SlideShare a Scribd company logo
1 of 50
FRAMBUSIA
Nama Lain Frambusia
Frambesia dari
kata Framboise
(Raspberry) 
Bahasa Prancis
Pian
Puru
Parangi
Patek
Ambalo
Buba
Pendahuluan
 Frambusia = Frambesia tropika
penyakit infeksi kronis residif non-venereal yang
disebabkan oleh Treponema palidum pertenue,
dapat melibatkan kulit, tulang, sendi.
 Laki-laki lebih banyak dari perempuan karena lebih
aktif  lebih banyak trauma
 Tidak diturunkan secara kongenital
 Tidak menembus plasenta
 Tidak menembus sistem saraf pusat
 Dapat melibatkan sistem kardiovaskular EHDP
Masih
diperdebatka
n
Frambusia
• daerah tropis & lembab  ≥27oC (80oF),
dengan curah hujan tinggi
• terutama anak-anak (< 15 tahun), puncak
6-10 tahun
• laki > perempuan
• sosial ekonomi rendah, higiene buruk,
fasilitas sanitasi kurang, padat penduduk
Epidemiologi
• tidak ada kekebalan tubuh yang menetap
• Host response  imunitas humoral dan
selular
Kekebalan
• tidak fatal
• cacat penampilan dan fisik,
gangguan sosialisasi, diskriminasi
Prognosis
EHDP
Penularan
• Manusia, anak merupakan reservoir
Sumber
penularan
• Kontak langsung kulit-kulit melalui cairan
eksudat
• Bakteri tidak dapat menembus kulit utuh,
tetapi masuk melalui luka lecet, goresan, atau
luka infeksi kulit lain.
• kontak melalui lalat, alat rumah tangga,
keluarga
• ASI dari Ibu ke anak
Cara
penularan:
• 9-90 hari
• rata-rata 3 minggu
Inkubasi
EHDP
Faktor Risiko Penularan
• Bergantian memakai pakaian yang sama dengan kasus
• Jarang berganti pakaian
• Kebersihan perorangan dan lingkungan yang buruk
• Tinggal di daerah yang kumuh
• Adanya penyakit kulit lain seperti kudis (scabies),
pioderma
• Luka yang berulang-ulang selama kegiatan diluar rumah
Manifestasi klinis
Perjalanan penyakit
Lesi primer
• Sangat menular
Lesi sekunder
Menular
Lesi tersier
Tidak menular
Periode laten I
10-16 minggu (2-5 thn)
Periode laten II
5-10 thn
EHDP
>6 bulan
3-6 bulan
 Papul frambusia: penonjolan padat
dengan permukaan bersisik halus
 Tidak nyeri, bisa gatal
 Predileksi tungkai bawah (legs & ankle),
wajah, leher, tangan, daerah terbuka.
Kadang ditemukan di lipat ketiak, leher,
lipat paha, lipat anal.
 Gejala konstitusi jarang, KGB regional
dapat membesar, atralgia
 Papul berkembang menjadi large yellow
nodule disebut sbg papiloma
 Lesi primer bervariasi (sangat bergantung
variasi iklim)
 Lesi makula pada musim kemarau
 Lesi florid pada musim hujan
Lesi primer: mother Yaws, buba
madre
EHDP
Lesi Primer: krustopapiloma
 Papul dengan permukaan berjonjot, sering tertutup cairan
eksudat yang mengering menjadi krusta kekuningan
 Papilomata: kumpulan papiloma
 Permukaan dapat kering / basah tergantung kelembaban
sekitar
EHDP
Bila tidak diobati, dlm bbrp minggu-bulan nodul mengalami ulserasi
Lesi Primer: makuloskuamosa
 Makula hipopigmentasi, sirkular, multipel, dengan deskuamasi
ringan, di bagian tepi terdapat hipo atau hiperpigmentasi.
EHDP
Lesi primer: ulseropapiloma
• Beberapa papul bersatu
menjadi plak, dapat
menjadi ulkus disebut
sebagai chancre of yaws,
frambesioma. Kadang
ada lesi satelit berupa
papul-papul kecil
• Basah bergetah,
mengandung banyak
kuman
• Dasar ulkus: raspberry
like (frambesial),
tertutup krusta
kekuningan EHDP
Figure 1. Early, diffuse cutaneous macular and
ulcerative lesions extending into the anal cleft. Photo
credit: CDC/Dr. Peter Perine
Figure 4. Early squamous macule. Photo credit:
CDC/Dr. Peter Perine
Figure 6. Non-infectious lesion on the elbow. Photo credit: CDC/Dr. Peter Perine Figure 9. Confluent papillomata with ulcerations on the shin. These lesions were
present for several years and are consistent with mixed early and late lesions. Photo
credit: CDC/Dr. Peter Perine
Lesi primer: penyembuhan
• Tanpa terapi, lesi dapat
sembuh spontan,
masuk ke dalam fase
laten I setelah 3-6
bulan
• Gejala sisa berupa
sikatriks atrofi
(cigarette paper)
dengan hipopigmentasi
sentral atau dengan
tepi yang gelap
• 9-15% kasus menetap
EHDP
Lesi sekunder
Timbul setelah periode
laten selama 10-16
minggu, bisa sampai 2-
5 tahun
Sering disertai gejala
konstitusi: malaise,
demam, anoreksia
Limfadenopati
generalisata, sering
artralgia
Sembuh dengan / tanpa
meninggalkan jaringan
parut
Dapat berjalan simultan
dengan lesi primer EHDP
Hasil dari penyebaran hematogen
dan limfogen terutama ke kulit dan
tulang
Lesi sekunder: daughter yaws,
piamomas
• Lesi kulit diseminata
• Papul tidak gatal, kemerahan, verukosa atau
vegetasi
• Terjadi erosi dan basah, tertutup eksudat fibrin
yang sangat infeksius, mengering membentuk
krusta EHDP
Lesi sekunder
• Ulkus multiple eksudatif, berbau
anyir, dan penuh dengan lalat
• Tidak nyeri
• Tepi meninggi
• Bentuk bulat
Lesi sekunder
EHDP
Lesi sekunder
Lesi sekunder
wet crab/ bubul
Plak palmoplantar
hiperkeratotik
(Crab Yaws), nyeri
EHDP
Lesi sekunder: Plak papuloskuamosa (pianides)
EHDP
Lesi sekunder (mengenai
tulang)
Gambaran lain:
• Osteoperiostitis falangs proksimal (ghoul hand) atau di tulang
panjang (nyeri dan penebalan tulang panjang)
• 75% kasus anak mengalami nyeri sendi
EHDP
Lesi tersier
 Bila tidak diterapi, timbul lesi tersier setelah periode laten
kedua (5-10 thn)
 Lokasi tersering: ketiak, anus, dan sekitar mulut
 Bila tidak diterapi 10% kasus mengalami:
 Gumma framboesiodes: nodul gumma kutan dan subkutan
 Gangosa, pintoid diskromia, goundou, keratoderma
 Nodul juxta-articular
 Dapat mengenai tulang, mata, saraf, kardiovaskular
 Tidak menular
 Sembuh dengan deformitas dan kontraktur
EHDP
Lesi tersier
nodul juxta-articular
doc:Subdit Kusta & Framb.
Gangosa: lesi
destruktif osteitis
pada hidung,
sentral wajah, bisa
sampai perforasi
tulang hidung,
palatum , dan
nasofaring
Gondou: pembengkakan dan nyeri area
hidung dan paranasal
EHDP
Diagnosis klinis dan
pemeriksaan
Diagnosis Klinis
Kasus Suspek
 Anak umur < 15 tahun
 Gejala klinis selama > 2 minggu:
 Makula, Papul atau Papilloma
 Ulkus frambusia yang khas: tepi meninggi dan
indurasi, tertutup krusta dan tidak sakit
 Hiperkeratosis di telapak tangan dan kaki
 Perubahan pada tulang dan sendi
 Ciri dan lokasi lesi terjadi pada tungkai, kaki, bisa di
lengan dan muka
EHDP
Di era modern, manifestasi klinis Yaws kurang basah karena penggunaan
penisilin
Diagnosis Klinis
 Kasus probable
 Kasus suspek yang memiliki kontak erat >20 jam per
minggu dengan kasus frambusia
 waktu kontak antara 9-90 hari sebelum munculnya lesi
frambusia
 Perlu dilakukan pengujian serologi (RDT) utk konfirmasi
diagnosis (terutama di daerah non endemis).
 Kasus konfirmasi
 Kasus suspek/probable dengan RDT positif (+)
 Pemeriksaan dilanjutkan dengan RPR/VDRL
EHDP
Pemeriksaan Penunjang
1. Pemeriksaan Mikroskop Lapangan Gelap
2. PCR (pemeriksaan molecular)
3. Pemeriksaan Serologis
A. Treponemal test (positif pada semua stadium), di antaranya :
 TPHA (Treponema palidum haemagglutination test)  tetap positif setelah terapi
 RDT (Rapid Diagnosis Test)
B. Non treponemal test (Reaginic antibody test), di antaranya :
 VDRL (Venereal disease research laboratory
 RPR (Rapid Plasma Reagin)  umumnya lebih tinggi pada lesi primer
dibandingkan sekunder
 Pemeriksaan serologi yg ada tidak dapat membedakan dg infeksi
treponema lain.
 Dapat negative pada stadium awal sekali atau stadium lanjut
EHDP
Algoritma Diagnosis
 Pemeriksaan RDT dg
sensitivitas 85-98% dan
spesifisitas 93-98%.
 Tidak dapat
membedakan antara
infeksi aktif dan yg sudah
mendapat pengobatan.
 Apabila didapat RDT (+),
diuji kembali dg RPR utk
mengetahui apakah
penyakit masih aktif
EHDP
Bukan
frambusia
Diagnosis banding
Veruka
Vulgaris
EHDP
Kromoblastomikosis
Diagnosis banding
PIODERM
A EHDP
Diagnosis banding
Ulkus tropikum
EHDP
Ulkus e.c trauma (gigitan tikus) dengan infeksi
sekunder bakterial dan miasis pada pasien MH
Diagnosis banding
TBC
EHDP
Diagnosis banding
Coccidioidomycosis
EHDP
SCC
Diagnosis banding
Skabies EHDP
Tinea Imbricata
Diagnosis banding
Panu
(Tinea Versicolor)
Psoriasis
Terapi
Azitromisin
1). Dosis
30 mg/kgBB yang diberikan 1x. Dosis maksimal 2 gram
2). Bentuk sediaan
Sirup kering, Tablet dan Kaplet berwarna putih berbentuk oval.
3). Cara Minum Obat
Berikan pada saat perut kosong 1 jam sebelum makan atau 2 jam sesudah
makan. Setelah minum obat tunggu 30 menit untuk melihat efek samping.
(Dipantau kembali setelah 2 minggu untuk melihat efek samping jangka
panjang)
4). Kontraindikasi
Riwayat alergi dengan azitromisin sebelumnya, ibu hamil, gangguan hati, dan
jaundice (kuning) karena gangguan aliran empedu.
Terapi – Pilihan Utama
UMUR NAMA OBAT DOSIS
CARA
PEMBERIA
N
LAMA
PEMBERIAN
2-5 tahun
Azitromisin tablet
500 mg (1 tablet)
1x/hari
PO Dosis tunggal
6-9 tahun
1.000 mg (2 tablet)
1x/hari
10-15 tahun
1.500 mg (3 tablet)
1x/hari
16-69 tahun
2.000 mg (4 tablet)
1x/hari
‚*Kasus < 2 tahun dan > 69 tahun, wanita hamil, warga sakit berat,
atau alergi obat azitromisin, pengobatannya konsultasikan ke dokter
EHDP
Efek Samping Obat
4).Toksisitas dan efek samping
 diare, mual, muntah, sakit perut, dan reaksi kulit berat.
 Efek samping yang jarang terjadi termasuk sakit kepala,
ruam, nilai fungsi hati yang tidak normal dan gangguan pada
indra penciuman dan pengecap.
 Bila ada bradikardi relatif diberikan sulfas atropine dengan
catatan denyut nadi sebelum pemberian harus dihitung
dengan cermat.
 Tidak ada efek samping yang menyebabkan
fatal/meninggal yang terdokumentasikan.
Efek Samping dan
Penanganan
 Pengobatan KIPO adalah dengan memberikan obat sesuai
keluhan (simptomatis)
 Jika ringan rujuk ke petugas kesehatan/yankes terdekat, jika
tidak bisa menangani, rujuk ke dokter atau RS terdekat
No Gejala Penanggulangan Rujukan
1 Diare  Pemberian oralit Petugas
Puskesmas,
dokter
2 Mual, muntah,  Pemberian obat anti
mual (B6)
Petugas
Puskesmas,
dokter
3 Kram perut  Anti spasmodik Petugas
Puskesmas,
Keamanan Obat Frambusia
Keluhan yang terjadi setelah minum obat sering dianggap
disebabkan oleh obat yang baru saja diberikan  diperlukan
review ahli untuk menentukan apakah kejadian ini merupakan:
efek simpang obat atau
kejadian bersamaan (bukan efek simpang obat, tetapi terjadi
setelah minum obat frambusia).
Kejadian Ikutan POPM Frambusia dapat terjadi sejak diberikan
obat hingga 2 minggu.
Sebelum diobati Setelah 15 hari diobati
Kasus di Jayapura, 9 October 2008
Setelah terapi: Kuman hilang dari lesi 8-10 jam.
Lesi kulit mulai menyembuh dalam 2-4 minggu.
Nyeri sendi mulai membaik dalam 48 jam.
Pencegahan
EHDP
Interupsi
transmisi
melalui
Perbaikan
kebersihan
personal
• Diagnosis
dini
• Terapi
populasi
target
• Penyuluhan
kesehatan
Daftar Pustaka
1. Hill K, Kodijat R, Sardadi M. Atlas of Framboesia. Geneva, Switzerland: World Health Org. 1951.h.7-17.
2. Yaws: recognition Booklet for Communities. Departement of Control of Neglected Disease WHO.
Geneva: 2012.
3. Mitja O, Asiedu K, Mabey D. Yaws. The Lancet. 2013; 381: 763-73.
4. Giacani L, Lukehart SA. The Endemic Treponematoses. Clin. Microbiology Reviews 2014; 27(1):89-115
5. Kazadi WM, Asiedu K, Agana N, Mitja O. Epidemiology of Yaws: an Update. Clin. Epid 2014,6:119-28.
6. Marks, M. Advances in the Treatment of Yaws. Tropical Medicine and Infectious Diseas. 2018; 3(3): 92.
doi:10.3390/tropicalmed3030092
7. Hernandez DAA, Rivera AS. Yaws essentials: What health professionals should know about yaws.
Heighpubs Otolaryngol and Rhinol. 2017; 1: 037-040.
DOI: 10.29328/journal.hor.1001007
8. Marks, M., Lebari, D., Solomon, A. W.,&Higgins, S. P. Yaws. International Journal of STD&AIDS.
2014;26(10): 696–703. doi:10.1177/0956462414549036
9. Santos MA, Faldetta KF, Zaenglein AL. Yaws: Rebound of a forgotten disease. Glob Dermatol. 2015; 2:
DOI: 10.15761/GOD.1000140
EHDP
TERIMA KASIH

More Related Content

What's hot

What's hot (20)

Askep morbili AKPER PEMKAB MUNA
Askep morbili AKPER PEMKAB MUNA Askep morbili AKPER PEMKAB MUNA
Askep morbili AKPER PEMKAB MUNA
 
materi penyuluhan kusta.pptx
materi penyuluhan kusta.pptxmateri penyuluhan kusta.pptx
materi penyuluhan kusta.pptx
 
Chikungunya
ChikungunyaChikungunya
Chikungunya
 
Malaria
MalariaMalaria
Malaria
 
Askep campak
Askep campak Askep campak
Askep campak
 
BAB 5 Epidemiologi Penyakit Menular CAMPAK (Measles)
BAB 5 Epidemiologi Penyakit Menular CAMPAK (Measles)BAB 5 Epidemiologi Penyakit Menular CAMPAK (Measles)
BAB 5 Epidemiologi Penyakit Menular CAMPAK (Measles)
 
Paparan Sosialisasi Klinis Frambusia.pptx
Paparan Sosialisasi Klinis Frambusia.pptxPaparan Sosialisasi Klinis Frambusia.pptx
Paparan Sosialisasi Klinis Frambusia.pptx
 
Frambusia diagnosis dan surveilans.pptx
Frambusia diagnosis dan surveilans.pptxFrambusia diagnosis dan surveilans.pptx
Frambusia diagnosis dan surveilans.pptx
 
Tenggelam
TenggelamTenggelam
Tenggelam
 
Leaflet bronchopneumonia
Leaflet bronchopneumoniaLeaflet bronchopneumonia
Leaflet bronchopneumonia
 
Rim7
Rim7Rim7
Rim7
 
Toksoplasmosis 3 a
Toksoplasmosis 3 aToksoplasmosis 3 a
Toksoplasmosis 3 a
 
Program rabies di puskesmas
Program rabies di puskesmasProgram rabies di puskesmas
Program rabies di puskesmas
 
Rhinitis alergi
Rhinitis alergi Rhinitis alergi
Rhinitis alergi
 
Skabies
Skabies Skabies
Skabies
 
Rabies
RabiesRabies
Rabies
 
MATERI RABIES.pptx
MATERI RABIES.pptxMATERI RABIES.pptx
MATERI RABIES.pptx
 
Presentasi difteri
Presentasi difteriPresentasi difteri
Presentasi difteri
 
Penyakit campak measles
Penyakit  campak measlesPenyakit  campak measles
Penyakit campak measles
 
Luka bakar
Luka bakarLuka bakar
Luka bakar
 

Similar to Frambusia PPT.pptx

Beberapa penyakit infeksi dan cara penularannya
Beberapa penyakit infeksi dan cara penularannyaBeberapa penyakit infeksi dan cara penularannya
Beberapa penyakit infeksi dan cara penularannyaIbnu Kamajaya
 
Diagnosis dan Tatalaksana Frambusia.ppsx
Diagnosis dan Tatalaksana Frambusia.ppsxDiagnosis dan Tatalaksana Frambusia.ppsx
Diagnosis dan Tatalaksana Frambusia.ppsxDianKusuma39
 
DERMATOVENEROLOGI.pdf
DERMATOVENEROLOGI.pdfDERMATOVENEROLOGI.pdf
DERMATOVENEROLOGI.pdfZaidHidayah
 
Diagnosis Frambusia YI.pdf
Diagnosis Frambusia YI.pdfDiagnosis Frambusia YI.pdf
Diagnosis Frambusia YI.pdfaegisaegea
 
Blok 12 IMUNITAS DAN INFEKSI.pptx
Blok 12 IMUNITAS DAN INFEKSI.pptxBlok 12 IMUNITAS DAN INFEKSI.pptx
Blok 12 IMUNITAS DAN INFEKSI.pptxFredy Samosir
 
[OPTIMA]SoPem OPTIMA ANAK Sep'19.pdf
[OPTIMA]SoPem OPTIMA ANAK Sep'19.pdf[OPTIMA]SoPem OPTIMA ANAK Sep'19.pdf
[OPTIMA]SoPem OPTIMA ANAK Sep'19.pdfadindarabiattun
 
Promosi & Kawalan - Sexual Transmitted Diseases
Promosi & Kawalan - Sexual Transmitted DiseasesPromosi & Kawalan - Sexual Transmitted Diseases
Promosi & Kawalan - Sexual Transmitted DiseasesMuhammad Nasrullah
 
Impetigo Bullosa
Impetigo BullosaImpetigo Bullosa
Impetigo BullosaPhil Adit R
 
Masalah kesehatan kulit
Masalah kesehatan kulitMasalah kesehatan kulit
Masalah kesehatan kulitmateri-x2
 
CRS Demam Tifoid.pptx
CRS Demam Tifoid.pptxCRS Demam Tifoid.pptx
CRS Demam Tifoid.pptxmelitahusna1
 
frambusia_tropika.ppt
frambusia_tropika.pptframbusia_tropika.ppt
frambusia_tropika.pptPkmSAWIT2
 
Askep Tb paru,
Askep Tb paru,Askep Tb paru,
Askep Tb paru,f' yagami
 

Similar to Frambusia PPT.pptx (20)

Beberapa penyakit infeksi dan cara penularannya
Beberapa penyakit infeksi dan cara penularannyaBeberapa penyakit infeksi dan cara penularannya
Beberapa penyakit infeksi dan cara penularannya
 
Diagnosis dan Tatalaksana Frambusia.ppsx
Diagnosis dan Tatalaksana Frambusia.ppsxDiagnosis dan Tatalaksana Frambusia.ppsx
Diagnosis dan Tatalaksana Frambusia.ppsx
 
DERMATOVENEROLOGI.pdf
DERMATOVENEROLOGI.pdfDERMATOVENEROLOGI.pdf
DERMATOVENEROLOGI.pdf
 
Diagnosis Frambusia YI.pdf
Diagnosis Frambusia YI.pdfDiagnosis Frambusia YI.pdf
Diagnosis Frambusia YI.pdf
 
Tobasa-Frambusia (5).pptx
Tobasa-Frambusia (5).pptxTobasa-Frambusia (5).pptx
Tobasa-Frambusia (5).pptx
 
Blok 12 IMUNITAS DAN INFEKSI.pptx
Blok 12 IMUNITAS DAN INFEKSI.pptxBlok 12 IMUNITAS DAN INFEKSI.pptx
Blok 12 IMUNITAS DAN INFEKSI.pptx
 
[OPTIMA]SoPem OPTIMA ANAK Sep'19.pdf
[OPTIMA]SoPem OPTIMA ANAK Sep'19.pdf[OPTIMA]SoPem OPTIMA ANAK Sep'19.pdf
[OPTIMA]SoPem OPTIMA ANAK Sep'19.pdf
 
Promosi & Kawalan - Sexual Transmitted Diseases
Promosi & Kawalan - Sexual Transmitted DiseasesPromosi & Kawalan - Sexual Transmitted Diseases
Promosi & Kawalan - Sexual Transmitted Diseases
 
Frambusia.pptx
Frambusia.pptxFrambusia.pptx
Frambusia.pptx
 
parotitis-ppt.pdf
parotitis-ppt.pdfparotitis-ppt.pdf
parotitis-ppt.pdf
 
Demam tifoid
Demam tifoidDemam tifoid
Demam tifoid
 
Impetigo Bullosa
Impetigo BullosaImpetigo Bullosa
Impetigo Bullosa
 
PF Kulit.pdf
PF Kulit.pdfPF Kulit.pdf
PF Kulit.pdf
 
PERTUSIS.pptx
PERTUSIS.pptxPERTUSIS.pptx
PERTUSIS.pptx
 
Masalah kesehatan kulit
Masalah kesehatan kulitMasalah kesehatan kulit
Masalah kesehatan kulit
 
Dk pemicu 4
Dk  pemicu 4Dk  pemicu 4
Dk pemicu 4
 
QA Frambusia.pptx
QA Frambusia.pptxQA Frambusia.pptx
QA Frambusia.pptx
 
CRS Demam Tifoid.pptx
CRS Demam Tifoid.pptxCRS Demam Tifoid.pptx
CRS Demam Tifoid.pptx
 
frambusia_tropika.ppt
frambusia_tropika.pptframbusia_tropika.ppt
frambusia_tropika.ppt
 
Askep Tb paru,
Askep Tb paru,Askep Tb paru,
Askep Tb paru,
 

Recently uploaded

Toksikologi obat dan macam-macam obat yang toksik dan berbahaya.ppt
Toksikologi obat dan macam-macam obat yang toksik dan berbahaya.pptToksikologi obat dan macam-macam obat yang toksik dan berbahaya.ppt
Toksikologi obat dan macam-macam obat yang toksik dan berbahaya.pptRoniAlfaqih2
 
SEDIAAN EMULSI : DEFINISI, TIPE EMULSI, JENIS EMULGATOR DAN CARA PEMBUATAN
SEDIAAN EMULSI : DEFINISI, TIPE EMULSI, JENIS EMULGATOR DAN CARA PEMBUATANSEDIAAN EMULSI : DEFINISI, TIPE EMULSI, JENIS EMULGATOR DAN CARA PEMBUATAN
SEDIAAN EMULSI : DEFINISI, TIPE EMULSI, JENIS EMULGATOR DAN CARA PEMBUATANYayahKodariyah
 
MPI 3. Pengendalian Penyakit pada JH 2023 Kadar.pptx
MPI 3. Pengendalian Penyakit pada JH 2023 Kadar.pptxMPI 3. Pengendalian Penyakit pada JH 2023 Kadar.pptx
MPI 3. Pengendalian Penyakit pada JH 2023 Kadar.pptxISKANDARSYAPARI
 
PPT KONTRASEPSI KB HORMONAL DAN NON HORMONAL
PPT KONTRASEPSI KB HORMONAL DAN NON HORMONALPPT KONTRASEPSI KB HORMONAL DAN NON HORMONAL
PPT KONTRASEPSI KB HORMONAL DAN NON HORMONALMayangWulan3
 
Laporan Kasus - Tonsilitis Kronik Eksaserbasi Akut.pptx
Laporan Kasus - Tonsilitis Kronik Eksaserbasi Akut.pptxLaporan Kasus - Tonsilitis Kronik Eksaserbasi Akut.pptx
Laporan Kasus - Tonsilitis Kronik Eksaserbasi Akut.pptxkaiba5
 
anatomi fisiologi sistem penginderaan.ppt
anatomi fisiologi sistem penginderaan.pptanatomi fisiologi sistem penginderaan.ppt
anatomi fisiologi sistem penginderaan.pptRoniAlfaqih2
 
414325562-Ppt- Keperawatan GawatDarurat Trauma-Abdomen.pptx
414325562-Ppt- Keperawatan GawatDarurat Trauma-Abdomen.pptx414325562-Ppt- Keperawatan GawatDarurat Trauma-Abdomen.pptx
414325562-Ppt- Keperawatan GawatDarurat Trauma-Abdomen.pptxrachmatpawelloi
 
SWAMEDIKASI ALERGI PRODI SARJANA FARMASI.pdf
SWAMEDIKASI ALERGI PRODI SARJANA FARMASI.pdfSWAMEDIKASI ALERGI PRODI SARJANA FARMASI.pdf
SWAMEDIKASI ALERGI PRODI SARJANA FARMASI.pdfFatimaZalamatulInzan
 
penyuluhan terkait kanker payudara oleh mahasiswa k3s
penyuluhan terkait kanker payudara oleh mahasiswa k3spenyuluhan terkait kanker payudara oleh mahasiswa k3s
penyuluhan terkait kanker payudara oleh mahasiswa k3smwk57khb29
 
456720224-1-Antenatal Care-Terpadu-10-T-ppt.ppt
456720224-1-Antenatal Care-Terpadu-10-T-ppt.ppt456720224-1-Antenatal Care-Terpadu-10-T-ppt.ppt
456720224-1-Antenatal Care-Terpadu-10-T-ppt.pptDesiskaPricilia1
 
PANDUAN TUGAS AKHIR SKRIPSI PRODI KEPERAWATAN ANESTESIOLOGI PROGRAM SARJANA T...
PANDUAN TUGAS AKHIR SKRIPSI PRODI KEPERAWATAN ANESTESIOLOGI PROGRAM SARJANA T...PANDUAN TUGAS AKHIR SKRIPSI PRODI KEPERAWATAN ANESTESIOLOGI PROGRAM SARJANA T...
PANDUAN TUGAS AKHIR SKRIPSI PRODI KEPERAWATAN ANESTESIOLOGI PROGRAM SARJANA T...AdekKhazelia
 
Strategi_Pengendalian_RisikoZSFADXSCFQ.pdf
Strategi_Pengendalian_RisikoZSFADXSCFQ.pdfStrategi_Pengendalian_RisikoZSFADXSCFQ.pdf
Strategi_Pengendalian_RisikoZSFADXSCFQ.pdfhsetraining040
 
materi tentang sistem imun tubuh manusia
materi tentang sistem  imun tubuh manusiamateri tentang sistem  imun tubuh manusia
materi tentang sistem imun tubuh manusiastvitania08
 
PPT presentasi tentang ekshumasi stase forensik
PPT presentasi tentang ekshumasi stase forensikPPT presentasi tentang ekshumasi stase forensik
PPT presentasi tentang ekshumasi stase forensikSavitriIndrasari1
 
konsep nutrisi pada pasien dengan gangguan kardiovaskuler.pptx
konsep nutrisi pada pasien dengan gangguan kardiovaskuler.pptxkonsep nutrisi pada pasien dengan gangguan kardiovaskuler.pptx
konsep nutrisi pada pasien dengan gangguan kardiovaskuler.pptxrittafarmaraflesia
 
PERAN PERAWAT DALAM MEMBERIKAN PELAYANAN KELOMPOK 4.ppt
PERAN PERAWAT DALAM MEMBERIKAN PELAYANAN KELOMPOK 4.pptPERAN PERAWAT DALAM MEMBERIKAN PELAYANAN KELOMPOK 4.ppt
PERAN PERAWAT DALAM MEMBERIKAN PELAYANAN KELOMPOK 4.pptbekamalayniasinta
 
PERHITUNGAN_DAN_KATEGORI_STATUS_GIZI.ppt
PERHITUNGAN_DAN_KATEGORI_STATUS_GIZI.pptPERHITUNGAN_DAN_KATEGORI_STATUS_GIZI.ppt
PERHITUNGAN_DAN_KATEGORI_STATUS_GIZI.pptika291990
 
Pelajaran Distosia Bahu pada persalinann
Pelajaran Distosia Bahu pada persalinannPelajaran Distosia Bahu pada persalinann
Pelajaran Distosia Bahu pada persalinannandyyusrizal2
 

Recently uploaded (18)

Toksikologi obat dan macam-macam obat yang toksik dan berbahaya.ppt
Toksikologi obat dan macam-macam obat yang toksik dan berbahaya.pptToksikologi obat dan macam-macam obat yang toksik dan berbahaya.ppt
Toksikologi obat dan macam-macam obat yang toksik dan berbahaya.ppt
 
SEDIAAN EMULSI : DEFINISI, TIPE EMULSI, JENIS EMULGATOR DAN CARA PEMBUATAN
SEDIAAN EMULSI : DEFINISI, TIPE EMULSI, JENIS EMULGATOR DAN CARA PEMBUATANSEDIAAN EMULSI : DEFINISI, TIPE EMULSI, JENIS EMULGATOR DAN CARA PEMBUATAN
SEDIAAN EMULSI : DEFINISI, TIPE EMULSI, JENIS EMULGATOR DAN CARA PEMBUATAN
 
MPI 3. Pengendalian Penyakit pada JH 2023 Kadar.pptx
MPI 3. Pengendalian Penyakit pada JH 2023 Kadar.pptxMPI 3. Pengendalian Penyakit pada JH 2023 Kadar.pptx
MPI 3. Pengendalian Penyakit pada JH 2023 Kadar.pptx
 
PPT KONTRASEPSI KB HORMONAL DAN NON HORMONAL
PPT KONTRASEPSI KB HORMONAL DAN NON HORMONALPPT KONTRASEPSI KB HORMONAL DAN NON HORMONAL
PPT KONTRASEPSI KB HORMONAL DAN NON HORMONAL
 
Laporan Kasus - Tonsilitis Kronik Eksaserbasi Akut.pptx
Laporan Kasus - Tonsilitis Kronik Eksaserbasi Akut.pptxLaporan Kasus - Tonsilitis Kronik Eksaserbasi Akut.pptx
Laporan Kasus - Tonsilitis Kronik Eksaserbasi Akut.pptx
 
anatomi fisiologi sistem penginderaan.ppt
anatomi fisiologi sistem penginderaan.pptanatomi fisiologi sistem penginderaan.ppt
anatomi fisiologi sistem penginderaan.ppt
 
414325562-Ppt- Keperawatan GawatDarurat Trauma-Abdomen.pptx
414325562-Ppt- Keperawatan GawatDarurat Trauma-Abdomen.pptx414325562-Ppt- Keperawatan GawatDarurat Trauma-Abdomen.pptx
414325562-Ppt- Keperawatan GawatDarurat Trauma-Abdomen.pptx
 
SWAMEDIKASI ALERGI PRODI SARJANA FARMASI.pdf
SWAMEDIKASI ALERGI PRODI SARJANA FARMASI.pdfSWAMEDIKASI ALERGI PRODI SARJANA FARMASI.pdf
SWAMEDIKASI ALERGI PRODI SARJANA FARMASI.pdf
 
penyuluhan terkait kanker payudara oleh mahasiswa k3s
penyuluhan terkait kanker payudara oleh mahasiswa k3spenyuluhan terkait kanker payudara oleh mahasiswa k3s
penyuluhan terkait kanker payudara oleh mahasiswa k3s
 
456720224-1-Antenatal Care-Terpadu-10-T-ppt.ppt
456720224-1-Antenatal Care-Terpadu-10-T-ppt.ppt456720224-1-Antenatal Care-Terpadu-10-T-ppt.ppt
456720224-1-Antenatal Care-Terpadu-10-T-ppt.ppt
 
PANDUAN TUGAS AKHIR SKRIPSI PRODI KEPERAWATAN ANESTESIOLOGI PROGRAM SARJANA T...
PANDUAN TUGAS AKHIR SKRIPSI PRODI KEPERAWATAN ANESTESIOLOGI PROGRAM SARJANA T...PANDUAN TUGAS AKHIR SKRIPSI PRODI KEPERAWATAN ANESTESIOLOGI PROGRAM SARJANA T...
PANDUAN TUGAS AKHIR SKRIPSI PRODI KEPERAWATAN ANESTESIOLOGI PROGRAM SARJANA T...
 
Strategi_Pengendalian_RisikoZSFADXSCFQ.pdf
Strategi_Pengendalian_RisikoZSFADXSCFQ.pdfStrategi_Pengendalian_RisikoZSFADXSCFQ.pdf
Strategi_Pengendalian_RisikoZSFADXSCFQ.pdf
 
materi tentang sistem imun tubuh manusia
materi tentang sistem  imun tubuh manusiamateri tentang sistem  imun tubuh manusia
materi tentang sistem imun tubuh manusia
 
PPT presentasi tentang ekshumasi stase forensik
PPT presentasi tentang ekshumasi stase forensikPPT presentasi tentang ekshumasi stase forensik
PPT presentasi tentang ekshumasi stase forensik
 
konsep nutrisi pada pasien dengan gangguan kardiovaskuler.pptx
konsep nutrisi pada pasien dengan gangguan kardiovaskuler.pptxkonsep nutrisi pada pasien dengan gangguan kardiovaskuler.pptx
konsep nutrisi pada pasien dengan gangguan kardiovaskuler.pptx
 
PERAN PERAWAT DALAM MEMBERIKAN PELAYANAN KELOMPOK 4.ppt
PERAN PERAWAT DALAM MEMBERIKAN PELAYANAN KELOMPOK 4.pptPERAN PERAWAT DALAM MEMBERIKAN PELAYANAN KELOMPOK 4.ppt
PERAN PERAWAT DALAM MEMBERIKAN PELAYANAN KELOMPOK 4.ppt
 
PERHITUNGAN_DAN_KATEGORI_STATUS_GIZI.ppt
PERHITUNGAN_DAN_KATEGORI_STATUS_GIZI.pptPERHITUNGAN_DAN_KATEGORI_STATUS_GIZI.ppt
PERHITUNGAN_DAN_KATEGORI_STATUS_GIZI.ppt
 
Pelajaran Distosia Bahu pada persalinann
Pelajaran Distosia Bahu pada persalinannPelajaran Distosia Bahu pada persalinann
Pelajaran Distosia Bahu pada persalinann
 

Frambusia PPT.pptx

  • 2. Nama Lain Frambusia Frambesia dari kata Framboise (Raspberry)  Bahasa Prancis Pian Puru Parangi Patek Ambalo Buba
  • 3. Pendahuluan  Frambusia = Frambesia tropika penyakit infeksi kronis residif non-venereal yang disebabkan oleh Treponema palidum pertenue, dapat melibatkan kulit, tulang, sendi.  Laki-laki lebih banyak dari perempuan karena lebih aktif  lebih banyak trauma  Tidak diturunkan secara kongenital  Tidak menembus plasenta  Tidak menembus sistem saraf pusat  Dapat melibatkan sistem kardiovaskular EHDP Masih diperdebatka n
  • 4. Frambusia • daerah tropis & lembab  ≥27oC (80oF), dengan curah hujan tinggi • terutama anak-anak (< 15 tahun), puncak 6-10 tahun • laki > perempuan • sosial ekonomi rendah, higiene buruk, fasilitas sanitasi kurang, padat penduduk Epidemiologi • tidak ada kekebalan tubuh yang menetap • Host response  imunitas humoral dan selular Kekebalan • tidak fatal • cacat penampilan dan fisik, gangguan sosialisasi, diskriminasi Prognosis EHDP
  • 5. Penularan • Manusia, anak merupakan reservoir Sumber penularan • Kontak langsung kulit-kulit melalui cairan eksudat • Bakteri tidak dapat menembus kulit utuh, tetapi masuk melalui luka lecet, goresan, atau luka infeksi kulit lain. • kontak melalui lalat, alat rumah tangga, keluarga • ASI dari Ibu ke anak Cara penularan: • 9-90 hari • rata-rata 3 minggu Inkubasi EHDP
  • 6. Faktor Risiko Penularan • Bergantian memakai pakaian yang sama dengan kasus • Jarang berganti pakaian • Kebersihan perorangan dan lingkungan yang buruk • Tinggal di daerah yang kumuh • Adanya penyakit kulit lain seperti kudis (scabies), pioderma • Luka yang berulang-ulang selama kegiatan diluar rumah
  • 8. Perjalanan penyakit Lesi primer • Sangat menular Lesi sekunder Menular Lesi tersier Tidak menular Periode laten I 10-16 minggu (2-5 thn) Periode laten II 5-10 thn EHDP >6 bulan 3-6 bulan
  • 9.  Papul frambusia: penonjolan padat dengan permukaan bersisik halus  Tidak nyeri, bisa gatal  Predileksi tungkai bawah (legs & ankle), wajah, leher, tangan, daerah terbuka. Kadang ditemukan di lipat ketiak, leher, lipat paha, lipat anal.  Gejala konstitusi jarang, KGB regional dapat membesar, atralgia  Papul berkembang menjadi large yellow nodule disebut sbg papiloma  Lesi primer bervariasi (sangat bergantung variasi iklim)  Lesi makula pada musim kemarau  Lesi florid pada musim hujan Lesi primer: mother Yaws, buba madre EHDP
  • 10. Lesi Primer: krustopapiloma  Papul dengan permukaan berjonjot, sering tertutup cairan eksudat yang mengering menjadi krusta kekuningan  Papilomata: kumpulan papiloma  Permukaan dapat kering / basah tergantung kelembaban sekitar EHDP
  • 11. Bila tidak diobati, dlm bbrp minggu-bulan nodul mengalami ulserasi
  • 12. Lesi Primer: makuloskuamosa  Makula hipopigmentasi, sirkular, multipel, dengan deskuamasi ringan, di bagian tepi terdapat hipo atau hiperpigmentasi. EHDP
  • 13. Lesi primer: ulseropapiloma • Beberapa papul bersatu menjadi plak, dapat menjadi ulkus disebut sebagai chancre of yaws, frambesioma. Kadang ada lesi satelit berupa papul-papul kecil • Basah bergetah, mengandung banyak kuman • Dasar ulkus: raspberry like (frambesial), tertutup krusta kekuningan EHDP
  • 14. Figure 1. Early, diffuse cutaneous macular and ulcerative lesions extending into the anal cleft. Photo credit: CDC/Dr. Peter Perine Figure 4. Early squamous macule. Photo credit: CDC/Dr. Peter Perine
  • 15. Figure 6. Non-infectious lesion on the elbow. Photo credit: CDC/Dr. Peter Perine Figure 9. Confluent papillomata with ulcerations on the shin. These lesions were present for several years and are consistent with mixed early and late lesions. Photo credit: CDC/Dr. Peter Perine
  • 16. Lesi primer: penyembuhan • Tanpa terapi, lesi dapat sembuh spontan, masuk ke dalam fase laten I setelah 3-6 bulan • Gejala sisa berupa sikatriks atrofi (cigarette paper) dengan hipopigmentasi sentral atau dengan tepi yang gelap • 9-15% kasus menetap EHDP
  • 17. Lesi sekunder Timbul setelah periode laten selama 10-16 minggu, bisa sampai 2- 5 tahun Sering disertai gejala konstitusi: malaise, demam, anoreksia Limfadenopati generalisata, sering artralgia Sembuh dengan / tanpa meninggalkan jaringan parut Dapat berjalan simultan dengan lesi primer EHDP Hasil dari penyebaran hematogen dan limfogen terutama ke kulit dan tulang
  • 18. Lesi sekunder: daughter yaws, piamomas • Lesi kulit diseminata • Papul tidak gatal, kemerahan, verukosa atau vegetasi • Terjadi erosi dan basah, tertutup eksudat fibrin yang sangat infeksius, mengering membentuk krusta EHDP
  • 19. Lesi sekunder • Ulkus multiple eksudatif, berbau anyir, dan penuh dengan lalat • Tidak nyeri • Tepi meninggi • Bentuk bulat
  • 22. Lesi sekunder wet crab/ bubul Plak palmoplantar hiperkeratotik (Crab Yaws), nyeri EHDP
  • 23. Lesi sekunder: Plak papuloskuamosa (pianides) EHDP
  • 24. Lesi sekunder (mengenai tulang) Gambaran lain: • Osteoperiostitis falangs proksimal (ghoul hand) atau di tulang panjang (nyeri dan penebalan tulang panjang) • 75% kasus anak mengalami nyeri sendi EHDP
  • 25. Lesi tersier  Bila tidak diterapi, timbul lesi tersier setelah periode laten kedua (5-10 thn)  Lokasi tersering: ketiak, anus, dan sekitar mulut  Bila tidak diterapi 10% kasus mengalami:  Gumma framboesiodes: nodul gumma kutan dan subkutan  Gangosa, pintoid diskromia, goundou, keratoderma  Nodul juxta-articular  Dapat mengenai tulang, mata, saraf, kardiovaskular  Tidak menular  Sembuh dengan deformitas dan kontraktur EHDP
  • 26. Lesi tersier nodul juxta-articular doc:Subdit Kusta & Framb. Gangosa: lesi destruktif osteitis pada hidung, sentral wajah, bisa sampai perforasi tulang hidung, palatum , dan nasofaring Gondou: pembengkakan dan nyeri area hidung dan paranasal EHDP
  • 28. Diagnosis Klinis Kasus Suspek  Anak umur < 15 tahun  Gejala klinis selama > 2 minggu:  Makula, Papul atau Papilloma  Ulkus frambusia yang khas: tepi meninggi dan indurasi, tertutup krusta dan tidak sakit  Hiperkeratosis di telapak tangan dan kaki  Perubahan pada tulang dan sendi  Ciri dan lokasi lesi terjadi pada tungkai, kaki, bisa di lengan dan muka EHDP Di era modern, manifestasi klinis Yaws kurang basah karena penggunaan penisilin
  • 29. Diagnosis Klinis  Kasus probable  Kasus suspek yang memiliki kontak erat >20 jam per minggu dengan kasus frambusia  waktu kontak antara 9-90 hari sebelum munculnya lesi frambusia  Perlu dilakukan pengujian serologi (RDT) utk konfirmasi diagnosis (terutama di daerah non endemis).  Kasus konfirmasi  Kasus suspek/probable dengan RDT positif (+)  Pemeriksaan dilanjutkan dengan RPR/VDRL EHDP
  • 30. Pemeriksaan Penunjang 1. Pemeriksaan Mikroskop Lapangan Gelap 2. PCR (pemeriksaan molecular) 3. Pemeriksaan Serologis A. Treponemal test (positif pada semua stadium), di antaranya :  TPHA (Treponema palidum haemagglutination test)  tetap positif setelah terapi  RDT (Rapid Diagnosis Test) B. Non treponemal test (Reaginic antibody test), di antaranya :  VDRL (Venereal disease research laboratory  RPR (Rapid Plasma Reagin)  umumnya lebih tinggi pada lesi primer dibandingkan sekunder  Pemeriksaan serologi yg ada tidak dapat membedakan dg infeksi treponema lain.  Dapat negative pada stadium awal sekali atau stadium lanjut EHDP
  • 31. Algoritma Diagnosis  Pemeriksaan RDT dg sensitivitas 85-98% dan spesifisitas 93-98%.  Tidak dapat membedakan antara infeksi aktif dan yg sudah mendapat pengobatan.  Apabila didapat RDT (+), diuji kembali dg RPR utk mengetahui apakah penyakit masih aktif EHDP Bukan frambusia
  • 36. Ulkus e.c trauma (gigitan tikus) dengan infeksi sekunder bakterial dan miasis pada pasien MH
  • 42. Azitromisin 1). Dosis 30 mg/kgBB yang diberikan 1x. Dosis maksimal 2 gram 2). Bentuk sediaan Sirup kering, Tablet dan Kaplet berwarna putih berbentuk oval. 3). Cara Minum Obat Berikan pada saat perut kosong 1 jam sebelum makan atau 2 jam sesudah makan. Setelah minum obat tunggu 30 menit untuk melihat efek samping. (Dipantau kembali setelah 2 minggu untuk melihat efek samping jangka panjang) 4). Kontraindikasi Riwayat alergi dengan azitromisin sebelumnya, ibu hamil, gangguan hati, dan jaundice (kuning) karena gangguan aliran empedu.
  • 43. Terapi – Pilihan Utama UMUR NAMA OBAT DOSIS CARA PEMBERIA N LAMA PEMBERIAN 2-5 tahun Azitromisin tablet 500 mg (1 tablet) 1x/hari PO Dosis tunggal 6-9 tahun 1.000 mg (2 tablet) 1x/hari 10-15 tahun 1.500 mg (3 tablet) 1x/hari 16-69 tahun 2.000 mg (4 tablet) 1x/hari ‚*Kasus < 2 tahun dan > 69 tahun, wanita hamil, warga sakit berat, atau alergi obat azitromisin, pengobatannya konsultasikan ke dokter EHDP
  • 44. Efek Samping Obat 4).Toksisitas dan efek samping  diare, mual, muntah, sakit perut, dan reaksi kulit berat.  Efek samping yang jarang terjadi termasuk sakit kepala, ruam, nilai fungsi hati yang tidak normal dan gangguan pada indra penciuman dan pengecap.  Bila ada bradikardi relatif diberikan sulfas atropine dengan catatan denyut nadi sebelum pemberian harus dihitung dengan cermat.  Tidak ada efek samping yang menyebabkan fatal/meninggal yang terdokumentasikan.
  • 45. Efek Samping dan Penanganan  Pengobatan KIPO adalah dengan memberikan obat sesuai keluhan (simptomatis)  Jika ringan rujuk ke petugas kesehatan/yankes terdekat, jika tidak bisa menangani, rujuk ke dokter atau RS terdekat No Gejala Penanggulangan Rujukan 1 Diare  Pemberian oralit Petugas Puskesmas, dokter 2 Mual, muntah,  Pemberian obat anti mual (B6) Petugas Puskesmas, dokter 3 Kram perut  Anti spasmodik Petugas Puskesmas,
  • 46. Keamanan Obat Frambusia Keluhan yang terjadi setelah minum obat sering dianggap disebabkan oleh obat yang baru saja diberikan  diperlukan review ahli untuk menentukan apakah kejadian ini merupakan: efek simpang obat atau kejadian bersamaan (bukan efek simpang obat, tetapi terjadi setelah minum obat frambusia). Kejadian Ikutan POPM Frambusia dapat terjadi sejak diberikan obat hingga 2 minggu.
  • 47. Sebelum diobati Setelah 15 hari diobati Kasus di Jayapura, 9 October 2008 Setelah terapi: Kuman hilang dari lesi 8-10 jam. Lesi kulit mulai menyembuh dalam 2-4 minggu. Nyeri sendi mulai membaik dalam 48 jam.
  • 49. Daftar Pustaka 1. Hill K, Kodijat R, Sardadi M. Atlas of Framboesia. Geneva, Switzerland: World Health Org. 1951.h.7-17. 2. Yaws: recognition Booklet for Communities. Departement of Control of Neglected Disease WHO. Geneva: 2012. 3. Mitja O, Asiedu K, Mabey D. Yaws. The Lancet. 2013; 381: 763-73. 4. Giacani L, Lukehart SA. The Endemic Treponematoses. Clin. Microbiology Reviews 2014; 27(1):89-115 5. Kazadi WM, Asiedu K, Agana N, Mitja O. Epidemiology of Yaws: an Update. Clin. Epid 2014,6:119-28. 6. Marks, M. Advances in the Treatment of Yaws. Tropical Medicine and Infectious Diseas. 2018; 3(3): 92. doi:10.3390/tropicalmed3030092 7. Hernandez DAA, Rivera AS. Yaws essentials: What health professionals should know about yaws. Heighpubs Otolaryngol and Rhinol. 2017; 1: 037-040. DOI: 10.29328/journal.hor.1001007 8. Marks, M., Lebari, D., Solomon, A. W.,&Higgins, S. P. Yaws. International Journal of STD&AIDS. 2014;26(10): 696–703. doi:10.1177/0956462414549036 9. Santos MA, Faldetta KF, Zaenglein AL. Yaws: Rebound of a forgotten disease. Glob Dermatol. 2015; 2: DOI: 10.15761/GOD.1000140 EHDP