PELAKSANAAN + Link2 Materi TRAINING "Effective SUPERVISORY & LEADERSHIP Sk...
Total qm in education 2
1. TOTAL QUALITY MANAGEMENT (TQM)/
MANAGEMENT MUTU TERPADU (MMT)
oleh: Herman S. Wattimena --- 1007139
A. Pendahuluan
Menurut Sallis (2006), mutu merupakan agenda utama bagi setiap institusi, se-
hingga hal penting yang diharapkan dalam mewujudkan institusi yang baik adalah
bagaimana meningkatkan mutu dari institusi tersebut. Berkaitan dengan pendapat di atas
maka dapat disebutkan bahwa, dalam mewujudkan sebuah institusi yang baik, diperlukan
suatu usaha pengembangan sebagai tugas utama dari institusi tersebut; dimana usaha-
usaha itu berkaitan dengan program-program yang telah atau akan digariskan. Dalam
menyusun berbagai program pada suatu institusi, dibutuhkan pengkajian yang berkaitan
dengan kebutuhan; dimana kebutuhan itu berkembang sesuai dengan tuntutan mutu
penggunanya.
Total Quality Management (TQM) atau disebut Manajemen Mutu Terpadu (MMT)
hadir sebagai jawaban atas kebutuhan mutu tersebut. Suatu produk atau jasa dibuat
sedemikian rupa sehingga dapat memenuhi kebutuhan dan harapan pelanggannya. Titik
temu antara harapan dan kebutuhan pelanggan dengan produk atau jasa itulah yang
disebut bermutu. Dengan demikian dapat disebutkan bahwa, ukuran bermutu tidaknya
suatu produk atau jasa adalah pada konsep terpenuhi tidaknya harapan dan kebutuhan
pengguna atau pelanggan. Dalam kondisi ini, semakin tinggi tuntutan pengguna maka
semakin tinggi kualitas mutu tersebut. Kualitas mutu dapat diketahui ketika adanya
kontrol mutu sebagai suatu proses penjamin bahwa hanya produk yang memenuhi
spesifikasi yang dapat dipasarkan.
2. Beberapa tokoh penting seperti Deming (mengemukakan 14 prinsip dalam TQM),
Juran (mengemukakan 10 langkah dalam TQM) dan Crosby (mengemukakan 14 langkah
menuju TQM) telah melakukan banyak sumbangan terhadap jaminan mutu yang
dikembangkan sejak tahun 1930-an. Kontribusi mereka terhadap jaminan mutu memberi
makna bahwa, jaminan mutu adalah sebuah cara untuk menghasilkan produk yang bebas
dari cacat dan kesalahan. Pengembangan dan perluasan jaminan mutu memunculkan
TQM/MMT; yang berperan sebagai usaha untuk menciptakan suatu kultur mutu,
sehingga dapat mendorong semua anggota misalnya sebuah institusi dalam memuaskan
para pelanggannya. Konsep ini harus disesuaikan dengan perubahan harapan dan gaya
pelanggan dengan cara mendesain hasil produk.
Mengarah pada penerapan TQM/MMT dalam suatu institusi, diperlukan strategi-
strategi khusus, dengan tujuan untuk meraih hasil yang kompetitif. Hal ini tidak terlepas
dari usaha-usaha yang harus dilakukan oleh institusi tersebut melalui program-program
tertentu; sehingga dapat mewujudkan suatu institusi yang efektif. Dalam rangka
mewujudkan suatu institusi yang efektif, diperlukan proses untuk mengembangkan
strategi mutunya. Menurut Sallis (2006), disebutkan bahwa, strategi-strategi yang
digunakan dalam pengembangan tersebut meliputi: 1) misi yang jelas dan distingtif; 2)
fokus pelanggan yang jelas; 3) strategi untuk mencapai misi; 4) keterlibatan seluruh
pelanggan baik internal maupun eksternal dalam mengembangkan strategi; 5)
pemberdayaan staf; 6) penilaian dan evaluasi efektivitas institusi dengan pelanggan.
Selain strategi-strategi tersebut, diperlukan juga langkah-langkah untuk mengatasi
adanya suatu kelumpuhan terhadap mutu. Menurut Sallis (2006) disebutkan bahwa,
langkah-langkah tersebut meliputi: 1) kepemimpinan dan komitmen terhadap mutu harus
3. datang dari atas; 2) menggembirakan pelanggan adalah tujuan TQM/MMT; 3) menunjuk
fasilitator mutu; 4) membentuk kelompok pengendali mutu; 5) menunjuk koordinator
mutu; 6) mengadakan seminar manajemen senior untuk mengawasi program; 7)
menganalisa dan mendiagnosa situasi yang ada; 8) menggunakan contoh-contoh yang
sudah berkembang di tempat lain; 9) mempekerjakan konsultan eksternal; 10)
memprakarsai pelatihan mutu bagi para staf; 11) mengkomunikasikan pesan mutu; 12)
mengukur biaya mutu; 13) mengaplikasikan alat dan teknik mutu melalui pengembangan
kelompok kerja yang efektif; 14) mengevaluasi program dalam interval yang teratur.
Tinjauan dalam bidang pendidikan, TQM/MMT sangatlah diperlukan. Hal ini
berkaitan dengan konsep mutu pendidikan, yang memberi penekanan pada mutu siswa itu
sendiri. Setiap siswa melakukan proses belajar sesuai dengan model yang cocok dengan
kebutuhan dan kecenderungan mereka masing-masing. Untuk membuat pelajar sadar
terhadap variasi metode pembelajaran yang mereka terima, maka institusi pendidikan
mempunyai kewajiban dalam melakukan hal tersebut. Institusi pendidikan harus memberi
kesempatan kepada siswa untuk mencontohi pembelajaran dalam variasi model dan gaya
belajar yang berbeda secara fleksibel. Esensi sebuah pendidikan persekolahan adalah
proses pembelajaran. Tidak ada kualitas pendidikan persekolahan tanpa kualitas
pembelajaran. Berbagai upaya peningkatan mutu pendidikan persekolahan dapat
dianggap kurang berguna bilamana belum menyentuh perbaikan proses pembelajaran.
Oleh karena itu dalam rangka peningkatan kualitas pendidikan persekolahan, pemerintah
dalam hal ini Kementrian Pendidikan Nasional, mengembangkan berbagai program yang
diharapkan dapat meningkatkan kualitas pembelajaran. Di antara keseluruhan komponen
4. dalam pembelajaran tersebut, guru merupakan komponen organik yang sangat
menentukan. Hal ini berarti bahwa, tidak ada kualitas pembelajaran tanpa kualitas guru.
Guru adalah unsur pendidikan yang sangat dekat hubungannya dengan anak didik
dalam upaya pendidikan sehari-hari di sekolah, dan banyak menentukan keberhasilan
anak didik dalam mencapai tujuan. Begitu sangat strategisnya kedudukan guru sebagai
tenaga profesional, di dalam Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 14 Tahun 2005
Bab III Pasal 7 tentang Guru dan Dosen, diamanatkan bahwa profesi guru merupakan
bidang pekerjaan khusus yang dilaksanakan berdasarkan prinsip sebagai berikut: 1)
memiliki bakat, minat, panggilan jiwa, dan idealisme; 2) memiliki komitmen untuk
meningkatkan mutu pendidikan, keimanan, ketakwaan dan akhlak mulia; 3) memiliki
kualifikasi akademik dan latar belakang pendidikan sesuai dengan bidang tugas; 4)
memiliki kompetensi yang diperlukan sesuai dengan bidang tugas; 5) memiliki tanggung
jawab atas pelaksanaan tugas keprofesionalan; 6) memperoleh penghasilan yang
ditentukan sesuai dengan prestasi kerja; 7) memiliki kesempatan untuk mengembangkan
keprofesionalan secara berkelanjutan dengan belajar sepanjang hayat; 8) memiliki
jaminan perlindungan hukum dalam melaksanakan tugas keprofesionalan; 9) memiliki
organisasi profesi yang mempunyai kewenangan untuk mengatur hal-hal yang berkaitan
dengan tugas keprofesionalan guru.
Dengan demikian dapat disebutkan bahwa, diperlukan pengkajian secara baik
dalam menerapkan TQM/MMT di dalam ruang kelas, sehingga dapat memberi jaminan
dalam pengembangan TQM/MMT guna mewujudkan kondisi pendidikan yang efektif
sebagai institusi yang berpengaruh pada kualitas siswa sesuai dengan konsep
TQM/MMT; sehingga memberi peluang untuk meningkatkan mutu pendidikan itu sendiri
5. sebagai suatu budaya yang wajib dilakukan, bukan sebagai suatu beban. Sebuah langkah
awal dapat dimulai melalui kerja sama antara guru dan siswa di kelas; dengan sistem
pengawasan secara mendetail oleh semua pihak yang bertanggung jawab di bidang
pendidikan.
B. Konsep TQM/MMT
Pemahaman tentang TQM/MMT mengacu pada pengertian tentang kualitas
(quality), kualitas terpadu (Total Quality) dan manajemen kualitas terpadu (Total Quality
Management). Istilah kualitas menjadi menderita karena sering digunakan untuk
menggambarkan lambang-lambang seperti; kecantikan, kebaikan, kemahalan, kesegaran
dan di atas semua itu, kemewahan. Karena itu, kualitas menjadi konsep yang sulit
dimengerti dan hampir tidak mungkin ditangani. Bagaimana mungkin menangani sesuatu
yang tidak jelas dan mempunyai arti yang kompleks. Kualitas sering diartikan sama
dengan mutu.
Kualitas sebenarnya telah menjadi bagian dari kehidupan sehari-hari. Menurut
Sallis (2006), kualitas itu memang sesuatu yang tarik menarik antara sebagai konsep yang
absolut dan relatif. Pada prinsipnya, tiga guru kualitas, yaitu Philip Crosby, Edward
Deming dan Joseph Juran menyatakan bahwa: komitmen yang harus dibangun dalam
setiap diri terhadap kualitas adalah pemahaman bahwa: 1) kualitas merupakan kunci ke
arah program yang berhasil, dimana apabila kurang adanya perhatian terhadap kualitas,
akan mengakibatkan kegagalan dalam jangka panjang; 2) perbaikan-perbaikan kualitas
menuntut komitmen manajemen sepenuhnya untuk dapat berhasil yang mana komitmen
kepada kualitas ini harus terus-menerus dilakukan; 3) perbaikan kualitas adalah kerja
keras yaitu tidak ada jalan pintas atau perbaikan cepat; 4) perbaikan kualitas menuntut
6. banyak pelatihan; 5) perbaikan kualitas menuntut keterlibatan semua karyawan secara
aktif, dan komitmen mutlak dari manajemen senior.
Tidak berbeda dengan definisi kualitas, bahwa definisi kualitas terpadu (total) juga
memiliki pengertian yang bermacam-macam. Menurut Departemen Pertahanan Amerika,
kualitas terpadu itu mencakup aktivitas perbaikan secara terus menerus yang melibatkan
semua orang di dalam organisasi, baik manajer maupun semua stafnya dalam berusaha
secara terintegrasi mencapai kinerja yang terus meningkat pada setiap tingkatan. Jadi,
kualitas terpadu pada dasarnya adalah sebuah pendekatan untuk melakukan sesuatu yang
berusaha untuk memaksimalkan keunggulan kompetitif organisasi melalui perbaikan
terus menerus dalam hal produk, service, orang, proses dan lingkungannya. Secara
sistematis, kualitas total memiliki karakteristik berikut sebagai berikut: 1) dasar-dasar
yang strategis; 2) fokus pada pelanggan (internal dan eksternal); 3) obsesi dengan
kualitas; 4) pendekatan ilmiah dalam pengambilan keputusan dan memecahkan masalah;
5) komitmen jangka panjang; 6) kerja tim; 7) perbaikan proses secara kontinyu; 8)
pendidikan dan pelatihan; 9) kebebasan yang terkontrol; 10) kesatuan tujuan; dan 11)
penglibatan dan pemberdayaan tenaga.
Pengertian kualitas terpadu seperti di atas, memberikan kerangka yang jelas bahwa
hakekat TQM atau MMT sebenarnya adalah filosofi dan budaya (kerja) organisasi
(philosophy of management) yang berorientasi pada kualitas. Tujuan (goal) yang akan
dicapai dalam organisasi dengan budaya TQM adalah memenuhi atau bahkan melebihi
apa yang dibutuhkan (needs) dan yang diharapkan atau diinginkan (desire) oleh
pelanggan.
7. Konsep “total” dalam TQM adalah penglibatan semua komponen organisasi yang
berlangsung secara terus-menerus; sedangkan “manajemen” dalam TQM berarti
pengelolaan setiap orang yang berada di dalam organisasi, apapun status, posisi atau
perannya. Mereka semua adalah manajer dari tanggung jawab yang dimilikinya. Senada
dengan pengertian ini, maka semua fungsionaris organisasi tanpa kecuali, dituntut
memiliki tiga kemampuan, yaitu: 1) mengerjakan hal-hal yang benar. Hal ini berarti
bahwa hanya kegiatan yang menunjang bisnis demi memuaskan kebutuhan pelanggan
yang dapat diterima. Kegiatan yang tidak perlu jangan dilanjutkan lagi; 2) mengerjakan
hal-hal dengan benar. Hal ini dilandasi dengan dasar pemikiran untuk mencegah
kesalahan yang timbul. Ini berarti bahwa semua kegiatan harus dijalankan dengan benar,
sehingga hasil kegiatan tersebut sesuai dengan kebutuhan pelanggan; 3) mengerjakan hal-
hal dengan benar sejak pertama kali setiap waktu. Prinsipnya ini merupakan suatu
pendekatan sistematis terhadap perencanaan dan manajemen aktivitas, yang memiliki
motto: Do the right think, first time, every time; yaitu “kerjakan sesuatu yang benar
dengan benar, sejak pertama kali, setiap waktu”.
Dengan demikian, TQM atau MMT dapat diartikan sebagai pengelolaan kualitas
semua komponen (stakeholder) yang berkepentingan dengan visi dan misi organisasi.
Jadi, pada dasarnya TQM itu bukanlah pembebanan atau pemeriksaan; tetapi TQM
adalah lebih dari usaha untuk melakukan sesuatu yang benar setiap waktu, daripada
melakukan pemeriksaan (checking) pada waktu tertentu ketika terjadi kesalahan. TQM
bukan bekerja untuk agenda orang lain, walaupun agenda itu dikhususkan untuk
pelanggan (customer). Demikian juga, TQM bukan sesuatu yang diperuntukkan bagi
manajer senior dan kemudian melewatkan tujuan yang telah dirumuskan.