SlideShare a Scribd company logo
1 of 45
Download to read offline
Oleh :
Era Dorihi Kale, M.Kep.Sp.Kep.MB
ASUHAN KEPERAWATAN
HIV AIDS
 Human
Immunodeficiency Virus
(HIV) adalah virus jenis
retrovirus yang
menyebabkan seseorang
terinfeksi HIV dan akan
berkembang menjadi
Acquired Immuno
Deficiency Syndrome
(AIDS).
 HIV adalah retrovirus
yang biasanya menyerang
organ vital sistem
kekebalan manusia
seperti sel T CD4+
(sejenis sel T), makrofag,
dan sel dendritik.
PENGERTIAN
 HIV secara langsung dan
tidak langsung merusak
sel T CD4+, padahal sel T
CD4+ dibutuhkan agar
sistem kekebalan tubuh
berfungsi baik.
 Jika HIV membunuh sel T
CD4+ sampai terdapat
kurang dari 200 sel T
CD4+ per mikroliter(µL)
darah maka kekebalan
selular akan hilang, dan
akibatnya ialah kondisi
yang disebut AIDS.
PENGERTIAN
 Acquired Immuno Deficiency
Syndrome (AIDS) adalah suatu
kumpulan gejala yang menunjukan
adanya kelemahan/ kerusakan/
penurunan daya tahan tubuh yang
disebabkan oleh masuknya virus HIV
dalam tubuh seseorang.
 AIDS diartikan sebagai bentuk paling
hebat dari infeksi HIV, mulai dari
kelainan ringan dalam respon imun
tanpa tanda dan gejala yang nyata
hingga keadaan imunosupresi dan
berkaitan dengan berbagai infeksi
yang dapat membawa kematian dan
dengan kelainan malignitas yang
jarang terjadi.
PENGERTIAN
 Kerusakan progresif pada
system kekebalan tubuh
menyebabkan ODHA (orang
dengan HIV/AIDS) amat
rentan dan mudah
terjangkit bermacam-
macam penyakit.
 Serangan penyakit yang
biasanya tidak berbahaya
pada orang yang tidak
terinfeksi pun lama-
kelamaan akan
menyebabkan pasien sakit
parah bahkan meninggal.
PENGERTIAN
1987-2014 :
HIV : 150.296
AIDS : 55.799
NTT : 1.751
Tersebar di 381
kab/kota dari 498
kab/kota (76%)
Tertinggi pd umur 20-
29 tahun (32.9%), 30-
39 tahun (28.5%)
Laki-laki :54%
Perempuan : 29%
Tidak melaporkan JK :
17%
Kasus baru terus
meningkat setiap
tahunnya
STATISTIK
IRT : 6.539
Wiraswasta : 6.203
Karyawan : 5.638
Petani/peternak/nel
ayan : 2.324
Buruh kasar : 2.169
Penjaja seks : 2.052
PNS : 1.658
Mhs/sekolah : 1.295
Heteroseksual
(61.5%)
Penasun (15.2%)
Perinatal (2.7%)
Homoseksual (2.4%)
 Pasien AIDS secara khas punya riwayat gejala dan tanda
penyakit.
 Pada infeksi Human Immunodeficiency Virus (HIV) primer
akut yang lamanya 1–2 minggu pasien akan merasakan
sakit seperti flu.
 Fase supresi imun simptomatik (3 tahun) pasien akan
mengalami demam, keringat dimalam hari, penurunan berat
badan, diare, neuropati, keletihan ruam kulit,
limpanodenopathy, pertambahan kognitif, dan lesi oral.
 Fase infeksi Human Immunodeficiency Virus (HIV) menjadi
AIDS (bevariasi 1-5 tahun dari pertama penentuan kondisi
AIDS) akan terdapat gejala infeksi opurtunistik, yang paling
umum adalah Pneumocystic Carinii (PCC), Pneumonia
interstisial yang disebabkan suatu protozoa, infeksi lain
termasuk meningitis, kandidiasis, cytomegalovirus,
mikrobakterial, atipikal.
TANDA DAN GEJALA
 Pasien AIDS biasanya menderita
infeksi oportunistik dengan gejala
tidak spesifik, terutama demam
ringan dan kehilangan berat badan.
 Infeksi oportunistik ini termasuk
infeksi Mycobacterium avium-intra
cellulare dan sitomegalovirus.
 Citomegalovirus dapat
menyebabkan kolitis dan retinitis
sitomegalovirusdapat menyebabkan
kebutaan.
 Penisiliosis yang disebabkan oleh
Penicillium marneffeikini adalah
infeksi oportunistik ketiga paling
umum (setelah tuberkulosis dan
kriptokokosis) pada orang yang
positif HIV di daerah endemik Asia
Tenggara.
TANDA DAN GEJALA
 Stadium I: infeksi HIV asimptomatik dan tidak dikategorikan
sebagai AIDS
 Stadium II: termasuk manifestasi membran mukosa kecil
dan radang saluran pernafasan atas yang berulang
 Stadium III : termasuk diare kronik yang tidak dapat
dijelaskan selama lebih dari sebulan, infeksi bakteri
parah,dan tuberkulosis.
 Stadium IV : termasuk toksoplasmosis otak, kandidiasis
esofagus, trakea, bronkus atau paru-paru, dan sarkoma
kaposi. Semua penyakit ini adalah indikator AIDS.
KLASIFIKASI
1. Penularan melalui
hubungan seksual
2. Paparan dengan
cairan tubuh yang
terinfeksi
3. Transmisi ibu ke
anak
TRANSMISI
 Transmisi HIV secara seksual terjadi ketika ada kontak antara
sekresi cairan vagina atau cairan preseminal seseorang
dengan rektum, alat kelamin, atau membran mukosa mulut
pasangannya.
 Resiko masuknya HIV dari orang yang terinfeksi menuju orang
yang belum terinfeksi melalui hubungan seks anal lebih besar
daripada risiko hubungan seksual dan seks oral. Seks oral
tidak berarti tak berisiko karena HIV dapat masuk melalui
seks oral reseptif maupun insertif.
PENULARAN MELALUI HUBUNGAN
SEKSUAL
 Penyakit menular seksual
meningkatkan risiko
penularan HIV karena
dapat menyebabkan
gangguan pertahanan
jaringan epitel normal
akibat adanya luka pada
alat kelamin, dan juga
karena adanya
penumpukan sel yang
terinfeksi HIV
(limfositdan makrofag)
pada semen dan sekresi
vaginal.
PENULARAN MELALUI HUBUNGAN
SEKSUAL
 Transmisi HIV bergantung pada tingkat kemudahan penularan
dari pengidap dan kerentanan pasangan seksual yang belum
terinfeksi. Kemudahan penularan bervariasi pada berbagai
tahap penyakit ini dan tidak konstan antar orang.
 Beban virus plasma yang tidak dapat dideteksi tidak selalu
berarti bahwa beban virus kecil pada air mani atau sekresi
alat kelamin.
 Setiap 10 kali penambahan jumlah RNA HIV plasma darah
sebanding dengan 81% peningkatan laju transmisi HIV.
Wanita lebih rentan terhadap infeksi HIV-1 karena perubahan
hormon, ekologi serta fisiologi mikroba vaginal, dan
kerentanan yang lebih besar terhadap penyakit seksual.
PENULARAN MELALUI HUBUNGAN
SEKSUAL
 Rute transmisi ini
terutama berhubungan
dengan pengguna obat
suntik, penderita
hemofilia, dan resipien
transfusi darah dan
produk darah.
 Berbagi penggunaan
jarum suntik
merupakan penyebab
sepertiga dari semua
infeksi baru HIV.
 Penggunaan alat yg
melukai tubuh
PAPARAN DENGAN CAIRAN TUBUH YANG
TERINFEKSI
 Transmisi HIV dari ibu ke anak dapat terjadi in utero
selama minggu-minggu terakhir kehamilan dan saat
persalinan. Namun demikian, jika sang ibu memiliki
akses terhadap terapi antiretroviral dan melahirkan
dengan cara bedah caesar, tingkat transmisi hanya
sebesar 1%.
 Sejumlah faktor dapat mempengaruhi risiko
infeksi,terutama beban virus pada ibu saat
persalinan (semakin tinggi beban virus, semakin
tinggi risikonya).
 Menyusui meningkatkan risiko transmisi sebesar 10-
15%. Risiko ini bergantung pada faktor klinis dan
dapat bervariasi menurut pola dan lama menyusui.
 Penelitian menunjukkan bahwa obat antiretroviral,
bedah caesar, dan pemberian susu formula
mengurangi peluang transmisi HIV dari ibu ke anak.
TRANSMISI IBU KE ANAK
Pemeriksaan untuk diagnosis HIV dilakukan untuk mencegah
sedini mungkin terjadinya penularan atau peningkatan kejadian
infeksi HIV, berdasarkan prinsip :
 Konfidensialitas
 Persetujuan
 Konseling
 Pencatatan
 Pelaporan dan
 Rujukan
DIAGNOSIS
Prinsip konfidensialitas
artinya hasil pemeriksaan
harus dirahasiskan dan hanya
dapat dibuka kepada :
 Orang/pasien yang
bersangkutan
 Tenaga kesehatan yang
menangani
 Keluarga terdekat dalam
hal yang bersangkutan
tidak cakap
 Pasangan seksual
 Pihak lain yang sesuai
ketentuan
 Pemeriksaan diagnosis HIV dilakukan melalui KTS (Konseling
dan Tes HIV Sukarela/VCT : Voluntary Conseling Testing) dan
TIPK (Tes HIV atas Inisiatif Pemberi Pelayanan
Kesehatan/PITC : Provider Initiative Testing dan Conseling).
 KTS : proses konseling sukarela dan tes HIV atas inisiatif
individu yang bersangkutan.
 TIPK adalah test HIV dan konseling yang dilakukan kepada
seseorang untuk kepentingan kesehatan dan pengobatan
berdasarkan inisiatif dari pemberi pelayanan kesehatan.
KONSELING
Diagnosis dilakukan
melalui
pemeriksaan
laboratorium HIV
dan juga
berdasarkan gejala
klinis (diagnosis
klinis).
 Batuk lebih dari 2-3 minggu
 Penurunan berat badan menyolok > 10%
 Panas > 1 bulan
 Diare > 1 bulan
 Perhatikan kandidiasis oral
 Herpes zoozter yang luas, sering kambuh
 Sariawa rekuren dan berat
 Penyakit kulit : dermatitis seboroik kambuhan, psoriasis, dermatitis generalisata
 Limfadenopati generalisata
 Infeksi jamur kambuhan (kandidiasis vagina/keputihan)
 Pneumonia berat berulang
 TBC
 Riwayat perilaku seksual
 Riwayat pengguna narkoba
 Riwayat pekerjaan : pelaut, supir truk, dll
 Riwayat bekerja di daerah endemis dengan perilaku berisiko tinggi
 Riwayat tranfusi
 Perhatikan ciri khas/tanda kelompok risiko tinggi, misalnya : tato, perilaku
tertentu
 Saat ini HIV sudah berkembang pada bukan kelompok risiko tinggi : misalnya ibu
rumah tangga
DIAGNOSIS KLINIS
DIDUGA AIDS BILA :
Serologi/deteksi
antibodi : rapid test,
ELISA, Western Blot
(untuk konfirmasi)
Deteksi virus : RT-PCR,
antigen P-24
DIAGNOSIS LABORATORIUM :
 Sinar X dada
 Tes fungsi pulmonal
 Biopsi
 EEG, MRI, CT scan otak, EMG
 dll
PEMERIKSAAN PENUNJANG LAINNYA
 Pasien yang secara klinis curiga AIDS
 Orang dengan risiko tinggi
 Pasien infeksi menular seksual
 Pasangan seks atau anak dari pasien positif HIV
 Sebelum tes harus dilakukan konseling dulu dan harus
menandatangani surat persetujuan (inform consent).
 Konseling dapat dilakukan di klinik VCT oleh konselor terlatih
dan di tempat praktek, Puskesmas oleh petugas kesehatan
terlatih
INDIKASI DILAKUKAN TEST
LABORATORIUM
 Oral lesi : kandida, herpes simplek, gingivitis, dll
 Neurologik : dimensia kompleks, toxoplasmosis ensefalitis,
meningitis, neuropati
 Gastrointestinal : Diare, hepatitis, penyakit anorektal : abses,
fistula, ulkus
 Respirasi : pneuminia, influenza, batuk, TBC
 Dermatologik : lesi kulit : herpes simpleks dan zoster,
dermatitis
 Otitis media, konjungtivitis
KOMPLIKASI
1. Promosi Kesehatan
2. Pencegahan
penularan HIV
3. Pengobatan,
perawatan dan
dukungan
4. Rehabilitasi
PENANGGULANGAN HIV AIDS
 Promosi kesehatan ditujukan untuk meningkatkan
pengetahuan masyarakat yang benar dan komprehensif
tentang pencegahan penularan HIV dan menghilangkan
stigma serta diskriminasi.
 Promosi ini dilaksanakan oleh tenaga kesehatan
maupun non kesehatan yang sudah terlatih.
 Masysrakat yang menjadi sasaran promosi kesehatan
adalah populasi kunci.
 Populasi kunci adalah : pengguna napza suntik, wanita
pekerja seks (WPS) langsung maupun tidak langsung,
pelanggan/pasangan seks WPS, gay, waria, laki
pelanggan/pasangan seks dengan sesama laki dan
warga binaan lapas/rutan.
PROMOSI KESEHATAN
 Upaya yang dilakukan (ABC)/(ABCDE):
 Tidak melakukan hubungan seks
(Abstinensia) : bagi yang belum menikah
 Setia dengan pasangan (Be faithful) : hanya
berhubungan seksual dengan pasangan tetap
yang diketahui tidak terinfeksi HIV
 Menggunakan kondom secara konsisten
(Condom Use) : menggunakan kondom bila
terpaksa berhubungan seksual yang berisiko
atau dengan pasangan yang telah terinfeksi
HIV
 Menghindari penggunaan obat/zat aditif (no
Drugs)  non seksual
 Meningkatkan kemampuan pencegahan
melalui edukasi termasuk mengobati IMS
sedini mungkin (Education) dan
 Melakukan pencegahan lain, antara lain :
sirkumsisi
PENCEGAHAN PENULARAN HIV MELALUI
HUBUNGAN SEKSUAL
 Uji saring darah pedonor ; penggunaan
darah yang aman dari HIV
 Pencegahan infeksi HIV pada tindakan
medis dan non medis yang melukai tubuh :
penggunaan peralatan steril, memenuhi
standar operasional prosedur dan
kewaspadaan umum (universal precaution),
pencegahan infeksi sesuai dengan standar
 Pengurangan dampak buruk pada pangguna
napza suntik : program layanan alat suntik
steril dengan konseling perubahan perilaku
serta dukungan psikososial, mendorong
menjalani terapi/rehabilitasi, mendorong
melakukan pencegahan penularan seksual,
layanan konseling dan tes HIV.
PENCEGAHAN PENULARAN HIV MELALUI
HUBUNGAN NON SEKSUAL
 Pencegahan penularan HIV
pada perempuan usia
reproduktif;
 Pencegahan kehamilan
yang tidak direncanakan
pada perempuan dengan
HIV;
 Pencegahan penularan HIV
dari ibu hamil dengan
HIV ke bayi yang
dikandungnya : pemberian
ARV kepada ibu, pilihan
cara melahirkan : operasi
caesar akan mengurangi
risiko penularan, pilihan
untuk tidak menyusui
anaknya.
PENCEGAHAN PENULARAN HIV DARI IBU
KE ANAK
 Pemberian dukungan psikologis,
sosial dan perawatan kepada ibu
dengan HIV beserta anak dan
keluarganya.
 Setiap bayi yang lahir dari ibu yang
terinfeksi HIV harus dilakukan tes
serologi HIV (DNA/RNA) dimulai
pada usia 6 (enam) sampai dengan
8 (delapan) minggu atau tes
serologi HIV pada usia 18 (delapan
belas) bulan ke atas.
 Setiap bayi baru lahir dari ibu HIV
dan AIDS harus segera
mendapatkan profilaksis ARV dan
kotrimoksasol
PENCEGAHAN PENULARAN HIV DARI IBU
KE ANAK
 Setiap fasilitas pelayanan kesehatan dilarang menolak
pengobatan dan perawatan ODHA, jika fasilitasi yang ada
tidak mampu maka penderita harus dirujuk
 Setiap orang yang terinfeksi HIV diregistrasi secara nasional
 Pengobatan HIV bertujuan untuk mengurangi risiko penularan
HIV, menghambat perburukan infeksi oportunistik dan
meningkatkan kualitas hidup pengidap HIV
 Pengobatan HIV dan AIDS dilakukan dengan 3 cara :
Terapeutik, profilaksis dan penunjang.
PENGOBATAN, PERAWATAN DAN
DUKUNGAN
 Pengobatan Terapeutik : meliputi
pengobatan ARV (Anti Retro Viral),
pengobatan IMS (Infeksi Menular
Seksual) dan pengobatan infeksi
oportunitis
 Pengobatan profilaksis : Pemberian
ARV pasca pajanan dan pemberian
kotrimoksasol untuk terapi dan
profilaksis
 Pengobatan penunjang : tatalaksana
gejala : multivitamin, dukungan
nutrisi, pendidikan kesehatan,
pencegahan komplikasi dan infeksi
oportunistik, perawatan paliatif,
dukungan psikologis kesehatan
mental, dukungan sosial ekonomi,
kelompok-kelompok dukungan.
PENGOBATAN
 Diberikan setelah
mendapatkan konseling,
mempunyai pengingat
minum obat (PMO) dan
pasien setuju patuh
terhadap pengobatan
seumur hidup
Indikasi :
 jika penderita HIV yang
telah menunjukan stadium
klinis 3 atau 4 atau jumlah
sel limfosit T CD4 < 350
sel/mm3
 Ibu hamil dengan HIV
 Penderita HIV dengan
Tuberkulosis
PENGOBATAN ARV
 Pasien tidak memiliki motivasi
 Pengobatan tidak dapat terus menerus seumur hidup
 Pengobatan tidak dapat dimonitor
 Penderita mengalami gangguan fungsi ginjal/hati berat
 Adanya penyakit oportunistik/infeksi oportunistik
terminat / tidak dapat disembuhkan, misalnya limfoma
maligna.
JANGAN MEMULAI ARV JIKA
 Pengobatan ARV dimulai di rumah sakit (minimal tipe C) dan
dapat dilanjutkan di Puskes mas atau fasilitas kesehatan
lainnya
 Ketersediaan obat dan perbekalan kesehatan yang diperlukan
untuk penanggulangan HIV AIDS dijamin oleh pemerintah,
yang meliputi : kondom, lubrikan, alat suntik steril, reagensia
untuk tes HIV dan IMS. Obat ARV, obat TBC, obat IMS, obat
untuk infeksi oportunistik.
 Perawatan dan pengobatan bagi orang terinfeksi HIV yang
miskin dan tidak mampu ditanggung oleh negara
 Rehabilitasi dilakukan melalui rehabilitasi medis dan sosial
 Ditujukan untuk mengembalikan kualitas hidup untuk menjadi
produktif secara ekonomi dan sosial ; pemberdayaan
ketrampilan kerja, dll
REHABILITASI
REAKSI PSIKOLOGIS PASIEN HIV
 Dukungan sosial sangat diperlukan terutama pada ODHA yang
kondisinya sudah parah.
 Individu yang termasuk dalam memberikan dukungan sosial
meliputi pasangan (istri/suami), orang tua, anak, sanak
keluarga, teman, tim kesehatan, atasan dan konselor.
ASPEK SOSIAL
Pada aspek spiritual ditekankan pada penerimaan pasien
terhadap sakit yang dideritanya, sehingga ODHA akan dapat
menerima dengan iklas terhadap sakit yang dialami. Asuhan
keperawtan yang diberikan :
 Menguatkan harapan yang realistis kepada pasien
 Pandai mengambil hikmah dari kejadian yang dialami
 Meningkatkan ketabahan hati dan keteguhan dalam
menghadapi cobaan
 Dukungan psikologis, sosial dan spiritual yang baik akan
mampu meningkatkan kualitas hidup pasien dan daya tahan
terhadap perkembangan infeksi HIV.
ASPEK SPIRITUAL
Sekian dan Terima
Kasih

More Related Content

What's hot

diagnosis dan tatalaksana pada bayi dari ibu HIV
diagnosis dan tatalaksana pada bayi dari ibu HIVdiagnosis dan tatalaksana pada bayi dari ibu HIV
diagnosis dan tatalaksana pada bayi dari ibu HIVcendyandestria
 
Anatomi fisiologi dalam sistem hematologi
Anatomi fisiologi dalam sistem hematologiAnatomi fisiologi dalam sistem hematologi
Anatomi fisiologi dalam sistem hematologiWarnet Raha
 
7d persalinan sungsang
7d persalinan sungsang7d persalinan sungsang
7d persalinan sungsangJoni Iswanto
 
gagal jantung (Heart Failure)
gagal jantung (Heart Failure)gagal jantung (Heart Failure)
gagal jantung (Heart Failure)Mela Roviani
 
BAB 9 Epidemiologi Penyakit Menular HIV AIDS
BAB 9 Epidemiologi Penyakit Menular HIV AIDS BAB 9 Epidemiologi Penyakit Menular HIV AIDS
BAB 9 Epidemiologi Penyakit Menular HIV AIDS NajMah Usman
 
Infeksi Menular Seksual (IMS)
Infeksi Menular Seksual  (IMS)Infeksi Menular Seksual  (IMS)
Infeksi Menular Seksual (IMS)mbanarti
 
Mengenal HIV dan AIDS PPT (Materi PMR)
Mengenal HIV dan AIDS PPT (Materi PMR)Mengenal HIV dan AIDS PPT (Materi PMR)
Mengenal HIV dan AIDS PPT (Materi PMR)Andhika Pratama
 
Infeksi Menular Seksual
Infeksi Menular SeksualInfeksi Menular Seksual
Infeksi Menular SeksualMeironi Waimir
 
Pemeriksaan HIV dan Anti-T. pallidum Metode Imunokromatografi
Pemeriksaan HIV dan Anti-T. pallidum Metode ImunokromatografiPemeriksaan HIV dan Anti-T. pallidum Metode Imunokromatografi
Pemeriksaan HIV dan Anti-T. pallidum Metode ImunokromatografiPatriciaGitaNaully
 
Anemia power point 2
Anemia power point 2Anemia power point 2
Anemia power point 2Warnet Raha
 
Henny analisis cairan pleura
Henny analisis cairan pleuraHenny analisis cairan pleura
Henny analisis cairan pleurapdspatklinsby
 
Kb 2 petunjuk bimbingan antisipasi
Kb 2 petunjuk bimbingan antisipasiKb 2 petunjuk bimbingan antisipasi
Kb 2 petunjuk bimbingan antisipasipjj_kemenkes
 

What's hot (20)

Hiv dr.joni
Hiv dr.joniHiv dr.joni
Hiv dr.joni
 
diagnosis dan tatalaksana pada bayi dari ibu HIV
diagnosis dan tatalaksana pada bayi dari ibu HIVdiagnosis dan tatalaksana pada bayi dari ibu HIV
diagnosis dan tatalaksana pada bayi dari ibu HIV
 
Anatomi fisiologi dalam sistem hematologi
Anatomi fisiologi dalam sistem hematologiAnatomi fisiologi dalam sistem hematologi
Anatomi fisiologi dalam sistem hematologi
 
mengenai HIV AIDS
mengenai HIV AIDSmengenai HIV AIDS
mengenai HIV AIDS
 
7d persalinan sungsang
7d persalinan sungsang7d persalinan sungsang
7d persalinan sungsang
 
gagal jantung (Heart Failure)
gagal jantung (Heart Failure)gagal jantung (Heart Failure)
gagal jantung (Heart Failure)
 
PPT Penyakit Menular Seksual
PPT Penyakit Menular SeksualPPT Penyakit Menular Seksual
PPT Penyakit Menular Seksual
 
BAB 9 Epidemiologi Penyakit Menular HIV AIDS
BAB 9 Epidemiologi Penyakit Menular HIV AIDS BAB 9 Epidemiologi Penyakit Menular HIV AIDS
BAB 9 Epidemiologi Penyakit Menular HIV AIDS
 
Materi HIV & AIDS
Materi HIV & AIDSMateri HIV & AIDS
Materi HIV & AIDS
 
Infeksi Menular Seksual (IMS)
Infeksi Menular Seksual  (IMS)Infeksi Menular Seksual  (IMS)
Infeksi Menular Seksual (IMS)
 
Mengenal HIV dan AIDS PPT (Materi PMR)
Mengenal HIV dan AIDS PPT (Materi PMR)Mengenal HIV dan AIDS PPT (Materi PMR)
Mengenal HIV dan AIDS PPT (Materi PMR)
 
Konseling hiv
Konseling hivKonseling hiv
Konseling hiv
 
Meningitis
Meningitis Meningitis
Meningitis
 
Infeksi Menular Seksual
Infeksi Menular SeksualInfeksi Menular Seksual
Infeksi Menular Seksual
 
Manuver leopold
Manuver leopoldManuver leopold
Manuver leopold
 
Pemeriksaan HIV dan Anti-T. pallidum Metode Imunokromatografi
Pemeriksaan HIV dan Anti-T. pallidum Metode ImunokromatografiPemeriksaan HIV dan Anti-T. pallidum Metode Imunokromatografi
Pemeriksaan HIV dan Anti-T. pallidum Metode Imunokromatografi
 
Anemia power point 2
Anemia power point 2Anemia power point 2
Anemia power point 2
 
Henny analisis cairan pleura
Henny analisis cairan pleuraHenny analisis cairan pleura
Henny analisis cairan pleura
 
Leaflet hiv aids s
Leaflet hiv aids sLeaflet hiv aids s
Leaflet hiv aids s
 
Kb 2 petunjuk bimbingan antisipasi
Kb 2 petunjuk bimbingan antisipasiKb 2 petunjuk bimbingan antisipasi
Kb 2 petunjuk bimbingan antisipasi
 

Similar to ASUHAN KEPERAWATAN HIV AIDS

Similar to ASUHAN KEPERAWATAN HIV AIDS (20)

Konsep hiv
Konsep hivKonsep hiv
Konsep hiv
 
HIV
HIVHIV
HIV
 
Lp dan askep hiv
Lp dan askep hivLp dan askep hiv
Lp dan askep hiv
 
Makalah hiv aids
Makalah hiv aidsMakalah hiv aids
Makalah hiv aids
 
MATERI HIV_Putra.pptx
MATERI HIV_Putra.pptxMATERI HIV_Putra.pptx
MATERI HIV_Putra.pptx
 
Sik hiv-dikonversi
Sik   hiv-dikonversiSik   hiv-dikonversi
Sik hiv-dikonversi
 
penyajian informasi data HIV-AIDS
penyajian informasi data HIV-AIDSpenyajian informasi data HIV-AIDS
penyajian informasi data HIV-AIDS
 
Sik hiv-dikonversi
Sik   hiv-dikonversiSik   hiv-dikonversi
Sik hiv-dikonversi
 
Sik hiv-dikonversi
Sik   hiv-dikonversiSik   hiv-dikonversi
Sik hiv-dikonversi
 
Sik hiv-dikonversi
Sik   hiv-dikonversiSik   hiv-dikonversi
Sik hiv-dikonversi
 
Sik hiv-dikonversi
Sik   hiv-dikonversiSik   hiv-dikonversi
Sik hiv-dikonversi
 
Sik hiv-dikonversi
Sik   hiv-dikonversiSik   hiv-dikonversi
Sik hiv-dikonversi
 
Sik hiv-dikonversi
Sik   hiv-dikonversiSik   hiv-dikonversi
Sik hiv-dikonversi
 
Sik hiv-dikonversi
Sik   hiv-dikonversiSik   hiv-dikonversi
Sik hiv-dikonversi
 
Sik hiv-dikonversi
Sik   hiv-dikonversiSik   hiv-dikonversi
Sik hiv-dikonversi
 
Sik hiv-dikonversi
Sik   hiv-dikonversiSik   hiv-dikonversi
Sik hiv-dikonversi
 
Sik hiv-dikonversi
Sik   hiv-dikonversiSik   hiv-dikonversi
Sik hiv-dikonversi
 
Sik hiv-dikonversi
Sik   hiv-dikonversiSik   hiv-dikonversi
Sik hiv-dikonversi
 
Sik hiv-dikonversi
Sik   hiv-dikonversiSik   hiv-dikonversi
Sik hiv-dikonversi
 
Sik hiv-dikonversi
Sik   hiv-dikonversiSik   hiv-dikonversi
Sik hiv-dikonversi
 

Recently uploaded

penyuluhan terkait kanker payudara oleh mahasiswa k3s
penyuluhan terkait kanker payudara oleh mahasiswa k3spenyuluhan terkait kanker payudara oleh mahasiswa k3s
penyuluhan terkait kanker payudara oleh mahasiswa k3smwk57khb29
 
Laporan Kasus - Tonsilitis Kronik Eksaserbasi Akut.pptx
Laporan Kasus - Tonsilitis Kronik Eksaserbasi Akut.pptxLaporan Kasus - Tonsilitis Kronik Eksaserbasi Akut.pptx
Laporan Kasus - Tonsilitis Kronik Eksaserbasi Akut.pptxkaiba5
 
PERHITUNGAN_DAN_KATEGORI_STATUS_GIZI.ppt
PERHITUNGAN_DAN_KATEGORI_STATUS_GIZI.pptPERHITUNGAN_DAN_KATEGORI_STATUS_GIZI.ppt
PERHITUNGAN_DAN_KATEGORI_STATUS_GIZI.pptika291990
 
456720224-1-Antenatal Care-Terpadu-10-T-ppt.ppt
456720224-1-Antenatal Care-Terpadu-10-T-ppt.ppt456720224-1-Antenatal Care-Terpadu-10-T-ppt.ppt
456720224-1-Antenatal Care-Terpadu-10-T-ppt.pptDesiskaPricilia1
 
PANDUAN TUGAS AKHIR SKRIPSI PRODI KEPERAWATAN ANESTESIOLOGI PROGRAM SARJANA T...
PANDUAN TUGAS AKHIR SKRIPSI PRODI KEPERAWATAN ANESTESIOLOGI PROGRAM SARJANA T...PANDUAN TUGAS AKHIR SKRIPSI PRODI KEPERAWATAN ANESTESIOLOGI PROGRAM SARJANA T...
PANDUAN TUGAS AKHIR SKRIPSI PRODI KEPERAWATAN ANESTESIOLOGI PROGRAM SARJANA T...AdekKhazelia
 
SWAMEDIKASI ALERGI PRODI SARJANA FARMASI.pdf
SWAMEDIKASI ALERGI PRODI SARJANA FARMASI.pdfSWAMEDIKASI ALERGI PRODI SARJANA FARMASI.pdf
SWAMEDIKASI ALERGI PRODI SARJANA FARMASI.pdfFatimaZalamatulInzan
 
konsep nutrisi pada pasien dengan gangguan kardiovaskuler.pptx
konsep nutrisi pada pasien dengan gangguan kardiovaskuler.pptxkonsep nutrisi pada pasien dengan gangguan kardiovaskuler.pptx
konsep nutrisi pada pasien dengan gangguan kardiovaskuler.pptxrittafarmaraflesia
 
Pelajaran Distosia Bahu pada persalinann
Pelajaran Distosia Bahu pada persalinannPelajaran Distosia Bahu pada persalinann
Pelajaran Distosia Bahu pada persalinannandyyusrizal2
 
materi tentang sistem imun tubuh manusia
materi tentang sistem  imun tubuh manusiamateri tentang sistem  imun tubuh manusia
materi tentang sistem imun tubuh manusiastvitania08
 
SEDIAAN EMULSI : DEFINISI, TIPE EMULSI, JENIS EMULGATOR DAN CARA PEMBUATAN
SEDIAAN EMULSI : DEFINISI, TIPE EMULSI, JENIS EMULGATOR DAN CARA PEMBUATANSEDIAAN EMULSI : DEFINISI, TIPE EMULSI, JENIS EMULGATOR DAN CARA PEMBUATAN
SEDIAAN EMULSI : DEFINISI, TIPE EMULSI, JENIS EMULGATOR DAN CARA PEMBUATANYayahKodariyah
 
KDM NUTRISI, AKTUALISASI, REWARD DAN PUNISHMENT.pptx
KDM NUTRISI, AKTUALISASI, REWARD DAN PUNISHMENT.pptxKDM NUTRISI, AKTUALISASI, REWARD DAN PUNISHMENT.pptx
KDM NUTRISI, AKTUALISASI, REWARD DAN PUNISHMENT.pptxawaldarmawan3
 
anatomi fisiologi sistem penginderaan.ppt
anatomi fisiologi sistem penginderaan.pptanatomi fisiologi sistem penginderaan.ppt
anatomi fisiologi sistem penginderaan.pptRoniAlfaqih2
 
PPT KONTRASEPSI KB HORMONAL DAN NON HORMONAL
PPT KONTRASEPSI KB HORMONAL DAN NON HORMONALPPT KONTRASEPSI KB HORMONAL DAN NON HORMONAL
PPT KONTRASEPSI KB HORMONAL DAN NON HORMONALMayangWulan3
 
Strategi_Pengendalian_RisikoZSFADXSCFQ.pdf
Strategi_Pengendalian_RisikoZSFADXSCFQ.pdfStrategi_Pengendalian_RisikoZSFADXSCFQ.pdf
Strategi_Pengendalian_RisikoZSFADXSCFQ.pdfhsetraining040
 
MPI 3. Pengendalian Penyakit pada JH 2023 Kadar.pptx
MPI 3. Pengendalian Penyakit pada JH 2023 Kadar.pptxMPI 3. Pengendalian Penyakit pada JH 2023 Kadar.pptx
MPI 3. Pengendalian Penyakit pada JH 2023 Kadar.pptxISKANDARSYAPARI
 
obat sistem saraf pusat analgesik antipiretik
obat sistem saraf pusat analgesik antipiretikobat sistem saraf pusat analgesik antipiretik
obat sistem saraf pusat analgesik antipiretikSyarifahNurulMaulida1
 
PPT presentasi tentang ekshumasi stase forensik
PPT presentasi tentang ekshumasi stase forensikPPT presentasi tentang ekshumasi stase forensik
PPT presentasi tentang ekshumasi stase forensikSavitriIndrasari1
 
Toksikologi obat dan macam-macam obat yang toksik dan berbahaya.ppt
Toksikologi obat dan macam-macam obat yang toksik dan berbahaya.pptToksikologi obat dan macam-macam obat yang toksik dan berbahaya.ppt
Toksikologi obat dan macam-macam obat yang toksik dan berbahaya.pptRoniAlfaqih2
 
Abses paru - Diagnosis, tatalaksana, prognosis
Abses paru - Diagnosis, tatalaksana, prognosisAbses paru - Diagnosis, tatalaksana, prognosis
Abses paru - Diagnosis, tatalaksana, prognosisRachmandiarRaras
 

Recently uploaded (19)

penyuluhan terkait kanker payudara oleh mahasiswa k3s
penyuluhan terkait kanker payudara oleh mahasiswa k3spenyuluhan terkait kanker payudara oleh mahasiswa k3s
penyuluhan terkait kanker payudara oleh mahasiswa k3s
 
Laporan Kasus - Tonsilitis Kronik Eksaserbasi Akut.pptx
Laporan Kasus - Tonsilitis Kronik Eksaserbasi Akut.pptxLaporan Kasus - Tonsilitis Kronik Eksaserbasi Akut.pptx
Laporan Kasus - Tonsilitis Kronik Eksaserbasi Akut.pptx
 
PERHITUNGAN_DAN_KATEGORI_STATUS_GIZI.ppt
PERHITUNGAN_DAN_KATEGORI_STATUS_GIZI.pptPERHITUNGAN_DAN_KATEGORI_STATUS_GIZI.ppt
PERHITUNGAN_DAN_KATEGORI_STATUS_GIZI.ppt
 
456720224-1-Antenatal Care-Terpadu-10-T-ppt.ppt
456720224-1-Antenatal Care-Terpadu-10-T-ppt.ppt456720224-1-Antenatal Care-Terpadu-10-T-ppt.ppt
456720224-1-Antenatal Care-Terpadu-10-T-ppt.ppt
 
PANDUAN TUGAS AKHIR SKRIPSI PRODI KEPERAWATAN ANESTESIOLOGI PROGRAM SARJANA T...
PANDUAN TUGAS AKHIR SKRIPSI PRODI KEPERAWATAN ANESTESIOLOGI PROGRAM SARJANA T...PANDUAN TUGAS AKHIR SKRIPSI PRODI KEPERAWATAN ANESTESIOLOGI PROGRAM SARJANA T...
PANDUAN TUGAS AKHIR SKRIPSI PRODI KEPERAWATAN ANESTESIOLOGI PROGRAM SARJANA T...
 
SWAMEDIKASI ALERGI PRODI SARJANA FARMASI.pdf
SWAMEDIKASI ALERGI PRODI SARJANA FARMASI.pdfSWAMEDIKASI ALERGI PRODI SARJANA FARMASI.pdf
SWAMEDIKASI ALERGI PRODI SARJANA FARMASI.pdf
 
konsep nutrisi pada pasien dengan gangguan kardiovaskuler.pptx
konsep nutrisi pada pasien dengan gangguan kardiovaskuler.pptxkonsep nutrisi pada pasien dengan gangguan kardiovaskuler.pptx
konsep nutrisi pada pasien dengan gangguan kardiovaskuler.pptx
 
Pelajaran Distosia Bahu pada persalinann
Pelajaran Distosia Bahu pada persalinannPelajaran Distosia Bahu pada persalinann
Pelajaran Distosia Bahu pada persalinann
 
materi tentang sistem imun tubuh manusia
materi tentang sistem  imun tubuh manusiamateri tentang sistem  imun tubuh manusia
materi tentang sistem imun tubuh manusia
 
SEDIAAN EMULSI : DEFINISI, TIPE EMULSI, JENIS EMULGATOR DAN CARA PEMBUATAN
SEDIAAN EMULSI : DEFINISI, TIPE EMULSI, JENIS EMULGATOR DAN CARA PEMBUATANSEDIAAN EMULSI : DEFINISI, TIPE EMULSI, JENIS EMULGATOR DAN CARA PEMBUATAN
SEDIAAN EMULSI : DEFINISI, TIPE EMULSI, JENIS EMULGATOR DAN CARA PEMBUATAN
 
KDM NUTRISI, AKTUALISASI, REWARD DAN PUNISHMENT.pptx
KDM NUTRISI, AKTUALISASI, REWARD DAN PUNISHMENT.pptxKDM NUTRISI, AKTUALISASI, REWARD DAN PUNISHMENT.pptx
KDM NUTRISI, AKTUALISASI, REWARD DAN PUNISHMENT.pptx
 
anatomi fisiologi sistem penginderaan.ppt
anatomi fisiologi sistem penginderaan.pptanatomi fisiologi sistem penginderaan.ppt
anatomi fisiologi sistem penginderaan.ppt
 
PPT KONTRASEPSI KB HORMONAL DAN NON HORMONAL
PPT KONTRASEPSI KB HORMONAL DAN NON HORMONALPPT KONTRASEPSI KB HORMONAL DAN NON HORMONAL
PPT KONTRASEPSI KB HORMONAL DAN NON HORMONAL
 
Strategi_Pengendalian_RisikoZSFADXSCFQ.pdf
Strategi_Pengendalian_RisikoZSFADXSCFQ.pdfStrategi_Pengendalian_RisikoZSFADXSCFQ.pdf
Strategi_Pengendalian_RisikoZSFADXSCFQ.pdf
 
MPI 3. Pengendalian Penyakit pada JH 2023 Kadar.pptx
MPI 3. Pengendalian Penyakit pada JH 2023 Kadar.pptxMPI 3. Pengendalian Penyakit pada JH 2023 Kadar.pptx
MPI 3. Pengendalian Penyakit pada JH 2023 Kadar.pptx
 
obat sistem saraf pusat analgesik antipiretik
obat sistem saraf pusat analgesik antipiretikobat sistem saraf pusat analgesik antipiretik
obat sistem saraf pusat analgesik antipiretik
 
PPT presentasi tentang ekshumasi stase forensik
PPT presentasi tentang ekshumasi stase forensikPPT presentasi tentang ekshumasi stase forensik
PPT presentasi tentang ekshumasi stase forensik
 
Toksikologi obat dan macam-macam obat yang toksik dan berbahaya.ppt
Toksikologi obat dan macam-macam obat yang toksik dan berbahaya.pptToksikologi obat dan macam-macam obat yang toksik dan berbahaya.ppt
Toksikologi obat dan macam-macam obat yang toksik dan berbahaya.ppt
 
Abses paru - Diagnosis, tatalaksana, prognosis
Abses paru - Diagnosis, tatalaksana, prognosisAbses paru - Diagnosis, tatalaksana, prognosis
Abses paru - Diagnosis, tatalaksana, prognosis
 

ASUHAN KEPERAWATAN HIV AIDS

  • 1. Oleh : Era Dorihi Kale, M.Kep.Sp.Kep.MB ASUHAN KEPERAWATAN HIV AIDS
  • 2.  Human Immunodeficiency Virus (HIV) adalah virus jenis retrovirus yang menyebabkan seseorang terinfeksi HIV dan akan berkembang menjadi Acquired Immuno Deficiency Syndrome (AIDS).  HIV adalah retrovirus yang biasanya menyerang organ vital sistem kekebalan manusia seperti sel T CD4+ (sejenis sel T), makrofag, dan sel dendritik. PENGERTIAN
  • 3.  HIV secara langsung dan tidak langsung merusak sel T CD4+, padahal sel T CD4+ dibutuhkan agar sistem kekebalan tubuh berfungsi baik.  Jika HIV membunuh sel T CD4+ sampai terdapat kurang dari 200 sel T CD4+ per mikroliter(µL) darah maka kekebalan selular akan hilang, dan akibatnya ialah kondisi yang disebut AIDS. PENGERTIAN
  • 4.  Acquired Immuno Deficiency Syndrome (AIDS) adalah suatu kumpulan gejala yang menunjukan adanya kelemahan/ kerusakan/ penurunan daya tahan tubuh yang disebabkan oleh masuknya virus HIV dalam tubuh seseorang.  AIDS diartikan sebagai bentuk paling hebat dari infeksi HIV, mulai dari kelainan ringan dalam respon imun tanpa tanda dan gejala yang nyata hingga keadaan imunosupresi dan berkaitan dengan berbagai infeksi yang dapat membawa kematian dan dengan kelainan malignitas yang jarang terjadi. PENGERTIAN
  • 5.  Kerusakan progresif pada system kekebalan tubuh menyebabkan ODHA (orang dengan HIV/AIDS) amat rentan dan mudah terjangkit bermacam- macam penyakit.  Serangan penyakit yang biasanya tidak berbahaya pada orang yang tidak terinfeksi pun lama- kelamaan akan menyebabkan pasien sakit parah bahkan meninggal. PENGERTIAN
  • 6.
  • 7. 1987-2014 : HIV : 150.296 AIDS : 55.799 NTT : 1.751 Tersebar di 381 kab/kota dari 498 kab/kota (76%) Tertinggi pd umur 20- 29 tahun (32.9%), 30- 39 tahun (28.5%) Laki-laki :54% Perempuan : 29% Tidak melaporkan JK : 17% Kasus baru terus meningkat setiap tahunnya STATISTIK
  • 8. IRT : 6.539 Wiraswasta : 6.203 Karyawan : 5.638 Petani/peternak/nel ayan : 2.324 Buruh kasar : 2.169 Penjaja seks : 2.052 PNS : 1.658 Mhs/sekolah : 1.295 Heteroseksual (61.5%) Penasun (15.2%) Perinatal (2.7%) Homoseksual (2.4%)
  • 9.  Pasien AIDS secara khas punya riwayat gejala dan tanda penyakit.  Pada infeksi Human Immunodeficiency Virus (HIV) primer akut yang lamanya 1–2 minggu pasien akan merasakan sakit seperti flu.  Fase supresi imun simptomatik (3 tahun) pasien akan mengalami demam, keringat dimalam hari, penurunan berat badan, diare, neuropati, keletihan ruam kulit, limpanodenopathy, pertambahan kognitif, dan lesi oral.  Fase infeksi Human Immunodeficiency Virus (HIV) menjadi AIDS (bevariasi 1-5 tahun dari pertama penentuan kondisi AIDS) akan terdapat gejala infeksi opurtunistik, yang paling umum adalah Pneumocystic Carinii (PCC), Pneumonia interstisial yang disebabkan suatu protozoa, infeksi lain termasuk meningitis, kandidiasis, cytomegalovirus, mikrobakterial, atipikal. TANDA DAN GEJALA
  • 10.
  • 11.  Pasien AIDS biasanya menderita infeksi oportunistik dengan gejala tidak spesifik, terutama demam ringan dan kehilangan berat badan.  Infeksi oportunistik ini termasuk infeksi Mycobacterium avium-intra cellulare dan sitomegalovirus.  Citomegalovirus dapat menyebabkan kolitis dan retinitis sitomegalovirusdapat menyebabkan kebutaan.  Penisiliosis yang disebabkan oleh Penicillium marneffeikini adalah infeksi oportunistik ketiga paling umum (setelah tuberkulosis dan kriptokokosis) pada orang yang positif HIV di daerah endemik Asia Tenggara. TANDA DAN GEJALA
  • 12.  Stadium I: infeksi HIV asimptomatik dan tidak dikategorikan sebagai AIDS  Stadium II: termasuk manifestasi membran mukosa kecil dan radang saluran pernafasan atas yang berulang  Stadium III : termasuk diare kronik yang tidak dapat dijelaskan selama lebih dari sebulan, infeksi bakteri parah,dan tuberkulosis.  Stadium IV : termasuk toksoplasmosis otak, kandidiasis esofagus, trakea, bronkus atau paru-paru, dan sarkoma kaposi. Semua penyakit ini adalah indikator AIDS. KLASIFIKASI
  • 13. 1. Penularan melalui hubungan seksual 2. Paparan dengan cairan tubuh yang terinfeksi 3. Transmisi ibu ke anak TRANSMISI
  • 14.  Transmisi HIV secara seksual terjadi ketika ada kontak antara sekresi cairan vagina atau cairan preseminal seseorang dengan rektum, alat kelamin, atau membran mukosa mulut pasangannya.  Resiko masuknya HIV dari orang yang terinfeksi menuju orang yang belum terinfeksi melalui hubungan seks anal lebih besar daripada risiko hubungan seksual dan seks oral. Seks oral tidak berarti tak berisiko karena HIV dapat masuk melalui seks oral reseptif maupun insertif. PENULARAN MELALUI HUBUNGAN SEKSUAL
  • 15.  Penyakit menular seksual meningkatkan risiko penularan HIV karena dapat menyebabkan gangguan pertahanan jaringan epitel normal akibat adanya luka pada alat kelamin, dan juga karena adanya penumpukan sel yang terinfeksi HIV (limfositdan makrofag) pada semen dan sekresi vaginal. PENULARAN MELALUI HUBUNGAN SEKSUAL
  • 16.  Transmisi HIV bergantung pada tingkat kemudahan penularan dari pengidap dan kerentanan pasangan seksual yang belum terinfeksi. Kemudahan penularan bervariasi pada berbagai tahap penyakit ini dan tidak konstan antar orang.  Beban virus plasma yang tidak dapat dideteksi tidak selalu berarti bahwa beban virus kecil pada air mani atau sekresi alat kelamin.  Setiap 10 kali penambahan jumlah RNA HIV plasma darah sebanding dengan 81% peningkatan laju transmisi HIV. Wanita lebih rentan terhadap infeksi HIV-1 karena perubahan hormon, ekologi serta fisiologi mikroba vaginal, dan kerentanan yang lebih besar terhadap penyakit seksual. PENULARAN MELALUI HUBUNGAN SEKSUAL
  • 17.  Rute transmisi ini terutama berhubungan dengan pengguna obat suntik, penderita hemofilia, dan resipien transfusi darah dan produk darah.  Berbagi penggunaan jarum suntik merupakan penyebab sepertiga dari semua infeksi baru HIV.  Penggunaan alat yg melukai tubuh PAPARAN DENGAN CAIRAN TUBUH YANG TERINFEKSI
  • 18.  Transmisi HIV dari ibu ke anak dapat terjadi in utero selama minggu-minggu terakhir kehamilan dan saat persalinan. Namun demikian, jika sang ibu memiliki akses terhadap terapi antiretroviral dan melahirkan dengan cara bedah caesar, tingkat transmisi hanya sebesar 1%.  Sejumlah faktor dapat mempengaruhi risiko infeksi,terutama beban virus pada ibu saat persalinan (semakin tinggi beban virus, semakin tinggi risikonya).  Menyusui meningkatkan risiko transmisi sebesar 10- 15%. Risiko ini bergantung pada faktor klinis dan dapat bervariasi menurut pola dan lama menyusui.  Penelitian menunjukkan bahwa obat antiretroviral, bedah caesar, dan pemberian susu formula mengurangi peluang transmisi HIV dari ibu ke anak. TRANSMISI IBU KE ANAK
  • 19.
  • 20. Pemeriksaan untuk diagnosis HIV dilakukan untuk mencegah sedini mungkin terjadinya penularan atau peningkatan kejadian infeksi HIV, berdasarkan prinsip :  Konfidensialitas  Persetujuan  Konseling  Pencatatan  Pelaporan dan  Rujukan DIAGNOSIS
  • 21. Prinsip konfidensialitas artinya hasil pemeriksaan harus dirahasiskan dan hanya dapat dibuka kepada :  Orang/pasien yang bersangkutan  Tenaga kesehatan yang menangani  Keluarga terdekat dalam hal yang bersangkutan tidak cakap  Pasangan seksual  Pihak lain yang sesuai ketentuan
  • 22.  Pemeriksaan diagnosis HIV dilakukan melalui KTS (Konseling dan Tes HIV Sukarela/VCT : Voluntary Conseling Testing) dan TIPK (Tes HIV atas Inisiatif Pemberi Pelayanan Kesehatan/PITC : Provider Initiative Testing dan Conseling).  KTS : proses konseling sukarela dan tes HIV atas inisiatif individu yang bersangkutan.  TIPK adalah test HIV dan konseling yang dilakukan kepada seseorang untuk kepentingan kesehatan dan pengobatan berdasarkan inisiatif dari pemberi pelayanan kesehatan. KONSELING
  • 23. Diagnosis dilakukan melalui pemeriksaan laboratorium HIV dan juga berdasarkan gejala klinis (diagnosis klinis).
  • 24.  Batuk lebih dari 2-3 minggu  Penurunan berat badan menyolok > 10%  Panas > 1 bulan  Diare > 1 bulan  Perhatikan kandidiasis oral  Herpes zoozter yang luas, sering kambuh  Sariawa rekuren dan berat  Penyakit kulit : dermatitis seboroik kambuhan, psoriasis, dermatitis generalisata  Limfadenopati generalisata  Infeksi jamur kambuhan (kandidiasis vagina/keputihan)  Pneumonia berat berulang  TBC  Riwayat perilaku seksual  Riwayat pengguna narkoba  Riwayat pekerjaan : pelaut, supir truk, dll  Riwayat bekerja di daerah endemis dengan perilaku berisiko tinggi  Riwayat tranfusi  Perhatikan ciri khas/tanda kelompok risiko tinggi, misalnya : tato, perilaku tertentu  Saat ini HIV sudah berkembang pada bukan kelompok risiko tinggi : misalnya ibu rumah tangga DIAGNOSIS KLINIS DIDUGA AIDS BILA :
  • 25. Serologi/deteksi antibodi : rapid test, ELISA, Western Blot (untuk konfirmasi) Deteksi virus : RT-PCR, antigen P-24 DIAGNOSIS LABORATORIUM :
  • 26.  Sinar X dada  Tes fungsi pulmonal  Biopsi  EEG, MRI, CT scan otak, EMG  dll PEMERIKSAAN PENUNJANG LAINNYA
  • 27.  Pasien yang secara klinis curiga AIDS  Orang dengan risiko tinggi  Pasien infeksi menular seksual  Pasangan seks atau anak dari pasien positif HIV  Sebelum tes harus dilakukan konseling dulu dan harus menandatangani surat persetujuan (inform consent).  Konseling dapat dilakukan di klinik VCT oleh konselor terlatih dan di tempat praktek, Puskesmas oleh petugas kesehatan terlatih INDIKASI DILAKUKAN TEST LABORATORIUM
  • 28.  Oral lesi : kandida, herpes simplek, gingivitis, dll  Neurologik : dimensia kompleks, toxoplasmosis ensefalitis, meningitis, neuropati  Gastrointestinal : Diare, hepatitis, penyakit anorektal : abses, fistula, ulkus  Respirasi : pneuminia, influenza, batuk, TBC  Dermatologik : lesi kulit : herpes simpleks dan zoster, dermatitis  Otitis media, konjungtivitis KOMPLIKASI
  • 29. 1. Promosi Kesehatan 2. Pencegahan penularan HIV 3. Pengobatan, perawatan dan dukungan 4. Rehabilitasi PENANGGULANGAN HIV AIDS
  • 30.  Promosi kesehatan ditujukan untuk meningkatkan pengetahuan masyarakat yang benar dan komprehensif tentang pencegahan penularan HIV dan menghilangkan stigma serta diskriminasi.  Promosi ini dilaksanakan oleh tenaga kesehatan maupun non kesehatan yang sudah terlatih.  Masysrakat yang menjadi sasaran promosi kesehatan adalah populasi kunci.  Populasi kunci adalah : pengguna napza suntik, wanita pekerja seks (WPS) langsung maupun tidak langsung, pelanggan/pasangan seks WPS, gay, waria, laki pelanggan/pasangan seks dengan sesama laki dan warga binaan lapas/rutan. PROMOSI KESEHATAN
  • 31.  Upaya yang dilakukan (ABC)/(ABCDE):  Tidak melakukan hubungan seks (Abstinensia) : bagi yang belum menikah  Setia dengan pasangan (Be faithful) : hanya berhubungan seksual dengan pasangan tetap yang diketahui tidak terinfeksi HIV  Menggunakan kondom secara konsisten (Condom Use) : menggunakan kondom bila terpaksa berhubungan seksual yang berisiko atau dengan pasangan yang telah terinfeksi HIV  Menghindari penggunaan obat/zat aditif (no Drugs)  non seksual  Meningkatkan kemampuan pencegahan melalui edukasi termasuk mengobati IMS sedini mungkin (Education) dan  Melakukan pencegahan lain, antara lain : sirkumsisi PENCEGAHAN PENULARAN HIV MELALUI HUBUNGAN SEKSUAL
  • 32.
  • 33.  Uji saring darah pedonor ; penggunaan darah yang aman dari HIV  Pencegahan infeksi HIV pada tindakan medis dan non medis yang melukai tubuh : penggunaan peralatan steril, memenuhi standar operasional prosedur dan kewaspadaan umum (universal precaution), pencegahan infeksi sesuai dengan standar  Pengurangan dampak buruk pada pangguna napza suntik : program layanan alat suntik steril dengan konseling perubahan perilaku serta dukungan psikososial, mendorong menjalani terapi/rehabilitasi, mendorong melakukan pencegahan penularan seksual, layanan konseling dan tes HIV. PENCEGAHAN PENULARAN HIV MELALUI HUBUNGAN NON SEKSUAL
  • 34.  Pencegahan penularan HIV pada perempuan usia reproduktif;  Pencegahan kehamilan yang tidak direncanakan pada perempuan dengan HIV;  Pencegahan penularan HIV dari ibu hamil dengan HIV ke bayi yang dikandungnya : pemberian ARV kepada ibu, pilihan cara melahirkan : operasi caesar akan mengurangi risiko penularan, pilihan untuk tidak menyusui anaknya. PENCEGAHAN PENULARAN HIV DARI IBU KE ANAK
  • 35.  Pemberian dukungan psikologis, sosial dan perawatan kepada ibu dengan HIV beserta anak dan keluarganya.  Setiap bayi yang lahir dari ibu yang terinfeksi HIV harus dilakukan tes serologi HIV (DNA/RNA) dimulai pada usia 6 (enam) sampai dengan 8 (delapan) minggu atau tes serologi HIV pada usia 18 (delapan belas) bulan ke atas.  Setiap bayi baru lahir dari ibu HIV dan AIDS harus segera mendapatkan profilaksis ARV dan kotrimoksasol PENCEGAHAN PENULARAN HIV DARI IBU KE ANAK
  • 36.  Setiap fasilitas pelayanan kesehatan dilarang menolak pengobatan dan perawatan ODHA, jika fasilitasi yang ada tidak mampu maka penderita harus dirujuk  Setiap orang yang terinfeksi HIV diregistrasi secara nasional  Pengobatan HIV bertujuan untuk mengurangi risiko penularan HIV, menghambat perburukan infeksi oportunistik dan meningkatkan kualitas hidup pengidap HIV  Pengobatan HIV dan AIDS dilakukan dengan 3 cara : Terapeutik, profilaksis dan penunjang. PENGOBATAN, PERAWATAN DAN DUKUNGAN
  • 37.  Pengobatan Terapeutik : meliputi pengobatan ARV (Anti Retro Viral), pengobatan IMS (Infeksi Menular Seksual) dan pengobatan infeksi oportunitis  Pengobatan profilaksis : Pemberian ARV pasca pajanan dan pemberian kotrimoksasol untuk terapi dan profilaksis  Pengobatan penunjang : tatalaksana gejala : multivitamin, dukungan nutrisi, pendidikan kesehatan, pencegahan komplikasi dan infeksi oportunistik, perawatan paliatif, dukungan psikologis kesehatan mental, dukungan sosial ekonomi, kelompok-kelompok dukungan. PENGOBATAN
  • 38.  Diberikan setelah mendapatkan konseling, mempunyai pengingat minum obat (PMO) dan pasien setuju patuh terhadap pengobatan seumur hidup Indikasi :  jika penderita HIV yang telah menunjukan stadium klinis 3 atau 4 atau jumlah sel limfosit T CD4 < 350 sel/mm3  Ibu hamil dengan HIV  Penderita HIV dengan Tuberkulosis PENGOBATAN ARV
  • 39.  Pasien tidak memiliki motivasi  Pengobatan tidak dapat terus menerus seumur hidup  Pengobatan tidak dapat dimonitor  Penderita mengalami gangguan fungsi ginjal/hati berat  Adanya penyakit oportunistik/infeksi oportunistik terminat / tidak dapat disembuhkan, misalnya limfoma maligna. JANGAN MEMULAI ARV JIKA
  • 40.  Pengobatan ARV dimulai di rumah sakit (minimal tipe C) dan dapat dilanjutkan di Puskes mas atau fasilitas kesehatan lainnya  Ketersediaan obat dan perbekalan kesehatan yang diperlukan untuk penanggulangan HIV AIDS dijamin oleh pemerintah, yang meliputi : kondom, lubrikan, alat suntik steril, reagensia untuk tes HIV dan IMS. Obat ARV, obat TBC, obat IMS, obat untuk infeksi oportunistik.  Perawatan dan pengobatan bagi orang terinfeksi HIV yang miskin dan tidak mampu ditanggung oleh negara
  • 41.  Rehabilitasi dilakukan melalui rehabilitasi medis dan sosial  Ditujukan untuk mengembalikan kualitas hidup untuk menjadi produktif secara ekonomi dan sosial ; pemberdayaan ketrampilan kerja, dll REHABILITASI
  • 43.  Dukungan sosial sangat diperlukan terutama pada ODHA yang kondisinya sudah parah.  Individu yang termasuk dalam memberikan dukungan sosial meliputi pasangan (istri/suami), orang tua, anak, sanak keluarga, teman, tim kesehatan, atasan dan konselor. ASPEK SOSIAL
  • 44. Pada aspek spiritual ditekankan pada penerimaan pasien terhadap sakit yang dideritanya, sehingga ODHA akan dapat menerima dengan iklas terhadap sakit yang dialami. Asuhan keperawtan yang diberikan :  Menguatkan harapan yang realistis kepada pasien  Pandai mengambil hikmah dari kejadian yang dialami  Meningkatkan ketabahan hati dan keteguhan dalam menghadapi cobaan  Dukungan psikologis, sosial dan spiritual yang baik akan mampu meningkatkan kualitas hidup pasien dan daya tahan terhadap perkembangan infeksi HIV. ASPEK SPIRITUAL