SlideShare a Scribd company logo
1 of 9
Download to read offline
Jurnal HPT Volume 1 Nomor 2
Juni 2013
10
HUBUNGAN KARAKTERISTIK JARINGAN DAUN DENGAN TINGKAT
SERANGAN PENYAKIT BLAS DAUN (Pyricularia oryzae Cav.) PADA
BEBERAPA GENOTIPE PADI (Oryza sativa L.)
Ina Mustika Dewi, Abdul Cholil, Anton Muhibuddin
Program Studi Agroekoteknologi, Jurusan Hama dan Penyakit Tumbuhan , Universitas Brawijaya
Jln. Veteran, Malang 65145, Indonesia
ABSTRACT
Blast is the oldest disease in the world (Valent, 2004). In 1975 according to Chin,
blast could be found in more than 85 countries of rice field include Asia, America
Latin and Africa. Blast disease could been decreased rice production up to 70%
and it infected all stadia such as leaf, noodle, panicle neck, but seldom found on
midrib of leaf. Agrios (2004) proposed that there was structural defenses on leaf
surface which was main factor of plant defense. The study aim to determine the
resistance of some rice genotypes were tested against leaf blast disease and to
determine the influence of leaf tissue characteristic that is epidermal thickness to
the leaf blast attack. Based on this research was known that only several rice
genotypes showed correlation between epidermal thickness of leaf with intensity
of leaf blast attack. The moderate genotypes of rice had a thicker epidermal cells
than the susceptible genotypes. The epidermis is one of defenses on rice against
leaf blast disease thus strengthness and thickness of epidermal cells would impede
a direct penetration of the pathogen or it can’t be penetrated at all (Agrios, 1994).
Keyword: leaf blast, structural defense, epidermal thickness of leaf, intensity of
blast attack
ABSTRAK
Blas merupakan penyakit tertua di dunia (Valent, 2004). Pada tahun 1975 menurut
Chin, ledakan dapat ditemukan di lebih dari 85 negara yang memiliki lahan padi
termasuk Asia, Amerika Latin dan Afrika. Penyakit blas mampu menurunkan
produksi padi hingga 70% dan menginfeksi semua stadia stadia tanaman seperti
daun, pucuk, malai, tetapi jarang ditemukan pada pelepah daun. Agrios (2004)
mengemukakan bahwa terdapat pertahanan struktural pada permukaan daun yang
merupakan faktor utama pertahanan tanaman. Penelitian bertujuan untuk menguji
ketahanan beberapa genotipe padi uji terhadap penyakit blas daun dan untuk
mengetahui pengaruh karakteristik jaringan daun berupa ketebalan epidermis
terhadap penyakit blas daun. Berdasarkan penelitian ini diketahui bahwa hanya
beberapa genotipe padi menunjukkan korelasi antara ketebalan epidermis daun
dengan intensitas penyakit blas daun. Genotipe padi moderat memiliki sel-sel
epidermis lebih tebal daripada genotipe rentan. Epidermis adalah salah satu
pertahanan padi terhadap penyakit blas daun sehingga kekuatan dan ketebalan sel
epidermis akan menghambat penetrasi langsung patogen atau tidak dapat
ditembus sama sekali (Agrios, 1994).
Dewi et al, Hubungan Jaringan Daun Dengan Tingkat Serangan Penyakit Blas 11
Kata kunci: Blas daun, pertahanan struktural, ketebalan epidermis daun,
intensitas serangan
PENDAHULUAN
Blas merupakan penyakit padi
tertua yang penyebarannya meliputi
semua negara penanam padi (Valent,
2004), antara lain Asia, Amerika Latin,
dan Afrika. Pada tahun terakhir di
Indonesia, penyakit blas khususnya
blas leher menjadi tantangan yang lebih
serius karena banyak ditemukan pada
beberapa varietas padi sawah di Jalur
Pantura, Jawa Barat (Anonymous,
2012a). Penyakit blas, dapat
menurunkan hasil sampai mencapai
70% (Chin, 1975), menginfeksi pada
semua stadia pertumbuhan tanaman
padi yaitu daun, buku, leher malai,
namun jarang menyerang pada bagian
pelepah daun. Jamur Pyricularia
oryzae penyebab penyakit blas
menyebar melalui udara, menempel
pada daun melalui percikan air,
kemudian menginfeksi daun dan
menimbulkan bercak pada daun.
Diketahui bahwa pada permukaan daun
terdapat sifat-sifat struktural yang
merupakan garis pertahanan utama
tumbuhan (Agrios, 2004). Karakteristik
pertahanan struktural daun yang
dimaksud adalah jumlah dan kualitas
lilin dan kutikula yang menutupi sel
epidermis, struktur sel epidermis,
ukuran, letak dan bentuk stomata dan
lentisel dan jaringan dinding sel yang
tebal yang menghambat gerak maju
patogen. Penelitian ini bertujuan untuk
evaluasi ketahanan terhadap penyakit
blas daun dengan melihat salah satu
sifat struktural yang menjadi garis
pertahanan utama tumbuhan terhadap
serangan patogen, yaitu tebal epidermis
daun. Karena diasumsikan bahwa tebal
epidermis daun setiap genotipe padi
akan berbeda dan akan memberikan
respon yang berbeda terhadap serangan
blas.
METODOLOGI
Penelitian ini dilaksanakan di
lahan riset PT. DuPont Indonesia yang
berada di Desa Ketawang Kecamatan
Bululawang, Kabupaten Malang dan di
laboratorium Taksonomi Tumbuhan,
Jurusan Biologi, Fakultas MIPA
Universitas Brawijaya. Pelaksanaan
penelitian berlangsung selama bulan
Mei hingga Juli 2012.
Pelaksanaan Penelitian
Tanah yang akan ditanami
dibesihkan dari rumput, lalu
digemburkan, dibentuk menjadi dua
bedengan dengan ukuran 1 x 7 m2
.
Benih yang akan ditanam, direndam
selama 24 jam, kemudian benih
disaring dan dikeringanginkan di atas
karung plastik selama 3 hari, sampai
benih berkecambah. Bedengan yang
siap ditanami, diberi label dengan
menggunakan stik es-krim yang telah
diberi nama. Pada bagian tepi bedengan
dengan jarak 15 cm, ditanami oleh
genotipe CMS B yaitu tanaman yang
rentan terhadap penyakit blas. Genotipe
ini merupakan padi yang rentan
terhadap jamur P. oryzae. Satu minggu
setelah tanam genotipe CMS B,
dilakukan penanaman genotipe yang
akan diuji. Jarak antar tanaman satu
jenis (dalam satu genotipe) adalah 2 cm
dengan jumlah 3 bibit per lubang
tanam, sedangkan jarak tanaman beda
jenis (beda varietas) adalah 7 cm.
Pemeliharaan tanaman meliputi
pemupukan, penyiraman, penyiangan
gulma, dan penutupan bedengan.
Inokulasi tambahan untuk menambah
cekaman biotik dilakukan pada saat
Jurnal HPT Volume 1 Nomor 2 Juni 2013 12
tanaman uji berumur 21 hari dan
memiliki daun berjumlah 3-4 helai.
Bahan inkokulasi adalah daun tanaman
genotipe CMS B yang menunjukkan
gejala terserang jamur P. Oryzae. Daun
dipotong-potong berukuran 1 cm2
,
dicampurkan dengan air, kemudian
disebar pada tanaman uji ketika sore
hari.
Pembuatan Preparat dan
Pengamatan Tebal Epidermis Daun
Padi
Sampel daun padi diambil
setelah pengamatan intensitas berakhir,
yakni lima minggu sesudah tanam.
Daun yang diambil adalah daun yang
sehat. Daun yang dicuci pada air yang
mengalir, difiksasi dengan FAA selama
24 jam. FAA merupakan larutan untuk
memfiksasi daun yang terdiri dari
campuran formaldehid, asam asetat
glasial dan alkohol 70% dengan
perbandingan (5 : 5 : 90). Fiksasi
bertujuan untuk mematikan sel
tanaman tanpa merusak struktur
jaringan. Setelah difiksasi selama 24
jam, daun dibilas dengan akuades.
Kemudian daun dipotong
menggunakan mikrotom geser secara
melintang, dibilas dengan NaOCl 5%
agar jernih, dibilas dengan akuades
kembali, digunakan pewarna safranin
0.25%, selanjutnya irisan daun
diletakkan di kaca preparat yang telah
diberi gliserin 30% lalu ditutup dengan
gelas penutup yang bagian tepinya
telah diberi cutek. Pengamatan
dilakukan menggunakan mikroskop
cahaya dengan perbesaran 40 x 10
untuk mengamati parameter tebal
kutikula adaksial dan abaksial dan
epidermis adaksial dan abaksial
(Andini, 2011).
Parameter Pengamatan
Parameter yang diamati dalam
penelitian ini adalah :
1) Intensitas serangan, diamati pada
pada minggu pertama hingga
minggu keempat setelah inokulasi,
kemudian dihitung menggunakan
rumus dari IRRI (1996) :
IS =
∑ n x v
∑ N x V
x 100%
keterangan : IS (intensitas
serangan blas), n (jumlah rumpun
yang terkena blas daun), v (nilai
skor serangan tiap rumpun), N
(jumlah tanaman dari semua
rumpun yang diamati), V (nilai
skor serangan blas daun tertinggi)
Tanaman tergolong tahan
jika presentasi serangan <5%, 5 -
25% tergolong moderat dan rentan
bila di atas 25%. Penentuan
skor/skala serangan penyakit blas
daun berdasarkan Standard
Evaluation System For Rice (IRRI,
1996).
2) Tebal Epidermis Daun Padi, yang
diamati adalah pada sayatan
melintang daun meliputi tebal
kutikula dan epidermis adaksial
dan abaksial, lalu dilakukan
perhitungan dengan rumus sebagai
berikut :
TK = TKM x K
Keterangan : TK (tebal kutikula
dan epidermis), TKM (tebal
kutikula dan epidermis pada
mikrometer), dan K ([kalibrasi
[1mm = 0.0025 µm])
Analisis Data
Penelitian yang dilakukan di
lapang menggunakan metode
Rancangan Acak Kelompok (RAK)
dengan 21 perlakuan genotipe padi,
yaitu IR-64, IR-64 ss, Cibogo,
Ciherang, Mekongga, Hipa-8, Maro, K-
Dewi et al, Hubungan Jaringan Daun Dengan Tingkat Serangan Penyakit Blas 13
32, K-56, K-67, K-74, K-76, K-137, K-
157, K-160, K-162, K-203 dan CMS B
yang diulang sebanyak dua kali.
Sedangkan untuk pengamatan
karakteristik jaringan tumbuhan
(ketebalan epidermis) menggunakan
metode Rancangan Acak Lengkap
(RAL). Data pengamatan yang
diperoleh dari percobaan dianalisis
dengan menggunakan uji F pada taraf
5%, kemudian data yang signifikan
dilanjutkan dengan uji Beda Nyata
Jujur (BNJ) pada taraf 5% (Gomez dan
Gomez,1995).
HASIL DAN PEMBAHASAN
Gejala serangan penyakit blas
pada genotipe-genotipe padi yang diuji
adalah mulanya muncul gejala spot
cokelat berukuran seujung jarum,
kemudian spot berkembang menjadi
ukuran yang lebih besar, jumlah lesion
menjadi lebih banyak. Ukuran spot
yang bertambah besar, membentuk
bercak berbentuk belah ketupat
berwarna coklat hingga putih keabu-
abuan pada tepi daun. Ketika bercak
blas meluas, seluruh bagian daun akan
berwarna putih keabu-abuan (Gambar
1).
Gambar 1. Gejala serangan penyakit
blas daun
Berdasarkan hasil pengamatan
dan analisis sidik ragam diketahui
bahwa infeksi penyakit blas (P. oryzae)
pada 21 genotipe padi berpengaruh
nyata terhadap parameter intensitas
serangan penyakit. 10 genotipe yang
menunjukkan intensitas serangan di
atas 25%, yaitu Cibogo, Mekongga,
Ciherang, CMS B, K-203, K-32, K-56,
K-76, K-74, dan K-157. 11 genotipe
yang menunjukkan intensitas serangan
di antara 5 - 25%, yaitu IR-64, IR 64
ss, Maro, Hipa-8, Inpari-13, K-79, K-
160, K-132, K-137, K-67 dan K-162.
Rerata intensitas serangan terkecil
ditunjukkan oleh genotipe K-160
sebesar 7.41% dan intensitas serangan
terbesar ditunjukkan oleh genotipe
CMS B sebesar 71.94% (Tabel 1).
Hasil sidik ragam menyatakan
bahwa karakteristik jaringan daun pada
21 genotipe padi yang dilihat dari tebal
epidermis berbeda nyata. Genotipe
yang memiliki epidermis paling tipis
adalah K-203, yaitu 4.79 mm x 10-3
dan genotipe yang memiliki epidermis
paling tebal adalah Inpari-13, yaitu
30.02 mm x 10-3
(Tabel 2).
Pada gambar 1 ditunjukkan
mengenai perbedaan tebal epidermis
pada irisan melintang daun padi
genotipe Inpari-13 yang memiliki
epidermis paling tebal yaitu 30.02 mm
x 10-3
dan K-203 yang memiliki
epidermis paling tipis yaitu 4.79
mmx10-3
. Tebal epidermis abaksial
diukur dari kutikula, sel buliform
hingga epidemis abaksial bagian
dalam. Sedangkan tebal epidermis
adaksial diukur dari kutikula hingga
epidemis adaksial bagian dalam.
Sehingga tebal epidermis yang diukur
adalah jumlah rata-rata dari epidermis
adaksial dan epidermis abaksial.
Berdasarkan (Gambar 1) dapat dilihat
bahwa kutikula (a), sel-sel epidermis
bagian adaksial dan abaksial (b) dan
sel-sel buliform (c) Inpari-13 lebih
tebal daripada genotipe K-203.
Jurnal HPT Volume 1 Nomor 2 Juni 2013 14
Tabel 1. Rerata Intensitas Serangan Penyakit Blas Daun dan Kategori Ketahanan
Genotipe Padi
Genotipe Rerata Intensitas Serangan (%) Kategori Ketahanan*
Cibogo 33.63cd Rentan
IR-64 14.24ab Moderat
Mekongga 42.99e Rentan
IR-64 ss 13.40ab Moderat
Ciherang 29.12c Rentan
Maro 12.14ab Moderat
Hipa-8 17.96b Moderat
Inpari-13 14.31ab Moderat
CMS B 71.94g Rentan
K-203 58.33f Rentan
K-32 32.87cd Rentan
K-56 31.48c Rentan
K-76 29.63c Rentan
K-74 26.39c Rentan
K-157 40.28de Rentan
K-79 10.19ab Moderat
K-160 7.41a Moderat
K-132 9.17a Moderat
K-137 7.84a Moderat
K-67 8.78a Moderat
K-162 9.03a Moderat
Keterangan: Angka-angka pada baris rataan intensitas serangan yang diikuti huruf menyatakan perlakuan memberikan
pengaruh yang nyata karena F-hitung perlakuan lebih besar dari F-tabel 5% pada tabel annova (lampiran 1),
sedangkan angka-angka pada baris rataan intensitas serangan yang diikuti huruf-huruf yang tidak sama
menyatakan berbeda nyata secara statistik, sedangkan yang diikuti huruf yang sama menyatakan tidak berbeda
nyata secara statistik pada taraf 0.05 menurut Uji Beda Nyata Jujur. *Kategori ketahanan berdasarkan
Standard Evaluation System For Rice (IRRI, 1996) yaitu rentan = >25%, moderat = 5-25% dan tahan = <5%.
Dewi et al, Hubungan Jaringan Daun Dengan Tingkat Serangan Penyakit Blas 15
Tabel 2. Rerata Tebal Epidermis Daun Padi
Genotipe
Rerata
Tebal Epidermis
(mm x 10-3
)
Ciherang 6.51bcd
Hipa-8 6.67bcd
Cibogo 6.22abc
IR-64 ss 6.01abc
CMS B 5.14ab
Mekongga 5.05ab
Inpari-13 30.02h
Maro 8.11de
IR-64 7.07cd
K-79 11.94g
K-160 11.99g
K-132 10.92fg
K-137 9.69ef
K-67 9.69ef
K-162 9.38ef
K-203 4.79a
K-32 5.61abc
K-56 5.05ab
K-76 5.49abc
K-157 5.64abc
K-74 5.84abc
Keterangan: Angka-angka pada baris rataan tebal epidermis yang diikuti huruf menyatakan perlakuan memberikan
pengaruh yang nyata karena F-hitung perlakuan lebih besar dari F-tabel 5% pada tabel annova (lampiran 1),
sedangkan angka-angka pada baris tebal epidermis yang diikuti huruf-huruf yang tidak sama menyatakan
berbeda nyata secara statistik, sedangkan yang diikuti huruf yang sama menyatakan tidak berbeda nyata secara
statistik pada taraf 0.05 menurut Uji Beda Nyata Jujur.
Jurnal HPT Volume 1 Nomor 2 Juni 2013 16
Hasil analisis korelasi antara
tebal epidermis daun padi dan
intensitas serangan diperoleh
persamaan linear y = -1.420x + 36.77
dan nilai koefisien korelasi sebesar
0.43 (Gambar 2). Nilai koefisien
korelasi (r) berkisar diantara 0.21 –
0.40 menunjukkan korelasi keeratan
lemah dan nilai di antara 0.41 – 0.70
menunjukkan korelasi keeratan sedang
(Sujianto, 2009).
Pada genotipe-genotipe yang
diuji menunjukkan bahwa tingkat
intensitas serangan penyakit blas daun
tidak hanya ditentukan oleh tebal
epidermis. Namun diduga ada faktor
lain yang berkaitan dengan tingkat
intensitas serangan. Menurut Ou (1985)
ketahanan terhadap penyakit blas tidak
hanya ditentukan oleh mekanisme
ketahanan fisik seperti penebalan
dinding sel epidermis dan kandungan
Si yang lebih tinggi tetapi ditentukan
oleh mekanisme ketahanan biokimia
Tebal epidermis merupakan
salah satu pertahanan struktural yang
terdapat pada tumbuhan bahkan
sebelum patogen datang dan berkontak
dengan tumbuhan (Agrios, 1994).
Ketebalan dan kekuatan dinding bagian
luar sel-sel epidermis merupakan faktor
penting dalam ketahanan beberapa
jenis tumbuhan terhadap patogen-
patogen tertentu. Sel-sel epidermis
yang berdinding kuat dan tebal akan
membuat penetrasi jamur patogen
secara langsung mengalami kesulitan
atau bahkan tidak mungkin dilakukan
sama sekali. Kuatnya dinding sel
disebabkan oleh keberadaan endapan
kersik (silisium). Semakin tinggi
kandungan silika maka akan semakin
rendah intensitas penyakit blas daun
(Mariana, 2004). Setiap penambahan
silika sebanyak 1%, maka intensitas
penyakit blas daun turun sebesar
23.19%. Makin tinggi kadar silika pada
dinding epidermis maka makin keras
dinding sel tanaman, sehingga semakin
tahan tanaman padi terhadap penyakit
blas (Hori, 1980) dalam Kozaka
(1995). Silika bertindak sebagai
penghalang mekanik yang menjaga
(memproteksi) tanaman terhadap
Gambar 1. Perbedaan Ketebalan
Lapisan Epidermis
pada Irisan Melintang
Daun Padi : (A) K-203
dan (B) Inpari 13.
Gambar 2. Hubungan tebal
epidermis daun
padi dengan tingkat
intensitas serangan
Dewi et al, Hubungan Jaringan Daun Dengan Tingkat Serangan Penyakit Blas 17
penetrasi appresoria. Proses penetrasi
appresoria P. oryzae pada dinding sel
yang keras, memerlukan tekanan turgor
tinggi, dan terdapat korelasi antara
tekanan turgor yang dihasilkan oleh
appresoria dengan kemampuannya
mempenetrasi membrane yang berbeda.
Tekanan turgor penting untuk
mempenetrasi membrane yang keras.
Oleh karena itu diduga perlu tekanan
turgor yang lebih tinggi untuk
mempenetrasi sel yang lebih keras.
Sehingga semakin keras dinding sel
inang akan semakin sulit untuk
dipenetrasi (Howard, 1994).
Pada beberapa genotipe
menunjukkan kategori ketahanan yang
berbeda-beda. Genotipe K-203,
Mekongga, K-56, CMS B, K-76, K-32,
K-157, Cibogo dan Ciherang masuk ke
dalam kategori rentan. Sedangkan IR
64 ss, Hipa 8, IR 64, K-162, K-137, K-
67, K-132, K-79, K-160 dan Inpari 13
masuk ke dalam kategori moderat.
Sistem pertahanan tanaman terhadap
serangan patogen akan mempengaruhi
ketahanan tanaman tersebut.
Pertahanan tanaman terhadap patogen
dapat berupa (1) pertahanan pasif, yaitu
pertahanan secara struktural, yang
meliputi anatomi dan morfologi; (2)
pertahanan aktif, pertahanan ini dapat
berupa reaksi hipersensitif, reactive
oxygen species dan sintesa senyawa
yang dapat menekan atau mematikan
patogen (Herison et al., 2007).
Mekanisme pertahanan aktif dan pasif
timbul dalam sistem genetika dari
inang dan patogen yang berinteraksi
dengan reaksi inang untuk mencegah
perkembangan patogen itu sendiri
(Sastrahidayat, 1990).
Genotipe padi yang dapat
dikatakan tahan terhadap serangan
penyakit blas memiliki ciri, yaitu sulit
untuk diinfeksi oleh patogen karena
pertahanan strukturalnya dan setelah
diserang tetap memiliki kemampuan
untuk mencegah pertumbuhan patogen
di dalam sel-sel tanaman. Sehingga
hanya sedikit kerusakan yang terjadi
akibat serangan patogen tersebut.
Ketahanan tanaman yang bersifat
toleran umumnya memiliki
pertumbuhan yang baik dan mampu
mengimbangi tingkat infeksi patogen
sehingga mampu menghasilkan
produksi yang baik (Walkey, 1985).
Sifat toleransi atau tahan merupakan
sifat yang dapat diwariskan, sifat
tersebut memungkinkan patogen
berkembang dan memperbanyak diri di
dalam inangnya sedangkan inang
tersebut tidak mempunyai bagian
reseptor untuk mengaktifkan zat-zat
beracun yang dikeluarkan patogen,
sehingga tanaman masih mampu
berproduksi (Agrios, 1996).
KESIMPULAN
Berdasarkan penelitian yang
telah dilakukan dapat disimpulkan
bahwa 21 genotipe uji menunjukkan
respon yang berbeda terhadap serangan
penyakit blas daun, hal ini dapat dilihat
dari periode inkubasi, intensitas
serangan dan kategori ketahanan.
Tingkat intensitas serangan genotipe K-
203, Mekongga, K-56, CMS B, K-76,
K-32, K-157, Cibogo, Ciherang, Hipa
8, IR 64, K-162, K-137, K-67, K-132,
K-79, K-160 dan Inpari 13 berkorelasi
dengan tebal epidermis, namun pada
genotipe IR 64 ss hal ini tidak terjadi.
Ada faktor lain yang mempengaruhi
tingkat intensitas, yaitu kandungan
silika yang terdeposisi pada dinding
sel-sel epidermis (Marlina, 2004).
Sehingga tingkat intensitas serangan
penyakit blas daun tidak hanya
ditentukan oleh tebal-tipisnya
epidermis melainkan dipengaruhi
sedikit-banyaknya kandungan silika
yang mampu memperkuat dinding sel-
sel epidermis.
Jurnal HPT Volume 1 Nomor 2 Juni 2013 18
DAFTAR PUSTAKA
Agrios, G.N. 1996. Ilmu Penyakit
Tumbuhan (Terjemahan Munzir
Busnia). Gadjah Mada
University Press. Yogyakarta.
Anonymous. 2012a. Gejala Blas pada
Padi. Diakses dari
(http://bbpadi.litbang.deptan.go.
id/penyakit-blas). Pada tanggal
18 Oktober 2012
Andini, Astri Nur. 2011. Anatomi
Jaringan dan Pertumbuhan
Tanaman Celosia cristata,
Catharanthus roseus, Dan
Gomphrena globosa Pada
Lingkungan Udara Tercemar.
Fakultas MIPA. IPB. Bogor.
Gomez, K. A. dan A. A. Gomez. 1995.
Prosedur Statistika Untuk
Penelitian Pertanian.
[Terjemahan dari : Statistical
Procedures for Agricultural
Research. Penerjemah : E.
Sjamsudin dan J. S. Baharsjah
Penerbit Universitas Indonesia.
Jakarta. p 698.
Howard, R. J. 1994. Cell biology of
pathogenesis : Rice Blast
Disease. R. S. Ziegler, S.
Leong, and P. S. Teng, eds.
CAB International,
Wallingford, UK dan IRRI, Los
Banor, Philipines. pp 2-33.
IRRI. 1996. Standard Evaluation
System for Rice. 4th
ed. IRRI.
Los Banos, Philipines. p 52.
Mariana. 2004. Ketahanan Tanaman
Padi Terhadap Penyakit Blas
(Pyricularia oryzae Cav.) Di
Sawah Pasang Surut
Kalimantan Selatan. Disertasi.
Program Pascasarjana
Universitas Brawijaya. Malang
Ou, S.H. 1985. Rice Disease.
Commonwealth. Inst. Kiew,
Surrey, England. 368 p.
Sastrahidayat, I. R. 1990. Ilmu
Penyakit Tumbuhan. Usaha
Nasional. Surabaya. p 365.
Valent, B. 2004. APS Plenary Session
lecture (1989) : Rice blast as a
model system for plant
pathology. Phytopatology. 80:
33-36.
Walkey, D.G. A. 1985. Applied plant
virology. Wiley. New York.

More Related Content

What's hot

Laporan vegetatif tanaman puring
Laporan vegetatif tanaman puringLaporan vegetatif tanaman puring
Laporan vegetatif tanaman puringEkal Kurniawan
 
Laporan vegetatif tanaman sansevieria
Laporan vegetatif tanaman sansevieriaLaporan vegetatif tanaman sansevieria
Laporan vegetatif tanaman sansevieriaEkal Kurniawan
 
Laporan vegetatif pamelo
Laporan vegetatif pameloLaporan vegetatif pamelo
Laporan vegetatif pameloEkal Kurniawan
 
Tugas metodologi penelitian ((m. mubin, dkk (biologi 2))
Tugas metodologi penelitian ((m. mubin, dkk (biologi 2))Tugas metodologi penelitian ((m. mubin, dkk (biologi 2))
Tugas metodologi penelitian ((m. mubin, dkk (biologi 2))Mubin Viwiiardians
 
SELEKSI PENDAHULUAN GENOTIP POTENSIAL JAGUNG TOLERAN NAUNGAN PADA SISTEM AGRO...
SELEKSI PENDAHULUAN GENOTIP POTENSIAL JAGUNG TOLERAN NAUNGAN PADA SISTEM AGRO...SELEKSI PENDAHULUAN GENOTIP POTENSIAL JAGUNG TOLERAN NAUNGAN PADA SISTEM AGRO...
SELEKSI PENDAHULUAN GENOTIP POTENSIAL JAGUNG TOLERAN NAUNGAN PADA SISTEM AGRO...Muh Syafii
 
Makalah_32 Makalah diskusi 2 perspektif tanaman obat di indonesia
Makalah_32 Makalah diskusi 2 perspektif tanaman obat di indonesiaMakalah_32 Makalah diskusi 2 perspektif tanaman obat di indonesia
Makalah_32 Makalah diskusi 2 perspektif tanaman obat di indonesiaBondan the Planter of Palm Oil
 
Tugas kultur in vitro tumbuhan
Tugas kultur in vitro tumbuhanTugas kultur in vitro tumbuhan
Tugas kultur in vitro tumbuhantochi run
 
225366239 laporan-praktiku-uji-vigor-asli
225366239 laporan-praktiku-uji-vigor-asli225366239 laporan-praktiku-uji-vigor-asli
225366239 laporan-praktiku-uji-vigor-asliVanyWardani
 
Ppt kuljar jeruk nipis (amrullah m) Review Journal
Ppt kuljar jeruk nipis (amrullah m) Review JournalPpt kuljar jeruk nipis (amrullah m) Review Journal
Ppt kuljar jeruk nipis (amrullah m) Review JournalSMPN 4 Kerinci
 
Makalah kuljar (amrullah m) PERBANYAKAN JERUK SECARA IN VITRO
Makalah kuljar (amrullah m) PERBANYAKAN JERUK SECARA IN VITROMakalah kuljar (amrullah m) PERBANYAKAN JERUK SECARA IN VITRO
Makalah kuljar (amrullah m) PERBANYAKAN JERUK SECARA IN VITROSMPN 4 Kerinci
 

What's hot (18)

Laporan vegetatif tanaman puring
Laporan vegetatif tanaman puringLaporan vegetatif tanaman puring
Laporan vegetatif tanaman puring
 
1605 2977-1-pb
1605 2977-1-pb1605 2977-1-pb
1605 2977-1-pb
 
2.3
2.32.3
2.3
 
Laporan vegetatif tanaman sansevieria
Laporan vegetatif tanaman sansevieriaLaporan vegetatif tanaman sansevieria
Laporan vegetatif tanaman sansevieria
 
Teknis Bisnis Buah Apel
Teknis Bisnis Buah ApelTeknis Bisnis Buah Apel
Teknis Bisnis Buah Apel
 
Paper Kultur
Paper KulturPaper Kultur
Paper Kultur
 
Laporan vegetatif pamelo
Laporan vegetatif pameloLaporan vegetatif pamelo
Laporan vegetatif pamelo
 
Makalah_29 Makalah fma kel 7 biotek 2 t.1
Makalah_29 Makalah fma kel 7 biotek 2 t.1Makalah_29 Makalah fma kel 7 biotek 2 t.1
Makalah_29 Makalah fma kel 7 biotek 2 t.1
 
Tugas metodologi penelitian ((m. mubin, dkk (biologi 2))
Tugas metodologi penelitian ((m. mubin, dkk (biologi 2))Tugas metodologi penelitian ((m. mubin, dkk (biologi 2))
Tugas metodologi penelitian ((m. mubin, dkk (biologi 2))
 
Attachment
AttachmentAttachment
Attachment
 
SELEKSI PENDAHULUAN GENOTIP POTENSIAL JAGUNG TOLERAN NAUNGAN PADA SISTEM AGRO...
SELEKSI PENDAHULUAN GENOTIP POTENSIAL JAGUNG TOLERAN NAUNGAN PADA SISTEM AGRO...SELEKSI PENDAHULUAN GENOTIP POTENSIAL JAGUNG TOLERAN NAUNGAN PADA SISTEM AGRO...
SELEKSI PENDAHULUAN GENOTIP POTENSIAL JAGUNG TOLERAN NAUNGAN PADA SISTEM AGRO...
 
Makalah_32 Makalah diskusi 2 perspektif tanaman obat di indonesia
Makalah_32 Makalah diskusi 2 perspektif tanaman obat di indonesiaMakalah_32 Makalah diskusi 2 perspektif tanaman obat di indonesia
Makalah_32 Makalah diskusi 2 perspektif tanaman obat di indonesia
 
Tugas kultur in vitro tumbuhan
Tugas kultur in vitro tumbuhanTugas kultur in vitro tumbuhan
Tugas kultur in vitro tumbuhan
 
225366239 laporan-praktiku-uji-vigor-asli
225366239 laporan-praktiku-uji-vigor-asli225366239 laporan-praktiku-uji-vigor-asli
225366239 laporan-praktiku-uji-vigor-asli
 
D010202
D010202D010202
D010202
 
Ppt kuljar jeruk nipis (amrullah m) Review Journal
Ppt kuljar jeruk nipis (amrullah m) Review JournalPpt kuljar jeruk nipis (amrullah m) Review Journal
Ppt kuljar jeruk nipis (amrullah m) Review Journal
 
Makalah kuljar (amrullah m) PERBANYAKAN JERUK SECARA IN VITRO
Makalah kuljar (amrullah m) PERBANYAKAN JERUK SECARA IN VITROMakalah kuljar (amrullah m) PERBANYAKAN JERUK SECARA IN VITRO
Makalah kuljar (amrullah m) PERBANYAKAN JERUK SECARA IN VITRO
 
Ferli dasgron
Ferli dasgronFerli dasgron
Ferli dasgron
 

Viewers also liked

Jurnal skripsi ptk (editor ade permana)
Jurnal skripsi ptk (editor ade permana)Jurnal skripsi ptk (editor ade permana)
Jurnal skripsi ptk (editor ade permana)Ade Permana
 
Jurnal penelitian
Jurnal penelitianJurnal penelitian
Jurnal penelitianuiia
 
Contoh Jurnal Kimia Industri
Contoh Jurnal Kimia IndustriContoh Jurnal Kimia Industri
Contoh Jurnal Kimia Industriamaniaaa
 
Jurnal Metodologi Penelitian
Jurnal Metodologi PenelitianJurnal Metodologi Penelitian
Jurnal Metodologi PenelitianJacka Adhiethama
 
Ppt cara penamaan enzim kel 3
Ppt  cara penamaan enzim kel 3Ppt  cara penamaan enzim kel 3
Ppt cara penamaan enzim kel 3Welly Andrei
 
contoh jurnal
contoh jurnalcontoh jurnal
contoh jurnaldiasnf
 
CONTOH JURNAL SKRIPSI GUNADARMA
CONTOH JURNAL SKRIPSI GUNADARMACONTOH JURNAL SKRIPSI GUNADARMA
CONTOH JURNAL SKRIPSI GUNADARMAFaza Zahrah
 
Kumpulan Jurnal dan Karya Ilmiah
Kumpulan Jurnal dan Karya IlmiahKumpulan Jurnal dan Karya Ilmiah
Kumpulan Jurnal dan Karya IlmiahFahmy Metala
 
Ketahanan nasional1
Ketahanan nasional1Ketahanan nasional1
Ketahanan nasional1Putri Zahra
 

Viewers also liked (13)

Jurnal skripsi ptk (editor ade permana)
Jurnal skripsi ptk (editor ade permana)Jurnal skripsi ptk (editor ade permana)
Jurnal skripsi ptk (editor ade permana)
 
M8 kelompok 7 enzim
M8 kelompok 7 enzimM8 kelompok 7 enzim
M8 kelompok 7 enzim
 
M24 kelompok 7 respon tanaman
M24 kelompok 7 respon tanamanM24 kelompok 7 respon tanaman
M24 kelompok 7 respon tanaman
 
Jurnal penelitian
Jurnal penelitianJurnal penelitian
Jurnal penelitian
 
Contoh Jurnal Kimia Industri
Contoh Jurnal Kimia IndustriContoh Jurnal Kimia Industri
Contoh Jurnal Kimia Industri
 
Jurnal Metodologi Penelitian
Jurnal Metodologi PenelitianJurnal Metodologi Penelitian
Jurnal Metodologi Penelitian
 
Ppt cara penamaan enzim kel 3
Ppt  cara penamaan enzim kel 3Ppt  cara penamaan enzim kel 3
Ppt cara penamaan enzim kel 3
 
JURNAL PENELITIAN
JURNAL PENELITIAN JURNAL PENELITIAN
JURNAL PENELITIAN
 
contoh jurnal
contoh jurnalcontoh jurnal
contoh jurnal
 
Contoh jurnal
Contoh jurnalContoh jurnal
Contoh jurnal
 
CONTOH JURNAL SKRIPSI GUNADARMA
CONTOH JURNAL SKRIPSI GUNADARMACONTOH JURNAL SKRIPSI GUNADARMA
CONTOH JURNAL SKRIPSI GUNADARMA
 
Kumpulan Jurnal dan Karya Ilmiah
Kumpulan Jurnal dan Karya IlmiahKumpulan Jurnal dan Karya Ilmiah
Kumpulan Jurnal dan Karya Ilmiah
 
Ketahanan nasional1
Ketahanan nasional1Ketahanan nasional1
Ketahanan nasional1
 

Similar to Daun Padi

Jurnal DDPT Hemiptera
Jurnal DDPT HemipteraJurnal DDPT Hemiptera
Jurnal DDPT HemipteraSurya Agus
 
118587-ID-analisis-perbandingan-bentuk-jaringan-pe.pdf
118587-ID-analisis-perbandingan-bentuk-jaringan-pe.pdf118587-ID-analisis-perbandingan-bentuk-jaringan-pe.pdf
118587-ID-analisis-perbandingan-bentuk-jaringan-pe.pdfAgathaHaselvin
 
Jurnal untuk presentase mikrobiologi
Jurnal untuk presentase mikrobiologiJurnal untuk presentase mikrobiologi
Jurnal untuk presentase mikrobiologiStkip Labuhanbatu
 
Laporan identifikasi benih dan kecambah
Laporan identifikasi benih dan kecambahLaporan identifikasi benih dan kecambah
Laporan identifikasi benih dan kecambahTidar University
 
Aktivitas tanaman sebagai antibakteri
Aktivitas tanaman sebagai antibakteriAktivitas tanaman sebagai antibakteri
Aktivitas tanaman sebagai antibakteriUnny Ru
 
4 rahayu-embun tepun kedelai
4 rahayu-embun tepun kedelai4 rahayu-embun tepun kedelai
4 rahayu-embun tepun kedelaixie_yeuw_jack
 
Kultur Jaringan (Presentasi Biologi SMA)
Kultur Jaringan (Presentasi Biologi SMA)Kultur Jaringan (Presentasi Biologi SMA)
Kultur Jaringan (Presentasi Biologi SMA)Annisa Dinandya
 
Pemanfaatan rizobakteri sebagai penginduksi ketahanan tanaman padi terhadap p...
Pemanfaatan rizobakteri sebagai penginduksi ketahanan tanaman padi terhadap p...Pemanfaatan rizobakteri sebagai penginduksi ketahanan tanaman padi terhadap p...
Pemanfaatan rizobakteri sebagai penginduksi ketahanan tanaman padi terhadap p...Sultan Herlino
 
Jurnal musuh alami padi
Jurnal musuh alami padiJurnal musuh alami padi
Jurnal musuh alami padiAbd Wahid
 
Artikel ilmiah PKM-P
Artikel ilmiah PKM-PArtikel ilmiah PKM-P
Artikel ilmiah PKM-PFANIAANDYANI
 
IDENTIFIKASI GULMA
IDENTIFIKASI GULMAIDENTIFIKASI GULMA
IDENTIFIKASI GULMANovia Dwi
 
PENGARUH MIKROBA ENDOFIT BERASAL DARI EKOSISTEM AIR HITAM TERHAOAP PERTUMBUHA...
PENGARUH MIKROBA ENDOFIT BERASAL DARI EKOSISTEM AIR HITAM TERHAOAP PERTUMBUHA...PENGARUH MIKROBA ENDOFIT BERASAL DARI EKOSISTEM AIR HITAM TERHAOAP PERTUMBUHA...
PENGARUH MIKROBA ENDOFIT BERASAL DARI EKOSISTEM AIR HITAM TERHAOAP PERTUMBUHA...Repository Ipb
 
6 suharsono-kepakaan galur kedelai
6 suharsono-kepakaan galur kedelai6 suharsono-kepakaan galur kedelai
6 suharsono-kepakaan galur kedelaixie_yeuw_jack
 
karya tulis ilmiah krim daun ketepeng (Cassiae Folium)
karya tulis ilmiah krim daun ketepeng (Cassiae Folium)karya tulis ilmiah krim daun ketepeng (Cassiae Folium)
karya tulis ilmiah krim daun ketepeng (Cassiae Folium)Afifah Nur Indah Sari
 

Similar to Daun Padi (20)

jamur Trichoderma 2
jamur Trichoderma 2jamur Trichoderma 2
jamur Trichoderma 2
 
Jurnal DDPT Hemiptera
Jurnal DDPT HemipteraJurnal DDPT Hemiptera
Jurnal DDPT Hemiptera
 
118587-ID-analisis-perbandingan-bentuk-jaringan-pe.pdf
118587-ID-analisis-perbandingan-bentuk-jaringan-pe.pdf118587-ID-analisis-perbandingan-bentuk-jaringan-pe.pdf
118587-ID-analisis-perbandingan-bentuk-jaringan-pe.pdf
 
Faeida0 15-21
Faeida0 15-21Faeida0 15-21
Faeida0 15-21
 
PESTISIDA nabati pada hama gudang
PESTISIDA nabati pada hama gudangPESTISIDA nabati pada hama gudang
PESTISIDA nabati pada hama gudang
 
Jurnal untuk presentase mikrobiologi
Jurnal untuk presentase mikrobiologiJurnal untuk presentase mikrobiologi
Jurnal untuk presentase mikrobiologi
 
Laporan identifikasi benih dan kecambah
Laporan identifikasi benih dan kecambahLaporan identifikasi benih dan kecambah
Laporan identifikasi benih dan kecambah
 
Aktivitas tanaman sebagai antibakteri
Aktivitas tanaman sebagai antibakteriAktivitas tanaman sebagai antibakteri
Aktivitas tanaman sebagai antibakteri
 
Isi
IsiIsi
Isi
 
4 rahayu-embun tepun kedelai
4 rahayu-embun tepun kedelai4 rahayu-embun tepun kedelai
4 rahayu-embun tepun kedelai
 
Kultur Jaringan (Presentasi Biologi SMA)
Kultur Jaringan (Presentasi Biologi SMA)Kultur Jaringan (Presentasi Biologi SMA)
Kultur Jaringan (Presentasi Biologi SMA)
 
Rayap
RayapRayap
Rayap
 
Pemanfaatan rizobakteri sebagai penginduksi ketahanan tanaman padi terhadap p...
Pemanfaatan rizobakteri sebagai penginduksi ketahanan tanaman padi terhadap p...Pemanfaatan rizobakteri sebagai penginduksi ketahanan tanaman padi terhadap p...
Pemanfaatan rizobakteri sebagai penginduksi ketahanan tanaman padi terhadap p...
 
Jurnal musuh alami padi
Jurnal musuh alami padiJurnal musuh alami padi
Jurnal musuh alami padi
 
transplanting
 transplanting transplanting
transplanting
 
Artikel ilmiah PKM-P
Artikel ilmiah PKM-PArtikel ilmiah PKM-P
Artikel ilmiah PKM-P
 
IDENTIFIKASI GULMA
IDENTIFIKASI GULMAIDENTIFIKASI GULMA
IDENTIFIKASI GULMA
 
PENGARUH MIKROBA ENDOFIT BERASAL DARI EKOSISTEM AIR HITAM TERHAOAP PERTUMBUHA...
PENGARUH MIKROBA ENDOFIT BERASAL DARI EKOSISTEM AIR HITAM TERHAOAP PERTUMBUHA...PENGARUH MIKROBA ENDOFIT BERASAL DARI EKOSISTEM AIR HITAM TERHAOAP PERTUMBUHA...
PENGARUH MIKROBA ENDOFIT BERASAL DARI EKOSISTEM AIR HITAM TERHAOAP PERTUMBUHA...
 
6 suharsono-kepakaan galur kedelai
6 suharsono-kepakaan galur kedelai6 suharsono-kepakaan galur kedelai
6 suharsono-kepakaan galur kedelai
 
karya tulis ilmiah krim daun ketepeng (Cassiae Folium)
karya tulis ilmiah krim daun ketepeng (Cassiae Folium)karya tulis ilmiah krim daun ketepeng (Cassiae Folium)
karya tulis ilmiah krim daun ketepeng (Cassiae Folium)
 

Recently uploaded

Lembar Observasi Pembelajaran di Kelas.docx
Lembar Observasi Pembelajaran di  Kelas.docxLembar Observasi Pembelajaran di  Kelas.docx
Lembar Observasi Pembelajaran di Kelas.docxbkandrisaputra
 
Prakarsa Perubahan dengan Kanvas ATAP & BAGJA.pptx
Prakarsa Perubahan dengan Kanvas ATAP & BAGJA.pptxPrakarsa Perubahan dengan Kanvas ATAP & BAGJA.pptx
Prakarsa Perubahan dengan Kanvas ATAP & BAGJA.pptxSyaimarChandra1
 
implementasu Permendikbudristek no 53 2023
implementasu Permendikbudristek no 53 2023implementasu Permendikbudristek no 53 2023
implementasu Permendikbudristek no 53 2023DodiSetiawan46
 
Kesebangunan Segitiga matematika kelas 7 kurikulum merdeka.pptx
Kesebangunan Segitiga matematika kelas 7 kurikulum merdeka.pptxKesebangunan Segitiga matematika kelas 7 kurikulum merdeka.pptx
Kesebangunan Segitiga matematika kelas 7 kurikulum merdeka.pptxDwiYuniarti14
 
Karakteristik Negara Brazil, Geografi Regional Dunia
Karakteristik Negara Brazil, Geografi Regional DuniaKarakteristik Negara Brazil, Geografi Regional Dunia
Karakteristik Negara Brazil, Geografi Regional DuniaNadia Putri Ayu
 
Materi Pertemuan 6 Materi Pertemuan 6.pptx
Materi Pertemuan 6 Materi Pertemuan 6.pptxMateri Pertemuan 6 Materi Pertemuan 6.pptx
Materi Pertemuan 6 Materi Pertemuan 6.pptxRezaWahyuni6
 
Kelompok 1_Karakteristik negara jepang.pdf
Kelompok 1_Karakteristik negara jepang.pdfKelompok 1_Karakteristik negara jepang.pdf
Kelompok 1_Karakteristik negara jepang.pdfCloverash1
 
BAHAN SOSIALISASI PPDB SMA-SMK NEGERI DISDIKSU TP. 2024-2025 REVISI.pptx
BAHAN SOSIALISASI PPDB SMA-SMK NEGERI DISDIKSU TP. 2024-2025 REVISI.pptxBAHAN SOSIALISASI PPDB SMA-SMK NEGERI DISDIKSU TP. 2024-2025 REVISI.pptx
BAHAN SOSIALISASI PPDB SMA-SMK NEGERI DISDIKSU TP. 2024-2025 REVISI.pptxJamhuriIshak
 
aku-dan-kebutuhanku-Kelas 4 SD Mapel IPAS
aku-dan-kebutuhanku-Kelas 4 SD Mapel IPASaku-dan-kebutuhanku-Kelas 4 SD Mapel IPAS
aku-dan-kebutuhanku-Kelas 4 SD Mapel IPASreskosatrio1
 
AKSI NYATA Strategi Penerapan Kurikulum Merdeka di Kelas (1).pdf
AKSI NYATA Strategi Penerapan Kurikulum Merdeka di Kelas (1).pdfAKSI NYATA Strategi Penerapan Kurikulum Merdeka di Kelas (1).pdf
AKSI NYATA Strategi Penerapan Kurikulum Merdeka di Kelas (1).pdfTaqdirAlfiandi1
 
DEMONSTRASI KONTEKSTUAL MODUL 1.3 PENDIDIKAN GURU PENGGERAK
DEMONSTRASI KONTEKSTUAL MODUL 1.3 PENDIDIKAN GURU PENGGERAKDEMONSTRASI KONTEKSTUAL MODUL 1.3 PENDIDIKAN GURU PENGGERAK
DEMONSTRASI KONTEKSTUAL MODUL 1.3 PENDIDIKAN GURU PENGGERAKirwan461475
 
MODUL 2 BAHASA INDONESIA-KELOMPOK 1.pptx
MODUL 2 BAHASA INDONESIA-KELOMPOK 1.pptxMODUL 2 BAHASA INDONESIA-KELOMPOK 1.pptx
MODUL 2 BAHASA INDONESIA-KELOMPOK 1.pptxarnisariningsih98
 
04-Gemelli.- kehamilan ganda- duo atau triplet
04-Gemelli.- kehamilan ganda- duo atau triplet04-Gemelli.- kehamilan ganda- duo atau triplet
04-Gemelli.- kehamilan ganda- duo atau tripletMelianaJayasaputra
 
IPA Kelas 9 BAB 10 - www.ilmuguru.org.pptx
IPA Kelas 9 BAB 10 - www.ilmuguru.org.pptxIPA Kelas 9 BAB 10 - www.ilmuguru.org.pptx
IPA Kelas 9 BAB 10 - www.ilmuguru.org.pptxErikaPuspita10
 
AKSI NYATA MODUL 1.2-1 untuk pendidikan guru penggerak.pptx
AKSI NYATA MODUL 1.2-1 untuk pendidikan guru penggerak.pptxAKSI NYATA MODUL 1.2-1 untuk pendidikan guru penggerak.pptx
AKSI NYATA MODUL 1.2-1 untuk pendidikan guru penggerak.pptxWirionSembiring2
 
PPT Integrasi Islam & Ilmu Pengetahuan.pptx
PPT Integrasi Islam & Ilmu Pengetahuan.pptxPPT Integrasi Islam & Ilmu Pengetahuan.pptx
PPT Integrasi Islam & Ilmu Pengetahuan.pptxnerow98
 
Jurnal Dwi mingguan modul 1.2-gurupenggerak.pptx
Jurnal Dwi mingguan modul 1.2-gurupenggerak.pptxJurnal Dwi mingguan modul 1.2-gurupenggerak.pptx
Jurnal Dwi mingguan modul 1.2-gurupenggerak.pptxBambang440423
 
LAPORAN PKP KESELURUHAN BAB 1-5 NURUL HUSNA.pdf
LAPORAN PKP KESELURUHAN BAB 1-5 NURUL HUSNA.pdfLAPORAN PKP KESELURUHAN BAB 1-5 NURUL HUSNA.pdf
LAPORAN PKP KESELURUHAN BAB 1-5 NURUL HUSNA.pdfChrodtianTian
 
Demonstrasi Kontekstual Modul 1.2. pdf
Demonstrasi Kontekstual  Modul 1.2.  pdfDemonstrasi Kontekstual  Modul 1.2.  pdf
Demonstrasi Kontekstual Modul 1.2. pdfvebronialite32
 
Materi Strategi Perubahan dibuat oleh kelompok 5
Materi Strategi Perubahan dibuat oleh kelompok 5Materi Strategi Perubahan dibuat oleh kelompok 5
Materi Strategi Perubahan dibuat oleh kelompok 5KIKI TRISNA MUKTI
 

Recently uploaded (20)

Lembar Observasi Pembelajaran di Kelas.docx
Lembar Observasi Pembelajaran di  Kelas.docxLembar Observasi Pembelajaran di  Kelas.docx
Lembar Observasi Pembelajaran di Kelas.docx
 
Prakarsa Perubahan dengan Kanvas ATAP & BAGJA.pptx
Prakarsa Perubahan dengan Kanvas ATAP & BAGJA.pptxPrakarsa Perubahan dengan Kanvas ATAP & BAGJA.pptx
Prakarsa Perubahan dengan Kanvas ATAP & BAGJA.pptx
 
implementasu Permendikbudristek no 53 2023
implementasu Permendikbudristek no 53 2023implementasu Permendikbudristek no 53 2023
implementasu Permendikbudristek no 53 2023
 
Kesebangunan Segitiga matematika kelas 7 kurikulum merdeka.pptx
Kesebangunan Segitiga matematika kelas 7 kurikulum merdeka.pptxKesebangunan Segitiga matematika kelas 7 kurikulum merdeka.pptx
Kesebangunan Segitiga matematika kelas 7 kurikulum merdeka.pptx
 
Karakteristik Negara Brazil, Geografi Regional Dunia
Karakteristik Negara Brazil, Geografi Regional DuniaKarakteristik Negara Brazil, Geografi Regional Dunia
Karakteristik Negara Brazil, Geografi Regional Dunia
 
Materi Pertemuan 6 Materi Pertemuan 6.pptx
Materi Pertemuan 6 Materi Pertemuan 6.pptxMateri Pertemuan 6 Materi Pertemuan 6.pptx
Materi Pertemuan 6 Materi Pertemuan 6.pptx
 
Kelompok 1_Karakteristik negara jepang.pdf
Kelompok 1_Karakteristik negara jepang.pdfKelompok 1_Karakteristik negara jepang.pdf
Kelompok 1_Karakteristik negara jepang.pdf
 
BAHAN SOSIALISASI PPDB SMA-SMK NEGERI DISDIKSU TP. 2024-2025 REVISI.pptx
BAHAN SOSIALISASI PPDB SMA-SMK NEGERI DISDIKSU TP. 2024-2025 REVISI.pptxBAHAN SOSIALISASI PPDB SMA-SMK NEGERI DISDIKSU TP. 2024-2025 REVISI.pptx
BAHAN SOSIALISASI PPDB SMA-SMK NEGERI DISDIKSU TP. 2024-2025 REVISI.pptx
 
aku-dan-kebutuhanku-Kelas 4 SD Mapel IPAS
aku-dan-kebutuhanku-Kelas 4 SD Mapel IPASaku-dan-kebutuhanku-Kelas 4 SD Mapel IPAS
aku-dan-kebutuhanku-Kelas 4 SD Mapel IPAS
 
AKSI NYATA Strategi Penerapan Kurikulum Merdeka di Kelas (1).pdf
AKSI NYATA Strategi Penerapan Kurikulum Merdeka di Kelas (1).pdfAKSI NYATA Strategi Penerapan Kurikulum Merdeka di Kelas (1).pdf
AKSI NYATA Strategi Penerapan Kurikulum Merdeka di Kelas (1).pdf
 
DEMONSTRASI KONTEKSTUAL MODUL 1.3 PENDIDIKAN GURU PENGGERAK
DEMONSTRASI KONTEKSTUAL MODUL 1.3 PENDIDIKAN GURU PENGGERAKDEMONSTRASI KONTEKSTUAL MODUL 1.3 PENDIDIKAN GURU PENGGERAK
DEMONSTRASI KONTEKSTUAL MODUL 1.3 PENDIDIKAN GURU PENGGERAK
 
MODUL 2 BAHASA INDONESIA-KELOMPOK 1.pptx
MODUL 2 BAHASA INDONESIA-KELOMPOK 1.pptxMODUL 2 BAHASA INDONESIA-KELOMPOK 1.pptx
MODUL 2 BAHASA INDONESIA-KELOMPOK 1.pptx
 
04-Gemelli.- kehamilan ganda- duo atau triplet
04-Gemelli.- kehamilan ganda- duo atau triplet04-Gemelli.- kehamilan ganda- duo atau triplet
04-Gemelli.- kehamilan ganda- duo atau triplet
 
IPA Kelas 9 BAB 10 - www.ilmuguru.org.pptx
IPA Kelas 9 BAB 10 - www.ilmuguru.org.pptxIPA Kelas 9 BAB 10 - www.ilmuguru.org.pptx
IPA Kelas 9 BAB 10 - www.ilmuguru.org.pptx
 
AKSI NYATA MODUL 1.2-1 untuk pendidikan guru penggerak.pptx
AKSI NYATA MODUL 1.2-1 untuk pendidikan guru penggerak.pptxAKSI NYATA MODUL 1.2-1 untuk pendidikan guru penggerak.pptx
AKSI NYATA MODUL 1.2-1 untuk pendidikan guru penggerak.pptx
 
PPT Integrasi Islam & Ilmu Pengetahuan.pptx
PPT Integrasi Islam & Ilmu Pengetahuan.pptxPPT Integrasi Islam & Ilmu Pengetahuan.pptx
PPT Integrasi Islam & Ilmu Pengetahuan.pptx
 
Jurnal Dwi mingguan modul 1.2-gurupenggerak.pptx
Jurnal Dwi mingguan modul 1.2-gurupenggerak.pptxJurnal Dwi mingguan modul 1.2-gurupenggerak.pptx
Jurnal Dwi mingguan modul 1.2-gurupenggerak.pptx
 
LAPORAN PKP KESELURUHAN BAB 1-5 NURUL HUSNA.pdf
LAPORAN PKP KESELURUHAN BAB 1-5 NURUL HUSNA.pdfLAPORAN PKP KESELURUHAN BAB 1-5 NURUL HUSNA.pdf
LAPORAN PKP KESELURUHAN BAB 1-5 NURUL HUSNA.pdf
 
Demonstrasi Kontekstual Modul 1.2. pdf
Demonstrasi Kontekstual  Modul 1.2.  pdfDemonstrasi Kontekstual  Modul 1.2.  pdf
Demonstrasi Kontekstual Modul 1.2. pdf
 
Materi Strategi Perubahan dibuat oleh kelompok 5
Materi Strategi Perubahan dibuat oleh kelompok 5Materi Strategi Perubahan dibuat oleh kelompok 5
Materi Strategi Perubahan dibuat oleh kelompok 5
 

Daun Padi

  • 1. Jurnal HPT Volume 1 Nomor 2 Juni 2013 10 HUBUNGAN KARAKTERISTIK JARINGAN DAUN DENGAN TINGKAT SERANGAN PENYAKIT BLAS DAUN (Pyricularia oryzae Cav.) PADA BEBERAPA GENOTIPE PADI (Oryza sativa L.) Ina Mustika Dewi, Abdul Cholil, Anton Muhibuddin Program Studi Agroekoteknologi, Jurusan Hama dan Penyakit Tumbuhan , Universitas Brawijaya Jln. Veteran, Malang 65145, Indonesia ABSTRACT Blast is the oldest disease in the world (Valent, 2004). In 1975 according to Chin, blast could be found in more than 85 countries of rice field include Asia, America Latin and Africa. Blast disease could been decreased rice production up to 70% and it infected all stadia such as leaf, noodle, panicle neck, but seldom found on midrib of leaf. Agrios (2004) proposed that there was structural defenses on leaf surface which was main factor of plant defense. The study aim to determine the resistance of some rice genotypes were tested against leaf blast disease and to determine the influence of leaf tissue characteristic that is epidermal thickness to the leaf blast attack. Based on this research was known that only several rice genotypes showed correlation between epidermal thickness of leaf with intensity of leaf blast attack. The moderate genotypes of rice had a thicker epidermal cells than the susceptible genotypes. The epidermis is one of defenses on rice against leaf blast disease thus strengthness and thickness of epidermal cells would impede a direct penetration of the pathogen or it can’t be penetrated at all (Agrios, 1994). Keyword: leaf blast, structural defense, epidermal thickness of leaf, intensity of blast attack ABSTRAK Blas merupakan penyakit tertua di dunia (Valent, 2004). Pada tahun 1975 menurut Chin, ledakan dapat ditemukan di lebih dari 85 negara yang memiliki lahan padi termasuk Asia, Amerika Latin dan Afrika. Penyakit blas mampu menurunkan produksi padi hingga 70% dan menginfeksi semua stadia stadia tanaman seperti daun, pucuk, malai, tetapi jarang ditemukan pada pelepah daun. Agrios (2004) mengemukakan bahwa terdapat pertahanan struktural pada permukaan daun yang merupakan faktor utama pertahanan tanaman. Penelitian bertujuan untuk menguji ketahanan beberapa genotipe padi uji terhadap penyakit blas daun dan untuk mengetahui pengaruh karakteristik jaringan daun berupa ketebalan epidermis terhadap penyakit blas daun. Berdasarkan penelitian ini diketahui bahwa hanya beberapa genotipe padi menunjukkan korelasi antara ketebalan epidermis daun dengan intensitas penyakit blas daun. Genotipe padi moderat memiliki sel-sel epidermis lebih tebal daripada genotipe rentan. Epidermis adalah salah satu pertahanan padi terhadap penyakit blas daun sehingga kekuatan dan ketebalan sel epidermis akan menghambat penetrasi langsung patogen atau tidak dapat ditembus sama sekali (Agrios, 1994).
  • 2. Dewi et al, Hubungan Jaringan Daun Dengan Tingkat Serangan Penyakit Blas 11 Kata kunci: Blas daun, pertahanan struktural, ketebalan epidermis daun, intensitas serangan PENDAHULUAN Blas merupakan penyakit padi tertua yang penyebarannya meliputi semua negara penanam padi (Valent, 2004), antara lain Asia, Amerika Latin, dan Afrika. Pada tahun terakhir di Indonesia, penyakit blas khususnya blas leher menjadi tantangan yang lebih serius karena banyak ditemukan pada beberapa varietas padi sawah di Jalur Pantura, Jawa Barat (Anonymous, 2012a). Penyakit blas, dapat menurunkan hasil sampai mencapai 70% (Chin, 1975), menginfeksi pada semua stadia pertumbuhan tanaman padi yaitu daun, buku, leher malai, namun jarang menyerang pada bagian pelepah daun. Jamur Pyricularia oryzae penyebab penyakit blas menyebar melalui udara, menempel pada daun melalui percikan air, kemudian menginfeksi daun dan menimbulkan bercak pada daun. Diketahui bahwa pada permukaan daun terdapat sifat-sifat struktural yang merupakan garis pertahanan utama tumbuhan (Agrios, 2004). Karakteristik pertahanan struktural daun yang dimaksud adalah jumlah dan kualitas lilin dan kutikula yang menutupi sel epidermis, struktur sel epidermis, ukuran, letak dan bentuk stomata dan lentisel dan jaringan dinding sel yang tebal yang menghambat gerak maju patogen. Penelitian ini bertujuan untuk evaluasi ketahanan terhadap penyakit blas daun dengan melihat salah satu sifat struktural yang menjadi garis pertahanan utama tumbuhan terhadap serangan patogen, yaitu tebal epidermis daun. Karena diasumsikan bahwa tebal epidermis daun setiap genotipe padi akan berbeda dan akan memberikan respon yang berbeda terhadap serangan blas. METODOLOGI Penelitian ini dilaksanakan di lahan riset PT. DuPont Indonesia yang berada di Desa Ketawang Kecamatan Bululawang, Kabupaten Malang dan di laboratorium Taksonomi Tumbuhan, Jurusan Biologi, Fakultas MIPA Universitas Brawijaya. Pelaksanaan penelitian berlangsung selama bulan Mei hingga Juli 2012. Pelaksanaan Penelitian Tanah yang akan ditanami dibesihkan dari rumput, lalu digemburkan, dibentuk menjadi dua bedengan dengan ukuran 1 x 7 m2 . Benih yang akan ditanam, direndam selama 24 jam, kemudian benih disaring dan dikeringanginkan di atas karung plastik selama 3 hari, sampai benih berkecambah. Bedengan yang siap ditanami, diberi label dengan menggunakan stik es-krim yang telah diberi nama. Pada bagian tepi bedengan dengan jarak 15 cm, ditanami oleh genotipe CMS B yaitu tanaman yang rentan terhadap penyakit blas. Genotipe ini merupakan padi yang rentan terhadap jamur P. oryzae. Satu minggu setelah tanam genotipe CMS B, dilakukan penanaman genotipe yang akan diuji. Jarak antar tanaman satu jenis (dalam satu genotipe) adalah 2 cm dengan jumlah 3 bibit per lubang tanam, sedangkan jarak tanaman beda jenis (beda varietas) adalah 7 cm. Pemeliharaan tanaman meliputi pemupukan, penyiraman, penyiangan gulma, dan penutupan bedengan. Inokulasi tambahan untuk menambah cekaman biotik dilakukan pada saat
  • 3. Jurnal HPT Volume 1 Nomor 2 Juni 2013 12 tanaman uji berumur 21 hari dan memiliki daun berjumlah 3-4 helai. Bahan inkokulasi adalah daun tanaman genotipe CMS B yang menunjukkan gejala terserang jamur P. Oryzae. Daun dipotong-potong berukuran 1 cm2 , dicampurkan dengan air, kemudian disebar pada tanaman uji ketika sore hari. Pembuatan Preparat dan Pengamatan Tebal Epidermis Daun Padi Sampel daun padi diambil setelah pengamatan intensitas berakhir, yakni lima minggu sesudah tanam. Daun yang diambil adalah daun yang sehat. Daun yang dicuci pada air yang mengalir, difiksasi dengan FAA selama 24 jam. FAA merupakan larutan untuk memfiksasi daun yang terdiri dari campuran formaldehid, asam asetat glasial dan alkohol 70% dengan perbandingan (5 : 5 : 90). Fiksasi bertujuan untuk mematikan sel tanaman tanpa merusak struktur jaringan. Setelah difiksasi selama 24 jam, daun dibilas dengan akuades. Kemudian daun dipotong menggunakan mikrotom geser secara melintang, dibilas dengan NaOCl 5% agar jernih, dibilas dengan akuades kembali, digunakan pewarna safranin 0.25%, selanjutnya irisan daun diletakkan di kaca preparat yang telah diberi gliserin 30% lalu ditutup dengan gelas penutup yang bagian tepinya telah diberi cutek. Pengamatan dilakukan menggunakan mikroskop cahaya dengan perbesaran 40 x 10 untuk mengamati parameter tebal kutikula adaksial dan abaksial dan epidermis adaksial dan abaksial (Andini, 2011). Parameter Pengamatan Parameter yang diamati dalam penelitian ini adalah : 1) Intensitas serangan, diamati pada pada minggu pertama hingga minggu keempat setelah inokulasi, kemudian dihitung menggunakan rumus dari IRRI (1996) : IS = ∑ n x v ∑ N x V x 100% keterangan : IS (intensitas serangan blas), n (jumlah rumpun yang terkena blas daun), v (nilai skor serangan tiap rumpun), N (jumlah tanaman dari semua rumpun yang diamati), V (nilai skor serangan blas daun tertinggi) Tanaman tergolong tahan jika presentasi serangan <5%, 5 - 25% tergolong moderat dan rentan bila di atas 25%. Penentuan skor/skala serangan penyakit blas daun berdasarkan Standard Evaluation System For Rice (IRRI, 1996). 2) Tebal Epidermis Daun Padi, yang diamati adalah pada sayatan melintang daun meliputi tebal kutikula dan epidermis adaksial dan abaksial, lalu dilakukan perhitungan dengan rumus sebagai berikut : TK = TKM x K Keterangan : TK (tebal kutikula dan epidermis), TKM (tebal kutikula dan epidermis pada mikrometer), dan K ([kalibrasi [1mm = 0.0025 µm]) Analisis Data Penelitian yang dilakukan di lapang menggunakan metode Rancangan Acak Kelompok (RAK) dengan 21 perlakuan genotipe padi, yaitu IR-64, IR-64 ss, Cibogo, Ciherang, Mekongga, Hipa-8, Maro, K-
  • 4. Dewi et al, Hubungan Jaringan Daun Dengan Tingkat Serangan Penyakit Blas 13 32, K-56, K-67, K-74, K-76, K-137, K- 157, K-160, K-162, K-203 dan CMS B yang diulang sebanyak dua kali. Sedangkan untuk pengamatan karakteristik jaringan tumbuhan (ketebalan epidermis) menggunakan metode Rancangan Acak Lengkap (RAL). Data pengamatan yang diperoleh dari percobaan dianalisis dengan menggunakan uji F pada taraf 5%, kemudian data yang signifikan dilanjutkan dengan uji Beda Nyata Jujur (BNJ) pada taraf 5% (Gomez dan Gomez,1995). HASIL DAN PEMBAHASAN Gejala serangan penyakit blas pada genotipe-genotipe padi yang diuji adalah mulanya muncul gejala spot cokelat berukuran seujung jarum, kemudian spot berkembang menjadi ukuran yang lebih besar, jumlah lesion menjadi lebih banyak. Ukuran spot yang bertambah besar, membentuk bercak berbentuk belah ketupat berwarna coklat hingga putih keabu- abuan pada tepi daun. Ketika bercak blas meluas, seluruh bagian daun akan berwarna putih keabu-abuan (Gambar 1). Gambar 1. Gejala serangan penyakit blas daun Berdasarkan hasil pengamatan dan analisis sidik ragam diketahui bahwa infeksi penyakit blas (P. oryzae) pada 21 genotipe padi berpengaruh nyata terhadap parameter intensitas serangan penyakit. 10 genotipe yang menunjukkan intensitas serangan di atas 25%, yaitu Cibogo, Mekongga, Ciherang, CMS B, K-203, K-32, K-56, K-76, K-74, dan K-157. 11 genotipe yang menunjukkan intensitas serangan di antara 5 - 25%, yaitu IR-64, IR 64 ss, Maro, Hipa-8, Inpari-13, K-79, K- 160, K-132, K-137, K-67 dan K-162. Rerata intensitas serangan terkecil ditunjukkan oleh genotipe K-160 sebesar 7.41% dan intensitas serangan terbesar ditunjukkan oleh genotipe CMS B sebesar 71.94% (Tabel 1). Hasil sidik ragam menyatakan bahwa karakteristik jaringan daun pada 21 genotipe padi yang dilihat dari tebal epidermis berbeda nyata. Genotipe yang memiliki epidermis paling tipis adalah K-203, yaitu 4.79 mm x 10-3 dan genotipe yang memiliki epidermis paling tebal adalah Inpari-13, yaitu 30.02 mm x 10-3 (Tabel 2). Pada gambar 1 ditunjukkan mengenai perbedaan tebal epidermis pada irisan melintang daun padi genotipe Inpari-13 yang memiliki epidermis paling tebal yaitu 30.02 mm x 10-3 dan K-203 yang memiliki epidermis paling tipis yaitu 4.79 mmx10-3 . Tebal epidermis abaksial diukur dari kutikula, sel buliform hingga epidemis abaksial bagian dalam. Sedangkan tebal epidermis adaksial diukur dari kutikula hingga epidemis adaksial bagian dalam. Sehingga tebal epidermis yang diukur adalah jumlah rata-rata dari epidermis adaksial dan epidermis abaksial. Berdasarkan (Gambar 1) dapat dilihat bahwa kutikula (a), sel-sel epidermis bagian adaksial dan abaksial (b) dan sel-sel buliform (c) Inpari-13 lebih tebal daripada genotipe K-203.
  • 5. Jurnal HPT Volume 1 Nomor 2 Juni 2013 14 Tabel 1. Rerata Intensitas Serangan Penyakit Blas Daun dan Kategori Ketahanan Genotipe Padi Genotipe Rerata Intensitas Serangan (%) Kategori Ketahanan* Cibogo 33.63cd Rentan IR-64 14.24ab Moderat Mekongga 42.99e Rentan IR-64 ss 13.40ab Moderat Ciherang 29.12c Rentan Maro 12.14ab Moderat Hipa-8 17.96b Moderat Inpari-13 14.31ab Moderat CMS B 71.94g Rentan K-203 58.33f Rentan K-32 32.87cd Rentan K-56 31.48c Rentan K-76 29.63c Rentan K-74 26.39c Rentan K-157 40.28de Rentan K-79 10.19ab Moderat K-160 7.41a Moderat K-132 9.17a Moderat K-137 7.84a Moderat K-67 8.78a Moderat K-162 9.03a Moderat Keterangan: Angka-angka pada baris rataan intensitas serangan yang diikuti huruf menyatakan perlakuan memberikan pengaruh yang nyata karena F-hitung perlakuan lebih besar dari F-tabel 5% pada tabel annova (lampiran 1), sedangkan angka-angka pada baris rataan intensitas serangan yang diikuti huruf-huruf yang tidak sama menyatakan berbeda nyata secara statistik, sedangkan yang diikuti huruf yang sama menyatakan tidak berbeda nyata secara statistik pada taraf 0.05 menurut Uji Beda Nyata Jujur. *Kategori ketahanan berdasarkan Standard Evaluation System For Rice (IRRI, 1996) yaitu rentan = >25%, moderat = 5-25% dan tahan = <5%.
  • 6. Dewi et al, Hubungan Jaringan Daun Dengan Tingkat Serangan Penyakit Blas 15 Tabel 2. Rerata Tebal Epidermis Daun Padi Genotipe Rerata Tebal Epidermis (mm x 10-3 ) Ciherang 6.51bcd Hipa-8 6.67bcd Cibogo 6.22abc IR-64 ss 6.01abc CMS B 5.14ab Mekongga 5.05ab Inpari-13 30.02h Maro 8.11de IR-64 7.07cd K-79 11.94g K-160 11.99g K-132 10.92fg K-137 9.69ef K-67 9.69ef K-162 9.38ef K-203 4.79a K-32 5.61abc K-56 5.05ab K-76 5.49abc K-157 5.64abc K-74 5.84abc Keterangan: Angka-angka pada baris rataan tebal epidermis yang diikuti huruf menyatakan perlakuan memberikan pengaruh yang nyata karena F-hitung perlakuan lebih besar dari F-tabel 5% pada tabel annova (lampiran 1), sedangkan angka-angka pada baris tebal epidermis yang diikuti huruf-huruf yang tidak sama menyatakan berbeda nyata secara statistik, sedangkan yang diikuti huruf yang sama menyatakan tidak berbeda nyata secara statistik pada taraf 0.05 menurut Uji Beda Nyata Jujur.
  • 7. Jurnal HPT Volume 1 Nomor 2 Juni 2013 16 Hasil analisis korelasi antara tebal epidermis daun padi dan intensitas serangan diperoleh persamaan linear y = -1.420x + 36.77 dan nilai koefisien korelasi sebesar 0.43 (Gambar 2). Nilai koefisien korelasi (r) berkisar diantara 0.21 – 0.40 menunjukkan korelasi keeratan lemah dan nilai di antara 0.41 – 0.70 menunjukkan korelasi keeratan sedang (Sujianto, 2009). Pada genotipe-genotipe yang diuji menunjukkan bahwa tingkat intensitas serangan penyakit blas daun tidak hanya ditentukan oleh tebal epidermis. Namun diduga ada faktor lain yang berkaitan dengan tingkat intensitas serangan. Menurut Ou (1985) ketahanan terhadap penyakit blas tidak hanya ditentukan oleh mekanisme ketahanan fisik seperti penebalan dinding sel epidermis dan kandungan Si yang lebih tinggi tetapi ditentukan oleh mekanisme ketahanan biokimia Tebal epidermis merupakan salah satu pertahanan struktural yang terdapat pada tumbuhan bahkan sebelum patogen datang dan berkontak dengan tumbuhan (Agrios, 1994). Ketebalan dan kekuatan dinding bagian luar sel-sel epidermis merupakan faktor penting dalam ketahanan beberapa jenis tumbuhan terhadap patogen- patogen tertentu. Sel-sel epidermis yang berdinding kuat dan tebal akan membuat penetrasi jamur patogen secara langsung mengalami kesulitan atau bahkan tidak mungkin dilakukan sama sekali. Kuatnya dinding sel disebabkan oleh keberadaan endapan kersik (silisium). Semakin tinggi kandungan silika maka akan semakin rendah intensitas penyakit blas daun (Mariana, 2004). Setiap penambahan silika sebanyak 1%, maka intensitas penyakit blas daun turun sebesar 23.19%. Makin tinggi kadar silika pada dinding epidermis maka makin keras dinding sel tanaman, sehingga semakin tahan tanaman padi terhadap penyakit blas (Hori, 1980) dalam Kozaka (1995). Silika bertindak sebagai penghalang mekanik yang menjaga (memproteksi) tanaman terhadap Gambar 1. Perbedaan Ketebalan Lapisan Epidermis pada Irisan Melintang Daun Padi : (A) K-203 dan (B) Inpari 13. Gambar 2. Hubungan tebal epidermis daun padi dengan tingkat intensitas serangan
  • 8. Dewi et al, Hubungan Jaringan Daun Dengan Tingkat Serangan Penyakit Blas 17 penetrasi appresoria. Proses penetrasi appresoria P. oryzae pada dinding sel yang keras, memerlukan tekanan turgor tinggi, dan terdapat korelasi antara tekanan turgor yang dihasilkan oleh appresoria dengan kemampuannya mempenetrasi membrane yang berbeda. Tekanan turgor penting untuk mempenetrasi membrane yang keras. Oleh karena itu diduga perlu tekanan turgor yang lebih tinggi untuk mempenetrasi sel yang lebih keras. Sehingga semakin keras dinding sel inang akan semakin sulit untuk dipenetrasi (Howard, 1994). Pada beberapa genotipe menunjukkan kategori ketahanan yang berbeda-beda. Genotipe K-203, Mekongga, K-56, CMS B, K-76, K-32, K-157, Cibogo dan Ciherang masuk ke dalam kategori rentan. Sedangkan IR 64 ss, Hipa 8, IR 64, K-162, K-137, K- 67, K-132, K-79, K-160 dan Inpari 13 masuk ke dalam kategori moderat. Sistem pertahanan tanaman terhadap serangan patogen akan mempengaruhi ketahanan tanaman tersebut. Pertahanan tanaman terhadap patogen dapat berupa (1) pertahanan pasif, yaitu pertahanan secara struktural, yang meliputi anatomi dan morfologi; (2) pertahanan aktif, pertahanan ini dapat berupa reaksi hipersensitif, reactive oxygen species dan sintesa senyawa yang dapat menekan atau mematikan patogen (Herison et al., 2007). Mekanisme pertahanan aktif dan pasif timbul dalam sistem genetika dari inang dan patogen yang berinteraksi dengan reaksi inang untuk mencegah perkembangan patogen itu sendiri (Sastrahidayat, 1990). Genotipe padi yang dapat dikatakan tahan terhadap serangan penyakit blas memiliki ciri, yaitu sulit untuk diinfeksi oleh patogen karena pertahanan strukturalnya dan setelah diserang tetap memiliki kemampuan untuk mencegah pertumbuhan patogen di dalam sel-sel tanaman. Sehingga hanya sedikit kerusakan yang terjadi akibat serangan patogen tersebut. Ketahanan tanaman yang bersifat toleran umumnya memiliki pertumbuhan yang baik dan mampu mengimbangi tingkat infeksi patogen sehingga mampu menghasilkan produksi yang baik (Walkey, 1985). Sifat toleransi atau tahan merupakan sifat yang dapat diwariskan, sifat tersebut memungkinkan patogen berkembang dan memperbanyak diri di dalam inangnya sedangkan inang tersebut tidak mempunyai bagian reseptor untuk mengaktifkan zat-zat beracun yang dikeluarkan patogen, sehingga tanaman masih mampu berproduksi (Agrios, 1996). KESIMPULAN Berdasarkan penelitian yang telah dilakukan dapat disimpulkan bahwa 21 genotipe uji menunjukkan respon yang berbeda terhadap serangan penyakit blas daun, hal ini dapat dilihat dari periode inkubasi, intensitas serangan dan kategori ketahanan. Tingkat intensitas serangan genotipe K- 203, Mekongga, K-56, CMS B, K-76, K-32, K-157, Cibogo, Ciherang, Hipa 8, IR 64, K-162, K-137, K-67, K-132, K-79, K-160 dan Inpari 13 berkorelasi dengan tebal epidermis, namun pada genotipe IR 64 ss hal ini tidak terjadi. Ada faktor lain yang mempengaruhi tingkat intensitas, yaitu kandungan silika yang terdeposisi pada dinding sel-sel epidermis (Marlina, 2004). Sehingga tingkat intensitas serangan penyakit blas daun tidak hanya ditentukan oleh tebal-tipisnya epidermis melainkan dipengaruhi sedikit-banyaknya kandungan silika yang mampu memperkuat dinding sel- sel epidermis.
  • 9. Jurnal HPT Volume 1 Nomor 2 Juni 2013 18 DAFTAR PUSTAKA Agrios, G.N. 1996. Ilmu Penyakit Tumbuhan (Terjemahan Munzir Busnia). Gadjah Mada University Press. Yogyakarta. Anonymous. 2012a. Gejala Blas pada Padi. Diakses dari (http://bbpadi.litbang.deptan.go. id/penyakit-blas). Pada tanggal 18 Oktober 2012 Andini, Astri Nur. 2011. Anatomi Jaringan dan Pertumbuhan Tanaman Celosia cristata, Catharanthus roseus, Dan Gomphrena globosa Pada Lingkungan Udara Tercemar. Fakultas MIPA. IPB. Bogor. Gomez, K. A. dan A. A. Gomez. 1995. Prosedur Statistika Untuk Penelitian Pertanian. [Terjemahan dari : Statistical Procedures for Agricultural Research. Penerjemah : E. Sjamsudin dan J. S. Baharsjah Penerbit Universitas Indonesia. Jakarta. p 698. Howard, R. J. 1994. Cell biology of pathogenesis : Rice Blast Disease. R. S. Ziegler, S. Leong, and P. S. Teng, eds. CAB International, Wallingford, UK dan IRRI, Los Banor, Philipines. pp 2-33. IRRI. 1996. Standard Evaluation System for Rice. 4th ed. IRRI. Los Banos, Philipines. p 52. Mariana. 2004. Ketahanan Tanaman Padi Terhadap Penyakit Blas (Pyricularia oryzae Cav.) Di Sawah Pasang Surut Kalimantan Selatan. Disertasi. Program Pascasarjana Universitas Brawijaya. Malang Ou, S.H. 1985. Rice Disease. Commonwealth. Inst. Kiew, Surrey, England. 368 p. Sastrahidayat, I. R. 1990. Ilmu Penyakit Tumbuhan. Usaha Nasional. Surabaya. p 365. Valent, B. 2004. APS Plenary Session lecture (1989) : Rice blast as a model system for plant pathology. Phytopatology. 80: 33-36. Walkey, D.G. A. 1985. Applied plant virology. Wiley. New York.