SlideShare a Scribd company logo
1 of 33
1
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah
Indonesia merupakan negara beriklim tropis yang mempunyai dua musim
yaitu musim kemarau dan musim penghujan. Saat musim hujan, air banyak
menggenang di segala tempat. Ini menyebabkan banyak bakteri, virus, jamur,
maupun parasit kulit lainnya berkembang pesat sehingga setiap orang dengan
mudah terkena penyakit kulit.
Pada lingkup perkotaan, sumber air bersih sulit ditemukan. Hal ini
menyebabkan frekuensi terjadinya penyakit kulit lebih besar lagi. Hujan yang
terjadi secara terus–menerus di perkotaan, dapat menimbulkan banjir dan air
yang tercemar akan tersebar kemana–mana. Akibatnya, berbagai macam sumber
penyakit baik itu virus, bakteri, jamur maupun organisme renik lainnya dapat
berkembang biak semakin banyak. Sehingga berbagai macam penyakit dapat
timbul terutama penyakit kulit.
Di desa juga tidak kalah banyak karena pada musim hujan petani
memulai masa tanam padi. Sehingga petani selalu beinteraksi secara langsung
dengan genangan air. Setelah melakukan penanaman di sawah, petani merasakan
gatal-gatal maupun infeksi–infeksi kulit yang diakibatkan oleh parasit kulit
lainnya. Sehingga para petani membutuhkan waktu untuk beristirahat mengobati
rasa gatal maupun kelainan kulit lainnya. Hal ini memengaruhi hasil produksi
pertanian.
Penyakit kulit adalah terganggunya sel-sel kulit maupun infeksi yang
disebabkan oleh berbagai macam penyebab penyakit kulit. Bentuk penyakit kulit
ini seperti gatal–gatal, panu, kadas, dan kudis. Rasa gatal, panu dan kudis sangat
mengganggu dalam aktifitas sehari-hari. Baik bagi masyarakat Indonesia yang
mayoritas berprofesi sebagai petani maupun masyarakat di kota–kota besar yang
saat musim penghujan rawan terkena banjir.
2
Berbagai macam pengobatan dilakukan untuk mengobati penyakit kulit
yang terjadi. Sebagian besar dari mereka mengatasi penyakit kulit dengan
menggunakan produk–produk kimia buatan pabrik yang mempunyai efek
samping bagi kesehatan kulit. Padahal kita dapat memanfaatkan tumbuhan di
sekitar kita yang mempunyai khasiat sebagai antiseptik.
Indonesia memiliki keanekaragaman hayati khususnya dalam tumbuh-
tumbuhan berkhasiat yang tersebar dari Sabang sampai Merauke. Namun, banyak
orang yang tidak mengetahui tentang khasiat dari tumbuh-tumbuhan di sekitar
kita. Lebih dari seribu spesies tumbuhan dapat dimanfaatkan sebagai bahan baku
obat herbal. Obat herbal mempunyai kelebihan diantaranya mudah didapat,
terjangkau dan tidak mempunyai efek samping yang membahayakan. Salah satu
yang dapat dimanfaatkan sebagai antiseptik ekstern adalah daun ketepeng.
Berdasarkan data empiris, di daerah Cebongan Lor, Tlogoadi, Mlati,
Sleman daun ketepeng dimanfaatkan oleh orang–orang zaman dahulu untuk
mengobati berbagai macam penyakit kulit. Contohnya saat mereka merasakan
gatal–gatal ataupun penyakit kulit lainnya, orang–orang zaman dahulu hanya
menumbuk daun ketepeng kemudian ditempelkan pada bagian yang sakit. Selang
beberapa hari menggunakanya, penyakit dapat sembuh.
Berdasarkan data, daun ketepeng mempunyai kandungan antara lain
alkaloida, flavonoida, saponin, dan antrakinon yang bermanfaat untuk
menyembuhkan penyakit kadas ataupun penyakit yang disebabkan oleh parasit
kulit.
Penggunaan daun ketepeng untuk mengobati penyakit kulit dapat
dipermudah dengan membuat dalam bentuk sediaan krim. Keuntungan dibuat
dalam sediaan krim adalah praktis dan mudah dibawa ke mana saja.
3
B. Rumusan Masalah
1. Kandungan apakah yang terdapat dalam daun ketepeng sehingga dapat
digunakan untuk antiseptik ekstern?
2. Bagaimana pembuatan krim daun ketepeng sebagai antiseptik ekstern?
3. Bagaimana cara penggunaan krim daun ketepeng sebagai antiseptik ekstern?
4. Bagaimana tingkat kesukaan konsumen terhadap keadaan organoleptik krim
daun ketepeng?
5. Berapakah besar keuntungan yang diperoleh dari penjualan krim daun
ketepeng?
C. Tujuan Penelitian
1. Untuk mengetahui zat yang terkandung dalam daun ketepeng sehingga
berkhasiat untuk antiseptik ekstern.
2. Untuk mengetahui pembuatan krim daun ketepeng sebagai antiseptik ekstern.
3. Untuk mengetahui cara penggunaan krim daun ketepeng sebagai antiseptik
ekstern.
4. Untuk mengetahui tingkat kesukaan konsumen terhadap keadaan organoleptik
krim daun ketepeng.
5. Untuk mengetahui besar keuntungan yang diperoleh dari penjualan krim daun
ketepeng.
4
D. Manfaat Penelitian
A. Bagi Dunia Farmasi
Menambah pengetahuan dan muncul temuan baru tentang tanaman obat
sebagai bahan untuk pengobatan.
B. Bagi Masyarakat
a) Memberikan informasi kepada masyarakat bahwa daun ketepeng dapat
digunakan untuk menghambat atau mengobati mikroba ringan.
b) Menambah pengetahuan tentang alternatif pengobatan yang lebih
terjangkau, aman dan mempunyai khasiat yang tidak kalah dengan
produk – produk kimia buatan pabrik.
c) Membuka peluang usaha bagi masyarakat dengan pemasaran krim daun
ketepeng sehingga dapat mengurangi pengangguran.
C. Bagi siswa dan penulis
Menambah pengetahuan tentang tanaman yang berkhasiat sebagai
antiseptik ekstern.
D. Manfaat lain
Meningkatkan nilai ekonomis dan daya guna dari tanaman ketepeng.
5
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
A. Analisis Teoretis
1. Tanaman Ketepeng (Cassia alata L.)
Ketepeng merupakan tanaman herbal yang banyak ditemukan di wilayah
Indonesia seperti di Jawa, Sumatra dan Maluku. Tanaman herbal ini dapat
tumbuh di lingkungan liar yang lembab. Kini tanaman ini digunakan untuk
perindang halaman rumah atau gedung karena keadaan fisiknya yang tinggi dan
besar. Secara empiris, ketepeng (Cassia alata L.) memiliki khasiat
menyembuhkan berbagai penyakit karena banyak masyarakat yang telah
membuktikannya.
Tanaman ketepeng (Cassia alata L.) dari keluarga Leguminosae
mempunyai sinonim Smilax macrocarpaBl.. Ada dua variasi yaitu ketepeng
kecil (Cassia tora Linn.) dan ketepeng cina (Cassia alata Linn.).
a. Berikut ini klasifikasi tanaman ketepeng:
kingdom : Plantae (tumbuhan)
subkingdom : Traecheobionta (tumbuhan berpembuluh)
super divisi : Spermatophyta (menghasilkan biji)
divisi : Magnoliophyta (tumbuhan berbunga)
sub divisi : Angiospermae
kelas : Dicotyledonae(berkeping dua / dikotil)
sub kelas : Rosidae
bangsa : Rosales
keluarga : Leguminosae
marga : Cassia
jenis : Cassia alata L.
6
b. Berikut ini deskripsi tanaman ketepeng:
habitus : Perdu, tinggi ± 5 m.
batang : Berkayu, bulat, percabangan sipodial, coklat kotor.
daun : Majemuk, menyirip genap, anak daun 8-24 pasang, bentuk bulat
panjang, ujung tumpul, tepi rata, pangkal membulat, panjang 3,5-
15 cm, lebar 2,5-9 cm, pertulangan menyirip, tangkai pendek,
hijau.
bunga : Majemuk, bentuk tandan, kelopak berbagi lima, benang sari 3,
kuning, daun pelindung pendek, jingga, mahkota bentuk kupu-
kupu, kuning.
buah : Polong, panjang, bersegi empat, panjang ± 18 cm, lebar ± 2,5
cm, masih muda hijau, setelah tua hitam kecoklatan, masih muda
hijau, setelah tua hitam.
akar : Tunggang, bercabang, bulat, kehitaman
biji : Segitiga lancip, pipih.
c. Berikut ini kandungan kimia daun ketepeng
Daun Cassia alata L. mengandung alkaloida, saponin, flavonoida, tannin,
dan antrakinon (Materia Medika ed IV, 2002).
2. Kulit
Kulit merupakan lapisan pelindung tubuh yang sempurna terhadap
pengaruh luar baik pengaruh fisik maupun pengaruh kimia. Kulit merupakan
sawar fisiologik yang penting karena mampu menahan penembusan bahan gas,
cair maupun padat baik yang berasal dari lingkungan luar tubuh maupun dari
komponen organisme.
7
a. Fungsi kulit secara umum
1. Fungsi proteksi
Kulit menjaga bagian dalam tubuh terhadap gangguan fisik,
misalnya tekanan, gesekan, tarikan, gangguan kimiawi, misalnya zat-zat
kimia terutama yang bersifat iritan, gangguan yang bersifat panas,
misalnya radiasi, sengatan UV, gangguan infeksi luar terutama kuman
maupun jamur.
2. Fungsi absorbsi
Kulit yang sehat tidak mudah menyerap air, larutan dan benda
padat, tetapi cairan yang mudah menguap lebih mudah diserap,
begitupun yang larut lemak.
3. Fungsi ekskresi
Kelenjar-kelenjar kulit mengeluarkan zat-zat yang tidak berguna
lagi atau sisa metabolisme dalam tubuh berupa NaCl, urea, asam urat,
dan ammonia.
4. Fungsi persepsi
Kulit mengandung ujung-ujung syaraf sensorik di dermis dan
subkutis. Rangsangan panas diperankan oleh badan-badan ruffini di
dermis dan subkutis. Rangsangan dingin oleh badan Krause. Rabaan
diperankan oleh taktil meissner. Rangsangan tekanan diperankan oleh
badan vates paccini.
5. Fungsi pengaturan suhu tubuh
Kulit melakukan peranan pengaturan suhu tubuh dengan cara
mengeluarkan keringat dan mengerutkan pembuluh darah kulit.
6. Fungsi pembentukan pigmen
Sel pembentuk pigmen (melanosit) terletak di lapisan basal dan sel
ini berasal dari rigi syaraf.
8
7. Fungsi keratinisasi
Lapisan epidermis dewasa mempunyai 3 jenis sel utama yaitu
keratinosit, sel langerhans, dan melanosit.
b. Anatomi fisiologi kulit
Pembagian kulit secara garis besar tersusun atas 3 lapisan yaitu :
1. Lapisan epidermis atau kutikula
Bagian-bagian epidermis dapat dilihat dengan mikroskop yaitu terdiri
dari:
a) Stratum korneum, selnya tipis, datar seperti sisik dan terus menerus
dilepaskan.
b) Stratum lucidum, selnya mempunyai batas tegas tetapi tidak ada
intinya.
c) Stratum granulosum, selapis sel yang jelas tampak berisi inti dan
juga granulosum.
d) Stratum spinosum, yaitu sel dengan fibril halus yang menyambung
sel yang satu dengan yang lainnya di dalam lapisan inti, sehingga
setiap sel seakan-akan berduri.
e) Sel basal, yaitu sel yang terus menerus memproduksi sel epidermis
baru.
f) Zona germinalis, terletak di bawah lapisan tanduk dan terdiri atas
dua lapis sel epitel yang berbentuk tegas.
2. Lapisan dermis
Korium atau dermis tersusun atas jaringan fibrus dan jaringan ikat
yang elastik. Pada permukaan dermis tersusun papil-papil kecil yang
berisi ranting-ranting pembuluh darah kapiler. Ujung akhir syaraf
sensorik yaitu putting peraba yang terletak di dalam dermis.
9
3. Lapisan subkutis
Lapisan subkutis terdiri dari jaringan ikat longgar berisi sel-sel
lemak di dalamnya. Sel-sel ini membentuk kelompok yang dipisahkan
satu dengan yang lainnya oleh trabekula fibrosa.
c. Absorbsi perkutan
Kulit karena impermeabilitasnya dapat dilewati oleh senyawa kimia
dalam jumlah sedikit. Bila suatu sistem obat digunakan secara topikal, maka
obat akan keluar dari pembawanya dan berdifusi ke permukaan jaringann
kulit. Obat dapat berdifusi ke jaringan kulit melalui daerah kantung rambut,
melalui kelenjar keringat atau di antara kelenjar keringat dan kantung
rambut.
Ada 4 jenis kulit wajah yakni kulit kering, berminyak, normal, dan
kombinasi :
a. Kulit kering
Pada jenis kulit kering, kelenjar sebasea dan keringat hanya dalam
jumlah sedikit. Jenis kulit kering mempunyai ciri-ciri penampakan kulit
terlihat kusam.
b. Kulit berminyak
Pada jenis kulit berminyak, kelenjar sebasea dan keringat terdapat
dalam jumlah banyak. Jenis kulit berminyak mempunyai ciri kulit wajah
mudah berjerawat.
c. Kulit normal
Pada jenis kulit normal, jumlah sebasea dan keringat tidak terlalu
banyak karena tersebar secara merata. Ciri jenis kulit normal : kulit
tampak lembut, cerah dan jarang mengalami masalah.
10
d. Kulit kombinasi
Pada jenis kulit kombinasi, penyebaran kelenjar sebasea dan
keringat tidak merata. Jenis kulit kombinasi mempunyai ciri kulit dahi,
hidung dan dagu tampak mengkilap, berjerawat, tetapi kulit dibagian pipi
tampak lembut.
3. Krim
Menurut Farmakope Indonesia edisi III, krim adalah sediaan setengah
padat, berupa emulsi mengandung air tidak kurang dari 60% dan dimaksudkan
untuk pemakaian luar. Ada 2 tipe krim yaitu krim tipe minyak dalam air dan
krim tipe air dalam minyak.
a. Stabilitas Krim
Stabilitas krim rusak disebabkan perubahan suhu dan perubahan
komposisi. Hal ini dapat terjadi jika penambahan salah satu fase secara
berlebihan atau pencampuran 2 tipe krim dan pengemulsinya tidak tercampur
dengan baik. Pengenceran krim hanya dapat dilakukan dengan pengencer yang
cocok dengan teknik aseptik.
b. Zat Pengemulsi
Pemilihan zat pengemulsi harus disesuaikan dengan jenis dan sifat krim
yang dikehendaki. Sebagai zat pengemulsi, dapat digunakan emulgid, lemak
bulu domba, setaseum, polisorbat, polietilenglikol, dan sabun.
c. Zat Pengawet
Umumnya digunakan metal paraben 0,12% hingga 0,18% atau propil
paraben 0,02% hingga 0,05%.
d. Penyimpanan
Penyimpanan dalam wadah tertutup baik atau tube, ditempat sejuk.
e. Penandaan
Penandaan pada etiket harus juga tertera “obat luar”.
11
4. Antiseptik
Antiseptik adalah zat yang biasa digunakan untuk menghambat
pertumbuhan dan membunuh mikroorganisme berbahaya (patogenik) yang
terdapat pada permukaan tubuh luar makluk hidup. Secara umum, antiseptik
berbeda dengan obat-obatan maupun desinfektan. Obat antibiotik berfungsi
membunuh mikroorganisme secara internal, sedangkan desinfektan berfungsi
untuk membunuh mikroorganisme yang terdapat pada benda tidak bernyawa.
Diantara zat antiseptik yang umum digunakan diantaranya adalah alkohol,
iodium, hidrogen peroksida, dan asam borat. Kekuatan masing-masing zat
antiseptik tersebut berbeda-beda. Ada yang memiliki kekuatan yang sangat
tinggi ada pula yang bereaksidengan cepat ketika membunuh mikroorganisme
dan sebaliknya. Contohnya merkuri klorida yaitu zat antiseptik yang sangat
kuat, akan tetapi dapat menyebabkan iritasi bila digunakan pada bagian tubuh
atau jaringan tubuh. Lain halnya dengan perak nitrat, dengan kekuatan
membunuh yang lebih rendah, namun ia aman digunakan pada jaringan yang
lembut, seperti mata atau tenggorokan. Iodium dapat memusnahkan
mikroorganisme dalam waktu kurang 30 detik.
Antiseptik lain bekerja lebih lambat, tetapi memiliki efek yang cukup
lama. Kekuatan suatu zat biasanya dinyatakan sebagai perbandingan antara
kekuatan zat antiseptik tertentu terhadap kekuatan antiseptik dari fenol (pada
kondisi dan mikroorganisme yang sama) atau yang lebih dikenal sebagai
koefisien fenol (coefficient of fenol). Fenol sendiri pertama kali digunakan
sebagai zat antiseptik oleh Joseph Lister pada proses pembedahan.
5. Kuman
Kuman adalah organisme kecil seperti bakteri, jamur, protozoa
mikroskopik jahat yang dapat menyebabkan suatu penyakit atau gangguan
kesehatan. Kuman bisa mengakibatkan penyakit atau gangguan kesehatan
ringan maupun berat pada tubuh organisme inangnya seperti manusia, hewan
dan organisme lainnya.
12
Kuman menggandakan diri dalam waktu kurang lebih 20 detik.
6. Bakteri
Bakteri adalah sel prokariotik yang mempunyai kromosom tunggal dan
tidak dibungkus membran inti. Bakteri tidak mempunyai organel dan struktur
internal seperti ditemukan dalam sel eukariotik. Bakteri mempunyai ukuran
yang sangat kecil (<1μm-50μm lebar / diameter). Bersel tunggal, tidak
mempunyai organel yang berfungsi sebagai penghasil energi yang dimiliki
oleh sel eukariotik.
7. Pengawet
Bahan pengawet adalah bahan yang dimaksudkan untuk menghambat
pembusukan dan menjamin mutu produk agar tetap terjaga dalam jangka waktu
yang lama.
8. Pewangi
Bahan pewangi (corrigen odoris) adalah bahan yang dimaksudkan untuk
memperbaiki aroma yang kurang sedap. Untuk memperbaiki bau krim daun
ketepeng yang kurang sedap kami menggunakan oleum rosarum sebanyak 20
tetes.
 Oleum Rosae
Nama Lain : Minyak Mawar, Rose oil
Nama Tanaman Asal : Rosa gallica (L), Rosa damascene (Niler),
Rosa alba (L), Rosa centifolia (L), dan varietas
rosa lainnya.
Keluarga : Rosaceae
Zat Berkhasiat : Generaniol, paraffin, nerol, dan egenol.
Penggunaan : Corigen odoris.
Pemerian : Cairan tidak berwarna atau berwarna kuning,
baunya aromatik seperti bunga mawar, rasa
13
khas. Pada suhu 25 kental, jika didinginkan
perlahan-lahan berubah menjadi massa hablur,
jika dipanaskan mudah melebur.
B. Kerangka pikir
Penyakit kulit yang disebabkan oleh virus, jamur, bakteri, kuman dan
organisme renik lainnya dapat disembuhkan oleh zat-zat yang berkhasiat sebagai
antiseptik seperti saponin dan flavonoid. Berdasarkan data, daun ketepeng
mengandung saponin dan flavonoid sehingga daun ketepeng dapat digunakan
sebagai alternatif pengobatan kulit.
C. Hipotesis penelitian
Dari data yang dijabarkan oleh penulis dalam kajian teori di atas, diduga
daun ketepeng dapat mengobati penyakit kulit seperti kadas, kurap, panu, dan
penyakit kulit yang disebabkan oleh parasit kulit lainnya.
14
BAB III
METODE PENELITIAN
A. Tempat dan Waktu
 Tempat
1) Uji kandungan saponin dan flavonoid daun ketepeng dilakukan di
Laboratorium Kimia SMK “INDONESIA” Yogyakarta Jalan Ibu Ruswo
35, Yogyakarta.
2) Uji pembuatan krim daun ketepeng dilakukan di Laboratorium Resep
SMK “INDONESIA” Yogyakarta, Jalan Ibu Ruswo 35, Yogyakarta.
3) Uji penggunaan krim daun ketepeng dilakukan di rumah masing-masing
responden.
4) Uji kesukaan konsumen terhadap keadaan organoleptik krim daun
ketepeng dilaksanakan di
 Cebongan Lor, Tlogoadi, Mlati, Sleman, Yogyakarta
 Bendo, Trimurti, Srandakan, Bantul, Yogyakarta
 SMK “INDONESIA” Yogyakarta, Jalan Ibu Ruswo 35, Yogyakarta
5) Uji pemasaran krim daun ketepeng dilakukan di
 Cebongan Lor, Tlogoadi, Mlati, Sleman, Yogyakarta
 Bendo, Trimurti, Srandakan, Bantul, Yogyakarta
 SMK“INDONESIA” Yogyakarta, Jalan Ibu Ruswo 35, Yogyakarta
 Waktu
Penelitian ini akan dilaksanakan pada 1-27 Juni 2012.
15
B. Instrumen Penelitian
1. Bahan
a. Uji identifikasi Saponin
● Sari 500 mg daun ketepeng
● 5 tetes kloroform
● 5 tetes asam asetat
● 3 tetes asam sulfat
b. Uji Identifikasi Flavonoid
● 0,5 mg daun ketepeng yang dirajang halus
● 5 ml metanol
● 2-3 tetes HCL pekat
● 500 mg serbuk magnesium
c. Uji Pembuatan Krim Daun Ketepeng
● 100 gram sari daun ketepeng
● 142 gram asam stearat
● 100 gram gliserin
● 2,5 gram natrium tetraborat
● 10 gram trietanolamin
● 650 gram aqua destillata
● 1 gram nipagin
● 10 ml oleum rosae
16
2. Alat
a. Uji Identifikasi Saponin
● Sari daun ketepeng
● Plat tetes
● Pipet tetes
b. Uji Identifikasi Flavonoid
● Sari daun ketepeng
● Tabung reaksi
c. Uji Pembuatan Krim Daun Ketepeng
● Mortir
● Stamfer
● Timbangan
● Batu timbangan
● Sendok
● Beker glass
● Pengaduk kaca
● Gelas ukur kapasitas 10 ml
● Cawan porselain
● Waterbath
● Tube krim
d. Uji tingkat kesukaan konsumen terhadap organoleptik krim daun ketepeng
● Krim daun ketepeng
● Kertas kuisioner
17
C. Desain Penelitian
Penulis melakukan uji pembuatan krim daun ketepeng dan uji cara
pengunaannya. Kemudian dilanjutkan dengan uji kesukaan konsumen
terhadap keadaan organoleptik krim daun ketepeng dan uji pemasaran krim
daun ketepeng.
a. Teknik Pengumpulan Data
- Wawancara dengan warga yang pernah menggunakan daun ketepeng
untuk mengobati penyakit kulit di :
 Cebongan Lor, Tlogoadi, Mlati, Sleman, Yogyakarta.
 Bendo, Trimurti, Srandakan, Bantul, Yogyakarta.
- Pemberian angket kepada sejumlah warga yang pernah mengalami
penyakit kulit.
- Mencari sumber tertulis tentang penyebab penyebab kulit, bagaimana
cara mengobatinya dan cara penggunaan obat penyakit kulit di
Perpustakaan SMK “INDONESIA” Yogyakarta, Perpustakaan Kota
Yogyakarta dan Perpustakaan UNY Fakultas Biologi.
b. Jumlah Tenaga yang Dimiliki
Penyusunan penelitian ini dikerjakan oleh dua orang dan dibimbing
oleh dua guru pembimbing. Pembagian tugas dalam penyusunan proposal ini
dilakukan secara merata.
D. Prosedur Penelitian
1) Uji Identifikasi Saponin
a. Sterilisasi alat
b. Teteskan sari daun ketepeng di plat tetes menggunakan pipet.
c. Tambahkan 5 tetes asam asetat di atas plat tetes yang berisi sari daun
ketepeng.
d. Tunggu sampai kering, lalu tambahkan dengan 3 tetes asam sulfat pekat.
18
e. Tunggu sampai berubah warna, apabila warna berubah menjadi merah
muda / jingga maka sari daun ketepeng terbukti mengandung saponin.
2) Uji Identifikasi Flavonoid
a. 0,5 mg sampel yang telah dirajang halus diekstrak dengan 5 ml metanol.
b. Panaskan selama 5 menit dalam tabung reaksi.
c. Ekstraknya ditambahkan 2-3 tetes HCL pekat dan sedikit serbuk
magnesium.
d. Bila terjadi perubahan warna merah, merah muda atau kuning menunjukkan
sampel mengandung flavonoid.
3) Uji Pembuatan “Krim Daun Ketepeng”
a. Timbang asam stearat, gliserin, dan natrium tetraborat.
b. Masukkan ke dalam cawan kemudian dipanaskan diatas waterbath.
c. Sambil menunggu campuran di atas meleleh, timbang trietanolamin
kemudian larutkan dalam 650 air panas.
d. Setelah meleleh, masukkan larutan di atas ke dalam campuran tersebut.
Masukkan ke dalam mortir.
e. Aduk menggunakan stamfer hingga dingin.
f. Tambahkan sari daun ketepeng ke dalam mortir tersebut, aduk kembali
hingga homogen.
g. Tambahkan oleum rosae dan nipagin, aduk kembali hingga homogen.
g. Krim daun ketepeng siap digunakan atau dikemas dalam pot krim untuk
dipasarkan.
4) Uji penggunaan krim daun ketepeng
a. Oleskan krim pada bagian yang sakit secara merata.
b. Gunakan 3 x sehari selama 1 minggu.
19
5) Uji kesukaan konsumen terhadap keadaan organoleptik krim daun ketepeng
a. Siapkan krim daun ketepeng yang telah jadi.
b. Bagikan kertas kuisioner yang akan diisi oleh 50 orang panelis yang dipilih
secara acak (umur dan pekerjaan).
c. Hitung hasil dari uji kesukaan konsumen terhadap organoleptik krim daun
ketepeng.
6) Uji pemasaran krim daun ketepeng
a. Hitung anggaran pembuatan krim daun ketepeng.
b. Tetapkan prosentase laba yang ingin diraih untuk menetapkan harga jual
krim daun ketepeng.
c. Berikan brosur pada calon konsumen dan promosikan krim daun ketepeng
secara langsung.
d. Setelah memperoleh konsumen, segera produksi krim daun ketepeng.
e. Hitung banyak krim daun ketepeng yang berhasil dijual.
f. Hitung keuntungan per hari dari hasil penjualan krim daun ketepeng.
20
BAB IV
HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN
A. Hasil Penelitian
1. Uji Identifikasi Saponin dan Flavonoid
Tabel 1. Uji Identifikasi Saponin
No Landasan Teori Pengamatan Hasil
1 Larutan zat + Asam
Asetat pekat, ditunggu
sampai kering + Larutan
Asam Sulfat pekat
Warna ekstrak
daun ketepeng
berubah menjadi
merah muda /
jingga
Zat yang terindentifikasi
adalah saponin
Tabel 2. Uji Identifikasi Flavonoid
No Landasan Teori Pengamatan Hasil
1 a. Rajangan daun
ketepeng + larutan
methanol
dipanaskanekstrak a
b. Ekstrak a + larutan
HCL pekat + serbuk
Mgekstrak b
Warna ekstrak
daun ketepeng
berubah menjadi
merah muda atau
kuning
Zat yang terindentifikasi
adalah flavonoid
2. Uji Pembuatan Krim Daun Ketepeng
Tabel 3. Hasil Uji Pembuatan Krim Daun Ketepeng
Sari Warna Aroma
Daun Ketepeng Hijau Khas Daun Ketepeng
21
3. Uji Cara Penggunaan Krim Daun Ketepeng
Data Responden
a. Nama Responden : Isdiwinoto
Tempat, tanggal lahir : Bantul, 1 Januari 1956
Alamat : Bendo, Trimurti, Srandakan, Bantul, Yogyakarta
b. Nama Responden : Risman
Tempat, tanggal lahir : Sleman, 17 Agustus 1966
Alamat : Cebongan Lor, Tlogoadi, Mlati, Sleman
c. Nama Responden : Bagas Prasetyo
Tempat, tanggal lahir : Sleman, 3 Agustus 1990
Alamat : Gabahan, Sumberadi, Mlati, Sleman
d. Nama Responden : Susilowati
Tempat, tanggal lahir : Sleman, 23 Maret 1982
Alamat : Cebongan Lor, Tlogoadi, Mlati, Sleman
e. Nama Responden : Ani Setyaningsih
Tempat, tanggal lahir : Bantul, 16 Juni 1994
Alamat : Bendo, Trimurti, Srandakan, Bantul, Yogyakarta
22
Uji Penggunaan
Tabel 4. Uji Cara Penggunaan Krim Daun Ketepeng
4. Uji Kesukaan Konsumen Terhadap Organoleptik Krim Daun Ketepeng
a. Warna
Tabel 5. Tingkat Kesukaan Panelis Terhadap
Warna Krim Daun Ketepeng
No Nama Lama
Pemakaian
Hasil
1 Isdiwinoto
(56 tahun)
5 Hari Gatal – gatal akibat serangga sembuh
2 Risman
(46 tahun)
5 Hari Gatal – gatal akibat bakteri tidak memberi efek
sembuh
3 Bagas
(22 tahun)
5 Hari Penyakit kurap berkurang
4 Susi
(30 tahun)
5 Hari Gatal – gatal akibat genangan air sembuh
5 Ani
(18 tahun)
5 Hari Gatal – gatal akibat serangga sembuh
No. Penilaian
Krim Daun Ketepeng
Warna
Jumlah %
1. Sangat Kurang 0 0
2. Kurang 8 16
3. Cukup 16 32
4. Suka 22 44
5. Sangat Suka 4 8
JUMLAH 50 100
23
b. Aroma
Tabel 6. Tingkat Kesukaan Panelis Terhadap
Aroma Krim Daun Ketepeng
NO. Penilaian
Krim Daun Ketepeng
Mawar
Jumlah %
1 Sangat Kurang 0 0
2 Kurang Suka 0 0
3 Cukup 10 20
4 Suka 12 24
5 Sangat Suka 28 56
JUMLAH 50 100
5. Uji Pemasaran Krim Daun Ketepeng
Tabel 7. Anggaran Pengeluaran Krim Daun Ketepeng
No. Uraian Jumlah Harga
1. Daun Ketepeng 200 gram Rp 5.000,00
2. Oleum Rosarum 18 tetes Rp 3.600,00
3. Tenaga 2 orang Rp 33.000,00
4. Base Krim 500 gram Rp 80.000,00
JUMLAH PENGELUARAN Rp 121.600,00
i. Harga Kotor Krim Daun Ketepeng Tiap Tube
Tabel 8. Harga Kotor Krim Daun Ketepeng Tiap Tube
No. Uraian Jumlah Harga
1. Harga bersih tiap tube Rp121.600,00: 40 Rp 3.040,00
2. Harga tara print
(plastik & label)
Rp960,00 Rp 960 ,00
Harga kotor krim
daun ketepeng
1 tube Rp 4.000,00
24
ii. Harga Jual Krim Daun Ketepeng Tiap Tube
Harga Kotor Rp 4.000,00
Laba yang ingin diperoleh Rp 450,00
Cadangan kerugian Rp 50,00_+
Harga jual krim daun ketepeng tiap tube Rp 4.500,00
 Hasil Penjualan
Tabel 9. Hasil Penjualan Krim Daun Ketepeng
No. Jenis Harga /
satuan
Jumlah Total harga
1 1. Krim Daun
Ketepeng
Rp 4.500,00 40 Rp 180.000,00
JUMLAH PENDAPATAN Rp180.000,00
 Total Keuntungan
Penjualan Krim Daun Ketepeng :
Jumlah pendapatan Rp 180.000,00
Anggaran pengeluaran Rp 121.600,00
Cadangan kerugian total Rp 50,00–
Keuntungan total Rp 58.350,00
B. Pembahasan Penelitian
1. Uji Pembuktian Adanya Saponin dan Flavonoid dalam Ekstrak Daun Ketepeng
a. Pembuktian uji Saponin
Pengujian ini cukup mudah dilakukan yaitu dengan melihat perubahan
warna yang terjadi pada ekstrak daun ketepeng yang berwarna hijau menjadi
merah muda / jingga akibat reaksi larutan identifikasi yang dicampurkan. Cara
pembuktiannnya dilakukan dengan daun ketepeng yang sudah diambil
ekstraknyanya diletakkan ke dalam pelat tetes, kemudian ditambahkan larutan
asam asetat sebanyak 5 tetes dan tunggu hingga kering. Apabila larutan sudah
25
kering tambahkan dengan 3 tetes asam sulfat pekat, tunggu sampai berubah
warna, apabila warna berubah menjadi merah muda / jingga maka ekstrak
daun ketepeng terbukti mengandung saponin.
b. Pembuktian uji Flavonoid
Seperti pada uji saponin, uji flavonoid juga cukup mudah untuk
dilakukan. Pengujian flavonoid dilakukan dengan mengambil 0,5 mg sampel
sari daun ketepeng kemudian diekstrak dengan 5ml metanol. Larutan yang
terjadi dipanaskan selama 5 menit dalam tabung reaksi. Ekstrak hasil pemasan
ditambahkan 2-3 tetes HCL Pekat dan sedikit serbuk magnesium. Bila terjadi
perubahan warna merah, merah muda atau kuning menunjukkan sampel
mengandung flavonoid.
2. Uji Pembuatan Sari Daun Ketepeng
Pembuatan sari daun ketepeng tidak sulit dan tidak membutuhkan waktu
yang lama. Sari yang dihasilkan berwarna hijau tua. Warna hijau tua berasal
dari klorofil daun ketepeng yang larut dalam air. Dari tabel diatas dapat
disimpulkan bahwa warna sari daun ketepeng menarik, sehingga kami tetap
menggunakan warna alami daun ketepeng.
Dilihat dari tabel 3. dapat ketahui bahwa aroma sari daun ketepeng adalah
bau khas daun ketepeng. Bau khas sari daun ketepeng kurang sedap sehingga
kurang disukai oleh konsumen atau masyarakat. Namun kami menambahkan
5 tetes Oleum Rosarum sehingga dapat mengurangi bau khas daun ketepeng
dan menjadikan sari daun ketepeng lebih aromatik. Dalam membuat sari daun
ketepeng ini kami tidak menggunakan pengawet. Penggunaan pengawet dapat
mempengaruhi khasiat dari sari daun mangkokan dan dapat memberikan efek
samping berbahaya.
26
3. Uji Cara Penggunaan Krim Daun Ketepeng
Sebelum menggunakan, rata-rata responden memiliki keluhan yang
hampir sama yaitu penyakit gatal-gatal. Setelah pemakaian, sebagian
responden menyatakan bahwa gejala-gejala tersebut berkurang sampai hilang.
Hasil tersebut menunjukkan keberhasilan krim daun ketepeng sebagai
antiseptik ekstern. Hampir seluruh responden menyatakan bahwa penyakit
kulit dengan berbagai sebab antara lain akibat infeksi kuman, virus, bakteri,
jamur dapat berkurang bahkan sembuh. Ini menunjukan bahwa tanaman
ketepeng mampu menjadi obat antiseptik ekstern dengan pemakaian yang
rutin dan teratur.
4. Uji Kesukaan Konsumen Terhadap Organoleptik Krim Daun Ketepeng
a. Warna
Dari tabel 5. dapat diperoleh data tingkat kesukaan panelis terhadap
warna krim daun ketepeng. Sebanyak 16% panelis menyatakan bahwa
warna krim kurang menarik, 32% panelis menyatakan bahwa krim daun
ketepeng cukup menarik, 44% panelis menyatakan bahwa warna krim
daun ketepeng menarik, dan 8% panelis menyatakan bahwa krim daun
ketepeng sangat menarik. Penulis tetap menggunakan warna asli daun
ketepeng karena mayoritas konsumen dan masyarakat menyukai warna
asli daun ketepeng.
b. Aroma
Pada tabel 6. diperoleh data tingkat kesukaan panelis terhadap sari
daun ketepeng aroma mawar. Sebanyak 20 % panelis menyatakan bahwa
aroma krim daun ketepeng cukup harum, 24 % panelis menyukai aroma
krim daun ketepen dan 56 % panelis sangat menyukai aroma krim daun
ketepeng. Penulis menambahkan Oleum Rosarum untuk memperbaiki
aroma krim daun ketepeng.
27
5. Uji Pemasaran Sari Daun Mangkokan
Cara penjualan dilakukan dengan memberikan brosur kepada calon
konsumen di tempat pemasaran yang telah direncanakan, yaitu SMK
“Indonesia”, masyarakat di Cebongan Lor, Tlogoadi, Mlati, Sleman dan
masyarakat Bendo, Trimurti, Srandakan, Bantul. Penulis memberikan brosur
krim daun ketepeng kepada siswa-siswi dan pamong di SMK Indonesia serta
masyarakat di Cebongan Lor, Tlogoadi, Mlati, Sleman dan masyarakat di
Bendo, Trimurti, Srandakan, Bantul. Selain memberikan brosur, penulis juga
mempromosikan krim daun ketepeng dengan cara menawarkan langsung
kepada calon konsumen. Hal ini dikarenakan jumlah brosur yang terbatas.
Namun justru dengan cara ini penulis bisa lebih meyakinkan calon konsumen.
Informasi yang diberikan, antara lain:
 Khasiat krim daun ketepeng
 Cara penggunaan.
 Harga yang sangat terjangkau.
28
BAB V
PENUTUP
A. Simpulan
1. Zat yang terkandung dalam krim daun ketepeng dapat digunakan sebagai
alternatif untuk obat antiseptik ekstern adalah saponin dan flavonoid.
2. Langkah – langkah pembuatan krim daun ketepeng mudah dilakukan.
3. Cara penggunaan krim daun ketepeng untuk antiseptik ekstern mudah
digunakan.
4. Tingkat kesukaan konsumen terhadap krim daun ketepeng berdasarkan data
yang diperoleh menunjukkan bahwa rata – rata konsumen menyukai aroma
dan warna krim daun ketepeng. Penulis menambahkan Oleum Rosarum
sebagai corigent odoris, sehingga dapat memperbaiki bau khas daun ketepeng
tetapi penulis tidak menambahkan zat pewarna karena ditakutkan akan
mempengaruhi zat berkhasiat yang terkandung dalam krim daun ketepeng.
5. Keuntungan yang diperoleh dari pemasaran gel daun binahong adalah
Rp 58.350,00 dari penjualan 40 kemasan krim daun ketepeng.
B. Saran
Dalam pemasaran produk ini kami masih terbatas di lingkup SMK
“Indonesia” Yogyakarta dan masyarakat di sekitar kami akan lebih baik jika
pemasaran juga dilakukan melalui poster dan iklan yang ditempelkan di tempat-
tempat umum. Produk yang kami hasilkan merupakan produk herbal yang tidak
ada pengawetnya sehingga produk ini hanya bertahan digunakan dalam rentang
waktu 3-5 hari, bagi peneliti diharapkan untuk melakukan penelitian lebih lanjut
untuk menyempurnakan penelitian ini.
29
DAFTAR PUSTAKA
Ansel, Howard C. 1985. Pengantar Bentuk Sediaan Farmasi. Jakarta : Universitas
Indonesia Press.
Departemen Kesehatan Republik Indonesia. 1970.Farmakope Indonesia Edisi III.
http://blog.rosihanari.net/tata-cara-penulisan-daftar-acuan-referensi/
Pharmacopee Nederland Edisi V. 1929. Brussel
Susilowati dan Kiki Widyastuti.2008.Farmakognosi Kelas II edisi 2004. Yogyakarta :
Sekolah Menengah Farmasi “Indonesia” Yogyakarta
Wurandini, M.Dkk.2006.Diktat Petunjuk Praktikum Kimia Analisis Anion dan Kation
Kelas II. Yogyakarta:Laboratorium Kimia Sekolah Menengah Farmasi “Indonesia”
Yogyakarta
30
DAFTAR RIWAYAT HIDUP
A. Peserta
1. Nama Lengkap : Afifah Nur Indah Sari
Tempat, Tanggal Lahir : Sleman, 26 Juni 1996
2. Nama Lengkap : Devi Kurniawati
Tempat, Tanggal Lahir : Bantul, 13 Desember 1994
B. Pembimbing
1. Nama Lengkap : Anita Isdarmini, S.Pd,
M.Hum.
Tempat, Tanggal Lahir : Yogyakarta, 15 April 1971
Alamat : Jalan Minggiran 5 Yogyakarta
Jabatan : Guru Bahasa Indonesia SMK
“Indonesia”
31
LAMPIRAN
Daun Ketepeng
Uji Identifikasi
32
Ekstrak daun ketepeng
Proses pembuatan krim daun ketepeng
33
Produk krim daun ketepeng

More Related Content

What's hot

Biologi ppt JARINGAN TUMBUHAN
Biologi ppt JARINGAN TUMBUHANBiologi ppt JARINGAN TUMBUHAN
Biologi ppt JARINGAN TUMBUHANNita Sulistyawati
 
Pengambilan contoh benih (materi analisis mutu benih)
Pengambilan contoh benih (materi analisis mutu benih)Pengambilan contoh benih (materi analisis mutu benih)
Pengambilan contoh benih (materi analisis mutu benih)Issuchii Liescahyani
 
Taksonomi Tumbuhan I DIVISI SCHIZOPHYTA ( Monera)
Taksonomi Tumbuhan I DIVISI SCHIZOPHYTA ( Monera)Taksonomi Tumbuhan I DIVISI SCHIZOPHYTA ( Monera)
Taksonomi Tumbuhan I DIVISI SCHIZOPHYTA ( Monera)fentyagustin1
 
Laporan praktikum pengujian daya tumbuh benih
Laporan praktikum pengujian daya tumbuh benihLaporan praktikum pengujian daya tumbuh benih
Laporan praktikum pengujian daya tumbuh benihTidar University
 
Laporan praktikum 3 tata letak daun rumus daun dan diagram daun (morfologi tu...
Laporan praktikum 3 tata letak daun rumus daun dan diagram daun (morfologi tu...Laporan praktikum 3 tata letak daun rumus daun dan diagram daun (morfologi tu...
Laporan praktikum 3 tata letak daun rumus daun dan diagram daun (morfologi tu...Maedy Ripani
 
Klasifikasi makhluk-hidup-power-point
Klasifikasi makhluk-hidup-power-pointKlasifikasi makhluk-hidup-power-point
Klasifikasi makhluk-hidup-power-pointEko Supriyadi
 
Laporan praktikum 1 daun tunggal dan bagian bagiannya
Laporan praktikum 1 daun tunggal dan bagian bagiannyaLaporan praktikum 1 daun tunggal dan bagian bagiannya
Laporan praktikum 1 daun tunggal dan bagian bagiannyaMaedy Ripani
 
RPP BIOLOGI SMA ( PLANTAE) )
RPP BIOLOGI  SMA  ( PLANTAE) )RPP BIOLOGI  SMA  ( PLANTAE) )
RPP BIOLOGI SMA ( PLANTAE) )almansyahnis .
 
Ppt Biologi Dasar Kultur jaringan
Ppt Biologi Dasar  Kultur jaringanPpt Biologi Dasar  Kultur jaringan
Ppt Biologi Dasar Kultur jaringanbesse fatimah
 
respon tanaman terhadap stress lingkungan
respon tanaman terhadap stress lingkunganrespon tanaman terhadap stress lingkungan
respon tanaman terhadap stress lingkunganmaya safitri
 

What's hot (20)

ANATOMI BATANG
ANATOMI BATANG ANATOMI BATANG
ANATOMI BATANG
 
Biologi ppt JARINGAN TUMBUHAN
Biologi ppt JARINGAN TUMBUHANBiologi ppt JARINGAN TUMBUHAN
Biologi ppt JARINGAN TUMBUHAN
 
Presentasi Jamur (fungi)
Presentasi Jamur (fungi)Presentasi Jamur (fungi)
Presentasi Jamur (fungi)
 
Pengambilan contoh benih (materi analisis mutu benih)
Pengambilan contoh benih (materi analisis mutu benih)Pengambilan contoh benih (materi analisis mutu benih)
Pengambilan contoh benih (materi analisis mutu benih)
 
Taksonomi Tumbuhan I DIVISI SCHIZOPHYTA ( Monera)
Taksonomi Tumbuhan I DIVISI SCHIZOPHYTA ( Monera)Taksonomi Tumbuhan I DIVISI SCHIZOPHYTA ( Monera)
Taksonomi Tumbuhan I DIVISI SCHIZOPHYTA ( Monera)
 
Laporan praktikum pengujian daya tumbuh benih
Laporan praktikum pengujian daya tumbuh benihLaporan praktikum pengujian daya tumbuh benih
Laporan praktikum pengujian daya tumbuh benih
 
Laporan praktikum 3 tata letak daun rumus daun dan diagram daun (morfologi tu...
Laporan praktikum 3 tata letak daun rumus daun dan diagram daun (morfologi tu...Laporan praktikum 3 tata letak daun rumus daun dan diagram daun (morfologi tu...
Laporan praktikum 3 tata letak daun rumus daun dan diagram daun (morfologi tu...
 
Arsitektur pohon
Arsitektur pohonArsitektur pohon
Arsitektur pohon
 
Buah (fructus)
Buah (fructus)Buah (fructus)
Buah (fructus)
 
PPT Morfologi Tumbuhan - Biji
PPT Morfologi Tumbuhan - BijiPPT Morfologi Tumbuhan - Biji
PPT Morfologi Tumbuhan - Biji
 
Klasifikasi makhluk-hidup-power-point
Klasifikasi makhluk-hidup-power-pointKlasifikasi makhluk-hidup-power-point
Klasifikasi makhluk-hidup-power-point
 
Laporan praktikum 1 daun tunggal dan bagian bagiannya
Laporan praktikum 1 daun tunggal dan bagian bagiannyaLaporan praktikum 1 daun tunggal dan bagian bagiannya
Laporan praktikum 1 daun tunggal dan bagian bagiannya
 
Ppt alga
Ppt algaPpt alga
Ppt alga
 
Biji
BijiBiji
Biji
 
Makalah Bawang Merah
Makalah Bawang MerahMakalah Bawang Merah
Makalah Bawang Merah
 
RPP BIOLOGI SMA ( PLANTAE) )
RPP BIOLOGI  SMA  ( PLANTAE) )RPP BIOLOGI  SMA  ( PLANTAE) )
RPP BIOLOGI SMA ( PLANTAE) )
 
ALEL GANDA DAN GEN GANDA
ALEL GANDA DAN GEN GANDAALEL GANDA DAN GEN GANDA
ALEL GANDA DAN GEN GANDA
 
morfologi batang
morfologi batang morfologi batang
morfologi batang
 
Ppt Biologi Dasar Kultur jaringan
Ppt Biologi Dasar  Kultur jaringanPpt Biologi Dasar  Kultur jaringan
Ppt Biologi Dasar Kultur jaringan
 
respon tanaman terhadap stress lingkungan
respon tanaman terhadap stress lingkunganrespon tanaman terhadap stress lingkungan
respon tanaman terhadap stress lingkungan
 

Viewers also liked

Karya tulis kulit semangka anti flek hitam
Karya tulis kulit semangka anti flek hitamKarya tulis kulit semangka anti flek hitam
Karya tulis kulit semangka anti flek hitamAfifah Nur Indah Sari
 
Pengetahuan produk langsingin hpai
Pengetahuan produk langsingin hpaiPengetahuan produk langsingin hpai
Pengetahuan produk langsingin hpairadhiani
 
Petunjuk Pengisian Form TB.06
Petunjuk Pengisian Form TB.06Petunjuk Pengisian Form TB.06
Petunjuk Pengisian Form TB.06ljjkesehatantb
 
tinjauan pustaka
tinjauan pustakatinjauan pustaka
tinjauan pustakaHar Jono
 
INFORMASI OBAT & MAKANAN
INFORMASI OBAT & MAKANANINFORMASI OBAT & MAKANAN
INFORMASI OBAT & MAKANANLembaga
 
Contoh kuesionerpenelitian
Contoh kuesionerpenelitianContoh kuesionerpenelitian
Contoh kuesionerpenelitianBintang Bless
 
Lembar penelitian remaja
Lembar penelitian remajaLembar penelitian remaja
Lembar penelitian remajaWahyu S
 
Tugas Akhir "Pembuatan Sabun Transparan dari VCO"
Tugas Akhir "Pembuatan Sabun Transparan dari VCO"Tugas Akhir "Pembuatan Sabun Transparan dari VCO"
Tugas Akhir "Pembuatan Sabun Transparan dari VCO"Arum Setyorini
 
Atlas Tumbuhan Obat Indonesia jilid 2
Atlas Tumbuhan Obat Indonesia jilid 2Atlas Tumbuhan Obat Indonesia jilid 2
Atlas Tumbuhan Obat Indonesia jilid 2Sainal Edi Kamal
 
Laporan Penelitian Ilmiah Kacang Hijau
Laporan Penelitian Ilmiah Kacang HijauLaporan Penelitian Ilmiah Kacang Hijau
Laporan Penelitian Ilmiah Kacang HijauAlfian Isnan
 
Pengatar Farmakognosi
Pengatar FarmakognosiPengatar Farmakognosi
Pengatar FarmakognosiSurya Amal
 
contoh pkg kepala lab
contoh pkg kepala labcontoh pkg kepala lab
contoh pkg kepala labEddy Paengko
 

Viewers also liked (20)

Karya tulis kulit semangka anti flek hitam
Karya tulis kulit semangka anti flek hitamKarya tulis kulit semangka anti flek hitam
Karya tulis kulit semangka anti flek hitam
 
Kara Ilmiah Pemanfaatan Temulawak
 Kara Ilmiah Pemanfaatan Temulawak Kara Ilmiah Pemanfaatan Temulawak
Kara Ilmiah Pemanfaatan Temulawak
 
karya tulis ilmiah
karya tulis ilmiah karya tulis ilmiah
karya tulis ilmiah
 
Pengetahuan produk langsingin hpai
Pengetahuan produk langsingin hpaiPengetahuan produk langsingin hpai
Pengetahuan produk langsingin hpai
 
Petunjuk Pengisian Form TB.06
Petunjuk Pengisian Form TB.06Petunjuk Pengisian Form TB.06
Petunjuk Pengisian Form TB.06
 
tinjauan pustaka
tinjauan pustakatinjauan pustaka
tinjauan pustaka
 
INFORMASI OBAT & MAKANAN
INFORMASI OBAT & MAKANANINFORMASI OBAT & MAKANAN
INFORMASI OBAT & MAKANAN
 
Lampiran 1
Lampiran 1Lampiran 1
Lampiran 1
 
Contoh kuesionerpenelitian
Contoh kuesionerpenelitianContoh kuesionerpenelitian
Contoh kuesionerpenelitian
 
Lembar penelitian remaja
Lembar penelitian remajaLembar penelitian remaja
Lembar penelitian remaja
 
Tugas Akhir "Pembuatan Sabun Transparan dari VCO"
Tugas Akhir "Pembuatan Sabun Transparan dari VCO"Tugas Akhir "Pembuatan Sabun Transparan dari VCO"
Tugas Akhir "Pembuatan Sabun Transparan dari VCO"
 
Sediaan krim
Sediaan krimSediaan krim
Sediaan krim
 
Atlas Tumbuhan Obat Indonesia jilid 2
Atlas Tumbuhan Obat Indonesia jilid 2Atlas Tumbuhan Obat Indonesia jilid 2
Atlas Tumbuhan Obat Indonesia jilid 2
 
Laporan Penelitian Ilmiah Kacang Hijau
Laporan Penelitian Ilmiah Kacang HijauLaporan Penelitian Ilmiah Kacang Hijau
Laporan Penelitian Ilmiah Kacang Hijau
 
Proposal penelitian tanaman tomat
Proposal penelitian tanaman tomatProposal penelitian tanaman tomat
Proposal penelitian tanaman tomat
 
194493399 tugas-kti
194493399 tugas-kti194493399 tugas-kti
194493399 tugas-kti
 
Pengatar Farmakognosi
Pengatar FarmakognosiPengatar Farmakognosi
Pengatar Farmakognosi
 
contoh pkg kepala lab
contoh pkg kepala labcontoh pkg kepala lab
contoh pkg kepala lab
 
Benefit Cost Ratio Persentasi
Benefit Cost Ratio PersentasiBenefit Cost Ratio Persentasi
Benefit Cost Ratio Persentasi
 
Buku Flora Mangrove
Buku Flora MangroveBuku Flora Mangrove
Buku Flora Mangrove
 

Similar to karya tulis ilmiah krim daun ketepeng (Cassiae Folium) (20)

Makalah kulit
Makalah kulitMakalah kulit
Makalah kulit
 
Makalah Materia Medika dan Terapi
Makalah Materia Medika dan TerapiMakalah Materia Medika dan Terapi
Makalah Materia Medika dan Terapi
 
PESTISIDA nabati pada hama gudang
PESTISIDA nabati pada hama gudangPESTISIDA nabati pada hama gudang
PESTISIDA nabati pada hama gudang
 
Makalah kulit
Makalah kulitMakalah kulit
Makalah kulit
 
Makalah zull
Makalah zullMakalah zull
Makalah zull
 
Makalah kulit
Makalah kulitMakalah kulit
Makalah kulit
 
Makalah zull
Makalah zullMakalah zull
Makalah zull
 
Penelitian tanaman rambutan
Penelitian tanaman rambutanPenelitian tanaman rambutan
Penelitian tanaman rambutan
 
Penelitian tanaman rambutan
Penelitian tanaman rambutanPenelitian tanaman rambutan
Penelitian tanaman rambutan
 
Penelitian tanaman rambutan
Penelitian tanaman rambutanPenelitian tanaman rambutan
Penelitian tanaman rambutan
 
The True Power of Moringa
The True Power of MoringaThe True Power of Moringa
The True Power of Moringa
 
Bab i p egagan
Bab i p egaganBab i p egagan
Bab i p egagan
 
Contoh Makalah ( Makalah anggrek)
Contoh Makalah ( Makalah anggrek)Contoh Makalah ( Makalah anggrek)
Contoh Makalah ( Makalah anggrek)
 
Kelor
KelorKelor
Kelor
 
Tugas pp tik
Tugas pp tikTugas pp tik
Tugas pp tik
 
Tugas pp tik
Tugas pp tikTugas pp tik
Tugas pp tik
 
Tugas pp tik
Tugas pp tikTugas pp tik
Tugas pp tik
 
Formulasi sediaan losio ekstrak etanol daun sirsak
Formulasi sediaan losio ekstrak etanol daun sirsakFormulasi sediaan losio ekstrak etanol daun sirsak
Formulasi sediaan losio ekstrak etanol daun sirsak
 
makalah alat indra
makalah alat indramakalah alat indra
makalah alat indra
 
Bab 2 masker kelor (1)
Bab 2 masker kelor (1)Bab 2 masker kelor (1)
Bab 2 masker kelor (1)
 

karya tulis ilmiah krim daun ketepeng (Cassiae Folium)

  • 1. 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Indonesia merupakan negara beriklim tropis yang mempunyai dua musim yaitu musim kemarau dan musim penghujan. Saat musim hujan, air banyak menggenang di segala tempat. Ini menyebabkan banyak bakteri, virus, jamur, maupun parasit kulit lainnya berkembang pesat sehingga setiap orang dengan mudah terkena penyakit kulit. Pada lingkup perkotaan, sumber air bersih sulit ditemukan. Hal ini menyebabkan frekuensi terjadinya penyakit kulit lebih besar lagi. Hujan yang terjadi secara terus–menerus di perkotaan, dapat menimbulkan banjir dan air yang tercemar akan tersebar kemana–mana. Akibatnya, berbagai macam sumber penyakit baik itu virus, bakteri, jamur maupun organisme renik lainnya dapat berkembang biak semakin banyak. Sehingga berbagai macam penyakit dapat timbul terutama penyakit kulit. Di desa juga tidak kalah banyak karena pada musim hujan petani memulai masa tanam padi. Sehingga petani selalu beinteraksi secara langsung dengan genangan air. Setelah melakukan penanaman di sawah, petani merasakan gatal-gatal maupun infeksi–infeksi kulit yang diakibatkan oleh parasit kulit lainnya. Sehingga para petani membutuhkan waktu untuk beristirahat mengobati rasa gatal maupun kelainan kulit lainnya. Hal ini memengaruhi hasil produksi pertanian. Penyakit kulit adalah terganggunya sel-sel kulit maupun infeksi yang disebabkan oleh berbagai macam penyebab penyakit kulit. Bentuk penyakit kulit ini seperti gatal–gatal, panu, kadas, dan kudis. Rasa gatal, panu dan kudis sangat mengganggu dalam aktifitas sehari-hari. Baik bagi masyarakat Indonesia yang mayoritas berprofesi sebagai petani maupun masyarakat di kota–kota besar yang saat musim penghujan rawan terkena banjir.
  • 2. 2 Berbagai macam pengobatan dilakukan untuk mengobati penyakit kulit yang terjadi. Sebagian besar dari mereka mengatasi penyakit kulit dengan menggunakan produk–produk kimia buatan pabrik yang mempunyai efek samping bagi kesehatan kulit. Padahal kita dapat memanfaatkan tumbuhan di sekitar kita yang mempunyai khasiat sebagai antiseptik. Indonesia memiliki keanekaragaman hayati khususnya dalam tumbuh- tumbuhan berkhasiat yang tersebar dari Sabang sampai Merauke. Namun, banyak orang yang tidak mengetahui tentang khasiat dari tumbuh-tumbuhan di sekitar kita. Lebih dari seribu spesies tumbuhan dapat dimanfaatkan sebagai bahan baku obat herbal. Obat herbal mempunyai kelebihan diantaranya mudah didapat, terjangkau dan tidak mempunyai efek samping yang membahayakan. Salah satu yang dapat dimanfaatkan sebagai antiseptik ekstern adalah daun ketepeng. Berdasarkan data empiris, di daerah Cebongan Lor, Tlogoadi, Mlati, Sleman daun ketepeng dimanfaatkan oleh orang–orang zaman dahulu untuk mengobati berbagai macam penyakit kulit. Contohnya saat mereka merasakan gatal–gatal ataupun penyakit kulit lainnya, orang–orang zaman dahulu hanya menumbuk daun ketepeng kemudian ditempelkan pada bagian yang sakit. Selang beberapa hari menggunakanya, penyakit dapat sembuh. Berdasarkan data, daun ketepeng mempunyai kandungan antara lain alkaloida, flavonoida, saponin, dan antrakinon yang bermanfaat untuk menyembuhkan penyakit kadas ataupun penyakit yang disebabkan oleh parasit kulit. Penggunaan daun ketepeng untuk mengobati penyakit kulit dapat dipermudah dengan membuat dalam bentuk sediaan krim. Keuntungan dibuat dalam sediaan krim adalah praktis dan mudah dibawa ke mana saja.
  • 3. 3 B. Rumusan Masalah 1. Kandungan apakah yang terdapat dalam daun ketepeng sehingga dapat digunakan untuk antiseptik ekstern? 2. Bagaimana pembuatan krim daun ketepeng sebagai antiseptik ekstern? 3. Bagaimana cara penggunaan krim daun ketepeng sebagai antiseptik ekstern? 4. Bagaimana tingkat kesukaan konsumen terhadap keadaan organoleptik krim daun ketepeng? 5. Berapakah besar keuntungan yang diperoleh dari penjualan krim daun ketepeng? C. Tujuan Penelitian 1. Untuk mengetahui zat yang terkandung dalam daun ketepeng sehingga berkhasiat untuk antiseptik ekstern. 2. Untuk mengetahui pembuatan krim daun ketepeng sebagai antiseptik ekstern. 3. Untuk mengetahui cara penggunaan krim daun ketepeng sebagai antiseptik ekstern. 4. Untuk mengetahui tingkat kesukaan konsumen terhadap keadaan organoleptik krim daun ketepeng. 5. Untuk mengetahui besar keuntungan yang diperoleh dari penjualan krim daun ketepeng.
  • 4. 4 D. Manfaat Penelitian A. Bagi Dunia Farmasi Menambah pengetahuan dan muncul temuan baru tentang tanaman obat sebagai bahan untuk pengobatan. B. Bagi Masyarakat a) Memberikan informasi kepada masyarakat bahwa daun ketepeng dapat digunakan untuk menghambat atau mengobati mikroba ringan. b) Menambah pengetahuan tentang alternatif pengobatan yang lebih terjangkau, aman dan mempunyai khasiat yang tidak kalah dengan produk – produk kimia buatan pabrik. c) Membuka peluang usaha bagi masyarakat dengan pemasaran krim daun ketepeng sehingga dapat mengurangi pengangguran. C. Bagi siswa dan penulis Menambah pengetahuan tentang tanaman yang berkhasiat sebagai antiseptik ekstern. D. Manfaat lain Meningkatkan nilai ekonomis dan daya guna dari tanaman ketepeng.
  • 5. 5 BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Analisis Teoretis 1. Tanaman Ketepeng (Cassia alata L.) Ketepeng merupakan tanaman herbal yang banyak ditemukan di wilayah Indonesia seperti di Jawa, Sumatra dan Maluku. Tanaman herbal ini dapat tumbuh di lingkungan liar yang lembab. Kini tanaman ini digunakan untuk perindang halaman rumah atau gedung karena keadaan fisiknya yang tinggi dan besar. Secara empiris, ketepeng (Cassia alata L.) memiliki khasiat menyembuhkan berbagai penyakit karena banyak masyarakat yang telah membuktikannya. Tanaman ketepeng (Cassia alata L.) dari keluarga Leguminosae mempunyai sinonim Smilax macrocarpaBl.. Ada dua variasi yaitu ketepeng kecil (Cassia tora Linn.) dan ketepeng cina (Cassia alata Linn.). a. Berikut ini klasifikasi tanaman ketepeng: kingdom : Plantae (tumbuhan) subkingdom : Traecheobionta (tumbuhan berpembuluh) super divisi : Spermatophyta (menghasilkan biji) divisi : Magnoliophyta (tumbuhan berbunga) sub divisi : Angiospermae kelas : Dicotyledonae(berkeping dua / dikotil) sub kelas : Rosidae bangsa : Rosales keluarga : Leguminosae marga : Cassia jenis : Cassia alata L.
  • 6. 6 b. Berikut ini deskripsi tanaman ketepeng: habitus : Perdu, tinggi ± 5 m. batang : Berkayu, bulat, percabangan sipodial, coklat kotor. daun : Majemuk, menyirip genap, anak daun 8-24 pasang, bentuk bulat panjang, ujung tumpul, tepi rata, pangkal membulat, panjang 3,5- 15 cm, lebar 2,5-9 cm, pertulangan menyirip, tangkai pendek, hijau. bunga : Majemuk, bentuk tandan, kelopak berbagi lima, benang sari 3, kuning, daun pelindung pendek, jingga, mahkota bentuk kupu- kupu, kuning. buah : Polong, panjang, bersegi empat, panjang ± 18 cm, lebar ± 2,5 cm, masih muda hijau, setelah tua hitam kecoklatan, masih muda hijau, setelah tua hitam. akar : Tunggang, bercabang, bulat, kehitaman biji : Segitiga lancip, pipih. c. Berikut ini kandungan kimia daun ketepeng Daun Cassia alata L. mengandung alkaloida, saponin, flavonoida, tannin, dan antrakinon (Materia Medika ed IV, 2002). 2. Kulit Kulit merupakan lapisan pelindung tubuh yang sempurna terhadap pengaruh luar baik pengaruh fisik maupun pengaruh kimia. Kulit merupakan sawar fisiologik yang penting karena mampu menahan penembusan bahan gas, cair maupun padat baik yang berasal dari lingkungan luar tubuh maupun dari komponen organisme.
  • 7. 7 a. Fungsi kulit secara umum 1. Fungsi proteksi Kulit menjaga bagian dalam tubuh terhadap gangguan fisik, misalnya tekanan, gesekan, tarikan, gangguan kimiawi, misalnya zat-zat kimia terutama yang bersifat iritan, gangguan yang bersifat panas, misalnya radiasi, sengatan UV, gangguan infeksi luar terutama kuman maupun jamur. 2. Fungsi absorbsi Kulit yang sehat tidak mudah menyerap air, larutan dan benda padat, tetapi cairan yang mudah menguap lebih mudah diserap, begitupun yang larut lemak. 3. Fungsi ekskresi Kelenjar-kelenjar kulit mengeluarkan zat-zat yang tidak berguna lagi atau sisa metabolisme dalam tubuh berupa NaCl, urea, asam urat, dan ammonia. 4. Fungsi persepsi Kulit mengandung ujung-ujung syaraf sensorik di dermis dan subkutis. Rangsangan panas diperankan oleh badan-badan ruffini di dermis dan subkutis. Rangsangan dingin oleh badan Krause. Rabaan diperankan oleh taktil meissner. Rangsangan tekanan diperankan oleh badan vates paccini. 5. Fungsi pengaturan suhu tubuh Kulit melakukan peranan pengaturan suhu tubuh dengan cara mengeluarkan keringat dan mengerutkan pembuluh darah kulit. 6. Fungsi pembentukan pigmen Sel pembentuk pigmen (melanosit) terletak di lapisan basal dan sel ini berasal dari rigi syaraf.
  • 8. 8 7. Fungsi keratinisasi Lapisan epidermis dewasa mempunyai 3 jenis sel utama yaitu keratinosit, sel langerhans, dan melanosit. b. Anatomi fisiologi kulit Pembagian kulit secara garis besar tersusun atas 3 lapisan yaitu : 1. Lapisan epidermis atau kutikula Bagian-bagian epidermis dapat dilihat dengan mikroskop yaitu terdiri dari: a) Stratum korneum, selnya tipis, datar seperti sisik dan terus menerus dilepaskan. b) Stratum lucidum, selnya mempunyai batas tegas tetapi tidak ada intinya. c) Stratum granulosum, selapis sel yang jelas tampak berisi inti dan juga granulosum. d) Stratum spinosum, yaitu sel dengan fibril halus yang menyambung sel yang satu dengan yang lainnya di dalam lapisan inti, sehingga setiap sel seakan-akan berduri. e) Sel basal, yaitu sel yang terus menerus memproduksi sel epidermis baru. f) Zona germinalis, terletak di bawah lapisan tanduk dan terdiri atas dua lapis sel epitel yang berbentuk tegas. 2. Lapisan dermis Korium atau dermis tersusun atas jaringan fibrus dan jaringan ikat yang elastik. Pada permukaan dermis tersusun papil-papil kecil yang berisi ranting-ranting pembuluh darah kapiler. Ujung akhir syaraf sensorik yaitu putting peraba yang terletak di dalam dermis.
  • 9. 9 3. Lapisan subkutis Lapisan subkutis terdiri dari jaringan ikat longgar berisi sel-sel lemak di dalamnya. Sel-sel ini membentuk kelompok yang dipisahkan satu dengan yang lainnya oleh trabekula fibrosa. c. Absorbsi perkutan Kulit karena impermeabilitasnya dapat dilewati oleh senyawa kimia dalam jumlah sedikit. Bila suatu sistem obat digunakan secara topikal, maka obat akan keluar dari pembawanya dan berdifusi ke permukaan jaringann kulit. Obat dapat berdifusi ke jaringan kulit melalui daerah kantung rambut, melalui kelenjar keringat atau di antara kelenjar keringat dan kantung rambut. Ada 4 jenis kulit wajah yakni kulit kering, berminyak, normal, dan kombinasi : a. Kulit kering Pada jenis kulit kering, kelenjar sebasea dan keringat hanya dalam jumlah sedikit. Jenis kulit kering mempunyai ciri-ciri penampakan kulit terlihat kusam. b. Kulit berminyak Pada jenis kulit berminyak, kelenjar sebasea dan keringat terdapat dalam jumlah banyak. Jenis kulit berminyak mempunyai ciri kulit wajah mudah berjerawat. c. Kulit normal Pada jenis kulit normal, jumlah sebasea dan keringat tidak terlalu banyak karena tersebar secara merata. Ciri jenis kulit normal : kulit tampak lembut, cerah dan jarang mengalami masalah.
  • 10. 10 d. Kulit kombinasi Pada jenis kulit kombinasi, penyebaran kelenjar sebasea dan keringat tidak merata. Jenis kulit kombinasi mempunyai ciri kulit dahi, hidung dan dagu tampak mengkilap, berjerawat, tetapi kulit dibagian pipi tampak lembut. 3. Krim Menurut Farmakope Indonesia edisi III, krim adalah sediaan setengah padat, berupa emulsi mengandung air tidak kurang dari 60% dan dimaksudkan untuk pemakaian luar. Ada 2 tipe krim yaitu krim tipe minyak dalam air dan krim tipe air dalam minyak. a. Stabilitas Krim Stabilitas krim rusak disebabkan perubahan suhu dan perubahan komposisi. Hal ini dapat terjadi jika penambahan salah satu fase secara berlebihan atau pencampuran 2 tipe krim dan pengemulsinya tidak tercampur dengan baik. Pengenceran krim hanya dapat dilakukan dengan pengencer yang cocok dengan teknik aseptik. b. Zat Pengemulsi Pemilihan zat pengemulsi harus disesuaikan dengan jenis dan sifat krim yang dikehendaki. Sebagai zat pengemulsi, dapat digunakan emulgid, lemak bulu domba, setaseum, polisorbat, polietilenglikol, dan sabun. c. Zat Pengawet Umumnya digunakan metal paraben 0,12% hingga 0,18% atau propil paraben 0,02% hingga 0,05%. d. Penyimpanan Penyimpanan dalam wadah tertutup baik atau tube, ditempat sejuk. e. Penandaan Penandaan pada etiket harus juga tertera “obat luar”.
  • 11. 11 4. Antiseptik Antiseptik adalah zat yang biasa digunakan untuk menghambat pertumbuhan dan membunuh mikroorganisme berbahaya (patogenik) yang terdapat pada permukaan tubuh luar makluk hidup. Secara umum, antiseptik berbeda dengan obat-obatan maupun desinfektan. Obat antibiotik berfungsi membunuh mikroorganisme secara internal, sedangkan desinfektan berfungsi untuk membunuh mikroorganisme yang terdapat pada benda tidak bernyawa. Diantara zat antiseptik yang umum digunakan diantaranya adalah alkohol, iodium, hidrogen peroksida, dan asam borat. Kekuatan masing-masing zat antiseptik tersebut berbeda-beda. Ada yang memiliki kekuatan yang sangat tinggi ada pula yang bereaksidengan cepat ketika membunuh mikroorganisme dan sebaliknya. Contohnya merkuri klorida yaitu zat antiseptik yang sangat kuat, akan tetapi dapat menyebabkan iritasi bila digunakan pada bagian tubuh atau jaringan tubuh. Lain halnya dengan perak nitrat, dengan kekuatan membunuh yang lebih rendah, namun ia aman digunakan pada jaringan yang lembut, seperti mata atau tenggorokan. Iodium dapat memusnahkan mikroorganisme dalam waktu kurang 30 detik. Antiseptik lain bekerja lebih lambat, tetapi memiliki efek yang cukup lama. Kekuatan suatu zat biasanya dinyatakan sebagai perbandingan antara kekuatan zat antiseptik tertentu terhadap kekuatan antiseptik dari fenol (pada kondisi dan mikroorganisme yang sama) atau yang lebih dikenal sebagai koefisien fenol (coefficient of fenol). Fenol sendiri pertama kali digunakan sebagai zat antiseptik oleh Joseph Lister pada proses pembedahan. 5. Kuman Kuman adalah organisme kecil seperti bakteri, jamur, protozoa mikroskopik jahat yang dapat menyebabkan suatu penyakit atau gangguan kesehatan. Kuman bisa mengakibatkan penyakit atau gangguan kesehatan ringan maupun berat pada tubuh organisme inangnya seperti manusia, hewan dan organisme lainnya.
  • 12. 12 Kuman menggandakan diri dalam waktu kurang lebih 20 detik. 6. Bakteri Bakteri adalah sel prokariotik yang mempunyai kromosom tunggal dan tidak dibungkus membran inti. Bakteri tidak mempunyai organel dan struktur internal seperti ditemukan dalam sel eukariotik. Bakteri mempunyai ukuran yang sangat kecil (<1μm-50μm lebar / diameter). Bersel tunggal, tidak mempunyai organel yang berfungsi sebagai penghasil energi yang dimiliki oleh sel eukariotik. 7. Pengawet Bahan pengawet adalah bahan yang dimaksudkan untuk menghambat pembusukan dan menjamin mutu produk agar tetap terjaga dalam jangka waktu yang lama. 8. Pewangi Bahan pewangi (corrigen odoris) adalah bahan yang dimaksudkan untuk memperbaiki aroma yang kurang sedap. Untuk memperbaiki bau krim daun ketepeng yang kurang sedap kami menggunakan oleum rosarum sebanyak 20 tetes.  Oleum Rosae Nama Lain : Minyak Mawar, Rose oil Nama Tanaman Asal : Rosa gallica (L), Rosa damascene (Niler), Rosa alba (L), Rosa centifolia (L), dan varietas rosa lainnya. Keluarga : Rosaceae Zat Berkhasiat : Generaniol, paraffin, nerol, dan egenol. Penggunaan : Corigen odoris. Pemerian : Cairan tidak berwarna atau berwarna kuning, baunya aromatik seperti bunga mawar, rasa
  • 13. 13 khas. Pada suhu 25 kental, jika didinginkan perlahan-lahan berubah menjadi massa hablur, jika dipanaskan mudah melebur. B. Kerangka pikir Penyakit kulit yang disebabkan oleh virus, jamur, bakteri, kuman dan organisme renik lainnya dapat disembuhkan oleh zat-zat yang berkhasiat sebagai antiseptik seperti saponin dan flavonoid. Berdasarkan data, daun ketepeng mengandung saponin dan flavonoid sehingga daun ketepeng dapat digunakan sebagai alternatif pengobatan kulit. C. Hipotesis penelitian Dari data yang dijabarkan oleh penulis dalam kajian teori di atas, diduga daun ketepeng dapat mengobati penyakit kulit seperti kadas, kurap, panu, dan penyakit kulit yang disebabkan oleh parasit kulit lainnya.
  • 14. 14 BAB III METODE PENELITIAN A. Tempat dan Waktu  Tempat 1) Uji kandungan saponin dan flavonoid daun ketepeng dilakukan di Laboratorium Kimia SMK “INDONESIA” Yogyakarta Jalan Ibu Ruswo 35, Yogyakarta. 2) Uji pembuatan krim daun ketepeng dilakukan di Laboratorium Resep SMK “INDONESIA” Yogyakarta, Jalan Ibu Ruswo 35, Yogyakarta. 3) Uji penggunaan krim daun ketepeng dilakukan di rumah masing-masing responden. 4) Uji kesukaan konsumen terhadap keadaan organoleptik krim daun ketepeng dilaksanakan di  Cebongan Lor, Tlogoadi, Mlati, Sleman, Yogyakarta  Bendo, Trimurti, Srandakan, Bantul, Yogyakarta  SMK “INDONESIA” Yogyakarta, Jalan Ibu Ruswo 35, Yogyakarta 5) Uji pemasaran krim daun ketepeng dilakukan di  Cebongan Lor, Tlogoadi, Mlati, Sleman, Yogyakarta  Bendo, Trimurti, Srandakan, Bantul, Yogyakarta  SMK“INDONESIA” Yogyakarta, Jalan Ibu Ruswo 35, Yogyakarta  Waktu Penelitian ini akan dilaksanakan pada 1-27 Juni 2012.
  • 15. 15 B. Instrumen Penelitian 1. Bahan a. Uji identifikasi Saponin ● Sari 500 mg daun ketepeng ● 5 tetes kloroform ● 5 tetes asam asetat ● 3 tetes asam sulfat b. Uji Identifikasi Flavonoid ● 0,5 mg daun ketepeng yang dirajang halus ● 5 ml metanol ● 2-3 tetes HCL pekat ● 500 mg serbuk magnesium c. Uji Pembuatan Krim Daun Ketepeng ● 100 gram sari daun ketepeng ● 142 gram asam stearat ● 100 gram gliserin ● 2,5 gram natrium tetraborat ● 10 gram trietanolamin ● 650 gram aqua destillata ● 1 gram nipagin ● 10 ml oleum rosae
  • 16. 16 2. Alat a. Uji Identifikasi Saponin ● Sari daun ketepeng ● Plat tetes ● Pipet tetes b. Uji Identifikasi Flavonoid ● Sari daun ketepeng ● Tabung reaksi c. Uji Pembuatan Krim Daun Ketepeng ● Mortir ● Stamfer ● Timbangan ● Batu timbangan ● Sendok ● Beker glass ● Pengaduk kaca ● Gelas ukur kapasitas 10 ml ● Cawan porselain ● Waterbath ● Tube krim d. Uji tingkat kesukaan konsumen terhadap organoleptik krim daun ketepeng ● Krim daun ketepeng ● Kertas kuisioner
  • 17. 17 C. Desain Penelitian Penulis melakukan uji pembuatan krim daun ketepeng dan uji cara pengunaannya. Kemudian dilanjutkan dengan uji kesukaan konsumen terhadap keadaan organoleptik krim daun ketepeng dan uji pemasaran krim daun ketepeng. a. Teknik Pengumpulan Data - Wawancara dengan warga yang pernah menggunakan daun ketepeng untuk mengobati penyakit kulit di :  Cebongan Lor, Tlogoadi, Mlati, Sleman, Yogyakarta.  Bendo, Trimurti, Srandakan, Bantul, Yogyakarta. - Pemberian angket kepada sejumlah warga yang pernah mengalami penyakit kulit. - Mencari sumber tertulis tentang penyebab penyebab kulit, bagaimana cara mengobatinya dan cara penggunaan obat penyakit kulit di Perpustakaan SMK “INDONESIA” Yogyakarta, Perpustakaan Kota Yogyakarta dan Perpustakaan UNY Fakultas Biologi. b. Jumlah Tenaga yang Dimiliki Penyusunan penelitian ini dikerjakan oleh dua orang dan dibimbing oleh dua guru pembimbing. Pembagian tugas dalam penyusunan proposal ini dilakukan secara merata. D. Prosedur Penelitian 1) Uji Identifikasi Saponin a. Sterilisasi alat b. Teteskan sari daun ketepeng di plat tetes menggunakan pipet. c. Tambahkan 5 tetes asam asetat di atas plat tetes yang berisi sari daun ketepeng. d. Tunggu sampai kering, lalu tambahkan dengan 3 tetes asam sulfat pekat.
  • 18. 18 e. Tunggu sampai berubah warna, apabila warna berubah menjadi merah muda / jingga maka sari daun ketepeng terbukti mengandung saponin. 2) Uji Identifikasi Flavonoid a. 0,5 mg sampel yang telah dirajang halus diekstrak dengan 5 ml metanol. b. Panaskan selama 5 menit dalam tabung reaksi. c. Ekstraknya ditambahkan 2-3 tetes HCL pekat dan sedikit serbuk magnesium. d. Bila terjadi perubahan warna merah, merah muda atau kuning menunjukkan sampel mengandung flavonoid. 3) Uji Pembuatan “Krim Daun Ketepeng” a. Timbang asam stearat, gliserin, dan natrium tetraborat. b. Masukkan ke dalam cawan kemudian dipanaskan diatas waterbath. c. Sambil menunggu campuran di atas meleleh, timbang trietanolamin kemudian larutkan dalam 650 air panas. d. Setelah meleleh, masukkan larutan di atas ke dalam campuran tersebut. Masukkan ke dalam mortir. e. Aduk menggunakan stamfer hingga dingin. f. Tambahkan sari daun ketepeng ke dalam mortir tersebut, aduk kembali hingga homogen. g. Tambahkan oleum rosae dan nipagin, aduk kembali hingga homogen. g. Krim daun ketepeng siap digunakan atau dikemas dalam pot krim untuk dipasarkan. 4) Uji penggunaan krim daun ketepeng a. Oleskan krim pada bagian yang sakit secara merata. b. Gunakan 3 x sehari selama 1 minggu.
  • 19. 19 5) Uji kesukaan konsumen terhadap keadaan organoleptik krim daun ketepeng a. Siapkan krim daun ketepeng yang telah jadi. b. Bagikan kertas kuisioner yang akan diisi oleh 50 orang panelis yang dipilih secara acak (umur dan pekerjaan). c. Hitung hasil dari uji kesukaan konsumen terhadap organoleptik krim daun ketepeng. 6) Uji pemasaran krim daun ketepeng a. Hitung anggaran pembuatan krim daun ketepeng. b. Tetapkan prosentase laba yang ingin diraih untuk menetapkan harga jual krim daun ketepeng. c. Berikan brosur pada calon konsumen dan promosikan krim daun ketepeng secara langsung. d. Setelah memperoleh konsumen, segera produksi krim daun ketepeng. e. Hitung banyak krim daun ketepeng yang berhasil dijual. f. Hitung keuntungan per hari dari hasil penjualan krim daun ketepeng.
  • 20. 20 BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN A. Hasil Penelitian 1. Uji Identifikasi Saponin dan Flavonoid Tabel 1. Uji Identifikasi Saponin No Landasan Teori Pengamatan Hasil 1 Larutan zat + Asam Asetat pekat, ditunggu sampai kering + Larutan Asam Sulfat pekat Warna ekstrak daun ketepeng berubah menjadi merah muda / jingga Zat yang terindentifikasi adalah saponin Tabel 2. Uji Identifikasi Flavonoid No Landasan Teori Pengamatan Hasil 1 a. Rajangan daun ketepeng + larutan methanol dipanaskanekstrak a b. Ekstrak a + larutan HCL pekat + serbuk Mgekstrak b Warna ekstrak daun ketepeng berubah menjadi merah muda atau kuning Zat yang terindentifikasi adalah flavonoid 2. Uji Pembuatan Krim Daun Ketepeng Tabel 3. Hasil Uji Pembuatan Krim Daun Ketepeng Sari Warna Aroma Daun Ketepeng Hijau Khas Daun Ketepeng
  • 21. 21 3. Uji Cara Penggunaan Krim Daun Ketepeng Data Responden a. Nama Responden : Isdiwinoto Tempat, tanggal lahir : Bantul, 1 Januari 1956 Alamat : Bendo, Trimurti, Srandakan, Bantul, Yogyakarta b. Nama Responden : Risman Tempat, tanggal lahir : Sleman, 17 Agustus 1966 Alamat : Cebongan Lor, Tlogoadi, Mlati, Sleman c. Nama Responden : Bagas Prasetyo Tempat, tanggal lahir : Sleman, 3 Agustus 1990 Alamat : Gabahan, Sumberadi, Mlati, Sleman d. Nama Responden : Susilowati Tempat, tanggal lahir : Sleman, 23 Maret 1982 Alamat : Cebongan Lor, Tlogoadi, Mlati, Sleman e. Nama Responden : Ani Setyaningsih Tempat, tanggal lahir : Bantul, 16 Juni 1994 Alamat : Bendo, Trimurti, Srandakan, Bantul, Yogyakarta
  • 22. 22 Uji Penggunaan Tabel 4. Uji Cara Penggunaan Krim Daun Ketepeng 4. Uji Kesukaan Konsumen Terhadap Organoleptik Krim Daun Ketepeng a. Warna Tabel 5. Tingkat Kesukaan Panelis Terhadap Warna Krim Daun Ketepeng No Nama Lama Pemakaian Hasil 1 Isdiwinoto (56 tahun) 5 Hari Gatal – gatal akibat serangga sembuh 2 Risman (46 tahun) 5 Hari Gatal – gatal akibat bakteri tidak memberi efek sembuh 3 Bagas (22 tahun) 5 Hari Penyakit kurap berkurang 4 Susi (30 tahun) 5 Hari Gatal – gatal akibat genangan air sembuh 5 Ani (18 tahun) 5 Hari Gatal – gatal akibat serangga sembuh No. Penilaian Krim Daun Ketepeng Warna Jumlah % 1. Sangat Kurang 0 0 2. Kurang 8 16 3. Cukup 16 32 4. Suka 22 44 5. Sangat Suka 4 8 JUMLAH 50 100
  • 23. 23 b. Aroma Tabel 6. Tingkat Kesukaan Panelis Terhadap Aroma Krim Daun Ketepeng NO. Penilaian Krim Daun Ketepeng Mawar Jumlah % 1 Sangat Kurang 0 0 2 Kurang Suka 0 0 3 Cukup 10 20 4 Suka 12 24 5 Sangat Suka 28 56 JUMLAH 50 100 5. Uji Pemasaran Krim Daun Ketepeng Tabel 7. Anggaran Pengeluaran Krim Daun Ketepeng No. Uraian Jumlah Harga 1. Daun Ketepeng 200 gram Rp 5.000,00 2. Oleum Rosarum 18 tetes Rp 3.600,00 3. Tenaga 2 orang Rp 33.000,00 4. Base Krim 500 gram Rp 80.000,00 JUMLAH PENGELUARAN Rp 121.600,00 i. Harga Kotor Krim Daun Ketepeng Tiap Tube Tabel 8. Harga Kotor Krim Daun Ketepeng Tiap Tube No. Uraian Jumlah Harga 1. Harga bersih tiap tube Rp121.600,00: 40 Rp 3.040,00 2. Harga tara print (plastik & label) Rp960,00 Rp 960 ,00 Harga kotor krim daun ketepeng 1 tube Rp 4.000,00
  • 24. 24 ii. Harga Jual Krim Daun Ketepeng Tiap Tube Harga Kotor Rp 4.000,00 Laba yang ingin diperoleh Rp 450,00 Cadangan kerugian Rp 50,00_+ Harga jual krim daun ketepeng tiap tube Rp 4.500,00  Hasil Penjualan Tabel 9. Hasil Penjualan Krim Daun Ketepeng No. Jenis Harga / satuan Jumlah Total harga 1 1. Krim Daun Ketepeng Rp 4.500,00 40 Rp 180.000,00 JUMLAH PENDAPATAN Rp180.000,00  Total Keuntungan Penjualan Krim Daun Ketepeng : Jumlah pendapatan Rp 180.000,00 Anggaran pengeluaran Rp 121.600,00 Cadangan kerugian total Rp 50,00– Keuntungan total Rp 58.350,00 B. Pembahasan Penelitian 1. Uji Pembuktian Adanya Saponin dan Flavonoid dalam Ekstrak Daun Ketepeng a. Pembuktian uji Saponin Pengujian ini cukup mudah dilakukan yaitu dengan melihat perubahan warna yang terjadi pada ekstrak daun ketepeng yang berwarna hijau menjadi merah muda / jingga akibat reaksi larutan identifikasi yang dicampurkan. Cara pembuktiannnya dilakukan dengan daun ketepeng yang sudah diambil ekstraknyanya diletakkan ke dalam pelat tetes, kemudian ditambahkan larutan asam asetat sebanyak 5 tetes dan tunggu hingga kering. Apabila larutan sudah
  • 25. 25 kering tambahkan dengan 3 tetes asam sulfat pekat, tunggu sampai berubah warna, apabila warna berubah menjadi merah muda / jingga maka ekstrak daun ketepeng terbukti mengandung saponin. b. Pembuktian uji Flavonoid Seperti pada uji saponin, uji flavonoid juga cukup mudah untuk dilakukan. Pengujian flavonoid dilakukan dengan mengambil 0,5 mg sampel sari daun ketepeng kemudian diekstrak dengan 5ml metanol. Larutan yang terjadi dipanaskan selama 5 menit dalam tabung reaksi. Ekstrak hasil pemasan ditambahkan 2-3 tetes HCL Pekat dan sedikit serbuk magnesium. Bila terjadi perubahan warna merah, merah muda atau kuning menunjukkan sampel mengandung flavonoid. 2. Uji Pembuatan Sari Daun Ketepeng Pembuatan sari daun ketepeng tidak sulit dan tidak membutuhkan waktu yang lama. Sari yang dihasilkan berwarna hijau tua. Warna hijau tua berasal dari klorofil daun ketepeng yang larut dalam air. Dari tabel diatas dapat disimpulkan bahwa warna sari daun ketepeng menarik, sehingga kami tetap menggunakan warna alami daun ketepeng. Dilihat dari tabel 3. dapat ketahui bahwa aroma sari daun ketepeng adalah bau khas daun ketepeng. Bau khas sari daun ketepeng kurang sedap sehingga kurang disukai oleh konsumen atau masyarakat. Namun kami menambahkan 5 tetes Oleum Rosarum sehingga dapat mengurangi bau khas daun ketepeng dan menjadikan sari daun ketepeng lebih aromatik. Dalam membuat sari daun ketepeng ini kami tidak menggunakan pengawet. Penggunaan pengawet dapat mempengaruhi khasiat dari sari daun mangkokan dan dapat memberikan efek samping berbahaya.
  • 26. 26 3. Uji Cara Penggunaan Krim Daun Ketepeng Sebelum menggunakan, rata-rata responden memiliki keluhan yang hampir sama yaitu penyakit gatal-gatal. Setelah pemakaian, sebagian responden menyatakan bahwa gejala-gejala tersebut berkurang sampai hilang. Hasil tersebut menunjukkan keberhasilan krim daun ketepeng sebagai antiseptik ekstern. Hampir seluruh responden menyatakan bahwa penyakit kulit dengan berbagai sebab antara lain akibat infeksi kuman, virus, bakteri, jamur dapat berkurang bahkan sembuh. Ini menunjukan bahwa tanaman ketepeng mampu menjadi obat antiseptik ekstern dengan pemakaian yang rutin dan teratur. 4. Uji Kesukaan Konsumen Terhadap Organoleptik Krim Daun Ketepeng a. Warna Dari tabel 5. dapat diperoleh data tingkat kesukaan panelis terhadap warna krim daun ketepeng. Sebanyak 16% panelis menyatakan bahwa warna krim kurang menarik, 32% panelis menyatakan bahwa krim daun ketepeng cukup menarik, 44% panelis menyatakan bahwa warna krim daun ketepeng menarik, dan 8% panelis menyatakan bahwa krim daun ketepeng sangat menarik. Penulis tetap menggunakan warna asli daun ketepeng karena mayoritas konsumen dan masyarakat menyukai warna asli daun ketepeng. b. Aroma Pada tabel 6. diperoleh data tingkat kesukaan panelis terhadap sari daun ketepeng aroma mawar. Sebanyak 20 % panelis menyatakan bahwa aroma krim daun ketepeng cukup harum, 24 % panelis menyukai aroma krim daun ketepen dan 56 % panelis sangat menyukai aroma krim daun ketepeng. Penulis menambahkan Oleum Rosarum untuk memperbaiki aroma krim daun ketepeng.
  • 27. 27 5. Uji Pemasaran Sari Daun Mangkokan Cara penjualan dilakukan dengan memberikan brosur kepada calon konsumen di tempat pemasaran yang telah direncanakan, yaitu SMK “Indonesia”, masyarakat di Cebongan Lor, Tlogoadi, Mlati, Sleman dan masyarakat Bendo, Trimurti, Srandakan, Bantul. Penulis memberikan brosur krim daun ketepeng kepada siswa-siswi dan pamong di SMK Indonesia serta masyarakat di Cebongan Lor, Tlogoadi, Mlati, Sleman dan masyarakat di Bendo, Trimurti, Srandakan, Bantul. Selain memberikan brosur, penulis juga mempromosikan krim daun ketepeng dengan cara menawarkan langsung kepada calon konsumen. Hal ini dikarenakan jumlah brosur yang terbatas. Namun justru dengan cara ini penulis bisa lebih meyakinkan calon konsumen. Informasi yang diberikan, antara lain:  Khasiat krim daun ketepeng  Cara penggunaan.  Harga yang sangat terjangkau.
  • 28. 28 BAB V PENUTUP A. Simpulan 1. Zat yang terkandung dalam krim daun ketepeng dapat digunakan sebagai alternatif untuk obat antiseptik ekstern adalah saponin dan flavonoid. 2. Langkah – langkah pembuatan krim daun ketepeng mudah dilakukan. 3. Cara penggunaan krim daun ketepeng untuk antiseptik ekstern mudah digunakan. 4. Tingkat kesukaan konsumen terhadap krim daun ketepeng berdasarkan data yang diperoleh menunjukkan bahwa rata – rata konsumen menyukai aroma dan warna krim daun ketepeng. Penulis menambahkan Oleum Rosarum sebagai corigent odoris, sehingga dapat memperbaiki bau khas daun ketepeng tetapi penulis tidak menambahkan zat pewarna karena ditakutkan akan mempengaruhi zat berkhasiat yang terkandung dalam krim daun ketepeng. 5. Keuntungan yang diperoleh dari pemasaran gel daun binahong adalah Rp 58.350,00 dari penjualan 40 kemasan krim daun ketepeng. B. Saran Dalam pemasaran produk ini kami masih terbatas di lingkup SMK “Indonesia” Yogyakarta dan masyarakat di sekitar kami akan lebih baik jika pemasaran juga dilakukan melalui poster dan iklan yang ditempelkan di tempat- tempat umum. Produk yang kami hasilkan merupakan produk herbal yang tidak ada pengawetnya sehingga produk ini hanya bertahan digunakan dalam rentang waktu 3-5 hari, bagi peneliti diharapkan untuk melakukan penelitian lebih lanjut untuk menyempurnakan penelitian ini.
  • 29. 29 DAFTAR PUSTAKA Ansel, Howard C. 1985. Pengantar Bentuk Sediaan Farmasi. Jakarta : Universitas Indonesia Press. Departemen Kesehatan Republik Indonesia. 1970.Farmakope Indonesia Edisi III. http://blog.rosihanari.net/tata-cara-penulisan-daftar-acuan-referensi/ Pharmacopee Nederland Edisi V. 1929. Brussel Susilowati dan Kiki Widyastuti.2008.Farmakognosi Kelas II edisi 2004. Yogyakarta : Sekolah Menengah Farmasi “Indonesia” Yogyakarta Wurandini, M.Dkk.2006.Diktat Petunjuk Praktikum Kimia Analisis Anion dan Kation Kelas II. Yogyakarta:Laboratorium Kimia Sekolah Menengah Farmasi “Indonesia” Yogyakarta
  • 30. 30 DAFTAR RIWAYAT HIDUP A. Peserta 1. Nama Lengkap : Afifah Nur Indah Sari Tempat, Tanggal Lahir : Sleman, 26 Juni 1996 2. Nama Lengkap : Devi Kurniawati Tempat, Tanggal Lahir : Bantul, 13 Desember 1994 B. Pembimbing 1. Nama Lengkap : Anita Isdarmini, S.Pd, M.Hum. Tempat, Tanggal Lahir : Yogyakarta, 15 April 1971 Alamat : Jalan Minggiran 5 Yogyakarta Jabatan : Guru Bahasa Indonesia SMK “Indonesia”
  • 32. 32 Ekstrak daun ketepeng Proses pembuatan krim daun ketepeng