangan . Teorema 1.3.3 Misalkan R gelanggang komutatif dengan elemen satuan, dan M ideal maksimal dari R, maka c `}= {r + M | r c} adalah lapangan. (Herstein, 1996 : 149) Bukti : Untuk menunjukkan c `} lapangan, harus dibuktikan c `} adalah gelanggang komutatif dengan elemen satuan serta setiap elemen tak nol di c `} memiliki invers terhadap operasi perkalian di c `}.
  • 22. tutur widodo : pend. matematika uns Lapangan Berhingga 17 Apabila (+) dan (*) menyatakan operasi seperti pada lemma 1.2.5 maka telah dibuktikan nc `}, V, io adalah gelanggang. Selanjutnya akan ditunjukkan c `} komutatif dan memiliki elemen satuan. Perhatikan, untuk setiap V }, V } c `}, , c berlaku, V } i V } V } V } V } i V }. Misalkan pula, 1e elemen satuan di R. Sehingga 1e V } c `} dan untuk setiap V } c `} berlaku V } i 1e V } 1e V } i V } 1e V } V }. Berarti 1e V } adalah elemen satuan di c `}. Jadi, terbukti c `} gelanggang komutatif dengan elemen satuan. Oleh karena itu, tinggal dibuktikan untuk setiap elemen tak nol di c `} memiliki invers. Untuk keperluan ini, sebelumnya dibuktikan terlebih dahulu ideal di c `} hanya { M } dan c `}. Untuk membuktikannya andaikan terdapat ideal lain misal N di c `} harus ditunjukkan N = { M } atau N = c `}. Ambil sebarang N ideal di c `}. Apabila N = { M } maka terbukti, oleh karena itu andaikan ƒ R } . Ini berarti terdapat elemen ! HL V } ƒ dengan HL c tetapi HL „ }. Berdasarkan lemma 1.2.7 terdapat homomorphisma r { c | c `} yaitu r= = V }, = c. Selanjutnya misalkan ‚ H c | rH ƒ berarti ‚ R } dan } h ‚. Akan dibuktikan T ideal dari R. Jelas T tak kosong dan ‚ Z c. Demikian pula untuk sebarang , ‚ diperoleh r rn V o r V r r V r. Karena N ideal, berakibat r V r ƒ sehingga ‚. Selanjutnya, ambil sebarang = c dan ‚ diperoleh, r= = V } V } i = V } karena N ideal dan V } ƒ serta = V } c `} berakibat r= n V } i = V }o ƒ.
  • 23. tutur widodo : pend. matematika uns Lapangan Berhingga 18 Jadi, = = ‚. Terbukti T ideal di R. Karena } h ‚ dan M ideal maksimal serta ‚ R } berakibat ‚ c. Sekarang ambil sebarang c `} berarti dapat ditulis = V }, untuk suatu = c ‚. Jadi, ƒ d r= = V } . Sehingga c `} Z ƒ , padahal diketahui pula ƒ Z c `}. Jadi, terbukti c `} ƒ. Oleh karena itu, ideal di c `} hanya { M } dan c `}. Sekarang kembali ke tujuan awal yaitu membuktikan setiap elemen tak nol di c `} memiliki invers. Oleh karena itu, ambil sebarang = V } c `}tetapi R }. ( Perhatikan, elemen nol atau elemen netral di c `} adalah M ). Mudah dibuktikan bahwa … † i | c `}‡ adalah ideal di c `}. Perhatikan pula bahwa, n i 1e V }o …. Jadi, … R }, berarti … c `}. Karena 1e V } c `} … berarti 1e V} i L untuk suatu L c `}. Dengan kata lain, L invers dari a. Jadi, terbukti setiap elemen tak nol di c `} memiliki invers. Sebelumnya juga telah dibuktikan c `} adalah gelanggang komutatif dengan elemen satuan. Sehingga terbukti c `} adalah lapangan. Contoh : Pada contoh dari lemma1.2.5, `2 adalah suatu gelanggang. Tetapi karena 2 adalah ideal maksimal dari diperoleh `2 merupakan lapangan. Teorema 1.3.4 Daerah integral berhingga adalah lapangan. (Herstein, 1990 : 127 )
  • 24. tutur widodo : pend. matematika uns Lapangan Berhingga 19 Bukti : Misalkan D adalah daerah integral berhingga dan |ˆ| !. Misalkan pula D ={d1, d2, d3, ... ,dn} dimana di = dj jika dan hanya jika i = j. Untuk membuktikan D suatu lapangan harus ditunjukkan bahwa D memiliki elemen satuan dan setiap elemen tak nol di D memiliki invers. Ambil elemen x R 0D ˆ.Perhatikan bahwa xd1, xd2, xd3, . . . ., xdn semuanya ada di D dan klaim bahwa semuanya berbeda. Andaikan y‰, Š, d ‰ Š, dengan l R ‹ diperoleh, ‰ Š 0Œ sehingga n ‰ Šo 0Œ. Karena D daerah integral dan R 0D, maka haruslah di – dj = 0D atau di = dj. Timbul kontradiksi karena i R ‹, sehingga terbukti xd1, xd2, xd3, . . . ., xdn semuanya berbeda. Dengan kata lain, dapat ditulis D = { xd1, xd2, xd3, . . . ., xdn }. Padahal ˆ, sehingga ‰L untuk suatu ‰L ˆ. Klaim bahwa ‰L adalah elemen identitas dari D. Ambil sebarang elemen ˆ, dapat ditulis ‰ , untuk suatu ‰ ˆ. Perhatikan, ‰L ‰ ‰L ‰L‰ ‰ Karena D komutatif, diperoleh ‰L ‰L . Berarti ‰L adalah elemen satuan di D. Selanjutnya ditunjukkan setiap elemen taknol di D memiliki invers. Perhatikan kembali bahwa ‰L ˆ sehingga ‰L ‰, untuk suatu ‰ ˆ. Jadi, ‰ adalah invers dari x. Terbukti bahwa D adalah lapangan. Definisi 1.3.5 ( Definisi Sublapangan Prima ) Sublapangan terkecil dari lapangan F disebut sublapangan prima. (Robinson, 2003 : 185) Dengan kata lain sublapangan prima adalah irisan dari seluruh sublapangan yang ada di F. Lapangan yang sama dengan sublapangan primanya disebut lapangan prima.
  • 25. tutur widodo : pend. matematika uns Lapangan Berhingga 20 Definisi 1.3.6 ( Definisi karakteristik gelanggang ) Misal R gelanggang, dan n adalah bilangan bulat positif sedemikian sehingga != 0e, = c. Bilangan terkecil n yang memenuhi sifat tersebut dinamakan karakteristik dari R, dan R dikatakan memiliki karakteristik n. Apabila bilangan bulat positif yang demikian tidak ada, dikatakan R memiliki karakteristik 0. (Rudolf Lidl, 1994 : 16) Contoh : adalah contoh gelanggang dengan karakteristik 0, sedangkan , adalah contoh gelanggang dengan karakteristik 2. Lemma 1.3.7 Jika R adalah gelanggang dengan karakteristik p, p bilangan prima. Maka untuk setiap 2,  Ž c =uC 2 V 
  • 26. 2
  • 27. V 
  • 28. . (Rudolf Lidl, 1994 : 16) Bukti : Berdasarkan Binomial Newton didapat, 2 V 
  • 29. 2
  • 30. V a l ‘ 2
  • 32.
  • 34. ‰ o adalah bilangan bulat serta  l ‘ . 1. 2… l V 1 l. l 1. l 2…2.1
  • 35. ‰ Karena p bilangan prima dan 1 G l I maka faktor p pada pembilang tidak dapat dihilangkan. Dengan kata lain no merupakan kelipatan p.
  • 36.
  • 37. ]+ o2
  • 38. ]‰‰ ‰’+ merupakan kelipatan p. Karena p karakteristik
  • 39. ]+ o2
  • 40. ]‰‰ ‰’+ 0e. Oleh karena itu, 2 V 
  • 41. 2
  • 42. V 
  • 43. . tutur widodo : pend. matematika uns Lapangan Berhingga 21 Hal ini berakibat Σ n
  • 44. ‰ dari R diperoleh Σ n
  • 45. ‰ Contoh : Di . diperoleh, V 1. . V 3, V 3 V 1 . V 1.. Teorema 1.3.8 Lapangan prima dengan karakteristik p ≠ 0 isomorphic dengan
  • 46. . (Robinson, 2003 : 186) Bukti : Ambil sebarang lapangan prima F dengan karakteristik p ≠ 0. Konstruksi homomorphisma,  { | dengan definisi ! !1“, ! . Perhatikan bahwa ! 0“, jika dan hanya jika ! adalah kelipatan p. Sehingga Ker() = p , berdasarkan teorema 1.2.8 diperoleh Im( z `
  • 47. Jadi,
  • 48. isomorphic dengan Im( sublapangan dari F. Tetapi F lapangan prima sehingga terbukti F = Im( z
  • 49. . 1.4 Ruang Vektor Definisi 1.4.1( Definisi bergantung linier dan bebas linier ) Diberikan ruang vektor V. Himpunan S = { v1, v2, . . . .vn } subset V disebut bergantung linier jika terdapat scalar ”+, ”,, …. , ” yang tidak semuanya nol, sedemikian sehingga ”+. •+ V ”,. •, V ….V ”. • 0–
  • 50. tutur widodo : pend. matematika uns Lapangan Berhingga 22 Apabila himpunan S = { v1, v2, . . . .vn } tidak bergantung linier, maka himpunan S = { v1, v2, . . . .vn } disebut bebas linier. (Herstein, 1990 : 178) Definisi 1.4.2 ( Definisi merentang / spanning ) Himpunan S = {v1, v2, . . . .vn} subset ruang vektor V disebut merentang V, dinotasikan V = span( S ) jika untuk setiap — dapat dinyatakan dalam bentuk ”+. •+ V ”,. •, V ….V ”. •, dengan ”+, ”,, …. , ” suatu scalar. (Herstein, 1990 : 179) Definisi 1.4.3( Definisi basis ) Himpunan S = {v1,v2, . . . .vn} subset ruang vektor V disebut basis dari V jika S bebas linier dan S merentang V. (Herstein, 1990 : 180) Lemma 1.4.4 Apabila {v1, v2, . . . ,vn } adalah basis dari V maka untuk setiap • Ž — , penyajian • ”+. •+ V ”,. •, V ….V ”. • !˜! ”‰ ™Cu= adalah tunggal (unik). (Herstein, 1990 : 178) Bukti : Andaikan y• š —, dimana penyajian • ”+. •+ V ”,. •, V ….V ”. • tidak tunggal. Katakanlah • ”+. •+ V ”,. •, V ….V ”. • dan • ›+. •+ V ›,. •, V ….V ›. •, dimana terdapat l Ž 1, 2,…, !, sehingga ”‰ R ›‰. Selanjutnya diperoleh 0– • • ”+. •+ V ”,. •, V ….V ”. • ›+. •+ V ›,. •, ….V ›. • ”+ ›+. •+ V ”, ›,. •, V ….V” ›. •
  • 51. tutur widodo : pend. matematika uns Lapangan Berhingga 23 Padahal terdapat l Ž 1,2,…, !, sehingga ”‰ ›‰ R 0, hal ini kontradiksi dengan kenyataan bahwa {v1, v2, . . . .vn } basis dari V. Jadi, terbukti penyajian • ”+. •+ V ”,. •, V ….V ”. • tunggal. Definisi 1.4.5( Definisi dimensi ) Dimensi ruang vektor V adalah cacah banyaknya elemen himpunan basisnya. Dimensi ruang vektor V dinotasikan lv–. (Herstein. 1990 : 181) Contoh : Misal ruang vektor V dengan basis œ , , maka diperoleh lv– 3. 1.5 Perluasan Lapangan Definisi 1.5.1( Definisi perluasan lapangan ) Misalkan F dan E suatu lapangan dengan operasi yang sama. E disebut perluasan lapangan dari F jika Z . (Robinson, 2003 : 186) Cara pandang lain yang berguna dalam belajar teori lapangan yaitu andaikan terdapat suatu homomorphisma yang injektif dari lapangan A ke lapangan B, katakanlah  { ž ŸB diperoleh ž z gv  Z B. Untuk selanjutnya dapat diasumsikan A sublapangan dari B, anggapan ini muncul dikarenakan A dapat digantikan oleh gv  Z B. Sehingga dapat dianggap B perluasan lapangan dari A. Dengan demikian, berdasarkan bukti teorema 1.3.8 diperoleh setiap lapangan dengan karakteristik R 0 merupakan perluasan
  • 52. tutur widodo : pend. matematika uns Lapangan Berhingga 24 lapangan dari
  • 53. . Untuk keperluan analisis, lapangan B dapat pula dipandang sebagai ruang vektor atas A dengan operasi penjumlahan dan perkalian yang ada di B. Definisi 1.5.2 ( Derajat perluasan lapangan ) Misalkan E perluasan lapangan dari F. Derajat E atas F adalah dimensi dari E sebagai ruang vektor atas F. Derajat E atas F dinotasikan dengan [E: F]. Apabila [E: F] berhingga, maka E disebut perluasan berhingga dari F. (Herstein, 1996 :191) Teorema 1.5.3 Jika K adalah perluasan berhingga dari lapangan L dan L adalah perluasan berhingga dari lapangan F, maka K adalah perluasan berhingga dari lapangan F dan s: s: ¡¡: (Fraleigh, 2000 : 389) Bukti : Misalkan ‰| l 1, 2,…, ! adalah basis dari ruang vektor K atas L dan †Š| ‹ 1,2,3,…,v‡ adalah basis dari ruang vektor L atas F. Apabila bisa ditunjukkan bahwa †‰Š| l 1,2,3,…, ! dan ‹ 1,2,3,…,v‡ adalah basis dari ruang vektor K atas F maka bukti selesai. Untuk itu ambil sebarang ¢ s, ¢ dapat dinyatakan ¢ ›++ V ›,, V £V › dengan ›‰ ¡ Akan tetapi ›‰ dapat dinyatakan ›‰ Σ ›‰ŠŠ ¤Š ’+ dengan ›‰Š . Sehingga ¢ s dapat dinyatakan,
  • 54. ¤ ¤ ¤ ¤ ¤ tutur widodo : pend. matematika uns Lapangan Berhingga 25 ¢ a›+ŠŠ Š’+ + Va›,ŠŠ Š’+ ¤ , V £Va›ŠŠ Š’+ ¤ ¢ aa›‰Š‰Š Š’+ ‰’+ Jadi, †‰Š| l 1,2,3,…, ! dan ‹ 1,2,3,…,v‡merentang K. Selanjutnya akan ditunjukkan bahwa †‰Š| l 1,2,3,…, ! dan ‹ 1,2,3,…,v‡ bebas linier. Andaikan Σ Σ ‰Š‰Š ¤Š ’+ ‰ ’+ 0¥ . Dalam penyajian lain, a+ŠŠ Š’+ + Va,ŠŠ Š’+ ¤ , V £VaŠŠ Š’+ 0¥ ¤Š Karena ‰ | l 1, 2,…, ! basis dari K atas L, dan Σ ‰ŠŠ ’+ ¡ maka berakibat untuk setiap i, berlaku a‰ŠŠ Š’+ 0¦ Dengan argumentasi yang sama, karena †Š| ‹ 1,2,3,…,v‡ adalah basis dari ruang vektor L atas F maka berakibat ‰Š 0“ untuk setiap i = 1,2,…, n dan j = 1,2,…, m. Jadi, †‰Š| l 1,2,3,…, ! dan ‹ 1,2,3,…,v‡bebas linier. Oleh karena itu, †‰Š| l 1,2,3,…, ! dan ‹ 1,2,3,…,v‡ membentuk basis dari ruang vektor K atas F. Sehingga K merupakan perluasan berhingga dari lapangan F. Dan s { !v s { ¡¡ { Teorema terbukti.
  • 55. tutur widodo : pend. matematika uns Lapangan Berhingga 26 1.6 Suku Banyak (Polinomial) Untuk selanjutnya, simbol menyatakan gelanggang polinomial atas lapangan , kecuali apabila dikatakan lain. Definisi 1.6.1( Definisi polinomial monic ) r disebut polinomial monic jika koefisien tak nol dari pangkat tertinggi dari x adalah 1. (Herstein, 1996 : 157) Contoh : r . 8 V 9 merupakan polinomial monic, sedangkan ˜ 3. 8 V 9 bukan polinomial monic. Definisi 1.6.2( Definisi daerah integral utama ) Misalkan suatu gelanggang. disebut daerah integral utama jika untuk setiap ideal I di berlaku g #H$ H| , untuk suatu H . (Fraleigh, 2000 : 332) Teorema 1.6.3 merupakan daerah integral utama. (Herstein, 1990 :156 ) Bukti : Ambil sebarang ideal g di . Akan ditunjukkan bahwa g #v$ untuk suatu v . Jika g 0 maka jelas g #0$. Oleh karena itu andaikan g R 0 . Selanjutnya, ambil sebarang r g dan pilih polinomial taknol v g sedemikian
  • 56. tutur widodo : pend. matematika uns Lapangan Berhingga 27 hingga degnvo G degnro , r g. Berdasarkan algoritma pembagian Euclid diperoleh, r v. § V ™ dengan §, ™ dan deg™ I deg v atau ™ 0. Perhatikan pula, ™ r v. § karena g ideal di berakibat ™ g. Selain itu karena degnvo G degnro , r g berakibat ™ 0 yang berarti r v. §. Jadi, v adalah pembangun dari I atau g #v$. Terbukti adalah daerah integral utama. Definisi 1.6.4 ( Definisi polinomial tak tereduksi ) Polinomial disebut tak tereduksi (irreducible) jika p(x) berderajat positif dan tidak dapat dinyatakan sebagai perkalian antara dua polinomial berderajat positif. Dengan kata lain, jika maka konstan atau konstan. (Herstein, 1996 : 159 ) Contoh : , V 1 merupakan polinomial tak tereduksi di tetapi tereduksi di . Teorema 1.6.5 Jika , tak tereduksi maka ideal #$ yaitu ideal yang dibangun oleh adalah ideal maksimal dari . (Herstein, 1996 : 160 ) Bukti : Misalkan M = #$ . Untuk menunjukkan M ideal maksimal dari , harus ditunjukkan jika N ideal dari sedemikian sehingga } Z ƒ maka ƒ } atau ƒ .
  • 57. tutur widodo : pend. matematika uns Lapangan Berhingga 28 Karena adalah daerah integral utama, maka ƒ #r$, untuk suatu r . Perhatikan pula bahwa } Z ƒ, sehingga r˜, ˜ . Karena tak tereduksi berakibat r konstan atau ˜ konstan. Jika ˜ konstan maka ˜ , untuk suatu . Berarti r. atau r . ]+. Berarti r }, berakibat ƒ Z }. Karena } Z ƒ serta ƒ Z } maka } ƒ. Jika r konstan maka r H, untuk suatu H . Sehingga H. H]+ 1“ ƒ Oleh karena itu, untuk setiap v berlaku 1“.v v ƒ. ( Karena N ideal dari F [x] ). Jadi, N = F[x]. Terbukti bahwa M = #$ ideal maksimal dari . Teorema 1.6.6 Misalkan polinomial r berderajat n. Maka r memiliki paling banyak n akar di sebarang perluasan lapangan dari F. (Herstein, 1996 : 209) Bukti : Akan dibuktikan teorema ini dengan induksi matematika. Untuk n = 1, maka dapat ditulis r V , dengan , dan R 0“. Sehingga satu – satunya akar dari r adalah ]+ . Asumsikan pernyataan benar untuk ! C. Akan ditunjukkan pernyataan juga benar untuk ! C V 1. Ambil polinomial r berderajat k +1. Apabila r tidak memiliki akar di sebarang perluasan lapangan s dari maka pernyataan terbukti. Oleh karena itu, andaikan r memiliki akar. Katakanlah s adalah akar dari r. Sehingga dapat ditulis r ˜, dengan ˜ s dan ˜˜ C.
  • 58. tutur widodo : pend. matematika uns Lapangan Berhingga 29 Perhatikan bahwa untuk sebarang  s akar dari r maka  atau  akar dari ˜ karena 0¥ r  ˜. Padahal berdasarkan assumsi ˜ memiliki paling banyak k akar. Jadi, r memiliki paling banyak k +1 akar . Dengan kata lain pernyataan benar untuk ! C V 1. Berdasarkan prinsip induksi matematika teorema terbukti. Teorema 1.6.7 Misalkan F suatu lapangan dan f (x) adalah polinomial berderajat n di F[x]. Maka terdapat perluasan lapangan K atas F dimana f (x) memiliki akar dan s { G !. (Herstein, 1996 : 211) Bukti : Perhatikan bahwa f (x) dapat dinyatakan r . ˜ dengan polinomial tak tereduksi di F [x] dan ˜ . Jika a adalah akar dari p(x) di suatu perluasan lapangan F maka a juga akar dari f (x), karena r . ˜ 0. ˜ 0. Jadi untuk membuktikan teorema ini, cukup dengan mencari suatu perluasan lapangan dari F dimana p(x) memiliki akar. Karena p(x) tak tereduksi maka } #$ adalah ideal maksimal dari F [x], sehingga s `} adalah lapangan. Kita klaim bahwa s adalah perluasan lapangan yang dicari. Tetapi, ¬ s. Untuk itu konstruksi homomorphisma dari F [x] ke K sebagai berikut : { Ÿs yaitu n˜o ˜ V } Sehingga didapat, s= †rŽ | nro 0¥ }‡ r Ž | r V } 0¥ } r Ž | r Ž } }
  • 59. tutur widodo : pend. matematika uns Lapangan Berhingga 30 Perhatikan bahwa M adalah ideal yang dibangun oleh p(x), sehingga setiap elemen tak nol di M pasti memiliki derajat lebih besar atau sama dengan p(x), sehingga ® } 0. Dari sini lebih jauh bisa diperoleh apabila homomorphisma di atas dibatasi dari F ke gv di s saja maka akan menjadi suatu isomorphisma. Maka z gv Z s. Sehingga dengan relasi isomorphisma ini, bisa dikatakan bahwa K adalah perluasan lapangan dari F. Misalkan, V } Ž s. Dengan sifat homomorphisma dari , bisa diperoleh untuk setiap ˜Ž , berlaku ˜ ˜. Karena Ž ,maka padahal Ž } s= sehingga 0¥. Dengan kata lain Ž s adalah akar dari p(x). Jadi, s `} adalah lapangan yang kita cari. Selanjutnya tinggal dibuktikan bahwa K terbatas. Perhatikan untuk setiap §Ž dengan algoritma pembagian diperoleh, § . ˜ V =, dengan ˜, =Ž dan = 0 atau ˜n=o I ˜ sehingga, § n . ˜ V =o non˜o V n=o ˜ V = = Ambil sebarang C s, maka terdapat v , sehingga C v =. Jika dimisalkan ˜ H, karena = 0 atau ˜= I ˜ maka 1¥, , ,, .,…. . , 3]+ merentang K. Akan dibuktikan bahwa 1¥, , ,, .,…. . , 3]+ bebas linier. Andaikan ”°1¥ V ”+ V ”,, V ”. . V …. .V ”3]+3]+ 0¥ dengan ”‰ , misalkan pula ™ ”°1¥ V ”+ V ”,, V ”. . V …. .V ”3]+3]+ 0¥. Maka diperoleh ™ ™ 0¥. Jadi, ™Ž s= }. Karena ˜™ I ˜ sedang elemen tak nol di M memiliki derajat lebih besar atau sama dengan derajat maka diperoleh
  • 60. tutur widodo : pend. matematika uns Lapangan Berhingga 31 ™ ”°.1“ V ”+. V ”,., V ”. . V …. .V ”3]+3]+ 0“W, sehingga ”° ”+ ”, ”. …. . ”3]+ 0F. Jadi, 1¥, , ,, .,…. . , 3]+ bebas linier yang berarti menjadi basis dari K. Sehingga terbukti s: H ˜ G ˜r !. Teorema 1.6.8 Diketahui polinomial r berderajat n. Maka terdapat perluasan lapangan K atas F dengan derajat paling besar n! dimana f (x) memiliki n akar. (Herstein, 1996 : 212) Bukti : Akan dibuktikan teorema ini dengan cara induksi. Untuk n = 1, bisa dimisalkan r 2 V , dengan 2,  Ž dan  R 0 sehingga akar dari r adalah 2]+ Ž . Jadi, pilih K = F sehingga [K : F] = 1 = 1! Andaikan pernyataan benar untuk ! C akan ditunjukkan pernyataan juga benar untuk ! C V 1. Oleh karena itu, ambil sebarang polinomial rŽ berderajat k +1. Berdasarkan teorema 1.6.7 terdapat perluasan lapangan K1 atas F dengan s+ { G C V 1 sehingga f memiliki akar, katakanlah a adalah akar dari f di K1. Berarti dapat ditulis r ±, dengan ±Ž s+. dan ˜± C. Berdasarkan asumsi, terdapat perluasan lapangan K atas K1 sehingga q(x) memiliki k akar dan s { s1 G C! Jadi, f (x) memiliki k + 1 akar di K dan s { s { s+. s+ { G C! C V 1 C V 1!. Sehingga teorema terbukti. Lemma 1.6.9 Jika ul!vlu r memiliki akar ganda ( multiple root ) maka r ! rx memiliki faktor yang sama. ( f’ merupakan turunan pertama dari f ).
  • 61. tutur widodo : pend. matematika uns Lapangan Berhingga 32 (Herstein, 1990 : 233) Bukti : Andaikan a adalah akar ganda dari f, maka diperoleh r ¤±, dimana v E 1. Sehingga, rx v ¤]+± V ¤±x =, = Jadi, f dan f’ bersama – sama memiliki faktor (x – a). Lemma terbukti. Akibat. Jika F adalah lapangan dengan karakteristik R 0 maka polinomial
  • 62. ³ , ! b 1 semua akarnya berbeda. (Herstein, 1990 : 234) Bukti : Misalkan r
  • 63. ³ , maka rx
  • 64. ³] + 1 1 sehingga r dan rw saling prima. Berdasarkan kontraposisi dari lemma 1.6.9 r tidak memiliki akar ganda atau dengan kata lain semua akarnya berbeda.
  • 65. tutur widodo : pend. matematika uns Lapangan Berhingga 33 2. Pembahasan 2.1 Pengertian Lapangan Berhingga Definisi 2.1.1 Suatu lapangan yang memuat elemen sebanyak berhingga disebut lapangan berhingga. (Herstein, 1996 : 221 ) Sebelum pembahasan lebih jauh tentang lapangan berhingga, berikut diberikan contoh lapangan berhingga yang paling sederhana dan sudah cukup dikenal. Teorema 2.1.2 Himpunan merupakan lapangan jika dan hanya jika n adalah bilangan prima. (Rudolf Lidl, 1994 : 14) Bukti : ´ Andaikan n bukan bilangan prima , maka n = a. b dengan 1 a, b n. Karena suatu lapangan maka setiap elemen tak nol di memiliki invers. Padahal [b] elemen di berarti terdapat [c] di sehingga [b][c] = [1] atau . µ 1 v !. Lebih lanjut diperoleh bahwa . . µ v ! Karena n = a.b, berarti . µ 0 v ! sehingga 0 µ v !. Padahal 1 a n. Timbul kontradiksi, sehingga haruslah n bilangan prima. m Diketahui bahwa n bilangan prima. sendiri merupakan gelanggang komutatif. Selanjutnya akan ditunjukkan bahwa daerah integral. Untuk setiap [a], [b] anggota andaikan [a][b] = [ab] = [0] berarti ab = nk, untuk suatu bilangan bulat k. Karena n prima maka n membagi a atau n membagi b. Jadi, [a] = [0] atau [b] = [0]. Sehingga terbukti daerah integral. Berdasarkan teorema 1.3.3, adalah lapangan. Dalam kasus ini karena elemen berhingga maka suatu lapangan berhingga.
  • 66. tutur widodo : pend. matematika uns Lapangan Berhingga 34 2.2. Sifat – Sifat Lapangan Berhingga Teorema 2.2.1 Karakteristik dari lapangan berhingga adalah berupa bilangan prima. (Rudolf Lidl, 1994 : 16) Bukti : Ambil sebarang lapangan berhingga F. Misalkan |F| = n. Perhatikan himpunan { 1F, 2.1F, 3.1F, . . . ., (n + 1).1F} kelipatan dari 1F yang semuanya termuat di F. Karena F hanya terdiri dari n elemen, berarti terdapat bilangan bulat k, m dimana 1 ≤ k m ≤ (n +1) sedemikian sehingga k.1F = m.1F atau (m – k ).1F = 0F. Selanjutnya, untuk sebarang berlaku (m- k). = (m – k ).1F. = 0F. = 0F. Karena m – k 0, maka F memiliki karakteristik berupa bilangan bulat positif. Katakanlah karakteristik dari F adalah p, karena F memuat elemen tak nol maka p ≥ 2. Andaikan p bukan prima, berarti p = x.y dengan 1 x, y p. Perhatikan bahwa, 0F = p.1F = (x.y).1F = (x.1F).(y.1F). Padahal, F adalah lapangan yang berarti juga suatu daerah integral. Sehingga haruslah x.1F = 0F atau y.1F = 0F. Selanjutnya, untuk sebarang berlaku x. = x.1F. = 0F. = 0F atau y. = y.1F. = 0F. = 0F. Hal ini kontradiksi dengan fakta bahwa p karakteristik dari F. Sehingga terbukti p prima. Teorema 2.2.2 Jika F adalah lapangan berhingga dengan karakteristik p, maka F memuat pn elemen dengan n suatu bilangan bulat positif. (J.A. Gallian, 1990 : 309) Bukti : Karena F merupakan lapangan berhingga dengan karakteristik p maka F merupakan perluasan lapangan dari
  • 67. . Jadi, pandang F sebagai ruang vektor atas
  • 68. . Karena F berhingga maka dimensi F juga hingga, katakanlah lv“ !. Misalkan pula +, ,, … , basis dari F. Perhatikan pula bahwa setiap • , dapat dinyatakan sebagai
  • 69. tutur widodo : pend. matematika uns Lapangan Berhingga 35 • ›++ V ›,, V …,V › , ›‰ Ž
  • 70. dan penyajian ini tunggal. Jadi, banyak elemen dari F adalah . Teorema di atas menyatakan bahwa banyaknya elemen dari lapangan berhingga berupa bilangan prima atau pangkat dari bilangan prima. Akan tetapi, untuk setiap bilangan prima p dan bilangan bulat positif n belum ada jaminan ditemukan lapangan berhingga F yang banyak elemennya pn. Namun, teorema berikut memberikan jaminan lapangan berhingga tersebut ada. Teorema 2.2.3 Untuk setiap p dan n, dengan p bilangan prima dan n bilangan bulat positif terdapat lapangan berhingga yang memuat elemen sebanyak pn. (Herstein, 1996 : 226) Bukti : Perhatikan polinomial ¤ , dengan v . Berdasarkan teorema 1.6.8 terdapat perluasan lapangan K dimana ¤ memiliki m akar, atau dengan kata lain ¤ dapat difaktorkan menjadi ¤ + , .…… ¤ Sehingga +, ,, .,……, ¤ adalah akar- akar dari ¤ dan semuanya di K. Berdasarkan akibat lemma 1.6.9 semua akar tersebut berbeda. Jadi ‰ Š l ‹. Selanjutnya perhatikan himpunan ž Ž s |¤ yaitu himpunan akar – akar dari ¤ . Akan ditunjukkan bahwa A adalah lapangan. Perhatikan bahwa 0¤ ¥ 0¥, serta 1¥ ¤ 1¥. Jadi, 0¥ dan 1¥ anggota A. Berarti ž R ^. Berikutnya ambil sebarang , ž, diperoleh : 0¥ 0¥ ¤ ¤ ¤ V ¤. Jadi, ¤ ¤ . sehingga diperoleh pula ¤ ¤ V ¤ V Jadi, ž.
  • 71. tutur widodo : pend. matematika uns Lapangan Berhingga 36 Demikian pula, ¤ ¤¤ . Sehingga ž. Sampai sejauh ini, telah dibuktikan bahwa A suatu gelanggang. Karena K lapangan maka ž Z s adalah gelanggang komutatif . Selain itu 1¥ juga anggota A. Jadi, tinggal ditunjukkan bahwa setiap invers perkalian dari elemen tak nol di A juga ada di A. Perhatikan, 1¤ ¥ 1¥ . ]+¤ ¤]+¤. Jadi, ¤]+¤ 1¥ atau ]+¤ ¤]+ ]+. Sehingga, ]+ ž. Terbukti bahwa A adalah lapangan dengan pn elemen. Teorema terbukti. Teorema 2.2.3 di atas memberikan jaminan adanya lapangan berhingga untuk setiap bilangan prima p dan bilangan bulat positif n yang kita ambil. Untuk selanjutnya, lapangan berhingga F yang memuat q elemen dapat pula dinotasikan dengan GF(q) yaitu Galois Field yang memuat q elemen. Khususnya untuk
  • 72. dapat dinotasikan dengan . Definisi 2.2.4 Diketahui lapangan berhingga GF(q) dan didefinisikan GF(q) * yaitu himpunan elemen – elemen tak nol di GF(q), ±i ±04“·. Elemen 2 ±i disebut elemen primitive apabila 2 membangun GF(q)* yaitu ±i †2‰ | l ‡ #2$ (Fraleigh, 2000 : 408) Teorema 2.2.5 Untuk setiap lapangan berhingga ±, ±i terhadap operasi perkalian di ± merupakan group siklik. (Herstein, 1996 : 223)
  • 73. tutur widodo : pend. matematika uns Lapangan Berhingga 37 Bukti : Berdasarkan teorema 1.6.6 diperoleh untuk setiap persamaan N 14“· di ± terdapat paling banyak d solusi, dengan d sebarang bilangan bulat positif. Demikian pula karena ±i h ± maka persamaan N 14“· juga memiliki paling banyak d solusi di ±i, hal ini juga berlaku khususnya bagi d yang membagi habis |GF(q)*|. Jadi, berdasarkan teorema 1.1.5 dapat disimpulkan bahwa ±i adalah group siklik. Lemma 2.2.6 Misalkan F perluasan lapangan dari ± dan 2 . Maka 2 ± jika dan hanya jika 2· 2. (Fraleigh, 2000 : 408) Bukti : k Misalkan +, ,, .,…, ·]+ merupakan elemen – elemen di ±i yang semuanya berbeda. Ambil sebarang elemen 2 ±i maka diperoleh 2+, 2,, 2.,…, 2·]+ dan klaim semuanya berbeda. Andaikan terdapat l, ‹ untuk 1 G l, ‹ G ± 1 dengan l R ‹ sedemikian sehingga 2‰ 2Š. Apabila kedua ruas kita kalikan dengan 2]+ diperolah ‰ Š. Kontradiksi dengan fakta bahwa +, ,, .,…, · semuanya berbeda. Klaim terbukti. Dari sini diperoleh, +, ,, .,…, ·]+ 2+, 2,, 2.,…, 2·]+ yang berakibat +. ,. ..…. ·]+ 2+. 2,. 2..…. 2·]+ +. ,. ..…. ·]+ 2·]++. ,. ..…. ·]+ 2·]+ 14“· 2· 2
  • 74. tutur widodo : pend. matematika uns Lapangan Berhingga 38 Jadi,untuk setiap elemen 2 tak nol di GF(q) belaku 2· 2. Sedangkan untuk elemen 04“· ± sendiri juga pasti berlaku 04“·· 04“·. Sehingga untuk setiap elemen 2 ± berlaku 2· 2. ¸ Berdasarkan bukti di atas diperoleh bahwa setiap elemen 2 ± merupakan penyelesaian dari persamaan · . Padahal persamaan · memiliki solusi paling banyak sejumlah q. Jadi, untuk setiap elemen 2 yang memenuhi kesamaan 2· 2 pasti merupakan anggota ±. 2.3. Sublapangan Teorema 2.3.1 Diketahui lapangan berhingga . Untuk setiap bilangan bulat m yang membagi n terdapat tepat satu sublapangan dari yang berorder ¤. (Gallian, 1990 : 313) Bukti : Karena m membagi n diperoleh, 1 ¤ 1]¤ V ],¤ V £V ¤ V 1 Dengan kata lain, ¤ 1 membagi 1. Dengan assumsi yang sama diperoleh polinomial
  • 75. ¹]+ 1 membagi polinomial
  • 76. ³]+ 1. Ini berarti setiap akar dari n
  • 78. ¹ juga merupakan akar dari n
  • 80. ³ . Padahal berdasarkan lemma 2.2.6 himpunan semua akar dari
  • 81. ¹ adalah ¤, demikian pula himpunan semua akar dari
  • 82. ³ adalah . Jadi, ¤ merupakan sublapangan dari . Selanjutnya hanya tinggal ditunjukkan ketunggalan dari ¤. Andaikan terdapat dua sublapangan berbeda dari , katakanlah A dan B yang berorder ¤. Hal ini berakibat polinomial
  • 83. ¹ memiliki akar lebih dari ¤ yang
  • 84. 2Á 2, 2 tutur widodo : pend. matematika uns Lapangan Berhingga 39 kontradiksi dengan fakta bahwa
  • 85. ¹ memiliki paling banyak ¤ akar. Jadi, haruslah A = B. Berdasarkan teorema di atas, lapangan berhingga . memiliki sublapangan yaitu ¤º, ¤», . . . , ¤¼ dengan syarat v‰ membagi habis !. Sebagai contoh dapat diperhatikan diagram berikut, 2. : memiliki sublapangan Berdasar teorema 2.3.1 dan contoh diagram di atas, secara natural akan muncul pertanyaan apakah tidak ada sublapangan lain dari selain ¤º, ¤», . . . , ¤¼. Untuk menjawab pertanyaan tersebut diperlukan sifat isomorphisma di lapangan berhingga dan akan dibahas kemudian. 2.4 Cara Mengkonstruksi Lapangan Berhingga ½¾¿À Sejauh ini telah dipelajari beberapa sifat dari lapangan berhingga . Berikutnya akan diberikan salah satu alternatif mengkonstruksi lapangan berhingga berdasarkan teorema 1.6.8 dan 2.2.3 yang telah dipelajari sebelumnya. Pertama, diperkenalkan terlebih dahulu pengertian tentang modulo dan kongruensi di F[x].
  • 86. tutur widodo : pend. matematika uns Lapangan Berhingga 40 Definisi 2.4.1 Polinomial § disebut kongruen dengan ˜ modulo r jika dan hanya jika terdapat polinomial u sedemikian hingga § ˜ ur Ditulis § µ ˜v r. (http://zaki.math.web.id) Berdasarkan definisi di atas, § dan ˜ dikatakan kongruen modulo r jika § dan ˜ mempunyai sisa yang sama apabila dibagi oleh r. Sama seperti pengertian kongruensi pada bilangan bulat, dengan relasi modulo ini dapat dibentuk klas- klas ekuivalensi sebagai berikut, Definisi 2.4.2 Untuk suatu polinomial r , klas ekuivalensi yang memuat ˜ ialah ˜ § | § µ ˜ v r yaitu himpunan semua polinomial yang kongruen dengan ˜ modulo r. Operasi penjumlahan dan perkaliannya didefinisikan sebagai berikut, ˜ V § ˜ V § dan ˜. § ˜. § (http://zaki.math.web.id) Akhirnya, untuk mengkonstruksi bisa memanfaatkan gelanggang
  • 87. dan polinomial tak tereduksi
  • 89. Â#$ yaitu himpunan semua polinomial di
  • 91. tutur widodo : pend. matematika uns Lapangan Berhingga 41 Sebagai contoh, Untuk membangun 4 2,, dapat memanfaatkan gelanggang , dan polinomial tak tereduksi , V V 1 , . Sehingga, 4 , Â#$ 0, 1, , V 1 Seperti telah dijelaskan di atas, untuk mengkonstruksi bisa memanfaatkan gelanggang
  • 92. dan polinomial tak tereduksi
  • 93. berderajat n. Lalu pertanyaan yang muncul, apakah untuk sebarang bilangan asli n selalu terdapat polinomial tak tereduksi berderajat n di
  • 94. . Teorema berikut memberi jawaban pertanyaan tersebut, Teorema 2.4.3 Untuk sebarang lapangan berhingga 3 dan sebarang bilangan asli n, terdapat polinomial tak tereduksi berderajat n. (Fraleigh, 2000 :410) Bukti : Berdasarkan teorema 2.2.3 terdapat lapangan berhingga K yang memuat 3 elemen. Karena t membagi tn maka F merupakan sublapangan dari K. Dengan kata lain, K adalah perluasan lapangan dari F. Apabila K dipandang sebagai ruang vektor atas F, sedangkan K memiliki 3 elemen dan F memiliki 3 elemen maka lv¥ !. Selain itu K* merupakan group siklik, katakanlah s merupakan elemen primitive dari K. Selanjutnya didefinisikan homomorphisma O { | s yaitu Or r Akan dibuktikan gvO s. Ambil sebarang H s maka t dapat dinyatakan
  • 95. tutur widodo : pend. matematika uns Lapangan Berhingga 42 H +C+ V ,C, V .C. V £V C dengan ‰ dan C‰ basis dari s. Karena a adalah elemen primitive dari K* maka untuk setiap i berlaku C‰ M¼ . Jadi, H +Mº V ,M» V .MÃ V £V M³ r untuk suatu r . Sehingga H gvO atau s Z gvO. Karena gvO Z s dan s Z gvO diperoleh gvO s. Perhatikan pula bahwa s=O merupakan ideal dari F [x]. Padahal F [x] merupakan daerah integral utama, sehingga terdapat polinomial tak nol sedemikian sehingga s=O #$. Dari sini diperoleh merupakan polinomial berderajat minimal di F [x] sedemikian hingga 0. Klaim bahwa merupakan polinomial tak tereduksi berderajat n yang dicari. Pertama, dibuktikan bahwa merupakan polinomial tak tereduksi. Andaikan dapat direduksi, misalkan r˜ dengan r, ˜ dan 0 I degnro , degn˜o I deg . Diperoleh r˜ 0. Karena F [x] daerah integral berakibat r 0 atau ˜ 0. Kontradiksi dengan fakta bahwa merupakan polinomial berderajat minimal di F [x] sedemikian hingga 0. Jadi, terbukti adalah polinomial tak tereduksi di F [x]. Kedua, ditunjukkan bahwa degno !. Untuk itu perhatikan himpunan ‚ 1, , ,, .,…. . , h s , karena K berdimensi n berakibat T tidak bebas linier. Berarti terdapat ‰ R 0 sedemikian hingga L V + V ,, V £V 0. Jadi, terdapat polinomial taknol r L V + V ,, V £V di F [x] dimana r 0. Karena merupakan polinomial berderajat minimal di F [x] sedemikian hingga 0 maka diperoleh ˜ G !. Andaikan ˜ j I ! . Karena gvO s maka diperoleh s z Â#$ . Diketahui pula |s| 3 sehingga Ä Â#$Ä 3.
  • 96. tutur widodo : pend. matematika uns Lapangan Berhingga 43 Perhatikan pula bahwa anggota dari Â#$ adalah polinomial berderajat kurang dari w di F [x]. Jadi,untuk setiap • Â#$ dapat di sajikan • L V + V ,, V £V FF]+ dengan ‰ . Karena || 3 maka kemungkinan banyaknya elemen di Â#$ yaitu Ä Â#$Ä 3F I 3 Timbul kontradiksi karena diketahui Ä Â#$Ä 3. Jadi, tidak mungkin ˜ j I !. Oleh karena itu, diperoleh ˜ !. Sehingga terbukti, merupakan polinomial tak tereduksi berderajat n. Dengan adanya teorema di atas memberikan jaminan yang pasti bahwa cara mengkonstruksi lapangan berhingga yang dikemukan di depan dapat diterapkan untuk membangun sebarang lapangan berhingga berorder yang diminta. Sedangkan bagaimana cara menemukan polinomial tak tereduksi tersebut tidak dikemukan pada makalah ini. Pembaca dapat mencari referensi lain untuk keperluan tersebut. 2.5 Ketunggalan dari Lapangan Berhingga Berorder Sama (up to Isomorphisma) Teorema berikut akan menunjukkan bahwa setiap lapangan berhingga yang berorder sama saling isomorphic.
  • 97. tutur widodo : pend. matematika uns Lapangan Berhingga 44 Teorema 2.5.1 Jika K dan L adalah lapangan berhingga yang berorder sama maka K dan L isomorphic. (Herstein, 1996 : 228) Bukti : Misalkan |s| |¡| . Telah diketahui bahwa
  • 98. merupakan sublapangan dari K dan L . Sehingga K dan L adalah perluasan lapangan dari
  • 99. . Misalkan pula 2 si merupakan elemen primitive dari K* dan  ¡i adalah elemen primitive dari L*. Konstruksi homomorphisma Å ! Æ yaitu Å:
  • 100. | s dengan definisi, År r2, untuk setiap r
  • 102. | ¡ dengan definisi, Ƙ ˜, untuk setiap ˜
  • 103. . Analog dengan bukti teorema 2.4.3, diperoleh gvÅ s dan gvnÆo ¡ serta s=Å #Å$ dengan Å adalah polinomial tak tereduksi berderajat n di
  • 104. . Juga diperoleh s=nÆo #Æ$ dengan Æ adalah polinomial tak tereduksi berderajat n di
  • 105. . Jadi, s gvÅ z
  • 106. Â#Å$ serta ¡ gvnÆo z
  • 107. Â#Æ$. Selanjutnya, akan dibuktikan bahwa
  • 110. Â#Å$ †r V #Å$|r
  • 111. dan ˜nro I !‡
  • 112. tutur widodo : pend. matematika uns Lapangan Berhingga 45 dan
  • 113. Â#Æ$ †˜ V #Æ$|˜
  • 114. dan ˜n˜o I !‡ Konstruksi pemetaan {
  • 116. Â#Æ$ dengan definisi, r V #Å$ r V #Æ$. Perhatikan, untuk sebarang r V #Å$, ˜ V #Å$
  • 117. Â#Å$ berlaku, r V #Å$ V ˜ V #Å$ r V ˜ V #Å$ r V ˜ V #Æ$ r V #Æ$ V ˜ V #Æ$ r V #Å$ V ˜ V #Å$ serta, nr V #Å$. ˜ V #Å$o r. ˜ V #Å$ r. ˜ V #Æ$ nr V #Æ$o. n˜ V #Æ$o r V #Å$. ˜ V #Å$ Sehingga merupakan suatu homomorphisma. Selanjutnya perlu dibuktikan bahwa bijektif, Ambil sebarang H r V #Æ$ Ž
  • 118. Â#Æ$ maka pasti terdapat j r V #Å$ Ž
  • 119. Â#Å$ sedemikian sehingga j H. Terbukti surjektif.
  • 120. tutur widodo : pend. matematika uns Lapangan Berhingga 46 Untuk sebarang H+, H,
  • 121. Â#Æ$ H+, H, dapat dinyatakan sebagai berikut H+ r+ V #Æ$ r+ V #Å$ dan H, r, V #Æ$ r, V #Å$ andaikan H+ H, akan ditunjukkan r+ V #Å$ r, V #Å$. Perhatikan, H+ r+ V #Æ$ r, V #Æ$ H, berakibat r+ r, #Æ$ tetapi diketahui pula bahwa ˜nr+ r,o I ˜nÆo sehingga didapat r+ r, 0 yang berakibat r+ r,. Sehingga jelas bahwa r+ V #Å$ r, V #Å$. Jadi, injektif. Karena injektif sekaligus surjektif maka bijektif. Dengan kata lain, adalah suatu isomorphisma. Jadi, terbukti bahwa
  • 123. Â#Æ$. Oleh karena itu, s z
  • 125. Â#Æ$ z ¡ berarti s z ¡. Teorema terbukti. Teorema di atas memberikan bukti bahwa sebarang lapangan berhingga yang berorder sama saling isomorphic. Dengan kata lain, dengan memanfaatkan relasi isomorphima ini kita dapat mengambil satu lapangan berhingga saja sebagai representasi lapangan berhingga lain yang berorder sama. Oleh karena itu, penulisan lapangan berhingga berorder dengan simbol cukup beralasan.
  • 126. tutur widodo : pend. matematika uns Lapangan Berhingga 47 Berikut dengan memanfaatkan fakta di atas akan dibuktikan jika H sublapangan berorder ¤ dari lapangan berhingga maka m membagi n. Berdasarkan teorema 2.5.1, H isomorphic dengan ¤, sehingga ! : : ¤¤: : ¤.v karena : ¤ merupakan dimensi dari sebagai ruang vektor atas ¤ maka : ¤ X. Jadi, terbukti m membagi n. Pada bagian akhir dari makalah ini, diberikan contoh lapangan berhingga dan pembahasan mengenai elemen primitive dan sublapangannya. Contoh 1. Lapangan berhingga berorder 9 (½¾ÇÈ) Untuk mengkonstruksi 9 kita memanfaatkan gelanggang . dan polinomial tak tereduksi , V 1 .. Jadi, 9 . Â#, V 1$ 0, 1, 2, , V 1, V 2, 2, 2 V 1, 2 V 2 Catatan: tanpa mengurangi arti dan untuk menyederhanakan penulisan, tanda […] pada tiap elemen anggota 9 dihilangkan. Untuk operasi penjumlahan pada 9 menggunakan modulo 3 sedangkan operasi perkaliannya menggunakan modulo , V 1. Contoh: 2 V 2 V 1 4 V 1 V 1 V 12 V 2 2, V 4 V 2 4 V 2, V 1 4 Kita juga bisa menggunakan hubungan , 1 2. Sebagai contoh, V 12 V 2 2, V 4 V 2 4 V 4 V 2 6 V 4 4 Selanjutnya akan dicari elemen primitive dari 9. Perhatikan bahwa, 9* membentuk group siklik berorder 8. Karena order dari tiap elemen di 9* membagi 8 maka untuk mencari elemen primitive dari 9* cukup mencari elemen 9* dengan sifat , R 1 dan 0 R 1 .
  • 127. tutur widodo : pend. matematika uns Lapangan Berhingga 48 Kita mulai dengan x, diperoleh , 1 2 dan 0 ,. , 2.2 4 1. Jadi, x bukan elemen primitive dari 9. Sekarang dicoba untuk V 1, diperoleh V 1, , V 2 V 1 2 V 2 V 1 2 R 1 dan V 10 V 1, V 1, 2. 2 4 R 1 Jadi, V 1 adalah elemen primitive dari 9*. Perhatikan tabel dibawah ini ! Bentuk Perkalian Bentuk Penjumlahan V 1 V 1 V 1, 2 V 1. 2 V 1 V 10 2 V 1% 2 V 2 V 1Á V 1É V 2 V 1Ê 1 Berdasarkan teorema 1.1.4 selain V 1 elemen primitive dari 9* yaitu V 13 2 V 1, V 15 2 V 2 dan V 17 V 2 Sublapangan dari 9 yaitu 9 sendiri dan 3 0Ì# V 10$ 0Ì#2$ 0, 1, 2 Contoh 2. Lapangan berhingga berorder 16 (½¾ÈÍ) Untuk mengkonstruksi 16 dapat memanfaatkan gelanggang , dan polinomial tak tereduksi 0 V V 1 ,. Jadi, 16 , Â#0 V V 1$ Î. V , V V V #0 V V 1$ dengan , , , , Ï Atau tanpa mengurangi arti dapat ditulis, 16 . V , V V |, , , ,
  • 128. tutur widodo : pend. matematika uns Lapangan Berhingga 49 Analog dengan contoh 1, akan dicari elemen primitive dari 16*. Karena |16i| 15 berakibat elemen primitive di 16* yaitu 16* memiliki sifat . R 1 dan % R 1 . Kita coba untuk elemen 16*. Jelas bahwa . R 1 sedangkan % 0. V 1 , V R 1 Jadi, x merupakan elemen primitive dari 16*. Perhatikan tabel di bawah ini! Bentuk Perkalian Bentuk Penjumlahan , , . . 0 V 1 % , V Á . V , É . V V 1 Ê , V 1 Ð . V +° , V V 1 ++ . V , V +, . V , V V 1 +. . V , V 1 +0 . V 1 +% 1 Sublapangan dari 16 selain 16 sendiri ada dua yaitu 2 0Ì#+%$ 0, 1 dan 4 0Ì#%$ 0Ì%, +°, 1 0,1, , V , , V V 1
  • 129. tutur widodo : pend. matematika uns Lapangan Berhingga 50 Sedangkan elemen primitive dari 16* selain x yaitu a. , b. 0 V 1 c. É . V V 1 d. Ê , V 1 e. ++ . V , V f. +. . V , V 1 g. +0 . V 1 Demikian pembahasan tentang lapangan berhingga yang penulis kemukakan pada makalah kali ini. Apabila pembaca tertarik terhadap materi ini, dapat mencari referensi lain yang lebih lengkap dari buku – buku tentang aljabar abstrak.
  • 130. tutur widodo : pend. matematika uns 51 BAB III PENUTUP A. Kesimpulan 1. Lapangan berhingga ialah lapangan yang memuat elemen sebanyak berhingga. 2. Lapangan berhingga memiliki sifat- sifat sebagai berikut : a. Karakteristik dari lapangan berhingga berupa bilangan prima. b. Untuk sebarang lapangan berhingga F, berlaku || dengan p adalah bilangan prima dan n berupa bilangan bulat positif. c. Untuk sebarang bilangan prima p dan sebarang bilangan bulat positif n terdapat lapangan berhingga F sedemikian sehingga || . d. Himpunan elemen – elemen taknol dari suatu lapangan berhingga F membentuk group siklik, terhadap operasi perkalian di F. e. Jika A dan B adalah sebarang lapangan berhingga yang berorder sama, yaitu |ž| |B| maka ž z B. 3. Lapangan berhingga ¤ merupakan sublapangan dari jika dan hanya jika m membagi habis n. 4. Untuk mengkonstruksi lapangan berhingga dapat memanfaatkan gelanggang
  • 131. dan polinomial tak tereduksi
  • 133. Â#$. B. Saran Bagi pembaca maupun teman – teman Pendidikan Matematika UNS yang tertarik dengan materi yang dibahas pada makalah ini serta berminat untuk dijadikan bahan seminar, bisa mempelajari lebih lanjut mengenai Galois Field dan terapannya. Selain itu dapat pula belajar lebih jauh tentang polinomial tak tereduksi terutama mengenai cara pengujiannya.
  • 134. tutur widodo : pend. matematika uns 52 LAMPIRAN Pada bagian pembahasan disebutkan mengenai Fungsi Euler. Berikut akan dijelaskan tentang fungsi tersebut. Definisi Fungsi Euler. Misalkan n bilangan bulat positif. Banyaknya bilangan bulat positif yang kurang dari atau sama dengan n serta relatif prima terhadap n dilambangkan dengan ^!. Fungsi ^ selanjutnya disebut Fungsi Euler. Contoh, Bilangan – bilangan 1, 3, 7, 9, 11, 13, 17, 19 relatif prima terhadap 20. Jadi, ^20 8. Teorema. Untuk setiap bilangan bulat positif d yang membagi habis n berlaku a^ !. N` Bukti : Perhatikan barisan bilangan rasional berikut, 1 ! , 2 ! , 3 ! ,…, ! ! Jelas barisan tersebut terdiri dari n suku. Selanjutnya buat barisan baru dengan cara mereduksi masing- masing suku barisan di atas menjadi bentuk paling sederhana ( tiap suku barisan baru berbentuk O Ñ dengan FPB(a, b) = 1). Dengan demikian, barisan baru tersebut tetap terdiri dari n suku dan penyebut dari tiap sukunya merupakan pembagi n. Pehatikan pula, untuk setiap d yang membagi n terdapat suku yang penyebutnya adalah d. Jadi untuk setiap d yang membagi n, ^ adalah banyaknya suku di barisan baru yang penyebutnya adalah d. Oleh karena itu, jika kita menghitung a^ N`
  • 135. 1“ sebanyak n + m 1“ sebanyak n 1“ sebanyak m 1“ sebanyak nm 1“ sebanyak n 1“ sebanyak n 1“ sebanyak n tutur widodo : pend. matematika uns Lapangan Berhingga 53 berarti menghitung seluruh suku dari barisan tersebut. Jadi, a^ !. N` Berikutnya akan diberikan bukti dari beberapa fungsi yang diklaim sebagai homomorphisma tetapi pembuktiannya belum diberikan di pembahasan. Fungsi Ò pada halaman 20. Jika F suatu lapangan maka fungsi  { | yang didefinisikan ! !. 1“, ! adalah suatu homomorphisma Bukti : Pertama dibuktikan bahwa  well defined. Ambil sebarang !,v . Jika ! v akan dibuktikan ! v. Perhatikan, ! !. 1“ 1“V 1“ V £V 1“ v. 1“ v . Terbukti  well defined. Kedua dibuktikan  adalah homomorphisma. Untuk itu ambil sebarang !,v . Diperoleh, ! V v ! V v. 1“ 1“ V 1“ V £V 1“ 1“V1“ V £V 1“ V 1“ V 1“ V£V 1“ !. 1“ V v. 1“ ! V v !v !v. 1“ 1“V1“ V 1“ V £V 1“ V 1“ 1“V1“ V £V1“V1“V 1“V£V 1“V£V 1“ V 1“ V …V 1“ blok (1“ sebanyak n) sebanyak m
  • 136. !. 1“ sebanyak m tutur widodo : pend. matematika uns Lapangan Berhingga 54 !. 1“ V !. 1“ V £V !. 1“ !. 1“1“V1“V£V 1“ !. 1“.v. 1“ !.v Terbukti bahwa  adalah homomorphisma. Fungsi Ó pada halaman 29. Jika F adalah lapangan dan M ideal maksimal dari serta s `} maka fungsi { Ÿs yang didefinisikan n˜o ˜ V }, ˜ adalah homomorphisma. Bukti : Terlebih dahulu, dibuktikan bahwa well defined. Ambil sebarang r, ˜ dengan r ˜ akan ditunjukkan nro n˜o. Perhatikan, r ˜ 0 }, hal ini berakibat r V } ˜ V }. Jadi nro r V } ˜ V } n˜o. Terbukti well defined. Selanjutnya ditunjukkan bahwa homomorphisma. Ambil sebarang r, ˜ , diperoleh nr V ˜o r V ˜ V } r V } V ˜ V } nro V n˜o nr. ˜o r. ˜ V } r V }˜ V } nron˜o Jadi, terbukti adalah homomorphisma.
  • 137. tutur widodo : pend. matematika uns Lapangan Berhingga 55 Fungsi ÒÔ pada halaman 41. Jika F dan K adalah lapangan, Z s dan 2 s maka fungsi Å: | s yang didefinisikan Ånro r adalah suatu homomorphisma. Bukti : Pertama, dibuktikan bahwa fungsi Å well defined. Ambil sebarang r, ˜ dengan r ˜ akan ditunjukkan Ånro Ån˜o. Perhatikan, jika r ˜ diperoleh rH ˜H, H s. Sehingga, Ånro r ˜ Ån˜o. Terbukti, Å well defined. Kedua, ditunjukkan bahwa Å homomorphisma. Ambil sebarang r, ˜ , diperoleh Ånr V ˜o r V ˜ Ånro V Ř. Ånr. ˜o r. ˜ Ånro. Ån˜o Jadi, terbukti Å adalah homomorphisma.
  • 138. tutur widodo : pend. matematika uns 56 DAFTAR PUSTAKA Fraleigh,John B. 2000. A First Course in Abstract Algebra, 4th Edition. New York: Addison-Wesley Publising Company. Gallian, J.A. 1990. Contemporary Abstract Algebra, 2nd Edition. Massachussets : D.C. Heath and Company. Grillet, P. Antoine. 2007. Abstract Algebra, 2nd Edition. New York : Spgelangganger Science and Business Media, LLC. Herstein, I. N. 1990. Topics in Algebra, 2nd Edition. New York :John Willey and Sons. ___________. 1996. Abstract Algebra, 3rd Edition. New Jersey : Prentice Hall International,Inc. Lidl, Rudolf and Harald Niederreiter. 1994. Introduction to Finite fields and Their Applications. United Kingdom : Cambridge University Press. Robinson, D.J.S. 2003. An Introduction to Abstract Algebra. Berlin : Walter de Gruyter. http://zaki.math.web.id