2. www.pln.co.id |01
LATAR BELAKANG EDUKASI K3 INTERNAL
• Edukasi K3 Internal merupakan kewajiban dari Maturity Level K3L setiap unit yang setiap triwulannya
menjadi indikator penilaian oleh K3L Pusat.
• Diharapkan Edukasi K3 Internal yang dilaksanakan dapat meningkatkan awareness/ kepedulian
terhadap pentingnya keselamatan kerja guna tercapainya “Zero Accident(Nihil Kecelakaan Kerja)”
INDIKATOR PADA MATLEV K3L TAHUN 2022
NO PROGRAM KERJA KRITERIA MATURITY LEVEL
PATHOLOGICAL
Level 1
REACTIVE
Level 2
CALCULATIVE
Level 3
PROACTIVE
Level 4
GENERATIVE
Level 5
“K3 dipandang sebagai masalah
teknis dan prosedural. Insiden
dianggap sebagai bagian dari
pekerjaan. Minat rendah terhadap
K3”
"K3 dapat diselesaikan hanya
dengan aturan dan prosedur
yang berlaku"
Manajemen sadar bahwa mereka
bertanggung jawab atas kecelakaan
yang terjadi. Seluruh pegawai
memahami tanggung jawab mereka
terhadap K3 dan menyadari bahwa
seluruh pekerja harus terlibat untuk
meningkatkan K3.
Pemahaman bahwa K3
sangat penting baik secara
etis maupun ekonomis
serta dapat meningkatkan
produktivitas perusahaan
Pemahaman bahwa kecelakaan
akan terjadi kapan saja dan seluruh
organisasi (bidang) bekerjasama
untuk meningkatkan kinerja K3
guna mencegah kecelakaan dan
meningkatkan profit dan
produktivitas perusahaan
4 Safety Training and Education
4.2 Melakukan Edukasi K3
Internal (Pegawai dan
Karyawan Mitra Kerja)
a.
b.
Jumlah pelaksanaan Edukasi K3 di
Unit Induk dan Unit Pelaksana
kepada pegawai dan karyawan mitra
kerja
Target Edukasi internal :
Unit Induk melakukan Edukasi
minimal 1 (satu) kali per triwulan
Unit Pelaksana melakukan Edukasi
minimal 1 (satu) kali per triwulan
Unit Induk dan Unit Pelaksana
tidak melaksanakan Edukasi K3
kepada pegawai dan karyawan
mitra kerja atau Terjadi
kecelakaan kerja pegawai atau
karyawan mitra kerja (Luka
Berat, Luka Berat Cacat dan
Fatality) pelaksanaan edukasi
K3 kepada pegawai atau
karyawan mitra kerja tidak
efektif
Unit Induk dan sebagian
Unit Pelaksana
melaksanakan Edukasi
K3 kepada pegawai dan
karyawan mitra kerja
Unit Induk dan seluruh Unit
Pelaksana melaksanakan
Edukasi K3 kepada pegawai
dan karyawan mitra kerja,
namun tidak semua pegawai
dan karyawan mitra kerja
mengikuti edukasi K3
Unit Induk dan seluruh Unit
Pelaksana melaksanakan
Edukasi K3 kepada pegawai
dan karyawan mitra kerja
dan diikuti oleh semua
pegawai dan karyawan mitra
kerja serta melakukan
evaluasi pelaksanaan
edukasi K3.
Unit Induk dan seluruh Unit
Pelaksana melaksanakan
Edukasi K3 kepada pegawai
dan karyawan mitra kerja
melebihi dari ketentuan dan
diikuti oleh seluruh pegawai
dan karyawan mitra kerja.
Seluruh pelaksana
pekerjaan dan pengawas
pekerjaan mendapatkan
Sertifikasi K3 dari BNSP /
Kemenaker / Pusdiklat /
Lembaga Sertifikasi
Kompetensi lainnya
Bukti Kronologis / Berita Acara
Kecelakaan Kerja
Dokumentasi, absensi,
materi edukasi
Dokumentasi, absensi, materi
edukasi setiap triwulan
Level 3 + Evaluasi pelaksanaan
edukasi K3
Level 4 + Dokumentasi edukasi
yang melebihi ketentuan +
Sertifikat Kompetensi Pengawas
dan Pelaksana Pekerjaan
3. www.pln.co.id |01
• Bekerja tanpa/tidak sesuai SOP menjadi penyebab terbesar kecelakaan kerja.
• Pekerja tidak kompeten menyebabkan ke 2 terbanyak terjadinya kasus kecelakaan kerja.
• Kecelakaan kerja dominan terjadi pada fungsi Distribusi (71%) dan (29%) pekerja Kontraktor / Alih Daya
STATISTICS ACCIDENT
4. www.pln.co.id | 5
PROGRAM ZERO ACCIDENT
Lakukan Risk Assessment pada tiap jenis pekerjaan
Lakukan Assessment K3 Kontraktor
Lakukan Mapping jumlah pekerja dan kompetensi Mitra Kerja
Terapkan sanksi kecelakaan kerja pada Mitra kerja
Pastikan standarisasi SOP antara PLN dan Mitra kerja
Tingkatkan Pengawasan Pekerjaan
Tingkatkan Pengawasan dengan sistem pelaporan bahaya dan risiko
5. Safety Contact : Everyone Count - Semua Dihitung
KONTRAK MANAJEMEN TAHUN 2022
Indikator Nilai pengurang pada NKO jika
ada “Kecelakaan Kerja”
9. CSMS
Sistem Manajemen K3 yang diterapkan kepada kontraktor
untuk memastikan bahwa Kontraktor yang bermitra dengan
PLN telah memenuhi persyaratan K3L yang berlaku di PLN
Pelaksanaan CSMS PLN Group
10. www.pln.co.id |
FASE TAHAPAN CSMS (CONTRACTOR SAFETY MANAGEMENT
SYSTEM)
RISK Assesment
1.
Pra Qualification
2.
Selection
3.
Pre Job Activity
1.
2. Work In Progress
Final Evaluation
3.
FASE ADMINISTRASI FASE IMPLEMENTASI
Merupakan tahapan untuk memastikan
bahwa Kontraktor telah memiliki sistem
manajemen HSE sehingga memiliki
potensi kemampuan untuk mengelola
resiko pekerjaan.
Tahapan penilaian resiko bertujuan untuk
mengkaji seberapa besar dampak negatif
pekerjaan yang akan dikontrakkan
terhadap aspek HSE. Risk dikategorikan
menjadi 3 tingkat : Risiko Tinggi, Medium
dan Risiko Rendah.
Merupakan tahapan untuk memilih
Kontraktor terbaik diantara peserta
pengadaan dimana HSE Plan menjadi
persyaratan dalam dokumen pengadaan
serta menjadi salah satu kriteria dalam
evaluasi pemilihan pemenang lelang.
Tahapan ini kedua belah pihak
memastikan aspek-aspek HSE telah
diokomunikasikan dan dipahami oleh
semua pihak terkait sebelum pelaksaan
pekerjaan, meyakinkan seluruh potensi
bahaya/resiko pekerjaan telah
teridentifikasi dan ditentukan rencana
mitigasinya.
Tahapan untuk memastikan bahwa
pekerjaan yang dilaksanakan Kontraktor
telah sesuai dengan HSE Plan yang telah
disepakati.
Tahapan Akhir untuk mengevaluasi
kinerja Kontraktor terhadap penerapan
aspek HSE selama pelaksanaan pekerjaan
mulai dari awal pekerjaan sampai
pekerjaan selesai dilaksanakan.
14. www.pln.co.id |01
LESSON LEARNED KECELEKAAN KERJA BULAN JULI 2022
CASE : UNSAFE ACTION :
UNSAFE CONDITION:
1. Kecelakaan Pada Pekerjaan Pembangkitan (Coal Bunker)
Kronologis :
Pekerjaan Cleaning Coal Bunker menggunakan alat kerja linggis/tombak dengan metode
masuk kedalam Coal Bunker untuk membersihkan Plugging batubara yang menempel
pada dinding Coal Bunker bersamaan dengan Pelaksanaan Boiler Inspection.
Saat melaksanakan pekerjaan Pekerja memasang tali pengaman di atas pada Inlet Hopper
Coal Bunker dan pada Pipa Support Tamabahan Pada Area Outlet Hopper Coal Bunker.
Terjadi runtuhan bongkahan batubara yang menimpa 2 orang pekerja, Sesaat setelah
terjadinya runtuhan pekerja A berhasil ditarik ke atas oleh Tim, sedangkan Pekerja B tidak
dapat ditarik ke atas karena tali pengaman tambahan masih terkait di pipa support
tambahan pada area Outlet Hopper Coal Bunker, korban tertimbun batu bara.
Karena korban tidak dapat melakukan evakuasi dari atas, maka evakuasi korban
dilaksanakan dari bawah dengan cara melepas Outlet Hopper Coal Bunker.
1. Tidak memiliki kompetensi sesuai dengan pekerjaan yang dilaksanakan.
2. Tidak mengikuti Standart Operation Procedure (SOP) dalam melaksanakan Pekerjaan.
• Metode kerja pembersihan tidak dimulai dari atas terlebih dahulu.
• Pemasangan support tambahan pada area Outlet Hopper Coal Bunker.
3. Tidak menggunakan peralatan keselamatan kerja dan/atau alat pelindung diri (APD)
Sesuai standar dalam melaksanakan pekerjaan.
4. Melakukan perbuatan yang mebahayakan bagi diri sendiri dan/atau orang lain, yang
dapat menyebabkan terjadinya kecelakaan kerja.
5. Bekerja tidak sesuai dengan peran dan tanggung jawab pekerjaan.
1. Tidak melengkapi peralatan kerja dan APD sesuai standar bagi Pelaksana Pekerjaan
dan/atau Pengawas Pekerjaan.
2. Memperkerjakan Pelaksana Pekerjaan dan Pengawas pekerjaan yang tidak memiliki
kompetensi atau tidak sesuai kompetensi pada bidang pekerjaannya.
3. Tidak melakukan identifikasi bahaya, penilaian risiko, pengendalian risiko dan tidak
membuat Job Safety Analysis (JSA) di tempat kerja yang berpotensi bahaya.
4. Tidak ada penunjuk Pengawas K3 dari Pelaksana pekerjaan.
5. Bekerja lembur untuk melanjutkan pekerjaan sebelumnya, sehingga bekerja dalam kondisi
fatigue.
15. www.pln.co.id |01
LESSON LEARNED KECELEKAAN KERJA BULAN JULI 2022
CASE :
UNSAFE ACTION :
UNSAFE CONDITION:
2. Kecelakaan Pada Pekerjaan Pembangkitan (Coal Bunker)
Kronologis :
Proses pengecekan coal bunker dilakukan rutin setiap pagi, karena ditemukan
plugging di coal bunker, maka dilakukan pembersihan dengan metode hammering
dan tidak maksimal sehingga pembersihan plugging dengan metode masuk ke
dalam coal bunker dilakukan.
Pembersihan plugging batubara selesai, namun pada saat pekerja akan beranjak
keluar dari coal bunker alat bantu sekop terjatuh di area chute hopper feeder 1A.
Pada saat akan mengambil sekop pekerja terperosok ke chute hopper 1A hingga
setinggi leher dan berteriak minta tolong.
Operator CCR melakukan stop peralatan coal feeder 1A, korban tertimbun
batubara.
Proses evakuasi dilakukan dengan menyambung beberapa tali body harness dan
ditarik ke atas.
1. Tidak memiliki kompetensi sesuai dengan pekerjaan yang dilaksanakan.
2. Tidak mengikuti Standard Operation Procedure (SOP) dalam melaksanakan pekerjaan.
3. Tidak menggunakan peralatan keselamatan kerja dan/atau alat pelindung diri (APD) Sesuai
standar dalam melaksakan pekerjaan.
4. Melakukan perbuatan yang membahayakan bagi diri sendiri dan/atau orang lain, yang dapat
menyebabkan terjadinya kecelakaan kerja.
5. Tidak memiliki kompetensi bekerja di ketinggian dan di ruang terbatas.
6. Metode kerja pembersihan tidak dimulai dari atas terlebih dahulu.
7. Pemasangan support tambahan pada area Outlet Hopper Coal Bunker.
8. Bekerja pada posisi (ketinggian) dan metode tidak aman saat melakukan pembersihan di dalam
coal bunker.
1. Tidak melengkapi peralatan kerja dan APD sesuai standar bagi Pelaksana Pekerjaan
dan/atau Pengawas Pekerjaan.
2. Memperkerjakan Pelaksana Pekerjaan dan Pengawas Pekerjaan yang tidak memiliki
kompetensi atau tidak sesuai kompetensi pada bidang pekerjaanya.
3. Pengawas K3 PT ISS tidak di lokasi saat kejadian pekerjaan berlangsung.
4. PT ISS menugaskan pekerja yang tidak mempunyai kompetensi dalam bidangnya.
5. Bekerja lembur untuk melanjutkan pekerjaan sebelumnya, sehingga bekerja dalam kondisi
fatigue.
6. HIRARC dan JSA tidak mengindentifikasi risiko runtuhan dan ruang terbatas saat aktivitas
Cleaning Coal Bunker.
16. www.pln.co.id |01
PENCEGAHAN MINIMUM YANG HARUS DILAKUKAN
Dari lesson learned kecelakaan kerja tersebut, diharapkan kepada Saudara untuk dapat melaksanakan kegiatan Pencegahan Kecelakaan Kerja
minimum sebagai berikut :
1. Memastikan adanya SOP (Standart Operating Procedure) dan IK (Instruksi Kerja) penggunaan alat untuk semua pekerjaan dan melakukan
update SOP dan IK secara rutin untuk menjamin kaidah K3 (Keselamatan dan Kesehatan Kerja) terpenuhi. SOP dan IK dievaluasi dan
disahkan/ditandatangani oleh Pimpinan Unit setempat.
2. Membuat IBPPR (Identifikasi Bahaya, Penilaian dan Pengendalian Risiko) dan JSA (Job Safety Analysis) sesuai pekerjaan dan dijelaskan
kepada semua Pelaksana Pekerjaan pada saat pelaksanaan safety briefing.
3. Melaksanakan Safety Briefing di lokasi pekerjaan sebelum memulai aktivitas untuk menjelaskan SOP, IBPPR, JSA, dan pembagian tugas
pekerjaan. Safety briefing di lakukan dilokasi pekerjaan dipimpin oleh Pengawas Pekerjaan sesuai dengan urutan seperti pada Video :
http://bit.ly/Videosafetybriefing
4. Mengurus WP (Working Permit) sebelum melaksanakan kegiatan pekerjaan dan bekoordinasi dengan Bidang K3L UPP SUMBAGUT 1.
5. Memastikan Pengawas Pekerjaan, Pengawas K3, dan Pelaksana Pekerjaan memiliki kompetensi sesuai pekerjaan yang dilakukan , dibuktikan
dengan Sertifikat Kompetensi/Pelatihan, termasuk kompetensi dari rekan operator yang diperbantukan untuk melakukan kegiatan pemeliharaan.
6. Media komunikasi pada saat pemeliharaan wajib menggunakan radio komunikasi selama fase kegiatan kontruksi.
7. Membuat dan menjalankan komitmen untuk menerapkan sanksi tegas bagi setiap pekerjaa yang tidak menerapkan kaidah K3 dalam bekerja,
tidak memakai APD (Alat Pelindung Diri) sesuai JSA, tidak memakai alat kerja standar, dan bekerja tanpa membawa dokumen ijin kerja (Working
Permit).
8. Menerapkan Stop Work Authority (SWA) jika ditemukan ketidaksesuaian penerapan kaidah K3 dalam suatu pekerjaan yang akan
membahayakan pekerja di lapangan (mengacu pada surat Direktur HCM Nomor 2812/SDM.01.02/DIRHCM/2018 Tanggal 12 November 2018
mengenai kewenangan Pejabat K3L).
18. TARGET RCI UNIT BERDASARKAN SURAT EVP K3L
Target RCI Unit = 75 %
19. TEMUAN YANG DIMASUKKAN KE DALAM APLIKASI INSPEKTA
Temuan yang bersifat Unsafe Condition (Kondisi yang tidak aman) dan Unsafe
Action (Aksi yang tidak aman)
PERHITUNGAN INSPEKTA TIAP UNIT
RCI (Report Culture Index) = JUMLAH USER AKTIF / TEMUAN YANG
SUDAH CLOSED
100 %
USER TERDAFTAR DI APLIKASI INSPEKTA
UPP SUMBAGUT 1