2.8.2.a Bukti Pemantauan Kegiatan Evaluasi UKME.docx
DIAGNOSA DAN TATALAKSANA HIV, SIFILIS DAN HEPATITIS 2024.pptx
1. DIAGNOSA DAN TATALAKSANA HIV, SIFILIS DAN HEPATITIS B
Kementerian Kesehatan
Tim Kerja HIV AIDS PIMS
Direktorat Pencegahan dan Pengendalian Penyakit Menular
2. HIV
H : Human (Manusia)
I : Immunodeficiency (turunnya
sistem kekebalan tubuh,
sehingga tubuh gagal melawan
infeksi)
V : Virus
Virus yang hanya terdapat di dalam
tubuh manusia dan menyebabkan
turunnya kekebalan tubuh tubuh
gagal melawan infeksi
AIDS
A : Acquired (Didapat / ditularkan
dari orang lain)
I : Immune (Kekebalan tubuh)
D : Deficiency (Penurunan /
Kekurangan)
S : Syndrome (Kumpulan Gejala &
Tanda)
Kumpulan gejala dan tanda fisik
(infeksi opotunistik) karena
penurunan kekebalan tubuh, akibat
tertular virus HIV dari orang lain
3jk- PEMBEKALAN NUSANTARA SEHAT 2019
APAKAH HIV AIDS?
3. HIV
• Menyerang sistim kekebalan tubuh (sel darah putih / limfosit) sehingga
kekebalan tubuh menurun
• Memiliki kemampuan untuk memperbanyak diri dalam tubuh manusia
3jk- PEMBEKALAN NUSANTARA SEHAT 2019
6. 3jk- PEMBEKALAN NUSANTARA
SEHAT 2019
PERKEMBANGAN DARI HIV MENJADI AIDS:
3 – 12 minggu
5 - 10 TAHUN
Periode
Jendela AIDS
Tertular
VIRUS
Orang masih bersih, belum tertular penyakit / virus belum ada dlm darahnya
HIV +
-Orang Tampak Sehat
-Tidak Ada Keluhan/Gejala
-Aktivitas Masih Normal
Virus sudah berada dalam darah, bisa menularkan kepada orang lain
Tes
HIV (-) H I V (+) DAN S E T E R U S N Y A P O S I T I P . . .
AIDS
1 - 2 TAHUN
7. Masa Jendela (Window Period)
3jk- PEMBEKALAN NUSANTARA SEHAT 2019
Masa diantara terjdinya infeksi dan
terdeteksinya antibodi HIV 1/2 dengan
pemeriksaan serologi
Antara 3-12 minggu
Bila diperiksa pada masa tersebut, anti HIV nya
negatif karena antibodi belum terbentuk,
namun sudah dapat menularkan pada orang
lain
9. PENCEGAHAN HIV
DENGAN CARA
Tidak melakukan hubungan
seksual berisiko seperti
ganti-ganti pasangan
Mengikuti program
pencegahan penularan
HIV dari ibu ke anak
Skrining darah donor dan
organ tubuh
Tidak menggunakan
narkoba
Menerapkan
kewaspadaan standar
(bagi petugas
kesehatan)
Wajib Skrining HIV SPM
Ibu Hamil
Pasien IMS
Pasien TBC
WPS
LSL
Waria
Penasun
WBP
10. Bagaimana Kita Mengetahui Kalau Seseorang
Terinfeksi HIV ?
• Bila belum muncul gejala, tidak dapat terlihat terinfeksi atau tidak,
sementara dalam darah sudah terdapat virus dan dapat menularkan pada
orang lain
• Dapat diketahui statusnya dengan pemeriksaan antibodi HIV dalam darah
• Periksakan segera bila perilaku berisiko
Cara untuk mendeteksi HIV
adalah
melalui pemeriksaan
daraha
11. SKRINING HIV
dan
DIAGNOSIS HIV
• Ditemukannya antibodi atau antigen HIV dlm
darah
• Jenis pemeriksaan antibodi HIV:
• Rapid Test
• ELISA
• Western Blot
• dll
• Melalui pemeriksaan antigen HIV :
• P24
• PCR
• dll
3jk- PEMBEKALAN NUSANTARA SEHAT 2019
12. Obat ARV (Anti Retro Viral)
• Obat yang dapat menekan jumlah virus dalam darah
• Diminum secara teratur, tepat waktu dan seumur hidup
• Disediakan pemerintah GRATIS, di RS dan Puskesmas seluruh Indonesia
• Menurunkan jumlah virus dalam darah sampai tidak terdeteksi dan
mempertahankannya tetap undetect (HPTN 052)
• Mencegah progresi penyakit, mencegah infeksi oportunistik
• Memperbaiki kualitas hidup, mengurangi transmisi kepada yg lain
13. APAKAH IMS?
IMS singkatan dari Infeksi Menular Seksual, yaitu
kelompok infeksi yang menular melalui hubungan
seksual
Mengakibatkan penyakit pada alat kelamin dan atau
tubuh secara keseluruhan.
Beberapa IMS dapat ditularkan dari ibu yang terinfeksi
kepada janin atau bayinya serta melalui kontak darah
atau alat tembus kulit
3jk- PEMBEKALAN NUSANTARA SEHAT 2019
15. Perilaku berisiko yang dapat
mempermudah penularan IMS?
Melakukan hubungan seks berisiko, tanpa menggunakan
pelindung/kondom:
• dengan penderita IMS
• dengan pasangan seksual lebih dari satu
• secara anal (karena hubungan ini mudah
menimbulkan luka)
3jk- PEMBEKALAN NUSANTARA SEHAT 2019
16. Apa sajakah gejala dari IMS?
• Keluar cairan tidak normal dan atau sakit pada atau dari vagina
(keputihan)
• Keluar cairan tidak normal dan atau sakit dari penis
• Luka pada dan sekitar alat kelamin
• Nyeri perut bagian bawah pada perempuan
• Pembengkakan testis / skrotum
• Tumbuhan vegetasi
• Radang mata pada bayi baru lahir
3jk- PEMBEKALAN NUSANTARA SEHAT 2019
17. LABORATORIUM SEDERHANA
Berbagai bentuk PIMS
(9 sindrom)
3jk- PEMBEKALAN NUSANTARA SEHAT 2019
1. Duh/cairan Vagina GO,Trikomoniasis, Candidosis Vaginalis,
Vaginosis Bakteri
2. Duh/cairan Uretra GO, Chlamydia
3. Luka pada alat kelamin (Ulkus genital) Sifilis, Ulkus Mole (Chancroid), dg
vesikel:Herpes Genitalis
4. Nyeri perut bag bawah pada wanita manifestasi dari penyakit-penyakit IMS
5. Pembengkakan skrotum/buah pelir
6. Benjolan di lipat paha (Bubo inguinal) Limfogranuloma Venereum,Chancroid
7. Radang mata bayi baru lahir
(Konjungtivitis neonatorum)
Sifilis kongenital pada bayi-anak
8. Tumbuhan pd alat kelamin (Vegetasi
genital)
Kondiloma Akuminata
9. Proktitis daerah anus
18. INFEKSI
MENULAR SEKSUAL
1. Pelayanan Komprehensif IMS
2. Diagnosis IMS dengan Pendekatan Syndrom (+
Lab Sederhana )
3. Skrining Rutin IMS pada populasi berisiko tinggi
/ Deteksi Dini IMS
4. Penatalaksanaan IMS pada pasangan
5. IMS Terintegrasi dengan layanan KIA/KB /
Skrining Sifilis pada ibu hamil
6. Mobile IMS (mendekatkan akses layanan IMS
pada populasi berisiko tinggii)
7. Penawaran Pemeriksaan / Tes HIV pada setiap
pasien IMS
8. Penyediaan Obat IMS
9. Distribusi Kondom
Tujuan :
”menurunkan angka
kesakitan dan kematian
akibat Infeksi Menular
Seksual dan Infeksi
Saluran Reproduksi
yang bisa dicegah dan
diobati”
3jk- PEMBEKALAN NUSANTARA SEHAT 2019
19. Strategi Global Sektor Kesehatan:
Infeksi Menular Seksual (IMS)
Tiga area prioritas:
1. Sifilis – eliminasi sifilis kongenital
2. Gonore – menghadapi risiko gonore
resisten obat (“untreatable”)
3. Human papillomavirus (HPV) –
vaksinasi untuk mencegah kanker
serviks
20. TENTANG HEPATITIS
20
Hepatitis: Peradangan hati yang disebabkan oleh infeksi dan non infeksi
Infeksi Non infeksi
Infeksi virus hepatitis A, B, C, D, dan E.
Penggunaan alkohol
Racun, zat kimia, obat-obatan, dan
suplemen
Infeksi virus lain (dangue, herpes);
parasit (malaria, amuba); bakteri
Autoimun hepatitis
Perlemakan
21. Cara Penularan Hepatitis C
KOTORAN -
MULUT
HEPATITIS
A
HEPATITIS
E
KONTAK
CAIRAN TUBUH
HEPATITIS
B
HEPATITIS
C
HEPATITIS
D
22. Hepatitis B
22
Akut :
• Sebanyak 70% menunjukkan gejala subklinis atau hepatitis non-ikterus.
• Masa inkubasi virus yaitu 1-4 bulan.
• Gejala klinis dan ikterus umumnya hilang setelah 1-3 bulan.
• Dapat sembuh spontan.
Kronis :
• Adanya HBsAg lebih dari enam bulan
• Tidak mengalami gejala.
• >90% terjadi pada anak-anak dan <5% pada dewasa.
• Akan menjadi sirosis (30%)
• Pada 5-10% kasus bisa langsung menjadi karsinoma sel hati tanpa melalui sirosis hati.
23. Hepatitis C
23
Masa Inkubasi sekitar 45 hari.
Akut :
• Tidak menimbulkan gejala. Bila bergejala, umumnya berupa mual, sakit sendi, lesu, ikterik (kuning)
ringan, kencing berwarna gelap.
• Virus tidak dapat didetaksi
Kronis :
• Sekitar 80% orang yang terinfeksi virus hepatitis C akut akan menetap menjadi hepatitis C kronik,
• Yang tidak sembuh spontan maka akan menjadi hepatitis C kronis dan menimbulkan kerusakan hati
secara berkelanjutan.
• Mulai fase ini virus hepatitis C dapat dideteksi dan penderita bisa memulai terapi.
• Pada fase ini, kesembuhan spontan tidak dapat terjadi dan jika tidak diobati maka kerusakan hati
akan berlanjut terus.
24. Populasi Berisiko Tertular Hepatitis B
24
• Bayi dari ibu penderita hepatitis B (penularan hepatitis B dari ibu ke anak secara vertikal)
• Penularan melalui kontak darah dan produk darah (kecelakaan jarum suntik)
• Pengguna jarum suntik tidak steril/bergantian, pengguna narkoba suntik (penasun)
• Berhubungan seksual dengan penderita hepatitis B dan belum mendapatkan vaksinasi
• Pengguna tatto, tindik, pisau cukur, akupuntur
• Penularan selama perawatan medis, bedah, transplantasi organ, perawatan gigi
• Laki-laki yang berhubungan seksual dengan laki-laki/LSL
• Sering berganti-ganti pasangan
• Sedang menjalani hemodialisis
• Menjalani kemoterapi maupun terapi supresi lainnya
• Lahir dari daerah endemis infeksi VHB dan belum pernah mendapatkan vaksinasi hepatitis
B
25. Populasi Berisiko Tertular Heptitis C
25
• Prosedur kesehatan yang tidak aman, misalnya: hemodialisa, operasi, perawatan
gigi, dan transfusi darah dan produk darah yang tidak dilakukan penapisan.
• Penularan pada orang yang terinfeksi HIV.
• Penggunaan ulang atau sterilisasi yang tidak adekuat dari peralatan medis
terutama jarum suntik di layanan kesehatan dan peralatan tatto/tindik.
• Transmisi seksual terutama praktek seksual yang berakibat terkena paparan darah,
contoh laki seks dengan laki tanpa lubrikan.
• Prevalensi hepatitis C juga tinggi di kelompok populasi WBP
26. PELAYANAN ANC
• Anamnesa
• Pemeriksaan 10T:
• T1. Tinggi & berat badan
• T2. Tekanan darah
• T3. sTatus Gizi (ukur li-la)
• T4. TFU
• T5. Tentukan DJJ Janin
• T6. sTatus Imunisasi (TT)
• T7. Tablet Fe (90 tablet)
• T8. Tes Lab (Gol.darah, Hb,
GDS, Sifilis, HIV, Hepatitis B,
Malaria, Proteinuri, sputum
BTA)
• T9. Tata laksana kasus
• T10. Temu wicara dan
konseling
IBU HAMIL
Kunjungan Antenatal
TES HIV, SIFILIS & HEP B BERSAMA DENGAN PEMERIKSAAN
LABORATORIUM RUTIN LAINNYA
Pengobatan (ART)
Kondom
trace pasamgan
IO lain
Pengobatan (BPG)
Kondom
trace pasamgan
Comorbid lain
Pengawasan
Kondom
trace pasamgan
Comorbid lain
Positif
HIV – Sifilis – Hepatitis B
Konseling kehamilan dan kelas Ibu Hamil, perencanaan kehamilan
Eduka si & konseling persiapan persalinan, pemberian makanan,
pemeliharaan kesehatan, immunisasi, kepatuhan ART
Konseling pasangan, keluarga
Life Skill Education, disclosure
Ulang tes HIV Bumil
dan Pasangan
minimal 3 bln
STANDAR DETEKSI DINI
HIV dan SIFILIS
A2
A3
Reaktif
A1 Reaktif
Positif
Pengobatan
ARV (gratis)
PATUH ARV
VL
UNDETECT
TIDAK
MENULAR
PMK 15/15
PMK 87/14
6 bln
diteruskan
PELAYANAN SESUAI SPM
1. Deteksi Dini, (R1)
2. Pencatatan Pelaporan
A0
darah
Non-Reaktif
Reaktif
RDT HIV
Standar Pelayanan HIV :
3. Diagnosis (R1, R2, R3) Stadium Klinis,
4. Konseling ARV,
5. Pemberian ARV,
6. Pemantauan kepatuhan,
7. Pemantauan klinis
8. Pemantauan Laboratoris (VL)
9. Viral Load Tidak Terdeteksi,
Positif rate pada
pasangan : 20 – 70%
NIK & Domisili
27. Pelayanan ANC
• Anamnesa
• Pemeriksaan 10T:
• T1. Tinggi & berat badan
• T2. Tekanan darah
• T3. sTatus Gizi (ukur li-la)
• T4. TFU
• T5. Tentukan DJJ Janin
• T6. Status Imunisasi (TT)
• T7. Tablet Fe (90 tablet)
• T8. Tes Lab (Gol.darah, Hb,
GDS, Sifilis, HIV, Hepatitis B,
Malaria, Proteinuri, sputum
BTA)
• T9. Tata laksana kasus
• T10. Temu wicara dan
konseling
• Tindak lanjut
Ibu hamil
Kunjungan Antenatal
Tes HIV, Sifilis & Hep B bersama
dengan pemeriksaan
laboratorium rutin lainnya
• Pengobatan (ART)
• Kondom
• trace pasamgan
• IO lain
• Pengobatan (BPG)
• Kondom
• trace pasamgan
• Comorbid lain
Ulang tes Bumil + pasangan bila
berisiko minimal 3 bln
• Pengawasan
• Kondom
• trace pasamgan
• Comorbid lain
Positif
HIV – Sifilis – Hepatitis B
∙ Konseling kehamilan dan kelas Ibu Hamil, perencanaan kehamilan
∙ Eduka si & konseling persiapan persalinan, pemberian makanan,
pemeliharaan kesehatan, immunisasi, kepatuhan pengobatan
∙ Konseling pasangan, keluarga
∙ Life Skill Education, disclosure
HIV –
Sifilis –
Hepatitis B –
Pertahankan
inklusif
Lesson learnt
IMMUNISASI
STANDAR DETEKSI DINI
HIV, SIFILIS dan HEPATITIS B
Pada PEREMPUAN/IBU HAMIL
28. IMS TIDAK
PERNAH
SENDIRIAN
ALUR TATA LAKSANA
NIK – Domisili – JKN BPJS Kes+Program
Diagnosis
HIV
Diagnosis
PIMS
Tapis timbal balik
Tapis IO & Comorbid
TETAPKAN STADIUM KLINIS
Stadium Klinis 1 & 2
dan HIV+TB
Stadium Klinis 3 & 4
dan HIV+TB MDR/RO
Pendekatan
sindrom klinis
Laboratorium
sederhana
Diagnosis didasarkan :
- Anamnesis
- Pemeriksaan Fisik
- Pemeriksaan Penunjang
- Catpor –SIK
Pertimbangkan:
Perilaku risiko -
Pingpong fenomena -
Ketersediaan obat -
Pola Resistensi -
Terapi Empiris
Terapi Etiologis
Rujuk RS/FKRTL
DPJP
Edukasi
Pencegahan
Terapi tuntas adequat
Planned Monitoring
SKDI 4A
Catat yang dilakukan- lakukan yang dicatat
Antisipasi
IMLTD lainnya (Hep B, C)
Airborne : covid, tbc, ispa
Waterborne (diare)
Bila terdapat penyulit
29. STRATEGI PENGENDALIAN HIV dan PIMS
TARGET BY 2030: 95% ODHIV mengetahui statusnya |95% ODHIV mendapatkan pengobatan ARV | 95% ODHIV on ARV dengan virus HIV tersupresi
Promosi Kesehatan
4
Pencegahan
1 Surveilans
2 Penanganan Kasus
3
• Kombinasi pencegahan pada Populasi Kunci :
Kondom dan Pelicin, Skrining dan
Pengobatan IMS, Alat Suntik Steril, dan Terapi
Rumatan Metadon
• Sirkumsisi
• Profilaksis pra dan pasca pajanan
• Pencegahan Penularan Ibu ke Anak
• Pemberian kekebalan infeksi HPV
• Melaksanakan uji saring
• Penerapan kewaspadaan standar
• Testing, termasuk Skrining Mandiri dan di
Fasyankes, serta Early infant diagnosis
• Tracing: notifikasi pasangan dan anak
• Pengamatan epidemiologi: pengumpulan,
pengolahan, analisis, interpretasi, diseminasi)
• Pengamatan resistensi obat ARV dan Gonore
• Penggunaan data dan informasi untuk
pengambilan keputusan
• Penanganan kasus sesuai standar (ARV
high potency, less toxicity; Infeksi Menular
Seksual, Infeksi Oportunistik)
• Terapi pencegahan TBC
• Multi month dispencing
• Eliminasi penularan HIV, Sifilis, Hep B dari
ibu ke anak
• Penyediaan akses pemantauan pengobatan
dengan pemeriksaan viral load HIV
• Edukasi kesehatan reproduksi dan pencegahan penularan dengan penerapan perilaku aman (abcd)
• Pelibatan tokoh masyarakat dan tokoh agama
• Pemanfaatan media cetak/elektronik dan media sosial dalam menyampaikan pesan kunci edukasi kespro dan pencegahan penularan