Human Immunodeficiency Virus (HIV) adalah virus retrovirus RNA yang menyebabkan Acquired Immunodeficiency Syndrome (AIDS) atau kegagalan sistem kekebalan tubuh secara progresif. HIV ditularkan melalui hubungan seksual, darah, dan ibu ke anak secara vertikal baik selama kehamilan, persalinan, maupun menyusui. Diagnosis HIV ditegakkan berdasarkan riwayat pasien, pemeriksaan fisik, dan hasil laboratorium.
2. DEFINISI
Human Immunodeficiency Virus (HIV) adalah RNA retrovirus yang
menyebabkan Acquired Immunodeficiency Syndrom (AIDS), dimana
terjadi kegagalan sistem imun progresif. Penyebab terbanyak adalah
HIV-1. Virus ini di transmisikan melalui hubungan seksual, darah,
produk yang terkontaminasi darah, dan transmisi dari ibu ke bayi
baik intrapartum, perinatal atau ASI
3. ETIOLOGI
HIV ditularkan melalui kontak seksual, paparan darah
yang terinfeksi atau sekret dari kulit yang terluka, dan oleh ibu
yang terinfeksi kepada janinnya atau melalui laktasi.
Transmisi HIV pada anak terjadi karena penularan dari
ibu, terutama melakui transmisi vertical.
Prematuritas dan berat badan lahir rendah pada
neonatus juga meningkatkan risiko infeksi
5. HIV
Organ limfoid Organ limfoid
Organ limfoid
(subklinis) (involusi)
(hiperplasi)
Sel B zat imun
(sitokin) zat imun
Sel dendrit sel dendrit
sel dendrit
Sel T-CD4 sel T-CD4
sel T-CD4
Virus terikat virus dilepas
Viremia
6. DIAGNOSIS
Anamnesis
- Ibu atau ayah memiliki risiko untuk terinfeksi HIV
- Riwayat morbiditas yang khas maupun yang sering ditemukan
pada penderita HIV.
7. Pemeriksaan fisik
Gejala klinis yang dapat dijadikan dasar untuk pemeriksaan
laboratorium HIV:
- Demam berulang/berkepanjangan
- Berat badan turun secara progresif
- Diare persisten
- Kandidosis oral
- Otitis media kronik
- Gagal tumbuh
- Limfadenopati generalisata
- Kelainan kulit
- Pembengkakan parotis
8. Pemeriksaan penunjang
Anak < 18 bulan :
- Lakukan pemeriksaan PCR RNA (DNA) sebagai
pemeriksaan yang paling akurat untuk anak usia kurang
dari 18 bulan
- Bila status ayah dan ibu tidak diketahui, dapat dilakukan
pemeriksaan antibodi antiHIV, sebaiknya dengan ELISA
dan menggunakan 3 reagens yang berbeda, diikuti dengan
pemeriksaan konfirmasi (immunoblot atau
imunoflouresens).
9. Anak >18 bulan, lakukan pemeriksaan
antibodi HIV saja.
- Pemeriksaan konfirmasi infeksi HIV: Western
blot assay atau PCR RNA/DNA
- Tentukan status imunosupresi dengan
pemeriksaan hitung mutlak dan persentase CD4+
10. Tindakan suportif
Penanggulangan infeksi bakteri
Penanggulangan infeksi oputunistik
Pengobatan LIP ( lymphocytic
interstitialpneumonitis)
Pengobatan retrovirus
Pengaturan kembali system imun
Pengobatan lain
penatalaksanaan
12. prognosis
Infeksi HIV pada umumnya berjalan
progresif akibat belum ditemukannya cara yang
efektif untuk menanggulanginya, maka pada
umumnya penyakit berjalan progresif hingga
prognosisnya pada umumnya buruk.
13. KESIMPULAN
Human Immunodeficiency Virus (HIV) adalah RNA
retrovirus yang menyebabkan Acquired Immunodeficiency
Syndrome (AIDS), di mana terjadi kegagalan sistem imun
progresif. Sedangkan AIDS berarti kumpulan gejala akibat
menurunnya kekebalan tubuh yang disebabkan infeksi virus HIV.
Dalam penularan vertikal HIV dari ibu ke anak ada tiga faktor
utama yang berpengaruh, yaitu faktor ibu, bayi/anak, dan
tindakan obstetric. Manifestasi klinis infeksi bervariasi antara
bayi, anak-anak dan remaja. Pada kebanyakan bayi pemeriksaan
fisik biasanya normal.
14. Diagnosis HIV ditegakkan berdasarkan
anamnesis, pemeriksaan klinis dan hasil pemeriksaan
laboratorium.
Tatalaksana awal adalah memberi konseling
pada orang tua kondisi infeksi HIV dan resiko infeksi
opurtunistik, pemberian nutriSI yang cukup, pengawasan
tumbuh kembang, imunisasi dan pemberian awal obat
anti retroviral (ARV). Infeksi HIV pada umumnya
berjalan progresif akibat belum ditemukannnya cara yang
efektif untuk menanggulanginya, maka pada umunya
penyakit beerjalan progresif hingga prognosis nya
umumnya buruk.