2. KELOMPOK 3
1. Anggraeni Sari
2. Hariri Lail
3. Muhammad Rezky
4. Rogate Jenyfer Prisqilla S
5. Tasya Auliya Iswahyudi
3. A. PROSES MASUK ISLAM DI KALIMANTAN
1. Masuknya Islam di Kalimantan Barat
Menurut pendapat yang dikemukakan oleh Sendam “Islam masuk di Kalimantan
Barat yaitu sekitar abad 15 M, melalui perdagangan dan tidak melalui organisasi misi, tetapi
merupakan kegiatan perorangan”. Para penyiar agama Islam ini datang sambil berdagang
di Kalimantan dengan menyusuri sungai-sungai besar, secara berangsur-angsur
pengaruh Islam pun masuk ke seluruh wilayah Kalimantan.
Salah seorang yang menyebarkan agama Islam di kalimantan barat ialah Habib Husein
Al-Kadri, beliau berasal dari Hadramaut (daerah bagian selatan jazirah arab). Penduduk
Hadramaut gemar berdagang dan berlayar karena letak daerahnya yang berada di ujung
selatan Jazirah Arab di teluk Aden yang merupakan jalur pelayaran internasional. Kegemaran
penduduk Hadramaut tersebut yang kemudian memicu hasrat Habib Husein untuk berlayar
lebih jauh ke negeri timur dimana banyak terdapat keraajan beragama Islam.
4. 2. Islam Masuk di Kalimantan Tengah
Seorang ulama asal Jawa yang bernama Kiai Gede diutus oleh Kesultanan
Demak untuk menyebarkan ajaran Islam di Pulau Kalimantan. Kedatangan Kiai
Gede tersebut ternyata disambut baik oleh Sultan Mustainubillah. Oleh sang
Sultan, Kiai Gede kemudian ditugaskan menyebarkan Islam di wilayah
Kotawaringin, sekaligus membawa misi untuk merintis kesultanan baru di wilayah
ini. Berkat jasa-jasanya yang besar dalam menyebarkan Islam dan membangun
wilayah Kotawaringin, Sultan Mustainubillah kemudian menganugerahi jabatan
kepada Kiai Gede sebagai Adipati di Kotawaringin dengan pangkat Patih
Hamengkubumi. Bersama para pengikutnya, yang waktu itu hanya berjumlah 40
orang mereka membangun Kotawaringin dari hutan belantara menjadi sebuah
kawasan permukiman yang cukup maju. Kiai Gede membangun Sebuah Masjid
yang bernama Masjid Kiai Gede, Mesjid ini menjadi saksi sejarah perkembangan
Islam di Kotawaringin.
5. 3. Masuknya Islam di Kalimantan selatan
Islam masuk di Kalimantan Selatan karena kegiatan para wali di
Surabaya Ampel dan Gersik dan adanya mubaligh yang mampu keluar Jawa.
pengislaman itu terjadi di waktu pemerintahan Pangeran Samudera
kemudian bernama Sultan Suriansyah pada tahun 1540. setelah menang
berperang diangkat menjadi Sultan Banjarmasin I dan agama Islam tumbuh
dan berkembang. Sebelum resmi masuk Islam Pangeran Samudera dan
pembesar-pembesarnya, sudah ada orang-orang yang beragama Islam.
Sudah ada diajarkan membaca dan menulis huruf Arab, huruf Al-Qur'an
6. 3. Masuknya Islam di Kalimantan Timur
Menurut risalah kutai, dua orang penyebar islam tiba di kutai pada masa
pemerintahan raja Mahkota. Mereka adalah Dato’ ri Bandang dari Makassar dan Tuan
Tunggang Parangan. Setelah pengislaman itu Dato Ribandang kembali ke Makassar,
sementara Tuan Tunggang Parangan tetap di Kutai. Melalui yang terakhir inilah raja
mahkota tunduk kepada keimanan islam. Setelah itu, segera dibangun sebuah masjid
dan pengajaran agama dapat dimulai. Yang pertama sekali mengikuti pengajaran itu
adalah raja Mahkota sendiri, lalu pangeran, para menteri, panglima, dan hulu balang,
dan akhirnya rakyat biasa.
Sejak itu, raja mahkota berusaha keras menyebarkan agama Islam dengan
Pedang. Proses Islamisasi di Kutai dan daerah sekitarnya diperkirakan terjadi pada
tahun 1575. Penyebaran lebih jauh ke daerah-daerah pedalam dilakukan terutama
pada waktu puteranya, Aji di langgar dan penggati-penggantinya meneruskan perang
ke daerah Muara Kaman.
7. B. KERAJAAN KERAJAAN ISLAM DI KALIMANTAN
1. Kesultanan Pasir (1516)
2. Kesultanan Banjar ( 1526 -1905)
3. Kesultanan Sambas (1971)
4. Kesultanan Sambaliung (1810)
5. Kesultanan Gunung Tabur ( 1820)
6. Kesultanan Pontianak ( 1771)
7. Kesultanan Bulungan ( 1731)
8. Kesultanan Berau (1400)
9. Kesultanan Pagatan (1750)
10.Kesultanan Kutai (1300)
8. 1. KESULTANAN PONTIANAK
Kesultanan Pontianak adalah sebuah kesultanan Melayu yang didirikan pada tahun
1771 oleh Sultan Syarif Abdurrahman Alkadrie, di daerah muara Sungai Kapuas yang
termasuk kawasan yang diserahkan Sultan Banten kepada VOC Belanda. Ia melakukan
dua pernikahan politik di Kalimantan, pertama dengan putri dari Kerajaan Mempawah
dan kedua dengan putri dari Kesultanan Banjar. Setelah mereka mendapatkan tempat
di Pontianak, kemudian mendirikan Istana Kadriyah dan mendapatkan pengesahan
sebagai Sultan Pontianak dari Belanda pada tahun 1779. Pusat pemerintahan ditandai
dengan adanya Masjid Jami Pontianak. Sultan yang memerintah yaitu:
Sultan Syarif Abdurrahman Alkadrie
Sultan Syarif Kasim Alkadrie
Sultan Syarif Usman Alkadrie
Sultan Syarif Hamid Alkadrie
Sultan Syarif Yusuf Alkadrie
Sultan Syarif Muhammad Alkadrie
Mayjen KNIL Sultan Hamid II
Sultan Syarif Abubakar Alkadrie
Lambang
Istana Kadriyah Di Pontianak
9. 2. KESULTANAN PASIR
Kesultanan Paser (yang sebelumnya bernama Kerajaan
Sadurangas) adalah sebuah kerajaan yang berdiri pada tahun 1516
dan dipimpin oleh seorang wanita (Ratu I) yang dinamakan Putri Di
Dalam Petung. Wilayah kekuasaan kerajaan ini meliputi Kabupaten
Paser yang ada sekarang, ditambah dengan Kabupaten Penajam
Paser Utara, Balikpapan dan Pamukan. Menurut perjanjian VOC-
Belanda dengan Kesultanan Banjar, negeri Paser merupakan salah
satu bekas negara dependensi (negara bagian) di dalam "negara
Banjar Raya". Dalam tahun 1853 penduduk Kesultanan Paser
30.000 jiwa.
Istana Sultan Paser di tahun 1910-1925
10. 3. Kesultanan Kutai
(kutai Kartanegara ing Martadipura)
Kesultanan Kutai atau lebih lengkap disebut Kesultanan
Kutai Kartanegara ing Martadipura (Martapura) merupakan
kesultanan bercorak Islam yang berdiri pada tahun 1300 oleh Aji
Batara Agung Dewa Sakti di Kutai Lama dan berakhir pada 1960.
Kemudian pada tahun 2001 kembali eksis di Kalimantan Timur
setelah dihidupkan lagi oleh Pemerintah Kabupaten Kutai
Kartanegara sebagai upaya untuk melestarikan budaya dan adat
Kutai Kedaton.
Dihidupkannya kembali Kesultanan Kutai ditandai dengan
dinobatkannya sang pewaris tahta yakni putera mahkota Aji
Pangeran Prabu Anum Surya Adiningrat menjadi Sultan Kutai
Kartanegara ing Martadipura dengan gelar Sultan Aji Muhammad
Salehuddin II pada tanggal 22 September 2001.
Lambang
11. Kesultanan Gunung Tabur adalah kerajaan yang merupakan hasil
pemecahan dari Kesultanan Berau, di mana Berau dipecah menjadi dua,
yaitu Sambaliung dan Kesultanan Gunung Tabur pada sekitar tahun 1810-
an. Kesultanan ini sekarang terletak dalam wilayah kecamatan Gunung
Tabur, Kabupaten Berau, provinsi Kalimantan Utara. Sultan-sultan Gunung
Tabur di antaranya adalah sebagai berikut:
1.1800 - 1834 - Sultan Zainul Abidin II bin Badruddin
2.1834 - 1850 - Sultan Aji Kuning II bin Zainul Abidin
3.1850 - 1876 - Sultan Amiruddin (Maharaja Dendah I)
4.1876 - 1882 - Sultan Hasanuddin II
(Hasanuddin I Gunung Tabur) (Maharaja Dendah II bin Amiruddin)
5.1882 - 1903 - Sultan Siranuddin
6.1903 - 1921 - Sultan Maulana Ahmad
7.1921 - 1953 - sultan Muhammad Khalifatullah Jalaluddin
4. Kesultanan Gunung Tabur
Istana Kesultanan Gunung Tabur
12. Kesultanan Sambaliung (sebelumnya bernama Kerajaan Tanjung) adalah kesultanan
hasil dari pemecahan Kesultanan Berau, di mana Berau dipecah menjadi dua, yaitu
Sambaliung dan Gunung Tabur pada sekitar tahun 1810-an Sultan Sambaliung pertama adalah
Sultan Alimuddin yang lebih dikenal dengan nama Raja Alam. Kemudian, kerajaan Berau
diperintah secara bergantian antara keturunan Pangeran Tua dan Pangeran Dipati (hal inilah
yang membuat terjadinya perbedaan pendapat yang bahkan kadang-kadang menimbulkan
insiden).
Sultan Muhammad Alimuddin/Raja Alam (1810-1844)
Sultan Muhammad Kaharuddin/raja Bungkoh (1844-1848)
Sultan Muhammad Hadi Jalaluddin bin Alam (1848-1850)
Sultan Muhammad Hasyik Syarifuddin bin Alam (1850 - 1863)
Sultan Muhammad salehuddin (1863-1869)
Sultan Muhammad Adil Jalaluddin bin Muhammad Jalaluddin (1869 - 1881)
Sultan Abdullah Muhammad Khalifatullah Bayanuddin bin Muhammad Jalaluddin (1881-1902)
Sultan Muhammad Aminuddin (Datuk Ranik) (1902-1960 )
5. Kesultanan Sambaliung
Keraton Kesultanan
Sambaliung
13. 6. Kesultanan Banjar (1526-1905).
Kesultanan Banjar atau Kesultanan Banjarmasin (berdiri 1520, masuk Islam 24
September 1526, dihapuskan Belanda 11 Juni 1860, pemerintahan darurat/pelarian
berakhir 24 Januari 1905) adalah sebuah kesultanan wilayahnya saat ini termasuk ke
dalam provinsi Kalimantan Selatan, Indonesia. Kesultanan ini semula beribukota di
Banjarmasin kemudian dipindahkan ke Martapura dan sekitarnya (kabupaten Banjar).
Ketika beribukota di Martapura disebut juga Kerajaan Kayu Tangi.
Ketika ibukotanya masih di Banjarmasin, maka kesultanan ini disebut Kesultanan
Banjarmasin. Kesultanan Banjar merupakan penerus dari Kerajaan Negara Daha yaitu
kerajaan Hindu yang beribukota di kota Negara, sekarang merupakan ibukota
kecamatan Daha Selatan, Hulu Sungai Selatan.
14. 7.Kesultanan Sambas (1675)
Kesultanan Sambas adalah kesultanan yang terletak di wilayah pesisir utara Propinsi
Kalimantan Barat atau wilayah barat laut Pulau Borneo (Kalimantan)dengan pusat
pemerintahannya adalah di Kota Sambas sekarang. Kesultanan Sambas adalah penerus dari
kerajaan-kerajaan Sambas sebelumnya. Kerajaan yang bernama Sambas di Pulau Borneo
atau Kalimantan ini telah ada paling tidak sebelum abad ke-14 M sebagaimana yang
tercantum dalam Kitab Negara Kertagama karya Prapanca. Pada masa itu Rajanya
mempunyai gelaran "Nek" yaitu salah satunya bernama Nek Riuh. Setelah masa Nek Riuh,
pada sekitar abad ke-15 M muncul pemerintahan Raja yang bernama Tan Unggal yang
terkenal sangat kejam. Karena kekejamannya ini Raja Tan Unggal kemudian dikudeta oleh
rakyat dan setelah itu selama puluhan tahun rakyat di wilayah Sungai Sambas ini tidak mau
mengangkat Raja lagi. Pada masa kekosongan pemerintahan di wilayah Sungai Sambas inilah
kemudian pada awal abad ke-16 M (1530 M) datang serombongan besar Bangsawan Jawa
(sekitar lebih dari 500 orang) yang diperkirakan adalah Bangsawan Majapahit yang masih
hindu melarikan diri dari Pulau Jawa (Jawa bagian timur) karena ditumpas oleh pasukan
Kesultanan Demak dibawah Sultan Demak ke-3 yaitu Sultan Trenggono.