Karsinoma nasofaring merupakan tumor ganas yang tumbuh di daerah nasofaring, di rongga belakang hidung dan belakang langit-langit rongga mulut.
Kerentanan Genetik
Gen HLA (human leukocyte antigen) dan gen pengode enzim sitokrom p4502E (CYP2E1) memiliki kerentanan terhadap karsinoma nasofaring
Faktor Lingkungan
- Hidrokarbon aromatik (debu asap).
- Golongan nitrosamin (pengawet ikan asin).
Virus Eipstein-Barr (virus herpes)
3. Etiologi
• Kerentanan Genetik
Gen HLA (human leukocyte
antigen) dan gen pengode enzim
sitokrom p4502E (CYP2E1) memiliki
kerentanan terhadap
karsinoma nasofaring
• Faktor Lingkungan
- Hidrokarbon aromatik (debu asap).
- Golongan nitrosamin (pengawet ikan
asin).
• Virus Eipstein-Barr
(virus herpes)
4. Konsumsi ikan asin yang berlebih serta pemaparan zat-
zat karsinogen dapat mengaktifkan Virus Epstein Barr (
EBV). Ini akan menyebabkan terjadinya stimulasi
pembelahan sel abnormal yang tidak terkontrol, sehingga
terjadi differensiasi dan proliferasi protein laten (EBNA-1).
Hal inilah yang memicu pertumbuhan sel kanker pada
nasofaring.
5. Manifestasi Klinis
• Gejala nasofaring
Epiktasis (mimisan),
Hidung tersumbat.
• Gangguan telinga
Tinitus dan pendengaran
menurun.
• Gangguan mata dan syaraf
Sefalgia (nyeri kepala),
Rudapaksa (trauma) saraf
kranial.
6. TUMOR SIZE (T)
T0 Tidak tampak tumor
T1 Tumor terbatas pada satu lokasi saja
T2 Tumor dterdapat pada dua lokalisasi atau lebih
tetapi masih terbatas pada rongga nasofaring
T3 Tumor telah keluar dari rongga nasofaring
T4 Tumor teah keluar dari nasofaring dan telah
kmerusak tulang tengkorak atau saraf-saraf otak
PENENTUAN STADIUM
REGIONAL LIMFE NODES (N)
N0 Tidak ada pembesaran
N1 Terdapat pembesaran tetapi homolateral dan masih bisa
digerakkan
N2 Terdapat pembesaran kontralateral/ bilateral dan masih dapat
digerakkan
N3 Terdapat pembesaran, baik homolateral, kontralateral
maupun bilateral yang sudah melekat pada jaringan sekitar
METASTASE JAUH (M)
M0 Tidak ada metastase jauh
M1 Metastase jauh
7. Stadium I (T1,No, dan Mo).
Sel kanker menyebar di bagian nasopharing
Stadium II (T2, No, dan Mo).
Sel kanker sudah menyebar pada lebih dari nasopharing ke rongga hidung.
Atau dapat pula sudah menyebar di kelenjar getah bening pada salah satu
sisi leher.
Stadium III (T1/T2/T3, N1, dan Mo)
Kanker sudah menyerang pada kelenjar getah bening di semua sisi leher
Stadium IV (T1/T2/T3/T4, No/N1/N3/N4, dan M1)
kanker sudah menyebar di saraf dan tulang sekitar wajah.
8. Penatalaksanaan medis
• Radioterapi
• Kemoterapi
• Pengobatan tambahan yang berupa
Diseksi leher
Pemberian tetrasiklin (obat antimikroba yang
menghambat sistesis protein mikroba)
9. Pengkajian
a. Data Biografi
Nama :
Tanggal Masuk :
Umur :
Jenis Kelamin :
Agama :
Alamat :
Pekerjaan :
No. NR :
Penanggung Jawab :
b. Riwayat Kesehatan
• Keluhan utama
• Riwayat kesehatan
saat ini
• Riwayat kesehatan
lalu
• Riwayat kesehatan
keluarga
c. Pemeriksaan fisik
d. Pemeriksaan
penunjang
10. DIAGNOSA KEPERAWATAN
• Nyeri b/d metastase sel kanker.
• Ketidakseimbangan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh b/d anoreksia.
• Resiko infeksi b/d ketidakadekuatan pertahanan sekunder
imunosupresi.
11. Diagnosa Tujuan dan KH Intervensi Rasional Implementasi Evaluasi
Nyeri Setelah dilakukan
tindakan keperawatan,
nyeri yang dirasakan
pasien berkurang atau
hilang, dengan kriteria
hasil:
· Pasien mampu
mengontrol nyeri (tahu
penyebab nyeri, mampu
menggunakan tehnik
nonfarmakologi untuk
mengurangi nyeri)
· Pasien melaporkan
bahwa nyeri berkurang
dengan menggunakan
manajemen nyeri
· TTV normal
· Skala nyeri berkurang
dengan skala 0-2 dari
rentang 0-10.
1. Kaji nyeri (skala,
lokasi, durasi,
frekuensi, kualitas
dan faktor
presipitasi).
2. Berikan tindakan
kenyamanan dasar
(reposisi).
3. Ajarkan teknik
relaksasi (nafas
dalam).
4. Ajarkan teknik
distraksi (TV,
majalah, koran).
5. Berikan kompres
hangat pada lokasi
nyeri.
6. Kolaborasi dalam
pemberian
analgesik sesuai
indikasi misalnya
Ibuprofen,
paracetamol, dll)
1. Informasi memberikan data
dasar untuk mengevaluasi
kebutuhan/keefektivan
intervensi.
2. Meningkatkan relaksasi dan
membantu memfokuskan
kembali perhatian.
3. Membantu pasien
mengurangi rasa nyeri yang
dialami.
4. Membantu pasien dalam
mengalihkan perhatian dari
nyeri.
5. Membantu menurunkan
nyeri pada lokasi yang di
rasakan.
6. Nyeri adalah komplikasi
sering dari kanker,
meskipun respon individual
berbeda. Saat perubahan
penyakit atau pengobatan
terjadi, penilaian dosis dan
pemberian akan diperlukan.
1. Mengkaji nyeri
(skala, lokasi,
durasi, frekuensi,
kualitas dan faktor
presipitasi).
2. Memberikan
tindakan reposisi
3. Mengajarkan
teknik relaksasi
nafas dalam.
4. Mengajarkan
teknik distraksi
berupa pemberian
TV,majalah, koran.
5. Memberikan
kompres hangat
pada lokasi nyeri.
6. Memberikan obat
analgesik sesuai
indikasi misalnya
Ibuprofen,
paracetamol, dll)
S: pasien mengatakan
“nyeri berkurang”.
O: TTV normal, Skala
nyeri berkurang
A: Masalah teratasi
sebagian
P: lanjutkan intervensi
2, 5, dan 6.
12. Diagnosa Tujuan dan
kriteria hasil
Intervensi Rasional Implementasi Evaluasi
Ketidak
seimbangan
nutrisi
kurang dari
kebutuhan
tubuh
Setelah dilakukan
tindakan
keperawatan
selama 3x24 jam,
nutrisi kurang
teratasi dengan
kriteria hasil:
• Tidak ada tanda-
tanda
hiperglikemia/
hipoglikemia.
• Berat badan dan
tinggi badan ideal.
1. Kaji status
nutrisi dan
kebiasaan
makan.
2. Timbang berat
badan setiap
seminggu sekali.
3. Sajikan
makanan pada
pasien selagi
hangat.
4. Identifikasi
perubahan pola
makan.
5. Kolaborasi
dengan ahli gizi
dalam
pemberian diet
makanan lunak
pada pasien.
1. Untuk mengetahui
tentang keadaan dan
kebutuhan nutrisi pasien
sehingga dapat diberikan
tindakan dan pengaturan
diet yang adekuat.
2. Mengetahui
perkembangan berat
badan pasien (berat badan
merupakan salah satu
indikasi untuk menentukan
diet).
3. Meningkatkan selera
makan pasien.
4. Mengetahui apakah
pasien telah melaksanakan
program diet yang
ditetapkan.
5. Pemberian diet yang
sesuai dapat mencegah
komplikasi terjadinya
hipoglikemia/
hiperglikemia
1. Mengkaji status
nutrisi dan kebiasaan
makan.
2. Menimbang berat
badan pasien setiap
seminggu sekali.
3. Menyajikan makanan
pada pasien selagi
hangat.
4. Mengidentifikasi
perubahan pola
makan pasien.
5. Memberikan terapi
diet makanan lunak
pada pasien.
S: pasien
mengatakan
“mual dan
muntah
berkurang”.
O: BB pasien ideal
A: masalah teratasi
sebagian
P: lanjutkan
intervensi 2, 3,
dan 5.
13. Diagnosa Tujuan dan
kriteria hasil
Intervensi Implementasi Evaluasi
Resiko
infeksi
Setelah dilakukan tindakan
keperawatan selama 3x24
jam, pasien tidak mengalami
infeksi dengan kriteria hasil:
• Klien bebas dari tanda dan
gejala infeksi.
• Menunjukkan kemampuan
untuk mencegah timbulnya
infeksi.
• Suhu tubuh pasien dalam
batas normal (36,5 - 37,5˚C).
1. Monitor tanda dan
gejala infeksi sistemik
dan lokal.
2. Kaji suhu badan pada
pasien setiap 4 jam.
3. Cuci tangan setiap
sebelum dan sesudah
tindakan keperawatan.
4. Inspeksi kulit dan
membran mukosa
terhadap kemerahan,
panas.
5. Anjurkan pasien agar
banyak istirahat
6. Ajarkan pasien dan
keluarga tentang tanda
dan gejala infeksi.
1. Memonitor tanda dan
gejala infeksi sistemik dan
lokasi.
2. Mengkaji suhu badan
pasien setiap 4 jam.
3. Mencuci tangan setiap
sebelum dan sesudah
tindakan keperawatan.
4. Menginpeksi kulit dan
membran mukosa
terhadap kemerahan,
panas.
5. Menganjurkan pasien
agar banyak beristirahat.
6. Mengajarkan pasien dan
keluarga tentang tanda
dan gejala infeksi.
S: Pasien
mengatakan
“tidak ada tanda
dan gejala
infeksi”.
O: Suhu tubuh
pasien normal
(36,5-37,5˚C).
A: Masalah teratasi
sebagian.
P: Lanjutkan
intervensi
1,2,3,4, dan 5.