SlideShare a Scribd company logo
1 of 21
BAB I
                               PENDAHULUAN
1.1. Latar Belakang
     Stroke adalah infark regional kortikal, subkortikal atau pun infark regional
di batang otak yang terjadi karena kawasan perdarahan atau penyumbatan suatu
arteri sehingga jatah oksigen tidak dapat disampaikan kebagian otak tertentu.
Stroke merupakan penyebab utama kecacatan pada orang dewasa. Empat juta
orang amerika mengalami defisit neurologi akibat stroke ; dua pertiga dari defisit
ini bersifat sedang sampai parah. Kemungkinan meninggal akibat stroke inisial
adalah 30% sampai 35% dan kemungkinan kecacatan mayor pada orang yang
selamat adalah 35% sampai 40%.
     Sekitar sepertiga dari semua pasien yang selamat dari stroke akan
mengalami stroke ulangan pada tahun pertama. Secara umum stroke dapat dibagi
menjadi dua . Pertama stroke non hemoragic yaitu stroke yang disebabkan oleh
penyumbatan pada pembuluh darah di otak. Kedua stroke hemoragik yaitu stroke
yang disebabkan oleh pecahnya pembuluh darah diotak.
     Faktor-faktor resiko stroke antara lain umur, hipertensi, diabetes mellitus,
arteriosklerosis, penyakit jantung, merokok. Berat otak manusia sekitar 1400 gram
dan tersusun oleh kurang lebih 100 triliun neuron. Otak terdiri dari empat bagian
besar yaitu serebrum (otak besar), serebelum (otak kecil), brainstem (batang otak),
dan diensefalon. Otak menerima 17 % curah jantung dan menggunakan 20 %
konsumsi oksigen total tubuh manusia untuk metabolisme aerobiknya.
     Otak diperdarahi oleh dua pasang arteri yaitu arteri karotis interna dan arteri
vertebralis. Da dalam rongga kranium, keempat arteri ini saling berhubungan dan
membentuk sistem anastomosis, yaitu sirkulus Willis. Darah vena dialirkan dari
otak melalui dua sistem : kelompok vena interna, yang mengumpulkan darah ke
Vena galen dan sinus rektus, dan kelompok vena eksterna yang terletak di
permukaan hemisfer otak, dan mencurahkan darah, ke sinus sagitalis superior dan
sinus-sinus basalis lateralis, dan seterusnya ke vena-vena jugularis, dicurahkan
menuju ke jantung.
     Kenaikan darah yang “abrupt” atau kenaikan dalam jumlah yang secara
mencolok dapat menginduksi pecahnya pembuluh darah terutama pada pagi hari



                                                                                  1
dan sore hari yang menjadi penyebab terjadinya stroke. Kematian dapat
disebabkan oleh kompresi batang otak, hemisfer otak, dan perdarahan batang otak
sekunder atau ekstensi perdarahan ke batang otak. Perembesan darah ke ventrikel
otak terjadi pada sepertiga kasus perdarahan otak di nukleus kaudatus, talamus
dan pons.
      Dengan demikian pada penderita stroke diperlukan asuhan keperawatan
yang komprehensif dan paripurna. Melihat fenomena di atas, storke merupakan
penyakit yang menjadi momok bagi manusia. Selain itu, stroke menyerang dengan
tiba-tiba. Orang yang menderita stroke sering tidak menyadari bahwa dia terkena
stroke. Tiba-tiba saja, penderita merasakan dan mengalami kelainan seperti
lumpuh pada sebagian sisi tubuhnya, bicara pelo, pandangan kabur, dan lain
sebagainya tergantung bagian otak mana yang terkena. Oleh karena itu penting
bagi kita perawat bagian dari tenaga medis untuk mempelajari tentang
patofisologi, mekanisme, manifestasi klinis, prosedur diagnostik dan asuhan
keperawatan yang harus di berikan pada pasien stroke.


1.2. Tujuan
          Setelah melaksanakan asuhan keperawatan pada stroke diharapkan
mahasiswa mampu :
 a.   Mengetahui dan mempelajari lebih dalam mengenai stroke.
 b.   Mengetahui tata laksana dan asuhan keperawatan yang diberikan.
 c.   Memberikan asuhan keperawatan yang komprehensif dan paripurna kepada
      pasien stroke.
1.3. Manfaat.
1. Bagi Mahasiswa
          Mahasiswa mampu memberikan asuhan keperawatan kepada pasien
stroke.
2. Bagi Institusi Pendidikan
          Dapat di gunakan sebagai literatur di perpustakaan dan dapat memberi
informasi kepada para pembaca untuk menambah wawasan dan pengetahuan.




                                                                             2
BAB II
                            TINJAUAN PUSTAKA
2.1. Pengertian
     Stroke atau cedera cerebrovaskuler adalah kehilangan fungsi otak yang
diakibatkan oleh berhentinya suplai darah ke bagian otak sering ini adalah
kulminasi penyakit serebrovaskuler selama beberapa tahun. (Smeltzer C. Suzanne,
2002).
     Stroke adalah kehilangan fungsi otak secara mendadak yang disebabkan
oleh gangguan suplai darah ke bagian otak (Brunner & Suddart:2002).
     Menurut ( Marilyn E, Doenges : 2000) stroke / penyakit serebrovaskuler
menunjukkan adanya beberapa kelainan otak ba secara fungsional maupun
structural yang disebabkan oleh keadaan patologis dari pembuluh darah serebral
atau dari seluruh system pembuluh darah otak.
     Menurut WHO (1965) dan Karya (1988) dalam Harsono (1993) stroke
adalah manifestasi klinik dari gangguan fungsi serebral, baik local maupun
menyeluruh (global), yang berlangsung dengan cepat, berlangsung lebih dari 24
jam, atau berakhir dengan kematian, tanpa di temukan penyebab selain daripada
gangguan vaskular. Gangguan peredaran darah otak dapat mengakibatkan fungsi
otak terganggu dan bila gangguan yang terjadi cukup besar dapat mengakibatkan
kematian sebagian otak (infark), gejala-gejala yang terjadi tergantung pada daerah
otak yang di pengaruhi.
2.2. Etiologi
    Penyebab-penyebabnya antara lain:
1. Trombosis (bekuan cairan di dalam pembuluh darah otak).
    Merupakan penyebab stroke yang paling sering di temui yaitu 40% dari
semua kasus stroke yang telah dibuktikan oleh ahli patologis. Biasanya berkaitan
erat dengan kerusakan lokal dinding pembuluh darah akibat aterosklerosis.
2. Embolisme cerebral (bekuan darah atau material lain).
    Kebanyakan emboli serebri berasal dari suatu flowess dalam jantung sehingga
masalah yang dihadapi sesungguhnya merupakan perwujudan dari penyakit
jantung.
3. Iskemia (Penurunan aliran darah ke area otak). (Smeltzer C. Suzanne, 2002)



                                                                                3
4. Hemoragi
    Perdarahan intracranial atau intra serebral termasuk perdarahan dalam ruang
subaracnoid atau kedalam jaringan otak sendiri. Perdarahan ini dapat terjadi
karena aterosklerosis dan hipertensi. Akibat pecahnya pembuluh darah otak
menyebabkan perembesan darah ke dalam parenkim otak yang dapat
mengakibatkan penekanan, pergeseran dan pemisahan jaringan otak yang
berdekatan, sehingga otak akan membengkak, jaringan otak tertekan, sehingga
terjadi infark otak, odema dan mungkin herniasi otak.


2.3. Faktor resiko pada stroke :
    1. Hipertensi
    2. Penyakit kardiovaskuler: arteria koronaria, gagal jantung kongestif,
       fibrilasi atrium, penyakit jantung kongestif)
    3. Kolesterol tinggi
    4. Obesitas
    5. Diabetes Melitus (berkaitan dengan aterogenesis terakselerasi)
    6. Peningkatan hematokrit ( resiko infark serebral)
    7. Kontrasepasi oral( khususnya dengan disertai hipertensi, merkok, dan
       kadar estrogen tinggi)
    8. Penyalahgunaan obat ( kokain)
    9. Konsumsi alkohol (Smeltzer C. Suzanne, 2002).


2.4. Tanda dan gejala
      Menurut Pujianto (2008), stroke dapat menyebabkan berbagai defisit
neurologik,bergantung      pada    lokasi   lesi(pembuluh   darah   mana    yang
tersumbat),ukuran area yang perfusinya tidak adekuat , dan jumlah aliran darah
kolateral (sekunder atau aksesori). Tanda dan gejala ini muncul pada penderita
stroke antara lain :
 1. Kehilangan motorik : hemipelgi (paralisys pada suatu sisi) karena lesi pada
    sesi otak yang berlawanan, hemiparesis atau kelemahan salah satu sisi tubuh.




                                                                                   4
2. kehilangan komunikasi:disartria (kesulitan bicara),disfasia atau afasia (bicara
    deektif atau kehilangan bicara), apraksia (ketidakmampuan untuk melakukan
    tindakan yang dipelajari sebelumnya).
 3. Gangguan perse psi : disfungsi persepsi visual,gangguan hubungan visual
    spasial,kehilangan sensori.
 4. Kerusakan fungsi kognitif dan efek psikologis.
 5. Disfungsi kandung kemih.


2.5. Patofisiologi
     Iskemia disebabkan oleh adanya penyumbatan aliran darah otak oleh
thrombus atau embolus. Trombus umumnya terjadi karena berkembangnya
aterosklerosis pada dinding pembuluh darah, sehingga arteri menjadi tersumbat,
aliran darah ke area thrombus menjadi berkurang, menyebabkan iskemia
kemudian menjadi kompleks iskemia akhirnya terjadi infark pada jaringan otak.
     Emboli disebabkan oleh embolus yang berjalan menuju arteri serebral
melalui arteri karotis. Terjadinya blok pada arteri tersebut menyebabkan iskemia
yang tiba-tiba berkembang cepat dan terjadi gangguan neurologist fokal.
Perdarahan otak dapat disebabkan oleh pecahnya dinding pembuluh darah oleh
emboli.
     Pembuluh darah otak yang pecah menyebabkan darah mengalir ke substansi
atau ruangan subarachnoid yang menimbulkan perubahan komponen intracranial
yang seharusnya konstan. Adanya perubahan komponen intracranial yang tidak
dapat dikompensasi tubuh akan menimbulkan peningkatan TIK yang bila
berlanjut akan menyebabkan herniasi otak sehingga timbul kematian.
     Di samping itu, darah yang mengalir ke substansi otak atau ruang
subarachnoid dapat menyebabkan edema, spasme pembuluh darah otak dan
penekanan pada daerah tersebut menimbulkan aliran darah berkurang atau tidak
ada sehingga terjadi nekrosis jaringan otak




                                                                                 5
2.6. Woc




           6
2.7. Klasifikasi
     Klasifikasi dari stroke ada dua macam, menurut Lanny Sustiani, Syamsir
Alam dan Iwan Hadibroto (2003), adalah :
1. Stroke Non Haemorragic
  Stroke disebabkan oleh faktor-faktor sebagai berikut :
  a. Menumpuknya lemak pada pembuluh darah yang menyebabkan mulai
     terjadinya pembekuan darah.
  b. Benda asing dalam pembuluh darah jantung
  c. Adanya lubang pada pembuluh darah sehingga darah bocor yang
     mengakibatkan aliran darah ke otak berkurang.
2. Stroke Haemorragic
  Stroke ini disebabkan karena salah satu pembuluh darah di otak bocor atau
  pecah sehingga darah mengisi ruang sel-sel otak.
  a. Darah tinggi yang dapat menyebabkan pembuluh darah pecah
  b. Peleburan pada pembuluh darah yang menyebabkan pembuluh darah pecah.
  c. Tumor pada pembuluh darah


2.8. Manifestasi klinis
1. Stroke Hemoragik
  a. Perdarahan Intraserebral
     - Tidak jelas, kecuali nyeri kepala hebat karena hipertensi.
     - Serangan terjadi pada siang hari, saat beraktifitas, dan emosi atau marah.
     - Mual atau muntah pada permulaan serangan.
     - Hemiparesis atau hemiplegia terjadi sejak awal serangan.
     - Kesadaran menurun dengan cepat dan menjadi koma (65 % terjadi < ½
       jam-2 jam, < 2 % terjadi setelah 2 jam-19 hari).
  b. Perdarahan Subaracnoid
     - Nyeri kepala hebat dan mendadak.
     - Kesadaran sering terganggu dan sangat bervariasi.
     - Ada gejala atau tanda meningeal.
     - Papiledema terjadi bila ada perdarahan subaracnoid karena pecahnya
       aneurisma pada arteri komunikan anterior atau arteri karotis interna.



                                                                                    7
2. Stroke non hemoragik
  a. Kesadaran umumnya baik.
  b. Terjadi pada usia > 50 tahun.
  c. Gejala neurologis yang timbul bergantung pada berat ringannya gangguan
      pembuluh darah dan lokasinya.
  d. Defisit neurologis mendadak, didahulu gejala prodromal yang terjadi pada
      saat istirahat atau bangun pagi.


2.9. Pemeriksaan penunjang
a. Pemeriksaan radiologi
   1. CT scan : didapatkan hiperdens fokal, kadang-kadang masuk ventrikel,
       atau menyebar ke permukaan otak. (Linardi Widjaja, 1993).
   2. MRI : untuk menunjukkan area yang mengalami hemoragik. (Marilynn E.
       Doenges, 2000).
   3. Angiografi serebral : untuk mencari sumber perdarahan seperti aneurisma
       atau malformasi vaskuler. (Satyanegara, 1998).
   4. Pemeriksaan foto thorax : dapat memperlihatkan keadaan jantung, apakah
       terdapat pembesaran ventrikel kiri yang merupakan salah satu tanda
       hipertensi kronis pada penderita stroke. (Jusuf Misbach, 1999)
b. Pemeriksaan laboratorium
  Pungsi lumbal : pemeriksaan likuor yang merah biasanya dijumpai pada
  perdarahan yang masif, sedangkan perdarahan yang kecil biasanya warna
  likuor masih normal (xantokhrom) sewaktu hari-hari pertama. (Satyanegara,
  1998).
c. Pemeriksaan darah rutin
d. Pemeriksaan kimia darah.
  Pada stroke akut dapat terjadi hiperglikemia. Gula darah dapat mencapai 250
  mg dalajm serum dan kemudian berangsur-angsur turun kembali. (Jusuf
  Misbach, 1999).
e. Pemeriksaan darah lengkap : unutk mencari kelainan pada darah itu sendiri.
  (Linardi Widjaja, 1993)




                                                                           8
2.10. Komplikasi
1. Hipoksia Serebral.
2. Aliran darah serebral.
3. Embolisme serebral. Dapat terjadi setelah infark miokard akut atau fibrilasi
  atrium atau dapat berasal dari katup jantung postetik.
4. Herniasi otak
5. Koma
6. Kematian


2.11. Penatalaksanaan
     Menurut Listiono D (1998 : 113) penderita yang mengalami stroke dengan
infark yang luas melibatkan sebagian besar hemisfer dan disertai adanya
hemiplagia kontra lateral hemianopsia, selama stadium akut memerlukan
penanganan medis dan perawatan yang didasari beberapa prinsip:
a. Penatalaksanaan Medis
Secara praktis penanganan terhadap ischemia serebri adalah :
  1. Penanganan suportif imun
       - Pemeliharaan jalan nafas dan ventilasi yang adekuat.
       - Pemeliharaan volume dan tekanan darah yang kuat.
       - Koreksi kelainan gangguan antara lain payah jantung atau aritmia.
  2. Meningkatkan darah cerebral (pada stroke non hemoragi)
       - Elevasi tekanan darah
       - Intervensi bedah
       - Ekspansi volume intra vaskuler
       - Anti koagulan
  3. Pengontrolan tekanan intracranial
       - Obat anti edema serebri steroid
       - Proteksi cerebral (barbitura)
Sedangkan menurut Lumban Tobing (2002 : 2) macam-macam obat yang
  digunakan :
  1. Obat anti agregrasi trombosit (aspirasi)
  2. Obat anti koagulasi : heparin.



                                                                             9
3. Obat trombolik (obat yang dapat menghancurkan trombus).
  4. Obat untuk edema otak (larutan manitol 20%, obat dexametason)
b. Penatalaksanaan Keperawatan
  - Posisi kepala dan badan atas 20-30 derajat, posisi miring jika muntah dan
     boleh dimulai mobilisasi bertahap jika hemodinamika stabil
  - Tanda-tanda vital diusahakan stabil
  - Bed rest
  - Hindari kenaikan suhu, batuk, konstipasi, atau suction berlebih yang dapat
     meningkatkan TIK
  - Nutrisi per oral hanya diberikan jika fungsi menelan baik. Jika kesadaran
     menurun atau ada gangguan menelan sebaiknya dipasang NGT
  - Bila penderita tidak mampu menggunakan anggota gerak, gerakkan tiap
     anggota gerak secara pasif seluas geraknya.
  - Berikan pengaman pada tempat tidur untuk mencegah pasien jatuh.
c. Perawatan pasca stroke oleh keluarga di rumah
       Fisioterapi mutlak dilakukan secara rutin baik oleh fisoterapis maupun
  keluarga dirumah sesering mungkin yang masih bisa ditoleransi oleh penderita
  dengan penuh kesabaran dan jangan lupa kasih sayang, memang waktu yang
  diperlukan cukup panjang dengan hasil yang sangat lambat namun banyak
  keluarga pasien yang sabar dengan prosedur ini mendapatkan level fungsional
  yang cukup baik (Pambudi, 2010).
       Beberapa pasien stroke terkadang mengalami kesulitan menelan dan
  keluarga menganggap pasien tidak mau makan dan membiarkannya sehingga
  pasien jatuh dalam kondisi gizi buruk bahkan dehiderasi yang dapat
  mengganggu pemulihan, pasien-pasien ini dapat dibantu dengan sonde di
  rumah sambil dilatih untuk dapat menelan dan seringkali hal ini berhasil.
       Penderita stroke karena disabilitasnya sering jatuh dalam depresi,
  pendampingan dan dukungan keluarga serta semangat dari keluarga akan
  sangat menolong pemulihan.




                                                                              10
BAB III
                            Asuhan Keperawatan Teoritis
3.1 Pengkajian
3.1.1. Indensitas
              Nama, TTL, agama, status perkawinan, alamat, jenis kelamin,
         pendidikan, no. MR, diagnosa medis.
              Identitas penanggung jawab : nama, umur, jenis kelamin, agama,
         pendididkan, pekerjaan, hubungan dengan klien, dan alamat.
3.1.2. Keluhan utama.
              Biasanya didapatkan kelemahan anggota gerak sebelah badan, bicara
         pelo, dan tidak dapat berkomunikasi. (Jusuf Misbach, 1999).
3.1.3. Riwayat penyakit sekarang
              Serangan stroke seringkali berlangsung sangat mendadak, pada saat
         klien sedang melakukan aktivitas. Biasanya terjadi nyeri kepala, mual,
         muntah bahkan kejang sampai tidak sadar, disamping gejala kelumpuhan
         separoh badan atau gangguan fungsi otak yang lain. (Siti Rochani, 2000)
3.1.4.   Riwayat penyakit dahulu
                Biasanya ada riwayat hipertensi, diabetes militus, penyakit jantung,
         anemia, riwayat trauma kepala, kontrasepsi oral yang lama, penggunaan
         obat-obat   anti   koagulan,      aspirin,   vasodilator,   obat-obat   adiktif,
         kegemukan. (Donna D. Ignativicius, 1995)


3.1.5. Riwayat penyakit keluarga
                Biasanya ada riwayat keluarga yang menderita hipertensi ataupun
         diabetes militus. (Hendro Susilo, 2000).


3.1.6. Data psikososial
                Stroke memang suatu penyakit yang sangat mahal. Biaya untuk
         pemeriksaan, pengobatan dan perawatan dapat mengacaukan keuangan
         keluarga sehingga faktor biaya ini dapat mempengaruhi stabilitas emosi
         dan pikiran klien dan keluarga.




                                                                                      11
3.1.7. Data ekonomi
              Biasanya dapat meenyerang kalangan ekonomi tinggi maupun
       ekonomi rendah.
3.1.8. Pola aktivitas
              Biasanya ada kesukaran untuk beraktivitas karena kelemahan,
       kehilangan sensori atau paralise/ hemiplegi, mudah lelah.
3.1.9. Pemeriksaan fisik
a. Keadaan umum
  1. Kesadaran : pada umumnya mengelami penurunan kesadaran
  2. Suara bicara : kadang mengalami gangguan yaitu sukar dimengerti, kadang
     tidak bisa bicara
  3. Tanda-tanda vital : biasanya tekanan darah meningkat, denyut nadi
     bervariasi
b. Pemeriksaan integumen
  1. Kulit : jika klien kekurangan O2 kulit biasanya akan tampak pucat dan jika
     kekurangan cairan maka turgor kulit kan jele.
  2. Kuku : perlu dilihat biasanya ada clubbing finger, cyanosis
  3. Rambut : umumnya tidak ada kelainan


c. Pemeriksaan kepala dan leher
  1. Kepala : biasanya bentuk normocephalik
  2. Muka : biasanya tidak simetris yaitu mencong ke salah satu sisi
  3. Leher : kaku kuduk jarang terjadi (Satyanegara, 1998)
d. Pemeriksaan dada
  Biasanya pada pernafasan kadang didapatkan suara nafas terdengar ronchi,
  wheezing ataupun suara nafas tambahan, pernafasan tidak teratur akibat
  penurunan refleks batuk dan menelan.
e. Pemeriksaan abdomen
  Biasanya didapatkan penurunan peristaltik usus akibat bed rest yang lama, dan
  kadang terdapat kembung.
f. Pemeriksaan inguinal, genetalia, anus.
  Biasanya terdapat incontinensia atau retensio urine



                                                                            12
g. Pemeriksaan ekstremitas
  Biasanya didapatkan kelumpuhan pada salah satu sisi tubuh.
h. Pemeriksaan neurologi
  1. Pemeriksaan nervus cranialis
     Umumnya terdapat gangguan nervus cranialis VII dan XII central.
  2. Pemeriksaan motorik.
     Hampir selalu terjadi kelumpuhan/kelemahan pada salah satu sisi tubuh.
  3. Pemeriksaan sensorik
     Dapat terjadi hemihipestesi.
  4. Pemeriksaan refleks
     Pada fase akut reflek fisiologis sisi yang lumpuh akan menghilang. Setelah
     beberapa hari refleks fisiologis akan muncul kembali didahuli dengan
     refleks patologis.(Jusuf Misbach, 1999).


3.2. Diagnosa keperawatassn
   1. Bersihan Jalan Nafas Tidak Efektif b/d Obstruksi jalan nafas
   2. Gangguan perfusi jaringan otak yang berhubungan dengan perdarahan
       intra cerebral.
   3. Gangguan mobilitas fisik berhubungan dengan kelemahan fisik
   4. Gangguan persepsi sensori baerhubungan dengan penurunan sensori
       penurunan penglihatan
   5. Gangguan komunikasi verbal yang berhubungan dengan penurunan
       sirkulasi darah otak
   6. Kurangnya perawatan diri berhubungan dengan kelemahan fisik
   7. Resiko gangguan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan
       dengan kelemahan otot mengunyah dan menelan
3.3 Intervensi
1. Bersihan Jalan Nafas Tidak Efektif b/d Obstruksi jalan nafas
      Tujuan: masalah pola nafas tidak efektif teatasi
       Kreteria hasil:
                   Klien mengatakan tidak sesak lagi
                   Tidak menggunakan alat bantu nafas



                                                                              13
Intervensi
      1. I/ Monitor bunyi nafas
          R/ Indikasi menentukan gangguan pernafasan
      2. I/ Pertahankan intek cairan
          R/ Membantu mengercerkan secret
      3. I/ Mobilisasi klen
          R/ Mempertahankan sirkulasi
      4. I/ Berikan pendidikan keshatan
          R/ Mencegah komplikasi paru
      5. I/ Kalobarasi dalam pemberian oksigen
          R/ Mempertahankan oksigen
2. Gangguan perfusi jaringan otak yang berhubungan dengan perdarahan
   intra cerebral.
        Tujuan :
      Perfusi jaringan otak dapat tercapai secara optimal
   Kriteria hasil :
      -   Klien tidak gelisah
      -   Tidak ada keluhan nyeri kepala, mual, kejang.
      -   GCS 15
      -   Pupil isokor, reflek cahaya (+)
      -   Tanda-tanda vital
   Intervensi dan Rasional
   1. I/ Berikan penjelasan kepada keluarga klien tentang sebab-sebab
      peningkatan TIK dan akibatnya.
      R/ Keluarga lebih berpartisipasi dalam proses penyembuhan
   2. I/ Anjurkan kepada klien untuk bed rest.
      R/ Untuk mencegah perdarahan ulang.
   3. I/ Observasi dan catat tanda-tanda vital dan kelain tekanan intrakranial
      R/ Mengetahui setiap perubahan yang terjadi pada klien secara dini dan
      untuk penetapan tindakan yang tepat.
   4. I/ Berikan posisi kepala lebib tinggi 15-30 dengan letak jantung (beri
      bantal tipis).




                                                                                 14
R/ Mengurangi tekanan arteri dengan meningkatkan draimage vena dan
      memperbaiki sirkulasi serebral.
   5. I/ Ciptakan lingkungan yang tenang dan batasi pengunjung
      R/ Rangsangan aktivitas yang meningkat dapat meningkatkan kenaikan
      TIK.
   6. I/ Kolaborasi dengan tim dokter dalam pemberian obat neuroprotektor.
      R/ Memperbaiki sel yang masih viabel


3. Gangguan mobilitas fisik berhubungan dengan kelemahan fisik
   Tujuan :
      -   Klien     mampu     melaksanakan     aktivitas   fisik   sesuai   dengan
          kemampuannya
   Kriteria hasil
      a. Tidak terjadi kontraktur sendi, Bertabahnya kekuatan otot
      b. Klien menunjukkan tindakan untuk meningkatkan mobilitas.
   Intervensi dan Rasional
   1. I/ Ubah posisi klien tiap 2 jam
      R/ Menurunkan resiko terjadinnya iskemia jaringan akibat sirkulasi darah
      yang jelek pada daerah yang tertekan
   2. I/ Ajarkan klien untuk melakukan latihan gerak aktif pada ekstrimitas yang
      tidak sakit
      R/ Gerakan aktif memberikan massa, tonus dan kekuatan otot serta
      memperbaiki fungsi jantung dan pernapasan
   3. I/ Lakukan gerak pasif pada ekstrimitas yang sakit
      R/ Otot volunter akan kehilangan tonus dan kekuatannya bila tidak dilatih
      digerakkan.
   4. I/ Kolaborasi dengan ahli fisioterapi untuk latihan fisik klien.
      R/ untuk menjaga kekakuan otot.




                                                                                15
4. Gangguan persepsi sensori baerhubungan dengan penurunan sensori
   penurunan penglihatan

  Tujuan :
          Meningkatnya persepsi sensorik secara optimal.


  Kriteria hasil :
     -    Adanya perubahan kemampuan yang nyata
     -    Tidak terjadi disorientasi waktu, tempat, orang
  Intervensi dan Rasional
  1. I/ Tentukan kondisi patologis klien.
     R/ Untuk mengetahui tipe dan lokasi yang mengalami gangguan, sebagai
     penetapan rencana tindakan
  2. I/ Kaji gangguan penglihatan terhadap perubahan persepsi
     R/ Untuk mempelajari kendala yang berhubungan dengan disorientasi
     klien
  3. I/ Latih klien untuk melihat suatu obyek dengan telaten dan seksama
     R/ Agar klien tidak kebingungan dan lebih konsentrasi
  4. I/   Observasi    respon   perilaku    klien,   seperti   menangis,   bahagia,
     bermusuhan, halusinasi setiap saat
     R/ Untuk mengetahui keadaan emosi klien
  5. I/ Berbicaralah dengan klien secara tenang dan gunakan kalimat-kalimat
     pendek
     R/ Untuk memfokuskan perhatian klien, sehingga setiap masalah dapat
     dimengerti.
5. Gangguan komunikasi verbal yang berhubungan dengan penurunan
   sirkulasi darah otak
    Tujuan
     -    Proses komunikasi klien dapat berfungsi secara optimal
   Kriteria hasil
     -    Terciptanya suatu komunikasi dimana kebutuhan klien dapat dipenuhi
     -    Klien mampu merespon setiap berkomunikasi secara verbal maupun
          isarat.



                                                                                16
Intervensi dan Rasional
   1. I/ Berikan metode alternatif komunikasi, misal dengan bahasa isyarat
      R/ Memenuhi kebutuhan komunikasi sesuai dengan kemampuan klien
   2. I/ Antisipasi setiap kebutuhan klien saat berkomunikasi.
      R/ Mencegah rasa putus asa dan ketergantungan pada orang lain
   3. I/ Bicaralah dengan klien secara pelan dan gunakan pertanyaan yang
      jawabannya “ya” atau “tidak”
      R/ Mengurangi kecemasan dan kebingungan pada saat komunikasi
   4. I/ Anjurkan kepada keluarga untuk tetap berkomunikasi dengan klien.
      R/ Mengurangi isolasi sosial dan meningkatkan komunikasi yang efektif
   5. I/ Hargai kemampuan klien dalam berkomunikasi
      R/ Memberi semangat pada klien agar lebih sering melakukan komunikasi
   6. I/ Kolaborasi dengan fisioterapis untuk latihan wicara.
      R/ Melatih klien belajar bicara secara mandiri dengan baik dan benar
6. Kurangnya perawatan diri berhubungan dengan kelemahan fisik
   Tujuan
      -   Kebutuhan perawatan diri klien terpenuhi
  Kriteria hasil
      -   Klien dapat melakukan aktivitas perawatan diri sesuai dengan
          kemampuan klien
      -   Klien dapat mengidentifikasi sumber pribadi/komunitas untuk
  Intervensi Dan Rasional
  1. I/ Tentukan kemampuan dan tingkat kekurangan dalam melakukan
      perawatan diri.
      R/Membantu dalam mengantisipasi/merencanakan pemenuhan kebutuhan
      secara individual
  2. I/ Beri motivasi kepada klien untuk tetap melakukan aktivitas dan beri
      bantuan dengan sikap sungguh.
      R/Meningkatkan harga diri dan semangat untuk berusaha terus-menerus
  3. I/ Hindari melakukan sesuatu untuk klien yang dapat dilakukan klien
      sendiri, tetapi berikan bantuan sesuai kebutuhan.
      R/ Klien mungkin menjadi sangat ketakutan dan sangat tergantung dan
      meskipun bantuan yang diberikan bermanfaat.


                                                                              17
4. I/ Berikan umpan balik yang positif untuk setiap usaha yang dilakukannya
     atau keberhasilannya.
     R/Meningkatkan perasaan makna diri dan kemandirian serta mendorong
     klien untuk berusaha secara kontinyu
  5. I/ Kolaborasi dengan ahli fisioterapi/okupasi
     R/Memberikan bantuan yang mantap untuk mengembangkan rencana
     terapi dan mengidentifikasi kebutuhan alat penyokong khusus
7. Resiko gangguan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan
   dengan kelemahan otot mengunyah dan menelan
   Tujuan
      -    Tidak terjadi gangguan nutrisi
  Kriteria hasil
      -    Berat badan dapat dipertahankan/ditingkatkan
      -    Hb dan albumin dalam batas normal
  Intervensi dan Rasional
  1. I/ Tentukan kemampuan klien dalam mengunyah, menelan dan reflek
      batuk.
      R/ Untuk klien lebih mudah untuk menelan karena gaya gravitasi
  2. I/ Letakkan posisi kepala lebih tinggi pada waktu, seama dan sesudah
      makan.
      R/ Membantu dalam melatih kembali sensori dan meningkatkan kontrol
      muskuler
  3. I/ Stimulasi bibir untuk menutup dan membuka mulut secara manual
      dengan menekan ringan diatas bibir/dibawah gagu jika dibutuhkan.
      R/ Klien dapat berkonsentrasi pada mekanisme makan tanpa adanya
      distraksi/gangguan dari luar
  4. I/ Berikan makan dengan berlahan pada lingkungan yang tenang.
      R/ Makan lunak/cairan kental mudah untuk mengendalikannya didalam
      mulut, menurunkan terjadinya aspirasi
  5. I/ Mulailah untuk memberikan makan peroral setengah cair, makan lunak
      ketika klien dapat menelan air.
      R/    Dapat    meningkatkan       pelepasan   endorfin   dalam   otak   yang
      meningkatkan nafsu makan


                                                                                18
6. I/ Kolaborasi dengan tim dokter untuk memberikan ciran melalui iv atau
      makanan melalui selang.
      R/ Mungkin diperlukan untuk memberikan cairan pengganti dan juga
      makanan jika klien tidak mampu untuk memasukkan segala sesuatu
      melalui mulut.
3.4 Implementasi
          Implementasi merupakan tindakan yang sudah direncanakan dalam
   rencana keperawatan,tindakan keperawatan mencakup tindakan mandiri dan
   tindakan kolaborasi.


3.5 Evaluasi
      Evaluasi perkembangan kesehatan pasien dapat dilihat dari hasilnya,
  tujuannya adalah untuk mengetahui sejauh mana tujuan keperawatan dapat
  dicapai dan memberikan umpan balik terhadap asuhan keperawatan yang telah
  diberikan.




                                                                         19
BAB IV
                                  PENUTUP


4.1 Kesimpulan
            Menurut WHO (1965) dan Karya (1988) dalam Harsono (1993) stroke
   adalah manifestasi klinik dari gangguan fungsi serebral, baik local maupun
   menyeluruh (global), yang berlangsung dengan cepat, berlangsung lebih dari
   24 jam, atau berakhir dengan kematian, tanpa di temukan penyebab selain
   daripada gangguan vaskular. Gangguan peredaran darah otak dapat
   mengakibatkan fungsi otak terganggu dan bila gangguan yang terjadi cukup
   besar dapat mengakibatkan kematian sebagian otak (infark), gejala-gejala
   yang terjadi tergantung pada daerah otak yang di pengaruhi.
            Faktor-faktor resiko stroke antara lain umur, hipertensi, diabetes
   mellitus, arteriosklerosis, penyakit jantung, merokok. Berat otak manusia
   sekitar 1400 gram dan tersusun oleh kurang lebih 100 triliun neuron. Otak
   terdiri dari empat bagian besar yaitu serebrum (otak besar), serebelum (otak
   kecil), brainstem (batang otak), dan diensefalon. Otak menerima 17 % curah
   jantung dan menggunakan 20 % konsumsi oksigen total tubuh manusia untuk
   metabolisme aerobiknya.
4.2 Saran
            Kami dari kelompok mengharapkan saran dari pembaca agar dapat
   member kritik dan saran untuk kesempurnaan makalah Asuhan Keperawatan
   pada klien dengan STROKE




                                                                            20
Daftar Pustaka

Doengoes, M.E.2000, Rencana Asuhan Keperawatan Pedoman untuk
          Perencanaan dan Pendokumentasian Perawatan Pasien, EGC, Jakarta.

Smeltzer, Suzanne C. & Bare, Breda G, Buku Ajar Keperawatan Medikal Bedah
          Bruner & Suddhart. vol 2. Edisi 8. Jakarta. EGC. 2002

http://worldhealth-bokepzz.blogspot.com/2012/03/asuhan-keperawatan-cva-
stroke.html

http://id.scribd.com/doc/122546908/askep-stroke

http://id.scribd.com/doc/52590982/ASKEP-STROKE

http://id.scribd.com/doc/124134593/Askep-Stroke

http://asuhankeperawatan4u.blogspot.com/2012/06/laporan-pendahuluan-
stroke.html

http://mantrinews.blogspot.com/2011/10/laporan-pendahuluan-stroke.html




                                                                          21

More Related Content

What's hot (20)

262578620 laporan-pendahuluan-stroke-non-hemoragik
262578620 laporan-pendahuluan-stroke-non-hemoragik262578620 laporan-pendahuluan-stroke-non-hemoragik
262578620 laporan-pendahuluan-stroke-non-hemoragik
 
Stroke non hemoragik
Stroke non hemoragikStroke non hemoragik
Stroke non hemoragik
 
Kelainan pada sistem saraf
Kelainan pada sistem sarafKelainan pada sistem saraf
Kelainan pada sistem saraf
 
Makalah asuhan keperawatan stroke
Makalah asuhan keperawatan strokeMakalah asuhan keperawatan stroke
Makalah asuhan keperawatan stroke
 
Penanganan pasien pasca stroke (daiku7)
Penanganan pasien pasca stroke (daiku7)Penanganan pasien pasca stroke (daiku7)
Penanganan pasien pasca stroke (daiku7)
 
Askep stroke
Askep strokeAskep stroke
Askep stroke
 
makalah
makalahmakalah
makalah
 
Askep stroke
Askep strokeAskep stroke
Askep stroke
 
Askep stroke
Askep strokeAskep stroke
Askep stroke
 
Lp stroke iwan
Lp stroke iwanLp stroke iwan
Lp stroke iwan
 
68839012 hemiparese
68839012 hemiparese68839012 hemiparese
68839012 hemiparese
 
Askep stroke
Askep strokeAskep stroke
Askep stroke
 
Cidera kepala
Cidera kepalaCidera kepala
Cidera kepala
 
Askep cidera kepala
Askep cidera kepalaAskep cidera kepala
Askep cidera kepala
 
Stroke (Hemoragik)
Stroke (Hemoragik)Stroke (Hemoragik)
Stroke (Hemoragik)
 
Askep cedera kepala
Askep cedera kepalaAskep cedera kepala
Askep cedera kepala
 
Bab ii fix
Bab ii fixBab ii fix
Bab ii fix
 
Cedera kepala
Cedera kepala Cedera kepala
Cedera kepala
 
Askep cidera kepala n cidera tulang belakang
Askep cidera kepala n cidera tulang belakangAskep cidera kepala n cidera tulang belakang
Askep cidera kepala n cidera tulang belakang
 
Makalah trauma kapitis
Makalah  trauma kapitisMakalah  trauma kapitis
Makalah trauma kapitis
 

Viewers also liked

Workbook sin resolver
Workbook sin resolverWorkbook sin resolver
Workbook sin resolverJose Valencia
 
Dimensionamiento de almacenes de materia prima
Dimensionamiento de almacenes de materia primaDimensionamiento de almacenes de materia prima
Dimensionamiento de almacenes de materia primaEngrith Rodriguez
 
Planos despiece cad 201420 12
Planos despiece cad 201420 12Planos despiece cad 201420 12
Planos despiece cad 201420 12Engrith Rodriguez
 
Dimensionamiento de almacenes de producto terminado
Dimensionamiento de almacenes de producto terminadoDimensionamiento de almacenes de producto terminado
Dimensionamiento de almacenes de producto terminadoEngrith Rodriguez
 
Planos conjunto cad 201420 12
Planos conjunto cad 201420 12Planos conjunto cad 201420 12
Planos conjunto cad 201420 12Engrith Rodriguez
 
Hakikat Pembentukan Anak Berkualitas
Hakikat Pembentukan Anak BerkualitasHakikat Pembentukan Anak Berkualitas
Hakikat Pembentukan Anak BerkualitasMichelle Rumawir
 
Dimensionamiento de la zona de producción
Dimensionamiento de la zona de producciónDimensionamiento de la zona de producción
Dimensionamiento de la zona de producciónEngrith Rodriguez
 
asuhan keperawatan pada pasien GOUT
asuhan keperawatan pada pasien GOUTasuhan keperawatan pada pasien GOUT
asuhan keperawatan pada pasien GOUTefridorkerinci
 
Strategi Pembelajaran PAUD
Strategi Pembelajaran PAUDStrategi Pembelajaran PAUD
Strategi Pembelajaran PAUDMichelle Rumawir
 
Dimensionamiento de almacenes de materia prima..
Dimensionamiento de almacenes de materia prima..Dimensionamiento de almacenes de materia prima..
Dimensionamiento de almacenes de materia prima..Engrith Rodriguez
 
Askep stroke non hemoragik
Askep stroke  non hemoragikAskep stroke  non hemoragik
Askep stroke non hemoragikgiafulmuharam
 
Hakikat Profesi Kependidikan
Hakikat Profesi KependidikanHakikat Profesi Kependidikan
Hakikat Profesi KependidikanMichelle Rumawir
 
Pemikiran tokoh-tokoh dan Teori mengenai Pendidikan Anak Usia Dini
Pemikiran tokoh-tokoh dan Teori mengenai Pendidikan Anak Usia DiniPemikiran tokoh-tokoh dan Teori mengenai Pendidikan Anak Usia Dini
Pemikiran tokoh-tokoh dan Teori mengenai Pendidikan Anak Usia DiniMichelle Rumawir
 

Viewers also liked (19)

Askep gadar trauma kapitis
Askep gadar trauma kapitisAskep gadar trauma kapitis
Askep gadar trauma kapitis
 
Woc GOUT
Woc GOUTWoc GOUT
Woc GOUT
 
Workbook sin resolver
Workbook sin resolverWorkbook sin resolver
Workbook sin resolver
 
Stroke
StrokeStroke
Stroke
 
Dimensionamiento de almacenes de materia prima
Dimensionamiento de almacenes de materia primaDimensionamiento de almacenes de materia prima
Dimensionamiento de almacenes de materia prima
 
Milk
MilkMilk
Milk
 
Planos despiece cad 201420 12
Planos despiece cad 201420 12Planos despiece cad 201420 12
Planos despiece cad 201420 12
 
Bab 1 askep gout
Bab 1 askep goutBab 1 askep gout
Bab 1 askep gout
 
Dimensionamiento de almacenes de producto terminado
Dimensionamiento de almacenes de producto terminadoDimensionamiento de almacenes de producto terminado
Dimensionamiento de almacenes de producto terminado
 
Planos conjunto cad 201420 12
Planos conjunto cad 201420 12Planos conjunto cad 201420 12
Planos conjunto cad 201420 12
 
Hakikat Pembentukan Anak Berkualitas
Hakikat Pembentukan Anak BerkualitasHakikat Pembentukan Anak Berkualitas
Hakikat Pembentukan Anak Berkualitas
 
Dimensionamiento de la zona de producción
Dimensionamiento de la zona de producciónDimensionamiento de la zona de producción
Dimensionamiento de la zona de producción
 
asuhan keperawatan pada pasien GOUT
asuhan keperawatan pada pasien GOUTasuhan keperawatan pada pasien GOUT
asuhan keperawatan pada pasien GOUT
 
Strategi Pembelajaran PAUD
Strategi Pembelajaran PAUDStrategi Pembelajaran PAUD
Strategi Pembelajaran PAUD
 
Dimensionamiento de almacenes de materia prima..
Dimensionamiento de almacenes de materia prima..Dimensionamiento de almacenes de materia prima..
Dimensionamiento de almacenes de materia prima..
 
Kista ovarium
Kista ovariumKista ovarium
Kista ovarium
 
Askep stroke non hemoragik
Askep stroke  non hemoragikAskep stroke  non hemoragik
Askep stroke non hemoragik
 
Hakikat Profesi Kependidikan
Hakikat Profesi KependidikanHakikat Profesi Kependidikan
Hakikat Profesi Kependidikan
 
Pemikiran tokoh-tokoh dan Teori mengenai Pendidikan Anak Usia Dini
Pemikiran tokoh-tokoh dan Teori mengenai Pendidikan Anak Usia DiniPemikiran tokoh-tokoh dan Teori mengenai Pendidikan Anak Usia Dini
Pemikiran tokoh-tokoh dan Teori mengenai Pendidikan Anak Usia Dini
 

Similar to Bab ii

STROKE - IKA RAHMI LUBIS - LAPKAS.pdf.pdf
STROKE - IKA RAHMI LUBIS - LAPKAS.pdf.pdfSTROKE - IKA RAHMI LUBIS - LAPKAS.pdf.pdf
STROKE - IKA RAHMI LUBIS - LAPKAS.pdf.pdfwildafidya
 
STROKE NEW (1).pptxmmmmmmmmmmmmmmmmmmmmmmmmmmmmmm
STROKE NEW (1).pptxmmmmmmmmmmmmmmmmmmmmmmmmmmmmmmSTROKE NEW (1).pptxmmmmmmmmmmmmmmmmmmmmmmmmmmmmmm
STROKE NEW (1).pptxmmmmmmmmmmmmmmmmmmmmmmmmmmmmmmjuniati14
 
Ppt stroke 2
Ppt stroke 2Ppt stroke 2
Ppt stroke 2riaasof
 
PERDARAHAN_INTRAKRANIAL.docx
PERDARAHAN_INTRAKRANIAL.docxPERDARAHAN_INTRAKRANIAL.docx
PERDARAHAN_INTRAKRANIAL.docxSuriatiSalahuddin
 
TUGAS HOME CARE MASYARAKAT PESISIR.docx
TUGAS HOME CARE MASYARAKAT PESISIR.docxTUGAS HOME CARE MASYARAKAT PESISIR.docx
TUGAS HOME CARE MASYARAKAT PESISIR.docxandrimitra
 
Patofisiologi stroke iskemik akibat trombus
Patofisiologi stroke iskemik akibat trombusPatofisiologi stroke iskemik akibat trombus
Patofisiologi stroke iskemik akibat trombusA Adriyani Akbar
 
Ways the brain is injured (autosaved)
Ways the brain is injured (autosaved)Ways the brain is injured (autosaved)
Ways the brain is injured (autosaved)ami223
 
Ways the brain is injured (autosaved)
Ways the brain is injured (autosaved)Ways the brain is injured (autosaved)
Ways the brain is injured (autosaved)ami223
 

Similar to Bab ii (16)

Ca
CaCa
Ca
 
Kelainan pada sistem saraf
Kelainan pada sistem sarafKelainan pada sistem saraf
Kelainan pada sistem saraf
 
STROKE - IKA RAHMI LUBIS - LAPKAS.pdf.pdf
STROKE - IKA RAHMI LUBIS - LAPKAS.pdf.pdfSTROKE - IKA RAHMI LUBIS - LAPKAS.pdf.pdf
STROKE - IKA RAHMI LUBIS - LAPKAS.pdf.pdf
 
STROKE NEW (1).pptxmmmmmmmmmmmmmmmmmmmmmmmmmmmmmm
STROKE NEW (1).pptxmmmmmmmmmmmmmmmmmmmmmmmmmmmmmmSTROKE NEW (1).pptxmmmmmmmmmmmmmmmmmmmmmmmmmmmmmm
STROKE NEW (1).pptxmmmmmmmmmmmmmmmmmmmmmmmmmmmmmm
 
Askep strok
Askep strokAskep strok
Askep strok
 
Stroke
StrokeStroke
Stroke
 
Sistem saraf
Sistem sarafSistem saraf
Sistem saraf
 
Ppt stroke 2
Ppt stroke 2Ppt stroke 2
Ppt stroke 2
 
PERDARAHAN_INTRAKRANIAL.docx
PERDARAHAN_INTRAKRANIAL.docxPERDARAHAN_INTRAKRANIAL.docx
PERDARAHAN_INTRAKRANIAL.docx
 
Makalah stroke
Makalah strokeMakalah stroke
Makalah stroke
 
TUGAS HOME CARE MASYARAKAT PESISIR.docx
TUGAS HOME CARE MASYARAKAT PESISIR.docxTUGAS HOME CARE MASYARAKAT PESISIR.docx
TUGAS HOME CARE MASYARAKAT PESISIR.docx
 
Patofisiologi stroke iskemik akibat trombus
Patofisiologi stroke iskemik akibat trombusPatofisiologi stroke iskemik akibat trombus
Patofisiologi stroke iskemik akibat trombus
 
Askep ckr
Askep ckrAskep ckr
Askep ckr
 
Ways the brain is injured (autosaved)
Ways the brain is injured (autosaved)Ways the brain is injured (autosaved)
Ways the brain is injured (autosaved)
 
Ways the brain is injured (autosaved)
Ways the brain is injured (autosaved)Ways the brain is injured (autosaved)
Ways the brain is injured (autosaved)
 
440097912-ppt-herniasi.pptx
440097912-ppt-herniasi.pptx440097912-ppt-herniasi.pptx
440097912-ppt-herniasi.pptx
 

Bab ii

  • 1. BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Stroke adalah infark regional kortikal, subkortikal atau pun infark regional di batang otak yang terjadi karena kawasan perdarahan atau penyumbatan suatu arteri sehingga jatah oksigen tidak dapat disampaikan kebagian otak tertentu. Stroke merupakan penyebab utama kecacatan pada orang dewasa. Empat juta orang amerika mengalami defisit neurologi akibat stroke ; dua pertiga dari defisit ini bersifat sedang sampai parah. Kemungkinan meninggal akibat stroke inisial adalah 30% sampai 35% dan kemungkinan kecacatan mayor pada orang yang selamat adalah 35% sampai 40%. Sekitar sepertiga dari semua pasien yang selamat dari stroke akan mengalami stroke ulangan pada tahun pertama. Secara umum stroke dapat dibagi menjadi dua . Pertama stroke non hemoragic yaitu stroke yang disebabkan oleh penyumbatan pada pembuluh darah di otak. Kedua stroke hemoragik yaitu stroke yang disebabkan oleh pecahnya pembuluh darah diotak. Faktor-faktor resiko stroke antara lain umur, hipertensi, diabetes mellitus, arteriosklerosis, penyakit jantung, merokok. Berat otak manusia sekitar 1400 gram dan tersusun oleh kurang lebih 100 triliun neuron. Otak terdiri dari empat bagian besar yaitu serebrum (otak besar), serebelum (otak kecil), brainstem (batang otak), dan diensefalon. Otak menerima 17 % curah jantung dan menggunakan 20 % konsumsi oksigen total tubuh manusia untuk metabolisme aerobiknya. Otak diperdarahi oleh dua pasang arteri yaitu arteri karotis interna dan arteri vertebralis. Da dalam rongga kranium, keempat arteri ini saling berhubungan dan membentuk sistem anastomosis, yaitu sirkulus Willis. Darah vena dialirkan dari otak melalui dua sistem : kelompok vena interna, yang mengumpulkan darah ke Vena galen dan sinus rektus, dan kelompok vena eksterna yang terletak di permukaan hemisfer otak, dan mencurahkan darah, ke sinus sagitalis superior dan sinus-sinus basalis lateralis, dan seterusnya ke vena-vena jugularis, dicurahkan menuju ke jantung. Kenaikan darah yang “abrupt” atau kenaikan dalam jumlah yang secara mencolok dapat menginduksi pecahnya pembuluh darah terutama pada pagi hari 1
  • 2. dan sore hari yang menjadi penyebab terjadinya stroke. Kematian dapat disebabkan oleh kompresi batang otak, hemisfer otak, dan perdarahan batang otak sekunder atau ekstensi perdarahan ke batang otak. Perembesan darah ke ventrikel otak terjadi pada sepertiga kasus perdarahan otak di nukleus kaudatus, talamus dan pons. Dengan demikian pada penderita stroke diperlukan asuhan keperawatan yang komprehensif dan paripurna. Melihat fenomena di atas, storke merupakan penyakit yang menjadi momok bagi manusia. Selain itu, stroke menyerang dengan tiba-tiba. Orang yang menderita stroke sering tidak menyadari bahwa dia terkena stroke. Tiba-tiba saja, penderita merasakan dan mengalami kelainan seperti lumpuh pada sebagian sisi tubuhnya, bicara pelo, pandangan kabur, dan lain sebagainya tergantung bagian otak mana yang terkena. Oleh karena itu penting bagi kita perawat bagian dari tenaga medis untuk mempelajari tentang patofisologi, mekanisme, manifestasi klinis, prosedur diagnostik dan asuhan keperawatan yang harus di berikan pada pasien stroke. 1.2. Tujuan Setelah melaksanakan asuhan keperawatan pada stroke diharapkan mahasiswa mampu : a. Mengetahui dan mempelajari lebih dalam mengenai stroke. b. Mengetahui tata laksana dan asuhan keperawatan yang diberikan. c. Memberikan asuhan keperawatan yang komprehensif dan paripurna kepada pasien stroke. 1.3. Manfaat. 1. Bagi Mahasiswa Mahasiswa mampu memberikan asuhan keperawatan kepada pasien stroke. 2. Bagi Institusi Pendidikan Dapat di gunakan sebagai literatur di perpustakaan dan dapat memberi informasi kepada para pembaca untuk menambah wawasan dan pengetahuan. 2
  • 3. BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Pengertian Stroke atau cedera cerebrovaskuler adalah kehilangan fungsi otak yang diakibatkan oleh berhentinya suplai darah ke bagian otak sering ini adalah kulminasi penyakit serebrovaskuler selama beberapa tahun. (Smeltzer C. Suzanne, 2002). Stroke adalah kehilangan fungsi otak secara mendadak yang disebabkan oleh gangguan suplai darah ke bagian otak (Brunner & Suddart:2002). Menurut ( Marilyn E, Doenges : 2000) stroke / penyakit serebrovaskuler menunjukkan adanya beberapa kelainan otak ba secara fungsional maupun structural yang disebabkan oleh keadaan patologis dari pembuluh darah serebral atau dari seluruh system pembuluh darah otak. Menurut WHO (1965) dan Karya (1988) dalam Harsono (1993) stroke adalah manifestasi klinik dari gangguan fungsi serebral, baik local maupun menyeluruh (global), yang berlangsung dengan cepat, berlangsung lebih dari 24 jam, atau berakhir dengan kematian, tanpa di temukan penyebab selain daripada gangguan vaskular. Gangguan peredaran darah otak dapat mengakibatkan fungsi otak terganggu dan bila gangguan yang terjadi cukup besar dapat mengakibatkan kematian sebagian otak (infark), gejala-gejala yang terjadi tergantung pada daerah otak yang di pengaruhi. 2.2. Etiologi Penyebab-penyebabnya antara lain: 1. Trombosis (bekuan cairan di dalam pembuluh darah otak). Merupakan penyebab stroke yang paling sering di temui yaitu 40% dari semua kasus stroke yang telah dibuktikan oleh ahli patologis. Biasanya berkaitan erat dengan kerusakan lokal dinding pembuluh darah akibat aterosklerosis. 2. Embolisme cerebral (bekuan darah atau material lain). Kebanyakan emboli serebri berasal dari suatu flowess dalam jantung sehingga masalah yang dihadapi sesungguhnya merupakan perwujudan dari penyakit jantung. 3. Iskemia (Penurunan aliran darah ke area otak). (Smeltzer C. Suzanne, 2002) 3
  • 4. 4. Hemoragi Perdarahan intracranial atau intra serebral termasuk perdarahan dalam ruang subaracnoid atau kedalam jaringan otak sendiri. Perdarahan ini dapat terjadi karena aterosklerosis dan hipertensi. Akibat pecahnya pembuluh darah otak menyebabkan perembesan darah ke dalam parenkim otak yang dapat mengakibatkan penekanan, pergeseran dan pemisahan jaringan otak yang berdekatan, sehingga otak akan membengkak, jaringan otak tertekan, sehingga terjadi infark otak, odema dan mungkin herniasi otak. 2.3. Faktor resiko pada stroke : 1. Hipertensi 2. Penyakit kardiovaskuler: arteria koronaria, gagal jantung kongestif, fibrilasi atrium, penyakit jantung kongestif) 3. Kolesterol tinggi 4. Obesitas 5. Diabetes Melitus (berkaitan dengan aterogenesis terakselerasi) 6. Peningkatan hematokrit ( resiko infark serebral) 7. Kontrasepasi oral( khususnya dengan disertai hipertensi, merkok, dan kadar estrogen tinggi) 8. Penyalahgunaan obat ( kokain) 9. Konsumsi alkohol (Smeltzer C. Suzanne, 2002). 2.4. Tanda dan gejala Menurut Pujianto (2008), stroke dapat menyebabkan berbagai defisit neurologik,bergantung pada lokasi lesi(pembuluh darah mana yang tersumbat),ukuran area yang perfusinya tidak adekuat , dan jumlah aliran darah kolateral (sekunder atau aksesori). Tanda dan gejala ini muncul pada penderita stroke antara lain : 1. Kehilangan motorik : hemipelgi (paralisys pada suatu sisi) karena lesi pada sesi otak yang berlawanan, hemiparesis atau kelemahan salah satu sisi tubuh. 4
  • 5. 2. kehilangan komunikasi:disartria (kesulitan bicara),disfasia atau afasia (bicara deektif atau kehilangan bicara), apraksia (ketidakmampuan untuk melakukan tindakan yang dipelajari sebelumnya). 3. Gangguan perse psi : disfungsi persepsi visual,gangguan hubungan visual spasial,kehilangan sensori. 4. Kerusakan fungsi kognitif dan efek psikologis. 5. Disfungsi kandung kemih. 2.5. Patofisiologi Iskemia disebabkan oleh adanya penyumbatan aliran darah otak oleh thrombus atau embolus. Trombus umumnya terjadi karena berkembangnya aterosklerosis pada dinding pembuluh darah, sehingga arteri menjadi tersumbat, aliran darah ke area thrombus menjadi berkurang, menyebabkan iskemia kemudian menjadi kompleks iskemia akhirnya terjadi infark pada jaringan otak. Emboli disebabkan oleh embolus yang berjalan menuju arteri serebral melalui arteri karotis. Terjadinya blok pada arteri tersebut menyebabkan iskemia yang tiba-tiba berkembang cepat dan terjadi gangguan neurologist fokal. Perdarahan otak dapat disebabkan oleh pecahnya dinding pembuluh darah oleh emboli. Pembuluh darah otak yang pecah menyebabkan darah mengalir ke substansi atau ruangan subarachnoid yang menimbulkan perubahan komponen intracranial yang seharusnya konstan. Adanya perubahan komponen intracranial yang tidak dapat dikompensasi tubuh akan menimbulkan peningkatan TIK yang bila berlanjut akan menyebabkan herniasi otak sehingga timbul kematian. Di samping itu, darah yang mengalir ke substansi otak atau ruang subarachnoid dapat menyebabkan edema, spasme pembuluh darah otak dan penekanan pada daerah tersebut menimbulkan aliran darah berkurang atau tidak ada sehingga terjadi nekrosis jaringan otak 5
  • 7. 2.7. Klasifikasi Klasifikasi dari stroke ada dua macam, menurut Lanny Sustiani, Syamsir Alam dan Iwan Hadibroto (2003), adalah : 1. Stroke Non Haemorragic Stroke disebabkan oleh faktor-faktor sebagai berikut : a. Menumpuknya lemak pada pembuluh darah yang menyebabkan mulai terjadinya pembekuan darah. b. Benda asing dalam pembuluh darah jantung c. Adanya lubang pada pembuluh darah sehingga darah bocor yang mengakibatkan aliran darah ke otak berkurang. 2. Stroke Haemorragic Stroke ini disebabkan karena salah satu pembuluh darah di otak bocor atau pecah sehingga darah mengisi ruang sel-sel otak. a. Darah tinggi yang dapat menyebabkan pembuluh darah pecah b. Peleburan pada pembuluh darah yang menyebabkan pembuluh darah pecah. c. Tumor pada pembuluh darah 2.8. Manifestasi klinis 1. Stroke Hemoragik a. Perdarahan Intraserebral - Tidak jelas, kecuali nyeri kepala hebat karena hipertensi. - Serangan terjadi pada siang hari, saat beraktifitas, dan emosi atau marah. - Mual atau muntah pada permulaan serangan. - Hemiparesis atau hemiplegia terjadi sejak awal serangan. - Kesadaran menurun dengan cepat dan menjadi koma (65 % terjadi < ½ jam-2 jam, < 2 % terjadi setelah 2 jam-19 hari). b. Perdarahan Subaracnoid - Nyeri kepala hebat dan mendadak. - Kesadaran sering terganggu dan sangat bervariasi. - Ada gejala atau tanda meningeal. - Papiledema terjadi bila ada perdarahan subaracnoid karena pecahnya aneurisma pada arteri komunikan anterior atau arteri karotis interna. 7
  • 8. 2. Stroke non hemoragik a. Kesadaran umumnya baik. b. Terjadi pada usia > 50 tahun. c. Gejala neurologis yang timbul bergantung pada berat ringannya gangguan pembuluh darah dan lokasinya. d. Defisit neurologis mendadak, didahulu gejala prodromal yang terjadi pada saat istirahat atau bangun pagi. 2.9. Pemeriksaan penunjang a. Pemeriksaan radiologi 1. CT scan : didapatkan hiperdens fokal, kadang-kadang masuk ventrikel, atau menyebar ke permukaan otak. (Linardi Widjaja, 1993). 2. MRI : untuk menunjukkan area yang mengalami hemoragik. (Marilynn E. Doenges, 2000). 3. Angiografi serebral : untuk mencari sumber perdarahan seperti aneurisma atau malformasi vaskuler. (Satyanegara, 1998). 4. Pemeriksaan foto thorax : dapat memperlihatkan keadaan jantung, apakah terdapat pembesaran ventrikel kiri yang merupakan salah satu tanda hipertensi kronis pada penderita stroke. (Jusuf Misbach, 1999) b. Pemeriksaan laboratorium Pungsi lumbal : pemeriksaan likuor yang merah biasanya dijumpai pada perdarahan yang masif, sedangkan perdarahan yang kecil biasanya warna likuor masih normal (xantokhrom) sewaktu hari-hari pertama. (Satyanegara, 1998). c. Pemeriksaan darah rutin d. Pemeriksaan kimia darah. Pada stroke akut dapat terjadi hiperglikemia. Gula darah dapat mencapai 250 mg dalajm serum dan kemudian berangsur-angsur turun kembali. (Jusuf Misbach, 1999). e. Pemeriksaan darah lengkap : unutk mencari kelainan pada darah itu sendiri. (Linardi Widjaja, 1993) 8
  • 9. 2.10. Komplikasi 1. Hipoksia Serebral. 2. Aliran darah serebral. 3. Embolisme serebral. Dapat terjadi setelah infark miokard akut atau fibrilasi atrium atau dapat berasal dari katup jantung postetik. 4. Herniasi otak 5. Koma 6. Kematian 2.11. Penatalaksanaan Menurut Listiono D (1998 : 113) penderita yang mengalami stroke dengan infark yang luas melibatkan sebagian besar hemisfer dan disertai adanya hemiplagia kontra lateral hemianopsia, selama stadium akut memerlukan penanganan medis dan perawatan yang didasari beberapa prinsip: a. Penatalaksanaan Medis Secara praktis penanganan terhadap ischemia serebri adalah : 1. Penanganan suportif imun - Pemeliharaan jalan nafas dan ventilasi yang adekuat. - Pemeliharaan volume dan tekanan darah yang kuat. - Koreksi kelainan gangguan antara lain payah jantung atau aritmia. 2. Meningkatkan darah cerebral (pada stroke non hemoragi) - Elevasi tekanan darah - Intervensi bedah - Ekspansi volume intra vaskuler - Anti koagulan 3. Pengontrolan tekanan intracranial - Obat anti edema serebri steroid - Proteksi cerebral (barbitura) Sedangkan menurut Lumban Tobing (2002 : 2) macam-macam obat yang digunakan : 1. Obat anti agregrasi trombosit (aspirasi) 2. Obat anti koagulasi : heparin. 9
  • 10. 3. Obat trombolik (obat yang dapat menghancurkan trombus). 4. Obat untuk edema otak (larutan manitol 20%, obat dexametason) b. Penatalaksanaan Keperawatan - Posisi kepala dan badan atas 20-30 derajat, posisi miring jika muntah dan boleh dimulai mobilisasi bertahap jika hemodinamika stabil - Tanda-tanda vital diusahakan stabil - Bed rest - Hindari kenaikan suhu, batuk, konstipasi, atau suction berlebih yang dapat meningkatkan TIK - Nutrisi per oral hanya diberikan jika fungsi menelan baik. Jika kesadaran menurun atau ada gangguan menelan sebaiknya dipasang NGT - Bila penderita tidak mampu menggunakan anggota gerak, gerakkan tiap anggota gerak secara pasif seluas geraknya. - Berikan pengaman pada tempat tidur untuk mencegah pasien jatuh. c. Perawatan pasca stroke oleh keluarga di rumah Fisioterapi mutlak dilakukan secara rutin baik oleh fisoterapis maupun keluarga dirumah sesering mungkin yang masih bisa ditoleransi oleh penderita dengan penuh kesabaran dan jangan lupa kasih sayang, memang waktu yang diperlukan cukup panjang dengan hasil yang sangat lambat namun banyak keluarga pasien yang sabar dengan prosedur ini mendapatkan level fungsional yang cukup baik (Pambudi, 2010). Beberapa pasien stroke terkadang mengalami kesulitan menelan dan keluarga menganggap pasien tidak mau makan dan membiarkannya sehingga pasien jatuh dalam kondisi gizi buruk bahkan dehiderasi yang dapat mengganggu pemulihan, pasien-pasien ini dapat dibantu dengan sonde di rumah sambil dilatih untuk dapat menelan dan seringkali hal ini berhasil. Penderita stroke karena disabilitasnya sering jatuh dalam depresi, pendampingan dan dukungan keluarga serta semangat dari keluarga akan sangat menolong pemulihan. 10
  • 11. BAB III Asuhan Keperawatan Teoritis 3.1 Pengkajian 3.1.1. Indensitas Nama, TTL, agama, status perkawinan, alamat, jenis kelamin, pendidikan, no. MR, diagnosa medis. Identitas penanggung jawab : nama, umur, jenis kelamin, agama, pendididkan, pekerjaan, hubungan dengan klien, dan alamat. 3.1.2. Keluhan utama. Biasanya didapatkan kelemahan anggota gerak sebelah badan, bicara pelo, dan tidak dapat berkomunikasi. (Jusuf Misbach, 1999). 3.1.3. Riwayat penyakit sekarang Serangan stroke seringkali berlangsung sangat mendadak, pada saat klien sedang melakukan aktivitas. Biasanya terjadi nyeri kepala, mual, muntah bahkan kejang sampai tidak sadar, disamping gejala kelumpuhan separoh badan atau gangguan fungsi otak yang lain. (Siti Rochani, 2000) 3.1.4. Riwayat penyakit dahulu Biasanya ada riwayat hipertensi, diabetes militus, penyakit jantung, anemia, riwayat trauma kepala, kontrasepsi oral yang lama, penggunaan obat-obat anti koagulan, aspirin, vasodilator, obat-obat adiktif, kegemukan. (Donna D. Ignativicius, 1995) 3.1.5. Riwayat penyakit keluarga Biasanya ada riwayat keluarga yang menderita hipertensi ataupun diabetes militus. (Hendro Susilo, 2000). 3.1.6. Data psikososial Stroke memang suatu penyakit yang sangat mahal. Biaya untuk pemeriksaan, pengobatan dan perawatan dapat mengacaukan keuangan keluarga sehingga faktor biaya ini dapat mempengaruhi stabilitas emosi dan pikiran klien dan keluarga. 11
  • 12. 3.1.7. Data ekonomi Biasanya dapat meenyerang kalangan ekonomi tinggi maupun ekonomi rendah. 3.1.8. Pola aktivitas Biasanya ada kesukaran untuk beraktivitas karena kelemahan, kehilangan sensori atau paralise/ hemiplegi, mudah lelah. 3.1.9. Pemeriksaan fisik a. Keadaan umum 1. Kesadaran : pada umumnya mengelami penurunan kesadaran 2. Suara bicara : kadang mengalami gangguan yaitu sukar dimengerti, kadang tidak bisa bicara 3. Tanda-tanda vital : biasanya tekanan darah meningkat, denyut nadi bervariasi b. Pemeriksaan integumen 1. Kulit : jika klien kekurangan O2 kulit biasanya akan tampak pucat dan jika kekurangan cairan maka turgor kulit kan jele. 2. Kuku : perlu dilihat biasanya ada clubbing finger, cyanosis 3. Rambut : umumnya tidak ada kelainan c. Pemeriksaan kepala dan leher 1. Kepala : biasanya bentuk normocephalik 2. Muka : biasanya tidak simetris yaitu mencong ke salah satu sisi 3. Leher : kaku kuduk jarang terjadi (Satyanegara, 1998) d. Pemeriksaan dada Biasanya pada pernafasan kadang didapatkan suara nafas terdengar ronchi, wheezing ataupun suara nafas tambahan, pernafasan tidak teratur akibat penurunan refleks batuk dan menelan. e. Pemeriksaan abdomen Biasanya didapatkan penurunan peristaltik usus akibat bed rest yang lama, dan kadang terdapat kembung. f. Pemeriksaan inguinal, genetalia, anus. Biasanya terdapat incontinensia atau retensio urine 12
  • 13. g. Pemeriksaan ekstremitas Biasanya didapatkan kelumpuhan pada salah satu sisi tubuh. h. Pemeriksaan neurologi 1. Pemeriksaan nervus cranialis Umumnya terdapat gangguan nervus cranialis VII dan XII central. 2. Pemeriksaan motorik. Hampir selalu terjadi kelumpuhan/kelemahan pada salah satu sisi tubuh. 3. Pemeriksaan sensorik Dapat terjadi hemihipestesi. 4. Pemeriksaan refleks Pada fase akut reflek fisiologis sisi yang lumpuh akan menghilang. Setelah beberapa hari refleks fisiologis akan muncul kembali didahuli dengan refleks patologis.(Jusuf Misbach, 1999). 3.2. Diagnosa keperawatassn 1. Bersihan Jalan Nafas Tidak Efektif b/d Obstruksi jalan nafas 2. Gangguan perfusi jaringan otak yang berhubungan dengan perdarahan intra cerebral. 3. Gangguan mobilitas fisik berhubungan dengan kelemahan fisik 4. Gangguan persepsi sensori baerhubungan dengan penurunan sensori penurunan penglihatan 5. Gangguan komunikasi verbal yang berhubungan dengan penurunan sirkulasi darah otak 6. Kurangnya perawatan diri berhubungan dengan kelemahan fisik 7. Resiko gangguan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan dengan kelemahan otot mengunyah dan menelan 3.3 Intervensi 1. Bersihan Jalan Nafas Tidak Efektif b/d Obstruksi jalan nafas Tujuan: masalah pola nafas tidak efektif teatasi Kreteria hasil: Klien mengatakan tidak sesak lagi Tidak menggunakan alat bantu nafas 13
  • 14. Intervensi 1. I/ Monitor bunyi nafas R/ Indikasi menentukan gangguan pernafasan 2. I/ Pertahankan intek cairan R/ Membantu mengercerkan secret 3. I/ Mobilisasi klen R/ Mempertahankan sirkulasi 4. I/ Berikan pendidikan keshatan R/ Mencegah komplikasi paru 5. I/ Kalobarasi dalam pemberian oksigen R/ Mempertahankan oksigen 2. Gangguan perfusi jaringan otak yang berhubungan dengan perdarahan intra cerebral. Tujuan : Perfusi jaringan otak dapat tercapai secara optimal Kriteria hasil : - Klien tidak gelisah - Tidak ada keluhan nyeri kepala, mual, kejang. - GCS 15 - Pupil isokor, reflek cahaya (+) - Tanda-tanda vital Intervensi dan Rasional 1. I/ Berikan penjelasan kepada keluarga klien tentang sebab-sebab peningkatan TIK dan akibatnya. R/ Keluarga lebih berpartisipasi dalam proses penyembuhan 2. I/ Anjurkan kepada klien untuk bed rest. R/ Untuk mencegah perdarahan ulang. 3. I/ Observasi dan catat tanda-tanda vital dan kelain tekanan intrakranial R/ Mengetahui setiap perubahan yang terjadi pada klien secara dini dan untuk penetapan tindakan yang tepat. 4. I/ Berikan posisi kepala lebib tinggi 15-30 dengan letak jantung (beri bantal tipis). 14
  • 15. R/ Mengurangi tekanan arteri dengan meningkatkan draimage vena dan memperbaiki sirkulasi serebral. 5. I/ Ciptakan lingkungan yang tenang dan batasi pengunjung R/ Rangsangan aktivitas yang meningkat dapat meningkatkan kenaikan TIK. 6. I/ Kolaborasi dengan tim dokter dalam pemberian obat neuroprotektor. R/ Memperbaiki sel yang masih viabel 3. Gangguan mobilitas fisik berhubungan dengan kelemahan fisik Tujuan : - Klien mampu melaksanakan aktivitas fisik sesuai dengan kemampuannya Kriteria hasil a. Tidak terjadi kontraktur sendi, Bertabahnya kekuatan otot b. Klien menunjukkan tindakan untuk meningkatkan mobilitas. Intervensi dan Rasional 1. I/ Ubah posisi klien tiap 2 jam R/ Menurunkan resiko terjadinnya iskemia jaringan akibat sirkulasi darah yang jelek pada daerah yang tertekan 2. I/ Ajarkan klien untuk melakukan latihan gerak aktif pada ekstrimitas yang tidak sakit R/ Gerakan aktif memberikan massa, tonus dan kekuatan otot serta memperbaiki fungsi jantung dan pernapasan 3. I/ Lakukan gerak pasif pada ekstrimitas yang sakit R/ Otot volunter akan kehilangan tonus dan kekuatannya bila tidak dilatih digerakkan. 4. I/ Kolaborasi dengan ahli fisioterapi untuk latihan fisik klien. R/ untuk menjaga kekakuan otot. 15
  • 16. 4. Gangguan persepsi sensori baerhubungan dengan penurunan sensori penurunan penglihatan Tujuan : Meningkatnya persepsi sensorik secara optimal. Kriteria hasil : - Adanya perubahan kemampuan yang nyata - Tidak terjadi disorientasi waktu, tempat, orang Intervensi dan Rasional 1. I/ Tentukan kondisi patologis klien. R/ Untuk mengetahui tipe dan lokasi yang mengalami gangguan, sebagai penetapan rencana tindakan 2. I/ Kaji gangguan penglihatan terhadap perubahan persepsi R/ Untuk mempelajari kendala yang berhubungan dengan disorientasi klien 3. I/ Latih klien untuk melihat suatu obyek dengan telaten dan seksama R/ Agar klien tidak kebingungan dan lebih konsentrasi 4. I/ Observasi respon perilaku klien, seperti menangis, bahagia, bermusuhan, halusinasi setiap saat R/ Untuk mengetahui keadaan emosi klien 5. I/ Berbicaralah dengan klien secara tenang dan gunakan kalimat-kalimat pendek R/ Untuk memfokuskan perhatian klien, sehingga setiap masalah dapat dimengerti. 5. Gangguan komunikasi verbal yang berhubungan dengan penurunan sirkulasi darah otak Tujuan - Proses komunikasi klien dapat berfungsi secara optimal Kriteria hasil - Terciptanya suatu komunikasi dimana kebutuhan klien dapat dipenuhi - Klien mampu merespon setiap berkomunikasi secara verbal maupun isarat. 16
  • 17. Intervensi dan Rasional 1. I/ Berikan metode alternatif komunikasi, misal dengan bahasa isyarat R/ Memenuhi kebutuhan komunikasi sesuai dengan kemampuan klien 2. I/ Antisipasi setiap kebutuhan klien saat berkomunikasi. R/ Mencegah rasa putus asa dan ketergantungan pada orang lain 3. I/ Bicaralah dengan klien secara pelan dan gunakan pertanyaan yang jawabannya “ya” atau “tidak” R/ Mengurangi kecemasan dan kebingungan pada saat komunikasi 4. I/ Anjurkan kepada keluarga untuk tetap berkomunikasi dengan klien. R/ Mengurangi isolasi sosial dan meningkatkan komunikasi yang efektif 5. I/ Hargai kemampuan klien dalam berkomunikasi R/ Memberi semangat pada klien agar lebih sering melakukan komunikasi 6. I/ Kolaborasi dengan fisioterapis untuk latihan wicara. R/ Melatih klien belajar bicara secara mandiri dengan baik dan benar 6. Kurangnya perawatan diri berhubungan dengan kelemahan fisik Tujuan - Kebutuhan perawatan diri klien terpenuhi Kriteria hasil - Klien dapat melakukan aktivitas perawatan diri sesuai dengan kemampuan klien - Klien dapat mengidentifikasi sumber pribadi/komunitas untuk Intervensi Dan Rasional 1. I/ Tentukan kemampuan dan tingkat kekurangan dalam melakukan perawatan diri. R/Membantu dalam mengantisipasi/merencanakan pemenuhan kebutuhan secara individual 2. I/ Beri motivasi kepada klien untuk tetap melakukan aktivitas dan beri bantuan dengan sikap sungguh. R/Meningkatkan harga diri dan semangat untuk berusaha terus-menerus 3. I/ Hindari melakukan sesuatu untuk klien yang dapat dilakukan klien sendiri, tetapi berikan bantuan sesuai kebutuhan. R/ Klien mungkin menjadi sangat ketakutan dan sangat tergantung dan meskipun bantuan yang diberikan bermanfaat. 17
  • 18. 4. I/ Berikan umpan balik yang positif untuk setiap usaha yang dilakukannya atau keberhasilannya. R/Meningkatkan perasaan makna diri dan kemandirian serta mendorong klien untuk berusaha secara kontinyu 5. I/ Kolaborasi dengan ahli fisioterapi/okupasi R/Memberikan bantuan yang mantap untuk mengembangkan rencana terapi dan mengidentifikasi kebutuhan alat penyokong khusus 7. Resiko gangguan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan dengan kelemahan otot mengunyah dan menelan Tujuan - Tidak terjadi gangguan nutrisi Kriteria hasil - Berat badan dapat dipertahankan/ditingkatkan - Hb dan albumin dalam batas normal Intervensi dan Rasional 1. I/ Tentukan kemampuan klien dalam mengunyah, menelan dan reflek batuk. R/ Untuk klien lebih mudah untuk menelan karena gaya gravitasi 2. I/ Letakkan posisi kepala lebih tinggi pada waktu, seama dan sesudah makan. R/ Membantu dalam melatih kembali sensori dan meningkatkan kontrol muskuler 3. I/ Stimulasi bibir untuk menutup dan membuka mulut secara manual dengan menekan ringan diatas bibir/dibawah gagu jika dibutuhkan. R/ Klien dapat berkonsentrasi pada mekanisme makan tanpa adanya distraksi/gangguan dari luar 4. I/ Berikan makan dengan berlahan pada lingkungan yang tenang. R/ Makan lunak/cairan kental mudah untuk mengendalikannya didalam mulut, menurunkan terjadinya aspirasi 5. I/ Mulailah untuk memberikan makan peroral setengah cair, makan lunak ketika klien dapat menelan air. R/ Dapat meningkatkan pelepasan endorfin dalam otak yang meningkatkan nafsu makan 18
  • 19. 6. I/ Kolaborasi dengan tim dokter untuk memberikan ciran melalui iv atau makanan melalui selang. R/ Mungkin diperlukan untuk memberikan cairan pengganti dan juga makanan jika klien tidak mampu untuk memasukkan segala sesuatu melalui mulut. 3.4 Implementasi Implementasi merupakan tindakan yang sudah direncanakan dalam rencana keperawatan,tindakan keperawatan mencakup tindakan mandiri dan tindakan kolaborasi. 3.5 Evaluasi Evaluasi perkembangan kesehatan pasien dapat dilihat dari hasilnya, tujuannya adalah untuk mengetahui sejauh mana tujuan keperawatan dapat dicapai dan memberikan umpan balik terhadap asuhan keperawatan yang telah diberikan. 19
  • 20. BAB IV PENUTUP 4.1 Kesimpulan Menurut WHO (1965) dan Karya (1988) dalam Harsono (1993) stroke adalah manifestasi klinik dari gangguan fungsi serebral, baik local maupun menyeluruh (global), yang berlangsung dengan cepat, berlangsung lebih dari 24 jam, atau berakhir dengan kematian, tanpa di temukan penyebab selain daripada gangguan vaskular. Gangguan peredaran darah otak dapat mengakibatkan fungsi otak terganggu dan bila gangguan yang terjadi cukup besar dapat mengakibatkan kematian sebagian otak (infark), gejala-gejala yang terjadi tergantung pada daerah otak yang di pengaruhi. Faktor-faktor resiko stroke antara lain umur, hipertensi, diabetes mellitus, arteriosklerosis, penyakit jantung, merokok. Berat otak manusia sekitar 1400 gram dan tersusun oleh kurang lebih 100 triliun neuron. Otak terdiri dari empat bagian besar yaitu serebrum (otak besar), serebelum (otak kecil), brainstem (batang otak), dan diensefalon. Otak menerima 17 % curah jantung dan menggunakan 20 % konsumsi oksigen total tubuh manusia untuk metabolisme aerobiknya. 4.2 Saran Kami dari kelompok mengharapkan saran dari pembaca agar dapat member kritik dan saran untuk kesempurnaan makalah Asuhan Keperawatan pada klien dengan STROKE 20
  • 21. Daftar Pustaka Doengoes, M.E.2000, Rencana Asuhan Keperawatan Pedoman untuk Perencanaan dan Pendokumentasian Perawatan Pasien, EGC, Jakarta. Smeltzer, Suzanne C. & Bare, Breda G, Buku Ajar Keperawatan Medikal Bedah Bruner & Suddhart. vol 2. Edisi 8. Jakarta. EGC. 2002 http://worldhealth-bokepzz.blogspot.com/2012/03/asuhan-keperawatan-cva- stroke.html http://id.scribd.com/doc/122546908/askep-stroke http://id.scribd.com/doc/52590982/ASKEP-STROKE http://id.scribd.com/doc/124134593/Askep-Stroke http://asuhankeperawatan4u.blogspot.com/2012/06/laporan-pendahuluan- stroke.html http://mantrinews.blogspot.com/2011/10/laporan-pendahuluan-stroke.html 21