1. LAPORAN AKHIR
PRAKTIKUM KIMIA FISIKA
KALOR PENGUAPAN SEBAGAI ENERGI PENGAKTIFAN DARI
SUATU ZAT VOLATIL
Diajukan untuk memenuhi tugas akhir laporan praktikum kimia fisika
Disusun Oleh:
Kelompok III (A1)
1. Dwi Ayu Lestari Nim. 170140009
2. Yudha Hermawan Nim. 170140010
3. Chairunnisa Nim. 170140014
4. Dahliana Nim. 170140029
5. Maimun Nim. 170140121
6. Arif Setiawan Nim. 170140131
7. Waizul Fahri Purba Nim. 170140144
JURUSAN TEKNIK KIMIA FAKULTAS TEKNIK
UNIVERSITAS MALIKUSSALEH
LHOKSEUMAWE
2019
2. ABSTRAK
Penguapan merupakan salah satu proses perubahan fisik. Peguapan juga
dipandang sebagai suatu reaksi dimana yang berperan sebagai zat cair adalah
pereaksi sedangkan hasil reaksi adalah uap yang bersangkutan. Kalor penguapan
adalah energi yang dibutuhkan untuk mengubah suatu kuantitas suatu zat menjadi
gas. Kalor penguapan dan perubahan energy penguapan adalah kalor reaksi dan
perubahan entalpi yang dibutuhkan atau dilepaskan pada penguapan 1 mol zat
dalam fase cair menjadi 1 mol zat dalam fase gas pada titik didihnya. Pada
pecobaan pertama yaitu yang menggunakan bahan chloroformlah yang lebih
cepat menguap dibandingkan dengan percobaan kedua yang menggunakan bahan
ethanol. Hal tersebut dikarenakan titik didih dari chloroform lebih rendah
dibandingkan dengan titik didih dari ethanol. Titik didih chloroform yaitu 61 0
C
sedangkan titik didih dari ethanol yaitu 780
C. Selain suhu yang mempengaruhi
kalor penguapan massa zat dan jenis zat dapat juga mempengaruhi kalor
penguapan.
Kata kunci : Entalpi, Kalor Penguapan, Massa jenis, Titik Didih, volatile.
3. BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Judul Praktikum : kalor penguapan sebagai energi pengaktifan
dari suatu zat volatil.
1.2 Tanggal Praktikum : 20 Maret 2019
1.3 Pelaksana praktikum : Kelompok (III)
1. Dwi Ayu Lestari Nim. 170140009
2. Yudha Hermawan Nim. 170140010
3. Chairunnisa Nim. 170140014
4. Dahliana Nim. 170140029
5. Maimun Nim. 170140121
6. Arif Setiawan Nim. 170140131
7. Waizul Fahri Purba Nim. 170140144
1.4 Tujuan : Percobaan ini bertujuan untuk menentukan
energi pengaktifan dari suatu zat volatil.
4. BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
Di dalam ilmu kimia, energi aktivasi merupakan sebuah istilah yang
diperkenalkan oleh Svante Arrhenius, yang didefinisikan sebagai energi yang
harus dilampaui agar reaksi kimia dapat terjadi. Energi aktivasi bisa juga diartikan
sebagai energi minimum yang dibutuhkan agar reaksi kimia tertentu dapat
terjadi.Energi aktivasi sebuah reaksi biasanya dilambangkan sebagai Ea, dengan
satuan kj/mol.
Terkadang suatu reaksi kimia membutuhkan energi aktivasi yang teramat
sangat besar, maka dari itu dibutuhkan suatu katalis agar reaksi dapat berlangsung
dengan pasokan energi yang lebih rendah (Anwar,2005).
2.1 Penguapan
Uap air yang telah menguap dari teh panas terkondensasi menjadi tetesan
air. Gas air tidak terlihat, tetapi awan tetesan air adalah petunjuk dari penguapan
yang diikuti oleh kondensasi.
Penguapan atau evaporasi adalah proses perubahan molekul di dalam
keadaan cair (contohnya air) dengan spontan menjadi gas (contohnya uap air).
Proses ini adalah kebalikan dari kondensasi. Umumnya penguapan dapat dilihat
dari lenyapnya cairan secara berangsur-angsur ketika terpapar pada gas dengan
volume signifikan.
Rata-rata molekul tidak memiliki energi yang cukup untuk lepas dari
cairan. Bila tidak cairan akan berubah menjadi uap dengan cepat. Ketika molekul-
molekul saling bertumbukan mereka saling bertukar energi dalam berbagai
derajat, tergantung bagaimana mereka bertumbukan. Terkadang transfer energi ini
begitu berat sebelah, sehingga salah satu molekul mendapatkan energi yang cukup
buat menembus titik didih cairan. Bila ini terjadi di dekat permukaan cairan
molekul tersebut dapat terbang ke dalam gas dan "menguap". Ada cairan yang
kelihatannya tidak menguap pada suhu tertentu di dalam gas tertentu (contohnya
minyak makan pada suhu kamar). Cairan seperti ini memiliki molekul-molekul
5. yang cenderung tidak menghantar energi satu sama lain dalam pola yang cukup
buat memberi satu molekul "kecepatan lepas" energi panas yang diperlukan untuk
berubah menjadi uap. Namun cairan seperti ini sebenarnya menguap, hanya saja
prosesnya jauh lebih lambat dan karena itu lebih tak terlihat.
Penguapan adalah bagian esensial dari siklus air. Energi surya
menggerakkan penguapan air dari samudera, danau, embun dan sumber air
lainnya. Dalam hidrologi penguapan dan transpirasi (yang melibatkan penguapan
didalam stomatatumbuhan) secara kolektif diistilahkan sebagai evapotranspirasi
(Arsyad,1975).
Penguapan merupakan salah satu proses perubahan fisik. Peguapan juga
dipandang sebagai suatu reaksi dimana yang berperan sebagai zat cair adalah
pereaksi sedangkan hasil reaksi adalah uap yang bersangkutan. Kalor penguapan
dan perubahan energi penguapan adalah kalor reaksi dan perubahan entalpi yang
dibutuhkan atau dilepaskan pada penguapan 1 mol zat dalam fase cair menjadi 1
mol zat dalam fase gas pada titik didihnya. Contohnya dapat dilihat dari reaksi
pemanasan air pada system terbuka berikut:
H2O(l) H2O(g) ∆H = +44
Selanjutnya, karena penguapan dapat dipandang sengai proses yang
hanya terdiri atas satu tahap, maka kalor penguapan dapat dipandang sebagai
energi pengaktifan reaksi penguapan. Berdasarkan perumpamaan ini, kalor
penguapan dapat diukur dengan cara yang lazim digunakan untuk energi
pengaktifan. Pengukuran energi pengakifan dilakukan dengan mengukur laju
reaksi pada berbagai suhu dan dengan menggunakan persamaan Arhenius:
log k = log A (E
2.303RT
⁄ ) .......................................... (2.1)
Dimana :
V = kecepatan reaksi penguapan
dl = pengurang liquid
t = waktu (detik)
k = Tetapan kesetimbangan
Dengan demikian, kalor penguapan pada berbagai suhu dengan
mengaertikan E sebagai kalor penguapan (Brady, 1999).
6. Liquid yang volatile pada temperature kamar akan menguap persatuan
waktu sebanding dengan banyaknya molekul liquid permukaan. Secara kinetika
kimia, kecepatan reaksi pengubah liquid uap adalah sebanding dengan jumlah
spesies yang terlibat dalam reaksi:
V =
− dL
dt
= K (L) ........................................................ (2.2)
Dimana :
V = kecepatan reaksi peguapan
dL = pengurangan liquid
t = waktu (detik)
K = tetapan kesetimbangan
Harga K bervariasi oleh temperature dari persamaan Arhenius diperoleh:
K = A e−E/RT
ataulog K = log A −
E
2,303 RT
................. (2.3)
Dimana :
A = tetapan Arhenius
E = energi aktifasi
R = tetapan gas
K = tetapan kecepatan reaksi
t = suhu mutlak
Dari persamaan diatas plot K vs 1/t menghasilkan garis kurus dengan
slope –E/2,303 R dan intersept log K dan harga energi pengaktifan penguapan
serta tetapan Arhenius dapat ditentukan.
Panas atau kalor penguapan, atau lengkapnya perubahan entalpi
penguapan standar, ΔvHo
, adalah energi yang dibutuhkan untuk mengubah suatu
kuantitas zat menjadi gas. Energi ini diukur pada titik didih zat dan walaupun
nilainya biasanya dikoreksi ke 298 K, koreksi ini kecil dan sering lebih kecil dari
pada deviasi standar nilai terukur. Nilainya biasanya dinyatakan dalam kJ/mol,
walaupun bisa juga dalam kJ/kg, kkal/mol, kal/g dan Btu/lb.
Panas penguapan dapat dipandang sebagai energi yang dibutuhkan untuk
mengatasi interaksi antar molekul di dalam cairan (atau padatan pada sublimasi).
Karenanya, helium memiliki nilai yang sangat rendah, 0,0845 kJ/mol,
7. karena lemahnya gaya van der Waals antar atomnya. Di sisi lain, molekul air cair
diikat oleh ikatan hidrogen yang relatif kuat, sehingga panas penguapannya, 40,8
kJ/mol, lebih dari lima kali energi yang dibutuhkan untuk memanaskan air dari
0 °C hingga 100 °C (cp = 75,3 J/K/mol).
Harus diperhatikan, jika menggunakan panas penguapan untuk mengukur
kekuatan gaya antarmolekul, bahwa gaya-gaya tersebut mungkin tetap ada dalam
fase gas (seperti pada kasus air), sehingga nilai perhitungan kekuatan ikatan akan
menjadi terlalu rendah. Hal ini terutama ditemukan pada logam, yang sering
membentuk molekul ikatan kovalen dalam fase gas. Dalam kasus ini, perubahan
entalpi standar atomisasi harus digunakan untuk menemukan nilai energi ikatan
yang sebenarnya(Zemansky,1982).
Dalam kimia dan sains lainnya, istilah temperatur dan tekanan
standar (Inggris: standard temperature and pressure, disingkat STP) adalah sebuah
keadaan standar yang digunakan dalam pengukuran eksperimen.
Dalam bidang industri dan komersial, kondisi standar temperatur dan
tekanan bisanya perlu disebutkan untuk merujuk pada kondisi referensi standar
untuk mengekspresikan volume gas dan cairan dan kuantitas lainnya. Walapun
begitu, kebanyakan publikasi teknis hanya menyatakan "kondisi standar" tanpa
penjelasan lebih lanjut, sehingga menimbulkan kerancuan dan kesalahan.
Energi ini diukur pada titik didih zat dan walaupun nilainya biasanya
dikoreksi ke 298 K, koreksi ini kecil dan sering lebih kecil dari pada deviasi
standar nilai terukur. Nilainya biasanya dinyatakan dalam kJ/mol, walaupun bisa
juga dalam kJ/kg, kkal/mol, kal/g dan Btu/lb.
Panas penguapan dapat dipandang sebagai energi yang dibutuhkan untuk
mengatasi interaksi antar rmolekul di dalam cairan (atau padatan pada sublimasi).
Karenanya, helium memiliki nilai yang sangat rendah, 0,0845 kJ/mol,
karena lemahnya gaya van der Waals antar atomnya. Di sisi lain, molekul air cair
diikat oleh ikatan hidrogen yang relatif kuat, sehingga panas penguapannya, 40,8
kJ/mol, lebih dari lima kali energi yang dibutuhkan untuk memanaskan air dari
0 °C hingga 100 °C (cp = 75,3 J/K/mol).
8. Harus diperhatikan jika menggunakan panas penguapan untuk mengukur
kekuatan gaya antar molekul, bahwa gaya-gaya tersebut mungkin tetap ada dalam
fase gas (seperti pada kasus air), sehingga nilai perhitungan kekuatan ikatan akan
menjadi terlalu rendah. Hal ini terutama ditemukan pada logam, yang sering
membentuk molekul ikatan kovalen dalam fase gas. Dalam kasus ini, perubahan
entalpi standar atomisasi harus digunakan untuk menemukan nilai energi ikatan
yang sebenarnya(Brady,1999).
Temperatur adalah ukuran panas-dinginnya dari suatu benda.Panas-
dinginnya suatu bendaberkaitan dengan energi termis yang terkandung dalam
benda tersebut. Makin besar energi termisnya, makin besar temperaturnya.
A. Kontak Termal
Dua buah benda dikatakan dalam keadaan kontak termal bila energi
termal dapat bertukar diantara kedua benda tanpa adanya usaha yang dilakukan.
B. Kesetimbangan Termal
Yaitu situasi yang mana dua benda yang dalam keadaan kontak thermal
menukarkan energi termal dalam jumlah yang sama. Waktu yang diperlukan
untuk mencapai kesetimbangan thermal tergantung sifat benda tersebut. Pada saat
kesetimbangan thermal ke dua benda mempunyai temperatur yang sama.
C. Hukum ke-nol Thermodinamika
“Jika benda A dan B masing-masing dalam keadaan setimbang thermal
dengan benda ke tiga C, maka benda A dan B dalam keadaan setimbang thermal
terhadap satu sama lain”.
Dalam lima sampai enam dasarwasa terakhir, para profesional dan
ilmuwan yang menggunakan sistem satuan metrik mendefinisikan kondisi
referensi standar temperatur dan tekanan untuk mengekspresikan volume gas
sebagai 0°C (273,15 K) dan 101,325 kPa (1 atm). Sedangkan untuk yang
menggunakan saturan Imperial adalah 60°F (520°R) dan 14,696 psi (1 atm).
Namun kedua definisi di atas tidak lagi digunakan(Brady,1999).
Terdapat beberapa definisi kondisi referensi standar yang sekarang
9. digunakan oleh berbagai organisasi-organisasi di dunia. Beberapa organisasi
mempunyai standar yang berbeda pada masa lalu, seperti IUPAC yang
mempunyai standar 0°C dan 100 kPa (1 bar) sejak 1982 dan berbeda dengan
standar lama 0°C dan 101,325 kPa (1 atm). Contoh lainnya pada industri
perminyakan, dengan standar lama 60°F dan 14.696 psi, dan standar baru
(terutama di Amerika Utara) 60°F dan 14,73 ps.
Kalor merupakan salah satu bentuk energi. Pengertian kalor sebagai
bentuk energi baru berkembang pada awal abad ke-19. Sebelumnya kalor
dianggap sebagai suatu zat yang dapat mengalir dari satu benda ke benda lainnya.
Jika kalor dianggap sebagai suatu zat, maka haruslah kalor tersebut memiliki
massa, tetapi pada kenyataannya, kalor tidak memiliki massa, sehingga
pernyataan yang menganggap kalor sebagai salah satu bentuk energi, semakin
kuat.
Pengertian kalor berbeda dengan pengertian suhu. Suhu adalah derajat
panas atau dinginnya suatu benda, sedangkan kalor adalah energi yang dipindah
kandari suatu benda ke benda lainnya kerena perbedaan suhu/temperatur. Kalor
memiliki dua macam satuan, yaitu joule dan kalori. Mengenai konversi kedua
besaran tersebut, adalah seperti berikut.
D. Pengaruh Kalor Terhadap Kenaikan Suhu Zat
Jika sebuah benda dipanaskan, maka suhu/temperatur benda akan naik,
sebaliknya jika benda didinginkan, maka suhu/temperaturnya akan turun.
E. Kalor Jenis Zat
Kalor jenis adalah banyaknya kalor yang diperlukan oleh suatu zat untuk
menaikkan suhu 1 kg zat tersebut sebesar 1o
C. Berdasarkan definisi tersebut,
maka hubungan antara banyaknya kalor yang diserapoleh suatu benda dan kalor
jenis benda.
F. Kapasitas Kalor
Untuk benda yang bermassa tetap, nilai mc pada persamaan Q = m . c .ΔT
memiliki nilai yang tetap pula. Nilai mc ini dapat dipandang sebagai satu
10. kesatuan, sehingga mc diberi nama khusus, yaitu kapasitas kalor. Kapasitas kalor
dapat diartikan sebagai kemampuan menerima atau melepaskan kalor dari suatu
benda untuk perubahan suhu sebesar 10
C. Banyaknya kalor yang diperlukan untuk
menaikkan suhu/temperatur suatu benda sebanding dengan kapasitas kalor banda
tersebut dan perubahan suhunya.
G. Pengaruh Kalor Terhadap Perubahan Wujud Zat
Kalor yang diserap suatu zat tidak selalu menyebabkan kenaikan
suhu/10energi zat tersebut. Kadang kala kalor yang diserap oleh suatu zat dapat
mengubah wujud zat tersebut tanpa menaikkan suhunya, contoh es yang
dipanaskan lama kelamaan akan menjadi air, sebaliknya air yang didinginkan,
lama kelamaan akan menjadi es.
Zat dapat berada dalam tiga wujud, yaitu padat, cair, dan gas. Pada saat
terjadi perubahan wujud, misalnya dari padat menjadi cair atau dari cair menjadi
gas, selalu disertai dengan pelepasan atau penyerapan kalor. Akan tetapi
perubahan wujud tidak disertai dengan perubahan suhu. Perubahan wujud dari
padat menjadi cair disebut mencair atau melebur, sebaliknya perubahan wujud zat
energi10menjadi padat disebut membeku. Grafik berikut adalah grafik proses
meleburnya es dari energi 50
C hingga temperaturnya 00
C.
Kemudian pada energi 00
C, es dipanaskan atau diberikan kalor, dan
ternyata energi tidak mengalami perubahan, tetapi es berubah wujud menjadi air.
Kalor menyatakan bentuk energi. Pernyataan ini pertama kali dibuktikan
oleh Robert Von Mayer melalui percobaan berikut ini: Botol diisi dengan air
dingin, kemudian digonoang-goncangkan selama beberapa menit, Apa yang dapat
anda rasakan pada air tersebut.
Kalor adalah bentuk energi yang berpindah dari benda yang lebih tinggi
ke benda yang suhunya lebih rendah ketika kedua benda bersentuhan. Hasil
percobaan menunjukkan bahwa air terasa hangat.
Hangatnya air dalam botol karena memperoleh kalor (panas) yang
berasal dari perubahan energi - energi (gerak) air tersebut. Energi kalor dapat
ditimbulkan dari berbagai bentuk energi, seperti energi kimia, energi listrik, energi
11. kinetik, energi nuklir dan sebagainya(Sukardjo,1989)
Satuan kalor dalam sistem Internasional (SI) dinyatakan dalam Joule (J).
Satuan kalor lainnya adalah kalori. 1 kilo kalori = 1000 kalori = 10 kubik kalori.
Menurut James Prescott Joule :
1 kalori = 4,2 joule atau 1 joule = 0,24 kalori
1 Kkal = 4,2 x 10 joule, angka ini disebut tara kalor mekanik.
Tara kalor mekanik adalah bilangan yang menyatakan kesetaran antara
satu kalor dan satuan energi.“Satu kalori didefinisikan sebagai banyaknya kalor
yang diperlukan untuk memanaskan 1 gram air sehingga suhunya naik 100
C."
Kalor Dapat Mengubah Suhu Benda. Kalor adalah salah satu bentuk energi
yang dapat berpindah karena adanya perbedaan suhu. Kalor dapat menyebabkan
perubahan suhu suatu benda. Dalam Fisika, pengertian kalor berbeda dengan
suhu. Kalor sebagai bentuk energi menyatakan jumlah (kuantitas) panas,
sedangkan suhu menyatakan ukuran derajat panas. Secara ilmiah, kalor berpindah
dari benda yang suhunya tinggi menuju benda yang suhunya rendah bila kedua
benda dicampur. Karena kalor sebagai bentuk energi, maka berlaku hukum
kekekalan energi untuk kalor. Menurut Joseph Black, kalor yang diterima sama
dengan kalor yang dilepas. Pernyataan ini disebutAsas Black.
Kalor jenis suatu zat adalah bilangan yang menunjukkan banyak kalor
yang diperlukan untuk menaikkan suhu 1°C dan 1 kg zat. Bila dinyatakan dengan
rumus:
C =Q/m x At
..................................................................(2.4) Kapasitas kalor suatu
zat adalah banyaknya kalor yang diperlukan untuk menaikkan suhu zat itu sebesar
1°C. Jika dinyatakan dengan rumus dapat di tulis:
H=Q/At............................................................................(2.5
)
Keterangan:
H = Kapasitas kalor, satuan Joule/°C
Hubungan antara kapasitas kalor dan kalorjenis zat dapat ditulis:
12. H = Q/At = m.c.t/At = m xc
............................................(2.6)
(Hasyim,2002)
13. BAB III
METODELOGI PRAKTIKUM
3.1 Alat dan Bahan
Adapun alat-alat dan bahan yang digunakan pada praktikum ini :
3.1.1 Alat
Adapun alat-alat yang digunakan pada praktikum ini adalah :
1. Cawan porselin
2. Stop watch
3. Termometer
4. Tungku kaki tiga
5. Bunsen
6. Pipet volume
3.1.2 Bahan
Adapun bahan-bahan yang digunakan pada percobaan ini adalah:
1. Kloroform (CHCL3)
2. Etanol (C2H5OH)
3.2 Cara Kerja
Adapun prosedur kerja yang dilakukan dalam percobaan ini yaitu:
1. Cawan porselin diletakkan diatas kaki tiga dan dipanaskan
2. Diamati suhu hingga suhu cawan 35℃, kemudian diteteskan 3 tetes
kloroform didalamnya
3. Dicatat waktu masing-masing yang diperlukan agar cairan tersebut
menguap sampai habis
4. Diulangi langkah (2) dan (3) dengan temperatur cawan 350
C, 400
C, 450
C,
500
C, 550
C, 600
C.
5. Diulangi dengan menggantikan kloroform dengan etanol
6. Untuk tetap percobaan dilakukan pengulangan sebanyak 3 kali.
14. BAB IV
HASIL DAN PEMBAHASAN
4.1 Hasil
Tabel 4.1 hasil percobaab dari cloroform (CHCL3)
No Suhu(K) Trata-rata 1/t 1/t = x log K = Y X2
1 308 18 0,0556 0,00324 -1,2549 0,00001049
2 313 12,33 0,0811 0,00319 -0,0909 0,00001017
3 318 8,67 0,1153 0,00314 -0,9381 0,00000985
4 323 6,67 0,1499 0,00309 -0,8241 0,00000954
5 328 4 0,25 0,00304 -0,6020 0,00000924
6 333 2,67 0,3745 0,0030 -0,4265 0,000009
Tabel 4.2 hasil percobaab pada etanol (C2H3OH)
No Suhu(K) Trata-rata 1/t 1/t = x log K = Y X2
1 308 64,33 0,0155 0,00324 -1,8096 0,00001049
2 313 37 0,0270 0,00319 -1,5686 0,00001017
3 318 23,67 0,0422 0,00314 -1,3746 0,00000985
4 323 14,67 0,0681 0,00309 -1,1668 0,00000954
5 328 11,67 0,0856 0,00304 -1,0675 0,00000924
6 333 8,33 0,1200 0,0030 -0,9208 0,000009
4.2 Pembahasan
Pada percobaan ini bertujuan untuk menentukan energi pengaktifan dari
suatun penguapan. Bahan yang digunakan adalah senyawa kloroform (CHCL3)
dan etanol (C2H3OH) sebagai cairan volatile. Senyawa volatile adalah suatu
senyawa yang mudah menguap. Percobaan ini diulangi sebanyak 3 kali dengan
variasi waktu yang bermacam-macam yaitu, 350
C, 400
C, 450
C, 500
C, 550
C, 600
C.
Pada saat diteteskan tiga tetes cairan volatile koloroform kedalam cawan
porselin yang telah diatur suhunya terlebih dahulu yaitu percobaan pada suhu
15. 0
2
4
6
8
10
12
14
16
18
20
305 310 315 320 325 330 335
Hubungan antara suhu dan waktu
y
35℃ dengan dibutuhkan waktu yaitu menguap dengan rata-rata pengulangan
sebanyak tiga kali sebesar 18 detik, pada suhu 40℃ diperoleh waktu rata-ratanya
adalah 12,23 detik, sedangkan untuk suhu rata-rata 45℃, 50℃, 55℃, dan 60℃
waktu yang diperoleh secara berturut-turut adalah 8,67 detik, 6,67 detik, 4 detik,
dan 2,67 detik. Hal ini dapat dilihat pada gambar 5.2.1 hubungan antara suhu dan
waktu.
Gambar 5.2.1 hubungan antara suhu dan waktu
Pada percobaan ini juga dilakukan perlakuan yang sama, hanya saja
senyawa volatile yang digunakan berbeda yaitu senyawa etanol, dengan suhu
35℃ waktu rata-rata yang diperoleh yaitu 64,33 detik, pada suhu 40℃ dengan
waktu rata-rata yang diperoleh 37 detik, sedangkan untuk suhu rata-rata 45℃,
50℃, 55℃, dan 60℃ waktu yang diperoleh secara berturut-turut adalah 23,67
detik, 14,67 detik, 11,67 detik, dan 8,33 detik. Hal ini dapat dilihat pada gambar
5.2.2 hubungan antara suhu dan waktu.
16. 0
10
20
30
40
50
60
70
305 310 315 320 325 330 335
Hubungan antara suhu dan waktu
y
y = -1481.6x + 3.9222
R² = 0.1111
-1.4
-1.2
-1
-0.8
-0.6
-0.4
-0.2
0
0.00295 0.003 0.00305 0.0031 0.00315 0.0032 0.00325 0.0033
Log
K
Hubungan antara 1/T dan Log K
1/T
y
Linear (y)
Gambar 5.2.2 hubungan antara suhu dan waktu
Dari kedua grafik diatas dapat disimpulkan bahwa semakin tinggi suhu
yang digunakan, maka semakin cepat cairan menguap. Cairan kloroform lebih
mudah menguap jika dibandingkan dengan cairan etanol, hal ini dikarenakan
kloroform dan etanol memiliki titik didih yang berbeda, dimana titik didih
kloroform 61,2℃ dan titik didih etanol 78,37℃. Selain itu, dapat disimpulkan juga
apabilah titik didih suatu cairan semakin kecil maka cairan tersebut akan lebih
cepat menguap.
Berdasarkan grafik diatas diketahui bahwa, slope = -1481,6 dan intercept =
3,9222. Maka harga Ea yang didapatkan ialah 121,58.
17. y = -3626.8x + 9.9854
R² = 0.9866
-2
-1.8
-1.6
-1.4
-1.2
-1
-0.8
-0.6
-0.4
-0.2
0
0.00295 0.003 0.003050.00310.003150.00320.003250.0033
Log
K
Hubungan antara 1/T dengan Log K
1/T
y
Linear (y)
Berdasarkan grafik hubungan antara 1/T dan log k pada etanol, diketahui
bahwa slope = -3626,8 dan intercept = 9,9854. Maka harga Ea yang didapatkan
ialah 297,6152. Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa, semakin tinggi suhu
suatu larutan maka semakin besar pula energy aktivasinya, dimana hal ini
menandakan bahwa reaksi tersebut berlangsung dengan cepat.
18. BAB V
KESIMPULAN DAN SARAN
5.1 Kesimpulan
Berdasarkan hasil dan pembahasan dapat disimpulkan sebagai berikut :
1. Penguapan adalah salah satu perubahan fase cair menjadi gas.
2. Pada senyawa kloroform dan etanol, apabila semakin tinggi suhu maka
akan semakin cepat waktu yang dibutuhkan untuk menguap.
3. Kloroform lebih cepat menguap dari pada etanol karena kloroform
mempunyai titik didih yang lebih rendah.
4. Faktor yang mempengaruhi larutan mudah menguap yaitu titik didih
larutan.
5.2 Saran
Diharapkan kepada praktikan untuk lebih teliti dalam mengamati suhu
dan waktu agar didapatkan hasil yang akurat.
19. DAFTAR PUSTAKA
Anwar, Budiman. 2005. Kimia Pemantapan. Bandung : Irama widia.
Asyad,Sinukabanan. 1975. Kimia fisika Universitas.Jakarta: Binarupa Aksara.
Brady, James E. 1999. Kimia Universitas Jilid I, Ed.5. Jakarta: Binarupa Aksara.
Cipta Zemanskey. 2000. Kimia fisika. Bandung : Erlangga .
Hasyim. 1999. Kimia Fisika Edisi Ke-2. Jakarta : Binarupa Aksara.
Sukardjo .1989. Kimia Fisika. Yogyakarta : Rineka.
20. LAMPIRAN B
PERHITUNGAN
1. Kloroform
a). Suhu 350
C (308 k)
t1 = 20 detik, t2 = 18 detik, t3 = 16 detik
t =
t1+t2+t3
3
t =
20+18+16
3
t = 18 detik
b). Suhu 40℃ (313 k)
t1 = 14 detik, t2 = 12 detik, t3 = 11 detik
t =
t1+t2+t3
3
t =
14+12+11
3
t = 12,33 detik
c). Suhu 45℃ (318 k)
t1 = 10 detik, t2 = 9 detik, t3 = 7 detik
t =
t1+t2+t3
3
t =
10+9+7
3
t = 8,67 detik
d). Suhu 50℃ (323 k)
t1 = 8 detik, t2 = 6 detik, t3 = 6 detik
t =
t1+t2+t3
3
t =
8+6+6
3
t = 6,67 detik
e). Suhu 55℃ (328 k)
t1 = 5 detik, t2 = 4 detik, t3 = 3 detik
t =
t1+t2+t3
3
21. t =
5+4+3
3
t = 4 detik
f). Suhu 60℃ (333 k)
t1 = 3 detik, t2 = 3 detik, t3 = 2 detik
t =
t1+t2+t3
3
t =
3+3+2
3
t = 2,67 detik
untuk mencari 1/T dalam klroform
a). T = 35o
C
1
T
=
1
18
= 0,056
b). T = 40 o
C
1
T
=
1
12,33
= 0,0811
c). T = 45 o
C
1
T
=
1
8,67
= 0,1153
d). T = 50℃
1
T
=
1
6,67
= 0,1499
e). T = 55 o
C
1
T
=
1
4
= 0,25
f). T = 60o
C
1
T
=
1
2,67
= 0,3745
22. Untuk mencari 1/T pada kloroform
a). Suhu 35o
C (308 k)
1
t
=
1
308
= 0,00324
b). Suhu 40 o
C (313 k)
1
t
=
1
313
= 0,00319
c). Suhu 45o
C (318 k)
1
t
=
1
318
= 0,00314
d). Suhu 50o
C(323 k)
1
t
=
1
323
= 0,00309
e). Suhu 55o
C(328 k)
1
t
=
1
328
= 0,00304
f). Suhu 60o
C (333 k)
1
t
=
1
333
= 0,0030
2. Etanol
a). Suhu 35 o
C (308 k)
t1 = 75 detik, t2 = 63 detik, t3 = 55 detik
t =
t1+t2+t3
3
t =
75+63+55
3
t = 64,33 detik
b). Suhu 40o
C (313 k)
t1 = 45 detik, t2 = 35 detik, t3 = 31 detik
23. t =
t1+t2+t3
3
t =
45+35+31
3
t = 64,33 detik
c). Suhu 45 o
C (318 k)
t1 = 29 detik, t2 = 22 detik, t3 = 20 detik
t =
t1+t2+t3
3
t =
29+22+20
3
t = 23,67 detik
d). Suhu 50 o
C (323 k)
t1 = 16 detik, t2 = 15 detik, t3 = 13 detik
t =
t1+t2+t3
3
t =
16+15+13
3
t = 14,67 detik
e). Suhu 55 o
C (328 k)
t1 = 13 detik, t2 = 12 detik, t3 = 10 detik
t =
t1+t2+t3
3
t =
13+12+10
3
t = 11,67 detik
f). Suhu 60 o
C (333 k)
t1 = 11 detik, t2 = 9 detik, t3 = 8 detik
t =
t1+t2+t3
3
t =
11+9+8
3
t = 8,33 detik
untuk mencari 1/T dalam etanol
a). T = 35 o
C
1
T
=
1
64,33
= 0,0155
24. b). T = 40 o
C
1
T
=
1
37
= 0,0270
c). T = 45℃
1
T
=
1
23,67
= 0,0422
d). T = 50 o
C
1
T
=
1
14,67
= 0,0681
e). T = 55 o
C
1
T
=
1
11,67
= 0,0856
f). T = 60 o
C
1
T
=
1
8,33
= 0,1200
Untuk mencari 1/T pada etanol
a). Suhu 35 o
C (308 k)
1
t
=
1
308
= 0,00324
b). Suhu 40 o
C (313 k)
1
t
=
1
313
= 0,00319
c). Suhu 45 o
C (318 k)
1
t
=
1
318
= 0,00314
d). Suhu 50 o
C (323 k)
1
t
=
1
323
25. = 0,00309
e). Suhu 55℃ (328 k)
1
t
=
1
328
= 0,00304
f). Suhu 60℃ (333 k)
1
t
=
1
333
= 0,0030
Harga kecepatan reaksi k pada kloroform.
a. Log K = log (1/t) = log (0,0556) = -1,2549
b. Log K = log (1/t) = log (0,0811) = -0,0909
c. Log K = log (1/t) = log (0,1153) = -0,9381
d. Log K = log (1/t) = log (0,1499) = -0,8241
e. Log K = log (1/t) = log (0,25) = -0,6020
f. Log K = log (1/t) = log (0,3745) = -0,4265
Harga kecepatan reaksi k pada etanol.
a. Log K = log (1/t) = log (0,0155) = -1,8096
b. Log K = log (1/t) = log (0,0270) = -1,5686
c. Log K = log (1/t) = log (0,0422) = -1,3746
d. Log K = log (1/t) = log (0,0681) = -1,1668
e. Log K = log (1/t) = log (0,856) = -1,0675
f. Log K = log (1/t) = log (0,1200) = -0,9208
Menghitung Ea pada kloroform
Slope = -1481,6
Intercept = 3,9222
Maka :
Ea = -Slope x R
Ea = -(-1481,6)(0,08206)
Ea = 121,58
26. Menghitung Ea pada kloroform
Slope = -3626,8
Intercept = 9,9854
Maka :
Ea = -Slope x R
Ea = -(-3626,8)(0,08206)
Ea = 297,6152
27. y = -1481.6x + 3.9222
R² = 0.1111
-1.4
-1.2
-1
-0.8
-0.6
-0.4
-0.2
0
0.0029 0.003 0.0031 0.0032 0.0033
Log
K
Hubungan antara 1/T dan Log K
1/T
y
Linear (y)
LAMPIRAN C
TUGAS DAN PERTANYAAN
1. Tentukan harga kecepatan reaksi K dari percobaan ?
Jawab : Harga kecepatan reaksi k pada kloroform.
g. Log K = log (1/t) = log (0,0556) = -1,2549
h. Log K = log (1/t) = log (0,0811) = -0,0909
i. Log K = log (1/t) = log (0,1153) = -0,9381
j. Log K = log (1/t) = log (0,1499) = -0,8241
k. Log K = log (1/t) = log (0,25) = -0,6020
l. Log K = log (1/t) = log (0,3745) = -0,4265
Harga kecepatan reaksi k pada etanol.
g. Log K = log (1/t) = log (0,0155) = -1,8096
h. Log K = log (1/t) = log (0,0270) = -1,5686
i. Log K = log (1/t) = log (0,0422) = -1,3746
j. Log K = log (1/t) = log (0,0681) = -1,1668
k. Log K = log (1/t) = log (0,856) = -1,0675
l. Log K = log (1/t) = log (0,1200) = -0,9208
2. Buat grafik log k vs 1/T dari data percobaan ?
Jawab :
Grafik hubungan antara 1/T dan Log K pada kloroform
Slope = -1481,6
Intercept = 3,9222
28. y = -3626.8x + 9.9854
R² = 0.9866
-2
-1.8
-1.6
-1.4
-1.2
-1
-0.8
-0.6
-0.4
-0.2
0
0.0029 0.003 0.0031 0.0032 0.0033
Log
K
Hubungan antara 1/T dengan Log K
1/T
y
Linear (y)
Grafik hubungan antara 1/T dan Log K pada etanol
Slope = -3626,8
Intercept = 9,9854
3. Hitung harga E dan A untuk system kloroform dan etanol ?
Jawab : Slope = -1481,6
Intercept = 3,9222
Maka :
Ea = -Slope x R
Ea = -(-1481,6)(0,08206)
Ea = 121,58
Dari grafik hubungan antara 1/T dan Log K pada etanol.
Slope = -3626,8
Intercept = 9,9854
Maka = -Ea = Slope x R
Ea = -Slope x R
Ea = -(-3626,8) (9,9854)
Ea = 36,215,04
4. Apa yang dimaksud dengan energy aktivasi penguapan ?
Jawab : energy aktivasi penguapan merupakan suatu energy minimum yang
dibutuhkan untuk melampaui suatu energy yang ingin membentuk reaksi.
29. LAMPIRAN D
GAMBAR ALAT
No Gambar alat dan nama Fungsinya
1 `Cawan Porselin Menguapkan larutan
2 Pipet Tetes Membantu memindahkan
cairan dari suatu wadah
ke wadah yang lain
dalam jumlah yang
sedikit.
3 Lampu Spirtus Membakar zat atau
memanaskan larutan.
4 Kaki Tiga Penyangga ketika proses
pemanasan
5 Thermometer Mengukur suhu