Teks ini membahas tentang faktor-faktor yang mempengaruhi kepuasan kerja karyawan. Beberapa faktor yang disebutkan antara lain tekanan pekerjaan, keterlibatan pekerjaan, konflik antara pekerjaan dan keluarga, variasi keterampilan kerja, umpan balik pekerjaan, tekanan keluarga, dan keterlibatan keluarga. Teks ini juga membahas teori-teori terkait kepuasan kerja dan menyimpulkan bahwa berbagai
1. ARTIKEL ILMIAH
KEPUASAN KERJA KARYAWAN
Oleh : Magdalena Praharani Surya Ningrum
ABSTRAK
kepuasan kerja dan kepuasan keluarga saling mempengaruhi secara positif dan signifikan.
Kepuasan kerja juga dipengaruhi oleh tekanan pekerjaan, keterlibatan pekerjaan, konflik keluarga-
pekerjaan, variasi keterampilan kerja dan umpan balik pekerjaan, sedangkan kepuasan keluarga
dipengaruhi oleh tekanan keluarga, konflik pekerjaan-keluarga dan keterlibatan keluarga.
Selanjutnya kepuasan kerja mempengaruhi kinerja perawat secara positif dan signifikan.
Kata kunci : kepuasan kerja, kinerja
PENDAHULUAN
Kepuasan kerja seseorang adalah merupakan suatu perasaan yang bersifat individual, setiap orang
akan mempunyai tingkat kepuasan yang berbeda-beda tergantung dari cara penilaian oleh diri
individu yang bersangkutan. Locke (1976) dikutip oleh Berry dan Houston (1993) mendefinisikan
kepuasan kerja sebagai “suatu keadaan emosional yang positif atau menyenangkan yang berasal
dari penilaian kerja atau pengalaman kerja seseorang”. As’ad (2000) menyatakan bahwa kepuasan
kerja dalam batasan yang sederhana adalah merupakan perasaan seseorang terhadap pekerjaan.
Batasan tersebut di atas melihat kepuasan kerja sebagai hasil interaksi manusia dengan lingkungan
kerjanya. Determinasi kepuasan kerja menurut batasan ini meliputi individu (individual
differences) maupun situasi lingkungan pekerjaan. Menurut Robbins (1991) kepuasan kerja adalah
perbedaan antara banyaknya ganjaran yang diterima pekerja dan banyaknya yang mereka yakini
seharusnya mereka terima. Pekerja yang mempunyai kepuasan kerja akan lebih produktif daripada
pekerja yang tak terpuaskan. Berdasarkan berbagai definisi tentang kepuasan kerja yang telah
dikemukakan di atas, maka dapat disimpulkan bahwa kepuasan kerja adalah perasaan individu
terhadap penilaian puas atau tidak puasnya pada pekerjaan, dan lingkungan kerjanya.
2. PEMBAHASAN
Berdasarkan Discrepancy Theory yang dikemukakan oleh Locke dikutip oleh Wexley dan Yukl
(dalam Muhaimin, 2004:3-4), kepuasan kerja atau ketidakpuasan kerja dengan sejumlah aspek
pekerjaan tergantung pada selisih (discrepancy) apa yang seharusnya ada (yaitu harapan,
kebutuhan, dan nilai-nilai) dengan apa yang menurut perasaan dan persepsinya telah diperoleh
atau dicapai melalui pekerjaannya. As’ad (2000) tentang Equity Theory, menjelaskan bahwa
tenaga kerja akan merasa puas dan tidak puas, tergantung pada karyawan yang merasakan adanya
keadilan (equity) atau tidak atas sesuatu situasi. Perasaan equity dan inequity atas suatu situasi,
diperoleh karyawan dengan cara membandingkan dirinya dengan orang lain yang sekelas, sekantor
maupun di tempat lain. Menurut Two – Factors Theory, kepuasan kerja dan ketidakpuasan kerja
berbeda secara kualitatif, dapat digolongkan menjadi dua karakteristik yaitu :
1. Dissatisfiers atau faktor hygiene yaitu meliputi : upah, supervisi, interpersonal relation, kondisi
kerja, keamanan kerja dan status. Jumlah faktor hygiene diperlukan untuk mengisi biologic drive
dan basic need seperti rasa aman dan afiliasi. Bila kebutuhan tersebut tidak terpenuhi orang akan
menjadi tidak puas, tetapi belum tentu semua pekerja menjadi tidak puas. Karena kepuasan itu
bersifat relatif dan individualistis.
2. Satiesfiers atau motivator : adalah karakteristik pekerjaan yang berhubungan dengan tingkat
kebutuhan yang lebih tinggi dan bersifat psikologik, meliputi pekerjaan yang menyenangkan dan
penuh tantangan, penuh tanggung jawab dan kesempatan berprestasi, penghargaan dan kebaikan.
Jumlah satisfiers yang tidak memadai membuat pekerja tidak memperoleh pengalaman kepuasan
psikologik, tetapi tidak mempengaruhi dalam ketidakpuasan kerja.
Dalam Two factors theory, ketidakpuasan dan kepuasan kerja merupakan dua hal yang berbeda.
Artinya, kepuasan dan ketidakpuasan terhadap pekerjaan itu tidak merupakan suatu variabel yang
kontinyu, dalam pengertian tidak selalu bersamaan (dalam As’ad, 2000).
3. Faktor-Faktor Kepuasan Kerja
Menurut Robbins (1991) faktor-faktor yang mempengaruhi kepuasan
kerja yaitu :
3. a. Sifat pekerjaan : setiap tenaga kerja mempunyai Need of Achievcment, yaitu suatu kebutuhan
untuk berprestasi dan menghadapi tantangan, apabila kebutuhan ini terpenuhi maka individu akan
merasa puas.
b. Reward, meliputi : gaji, insentif atau bonus, dan sistem promosi yang disesuaikan dengan
tuntutan pekerjaan, keterampilan tenaga kerja, dan gaji atau upah yang standar.
c. Teman kerja, meliputi : hubungan antar sesama tenaga kerja maupun atasan dengan bawahan.
Perilaku atasan yang bersikap penuh pengertian dan menghargai pendapat bawahan dapat
meningkatkan kepuasan tenaga kerja.
d. Kesesuaian antara kepribadian dengan pekerjaan : kepribadian tenaga kerja yaitu, bakat dan
kemampuan yang sesuai dengan pekerjaan dapat membuat tenaga kerja merasa lebih sukses, dan
kemungkinan mendapat kepuasan kerja menjadi lebih besar.
e. Kondisi kerja : menyangkut keleluasaan dan kemudahan tenaga kerja dalam mengerjakan tugas-
tugasnya. Apabila hal tersebut terpenuhi, maka tenaga kerja akan merasa puas. Kondisi tersebut
antara lain; suhu ruang kerja, pencahayaan, kebisingan, dan tersedianya peralatan kerja yang
memadai.
Pendapat lainnya tentang faktor-faktor penyebab kepuasan kerja menurut Gilmer (dalam As’ad,
2000) adalah :
a. Kesempatan untuk maju. Dalam hal ini ada tidaknya kesempatan untuk memperoleh
pengalaman dan peningkatan kemampuan selama kerja.
b. Keamanan kerja. Faktor ini disebut sebagai penunjang kepuasan kerja, baik bagi karyawan pria
maupun wanita. Keadaan yang aman sangat mempengaruhi perasaan karyawan selama bekerja.
c. Gaji. Gaji lebih banyak menyebabkan ketidakpuasan, dan jarang orang mengekspresikan
kepuasan kerjanya dengan sejumlah uang yang diperolehnya.
d. Perusahaan dan manajemen. Perusahaan dan manajemen yang baik adalah yang mampu
memberikan situasi dan kondisi kerja yang stabil. Faktor ini yang menentukan kepuasan kerja
karyawan.
4. e. Pengawasan. Bagi karyawan pengawas dianggap sebagai figur ayah dan sekaligus atasannya.
Pengawasan yang buruk mengakibatkan absensi dan perpindahan.
f. Faktor intrinsik dari pekerjaan. Atribut yang ada pada pekerjaan mensyaratkan ketrampilan
tertentu. Sukar dan mudahnya serta kebanggaan akan tugas dapat meningkatkan atau mengurangi
kepuasan.
g. Kondisi kerja. Termasuk disini adalah kondisi tempat, ventilasi, penyinaran, kantin dan tempat
parkir.
h. Aspek sosial dalam pekerjaan. Merupakan salah satu sikap yang sulit digambarkan tetapi
dipandang sebagai faktor yang menunjang puas atau tidak puasnya dalam bekerja.
i. Komunikasi. Komunikasi yang lancar antara karyawan dengan pihak manajemen banyak dipakai
untuk menyukai jabatannya. Dalam hal ini adanya kesediaan pihak atasan untuk mau mendengar,
memahami dan mengakui pendapat atau prestasi karyawannya sangat berperan dalam
menimbulkan rasa puas terhadap kerja.
KESIMPULAN
Dapat disimpulkan bahwa variabel tekanan pekerjaan, variabel keterlibatan pekerjaan dan variasi
keterampilan kerja, umpan balik pekerjaan berpengaruh signifikan terhadap kepuasan kerja,
sedangkan konflik keluarga pekerjaan berpengaruh secara negatif dan signifikan terhadap
kepuasan kerja. Hasil penelitian ini mendukung penelitian Yasin (1999), Frone Cooper (1994)
yang menyatakan variabel tekanan pekerjaan, variabel keterlibatan pekerjaan berpengaruh
terhadap kepuasan kerja. Penelitian Schmitt, Neal, Arthur G, Bedeian (1982) menyatakan variasi
keterampilan kerja dan umpan balik pekerjaan berpengaruh secara signifikan terhadap kepuasan
kerja. Kemudian penelitian Timothy dan Bretz (1994) menemukan bahwa konflik keluarga
pekerjaan berpengaruh negatif terhadap kepuasan kerja
5. DAFTAR PUSTAKA
Bedeian, A.G., Burke, B.G. & Moffett, R.G.1988. Outcome of work-family conflict among
married male and female professionals, Journal of Management, Vol. 14: 475-491 No. 3.
Davis, K. and Newstrom, J.W. 1989. Human Behavior at work organization Behavior. Eight
Edition. Mc.Graw-Hill International.
Damayanti N.A .2000. Kontribusi Kinerja Perawat Dan Harapan Pasien Dalam Dimensi Non
Teknik Keperawatan Terhadap Kepuasan Pasien Rawat Inap Kasus Kronis .Disertasi. Program
Pasca Sarjana Universitas Airlangga
B, Denny. 2009. Proses Seleksi dalam Departemen SDM dalam :
http://jurnal-sdm.blogspot.com/2009/08/proses-seleksi-dalam-departemen-sdm.html
Nidno. 2013. Seleksi Tenaga Kerja dalam :
http://nidnod91.blogspot.com/2013/04/seleksi-tenaga-kerja_25.html
S, Aldina. 2009. Manajemen Sumber Daya Manusia dalam :
http://elib.unikom.ac.id/