Kompetensi Kepribadian Guru Agama Dalam Pengembangan Karakter Siswa Di Madrasah Aliyah Swasta Nururrodhiyah Kota Jambi membahas tentang pentingnya guru memiliki kepribadian yang mantap dan stabil, dewasa, berwibawa dalam mengembangkan karakter siswa. Namun beberapa guru di sekolah tersebut belum sepenuhnya memiliki kepribadian tersebut sehingga belum optimal dalam pengembangan karakter siswa. Penelitian ini
Contoh PPT Seminar Proposal Teknik Informatika.pptx
Stai an nadwah jurnal nur habibullah
1. 1
Kompetensi Kepribadian Guru Agama Dalam Pengembangan
Karakter Siswa Di Madrasah Aliyah Swasta Nururrodhiyah Kota
Jambi.
Nur Habibullah, M.Pd.I
Dosen STAI AN NADWAH Kuala Tungkal, Indonesia.
Email : nur_habibullah@ymail.com
Hp. 085291929344
Abstrak
Masalah pokok dari penelitian ini adalah seharusnya guru memiliki
kepribadian mantab dan stabil, dewasa serta berwibawa namun guru
masih ada yang belum menerapkan sehingga guru belum optimal dalam
pengembangan karakter siswa. Tujuan dalam penelitian ini adalah untuk
mengetahui mengapa guru agama belum berkepribadian mantab dan
stabil, dewasa, berwibawa. Fokus penelitian tentang kompetensi
kepribadian guru dalam pengembangan karakter siswa. Peneliti hanya
membahas tentang kompetensi kepribadian guru yang meliputi
kepribadian mantab dan stabil, kepribadian dewasa, dan kepribadian
berwibawa. Adapun manfaatnya yaitu untuk memberikan kontribusi
sebagai masukan dan perbandingan guru agar dapat meningkatkan
kualitas dirinya dalam rangka mengembangkan karakter siswa.
A. Pendahuluan
1. Latar Belakang
Pendidikan sekolah merupakan pendidikan yang berjenjang dan
berkesinambungan. Pendidikan sekolah merupakan pendidikan yang
dilaksanakan dalam bentuk kegiatan pembelajaran. Kegiatan
pembelajaran adalah suatu interaksi antara guru dan siswa untuk
mencapai tujuan yang telah ditetapkan dalam pembelajaran. Tujuan yang
ingin dicapai dari interaksi itu pada dasarnya adalah bertambahnya
pengalaman siswa baik teori maupun praktek dan perubahan tingkah laku
siswa. Oleh karena itu, peran guru sebagai pengajar dalam upaya
menjadikan anak sebagai generasi penerus bangsa dan umat di setiap
agama masing-masing tidak dapat diganti perannya oleh alat secanggih
apapun karena secara psikologis pengaruh guru ketika mengajar
memberikan nilai tersendiri bagi perkembangan bakat atau potensi anak
didik itu sendiri.
2. 2
Dalam Undang-Undang Guru dan Dosen No. 14/2005 dan
Peraturan Pemerintah No. 19/2005 dinyatakan bahwa kompetensi guru
meliputi kompetensi kepribadian, paedagogik, profesional, dan sosial.1
Dalam peraturan pemerintah No. 19 tahun 2005 tentang standar nasional
pendidikan, dan penjelasan Pasal 28 ayat (3) butir b, dikemukakan bahwa
yang di maksud kompetensi kepribadian adalah kemampuan kepribadian
yang mantab, stabil, dewasa, arif, dan berwibawa, menjadi teladan bagi
peserta didik, serta berakhlak mulia.2
Hal ini juga sesuai dengan yang di sampaikan oleh Agus Wibowo
dan Hamrin dalam bukunya yang mengatakan bahwa kompetensi
kepribadian guru agama adalah merupakan modal dasar guru dalam
menjalankan tugasnya secara profesional. Kompetensi kepribadian guru
itu meliputi kompetensi kepribadian yang mantab dan stabil, dewasa, arif,
berakhlak mulia dan menjadi teladan serta memiliki kepribadian yang
berwibawa. Indikatornya dari kompetensi kepribadian ini meliputi3 :
a. Guru kepribadian mantab dan stabil meliputi menaati peraturan
perundang-undangan dan ketentuan lainnya, menunjukkan perilaku
disiplin, bertindak sesuai norma sosial dengan ciri bertutur kata santun
berpenapilan sopan, dan berprilaku santun, guru juga bangga sebagai
pendidik ditandai dengan menunjukkan komitmen tegas sebagai
pendidik dan juga menjaga kode etik profesi pendidik, guru pun harus
memiliki konsistensi dalam bertindak sesuai dengan norma dengan ciri
mentaati tata tertib secara konsisten dan memiliki kedisiplinan diri
secara konsisten.
b. Guru memiliki kepribadian yang Dewasa yakni memiliki karakteristik di
antaranya adalah guru menampilkan kemandirian dalam bertindak
sebagai pendidik dengan ciri melaksanakan tugas secara mandiri,
1 Martinis Yamin dan Maisah, Standarisasi Kinerja Guru (Jakarta: Gaung Persada Press,
2010), hal. 8.
2 Mulyasa, Standar Kompetensi dan Sertifikasi Guru (Bandung : PT. Remaja Rosdakarya,
2008), hal. 117.
3 Agus Wibowo dan Hamrin, Menjadi Guru Berkarakter (Jogjakarta: Pustaka Pelajar,
2012), hal. 114.
3. 3
mengambil keputusan secara mandiri, dan menilai diri sendiri, Guru
juga harus memiliki etos kerja sebagai pendidik yakni dengan ciri
bekerja keras, melaksanakan tugas secara bertanggung jawab, dan
mengembangkan diri secara terus menerus sebagai pendidik.
c. Guru harus memiliki kepribadian yang arif yakni dengan karakteristik
antara lain adalah menampilkan tindakan yang didasarkan kepada
kemanfaatan anak didik, bertindak atas dasar kemanfaatan sekolah,
bertindak atas dasar kemanfaatan masyarakat, dan menunjukkan
keterbukaan dalam berpikir dan bertindak dengan ciri menerima
keritikan dan saran untuk perbaikan dan menempatkan diri secara
proporsional.
d. Guru haruslah berakhlak mulia dan dapat menjadi teladan yakni
dengan karakteristik antara lain adalah bertindak sesuai dengan norma
religius (imtaq, jujur, ikhlas, suka menolong) yang ditandai dengan
menghargai ajaran agama yang dianut agama lain, menerapkan ajaran
agama yang dianut, menerapkan norma kejujuran, dan menunjukkan
keikhlasan. Selain itu guru pun harus memiliki prilaku yang diteladani
anak didik dengan ciri bertutur kata sopan dan berprilaku terpuji
kepada anak didik.
e. Guru haruslah memiliki Kepribadian yang berwibawa dengan
karakteristik perilaku yang berpengaruh positif terhadap anak didik
yang ditandai dengan mengemukakan pendapat yang berpengaruh
positif terhadap anak didik dan menunjukkan tindakan yang
berpengaruh positif. Gurupun harus memiliki perilaku yang disegani
yakni di hormati peserta didik, dihormati teman sejawat, dan di hormati
oleh masyarakat.
Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 20 Tahun 2003 tentang
sistem pendidikan Nasional menjelaskan tujuan Pendidikan Nasional
adalah “…untuk mengembangkan potensi peserta didik agar menjadi
manusia yang beriman dan bertakwa kepada Tuhan Yang Maha Esa,
4. 4
berakhlak mulia, sehat, berilmu, cakap, kreatif, mandiri, dan menjadi
warga yang demokratis serta bertanggung jawab.”4
Guru memiliki peranan yang sangat penting dalam pendidikan. Hal
ini disebabkan ia memiliki tanggung jawab dan menentukan arah
pendidikan. Adapun cara menyampaikan dan menanamkan nilai-nilai
pendidikan kepada peserta didik dengan lemah lembut dan selalu
mengingat akan kebesaran Allah SWT, sebagaimana firman Allah SWT
dalam surat An-Nahl ayat 125 :
ُعۡٱدِب َكِبَر ِليِبَس ٰىَلِإِةَمۡكِحۡٱلَوِةَظِع ۡوَمۡٱلِةَنَسَحۡٱلِب مُهِۡلد َٰج َويِتَّٱلُُۚنَس ۡحَأ َيِه
ِهِليِبَس نَع َّلَض نَمِب ُمَل ۡعَأ َوُه َكَّبَر َّنِإۦِب ُمَل ۡعَأ َوُه َوَِيندَت ۡهُمۡٱل٥٢١
Artinya:“Serulah (manusia) kepada Tuhanmu dengan hikmah dan
pelajaran yang baik, sesungguhnya Tuhanmu Dialah yang lebih
mengetahui tntang siapa yang tersesat dari jalan-Nya dan Dialah
yang lebih mengetahui orang-orang yang mendapat petunjuk.5
Guru adalah seorang figur yang mulia dan di muliakan banyak
orang, kehadirannya ditengah-tengah kehidupan manusia sangat penting,
tanpa ada guru atau seseorang yang dapat di tiru, diteladani oleh manusia
untuk belajar berkembang dan mengembangkan diri, manusia tidak akan
memiliki budaya, norma, dan agama.6
Dalam proses belajar mengajar yang di perhatikan pertama sekali
adalah siswa (anak berkonotasi dengan tujuan, karena anak didiklah yang
memiliki tujuan), bagaimana keadaan dan kemampuannya, baru setelah
itu menentukan komponen-komponen lain. Apa bahan yang dibutuhkan,
bagaimana cara yang tepat dalam bertindak, alat dan fasilitas apa yang
cocok dan mendukung, semua itu harus disesuaikan dengan keadaan
karakter siswa. Itulah sebabnya siswa di sebut sebagai subjek belajar.
4 Anonim, Undang-Undang Sisdiknas (Sistem Pendidikan Nasional) 2003, (Jakarta :
Sinar Grafika, 2006), hal. 5-6.
5 Anonim, Al-Qur’an dan Terjemahannya, (Jakarta : Depag RI, 1971), hal. 421.
6 Martinis Yamin, profesionalisasi Guru dan Implementasi KTSP (Jakarta : Gaung
Persada Press, 2009), Hal. 47.
5. 5
Karakter siswa adalah keseluruhan kelakuan dan kemampuan yang
ada pada siswa sebagai hasil dari pembawaan dan lingkungan sosialnya
sehingga menentukan pola aktivitas dalam meraih cita-citanya. Dengan
demikian penentuan tujuan belajar itu sebenarnya harus dikaitkan atau
disesuaikan dengan keadaan dan karakteristik siswa itu sendiri.
Siswa mengalami masa peralihan di fase remaja di mana yang
sering dilakukan siswa adalah kegelisahan karena mempunyai banyak
keinginan, pertentangan yang sering terjadi, berkeinginan besar mencoba
segala sesuatu, keinginan menjelajah ke alam sekitar lebih luas,
menghayal dan berfantasti, melakukan aktifitas secara berkelompok.7
Hamdani hamid dan Beni Ahmad Saebani mengatakan bahwa ada
beberapa nilai karakter yakni religius, jujur, toleransi, disiplin, kerja keras,
kreatif, mandiri, demokratis, rasa ingin tahu, semangat kebangsaan, cinta
tanah air, menghargai prestasi, besahabat, cinta damai, gemar membaca,
peduli lingkungan, peduli sosial, dan tanggung jawab. Nilai-nilai karakter
inilah yang harus ada dalam setiap individu termasuklah siswa.8
Adapun perilaku siswa madrasah aliyah yang menyimpang dan
mempengaruhi kegiatan belajar mengajar siswa antara lain terlambat
pelajaran, kabur dari sekolah, absen dari sekolah, berontak terhadap
aturan sekolah, berbohong, berlagak seperti lawan jenis, perilaku-perilaku
anarkis, berbuat cabul, problem gander, merokok, memusuhi teman-
teman, membuat gank, tidak mau taat orang tua, mencuri, memusuhi
guru. 9
Berdasarkan grand teori yang telah dikemukakan, maka peneliti
menemukan beberapa hal yang berbeda dengan grand teori tersebut yang
terdapat dalam grand tour di lapangan. Diantara yang berbeda yang
ditemukan oleh peneliti di Madrasah Aliyah Swasta (MAS) Nururrodhiyah
7 Sunarto dan Agung Hartono, Perkembangan Peserta Didik (Jakarta:PT.Rineka
Cipat,2008), hal. 58-60.
8 Hamdani hamid dan Beni Ahmad Saebani, Pendidikan Karakter Perspektif Islam (
Bandung : Pustaka Setia, 2013), hal. 30.
9 Syaikh M. Jamaluddin Mahfuzh, Psikologi Anak dan Remaja Muslim (Jakarta : Pustaka
Al-Kautsar, 2009), hal. 174-175.
6. 6
Kota Jambi menunjukkan ada gejala-gejala awal sebagai indikator yang
menjadi masalah dalam penelitian ini.
Maka dari gejala-gejala yang timbul tersebut itu antara lain10 :
1) Guru belum menampilkan diri sebagai pribadi yang mantap dan stabil
dengan ciri masih adanya guru yang tidak disiplin.
2) Guru yang bersikap belum dewasa yakni guru belum mengembangkan
diri secara terus menerus sebagai pendidik.
3) Guru yang bersikap tidak berwibawa yakni belum berperilaku yang
berpengaruh positif terhadap anak didik.
4) Guru masih belum optimal mengembangkan karakter siswa.
Dari temuan tersebutlah terjadi kesenjangan yang memang harus di
teliti sehingga kompetensi kepribadian guru sangat penting karena akan
saling keterkaitan dan saling berhubungan dan mempengaruhi
pengembangan karakter dari setiap individual siswa.
Bertolak dari latar belakang di atas, maka peneliti tertarik untuk
melakukan penelitian dengan judul “KOMPETENSI KEPRIBADIAN GURU
AGAMA DALAM PENGEMBANGAN KARAKTER SISWA DI MADRASAH
ALIYAH SWASTA NURURRODHIYAH KOTA JAMBI”
2. Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang masalah tersebut di atas, maka untuk
memperoleh gambaran yang lebih jelas tentang permasalahan dalam
penelitian ini. Maka yang menjadi pertanyaan utama penelitian ini adalah
mengapa Guru Agama belum optimal dalam melakukan pengembangan
karakter siswa di Madrasah Aliyah Swasta Nururrodhiyah Kota Jambi?
dari pertanyaan utama tersebut dapat dirumuskan beberapa rumusan
masalah yaitu:
a. Mengapa guru agama masih ada yang belum berkepribadian mantab
dan stabil yakni bersikap disiplin dalam menjalankan tugasnya ?
10 Observasi Awal peneliti, tanggal 14 Maret – 12 Mei 2014
7. 7
b. Mengapa guru agama masih ada yang belum berkepribadian dewasa
yakni dalam mengembangkan diri secara terus menerus sebagai
pendidik ?
c. Mengapa guru agama masih ada yang belum berwibawa yakni
berperilaku yang berpengaruh positif terhadap anak didik ?
d. Mengapa guru agama belum optimal dalam pengembangan karakter
siswa?
3. Fokus Penelitian
Agar jangan terjadi kesimpangsiuran dalam penelitian ini, maka
peneliti memfokuskan masalah penelitian ini yakni peneliti ingin
mengetahui kompetensi kepribadian guru agama dalam pengembangan
karakter siswa di Madrasah Aliyah Swasta Nururrodhiyah Kota Jambi,
yakni kepribadian mantab dan stabil dengan menunjukkan prilaku disiplin,
kepribadian dewasa ditunjukkan dengan mengembangkan diri secara
terus-menerus, dan berwibawa dengan prilaku yang berpengaruh positif
terhadap anak didik.
4. Tujuan dan Kegunaan Penelitian
a. Tujuan Penelitian
Berdasarkan rumusan masalah diatas, maka penelitian ini
bertujuan yakni sebagai berikut :
1) Ingin mengetahui mengapa guru agama masih ada yang belum
berkepribadian mantab dan stabil yakni bersikap disiplin dalam
menjalankan tugasnya.
2) Ingin mengetahui mengapa guru agama masih ada yang belum
berkepribadian dewasa yakni dalam mengembangkan diri secara
terus menerus sebagai pendidik.
8. 8
3) Ingin mengetahui mengapa guru agama masih ada yang belum
berwibawa yakni berperilaku yang berpengaruh positif terhadap anak
didik.
4) Ingin mengetahui mengapa guru agama belum optimal dalam
pengembangan karakter siswa.
b. Kegunaan Penelitian
Adapun dari penelitian tersebut, di harapkan penelitian ini mampu
memberikan banyak manfaat. Diantara manfaatnya adalah sebagai
berikut:
1) Untuk menjadikan kepribadian guru agama yang mantab dan stabil
yakni bersikap disiplin dalam menjalankan tugasnnya.
2) Untuk membantu guru dalam pengembangan kompetensi kepribadian
dewasa yakni mengembangkan diri secara terus menerus sebagai
pendidik.
3) Untuk meningkatkan kompetensi kepribadian guru agama yang
berwibawa agar guru berperilaku yang berpengaruh positif terhadap
anak didik.
4) Untuk mengoptimalkan kompetensi kepribadian guru dalam
pengembangkan karakter siswa.
B. Pembahasan
1. Kompetensi Kepribadian Guru Agama
Kompetensi pada hakikatnya menggambarkan pengetahuan,
keterampilan, sikap dan nilai-nilai yang harus dikuasai peserta didik dan
direfleksikan dalam kebiasaan berpikir dan bertindak. Hall dan Jones
dalam Syaiful Sagala mengatakan bahwa kompetensi adalah pernyataan
yang menggambarkan penampilan suatu kemampuan tertentu secara
9. 9
bulat yang merupakan perpaduan antara pengetahuan dan kemampuan
yang dapat diamat dan di ukur.11
Jhonson dalam Wina Sanjaya menyatakan bahwa kompetensi
merupakan prilaku rasional guna mencapai tujuan yang di persyaratkan
sesuai dengan kondisi yang di harapkan. Dengan demikian, suatu
kompetensi ditunjukkan oleh penampilan atau untuk kerja yang dapat
dipertanggung jawabkan (rasional) dalam upaya mencapai suatu tujuan.12
Behaviors can be taught and learned, maksudnya adalah Perilaku dapat
diajarkan dan dipelajari.13 Semua orang secara rutin bertindak dalam
berbagai cara untuk perilaku yang sama. Seseorang memiliki perilaku
bermacam-macam.14
Kata kepribadian diyakini dari bahasa latin “persona” artinya topeng
yang digunakan aktor. Dalam psikologi menurut kamus Webster dalam
Lynn Wilcox kepribadian berarti totalitas karakteristik individual terutama
berhubungan dengan orang lain, dan kepribadan berarti suatu
kecendrungan emosi yang terpadu, minat-minat, kecendrungan tingkah
laku dan lain-lain.15
Kepribadian adalah sesuatu dan melakukan sesuatu, kepribadian
terletak dibelakang perbuatan-perbuatan khusus dan didalam individu.
Kepribadian bukan hanya susunan si pengamat, bukan pula sesuatu yang
hanya ada selama ada orang lain yang beraksi terhadapnya. Jauh dari itu
kepribadian mempunyai eksistensi riil.16
Dari beberapa sumber mengenai kompetensi kepribadian guru
agama, jadi dapat di simpulkan oleh penulis kompetensi kepribadian guru
11 Syaiful Sagala, Kemampuan Profesional Guru dan Tenaga Kependidik (Bandung :
Alfabeta, 2013), hal. 157.
12 Wina Sanjaya, Strategi Pembelajaran Berorientasi Standar Proses Pendidikan (Jakarta
: Kencana, 2010), hal. 17.
13 Michel Hersen & Jay C. Thomas, Comprehensive handbook of personality and
psychopathology (United States of America, 2006), hal. 352.
14Ibid, hal. 412.
15 Lynn Wilcox, Psikologi Kepribadian Analisis Seluk Beluk Kepribadian Manusia
(Jogjakarta : IRCiSoD, 2013), hal. 264
16 Agus Sujianto dkk, Psikologi Kepribadian ( Jakarta : PT. Bumi Aksara, 2009), hal. 94.
10. 10
agama adalah perpaduan dari pengetahuan, keterampilan, sikap
individual guru yang direfleksikan dalam kebiasaan berfikir dan bertindak
yang berhubungan dengan orang lain dan tersusun dari semua sifat yang
dimilikinya mencakup kepribadian yang mantab dan stabil, dewasa, arif,
bijaksana, berwibawa, berakhlak mulia, menjadi teladan bagi peserta didik
dan masyarakat, mengevaluasi kinerja sendiri, dan mengembangkan diri
secara mandiri dan berkelanjutan guna mencapai tujuan sesuai dengan
kondisi yang diharapkan.
2. Pengembangan Karakter Siswa
Karakter adalah kepemilikan akan hal-hal yang baik. Karakter
merupakan proses perkembangan dan pengembangan dalam setiap
individu. Karakter adalah sebuah proses berkelanjutan dan tak pernah ada
akhirnya (never ending process) yakni selama manusia hidup dan selama
sebuah bangsa ada dan ingin tetap eksis.17
Karakter tidak bisa di bentuk dalam prilaku instan yang bisa di
olimpiadekan. Pengembangan karakter harus menyatu dalam proses
pembelajaran yang mendidik, disadari oleh guru sebagai tujuan
pendidikan, dikembangkan dalam suasana pembelajaran yang
transaksional dan bukan intruksional, dan dilandasi pemahaman secara
mendalam terhadap perkembangan peserta didik.18
Menurut Fuad Wahab dalam Hamdani hamid dan Beni Ahmad
saebani, istilah karakter sama dengan akhlak dalam pandangan islam.
Dalam berbagai kamus karakter dalam bahasa arab di artikan khuluq,
sajiyyah, thab’u yang dalam bahasa Indonesia diterjemahkan dengan
syakhshiyyah atau personality, artinya kepribadian.19
17 Thomas Lickona diterjemahkan Juma Abdu Wamaungo., Character Matters (Jakarta :
Bumi Aksara, 2012), hal. 13.
18 Ibid, hal. xi.
19 Hamdani hamid dan Beni Ahmad Saebani, Op.Cit., hal. 31.
11. 11
Karakter adalah mustika hidup yang membedakan antara manusia
dan binatang. Manusia tanpa karakter adalah manusia yang
membinatang. Orang – orang yang berkarakter kuat dan baik secara
individual maupun sosial adalah orang yang memiliki akhlak, moral, dan
budi pekerti yang baik. Maka dari itu institusi pendidikan harus lah
bertanggung jawab menanamkan dan mengembangkannya melaui proses
pembelajaran.20
Karakter di maknai sebagai berpikir dan berprilaku yang khas tiap
individu untuk hidup dan bekerja sama baik dalam lingkup keluarga,
masyarakat, bangsa dan negara. Individu yang berkarakter baik adalah
individu yang dapat membuat keputusan dan siap mempertanggung
jawabkan setiap akibat dari keputusannya. Karakter tidak diwariskan,
tetapi sesuatu yang dibangun secara berkesinambungan hari demi hari
melalui pikiran dan perbuatan, pikiran demi pikiran, dan tindakan demi
tindakan.21
Ada 18 nilai-nilai karakter yang menggambarkan kepribadian
seseorang yakni antara lain sebagai berikut Religius, Jujur, Toleransi,
Disiplin, Kerja Keras, Kreatif, Mandiri, Demokratis, Rasa Ingin Tahu,
Semangat Kebangsaan, Cinta Tanah Air, Menghargai Prestasi,
Bersahabat/komunikatif, Cinta Damai, Gemar Membaca, Peduli
Lingkungan Peduli Sosial, dan bertanggung Jawab22 :
Tabel 1.
Nilai dan Deskripsi Nilai Karakter23
No Nilai Dekripsi
1 2 3
1. Religius Sikap dan perilaku yang patuh dalam melaksanakan
ajaran agama yang dianutnya, toleran terhahadap
ibadah agama lain dan hidup rukun dengan pemeluk
20 Zubaedi, Desain Pendidikan Karakter Konsepsi dan Aplikasinya dalam lembaga
Pendidikan (Jakarta : Kencana Prenada Media Group, 2011), hal. 1.
21 Mukhlas Samani dan Hariyanto, Konsep dan Model Pendidikan Karakter (Bandung :
Pt.Remaja Rosdakarya Offset, 2013), hal. 41.
22 Hamdani hamid dan Beni Ahmad Saebani, Op.Cit.,hal. 30.
23Zubaedi, op. cit., hal. 74-76.
12. 12
agama lain
2. Jujur Perilaku yang didasarkan pada upaya menjadikan
dirinya sebagai orang yang selalu dapat dipercaya
dalam perkataan, tindakan dan pekerjaan
3. Disiplin Tindakan yang menunjukkan perilaku tertib dan patuh
pada berbagai ketentuan peraturan
4. Toleransi Sikap dan tindakan yang menghargai perbedaan
agama, suku, etnis, pendapat, sikat dan tindakan
orang lain yang berbeda dari dirinya
5. Kerja Keras Perilaku yang menunjukkan upaya sungguh-sungguh
dalam mengatasi berbagai hambatan belajar dan
tugas serta menyelesaikan tugas dengan sebaik-
baiknya
6. Kreatif Berpikir dan melakukan sesuai menghasilkan cara
atau hasil baru dari sesuatu yang telah dimiliki
7. Mandiri Sikap dan perilaku yang tidak mudah tergantung pada
orang lain dalam menyelesaikan tugas-tugas
1 2 3
8. Demokratis Cara berpikir, bersikap dan bertindak yang menilai
sama hak dan kewajiban dirinya dan orang lain
9. Rasa Ingin
Tahu
Sikap dan tindakan yang selalu berupaya untuk
mengetahui lebih mendalam dan meluas dari sesuatu
yang dipelajari, dilihat dan didengar
10. Semangat
Kebangsaan
Cara berpikir, bertindak, dan berwawasan yang
menempatkan kepentingan bangsa dan negara di
atas kepentingan diri dan kelompoknya
11. Cinta Tanah
Air
Cara berpikir, bersikap dan berbuat yang
menunjukkan kesetiaan, kepedulian, dan
penghargaan yang tinggi terhadap bahasa,
lingkungan fisik, sosial, budaya, ekonomi dan politik
bangsa
12. Menghargai
Prestasi
Sikap dan tindakan yang mendorong dirinya untuk
menghasilkan sesuai yang berguna bagi masyarakat
dan mengakui serta menghormati keberhasilan orang
lain
13. Bersahabat/
komunikatif
Tindakan yang memperlihatkan rasa senang
berbicara, bergaul dan bekerjasama dengan orang
lain
14. Cinta Damai Sikap, perkataan, dan tindakan yang menyebabkan
orang lain merasa senang dan aman atas kehadiran
dirinya
15. Gemar
Membaca
Kebiasaan yang menyediakan waktu untuk membaca
berbagai bacaan yang memberikan kebajikan bagi
dirinya
13. 13
16. Peduli
Lingkungan
Sikap dan tindakan yang selalu mencegah kerusakan
lingkungan alam di sekitarnya, dan mengembankan
upaya-upaya untuk memperbaiki kerusakan alam
yang sudah diperbaiki
17. Peduli
Sosial
Sikap dan tindakan yang selalu ingin memberi
bantuan pada orang lain dan masyarakat yang
membutuhkan
18. Tanggung
Jawab
Sikap dan perilaku seseorang untuk melaksanakan
tugas dan kewajibannya, yang seharusnya dilakukan
terhadap dirinya, masyarakat, lingkungan (alam,
sosial dan budaya), negara dan Tuhan YME
Dari teori-teori tersebutlah dapat disimpulkan bahwa
pengembangan karakter siswa madrasah aliyah adalah proses
perkembangan dan pengembangan dalam setiap individu siswa yang
berkelanjutan dan tidak pernah ada akhirnya serta terwujud dalam bentuk
pembiasaan, sikap, dan prilaku yang tidak diwariskan tetapi dibangun
secara berkesinambungan hari demi hari, pikiran demi pikiran, dan
tindakan demi tindakan dimana siswa membentuk dirinya dengan
tuntunan ataupun dukungan dari sekolah terutama guru, keluarga dan
masyarakat yang dapat mengarahkan siswa kepada pribadi yang lebih
baik dan berkarakter guna melaksanakan nilai-nilai baik kepada Tuhan,
sesama manusia, lingkungan dan bangsa sehingga terwujudlah insan
kamil.
3. Temuan dan Analisis Hasil Penelitian
Dari rumusan masalah yang telah dipaparkan pada bab
sebelumnya, maka penulis akan menjawab dari hasil penelitian yang telah
dilakukan.
a. Guru Agama belum berkepribadian mantab dan stabil yakni bersikap
disiplin dalam menjalankan tugasnya di karenakan yakni :
1) Letak sekolah jauh dari rumah
2) Kesibukan aktifitas guru di luar sekolah
3) Mengurus keluarga terlebih dahulu
4) Persiapan pembelajaran dan sertifikasi guru
14. 14
5) Sakit
b. Guru belum berkepribadian yang dewasa, hal ini dapat di tunjukkan
adalah salah satunya dengan sikap mengembangkan diri secara terus
menerus. Dalam hal ini ternyata guru masih belum optimal melakukan
pengembangan diri secara terus menerus dikarenakan yakni :
1) Guru kurang mendapatkan pelatihan dan kurang pengembangan
dirinya apalagi dalam bentuk penerapan pengembangan karakter
siswa. Dimana siswa ini memiliki karakter yang berbeda di setiap
individunya.
2) Guru susah meluangkan waktu untuk mengembangkan dirinya
secara terus menerus dengan kesibukannya sehari-hari.
c. Guru agama belum berwibawa yakni berperilaku yang berpengaruh
positif terhadap anak didik karena :
1) Kurangnya perhatian kepada siswa
2) Lupa tugasnya sebagai guru
d. Guru agama belum optimal dalam pengembangan karakter siswa
karena :
1) Faktor lingkungan internal dan eksternal yakni sulitnya menghadapi
perkembangan zaman, dimana pengaruh lingkungan baik itu
lingkungan sekolah, lingkungan keluarga, maupun lingkungan
masyarakat.
2) Faktor psikologi anak remaja yakni fase masa belajar siswa di aliyah
ini adalah masa usia remaja, dimana siswa ini sedang mencari jati
dirinya, siswa lebih ingin tampil mandiri, lebih banyak timbul rasa
keingin tahuan akan segala sesuatu dan ingin mencoba apa saja
yang dihadapinya. Inilah yang membuat tantangan tersendiri bagi
guru, khususnya guru agama. Namun guru agama bersama guru
yang lainpun berusaha semaksimal mungkin untuk dapat
mengembangkan karakter siswa agar terbentuklah siswa yang
berakhlak mulia.
15. 15
C. Penutup
1. Implikasi
a. Mengapa guru agama ada yang belum berkepribadian mantab dan
stabil yakni bersikap disiplin dalam menjalankan tugasnnya.
Kompetensi kepribadian guru merupakan salah satu diantara
kompetensi profesional guru yang harus diterapkan baik itu dilingkungan
sekolah maupun luar sekolah. Dalam kompetensi kepribadian ini seorang
guru harus mampu memberikan contoh yang baik yang tentunya dapat
ditiru oleh peserta didiknya. Apabila guru berprilaku baik maka akan
menghasilkan pula peserta didik yang berprilaku baik pula, namun
sebaliknya apabila guru menampilkan prilaku yang kurang baik maka
siswa pun akan menampilkan prilaku yang kurang baik pula.
Peran guru sangatlah dibutuhkan dalam pengembangan karakter
siswa ini. Untuk itu guru harus menunjukkan sikap yang baik diantaranya
adalah melalui kedisiplinan. Masalah kedisiplinan ini adalah masalah
umum yang terjadi di berbagai sekolah, akan tetapi hal ini jangan sampai
terus dibiasakan karena kan berakibat kepada terbentuknya budaya yang
kurang dan disiplin dan apabila terus menerus dilakukan prilaku kurang
disiplin maka akan membuat hal kurang disiplin ini menjadi adat
kebiasaan yang tdak bisa lagi di hilangkan.
Guru dalam menunjukkan prilaku yang mantab dan stabil yang
salah satunya di tunjukkan melalui prilaku disiplin ini adalah guru harus
menyadari akan pentingnya disiplin, guru pun harus mengingat kembali
akibat dari pembiasaan prilaku kurang disiplin ini jika dilakukan, dan guru
harus berjuang sekuat tenaga memberikan contoh prilaku yang disiplin
baik dilingkungan sekolah maupun lingkungan luar sekolah.
Untuk itu Guru seharunya jadikan dirinya menjadi kepribadian yang
mantab dan stabil yakni meliputi guru dapat menaati peraturan
perundang-undangan dan ketentuan lainnya, menunjukkan perilaku
disiplin, bertindak sesuai norma sosial dengan ciri bertutur kata santun
berpenapilan sopan, dan berprilaku santun, guru juga bangga sebagai
16. 16
pendidik ditandai dengan menunjukkan komitmen tegas sebagai pendidik
dan juga menjaga kode etik profesi pendidik, guru pun harus memiliki
konsistensi dalam bertindak sesuai dengan norma dengan ciri mentaati
tata tertib secara konsisten dan memiliki kedisiplinan diri secara konsisten.
b. Mengapa guru agama masih ada yang belum berkepribadian dewasa
yakni dalam mengembangkan diri secara terus menerus sebagai
pendidik.
Dewasa merupakan sikap yang tentunya harus dimiliki seorang
guru, dengan sikap dewasa ini maka guru memiliki kemampuan khusus
untuk melakukan pengembangan terhadap dirinya. Tak kala terjadi prilaku
siswa yang menyimpang, maka seorang guru yang dewasa tentu berpikir
dengan tenang dan mencari jalan keluar agar dapat mengembangkan
karakter siswa keaarah yang lebih baik. Dewasa ini yang dimiliki guru
salah satunya dengan sikap yang guru yang melakukan pengembangan
dirinya secara terus menerus.
Guru jangan hanya sekedar mengajar dan setelah selesai mengajar
pulang kerumah. Tugas guru memang berat, guru selain mendidik, guru
harus juga mampu membina siswa nya dan mengarahkan siswanya
kepada kebaikan. Untuk itu seorang guru harus lah kreatif, dan mencari
informasi-informasi, pelatihan-pelatihan, pengembangan diri dan lain
sebagainya, yang tujuannya adalah untuk membentuk karakter siswa
yang sesuai dengan yang diharapkan.
Guru seharusnya jangan lagi menunggu diberikan pelatihan, akan
tetapi guru harus lah melakukan pengembangan diri secara terus menerus
dengan kreatif. Guru harus rela mengorbankan dirinya untuk melakukan
pengembangan karakter siswa yang sesuai dengan yang diharapkan.
Guru harus senantiasa mencari strategi khusus, atau metode khusus
dalam menghadapi siswanya, karena menghadapi siswa madrasah aliyah
berbeda dengan menghadapi siswa tsanawiyah maupun sekolah dasar.
17. 17
Untuk itu dengan kepribadian yang dewasa maka guru seharusnya
memiliki karakteristik di antaranya adalah guru menampilkan kemandirian
dalam bertindak sebagai pendidik dengan ciri melaksanakan tugas secara
mandiri, mengambil keputusan secara mandiri, dan menilai diri sendiri,
Guru juga harus memiliki etos kerja sebagai pendidik yakni dengan ciri
bekerja keras, melaksanakan tugas secara bertanggung jawab, dan
mengembangkan diri secara terus menerus sebagai pendidik.
c. Mengapa guru agama masih ada yang belum berwibawa yakni
berperilaku yang berpengaruh positif terhadap anak didik.
Begitu banyak kepribadian guru yang harus dimiliki yang dapat
menunjang keprofesionalan seorang guru. Sebagai seorang guru, maka
diperlukan pula kepribadian yang berwibawa yang dilakukan oleh guru.
Dengan kewibawaan tujuannya adalah agar siswa dapat mengikuti
prilaku-prikau positif dari seorang guru.
Guru seharusnya memiliki Kepribadian yang berwibawa dengan
karakteristik perilaku yang berpengaruh positif terhadap anak didik yang
ditandai dengan mengemukakan pendapat yang berpengaruh positif
terhadap anak didik dan menunjukkan tindakan yang berpengaruh positif.
Gurupun harus memiliki perilaku yang disegani yakni di hormati peserta
didik, dihormati teman sejawat, dan di hormati oleh masyarakat.
Dengan kepribadian yang berwibawa ini tentunya membawa
harapan kepada kita semua, guru harus mampu menampilkan prilaku
tersebut terhadap siswanya, karena hal inipun sangat berpengaruh dalam
pengembangan karakter siswa di sekolah. Dengan sikap guru yang
dewasa ini akan senantiasa memudahkan guru dalam menyampaikan
pembelajaran disekolah, dan tentu tujuan utama pendidikan secara
nasional pun akan terbentuk dengan sendirinya dari diri siswa tersebut.
d. Mengapa kompetensi kepribadian guru dalam pengembangkan
karakter siswa masih belum optimal.
18. 18
Dalam pengembangan karakter di era globalisasi ini sangat
diperlukan peran guru di sekolah terutama guru agama yang mengajar di
sekolah. Guru harus mampu mengarahkan kepada karakter yang baik,
karena masa remaja yang dialami siswa madrasah aliyah adalah masa
peralihan yang sangat membutuhkan pembinaan dan pengarahan kepada
yang lebih baik. Guru harus mengawasi siswa nya dan memberikan
pemahaman kepada siswa akan pentingnya karakter yang baik .
Pembinaan karakter siswa di sekolah sangatlah penting karena
memiliki beberapa alasan, yaitu pertama; karakter merupakan hal sangat
esensial dalam berbangsa dan bernegara. Hilangnya karakter akan
menyebabkan hilangnyagerasi penerus bangsa. Karakter berperan
sebagai pengemudi dan kekuatan sehingga bangsa ini tidak terombang-
ambing. Kedua, karakter tidak datang dengan sendirinya, tetapi harus
dibangun dan dibentuk untuk menjadi bangsa yang bermartabat.
2. Rekomendasi
Merujuk pada temuan penelitian ini mengenai kompetensi
kepribadian guru agama dalam pengembangan karakter siswa di
Madrasah Aliyah Swasta Nururrodhiyah Kota Jambi, maka rekomendasi
penulis adalah:
a. Pemerintah Provinsi Jambi dalam hal ini Gubernur Jambi dan
Pemerintah Kota Jambi dalam hal ini Wali Kota Jambi.untuk
meningkatkan kualitas pendidikan terutama dalam membentuk guru-
guru yang profesional yakni dengan kompetensi kepribadian.
Pemerintah hendaknya melakukan pengembangan secara terus
menerus dan pengawasan lebih terhadap peserta didik. Karena
dengan hal ini, guru akan merasa terbantu dalam mengembangkan
karakter siswa di sekolah.
b. Kepala Kementrian Agama Kota Jambi untuk mengadakan pembinaan
akhlak baik dalam bentuk pelatihan, dan penataran, dan dilakukan
sesering mungkin, serta merangkul semua permasalahan guru yang
19. 19
terjadi di sekolah dan memberikan pemecahan dari masalah yang ada
di madrasah tersebut. Selain itupula pengawasan terhadap madrasah
harus lebih ditingkatkan lagi.
c. Kepada Kepala Madrasah sebagai pimpinan di madrasah. Harus
mampu memberikan fasilitas kepada guru, dan mendukung segala
aktifitas yang dilakukan guru dalam membentuk karakter. Memberikan
reward atau penghargaan kepada guru serta mengadakan slalu
komunikasi dengan sesama guru. Kepala madrasah memotivasi guru
untuk mengembangkan diri secara terus menerus dan dari sekolah
pun sesering mungkin mengadakan pelatihan dan evaluasi.
Meningkatkan kembali kedisiplinan baik guru maupun siswa dan
memberikan tindakan yang sesuai dengan aturan sekolah.
d. Guru Agama memberikan contoh yang baik terhadap siswanya.
Meningkatkan kembali kedisiplinan, menambah ilmu dan pengalaman,
melakukan pengembangan diri secara terus-menerus secara kreatif,
menjunjung tinggi lagi kode etik guru, meningkatkan kembali
keprofesionalan guru, guru harus mendisiplinkan kembali keahlian
mengajarnya di sekolah yang tidak sesuai mengajar dengan keahlian
yang dimilikinya.
e. Siswa harus lebih memperbaiki akhlaknya, dan menghormati guru,
siswa harus belajar memilih yakni apabila ada hal yang positif dari guru
maka ditirulah, dan apabila ada hal yang negatif yang di tampilkan
guru maka jangan lah ditiru hal negatif tersebut.
3. Kata Penutup
Demikian yang dapat kami paparkan mengenai tesis ini.
Penulis banyak berharap kepada para pembaca yang budiman sudi
memberikan kritik dan saran yang membangun kepada penulis demi
sempurnanya tesis ini. Semoga tesis ini berguna bagi penulis pada
khususnya juga para pembaca yang budiman pada umumnya.
Semoga tesis ini bermanfaat dan menambah wawasan bagi orang
yang membaca tesis ini dan penulis mohon maaf apabila ada kesalahan
20. 20
dalam penulisan kata dan kalimat yang kurang jelas dan kami juga sangat
mengharapkan yang membaca tesis ini akan bertambah motivasinya dan
mengapai cita-cita yang di inginkan.