1. HIV pada Anak
SMF ILMU KESEHATAN ANAK
FAKULTAS KEDOKTERAN
UNIVERSITAS CENDERAWASIH
2022
2. HIV (Human Immunodeficiency Virus) adalah retrovirus
golongan RNA yang spesifik menyerang sistem
imun/kekebalan tubuh manusia.
AIDS (Acquired Immunodeficiency Syndrome) adalah
sekumpulan gejala/tanda klinis pada pengidap HIV
akibat infeksi tumpangan (oportunistik) karena
penurunan sistem imun.
DEFINISI
3. Virus menyerang sistem
kekebalan tubuh (limfosit T)
Virus terdapat pada cairan
tubuh :
o Darah
o Cairan mani
o Cairan vagina
o ASI
HUMAN IMMUNODEFICIENCYVIRUS
4. Oleh : HumanImmunodefisiensi
virus (HIV)
Family : Retroviridae
Subfamily : Lentiviridae
Struktur family :retrovirus
Grup : HIV-1dan HIV-2
Morfologi : dikelilingi lipid bilayer
envelope (ada 2glikoprotein, gp120
& gp41)
ETIOLOGI
7. HIV masuk ke dalam tubuh
Menempel di reseptor CD4
limfosit T
HIV masuk ke dalam
limfosit T
HIV membelah diri dengan
memakai materi yang ada
di sel limfosit T
HIV keluar dari limfosit T
dalam bentuk HIV muda
Limfosit T rusak, pecah
HIV matang siap menginfeksi
limfosit T yang lain
Kadar CD4
turun drastis
Kemampuan fagositosis
hilang
HIVmematangkan diri di
pembuluh darah
Bila terjadi infeksi lain, maka
tubuh tidak mempunyai
kemampuan untuk melawan infeksi
tersebut
Timbul gejala dan tanda
klinis
Infeksi
oportunistik
AIDS
Melalui darah, cairan genital, atau
ASI
Perjalanan Infeksi HIV
9. Transmisi vertikal
(>90%)
o Intra uterine
o During labour
o Post partum
Transmisi Horizontal
o Transfusi darah
o Jarum suntik
o Hubungan seks
CARAPENULARANHIV
10. F
AKTORRISIKOPENULARANHIV DARI
IBU KEANAK
FAKTOR IBU FAKTOR BAYI
Faktor Ibu Faktor Bayi Faktor Obstetrik
1. Kadar HIV/viral
load dalam
darah.
2. Kadar CD4.
3. Status gizi
selama
kehamilan.
4. Penyakit
infeksi selama
kehamilan
5. Masalah
payudara, jika
menyusui.
1. Prematuritas
dan berat lebih
rendah
2. Lama
menyusui, bila
tanpa
pengobatan
3. Luka pada
mulut bayi, jia
bayi
menyususi.
1. Jenis
persalinan
2. Lama
persalinan
3. Ketuban pecah
dini
4. Tindakan
episiotomi,
ekstrasi vakum
dan forsep.
11. PENULARANHIV P
ADAANAK
>90%Penularan secara vertikal
INTRA
UTERINE
5 – 10 %
LABOUR
10-20%
POST
PARTUM
5 – 20 %
Risiko penularan tanpa menyusui 15 –30%
Menyusui 6 bulan 25 –35 %
Menyusui 18–24 bulan 30 – 45%
12. Penularan dari ibu ke janin / bayi
• Penularan ke janin dapat terjadi selama kehamilan melalui plasenta yang
terinfeksi; pada masa kehamilan plasenta melindungi janin dari infeksi HIV
namun bila terjadi peradangan, infeksi atau kerusakan barier plasenta, HIV
bisa menembus plasenta sehingga terjadi penularan dari ibu ke janin.
• Penularan ke bayi melalui kontak dengan darah atau cairan genital dapat
terjadi saat persalinan dan melalui ASI pada saat laktasi.
• Penularan HIV dari ibu ke anak lebih sering terjadi pada saat persalinan dan
masa menyusui.
13. Diagnosis
Tes HIV harus mengikuti prinsip berupa 5 komponen
dasar yang telah disepakati secara global yaitu 5C
(informed consent, confidentiality, counseling,
correct test results, connections to care, treatment
and prevention services).
14. 1. Anak sakit (jenis penyakit yang berhubungan dengan HIV
seperti TB Paru/mendapat OAT berulang, malnutrisi,
pneumonia berulang, diare kronisberulang)
2. Bayi yang lahir dari ibu terinfeksi HIV dan sudah mendapatkan
perlakuanpencegahan penularan dari ibu keanak.
BAYIDANANAK MEMERLUKANTESHIV
BILA….
15. BAYIDANANAK MEMERLUKANTESHIV
BILA….
3. Untuk mengetahui status bayi/anak kandung dari ibu yang
didiagnosis terinfeksi HIV(pada umur berapa saja)
4. Untuk mengetahui status seorang anak setelah salah satu
saudara kandungnya didiagnosis HIV; atau salah satu atau
kedua orangtua meninggal oleh sebab yang tidak
diketahui tetapi masih mungkin karena HIV
16. 5. Terpajan atau potensial terkena infeksi HIV melalui jarum
suntik yang terkontaminasi, menerima transfusi berulang
dan sebab lain
6. Anak yang mengalami kekerasanseksual
BAYIDANANAK MEMERLUKANTESHIV
BILA….
18. Menggunakan PCR
Diagnosis anak usia
<18bulan
T
esawal usia6
minggu
• T
esHIV DNAkualitatif
->plasma EDTA/DBS
• T
esHIV RNA
kuantitatif ->plasma
EDTA
Menggunakan
antibodi HIV-1dan
HIV-2
• T
escepat
• T
esEnzyme
Immunoassay (EIA)
• T
esWestern Bold
UJIVIROLOGIS UJI SEROLOGIS
19. Peraturan Menteri Kesehatan Republik
Indonesia Nomor 87 Tahun 2014
Kategori
Tes yang
diperlukan
Tujuan Aksi
Bayi sehat, ibu
terinfeksi HIV
Uji virology umur 6
minggu
Mendiagnosis HIV
Mulai ARV bila
terinfeksi HIV
Bayi pajanan HIV
tidak diketahui
Serologi ibu atau
bayi
Untuk indentifikasi
atau memastikan
pajanan HIV
Memerlukan tes
virologi bila
terpajan HIV
Bayi sehat
terpajan HIV, umur
9 bulan
Serologi pada
imunisasi 9 bulan
Untuk
mengidentifikasi
bayi yang masih
memiliki antibody
ibu atau
serokonversi
Hasil positif harus
diikuti dengan uji
virology dan
pemantauan lanjut.
Hasil negative,
harus dianggap
tidak terinfeksi,
ulangi tes bila
masih mendapat ASI
Bayi atau anak
dengan gejala dan
tanda sugestif
infeksi HIV
Serologi Memastikan infeksi
Lakukan uji virology
bila umur < 18
bulan
Bayi umur > 9 - <
18 bulan dengan
uji serologi positif
Virologi Mendiagnosis HIV
Bila positif
terinfeksi segera
masuk ke
tatalaksana HIV dan
terapi ARV
Bayi yang sudah
berhenti ASI
Ulangi uji (serologi
atau virologi)
setelah berhenti
minum ASI 6 minggu
Untuk
mengeksekusi
infeksi HIV setelah
pajanan dihentikan
Anak < 5 tahun
terinfeksi HIV harus
segera mendapat
tatalaksana HIV
termasuk ARV
SKENARIO
PEMERIKSAAN
HIV
20. Algoritma DiagnosisHIV
Pedoman Penerapan Terapi HIV Pada Anak, 2014
Bayi terpajan HIV berusia < 18 bulan
Uji virologi
Tersedia Tidak tersedia
Positif Negatif
Kemungkinan
terinfeksi HIV
Mulai terapi ARV,
ulangi uji virology
untuk konfirmasi
diagnosis
Tidak mendapat ASI
Tidak terinfeksi HIV
Mendapat ASI
Bayi atau anak
beresiko terinfeksi
HIV selama belum
berhenti ASI
Pemantauan
manifestasi klinis
berkala
21. Algoritma
DiagnosisHIV
Pedoman Penerapan Terapi HIV Pada
Anak, 2014
Bayi atau anak mengalami
tanda atau gejala HIV
Uji virology
tidak tersedia
Uji virologi
Negatif Positif
Terinfeksi
HIV
Mulai terapi ARV, ulangi
uji virology untuk
konfirmasi diagnosis
Cek antibody HIV
Positif Negatif
Asumsikan terinfeksi bila anak
sakit; asumsikan tidak
terinfeksi bila anak tidak sakit
Kemungkinan besar
HIV negative
kecuali masih ASI
Ulangi cek antibody pada usia 18 bulan
dan atau 6 minggu setelah berhenti ASI
Bayi masih sehat sampai
usia 9 bulan
22. INFEKSI HIV POSITIF BILA:
Dua kali Uji Virologi positif (+), usia
berapa saja , ATAU
Usia > 18 bulan Uji Serologis
positif (+)
INFEKSI HIV NEGATIF BILA:
Tidak ada bukti klinis ataupun
laboratoris adanya infeksi HIV,
DAN
Dua kali Uji Virologi negatif (-),
pertama dilakukan pada usia > 4
minggu dan kedua pada usia > 4
bulan, dan tidak pernah positif
(+), ATAU
Dua kali atau lebih hasil Uji
Serologis HIV negatif pada usia
> 6 bulan
INFEKSI HIV
POSITIF BILA:
Dua kali Uji Virologi
positif (+), usia berapa
saja, ATAU
Usia > 18 bulan Uji
Serologis positif (+)
23. BILAanak usia <18bulan dipikirkan terinfeksi
HIV, TETAPIlaboratorium PCR HIV tidak
tersedia
DIAGNOSISPRESUMTIFHIV
Bila ada1kriteria berikut:
• PCP
,meningitis kriptokokus, kandidiasis
esophagus
• T
oksoplasmosis
• Malnutrisi berat yang tidakmembaik
dengan pengobatan standar
Minimal ada2gejala berikut:
• Oralthrush
• Pneumonia berat
• Sepsisberat
• Kematian ibu yang berkaitan dengan HIV
atau penyakit HIV yang lanjutpada ibu
• CD4+<20%
Atau
24. Pedoman Nasional Pelayanan Kedokteran
Tatalaksana HIV 2019
• Uji diagnostik yang digunakan pada anak berusia < 18 bulan
adalah uji virologis
• Uji diagnostik yang digunakan pada anak > 18 bulan, remaja,
dan orang dewasa adalah uji serologis dengan strategi diagnosis
HIV berdasarkan hasil tiga tes sekuensial reaktif
Rekomendasi
25. STADIUM KLINISINFEKSIHIV (WHO)
Standium 1
Asimtomatik
Stadium 2
Sakit Ringan
Stadium 3
Sakit Sedang
Stadium 4
Sakit berat
Berat Badan
(BB)
Tidak ada penurunan
BB
Penurunan BB 5-10% Penurunan BB > 10 % Sindrom wasting HIV
Gejala Tidak ada gejala atau
hanya :
Limfadenopati
generalisata
presisten
Luka disekitar
bibir (Kelitis
angularis)
Ruam kulit yang
gatal (seboroik
atau prurigo)
Herpes zoster
dalam 5 tahun
terakhir
Kandidiasis oral atau
vaginal
Oral Hairy leukoplakia
Diare, demam yang tidak
diketahui penyebabnya
lebih dari satu bulan
Kandidiasis
esophageal
Herpes simpleks
ulseratif lebih dari 1
bulan
Limfoma
Sarkoma kaposi
Kanker serviks invasif
Renitis cytogalovirus
ISPA berulang
misalnya sinusitis
atau otitis
Ulkus mulut
berulang
Infeksi bakterial yang
berat
(pneumoni,piomiositis,
dll)
TB paru dalam 1 tahun
terakhir
TB limfodenopati
Gingivitis/periodontitis
ulseratif nekrotika akut
Pneumonia
pnemusistis
TB ekstra paru
Abses otak
toksoplasmosis
Meningitis
kriptokokus
Encefalopati HIV
Gangguan fungsi
neurologis dan tidak
oleh penyebab
lainnya, seringkali
membeik dengan ARV
26. Penetapan Kriteria Klinis
Pedoman Penerapan Terapi HIV Pada Anak, 2014
Klasifikasi WHO berdasarkan penyakit yang secara klinis berhubungan dengan HIV
Klinis Stadium Klinis WHO
Asimptomatik 1
Ringan 2
Sedang 3
Berat 4
27. Penetapan kriteria klinis
Keterangan :
CD4 adalah parameter terbaik untuk mengukur imunodefisiensi
Digunakan bersama dengan penilaian klinis. CD4 dapat menjadi petunjuk dini progresivitas penyakit karena CD4 menurun lebih dahulu
dibandingkan kondisi klinis
Pemantauan CD4 dapat digunakan untuk memulai pemeberian ARV atau pengganti obat
Makin muda umur, makin tinggi nilai CD4. untuk anak <5 tahun digunakan presentase CD4. bila ≥ 5 tahun, nilai CD4 absolut dapat
digunakan.
Ambang batas kadar CD4 untuk imunodefisiensi berat pada anak <1 tahun atau bahkan <6 bulan, nilai CD4 tidak dapat memprediksi
mortalitas, karena risiko kematian dapat terjadi bahkan pada nilai CD4 yang inggi
Klasifikasi WHO tentang imunodefisiensi HIV menggunakan CD4
Imunodefisiensi
Nilai CD4 menurut umur
<11 bulan
(%)
12-35 bulan
(%)
36-59 bulan
(%)
>5 tahun
(sel/mm3)
Tidak ada >35 >30 >25 >500
Ringan 30-35 25-30 20-25 350-499
sedang 25-30 20-25 15-20 200-349
Berat <25 <20 <15
<200 atau
<15%
Pedoman Penerapan Terapi HIV Pada Anak, 2014
30. Pencegahan Penularan HIV Dari Ibu Ke
Anak
Empat pendekatan komprehensif untuk mencegah transmisi vertikal
HIV
• Pencegahan primer infeksi HIV pada wanita usia reproduksi
• Pencegahan kehamilan yang tidak diinginkan pada wanita
terinfeksi HIV
• Pencegahan transmisi vertikal HIV dari ibu kepada bayi
• Penyediaan terapi, perawatan dan dukungan yang baik bagi ibu
dengan HIV, serta anak dan keluarganya.
31. Perempuan usia
reproduktif
Cegah penularan ke
bayi
Perempuan positif
HIV
Perempuan hamil HIV (+)
Perempuan post partum HIV (+)
Cegah kehamilan
Cegah penularan HIV
Bayi HIV (+) Bayi HIV (-)
Dukungan
psikologis, sosial,
dan perawatan
• Peyuluhan HIV/AIDS
• Pelatihan perubahan
perilaku
• Penyebaran luasan
materi cetak tentang
pencegahan HIV
• Layanan VCT dll
• Konseling
• Sarana kontrasepsi
• Pemberian ARV
• Konseling kesehatan ibu
hamil
• Konseling pemberian
makanan bayi
• Persalinan yang aman
• Pengobatan ARV
• Pengobatan infeksi
oportunistik
• Bantuan pemeriksaan
kesehatan
Strategi Pencegahan Penularan HIV Dari Ibu Ke Bayi Dan
Kegiatan Pendukungnya
HIV (+) HIV (-)
Hamil Tidak hamil
32. Upaya Pencegahan Pada Bayi Dengan Ibu
Terinfeksi HIV
Pedoman Nasional Pelayanan Kedokteran
Tatalaksana HIV 2019
Tata Laksana Prenatal
Melakukan konseling ke dokter spesialis sebelum
konsepsi.
Wanita yang terinfeksi disarankan untuk melakukan
servikal sitologi rutin, menggunakan kondom saat
berhubungan seksual, atau menunggu konsepsi sampai
plasma viremia berhasil ditekan.
Status awal yang harus dinilai pada ibu hamil dengan
infeksi HIV adalah 7 riwayat penyakit HIV berdasarkan
status klinis, imunologis (jumlah CD4).
33. Pemberian terapi ARV bagi ODHA Hamil
Terapi ARV kombinasi terbukti merupakan terapi yang paling efektif
untuk mencegah transmisi infeksi HIV dari ibu ke anak [efektivitas
pada usia 12 bulan sebesar 42,1% (IK 95% 0,6 – 83,5%])
Pilihan paduan terapi ARV pada ibu hamil sama dengan pilihan
paduan terapi ARV pada orang dewasa lainnya.
Pedoman Nasional Pelayanan Kedokteran
Tatalaksana HIV 2019
Rekomendasi
Semua ibu hamil dengan HIV harus diberi terapi ARV, tanpa harus menunggu
pemeriksaan jumlah CD4, karena kehamilan itu sendiri merupakan indikasi
pemberian terapi ARV yang dilanjutkan seumur hidup.
34. Tata Laksana Persalinan
Cara persalinan harus ditentukan sebelum umur kehamilan
38 minggu untuk meminimalkan terjadinya komplikasi
persalinan.
Semua ibu hamil dengan HIV positif disarankan untuk
melakukan persalinan dengan seksio sesaria.
Persalinan pervaginama yang direncanakan hanya boleh
dilakukan oleh wanita yang mengkonsumsi HAART dengan
viral load < 50 kopi/mL.
35. Prosedur Persalinan yang Aman
Pedoman Nasional Pelayanan Kedokteran
Tatalaksana HIV 2019
Rekomendasi
Bedah sesar elektif pada usia gestas 38 minggu untuk mengurangi
resiko transmisi vertical HIV dilakukan pada ODHA hamil dengan viral
load ≥ 1000 kopi/mL atau yang viral loadnya tidak diketahui pada
trimester ketiga kehamilan
Bedah sesar elektif untuk mengurangi resiko transmisi vertical tidak
dilakukan secara rutin pada ODHA hamil dengan viral load < 1000
kopi/mL, kecuali atas indikasi obstetri
36. Tata Laksana Posnatal
Setelah melahirkan, ibu sebaiknya menghindari kontak
langsung dengan bayi.
Imunisasi MMR dan varicella zoster juga diindikasikan,
jika jumlah limfosit CD4 diatas 200 dan 400.
WHO tidak merekomendasikan pemberian ASI pada ibu
dengan HIV positif, meskipun mereka mendapatkan
terapi ARV.
37. Tata Laksana Neonatus
Semua bayi harus diterapi dengan ARV < 4 jam setelah lahir.
Pemberian antibiotik profilaksis, cotrimoxazole terhadap
PCP wajib dilakukan.
Tes IgA dan IgM, kultur darah langsung dan deteksi antigen
PCR merupakan serangkaian tes yang harus dijalankan oleh
bayi pada umur 1 hari, 6 minggu dan 12 minggu.
Konfirmasi HIV bisa dilakukan lagi saat bayi berumur 18
sampai 24 bulan.
38. Pemberian Profilaksis ARV Untuk Bayi Lahir Dari Ibu HIV
Pedoman Nasional Pelayanan Kedokteran
Tatalaksana HIV 2019
Rekomendasi
Bayi lahir dari ibu terinfeksi HIV yang mendapatkan
pengganti ASI (PASI) diberikan profilaksis zidovudin
dengan dosis sesuai usia gestasi selama 6 minggu
(sangat direkomendasikan, kualitas bukti tinggi)
Apabila bayi lahir dari ibu terinfeksi HIV mendapatkan
ASI, maka profilaksis yang diberikan adalah zidovudin
dan nefirapin dengan dosis sesuai usia gestasi selama
6 minggu dengan syarat ibu harus terapi ARV
kombinasi (rekomendasi sesuai kondisi, kualitas bukti
tinggi)
39. DosisARVProfilaksis
Nama Obat Dosis Durasi
Zidovudin (AZT)
2x sehari
darilahir
hingga 6
minggu
• UsiaGestasi> 35minggu :4 mg/kgBB/dosis
• Usia Gestasi 30 - < 35 mgg : 2 selama 2 minggu,
kemudian naikkan 3mg/kgBB/dosis selama 4 minggu
(PO)
• Usia Gestasi < 30 mgg : 2 mg/kgBB/dosis, selama 4
minggu, kmd naikkan 3 mg/kgBB/dosis selama 2
minggu (PO)
40. Nama Obat Dosis Durasi
Nevirapin (NVP)
1xsehari
-BeratLahir1500-<2000gr:8 mg/dosis(PO)
-BeratLahir2000-2499gr:1
0mg/dosis(PO)
-BeratLahir>2500gram:15mg/dosis(PO)
darilahir hingga 6 minggu
41. REKOMENDASIIDAI
ARVprofilaksis untuk bayi yang lahir dari ibu
terinfeksi HIV:
Diberiksan saat usia 6 – 12jam kelahiran(paling
lambat usia 72jam)
Bila bayi mendapat susu formula: zidovudine 2x
sehari
Bila bayi mendapat ASI: zidovudinedan nevirapine
Diberikan selama 6 minggu (syarat ibu mendapat
ART)
ANTIRETROVIRALPROFILAKSIS
42. Algoritma Tatalaksana Bayi Dari Ibu Positif HIV
Ibu positif HIV
1. Pemberian profilaksis HIV pada bayi baru lahir segera setelah lahir :
• Skenario 1 : Zidovudine 4 mg/kgBB/dosis selama 6 minggu
• Skenario 2 dan 3 : zidovudine + nevirapine
4 mg/kgBB/dosis selama 6 minggu
8 mg/kgBB (BB < 2 kg), 12 mg / dosis (BB > 2kg)
2. Pemeriksaan :
• PCR DNA HIV (bersamaan dengan pemeriksaan darah ibu) pada usia 0
– 2 minggu
• Pemeriksaan darah lengkap pada saat lahir – usia 6 minggu
3. Mulai pemberian profilaksis PCP pada usia 6 minggu, sampai status HIV
dapat ditentukan.
• Cotrimoksazole 4 mg / kgBB / hari
Management of newborn exposed to maternal HIV infection, 2012
43. Pemeriksaan PCR DNA HIV
Ulang pemeriksaan PCR
DNA HIV sesegera mungkin
Ulang pemeriksaan PCR
DNA HIV pada usia 6
minggu
Ulang pemeriksaan PCR
DNA HIV pada usia 4 – 6
bulan
Tidak terinfeksi
Terinfeksi
Management of newborn exposed to maternal HIV infection, 2012
44. • Profilaksis PCP diberikan sampai
usia 12 bulan, kemudian evaluasi
untuk melanjutkan
• Pemberian ARV jika ada indikasi
• Follow up
• Penghentian cotrimoksazole
• Follow up selama 3 – 18 bulan
• Memastikan status antibody
anak negatif sampai usia 18
bulan
Catatan :
Skenario 1 : ibu hamil yang terinfeksi HIV on treatment
Skenario 2 : ibu hamil yang terinfeksi HIV yang belum menerima terapi ARV yang adekuat
saat melahirkan
Skenario 3 : bayi yang lahir dari ibu positif HIV yang belum sama sekali menerima terapi
ARV
• ARV harus segera diberikan setelah bayi lahir (6-12 jam setelah lahir dan < 48 jam)
Management of newborn exposed to maternal HIV infection, 2012
47. Pemberian Nutrisi Untuk Bayi Lahir Dari Ibu HIV
Pedoman Nasional Pelayanan Kedokteran Tatalaksana HIV 2019
Rekomendasi
Pemberian nutrisi pada bayi yang lahir dari ibu terinfeksi HIV
memerlukan diskusi dengan ibu terkait pemelihannya (rekomendasi
sesuai kondisi, kualitas bukti sangat rendah)
Nutrisi untuk bayi yang lahir dari terinfeksi HIV adalah pengganti ASI
(PASI) untuk menghindari transmisi HIV lebih lanjut (Sangat
direkomendasikan, kualitas bukti tinggi)
Air susu ibu untuk bayi dari ibu terinfeksi HIV hanya dapat diberikan
apabila syarat AFASS terhadapa PASI tidak terpenuhi. Air susu ibu
harus diberikan eksklusif selama 6 bulan, dengan syarat ibu harus
mendapatkan ARV kombinasi dan anak mendapattkan ARV
profilaksis. (rekomendasi sesuai kondisi, kualitas bukti sedang)
Pemberian nutrisi campur ASI dan PASI (mixed feeding) harus
dihindari karena menempatkan bayi pada risiko terinfeksi HIV yang
lebih tinggi (sangat direkomendasi, kualitas bukti tinggi)
48. Konseling :
Acceptable : dapatditerima
Feasible : dapat dilakukan(pengetahuan,
ketersediaan susuformula)
Affordable :terjangkau
Susteinable : tersediaberkelanjutan
Safe : aman
SusuFormula harus Memenuhi Syarat AF
ASS
Jika syarat AFASS tidakdapat dipenuhi ->
ASIeksklusif selama 6 bulan
49. Pilihan yang diambil
haruslah antara ASI
saja atau susuformula
saja (bukan mixed
feeding).
Ibu dengan HIV boleh
memberikan susu formula
bagi bayinya yangHIV (-) /
tidak diketahui statusHIV-
nya, jika SELURUHsyarat
AFASS dapatdipenuhi.
PEMBERIAN
NUTRISI
50. BilaAFASStidak terpenuhi
/ASI yg diberikan, ASI diberikan
dgn cara diperah, dipanaskan,
diberikan dengan botolatau
gelas kaca (tidak boleh diberikan
secara langsung).
PEMBERIAN
NUTRISI
51. 1. ASIeksklusif selama 6 bulan.
2. Mengurangi Viral Load dengan cara :ARVatau
pasteurisasiASI
3. Cegah/obati perlukaan padapayudara
4. Perbaiki keadaan umum bayi untukcegah infeksi
Bila salah satu AFASStidak dipenuhi->
ASIdengan syarat :
AFASSharustetapdiupayakan
Hindari transmisi ->TIDAKASI
52. REKOMENDASIIDAI
Harus diberikan untuk semua bayi baru lahir dari ibu
terinfeksi HIV sejak usia 6 minggu sampai infeksi HIV
anak disingkirkan
Untuk mencegah Pneumonia Pneumocystis Jiroveci
(PCP) dan juga efektif mencegah toksoplasmosisdan
beberapa infeksi bakteri lain spt: salmonella,
Haemophilus, Staphylokokus
Dosis : 4 – 6 mg TMP/kgBB, setiap 24 jam, setiap hari
-Sediaan sirup 40 mg (TM)/5 ml dan tablet 80 mg
PROFILAKSISKOTRIMOKSAZOL (CTX)
53. Pemberian Profilaksis Kotrimoksazol Untuk Bayi Lahir Dari
Ibu HIV
Pedoman Nasional Pelayanan Kedokteran
Tatalaksana HIV 2019
Rekomendasi
Profilaksis kotrimoksazol diberikan kepada seluruhbayi
lahir dari ibu HIV sejak 6 minggu sampai terbukti tidak
terinfeksi HIV denga uji diagnostik yang sesuai dengan
usia (sangat direkomendasikan, kualitas bukti sedang)
54. Pencegahan transmisi HIV pasca pajanan
Pedoman Nasional Pelayanan Kedokteran
Tatalaksana HIV 2019
Rekomendasi
Resume pilihan panduan ARV untuk pencegahan transmis HIV pasca - pajanan
Dewasa Pilihan TDF + 3TC/FTC + LPV/r
Alternatif TDF + 3TC/FTC + EPV
AZT + 3TC + LPV/r
AZT + 3TC + EPV
Anak < 10 Tahun Pilihan AZT + 3TC + LPV/r
Alternatif AZT + 3TC + EPV
ABC + 3TC + LPV/r
ABC + 3TC + EPV
TDF + 3TC/FTC + LPV/r
TDF + 3TC/FTC + EPV
55. Indikasi pemberianARV
Tatalaksanaterhadap Infeksi Oportunistik yangterdeteksi harusdidahulukan
*Menggunakan kombinasi kriteria klinisdan imunologis
Pedoman Penerapan Terapi HIV Pada Anak, 2014
Umur Kriteria Klinis Kriteria Imunologi Terapi
<5 tahun Terapi ARV tanpa kecuali
>5 tahun Stadium 3 dan 4* Terapi ARV
Stadium 2
<25% pada anak 24-59 bulan
Jangan obati
bila tidak ada
pemeriksaan
CD4
Stadium 1 <350 pada anak <5 tahun
Obati bila CD4
<nilai menurut
umur
56. Tatalaksana dengan Pemberian ARV
Paduan terapi ARV lini pertama pada remaja (10-19 tahun)
Pedoman Nasional Pelayanan
Kedokteran Tatalaksana HIV 2019
Rekomendasi
Panduan terapi ARV lini pertama untuk remaja terdiri atas 3 panduan ARV. Panduaan
tersebut harus terdiri dari 32 obat kelompok NRTI + 1 obat kelompok NNRTI :
• TDF + 3TC/FTC + EPV dalam bentuk kombinasi dosisi tetap merupakan pilihan
panduan terapi ARV lini pertama pada remaja
• TDF + 3TC/FTC + LPV/r dapat digunakan sebagai alternative terapi ARV lini pertama
pada remaja
Jika panduan terapi ARV lini pertama di atas memiliki indikasi kontra atau tidak
tersedia, salah satu panduan terapi berikut dapat dipilih :
• AZT + 3TC + EPV
• AZT + 3TC + NVP
• TDF + 3TC/FTC + NVP
Rangkuman panduan terapi ARV lini pertama pada remaja
Pilihan TDF + 3TC/FTC + EPV
Alternatif TDF + 3TC/FTC + LPV/r
AZT + 3TC + EFV
AZT + 3TC + NVP
TDF + 3TC/FTC + NVP
57. Tatalaksana dengan Pemberian ARV
Paduan terapi ARV lini pertama pada anak 3 – 10 tahun
Pedoman Nasional Pelayanan Kedokteran
Tatalaksana HIV 2019
Rekomendasi
Untuk anak terinfeksi HIV berusia 3 – 10 tahun, pilihan panduan kelompok NRTI harus
merupakan salah satu dari berikut :
• AZT atau TDF + 3TC/FTC
• ABC + 3TC
Untuk anak terinfeksi HIV berusia > 3 tahun, panduan kelompok NNRTI terpilih
adalah EPV dengan alternative NVP
Rangkuman panduan terapi ARV lini pertama pada anak berusia 3 – 10 tahun
Pilihan AZT + 3TC + EFV
Alternatif ABC + 3TC + NVP
ABC + 3TC + EPV
AZT + 3TC + NVP
TDF + 3TC/FTC + EFV
TDF + 3TC/FTC + NVP
58. Tatalaksana dengan Pemberian ARV
Paduan terapi ARV lini pertama pada anak kurang dari 3 tahun
Pedoman Nasional Pelayanan Kedokteran
Tatalaksana HIV 2019
Rekomendasi
Panduan terapi ARV pada anak berusia <3 tahun terdiri dari 2 obat kelompok NRTI dan
obat kelompok PI, sedangkan panduan alternatif terdiri dari 2 obat kelompok NRTI dan
oabt kelompok NNRTI (sangat direkomendasikan).
Pilihan panduan kelompok NRTI adalah ABC atau AZT dikombinasikan dengan 3TC
(sangat direkomendasikan, kekuatan bukti sedang).
Panduan berbasis LPV / r harus digunakan sebagai pilihan lini pertama ARV pada anak
berusia <3 tahun, tanpa melihat riwayat pajanan terhadap kelompok NNRTI sebelumnya.
Bila LPV /r tidak tersedia, terapi harus dinisiasi dengan paduan berbasus NVP (sangat
direkomendasikan, kekuatan bukti sedang)
Apabila tersedia pemantauan viiral load, dapat dipertimbangkan perubahan panduan
LPV /r menjadi EFV setelah usia >3tahun, dengan syarat tercapai supresi virus persisten
(rekomendasi sesuai kondisi, kualitas bukti sedang)
Rangkuman panduan terapi ARV lini pertama pada anak berusia >3 tahun
Panduan pilihan (ABC atau AZT)+3TC+LPV /r
Panduan alternatif (ABC atau AZT)+3TC=NVP
59. Tatalaksana dengan Pemberian ARV
Pedoman Nasional Pelayanan Kedokteran
Tatalaksana HIV 2019
Rekomendasi
Rangkuman panduan terapi ARV lini kedua pada anak
Panduan berbasis LPV/r Lini pertama Lini kedua
ABC + 3TC + LPV/r AZT + 3TC + EFV
AZT + 3TC + LPV/r ABC / TDF + 3TC / FTC + EFV
Panduan berbasis NNRTI ABC / TDF + 3TC / FTC + EFV / NVP ZT + 3TC + LPV/r
AZT + 3TC + EPV / NVP ABC / TDF + 3TC / FTC + EFV / LPV/r
Catatan : TDF hanya dapat digunakan pada anak usia di atas 2 tahun
60. Pemantauan setelah mulai mendapatARV
Penghitungan dosis setiap kontrol (dosis berubah
seiring pertambahan BB&TB
Obat yg diminum bersamaan harus dievaluasi
Kepatuhan obat, apakah ada yg terlewat (hitung sisa
obat)
Pemantauan kadar HB & Leukosit dilakukan bila
anak menerima AZTpada bulan 1 dan ke 3.
Pemantauan CD 4 dianjurkan dilakukan pada saat awal
diagnosis dan setiap 6 bulan sesudahnya.
62. T
A
T
ALAKSANAKEGAGALAN PENGOBA
T
ANARVLINI PERTAMA
Parameter :
1.Kegagalan virologis : bila VL kembali mencapai
5000 copiRNA/ml, diperiksa dalam 2 kali
pemeriksaan pada saat yangberbeda.
2.Kegagalan imunologis : bila nilai CD4 turun
pada 2 kali pemeriksaan yang dilakukan dengan
jarak 3bulanan
3.Kegagalan klinis : munculnya penyakit baru
yang tergolong pada stadium 3atau4.
64. Prinsip
pemilihan
paduan
linikedua:
Pilih kelas obat ARVsebanyakmungkin.
Bila kelas yang samaakan dipilih, pilih obat
yang sama sekali belum dipilihsebelumnya.
Sebelum pindah ke paduan lini kedua,
kepatuhan berobat harus benar-benar
dinilai.
Untuk paduan berbasis ritonavir-boosted
PI, pemeriksaan lipid (trigliserida dan
kolesterol, jika mungkin LDL dan HDL)
dilakukan setiap 6-12bulan.
66. REKOMENDASIIDAI
Vaksin inactivated dapat diberikan kepada bayiyang
lahir dari ibu terinfeksi HIV sesuai dengan jadwal
imunisasi nasional.
Vaksin BCGdapat diberikan kepada bayi yang lahir
dari ibu terinfeksi HIV jika telah terbukti bayi tidak
terinfeksi HIV
Vaksin campak dan polio oral dapat diberikan kepada
bayi sehat yang lahir dari ibu terinfeksi HIV.
Imunisasi Bayi Lahir dari Ibu Terinfeksi HIV