KATA PENGANTAR
Assalamu’ alaikum Wr. Wb.
Puji syukur kami panjatkan kehadirat Allah SWT karena atas berkat dan rahmat-Nya, sehingga kami selaku kelompok I dapat menyelesaikan tanggung jawab kami yaitu menyusun makalah yang membahas tentang “ STROK “
Shalawat serta salam semoga tetap tercurah kepada junjungan kita nabi Muhammad Saw yang telah membawa kita dari lembah yang gelap gulita menuju lembah yang terang benderang.
Terima kasih kami ucapkan kepada dosen mata kuliah Sistem Persarafan yang telah membimbing kami dalam pelajaran ini.
Kami menyadari bahwa dalam makalah ini masih banyak kekurangan, olehnya itu tegur sapa yang halus dari pembaca selalu kami harapkan untuk kesempurnaan lebih lanjut.
Makassar, 12 November 2014
Penyusun
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR
DAFTAR ISI
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang 1
B. Rumusan Masalah 1
C. Tujuan 2
BAB II KONSEP MEDIS
A. Definisi 3
B. Klasifikasi 3
C. Etiologi 4
D. Patofisiologi 5
E. Tanda dan gejala 6
F. Penatalaksanaan medic 6
BAB III KONSEP KEPERAWATAN
A. Pengkajian 8
B. Diagnosa 10
C. Intervensi 11
BAB IV PENUTUP
A. Kesimpulan 15
B. Saran 15
DAFTAR PUSTAKA 16
BAB I
PENDAHULUAN
A. LATAR BELAKANG
Stroke merupakan masalah bagi negara-negara berkembang. Di dunia penyakit stroke meningkat seiring dengan modernisasi. Di Amerika Serikat, stroke menjadi penyebab kematian yang ketiga setelah penyakit jantung dan kanker. Diperkirakan ada 700.000 kasus stroke di Amerika Serikat setiap tahunnya, dan 200.000 diantaranya dengan serangan berulang. Menurut WHO, ada 15 juta populasi terserang stroke setiap tahun di seluruh dunia dan terbanyak adalah usia tua dengan kematian rata-rata setiap 10 tahun antara 55 dan 85 tahun. (Goldstein,dkk 2006; Kollen,dkk 2006; Lyoyd-Jones dkk,2009).
Di Indonesia sendiri walaupun data studi epidemiologi stroke secara komprehensif dan akurat belum ada, dengan meningkatnya harapan hidup tendensi peningkatan kasus stroke akan meningkat di masa yang akan datang. Menurut Survey Kesehatan Rumah Tangga (SKRT) tahun 1995, stroke merupakan salah satu penyebab kematian dan kecacatan yang utama yang harus ditangani dengan segera, tepat dan cermat (Kelompok Studi Serebrovaskular dan Neurogeriatri Perdossi,1999)
B. RUMUSAN MASALAH
1. Apa yang dimaksud strok ?
2. Ada berapa klasifikasi strok ?
3. Apa penyebab strok ?
4. Bagaimana patofisiologi strok ?
5. Bagaimana tanda dan gejala strok ?
6. Bagaimana penatalaksanaan medic dari strok ?
7. Pengkajian apa yang dilakukan pada pasien strok ?
8. Diagnosa keperawatan apa yang biasanya muncul pada pasien strok ?
9. Intervensi apa yang biasanya diberikan pada pasien strok ?
C. TUJUAN
1. Memahami yang dimaksud dengan strok
2. Mengetahui klasifikasi strok
3. Mengetahui penyebab strok
4. Mampu menjelaskan patofisiologi strok
5. Mengetahui tanda dan gejala strok
6. Mengetahui penatalaksanaan medic dari strok
7. Mengetahui hal-hal yang harus dikaji pada klien st
2. KONSEP MEDIS
Stroke adalah deficit neurologist akut yang
disebabkan oleh gangguan aliran darah yang
timbul secara mendadak dengan tanda dan
gejala sesuai dengan daerah fokal otak yang
terkena (WHO, 1989).
A. DEFINISI
4. C. ETIOLOGI
1. Hipertensi,
2. Aneurisma pembuluh darah cerebral
3. Kelainan jantung / penyakit jantung
4. Diabetes mellitus (DM)
5. Usia lanjut
5. D. PATOFISIOLOGI
1. Stroke non hemoragik
Iskemia disebabkan oleh adanya penyumbatan aliran darah otak oleh thrombus
atau embolus. Trombus umumnya terjadi karena berkembangnya
aterosklerosis pada dinding pembuluh darah, sehingga arteri menjadi
tersumbat, aliran darah ke area thrombus menjadi berkurang, menyebabkan
iskemia kemudian menjadi kompleks iskemia akhirnya terjadi infark pada
jaringan otak. Emboli disebabkan oleh embolus yang berjalan menuju arteri
serebral melalui arteri karotis. Terjadinya blok pada arteri tersebut
menyebabkan iskemia yang tiba-tiba berkembang cepat dan terjadi gangguan
neurologist fokal. Perdarahan otak dapat ddisebabkan oleh pecahnya dinding
pembuluh darah oleh emboli.
6. 2. Stroke hemoragik
Pembuluh darah otak yang pecah menyebabkan darah
mengalir ke substansi atau ruangan subarachnoid yang
menimbulkan perubahan komponen intracranial yang
seharusnya konstan. Adanya perubahan komponen
intracranial yang tidak dapat dikompensasi tubuh akan
menimbulkan peningkatan TIK yang bila berlanjut akan
menyebabkan herniasi otak sehingga timbul kematian.
7. KONSEP KEPERAWATAN
A. PENGKAJIAN
1. ANAMNESIS
Identitas klien
Keluhan Utama
Riwayat penyakit sekarang
Riwayat penyakit dahulu
Riwayat penyakit keluarga
9. B. DIAGNOSA KEPERAWATAN
1. Risiko peningkatan TIK yang berhubungan dengan adanya
meningkatnya volume intracranial, penekanan jaringan otak, dan
edema serebral.
2. Perubahan perfusi jaringan otak yang berhubungan dengan
perdarahan intraserebral, oklusi otak, vasospasme, dan oedema
otak.
3. Ketidakefektifan bersihan jalan nafas yang berhubungan dengan
akumulasi secret, kemampuan batuk menurun, penurunan
mobilitas fisik sekunder, dan perubahan tingkat kesadaran.
10. C. INTERVENSI
DX I (Risiko peningkatan TIK yang berhubungan dengan adanya meningkatnya volume
intracranial, penekanan jaringan otak, dan edema serebral.
Tujuan :
Dalam waktu 3x24 jam tidak terjadi peningkatan TIK pada klien
Kriteria :
Klien tidak gelisah, klien tidak mengeluh nyeri kepala, mual dan muntah, GCS : 4,5,6, tidak
terdapat papiledema. TTV dalam batas normal
1. Kaji factor penyebab dari situasi/ keadaan individu/penyebab, penurunan perfusi
jaringan dan kemungkinan penyebab peningkatan TIK
Rasional : deteksi dini untuk memprioritaskan intervensi, mengkaji status neurologi/
tanda-tanda kegagalan untuk menentukan perawatan kegawatan atau tindakan
pembedahan
2. Monitor TTV tiap 4 jam
Rasional : suatu keadaan normal bila sirkulasi serebral terpelihara dengan baik atau
fluktuasi ditandai dengan tekanan darah sistemik, penurunan dari outoregulator
kebanyakan merupakan tanda penurunan difusi likal vaskularisasi darah serebral.
Dengan peningkatan tekanan darah atau diastolic maka dibarengi dengan
peningkatan tekanan darah intracranial.
11. 3. Evaluasi pupil
Rasional : reaksi pupil dan pergerakan kembali dari bola mata
merupakan tanda dari gabungan nervus/saraf jika batang otak
terkoyak
4. Monitor temperature dan pengaturan suhu lingkungan
Rasional : panas merupakan reflex dari hipotalamus, peningkatan
kebutuhan metabolism dan O2 akan menunjang peningkatan TIK
5. Pertahankan kepala/leher pada posisi yang netral, usahakan
dengan sedikit bantal. Hindari pengggunaan bantal yang tinggi pada
kepala.
Rasional : perubahan kepala pada satu sisi dapat menimbulkan
penekanan pada vena jugularis dan menghambat aliran darah otak,
untuk itu dapat meningkatkan tekanan intracranial.
12. DX II (Perubahan perfusi jaringan otak yang berhubungan dengan perdarahan
intraserebral, oklusi otak, vasospasme, dan oedema otak.
Tujuan :
Dalam waktu 2x24 jam perfusi jaringan otak dapat tercapai secara optimal
Kriteria :
Klien tidak gelisah, tidak ada keluhan nyeri kepala, mual dan kejang. GCS 4,5,6, pupil
isokor, reflex cahaya (+) TTV normal
1. Berikan penjelasan kepada keluarga klien tentang sebab peningkatan TIK
dan akibatnya
Rasional : Keluarga lebih berpartisipasi dalam proses penyembuhan
2. Baringkan klien (bedrest total) dengan posisi terlentang tanpa bantal
Rasional : perubahan pada tekanan intracranial akan dapat
menyebabkan resiko terjadinya herniasi otak.
3. Monitor tanda-tanda status neurologis dengan GCS
Rasional : dapat mengurangi kerusakan otak lebih lanjut
13. 4. Monitor TTV
Rasional : pada keadaan normal autoregulasi
mempertahankan keadaan tekanan darah sistemik
berubah secara fluktuasi.
5. Monitor input dan output
Rasional : hipertermi dapat menyebabkan peningkatan
IWL dan meningkatkan risiko dehidrasi terutama pada
pasien tidak sadar, nausea yang menurunkan intake per
oral.
14. DX III (Ketidakefektifan bersihan jalan nafas yang berhubungan dengan akumulasi secret,
kemampuan batuk menurun, penurunan mobilitas fisik sekunder, dan perubahan tingkat
kesadaran.
Tujuan :
Dalam waktu 2x24 jam klien mampu meningkatkan dan mempertahankan keefektifan jalan
nafas agar tetap bersih dan mencegah aspirasi.
Kriteria :
Bunyi nafas terdengar bersih, ronchi tidak terdengar, trachealtube bebas sumbatan,
menunjukkan batuk yang efektif, tidak ada lagi penumpukan secret di saluran pernafasan.
1. Kaji keadaan jalan nafas
Rasional : obstruksi mungkin dapat disebabkan oleh akumulasi secret,
sisa cairan mucus, perdarahan, bronchospasme, dan posisi dari
tracheostomi/selang endotracheal yang berubah.
2. Evaluasi pergerakan dada dan auskultasi suara nafas pada kedua paru
Rasional : pergerakan dada yang simetris dengan suara nafas yang
keluar dari paru-paru menandakan jalan nafas tidak terganggu.
15. 3. Lakukan pengisapan lendir jika diperlukan, batasi durasi pengisapan
dengan 15 detik atau lebih. Gunakan kateter pengisap yang sesuai,
cairan fisiologi steril. Berikan oksigen 100% sebelum dilakukan
pengisapan dengan ambubag
Rasional : pengisapan lendir tidak selama dilakukan terus menerus,
dan durasinya pun dapat dikurangi untuk mencegah bahaya hipoksia.
4. Anjurkan klien mengenai teknik batuk selama pengisapan, seperti :
waktu bernafas panjang, batuk kuat, bersin jika ada indikasi
Rasional : batuk yang efektif dapat mengeluarkan secret dari
saluran nafas
5. Atur/ubah posisi secara teratur (tiap 2 jam )
Rasional : mengatur pengeluaran secret dan ventilasi segmen paru-
paru, mengurangi risiko atelektasis.