SlideShare a Scribd company logo
1 of 8
Download to read offline
Sundani, et al. J. Sains Tek. Far., 12(1) 2007
Polimorfisme Diklofenak Natrium
Sundani Nurono Soewandhi*
, Azas Rulyaqien**,
Reni Indardini***
*,**,***
Kelompok Keilmuan Farmasetika, Sekolah Farmasi ITB
Diterima tanggal : 15 Januari 2007 disetujui : 27 Maret 2007
Abstract
Active compound that have polymorphism, could have a tendency to crystallize into variously different forms
and energetic level. The consequence is, it can show the polymorphic transformation that could influence its
solubility, dissolution, stability, and bioavailability. Polymorphism of sodium diclofenac has been studies
crystallographically, including crystal habits, crystal lattice distance, thermal content and its transformation. The
Assay was carried out by polarization microscope, powder X-ray diffraction, differential scanning calorimetry
(DSC), and scanning electron microscope (SEM). Treatments given to sodium diclofenac were heating at 50, 70
and 150 0
C for 1-3 hours, pulverizing in grinding mill at 100 rpm for 2 hours, and recrystallizing from its
saturated solutions in ethanol, acetone, water : ethanol (1 : 1) and water : acetone (1 : 1) mixtures. Observation
under polarization microscope, showed that crystal habits from saturated ethanol was monoclinic, acetone
orthorhombic. Whilst from ethanol : water (1 : 1) and acetone : water (1 : 1) mixture were hexagonal. X-ray
diffractogram of crystals that recrystallized from solvent showed different pattern than those of commercial
product. All of samples produced by thermal treatment were mixture of form I and II and showed identical
diffractogram, except the heating product at 150o
C for 3 hours. Thermogram profile of sodium diclofenac
without treatment showed three endothermic curves at 51.5, 69.8, and 285.3 0
C, indicating a possibility of
presence of form II hydrate or co-crystal. Thermogram of product produced by both tribomechanic and thermal
treatment ≤ 150o
C for 1 hours, have two endothermic curves at 54,8 and 284,9 0
C. Endothermic curve at 69,8o
C
dissapeared as a consequence of the release of hydrate water from their molecules. Loses of hydrate water
caused roughness of crystal surface that produced from recrystallization. Observed by SEM microphotograph.
Whilst thermogram of heating product at 150o
C for 3 hours only had one endothermic curve. This indicated that
all forms were totally transformed to form I.
Key words : sodium diclofenac, polymorphism, polarization microscope, powder X-ray diffraction, DSC, SEM
Pendahuluan
Senyawa aktif mungkin berubah menjadi polimorf
yang berbeda, solvat (ko-kristal atau pseudo-poli-
morfisme), desolvat atau amorf setelah mengalami
proses teknologi farmasi seperti rekristalisasi,
penggilingan, pengering bekuan, pengering
semburan dan dispersi padat, yang tentu saja
mengubah aktivitas farmasetiknya (Nongnuj, M.,
et.al., 2004). Oleh karena itu, industri farmasi
memerlukan strategi untuk mengkarakterisasi
polimorfik dan menghasilkan senyawa aktif dengan
mutu yang konsisten (Yu, L., Reutzel, S.M., &
Stephenson, G.A., 1998). Dengan demikian, sangat
penting artinya untuk mempelajari perubahan yang
dialami senyawa aktif melalui proses rekristalisasi
dan perlakuan mekanik atau termik.
Diklofenak natrium atau voltaren, voltarol atau
orthophen adalah suatu turunan asam fenil asetat
dengan nama kimia natrium 2-[2–( 2,6–
diklorofenil ) aminofenil]–1–oksido–etanon atau
natrium {0-[ (2,6 diklofenil) aminofenil}asetat.
Diklofenak natrium mempunyai rumus molekul
C14H10Cl2NO2Na dengan bobot molekul sebesar
318,3. Diklofenak natrium merupakan suatu
turunan asam lemah dengan pKa 4,2 (Lund, W.,
1994). Di dalam air natrium diklofenak akan
melarut sebagai ion Na+
dan anion diklofenak.
Struktur diklofenak natrium dapat dilihat pada
Gambar 1.
Gambar 1. Struktur kimia diklofenak natrium
Diklofenak natrium memiliki jarak lebur antara 283
sampai 285 o
C, berupa serbuk hablur berwarna
Sundani, et al. J. Sains Tek. Far., 12(1) 2007
putih atau hampir putih yang higroskopik (Florey,
K., 1976; Adeyeye, C.M. & Pui Kai Li, 1990,).
Diklofenak natrium mudah larut dalam metanol dan
etanol, agak sukar larut dalam air dan asam asetat
glasial, praktis tidak larut dalam eter (The Soc. of
Jap. Pharm. 2001). Diklofenak natrium merupakan
senyawa NSAID (Nonsteroidal anti-inflammatory
drug), aktif sebagai anti inflamasi yang
diindikasikan untuk reumatoid artritis atau
reumatoid lainnya. Diklofenak natrium diabsorbsi
melalui saluran cerna dan mengalami metabolisme
lintas awal di hati sebesar 40 – 50 %. Puncak
konsentrasi plasma dicapai setelah 4 jam pemberian
senyawa aktif salut enterik.
Bentuk kristal asam diklofenak adalah monoklin
jika direkristalisasi dari metanol yang diuapkan
perlahan atau dari aseton (Castellari, C., Ottani, S.,
1997). Bentuk lainnya adalah ortorhombus hasil
rekristalisasi dari metanol panas yang diuapkan
perlahan (Jaiboon, N.,Yos-in, K.,
Ruangchaithaweesook, S., Chaichit, N., 2001).
Bentuk psudo-polimorfismenya adalah diklofenak
natrium tetrahidrat (Fini, A., Garuti, M., Fazio, G.,
Alvarez-Fuentes, I., & Holgado, M.A., 2001) dan
pentahidrat (Muangsin, N., Prajaubsook, M.,
Chaichit, N., Siritaedmukul, K. & Hannongbua, S.,
2002). adalah sangat menarik untuk meneliti
perubahan-perubahan polimorfi senyawa
diklofenak akhir ini.
Metode Penelitian
Alat dan Bahan
Alat
Peralatan yang digunakan adalah peralatan gelas
laboratorium, Buchner, penggiling (Reztech,
Germany), Oven, Difraktometer Rigaku tipe Geiger
Flex, DSC Perkin Elmer, mikroskop polarisasi
Olympus ®
B201, SEM Joel JSM 3630 LV).
Bahan
Bahan baku diklofenak natrium diperoleh dari PT.
Kimia Farma Tbk Bandung dengan nomer batch
HPL : 50308/ BB/ 05 kode : 1000203, air suling,
etanol dan aseton.
Rekristalisasi larutan jenuh dalam berbagai
pelarut.
Proses rekristalisasi dilakukan dengan melarutkan
diklofenak natrium dalam pelarut etanol, aseton,
campuran air : etanol (1:1) dan air : aseton (1:1)
sampai keadaan jenuh. Larutan diklofenak natrium
dihangatkan di atas tangas air sambil ditambahkan
diklofenak natrium sedikit demi sedikit dan diaduk
sampai tercapai kondisi jenuhnya. Larutan disaring
dalam kondisi hangat menggunakan kertas saring.
Filtrat yang diperoleh didinginkan dengan cepat
pada suhu – 20 o
C selama kurang lebih 20 menit
atau hingga diperoleh kristal. Kristal yang diperoleh
disaring melalui penyaring Buchner kemudian
dikeringkan dalam oven pada suhu 37 – 40 °C
selama 24 jam.
Perlakuan mekanik
Diklofenak natrium dihaluskan dengan
menggunakan grindingmill (Reztech, Germany)
kecepatan 100 putaran per menit (ppm) selama 2
jam.
Perlakuan termik
Serbuk diklofenak natrium dipanaskan pada suhu
50, 70, 150 o
C selama 1-3 jam. Perlakuan yang
sama juga dilakukan terhadap serbuk kristal hasil
rekristalisasi dari etanol dan campuran aseton : air
(1:1).
Pemeriksaan habit kristal
Kristal segar hasil rekristalisasi dalam berbagai
pelarut di permukaan kaca objek diamati dibawah
mikroskop polarisasi Olympus ®
B201. Habit
kristal yang terbentuk diamati melalui mikroskop
polarisasi, direkam dengan menggunakan kamera
digital Olympus 3.7 Mega-Pixel dengan
pembesaran 15 kali.
Pemeriksaan difraksi sinar X serbuk
Bahan baku diklofenak natrium perdagangan,
kristal yang diperoleh dari hasil rekristalisasi dan
perlakuan baik mekanik maupun termik diuji
menggunakan alat difraktrometer PXRD Rigaku
tipe Geiger Flex pada skala sudut difraksi 2θ antara
5 sampai 50o
dengan sumber CuKα, mengikuti
metode pengukuran Savitzkey-Golay’s. Sejumlah
sampel dimampatkan pada wadah sampel berupa
bak kecil berukuran kurang lebih 5x8 cm,
selanjutnya diletakkan dalam sample chamber. Alat
dioperasikan pada voltase 40 KV, arus 30 mA
dengan kecepatan pengukuran 4o
per menit.
Pemeriksaan dengan DSC
Sampel bahan baku diklofenak natrium
perdagangan, kristal yang diperoleh dari hasil
rekristalisasi, perlakuan mekanik dan termik,
masing-masing ditimbang seksama sebanyak 3
sampai 5 mg, dimasukkan ke dalam pinggan
aluminium dan diperiksa menggunakan DSC
Perkin Elmer dengan jarak pemanasan 25 sampai
340 °C dan kecepatan pemanasan 10 °C per menit.
Pemeriksaan dengan Scanning Electron
Microscope (SEM)
Sejumlah sampel ditempelkan pada specimen
holder dengan cara ditaburkan pada double sticky
tape berdiameter 8 mm, bebas kotoran dan tidak
berminyak. Pembersihan sampel pada spesimen
Sundani, et al. J. Sains Tek. Far., 12(1) 2007
holder dilakukan dengan menggunakan hand
blower. Sampel pada spesimen holder diberi lapisan
tipis (coating) gold - paladium (Au 80 % dan Pd
20%). Proses coating dilakukan dengan
menggunakan mesin Ion Sputter JFC – 1100
dengan spesifikasi tegangan 1,2 kV, arus listrik 6-
7,5 mA, dan tekanan 0,2 torr, selama waktu empat
menit. Sampel hasil coating dimasukkan dalam
specimen chamber pada mesin SEM (JSM-
6360LA). Sampel diamati pada CRM (TV) dan
difokuskan ke area yang akan dipotret.
Hasil dan Pembahasan
Analisis habit kristal di bawah mikroskop
polarisasi
Berbagai jenis bahan pelarut yang digunakan
memiliki harga Konstanta Dieletrikum (KD)
berlainan. KDH2O 80,4; etanol 26,0; aseton 21,0;
campuran etanol:air (1:1) 53,2 dan aseton:air (1:1)
50,5. Harga KD bahan pelarut menurun berturut-
turut dari air, campuran etanol:air (1:1), campuran
aseton :air (1:1), etanol dan aseton. Tingkat
kepolaran bahan pelarutpun semakin rendah.
Gambar 2. Habit diklofenak natrium hasil rekristalisasi
dari pelarut etanol (Pembesaran : mikroskop 40X,
kamera 15X)
Gambar 3.) Habit diklofenak natrium hasil rekristalisasi
dari pelarut aseton (Pembesaran : mikroskop 40X,
kamera 15X
Gambar 2 dan 3 menunjukkan habit diklofenak
natrium yang berbeda. Etanol dengan harga KD >
KD aseton menghasilkan kristal berbentuk
segiempat panjang miring (monoklinik) dengan
sudut yang sempurna. Bertambah rendahnya
kepolaran bahan pelarut, habit kristal menyerupai
belah ketupat (ortorhombus) dengan sudut tumpul.
Ketumpulan sudut menunjukkan ketidaksempurna-
an pertumbuhan kristal (diduga) pada bidang (111).
Hal ini umumnya disebabkan tingginya tegangan
permukaan pada bidang tersebut terhadap
lingkungannya.
Peningkatan harga KD bahan pelarut melalui
penambahan air, menghasikan habit kristal yang
cenderung mengikuti pola pengaruh pelarut aseton.
Habit kristal campuran air-etanol menunjukkan
ketidaksempurnaan pertumbuhan pada dua sudut
yang berseberangan. Demikian pula halnya dengan
habit kristal aseton-air. Habit tampak seolah-olah
heksagonal tidak sempurna (Gambar 4 dan 5) dan
cenderung mirip trapesium ganda.
Gambar 4. Habit diklofenak natrium hasil rekristalisasi
dari pelarut etanol : air (1:1) (Pembesaran : mikroskop
40X, kamera 15X)
Gambar 5. Habit diklofenak natrium hasil rekristalisasi
dari pelarut aseton : air (1:1) (Pembesaran : mikroskop
20X, kamera 15X)
Sundani, et al. J. Sains Tek. Far., 12(1) 2007
jarak bidang kisi lebar (dhkl) atau sudut 2θ rendah
(5-20o
). Juga terjadi munculnya interferensi baru
pada 2 θ 12,5o
dan hilangnya interferensi pada 2θ
13-15o
. Hal ini menunjukkan adanya peningkatan
kristalinitas, tingkat simetri senyawa dan terjadinya
transformasi polimorfik.
Gambar 6. Difraktogram diklofenak natrium
perdagangan
Gambar 7. Difraktogram diklofenak natrium
perdagangan setelah dipanaskan 70o
C
Sebaliknya, perlakuan tribomekanik tidak
mengubah pola difraksi sinar-X diklofenak natrium
kecuali mereduksi intensitas interferensi sekitar
50%. Dengan demikian, proses milling hanya
menyebabkan terjadinya peristiwa amorfisasi, tanpa
disertai peristiwa transformasi polimorfik.
Gambar 8. Diklofenak natrium hasil rekristalisasi dari
pelarut etanol
Difraktogram kristal produk rekristalisasi dari
berbagai jenis bahan pelarut (ko-kristal)
menunjukkan struktur internal yang identik
(Gambar 8), namun berbeda dengan produk
perdagangan. Produk rekristalisasi menunjukkan
Interferensi tajam, sempit dengan intensitas relatif
tinggi (3 kali lebih tinggi dari pada produk
perdagangan). Hal ini mengindikasikan tingkat
simetri yang lebih baik. Profil difraktogram seluruh
ko-kristal akan berubah identik dengan
difraktogram produk hasil pemanasan diklofenak
natrium pada suhu 150o
C 2 jam (Gambar 9). Jadi
transformasi polimorfik diklofenak natrium akibat
perlakuan mekanik (tribomekanik) dan termik dapat
dirumuskan secara skematik sebagai berikut:
Gambar 9. Diklofenak natrium perdagangan dan
rekristalisasi etanol dipanaskan 150o
C 2 jam
Analisis Termogram DSC
Diklofenak natrium adalah ko-kristal atau psudo-
polimorf yang memiliki kandungan air kristal,
yakni tetrahidrat (Fini, A., Garuti, M., Fazio, G.,
Alvarez-Fuentes, I., & Holgado, M.A., 2001) dan
pentahidrat (Muangsin, N., Prajaubsook, M.,
Chaichit, N., Siritaedmukul, K. & Hannongbua, S.,
2002). Pada seluruh sampel yang memiliki air
kristal akan terjadi pembebasan air pada suhu
sekitar 69,8-84,1o
C, diindikasikan melalui kurva
endotermik tumpul (Gambar 11 dan 12).
Kurva endotermik tajam pada suhu sekitar 51-54o
C
mengindikasikan adanya transformasi polimorfik
bentuk II menjadi I. Bentuk I melebur pada suhu
sekitar 283,9-285,3o
C sesuai data referensi.
Leburan tersebut akan segera mengalami
rekristalisasi dan selanjutnya teroksidasi pada suhu
sekitar 296,7o
C. Seluruh sampel penelitian
menunjukkan peristiwa rekristalisasi dan oksidasi
tersebut (Gambar 11 s/d 14).
***
Sundani, et al. J. Sains Tek. Far., 12(1) 2007
Gambar 10. Skema transformasi polimorfik senyawa diklofenak natrium
Gambar 11. Termogram natrium diklofenak
perdagangan
Gambar 12. Termogram natrium diklofenak
hasilrekristalisasi dengan pelarut etanol
Kurva endotermik yang mengindikasikan
pembebasan air tidak lagi dijumpai baik pada
diklofenak natrium hasil perlakuan mekanik
maupun pemanasan suhu 150o
C (Gambar 13 dan
14).
Gambar 13. Termogram natrium diklofenak hasil
rekristalisasi dengan pelarut aseton : air (1:1) setelah
dipanaskan pada suhu 150 o
C 1 jam
Akibat kedua perlakuan tersebut, air kristal yang
berada di dalam struktur kristal diklofenak natrium
terbebaskan. Meskipun demikian, tingkat energi
yang dilibatkan baik dalam perlakuan mekanik
maupun termik < 100o
C belum cukup untuk
menyebabkan terjadinya transformasi polimorfik
secara sempurna. Produk perlakuan masih
menunjukkan adanya kurva endotermik pada suhu
sekitar 57o
C atau bahkan suhu 37,4o
C untuk produk
perlakuan termik, yang mengindikasikan masih
adanya sisa bentuk II. Pemanasan pada suhu 150o
C
selama 3 jam mengubah produk perdagangan
secara total menjadi bentuk I (Gambar 15).
Sedangkan produk rekristalisasi dari etanol setelah
dipanaskan 150o
C 3 jam masih tetap merupakan
Diklofenak natrium
perdagangan
(Bentuk II dan I ko-
kristal)
Campuran
Bentuk I dan II
Bentuk II ko-kristal
Pemanasan suhu 150o
C 3jam
Pemanasan suhu 50, 70, 150o
C selama 1 jam
etanol
aseton
etanol:Air
aseton:Air
milling
Bentuk I
Pemanasan
suhu 150o
C 3
jam
Sundani, et al. J. Sains Tek. Far., 12(1) 2007
campuran bentuk II dan I hanya tanpa air kristal
(Gambar 16). Besar kecilnya entalpi kurva
endotermik pertama mengindikasikan jumlah sisa
bentuk II yang belum berubah menjadi I, baik
akibat tribomekanik maupun termik. Hal ini
terekam pada kurva endotermik pertama produk
tribomekanik (Gambar 14) yang menunjukkan
harga entalpi sebesar 92,0 J/g dibandingkan produk
termik (Gambar 11) yang hanya 37,4 J/g.
Gambar 14. Termogram natrium diklofenak setelah
penghalusan dengan alat grindingmill
Artinya, jumlah bentuk II yang belum mengalami
transformasi menjadi I lebih besar daripada produk
termik. Hal ini menunjukkan bahwa perlakuan yang
diberikan kepada diklofenak natrium baik
tribomekanik maupun pemanasan suhu ≤150o
C
selama 1 jam, belum sepenuhnya mampu
mengubah bentuk II menjadi I. Transformasi
polimorfik diklofenak natrium baru berlangsung
pada pemanasan suhu 150o
C selama 3 jam.
Gambar 15. Termogram diklofenak na perdagangan
hasil pemanasan 150o
C selama 3 jam
Gambar 16. Termogram diklofenak na produk
rekristalisasi dari etanol setelah dipanaskan 150o
C
selama 3 jam
Jika dilakukan separasi kurva endotermik pertama
secara lebih rinci untuk membedakan antara
peristiwa transformasi polimorfik dan pembebasan
air, maka seluruh produk kristalisasi menunjukkan
termogram seperti tampak pada Gambar 17
berikut.
Suhu ( C)
o
200157,511572,530
Perdagangan
Etanol
Etanol-Air (1:1)
Aseton
Aseton-Air (1:1)
Gambar 17. Perbandingan termogram diklofenaknatrium
perdagangan dan hasil rekristalisasi tanpa pemanasan.
Sundani, et al. J. Sains Tek. Far., 12(1) 2007
Tanpa pemanasan
Pemanasan 50 C
o
Pemanasan 70 C
o
Suhu ( C)
o
30 72,5 115 157,5 200
Gambar 18. Perbandingan termogram diklofenak
natrium perdagangan
Tanpa pemanasan
Pemanasan 50 C
o
Pemanasan 70 C
o
Suhu ( C)
o
30 72,5 115 157,5 200
Gambar 19. Termogram DSC produk rekristalisasi
dari aseton dan hasil pemanasannya
Sedangkan Gambar 18 dan 19 masing-masing
menunjukkan penurunan entalpi akibat pemanasan
produk perdagangan dan rekristalisasi dari aseton
pada suhu yang meninggi. Tampak bahwa semakin
tinggi suhu, harga entalpi semakin menurun. Pada
produk perdagangan, sebelum dipanaskan memiliki
harga entalpi sebesar 21,8 J/g. Namun setelah
dipanaskan 50o
C menurun menjadi 11,7 J/g dan
mencapai harga terendah 5,6 J/g setelah pemanasan
pada suhu 70o
C.
Permukaan kristal diklofenak natrium hasil
rekristalisasi berbagai pelarut (ko-kristal)
menunjukkan kondisi yang halus dalam wujud
polikristalin. Kondisi semacam ini disebabkan
terjadinya agregasi kristal tunggal pada saat proses
pertumbuhan kristal berlangsung. Tampak bahwa
kristal yang diperoleh dari pelarut campur baik
etanol:air maupun aseton:air memiliki tingkat
kehalusan permukaan yang lebih tinggi
dibandingkan pelarut tunggalnya. Hal ini diduga
disebabkan karena jumlah molekul air yang
terkandung di dalam kristal pelarut campur lebih
tinggi dan dapat terdistribusi secara statistik di
seluruh partikel. Kehalusan permukaan produk
rekristalisasi tersebut akan berubah jika kristal
dipanaskan 70o
C.
Analisis mikrofotograf
(a )1
(a )2
(b )1 (b )2
(c )1 (c )2
(d )1 (d )2
Gambar 20. Mikrofotograf SEM kristal diklo-
fenak natrium hasil rekristalisasi sebelum (1)
dan sesudah (2) pemanasan 70 o
C.
Keterangan: Pelarut rekristalisasi (a) Etanol,
(b) Etanol-Air (1:1), (c) Aseton, (d) Aseton-
Air (1:1).
Pada suhu tersebut, tidak hanya terjadi pembebasan
sejumlah tertentu molekul-molekul air dari struktur
kristal, akan tetapi juga terjadi transformasi
polimorfik sebagian bentuk II menjadi I.
Akibatnya, bentuk awal partikel tidak dapat
dikenali lebih jauh. Disamping itu, pembebasan air
dari permukaan ko-kristal meninggalkan jejak
berupa sulur memanjang membentuk profil
permukaan yang kasar (Gambar 20)
Kesimpulan
Kristal diklofenak natrium perdagangan adalah
ko-kristal dengan sejumlah air kristal. Data
termogram menunjukkan bahwa produk
perdagangan merupakan campuran bentuk II
(dominan) dan I, hidrat.
Produk rekristalisasi menunjukkan pola
difraksi sinar-X berbeda dengan produk
perdagangan, yaitu bentuk II hidrat . Bentuk ini
akan berubah menjadi campuran I dan II
anhidrat jika diberi perlakuan tribomekanik
atau termik. Diperlukan suhu yang lebih tinggi
dan waktu lebih panjang untuk mengubah
Sundani, et al. J. Sains Tek. Far., 12(1) 2007
campuran II dan I menjadi total bentuk I.
Pemanasan pada suhu 150o
C selama 3 jam,
mampu mengubah produk perdagangan
menjadi bentuk I. Meskipun belum mampu
100% mengubah produk rekristalisasi dari
etanol.
Perlakuan tribomekanik tidak mengubah
produk perdagangan menjadi bentuk I akan
tetapi membuatnya menjadi lebih amorf dan
kehilangan air kristal. Sedangkan jumlah
bentuk II yang mengalami transformasi
menjadi I lebih banyak dihasilkan melalui
perlakuan termik dibandingkan tribomekanik
Pemanasan pada suhu 70o
C, cukup membuat
permukaan kristal menjadi kasar akibat
pembebasan molekul air dari struktur
molekulnya.
Daftar Pustaka
Adeyeye, C.M. and Pui Kai Li, 1990, Diclofenac
Sodium, in: Analytical Profiles of Drug
Substances, K. Florey (Ed.), vol. 19,
Academic Press Inc., San Diego, 127, 134.
Castellari, C., Ottani, S., 1997, Acta Cryst. C53,
794-797
Fini, A., Garuti, M., Fazio, G., Alvarez-Fuentes, I.,
& Holgado, M.A., 2001, Diclofenac salts. I.
Fractal and thermal analysis of sodium and
potassium diclofenac salts, J.Pharm. Sci., 90
(12), 2049-2057
Florey, K., 1976, Analytical Profiles of Drugs
Compounds, vol. XIX, Academic Press,
New York, 123 - 144.
Jaiboon, N.,Yos-in, K., Ruangchaithaweesook, S.,
Chaichit, N., 2001, Anal. Sci. 17, 1465-
1466.
Lund, W., 1994, The Pharmaceutical Codex, 12th
ed, The Pharmaceutical Press, London, 835-
836.
Muangsin, N., Prajaubsook, M., Chaichit, N.,
Siritaedmukul, K. & Hannongbua, S.,
2002,Anal.Sci.18,967-968.
Nongnuj, M., et.al., 2004, Structure determination
of diclofenac in a diclofenac-containing
chitosan matrix using conventional X-ray
powder diffraction data, J.Appl.Cryst. 37,
288-284.
Yu, L., Reutzel, S.M., & Stephenson, G.A., 1998,
Pharm.Sci.Technol. Today, 1, 118-127.

More Related Content

What's hot (20)

Laporan resmi gel natrium diklofenak
Laporan resmi gel natrium diklofenakLaporan resmi gel natrium diklofenak
Laporan resmi gel natrium diklofenak
 
Ekstraksi
EkstraksiEkstraksi
Ekstraksi
 
Tablet salut
Tablet salutTablet salut
Tablet salut
 
GRANULASI BASAH
GRANULASI BASAHGRANULASI BASAH
GRANULASI BASAH
 
Eliksir
EliksirEliksir
Eliksir
 
Farmasi fisika-kelarutan
Farmasi fisika-kelarutanFarmasi fisika-kelarutan
Farmasi fisika-kelarutan
 
Stabilitas Obat
Stabilitas ObatStabilitas Obat
Stabilitas Obat
 
BIOFARMASI SEDIAAN YANG DIBERIKAN MELALUI KULIT
BIOFARMASI SEDIAAN YANG  DIBERIKAN MELALUI KULITBIOFARMASI SEDIAAN YANG  DIBERIKAN MELALUI KULIT
BIOFARMASI SEDIAAN YANG DIBERIKAN MELALUI KULIT
 
Rheologi
RheologiRheologi
Rheologi
 
Sediaan liquid 1
Sediaan liquid 1Sediaan liquid 1
Sediaan liquid 1
 
Metode pembuatan tablet.
Metode pembuatan tablet.Metode pembuatan tablet.
Metode pembuatan tablet.
 
TABLET
TABLETTABLET
TABLET
 
Rheologi
RheologiRheologi
Rheologi
 
Laporan resmi tablet pct granulasi basah
Laporan resmi tablet pct   granulasi basahLaporan resmi tablet pct   granulasi basah
Laporan resmi tablet pct granulasi basah
 
Laporan resmi krim hidrocortison
Laporan resmi krim hidrocortisonLaporan resmi krim hidrocortison
Laporan resmi krim hidrocortison
 
Laporan lengkap ekstraksi
Laporan lengkap ekstraksiLaporan lengkap ekstraksi
Laporan lengkap ekstraksi
 
Sediaan solida bu neni
Sediaan solida bu neniSediaan solida bu neni
Sediaan solida bu neni
 
sediaan kapsul
sediaan kapsulsediaan kapsul
sediaan kapsul
 
nitrimetri
nitrimetrinitrimetri
nitrimetri
 
Mikromeritik
Mikromeritik Mikromeritik
Mikromeritik
 

Similar to Polimorf

Pembuatan SiO2 dengan metode sol gel
Pembuatan SiO2 dengan metode sol gelPembuatan SiO2 dengan metode sol gel
Pembuatan SiO2 dengan metode sol gelPrayoga Wibhawa
 
pengaruh kelembapan terhadap sifat optik gelatin
pengaruh kelembapan terhadap sifat optik gelatinpengaruh kelembapan terhadap sifat optik gelatin
pengaruh kelembapan terhadap sifat optik gelatinrizkysam
 
Presentasi kelompok 9
Presentasi kelompok 9Presentasi kelompok 9
Presentasi kelompok 9Edi Mikrianto
 
Sintesis Material Alam
Sintesis Material AlamSintesis Material Alam
Sintesis Material AlamLinaSuryanti2
 
Sintesis polieugenil oksiasetat sebagai pengemban untuk pemisahan ion
Sintesis polieugenil oksiasetat sebagai pengemban untuk pemisahan ionSintesis polieugenil oksiasetat sebagai pengemban untuk pemisahan ion
Sintesis polieugenil oksiasetat sebagai pengemban untuk pemisahan ionLutfia Nur Izzati
 
Makalah Sintesis Nanozeolit
Makalah Sintesis NanozeolitMakalah Sintesis Nanozeolit
Makalah Sintesis NanozeolitAhmad Dzikrullah
 
laporan praktikum kelarutan sebagai fungsi suhu
laporan praktikum kelarutan sebagai fungsi suhulaporan praktikum kelarutan sebagai fungsi suhu
laporan praktikum kelarutan sebagai fungsi suhuEmmy Nurul
 
Rekristalisasi
RekristalisasiRekristalisasi
RekristalisasiTillapia
 
Jurnal kefarmasian indonesia
Jurnal kefarmasian indonesiaJurnal kefarmasian indonesia
Jurnal kefarmasian indonesiadimas snb
 
47674-75676649216-2-PB.pdf
47674-75676649216-2-PB.pdf47674-75676649216-2-PB.pdf
47674-75676649216-2-PB.pdfFaridMajedi1
 
Sintesis TiO2 melalui metoda sol gel dan pendoppingan
Sintesis TiO2 melalui metoda sol gel dan pendoppinganSintesis TiO2 melalui metoda sol gel dan pendoppingan
Sintesis TiO2 melalui metoda sol gel dan pendoppinganGetstar Zsky
 

Similar to Polimorf (20)

Sol gel zefri
Sol gel zefriSol gel zefri
Sol gel zefri
 
Pembuatan SiO2 dengan metode sol gel
Pembuatan SiO2 dengan metode sol gelPembuatan SiO2 dengan metode sol gel
Pembuatan SiO2 dengan metode sol gel
 
Sol gel
Sol gelSol gel
Sol gel
 
pengaruh kelembapan terhadap sifat optik gelatin
pengaruh kelembapan terhadap sifat optik gelatinpengaruh kelembapan terhadap sifat optik gelatin
pengaruh kelembapan terhadap sifat optik gelatin
 
Ppt presentasi
Ppt presentasiPpt presentasi
Ppt presentasi
 
Presentasi kelompok 9
Presentasi kelompok 9Presentasi kelompok 9
Presentasi kelompok 9
 
KSFM 1.ppt
KSFM 1.pptKSFM 1.ppt
KSFM 1.ppt
 
Sintesis Material Alam
Sintesis Material AlamSintesis Material Alam
Sintesis Material Alam
 
Sintesis polieugenil oksiasetat sebagai pengemban untuk pemisahan ion
Sintesis polieugenil oksiasetat sebagai pengemban untuk pemisahan ionSintesis polieugenil oksiasetat sebagai pengemban untuk pemisahan ion
Sintesis polieugenil oksiasetat sebagai pengemban untuk pemisahan ion
 
Makalah Sintesis Nanozeolit
Makalah Sintesis NanozeolitMakalah Sintesis Nanozeolit
Makalah Sintesis Nanozeolit
 
laporan praktikum kelarutan sebagai fungsi suhu
laporan praktikum kelarutan sebagai fungsi suhulaporan praktikum kelarutan sebagai fungsi suhu
laporan praktikum kelarutan sebagai fungsi suhu
 
Elektroplating
ElektroplatingElektroplating
Elektroplating
 
Laporan ekstraksi pelarut
Laporan ekstraksi pelarutLaporan ekstraksi pelarut
Laporan ekstraksi pelarut
 
Spektroskopi.pptx
Spektroskopi.pptxSpektroskopi.pptx
Spektroskopi.pptx
 
Rekristalisasi
RekristalisasiRekristalisasi
Rekristalisasi
 
Redoks
RedoksRedoks
Redoks
 
Jurnal kefarmasian indonesia
Jurnal kefarmasian indonesiaJurnal kefarmasian indonesia
Jurnal kefarmasian indonesia
 
47674-75676649216-2-PB.pdf
47674-75676649216-2-PB.pdf47674-75676649216-2-PB.pdf
47674-75676649216-2-PB.pdf
 
Sintesis TiO2 melalui metoda sol gel dan pendoppingan
Sintesis TiO2 melalui metoda sol gel dan pendoppinganSintesis TiO2 melalui metoda sol gel dan pendoppingan
Sintesis TiO2 melalui metoda sol gel dan pendoppingan
 
Zat dan perubahannya
Zat dan perubahannyaZat dan perubahannya
Zat dan perubahannya
 

Recently uploaded

MPI 3. Pengendalian Penyakit pada JH 2023 Kadar.pptx
MPI 3. Pengendalian Penyakit pada JH 2023 Kadar.pptxMPI 3. Pengendalian Penyakit pada JH 2023 Kadar.pptx
MPI 3. Pengendalian Penyakit pada JH 2023 Kadar.pptxISKANDARSYAPARI
 
Strategi_Pengendalian_RisikoZSFADXSCFQ.pdf
Strategi_Pengendalian_RisikoZSFADXSCFQ.pdfStrategi_Pengendalian_RisikoZSFADXSCFQ.pdf
Strategi_Pengendalian_RisikoZSFADXSCFQ.pdfhsetraining040
 
Pelajaran Distosia Bahu pada persalinann
Pelajaran Distosia Bahu pada persalinannPelajaran Distosia Bahu pada persalinann
Pelajaran Distosia Bahu pada persalinannandyyusrizal2
 
SEDIAAN EMULSI : DEFINISI, TIPE EMULSI, JENIS EMULGATOR DAN CARA PEMBUATAN
SEDIAAN EMULSI : DEFINISI, TIPE EMULSI, JENIS EMULGATOR DAN CARA PEMBUATANSEDIAAN EMULSI : DEFINISI, TIPE EMULSI, JENIS EMULGATOR DAN CARA PEMBUATAN
SEDIAAN EMULSI : DEFINISI, TIPE EMULSI, JENIS EMULGATOR DAN CARA PEMBUATANYayahKodariyah
 
PPT KONTRASEPSI KB HORMONAL DAN NON HORMONAL
PPT KONTRASEPSI KB HORMONAL DAN NON HORMONALPPT KONTRASEPSI KB HORMONAL DAN NON HORMONAL
PPT KONTRASEPSI KB HORMONAL DAN NON HORMONALMayangWulan3
 
penyuluhan terkait kanker payudara oleh mahasiswa k3s
penyuluhan terkait kanker payudara oleh mahasiswa k3spenyuluhan terkait kanker payudara oleh mahasiswa k3s
penyuluhan terkait kanker payudara oleh mahasiswa k3smwk57khb29
 
456720224-1-Antenatal Care-Terpadu-10-T-ppt.ppt
456720224-1-Antenatal Care-Terpadu-10-T-ppt.ppt456720224-1-Antenatal Care-Terpadu-10-T-ppt.ppt
456720224-1-Antenatal Care-Terpadu-10-T-ppt.pptDesiskaPricilia1
 
konsep nutrisi pada pasien dengan gangguan kardiovaskuler.pptx
konsep nutrisi pada pasien dengan gangguan kardiovaskuler.pptxkonsep nutrisi pada pasien dengan gangguan kardiovaskuler.pptx
konsep nutrisi pada pasien dengan gangguan kardiovaskuler.pptxrittafarmaraflesia
 
Toksikologi obat dan macam-macam obat yang toksik dan berbahaya.ppt
Toksikologi obat dan macam-macam obat yang toksik dan berbahaya.pptToksikologi obat dan macam-macam obat yang toksik dan berbahaya.ppt
Toksikologi obat dan macam-macam obat yang toksik dan berbahaya.pptRoniAlfaqih2
 
PPT presentasi tentang ekshumasi stase forensik
PPT presentasi tentang ekshumasi stase forensikPPT presentasi tentang ekshumasi stase forensik
PPT presentasi tentang ekshumasi stase forensikSavitriIndrasari1
 
PERHITUNGAN_DAN_KATEGORI_STATUS_GIZI.ppt
PERHITUNGAN_DAN_KATEGORI_STATUS_GIZI.pptPERHITUNGAN_DAN_KATEGORI_STATUS_GIZI.ppt
PERHITUNGAN_DAN_KATEGORI_STATUS_GIZI.pptika291990
 
materi tentang sistem imun tubuh manusia
materi tentang sistem  imun tubuh manusiamateri tentang sistem  imun tubuh manusia
materi tentang sistem imun tubuh manusiastvitania08
 
PANDUAN TUGAS AKHIR SKRIPSI PRODI KEPERAWATAN ANESTESIOLOGI PROGRAM SARJANA T...
PANDUAN TUGAS AKHIR SKRIPSI PRODI KEPERAWATAN ANESTESIOLOGI PROGRAM SARJANA T...PANDUAN TUGAS AKHIR SKRIPSI PRODI KEPERAWATAN ANESTESIOLOGI PROGRAM SARJANA T...
PANDUAN TUGAS AKHIR SKRIPSI PRODI KEPERAWATAN ANESTESIOLOGI PROGRAM SARJANA T...AdekKhazelia
 
SWAMEDIKASI ALERGI PRODI SARJANA FARMASI.pdf
SWAMEDIKASI ALERGI PRODI SARJANA FARMASI.pdfSWAMEDIKASI ALERGI PRODI SARJANA FARMASI.pdf
SWAMEDIKASI ALERGI PRODI SARJANA FARMASI.pdfFatimaZalamatulInzan
 
PERAN PERAWAT DALAM MEMBERIKAN PELAYANAN KELOMPOK 4.ppt
PERAN PERAWAT DALAM MEMBERIKAN PELAYANAN KELOMPOK 4.pptPERAN PERAWAT DALAM MEMBERIKAN PELAYANAN KELOMPOK 4.ppt
PERAN PERAWAT DALAM MEMBERIKAN PELAYANAN KELOMPOK 4.pptbekamalayniasinta
 
Laporan Kasus - Tonsilitis Kronik Eksaserbasi Akut.pptx
Laporan Kasus - Tonsilitis Kronik Eksaserbasi Akut.pptxLaporan Kasus - Tonsilitis Kronik Eksaserbasi Akut.pptx
Laporan Kasus - Tonsilitis Kronik Eksaserbasi Akut.pptxkaiba5
 
anatomi fisiologi sistem penginderaan.ppt
anatomi fisiologi sistem penginderaan.pptanatomi fisiologi sistem penginderaan.ppt
anatomi fisiologi sistem penginderaan.pptRoniAlfaqih2
 
414325562-Ppt- Keperawatan GawatDarurat Trauma-Abdomen.pptx
414325562-Ppt- Keperawatan GawatDarurat Trauma-Abdomen.pptx414325562-Ppt- Keperawatan GawatDarurat Trauma-Abdomen.pptx
414325562-Ppt- Keperawatan GawatDarurat Trauma-Abdomen.pptxrachmatpawelloi
 

Recently uploaded (18)

MPI 3. Pengendalian Penyakit pada JH 2023 Kadar.pptx
MPI 3. Pengendalian Penyakit pada JH 2023 Kadar.pptxMPI 3. Pengendalian Penyakit pada JH 2023 Kadar.pptx
MPI 3. Pengendalian Penyakit pada JH 2023 Kadar.pptx
 
Strategi_Pengendalian_RisikoZSFADXSCFQ.pdf
Strategi_Pengendalian_RisikoZSFADXSCFQ.pdfStrategi_Pengendalian_RisikoZSFADXSCFQ.pdf
Strategi_Pengendalian_RisikoZSFADXSCFQ.pdf
 
Pelajaran Distosia Bahu pada persalinann
Pelajaran Distosia Bahu pada persalinannPelajaran Distosia Bahu pada persalinann
Pelajaran Distosia Bahu pada persalinann
 
SEDIAAN EMULSI : DEFINISI, TIPE EMULSI, JENIS EMULGATOR DAN CARA PEMBUATAN
SEDIAAN EMULSI : DEFINISI, TIPE EMULSI, JENIS EMULGATOR DAN CARA PEMBUATANSEDIAAN EMULSI : DEFINISI, TIPE EMULSI, JENIS EMULGATOR DAN CARA PEMBUATAN
SEDIAAN EMULSI : DEFINISI, TIPE EMULSI, JENIS EMULGATOR DAN CARA PEMBUATAN
 
PPT KONTRASEPSI KB HORMONAL DAN NON HORMONAL
PPT KONTRASEPSI KB HORMONAL DAN NON HORMONALPPT KONTRASEPSI KB HORMONAL DAN NON HORMONAL
PPT KONTRASEPSI KB HORMONAL DAN NON HORMONAL
 
penyuluhan terkait kanker payudara oleh mahasiswa k3s
penyuluhan terkait kanker payudara oleh mahasiswa k3spenyuluhan terkait kanker payudara oleh mahasiswa k3s
penyuluhan terkait kanker payudara oleh mahasiswa k3s
 
456720224-1-Antenatal Care-Terpadu-10-T-ppt.ppt
456720224-1-Antenatal Care-Terpadu-10-T-ppt.ppt456720224-1-Antenatal Care-Terpadu-10-T-ppt.ppt
456720224-1-Antenatal Care-Terpadu-10-T-ppt.ppt
 
konsep nutrisi pada pasien dengan gangguan kardiovaskuler.pptx
konsep nutrisi pada pasien dengan gangguan kardiovaskuler.pptxkonsep nutrisi pada pasien dengan gangguan kardiovaskuler.pptx
konsep nutrisi pada pasien dengan gangguan kardiovaskuler.pptx
 
Toksikologi obat dan macam-macam obat yang toksik dan berbahaya.ppt
Toksikologi obat dan macam-macam obat yang toksik dan berbahaya.pptToksikologi obat dan macam-macam obat yang toksik dan berbahaya.ppt
Toksikologi obat dan macam-macam obat yang toksik dan berbahaya.ppt
 
PPT presentasi tentang ekshumasi stase forensik
PPT presentasi tentang ekshumasi stase forensikPPT presentasi tentang ekshumasi stase forensik
PPT presentasi tentang ekshumasi stase forensik
 
PERHITUNGAN_DAN_KATEGORI_STATUS_GIZI.ppt
PERHITUNGAN_DAN_KATEGORI_STATUS_GIZI.pptPERHITUNGAN_DAN_KATEGORI_STATUS_GIZI.ppt
PERHITUNGAN_DAN_KATEGORI_STATUS_GIZI.ppt
 
materi tentang sistem imun tubuh manusia
materi tentang sistem  imun tubuh manusiamateri tentang sistem  imun tubuh manusia
materi tentang sistem imun tubuh manusia
 
PANDUAN TUGAS AKHIR SKRIPSI PRODI KEPERAWATAN ANESTESIOLOGI PROGRAM SARJANA T...
PANDUAN TUGAS AKHIR SKRIPSI PRODI KEPERAWATAN ANESTESIOLOGI PROGRAM SARJANA T...PANDUAN TUGAS AKHIR SKRIPSI PRODI KEPERAWATAN ANESTESIOLOGI PROGRAM SARJANA T...
PANDUAN TUGAS AKHIR SKRIPSI PRODI KEPERAWATAN ANESTESIOLOGI PROGRAM SARJANA T...
 
SWAMEDIKASI ALERGI PRODI SARJANA FARMASI.pdf
SWAMEDIKASI ALERGI PRODI SARJANA FARMASI.pdfSWAMEDIKASI ALERGI PRODI SARJANA FARMASI.pdf
SWAMEDIKASI ALERGI PRODI SARJANA FARMASI.pdf
 
PERAN PERAWAT DALAM MEMBERIKAN PELAYANAN KELOMPOK 4.ppt
PERAN PERAWAT DALAM MEMBERIKAN PELAYANAN KELOMPOK 4.pptPERAN PERAWAT DALAM MEMBERIKAN PELAYANAN KELOMPOK 4.ppt
PERAN PERAWAT DALAM MEMBERIKAN PELAYANAN KELOMPOK 4.ppt
 
Laporan Kasus - Tonsilitis Kronik Eksaserbasi Akut.pptx
Laporan Kasus - Tonsilitis Kronik Eksaserbasi Akut.pptxLaporan Kasus - Tonsilitis Kronik Eksaserbasi Akut.pptx
Laporan Kasus - Tonsilitis Kronik Eksaserbasi Akut.pptx
 
anatomi fisiologi sistem penginderaan.ppt
anatomi fisiologi sistem penginderaan.pptanatomi fisiologi sistem penginderaan.ppt
anatomi fisiologi sistem penginderaan.ppt
 
414325562-Ppt- Keperawatan GawatDarurat Trauma-Abdomen.pptx
414325562-Ppt- Keperawatan GawatDarurat Trauma-Abdomen.pptx414325562-Ppt- Keperawatan GawatDarurat Trauma-Abdomen.pptx
414325562-Ppt- Keperawatan GawatDarurat Trauma-Abdomen.pptx
 

Polimorf

  • 1. Sundani, et al. J. Sains Tek. Far., 12(1) 2007 Polimorfisme Diklofenak Natrium Sundani Nurono Soewandhi* , Azas Rulyaqien**, Reni Indardini*** *,**,*** Kelompok Keilmuan Farmasetika, Sekolah Farmasi ITB Diterima tanggal : 15 Januari 2007 disetujui : 27 Maret 2007 Abstract Active compound that have polymorphism, could have a tendency to crystallize into variously different forms and energetic level. The consequence is, it can show the polymorphic transformation that could influence its solubility, dissolution, stability, and bioavailability. Polymorphism of sodium diclofenac has been studies crystallographically, including crystal habits, crystal lattice distance, thermal content and its transformation. The Assay was carried out by polarization microscope, powder X-ray diffraction, differential scanning calorimetry (DSC), and scanning electron microscope (SEM). Treatments given to sodium diclofenac were heating at 50, 70 and 150 0 C for 1-3 hours, pulverizing in grinding mill at 100 rpm for 2 hours, and recrystallizing from its saturated solutions in ethanol, acetone, water : ethanol (1 : 1) and water : acetone (1 : 1) mixtures. Observation under polarization microscope, showed that crystal habits from saturated ethanol was monoclinic, acetone orthorhombic. Whilst from ethanol : water (1 : 1) and acetone : water (1 : 1) mixture were hexagonal. X-ray diffractogram of crystals that recrystallized from solvent showed different pattern than those of commercial product. All of samples produced by thermal treatment were mixture of form I and II and showed identical diffractogram, except the heating product at 150o C for 3 hours. Thermogram profile of sodium diclofenac without treatment showed three endothermic curves at 51.5, 69.8, and 285.3 0 C, indicating a possibility of presence of form II hydrate or co-crystal. Thermogram of product produced by both tribomechanic and thermal treatment ≤ 150o C for 1 hours, have two endothermic curves at 54,8 and 284,9 0 C. Endothermic curve at 69,8o C dissapeared as a consequence of the release of hydrate water from their molecules. Loses of hydrate water caused roughness of crystal surface that produced from recrystallization. Observed by SEM microphotograph. Whilst thermogram of heating product at 150o C for 3 hours only had one endothermic curve. This indicated that all forms were totally transformed to form I. Key words : sodium diclofenac, polymorphism, polarization microscope, powder X-ray diffraction, DSC, SEM Pendahuluan Senyawa aktif mungkin berubah menjadi polimorf yang berbeda, solvat (ko-kristal atau pseudo-poli- morfisme), desolvat atau amorf setelah mengalami proses teknologi farmasi seperti rekristalisasi, penggilingan, pengering bekuan, pengering semburan dan dispersi padat, yang tentu saja mengubah aktivitas farmasetiknya (Nongnuj, M., et.al., 2004). Oleh karena itu, industri farmasi memerlukan strategi untuk mengkarakterisasi polimorfik dan menghasilkan senyawa aktif dengan mutu yang konsisten (Yu, L., Reutzel, S.M., & Stephenson, G.A., 1998). Dengan demikian, sangat penting artinya untuk mempelajari perubahan yang dialami senyawa aktif melalui proses rekristalisasi dan perlakuan mekanik atau termik. Diklofenak natrium atau voltaren, voltarol atau orthophen adalah suatu turunan asam fenil asetat dengan nama kimia natrium 2-[2–( 2,6– diklorofenil ) aminofenil]–1–oksido–etanon atau natrium {0-[ (2,6 diklofenil) aminofenil}asetat. Diklofenak natrium mempunyai rumus molekul C14H10Cl2NO2Na dengan bobot molekul sebesar 318,3. Diklofenak natrium merupakan suatu turunan asam lemah dengan pKa 4,2 (Lund, W., 1994). Di dalam air natrium diklofenak akan melarut sebagai ion Na+ dan anion diklofenak. Struktur diklofenak natrium dapat dilihat pada Gambar 1. Gambar 1. Struktur kimia diklofenak natrium Diklofenak natrium memiliki jarak lebur antara 283 sampai 285 o C, berupa serbuk hablur berwarna
  • 2. Sundani, et al. J. Sains Tek. Far., 12(1) 2007 putih atau hampir putih yang higroskopik (Florey, K., 1976; Adeyeye, C.M. & Pui Kai Li, 1990,). Diklofenak natrium mudah larut dalam metanol dan etanol, agak sukar larut dalam air dan asam asetat glasial, praktis tidak larut dalam eter (The Soc. of Jap. Pharm. 2001). Diklofenak natrium merupakan senyawa NSAID (Nonsteroidal anti-inflammatory drug), aktif sebagai anti inflamasi yang diindikasikan untuk reumatoid artritis atau reumatoid lainnya. Diklofenak natrium diabsorbsi melalui saluran cerna dan mengalami metabolisme lintas awal di hati sebesar 40 – 50 %. Puncak konsentrasi plasma dicapai setelah 4 jam pemberian senyawa aktif salut enterik. Bentuk kristal asam diklofenak adalah monoklin jika direkristalisasi dari metanol yang diuapkan perlahan atau dari aseton (Castellari, C., Ottani, S., 1997). Bentuk lainnya adalah ortorhombus hasil rekristalisasi dari metanol panas yang diuapkan perlahan (Jaiboon, N.,Yos-in, K., Ruangchaithaweesook, S., Chaichit, N., 2001). Bentuk psudo-polimorfismenya adalah diklofenak natrium tetrahidrat (Fini, A., Garuti, M., Fazio, G., Alvarez-Fuentes, I., & Holgado, M.A., 2001) dan pentahidrat (Muangsin, N., Prajaubsook, M., Chaichit, N., Siritaedmukul, K. & Hannongbua, S., 2002). adalah sangat menarik untuk meneliti perubahan-perubahan polimorfi senyawa diklofenak akhir ini. Metode Penelitian Alat dan Bahan Alat Peralatan yang digunakan adalah peralatan gelas laboratorium, Buchner, penggiling (Reztech, Germany), Oven, Difraktometer Rigaku tipe Geiger Flex, DSC Perkin Elmer, mikroskop polarisasi Olympus ® B201, SEM Joel JSM 3630 LV). Bahan Bahan baku diklofenak natrium diperoleh dari PT. Kimia Farma Tbk Bandung dengan nomer batch HPL : 50308/ BB/ 05 kode : 1000203, air suling, etanol dan aseton. Rekristalisasi larutan jenuh dalam berbagai pelarut. Proses rekristalisasi dilakukan dengan melarutkan diklofenak natrium dalam pelarut etanol, aseton, campuran air : etanol (1:1) dan air : aseton (1:1) sampai keadaan jenuh. Larutan diklofenak natrium dihangatkan di atas tangas air sambil ditambahkan diklofenak natrium sedikit demi sedikit dan diaduk sampai tercapai kondisi jenuhnya. Larutan disaring dalam kondisi hangat menggunakan kertas saring. Filtrat yang diperoleh didinginkan dengan cepat pada suhu – 20 o C selama kurang lebih 20 menit atau hingga diperoleh kristal. Kristal yang diperoleh disaring melalui penyaring Buchner kemudian dikeringkan dalam oven pada suhu 37 – 40 °C selama 24 jam. Perlakuan mekanik Diklofenak natrium dihaluskan dengan menggunakan grindingmill (Reztech, Germany) kecepatan 100 putaran per menit (ppm) selama 2 jam. Perlakuan termik Serbuk diklofenak natrium dipanaskan pada suhu 50, 70, 150 o C selama 1-3 jam. Perlakuan yang sama juga dilakukan terhadap serbuk kristal hasil rekristalisasi dari etanol dan campuran aseton : air (1:1). Pemeriksaan habit kristal Kristal segar hasil rekristalisasi dalam berbagai pelarut di permukaan kaca objek diamati dibawah mikroskop polarisasi Olympus ® B201. Habit kristal yang terbentuk diamati melalui mikroskop polarisasi, direkam dengan menggunakan kamera digital Olympus 3.7 Mega-Pixel dengan pembesaran 15 kali. Pemeriksaan difraksi sinar X serbuk Bahan baku diklofenak natrium perdagangan, kristal yang diperoleh dari hasil rekristalisasi dan perlakuan baik mekanik maupun termik diuji menggunakan alat difraktrometer PXRD Rigaku tipe Geiger Flex pada skala sudut difraksi 2θ antara 5 sampai 50o dengan sumber CuKα, mengikuti metode pengukuran Savitzkey-Golay’s. Sejumlah sampel dimampatkan pada wadah sampel berupa bak kecil berukuran kurang lebih 5x8 cm, selanjutnya diletakkan dalam sample chamber. Alat dioperasikan pada voltase 40 KV, arus 30 mA dengan kecepatan pengukuran 4o per menit. Pemeriksaan dengan DSC Sampel bahan baku diklofenak natrium perdagangan, kristal yang diperoleh dari hasil rekristalisasi, perlakuan mekanik dan termik, masing-masing ditimbang seksama sebanyak 3 sampai 5 mg, dimasukkan ke dalam pinggan aluminium dan diperiksa menggunakan DSC Perkin Elmer dengan jarak pemanasan 25 sampai 340 °C dan kecepatan pemanasan 10 °C per menit. Pemeriksaan dengan Scanning Electron Microscope (SEM) Sejumlah sampel ditempelkan pada specimen holder dengan cara ditaburkan pada double sticky tape berdiameter 8 mm, bebas kotoran dan tidak berminyak. Pembersihan sampel pada spesimen
  • 3. Sundani, et al. J. Sains Tek. Far., 12(1) 2007 holder dilakukan dengan menggunakan hand blower. Sampel pada spesimen holder diberi lapisan tipis (coating) gold - paladium (Au 80 % dan Pd 20%). Proses coating dilakukan dengan menggunakan mesin Ion Sputter JFC – 1100 dengan spesifikasi tegangan 1,2 kV, arus listrik 6- 7,5 mA, dan tekanan 0,2 torr, selama waktu empat menit. Sampel hasil coating dimasukkan dalam specimen chamber pada mesin SEM (JSM- 6360LA). Sampel diamati pada CRM (TV) dan difokuskan ke area yang akan dipotret. Hasil dan Pembahasan Analisis habit kristal di bawah mikroskop polarisasi Berbagai jenis bahan pelarut yang digunakan memiliki harga Konstanta Dieletrikum (KD) berlainan. KDH2O 80,4; etanol 26,0; aseton 21,0; campuran etanol:air (1:1) 53,2 dan aseton:air (1:1) 50,5. Harga KD bahan pelarut menurun berturut- turut dari air, campuran etanol:air (1:1), campuran aseton :air (1:1), etanol dan aseton. Tingkat kepolaran bahan pelarutpun semakin rendah. Gambar 2. Habit diklofenak natrium hasil rekristalisasi dari pelarut etanol (Pembesaran : mikroskop 40X, kamera 15X) Gambar 3.) Habit diklofenak natrium hasil rekristalisasi dari pelarut aseton (Pembesaran : mikroskop 40X, kamera 15X Gambar 2 dan 3 menunjukkan habit diklofenak natrium yang berbeda. Etanol dengan harga KD > KD aseton menghasilkan kristal berbentuk segiempat panjang miring (monoklinik) dengan sudut yang sempurna. Bertambah rendahnya kepolaran bahan pelarut, habit kristal menyerupai belah ketupat (ortorhombus) dengan sudut tumpul. Ketumpulan sudut menunjukkan ketidaksempurna- an pertumbuhan kristal (diduga) pada bidang (111). Hal ini umumnya disebabkan tingginya tegangan permukaan pada bidang tersebut terhadap lingkungannya. Peningkatan harga KD bahan pelarut melalui penambahan air, menghasikan habit kristal yang cenderung mengikuti pola pengaruh pelarut aseton. Habit kristal campuran air-etanol menunjukkan ketidaksempurnaan pertumbuhan pada dua sudut yang berseberangan. Demikian pula halnya dengan habit kristal aseton-air. Habit tampak seolah-olah heksagonal tidak sempurna (Gambar 4 dan 5) dan cenderung mirip trapesium ganda. Gambar 4. Habit diklofenak natrium hasil rekristalisasi dari pelarut etanol : air (1:1) (Pembesaran : mikroskop 40X, kamera 15X) Gambar 5. Habit diklofenak natrium hasil rekristalisasi dari pelarut aseton : air (1:1) (Pembesaran : mikroskop 20X, kamera 15X)
  • 4. Sundani, et al. J. Sains Tek. Far., 12(1) 2007 jarak bidang kisi lebar (dhkl) atau sudut 2θ rendah (5-20o ). Juga terjadi munculnya interferensi baru pada 2 θ 12,5o dan hilangnya interferensi pada 2θ 13-15o . Hal ini menunjukkan adanya peningkatan kristalinitas, tingkat simetri senyawa dan terjadinya transformasi polimorfik. Gambar 6. Difraktogram diklofenak natrium perdagangan Gambar 7. Difraktogram diklofenak natrium perdagangan setelah dipanaskan 70o C Sebaliknya, perlakuan tribomekanik tidak mengubah pola difraksi sinar-X diklofenak natrium kecuali mereduksi intensitas interferensi sekitar 50%. Dengan demikian, proses milling hanya menyebabkan terjadinya peristiwa amorfisasi, tanpa disertai peristiwa transformasi polimorfik. Gambar 8. Diklofenak natrium hasil rekristalisasi dari pelarut etanol Difraktogram kristal produk rekristalisasi dari berbagai jenis bahan pelarut (ko-kristal) menunjukkan struktur internal yang identik (Gambar 8), namun berbeda dengan produk perdagangan. Produk rekristalisasi menunjukkan Interferensi tajam, sempit dengan intensitas relatif tinggi (3 kali lebih tinggi dari pada produk perdagangan). Hal ini mengindikasikan tingkat simetri yang lebih baik. Profil difraktogram seluruh ko-kristal akan berubah identik dengan difraktogram produk hasil pemanasan diklofenak natrium pada suhu 150o C 2 jam (Gambar 9). Jadi transformasi polimorfik diklofenak natrium akibat perlakuan mekanik (tribomekanik) dan termik dapat dirumuskan secara skematik sebagai berikut: Gambar 9. Diklofenak natrium perdagangan dan rekristalisasi etanol dipanaskan 150o C 2 jam Analisis Termogram DSC Diklofenak natrium adalah ko-kristal atau psudo- polimorf yang memiliki kandungan air kristal, yakni tetrahidrat (Fini, A., Garuti, M., Fazio, G., Alvarez-Fuentes, I., & Holgado, M.A., 2001) dan pentahidrat (Muangsin, N., Prajaubsook, M., Chaichit, N., Siritaedmukul, K. & Hannongbua, S., 2002). Pada seluruh sampel yang memiliki air kristal akan terjadi pembebasan air pada suhu sekitar 69,8-84,1o C, diindikasikan melalui kurva endotermik tumpul (Gambar 11 dan 12). Kurva endotermik tajam pada suhu sekitar 51-54o C mengindikasikan adanya transformasi polimorfik bentuk II menjadi I. Bentuk I melebur pada suhu sekitar 283,9-285,3o C sesuai data referensi. Leburan tersebut akan segera mengalami rekristalisasi dan selanjutnya teroksidasi pada suhu sekitar 296,7o C. Seluruh sampel penelitian menunjukkan peristiwa rekristalisasi dan oksidasi tersebut (Gambar 11 s/d 14). ***
  • 5. Sundani, et al. J. Sains Tek. Far., 12(1) 2007 Gambar 10. Skema transformasi polimorfik senyawa diklofenak natrium Gambar 11. Termogram natrium diklofenak perdagangan Gambar 12. Termogram natrium diklofenak hasilrekristalisasi dengan pelarut etanol Kurva endotermik yang mengindikasikan pembebasan air tidak lagi dijumpai baik pada diklofenak natrium hasil perlakuan mekanik maupun pemanasan suhu 150o C (Gambar 13 dan 14). Gambar 13. Termogram natrium diklofenak hasil rekristalisasi dengan pelarut aseton : air (1:1) setelah dipanaskan pada suhu 150 o C 1 jam Akibat kedua perlakuan tersebut, air kristal yang berada di dalam struktur kristal diklofenak natrium terbebaskan. Meskipun demikian, tingkat energi yang dilibatkan baik dalam perlakuan mekanik maupun termik < 100o C belum cukup untuk menyebabkan terjadinya transformasi polimorfik secara sempurna. Produk perlakuan masih menunjukkan adanya kurva endotermik pada suhu sekitar 57o C atau bahkan suhu 37,4o C untuk produk perlakuan termik, yang mengindikasikan masih adanya sisa bentuk II. Pemanasan pada suhu 150o C selama 3 jam mengubah produk perdagangan secara total menjadi bentuk I (Gambar 15). Sedangkan produk rekristalisasi dari etanol setelah dipanaskan 150o C 3 jam masih tetap merupakan Diklofenak natrium perdagangan (Bentuk II dan I ko- kristal) Campuran Bentuk I dan II Bentuk II ko-kristal Pemanasan suhu 150o C 3jam Pemanasan suhu 50, 70, 150o C selama 1 jam etanol aseton etanol:Air aseton:Air milling Bentuk I Pemanasan suhu 150o C 3 jam
  • 6. Sundani, et al. J. Sains Tek. Far., 12(1) 2007 campuran bentuk II dan I hanya tanpa air kristal (Gambar 16). Besar kecilnya entalpi kurva endotermik pertama mengindikasikan jumlah sisa bentuk II yang belum berubah menjadi I, baik akibat tribomekanik maupun termik. Hal ini terekam pada kurva endotermik pertama produk tribomekanik (Gambar 14) yang menunjukkan harga entalpi sebesar 92,0 J/g dibandingkan produk termik (Gambar 11) yang hanya 37,4 J/g. Gambar 14. Termogram natrium diklofenak setelah penghalusan dengan alat grindingmill Artinya, jumlah bentuk II yang belum mengalami transformasi menjadi I lebih besar daripada produk termik. Hal ini menunjukkan bahwa perlakuan yang diberikan kepada diklofenak natrium baik tribomekanik maupun pemanasan suhu ≤150o C selama 1 jam, belum sepenuhnya mampu mengubah bentuk II menjadi I. Transformasi polimorfik diklofenak natrium baru berlangsung pada pemanasan suhu 150o C selama 3 jam. Gambar 15. Termogram diklofenak na perdagangan hasil pemanasan 150o C selama 3 jam Gambar 16. Termogram diklofenak na produk rekristalisasi dari etanol setelah dipanaskan 150o C selama 3 jam Jika dilakukan separasi kurva endotermik pertama secara lebih rinci untuk membedakan antara peristiwa transformasi polimorfik dan pembebasan air, maka seluruh produk kristalisasi menunjukkan termogram seperti tampak pada Gambar 17 berikut. Suhu ( C) o 200157,511572,530 Perdagangan Etanol Etanol-Air (1:1) Aseton Aseton-Air (1:1) Gambar 17. Perbandingan termogram diklofenaknatrium perdagangan dan hasil rekristalisasi tanpa pemanasan.
  • 7. Sundani, et al. J. Sains Tek. Far., 12(1) 2007 Tanpa pemanasan Pemanasan 50 C o Pemanasan 70 C o Suhu ( C) o 30 72,5 115 157,5 200 Gambar 18. Perbandingan termogram diklofenak natrium perdagangan Tanpa pemanasan Pemanasan 50 C o Pemanasan 70 C o Suhu ( C) o 30 72,5 115 157,5 200 Gambar 19. Termogram DSC produk rekristalisasi dari aseton dan hasil pemanasannya Sedangkan Gambar 18 dan 19 masing-masing menunjukkan penurunan entalpi akibat pemanasan produk perdagangan dan rekristalisasi dari aseton pada suhu yang meninggi. Tampak bahwa semakin tinggi suhu, harga entalpi semakin menurun. Pada produk perdagangan, sebelum dipanaskan memiliki harga entalpi sebesar 21,8 J/g. Namun setelah dipanaskan 50o C menurun menjadi 11,7 J/g dan mencapai harga terendah 5,6 J/g setelah pemanasan pada suhu 70o C. Permukaan kristal diklofenak natrium hasil rekristalisasi berbagai pelarut (ko-kristal) menunjukkan kondisi yang halus dalam wujud polikristalin. Kondisi semacam ini disebabkan terjadinya agregasi kristal tunggal pada saat proses pertumbuhan kristal berlangsung. Tampak bahwa kristal yang diperoleh dari pelarut campur baik etanol:air maupun aseton:air memiliki tingkat kehalusan permukaan yang lebih tinggi dibandingkan pelarut tunggalnya. Hal ini diduga disebabkan karena jumlah molekul air yang terkandung di dalam kristal pelarut campur lebih tinggi dan dapat terdistribusi secara statistik di seluruh partikel. Kehalusan permukaan produk rekristalisasi tersebut akan berubah jika kristal dipanaskan 70o C. Analisis mikrofotograf (a )1 (a )2 (b )1 (b )2 (c )1 (c )2 (d )1 (d )2 Gambar 20. Mikrofotograf SEM kristal diklo- fenak natrium hasil rekristalisasi sebelum (1) dan sesudah (2) pemanasan 70 o C. Keterangan: Pelarut rekristalisasi (a) Etanol, (b) Etanol-Air (1:1), (c) Aseton, (d) Aseton- Air (1:1). Pada suhu tersebut, tidak hanya terjadi pembebasan sejumlah tertentu molekul-molekul air dari struktur kristal, akan tetapi juga terjadi transformasi polimorfik sebagian bentuk II menjadi I. Akibatnya, bentuk awal partikel tidak dapat dikenali lebih jauh. Disamping itu, pembebasan air dari permukaan ko-kristal meninggalkan jejak berupa sulur memanjang membentuk profil permukaan yang kasar (Gambar 20) Kesimpulan Kristal diklofenak natrium perdagangan adalah ko-kristal dengan sejumlah air kristal. Data termogram menunjukkan bahwa produk perdagangan merupakan campuran bentuk II (dominan) dan I, hidrat. Produk rekristalisasi menunjukkan pola difraksi sinar-X berbeda dengan produk perdagangan, yaitu bentuk II hidrat . Bentuk ini akan berubah menjadi campuran I dan II anhidrat jika diberi perlakuan tribomekanik atau termik. Diperlukan suhu yang lebih tinggi dan waktu lebih panjang untuk mengubah
  • 8. Sundani, et al. J. Sains Tek. Far., 12(1) 2007 campuran II dan I menjadi total bentuk I. Pemanasan pada suhu 150o C selama 3 jam, mampu mengubah produk perdagangan menjadi bentuk I. Meskipun belum mampu 100% mengubah produk rekristalisasi dari etanol. Perlakuan tribomekanik tidak mengubah produk perdagangan menjadi bentuk I akan tetapi membuatnya menjadi lebih amorf dan kehilangan air kristal. Sedangkan jumlah bentuk II yang mengalami transformasi menjadi I lebih banyak dihasilkan melalui perlakuan termik dibandingkan tribomekanik Pemanasan pada suhu 70o C, cukup membuat permukaan kristal menjadi kasar akibat pembebasan molekul air dari struktur molekulnya. Daftar Pustaka Adeyeye, C.M. and Pui Kai Li, 1990, Diclofenac Sodium, in: Analytical Profiles of Drug Substances, K. Florey (Ed.), vol. 19, Academic Press Inc., San Diego, 127, 134. Castellari, C., Ottani, S., 1997, Acta Cryst. C53, 794-797 Fini, A., Garuti, M., Fazio, G., Alvarez-Fuentes, I., & Holgado, M.A., 2001, Diclofenac salts. I. Fractal and thermal analysis of sodium and potassium diclofenac salts, J.Pharm. Sci., 90 (12), 2049-2057 Florey, K., 1976, Analytical Profiles of Drugs Compounds, vol. XIX, Academic Press, New York, 123 - 144. Jaiboon, N.,Yos-in, K., Ruangchaithaweesook, S., Chaichit, N., 2001, Anal. Sci. 17, 1465- 1466. Lund, W., 1994, The Pharmaceutical Codex, 12th ed, The Pharmaceutical Press, London, 835- 836. Muangsin, N., Prajaubsook, M., Chaichit, N., Siritaedmukul, K. & Hannongbua, S., 2002,Anal.Sci.18,967-968. Nongnuj, M., et.al., 2004, Structure determination of diclofenac in a diclofenac-containing chitosan matrix using conventional X-ray powder diffraction data, J.Appl.Cryst. 37, 288-284. Yu, L., Reutzel, S.M., & Stephenson, G.A., 1998, Pharm.Sci.Technol. Today, 1, 118-127.