Hipogonadisme adalah kondisi dimana kelenjar seksual tidak dapat atau hanya sedikit menghasilkan hormon. Pada laki-laki, hal ini menyebabkan berkurangnya produksi testosteron dan sperma. Hipogonadisme dapat disebabkan oleh masalah pada testis, hipotalamus, atau hipofisis yang menghambat produksi dan sekresi hormon.
2. Hipogonadisme
Definisi : Penurunan abnormal dari aktivitas fungsional testis. Dibagi
menjadi dua, hipogonadisme primer dan sekunder. Hipogonadisme
primer karena disfungsi sel-sel leydig sedangkan sekuner dari disfungsi
unit hipotalamus-hipofisis.
Etiologi :
1. Hipogonadisme primer atau kegagalan testis terjadi akibat penyakit
sisitemik , gagal ginjal dan serosis.orkitis , radioterapi gonad atau
obat-obat sistemik anti kanker(jarang terjadi ) , adanya sindrom
knilfelter(kariotipeXXY) , terjadi 1 pada 1000 kelahiran.
2. Hipogonadisme sekunder dapat disebabkan oleh penyakit berat
atau malnutrisi, penyakit hipofisis, hiperprolaktinemia, Sindrom
Kallmann (sindrom genetic terkait kromosom X yang menyebabkan
kegagalan hypothalamus mensekresikan Gonadotropin Releasiing
Hormon).
3. Patofisiologi:
Hipogonadisme primer terjadi ketika disfungsi testis,
sedangkan hipogonadisme sekunder ketika ptituary –
hipotalamus disfungsi.
Manifestasi Klinis:
Hipogonadisme primer dapat dicurigai saat lahir jika
testis dan penis kecil. Hal ini belum disadari sampai saat
mencapai pubertas ciri kelamin sekunder belum berkembang.
Penis dan skrotum tetap infantil dan mungkin hampir
tersembunyikan oleh lemak.
4. Diagnosis : Penegakkan diagnosis hipogonadisme dilakukan
berdasarkan
1. Anamnesa, pemeriksaan fisik. Anamnesa dan pemeriksaan fisik
yang teliti dengan memperhatikan perubahan keadaan hormonal.
2. Gejala klinis yang timbul. Gangguan ereksi, lemah syahwat, suara
melengking, badan tinggi dengan tidak disertai tulang kuat.
3. Penilaian laboratorium
o Kadar testosterone serum (nilai normal serum : 3-10 ng /ml).
o Kadar gonadotropin serum.
o Kadar FSH dan LH.
o Stimulasi Klomifen. Klomifen merupakan senyawa non steroid
yang bila berikatan dengan estrogen akan meningkatkan sekresi
hormon LH dan FSH. Apabila LH tidak terbentuk, maka terjadi
gangguan ptituary.
5. Anatomi Fisiologi
Hipogonadisme adalah suatu keadaan dimana
kelenjar seks tidak dapat atau hanya sedikit
menghasilkan hormon. Pada laki-laki, kelenjar
seksnya adalah testis.
Testis (buah zakar) memiliki 2 fungsi utama, yaitu :
1. Membuat testosteron, yang merupakan hormon
androgen (hormon pria yang utama)
2. Menghasilkan sperma
6. Hipogonadisme pada laki-laki menyebabkan
berkurangnya produksi testosteron, sperma, atau
keduanya. Pada kasus yang jarang, bisa terdapat
penurunan respon terhadap testosteron. Akibatnya,
pubertas menjadi terhambat, terjadi gangguan
reproduksi, atau keduanya.
7. Sifat Alami Hormon
Kekurangan testosteron dapat menyebabkan
penyakit atau kerusakan pada hipotalamus atau testis yang
menghambat sekresi hormon dan produksi testosteron
(hipogonadisme). Dimana hormon testosteron dalam
darahnya rendah sehingga mengalami hipogonadisme.
Adanya masalah pada hipotalamus atau kelenjar hipofisis
(bagian otak), sehingga sinyal testis untuk memproduksi
testosteron terganggu. Hipotalamus menghasilkan
gonadotropin–releasing hormone, yang sinyal kelenjar
hipofisis untuk membuat follicle-stimulating hormone (FSH)
dan luteinizing hormone. Luteinizing hormone
menghantarkan sinyal testis untuk memproduksi
testosteron.
8. Segi Kimiawi
Hormon Steroid
Pada fungsi hormon ini terjadi pengurangan produksi
kolesterol di dalam testis sehingga zat ini tidak bersirkulasi dalam
plasma yang mentranspor protein. Testis tidak bisa mensekresi
hormon steroid sehingga mengakibatkan gangguan pada fungsi
hormon ini.
Derivat Asam Amino
Pada segi kimiawi ini terjadi penurunan produksi protein
oleh kalenjar hipofisis sehingga mengakibatkan gangguan
hipogonadisme.
9. Kimiawi Hormon Perkembangan
Pada perkembangan ini kalenjar gonad sangat
berengaruh, namun dikarenakan terjadi penurunan
fungi kimia pada hormon steroid dan devirat asam
amino mengakibatkan perkembangan terhambat
sehingga hormon testosteron tidak bisa memproduksi
testis secara normal.
10. Sekresi Hormon
Testis mensekresikan sejumlah besar androgen, terutama
testosteron, tetapi testis juga mensekresikan sedikit estrogen.
Androgen adalah hormon seks sterol yang efeknya maskulinisasi.
Androgen disekresikan oleh korteks adrenal. Testosteron
disekresikan oleh sel interstisiil, yaitu sel-sel yang terletak di dalam
ruang antara tubula-tubula seminiferus testis atas rangsangan
hormon perangsang sel interstisiil (ICSH) dari hipofisis yang
sebenarnya adalah bahan yang sama dengan Luteinizing Hormon
(LH). Pengeluaran testosteron bertambah dengan nyata pada
masa pubertas dan bertanggung jawab atas pengembangan sifat-
sifat kelamin sekunder yaitu pertumbuhan jenggot, suara lebih
berat, pembesaran genetalia. Nilai normal testosteron adalah 3-10
mg/dl.
11. Efek testosteron pada fetus merangsang
deferensiasi dan perkembangan genital ke arah pria.
Pada masa pubertas hormon ini akan merangsang
perkembangan tanda-tanda seks sekunder seperti
perkembangan bentuk tubuh. Pertumbuhan dan
perkembangan alat genital, distribusi rambut tubuh,
pembesaran larynx dan penebalan pita suara serta
perkembangan sifat agresif.
12. Reseptor Hormon dan Aktivitasnya
Testosteron berikatan dengan suatu reseptor intra sel dan
kompleks esterol-reseptor kemudian berikatan dengan DNA di
nukleus, menyebabkan transkripsi berbagai gen. Selain itu
testosteron dirubah menjadi dihidrotestosteron (DHT) oleh sa-
reduktase di beberapa jaringan sasaran dan DHT berikatan
dengan reseptor intra sel yang sama seperti testosteron.
DHT bersirkulasi dengan kadar plasma 10% kadar
testosteron, kompleks testosteron reseptor kurang stabil bila
dibandingkan dengan kompleks DHT-reseptor di sel sasaran dan
transformasi kompleks tersebut ke DNA sel kurang sempurna.
Sehingga pembentukan DHT adalah salah satu cara untuk
meningkatkan efek testosteron dalam jaringan sasaran.
13. Kompleks testoteron-reseptor berperan dalam
pematangan struktur dan duktus wolffian
sehingga bertanggung jawab terhadap pembentukan
genetalia interna pria selama pertumbuhan. Tetapi kompleks
DHT-reseptor diperlukan untuk membentuk genetalia eksterna
pria. Kompleks DHT-reseptor juga berperan dalam
pembesaran prostat dan mungkin penis pada saat pubertas
serta rambut wajah, jerawat dan pengenduran temporal garis
rambut. Dipihak lain peningkatan masa otot dan munculnya
dorongan seks dan libido pria lebih tergantung pada
testosteron dari pada ke DHT
14. Jenis Hormon
Hormon testosteron adalah hormon steroid dari kelompok
androgen. Hormon ini diproduksi di testis dan berfungsi sebagai
hormon seks pria. Hormon ini merangsang pematangan organ-
organ seks pria, skrotum, pertumbuhan jenggot, pertumbuhan
massa otot dan kekuatan, dan peningkatan kepadatan
tulang, serta pembentukan sperma.