Makalah ini membahas tentang inovasi teknologi pertanian sebagai upaya peningkatan produktivitas dan pertumbuhan agroindustri pedesaan. Pertama, menjelaskan pengertian teknologi pertanian dan ruang lingkupnya. Kedua, membahas bagaimana inovasi teknologi pertanian dapat meningkatkan produktivitas petani di pedesaan. Ketiga, menganalisis bagaimana inovasi teknologi pertanian dapat mengembangkan
1. Tugas : Prelium, oleh: Nurdin/P0100313008
1
INOVASI TEKNOLOGI PERTANIAN SEBAGAI UPAYA
PENINGKATAN PRODUKTIVITAS DAN
PERTUMBUHAN AGROINDUSTRI PEDESAAN
Oleh :
NURDIN
P0100313008
PASCA SARJANA UNHAS
SOSIOLOGI EKONOMI PERTANIAN
201
2. Tugas : Prelium, oleh: Nurdin/P0100313008
2
KATA PENGANTAR
Segala puji milik Allah yang telah mengajarkan manusia ilmu melalui
kalam, Dialah Allah, zat yang memiliki ilmu tiada batas, salam dan taslim
kepada Nabi Allah Muhammad saw.
Alhamdulillah penulis dapat menyelesaikan tugas makalah ini sebagai
suatu persyaratan dalam ujian prelium. Penulis menyadari bahwa makalah
ini masih sangat jauh dari kesempurnaan, untuk itu penulis mengharapkan
adanya masukan dari pembaca untuk lebih menyempurnakan makalah ini.
Kepada Dosen penguji terutama Prof.Dr. Ir. Mursalim, Msc, penulis
mengucapkan banyak terima kasih atas bimbingan yang telah diberikan
sehingga makalah ini dapat terselesaikan dengan baik dan tepat waktu.
Akhirnya kepada Allah jua penulis berharap mudah-mudahan, Allah
membalas semua jerih payah kita, sehingga dapat menjadi amal jariah.
Salam hormatku
Penulis
3. Tugas : Prelium, oleh: Nurdin/P0100313008
3
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR………………………………………………………….. 2
DAFTAR ISI……………………………………………………………………. 3
PENDAHULUAN……………………………………………………………….
A. Latar Belakang………………………………………………………….
B. Rumusan Masalah………………………………………………………
C. Tujuan Penulisan………………………………………………………..
4
4
6
6
PEMBAHASAN………………………………………………………………….
A. Pengertian Teknologi Pertanian………………………………………..
B. Ruang Lingkup Teknologi Pertanian…………………………………..
C. Inovasi Teknologi Pertanian Untuk Meningkatkan Produktivitas
Pertanian di Pedesaan………………………………………………….
D. Inovasi Teknologi Pertanian Untuk Meningkatkan Agrobisnis
Pertanian di Pedesaan………………………………………………….
8
8
9
10
22
KESIMPULAN…………………………………………………………………… 27
SUMBER………………………………………………………………………… 28
4. Tugas : Prelium, oleh: Nurdin/P0100313008
4
I. PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Negara kita adalah Negara yang memiliki sumber kekayaan
yang melimpah baik kekayaan berupa tambang yang ada dalam perut
bumi, maupun kekayaan yang ada dipermukaan bumi, atau kekayaan
yang dikelola melalui budidaya, sehingga sejarah mencatat bahwa
Indonesia pernah menjadi Negara yang mampu memenuhi kebutuhan
dalam negerinya sendiri dalam hal pangan dan komoditas pertanian
lainnya, atau sering dikenal dengan istilah Swasembada. Pencapaian
ini tentu menjadi salah satu faktor penting dalam mempertimbangkan
potensi Indonesia sebagai Negara agraris. Namun keadaan ini tidak
mencerminkan apa yang kita alami sekarang oleh karena volume
impor komoditi pertanian Indonesia justru lebih besar dibandingkan
volume ekspor. Keadaan ini dapat dilihat dalam subsektor tanaman
pangan, hortikultura dan peternakan, sedangkan untuk subsektor
perkebunan, Indonesia lebih banyak mengekspor, itupun lebih banyak
dalam bentuk bahan baku. Angka-angka yang disajikan oleh Pusat
data dan informasi pertanian menunjukan angka yang pantastik
bahwa ternyata total Impor Komoditas pertanian pada subsektor
tanaman pangan hingga Nopember 2012 mencapai 13 juta Ton,
sementara total ekspor hanya mencapai 210 ribu Ton suatu
perbandingan yang sangat tidak seimbang oleh karena impor kita jauh
lebih banyak dibandingkan dengan apa yang diekspor. Oleh karena
itu sektor hulu pada berbagai komoditi strategis yang menyangkut
kebutuhan pangan dalam negeri perlu ditindak lanjuti lebih serius.
Jangan karena ada keuntungan instan yang diperoleh lalu melupakan
keuntungan jangka panjang. Komoditi di sektor perkebunan pun
masih diperdagangkan di pasar Internasional dalam bentuk bahan
baku primer seperti CPO, kopi, karet dan lainnya. Sementara nilai
5. Tugas : Prelium, oleh: Nurdin/P0100313008
5
tambah dari komoditi yang kita hasilkan justru dinikmati oleh Negara
lain, yang setelah diproses mereka mengembalikan ke Indonesia
produk olahannya, sehingga nilainya menjadi lebih mahal dibanding
dengan nilai ekspor yang masih dalam bentuk bahan baku, hal ini
tentu membuat para petani kita menjadi semakin sulit terutama dalam
memenuhi kebutuhannya dibandingkan jika diolah di Negara sendiri
sebelum diekspor.
Sementara itu , Sebagian besar wilayah di Indonesia terutama
diluar Jawa memperoleh pendapatan daerah yang dihasilkan oleh
sektor pertanian atau sektor primer. Terbukti dari informasi yang
diperoleh dari BPS, Secara kuantitatif, kegiatan-kegiatan di sektor
sekunder dan tersier masih terkonsentrasi di Pulau Jawa, sedangkan
kegiatan sektor primernya lebih diperankan oleh luar Jawa. Hal ini
dikarenakan lebih dari 60% penduduk Indonesia terdiri dari
masyarakat petani dan buruh tani. Aktivitas perekonomian distimulus
dari aktivitas budidaya komoditi pertanian. Keberadaan pasar serta
aktivitas penawaran dan permintaan akan komoditi pertanian,
melahirkan aktivitas ekonomi lainnya yaitu usaha transportasi dan
distribusi hingga pedagang perantara dan pengolah komoditi
pertanian. Sektor pertanian menjadi aktivitas paling dominan dalam
struktur ekonomi masyarakat menengah kebawah di Indonesia.
Namun sayangnya, keuntungan (profit) yang dinikmati petani
(budidaya) adalah yang terkecil. Keuntungan lebih besar terdistribusi
pada pada pelaku usaha lainnya dalam mata rantai usaha agribisnis,
tentu keadaan ini menunjukkan ketidak adilan, yang dicita-citakan oleh
bangsa ini menurut pancasila disila terakhir yang menginginkan
adanya keadilan yang merata.
Untuk mengembangkan pertanian dimasa depan, yang banyak
diperankan oleh petani yang ada di desa diperlukan terobosan yang
6. Tugas : Prelium, oleh: Nurdin/P0100313008
6
lebih strategis untuk meningkatkan produktivitas petani dan
Agrtoindustrinya, agar petani memiliki daya saing yang dapat
mengangkat pertanian Indonesia. Tekad ini tidak boleh lagi ditunda-
tunda untuk mengentaskan kemiskinan dikalangan petani, oleh karena
ada Sekitar 80% dari petani kita termasuk kategori petani miskin dan
umumnya mereka tinggal di pedesaan.
Pemerintah Sejak tanggal 11 Juni 2005, melalui Presiden Susilo
Bambang Yudhoyono telah mencanangkan program revitalisasi
pertanian dengan prinsip memusatkan keuntungan pada petani. Untuk
mewujudkan kebijakan tersebut, salah satu upaya yang dilakukan
adalah melalui pengembangan agroindustri pedesaan. Paradigma
baru ini tentu sangat berdampak strategis pada pembangunan
kawasan pedesaan. Hal ini tentu akan mampu mendorong tumbuhnya
aktivitas perekonomian lainnya, karena Pembangunan identik dengan
pengembangan infrastruktur dan ketersediaan fasilitas yang
mendukung perekonomian. Melalui pengembangan agroindustri
pedesaan diharapkan mampu melahirkan masyarakat yang mandiri
sesuai dengan potensi dan kompetensi SDM masing-masing wilayah,
yang diwujudkan dalam aktivitas pemberdayaan dan pendampingan
petani.
Disamping peran pemerintah yang diharapkan dapat memberi
starting poin buat perkembangan pertanian guna mengembangkan
produkvitas petani dan perkembangan agroindustri di desa, maka
petani sebagai pelaku harus berani melakukan terobosan baru dengan
melakukan inovasi teknologi pertanian. Masih banyak petani-petani di
desa yang melakukan usaha tani hanya berdasarkan pengalaman
atau pengetahuan local yang diperoleh secara turun-temurun tanpa
mau tahu dengan perkembangan teknologi pertanian yang
berkembang atau karena ketidak mampuan menguasai dan
7. Tugas : Prelium, oleh: Nurdin/P0100313008
7
mendapatkan teknologi pertanian yang sudah maju, sehingga
produktivitas petani menjadi rendah, begitu pula produk-produk yang
dihasilkan tidak dikemas dalam trendi agroindustri sehingga nilainya
menjadi sangat rendah, inilah salah satu problem yang dihadapi oleh
petani-petani di desa sehingga dengan melakukan inovasi terhadap
teknologi pertanian produktivitas dan agroindustri pertanian di desa
dapat berkembang.
B. Rumusan Masalah
1. Bagaimana Pengertian Teknologi Pertanian
2. Bagaimana ruang lingkup Teknologi Pertanian
3. Bagaimana Inovasi Teknologi Pertanian dalam meningkatkan
Produktivitas Petani di pedesaan
4. Bagaimana inovasi teknologi Pertanian dalam meningkatkan
agroindustri Pertanian di pedesaan
C. Tujuan Penulisan
1. Menjelaskan pengertian teknologi pertanian
2. Menganalisis ruang lingkup teknologi Pertanian
3. Menganalisis inovasi Teknologi Pertanian dalam meningkatkan
produktivitas di pedesaan.
4. Menganalisis inovasi Teknologi Pertanian dalam
mengembangkan agroindustri di pedesaan
8. Tugas : Prelium, oleh: Nurdin/P0100313008
8
II. PEMBAHASAN
A. Pengertian Teknologi Pertanian
Kata agroindustri (agroindustry) relatif baru bahkan dalam
perbendaharaan bahasa Inggris kata agroindustri baru muncul pada tahun
1981. Istilah agroindustry pertama kalinya dipopulerkan oleh Dr. James E.
Austin, seorang mantan pakar ekonomi dan industri Bank Dunia (IBRD) yang
beliau ditulis dalam bukunya berjudul Agroindustrial Project Analysis, yang
diterbitkan pada tahun 1981. Kata Agroindustry, disebutkannya pada
kalimat pertama buku itu di bagian Foreword Agroindustry that is, industry
based on the processing of agricultural raw materials (Agroindustri adalah
industri yang berbasis pada pengolahan bahan mentah pertanian). Lebih
lanjut beliau memberi batasan agroindustri adalah An agroindustry is an
enterprise that processes agrocultural raw materials, including ground and
tree crops as well as livestocks (Suatu agroindustri adalah suatu perusahaan
yang mengolah bahan mentah pertanian, termasuk hasil tanaman maupun
ternak (hewani). Tingkatan pengolahan atau perubahan bentuk (transformasi)
dapat berbeda sekali, dari proses sederhana seperti pembersihan dan
sortasi buah sampai menggiling beras, memasak, mencampur, dan proses
kimiawi yang menghasilkan produk pangan baru (misalnya daging nabati).
Tujuan utama transformasi itu untuk meningkatkan daya guna, daya simpan,
lebih mudah untuk ditangani atau dipindahkan, meningkatkan mutu atau nilai
gizinya.
Teknologi pertanian sesungguhnya merupakan penerapan prinsip-
prinsip matematika dan ilmu pengetahuan alam dalam rangka
pendayagunaan secara ekonomis sumberdaya pertanian dan sumberdaya
alam untuk kesejahteraan manusia (Mangunwidjaja, D. dan Sailah, I. 2009).
Falsafahnya teknologi pertanian merupakan praktik empirik yang
bersifat pragmatik finalistik, dilandasi paham mekanistik vitalistik dengan
9. Tugas : Prelium, oleh: Nurdin/P0100313008
9
penekanan pada objek formal kerekayasaan dalam pembuatan dan
penerapan peralatan, bangunan, lingkungan, sistem produksi serta
pengolahan dan pengamanan hasil produksi (Soeprodjo. 1994). Objek formal
dalam ilmu pertanian budidaya reproduksi berada dalam fokus budidaya,
pemeliharaan, pemungutan hasil dari flora dan fauna, peningkatan mutu
hasil panen yang diperoleh, penanganan, pengolahan dan pengamanan
serta pemasaran hasil (Mangunwidjaja, D. dan Sailah, I. 2009). Oleh sebab
itu, secara luas cakupan teknologi pertanian meliputi berbagai penerapan
ilmu teknik pada cakupan objek formal dari budidaya sampai pemasaran.
B. Ruang Lingkup Teknologi Pertanian
Teknologi pertanian adalah penerapan ilmu-ilmu teknik kepada
kegiatan pertanian atau secara lengkap suatu penerapan prinsip-prinsip
matematika dan sains alam dalam rangka pendayagunaan secara ekonomis
sumber daya pertanian dan sumber daya alam untuk kepentingan
kesejahteraan manusia.
Pertanian sebagai sebagai suatu subsistem dalam kehidupan manusia
bertujuan untuk menghasilkan bahan nabati dan hewan termasuk biota
perairan dengan penggunaan SDA dan perairan secara efektif dan efisien
dalam rangka untuk mencapai kesejahteraan hidup manusia dan kelestarian
daya lingkup lingkungan, objek formal dari ilmu pertanian budi daya
reproduksi berfokus pada :
a) Budi daya
b) Pemeliharaan
c) Pemungutan dari hasil fauna dan flora
d) Peningkatan mutu hasil panen yang diperoleh
e) Penanganan, pengolahan dan pengamanan hasil
f) Pemasaran hasil.
10. Tugas : Prelium, oleh: Nurdin/P0100313008
10
Oleh karena itu, secara luas cakupan teknologi pertanian meliputi
cakupan berbagai penerapan ilmu teknik pada cakupan objek formal dari budi
daya sampai pemasaran, sedangkan menurut Mursalim (2013), teknologi
pertanian aksiloginya mulai pada kegiatan penyiapan sumber daya (lahan
untuk penanaman, kolam), budidaya, pemeliharaan, sampai pemanen, atau
teknologi pertanian berfokus pada teknologi untuk penanganan, pengolahan,
dan pengaman hasil atau teknologi pertanian merupakan teknologi untuk
kegiatan transportasi dan pemasaran hasil pertanian, selanjutnya Mursalim
(2013) lebih merinci bahwa teknologi industry pertanian merupakan ilmu
terapan yang menitikberatkan pada perencanaan, perancangan,
pengembangan, evoluasi suatu system terpadu (meliputi manusia, bahan,
informasi, peralatan dan energy) pada kegiatan agroindustry untuk mencapai
kinerja (efisiensi dan efektifitas) yang optimal.
C. Inovasi Teknologi Pertanian Untuk Meningkatkan Produktivitas
Pertanian di Pedesaan
Ada beberapa hal yang menyebabkan produktivitas pertanian
terutama pangan di Indonesia menjadi rendah, Faktor dominan yang menjadi
penyebab rendahnya produktivitas tanaman pangan adalah (a) Penerapan
teknologi budidaya di lapangan yang masih rendah, (b)Tingkat kesuburan
lahan yang terus menurun (Adiningsih, S, dkk., 1994), (c) Eksplorasi potensi
genetik tanaman yang masih belum optimal (Guedev S Kush, 2002).
Sedangkan Mashar (2000), lebih merinci penyebab rendahnya produktivitas
dalam pertanian, hal ini disebabkan karena pemahaman dan penguasaan
penerapan paket teknologi baru yang kurang dapat dipahami oleh petani
secara utuh sehingga penerapan teknologinya sepotong-sepotong, Seperti
penggunaan pupuk yang tidak tepat, bibit unggul dan cara pemeliharaan
yang belum optimal diterapkan petani belum optimal karena lemahnya
sosialisasi teknologi, system pembinaan serta lemahnya modal usaha petani
itu sendiri. Selain itu juga karena cara budidaya petani yang menerapkan
11. Tugas : Prelium, oleh: Nurdin/P0100313008
11
budidaya konvensional dan kurang inovatif seperti kecenderungan
menggunakan input pupuk kimia yang terus menerus, tidak menggunakan
pergiliran tanaman, kehilangan pasca panen yang masih tinggi 15 – 20 %
dan memakai air irigasi yang tidak efisien. Akibatnya antara lain berdampak
pada rendahnya produktivitas yang mengancam kelangsungan usaha tani
dan daya saing di pasaran terus menurun. Rendahnya produktivitas dan daya
saing komoditi tanaman pangan yang diusahakan menyebabkan turunnya
minat petani untuk mengembangkan usaha budidaya pangannya, sehingga
dalam skala luas mempengaruhi produksi nasional.
Para petani kita kebanyakan melakukan usaha tani mereka secara
tradisional dan konvensional, mereka melakukan usaha tani sesuai dengan
kebiasaan dan pengalaman mereka, begitu pula tanah yang selama ini
dikelola dengan system pemupukan anorganik membuat tanah-tanah
pertanian menjadi kurus, serta terkadang menggunakan bibit yang tidak
unggul. jika dibandingkan dengan petani-petani di luar negeri petani-petani
jika jauh tertinggal. Petani luar negeri sudah menerapkan teknologi
pertanian, dengan system pengolahan tanah yang modern serta didukung
oleh ketersediaan bibit yang unggul, sehingga mereka dapat meningkatkan
produktivitas pertanian mereka. Oleh karena itu untuk mengejar
ketertinggalan, para petani harus merubah mensage mereka, yaitu mereka
harus berani menerapkan teknologi pertanian yang sudah berkembang,
dengan menyesuaikan keadaan mereka, termasuk kondisi areal tanah,
cuaca dan kemampuan ekonomi (modal), serta keteranpilan dan ilmu
pengetahuan yang dimiliki.
Petani dalam memilih teknologi atau unsur-unsurnya tidak lepas dari
interaksinya terhadap lingkungannya, baik lingkungan fisik maupun
lingkungan sosialnya. Oleh karenanya petani dalam memilih teknologi yang
bermanfaat untuk diterapkan adalah melalui proses persepsi. Persepsi
merupakan suatu proses yang didahului oleh penginderaan. Sedangkan
12. Tugas : Prelium, oleh: Nurdin/P0100313008
12
penginderaan adalah merupakan suatu proses diterimanya stimulus oleh
individu melalui alat penerima yaitu alat indera (Walgito, 2006).
Individu petani dalam memahami suatu inovasi melalui proses
persepsi. Persepsi adalah stimulus yang mengenai individu itu kemudian
diorganisasikan dan diinterpretasikannya sehingga individu menyadari
tentang apa yang diinderanya (Walgito, 2006). Ketika individu petani
mendengar atau melihat suatu inovasi teknologi, maka muncul stimulus yang
diterima alat inderanya, kemuadian melalui proses persepsi suatu inovasi
teknologi baru yang ditangkap oleh indera sebagai sesuatu yang berarti dan
bermanfaat baginya. Melalui suatu interpretasi dan pemaknaan dari suatu
teknologi maka muncul keyakinan dan kepercayaan terhadap inovasi
teknologi tersebut. Akan tetapi individu petani masih memerlukan
pembuktian terhadap kebenaran inovasi tersebut melalui uji coba atau
melihat kepada sesama petaninya yang telah mencoba.
Davidoff mengatakan bahwa stimulus yang diterima alat indera,
kemudian melalui persepsi sesuatu yang diindera tersebut menjadi sesuatu
yang berarti setelah diorganisasikan dan diinterpretasikan (Walgito, 2006).
Dengan demikian menurut Walgito (2006) persepsi merupakan proses
pengorganisasian dan penginterpretasian terhadap stimulus yang diterima
oleh individu sehingga merupakan sesuatu yang berarti dan merupakan
aktivitas yang terintegrated dalam diri individu.
Persepsi petani terhadap suatu inovasi teknologi baru (misalnya
teknologi budidaya jagung Hibrida) adalah merupakan proses
pengorganisasian dan interpretasi terhadap stimulus yang diterima oleh
individu petani, sehingga inovasi teknologi tersebut merupakan yang berarti
dan bermanfaat serta merupakan aktivitas yang terintegrasi dalam diri
individu sebelum mengambil kebutusan untuk berperilaku. Bentuk kebutusan
berpelilaku adalah merupakan tindakan individu untuk menerapkan inovasi
teknologi yang telah diyakini dan dibuktikan.
13. Tugas : Prelium, oleh: Nurdin/P0100313008
13
Persepsi petani terhadap sesuatu inovasi teknologi baru dapat
dipengaruhi oleh faktor internal (dari dalam diri individu) dan faktor eksternal
(atau dari stimulus itu sendiri dan lingkungan). Suatu inovasi teknologi baru
yang dipersepsi erat kaitannya terhadap kondisi lingkungan (agro ekosistem)
dan tingkat kesulitan untuk menerapkan teknologi tersebut. Penilaian
terhadap tingkat kesulitan inovasi teknologi itu merupakan faktor-faktor
internal individu dalam mempersepsikan kemampuan diri sendiri untuk
melakukan tindakan atau penerapan sebagai pola perilakunya.
Secara psikologis persepsi individu petani terhadap suatu inovasi
teknologi sangat dipengaruhi oleh kemampuan pemberian makna atau arti
dari simbol-simbol teknologi itu, pengalaman individu, perasaan, keyakinan,
pengetahuan tentang inovasi, kemampuan berfikir, sumber referensi dan
motivasi untuk belajar. Faktor-faktor tersebut akan berpengaruh pada
seorang individu petani dalam mengadakan atau melakukan persepsi
terhadap inovasi teknologi. Belajar adalah memperoleh dan memperbaiki
kemampuan untuk melaksanakan suatu pola sikap melalui pengalaman dan
praktek (Van den Ban dan Hawkins, 2000).
Antara pengetahuan, sikap, kepribadian dan perilaku merupakan
faktor yang saling terkait yang mengarahkan individu dalam melakukan suatu
usaha yang bermanfaat bagi kehidupan dan masa depannya. Menurut
Puspadi (2002), Perubahan-perubahan sikap petani menyebabkan
perubahan kebutuhan petani. Kebutuhan petani saat ini adalah tingkat
pendapatan yang layak dan ketersediaan uang segar sebagai instrumen
untuk mengaktualisasikan dirinya, mengembangkan dirinya dan
mempertahankan dirinya.
Petani banyak belajar dari pengalamannya sendiri maupun
pengalaman orang lain tentang suatu inovasi teknologi dengan mencoba
serangkain tindakan yang beragam. Tingkat tindakan yang dilakukan petani
tergantung pada tingkat manfaat dan keuntungan yang akan diterima.
Seorang petani dengan pendidikan yang rendah seringkali bersifat apatis
14. Tugas : Prelium, oleh: Nurdin/P0100313008
14
terhadap inovasi sebagai akibat kegagalan yang dialaminya pada masa
lampau, karena kurangnya pengetahuan tentang inovasi. Sifat-sifat apatis
tersebut banyak dialami oleh sebagian besar petani lahan kering akibat
kegagalan usahatani yang dialaminya yang disebabkan oleh faktor kondisi
iklim yang tidak menentu.
Suatu inovasi teknologi yang diterima petani selalu menilai perilaku diri
sendiri akan kemampuan untuk melakukan teknologi itu dengan baik. Jika
seorang petani dengan tingkat penilaian diri atau pengendalian perilaku yang
tinggi gagal mencapai hasil yang diinginkan, maka ia akan mencoba lagi
untuk menemukan yang lebih baik. Sebaliknya jika seorang petani dengan
tingkat penilaian perilaku dirinya rendah, maka ia akan cepat berhenti
berusaha terutama pada pekerjaan-pekerjaan tertentu atau inovasi-inovasi
yang spesifik (Van den Ban dan Hawkins, 2000).
Dewasa ini, arus globalisasi semakin gencar, penemuan teknologi
masa kini semakin marak. Berbagai macam peralatan elektronik tersebar di
seluruh penjuru dunia. Hal-hal yang pada zaman dahulu dikatakan sebuah
mimpi, sekarang menjadi sebuah realita. Penerapan teknologi-teknologi
moderen di semua sektor kehidupan, memberikan kemudahan dan
kebermanfaatan bagi manusia dalam menjalankan aktifitasnya. Karena
memang tujuan utama adanya penemuan-penemuan teknologi yaitu untuk
membantu manusia dan memberikan kemudahan dalam melakukan
aktifitasnya, sehingga setiap aktivitas bisa lebih efektif dan efisien.
Begitu pula pada sektor pertanian, sekarang sudah banyak teknologi-
teknologi pertanian yang sudah diterapkan oleh beberapa negara maju,
mulai dari alat-alat pertanian, varietas-varietas unggul bibit pertanian, hingga
budidaya pertanian dengan cara modern. Terbukti, dengan adanya teknologi
pertanian dapat meningkatakan produktifitas pangan suatu negara. Contoh
nyatanya adalah negara Amerika. Teknologi pertanian Amerika semakin maju
sejak abad ke-19, banyak mesin dan teknologi pertanian yang ditemukan.
15. Tugas : Prelium, oleh: Nurdin/P0100313008
15
Kemajuan teknologi yang semakin pesat, tidak membuat orang Amerika
meninggalkan pertanian, namun justru pertanian di sana semakin
berkembang. Mesin dan teknologi yang ditemukan, digunakan untuk
meningkatkan hasil dan mutu pertanian.
Salah satu contohnya yaitu penerapan ilmu biologi untuk mencangkok
tanaman, agar hasil buahnya lebih bagus daripada tanaman induknya. Ilmu
pertanahan berguna untuk mengelola tanah pertanian dan mengatur sistem
irigasinya. Berbagai kemajuan teknologi malah membuat pertanian semakin
maju. Kebanyakan lahan pertanian di Amerika ditanami jagung, jerami, dan
gandum. Tanah pertanian utama digunakan untuk menghasilkan makanan
serat-seratan. Kini, Amerika Serikat merupakan salah satu negara
pengekspor hasil tani terbesar di dunia. Komoditasnya pun lengkap dan
memiliki kualitas sangat baik. Mulai dari sayur-sayuran, buah-buahan, ayam
potong, daging sapi, susu, hingga tembakau dan biji-bijian.
Peralatan pertanian di Amerika sudah sangat modern. Di Amerika,
traktor dapat berfungsi sebagai penarik alat-alat lainnya, seperti mesin
pencangkul, pemupuk, penanam benih, pemotong, dan pemanen. Bahkan,
beberapa traktor dapat menjadi alat penggerak untuk mesin lainnya. Dengan
adanya alat atau mesin-mesin modern ini, kegiatan pertanian menjadi lebih
efektif dan efisien. Para petani di sana juga menggunakan pesawat terbang
kecil untuk menyemprotkan antihama atau menyirami ladang-ladang mereka.
Komoditas makanan yang dulunya belum bisa diproduksi di Amerika,
sekarang sudah dapat diproduksi. Salah satunya adalah kedelai, yang baru
mulai diproduksi di Amerika Serikat pada tahun 1950-an. Amerika Serikat kini
menjadi salah satu pengekspor kedelai terbanyak. Dan, salah satu importir
kedelai Amerika adalah negara kita sendiri, Indonesia. Dengan adanya
teknologi pertanian, tanpa membutuhkan sumber daya manusia yang banyak
dan lahan yang luas pun dapat memproduksi pangan dengan skala besar.
16. Tugas : Prelium, oleh: Nurdin/P0100313008
16
Indonesia adalah negara agraris dengan pertanian sebagai salah satu
sektor utama dalam pembangunan bangsa. Hampir seluruh kegiatan
perekonomian Indonesia berpusat pada sektor pertanian. Bahkan mayoritas
penduduknya berprofesi sebagai petani. Sehingga, hal ini menjadikan sektor
pertanian sebagai sektor penting dalam roda struktural perekonomian
Indonesia. Namun yang menjadi pertanyaan adalah, kenapa sampai saat ini
Indonesia masih mengimpor bahan pangan terutama pada jenis makanan-
makanan pokok? Padahal Indonesia memiliki sumber daya manusia yang
besar terutama di sektor pertanian, dan memiliki lahan yang begitu luas pula.
Berdasarkan Data Katalog BPS, Juli 2012, Angka Tetap (ATAP) tahun 2011,
untuk produksi komoditi padi mengalami penurunan produksi. Gabah Kering
Giling (GKG) hanya mencapai 65,76 juta ton dan lebih rendah 1,07 persen
dibandingkan tahun 2010. Jagung sekitar 17,64 juta ton pipilan kering atau
5,99 persen lebih rendah tahun 2010, dan kedelai sebesar 851,29 ribu ton biji
kering atau 4,08 persen lebih rendah dibandingkan 2010, sedangkan
kebutuhan pangan selalu meningkat seiring pertambahan jumlah penduduk
Indonesia. Terlihat adanya ketidak seimbangan antara potensi pertanian
Indonesia dengan produkifitas hasil pertaniannya. Apa yang menyebabkan
semua itu?
Faktor utamanya adalah karena Indonesia belum menerapkan
teknologi pertanian modern, dan masih menggunakan cara-cara konfensional
dalam mengolah lahan pertanian. Masyarakat bangsa ini masih berfikir
tradisional dan belum melek akan teknologi-teknologi masa kini. Mereka
masih mengandalkan cara-cara nenek moyang yang sekarang sudah bukan
zamannya lagi. Padahal jikalau Indonesia menerapkan teknologi pertanian
dalam mengelola lahan pertaniannya, maka produktifitas pertanian dalam
negeri akan melonjak pesat dan dapat meningkatkan ketahanan serta
kemandirian pangan yang selama ini menjadi cita-cita bangsa Indonesia.
17. Tugas : Prelium, oleh: Nurdin/P0100313008
17
Bangsa Indonesia tidak akan mengimpor lagi berbagai bahan pangan
terutama jenis makanan pokok.
Berkaca dari apa yang telah terjadi di Amerika, harusnya Indonesia
bisa mencontoh atas apa yang telah terjadi di Amerika. seandainya kemajuan
teknologi diterapkan di pertanian Indonesia, para petani akan lebih sejahtera
dan pengelolaannya lebih mudah. Apalagi dengan melihat potensi pertanian
dan kesuburan tanah di Indonesia. Akselerasi penerapan teknologi pertanian
merupakan upaya yang paling aplikatif dan paling logis apabila bangsa ini
masih mau keluar dari zona keterpurukan di sektor pertaniannya.
Optimalisasi pengelolaan lahan pertanian dengan basis teknologi
modern, menjadi kunci sukses dalam pemenuhan kebutuhan pangan. Untuk
dapat mencapai hasil yang optimal, penggunaan berbagai peralatan modern
harus segera diterapkan. Modernisasi bukan berarti menghilangkan konsep
tradisional pengelolaan pertanian, tetapi dengan menerapkan teknologi
pertanian dapat memberikan hasil yang lebih baik dan lebih banyak. Selain
itu, petani juga mendapat nilai tambah yang besar. Produktivitas menjadi
tinggi, efisien, beban ongkos petani rendah, dan nilai tukar petani akan
meningkat. Contohnya, untuk menemukan bibit unggul padi, harus ada
penelitian dan penyilangan benih padi, jadi dapat dihasilkan bibit padi yang
cepat panen dengan hasil yang lebih banyak dan tahan hama.
Begitu juga dengan pengolahan lahan. Produksi pertanian tidak akan
efektif jika hanya mengandalkan tenaga pengolah lahan. Apalagi dengan
semakin terbatasnya tenaga pengolah lahan. Dengan modernisasi pertanian,
waktu yang dibutuhkan juga semakin singkat. Misalnya, pengolahan lahan
sawah dengan menggunakan hand tractor, yang bukan saja mempercepat
pengolahan tanah, tapi juga lebih irit tenaga. Apalagi, populasi kerbau
semakin berkurang karena disembelih untuk dikonsumsi manusia.
18. Tugas : Prelium, oleh: Nurdin/P0100313008
18
Untuk menanam padi, digunakan transplanter, dengan waktu tanam
yang terhitung cepat. Satu hektare lahan dapat ditanami paling lama satu
jam. Jauh lebih cepat dibandingkan penggunaan tenaga manusia yang
membutuhkan waktu tiga sampai empat hari untuk menanami satu hektare
lahan. Modernisasi peralatan juga telah dilakukan untuk memanen padi.
Seperti, penggunaan combine harvester , yang dapat memotong padi jauh
lebih cepat dibandingkan dengan cara dibabat manual. Dengan mesin
tersebut, satu hektare lahan bisa dipanen dalam waktu dua jam. Sementara,
dengan cara manual (dibabat) butuh waktu hingga tiga hari. Penggunaan
mesin itu juga dapat mencegah kerusakan padi menjadi lebih baik, yaitu
hanya 0,97 persen, dibanding menggunakan alat pemotongan manual,
seperti ani-ani atau sabit.
Perlu adanya kebijakan khusus serta berbagai terobosan baru dari
pemerintah dalam meningkatkan produktifitas petani di pedesaan untuk
mendukung pangan dalam negeri, dengan melakukan penerapan teknologi-
teknologi masa kini. Beberapa langkah dan terobosan yang bisa dilakukan
pemerintah untuk meningkatkan produktifitas petani di pedesaan dengan
berbagai penerapan teknologi pertanian, yaitu :
1. Pengadaan proyek pertanian di pedesaan yang berbasis modern
dengan menggunakan alat-alat berteknologi modern di seluruh
wilayah di Indonesia, terutama di daerah luar jawa yang masih
banyak lahan kosong yang kurang produktif, seperti Kalimantan,
Sumatera, Sulawesi, dan Papua. Sehingga dapat meningkatkan
produktifitas pangan dalam negeri tanpa mengandalkan jumlah
SDM yang ada di sektor pertanian
2. Memberikan peluang dan stimulan kepada para pengusa-pengusaha
besar dan pemilik modal untuk membuka proyek pertanian berskala
besar yang menggunakan sistem modern dengan melakukan mitra
19. Tugas : Prelium, oleh: Nurdin/P0100313008
19
dengan petani di desa sehingga petani dapat menerapkan
teknologi pertanian melalui mitra dengan pengusaha besar, dan
petani dapat mengelolah lahan yang luas, dan semakin banyak
pula lahan pertanian di pedesaan yang dibuka dan dikelola dengan
metode yang lebih modern
3. Mengembangkan teknologi sumber daya genetik dengan membuka
badan penelitian pertanian di setiap daerah, untuk mengetahui
varietas unggul di setiap daerah yang kemudian diteliti dan
dikembangkan, sehingga dapat menciptakan varietas unggul yang
dapat menghasilkan produk pertanian dengan jumlah yang banyak
dan memiliki kualitas yang baik, selanjutnya segera disalurkan dan
aplikasikan kepada petani yang ada di pedesaan dengan biaya
yang dapat dijangkau oleh petani di desa atau disubisidi oleh
pemerintah
4. Pengadaan alat-alat pertanian berbasis modern yang telah
mendapatkan subsidi dari pemerintah, sehingga petani di pedesaan
dapat membeli alat-alat pertanian modern dengan harga yang relatif
terjangkau, dan akhirnya dapat meningkatkan produktifitas hasil
pertanian para petani di pedesaan
5. Melakukan berbagai riset untuk pengembangan pertanian di
Pedesaan. Seperti halnya di negeri Belanda, yang hanya memiliki
luas wilayah relatif kecil bila dibandingkan Indonesia, bahkan 1/8
dari pulau jawa, pada tahun 2011 Belanda mampu menjadi negara
peringkat 2 untuk negara pengekspor produk pertanian terbesar di
dunia dengan nilai ekspor mencapai 72,8 miliar Euro. Produk
andalannya adalah benih dan bunga. Sektor pertanian merupakan
pendorong utama ekonomi di Belanda dengan menyumbang 20%
pendapatan nasionalnya. Kunci dari majunya pertanian di Belanda
20. Tugas : Prelium, oleh: Nurdin/P0100313008
20
adalah riset. Kebijakan-kebijakan dan teknologi di adopsi dari riset-
riset yang dilakukan para ahli. Penemuan-penemuan dalam bidang
pertanian, yang merupakan hasil riset para ahli-ahli pertanian di
Indoensia, harus segera diemplementasikan kepada petani yang
ada di pedesaan agar mereka dapat meningkatkan produktivitas
dalam usaha tani mereka.
6. Memfokuskan anggaran pertanian pemerintah dalam hal akselerasi
penerapan teknologi pertanian yang aplikatif dan terjangkau, agar
dapat dinikmati oleh petani-petani yang ada di pedesaan, terutama
anggaran pengadaan teknologi dalam pengadaan bibit unggul,
pengolahan tanah, penanaman, pemanenan dan pengolahan pasca
panen, yang sangat diperlukan petani di pedesaan untuk
meningkatkan produktivitas mereka.
7. Pengadaan berbagai penyuluhan kepada petani di pedesaan di
seluruh Indonesia , tentang pentingnya penerapan teknologi
pertanian, teknik menggunakan teknologi serta keuntungannya,
serta mengajak para petani di desa untuk beralih dari cara-cara
konvensional menuju cara-cara yang lebih modern, agar
produktivitas dapat meningkat.
8. Mendukung dan memfasilitasi berbagai penelitian dan penemuan
alat-alat teknologi baru yang ditemukan, khususnya para
mahasiswa yang sering mengadakan berbagai penelitian dan
penemuan baru di bidang teknologi, kemudian hasilnya segera
diaflikasikan ke petani-petani di pedesaan setelah dianggap valid
dan dapat meningkatkan produktivitas pertanian di pedesaan
9. Mengadakan sayembara dan pameran tahunan tentang teknologi
pertanian untuk umum, sehingga para peneliti dan para penemu
21. Tugas : Prelium, oleh: Nurdin/P0100313008
21
merasa dihargai dan diapresiasi serta merasa terpacu untuk
menemukan teknologi-teknologi baru. Masyarakat dapat melihat
dan mengikuti perkembangan teknologi pertanian. Kegiatan ini
dapat memacu para ahli dalam bidang teknologi untuk menemukan
teknologi pertanian yang tepat untuk di terapkan di pedesaan.
Dengan langkah-langkah tersebut, maka dalam waktu singkat
produktifitas pertanian indonesia akan mengalami peningkatan yang
signifikan. Pertanian pun akan lebih efektif dan efisien, serta ketahanan serta
kemandirian pangan yang selalu dicita-citakan bangsa Indonesia akan
segera terwujud. Tetapi, jikalau masyarakat dan pemerintah Indonesia masih
bersikukuh menggunakan cara-cara konvensional dan tidak mau melek
teknologi, maka Indonesia akan tetap menjadi negara yang selalu bergantung
pada negara lain, dan tidak akan pernah bisa menjadi negara maju. Karena,
negara maju adalah negara yang selalu mengikuti perkembangan zaman,
dan siap menghadapi persaingan global.
Sebagai bukti adanya peningkatan produktivitas pertanian dengan
menggunakan teknologi pertanian dalam komoditi tanaman padi,
sebagaimana hasil penelitian yang dilakukan oleh Toto suhendranata (2008)
dalam penelitian untuk mengetahui peran teknologi pertanian dalam
peningkatan produksi, beliau menyampaikan bahwa peran inovasi teknologi
pertanian (varietas unggul dan sistem budidaya meliputi sistem tanam jajar
legowo, pengelolaan tanaman terpadu = PTT dan sistem integrasi padi -
ternak = SIPT) terhadap peningkatan produktivitas padi sawah. Hasil
penerapan berbagai varietas unggul baru (VUB) di Jawa Tengah dapat
meningkatkan rata-rata produktivitas 1,0 - 2,4 t/ha atau (16,26 - 39,02%)
dibandingkan produktivitas varietas IR64. Sistem tanam jajar legowo 4:1 di
Sukoharjo dapat meningkatkan produktivitas varietas Cisantana ± 1,03 t/ha
atau 18,00% dibandingkan dengan tanam sistem tegel, sedangkan system
tanam jajar legowo 2:1 di Batang dapat meningkatkan produktivitas varietas
22. Tugas : Prelium, oleh: Nurdin/P0100313008
22
Mekongga ± 1,01 t/ha atau 14,10% dibandingkan dengan sistem tegel.
Penerapan PTT dapat meningkatkan produktivitas padi di tingkat penelitian,
pengkajian dan petani masing-masing 37%, 27% dan 16%. Penerapan model
PTT dengan mengintroduksikan VUB Mekongga, Cibogo, Cigeulis, Sunggal,
Cisantana dan Pepe di Sukoharjo dapat meningkatkan produktivitas 0,58 –
1,09 t/ha (0,91 t/ha) atau 15,76% dibandingkan dengan produktivitas varietas
IR64. Penerapan SIPT dengan pemeliharaan 25 ekor sapi di Sukamandi
dapat menyerap jerami 150 ton/tahun dan menghasilkan pupuk organik 72,4
ton/tahun. Penggunaan pupuk organik meningkatkan produktivitas padi 0,5 –
1.0 ton/ha. Hal tersebut di atas menunjukkan bahwa inovasi teknologi
pertanian berperan cukup besar dalam peningkatan produktivitas padi sawah.
Begitu pula komoditi selain padi dapat meningkat produksinya jika di
mengelola dengan menggunakan teknologi yang sudah maju, seperti
hortikultura, bahkan produk bidang lain seperti produk bidang perikanan dan
peternakan.
Perkembangan teknologi pertanian yang ada di Indonesia dewasa ini
telah menunjukkan peningkatan yang sangat pesat. Alat – alat yang di
gunakan dari yang sederhana sampai yang modern sekarang ini.
Perkembangan teknologi pertanian di Indonesia sebenarnya sudah sangat
lama, berbagai alat pertanian seperti cangkul, garu, waluku (alat bajak), sabit,
hingga ani-ani mungkin bisa dijadikan contoh teknologi pertanian yang pada
zamannya sangat membantu kehidupan petani. Sejak manusia
mengembangkan mesin-mesin pertanian, perlahan tapi pasti, teknologi
pertanian yang sederhana mulai ditinggalkan karena dianggap tidak produktif.
Penggunaan handtraktor, tressure, hingga penggilingan padi dapat kita
temui di berbagai pedesaan di Indonesia. Berikut adalah daftar beberapa
contoh penggunaan alat dan bahan dari hasil perkembangan teknologi di
bidang pertanian.
23. Tugas : Prelium, oleh: Nurdin/P0100313008
23
1. Cangkul
Cangkul adalah satu jenis alat tradisional yang digunakan
dalam pertanian. Cangkul digunakan untuk menggali,
membersihkan tanah dari rumput ataupun untuk meratakan
tanah. Cangkul masih digunakan hingga kini. Pekerjaan yang
lebih berat biasanya menggunakan bajak. Cangkul biasanya
terbuat dari kayu dan besi
2. Hand Tractor atauTraktor tangan
Traktor tangan ini diciptakan di Cina, dengan fungsi utamanya
adalah untuk mengolah tanah. Namun, sebenarnya traktor
tangan ini memiliki banyak fungsi, seperti pompa air, alat
prosesing,trailer, dan sebagainya.
3. Mesin Perontok Padi
Power threser atau Mesin perontok padi adalah jenis mesin
perontok yang telah terbukti handal dan sangat cocok dengan
berbagai jenis lahan persawahan di Indonesia. Mesin perontok
jenis ini telah banyak digunakan oleh petani di seluruh
nusantara karena keunggulannya yang praktis dan mudah
dipindahkan dari lahan satu lainnya. Digerakkan dengan mesin
bertenaga diesel. Mesin perontok jenis ini dapat digunakan
sebagai mesin perontok padi, perontok kedelai dan perontok
jagung, dsb.
4. Hammer mill
Hammer mill adalah jenis mesin penepung yang digunakan
untuk menghacurkan dan menghaluskan bahan - bahan yang
keras sampai menjadi tepung. Bahan-bahan yang bisa dijadikan
tepung dengan mesin ini antara lain kayu jati, tempurung atau
batok kelapa, cangkang kerang, biji jagung, tulang ikan dan
sebagainya. Hammer Mill dapat digunakan membuat tepung
24. Tugas : Prelium, oleh: Nurdin/P0100313008
24
kayu, tepung batok kelapa, tepung untuk bahan pellet yang
berupa cangkang kerang, tulang ikan, biji jagung, dsb
5. Mesin penggiling padi
Mesin penggiling padi adalah mesin yang digunakan untuk
mengupas padi memisahkanya antara padi putih (isinya) deng
gabah (kulitnya) dengan cara memasukan padi ke dalam
corong lalu mesin akan menggiling padi padi itu hingga terlepas
dari kulitnya lalu beras akan keluar.
6. Kultur Jaringan/ In Vitro
Teknik kultur jaringan memanfaatkan prinsip perbanyakan
tumbuhan secara vegetatif. Berbeda dari teknik perbanyakan
tumbuhan secara konvensional, teknik kultur jaringan dilakukan
dalam kondisi aseptik di dalam botol kultur dengan medium dan
kondisi tertentu. Dimanfaatkan tidak hanya untuk perbanyakan
tetapi juga untuk perbaikan tanaman dan penyimpanan plasma
nutfah serta untuk dapat merakit varietas baru.
Teknologi yang sudah berkembang ini tidak sepenuhnya sudah dimiliki
oleh petani di Pedesaan, hal ini disebabkan karena keterbatasan modal,
kemampuan adaptasi petani terhadap teknologi serta pengetahuan atau
keterampilan petani yang masih sangat kurang. Disamping itu teknologi
pasca panen yang dimiliiki oleh petani nyaris tidak ada sehingga nilai produk
mereka menjadi sangat kurang, apalagi jika tersimpan lama, produk-produk
petani di pedesan menjadi rusak, sehingga mereka harus menjual dengan
harga yang ditentukan oleh tengkulak.
Pemerintah selaku pemegang kebijakan sekaligus bertanggungjawab
dalam memajukan teknologi pertanian di pedesaan harus segera turun
tangan, misalnya dengan memberikan subsidi dalam pembelian peralatan,
bibit, dan alih teknologi kepada petani dengan memberikan pelatihan-
25. Tugas : Prelium, oleh: Nurdin/P0100313008
25
pelatihan dalam bidang pengolahan usaha tani di pedesaan dapat
meningkatkan produktivitas petani di pedesaan.
D. Inovasi Teknologi Pertanian Untuk Peningkatan Agroindustri
Pertanian di Pedesaan
Keunikan agroindustri dibandingkan dengan industri lain
nonpertanian terletak dari sifat bahan baku (komoditas pertanian) yang
secara umum mudah rusak (perishable), musiman, terpencar, bervariasi, dan
rowa ( bulky), Karena sifat alami hasil pertanian yang antagonistis
(bertentangan) dengan sifat umum yang dituntut industri, maka agroindustri
itu sendiri merupakan tantangan yang menarik untuk dijawab.
Pengertian mengolah mencakup kegiatan mengolah atau
pengolahan (processing) bahan mentah menjadi bahan jadi atau setengah
jadi. Pengertian mengolah dapat mengubah sedikit sifat bahan baku
(komoditas pertanian) menjadi bahan setengah jadi seperti proses
pemilahan, pembersihan, pengepakan dan distribusi yang lebih tepat
disebut proses penanganan, sampai proses yang cukup komplek seperti
proses disintegrasi (penghancuran) dan kombinasi kembali (recombination)
unsur pentingnya, misalnya pada proses pembuatan daging buatan (nabati)
dari bahan dasar kedele.
Pada tahun 1964 sampai 1967 telah diadakan tiga kali lokakarya
tingkat lokal dan nasional tentang Agroindustri dan secara umum diperoleh
konsensus lingkup kegiatan agroindustri yang mencakup:
a) Kegiatan menangani dan mengolah hasil/komoditas pertanian,
b) Kegiatan merancang peralatan/sarana/proses penanganan dan
pengolahan.
c) Kegiatan jasa terkait kedua butir (a) dan (b) tersebut dikenal dengan
Istilah agroindustri.
sejak itu makin populer dan banyak disebut orang, sehingga semula
yang hanya melekat pada industri pertanian di Jurusan TIN Fateta IPB
26. Tugas : Prelium, oleh: Nurdin/P0100313008
26
berkembang ke berbagai bidang pertanian lain, seperti bidang sosial ekonomi
pertanian, mekanisasi pertanian, teknologi pangan dan gizi, peternakan dan
perikanan.
Sementara itu, istilah agribisnis yang relatif dikenal lebih dulu dan
memang terdapat pada kamus bahasa Inggris, juga mulai populer. Karena
perkembangan yang cepat itu menyebabkan beberapa orang tanpa sadar
mencampuraduk kedua istilah itu menjadi agrobisnis atau pun agriindustri .
Tentu saja kedua istilah terakhir itu tidak tepat digunakan karena menyalahi
kaidah yang telah disepakati (Bahasa Indonesia yang Disempurnakan, 1974)
yang menyebutkan bahwa rujukan utamanya adalah Bahasa Inggris. Istilah
agrobusiness atau pun agriindustry tidak dikenal dalam kamus Bahasa
Inggris.
Agroindustri merupakan industri pengolah hasil pertanian. Sedangkan,
makna dari agroindustri pedesaan bukanlah berupa pambangunan industri
yang berlokasi di desa semata, akan tetapi lebih menekankan pada
pengembangan industri yang mampu menjadi penggerak perkembangan
perekonomian di pedesaan secara berkesinambungan baik secara horizontal
maupun vertikal. Pengembangan secara horizontal berarti diversifikasi jenis
industri yang tidak mempunyai kaitan input-output, misalnya pengembangan
industri tepung beras, tepung singkong dan tepung umbi lainnya. Dengan
menggunakan teknologi yang sama dikembangkan diversifikasi produk
dengan bahan baku yang berbeda. Sementara pengembangan secara
vertikal adalah diversifikasi jenis industri dalam satu rangkaian yang
berhubungan melalui input–output. Misalnya industri berbasis singkong,
pengembangan industri tapioka diikuti dengan pengembangan industri
makanan dengan input bahan baku tapioka. Usaha agroindustri juga dapat
berupa industri pengemasan dan penyediaan teknologi penyimpanan dan
distribusi yang mampu mempermudah, menjamin keamanan produk dan
memperpanjang usia produk. Jadi pengembangan agroindustri pedesaan
27. Tugas : Prelium, oleh: Nurdin/P0100313008
27
tidak selalu mengandalkan pendekatan teknologi pengolahan bahan baku
menjadi produk olahan semata.
Pengembangan agroindustri pedesaan dapat dikatakan berhasil
sebagai agen pendorong pembangunan apabila industri tersebut mampu
menjadi mesin penggerak kegiatan perekonomian lainnya (engine of growth).
Beberapa hal yang dapat menjadi indikatornya yaitu:
1) Bernilai tambah yang besar.
2) Mempunyai kaitan input-output yang tinggi dengan industri-industri
lainnya.
3) Nilai tambah yang dihasilkan diterima oleh penduduk desa.
4) Padat tenaga kerja.
5) Produk industri yang dikembangkan tersebut dikonsumsi oleh
penduduk desa dengan elastisitas permintaan yang tinggi.
Dalam buku pedoman umum pengembangan agroindustri pedesaan
yang dikeluarkan Direktorat Jenderal Pengolahan dan Pemasaran Hasil
Pertanian tahun 2007, dijelaskan bahwa bidang agroindustri yang
merupakan prioritas adalah :
a. industri yang terintegrasi dengan usaha budidaya pertanian,
termasuk pengolahan limbah atau hasil samping pertanian untuk
dimanfaatkan .
b. industri primer.
c. industri yang dilakukan oleh masyarakat di perdesaan.
Identifikasi potensi agroindustri pada suatu kawasan yang menjadi
target pengembangan dilakukan berdasarkan potensi unggulan kawasan
tersebut, termasuk diantaranya potensi bahan baku, potensi pasar serta
potensi sosial masyarakat dalam membangun usaha bersama.
28. Tugas : Prelium, oleh: Nurdin/P0100313008
28
Ada Beberapa hal yang perlu diperhatikan agar pengembangan
agroindustri pedesaan dapat berjalan dengan baik yaitu
1. Introduksi teknologi,
Introduksi teknologi menjadi bagian terpenting dalam
pengembangan agroindustri. Teknologi tidak semata-mata
berkaitan dengan peningkatan nilai tambah komoditi menjadi
produk olahan yang dapat dilakukan langsung di lokasi pedesaan.
Teknologi juga dapat menyentuh pada aspek peningkatan daya
simpan atau perpanjangan durasi ketersediaan produk, serta
kemudahan distribusi produk, karena pengurangan volume dan
bobotnya. Teknologi ini perlu diperkenalkan kepada petani yang
ada di desa. Dengan begitu, rantai tata niaga komoditi pertanian
dapat dipotong, sehingga produk-produk petani dapat langsung
masuk ke pasar tanpa melalui pedagang perantara yang
umumnya mampu menentukan harga. Kondisi tersebut akan
semakin menempatkan profit center pada petani.
2. Strategi Pengembangan Industri
Strategi pengembangan agroindustri pedesaan yang berorientasi
pada penumbuhan kemandirian masyarakat desa dengan
pendekatan development of community (yang mengedepankan
pendekatan bottom up).
3. Membuat Kelembagaan Agribisnis
Menciptakan kelembagaan agribisnis yang dikelola oleh petani,
sehingga integrasi sektor hulu dan hilir dapat berjalan dengan baik
dan memperkuat posisi petani dalam menentukan harga sesuai
dengan harga pasar. Kelembagaan petani yang dikelola sendiri
oleh petani dapat menjadi wadah berbagai hal yang dapat
mengurus kepentingan petani.
29. Tugas : Prelium, oleh: Nurdin/P0100313008
29
Salah satu contoh Agroindustri Pedesaan yang ada di masyarakat
adalah usaha pembuatan Tempe dan tahu. Keberadaan industri ini mampu
memenuhi kebutuhan protein nabati bagi masyarakat kelas menengah
kebawah. Namun, data dari kementerian Pertanian menunjukan impor
kedelai di akhir tahun 2012 mencapai 161 ribu ton. Sementara jumlah
ekspornya hanya mencapai 1 ton untuk gandum 477 ton untuk kedelai.
Melihat fakta mengenai jumlah impor bahan pertanian yang begitu hebat,
sepertinya sulit rasanya untuk mampu menumbuhkan profit centre pada
petani dalam negeri. ketergantungan pada impor membuat agroindustri
tempe dan tahu terancam karena harga bahan baku dikendalikan oleh
Negara pengekspor, dan keuntungan hanya terdistribusi pada importir.
Cita-cita untuk mengembangkan agroindustri pedesaan dapat
tercapai dengan kerja keras pemerintah untuk meningkatkan produksi di
sektor hulu serta menjamin ketersediaan dan kestabilan pasokan bahan
baku. Dengan paradigma untuk menumbuhkan agroindustri pedesaan, pusat
aktivitas peningkatan nilai tambah dapat dilakukan tidak jauh dari sektor hulu.
Produk-produk dalam negeri akan mampu bersaing dengan produk-produk
impor yang sangat melemahkan posisi petani, dan membuat mereka tidak
mandiri di negeri sendiri. Pengenalan teknologi pengemasan, distribusi dan
penyimpanan merupakan langkah yang strategis untuk menembus dan
mendongkrak pasar ekspor. Melalui pengembangan agroindustri pedesaan
ini, diharapkan mampu mendorong pertumbuhan ekonomi nasional yang
ditopang oleh usaha ekonomi kerakyatan berbasis UMKM, serta mampu
menumbuhkan pemerataan pembangunan antara kota dan pedesaan.
30. Tugas : Prelium, oleh: Nurdin/P0100313008
30
III. Kesimpulan
Berdasarkan uraian pada makalah ini maka ada beberapa hal yang
dapat disimpulkan hubungan antara inovasi teknologi pertanian dengan
produktivitas dan agroindustri di pedesaan sebagai berikut :
1. Teknologi Pertanian sangat penting diterapkan kepada masyarakat
petani di pedesaan dalam rangka meningkatkan produkvitas petani.
2. Inovasi teknologi pertanian diterapkan kepada petani di pedesaan
sesuai dengan kesiapan dan kemampuan petani baik kesiapan lahan,
kondisi lingkungan, social dan budaya ilmu dan keterampilan serta
modal petani.
3. Inovasi teknologi pertanian sangat diperlukan untuk mengembankan
agroindustri di Pedesaan, agar produk-produk petani dapat memiliki
nilai tambah, sehingga pendapatan petani dapat meningkat.
31. Tugas : Prelium, oleh: Nurdin/P0100313008
31
Sumber
Aditia Ginantaka, S.TP, Visi Revitalisasi Pertanian Melalui Agroindustri
Pedesaan, Mahasiswa Pascasarjana IPB-Program Studi Teknologi
Industri Pertanian.
Anonim, 2012. http://nico03soil.wordpress.com/2012/11/08/4-negara-dengan-
pertanian-modern/ di download, 26 Januari 2015.
Anonim, 2013 http://koransuararakyat.com/article/121782/modernisasi-
pertanian-perkuat-ketahanan-pangan.html, di download, 26 Januari
2015
Bimo Walgito , 2006. Pengantar Sikologi Umum, Andi Publisher
Gurdev S. khush. 2002. Food Security By Design: Improving The Rice Plant
in Partnership With NARS. Makalah disampaikan Pada Seminar IPTEK
padi Pekan Padi Nasional di Sukamandi 22 Maret 2002.
James E. Austin , 1981. Agroindustrial Project Analysis. Critical Design
Factors.. Published for The Economic Development Institute of The
World Bank.
Mangunwidjaja, D. dan Sailah, I. 2009. Pengantar Teknologi Pertanian.
Penebar Swadaya. Bogor.
Mashar Ali Zum, 2000, Teknologi Hayati Bio P 2000 Z Sebagai Upaya untuk
Memacu Produktivitas Pertanian Organik di Lahan Marginal. Makalah
disampaikan Lokakarya dan pelatihan teknologi organik di Cibitung 22
Mei 2000.
Mursalim, 2013. Teknologi Pertanian Motor Penggerak Pembangunan
Pertanian, Masagena Press, Makassar.
Puspadi, Ketut. 2002. “Rekonstruksi Sistem Penyuluhan Pertanian”.
Disertasi. Bogor, Program Pascasarjana Institut Pertanian Bogor.
Soeprodjo. 1994. Pengembangan Bidang Ilmu dalam Disiplin Teknologi
Pertanian. Konsorsium Ilmu-Ilmu Pertanian, Direktorat Jendral
Perguruan Tinggi, Depdikbud. Jakarta.
Sri Adiningsih J., M. Soepartini, A. kusno, Mulyadi, dan Wiwik Hartati. 1994.
Teknologi untuk Meningkatkan Produktivitas Lahan Sawah dan Lahan
32. Tugas : Prelium, oleh: Nurdin/P0100313008
32
Kering. Prosiding Temu Konsultasi Sumberdaya Lahan Untuk
Pembangunan Kawasan Timur Indonesia di Palu 17 – 20 Januari 1994.
Suhendrata, Tota, 2008. Peran Inovasi Teknologi Pertanian dalam
Peningkatan Produktivitas Padi Sawah untuk Mendukung Ketahanan
Pangan. http://repository.ipb.ac.id/handle/123456789/8461?show=full,
di download tanggal 27 Januari 2015.
Van Den Ban, A.W dan Hawkins. 2000 ,Penyuluhan Pertanian ,Kanisius.
Yogyakarta.