SlideShare a Scribd company logo
1 of 16
Download to read offline
9
BAB II
TEORI HIP JOINT
2.1 Sambungan Tulang Pinggul (Hip Joint)
Sambungan tulang pinggul (hip joint) adalah sambungan tulang yang
terletak diantara pinggul dan pangkal tulang paha atas. Hip joint pada manusia
terdiri dari tiga bagian utama, yaitu: femur, femoral head, dan rounded socket [6].
Gambar 2.1. Hip joint Normal [6].
Di dalam hip joint yang normal (gambar 2.1) terdapat suatu jaringan lembut
dan tipis yang disebut dengan selaput synovial. Selaput ini membuat cairan yang
melumasi dan hampir menghilangkan efek gesekan di dalam hip joint. Permukaan
tulang juga mempunyai suatu lapisan tulang rawan (articular cartilage) yang
merupakan bantalan lembut dan memungkinkan tulang untuk bergerak bebas
dengan mudah. Lapisan ini mengeluarkan cairan yang melumasi dan mengurangi
gesekan di dalam hip joint.
Akibat gesekan dan gerak yang hampir terjadi setiap hari, maka articular
cartilage akan semakin melemah dan bisa menyebabkan arthritis seperti
ditunjukkan pada gambar 2.1. Selain menimbulkan rasa sakit, juga menyebabkan
gerakan hip joint menjadi tidak lancar, kadang-kadang berbunyi, dan bahkan
dapat menimbulkan pergeseran dari posisi normalnya. Selanjutnya, hip joint perlu
diganti dengan tulang pinggul buatan (artificial hip joint).
Pelvis
Rounded socket
Femoral Head
Femur
Smooth
Cartilage
10
2.2 Struktur Tulang Femur
Femur juga dikenal dengan tulang paha. Tulang tidak sepenuhnya
merupakan bagian yang solid atau padat. Tulang terdiri dari kortikal (tulang luar
atau juga dikenal dengan tulang kompak), kanselus (tulang bagian dalam dan juga
dikenal sebagai tulang spons), sumsum tulang, haversian kanal, osteocyte,
pembuluh darah dan periosteum. Struktur dari tulang sangatlah kompleks, hal ini
menyebabkan kompleksifitas sifat tulang. Oleh karena itu pemahaman mengenai
sifat tulang adalah penting untuk dipelajari untuk mendapatkan pemodelan yang
tepat dan mendekati keadaan sebenarnya. Gambar 2.2 menunjukkan struktur dari
tulang paha atau femur [7].
Gambar 2.2. Komposisi dari struktur tulang femur [7].
2.3 Gambaran Umum Tentang Hip Joint Replacement
Gangguan pada hip joint dapat berupa penyakit ataupun dari pengaruh usia
sehingga tulang keropos sehingga mengakibatkan sendi tersebut tidak mampu
bergerak sempurna. Pada hip joint normal, femoral head masih memiliki articular
cartilage yang baik, dimana masih mampu mengeluarkan cairan yang melumasi
dan mengurangi efek gesekan pada sambungan sendi.Pada gambar 2.3
memperlihatkan perbedaan dari hip joint pada keadaan normal dengan hip joint
yang telah terindikasi terjadinya arthritis.
11
Gambar 2.3. Perbandingan hip joint a. pada keadaan normal b. Hip arthritis [8].
Pada hip joint yang telah terindikasi arthritis, terlihat bahwa articular
cartilage pada femoral head telah berkurang. Hal inilah yang menyebabkan
terjadinya radang sendi sehingga akan menimbulkan rasa sakit atau
mengakibatkan pergerakan dari hip joint menjadi tidak lancar.
Gambar 2.4. Pemotongan tulang femur dan pemasangan hip joint prosthesis [33].
Pada gambar 2.4 memperlihatkan tentang proses penggantian sambungan
tulang pinggul dengan sambungan tulang pinggul tiruan (artificial hip prosthesis).
Sambungan tulang pinggul yang terindikasi arthritis, kemudian dilakukan
pemotongan pada tulang femur terutama di bagian sekitar femoral head. Setelah
pemotongan, kemudian bagian acetabulum akan dihaluskan untuk menempatkan
cup pada acetabulum. Hip joint prosthesis akan dipasang dengan cara menanam
femoral stem pada tulang femur.
a b
12
Gambar 2.5. Hip joint sebelum dan sesudah dilakukan hip joint replacement [33].
2.4 Komponen Tulang Pinggul Buatan (Artificial Hip Joint)
Gambar 2.6. Hip joint prosthesis [34].
Keterangan: A. Acetabular Shell
B. Acetabular Liner
C. Femoral Head
D. Femoral Stem
Komponen sambungan tulang pinggul buatan terdiri dari sistem acetabular
dan femoral. Dalam sistem acetabular terdiri dari komponen acetabular shell dan
acetabular liner, sedangkan pada sistem femoral terdiri dari komponen femoral
head dan femoral stem.
Acetabular
sebagai metal cup
bagian permukaan luar
mirip jarring-jaring) fungsinya adalah merangsang tulang agar tumbuh dan
merekat pada acetabular
tanam baut kedalam tulang pelvis secara permanen.
Acetabular
direkatkan/diikat menempel pada
implant pengganti bonggol tulang femur yang telah dinyatakan secara medis tidak
berfungsi lagi (rusak) oleh karena suatu sebab, baik karena penyakit atau se
lainnya.
Desain geometri
menggunakan bahan
(polymer on metal
menjadi lebih ringan dibandi
replacement yang dihasilkan oleh dalam negeri saat ini. Kombinasi ini telah teruji
memiliki ketahan terhadap keausan yang sebanding dengan kombinasi material
metal on metal.
Keterangan:
Femoral Stem
digunakan untuk menggantikan kepala
dibuang. Fungsi Femoral Stem
tabular Shell adalah bagian terluar dari total hip joint replacement
metal cup yang menempel pada acetabulum (bagian tulang dari
bagian permukaan luar acetabular shell terdapat porous (permukaan kasar yang
jaring) fungsinya adalah merangsang tulang agar tumbuh dan
acetabular shell secara alami, sebagai penguat acetabular
tanam baut kedalam tulang pelvis secara permanen.
Acetabular liner adalah untuk menopang femoral head
direkatkan/diikat menempel pada acetabular shell. Femoral head
pengganti bonggol tulang femur yang telah dinyatakan secara medis tidak
berfungsi lagi (rusak) oleh karena suatu sebab, baik karena penyakit atau se
Desain geometri acetabular liner untuk total hip joint replacement
menggunakan bahan Ultra High Molecular Weight Polyethylene
polymer on metal), memungkinkan konstruksi total hip joint replacement
menjadi lebih ringan dibandingkan dengan konstruksi metal on metal
yang dihasilkan oleh dalam negeri saat ini. Kombinasi ini telah teruji
memiliki ketahan terhadap keausan yang sebanding dengan kombinasi material
Gambar 2.7. Acetabular Cup [9].
A. Acetabular Shell.
B. Acetabular Sleeve (Bearing)
C. Femoral Head (Bearing)
Femoral Stem adalah komponen stem untuk total hip joint replacement
digunakan untuk menggantikan kepala femur yang rusak dan telah dipotong/
Femoral Stem memberikan dudukan pada femoral head
13
total hip joint replacement
(bagian tulang dari pelvis),
(permukaan kasar yang
jaring) fungsinya adalah merangsang tulang agar tumbuh dan
acetabular shell di
femoral head yang
Femoral head merupakan
pengganti bonggol tulang femur yang telah dinyatakan secara medis tidak
berfungsi lagi (rusak) oleh karena suatu sebab, baik karena penyakit atau sebab
hip joint replacement dengan
Ultra High Molecular Weight Polyethylene (UHMWPE)
hip joint replacement
metal on metal hip joint
yang dihasilkan oleh dalam negeri saat ini. Kombinasi ini telah teruji
memiliki ketahan terhadap keausan yang sebanding dengan kombinasi material
hip joint replacement yang
yang rusak dan telah dipotong/
femoral head yang
14
menggantikan fungsi kerja kepala femur yang telah hilang melalui proses operasi
medis.
Spesifikasi teknik: Alat ini terdiri atas femoral stem bagian atas tengah dan
bawah. Tiga komponen pada femoral stem ini dapat diatur sedemikian rupa
hingga dimungkinkan dapat mempermudah dokter selama proses operasi, karena
ruang gerak dalam rongga hip joint pemasangan selama operasi akan lebih leluasa
dibandingkan dengan komponen stem yang utuh, yaitu yang terdiri atas femoral
head dan stem yang menyatu dalam satu komponen utuh [9].
Gambar 2.8 Femoral Stem [9].
2.5 Perkembangan Penelitian Mengenai Artificial Hip Joint
2.5.1 Perkembangan Umum Mengenai Artificial Hip Joint
Kerusakan permanen pada sendi akibat proses pengapuran atau kecelakaan
memerlukan tindakan penggantian dengan sendi buatan. Dari data pasti
kebutuhan sendi buatan di Indonesia, jumlah rumah sakit yang mempersiapkan
penanganan operasi penggantian sendi dari tahun ke tahun semakin bertambah,
ini menunjukkan kebutuhan sendi buatan juga semakin bertambah dan sendi
buatan saat ini masih diimpor. Sebagai pembanding, jumlah operasi
penggantian sendi di Eropa adalah 540.000 kali per tahun, sedangkan di
Amerika 400.000 kali per tahun.
Sebagian besar proses desain dalam dunia ortopedi, seperti halnya pada
artificial hip joint didasarkan pada orang Kaukasian. Ukuran dan bentuk sama
15
sekali tidak sesuai dengan pasien dari Asia. Meski begitu ukuran yang lebih
kecil dari desain Kaukasian dapat juga digunakan, akan tetapi masalah
ketidakcocokan tetap berpengaruh. Masalah ketidaksesuaian telah
didokumentasikan terkait dengan penggunaan femoral stem yang tidak sesuai
dan menimbulkan komplikasi serius seperti retaknya tulang femur karena
proses penanaman batang stem pada tulang femur [9]. Masalah-masalah seperti
ini tidak akan terjadi jika desain implant atau artificial hip joint didasarkan
pada data morphometric dari proximal femur dari populasi tertentu dimana
implan tersebut akan digunakan.
Penelitian tentang sambungan tulang pinggul buatan yang menggunakan
dimensi orang Indonesia sampai saat ini belum pernah dilakukan. Salah satu
data yang diperlukan pada penelitian tersebut adalah dimensi dari femoral head
orang Indonesia. Data-data mengenai dimensi femoral head khusus untuk
orang Indonesia belum ada sampai sekarang, baik dalam jurnal, prosiding
maupun publikasi ilmiah lainnya. Berdasarkan survey yang dilakukan di
Rumah Sakit Orthopedi Solo pada tanggal 28 Oktober 2010 data tentang
ukuran femoral head belum ada. Sehingga pada penelitian ini digunakan
dimensi orang Thailand yang mempunyai karakteristik yang mirip dengan
orang Indonesia. Penelitian dilakukan sampai saat ini baik eksperimen, analitik
maupun pemodelan untuk mendapatkan artificial hip joint yang memiliki
desain dan fungsi yang semakin mendekati dengan sambungan tulang pinggul
yang asli.
Hingga saat ini para ilmuwan dan ahli bedah telah berusaha keras untuk
mendapatkan desain dan fixation terbaik antara femur dan artificial hip joint.
Sampai sekarang, ada dua metode yang digunakan untuk memasang artificial
hip joint, metode ini adalah cemented (dengan semen tulang) dan cementless
(tanpa semen tulang) total hip replacement (THR).
2.5.1.1 Cemented Total Hip Replacement
Pada metode pemasangan ini, semen tulang digunakan untuk
merekatkan artificial hip joint ke dalam tulang femur. Semen tulang tidak
16
berfungsi seperti lem, melainkan sebagai material pengisi. Hingga saat ini
material dari semen tulang yang banyak digunakan adalah
polymethylmethacrylate (PMMA), dimana diperkenalkan oleh Sir John
Chanrley pada awal tahun 1960.
Gambar 2.9 cemented THR [11].
2.5.1.2 Cementless Total Hip Replacement
Cementless THR, juga disebut dengan uncemented THR
diperkenalkan pada awal 1980. Metode THR ini berkembang karena pada
cemented THR memiliki kekurangan. Pertama, pengisian semen tulang
kedalam tulang femur selama operasi dapat menyebabkan gangguan pada
sirkulasi dan dapat menghalangi aliran darah. Kedua, semen tulang
membutuhkan rata-rata 10 menit untuk mengeraas. Dalam waktu ini, ada
kemungkinan artificial hip joint berubah posisi. Ketiga, semen tulang bisa
retak dan menyebabkan pergeseran dari implan [11]. Untuk cementless
artificial hip joint, permukaan dari sistem artificial hip joint dibuat kasar.
Hal ini untuk menghasilkan gesekan yang baik antara artificial hp joint
dan kortikal sehingga lebih dapat terpasang dengan stabil.
Pada metode ini juga terdapat kekurangan. Pertama, ketika artificial
hip joint terpasang pada tulang, substansi tulang akan terdorong sampai
17
sistem sirkulasi darah dan menghalangi sirkulasi darah. Femur dapat patah
selama operasi karena beban yang besar.
Gambar 2.10 cementless THR [11].
2.5.1.3 Hybrid Total Hip Replacement
Pada metode ini, menggabungkan antara metode cementeless dan
cemented THR. Kombinasi ini menghasilkan cementless acetabular cup
dengan femoral stem dipasang dengan menggunakan semen. Metode dapat
mengurangi kerusakan atau kegagalan stem dari 30-40% sampai 3-4%
[12].
2.5.2 Perkembangan mengenai Material Artificial Hip Joint
Biomaterial adalah penggunaan material yang memiliki kecenderungan
tidak bereaksi inert sebagai pengganti fungsi dari jaringan tubuh yang kontak
langsung dengan cairan tubuh. Disebut sebagai biomaterial yang ideal ketika
suatu bahan/material memiliki biokompatibilitas yang baik, sifat mekanik yang
baik dan proses manufaktur yang mudah. Properti yang paling penting
diperlukan oleh material adalah biokompatibilitas, hal ini dikarenakan adanya
hubungan dengan reaksi jaringan, perubahan dari sifat (mekanik, fisik dan
kimia) dan juga kemungkinan degradasi material. Ductility, toughness, creep,
dan wear resistance adalah properties mekanik yang diperlukan untuk
biomaterial sedangkan metode fabrikasi, konsistensi, tingkat kenyamanan dan
18
biaya produksi adalah karakter manufaktur yang pada akhirnya menentukan
pemilihan penggunaan bahan implant.
Biomaterial adalah substansi yang berasal dari alam atau sintetis yang
digunakan sebagai peralatan medis [13]. Pada umumnya, peranan biomaterial
adalah sebagai pengganti atau tambahan pada komponen biologik.
Biokompatibilitas dalam terminologi umum menjelaskan suatu keadaan
dimana tak terjadi interaksi yang berbahaya antara material asing atau peralatan
dengan tuan rumah biologis. Ada dua hal yang perlu mendapat pertimbangan:
(1) efek biomaterial pada tuan rumah biologis dan (2) efek dari sistem biologis
pada material. Terjadinya reaksi dari sistem tubuh terhadap material implant
ditentukan dari faktor bisa tidaknya material tersebut diterima dan memenuhi
fungsi pada tubuh. Biokompatibilitas merupakan sistem yang mencakup fisik,
kimia, biologis, medik dan aspek desain.
2.5.2.1 Material untuk aplikasi ortopedi
Pengaplikasian biomaterial pada penggunaan implan yang disebut
dengan osseointegration (osteosintesis) dibagi menjadi beberapa kelompok
yaitu metal, polimer, keramik dan komposit.
a. Metal
Metal memiliki cakupan yang luas dalam aplikasiannya, diantaranya
fixasi patah tulang, penggantian tulang, external spints, braces dan
traction apparatus. Modulus elastis dan titik luluh digabungkan dengan
keuletan metal membuat material jenis ini cocok untuk menopang beban
tanpa mengakibatkan deformasi. Tiga material yang biasa digunakan
adalah Titanium, Stainless Steel dan Paduan Cobalt-Chromium. Titanium
dan paduan Titanium memiliki kelebihan yaitu modulus elastisitas rendah
dan resistansi korosi tinggi, selain itu juga adanya lapisan oksida pada
Titanium memiliki pengaruh yang sangat signifikan terhadap
pengintegrasian metal ini pada jaringan tulang. Keuntungan dan kerugian
beberapa macam material implant prosthesis dijelaskan dalam tabel
berikut:
19
Tabel 2.1 Perbandingan Beberapa Material Implant Prostesis [35].
Implant Keuntungan Kerugian
Modular
Ti6A14V/
CoCrMo
(Porous)
 Lebih mudah untuk mencocokan dengan
pasien
 Memiliki kelebihan dibanding dengan
material lain
 Memiliki modulus yang rendah
 Penggunaan lapisan dapat dihindarkan
 Korosi celah pada bagian
sambungan
 Co, Cr, Mo merupakan unsur
beracun dirancang berdasar
kebutuhan operas
 Dibutuhkan waktu 2 minggu tanpa
pembebanan agar terjadi
pertumbuhan tulang
CoCrMo
(Smooth)
 Ketahanan penggunaan tinggi
 Memiliki toleransi pembedahan yang tinggi
 Bisa menyebabkan reaksi jaringan
 Co, Cr, Mo merupakan unsur
beracun memiliki modulus yang
tinggi
CoCrMo
(Porous)
 Memiliki ketahanan penggunaan yang tinggi
 Tidak diperlukan lapisan untuk membuatnya
menyatu dengan femur
 Co, Cr, Mo merupakan unsur
beracun
 Memiliki modulus yang tinggi
 Dibutuhkan waktu 2 minggu tanpa
pembebanan agar terjadi
pertumbuhan tulang
Ti6A14V
(Porous)
 Tidak diperlukan lapisan untuk membuatnya
menyatu dengan femur
 Memiliki modulus yang rendah
 toxicity sangat rendah
 Memiliki ketahanan penggunaan
yang rendah
 Dibutuhkan waktu 2 minggu tanpa
pembebanan agar terjadi
pertumbuhan tulang
Ti6A14V
(Smooth)
 Memiliki toleransi pembedahan yang lebih
besar
 Toxicity sangat rendah
 Memiliki ketahanan penggunaan
yang rendah kemungkinan adanya
reaksi jaringan
316L Stainless
Steel (Smooth)
 Harga murah mudah untuk diproduksi
 Toleransi pembedahan besar
 Banyak penelitian mendalam tentang
specimen ini
 Korosif
 Mudah mengalami retak lelah
 Modulus sangat tinggi
 Memungkinkan adanya reaksi
jaringan
Perlu diperhatikan dalam penggunaan metal sebagai implan ada
beberapa unsur yang sangat dihindari penggunaannya apabila kadarnya
20
melebihi ambang batas dikarenakan unsur tersebut beracun terhadap
tubuh. Adapun unsur-unsur tersebut adalah:
Tabel 2.2 Batas Toxicity CCR50
[14].
Fe Mn Co Ni Cr V
CCR50 (µg ml-1
) 59 15 3,5 1,1 0,006 0,003
Nilai CCR50 ini didefinisikan sebagai kosentrasi dari substrat sel
hidup yang mengalami reduksi hingga 50% ketika diuji dengan unsur-
unsur diatas [14].
b. Polimer
Polimer adalah rangkaian panjang dari material dengan berat molekul
tinggi yang terdiri dari pengulangan unit monomer. Polimer memiliki sifat
fisik yang mendekati jaringan halus, oleh karena itu polimer banyak
digunakan untuk menggantikan kulit, tendon, tulang rawan, pembuluh
darah dll. Polimer mengalami degradasi pada lingkungan tubuh
dikarenakan faktor biokimia dan mekanik. Hal ini menyebabkan adanya
serangan ion, pembentukan ion hidroksil dan terlarutnya oksigen sehingga
terjadi iritasi pada jaringan dan menurunnya properti mekanik.
c. Keramik
Keramik adalah senyawa inorganik yang dalam biomaterial
diklasifikasikan menjadi 5 kategori berdasarkan karakter makroskopis
permukaan ataupun stabilitas kimia pada lingkungan tubuh yaitu: karbon,
alumina, zirconia, keramik gelas dan kalsium fosfat. Keterbatasan dari
keramik adalah kekuatan tarik dan ketangguhan akan patah yang rendah
sehingga aplikasinya terbatas. Hasil dari tes ex-vivo mengindikasikan
bahwa keramik gagal berikatan karena lemahnya jaringan yang terbantuk
pada sistem [14].
21
2.6 Geometri dari Sistem Femoral Stem
2.6.1 Femoral Head
Geometri dari femoral stem sangat dipengaruhi dengan dimensi dari tulang
femur dan tulang pelvis dimana pada tulang pelvis terdapat sistem acetabular
yang akan ditopang oleh femoral stem. Ukuran dari tulang femur akan
menentukan besar kecilnya desain stem yang akan dibuat. Diameter dan
panjang stem yang tidak sesuai akan menyebabkan masalah, seperti: patah atau
retaknya tulang femur pada saat proses penanaman stem kedalam tulang femur,
stem yang terlalu besar juga dapat mendesak sirkulasi daarah dan dapat
menghalangi aliran darah [7].
Mishra, A.K., (2009) telah meneliti dimensi dari bone femoral head untuk
masyarakat Nepal. Pada penelitian tersebut telah dikembangkan penentuan
diameter bone femoral head untuk jenis kelamin laki-laki dan perempuan.
Hasil penelitiannya menunjukkan adanya perbedaan antara ukuran diameter
dari keduanya. Diameter femoral head bone laki-laki lebih besar dari ukuran
diameter perempuan. Hal lain yang bisa didapat dari penelitian tersebut adalah
adanya perbandingan hasilnya dengan diameter femoral head orang barat dan
orang asia yang menunjukkan ukuran diameter orang asia lebih kecil
dibandingkan dengan ukuran orang barat [15]. Hasil secara lengkap dapat
dilihat pada Tabel 2.3.
Tabel 2.3 dimensi untuk masing-masing parameter sistem hip joint [15].
Dimension
(n=50)
Average
(mm)
Minimum
(mm)
Maximum
(mm)
Standard
deviation
Femoral head diameter 42.9 35 48 3.53
Femoral neck diameter
(superinferior)
.Subcapital
33.28 25 41 3.22
.Transcervical 30.52 22 38 3.48
.Basal 39.48 25 48 4.80
Femoral shaft diameter 40.18 31 49 4.24
22
.Just above LT
.Just below LT 30.12 24 37 2.87
.7,5 cm below LT 25.50 20 35 29.7
Dari dimensi yang ada maka dapat didesain sebuah femoral stem yang
sesuai. Pada desain femoral stem yang ideal terdapat jarak 4 mm antara stem
yang masuk kedalam tulang femur dengan bagian terluar tulang femur [14].
Dengan memakai dimensi dan properti material yang sesuai akan dihasilkan
simulasi yang mendekati keadaan sebenarnya.
Gambar 2.11. Jarak femoral stem dengan tulang terluar [14].
2.6.2 Penggambaran model Femoral Stem
Dalam penelitian ini penulis menggunakan software Solidwork 2010 untuk
proses desain dan analisa. Perbedaan dari desain terletak pada bagian cross
section masing-masing desain.
2.7 Kegagalan pada Sambungan Tulang Pinggul Buatan
Dari perancangan desain sambungan tulang pinggul buatan direncanakan
bahwa desain ini akan dapat bertahan rata-rata selama 20 tahun. Tetapi tidak
sedikit dari pasien yang dalam beberapa tahun penggunaan sudah merasakan hal
yang tidak normal pada sambungan tulang pinggul buatan ini. Berbagai aspek
yang dapat mempengaruhi lamanya umur pemakaian sambungan tulang pinggul
buatan. Kegagalan yang sering terjadi disebabkan oleh dua aspek yaitu aspek
medis dan aspek tribologi.
4 mm
23
Aspek medis yang banyak menyebabkan kegagalan sistem sambungan
tulang pinggul buatan antara lain:
a. Alergi
Daya tahan dan kekebalan tubuh manusia berbeda-beda. Dalam
pemasangan sambungan tulang pinggul buatan harus juga diperhatikan efek
dari material penyusun terhadap tubuh pasien.
b. Infeksi
Dalam penanaman sambungan tulanng pinggul sangatlah penting
menjaga kehigienisan baik pada alat yang digunakan maupun sambungan
tulang pinggul buatan itu sendiri. Infeksi karena kuman maupun bakteri
akan mempercepat kegagalan penanaman sambungan tulang pinggul buatan.
c. Kesalahan pemasangan
Penanaman sambungan tulang pinggul buatan dibutuhkan ketelitian
pemasangan yang sangat ekstra. Kesalahan posisi pemasangan akan
semakin membuat keausan yang lebih cepat atau mengurangi kestabilan
sistem.
Sedangkan aspek tribologi yang ada antara lain:
a. Wear
Wear resistance yang tinggi akan lebih baik digunakan daripada wear
resistance yang rendah. Wear akan mempercepat keausan dari head maupun
cup. Keausan ini akan menyebabkan ketidakstabilan sistem yang
memungkinkan terlepasnya head dari cup. Wear sangat dipengaruhi oleh
desain geometri maupun materialnya.
b. Load
Load atau pembebanan dari tubuh akan mempengaruhi kekuatan
system artificial hip joint. Femoral stem akan patah atau berubah bentuk
jika pembebanan yang diberikan melebihi yield strength dari material
femoral stem. Von Mises yang terukur dari hasil analisa akan menunjukkan
distribusi tegangan dari femoral stem.
24
c. Friction
Friction yang tinggi akan menyebabkan cepatnya keausan pada ball
bearing. Seperti halnya wear, friction yang tinggi juga menyebabkan
ketidakstabilan sistem. Desain geometri dan material sangat berpengaruh
terhadap friction. Radial clearance antara head dan cup akan menentukan
maksimal atau tidaknya lubrikasi yang bekerja untuk mengurangi friksi ini.
d. Tekanan kontak
Tekanan kontak akan sangat berpengaruh pada lama tidaknya umur
dari sambungan tulang pinggul buatan. Distribusi tekanan kontak yang
terkonsentrasi akan mempercepat keausan dari permukaan kontak.
Perancangan desain dan material menentukan besar kecilnya tekanan kontak
maksimum dan distribusi tekanan kontaknya.

More Related Content

What's hot

Ppt kelainan alat gerak dan teknologi
Ppt kelainan alat gerak dan teknologiPpt kelainan alat gerak dan teknologi
Ppt kelainan alat gerak dan teknologiLydia Nurkumalawati
 
Biologi ~ Gangguan dan Penyakit pada Sistem Gerak
Biologi ~ Gangguan dan Penyakit pada Sistem Gerak Biologi ~ Gangguan dan Penyakit pada Sistem Gerak
Biologi ~ Gangguan dan Penyakit pada Sistem Gerak Mulia Fathan
 
3. fisiologi sistem muskulo skeletal
3. fisiologi sistem muskulo skeletal3. fisiologi sistem muskulo skeletal
3. fisiologi sistem muskulo skeletaltarmizitaher
 
Musculoskeletal - sistem gerak tulang sendi dan otot
Musculoskeletal - sistem gerak tulang sendi dan ototMusculoskeletal - sistem gerak tulang sendi dan otot
Musculoskeletal - sistem gerak tulang sendi dan ototsiakadurban
 
8 2. Gerak pada Manusia
8 2. Gerak pada Manusia8 2. Gerak pada Manusia
8 2. Gerak pada ManusiaAlfie Kesturi
 
Sistem muskuloskeletal (jenuarista, wafa)
Sistem muskuloskeletal (jenuarista, wafa)Sistem muskuloskeletal (jenuarista, wafa)
Sistem muskuloskeletal (jenuarista, wafa)stikesby kebidanan
 
Bahan ajar sistem muskuloskeletal
Bahan ajar sistem muskuloskeletalBahan ajar sistem muskuloskeletal
Bahan ajar sistem muskuloskeletalTitha Masyitah
 
Bab 4 Sistem Gerak
Bab 4 Sistem GerakBab 4 Sistem Gerak
Bab 4 Sistem Gerakjesika01
 
Pengantar anatomi histologi sistem muskuloskeletal
Pengantar anatomi histologi sistem muskuloskeletalPengantar anatomi histologi sistem muskuloskeletal
Pengantar anatomi histologi sistem muskuloskeletalAlfin Rifqi Febrian
 
Sistem gerak pada manusia materi smp n 1 susu
Sistem gerak pada manusia materi smp n 1 susuSistem gerak pada manusia materi smp n 1 susu
Sistem gerak pada manusia materi smp n 1 susuardianppsbiologi
 
Anatomi rangka (aksial dan apendikular)
Anatomi rangka (aksial dan apendikular)Anatomi rangka (aksial dan apendikular)
Anatomi rangka (aksial dan apendikular)Sulistia Rini
 
Ipa8 kd1-sistem gerak manusia
Ipa8 kd1-sistem gerak manusiaIpa8 kd1-sistem gerak manusia
Ipa8 kd1-sistem gerak manusiaSMPK Stella Maris
 

What's hot (20)

Ppt kelainan alat gerak dan teknologi
Ppt kelainan alat gerak dan teknologiPpt kelainan alat gerak dan teknologi
Ppt kelainan alat gerak dan teknologi
 
Jenis dan fungsi tulang
Jenis dan fungsi tulangJenis dan fungsi tulang
Jenis dan fungsi tulang
 
Biologi ~ Gangguan dan Penyakit pada Sistem Gerak
Biologi ~ Gangguan dan Penyakit pada Sistem Gerak Biologi ~ Gangguan dan Penyakit pada Sistem Gerak
Biologi ~ Gangguan dan Penyakit pada Sistem Gerak
 
3. fisiologi sistem muskulo skeletal
3. fisiologi sistem muskulo skeletal3. fisiologi sistem muskulo skeletal
3. fisiologi sistem muskulo skeletal
 
Musculoskeletal - sistem gerak tulang sendi dan otot
Musculoskeletal - sistem gerak tulang sendi dan ototMusculoskeletal - sistem gerak tulang sendi dan otot
Musculoskeletal - sistem gerak tulang sendi dan otot
 
8 2. Gerak pada Manusia
8 2. Gerak pada Manusia8 2. Gerak pada Manusia
8 2. Gerak pada Manusia
 
Patologi muskuloskeletal
Patologi muskuloskeletalPatologi muskuloskeletal
Patologi muskuloskeletal
 
Sistem muskuloskeletal (jenuarista, wafa)
Sistem muskuloskeletal (jenuarista, wafa)Sistem muskuloskeletal (jenuarista, wafa)
Sistem muskuloskeletal (jenuarista, wafa)
 
Bahan ajar sistem muskuloskeletal
Bahan ajar sistem muskuloskeletalBahan ajar sistem muskuloskeletal
Bahan ajar sistem muskuloskeletal
 
Bab 3 Sistem Gerak
Bab 3  Sistem  GerakBab 3  Sistem  Gerak
Bab 3 Sistem Gerak
 
Sistem gerak pada manusia
Sistem gerak pada manusiaSistem gerak pada manusia
Sistem gerak pada manusia
 
Bab 4 Sistem Gerak
Bab 4 Sistem GerakBab 4 Sistem Gerak
Bab 4 Sistem Gerak
 
Pengantar anatomi histologi sistem muskuloskeletal
Pengantar anatomi histologi sistem muskuloskeletalPengantar anatomi histologi sistem muskuloskeletal
Pengantar anatomi histologi sistem muskuloskeletal
 
Sistem gerak pada manusia materi smp n 1 susu
Sistem gerak pada manusia materi smp n 1 susuSistem gerak pada manusia materi smp n 1 susu
Sistem gerak pada manusia materi smp n 1 susu
 
Rangka manusia
Rangka manusiaRangka manusia
Rangka manusia
 
Anatomi rangka (aksial dan apendikular)
Anatomi rangka (aksial dan apendikular)Anatomi rangka (aksial dan apendikular)
Anatomi rangka (aksial dan apendikular)
 
Ipa8 kd1-sistem gerak manusia
Ipa8 kd1-sistem gerak manusiaIpa8 kd1-sistem gerak manusia
Ipa8 kd1-sistem gerak manusia
 
Dislokasi AKPER PEMKAB MUNA
Dislokasi  AKPER PEMKAB MUNA Dislokasi  AKPER PEMKAB MUNA
Dislokasi AKPER PEMKAB MUNA
 
Sistem gerak
Sistem gerakSistem gerak
Sistem gerak
 
Power Point Gerak
Power Point GerakPower Point Gerak
Power Point Gerak
 

Similar to Bab ii -_teori_hip_joint

Buku xi bab 3 (Sistem Gerak)
Buku xi bab 3 (Sistem Gerak)Buku xi bab 3 (Sistem Gerak)
Buku xi bab 3 (Sistem Gerak)Muhamad Toha
 
Bab 3 sistem gerak manusia smansa
Bab 3 sistem gerak manusia smansaBab 3 sistem gerak manusia smansa
Bab 3 sistem gerak manusia smansanindyaaypra
 
Bahan Ajar Sistem Gerak pada Manusia
Bahan Ajar Sistem Gerak pada ManusiaBahan Ajar Sistem Gerak pada Manusia
Bahan Ajar Sistem Gerak pada ManusiaArinta Winsi
 
PPT SISTEM RANGKA.ppt
PPT SISTEM RANGKA.pptPPT SISTEM RANGKA.ppt
PPT SISTEM RANGKA.pptMissnaaa
 
Sistem gerak pada manusia
Sistem gerak pada manusia Sistem gerak pada manusia
Sistem gerak pada manusia fgermany
 
Presentasi Knee Disorders.pptx
Presentasi Knee Disorders.pptxPresentasi Knee Disorders.pptx
Presentasi Knee Disorders.pptxYayangMinansal
 
Makalah sistem muscular dan skeleton
Makalah sistem muscular dan skeletonMakalah sistem muscular dan skeleton
Makalah sistem muscular dan skeletonIRNANDASUSANTI
 
Sistem Gerak Pada Manusia
Sistem Gerak Pada ManusiaSistem Gerak Pada Manusia
Sistem Gerak Pada ManusiaRia Astariyan
 
Sistema skeletal dan sendi
Sistema skeletal dan sendiSistema skeletal dan sendi
Sistema skeletal dan sendiTotoSiswantoro
 
SISTEM GERAK MANUSIA.pptx
SISTEM GERAK MANUSIA.pptxSISTEM GERAK MANUSIA.pptx
SISTEM GERAK MANUSIA.pptxHaifaAzizzah
 
Rancangan lks nola riska dewi juga (1)
Rancangan lks nola riska dewi juga (1)Rancangan lks nola riska dewi juga (1)
Rancangan lks nola riska dewi juga (1)Poetra Chebhungsu
 
Sistem gerak manusia
Sistem gerak manusiaSistem gerak manusia
Sistem gerak manusiaAthiyyah Yaa
 

Similar to Bab ii -_teori_hip_joint (20)

Buku xi bab 3 (Sistem Gerak)
Buku xi bab 3 (Sistem Gerak)Buku xi bab 3 (Sistem Gerak)
Buku xi bab 3 (Sistem Gerak)
 
Materi biologi x ppt bab 4 fix
Materi biologi x ppt bab 4 fixMateri biologi x ppt bab 4 fix
Materi biologi x ppt bab 4 fix
 
ppt BAB 4 Sistem gerak.pptx
ppt BAB 4  Sistem gerak.pptxppt BAB 4  Sistem gerak.pptx
ppt BAB 4 Sistem gerak.pptx
 
Bab 3 sistem gerak manusia smansa
Bab 3 sistem gerak manusia smansaBab 3 sistem gerak manusia smansa
Bab 3 sistem gerak manusia smansa
 
Bahan Ajar Sistem Gerak pada Manusia
Bahan Ajar Sistem Gerak pada ManusiaBahan Ajar Sistem Gerak pada Manusia
Bahan Ajar Sistem Gerak pada Manusia
 
PPT SISTEM RANGKA.ppt
PPT SISTEM RANGKA.pptPPT SISTEM RANGKA.ppt
PPT SISTEM RANGKA.ppt
 
Buku xi bab 3
Buku xi bab 3Buku xi bab 3
Buku xi bab 3
 
Sistem gerak pada manusia
Sistem gerak pada manusia Sistem gerak pada manusia
Sistem gerak pada manusia
 
Biologi 2
Biologi 2Biologi 2
Biologi 2
 
Tugas biologi
Tugas biologiTugas biologi
Tugas biologi
 
Presentasi Knee Disorders.pptx
Presentasi Knee Disorders.pptxPresentasi Knee Disorders.pptx
Presentasi Knee Disorders.pptx
 
Makalah sistem muscular dan skeleton
Makalah sistem muscular dan skeletonMakalah sistem muscular dan skeleton
Makalah sistem muscular dan skeleton
 
Sistem Gerak
Sistem GerakSistem Gerak
Sistem Gerak
 
Muskuloskletal
MuskuloskletalMuskuloskletal
Muskuloskletal
 
Sistem Gerak Pada Manusia
Sistem Gerak Pada ManusiaSistem Gerak Pada Manusia
Sistem Gerak Pada Manusia
 
Sistema skeletal dan sendi
Sistema skeletal dan sendiSistema skeletal dan sendi
Sistema skeletal dan sendi
 
SISTEM GERAK MANUSIA.pptx
SISTEM GERAK MANUSIA.pptxSISTEM GERAK MANUSIA.pptx
SISTEM GERAK MANUSIA.pptx
 
Rancangan lks nola riska dewi juga (1)
Rancangan lks nola riska dewi juga (1)Rancangan lks nola riska dewi juga (1)
Rancangan lks nola riska dewi juga (1)
 
Gerak ary
Gerak aryGerak ary
Gerak ary
 
Sistem gerak manusia
Sistem gerak manusiaSistem gerak manusia
Sistem gerak manusia
 

Recently uploaded

Bukti Tindak Lanjut Mitigasi Risiko.docx
Bukti Tindak Lanjut Mitigasi Risiko.docxBukti Tindak Lanjut Mitigasi Risiko.docx
Bukti Tindak Lanjut Mitigasi Risiko.docxNurAriFelani
 
Case Report Peritonitis Generalisata ec App Perforasi
Case Report Peritonitis Generalisata ec App PerforasiCase Report Peritonitis Generalisata ec App Perforasi
Case Report Peritonitis Generalisata ec App PerforasiAbigailMadeline1
 
jenis patogen bakteri jamur kapang dan mikroorganisme.ppt
jenis patogen bakteri jamur kapang dan mikroorganisme.pptjenis patogen bakteri jamur kapang dan mikroorganisme.ppt
jenis patogen bakteri jamur kapang dan mikroorganisme.pptPutriIndrastianingru
 
Pertussis (Whooping Cough) Health Education
Pertussis  (Whooping Cough) Health EducationPertussis  (Whooping Cough) Health Education
Pertussis (Whooping Cough) Health Educationnurazizahd2207
 
PPT_KESELAMATAN_PASIEN [patient safety).pptx
PPT_KESELAMATAN_PASIEN [patient safety).pptxPPT_KESELAMATAN_PASIEN [patient safety).pptx
PPT_KESELAMATAN_PASIEN [patient safety).pptxtommynainggolan89
 
ppt-mpasi pada balita umur 6 - 24 bulan.pptx
ppt-mpasi pada balita umur 6 - 24 bulan.pptxppt-mpasi pada balita umur 6 - 24 bulan.pptx
ppt-mpasi pada balita umur 6 - 24 bulan.pptxEldaritaFitri
 
pelayanan ILP DI POSYANDU dan IMUNISASI.pptx
pelayanan  ILP DI POSYANDU dan IMUNISASI.pptxpelayanan  ILP DI POSYANDU dan IMUNISASI.pptx
pelayanan ILP DI POSYANDU dan IMUNISASI.pptxRUANGANIBUDANKB
 
PPT KELOMPOK A3 HIPERKES KESELAMATAN KERJA FIX.pptx
PPT KELOMPOK A3 HIPERKES KESELAMATAN KERJA FIX.pptxPPT KELOMPOK A3 HIPERKES KESELAMATAN KERJA FIX.pptx
PPT KELOMPOK A3 HIPERKES KESELAMATAN KERJA FIX.pptxSalwaAplikasi
 
PPT Integrasi Layanan Primer PLANTUNGAN.pptx
PPT Integrasi Layanan Primer PLANTUNGAN.pptxPPT Integrasi Layanan Primer PLANTUNGAN.pptx
PPT Integrasi Layanan Primer PLANTUNGAN.pptxgunadarmabarra
 
Konsep Dasar keperawatan Jiwa Iskandar -Tarakan.pptx
Konsep Dasar keperawatan Jiwa Iskandar -Tarakan.pptxKonsep Dasar keperawatan Jiwa Iskandar -Tarakan.pptx
Konsep Dasar keperawatan Jiwa Iskandar -Tarakan.pptxiskandar764994
 

Recently uploaded (11)

Bukti Tindak Lanjut Mitigasi Risiko.docx
Bukti Tindak Lanjut Mitigasi Risiko.docxBukti Tindak Lanjut Mitigasi Risiko.docx
Bukti Tindak Lanjut Mitigasi Risiko.docx
 
OBAT ABORSI SEMARANG 08561234742 OBAT PENGGUGUR KANDUNGAN 08561234742
OBAT ABORSI SEMARANG 08561234742 OBAT PENGGUGUR KANDUNGAN 08561234742OBAT ABORSI SEMARANG 08561234742 OBAT PENGGUGUR KANDUNGAN 08561234742
OBAT ABORSI SEMARANG 08561234742 OBAT PENGGUGUR KANDUNGAN 08561234742
 
Case Report Peritonitis Generalisata ec App Perforasi
Case Report Peritonitis Generalisata ec App PerforasiCase Report Peritonitis Generalisata ec App Perforasi
Case Report Peritonitis Generalisata ec App Perforasi
 
jenis patogen bakteri jamur kapang dan mikroorganisme.ppt
jenis patogen bakteri jamur kapang dan mikroorganisme.pptjenis patogen bakteri jamur kapang dan mikroorganisme.ppt
jenis patogen bakteri jamur kapang dan mikroorganisme.ppt
 
Pertussis (Whooping Cough) Health Education
Pertussis  (Whooping Cough) Health EducationPertussis  (Whooping Cough) Health Education
Pertussis (Whooping Cough) Health Education
 
PPT_KESELAMATAN_PASIEN [patient safety).pptx
PPT_KESELAMATAN_PASIEN [patient safety).pptxPPT_KESELAMATAN_PASIEN [patient safety).pptx
PPT_KESELAMATAN_PASIEN [patient safety).pptx
 
ppt-mpasi pada balita umur 6 - 24 bulan.pptx
ppt-mpasi pada balita umur 6 - 24 bulan.pptxppt-mpasi pada balita umur 6 - 24 bulan.pptx
ppt-mpasi pada balita umur 6 - 24 bulan.pptx
 
pelayanan ILP DI POSYANDU dan IMUNISASI.pptx
pelayanan  ILP DI POSYANDU dan IMUNISASI.pptxpelayanan  ILP DI POSYANDU dan IMUNISASI.pptx
pelayanan ILP DI POSYANDU dan IMUNISASI.pptx
 
PPT KELOMPOK A3 HIPERKES KESELAMATAN KERJA FIX.pptx
PPT KELOMPOK A3 HIPERKES KESELAMATAN KERJA FIX.pptxPPT KELOMPOK A3 HIPERKES KESELAMATAN KERJA FIX.pptx
PPT KELOMPOK A3 HIPERKES KESELAMATAN KERJA FIX.pptx
 
PPT Integrasi Layanan Primer PLANTUNGAN.pptx
PPT Integrasi Layanan Primer PLANTUNGAN.pptxPPT Integrasi Layanan Primer PLANTUNGAN.pptx
PPT Integrasi Layanan Primer PLANTUNGAN.pptx
 
Konsep Dasar keperawatan Jiwa Iskandar -Tarakan.pptx
Konsep Dasar keperawatan Jiwa Iskandar -Tarakan.pptxKonsep Dasar keperawatan Jiwa Iskandar -Tarakan.pptx
Konsep Dasar keperawatan Jiwa Iskandar -Tarakan.pptx
 

Bab ii -_teori_hip_joint

  • 1. 9 BAB II TEORI HIP JOINT 2.1 Sambungan Tulang Pinggul (Hip Joint) Sambungan tulang pinggul (hip joint) adalah sambungan tulang yang terletak diantara pinggul dan pangkal tulang paha atas. Hip joint pada manusia terdiri dari tiga bagian utama, yaitu: femur, femoral head, dan rounded socket [6]. Gambar 2.1. Hip joint Normal [6]. Di dalam hip joint yang normal (gambar 2.1) terdapat suatu jaringan lembut dan tipis yang disebut dengan selaput synovial. Selaput ini membuat cairan yang melumasi dan hampir menghilangkan efek gesekan di dalam hip joint. Permukaan tulang juga mempunyai suatu lapisan tulang rawan (articular cartilage) yang merupakan bantalan lembut dan memungkinkan tulang untuk bergerak bebas dengan mudah. Lapisan ini mengeluarkan cairan yang melumasi dan mengurangi gesekan di dalam hip joint. Akibat gesekan dan gerak yang hampir terjadi setiap hari, maka articular cartilage akan semakin melemah dan bisa menyebabkan arthritis seperti ditunjukkan pada gambar 2.1. Selain menimbulkan rasa sakit, juga menyebabkan gerakan hip joint menjadi tidak lancar, kadang-kadang berbunyi, dan bahkan dapat menimbulkan pergeseran dari posisi normalnya. Selanjutnya, hip joint perlu diganti dengan tulang pinggul buatan (artificial hip joint). Pelvis Rounded socket Femoral Head Femur Smooth Cartilage
  • 2. 10 2.2 Struktur Tulang Femur Femur juga dikenal dengan tulang paha. Tulang tidak sepenuhnya merupakan bagian yang solid atau padat. Tulang terdiri dari kortikal (tulang luar atau juga dikenal dengan tulang kompak), kanselus (tulang bagian dalam dan juga dikenal sebagai tulang spons), sumsum tulang, haversian kanal, osteocyte, pembuluh darah dan periosteum. Struktur dari tulang sangatlah kompleks, hal ini menyebabkan kompleksifitas sifat tulang. Oleh karena itu pemahaman mengenai sifat tulang adalah penting untuk dipelajari untuk mendapatkan pemodelan yang tepat dan mendekati keadaan sebenarnya. Gambar 2.2 menunjukkan struktur dari tulang paha atau femur [7]. Gambar 2.2. Komposisi dari struktur tulang femur [7]. 2.3 Gambaran Umum Tentang Hip Joint Replacement Gangguan pada hip joint dapat berupa penyakit ataupun dari pengaruh usia sehingga tulang keropos sehingga mengakibatkan sendi tersebut tidak mampu bergerak sempurna. Pada hip joint normal, femoral head masih memiliki articular cartilage yang baik, dimana masih mampu mengeluarkan cairan yang melumasi dan mengurangi efek gesekan pada sambungan sendi.Pada gambar 2.3 memperlihatkan perbedaan dari hip joint pada keadaan normal dengan hip joint yang telah terindikasi terjadinya arthritis.
  • 3. 11 Gambar 2.3. Perbandingan hip joint a. pada keadaan normal b. Hip arthritis [8]. Pada hip joint yang telah terindikasi arthritis, terlihat bahwa articular cartilage pada femoral head telah berkurang. Hal inilah yang menyebabkan terjadinya radang sendi sehingga akan menimbulkan rasa sakit atau mengakibatkan pergerakan dari hip joint menjadi tidak lancar. Gambar 2.4. Pemotongan tulang femur dan pemasangan hip joint prosthesis [33]. Pada gambar 2.4 memperlihatkan tentang proses penggantian sambungan tulang pinggul dengan sambungan tulang pinggul tiruan (artificial hip prosthesis). Sambungan tulang pinggul yang terindikasi arthritis, kemudian dilakukan pemotongan pada tulang femur terutama di bagian sekitar femoral head. Setelah pemotongan, kemudian bagian acetabulum akan dihaluskan untuk menempatkan cup pada acetabulum. Hip joint prosthesis akan dipasang dengan cara menanam femoral stem pada tulang femur. a b
  • 4. 12 Gambar 2.5. Hip joint sebelum dan sesudah dilakukan hip joint replacement [33]. 2.4 Komponen Tulang Pinggul Buatan (Artificial Hip Joint) Gambar 2.6. Hip joint prosthesis [34]. Keterangan: A. Acetabular Shell B. Acetabular Liner C. Femoral Head D. Femoral Stem Komponen sambungan tulang pinggul buatan terdiri dari sistem acetabular dan femoral. Dalam sistem acetabular terdiri dari komponen acetabular shell dan acetabular liner, sedangkan pada sistem femoral terdiri dari komponen femoral head dan femoral stem.
  • 5. Acetabular sebagai metal cup bagian permukaan luar mirip jarring-jaring) fungsinya adalah merangsang tulang agar tumbuh dan merekat pada acetabular tanam baut kedalam tulang pelvis secara permanen. Acetabular direkatkan/diikat menempel pada implant pengganti bonggol tulang femur yang telah dinyatakan secara medis tidak berfungsi lagi (rusak) oleh karena suatu sebab, baik karena penyakit atau se lainnya. Desain geometri menggunakan bahan (polymer on metal menjadi lebih ringan dibandi replacement yang dihasilkan oleh dalam negeri saat ini. Kombinasi ini telah teruji memiliki ketahan terhadap keausan yang sebanding dengan kombinasi material metal on metal. Keterangan: Femoral Stem digunakan untuk menggantikan kepala dibuang. Fungsi Femoral Stem tabular Shell adalah bagian terluar dari total hip joint replacement metal cup yang menempel pada acetabulum (bagian tulang dari bagian permukaan luar acetabular shell terdapat porous (permukaan kasar yang jaring) fungsinya adalah merangsang tulang agar tumbuh dan acetabular shell secara alami, sebagai penguat acetabular tanam baut kedalam tulang pelvis secara permanen. Acetabular liner adalah untuk menopang femoral head direkatkan/diikat menempel pada acetabular shell. Femoral head pengganti bonggol tulang femur yang telah dinyatakan secara medis tidak berfungsi lagi (rusak) oleh karena suatu sebab, baik karena penyakit atau se Desain geometri acetabular liner untuk total hip joint replacement menggunakan bahan Ultra High Molecular Weight Polyethylene polymer on metal), memungkinkan konstruksi total hip joint replacement menjadi lebih ringan dibandingkan dengan konstruksi metal on metal yang dihasilkan oleh dalam negeri saat ini. Kombinasi ini telah teruji memiliki ketahan terhadap keausan yang sebanding dengan kombinasi material Gambar 2.7. Acetabular Cup [9]. A. Acetabular Shell. B. Acetabular Sleeve (Bearing) C. Femoral Head (Bearing) Femoral Stem adalah komponen stem untuk total hip joint replacement digunakan untuk menggantikan kepala femur yang rusak dan telah dipotong/ Femoral Stem memberikan dudukan pada femoral head 13 total hip joint replacement (bagian tulang dari pelvis), (permukaan kasar yang jaring) fungsinya adalah merangsang tulang agar tumbuh dan acetabular shell di femoral head yang Femoral head merupakan pengganti bonggol tulang femur yang telah dinyatakan secara medis tidak berfungsi lagi (rusak) oleh karena suatu sebab, baik karena penyakit atau sebab hip joint replacement dengan Ultra High Molecular Weight Polyethylene (UHMWPE) hip joint replacement metal on metal hip joint yang dihasilkan oleh dalam negeri saat ini. Kombinasi ini telah teruji memiliki ketahan terhadap keausan yang sebanding dengan kombinasi material hip joint replacement yang yang rusak dan telah dipotong/ femoral head yang
  • 6. 14 menggantikan fungsi kerja kepala femur yang telah hilang melalui proses operasi medis. Spesifikasi teknik: Alat ini terdiri atas femoral stem bagian atas tengah dan bawah. Tiga komponen pada femoral stem ini dapat diatur sedemikian rupa hingga dimungkinkan dapat mempermudah dokter selama proses operasi, karena ruang gerak dalam rongga hip joint pemasangan selama operasi akan lebih leluasa dibandingkan dengan komponen stem yang utuh, yaitu yang terdiri atas femoral head dan stem yang menyatu dalam satu komponen utuh [9]. Gambar 2.8 Femoral Stem [9]. 2.5 Perkembangan Penelitian Mengenai Artificial Hip Joint 2.5.1 Perkembangan Umum Mengenai Artificial Hip Joint Kerusakan permanen pada sendi akibat proses pengapuran atau kecelakaan memerlukan tindakan penggantian dengan sendi buatan. Dari data pasti kebutuhan sendi buatan di Indonesia, jumlah rumah sakit yang mempersiapkan penanganan operasi penggantian sendi dari tahun ke tahun semakin bertambah, ini menunjukkan kebutuhan sendi buatan juga semakin bertambah dan sendi buatan saat ini masih diimpor. Sebagai pembanding, jumlah operasi penggantian sendi di Eropa adalah 540.000 kali per tahun, sedangkan di Amerika 400.000 kali per tahun. Sebagian besar proses desain dalam dunia ortopedi, seperti halnya pada artificial hip joint didasarkan pada orang Kaukasian. Ukuran dan bentuk sama
  • 7. 15 sekali tidak sesuai dengan pasien dari Asia. Meski begitu ukuran yang lebih kecil dari desain Kaukasian dapat juga digunakan, akan tetapi masalah ketidakcocokan tetap berpengaruh. Masalah ketidaksesuaian telah didokumentasikan terkait dengan penggunaan femoral stem yang tidak sesuai dan menimbulkan komplikasi serius seperti retaknya tulang femur karena proses penanaman batang stem pada tulang femur [9]. Masalah-masalah seperti ini tidak akan terjadi jika desain implant atau artificial hip joint didasarkan pada data morphometric dari proximal femur dari populasi tertentu dimana implan tersebut akan digunakan. Penelitian tentang sambungan tulang pinggul buatan yang menggunakan dimensi orang Indonesia sampai saat ini belum pernah dilakukan. Salah satu data yang diperlukan pada penelitian tersebut adalah dimensi dari femoral head orang Indonesia. Data-data mengenai dimensi femoral head khusus untuk orang Indonesia belum ada sampai sekarang, baik dalam jurnal, prosiding maupun publikasi ilmiah lainnya. Berdasarkan survey yang dilakukan di Rumah Sakit Orthopedi Solo pada tanggal 28 Oktober 2010 data tentang ukuran femoral head belum ada. Sehingga pada penelitian ini digunakan dimensi orang Thailand yang mempunyai karakteristik yang mirip dengan orang Indonesia. Penelitian dilakukan sampai saat ini baik eksperimen, analitik maupun pemodelan untuk mendapatkan artificial hip joint yang memiliki desain dan fungsi yang semakin mendekati dengan sambungan tulang pinggul yang asli. Hingga saat ini para ilmuwan dan ahli bedah telah berusaha keras untuk mendapatkan desain dan fixation terbaik antara femur dan artificial hip joint. Sampai sekarang, ada dua metode yang digunakan untuk memasang artificial hip joint, metode ini adalah cemented (dengan semen tulang) dan cementless (tanpa semen tulang) total hip replacement (THR). 2.5.1.1 Cemented Total Hip Replacement Pada metode pemasangan ini, semen tulang digunakan untuk merekatkan artificial hip joint ke dalam tulang femur. Semen tulang tidak
  • 8. 16 berfungsi seperti lem, melainkan sebagai material pengisi. Hingga saat ini material dari semen tulang yang banyak digunakan adalah polymethylmethacrylate (PMMA), dimana diperkenalkan oleh Sir John Chanrley pada awal tahun 1960. Gambar 2.9 cemented THR [11]. 2.5.1.2 Cementless Total Hip Replacement Cementless THR, juga disebut dengan uncemented THR diperkenalkan pada awal 1980. Metode THR ini berkembang karena pada cemented THR memiliki kekurangan. Pertama, pengisian semen tulang kedalam tulang femur selama operasi dapat menyebabkan gangguan pada sirkulasi dan dapat menghalangi aliran darah. Kedua, semen tulang membutuhkan rata-rata 10 menit untuk mengeraas. Dalam waktu ini, ada kemungkinan artificial hip joint berubah posisi. Ketiga, semen tulang bisa retak dan menyebabkan pergeseran dari implan [11]. Untuk cementless artificial hip joint, permukaan dari sistem artificial hip joint dibuat kasar. Hal ini untuk menghasilkan gesekan yang baik antara artificial hp joint dan kortikal sehingga lebih dapat terpasang dengan stabil. Pada metode ini juga terdapat kekurangan. Pertama, ketika artificial hip joint terpasang pada tulang, substansi tulang akan terdorong sampai
  • 9. 17 sistem sirkulasi darah dan menghalangi sirkulasi darah. Femur dapat patah selama operasi karena beban yang besar. Gambar 2.10 cementless THR [11]. 2.5.1.3 Hybrid Total Hip Replacement Pada metode ini, menggabungkan antara metode cementeless dan cemented THR. Kombinasi ini menghasilkan cementless acetabular cup dengan femoral stem dipasang dengan menggunakan semen. Metode dapat mengurangi kerusakan atau kegagalan stem dari 30-40% sampai 3-4% [12]. 2.5.2 Perkembangan mengenai Material Artificial Hip Joint Biomaterial adalah penggunaan material yang memiliki kecenderungan tidak bereaksi inert sebagai pengganti fungsi dari jaringan tubuh yang kontak langsung dengan cairan tubuh. Disebut sebagai biomaterial yang ideal ketika suatu bahan/material memiliki biokompatibilitas yang baik, sifat mekanik yang baik dan proses manufaktur yang mudah. Properti yang paling penting diperlukan oleh material adalah biokompatibilitas, hal ini dikarenakan adanya hubungan dengan reaksi jaringan, perubahan dari sifat (mekanik, fisik dan kimia) dan juga kemungkinan degradasi material. Ductility, toughness, creep, dan wear resistance adalah properties mekanik yang diperlukan untuk biomaterial sedangkan metode fabrikasi, konsistensi, tingkat kenyamanan dan
  • 10. 18 biaya produksi adalah karakter manufaktur yang pada akhirnya menentukan pemilihan penggunaan bahan implant. Biomaterial adalah substansi yang berasal dari alam atau sintetis yang digunakan sebagai peralatan medis [13]. Pada umumnya, peranan biomaterial adalah sebagai pengganti atau tambahan pada komponen biologik. Biokompatibilitas dalam terminologi umum menjelaskan suatu keadaan dimana tak terjadi interaksi yang berbahaya antara material asing atau peralatan dengan tuan rumah biologis. Ada dua hal yang perlu mendapat pertimbangan: (1) efek biomaterial pada tuan rumah biologis dan (2) efek dari sistem biologis pada material. Terjadinya reaksi dari sistem tubuh terhadap material implant ditentukan dari faktor bisa tidaknya material tersebut diterima dan memenuhi fungsi pada tubuh. Biokompatibilitas merupakan sistem yang mencakup fisik, kimia, biologis, medik dan aspek desain. 2.5.2.1 Material untuk aplikasi ortopedi Pengaplikasian biomaterial pada penggunaan implan yang disebut dengan osseointegration (osteosintesis) dibagi menjadi beberapa kelompok yaitu metal, polimer, keramik dan komposit. a. Metal Metal memiliki cakupan yang luas dalam aplikasiannya, diantaranya fixasi patah tulang, penggantian tulang, external spints, braces dan traction apparatus. Modulus elastis dan titik luluh digabungkan dengan keuletan metal membuat material jenis ini cocok untuk menopang beban tanpa mengakibatkan deformasi. Tiga material yang biasa digunakan adalah Titanium, Stainless Steel dan Paduan Cobalt-Chromium. Titanium dan paduan Titanium memiliki kelebihan yaitu modulus elastisitas rendah dan resistansi korosi tinggi, selain itu juga adanya lapisan oksida pada Titanium memiliki pengaruh yang sangat signifikan terhadap pengintegrasian metal ini pada jaringan tulang. Keuntungan dan kerugian beberapa macam material implant prosthesis dijelaskan dalam tabel berikut:
  • 11. 19 Tabel 2.1 Perbandingan Beberapa Material Implant Prostesis [35]. Implant Keuntungan Kerugian Modular Ti6A14V/ CoCrMo (Porous)  Lebih mudah untuk mencocokan dengan pasien  Memiliki kelebihan dibanding dengan material lain  Memiliki modulus yang rendah  Penggunaan lapisan dapat dihindarkan  Korosi celah pada bagian sambungan  Co, Cr, Mo merupakan unsur beracun dirancang berdasar kebutuhan operas  Dibutuhkan waktu 2 minggu tanpa pembebanan agar terjadi pertumbuhan tulang CoCrMo (Smooth)  Ketahanan penggunaan tinggi  Memiliki toleransi pembedahan yang tinggi  Bisa menyebabkan reaksi jaringan  Co, Cr, Mo merupakan unsur beracun memiliki modulus yang tinggi CoCrMo (Porous)  Memiliki ketahanan penggunaan yang tinggi  Tidak diperlukan lapisan untuk membuatnya menyatu dengan femur  Co, Cr, Mo merupakan unsur beracun  Memiliki modulus yang tinggi  Dibutuhkan waktu 2 minggu tanpa pembebanan agar terjadi pertumbuhan tulang Ti6A14V (Porous)  Tidak diperlukan lapisan untuk membuatnya menyatu dengan femur  Memiliki modulus yang rendah  toxicity sangat rendah  Memiliki ketahanan penggunaan yang rendah  Dibutuhkan waktu 2 minggu tanpa pembebanan agar terjadi pertumbuhan tulang Ti6A14V (Smooth)  Memiliki toleransi pembedahan yang lebih besar  Toxicity sangat rendah  Memiliki ketahanan penggunaan yang rendah kemungkinan adanya reaksi jaringan 316L Stainless Steel (Smooth)  Harga murah mudah untuk diproduksi  Toleransi pembedahan besar  Banyak penelitian mendalam tentang specimen ini  Korosif  Mudah mengalami retak lelah  Modulus sangat tinggi  Memungkinkan adanya reaksi jaringan Perlu diperhatikan dalam penggunaan metal sebagai implan ada beberapa unsur yang sangat dihindari penggunaannya apabila kadarnya
  • 12. 20 melebihi ambang batas dikarenakan unsur tersebut beracun terhadap tubuh. Adapun unsur-unsur tersebut adalah: Tabel 2.2 Batas Toxicity CCR50 [14]. Fe Mn Co Ni Cr V CCR50 (µg ml-1 ) 59 15 3,5 1,1 0,006 0,003 Nilai CCR50 ini didefinisikan sebagai kosentrasi dari substrat sel hidup yang mengalami reduksi hingga 50% ketika diuji dengan unsur- unsur diatas [14]. b. Polimer Polimer adalah rangkaian panjang dari material dengan berat molekul tinggi yang terdiri dari pengulangan unit monomer. Polimer memiliki sifat fisik yang mendekati jaringan halus, oleh karena itu polimer banyak digunakan untuk menggantikan kulit, tendon, tulang rawan, pembuluh darah dll. Polimer mengalami degradasi pada lingkungan tubuh dikarenakan faktor biokimia dan mekanik. Hal ini menyebabkan adanya serangan ion, pembentukan ion hidroksil dan terlarutnya oksigen sehingga terjadi iritasi pada jaringan dan menurunnya properti mekanik. c. Keramik Keramik adalah senyawa inorganik yang dalam biomaterial diklasifikasikan menjadi 5 kategori berdasarkan karakter makroskopis permukaan ataupun stabilitas kimia pada lingkungan tubuh yaitu: karbon, alumina, zirconia, keramik gelas dan kalsium fosfat. Keterbatasan dari keramik adalah kekuatan tarik dan ketangguhan akan patah yang rendah sehingga aplikasinya terbatas. Hasil dari tes ex-vivo mengindikasikan bahwa keramik gagal berikatan karena lemahnya jaringan yang terbantuk pada sistem [14].
  • 13. 21 2.6 Geometri dari Sistem Femoral Stem 2.6.1 Femoral Head Geometri dari femoral stem sangat dipengaruhi dengan dimensi dari tulang femur dan tulang pelvis dimana pada tulang pelvis terdapat sistem acetabular yang akan ditopang oleh femoral stem. Ukuran dari tulang femur akan menentukan besar kecilnya desain stem yang akan dibuat. Diameter dan panjang stem yang tidak sesuai akan menyebabkan masalah, seperti: patah atau retaknya tulang femur pada saat proses penanaman stem kedalam tulang femur, stem yang terlalu besar juga dapat mendesak sirkulasi daarah dan dapat menghalangi aliran darah [7]. Mishra, A.K., (2009) telah meneliti dimensi dari bone femoral head untuk masyarakat Nepal. Pada penelitian tersebut telah dikembangkan penentuan diameter bone femoral head untuk jenis kelamin laki-laki dan perempuan. Hasil penelitiannya menunjukkan adanya perbedaan antara ukuran diameter dari keduanya. Diameter femoral head bone laki-laki lebih besar dari ukuran diameter perempuan. Hal lain yang bisa didapat dari penelitian tersebut adalah adanya perbandingan hasilnya dengan diameter femoral head orang barat dan orang asia yang menunjukkan ukuran diameter orang asia lebih kecil dibandingkan dengan ukuran orang barat [15]. Hasil secara lengkap dapat dilihat pada Tabel 2.3. Tabel 2.3 dimensi untuk masing-masing parameter sistem hip joint [15]. Dimension (n=50) Average (mm) Minimum (mm) Maximum (mm) Standard deviation Femoral head diameter 42.9 35 48 3.53 Femoral neck diameter (superinferior) .Subcapital 33.28 25 41 3.22 .Transcervical 30.52 22 38 3.48 .Basal 39.48 25 48 4.80 Femoral shaft diameter 40.18 31 49 4.24
  • 14. 22 .Just above LT .Just below LT 30.12 24 37 2.87 .7,5 cm below LT 25.50 20 35 29.7 Dari dimensi yang ada maka dapat didesain sebuah femoral stem yang sesuai. Pada desain femoral stem yang ideal terdapat jarak 4 mm antara stem yang masuk kedalam tulang femur dengan bagian terluar tulang femur [14]. Dengan memakai dimensi dan properti material yang sesuai akan dihasilkan simulasi yang mendekati keadaan sebenarnya. Gambar 2.11. Jarak femoral stem dengan tulang terluar [14]. 2.6.2 Penggambaran model Femoral Stem Dalam penelitian ini penulis menggunakan software Solidwork 2010 untuk proses desain dan analisa. Perbedaan dari desain terletak pada bagian cross section masing-masing desain. 2.7 Kegagalan pada Sambungan Tulang Pinggul Buatan Dari perancangan desain sambungan tulang pinggul buatan direncanakan bahwa desain ini akan dapat bertahan rata-rata selama 20 tahun. Tetapi tidak sedikit dari pasien yang dalam beberapa tahun penggunaan sudah merasakan hal yang tidak normal pada sambungan tulang pinggul buatan ini. Berbagai aspek yang dapat mempengaruhi lamanya umur pemakaian sambungan tulang pinggul buatan. Kegagalan yang sering terjadi disebabkan oleh dua aspek yaitu aspek medis dan aspek tribologi. 4 mm
  • 15. 23 Aspek medis yang banyak menyebabkan kegagalan sistem sambungan tulang pinggul buatan antara lain: a. Alergi Daya tahan dan kekebalan tubuh manusia berbeda-beda. Dalam pemasangan sambungan tulang pinggul buatan harus juga diperhatikan efek dari material penyusun terhadap tubuh pasien. b. Infeksi Dalam penanaman sambungan tulanng pinggul sangatlah penting menjaga kehigienisan baik pada alat yang digunakan maupun sambungan tulang pinggul buatan itu sendiri. Infeksi karena kuman maupun bakteri akan mempercepat kegagalan penanaman sambungan tulang pinggul buatan. c. Kesalahan pemasangan Penanaman sambungan tulang pinggul buatan dibutuhkan ketelitian pemasangan yang sangat ekstra. Kesalahan posisi pemasangan akan semakin membuat keausan yang lebih cepat atau mengurangi kestabilan sistem. Sedangkan aspek tribologi yang ada antara lain: a. Wear Wear resistance yang tinggi akan lebih baik digunakan daripada wear resistance yang rendah. Wear akan mempercepat keausan dari head maupun cup. Keausan ini akan menyebabkan ketidakstabilan sistem yang memungkinkan terlepasnya head dari cup. Wear sangat dipengaruhi oleh desain geometri maupun materialnya. b. Load Load atau pembebanan dari tubuh akan mempengaruhi kekuatan system artificial hip joint. Femoral stem akan patah atau berubah bentuk jika pembebanan yang diberikan melebihi yield strength dari material femoral stem. Von Mises yang terukur dari hasil analisa akan menunjukkan distribusi tegangan dari femoral stem.
  • 16. 24 c. Friction Friction yang tinggi akan menyebabkan cepatnya keausan pada ball bearing. Seperti halnya wear, friction yang tinggi juga menyebabkan ketidakstabilan sistem. Desain geometri dan material sangat berpengaruh terhadap friction. Radial clearance antara head dan cup akan menentukan maksimal atau tidaknya lubrikasi yang bekerja untuk mengurangi friksi ini. d. Tekanan kontak Tekanan kontak akan sangat berpengaruh pada lama tidaknya umur dari sambungan tulang pinggul buatan. Distribusi tekanan kontak yang terkonsentrasi akan mempercepat keausan dari permukaan kontak. Perancangan desain dan material menentukan besar kecilnya tekanan kontak maksimum dan distribusi tekanan kontaknya.