Perlawanan Kerajaan Banten terhadap VOC dimulai sejak VOC merebut Jayakarta pada 1629. Perlawanan ini dipimpin oleh Sultan Ageng Tirtayasa sejak 1651 dengan serangan kapal dan gerilya terhadap pos-pos Belanda. Namun perlawanan ini akhirnya gagal karena VOC berhasil menciptakan konflik internal di kalangan keluarga kerajaan Banten.
2. Kerajaan Banten
• Letak geografis :Terletak di ujung barat Pulau Jawa, yaitu di
daerah Banten, Jawa Barat. Wilayah Banten terletak di antara
5º7'50"-7º1'11" Lintang Selatan dan 105º1'11"-106º7'12" Bujur
Timur
• Mata pencaharian : Kehidupan ekonomi kerajaan Banten
bertumpu pada bidang perdagangan karena memiliki bahan
ekspor penting, yaitu lada sebagai daya tarik yang kuat bagi
pedagang asing. Serta banyak penduduk yang bermata
pencaharian bertani.
• Jumlah penduduk : dari sensus yang dilakukanVOC pada tahun
1673, diperkirakan berjumlah sekitar 150 000 penduduk,
termasuk perempuan, anak-anak, dan lansia.
• Keadaan alam : Bentang alam Banten terdominasi oleh dataran
rendah, hal ini memicu berkembangnya sector pertanian di
Banten. Dengan ditunjang oleh potensi alam berupa beras dan
komoditi unggulan rempah-rempah berupa lada, Banten sangat
maju dalam hal ekonomi seperti pada kota-kota dagang pada
umumnya
3.
4. Latar Belakang Perlawanan
Banten
Banten memiliki posisi yang strategis sebagai Bandar
perdagangan internasional, oleh karena itu belanda sangat ingin
menguasai banten. Pada tahun 1619 belanda membangun Bandar
di batavia. Sehingga terjadilah persaingan antara banten dan
Batavia. Dan akhirnya terjadi perlawanan Banten terhadapVOC.
5. BENTUK PERLAWANAN
TERHADAPVOC
Perlawanan pertama Banten terhadapVOC dilakukan
dengan cara menyerang kapal – kapalVOC yang berusaha
melakukan blockade pelabuhan Banten. Kemudian pada tahun
1656 Banten melakukan gerilya besar-besaran dengan
mengadakan pengerusakan terhadap kebun-kebun tebu,
pencegatan serdadu patroliVOC, pembakaran markas patroli,
dan pembunuhan terhadap beberapa orang Belanda yang
keseluruhan dilakukan pada malam hari.
6. NILAI NILAIYANGTERKANDUNG
DALAM PERLAWANAN BANTEN
• Nilai Semangat juang yang tinggi dan pantang menyerah : Ini
terbukti bagaimana semangat juang Sultan AgengTirtayasa yang tak
pernah padam mempertahankan tanah air dari dominasi orang asing
• Nilai cinta tanah air : Sultan AgengTirtayasa sangat mencintai tanah
kelahirannya, Ini terbukti sangat jelas ketika selama memerintah
kesultanan Banten Sultan Ageng sangat menentang segala bentuk
penjajahan asing atas daerah kekuasaannya, termasuk kehadiranVOC
yang hendak menguasai Banten sangat ditentang oleh Sultan Ageng
Tirtayasa
• Nilai Kesatuan dan persatuan : Kesatuan dan persatuan rakyat Banten
ketika menghadapi Belanda membuat Belanda kuwalahan
menghadapi serangan Banten. Namun saat terjadi perpecahan di
Kasultanan Banten, Belanda semakin merajalela, jadi kesatuan dan
persatuan sangatlah penting dalam suatu Negara.
• Nilai Rela dan ikhlas berjuang : Pengorbanan rakyat Banten dengan
bertaruh nyawa dan harta saat menghadapi belanda, perjuangan
Sultan AgengTirtayasa menghadapi Belanda hingga nafas terakhirnya
merupakan salah satu keikhlasan berjuang demiTanah air.
7. Evaluasi Perlawanan Banten :
Dalam Perang Banten, Perlawanan rayat Banten
terhadapVOC mulai berlangsung sejakVOC merebut
Jayakarta (1629). Perlawanan ditingkatkan pada masa
pemerintahan Sultan AgengTirtayasa, sejak 1651. Sultan
AgengTirtayasa mengangkat putranya yang bergelar Sultan
Haji (1682-1687). Melihat perkembangan Banten,VOC merasa
tidak senang. Sultan Ageng dan Sultan Haji memiliki sifat yang
berlainan. Sultan Ageng bersifat sangat keras dan menentang
VOC sedangkan Sultan Haji lemah dan tunduk terhadpVOC.
VOC menerapkan perjanjian monopoli perdagangan yang
merugikan Kesultanan Banten. PihakVOC ingin memonopoli
dan mengadu domba serta mencari siasat memecah belah
dengan memanfaatkan konflik internal dalam keluarga
Kerajaan Banten sehingga hal inilah yang menimbulkan
kekalahan Sultan AgengTirtayasa.