Sejarah: Kerajaan Tarumanagara/Tarumanegara
- Kemunculan
- Kejayaan
- Keruntuhan
- Keadaan Ekonomi, Sosial & Budaya
- Peninggalan (7 Prasasti & peninggalan lain-nya)
3. LETAK KERAJAAN
TARUMANAGARA
Kerajaan Tarumanagara terletak di daerah kerajaan
Salakanegara tepatnya di daerah Banten dan Bogor
(Jawa Barat) yang beribu kota di Sundapura yang
berkuasa pada abad ke-4 hingga abad ke-7 M. Wilayah
kekuasaan Tarumanegara meliputi daerah Banten,
Jakarta, Bogor dan Cirebon.
4. A. SEJARAH KEMUNCULAN
Salah satu dari rombongan pengungsi (pelarian) keluarga kerajaan
Salakanagara dipimpin oleh seorang Maharesi yang bernama
Jayasingawarman, mereka mengungsi karena kerajaan Salakanegara
terus-menerus diserang musuh. Di pengasingan, tahun 358 M,
Jayasingawarman mendapatkan persetujuan dari raja yang berkuasa
di Jawa Barat (Dewawarman VIII, raja Salakanagara), maka
Jayasingawarman membuka tempat pemukiman baru di tepi sungai
Citarum yang diberi nama Tarumadesya (desa Taruma). Nama
Taruma diambil dari nama tanaman yang tumbuh disekitar tepi
sungai Citarum, yaitu “Tarum”
5. • Sepuluh tahun kemudian desa ini banyak
didatangi oleh penduduk dari desa lain,
sehingga Tarumadesya menjadi besar. Akhirnya
dari wilayah setingkat desa berkembang
menjadi setingkat kota (Nagara). Semakin hari,
kota ini semakin menunjukan perkembangan
yang pesat, karena itulah Jayasingawarman
kemudian membentuk sebuah Kerajaan yang
bernama Tarumanagara.
6. Raja Masa Pemerintahan
Jayasingawarman 358-382
Dharmayawarman 382-395
Purnawarman 395-434
Wisnuwarman 434-455
Indrawarman 455-515
Candrawarman 515-535
Suryawarman 535-561
Kertawarman 561-628
Sudhawarman 628-639
Hariwangsawarman 639-640
Nagajayawarman 640-666
Linggawarman 666-669
7. Raja ketiga Kerajaan Tarumanegara bernama Maharaja Purnawarman yang
memerintah dari tahun 395 hingga 434. Di masa Purnawarman, Kerajaan
Tarumanegara menjelma menjadi kerajaan besar yang memiliki wilayah luas di
pulau Jawa. Pada tahun 397, Purnawarman memusatkan pemerintahannya di
dekat pantai, yang diberi nama Sundapura. Di masa keemasannya, Purnawarman
membawahi sebanyak 48 raja kecil, dan daerahnya membentang dari
Salakanagara yang sekarang dikenal sebagai Teluk Lada Pandeglang, sampai
Purwalingga (kemungkinan Purbalingga, Jawa Tengah).
Sungai Brebes, yang dahulu bernama Ci Pamali, dijadikan batas kekuasaan raja-raja
kecil tadi. Menurut prasasti Tugu, pada tahun 417, Purnawarman
memerintahkan untuk menggali Sungai Gomati dan Candrabaga yang memiliki
panjang 6.112 tombak, atau sekitar 11 kilometer. Penggalian sungai ini
dimaksudkan untuk keperluan irigasi, yang berguna dalam mengaliri air ke
sawah-sawah pertanian, mencegah banjir, dan jalur perairan untuk berdagang
antardaerah. Berkat usahanya ini, kehidupan ekonomi rakyat Tarumanegara
menjadi lebih baik.
Ketika kerja penggalian rampung, Purnawarman mengorbankan 1.000 ekor sapi
kepada golongan Brahmana (golongan agama). Ini merupakan bukti bahwa Raja
Purnawarman sangat menghormati kedudukan golongan Brahmana. Golongan
Brahmana kerap dilibatkan dalam setiap upacara korban di kerajaan atau
upacara-upacara keagamaan lainnya.
Di bidang budaya, ditilik dari teknik dan cara penulisan huruf-huruf dalam
prasasti-prasasti hasil peninggalan Tarumanegara, bisa dipastikan kalau tingkat
kebudayaan rakyat Tarumanegara sudah tinggi. Sebab, keberadaan prasasti-prasasti
tersebut menyiratkan kebudayaan tulis-menulis yang berkembang di
masa Kerajaan Tarumanegara.
8. C. KERUNTUHAN
• Raja terakhir bernama Linggawarman
yang memerintah pada tahun 666
hingga 669 M, menyerahkan kekuasaan
kepada menantunya yang berasal dari
kerajaan Sriwijaya, Tarusbawa. Lantas,
berakhirlah pemerintah dalam nama
Tarumanegara dan berganti nama
menjadi Kerajaan Sunda.
• Kemungkinan kerajaan Tarumanegara
ditaklukan oleh kerajaan Sriwijaya
(sepertihalnya terlulis dalam Prasasti Karang
Berahi). Sehingga dapat diduga runtuhnya
Tarumanagara sekitar tahun 669 M (sekitar
abad ke-7 M) oleh serangan Kerajaan
Sriwijaya.
9. 1. Kehidupan Ekonomi
Prasasti Tugu menyatakan bahwa raja Punawarman memerintahkan
pembangunan Sungai Gomati & Candrabaga (Kali Bekasi) sepanjang 6.122
tombak (± 11 km) yang dikerjakan selama 21 hari. Pembangunan saluran itu
mempunyai arti ekonomi yang besar bagi masyarakat, karena dapat
digunakan sebagai sarana pencegah banjir & juga sebagai sarana lalu lintas
pelayaran dan perdagangan antara Tarumanagara dan kerajaan lain.
Kehidupan ekonomi Tarumanagara tampak dari catatan Fa Hien, seorang
musafir Cina. Ia sempat singgah di kerajaan tsb. Barang yang ditawarkan
terutama beras dan kayu jati. Dengan demikian, kehidupan ekonomi
Tarumanagara bertumpu pada pertanian, perkebunan dan perdagangan.
10. 2. Kehidupan Sosial
Kehidupan sosial Kerajaan Tarumanagara sudah teratur rapi, hal ini
terlihat dari upaya raja Purnawarman yang terus berusaha untuk
meningkatkan kesejahteraan kehidupan rakyatnya. Raja Purnawarman juga
sangat memperhatikan kedudukan kaum brahmana yang dianggap penting
dalam melaksanakan setiap upacara korban yang dilaksanakan di kerajaan
sebagai tanda penghormatan kepada para dewa.
Selain itu, kehidupan gotong royong dalam kehidupan masyarakat
Tarumanagara berkembang dengan baik. Hal itu terlihat dengan adanya
penggalian saluran Gomati secara gotong royong.
3. Kehidupan Budaya
Dilihat dari teknik & cara penulisan huruf-huruf dari prasasti-prasasti
yang ditemukan sebagai bukti kebesaran kerajaan Tarumanagara, dapat
diketahui bahwa kebudayaan masyarakat pada saat itu sudah tinggi. Selain
sebagai peninggalan budaya, keberadaan prasasti-prasasti tersebut
menunjukkan telah berkembangnya kebudayaan tulis menulis di kerajaan
Tarumanagara.
11. Prasasti Ciaruteun dilaporkan
oleh pemimpin Bataviaasch
Genootschap van Kunsten en
Wetenschappen.
Prasasti ini ditemukan di
Kampung Muara, Desa Ciaruteun
Hilir, Cibungbulang, Bogor. Prasasti
ini bergoreskan aksara Pallawa yang
disusun dalam bentuk seloka bahasa
Sanskerta dengan metrum Anustubh
yang terdiri dari 4 baris & pada
bagian atas tulisan terdapat pahatan
sepasang telapak kaki, gambar umbi
dan sulur-suluran dan laba-laba.
Prasasti ini terbuat dari batu
alam.
E. PENINGGALAN
1. Prasasti Ciaruteun / Ciampea
12. Teks 4 baris yang terdapat pada prasasti Ciaruteun:
vikkrantasyavanipat eh
srimatah purnnavarmmanah
tarumanagarendrasya
visnoriva padadvayam
Arti dari teks tsb:
“Inilah (tanda) sepasang telapak kaki yang seperti kaki Dewa Wisnu,
ialah telapak yang mulia sang Purnawarman, raja di negeri Taruma, raja
yang gagah berani di dunia”.
Gambar telapak kaki pada prasasti Ciaruteun memiliki 2 arti, yaitu:
• melambangkan kekuasaan raja atas daerah tersebut.
• melambangkan kekuasaan dan eksistensi seseorang sekaligus
penghormatan sebagai dewa. (Hal ini berarti menegaskan
kedudukan Purnawarman yang diibaratkan dewa Wisnu maka
dianggap sebagai penguasa sekaligus pelindung rakyat.)
13. Ditemukan di Kampung Batutumbuh, Desa
Tugu, dekat Tanjungpriuk, Jakarta.
Prasasti Tugu dipahatkan pada batu
berbentuk bulat telur berukuran ± 1 m.
Prasasti Tugu memiliki keunikan, yakni
terdapat pahatan hiasan tongkat yang pada
ujungnya dilengkapi semacam trisula. Gambar
tongkat tersebut dipahatkan tegak memanjang
ke bawah seakan berfungsi sebagai batas
pemisah antara awal dan akhir kalimat-kalimat
pada prasastinya.
Prasasti Tugu bertuliskan aksara Pallawa
yang disusun dalam bentuk seloka bahasa
Sanskerta dengan metrum Anustubh yang
terdiri dari 5 baris melingkari batu.
2. Prasasti Tugu
14. Inskripsi tsb berisi:
“Dahulu sungai yang bernama Candrabaga telah digali oleh
maharaja yang mulia dan yang memiliki lengan kencang serta kuat
yakni Purnawarman, untuk mengalirkannya ke laut, setelah kali
(saluran sungai) ini sampai di istana kerajaan yang termashur. Pada
tahun ke-22 dari tahta Yang Mulia Raja Purnawarman yang berkilau-kilauan
karena kepandaian dan kebijaksanaannya serta menjadi panji-panji
segala raja-raja, (maka sekarang) beliau pun memerintahkan pula
menggali kali yang permai dan berair jernih, Gomati namanya, setelah
kali tersebut mengalir melintas di tengah-tegah tanah kediaman Yang
Mulia Sang Pendeta Nenekda (Raja Purnawarman). Pekerjaan ini
dimulai pada hari baik, tanggal 8 paroh gelap bulan Phalguna dan
selesai pada tanggal 13 paroh terang bulan Caitra ,jadi hanya
berlangsung 21 hari lamanya, sedangkan saluran galian tersebut
panjangnya 6.122 busur. Selamatan baginya dilakukan oleh para
Brahmana disertai 1000 ekor sapi yang dipersembahkan”
15. 3. Prasasti Kebon Kopi I / Tapak Gajah
Ditemukan di Kampung Muara,
Desa Ciaruteun Hilir, Cibungbulang,
Bogor, pada abad ke-19.
Prasasti ini pertama kali ditemukan
oleh N.W. Hoepermans tahun 1864.
Prasasti ini disebut Tapak Gajah
karena terdapat pahatan tapak kaki
gajah.
Prasasti ini terbuat dari batu yang
berukuran besar.
Prasasti ini diapit sepasang pahatan
telapak kaki gajah. Isinya sbb:
“Di sini tampak sepasang telapak
kaki…..yang seperti Airawata (telapak
kaki), gajah penguasa Taruma yang
agung dalam…..dan (?) kejayaan”
16. 4. Prasasti Kebon Kopi II / Muara Cianten / Pasir Muara
Prasasti Kebonkopi II ditemukan di
Kampung Pasir Muara, desa Ciaruteun Ilir,
Cibungbulang, Bogor, Kabupaten Bogor, Jawa
Barat. Prasasti ini terletak ± 1 km dari batu
prasasti Prasasti Kebonkopi I (Prasasti Tapak
Gajah).
Teks Prasasti:
“Ini sabdakalanda rakryang juru
pengambat I kawihaji panyaca pasagi
marsandeca ~ berpulihkan hajiri Sunda”
Terjemahan Teks:
Batu peringatan ini adalah ucapan
Rakryan Juru Pangambat (pemburu), pada
tahun 458 Saka (932 Masehi), bahwa tatanan
pemerintah dikembalikan kepada kekuasaan
raja Sunda.
17. 5. Prasasti Jambu / Pasir Koleangkak
Prasasti ini terletak di daerah perkebunan jambu (Pasir Koleangkak, Desa
Parakan Muncang, Kec. Nanggung, Bogor). Prasasti Jambu pertama kali
ditemukan oleh Jonathan Rigg pada tahun 1854 yang kemudian diteliti pada
tahun 1954.
Prasasti Jambu terdiri dari 2 baris aksara Pallawa yg disusun dlm bentuk
seloka bahasa Sanskerta dengan metrum Sragdhara. Pada prasasti ini terdapat
pahatan gambar sepasang telapak kaki yg digoreskan pd bagian atas tulisan.
18. Inskripsi prasasti Jambu sbb:
"Gagah, mengagumkan dan jujur terhadap tugasnya
adalah pemimpin manusia yang tiada taranya yang
termashyur Sri Purnawarman yang sekali waktu
(memerintah) di Taruma dan yang baju zirahnya yang
terkenal tidak dapat ditembus senjata musuh. Ini adalah
sepasang tapak kakinya yang senantiasa menggempur
kota-kota musuh, hormat kepada para pangeran, tapi
merupakan duri dalam daging bagi musuh-musuhnya."
19. 6. Prasasti Cidanghiang (Lebak)
Prasasti ini terletak di tepi sungai
Cidanghiang, Desa Lebak, Munjul,
Banten Selatan.
Prasasti ini ditemukan pertama
kali oleh Toebagus Roesjan thn 1947.
Ukuran prasasti ini 3×2×2 meter.
Corak tulisan mirip dgn tulisan pd
prasasti Tugu. Isinya memuji
kebesaran & keagungan Raja
Purnawarman. Prasasti ini terdapat 2
baris tulisan beraksara Pallawa dan
bhs Sanskerta. Isinya sbb:
"Inilah (tanda) keperwiraan,
keagungan, dan keberanian yang
sesungguhnya dari Raja Dunia, Yang
Mulia Purnawarman yang
menjadi panji sekalian raja-raja."
20. 7. Prasasti Pasir Awi
Terletak di lereng selatan
bukit Pasir Awi, kawasan
perbukitan Desa
Sukamakmur, Jonggol, Bogor.
Prasasti pertama kali
ditemukan oleh N.W.
Hoepermans pada tahun
1864. Inskripsi prasasti ini tdk
dapat dibaca karena inskripsi
ini lebih berupa gambar
(piktograf) daripada tulisan.
Di bagian atas inskripsi
terdapat sepasang telapak
kaki.
25. F. DAFTAR PUSTAKA
• Kementrian Pendidikan dan Kebudayaan Republik Indonesia. 2014. Sejarah Indonesia. Jakarta
• Matroji. 2002. Sejarah SLTP. Jakarta: Erlangga
• http://id.wikipedia.org/wiki/Tarumanagara
• http://id.wikipedia.org/wiki/Prasasti_Kebonkopi_I
• http://id.wikipedia.org/wiki/Prasasti_Kebonkopi_II
• http://iwak-pithik.blogspot.com/2012/10/sejarah-kerajaan-tarumanegara.html
• http://dendaaristian.blogspot.com/2012/06/sejarah-berdirinya-kerajaan.html
• http://dianaaulia11ips3-7.blogspot.com/2013/11/makalah-kerajaan-tarumanegara.html
• http://pendidikan4sejarah.blogspot.com/2011/12/kerajaan-tarumanegara.html