Filariasis adalah penyakit menular kronis yang disebabkan oleh infeksi cacing filaria. Penyakit ini ditularkan melalui gigitan nyamuk yang terinfeksi dan memiliki dampak ekonomi, sosial, serta kesehatan yang luas. Pengendalian filariasis di Indonesia mencakup surveilans, penanganan pasien, pengendalian vektor, serta pemberian obat preventif secara masal.
buku tentang terbaru stroke iskemik akut ebook.pdf
Filariasis (Ricky).pptx
1. Oleh:
Ricky M Toding (2019086016328)
Pembimbing :
•dr. James Thimoty, Sp.A (K),. M.Kes
“FILARIASIS”
SMF ILMU KESEHATAN ANAK
RUMAH SAKIT UMUM DAERAH JAYAPURA
FAKULTAS KEDOKTERAN
UNIVERSITAS CENDERAWASIH
JAYAPURA-PAPUA
2022
2. • Filariasis (penyakit kaki gajah) merupakan penyakit
menular menahun yang disebabkan oleh cacing
filaria yang menyerang saluran dan kelenjar getah
bening.
• 3 spesies cacing penyebab filariasis :
1. Wuchereria bancrofti
2. Brugia malayi
3. Brugia timori
• Penyakit ini ditularkan melalui gigitan nyamuk dari
orang yang mengandung larva cacing (mikrofilaria)
kepada orang sehat (tidak mengandung)
mikrofilaria.
APA ITU
FILARIASIS?
3. Bagaimana epidemiologi filariasis?
Derajat infeksi alami hasil pembedahan nyamuk alam/liar yang tinggi
Sifat antropofilik dan zoofilik yang meningkatkan jumlah sumber infeksi
Umur nyamuk yang panjang sehingga mampu mengembangkan
pertumbuhan larva mencapai stadium infektif untuk disebarkan/ditularkan
Dominasi terhadap spesies nyamuk lainnya yang ditunjukkan dengan
kepadatan yang tinggi di suatu daerah endemi
Mudahnya menggunakan tempat-tempat mengandung air sebagai tempat
perindukan yang sesuai untuk pertumbuhan dari telur sampai menjadi
dewasa
4. Epidemiologi
6 tipe cacing filaria :
1. Wuchereria bancrofti tipe perkotaan (urban)
2. Wuchereria bancrofti tipe pedesaan (rural) → PAPUA
3. Brugia malayi tipe periodik nokturna
4. Brugia malayi tipe superiodik nokturna
5. Brugia malayi tipe non periodik
6. Brugia timori tipe periodik nokturna
7. ENDEMISITAS FILARIASIS
•Endemisitas Filariasis di kabupaten/kota ditentukan berdasarkan survei
pada desa yang memiliki kasus kronis, dengan pemeriksaan darah jari.
•Mikrofilaria (Mf) rate > 1% (artinya 1 dari 100 orang) merupakan
indikator suatu kabupaten/kota menjadi daerah endemis Filariasis.
•Secara epidemiologi, > 120 juta penduduk Indonesia berada di daerah
berisiko tinggi tertular Filariasis.
•Th 2009, tercatat 356 kabupaten/kota endemis Filariasis, dari 495
kabupaten/kota di seluruh Indonesia
•Akhir th 2014, tercatat 235 kabupaten/kota endemis Filariasis, dari 511
kabupaten/kota di seluruh Indonesia.
8. 3 kabupaten dengan Mf rate tertinggi adalah Bonebolango 40%,
di ikuti Manokwari 38,57% dan kota Cilegon 37,5%
9. Rantai Penularan Filariasis
Penularan filariasis dapat terjadi bila ada 3 unsur, yaitu :
1) Sumber penularan, baik manusia atau hospes reservoir
yang mengandung mikrofilia dalam darahnya
2) Vektor, yakni nyamuk yang menularkan filariasis
3) Manusia yang rentan terhadap filariasis
Kemenkes RI, 2016
11. Patogenesis
Secara umum perkembangan klinis dibagi menjadi 2 yaitu fase dini dan fase lanjut
• Fase Dini : Timbul gejala klinis akut karena infeksi cacing dewasa bersama-sama
dengan infeksi bakteri dan jamur.
• Fase Lanjut : terjadi kerusakan saluran limfe kecil yang terdapat di kulit
Gangguan fungsi sistem limfatik antara lain :
Penimbunan cairan limfe menyebabkan aliran limfe menjadi lambat dan tekanan
hidrostatik meningkat sehingga menimbulkan edema jaringan.
Terganggunya pengangkutan bakteri dari kulit atau jaringan melalui saluran limfe ke
kelenjar limfe
Kelenjar limfe tidak dapat menyaring bakteri yang masuk dalam kulit
Infeksi bakteri berulang
Kerusakan sistem limfatik
Pada penderita limfedema, adanya serangan akut berulang oleh bakteri atau jamur akan
menyebabkan penebalan dan pengerasan kulit.
12. GEJALA dan TANDA klinik filariasis
1. FASE AKUT
Demam berulang 3-5 hari, hilang saat istirahat
dan timbul lagi setelah kerja berat
Limfadenitis, limfangitis
Abses filarial
Pembesaran tungkai, lengan, buah dada,
kantong buah zakar
2. FASE KRONIK
Limfedema
Lymph scrotum
Kiluria
Hidrokel
14. DIAGNOSIS FILARIASIS
1. Gejala klinis
2. Laboratorium → pemeriksaan darah jari pada
malam hari (pukul 22.00 – 02.00)
Penderita Filariasis : seseorang yang dalam
pemeriksaan darahnya mengandung mikrofilaria
dan/atau memiliki gejala klinis filariasi
16. CIRI – CIRI MORFOLOGIS MIKROFILARIA
HAL W. bancrofti B. malayi B. timori
1. UKURAN (µm) 224 - 296 177 - 230 265 - 323
2. RUANG KEPALA
PANJANG =
LEBAR
PANJANG =
2 KALI LEBAR
PANJANG =
3 KALI LEBAR
3. SELUBUNG + + +
4. UJUNG EKOR TAK ADA INTI
ADA 2 INTI
TERPISAH
ADA 2 INTI
TERPISAH
5. HABITAT
DALAM DARAH
& CAIRAN
HIDROKEL
DALAM
DARAH
DALAM
DARAH
https://www.scribd.com/document/347237559/Perbedaan-Filariasis
17. Penatalaksanaan filariasis
● Dilakukan pada semua kasus klinis baik endemis
ataupun non endemis
● Penderita filariasis klinis (+) baik endemis/non-
endemis diberikan:
DEC 3x1 tablet 100 mg selama 12 hari
● Semua kasus klinis dilaksanakan 5 komponen
dasar: Pencucian, Pengobatan dan Perawatan
Luka, Melatih otot-otot, meninggikan bagian
yang bengkak, Memakai alas kaki yang nyaman
19. 1. Surveilans kesehatan
2. Penanganan penderita
3. Pengendalian faktor resiko
4. Komunikasi, informasi dan edukasi
KEGIATAN PENANGGULANGAN FILARIASIS
20. ELIMINASI FILARIASIS
Deklarasi WHO (2000), “ The Global Goal of Elimination of
Lymphatic Filariasis as a Public Health Problem by the Year 2020 “
Untuk mencapai eliminasi Filariasis, di Indonesia ditetapkan 2 pilar
yang akan dilaksanakan :
1. Memutuskan rantai penularan dengan Pemberian Obat Massal
Pencegahan (POMP) Filariasis di daerah endemis
2. Mencegah dan membatasi kecacatan karena filariasis
21. POMP Filariasis
Tujuan :
Menurunkan kadar mikrofilaria di dalam darah
sehingga tidak lagi terjadi penularan, walaupun
POMP filariasis sudah dihentikan.
Semakin besar proporsi penduduk minum obat,
semakin besar peluang untuk memutuskan rantai
penularan.
22. Sasaran POMP Filariasis
Semua penduduk di daerah endemis Filariasis
Pengobatan dapat ditunda sementara bagi :
1. Anak berusia < 2 tahun
2. Ibu hamil
3. Ibu menyusui
4. Yang sedang sakit berat maupun ringan
5. Penduduk usia lanjut ( ≥ 70 thn)
25. CARA PEMBERIAN OBAT
Dosis : DEC 6 mg/kgBB, Albendazole 400 mg semua umur, dosis
tunggal
Cara : diberikan sekali setahun selama minimal 5 tahun berturut-
turut
Perhitungan dosis obat berdasarkan umur
UMUR
(Tahun)
DEC (100 mg)
Tablet
Albendazole (400 mg)
Tablet
2-5 1 1
6-14 2 1
≥ 14 3 1
26. CARA MINUM OBAT
Minum obat sesudah makan, dan sebelum
tidur (beritahu pasien kemungkinan reaksi
obat yang dapat terjadi)
Obat diminum di depan petugas
kesehatan/Kader
27. KEJADIAN IKUTAN PASCA POMP FILARIASIS
1. Kejadian ikutan terhadap hasil pengobatan
(matinya mikrofilaria atau makrofilaria)
2. Kejadian ikutan yang tidak diinginkan
30. PENCEGAHAN
•Pemeriksaan darah penduduk pada malam hari
•Mengurangi kontak dengan vektor (tidur dengan memakai
kelambu, memasang kasa nyamuk pada ventilasi,
menggunakan obat nyamuk, menggunakan repellent)
•Pemberantasan vektor nyamuk dengan penyehatan lingkungan
(membersihkan tanaman air & semak-semak sekitar rumah,
menimbun, mengerinkan atau mengalirkan genangan air ->
tempat perindukan nyamuk
•Mengobati pasien secara rutin
31. REFERENCE
1. Arsin Arsunan. 2016. Epidemiologi Filariasis Di Indonesia. Masagena Press. Makassar
2. Kemenkes RI. 2016. Permenkes No 94 Tahun 2014. Indonesia
3. Wahyono Miko Yunis dkk. 2010. Filariasis di Indonesia. Buletin Jendela Epidemiologi.
Jakarta. Vol 1