SlideShare a Scribd company logo
1 of 27
2
BAB II
PEMBAHASAN
2.1.Penjelasan
Anggapan bahwa oksigen merupakan unsur yang paling dibutuhkan bagi kehidupan
manusia agaknya memang benar. Tidak makan atau tidak minum mungkin masih akan
memberikan toleransi yang cukup panjang hingga sampai kepada keadaan fatal, tetapi
sebentar saja manusia tak mendapat oksigen maka akan langsung fatal akibatnya. Tak hanya
untuk bernafas dan memepertahankan kehidupan, oksigen juga sangat dibutuhkan untuk
metabolisme tubuh. Oksigen malah bisa menjadisarana untuk mengatasi berbagai macam
penyakit.
Oksigen pertama kali ditemukan oleh Yoseph Prietsley di Bristol Inggris tahun 1775
dan dipakai dalam bidang kedokteran oleh Thomas Beddoes sejak awal tahun 1800. alvan
Barach tahun 1920 mengenalkan terapi oksigen pasien hipoksemia dan terapi oksigen jangka
panjang pasien penyakit paru obstruktif kronik. Chemiack tahun 1967 melaporkan pemberian
oksigen melalui kanula hidung dengan aliran lambat pasien hiperkapnia dan memberikan
hasil yang baik tanpa retensi CO2.
Komposisi udara kering ialah 20,98% O2, 0,04% CO2, 78,6% N2 dan 0,92% unsur
inert lainnya, seperti argon dan helium. Tekanan barometer (PB) di permukaan laut ialah 760
mmHg (satu atmosfer). Dengan demikian, tekanan parsial (dinyatakan dengan lambang P).
O2 udara kering di permukaan laut adalah 0,21 x 760, atau 160 mmHg. Tekanan parsial N2
dan gas inert lainnya 0,79 x 760, atau 600 mmHg; dan PCO2 ialah 0,0004 x 760 atau 0,3
mmHg. Terdapatnya uap air dalam udara pada berbagai iklim umumnya akan menurunkan
persen volume masing masing gas, sehingga juga sedikit mengurangi tekanan parsial gas gas-
tersebut. Udara yang seimbang dengan air jenuh dengan uap air, dan udara inspirasi akan
jenuh dengan uap air saat udara tersebut mencapai paru-paru.
A. Transpor oksigen
Pengangkutan oksigen ke jaringan
Sistem pengangkut O2 di dalam tubuh terdiri atas paru-paru dan sistim
kardiovaskuler. Pengangkutan O2 menuju jaringan tertentu tergantung pada jumlah O2 yang
masuk kedalam paru-paru, adanya pertukaran gas dalam paru yang adekuat, aliran darah
menuju jaringan, serta kapasitas darah untuk mengangkut O2. aliran darah bergantung pada
derajat konstriksi jaringan vaskuler didalam jaringan serta curah jantung. Jumlah O2 didalam
darah ditentukan oleh jumlah O2 yang larut, jumlah hemoglobin dalam darah serta afinitas
hemoglobin terhadap O2.
Oksigen berdifusi dari bagian konduksi paru kebagian respirasi paru sampai ke alveoli,
membrana basalis dan endotel kapiler, dalam darah sebagian besar O2 bergabung dengan
3
hemoglobin (97%) dan sisanya larut dalam plasma (3%). Dewasa muda pria, jumlah
darahnya ± 75 ml/kg, wanita ± 65 ml/kg. Satu ml darah pria mengandung kira-kira 280 juta
molekul Hb. Satu molekul Hb sanggup mengikat 4 Molekul O2 membentuk HbO2, oksi
hemoglobin.
Konsumsi oksigen keotak
Konsumsi O2 oleh otak manusia (tingkat metabolik serebrum untuk O2, CMRO2)
rata-rata sekitar 3,5 ml/100 gr otak/menit (49 ml/menit untuk otak keseluruhan) pada seorang
dewasa. Angka ini mencerminkan sekitar 20 % darikonsumsi O2 total dalam keadaan
istirahat. Otak sangat peka terhadap hip[oksia, dan sumbatan terhadap pembuluh darah
walaupun hanya selama 10 detik dapat menyebabkan pingsan. Struktur-struktur vegetatif di
batang otak lebih resisten terhadap hipoksia dari pada korteks serebrum dan pasien dapat
pulih dari kecelakaan misalnya henti jantung (dan kelainan lain yang menyebabkan hipoksia
yang cukup berkepanjangan) dengan fungsi vegetatif normal tetapi mengalami defisiensi
intelektual berat yang menetap : Ganglion basal menggunakan O2 dengan tingkat yang sangat
tinggi dan hipoksia kronik dapat menimbulkan gejala-gejala penyakit parkinson serta defisit
intelektual. Thalamus dan kolikulus inferior juga sangat rentan terhadap kerusakan terhadap
hipoksia.
B. Tekanan parsial
Berbeda dengan zat cair, gas akan mengembang untuk mengisi ruang yang tersedia
baginya, dan volume yang ditempati oleh sejumlah molekul gas tertentu, pada suhu dan
tekanan tertentu(idealnya) akan tetap sama, bagaimanapun komposisi campuran gas tersebut.
(diturunkan dari persamaan state of ideal gas) Dengan:
P = tekanan
n = jumlah molekul
R = konstanta gas
T = suhu absolut
V= volume
Perbedaan tekanan partial untuk O2 dan CO2menekankan bahwa hal tersebut
merupakan kunci bagi terjadinya pergerakan gas dan bahwa O2 “mengalir dari udara liar
melalui alveoli dan darah kedalam jaringan, sedangkan CO2 “mengalir turun” dari jaringan
kedalam alveoli. Walaupun demikian, jumlah kedua gas yang diangkut ke dan dari jaringan
akan sangat tidak adekuat bila sekitar 99% O2 yang larut didalam darah tidak terikat pada
protein pembawa O2hemoglobin dan bila sekitar 94,5% CO2 yang larut dalam darah tidak
mengalami serangkaian reaksi kimia reversibel yang mengubah CO2 menjadi senyawa lain.
4
C. Reaksi Hemoglobin dan Oksigen
Dinamika reaksi pengikatan O2 oleh hemoglobin menjadikannya sebagai pembawaO2
yang sangat serasi. Hemoglobin adalah protein yang dibentuk dari 4 subunit, masing-masing
mengandung gugus heme yang melekat pada sebuah rantai polipeptida. Heme adalah
kompleks yang dibentuk dari suatu porfirin dan 1 atom besi fero. Masing-masing dari ke-4
ataom besi dapat mengikat satu molekul O2 secara reversibel. Atom besi tetap berada dalam
bentuk fero, sehingga reaksi pengikatan O2 merupakan suatu reaksi oksigenasi, bukan reaksi
oksidasi. Reaksi pengikatan hemoglobin dengan O2 lazim ditulis sebagai Hb + O2 ↔ HbO2.
2.2. TIPE KEKURANGAN OKSIGEN DALAM TUBUH
A. Hipoksemia
Hipoksemia adalah suatu keadaan dimana terjadi penurunan konsentrasi oksigen
dalam darah arteri (PaO2) atau saturasi O2 arteri (SaO2) dibawah nilai normal (nilai normal
PaO285-100 mmHg), SaO2 95%. Hipoksemia dibedakan menjadi ringan sedang dan berat
berdasarkan nilai PaO2 dan SaO2. hipoksemia ringan dinyatakan pada keadaan PaO2 60-79
mmHg dan SaO2 90-94%, hipoksemia sedang PaO2 40-60 mmHg, SaO2 75%-89% dan
hipoksemia berat bila PaO2 kurang dari 40 mmHg dan SaO2kurang dari 75%. Umur juga
mempengaruhi nilai PaO2 dimana setiap penambahan umur satu tahun usia diatas 60 tahun
dan PaO2 80 mmHg maka terjadi penurunan PaO2 sebesar 1 mmHg. Hipoksemia dapat
disebabkan oleh gangguan ventilasi, perfusi, hipoventilasi, pirau, gangguan difusi dan berada
ditempat yang tinggi.
Keadaan hipoksemia menyebabkan beberapa perubahan fisiologi yan gbertujuan
untuk mempertahankan supaya oksigenasi ke jaringan memadai. Bila tekanan oksigen arteriol
(PaO2) dibawah 55 mmHg.kendali nafas akan meningkat, sehingga tekanan oksigen arteriol
(PaO2) yang meningkat dan sebaliknyatekanan karbondioksida arteri (PaCO2)
menurun.jaringan Vaskuler yang mensuplai darah di jaringan hipoksia mengalami
vasodilatasi, juga terjadi takikardi kompensasi yang akan meningkatkan volume sekuncup
jantung sehingga oksigenasi jaringan dapat diperbaiki. Hipoksia alveolar menyebabkan
kontraksi pembuluh pulmoner sebagai respon untuk memperbaiki rasio ventilasi perfusi di
area paru terganggu, kemudian akan terjadi peningkatan sekresi eritropoitin ginjal sehingga
mengakibatkan eritrositosis dan terjadi peningkatan sekresi eritropoitin ginjal sehingga
mengakibatkan eritrositosis danterjadi peningkatan kapasiti transfer oksigen. Kontraksi
pembuluh darah pulmoner, eritrositosis dan peningkatan volume sekuncup jantung akan
menyebabkan hipertensi pulmoner. Gagal jan tung kanan bahkan dapat menyebabkan
kematian.
B. Hipoksia
Hipoksia adalah kekurangan O2 ditingkat jaringan. Istilah ini lebih tepat dibandingkan
anoksia, sebabjarang dijumpai bahwa benar-benar tidak ada O2 tertinggaldalam jaringan,
5
secara tradisional, hipoksia dibagi dalam 4 jenis. Berbagai klassifikasi lain telah digunakan
namun sidtim 4 jenis ini tetap sangat bergunaapabila masing-masing definisi istilah tetap
diingat. Keempat kategori hipoksia adalah sebagai berikut :
1. Hipoksia hipoksik (anoksia anoksik) yaitu apabila PO2 darah arteri berkurang
2. Hipoksia anemik yaitu apabila O2 darah arteri normal tetapi mengalami denervasi
maupun pada ginjal yang diangkat (diisolasi) dan diperfusi
3. Hipoksia stagnan; akibat sirkulasi yang lambat merupakan masalah bagi organ
seperti ginjal dan jantung saat terjadi syok
4. Hipoksia histotoksik; hipoksia yang disebabkan oleh hambatan proses oksidasi
jaringan paling sering diakibatkan oleh keracunan sianida
Hipoksia Hipoksik
Hipoksia hipoksik merupakan masalah pada individu normal pada daerah ketinggian
serta merupakan penyulit pada pneumonia dan berbagai penyakit sistim pernafasan lainnya.
Gejala dan tanda hipoksia hipoksik3
1. Pengaruh penurunan tekanan barometer
Penurunan PCO2 darah arteri yang terjadi akan menimbulkan alkalosis
respiratorik
2. Gejala hipoksia saat bernafas oksigen
Di ketinggian 19.200 m, tekanan barometer adalah 47 mmHg, dan pada atau
lebih rendah dari tekanan ini cairan tubuh akan mendidih pada suhu tubuh.
Setiap orang yang terpajan pada tekanan yang rendah akan lebih dahulu
meninggal saat hipoksia, sebelum gelembung uap air panas dari dalam tubuh
menimbulkan kematian
3. Gejala hipoksia saat bernafas udara biasa
Gejala mental seperti irritabilitas, muncul pada ketinggian sekitar 3700 m.
Pada ketinggian 5500 m, gejala hipoksia berat, dan diatas 6100 m, umumnya
seseorang hilang kesadaran.
4. Efek lambat akibat ketinggian
Keadaan ini ditandai dengan sakit kepala, iritabilias, insomnia, sesak nafas,
serta mual dan muntah.
5. Aklimatisasi
Respon awal pernafasan terhadap ketinggian relatif ringan, karena alkalosis
cenderung melawanefek perangsangan oleh hipoksia. Timbulnya asidosis
laktat dalam otak akan menyebabkan penurunan pH LCSdan meningkatkan
respon terhadap hipoksia.
6
Penyakit yang menyebabkan Hipoksia Hipoksik
Penyakit penyebabnya secara kasar dibagi atas penyakit dengan kegagalan organ
pertukaran gas, penyakit seperti kelainan jantung kongenital dengan sebagian besar darah
dipindah dari sirkulasi vena kesisi arterial, serta penyakit dengan kegagalan pompa
pernafasan. Kegagalan paru terjadi bilakeadan seperti fibrosis pulmonal menyebabkan blok
alveoli – kapiler atau terjadi ketidak seimbangan ventilasi – perfusi. Kegagalan pompa dapat
disebabkan oleh kelelahan otot-otot pernafasan pada keadaan dengan peningkatan beban
kerja pernafasan atau oleh berbagai gangguan mekanik seperti pneumothoraks atau obstruksi
bronkhialyang membatasi ventilasi. Kegagalan dapat pula disebabkan oleh abnormalitas pada
mekanisme persarafan yang mengendalikan ventilasi, seperti depresi neuron respirasi di
medula oblongata oleh morfin dan obat-obat lain.
Hipoksia Anemik
Sewaktu istirahat,hipoksia akibat anemia tidaklah berat, karena terdapat peningkatan
kadar 2,3-DPG didalam sel darah merah,kecuali apabila defisiensi hemoglobin sangat besar.
Meskipun demikian, penderita anemia mungkin mengalami kesulitan cukup besar sewaktu
melakukan latihan fisik karena adanya keterbatasan kemampuan meningkatkan pengangkutan
O2 kejaringan aktif.
Hipoksia Stagnan
Hipoksia akibat sirkulasi lambat merupakan masalah bagi organ seperti ginjal dan
jantung saat terjadi syok. Hati dan mungkin jaringan otak mengalami kerusakan akibat
hipoksia stagnan pada gagal jantung kongestif. Pada keadaan normal, aliran darah ke paru-
paru sangat besar, dan dibutuhkan hipotensi jangka waktu lama untuk menimbulkan
kerusakan yang berarti. Namun, syok paru dapat terjadi pada kolaps sirkulasi
berkepanjangan,terutama didaerah paru yang letaknya lebih tinggi dari jantung.
Hipoksia Histotoksik
Hipoksia yang disebabkan oleh hambatan proses oksidasi jaringan paling sering
diakibatkan oleh keracunan sianida. Sianida menghambat sitokrom oksidasi serta mungkin
beberapa enzim lainnya. Biru metilen atau nitrit digunakan untuk mengobati keracunan
sianida. Zat-zat tersebut bekerja dengan sianida, menghasilkan sianmethemoglobin, suatu
senyawa non toksik. Kemampuan pengobatan menggunakansenyawa ini tentu saja terbatas
pada jumlah methemoglobin yang dapat dibentuk dengan aman. Pemberian terapi oksigen
hiperbarik mungkin juga bermanfaat.
C. Gagal Nafas
Gagal nafas merupakan suatu keadaan kritis yang memerlukan perawatan di instansi
perawatan intensif (IP). Diagnosis gagal nafas ditegakkan bila pasien kehilangan kemampuan
ventilasi secara adekuat atau tidak mampu mencukupi kebutuhan oksigen darah dan sistem
7
organ. Gagal nafas terjadi karena disfungsi sistem respirasi yang dimulai dengan peningkatan
karbondioklsida dan penurunan jumlah oksigen yang diangkut kedalam jaringan. Gagal nafas
akut sebagai diagnosis tidak dibatasi oleh usia dan dapat terjadi karena berbagai proses
penyakit. Gagal nafas hampir selalu dihubungkan dengan kelainan diparu,tetapi keterlibatan
organ lain dalam proses respirasi tidak boleh diabaikan.
Gagal Nafas Tipe I
Pada tipe ini terjadi perubahan pertukaran gas yang diakibatkan kegagalan oksigenasi.
PaO2 ≤50 mmHg merupakan ciri khusus tipe ini, sedangkan PaCO2 ≤40 mmHg, meskipun ini
bisa juga disebabkan gagal nafas hiperkapnia. Ada 6 kondisi yang menyebabkan gagal nafas
tipe I yaitu:
1. Ketidak normalan tekanan partial oksigen inspirasi (low PIO2)
2. Kegagalan difusi oksigen
3. Ketidak seimbangan ventilasi / perfusi [V/Q mismatch]
4. Pirau kanan ke kiri
5. hipoventilasi alveolar
6. konsumsi oksigen jaringan yang tinggi
Gagal Nafas Tipe II
Tipe ini dihubungkandengan peningkatan karbondioksida karena kegagalan ventilasi
dengan oksigen yang relatif cukup. Beberapa kelainan utama yang dihubungkan dengan gagal
nafas tipe ini adalah kelainan sistem saraf sentral, kelemahan neuromuskuler dam deformiti
dinding dada. Penyebab gagal nafas
tipe II:
1. Kerusakan pengaturan
sentral
2. Kelemahan
neuromuskuler
3. Trauma spina servikal
4. Keracunan obat
5. infeksi
6. Penyakit neuromuskuler
7. Kelelahan otot respirasi
8. Kelumpuhan saraf
frenikus
9. Gangguan metabolisme
10. Deformitas dada
11. Distensi abdomen
massif
12. Obstruksi jalan nafas
2.3. Tujuan Terapi Oksigen
Tujuan umum terapi oksigen adalah untuk mencegah dan memperbaiki hipoksia
jaringan, sedangkan tujuan khususnya adalah untuk mendapatkan PaO2 lebih dari 90 mmHg
8
atau SaO2 lebih dari 90%. Besarnya fraksi oksigen inspirasi yang didapat unit paru sesuai
dengan volume oksigen yang diberikan pada pasien dapat dilihat pada tabel dibawah ini:
Alat Aliran (L/menit) Fi O2 (fraksi oksigen inspirasi)
Kanula nasal 1
2
3
4
5
6
0,24
0,28
0,32
0,36
0,40
0,44
Masker oksigen 5-6
6-7
7-8
0,40
0,50
0,60
Masker dengan
kantong reservoir
6
7
8
9
10
0,60
0,70
0,80
≥0,80
≥0,80
Pemberian campuran gas yang kaya akan oksigen mempunyai arti yang sangat
terbatas pada hipoksia stagnan. Anemik dan histotoksik, karena yang dapat dicapai melalui
cara ini hanyalah peningkatan dalam jumlah O2 yang larut di dalam darah arteri. Hal ini juiga
berlaku bagi hipoksia hipoksik yang disebabkan oleh pirau darah vena yang tidak
teroksigenasi melewati paru-paru. Pada bentuk hipoksia hipoksik lainnya, pemberian O2
sangat bermanfaat. Namun perlu diingat, bahwa pada penderita gagal paru berat dengan
hiperkapnia, kadar CO2 dapat sedemikian tingginya sampai menekan dan bukan merangsang
pernafasan.
Walau tergolong jenis terapi dan teknologi kesehatan mutakhir, tetapi dengan
menggunakan oksigen murni yang mulai marak sekarang, sebenarnya sudah ditemukan sejak
hampir 400 tahun yang lalu, namun berbgai benturan yang dihadapi membuat dunia
kesehatan terkesan kurang mengakui teknik ini. Di Indonesia sendiri terapi oksigen murni
dengan mempergunakan ruang hiperbarik mulai dikenal sejak tahun enam puluhan. Namun
penggunaannya masih terbatas bagi kalangan penyelam AL yang mengalami penyakit
dekompensasi yang terjadi akibat penurunan tekanan yang terlampau cepat dari bawah keatas
9
permukaan air. Gejala-gejalanya antara lain adalah nyeri diseluruh tubuh, pusing dan
kehilangan orientasi.
2.4. Indikasi Dan Kontra Indikasi Terapi Oksigen
1. Indikasi
a. Hypoxemia / hypoxia
b. Henti nafas dan henti jantung.
c. Gagal nafas
d. Keracunan CO
e. Asidosis
f. Shock dengan berbagai sebab
g. Selama dan setelah operasi
h. Anemia berat
i. Klien dengan gangguan kesadaran.
j. Sebelum , selama , sesudah suction
k. Nyeri dada, infark miokard akut
l. Payah jantung
m. Meningkatnya kebutuhan oksigen, seperti : luka bakar, trauma ganda, infeksi
berat, demam tinggi, dll
a. Kontra indikasi
Tidak ada kontra indikasi absolut :
a. Kanul nasal / Kateter binasal / nasal prong : jika ada obstruksi nasal.
b. Kateter nasofaringeal / kateter nasal : jika ada fraktur dasar tengkorak kepala,
trauma maksilofasial, dan obstruksi nasal
c. Sungkup muka dengan kantong rebreathing : pada pasien dengan PaCO2 tinggi,
akan lebih meningkatkan kadar PaCO2 nya lagi.
Kriteria pemberian terapi oksigen tersebut dapat dilakukan dengan beberapa cara
dibawah ini.
1. Pemberian oksigen secara berkesinambungan (terus menerus)
Diberikan apabila hasil analisis gas darah pada saat istirahat, didapat nilai:
 PaO2 kurang dari 55 mmHg atau saturasi kurang dari 88%
 PaO2 antara 56-59 mmHg atau saturasi 89% disertai kor pulmonale, polisitemia
(hematokrit >56%)
2. Pemberian secara berselang
Diberikan apabila hasil analisis gas darah saat latihan didapat nilai:
 Pada saat latihan PaO2 55 mmHg atau saturasi 88%
 Pada saat tidur PaO255 mmHg atau saturasi 88% disertai komplikasi seperti
hipertensi pulmoner.somnolen dan aritmia.
Pasien dengan keadaan klinik tidak stabil yang mendapat terapi oksigen perlu dievaluasi gas
darah (AGD) serta terapi untuk menentukan perlu tidaknya terapi oksigen jangka panjang.
10
2.5.METODE PEMBERIAN OKSIGEN
1. Closed System (Sistem tertutup)
Jalan napas diisolir dari udara bebas melalui pipa endotracheal, tracheotomy, atau
masker ketat yang di hubungkan ke ventilator atau alat anestesi.
Tujuan:
Memberikan jalan napas bagi pasien yang tidak dapat mempertahankan sendiri jalan
napas yang adekuat (Pasien koma, Pasien yang menderita obstruksi jalan napas).
Contoh alat yang digunakan:
1. Anestesi Circuit
Digunakan untuk memberikan oksigen selama pasien dilakukan tindakan operasi.
2. Ventilator
Diberikan pada pasien yang memerlukan bantuan nafas dalam jangka panjang karena
mengalami penurunan kontinu oksigenasi (PaO2), peningkatan kadar karbondioksida
(PaCO2) dan asidosis persistem (penurunan pH)
2. High Oxygen Environment
Tujuan:
Meningkatkan kadar O2 di lingkungan pasien.
Contoh alat yang digunakan:
Inkubator
 Digunakan untuk bayi
 Aliran O2 3 - 8 liter/menit
3. Open Delivery System
Dimana udara luar memungkinkan untuk ikut terhisap, terdiri dari:
1. Low Flow System (sistem aliran rendah)
Pemberian O2 sistem aliran rendah ini ditujukan untuk pasien yang
memerlukan O2 tetapi masih mampu bernafas dengan pola nafas yang normal.
11
Contoh alat yang digunakan:
a. Nasal Kanul
Merupakan peralatan yang sederhana dan nyaman, kedua kanula dengan
panjang sekitar 1,5 cm, muncul dari bagian tengah, selang sekali pakai dan
diinsersikn ke dalam hidung.
Oksigen diberikan melalui kanula dengan kecepatan aliran 1 – 6 liter/menit,
dengan konsentrasi 24% - 44%.
Tujuan:
 Memberikan O2 dengan konsentrasi relatif rendah saat kebutuhan oksigen
minimal.
 Memberikan oksigen yang tidak terputus saat klien makan atau minum.
Persiapan alat:
 Tabung O2 dengan flowmeter
 Humidifier dengan cairan steril, air distilasi atau air matang sesuai dengan
peraturan RS.
 Nasal kanul dan slang.
 Kasa.
b. Kateter nasal
Lebih jarang digunakan daripada nasal kanul, tetapi bukan berarti kateter nasal
tidak digunakan
Tujuan:
 Klien memperoleh oksigenasi yang adekuat dengan kecepatan aliran yang
lebih rendah sehingga pemberian oksigen lebih efisien, lebih murah, dan
menghasilkan efek samping yang lebih sedikit.
 Klien memiliki kemungkinan lebih besar untuk menggunakan oksigen
karena adanya mobilitas, kenyamanan, dan penampilan wajah tampak
lebih baik.
 Tidak ada oksigen yang hilang ke atmosfer.
Persiapan alat:
 Tabung O2 dengan flowmeter
12
 Humidifier dengan cairan steril, air distilasi atau air matang.
 Nasal kateter
 Vaseline/ jelly
 Sarung tangan steril
 Kasa untuk bayi
c. Masker sederhana
Merupakan alat pemberian O2 kontinu dengan aliran 5 – 8 liter/menit dan
konsentrasi O2 40 – 60%. Dibutuhkan tali pengikat untuk mendapatkan
konsentrasi O2 yang lebih tinggi.
d. Partial rebreth mask
Suatu tekhnik pemberian O2 dengan konsentrasi tinggi yaitu 60 – 80% dengan
aliran 8 – 12 liter/menit.
Keuntungan:
 Konsentrasi O2 lebih tinggi dari masker sederhana dan tidak
mengeringkan selaput lendir.
e. Non rebreth mask
Merupakan tekhnik pemberian O2 dengan konsentrasi O2 mencapai 99%
dengan aliran 8 – 12 liter/menit dimana udara inspirasi tidak bercampur
dengan udara ekspirsi.
Keuntungan:
 Konsentrasi O2 yang di peroleh dapat mencapai 100% dan tidak
mengeringkan selaput lendir.
2. High flow system (sistem aliran tinggi)
`Dengan tekhnik ini dapat menambah konsentrasi O2 yang lebih tepat dan
teratur. Prinsip pemberian O2 dengan sistem ini yaitu gas yang dialirkan dari
tabung akan menuju ke masker yang kemudian akan dihimpit untuk mengatur
suplai O2 sehingga tercipta tekanan negatif, akibatnya udara luar dapat dihisap
dan aliran udara yang dihasilkan lebih banyak. Aliran udara pada sistem ini yaitu
sekitar 4 -14 liter/menit dengan konsentrasi 30% - 55%.
Contoh alat yang digunakan:
a. Bag and mask (resusitator)
13
Konsentrasi O2 tidak dipengaruhi pernafasan pasien. Aliran O2 12 –
15 liter/menit.
b. Masker venturi
Dapat digunakan untuk menghantarkan konsentrasi oksigen 24%
sampai 28%, 30%, 35%, 40%, 45%, 55% dengan kecepatan aliran oksigen 2
sampai 3, 4, 6, 8, 14 liter/menit secara berurutan bergantung pada pemilihan
alat pengendali aliran.
2.6. SISTEM PEMBERIAN OKSIGEN
Sistem pemberian oksigen yang dipakai untuk aliran terus-menerus ada 3 macam:
1. Oksigen dimampatkan bertekanan tinggi
Oksigen disimpan dalam tabung metal bertekanan tinggi, aliran udara dapat
diatur dengan alat regulator. Macam-macam tabungnya adalah tabung H (244 cuff),
tabung E (22 cuff), tabung D (13 cuff). Keuntungannya adalah murah harganya,
tersedia cukup banyak dan dapat disimpan lama. Kerugiannya adalah berat, kurang
praktis dalam pengisian dan mudah meledak.
2. Oksigen cair
Oksigen cair tidak bertekanan tinggi dan dapat disimpan dalam tempat
tertentu, dilengkapi dengan alat HCF4 untuk mengubah oksigen cair menjadi gas
sehingga dapat dihirup. Tempat pennyimpanan tersebut dinamakan dewar yang dapat
menyimpan O2 cair pada suhu -273oF. Umumnya dewar berisi 100 pound oksigen
yang dapat habis dalam satu minggu bila dipakai terus-menerus dengan aliran 2 liter
permenit.
3. Oksigen konsentrat
Sistem oksigen konsentrat didapat dengan mengekstraksikan udara luar
menggunakan metode molekuler sieve. Oksigen diekstraksi sehingga dapat diberikan
kepada pasien dan nitrogen dibuang kembali ke udara luar.
2.7. PROSEDUR PEMBERIAN TERAPI OKSIGEN
1. Terapi Oksigen Dengan Kanula Nasal
a. Pengertian
Kanula nasal (prongs) merupakan alat sederhana untuk pemberian oksigen
dengan memasukkan dua cabang kecil kedalam hidung. Kanula nasal/nasal kanul
berguna untuk memberikan kira-kira 24-44% oksigen dengan kecepatan aliran 1-
6 L/menit (aliran yang lebih dari 6L/menit tidak menghantarkan oksigen lebih
banyak). Kanula nasal mudah dipasang dan tidak mengganggu kemampuan klien
14
untuk makan atau berbicara. Kanula nasal juga relatif nyaman karena
memungkinkan kebebasan pergerakan dan toleransi dengan baik oleh klien.
b. Indikasi
Nasal kanul diberikan pada pasien PPOK (Paru-Paru Obstruksi Kronik).
c. Kontraindikasi
 Pada klien yang terdapat obstruksi nasal
 Pada klien yang membutuhkan kecepatan aliran >6 L/menit dan konsentrasi
>44%
d. Prinsip
 Kanula nasal untuk mengalirkan oksigen dengan kecepatan aliran 1-6 L/menit,
untuk aliran ringan/rendah biasanya hanya 2-3 liter/ menit yang digunakan.
 Membutuhkan pernapasan hidung.
 Tidak dapat mengalirkan oksigen dengan konsentrasi > 44%.
e. Persiapan Alat
 Kanula nasal
 Selang oksigen
 Humidifier
 Water steril
 Tabung oksigen dengan flowmeter
 Plester
f. Prosedur
1. Periksa program terapi medic
R : Mengetahui kondisi kesehatan pasien
2. Ucapkan salam terapeutik
R: Penerapan komunikasi terapeutik dan memudahkan kerjasama dengan
klien.
3. Lakukan evaluasi/validasi
R : Mengetahui data yang akurat tentang pasien.
4. Jelaskan prosedur yang akan dilakukan.
R : Memberi informasi pada klien tentang tindakan yang dilakukan agar tidak
terjadi mis komunikasi dan memudahkan kerjasama dengan klien.
15
5. Cuci tangan
R : Mengurangi penyebaran bakteri dan penularan penyakit.
6. Persiapkan alat
R : Efisien dalam melakukan tindakan
7. Kaji adanya tanda dan gejala klinis dan secret pada jalan napas.
R : Memudahkan pemberian tindakan yang akan dilakukan dan mengurangi
iritasi saluran pernafasan.
8. Sambungkan kanula nasal keselang oksigen dan ke sumber oksigen.
R : Mengalirkan oksigen ke kanula nasal.
9. Berikan aliran oksigen sesuai dengan kecepatan aliran pada progam medis dan
pastikan berfungsi dengan baik.
R : Memberi oksigen sesuai dengan kebutuhan pasien.
 Selang tidak tertekuk dan sambungan paten.
 Ada gelembung udara pada humidifier.
 Terasa oksigen keluar dari kanula.
R : Memastikan bahwa aliran oksigen dari humidifier dapat berfungsi dengan
baik.
10. Letakkan ujung kanula pada lubang hidung pasien.
R : Meningkatkan kenyamanan pasien dan mengurangi terjadinya iritasi pada
membrane mukosa hidung.
11. Atur pita elastic atau selang plastic ke kepala atau ke bawah dagu sampai
kanula pas dan nyaman.
R : Mempertahankan letak nasal kanul agar tidak berpindah posisi.
12. Beri plester pada kanula dikedua sisi wajah.
R : Mempertahankan letak nasal kanul agar tidak berpindah posisi.
13. Periksa kanula setiap 8 jam.
R : Mengkaji perkembangan pasien selama pemberian oksigenasi.
14. Pertahankan batas air pada botol humidifier setiap waktu.
R : Menjaga kelembapan pada membrane mukosa hidung pasien.
15. Periksa jumlah kecepatan aliran oksigen dan program terapi secara periodic
sesuai respon klien, biasanya tiap 1 jam sekali.
R : Mengetahui kesesuaian dan ketepatan pemberian oksigen.
16. Kaji membran mukosa hidung dari adanya iritasi dan beri jelly untuk
melembapkan membrane mukosa jika diperlukan.
R : Agar kenyamanan serta kelembapan membrane mukosa hidung tetap
terjaga dalam kondisi baik.
17. Cuci tangan.
R : Mengurangi penyebaran bakteri dan penularan penyakit.
18. Evaluasi respon pasien.
R : Mengetahui keefektifan tindakan yang diberikan.
19. Catat hasil tindakan yang telah dilakukan dan hasilnya.
R : Mendokumentasikan segala kegiatan yang dilakukan.
16
g. Evaluasi
a. Observasi kondisi hidung mulut dan perawatan lubang hidung atau iritasi
nasofaringeal.
b. Kaji respon klien setelah pemberian oksigen (pola pernapasan dan kecepatan)
c. Cek kanul sesuai respon klien, biasanya tiap 1 jam sekali.
d. PO2 arterial berkisar antara 80 – 100 mmHg
e. Kondisi hipoksia dapat teratasi.
f. Frekuensi pernapasan dalam kisaran 14 – 20 kali per menit.
2. Pemberian Oksigen Melalui MaskerWajah Sederhana
a. Pengertian
Masker wajah sederhana adalah alat untuk terapi oksigen yang menutupi
hidung dan mulut klien, digunakan untuk inhalasi oksigen. Bagian ekshalasi pada
kedua sisi masker memungkinkan dikeluarkannya karbon dioksida yang
dihembuskan. Masker wajah memberikan oksigen dengan konsentrasi dan
kecepatan aliran lebih tinggi dari kanula nasal, 40-60% pada kecepatan 5-8
liter/menit.
b. Indikasi
Pada klien hipoksemia dengan tanda klinis sianosis (pucat pada wajah. bibir,
dan warma kulit)
c. Kontraindikasi
Pada klien PPOK yang hanya membutuhkan aliran oksigen <5 liter/menit.
d. Prinsip
1. Masker wajah sederhana untuk mengalirkan oksigen tingkat sedang dari
hidung kemulut, dengan konsentrasi oksigen 40-60%.
2. Masker wajah sederhana mengalirkan oksigen dengan kecepatan 5-8
liter/menit.
e. Persiapan alat
1. Masker wajah sederhana , sesuai kebutuhann dan ukuran pasien
2. Selang oksigen
3. Humidifier
4. Water steril
5. Tabung oksigen dengan flowmeter
6. Pita atau tali elastic
17
f. Prosedur
1. Periksa program terapi medic
R : untuk memeriksa ketepatan program medic dengan gejala klien.
2. Ucapkan salam terapeutik
R : memberi rasa nyaman, dan memberi kepercayaan pada klien.
3. Lakukan evaluasi/validasi
R: untuk memeriksa ketepatan tindakan yang akan dilakukan dengan gejala
klinis klien.
4. Jelaskan prosedur yang akan dilakukan.
R: memberi penjelasan pada pasien.
5. Cuci tangan
R : menghindari dari bakteri pathogen dan apatogen
6. Persiapkan alat
R : memudahkan prosedur
7. Kaji adanya tanda dan gejala klinis dan secret pada jalan napas.
R : mengetahui tanda dan gejala yang ada
8. Sambungkan masker keselang dan ke sumber oksigen
R: oksigen dapat tersalur dengan masker
9. Berikan aliran oksigen sesuai dengan kecepatan aliran pada progam medis dan
pastikan berfungsi dengan baik.
 Selang tidak tertekuk dan sambungan paten.
 Ada gelembung udara pada humidifier.
 Terasa oksigen keluar dari masker.
R: menghindari terjadinya emboli pada paru
10. Arahkan masker ke wajah klien dan pasang dari hidung ke bawah (sesuaikan
dengan kontur wajah klien).
R : memberikan rasa nyaman pada pasien
11. Fiksasi pengikat elastik ke sikat kepala klien sehingga masker nyaman dan
tidak sempit.
R : memberikan rasa nyaman pada pasien
12. Periksa masker, aliran oksigen setiap 2 jam atau lebih cepat, tergantung
kondisi dan keadaan umum pasien
R : menghindari terjadinya pertumbuhan bakteri
13. Pertahankan batas air pada botol humidifier setiap waktu.
R : melembabkan oksigen yang masuk ke dalam paru
14. Periksa jumlah kecepatan aliran oksigen dan program terapi setiap 8 jam.
R : menghindari terjadinya emboli pada paru
15. Kaji membran mukosa hidung dari adanya iritasi dan beri jelly untuk
melembapkan membrane mukosa jika diperlukan.
R : mengetahui iritasi pada membrane mukosa
16. Cuci tangan.
R : membersihkan dari bakteri dan virus
18
17. Evaluasi respon pasien.
R : mengetahui hasil yang dirasakan pasien
18. Catat hasil tindakan yang telah dilakukan dan hasilnya.
R : sebagai bukti rekam medis pasien
g. Evaluasi
1. Observasi kondisi hidung mulut dan perawatan lubang hidung atau iritasi
nasofaringeal.
2. Kaji respon klien setelah pemberian oksigen (pola pernapasan dan kecepatan)
3. Kondisi hipoksia dapat teratasi.
4. Frekuensi pernapasan 14-20 kali/menit.
5. Pemberian Oksigen Melalui Masker Rebreathing
3. Pemberian Oksigen Melalui MaskerRebreathing
a. Pengertian
Masker rebreathing adalah masker wajah yang terdapat sebuah kantung
reservoir dan maskernya tanpa klep. Kantong reservoir oksigen yang terhubung
memungkinkan klien mengambil nafas kembali sekitar sepertiga dari udara yang
dihembuskan bersamaan dengan oksigen. Masker rebreathing mengalirkan
oksigen dengan kecepatan aliran O2 8-12 liter/menit dan konsentrasi O2 60-80
%.
b. Indikasi
1. Klien hipoksia dengan dispneu, apneu, dan sianosis.
2. Perfusi jaringan adekuat
c. Kontraindikasi
Pada klien PPOK yang membutuhkan konsentrasi oksigen <60%.
d. Prinsip
1. Mengalirkan oksigen dengan konsentrasi 60%-80%
2. Volume aliran 8-12 liter/menit
3. Terdapat kantung reservoir untuk meningkatkan FiO2
19
e. Alat dan Bahan
1. Set oksigen (tabung O2, O2, flowmeter, humidifier)
2. Water steril
3. Plester non iritan
4. Antiseptik (jika diperlukan)
5. Masker rebreathing
6. Sarung tangan bersih
f. Prosedur
1. Mengucapkan salam terapeutik kepada pasien
R: etik saat bertemu klien
2. Melakukan validasi
R: untuk menghindari kesalahan asuhan keperawatan pada klien
3. Menjelaskan prosedur yang akan dilakukan kepada pasien
R: menghindari ansietas pada pasien
4. Mencuci tangan
R: Menurunkan transfer mikroorganisme. Meningkatkan efisiensi
5. Menggunakan sarung tangan bersih
R: Menurunkan transfer mikroorganisme. Meningkatkan efisiensi
6. Mempersiapkan peralatan
R: mempercepat penanganan agar efektif
7. Mengkaji adanya tanda dan gejala klinis dan sekret pada jalan napas
R: mengetahui kondisi fisik pasien
8. Menyambungkan masker ke selang dan ke sumber oksigen
R: mengalirkan oksigen pada masker
9. Memberikan aliran oksigen sesuai dengan kecepatan aliran pada progam
medis dan memastikan bahwa berfungsi dengan baik.
R: mencegah terjadinya kesalahan asuhan keperawatan sehingga melukai
klien. Memberikan aliran oksigen sesuai dengan kebutuhan klien
10. Selang tidak tertekuk dan sambungan paten.
R: jika selang tertekuk akan menghambat jalan oksigen bantuan
11. Ada gelembung udara pada humidifier.
R: gelembung merupakan supply oksigen
12. Terasa oksigen keluar dari masker.
R: apabila oksigen tidak keluar, akan membuat klien semakin susah bernapas
13. Memastikan kantong reservoir tidak terlipat atau mengempis total saat
inspirasi
R: untuk memaksimalkan pemberian oksigen
14. Mengarahkan masker ke wajah klien dan pasang dari hidung ke bawah
(sesuaikan dengan kontur wajah klien).
R: memberikan bantuan oksigen pada klien dengan pemasanga yang nyaman
15. Melingkarkan pita elastik ke kepala pasien agar nyaman dan tidak sempit
R: menghindari lepasnya masker
20
16. Memeriksa masker, aliran oksigen setiap 2 jam atau lebih cepat, tergantung
kondisi dan keadaan umum pasien
R: menjaga aliran oksigen agar tetap stabil sesuai kebutuhan klien
17. Mempertahankan batas air pada botol humidifier setiap waktu.
R: untuk memaksimalkan pertukaran gas yang terjadi dalam humidifier
18. Memeriksa jumlah kecepatan aliran oksigen
R: menjaga kestabilan jumlah oksigen yang dibutuhkan oleh klien
19. Mengkaji membran mukosa hidung dari adanya iritasi dan memberi jelly
untuk melembapkan membran mukosa jika diperlukan.
R: menghindari adanya iritasi yang diakibatkan pemasangan nasal kanul dan
kekeringan karena dorongan oksigen
20. Mencuci tangan.
R: menjaga kebersihan dan menghindari infeksi nosokomial
21. Mengevaluasi respon pasien
R: menghindari tindakan yang mengakibatkan klien merasa sakit dan cemas
akan tindakan selanjutnya
22. Mencatat hasil tindakan yang telah dilakukan dan hasilnya
R: sebagai pendokumentasian dan alat pemantau perkembangan kondisi fisik
klien
g. Evaluasi
1. Observasi kondisi hidung mulut dan perawatan lubang hidung atau iritasi
nasofaringeal.
2. Kaji respon klien setelah pemberian oksigen (pola pernapasan dan kecepatan)
3. Pastikan pasien tidak makan minum atau batuk dan menyeka (bisa terjadi
aspirasi bila pasien muntah, serta perlu segel pengikat)
4. Kondisi hipoksia dapat teratasi.
5. Frekuensi pernapasan 14-20 kali per menit.
6. Observasi adanya iritasi pada kulit disekitar masker
4. Pemberian Oksigen Melalui MaskerNon-Rebreathing
a. Pengertian
Masker nonrebreathing mengalirkan oksigen dengan konsentrasi tertinggi
Pemberian Oksigen Melalui Masker nonrebreathing mencapai 99% dengan cara
selain intubasi atau ventilasi mekanis, pada volume aliran 10 sampai 12 L
permenit. Katup satu arah pada masker dan antara kantung resevoir dan masker,
mencegah udara ruangan dan udara yang dihembuskan klien masuk kedalam
kantung sehingga hanya oksigen didalam kantung yang dihirup. Untuk mencegah
terbentuknya karbon dioksida, kantung nonrebreathing tidak boleh mengempis
secara total selama inspirasi. Jika terjadi, perawat dapat memperbaiki masalah ini
dengan meninggikan volume aliran oksigen (Korzier, et al, 2010).
21
b. Prinsip
1. Mengalirkan oksigen dengan konsentrasi mencapai 99%
2. Volume aliran 10-12 liter/menit
3. Terdapat kantung reservoir untuk meningkatkan FiO2 dan dua katup untuk
menampung oksigen
c. Indikasi
1. Pada klien gagal jantung yang tidak sadar dan membutuhkan oksigen >70%
2. Klien menunjukkan tanda-tanda shock, dipsneu, cyanosis, apneu
d. Kontraindikasi
Pada klien PPOK (Paru-Paru Obstruksi Kronik) dan mengalami muntah-muntah.
e. Persiapan alat
1. Masker wajah nonrebreathing, sesuai kebutuhann dan ukuran pasien
2. Selang oksigen
3. Humidifier
4. Water steril
5. Tabung oksigen dengan flowmeter
6. Pita atau tali elastic
f. Prosedur
1. Periksa progam terapi medic
R : untuk kelancaran program, dan keamanan pasien
2. Ucapkan salam therapeutic
R : menciptakan hubungan yang baik antara perawat dengan pasien
3. Lakukan evaluasi/validasi
R : untuk keamanan pasien, kenyamanan pasien dan kelancaran program
4. Jelaskan prosedur yang akan dilakukan
R : pasien mengerti tindakan apa saja yang akan dilakukan oleh perawat
5. Cuci tangan
R : mencegah terjadinya infeksi nosokomial dan menghilangkan
mikroorganisme yang ada di tangan
22
6. Persiapkan alat
R : agar peralatan yang akan dibutuhkan tidak ada yang kurang, dan untuk
memperlancar proses tindakan perawatan
7. Kaji adanya tanda dan gejala klinis dan secret pada jalan napas
R : untuk memperlancar jalan napas pada saat oksigen dimasukkan.
8. Sambungkan masker keselang dan ke sumber oksigen
R : untuk mengalirkan oksigen dari tabung oksigen ke pasien.
9. Berikan aliran oksigen sesuai dengan kecepatan aliran pada progam medis dan
pastikan berfungsi dengan baik.
 Selang tidak tertekuk dan sambungan paten.
 Ada gelembung udara pada humidifier.
 Terasa oksigen keluar dari masker.
R : untuk memastikan bahwa oksigen telah benar-benar mengalir dengan
sempurna dan agar tidak terjadi sumbatan
10. Arahkan masker ke wajah klien dan pasang dari hidung ke bawah (sesuaikan
dengan kontur wajah klien).
R : agar konsentrasi oksigen bisa masuk dengan sempurna ke jalan napas
pasien, karena jika masker terlalu besar oksigen akan keluar pada celah
masker.
11. Fiksasi pengikat elastik ke sikat kepala klien sehingga masker nyaman dan
tidak sempit.
R : untuk kenyamanan pasien
12. Berikan aliran oksigen sesuai dengan kecepatan aliran
R : untuk memastikan kebutuhan oksigen yang diperlukan oleh pasien.
13. Periksa masker, aliran oksigen setiap 2 jam atau lebih cepat, tergantung
kondisi dan keadaan umum pasien
R : memastikan bahwa oksigen benar-benar masuk ke jalan napas pasien dan
tidak terjadi sumbatan
14. Usahakan kantung reservoir tidak mengempis total ketika klien melakukan
inspirasi
R : untuk menghindari terbentuknya karbon dioksida
15. Pertahankan batas air pada botol humidifier setiap waktu
R: mencegah masuknya udara ke dalam tabung yang bisa menyebabkan kolaps
paru
16. Periksa jumlah kecepatan aliran oksigen dan program terapi setiap 8 jam
R : untuk mengecek kelancaran program terapi, dan mengecek perubahan
yang terjadi pada pasien
17. Kaji membran mukosa hidung dari adanya iritasi dan beri jelly untuk
melembapkan membrane mukosa jika diperlukan
R : agar menghindari terjadinya iritasi pada membrane mukosa hidung dan
kenyamanan pasien
18. Cuci tangan
23
R : : mencegah terjadinya infeksi nosokomial dan menghilangkan
mikroorganisme yang ada di tangan
19. Evaluasi respon pasien
R : untuk mengetahui hasil dari tindakan keperawatan.
20. Catat hasil tindakan yang telah dilakukan dan hasilnya
R : untuk data obyektif dan laporan.
g. Evaluasi
1. Observasi kondisi hidung mulut dan perawatan lubang hidung atau iritasi
nasofaringeal.
2. Kaji respon klien setelah pemberian oksigen (pola pernapasan dan kecepatan)
3. Pastikan pasien tidak makan minum atau batuk dan menyeka (bisa terjadi
aspirasi bila pasien muntah, serta perlu segel pengikat)
4. Kondisi hipoksia dapat teratasi.
5. Frekuensi pernapasan 14-20%.
6. Observasi adanya iritasi pada kulit disekitar masker
5. Pemberian Oksigen Melalui MaskerVenturi
a. Pengertian
Masker venturi adalah masker yang memiliki selang berukuran besar dan jet
adapter yang diberi kode warna yang berespon terhadap konsentrasi oksigen dan
volume aliran yang tepat.
b. Prinsip
1. Mengalirkan oksigen dengan konsentrasi 24% sampai 60%.
2. Aliran oksigen bervolune 4 sampai 10 L.
3. Macam-macam jet adapter masker venturi:
 Biru 24%
 Putih 28%
 Jingga 31 %
 Kuning 35 %
 Merah 40%
 Hijau 60%
24
c. Indikasi
1. Pada klien hipoksia maupun hipoksemia.
2. Klien menunjukkan tanda-tanda shock, dipsneu, cyanosis, apneu
d. Kontraindikasi
Pada klien dengan PPOM (Penyakit Paru Obstruktif Menahun) yang mulai
bernafas spontan
e. Persiapan alat
1. Masker wajah nonrebreathing, sesuai kebutuhann dan ukuran pasien
2. Selang oksigen
3. Humidifier
4. Water steril
5. Tabung oksigen dengan flowmeter
6. Pita atau tali elastic
7. Periksa progam terapi medic
f. Prosedur
1. Periksa progam terapi medic
R : memastikan ketepatan pemberian terapi oksigen pada klien
2. Ucapkan salam therapeutic
R : etik dengan pasien
3. Lakukan evaluasi/validasi
R : memastikan ketepatan progam medic dengan gejala klinis klien
4. Jelaskan prosedur yang akan dilakukan
R : menghindari ansietas pada pasien
5. Cuci tangan
R : menghindari infeksi nosokomial
6. Persiapkan alat
R : mempercepat penanganan agar efektif
7. Kaji adanya tanda dan gejala klinis dan secret pada jalan napas
R : mengetahui kondisi fisik pasien
8. Sambungkan masker keselang dan ke sumber oksigen
R : mengalirkan oksigen pada masker venturi
9. Berikan aliran oksigen sesuai dengan kecepatan aliran pada progam medis dan
pastikan berfungsi dengan baik.
R : mencegah terjadinya kesalahan asuhan keperawatan sehingga melukai
klien. Memberikan aliran oksigen sesuai dengan kebutuhan klien
10. Selang tidak tertekuk dan sambungan paten.
R :jika selang tertekuk akan menghambat jalan oksigen bantuan
11. Ada gelembung udara pada humidifier.
R : gelembung merupakan supply oksigen
12. Pasang jet adapter kecepatan aliran oksigen sesuai kebutuhan
R : apabila oksigen tidak keluar, akan membuat klien semakin susah bernapas
13. Terasa oksigen keluar dari masker.
25
R: untuk memastikan oksigen sudah mengalir
14. Arahkan masker ke wajah klien dan pasang dari hidung ke bawah (sesuaikan
dengan kontur wajah klien).
R : memberikan bantuan oksigen pada klien dengan pemasanga yang nyaman
15. Fiksasi pengikat elastik ke sikat kepala klien sehingga masker nyaman dan
tidak sempit.
R : menghindari lepasnya masker
16. Periksa masker, aliran oksigen setiap 2 jam atau lebih cepat, tergantung
kondisi dan keadaan umum pasien
R : menjaga aliran oksigen agar tetap stabil sesuai kebutuhan klien
17. Usahakan kantung reservoir tidak mengempis total ketika klien melakukan
inspirasi
R : menghindari terbentuknya karbon dioksida
18. Pertahankan batas air pada botol humidifier setiap waktu
R : memaksimalkan pertukaran gas yang terjadi dalam humidifier
19. Periksa jumlah kecepatan aliran oksigen dan program terapi setiap 8 jam
R : pemantau perkembangan kondisi fisik klien
20. Kaji membran mukosa hidung dari adanya iritasi dan beri jelly untuk
melembapkan membrane mukosa jika diperlukan
R : menghindari adanya iritasi yang diakibatkan kekeringan karena dorongan
oksigen
21. Cuci tangan
R : menjaga kebersihan dan menghindari infeksi nosokomial
22. Evaluasi respon pasien
R : menghindari tindakan yang mengakibatkan klien merasa sakit
23. dan cemas akan tindakan selanjutnya
24. Catat hasil tindakan yang telah dilakukan dan hasilnya
R : sebagai pendokumentasian dan alat pemantau perkembangan kondisi fisik
klien
g. Evaluasi
1. Observasi kondisi hidung mulut dan perawatan lubang hidung atau iritasi
nasofaringeal.
2. Kaji respon klien setelah pemberian oksigen (pola pernapasan dan kecepatan)
3. Kondisi hipoksia dapat teratasi.
4. Frekuensi pernapasan 14-20 kali per menit.
2.8. RESIKO TERAPI OKSIGEN
Salah satu resiko terapi oksigen adalah keracunan oksigen. Hal ini dapat terjadi bila
oksigen diberikan dengan fraksi lebih dari 50% terus-menerus selama 1-2 hari. Kerusakan
jaringan paru terjadi akibat terbentuknya metabolik oksigen yang merangsang sel PMN dan
H2O2 melepaskan enzim proteolotikdan enzim lisosom yang dapat merusak alveoli.
Sedangkan resiko yang lain seperti retensi gas karbondioksida dan atelektasis.
26
Oksigen 100% menimbulkan efek toksik, tidak saja pada hewan, namun juga pada
bakteri, jamur, biakan sel hewam dan tanaman. Apabila O2 80-100% diberikan kepada
manusia selama 8 jam atau lebih, saluran pernafasan akan teriritasi, menimbulkan distres
substernal, kongesti hidung, nyeri tenggorokan dan batuk. Pemajanan selama 24-48 jam
mengakibatkan kerusakan jaringan paru.
Sejumlah bayi dengan sindroma gawat nafas yang diterapi dengan O2, selanjutnya
mengalami gangguan menahun yang ditandai dengan kista dan pemadatan jaringan paru
(displasia bronkopulmonal). Komplikasi lain pada bayi-bayi ini adalah retinopti prematuritas
(fibroplkasia retrolental), yaitu pembentukan jaringan vaskuler opak pada matayang dapat
mengakibatkan kelainan penglihatan berat. Pemberian O2 100% pada tekanan yang lebih
tinggi berakibat tidak hanya iritasi trakeobronkial, tetapi juga kedutan otot, bunyi berdering
dalam telinga, rasa pening, kejang dan koma. Pajanan terhadap O2 tekanan tinggi (oksigenasi
hiperbarik) dapat menghasilkan peningkatan jumlah O2 terlarut dalam darah.
27
BAB III
PENUTUP
3.1. Kesimpulan
1. Oksigen merupakan unsur yang paling dibutuhkan bagi kehidupan manusia, sebentar
saja manusia tak mendapat oksigen maka akan langsung fatal akibatnya. Tak hanya
untuk bernafas dan mempertahankan kehidupan., oksigen juga sangat dibutuhkan
untuk metabolisme tubuh.
2. Tipe-tipe kekurangan oksigen dalam tubuh terbagi dua:
a. Hipoksemia yaitu suatu keadaan dimana terjadipenurunan konsentrasi oksigen
dalam darah arteri (PaO2) atau saturasi O2 arteri (SaO2) dibawah nilai normal,
SaO2 95%
b. Hipoksia yaitu kekurangan oksigen ditingkat jaringan
c. Gagal nafas yaitu suatu keadaan kritis dimana kebutuhan oksigen darah dan
sistem organ tidak tercukupi
3. Gejala-gejala yang timbul dari hipoksia adalah
a. Alkalosis respiratorik
b. Gejala mental seperti irritabilitas, dan penurunan kesadaran
c. Sakit kepala, sesak nafas, insomnia serta mual dan muntah
4. Tujuan umum terapi oksigen adalah untuk mencegah dan memperbaiki hipoksia
jaringan, sedangkan tujuan khususnya adalah untuk mendapatkan PaO2 lebih dari 90
mmHg atau SaO2 lebih dari 90%
5. Indikasi terapi oksigen antara lain:
a. Diabetes
b. Stroke
c. terapi untuk kecantikan dan
kebugaran
d. Penyakit dekompresi
e. Emboli udara
f. Aktinomikosis
g. Anemia
h. Insufisiensi arteri perifer akut
i. Infeksi Bakteri
j. Keracunan CO
k. Keracunan sianida
l. Gas ganren
m. Cangkokan kulit
n. Infeksi jaringan lunak
o. Osteomielitis
p. Ekstraksi gigi
6. Kontra indikasi terapi oksigen antara lain
a. Kelainan paru
b. Riwayat operasi paru
c. Infeksi saluran nafas atas
d. Cedera paru
e. Tumor ganas
f. Penyakit menular
g. Pengidap gaustrophobia
h. Kehamilan
i. Pneumothorax
7. Resiko terapi oksigen antara lain adalah:
a. Keracunan oksigen
b. Retensi CO2
c. Atelektasis
d. Disstress substernal
e. Kongesti hidung
f. Nyeri tenggorokan
g. Batuk
h. Retinipati prematuritas
i. Kedutan otot
j. Rasa pening
k. kejang
l. Bunyi berdering dalam telinga
m. Koma
28
DAFTAR PUSTAKA
1. Anonymous. Meditasi Dzikir. Stress and Health Solution. Web .12 Desember 2005.
www.MedDzik.org
2. Astowo. Pudjo. Terapi oksigen: Ilmu Penyakit Paru. Bagian Pulmonologi dan
Kedokteran Respirasi. FKUI. Jakarta. 2005
3. Ganong, F. William. Fisiologi Kedokteran. Edisi 20. jakarta: EGC. 2003
4. Latief, A. Said. Petunjuk Praktis Anestesiologi. Bagian Anestesiologi dan Terapi
Intesif. Jakarta. 2002
5. Anonymous. Hiperbari Terapi Oksigen Murni Tekanan Tinggi. Web 11 April 2004.
www.pikiranrakyat.com
6. Anonymous. Sehat dan Bugar dengan Terapi Oksigen. Web. 3 May 2006.
www.fajar.co.id
7. Maulana, Razi. “Terapi Oksigen”. 11 April 2016.
https://razimaulana.wordpress.com/2008/11/02/terapi-oksigen/
8. Umifatih, Salisa. “Metode Pemberian Oksigen“. 11 April 2016.
http://salisaumifatih.blogspot.co.id/2009/04/metode-pemberian-oksigen.html

More Related Content

What's hot

What's hot (18)

Makalah pernapasan
Makalah pernapasanMakalah pernapasan
Makalah pernapasan
 
Makalah fishew
Makalah fishewMakalah fishew
Makalah fishew
 
(Voice) oedem paru
(Voice) oedem paru(Voice) oedem paru
(Voice) oedem paru
 
Ppt pernapasan manusia
Ppt pernapasan manusiaPpt pernapasan manusia
Ppt pernapasan manusia
 
Uh 1 kdm kebutuhan fisiologis manusia oksigenasi, cairan &amp; elektrolit, nu...
Uh 1 kdm kebutuhan fisiologis manusia oksigenasi, cairan &amp; elektrolit, nu...Uh 1 kdm kebutuhan fisiologis manusia oksigenasi, cairan &amp; elektrolit, nu...
Uh 1 kdm kebutuhan fisiologis manusia oksigenasi, cairan &amp; elektrolit, nu...
 
Hasil agd
Hasil agdHasil agd
Hasil agd
 
Konsep dan prinsip_kebutuhan_oksigenasi
Konsep dan prinsip_kebutuhan_oksigenasiKonsep dan prinsip_kebutuhan_oksigenasi
Konsep dan prinsip_kebutuhan_oksigenasi
 
Makalah keperawatan anak terapi oksigen
Makalah keperawatan anak terapi oksigen Makalah keperawatan anak terapi oksigen
Makalah keperawatan anak terapi oksigen
 
Mekanisme pertukaran O2 dan CO2
Mekanisme pertukaran     O2  dan CO2Mekanisme pertukaran     O2  dan CO2
Mekanisme pertukaran O2 dan CO2
 
fisiologi sistem respiratori
fisiologi sistem respiratorifisiologi sistem respiratori
fisiologi sistem respiratori
 
Ppt pernapasan manusia
Ppt pernapasan manusiaPpt pernapasan manusia
Ppt pernapasan manusia
 
Fiswan
FiswanFiswan
Fiswan
 
sistem pernapasan
sistem pernapasansistem pernapasan
sistem pernapasan
 
fisiologi hewan Pertukaran gas fiswan
 fisiologi hewan Pertukaran gas fiswan fisiologi hewan Pertukaran gas fiswan
fisiologi hewan Pertukaran gas fiswan
 
Sistem pernapasan-manusia (1)
Sistem pernapasan-manusia (1)Sistem pernapasan-manusia (1)
Sistem pernapasan-manusia (1)
 
Faal Paru Pertama 2021
Faal Paru Pertama 2021Faal Paru Pertama 2021
Faal Paru Pertama 2021
 
Proses pertukaran gas
Proses pertukaran gasProses pertukaran gas
Proses pertukaran gas
 
Lesson 7.3
Lesson 7.3Lesson 7.3
Lesson 7.3
 

Viewers also liked

Viewers also liked (18)

[Kho tài liệu ngành may] từ điển chuyên ngành may thời trang
[Kho tài liệu ngành may] từ điển chuyên ngành may   thời trang[Kho tài liệu ngành may] từ điển chuyên ngành may   thời trang
[Kho tài liệu ngành may] từ điển chuyên ngành may thời trang
 
Émission spéciale : « le monde selon Trump »
Émission spéciale : « le monde selon Trump » Émission spéciale : « le monde selon Trump »
Émission spéciale : « le monde selon Trump »
 
Some Rules for Successful Data Center Operations
Some Rules for Successful Data Center OperationsSome Rules for Successful Data Center Operations
Some Rules for Successful Data Center Operations
 
KATHERINERESUME2
KATHERINERESUME2KATHERINERESUME2
KATHERINERESUME2
 
Commodity Research Report 14 November 2016 Ways2Capital
Commodity Research Report 14 November 2016 Ways2CapitalCommodity Research Report 14 November 2016 Ways2Capital
Commodity Research Report 14 November 2016 Ways2Capital
 
KERJA PRAKTEK
KERJA PRAKTEKKERJA PRAKTEK
KERJA PRAKTEK
 
scan0002
scan0002scan0002
scan0002
 
PROJECTS PORTFOLIO
PROJECTS  PORTFOLIOPROJECTS  PORTFOLIO
PROJECTS PORTFOLIO
 
Plan Nakamura
Plan NakamuraPlan Nakamura
Plan Nakamura
 
Bond markets and the dollar remain key this week
Bond markets and the dollar remain key this weekBond markets and the dollar remain key this week
Bond markets and the dollar remain key this week
 
Sólidos geométricos
Sólidos geométricosSólidos geométricos
Sólidos geométricos
 
Wall chalking
Wall chalkingWall chalking
Wall chalking
 
Dermatitis de contacto
Dermatitis de contactoDermatitis de contacto
Dermatitis de contacto
 
Tratamiento médico de la colitis ulcerativa
Tratamiento médico de la colitis ulcerativaTratamiento médico de la colitis ulcerativa
Tratamiento médico de la colitis ulcerativa
 
Manual negocios113
Manual negocios113Manual negocios113
Manual negocios113
 
конкуренція і монополія
конкуренція і монополіяконкуренція і монополія
конкуренція і монополія
 
Magister novembro dezembro
Magister novembro   dezembroMagister novembro   dezembro
Magister novembro dezembro
 
Electrotecnia
ElectrotecniaElectrotecnia
Electrotecnia
 

Similar to Oksigen Penting

Tugas Kekompok Konsep Oksigenasi_kel 1_1B-S1.pptx
Tugas Kekompok Konsep Oksigenasi_kel 1_1B-S1.pptxTugas Kekompok Konsep Oksigenasi_kel 1_1B-S1.pptx
Tugas Kekompok Konsep Oksigenasi_kel 1_1B-S1.pptxCintaMeilika1
 
mekanisme_pertukaran_gas_O2_dan_Co2[1].pptx
mekanisme_pertukaran_gas_O2_dan_Co2[1].pptxmekanisme_pertukaran_gas_O2_dan_Co2[1].pptx
mekanisme_pertukaran_gas_O2_dan_Co2[1].pptxNOVAcica
 
2. TERAPI OKSIGEN (O2).pptx
2. TERAPI OKSIGEN (O2).pptx2. TERAPI OKSIGEN (O2).pptx
2. TERAPI OKSIGEN (O2).pptxErnifitriyani
 
Bab 6 Sistem Pernapasan.pptx
Bab 6 Sistem Pernapasan.pptxBab 6 Sistem Pernapasan.pptx
Bab 6 Sistem Pernapasan.pptxDekaMuliya1
 
ANALISA GAS DARAH.ppt
ANALISA GAS DARAH.pptANALISA GAS DARAH.ppt
ANALISA GAS DARAH.ppteghaalkautsar
 
Anatomi & fisiologi respirasi
Anatomi & fisiologi respirasi Anatomi & fisiologi respirasi
Anatomi & fisiologi respirasi pingitan
 
Sistem pernafasan Manusia
Sistem pernafasan ManusiaSistem pernafasan Manusia
Sistem pernafasan ManusiaYusuf Aruke
 
Kebutuhan Oksigenasi.pdf
Kebutuhan Oksigenasi.pdfKebutuhan Oksigenasi.pdf
Kebutuhan Oksigenasi.pdfIchaPbg
 
Transportasi gas sem 3
Transportasi  gas sem 3Transportasi  gas sem 3
Transportasi gas sem 3fikri asyura
 
Pemeriksaan analisa gas darah
Pemeriksaan analisa gas darahPemeriksaan analisa gas darah
Pemeriksaan analisa gas darahDasuki Suke
 
Prosespertukarangas 140822221455-phpapp01
Prosespertukarangas 140822221455-phpapp01Prosespertukarangas 140822221455-phpapp01
Prosespertukarangas 140822221455-phpapp01Azy lia An-nadwi
 
Makalah oksigen
Makalah oksigenMakalah oksigen
Makalah oksigenSantos Tos
 
Keperawatan ikhsanuddin2
Keperawatan ikhsanuddin2Keperawatan ikhsanuddin2
Keperawatan ikhsanuddin2Dody Arisandi
 
Analisis Pemeriksaan BGA_Ilmiah_Rosyita.pptx
Analisis Pemeriksaan BGA_Ilmiah_Rosyita.pptxAnalisis Pemeriksaan BGA_Ilmiah_Rosyita.pptx
Analisis Pemeriksaan BGA_Ilmiah_Rosyita.pptxAzfahsyaRafifYusro
 
3. TRANSPORT OKSIGEN.pptx
3. TRANSPORT OKSIGEN.pptx3. TRANSPORT OKSIGEN.pptx
3. TRANSPORT OKSIGEN.pptxEka Ariyasa
 

Similar to Oksigen Penting (20)

Tugas Kekompok Konsep Oksigenasi_kel 1_1B-S1.pptx
Tugas Kekompok Konsep Oksigenasi_kel 1_1B-S1.pptxTugas Kekompok Konsep Oksigenasi_kel 1_1B-S1.pptx
Tugas Kekompok Konsep Oksigenasi_kel 1_1B-S1.pptx
 
mekanisme_pertukaran_gas_O2_dan_Co2[1].pptx
mekanisme_pertukaran_gas_O2_dan_Co2[1].pptxmekanisme_pertukaran_gas_O2_dan_Co2[1].pptx
mekanisme_pertukaran_gas_O2_dan_Co2[1].pptx
 
2. TERAPI OKSIGEN (O2).pptx
2. TERAPI OKSIGEN (O2).pptx2. TERAPI OKSIGEN (O2).pptx
2. TERAPI OKSIGEN (O2).pptx
 
Makalah pernapasan
Makalah pernapasanMakalah pernapasan
Makalah pernapasan
 
Ppt. fisiologi hewan.
Ppt. fisiologi hewan.Ppt. fisiologi hewan.
Ppt. fisiologi hewan.
 
Bab 6 Sistem Pernapasan.pptx
Bab 6 Sistem Pernapasan.pptxBab 6 Sistem Pernapasan.pptx
Bab 6 Sistem Pernapasan.pptx
 
Tugas inhalasi
Tugas inhalasiTugas inhalasi
Tugas inhalasi
 
ANALISA GAS DARAH.ppt
ANALISA GAS DARAH.pptANALISA GAS DARAH.ppt
ANALISA GAS DARAH.ppt
 
Anatomi & fisiologi respirasi
Anatomi & fisiologi respirasi Anatomi & fisiologi respirasi
Anatomi & fisiologi respirasi
 
Sistem pernafasan Manusia
Sistem pernafasan ManusiaSistem pernafasan Manusia
Sistem pernafasan Manusia
 
Kebutuhan Oksigenasi.pdf
Kebutuhan Oksigenasi.pdfKebutuhan Oksigenasi.pdf
Kebutuhan Oksigenasi.pdf
 
Transportasi gas sem 3
Transportasi  gas sem 3Transportasi  gas sem 3
Transportasi gas sem 3
 
Pemeriksaan analisa gas darah
Pemeriksaan analisa gas darahPemeriksaan analisa gas darah
Pemeriksaan analisa gas darah
 
Prosespertukarangas 140822221455-phpapp01
Prosespertukarangas 140822221455-phpapp01Prosespertukarangas 140822221455-phpapp01
Prosespertukarangas 140822221455-phpapp01
 
Makalah oksigen
Makalah oksigenMakalah oksigen
Makalah oksigen
 
Keperawatan ikhsanuddin2
Keperawatan ikhsanuddin2Keperawatan ikhsanuddin2
Keperawatan ikhsanuddin2
 
Analisis Pemeriksaan BGA_Ilmiah_Rosyita.pptx
Analisis Pemeriksaan BGA_Ilmiah_Rosyita.pptxAnalisis Pemeriksaan BGA_Ilmiah_Rosyita.pptx
Analisis Pemeriksaan BGA_Ilmiah_Rosyita.pptx
 
Asam basa
Asam basaAsam basa
Asam basa
 
Biology Chapter 7
Biology Chapter 7Biology Chapter 7
Biology Chapter 7
 
3. TRANSPORT OKSIGEN.pptx
3. TRANSPORT OKSIGEN.pptx3. TRANSPORT OKSIGEN.pptx
3. TRANSPORT OKSIGEN.pptx
 

Recently uploaded

Strategi_Pengendalian_RisikoZSFADXSCFQ.pdf
Strategi_Pengendalian_RisikoZSFADXSCFQ.pdfStrategi_Pengendalian_RisikoZSFADXSCFQ.pdf
Strategi_Pengendalian_RisikoZSFADXSCFQ.pdfhsetraining040
 
SWAMEDIKASI ALERGI PRODI SARJANA FARMASI.pdf
SWAMEDIKASI ALERGI PRODI SARJANA FARMASI.pdfSWAMEDIKASI ALERGI PRODI SARJANA FARMASI.pdf
SWAMEDIKASI ALERGI PRODI SARJANA FARMASI.pdfFatimaZalamatulInzan
 
PPT presentasi tentang ekshumasi stase forensik
PPT presentasi tentang ekshumasi stase forensikPPT presentasi tentang ekshumasi stase forensik
PPT presentasi tentang ekshumasi stase forensikSavitriIndrasari1
 
Toksikologi obat dan macam-macam obat yang toksik dan berbahaya.ppt
Toksikologi obat dan macam-macam obat yang toksik dan berbahaya.pptToksikologi obat dan macam-macam obat yang toksik dan berbahaya.ppt
Toksikologi obat dan macam-macam obat yang toksik dan berbahaya.pptRoniAlfaqih2
 
PANDUAN TUGAS AKHIR SKRIPSI PRODI KEPERAWATAN ANESTESIOLOGI PROGRAM SARJANA T...
PANDUAN TUGAS AKHIR SKRIPSI PRODI KEPERAWATAN ANESTESIOLOGI PROGRAM SARJANA T...PANDUAN TUGAS AKHIR SKRIPSI PRODI KEPERAWATAN ANESTESIOLOGI PROGRAM SARJANA T...
PANDUAN TUGAS AKHIR SKRIPSI PRODI KEPERAWATAN ANESTESIOLOGI PROGRAM SARJANA T...AdekKhazelia
 
materi tentang sistem imun tubuh manusia
materi tentang sistem  imun tubuh manusiamateri tentang sistem  imun tubuh manusia
materi tentang sistem imun tubuh manusiastvitania08
 
414325562-Ppt- Keperawatan GawatDarurat Trauma-Abdomen.pptx
414325562-Ppt- Keperawatan GawatDarurat Trauma-Abdomen.pptx414325562-Ppt- Keperawatan GawatDarurat Trauma-Abdomen.pptx
414325562-Ppt- Keperawatan GawatDarurat Trauma-Abdomen.pptxrachmatpawelloi
 
SEDIAAN EMULSI : DEFINISI, TIPE EMULSI, JENIS EMULGATOR DAN CARA PEMBUATAN
SEDIAAN EMULSI : DEFINISI, TIPE EMULSI, JENIS EMULGATOR DAN CARA PEMBUATANSEDIAAN EMULSI : DEFINISI, TIPE EMULSI, JENIS EMULGATOR DAN CARA PEMBUATAN
SEDIAAN EMULSI : DEFINISI, TIPE EMULSI, JENIS EMULGATOR DAN CARA PEMBUATANYayahKodariyah
 
PERAN PERAWAT DALAM MEMBERIKAN PELAYANAN KELOMPOK 4.ppt
PERAN PERAWAT DALAM MEMBERIKAN PELAYANAN KELOMPOK 4.pptPERAN PERAWAT DALAM MEMBERIKAN PELAYANAN KELOMPOK 4.ppt
PERAN PERAWAT DALAM MEMBERIKAN PELAYANAN KELOMPOK 4.pptbekamalayniasinta
 
MPI 3. Pengendalian Penyakit pada JH 2023 Kadar.pptx
MPI 3. Pengendalian Penyakit pada JH 2023 Kadar.pptxMPI 3. Pengendalian Penyakit pada JH 2023 Kadar.pptx
MPI 3. Pengendalian Penyakit pada JH 2023 Kadar.pptxISKANDARSYAPARI
 
anatomi fisiologi sistem penginderaan.ppt
anatomi fisiologi sistem penginderaan.pptanatomi fisiologi sistem penginderaan.ppt
anatomi fisiologi sistem penginderaan.pptRoniAlfaqih2
 
konsep nutrisi pada pasien dengan gangguan kardiovaskuler.pptx
konsep nutrisi pada pasien dengan gangguan kardiovaskuler.pptxkonsep nutrisi pada pasien dengan gangguan kardiovaskuler.pptx
konsep nutrisi pada pasien dengan gangguan kardiovaskuler.pptxrittafarmaraflesia
 
PPT KONTRASEPSI KB HORMONAL DAN NON HORMONAL
PPT KONTRASEPSI KB HORMONAL DAN NON HORMONALPPT KONTRASEPSI KB HORMONAL DAN NON HORMONAL
PPT KONTRASEPSI KB HORMONAL DAN NON HORMONALMayangWulan3
 
Pelajaran Distosia Bahu pada persalinann
Pelajaran Distosia Bahu pada persalinannPelajaran Distosia Bahu pada persalinann
Pelajaran Distosia Bahu pada persalinannandyyusrizal2
 
PERHITUNGAN_DAN_KATEGORI_STATUS_GIZI.ppt
PERHITUNGAN_DAN_KATEGORI_STATUS_GIZI.pptPERHITUNGAN_DAN_KATEGORI_STATUS_GIZI.ppt
PERHITUNGAN_DAN_KATEGORI_STATUS_GIZI.pptika291990
 
penyuluhan terkait kanker payudara oleh mahasiswa k3s
penyuluhan terkait kanker payudara oleh mahasiswa k3spenyuluhan terkait kanker payudara oleh mahasiswa k3s
penyuluhan terkait kanker payudara oleh mahasiswa k3smwk57khb29
 
Laporan Kasus - Tonsilitis Kronik Eksaserbasi Akut.pptx
Laporan Kasus - Tonsilitis Kronik Eksaserbasi Akut.pptxLaporan Kasus - Tonsilitis Kronik Eksaserbasi Akut.pptx
Laporan Kasus - Tonsilitis Kronik Eksaserbasi Akut.pptxkaiba5
 
456720224-1-Antenatal Care-Terpadu-10-T-ppt.ppt
456720224-1-Antenatal Care-Terpadu-10-T-ppt.ppt456720224-1-Antenatal Care-Terpadu-10-T-ppt.ppt
456720224-1-Antenatal Care-Terpadu-10-T-ppt.pptDesiskaPricilia1
 

Recently uploaded (18)

Strategi_Pengendalian_RisikoZSFADXSCFQ.pdf
Strategi_Pengendalian_RisikoZSFADXSCFQ.pdfStrategi_Pengendalian_RisikoZSFADXSCFQ.pdf
Strategi_Pengendalian_RisikoZSFADXSCFQ.pdf
 
SWAMEDIKASI ALERGI PRODI SARJANA FARMASI.pdf
SWAMEDIKASI ALERGI PRODI SARJANA FARMASI.pdfSWAMEDIKASI ALERGI PRODI SARJANA FARMASI.pdf
SWAMEDIKASI ALERGI PRODI SARJANA FARMASI.pdf
 
PPT presentasi tentang ekshumasi stase forensik
PPT presentasi tentang ekshumasi stase forensikPPT presentasi tentang ekshumasi stase forensik
PPT presentasi tentang ekshumasi stase forensik
 
Toksikologi obat dan macam-macam obat yang toksik dan berbahaya.ppt
Toksikologi obat dan macam-macam obat yang toksik dan berbahaya.pptToksikologi obat dan macam-macam obat yang toksik dan berbahaya.ppt
Toksikologi obat dan macam-macam obat yang toksik dan berbahaya.ppt
 
PANDUAN TUGAS AKHIR SKRIPSI PRODI KEPERAWATAN ANESTESIOLOGI PROGRAM SARJANA T...
PANDUAN TUGAS AKHIR SKRIPSI PRODI KEPERAWATAN ANESTESIOLOGI PROGRAM SARJANA T...PANDUAN TUGAS AKHIR SKRIPSI PRODI KEPERAWATAN ANESTESIOLOGI PROGRAM SARJANA T...
PANDUAN TUGAS AKHIR SKRIPSI PRODI KEPERAWATAN ANESTESIOLOGI PROGRAM SARJANA T...
 
materi tentang sistem imun tubuh manusia
materi tentang sistem  imun tubuh manusiamateri tentang sistem  imun tubuh manusia
materi tentang sistem imun tubuh manusia
 
414325562-Ppt- Keperawatan GawatDarurat Trauma-Abdomen.pptx
414325562-Ppt- Keperawatan GawatDarurat Trauma-Abdomen.pptx414325562-Ppt- Keperawatan GawatDarurat Trauma-Abdomen.pptx
414325562-Ppt- Keperawatan GawatDarurat Trauma-Abdomen.pptx
 
SEDIAAN EMULSI : DEFINISI, TIPE EMULSI, JENIS EMULGATOR DAN CARA PEMBUATAN
SEDIAAN EMULSI : DEFINISI, TIPE EMULSI, JENIS EMULGATOR DAN CARA PEMBUATANSEDIAAN EMULSI : DEFINISI, TIPE EMULSI, JENIS EMULGATOR DAN CARA PEMBUATAN
SEDIAAN EMULSI : DEFINISI, TIPE EMULSI, JENIS EMULGATOR DAN CARA PEMBUATAN
 
PERAN PERAWAT DALAM MEMBERIKAN PELAYANAN KELOMPOK 4.ppt
PERAN PERAWAT DALAM MEMBERIKAN PELAYANAN KELOMPOK 4.pptPERAN PERAWAT DALAM MEMBERIKAN PELAYANAN KELOMPOK 4.ppt
PERAN PERAWAT DALAM MEMBERIKAN PELAYANAN KELOMPOK 4.ppt
 
MPI 3. Pengendalian Penyakit pada JH 2023 Kadar.pptx
MPI 3. Pengendalian Penyakit pada JH 2023 Kadar.pptxMPI 3. Pengendalian Penyakit pada JH 2023 Kadar.pptx
MPI 3. Pengendalian Penyakit pada JH 2023 Kadar.pptx
 
anatomi fisiologi sistem penginderaan.ppt
anatomi fisiologi sistem penginderaan.pptanatomi fisiologi sistem penginderaan.ppt
anatomi fisiologi sistem penginderaan.ppt
 
konsep nutrisi pada pasien dengan gangguan kardiovaskuler.pptx
konsep nutrisi pada pasien dengan gangguan kardiovaskuler.pptxkonsep nutrisi pada pasien dengan gangguan kardiovaskuler.pptx
konsep nutrisi pada pasien dengan gangguan kardiovaskuler.pptx
 
PPT KONTRASEPSI KB HORMONAL DAN NON HORMONAL
PPT KONTRASEPSI KB HORMONAL DAN NON HORMONALPPT KONTRASEPSI KB HORMONAL DAN NON HORMONAL
PPT KONTRASEPSI KB HORMONAL DAN NON HORMONAL
 
Pelajaran Distosia Bahu pada persalinann
Pelajaran Distosia Bahu pada persalinannPelajaran Distosia Bahu pada persalinann
Pelajaran Distosia Bahu pada persalinann
 
PERHITUNGAN_DAN_KATEGORI_STATUS_GIZI.ppt
PERHITUNGAN_DAN_KATEGORI_STATUS_GIZI.pptPERHITUNGAN_DAN_KATEGORI_STATUS_GIZI.ppt
PERHITUNGAN_DAN_KATEGORI_STATUS_GIZI.ppt
 
penyuluhan terkait kanker payudara oleh mahasiswa k3s
penyuluhan terkait kanker payudara oleh mahasiswa k3spenyuluhan terkait kanker payudara oleh mahasiswa k3s
penyuluhan terkait kanker payudara oleh mahasiswa k3s
 
Laporan Kasus - Tonsilitis Kronik Eksaserbasi Akut.pptx
Laporan Kasus - Tonsilitis Kronik Eksaserbasi Akut.pptxLaporan Kasus - Tonsilitis Kronik Eksaserbasi Akut.pptx
Laporan Kasus - Tonsilitis Kronik Eksaserbasi Akut.pptx
 
456720224-1-Antenatal Care-Terpadu-10-T-ppt.ppt
456720224-1-Antenatal Care-Terpadu-10-T-ppt.ppt456720224-1-Antenatal Care-Terpadu-10-T-ppt.ppt
456720224-1-Antenatal Care-Terpadu-10-T-ppt.ppt
 

Oksigen Penting

  • 1. 2 BAB II PEMBAHASAN 2.1.Penjelasan Anggapan bahwa oksigen merupakan unsur yang paling dibutuhkan bagi kehidupan manusia agaknya memang benar. Tidak makan atau tidak minum mungkin masih akan memberikan toleransi yang cukup panjang hingga sampai kepada keadaan fatal, tetapi sebentar saja manusia tak mendapat oksigen maka akan langsung fatal akibatnya. Tak hanya untuk bernafas dan memepertahankan kehidupan, oksigen juga sangat dibutuhkan untuk metabolisme tubuh. Oksigen malah bisa menjadisarana untuk mengatasi berbagai macam penyakit. Oksigen pertama kali ditemukan oleh Yoseph Prietsley di Bristol Inggris tahun 1775 dan dipakai dalam bidang kedokteran oleh Thomas Beddoes sejak awal tahun 1800. alvan Barach tahun 1920 mengenalkan terapi oksigen pasien hipoksemia dan terapi oksigen jangka panjang pasien penyakit paru obstruktif kronik. Chemiack tahun 1967 melaporkan pemberian oksigen melalui kanula hidung dengan aliran lambat pasien hiperkapnia dan memberikan hasil yang baik tanpa retensi CO2. Komposisi udara kering ialah 20,98% O2, 0,04% CO2, 78,6% N2 dan 0,92% unsur inert lainnya, seperti argon dan helium. Tekanan barometer (PB) di permukaan laut ialah 760 mmHg (satu atmosfer). Dengan demikian, tekanan parsial (dinyatakan dengan lambang P). O2 udara kering di permukaan laut adalah 0,21 x 760, atau 160 mmHg. Tekanan parsial N2 dan gas inert lainnya 0,79 x 760, atau 600 mmHg; dan PCO2 ialah 0,0004 x 760 atau 0,3 mmHg. Terdapatnya uap air dalam udara pada berbagai iklim umumnya akan menurunkan persen volume masing masing gas, sehingga juga sedikit mengurangi tekanan parsial gas gas- tersebut. Udara yang seimbang dengan air jenuh dengan uap air, dan udara inspirasi akan jenuh dengan uap air saat udara tersebut mencapai paru-paru. A. Transpor oksigen Pengangkutan oksigen ke jaringan Sistem pengangkut O2 di dalam tubuh terdiri atas paru-paru dan sistim kardiovaskuler. Pengangkutan O2 menuju jaringan tertentu tergantung pada jumlah O2 yang masuk kedalam paru-paru, adanya pertukaran gas dalam paru yang adekuat, aliran darah menuju jaringan, serta kapasitas darah untuk mengangkut O2. aliran darah bergantung pada derajat konstriksi jaringan vaskuler didalam jaringan serta curah jantung. Jumlah O2 didalam darah ditentukan oleh jumlah O2 yang larut, jumlah hemoglobin dalam darah serta afinitas hemoglobin terhadap O2. Oksigen berdifusi dari bagian konduksi paru kebagian respirasi paru sampai ke alveoli, membrana basalis dan endotel kapiler, dalam darah sebagian besar O2 bergabung dengan
  • 2. 3 hemoglobin (97%) dan sisanya larut dalam plasma (3%). Dewasa muda pria, jumlah darahnya ± 75 ml/kg, wanita ± 65 ml/kg. Satu ml darah pria mengandung kira-kira 280 juta molekul Hb. Satu molekul Hb sanggup mengikat 4 Molekul O2 membentuk HbO2, oksi hemoglobin. Konsumsi oksigen keotak Konsumsi O2 oleh otak manusia (tingkat metabolik serebrum untuk O2, CMRO2) rata-rata sekitar 3,5 ml/100 gr otak/menit (49 ml/menit untuk otak keseluruhan) pada seorang dewasa. Angka ini mencerminkan sekitar 20 % darikonsumsi O2 total dalam keadaan istirahat. Otak sangat peka terhadap hip[oksia, dan sumbatan terhadap pembuluh darah walaupun hanya selama 10 detik dapat menyebabkan pingsan. Struktur-struktur vegetatif di batang otak lebih resisten terhadap hipoksia dari pada korteks serebrum dan pasien dapat pulih dari kecelakaan misalnya henti jantung (dan kelainan lain yang menyebabkan hipoksia yang cukup berkepanjangan) dengan fungsi vegetatif normal tetapi mengalami defisiensi intelektual berat yang menetap : Ganglion basal menggunakan O2 dengan tingkat yang sangat tinggi dan hipoksia kronik dapat menimbulkan gejala-gejala penyakit parkinson serta defisit intelektual. Thalamus dan kolikulus inferior juga sangat rentan terhadap kerusakan terhadap hipoksia. B. Tekanan parsial Berbeda dengan zat cair, gas akan mengembang untuk mengisi ruang yang tersedia baginya, dan volume yang ditempati oleh sejumlah molekul gas tertentu, pada suhu dan tekanan tertentu(idealnya) akan tetap sama, bagaimanapun komposisi campuran gas tersebut. (diturunkan dari persamaan state of ideal gas) Dengan: P = tekanan n = jumlah molekul R = konstanta gas T = suhu absolut V= volume Perbedaan tekanan partial untuk O2 dan CO2menekankan bahwa hal tersebut merupakan kunci bagi terjadinya pergerakan gas dan bahwa O2 “mengalir dari udara liar melalui alveoli dan darah kedalam jaringan, sedangkan CO2 “mengalir turun” dari jaringan kedalam alveoli. Walaupun demikian, jumlah kedua gas yang diangkut ke dan dari jaringan akan sangat tidak adekuat bila sekitar 99% O2 yang larut didalam darah tidak terikat pada protein pembawa O2hemoglobin dan bila sekitar 94,5% CO2 yang larut dalam darah tidak mengalami serangkaian reaksi kimia reversibel yang mengubah CO2 menjadi senyawa lain.
  • 3. 4 C. Reaksi Hemoglobin dan Oksigen Dinamika reaksi pengikatan O2 oleh hemoglobin menjadikannya sebagai pembawaO2 yang sangat serasi. Hemoglobin adalah protein yang dibentuk dari 4 subunit, masing-masing mengandung gugus heme yang melekat pada sebuah rantai polipeptida. Heme adalah kompleks yang dibentuk dari suatu porfirin dan 1 atom besi fero. Masing-masing dari ke-4 ataom besi dapat mengikat satu molekul O2 secara reversibel. Atom besi tetap berada dalam bentuk fero, sehingga reaksi pengikatan O2 merupakan suatu reaksi oksigenasi, bukan reaksi oksidasi. Reaksi pengikatan hemoglobin dengan O2 lazim ditulis sebagai Hb + O2 ↔ HbO2. 2.2. TIPE KEKURANGAN OKSIGEN DALAM TUBUH A. Hipoksemia Hipoksemia adalah suatu keadaan dimana terjadi penurunan konsentrasi oksigen dalam darah arteri (PaO2) atau saturasi O2 arteri (SaO2) dibawah nilai normal (nilai normal PaO285-100 mmHg), SaO2 95%. Hipoksemia dibedakan menjadi ringan sedang dan berat berdasarkan nilai PaO2 dan SaO2. hipoksemia ringan dinyatakan pada keadaan PaO2 60-79 mmHg dan SaO2 90-94%, hipoksemia sedang PaO2 40-60 mmHg, SaO2 75%-89% dan hipoksemia berat bila PaO2 kurang dari 40 mmHg dan SaO2kurang dari 75%. Umur juga mempengaruhi nilai PaO2 dimana setiap penambahan umur satu tahun usia diatas 60 tahun dan PaO2 80 mmHg maka terjadi penurunan PaO2 sebesar 1 mmHg. Hipoksemia dapat disebabkan oleh gangguan ventilasi, perfusi, hipoventilasi, pirau, gangguan difusi dan berada ditempat yang tinggi. Keadaan hipoksemia menyebabkan beberapa perubahan fisiologi yan gbertujuan untuk mempertahankan supaya oksigenasi ke jaringan memadai. Bila tekanan oksigen arteriol (PaO2) dibawah 55 mmHg.kendali nafas akan meningkat, sehingga tekanan oksigen arteriol (PaO2) yang meningkat dan sebaliknyatekanan karbondioksida arteri (PaCO2) menurun.jaringan Vaskuler yang mensuplai darah di jaringan hipoksia mengalami vasodilatasi, juga terjadi takikardi kompensasi yang akan meningkatkan volume sekuncup jantung sehingga oksigenasi jaringan dapat diperbaiki. Hipoksia alveolar menyebabkan kontraksi pembuluh pulmoner sebagai respon untuk memperbaiki rasio ventilasi perfusi di area paru terganggu, kemudian akan terjadi peningkatan sekresi eritropoitin ginjal sehingga mengakibatkan eritrositosis dan terjadi peningkatan sekresi eritropoitin ginjal sehingga mengakibatkan eritrositosis danterjadi peningkatan kapasiti transfer oksigen. Kontraksi pembuluh darah pulmoner, eritrositosis dan peningkatan volume sekuncup jantung akan menyebabkan hipertensi pulmoner. Gagal jan tung kanan bahkan dapat menyebabkan kematian. B. Hipoksia Hipoksia adalah kekurangan O2 ditingkat jaringan. Istilah ini lebih tepat dibandingkan anoksia, sebabjarang dijumpai bahwa benar-benar tidak ada O2 tertinggaldalam jaringan,
  • 4. 5 secara tradisional, hipoksia dibagi dalam 4 jenis. Berbagai klassifikasi lain telah digunakan namun sidtim 4 jenis ini tetap sangat bergunaapabila masing-masing definisi istilah tetap diingat. Keempat kategori hipoksia adalah sebagai berikut : 1. Hipoksia hipoksik (anoksia anoksik) yaitu apabila PO2 darah arteri berkurang 2. Hipoksia anemik yaitu apabila O2 darah arteri normal tetapi mengalami denervasi maupun pada ginjal yang diangkat (diisolasi) dan diperfusi 3. Hipoksia stagnan; akibat sirkulasi yang lambat merupakan masalah bagi organ seperti ginjal dan jantung saat terjadi syok 4. Hipoksia histotoksik; hipoksia yang disebabkan oleh hambatan proses oksidasi jaringan paling sering diakibatkan oleh keracunan sianida Hipoksia Hipoksik Hipoksia hipoksik merupakan masalah pada individu normal pada daerah ketinggian serta merupakan penyulit pada pneumonia dan berbagai penyakit sistim pernafasan lainnya. Gejala dan tanda hipoksia hipoksik3 1. Pengaruh penurunan tekanan barometer Penurunan PCO2 darah arteri yang terjadi akan menimbulkan alkalosis respiratorik 2. Gejala hipoksia saat bernafas oksigen Di ketinggian 19.200 m, tekanan barometer adalah 47 mmHg, dan pada atau lebih rendah dari tekanan ini cairan tubuh akan mendidih pada suhu tubuh. Setiap orang yang terpajan pada tekanan yang rendah akan lebih dahulu meninggal saat hipoksia, sebelum gelembung uap air panas dari dalam tubuh menimbulkan kematian 3. Gejala hipoksia saat bernafas udara biasa Gejala mental seperti irritabilitas, muncul pada ketinggian sekitar 3700 m. Pada ketinggian 5500 m, gejala hipoksia berat, dan diatas 6100 m, umumnya seseorang hilang kesadaran. 4. Efek lambat akibat ketinggian Keadaan ini ditandai dengan sakit kepala, iritabilias, insomnia, sesak nafas, serta mual dan muntah. 5. Aklimatisasi Respon awal pernafasan terhadap ketinggian relatif ringan, karena alkalosis cenderung melawanefek perangsangan oleh hipoksia. Timbulnya asidosis laktat dalam otak akan menyebabkan penurunan pH LCSdan meningkatkan respon terhadap hipoksia.
  • 5. 6 Penyakit yang menyebabkan Hipoksia Hipoksik Penyakit penyebabnya secara kasar dibagi atas penyakit dengan kegagalan organ pertukaran gas, penyakit seperti kelainan jantung kongenital dengan sebagian besar darah dipindah dari sirkulasi vena kesisi arterial, serta penyakit dengan kegagalan pompa pernafasan. Kegagalan paru terjadi bilakeadan seperti fibrosis pulmonal menyebabkan blok alveoli – kapiler atau terjadi ketidak seimbangan ventilasi – perfusi. Kegagalan pompa dapat disebabkan oleh kelelahan otot-otot pernafasan pada keadaan dengan peningkatan beban kerja pernafasan atau oleh berbagai gangguan mekanik seperti pneumothoraks atau obstruksi bronkhialyang membatasi ventilasi. Kegagalan dapat pula disebabkan oleh abnormalitas pada mekanisme persarafan yang mengendalikan ventilasi, seperti depresi neuron respirasi di medula oblongata oleh morfin dan obat-obat lain. Hipoksia Anemik Sewaktu istirahat,hipoksia akibat anemia tidaklah berat, karena terdapat peningkatan kadar 2,3-DPG didalam sel darah merah,kecuali apabila defisiensi hemoglobin sangat besar. Meskipun demikian, penderita anemia mungkin mengalami kesulitan cukup besar sewaktu melakukan latihan fisik karena adanya keterbatasan kemampuan meningkatkan pengangkutan O2 kejaringan aktif. Hipoksia Stagnan Hipoksia akibat sirkulasi lambat merupakan masalah bagi organ seperti ginjal dan jantung saat terjadi syok. Hati dan mungkin jaringan otak mengalami kerusakan akibat hipoksia stagnan pada gagal jantung kongestif. Pada keadaan normal, aliran darah ke paru- paru sangat besar, dan dibutuhkan hipotensi jangka waktu lama untuk menimbulkan kerusakan yang berarti. Namun, syok paru dapat terjadi pada kolaps sirkulasi berkepanjangan,terutama didaerah paru yang letaknya lebih tinggi dari jantung. Hipoksia Histotoksik Hipoksia yang disebabkan oleh hambatan proses oksidasi jaringan paling sering diakibatkan oleh keracunan sianida. Sianida menghambat sitokrom oksidasi serta mungkin beberapa enzim lainnya. Biru metilen atau nitrit digunakan untuk mengobati keracunan sianida. Zat-zat tersebut bekerja dengan sianida, menghasilkan sianmethemoglobin, suatu senyawa non toksik. Kemampuan pengobatan menggunakansenyawa ini tentu saja terbatas pada jumlah methemoglobin yang dapat dibentuk dengan aman. Pemberian terapi oksigen hiperbarik mungkin juga bermanfaat. C. Gagal Nafas Gagal nafas merupakan suatu keadaan kritis yang memerlukan perawatan di instansi perawatan intensif (IP). Diagnosis gagal nafas ditegakkan bila pasien kehilangan kemampuan ventilasi secara adekuat atau tidak mampu mencukupi kebutuhan oksigen darah dan sistem
  • 6. 7 organ. Gagal nafas terjadi karena disfungsi sistem respirasi yang dimulai dengan peningkatan karbondioklsida dan penurunan jumlah oksigen yang diangkut kedalam jaringan. Gagal nafas akut sebagai diagnosis tidak dibatasi oleh usia dan dapat terjadi karena berbagai proses penyakit. Gagal nafas hampir selalu dihubungkan dengan kelainan diparu,tetapi keterlibatan organ lain dalam proses respirasi tidak boleh diabaikan. Gagal Nafas Tipe I Pada tipe ini terjadi perubahan pertukaran gas yang diakibatkan kegagalan oksigenasi. PaO2 ≤50 mmHg merupakan ciri khusus tipe ini, sedangkan PaCO2 ≤40 mmHg, meskipun ini bisa juga disebabkan gagal nafas hiperkapnia. Ada 6 kondisi yang menyebabkan gagal nafas tipe I yaitu: 1. Ketidak normalan tekanan partial oksigen inspirasi (low PIO2) 2. Kegagalan difusi oksigen 3. Ketidak seimbangan ventilasi / perfusi [V/Q mismatch] 4. Pirau kanan ke kiri 5. hipoventilasi alveolar 6. konsumsi oksigen jaringan yang tinggi Gagal Nafas Tipe II Tipe ini dihubungkandengan peningkatan karbondioksida karena kegagalan ventilasi dengan oksigen yang relatif cukup. Beberapa kelainan utama yang dihubungkan dengan gagal nafas tipe ini adalah kelainan sistem saraf sentral, kelemahan neuromuskuler dam deformiti dinding dada. Penyebab gagal nafas tipe II: 1. Kerusakan pengaturan sentral 2. Kelemahan neuromuskuler 3. Trauma spina servikal 4. Keracunan obat 5. infeksi 6. Penyakit neuromuskuler 7. Kelelahan otot respirasi 8. Kelumpuhan saraf frenikus 9. Gangguan metabolisme 10. Deformitas dada 11. Distensi abdomen massif 12. Obstruksi jalan nafas 2.3. Tujuan Terapi Oksigen Tujuan umum terapi oksigen adalah untuk mencegah dan memperbaiki hipoksia jaringan, sedangkan tujuan khususnya adalah untuk mendapatkan PaO2 lebih dari 90 mmHg
  • 7. 8 atau SaO2 lebih dari 90%. Besarnya fraksi oksigen inspirasi yang didapat unit paru sesuai dengan volume oksigen yang diberikan pada pasien dapat dilihat pada tabel dibawah ini: Alat Aliran (L/menit) Fi O2 (fraksi oksigen inspirasi) Kanula nasal 1 2 3 4 5 6 0,24 0,28 0,32 0,36 0,40 0,44 Masker oksigen 5-6 6-7 7-8 0,40 0,50 0,60 Masker dengan kantong reservoir 6 7 8 9 10 0,60 0,70 0,80 ≥0,80 ≥0,80 Pemberian campuran gas yang kaya akan oksigen mempunyai arti yang sangat terbatas pada hipoksia stagnan. Anemik dan histotoksik, karena yang dapat dicapai melalui cara ini hanyalah peningkatan dalam jumlah O2 yang larut di dalam darah arteri. Hal ini juiga berlaku bagi hipoksia hipoksik yang disebabkan oleh pirau darah vena yang tidak teroksigenasi melewati paru-paru. Pada bentuk hipoksia hipoksik lainnya, pemberian O2 sangat bermanfaat. Namun perlu diingat, bahwa pada penderita gagal paru berat dengan hiperkapnia, kadar CO2 dapat sedemikian tingginya sampai menekan dan bukan merangsang pernafasan. Walau tergolong jenis terapi dan teknologi kesehatan mutakhir, tetapi dengan menggunakan oksigen murni yang mulai marak sekarang, sebenarnya sudah ditemukan sejak hampir 400 tahun yang lalu, namun berbgai benturan yang dihadapi membuat dunia kesehatan terkesan kurang mengakui teknik ini. Di Indonesia sendiri terapi oksigen murni dengan mempergunakan ruang hiperbarik mulai dikenal sejak tahun enam puluhan. Namun penggunaannya masih terbatas bagi kalangan penyelam AL yang mengalami penyakit dekompensasi yang terjadi akibat penurunan tekanan yang terlampau cepat dari bawah keatas
  • 8. 9 permukaan air. Gejala-gejalanya antara lain adalah nyeri diseluruh tubuh, pusing dan kehilangan orientasi. 2.4. Indikasi Dan Kontra Indikasi Terapi Oksigen 1. Indikasi a. Hypoxemia / hypoxia b. Henti nafas dan henti jantung. c. Gagal nafas d. Keracunan CO e. Asidosis f. Shock dengan berbagai sebab g. Selama dan setelah operasi h. Anemia berat i. Klien dengan gangguan kesadaran. j. Sebelum , selama , sesudah suction k. Nyeri dada, infark miokard akut l. Payah jantung m. Meningkatnya kebutuhan oksigen, seperti : luka bakar, trauma ganda, infeksi berat, demam tinggi, dll a. Kontra indikasi Tidak ada kontra indikasi absolut : a. Kanul nasal / Kateter binasal / nasal prong : jika ada obstruksi nasal. b. Kateter nasofaringeal / kateter nasal : jika ada fraktur dasar tengkorak kepala, trauma maksilofasial, dan obstruksi nasal c. Sungkup muka dengan kantong rebreathing : pada pasien dengan PaCO2 tinggi, akan lebih meningkatkan kadar PaCO2 nya lagi. Kriteria pemberian terapi oksigen tersebut dapat dilakukan dengan beberapa cara dibawah ini. 1. Pemberian oksigen secara berkesinambungan (terus menerus) Diberikan apabila hasil analisis gas darah pada saat istirahat, didapat nilai:  PaO2 kurang dari 55 mmHg atau saturasi kurang dari 88%  PaO2 antara 56-59 mmHg atau saturasi 89% disertai kor pulmonale, polisitemia (hematokrit >56%) 2. Pemberian secara berselang Diberikan apabila hasil analisis gas darah saat latihan didapat nilai:  Pada saat latihan PaO2 55 mmHg atau saturasi 88%  Pada saat tidur PaO255 mmHg atau saturasi 88% disertai komplikasi seperti hipertensi pulmoner.somnolen dan aritmia. Pasien dengan keadaan klinik tidak stabil yang mendapat terapi oksigen perlu dievaluasi gas darah (AGD) serta terapi untuk menentukan perlu tidaknya terapi oksigen jangka panjang.
  • 9. 10 2.5.METODE PEMBERIAN OKSIGEN 1. Closed System (Sistem tertutup) Jalan napas diisolir dari udara bebas melalui pipa endotracheal, tracheotomy, atau masker ketat yang di hubungkan ke ventilator atau alat anestesi. Tujuan: Memberikan jalan napas bagi pasien yang tidak dapat mempertahankan sendiri jalan napas yang adekuat (Pasien koma, Pasien yang menderita obstruksi jalan napas). Contoh alat yang digunakan: 1. Anestesi Circuit Digunakan untuk memberikan oksigen selama pasien dilakukan tindakan operasi. 2. Ventilator Diberikan pada pasien yang memerlukan bantuan nafas dalam jangka panjang karena mengalami penurunan kontinu oksigenasi (PaO2), peningkatan kadar karbondioksida (PaCO2) dan asidosis persistem (penurunan pH) 2. High Oxygen Environment Tujuan: Meningkatkan kadar O2 di lingkungan pasien. Contoh alat yang digunakan: Inkubator  Digunakan untuk bayi  Aliran O2 3 - 8 liter/menit 3. Open Delivery System Dimana udara luar memungkinkan untuk ikut terhisap, terdiri dari: 1. Low Flow System (sistem aliran rendah) Pemberian O2 sistem aliran rendah ini ditujukan untuk pasien yang memerlukan O2 tetapi masih mampu bernafas dengan pola nafas yang normal.
  • 10. 11 Contoh alat yang digunakan: a. Nasal Kanul Merupakan peralatan yang sederhana dan nyaman, kedua kanula dengan panjang sekitar 1,5 cm, muncul dari bagian tengah, selang sekali pakai dan diinsersikn ke dalam hidung. Oksigen diberikan melalui kanula dengan kecepatan aliran 1 – 6 liter/menit, dengan konsentrasi 24% - 44%. Tujuan:  Memberikan O2 dengan konsentrasi relatif rendah saat kebutuhan oksigen minimal.  Memberikan oksigen yang tidak terputus saat klien makan atau minum. Persiapan alat:  Tabung O2 dengan flowmeter  Humidifier dengan cairan steril, air distilasi atau air matang sesuai dengan peraturan RS.  Nasal kanul dan slang.  Kasa. b. Kateter nasal Lebih jarang digunakan daripada nasal kanul, tetapi bukan berarti kateter nasal tidak digunakan Tujuan:  Klien memperoleh oksigenasi yang adekuat dengan kecepatan aliran yang lebih rendah sehingga pemberian oksigen lebih efisien, lebih murah, dan menghasilkan efek samping yang lebih sedikit.  Klien memiliki kemungkinan lebih besar untuk menggunakan oksigen karena adanya mobilitas, kenyamanan, dan penampilan wajah tampak lebih baik.  Tidak ada oksigen yang hilang ke atmosfer. Persiapan alat:  Tabung O2 dengan flowmeter
  • 11. 12  Humidifier dengan cairan steril, air distilasi atau air matang.  Nasal kateter  Vaseline/ jelly  Sarung tangan steril  Kasa untuk bayi c. Masker sederhana Merupakan alat pemberian O2 kontinu dengan aliran 5 – 8 liter/menit dan konsentrasi O2 40 – 60%. Dibutuhkan tali pengikat untuk mendapatkan konsentrasi O2 yang lebih tinggi. d. Partial rebreth mask Suatu tekhnik pemberian O2 dengan konsentrasi tinggi yaitu 60 – 80% dengan aliran 8 – 12 liter/menit. Keuntungan:  Konsentrasi O2 lebih tinggi dari masker sederhana dan tidak mengeringkan selaput lendir. e. Non rebreth mask Merupakan tekhnik pemberian O2 dengan konsentrasi O2 mencapai 99% dengan aliran 8 – 12 liter/menit dimana udara inspirasi tidak bercampur dengan udara ekspirsi. Keuntungan:  Konsentrasi O2 yang di peroleh dapat mencapai 100% dan tidak mengeringkan selaput lendir. 2. High flow system (sistem aliran tinggi) `Dengan tekhnik ini dapat menambah konsentrasi O2 yang lebih tepat dan teratur. Prinsip pemberian O2 dengan sistem ini yaitu gas yang dialirkan dari tabung akan menuju ke masker yang kemudian akan dihimpit untuk mengatur suplai O2 sehingga tercipta tekanan negatif, akibatnya udara luar dapat dihisap dan aliran udara yang dihasilkan lebih banyak. Aliran udara pada sistem ini yaitu sekitar 4 -14 liter/menit dengan konsentrasi 30% - 55%. Contoh alat yang digunakan: a. Bag and mask (resusitator)
  • 12. 13 Konsentrasi O2 tidak dipengaruhi pernafasan pasien. Aliran O2 12 – 15 liter/menit. b. Masker venturi Dapat digunakan untuk menghantarkan konsentrasi oksigen 24% sampai 28%, 30%, 35%, 40%, 45%, 55% dengan kecepatan aliran oksigen 2 sampai 3, 4, 6, 8, 14 liter/menit secara berurutan bergantung pada pemilihan alat pengendali aliran. 2.6. SISTEM PEMBERIAN OKSIGEN Sistem pemberian oksigen yang dipakai untuk aliran terus-menerus ada 3 macam: 1. Oksigen dimampatkan bertekanan tinggi Oksigen disimpan dalam tabung metal bertekanan tinggi, aliran udara dapat diatur dengan alat regulator. Macam-macam tabungnya adalah tabung H (244 cuff), tabung E (22 cuff), tabung D (13 cuff). Keuntungannya adalah murah harganya, tersedia cukup banyak dan dapat disimpan lama. Kerugiannya adalah berat, kurang praktis dalam pengisian dan mudah meledak. 2. Oksigen cair Oksigen cair tidak bertekanan tinggi dan dapat disimpan dalam tempat tertentu, dilengkapi dengan alat HCF4 untuk mengubah oksigen cair menjadi gas sehingga dapat dihirup. Tempat pennyimpanan tersebut dinamakan dewar yang dapat menyimpan O2 cair pada suhu -273oF. Umumnya dewar berisi 100 pound oksigen yang dapat habis dalam satu minggu bila dipakai terus-menerus dengan aliran 2 liter permenit. 3. Oksigen konsentrat Sistem oksigen konsentrat didapat dengan mengekstraksikan udara luar menggunakan metode molekuler sieve. Oksigen diekstraksi sehingga dapat diberikan kepada pasien dan nitrogen dibuang kembali ke udara luar. 2.7. PROSEDUR PEMBERIAN TERAPI OKSIGEN 1. Terapi Oksigen Dengan Kanula Nasal a. Pengertian Kanula nasal (prongs) merupakan alat sederhana untuk pemberian oksigen dengan memasukkan dua cabang kecil kedalam hidung. Kanula nasal/nasal kanul berguna untuk memberikan kira-kira 24-44% oksigen dengan kecepatan aliran 1- 6 L/menit (aliran yang lebih dari 6L/menit tidak menghantarkan oksigen lebih banyak). Kanula nasal mudah dipasang dan tidak mengganggu kemampuan klien
  • 13. 14 untuk makan atau berbicara. Kanula nasal juga relatif nyaman karena memungkinkan kebebasan pergerakan dan toleransi dengan baik oleh klien. b. Indikasi Nasal kanul diberikan pada pasien PPOK (Paru-Paru Obstruksi Kronik). c. Kontraindikasi  Pada klien yang terdapat obstruksi nasal  Pada klien yang membutuhkan kecepatan aliran >6 L/menit dan konsentrasi >44% d. Prinsip  Kanula nasal untuk mengalirkan oksigen dengan kecepatan aliran 1-6 L/menit, untuk aliran ringan/rendah biasanya hanya 2-3 liter/ menit yang digunakan.  Membutuhkan pernapasan hidung.  Tidak dapat mengalirkan oksigen dengan konsentrasi > 44%. e. Persiapan Alat  Kanula nasal  Selang oksigen  Humidifier  Water steril  Tabung oksigen dengan flowmeter  Plester f. Prosedur 1. Periksa program terapi medic R : Mengetahui kondisi kesehatan pasien 2. Ucapkan salam terapeutik R: Penerapan komunikasi terapeutik dan memudahkan kerjasama dengan klien. 3. Lakukan evaluasi/validasi R : Mengetahui data yang akurat tentang pasien. 4. Jelaskan prosedur yang akan dilakukan. R : Memberi informasi pada klien tentang tindakan yang dilakukan agar tidak terjadi mis komunikasi dan memudahkan kerjasama dengan klien.
  • 14. 15 5. Cuci tangan R : Mengurangi penyebaran bakteri dan penularan penyakit. 6. Persiapkan alat R : Efisien dalam melakukan tindakan 7. Kaji adanya tanda dan gejala klinis dan secret pada jalan napas. R : Memudahkan pemberian tindakan yang akan dilakukan dan mengurangi iritasi saluran pernafasan. 8. Sambungkan kanula nasal keselang oksigen dan ke sumber oksigen. R : Mengalirkan oksigen ke kanula nasal. 9. Berikan aliran oksigen sesuai dengan kecepatan aliran pada progam medis dan pastikan berfungsi dengan baik. R : Memberi oksigen sesuai dengan kebutuhan pasien.  Selang tidak tertekuk dan sambungan paten.  Ada gelembung udara pada humidifier.  Terasa oksigen keluar dari kanula. R : Memastikan bahwa aliran oksigen dari humidifier dapat berfungsi dengan baik. 10. Letakkan ujung kanula pada lubang hidung pasien. R : Meningkatkan kenyamanan pasien dan mengurangi terjadinya iritasi pada membrane mukosa hidung. 11. Atur pita elastic atau selang plastic ke kepala atau ke bawah dagu sampai kanula pas dan nyaman. R : Mempertahankan letak nasal kanul agar tidak berpindah posisi. 12. Beri plester pada kanula dikedua sisi wajah. R : Mempertahankan letak nasal kanul agar tidak berpindah posisi. 13. Periksa kanula setiap 8 jam. R : Mengkaji perkembangan pasien selama pemberian oksigenasi. 14. Pertahankan batas air pada botol humidifier setiap waktu. R : Menjaga kelembapan pada membrane mukosa hidung pasien. 15. Periksa jumlah kecepatan aliran oksigen dan program terapi secara periodic sesuai respon klien, biasanya tiap 1 jam sekali. R : Mengetahui kesesuaian dan ketepatan pemberian oksigen. 16. Kaji membran mukosa hidung dari adanya iritasi dan beri jelly untuk melembapkan membrane mukosa jika diperlukan. R : Agar kenyamanan serta kelembapan membrane mukosa hidung tetap terjaga dalam kondisi baik. 17. Cuci tangan. R : Mengurangi penyebaran bakteri dan penularan penyakit. 18. Evaluasi respon pasien. R : Mengetahui keefektifan tindakan yang diberikan. 19. Catat hasil tindakan yang telah dilakukan dan hasilnya. R : Mendokumentasikan segala kegiatan yang dilakukan.
  • 15. 16 g. Evaluasi a. Observasi kondisi hidung mulut dan perawatan lubang hidung atau iritasi nasofaringeal. b. Kaji respon klien setelah pemberian oksigen (pola pernapasan dan kecepatan) c. Cek kanul sesuai respon klien, biasanya tiap 1 jam sekali. d. PO2 arterial berkisar antara 80 – 100 mmHg e. Kondisi hipoksia dapat teratasi. f. Frekuensi pernapasan dalam kisaran 14 – 20 kali per menit. 2. Pemberian Oksigen Melalui MaskerWajah Sederhana a. Pengertian Masker wajah sederhana adalah alat untuk terapi oksigen yang menutupi hidung dan mulut klien, digunakan untuk inhalasi oksigen. Bagian ekshalasi pada kedua sisi masker memungkinkan dikeluarkannya karbon dioksida yang dihembuskan. Masker wajah memberikan oksigen dengan konsentrasi dan kecepatan aliran lebih tinggi dari kanula nasal, 40-60% pada kecepatan 5-8 liter/menit. b. Indikasi Pada klien hipoksemia dengan tanda klinis sianosis (pucat pada wajah. bibir, dan warma kulit) c. Kontraindikasi Pada klien PPOK yang hanya membutuhkan aliran oksigen <5 liter/menit. d. Prinsip 1. Masker wajah sederhana untuk mengalirkan oksigen tingkat sedang dari hidung kemulut, dengan konsentrasi oksigen 40-60%. 2. Masker wajah sederhana mengalirkan oksigen dengan kecepatan 5-8 liter/menit. e. Persiapan alat 1. Masker wajah sederhana , sesuai kebutuhann dan ukuran pasien 2. Selang oksigen 3. Humidifier 4. Water steril 5. Tabung oksigen dengan flowmeter 6. Pita atau tali elastic
  • 16. 17 f. Prosedur 1. Periksa program terapi medic R : untuk memeriksa ketepatan program medic dengan gejala klien. 2. Ucapkan salam terapeutik R : memberi rasa nyaman, dan memberi kepercayaan pada klien. 3. Lakukan evaluasi/validasi R: untuk memeriksa ketepatan tindakan yang akan dilakukan dengan gejala klinis klien. 4. Jelaskan prosedur yang akan dilakukan. R: memberi penjelasan pada pasien. 5. Cuci tangan R : menghindari dari bakteri pathogen dan apatogen 6. Persiapkan alat R : memudahkan prosedur 7. Kaji adanya tanda dan gejala klinis dan secret pada jalan napas. R : mengetahui tanda dan gejala yang ada 8. Sambungkan masker keselang dan ke sumber oksigen R: oksigen dapat tersalur dengan masker 9. Berikan aliran oksigen sesuai dengan kecepatan aliran pada progam medis dan pastikan berfungsi dengan baik.  Selang tidak tertekuk dan sambungan paten.  Ada gelembung udara pada humidifier.  Terasa oksigen keluar dari masker. R: menghindari terjadinya emboli pada paru 10. Arahkan masker ke wajah klien dan pasang dari hidung ke bawah (sesuaikan dengan kontur wajah klien). R : memberikan rasa nyaman pada pasien 11. Fiksasi pengikat elastik ke sikat kepala klien sehingga masker nyaman dan tidak sempit. R : memberikan rasa nyaman pada pasien 12. Periksa masker, aliran oksigen setiap 2 jam atau lebih cepat, tergantung kondisi dan keadaan umum pasien R : menghindari terjadinya pertumbuhan bakteri 13. Pertahankan batas air pada botol humidifier setiap waktu. R : melembabkan oksigen yang masuk ke dalam paru 14. Periksa jumlah kecepatan aliran oksigen dan program terapi setiap 8 jam. R : menghindari terjadinya emboli pada paru 15. Kaji membran mukosa hidung dari adanya iritasi dan beri jelly untuk melembapkan membrane mukosa jika diperlukan. R : mengetahui iritasi pada membrane mukosa 16. Cuci tangan. R : membersihkan dari bakteri dan virus
  • 17. 18 17. Evaluasi respon pasien. R : mengetahui hasil yang dirasakan pasien 18. Catat hasil tindakan yang telah dilakukan dan hasilnya. R : sebagai bukti rekam medis pasien g. Evaluasi 1. Observasi kondisi hidung mulut dan perawatan lubang hidung atau iritasi nasofaringeal. 2. Kaji respon klien setelah pemberian oksigen (pola pernapasan dan kecepatan) 3. Kondisi hipoksia dapat teratasi. 4. Frekuensi pernapasan 14-20 kali/menit. 5. Pemberian Oksigen Melalui Masker Rebreathing 3. Pemberian Oksigen Melalui MaskerRebreathing a. Pengertian Masker rebreathing adalah masker wajah yang terdapat sebuah kantung reservoir dan maskernya tanpa klep. Kantong reservoir oksigen yang terhubung memungkinkan klien mengambil nafas kembali sekitar sepertiga dari udara yang dihembuskan bersamaan dengan oksigen. Masker rebreathing mengalirkan oksigen dengan kecepatan aliran O2 8-12 liter/menit dan konsentrasi O2 60-80 %. b. Indikasi 1. Klien hipoksia dengan dispneu, apneu, dan sianosis. 2. Perfusi jaringan adekuat c. Kontraindikasi Pada klien PPOK yang membutuhkan konsentrasi oksigen <60%. d. Prinsip 1. Mengalirkan oksigen dengan konsentrasi 60%-80% 2. Volume aliran 8-12 liter/menit 3. Terdapat kantung reservoir untuk meningkatkan FiO2
  • 18. 19 e. Alat dan Bahan 1. Set oksigen (tabung O2, O2, flowmeter, humidifier) 2. Water steril 3. Plester non iritan 4. Antiseptik (jika diperlukan) 5. Masker rebreathing 6. Sarung tangan bersih f. Prosedur 1. Mengucapkan salam terapeutik kepada pasien R: etik saat bertemu klien 2. Melakukan validasi R: untuk menghindari kesalahan asuhan keperawatan pada klien 3. Menjelaskan prosedur yang akan dilakukan kepada pasien R: menghindari ansietas pada pasien 4. Mencuci tangan R: Menurunkan transfer mikroorganisme. Meningkatkan efisiensi 5. Menggunakan sarung tangan bersih R: Menurunkan transfer mikroorganisme. Meningkatkan efisiensi 6. Mempersiapkan peralatan R: mempercepat penanganan agar efektif 7. Mengkaji adanya tanda dan gejala klinis dan sekret pada jalan napas R: mengetahui kondisi fisik pasien 8. Menyambungkan masker ke selang dan ke sumber oksigen R: mengalirkan oksigen pada masker 9. Memberikan aliran oksigen sesuai dengan kecepatan aliran pada progam medis dan memastikan bahwa berfungsi dengan baik. R: mencegah terjadinya kesalahan asuhan keperawatan sehingga melukai klien. Memberikan aliran oksigen sesuai dengan kebutuhan klien 10. Selang tidak tertekuk dan sambungan paten. R: jika selang tertekuk akan menghambat jalan oksigen bantuan 11. Ada gelembung udara pada humidifier. R: gelembung merupakan supply oksigen 12. Terasa oksigen keluar dari masker. R: apabila oksigen tidak keluar, akan membuat klien semakin susah bernapas 13. Memastikan kantong reservoir tidak terlipat atau mengempis total saat inspirasi R: untuk memaksimalkan pemberian oksigen 14. Mengarahkan masker ke wajah klien dan pasang dari hidung ke bawah (sesuaikan dengan kontur wajah klien). R: memberikan bantuan oksigen pada klien dengan pemasanga yang nyaman 15. Melingkarkan pita elastik ke kepala pasien agar nyaman dan tidak sempit R: menghindari lepasnya masker
  • 19. 20 16. Memeriksa masker, aliran oksigen setiap 2 jam atau lebih cepat, tergantung kondisi dan keadaan umum pasien R: menjaga aliran oksigen agar tetap stabil sesuai kebutuhan klien 17. Mempertahankan batas air pada botol humidifier setiap waktu. R: untuk memaksimalkan pertukaran gas yang terjadi dalam humidifier 18. Memeriksa jumlah kecepatan aliran oksigen R: menjaga kestabilan jumlah oksigen yang dibutuhkan oleh klien 19. Mengkaji membran mukosa hidung dari adanya iritasi dan memberi jelly untuk melembapkan membran mukosa jika diperlukan. R: menghindari adanya iritasi yang diakibatkan pemasangan nasal kanul dan kekeringan karena dorongan oksigen 20. Mencuci tangan. R: menjaga kebersihan dan menghindari infeksi nosokomial 21. Mengevaluasi respon pasien R: menghindari tindakan yang mengakibatkan klien merasa sakit dan cemas akan tindakan selanjutnya 22. Mencatat hasil tindakan yang telah dilakukan dan hasilnya R: sebagai pendokumentasian dan alat pemantau perkembangan kondisi fisik klien g. Evaluasi 1. Observasi kondisi hidung mulut dan perawatan lubang hidung atau iritasi nasofaringeal. 2. Kaji respon klien setelah pemberian oksigen (pola pernapasan dan kecepatan) 3. Pastikan pasien tidak makan minum atau batuk dan menyeka (bisa terjadi aspirasi bila pasien muntah, serta perlu segel pengikat) 4. Kondisi hipoksia dapat teratasi. 5. Frekuensi pernapasan 14-20 kali per menit. 6. Observasi adanya iritasi pada kulit disekitar masker 4. Pemberian Oksigen Melalui MaskerNon-Rebreathing a. Pengertian Masker nonrebreathing mengalirkan oksigen dengan konsentrasi tertinggi Pemberian Oksigen Melalui Masker nonrebreathing mencapai 99% dengan cara selain intubasi atau ventilasi mekanis, pada volume aliran 10 sampai 12 L permenit. Katup satu arah pada masker dan antara kantung resevoir dan masker, mencegah udara ruangan dan udara yang dihembuskan klien masuk kedalam kantung sehingga hanya oksigen didalam kantung yang dihirup. Untuk mencegah terbentuknya karbon dioksida, kantung nonrebreathing tidak boleh mengempis secara total selama inspirasi. Jika terjadi, perawat dapat memperbaiki masalah ini dengan meninggikan volume aliran oksigen (Korzier, et al, 2010).
  • 20. 21 b. Prinsip 1. Mengalirkan oksigen dengan konsentrasi mencapai 99% 2. Volume aliran 10-12 liter/menit 3. Terdapat kantung reservoir untuk meningkatkan FiO2 dan dua katup untuk menampung oksigen c. Indikasi 1. Pada klien gagal jantung yang tidak sadar dan membutuhkan oksigen >70% 2. Klien menunjukkan tanda-tanda shock, dipsneu, cyanosis, apneu d. Kontraindikasi Pada klien PPOK (Paru-Paru Obstruksi Kronik) dan mengalami muntah-muntah. e. Persiapan alat 1. Masker wajah nonrebreathing, sesuai kebutuhann dan ukuran pasien 2. Selang oksigen 3. Humidifier 4. Water steril 5. Tabung oksigen dengan flowmeter 6. Pita atau tali elastic f. Prosedur 1. Periksa progam terapi medic R : untuk kelancaran program, dan keamanan pasien 2. Ucapkan salam therapeutic R : menciptakan hubungan yang baik antara perawat dengan pasien 3. Lakukan evaluasi/validasi R : untuk keamanan pasien, kenyamanan pasien dan kelancaran program 4. Jelaskan prosedur yang akan dilakukan R : pasien mengerti tindakan apa saja yang akan dilakukan oleh perawat 5. Cuci tangan R : mencegah terjadinya infeksi nosokomial dan menghilangkan mikroorganisme yang ada di tangan
  • 21. 22 6. Persiapkan alat R : agar peralatan yang akan dibutuhkan tidak ada yang kurang, dan untuk memperlancar proses tindakan perawatan 7. Kaji adanya tanda dan gejala klinis dan secret pada jalan napas R : untuk memperlancar jalan napas pada saat oksigen dimasukkan. 8. Sambungkan masker keselang dan ke sumber oksigen R : untuk mengalirkan oksigen dari tabung oksigen ke pasien. 9. Berikan aliran oksigen sesuai dengan kecepatan aliran pada progam medis dan pastikan berfungsi dengan baik.  Selang tidak tertekuk dan sambungan paten.  Ada gelembung udara pada humidifier.  Terasa oksigen keluar dari masker. R : untuk memastikan bahwa oksigen telah benar-benar mengalir dengan sempurna dan agar tidak terjadi sumbatan 10. Arahkan masker ke wajah klien dan pasang dari hidung ke bawah (sesuaikan dengan kontur wajah klien). R : agar konsentrasi oksigen bisa masuk dengan sempurna ke jalan napas pasien, karena jika masker terlalu besar oksigen akan keluar pada celah masker. 11. Fiksasi pengikat elastik ke sikat kepala klien sehingga masker nyaman dan tidak sempit. R : untuk kenyamanan pasien 12. Berikan aliran oksigen sesuai dengan kecepatan aliran R : untuk memastikan kebutuhan oksigen yang diperlukan oleh pasien. 13. Periksa masker, aliran oksigen setiap 2 jam atau lebih cepat, tergantung kondisi dan keadaan umum pasien R : memastikan bahwa oksigen benar-benar masuk ke jalan napas pasien dan tidak terjadi sumbatan 14. Usahakan kantung reservoir tidak mengempis total ketika klien melakukan inspirasi R : untuk menghindari terbentuknya karbon dioksida 15. Pertahankan batas air pada botol humidifier setiap waktu R: mencegah masuknya udara ke dalam tabung yang bisa menyebabkan kolaps paru 16. Periksa jumlah kecepatan aliran oksigen dan program terapi setiap 8 jam R : untuk mengecek kelancaran program terapi, dan mengecek perubahan yang terjadi pada pasien 17. Kaji membran mukosa hidung dari adanya iritasi dan beri jelly untuk melembapkan membrane mukosa jika diperlukan R : agar menghindari terjadinya iritasi pada membrane mukosa hidung dan kenyamanan pasien 18. Cuci tangan
  • 22. 23 R : : mencegah terjadinya infeksi nosokomial dan menghilangkan mikroorganisme yang ada di tangan 19. Evaluasi respon pasien R : untuk mengetahui hasil dari tindakan keperawatan. 20. Catat hasil tindakan yang telah dilakukan dan hasilnya R : untuk data obyektif dan laporan. g. Evaluasi 1. Observasi kondisi hidung mulut dan perawatan lubang hidung atau iritasi nasofaringeal. 2. Kaji respon klien setelah pemberian oksigen (pola pernapasan dan kecepatan) 3. Pastikan pasien tidak makan minum atau batuk dan menyeka (bisa terjadi aspirasi bila pasien muntah, serta perlu segel pengikat) 4. Kondisi hipoksia dapat teratasi. 5. Frekuensi pernapasan 14-20%. 6. Observasi adanya iritasi pada kulit disekitar masker 5. Pemberian Oksigen Melalui MaskerVenturi a. Pengertian Masker venturi adalah masker yang memiliki selang berukuran besar dan jet adapter yang diberi kode warna yang berespon terhadap konsentrasi oksigen dan volume aliran yang tepat. b. Prinsip 1. Mengalirkan oksigen dengan konsentrasi 24% sampai 60%. 2. Aliran oksigen bervolune 4 sampai 10 L. 3. Macam-macam jet adapter masker venturi:  Biru 24%  Putih 28%  Jingga 31 %  Kuning 35 %  Merah 40%  Hijau 60%
  • 23. 24 c. Indikasi 1. Pada klien hipoksia maupun hipoksemia. 2. Klien menunjukkan tanda-tanda shock, dipsneu, cyanosis, apneu d. Kontraindikasi Pada klien dengan PPOM (Penyakit Paru Obstruktif Menahun) yang mulai bernafas spontan e. Persiapan alat 1. Masker wajah nonrebreathing, sesuai kebutuhann dan ukuran pasien 2. Selang oksigen 3. Humidifier 4. Water steril 5. Tabung oksigen dengan flowmeter 6. Pita atau tali elastic 7. Periksa progam terapi medic f. Prosedur 1. Periksa progam terapi medic R : memastikan ketepatan pemberian terapi oksigen pada klien 2. Ucapkan salam therapeutic R : etik dengan pasien 3. Lakukan evaluasi/validasi R : memastikan ketepatan progam medic dengan gejala klinis klien 4. Jelaskan prosedur yang akan dilakukan R : menghindari ansietas pada pasien 5. Cuci tangan R : menghindari infeksi nosokomial 6. Persiapkan alat R : mempercepat penanganan agar efektif 7. Kaji adanya tanda dan gejala klinis dan secret pada jalan napas R : mengetahui kondisi fisik pasien 8. Sambungkan masker keselang dan ke sumber oksigen R : mengalirkan oksigen pada masker venturi 9. Berikan aliran oksigen sesuai dengan kecepatan aliran pada progam medis dan pastikan berfungsi dengan baik. R : mencegah terjadinya kesalahan asuhan keperawatan sehingga melukai klien. Memberikan aliran oksigen sesuai dengan kebutuhan klien 10. Selang tidak tertekuk dan sambungan paten. R :jika selang tertekuk akan menghambat jalan oksigen bantuan 11. Ada gelembung udara pada humidifier. R : gelembung merupakan supply oksigen 12. Pasang jet adapter kecepatan aliran oksigen sesuai kebutuhan R : apabila oksigen tidak keluar, akan membuat klien semakin susah bernapas 13. Terasa oksigen keluar dari masker.
  • 24. 25 R: untuk memastikan oksigen sudah mengalir 14. Arahkan masker ke wajah klien dan pasang dari hidung ke bawah (sesuaikan dengan kontur wajah klien). R : memberikan bantuan oksigen pada klien dengan pemasanga yang nyaman 15. Fiksasi pengikat elastik ke sikat kepala klien sehingga masker nyaman dan tidak sempit. R : menghindari lepasnya masker 16. Periksa masker, aliran oksigen setiap 2 jam atau lebih cepat, tergantung kondisi dan keadaan umum pasien R : menjaga aliran oksigen agar tetap stabil sesuai kebutuhan klien 17. Usahakan kantung reservoir tidak mengempis total ketika klien melakukan inspirasi R : menghindari terbentuknya karbon dioksida 18. Pertahankan batas air pada botol humidifier setiap waktu R : memaksimalkan pertukaran gas yang terjadi dalam humidifier 19. Periksa jumlah kecepatan aliran oksigen dan program terapi setiap 8 jam R : pemantau perkembangan kondisi fisik klien 20. Kaji membran mukosa hidung dari adanya iritasi dan beri jelly untuk melembapkan membrane mukosa jika diperlukan R : menghindari adanya iritasi yang diakibatkan kekeringan karena dorongan oksigen 21. Cuci tangan R : menjaga kebersihan dan menghindari infeksi nosokomial 22. Evaluasi respon pasien R : menghindari tindakan yang mengakibatkan klien merasa sakit 23. dan cemas akan tindakan selanjutnya 24. Catat hasil tindakan yang telah dilakukan dan hasilnya R : sebagai pendokumentasian dan alat pemantau perkembangan kondisi fisik klien g. Evaluasi 1. Observasi kondisi hidung mulut dan perawatan lubang hidung atau iritasi nasofaringeal. 2. Kaji respon klien setelah pemberian oksigen (pola pernapasan dan kecepatan) 3. Kondisi hipoksia dapat teratasi. 4. Frekuensi pernapasan 14-20 kali per menit. 2.8. RESIKO TERAPI OKSIGEN Salah satu resiko terapi oksigen adalah keracunan oksigen. Hal ini dapat terjadi bila oksigen diberikan dengan fraksi lebih dari 50% terus-menerus selama 1-2 hari. Kerusakan jaringan paru terjadi akibat terbentuknya metabolik oksigen yang merangsang sel PMN dan H2O2 melepaskan enzim proteolotikdan enzim lisosom yang dapat merusak alveoli. Sedangkan resiko yang lain seperti retensi gas karbondioksida dan atelektasis.
  • 25. 26 Oksigen 100% menimbulkan efek toksik, tidak saja pada hewan, namun juga pada bakteri, jamur, biakan sel hewam dan tanaman. Apabila O2 80-100% diberikan kepada manusia selama 8 jam atau lebih, saluran pernafasan akan teriritasi, menimbulkan distres substernal, kongesti hidung, nyeri tenggorokan dan batuk. Pemajanan selama 24-48 jam mengakibatkan kerusakan jaringan paru. Sejumlah bayi dengan sindroma gawat nafas yang diterapi dengan O2, selanjutnya mengalami gangguan menahun yang ditandai dengan kista dan pemadatan jaringan paru (displasia bronkopulmonal). Komplikasi lain pada bayi-bayi ini adalah retinopti prematuritas (fibroplkasia retrolental), yaitu pembentukan jaringan vaskuler opak pada matayang dapat mengakibatkan kelainan penglihatan berat. Pemberian O2 100% pada tekanan yang lebih tinggi berakibat tidak hanya iritasi trakeobronkial, tetapi juga kedutan otot, bunyi berdering dalam telinga, rasa pening, kejang dan koma. Pajanan terhadap O2 tekanan tinggi (oksigenasi hiperbarik) dapat menghasilkan peningkatan jumlah O2 terlarut dalam darah.
  • 26. 27 BAB III PENUTUP 3.1. Kesimpulan 1. Oksigen merupakan unsur yang paling dibutuhkan bagi kehidupan manusia, sebentar saja manusia tak mendapat oksigen maka akan langsung fatal akibatnya. Tak hanya untuk bernafas dan mempertahankan kehidupan., oksigen juga sangat dibutuhkan untuk metabolisme tubuh. 2. Tipe-tipe kekurangan oksigen dalam tubuh terbagi dua: a. Hipoksemia yaitu suatu keadaan dimana terjadipenurunan konsentrasi oksigen dalam darah arteri (PaO2) atau saturasi O2 arteri (SaO2) dibawah nilai normal, SaO2 95% b. Hipoksia yaitu kekurangan oksigen ditingkat jaringan c. Gagal nafas yaitu suatu keadaan kritis dimana kebutuhan oksigen darah dan sistem organ tidak tercukupi 3. Gejala-gejala yang timbul dari hipoksia adalah a. Alkalosis respiratorik b. Gejala mental seperti irritabilitas, dan penurunan kesadaran c. Sakit kepala, sesak nafas, insomnia serta mual dan muntah 4. Tujuan umum terapi oksigen adalah untuk mencegah dan memperbaiki hipoksia jaringan, sedangkan tujuan khususnya adalah untuk mendapatkan PaO2 lebih dari 90 mmHg atau SaO2 lebih dari 90% 5. Indikasi terapi oksigen antara lain: a. Diabetes b. Stroke c. terapi untuk kecantikan dan kebugaran d. Penyakit dekompresi e. Emboli udara f. Aktinomikosis g. Anemia h. Insufisiensi arteri perifer akut i. Infeksi Bakteri j. Keracunan CO k. Keracunan sianida l. Gas ganren m. Cangkokan kulit n. Infeksi jaringan lunak o. Osteomielitis p. Ekstraksi gigi 6. Kontra indikasi terapi oksigen antara lain a. Kelainan paru b. Riwayat operasi paru c. Infeksi saluran nafas atas d. Cedera paru e. Tumor ganas f. Penyakit menular g. Pengidap gaustrophobia h. Kehamilan i. Pneumothorax 7. Resiko terapi oksigen antara lain adalah: a. Keracunan oksigen b. Retensi CO2 c. Atelektasis d. Disstress substernal e. Kongesti hidung f. Nyeri tenggorokan g. Batuk h. Retinipati prematuritas i. Kedutan otot j. Rasa pening k. kejang l. Bunyi berdering dalam telinga m. Koma
  • 27. 28 DAFTAR PUSTAKA 1. Anonymous. Meditasi Dzikir. Stress and Health Solution. Web .12 Desember 2005. www.MedDzik.org 2. Astowo. Pudjo. Terapi oksigen: Ilmu Penyakit Paru. Bagian Pulmonologi dan Kedokteran Respirasi. FKUI. Jakarta. 2005 3. Ganong, F. William. Fisiologi Kedokteran. Edisi 20. jakarta: EGC. 2003 4. Latief, A. Said. Petunjuk Praktis Anestesiologi. Bagian Anestesiologi dan Terapi Intesif. Jakarta. 2002 5. Anonymous. Hiperbari Terapi Oksigen Murni Tekanan Tinggi. Web 11 April 2004. www.pikiranrakyat.com 6. Anonymous. Sehat dan Bugar dengan Terapi Oksigen. Web. 3 May 2006. www.fajar.co.id 7. Maulana, Razi. “Terapi Oksigen”. 11 April 2016. https://razimaulana.wordpress.com/2008/11/02/terapi-oksigen/ 8. Umifatih, Salisa. “Metode Pemberian Oksigen“. 11 April 2016. http://salisaumifatih.blogspot.co.id/2009/04/metode-pemberian-oksigen.html