2. “Tuhan, kutahu cintaku terbatas dan tidak
sempurna, tetapi kumau mencintai-Mu tanpa
syarat, sebagaimana Engkau telah mencintaiku
tanpa syarat, dengan cinta-Mu yang sempurna dan
tiada batas.”
4. • Pendidikan Agama dan Moral → Matakuliah
Pengembangan Kepribadian Universitas
Atmajaya Yogyakarta:
– Mampu memberi sumbangan pada kualitas
kehidupan yang lebih baik melalui cahaya
kebenaran (serviens in Lumine Veritas)
– Bersikap Humanis dan Inklusif
– Berjiwa Unggul
5. Tujuan …
• Mahasiswa MENGENAL diri sebagai mahluk yang berproses
dalam seluruh aspek kepribadiannya untuk menjadi pribadi
yang bebas, dewasa dan unggul.
• Mahasiswa MEREFLEKSIKAN pengalaman hidup beragama
secara kritis dan bertanggung jawab dan menghayatinya
sebagai dasar hidup bersama dalam masyarakat yang plural
(inklusif) dan dalam menghargai martabat manusia
(humanis).
• Mahasiswa mampu MENGANALISA masalah-masalah moral
dan membuat keputusan yang dewasa, bebas dan
bertanggung jawab atas dasar prinsip-prinsip moral yang
benar.
7. “Hidup yang tidak direfleksikan adalah
hidup yang tidak layak dihidupi.”(Socrates)
8. REFLEKSI
• Melihat secara mendalam makna dan nilaiMelihat secara mendalam makna dan nilai
daridari pengalamanpengalaman; sehingga memunculkan; sehingga memunculkan
tanggapan AKSItanggapan AKSI
• Pertimbangan mendalam akan bahan,Pertimbangan mendalam akan bahan,
pengalamapengalamann, ide, tujuan, reaksi, dll. untuk, ide, tujuan, reaksi, dll. untuk
menangkap maknamenangkap makna && kebenaran terdalamkebenaran terdalam
• Membentuk suara hati, proses formatif danMembentuk suara hati, proses formatif dan
pembebasanpembebasan
9. Pengalaman:
Masa Lalu, Masa Kini, Masa Depan
“Hidup setiap orang atau setiap kelompok orang
sudah di mulai di masa lalu, sedang dijalani saat ini,
dan masih akan diteruskan di masa depan. Ketiga
masa-hidup itu dapat menjadi suatu kesatuan di
dalam kesadaran orang atau kelompok tersebut bila
pada saat ini masa lalunya itu direfleksikan secara
sadar dan bersungguh-sungguh, demi masa
depannya.”
(Purwa Hadiwardoyo, MSF)
13. Unsur-unsur pokok kepribadian …
• Kepribadian (personalitas): pola perilaku
seseorang di dalam dunia
• Pribadi (persona): akar struktural dari
kepribadian, suatu inti identitas manusia yang
terdalam
• Hidup manusia akan menjadi hidup otentik
atau hidup sejati apabila kepribadian sesuai
dengan pribadi
14. Delapan Kategori Pribadi
(Menurut Filsafat Ortega y Gasset) …
1. Pribadi tidak bisa diobyektivasi secara tuntas
karena selalu berkembang dan bertumbuh
2. Pribadi bukan sesuatu yang selesai melainkan
“Aku” yang oleh keterlibatannya dalam sejarahnya
sendiri menciptakan potensi-potensi yang baru
3. Pribadi tak terselami sampai ke dasar-dasarnya
4. Pribadi tidak bisa ditunjuk dengan nomor-nomor
dan hanya bisa terungkap manakala orang
menceritakan otobiografinya kepada orang lain
15. 5. Pribadi sulit dikuantifikasi secara fisik-matematis
6. Pribadi tidak memiliki eksterioritas tetapi
mengungkapkan diri dalam kedirian orang lain secara
serta merta
7. Pribadi pun tak bisa didekati dengan teori
kemungkinan atau probabilitas karena persona
ditandai oleh kebebasan
8. Hadirnya sang diri bagi orang lain tidak pernah netral,
tetapi selalu efektif, selalu menggugah orang lain itu
bukan saja terhadap satu atau beberapa fungsi saja
melainkan secara menyeluruh
16. Manusia sebagai pribadi hanya bisa dimengerti
“dari dalam.” Dia akan mengembangkan dirinya
sesuai dengan hukum yang tertulis dalam hatinya
dan dengan bebas.
17. Unsur Pokok Kepribadian …
• Dimensi Personal:
kebebasan dan
tanggung jawab
personal
• Dimensi Sosial:
kebebasan dan
tanggung jawab
sosial
18. Dimensi Personal Kepribadian:
Orang yang terindividuasi (Model Jung)
“Setiap individu harus
menghadapi dan
memperhatikan
pengalaman-
pengalaman tak
sadar.”
(Carl Jung,1875-1961)
19. • Struktur Kepribadian
– “Aku” (ego): alam sadar, meliputi semua persepsi,
ingatan, pikiran dan perasaan yang selalu ada
dalam kesadaran kita pada setiap saat
– Ketidaksadaran pribadi: gudang dari bahan yang
tidak lagi sadar, tetapi dapat dengan mudah
muncul dalam kesadaran
– Ketidaksadaran kolektif: gudang pengalaman-
pengalaman masa lalu yang universal
20. • Orang yang
Terindividuasi:
– Individuasi: proses
menjadi seorang
individu yang unik,
satu ada yang
homogen; ‘menjadi
diri’ (selfhood) atau
‘realisasi-diri’
21. • Syarat orang terindividuasi:
– Syarat pertama: bahwa orang menyadari segi-segi
diri yang telah diabaikan (ketidaksadaran), karena
ketidaksadaran mewahyukan kepada kita diri kita
yang sebenarnya
– Syarat kedua: menjatuhkan “topeng” kita dan
mulai memegang erat-erat diri asli yang selama ini
disembunyikan
22. – Syarat ketiga: menyadari semua kekuatan dari
bayang-bayang yang bersifat destruktif dan
konstruktif
– Syarat keempat: menerima biseksualitas (animus
dan anima) psikologis kita
23. – Orang yang
terindividuasi adalah
orang yang sudah
mencapai: pengetahuan
diri, penerimaan diri,
integrasi diri, ungkapan
diri
– Orang yang sehat
memiliki kepribadian
yang universal
24. Dimensi sosial kepribadian:
Orang yang mengatasi-diri (Model Frankl)
“Dia yang memiliki
suatu mengapa untuk
hidup bagaimanapun
juga hampir dapat
menderita dengan
sabar.”
(Viktor Frankl, 1905-)
25. • Kodrat manusia dibangun atas tiga tiang:
– Kebebasan kemauan: kita bebas memilih reaksi
dan mengambil sikap kita terhadap kondisi-kondisi
dari luar
– Kemauan akan arti: kebutuhan kita yang terus
menerus mencari bukan diri kita melainkan suatu
yang memberi makna bagi eksistensi kita
– Arti kehidupan: tanggung jawab pribadi akan nilai
tertinggi yang mengatasi diri kita (kehidupan)
26. “Tidak ada orang atau sesuatu pun – bukan orang tua,
partner, atau bangsa – dapat memberi kita pengertian
tentang arti dan maksud dalam kehidupan kita.
Tanggung jawab kitalah untuk menemukan cara kita
sendiri dan tetap bertahan di dalamnya segera setelah
ditemukan.”
(Victor Frankl)
27. • Orang yang Mengatasi-Diri:
– Bebas memilih langkah tindakan mereka sendiri
– Secara pribadi bertanggung jawab terhadap
tingkah laku hidupnya
– Tidak ditentukan oleh kekuatan-kekuatan di luar
diri
– Telah menemukan arti dalam kehidupan yang
cocok dengannya
28. – Secara sadar
mengontrol kehidupan
mereka
– Mampu
mengungkapkan nilai-
nilai daya cipta, nilai-
nilai pengalaman, atau
nilai-nilai sikap
– Telah mengatasi
perhatian terhadap diri
30. Ciri-ciri kepribadian yang sehat …
1.Orang-orang yang sehat secara psikologis
mengontrol kehidupan mereka secara sadar
31. 2.Orang-orang yang sehat:
– mampu secara sadar dan bebas mengatur
tingkah laku mereka dan bertanggung jawab
terhadap nasib mereka sendiri
KEBEBASAN
TANGGUNG
JAWAB
32. 3. Orang-orang yang sehat
secara psikologis
mengetahui diri mereka
siapa dan menerima
kekuatan-kekuatan,
kelemahan-kelemahan,
kebaikan-kebaikan,
keburukan-keburukan
mereka
34. 5. Orang-orang yang sehat secara psikologis bersandar
kuat pada masa sekarang
35. 6. Dengan tetap berpijak
dan menaruh perhatian
pada kehidupan di sini
dan kini (hic et nunc),
orang-orang yang sehat
mempunyai pandangan
terhadap masa depan
dan berorientasi ke
tujuan-tujuan dan
tugas-tugas yang akan
datang
36. 7. Orang-orang yang sehat secara psikologis tidak
merindukan ketenangan dan kestabilan, tetapi
merindukan tantangan dan kegembiraan dalam
kehidupan, tujuan-tujuan baru dan pengalaman-
pengalaman baru
38. • Pengertian Pengalaman Religius:
– Pengalaman perjumpaan manusia akan Yang Ilahi,
Yang Transenden, Yang Kudus
– Pengalaman Religius:
• Universal: dialami oleh manusia seluas dunia
• Plural: dialami secara unik oleh setiap individu
• Eksistensial: dialami sebagai unsur (paling)
penting yang mempengaruhi keberadaan dan
keseluruhan hidup manusia
39. Manusia: Homo Religiosus
Oleh kodratnya, setiap manusia punya
keterarahan hati kepada Yang Ilahi, Yang
Transenden, Yang Kudus
40. – Rudolf Otto (1869-1937)
dalam bukunya Das Heilige
(The Idea of the Holy;
1917):
• Pengalaman Religius:
pengalaman pribadi
manusia akan
Mysterium tremendum
et fascinans
41. – Mysterium: Yang Kudus adalah sesuatu yang
misterius dan tak terpahami → SESUATU YANG
SAMA SEKALI LAIN
– Tremendum: Kemahakuasaan yang meliputi Yang
Kudus yang membuat manusia gentar, takut dan
menjauh → MISTERI YANG MENGETARKAN
– Fascinans: Kemahaindahan yang meliputi Yang
Kudus yang membuat manusia kagum, terpikat dan
mendekat → MISTERI YANG MENGAGUMKAN
42. Ciri-ciri Pengalaman Religius
(Moojan Momen, The Phenomenon of Religions):
• Suatu pengalaman yang amat mendalam dan
menggairahkan, suatu pengalaman yang penting,
menuntut hormat dan perhatian
• Suatu pengalaman yang membebaskan, termasuk
dari tuntutan-tuntutan dunia fisik (Ada rasa
ketergantungan pada “Yang Lain”)
• Suatu pengalaman yang membawa damai, sukacita
yang meluap-luap meskipun, dalam kesempatan
tertentu, bercampur rasa takut dan gentar (seperti
dikuasai oleh kekuatan dari “Luar”)
43. • Suatu pengalaman yang sepertinya memberi
seseorang suatu perasaan telah menerima insight,
pengetahuan (meski tidak selalu mudah untuk
menspesifikasi isi pengetahuan tersebut
• Waktu bisa jadi tampak berhenti dan ruang
sepertinya menjadi berubah. Itu nampak sebagai
pengalaman yang terjadi di luar ruang dan waktu
• Suatu pengalaman yang melibatkan seluruh pribadi,
yang mengubah dan yang mendorong yang
bersangkutan pada suatu misi tertentu
44. “Tuhan, Engkau menanamkan dalam hati kami
kesenangan untuk memuji-Mu. Engkau menciptakan
kami bagi-Mu dan hati kami gelisah sebelum
beristirahat pada-Mu.”
(Santo Augustinus)
45. Bentuk-bentuk Pengalaman Religius:
• Pengalaman Pembaruan (the regenerative experience):
– suatu pengalaman perjumpaan dengan suatu realitas
yang lebih besar dari diri kita dan yang mampu
mengubah hidup kita (bisa berupa: pertobatan,
peneguhan, perutusan)
• Pengalaman karismatis (the charismatic experience):
– Suatu pengalaman di mana orang yang terlibat di
dalamnya merasa menerima suatu anugerah (bisa
berupa: kedamaian, sukacita, kemampuan
menyembuhkan, membuat mujizat, dsb.)
46. – Pengalaman Mistik
(the mystical
experience):
• Suatu pengalaman
yang tak
terlukiskan dengan
kata-kata, yang
memberi
pencerahan atau
insight yang
berlangsung pasif
dan sekejap
47. Pentingnya Pengalaman Religius
• Oleh pengalaman religiusnya, manusia disadarkan
bahwa ia bukanlah asal dan tujuan adanya sendiri,
sebaliknya ia ambil bagian pada Ada yang tidak
berawal dan berakhir: Yang Transenden
• Dengan pengalaman religiusnya, manusia mampu
mengenal dan mencintai Yang Transenden
• Dengan kemampuan ini, manusia kiranya dapat
menanggapi pemberian diri Yang Transenden dalam
pewahyuan
48. Asal mula Agama-agama dunia
Sejak awal pula,
sepanjang sejarah
hingga sekarang,
manusia
mengekspresikan
pengalaman religiusnya
dalam keyakinan dan
tindakan: kisah suci,
doa, meditasi, kurban,
persembahan, aturan,
dan lain sebagainya.
50. • Pengertian Pewahyuan
– Pengertian Umum: Suatu komunikasi (diri) Yang
Ilahi/ Yang Transenden/ Yang Kudus/ Allah kepada
manusia
• Unsur Pewahyuan:
1. Asal, sumber, subyek pewahyuan: Allah
2. Perantara atau pelaksana pewahyuan: Sabda,
malaikat, nabi, orang suci
51. 3. Alamat pewahyuan:
pribadi manusia,
suatu kelompok,
suatu bangsa
4. Obyek pewahyuan:
Misteri Diri, rencana,
petunjuk, perintah,
janji Allah
52. Pewahyuan Khusus:
– Pewahyuan Yahudi (Perjanjian Lama):
• Allah menyatakan diri kepada umat-Nya (Kej 35:7,
Yes 22:14) dan misteri-Nya (Ul 29:29), kemuliaan-
Nya (Yes 40:15), keadilan-Nya (Mzm 98:2)
• Sabda Allah kepada Israel adalah anugerah-Nya
yang paling berharga, dengan mana Dia
menyatakan diri: "Akulah TUHAN" (Kej 28:13; Kel
6:2, 6:29) dan "tidak ada yang lain" (Yes 45:5, Joel
2:27)
53. – Pewahyuan Kristiani (Perjanjian Baru):
• Allah menyingkapkan, menyatakan, dan
memaklumkan Misteri yang tak mungkin
dihampiri manusia dengan kemampuannya
sendiri: Karya penyelamatan Allah dalam dan
melalui Kristus (Ef 1:1-10; 1Kor 15:28; 1Kor 11:7;
2Tes 1:7; Ef 4:13)
• “Setelah pada zaman dahulu Allah berulang kali
dan dalam pelbagai cara berbicara kepada nenek
moyang kita dengan perantaraan nabi-nabi, maka
pada zaman akhir ini Ia telah berbicara kepada
kita dengan perantaraan Anak-Nya” (Ibr 1:1-2)
54. – Pewahyuan Islam:
• Wahy (arab) → pewahyuan datang dari Allah,
biasanya melalui perantara Malaikat Jibril, berupa
kehendak, perintah, pengadilan, hukum, yang
merupakan petunjuk (huda) bagi manusia untuk
kembali kepada Fitrah
• Al Qur’an diturunkan kepada Nabi Muhammad (c.
570-632), dalam rupa mimpi, penampakan,
pendengaran, diyakini bahwa ayat-ayat suci ini
diturunkan dari Buku Tak Tercipta yang ada di
Surga, yang isinya kebijaksanaan dan tuntunan
untuk hidup dan peringatan akan Pengadilan
Terakhir
55. – Pewahyuan Hindu (Veda):
• Kitab-kitab Shruti (yang didengar) dianggap
sebagai yang suci yang berasal dari kekekalan,
berisi tentang asal-usul segala sesuatu, Rig Veda,
kitab yang paling kuno dan suci, berisi puisi yang
merefleksikan kehidupan, Upanishad berisi ajaran
tentang Brahman dan atman
• Kitab-kitab Smrti (yang diingat) adalah kitab
tentang asal-usul manusia, yang diceritakan oleh
penutur-penutur terlatih, Ramayana dan
Mahabarata (Bhagavad Gita) merupakan sumber
ajaran dan nasehat spiritual
56. – Pewahyuan Buddha:
• Theravada (jalan bagi kaum tua-tua): Tipitaka (tiga
bakul): Vinaya Pitaka yg berbicara ttg Sangha;
Sutta Pitaka yg terdiri dari kotbah-kotbah Buddha;
Abhimdhamma Pitaka yg berisi analisis ajaran
Buddha
• Mahayana (kendaraan besar): Kitab Suci berisi
“sabda Buddha”, Vimalakirti Sutra yang berisi kisah
tentang seseorang yang berumah tangga tetapi
hidupnya lebih suci daripada semua Bodhisattva
57. Pengalaman Iman sebagai Tanggapan atas
Pewahyuan
• Pengertian Iman:
– IMAN: Kepercayaan dan Penyerahan diri manusia
sebagai tanggapan akan komunikasi Allah
– Hal-hal yang mendasar yang perlu diperhatikan:
• Dengan tindakan iman, pertama-tama, seseorang
menerima tawaran komunikasi Allah dan masuk
dalam kesatuan dengan-Nya
• Oleh karena itu, iman lebih dari sekedar
penerimaan-kesetujuan akan sejumlah kebenaran
tentang Allah
58. • Aspek-aspek Pengalaman Iman:
– Iman adalah PERJUMPAAN PRIBADI yang DINAMIS
yang menantang manusia menyerahkan hidup
seluruhnya (ultimate concern) kepada Allah yang
memanggil untuk berbagi Hidup
– Iman adalah OPSI FUNDAMENTAL untuk menjawab
sapaan Allah yang menyapa manusia untuk berbagi
hidup
– Iman DIUNGKAPKAN dengan lebih eksplisit dalam doa
dan DIWUJUDKAN dengan sungguh dalam tanggung
jawab moral
60. Penghayatan Iman:
– Ungkapan iman:
tindakan orang beriman
untuk menampakkan
imannya lebih eksplisit
(segi kelihatan)
– Perwujudan iman:
tindakan orang beriman
untuk menyatakan
imannya lebih sungguh
(segi pembatinan)
61. “Katakan cinta dengan bunga, nyatakan cinta
dengan setia. Ungkapkan iman dalam doa,
wujudkan iman dalam perbuatan baik terhadap
sesama.”
64. • Agama:Agama:
– Cicero: L.Cicero: L. religioreligio →→ re-ligerere-ligere: ber-penuh: ber-penuh
perhatian, memperhatikan → pemenuhan yangperhatian, memperhatikan → pemenuhan yang
sungguh terhadap kewajiban, kekaguman akansungguh terhadap kewajiban, kekaguman akan
yang kuasa yang lebih tinggiyang kuasa yang lebih tinggi
– Lactantius (260-340): L.Lactantius (260-340): L. religioreligio →→ re-ligarere-ligare::
mengikat, menjaga kesatuan suatu relasi yangmengikat, menjaga kesatuan suatu relasi yang
dekat dan terus dengan yang ilahidekat dan terus dengan yang ilahi
66. • Tujuh (7) Dimensi Agama:
– Eksperiensial dan emosional
– Praktikal dan ritual
– Naratif dan mitis
– Doktrinal dan filosofis
– Etikal dan legal
– Sosial dan institusional
– Material
68. • Pluralitas Agama:
– Pluralitas: realitas/kenyataan keberagaman
agama-agama dunia
– Pluralisme: paham yang menerima kenyataan
keberagaman agama-agama dunia
– Relativisme Agama: paham yang merelatifkan
semua agama dunia
– Absolutisme Agama: paham yang mengabsolutkan
satu agama terhadap agama lain
69. • Komunitas dialogal
– Komunitas yang dibangun atas dasar toleransi dan
apresiasi antar umat beragama di dunia demi
menciptakan suatu kehidupan yang lebih
bermartabat, masyarakat yang lebih berbudaya
dan dunia yang lebih baik
• Tujuh jiwa unggul (atmajaya) dalam mensikapi
pluralitas agama dan dalam membangun
komunitas dialogal:
76. Kriteria 4
• Living with Tension: Hidup
dengan ketegangan untuk
selalu
– setia pada kebenaran iman
sendiri sekaligus
– terbuka terhadap kebenaran
iman yang dihidupi oleh orang
lain.
80. Kriteria 6
• Beyond Tolerance: Menjadikan
perjumpaan pribadi sebagai:
– “suatu tindakan
perlawanan” (an act of
resistence) terhadap
kecenderungan untuk
‘mengimunisasi’ diri
– “suatu tindakan harapan”
(an act of hope) untuk
mencapai transformasi
spiritual.
86. • Pengertian:
– Moral:
• Asal kata: mos - mores (latin): kebiasaan, adat
• Nilai-nilai dan norma-norma yang menjadi pegangan
bagi seseorang atau suatu kelompok dalam mengatur
tingkah lakunya
• Immoral: bertentangan dengan moral yang baik, secara
moral buruk, tidak etis
• Amoral: tidak berhubungan dengan konteks moral, di
luar suasana moral, non-moral (netral)
87. – Etika:
• Asal kata: ethos - ta etha (yunani): adat kebiasaan
• Nilai mengenai benar salah yang dianut suatu golongan
atau masyarakat (= moral)
• Kumpulan asas atau nilai yang berkenaan dengan moral
(= kode etik)
• Ilmu tentang apa yang baik dan apa yang buruk dan
tentang hak dan kewajiban moral
• Etiket: sopan santun (hanya dalam pergaulan)
88. • Teori-teori Etika:
– Hedonisme:
• Asal kata: hedone (yunani): nikmat, kesenangan
• Axioma: carilah nikmat dan hindarilah perasaan-perasaan
yang menyakitkan
• Catatan kritis:
– Manusia menurut kodratnya cenderung mencari
kesenangan dan menghindari ketidaksenangan
– Namun manusia bukan bertindak hanya karena
dorongan spontan, tetapi juga rasional
– Nikmat yang sesaat (egois) tidak sama dengan
kebahagiaan yang lebih tahan lama
89. – Etika Pengembangan Diri:
• Kebahagiaan: kumpulan nilai-nilai kebenaran, pengetahuan,
kesosialan, tanggung jawab, estetis dan religius
• Tiga tahap pengembangan diri:
– Mengembangkan diri sedemikian rupa hingga bakat-
bakat yang potensial menjadi kenyataan (self realization)
– Melepaskan diri: mengembangkan diri dengan membuka
diri bagi tanggung jawab (tugas) obyektif (kepemimpinan,
pelayanan, dll)
– Menerima diri: mengembangkan diri dengan menerima
diri dalam batas-batas kita
90. – Utilitarisme:
• Asal kata: utilis (latin): berguna
• Prinsip: manusia wajib berusaha untuk selalu menghasilkan
kelebihan akibat-akibat baik yang sebesar-besarnya terhadap
akibat-akibat buruk apabila kita bertindak.
• Keuntungan:
– manusia bertanggung jawab atas akibat yang
dilakukannya
– Manusia bertanggung jawab terhadap sesamanya
• Kelemahan: tidak dapat menjamin keadilan
91. • Prinsip-prinsip Moral Dasar:
– Prinsip sikap baik:
• Bersikap baik berarti memandang seseorang dan
sesuatu tidak hanya sejauh berguna bagi saya,
melainkan menghendaki, menyetujui, membenarkan,
mendukung, membela perkembangnya, mendukung
kehidupan dan mencegah kematiannya demi dia itu
sendiri
• Tetapi kemampuan manusia untuk bersikap baik
terbatas
92. – Prinsip Hormat terhadap diri sendiri:
• Manusia wajib untuk selalu memperlakukan diri
sebagai sesuatu yang bernilai pada dirinya sendiri
(pribadi yang bermartabat)
• Arah pertama: kita tidak membiarkan diri diperas,
diperalat, disalahgunakan, diperkosa, atau diperbudak
• Arah kedua: kita jangan sampai membiarkan diri
terlantar
• Prinsip hormat terhadap diri sendiri ≠ egois
93. – Prinsip Keadilan:
• Adil pada hakekatnya
berarti kita
memberikan kepada
siapa saja apa yang
menjadi haknya
• Tuntutan paling
dasariah keadilan:
perlakuan yang sama
terhadap semua orang,
tentu dalam situasi
yang sama
94. • Tolok Ukur Moral:
– Norma Masyarakat
– Suara Hati:
• Suara hati adalah kesadaran moral kita dalam situasi
konkret
• Suara hati: kesadaran saya akan kewajiban dan
tanggung jawab saya sebagai manusia dalam situasi
konkret
• Suara hati adalah pangkal otonomi manusia, pusat
kemandirian, maka selalu harus ditaati
• Suara hati bukan soal perasaan tetapi masalah
kebenaran obyektif (“ya” atau “tidak”)
95. • Keutamaan Moral:
– Kejujuran
– Otentik
– Kesediaan bertanggung jawab
– Kemandirian moral
– Keberanian moral
– Kerendahan hati
– Realistik dan kritis
96. Persoalan Moral Hidup …
• Kasus Aborsi (Gadis SMP)
• Alasan orang melakukan aborsi dan penilaian
– Alasan Sosial Ekonomi (Keadaan sosial ekonomi
ibu dan keluarga sangat rendah)
– Penilaian:
• Aborsi tidak dapat diterima karena nilai yang
dikorbankan (bayi) lebih tinggi daripada yang mau
dicapai (uang, gengsi, rasa malu dll)
• Selain itu ada cara lain untuk mengatasi: dititipkan
pada panti asuhan atau diadopsi orang lain
97. – Alasan Psikis/Psikososial (keadaan psikis ibu yang masih
terlalu muda, hamil karena hubungan yang tidak benar,
akibat perkosaan, hamil sebelum nikah, hubungan gelap,
dll)
– Penilaian:
• Nilai yang dikorbankan masih lebih besar daripada
alasannya
• Terlalu memandang kesehatan manusia hanya dari segi
psikis, tidak utuh
• Aborsi malah menambah rasa bersalah pada wanita
• Untuk hamil di luar nikah: mengapa tidak mau
menanggung akibat dari perbuatannya? Hanya mau
enak?
98. – Untuk yang diperkosa:
» Perlu sadar bahwa dia tidak bersalah,
maka tidak usah malu
» Nilai hidup bayi lebih tinggi dari sait
ibu
» Bayi bukan agresor seperti
pemerkosanya, sehingga tidak boleh
ikut dihukum
» Perlu bersikap adil: menuntut yang
bersalah (si pemerkosa) dan bukan
yang tidak bersalah (si bayi)
» Perlu dibantu secara sosial dan
psikososial untuk dapat menerima
diri
100. Moral Seksual …
• Pengertian:
– Seks: alat kelamin yang membedakan laki-laki dan
perempuan
– Seksualitas:
• seluruh cara keberadaan manusia sebagai laki-laki
atau perempuan (termasuk di dalamnya keadaan
fisik, psikologis, seks penampilan, cara berpikir,
cara bertindak, dll)
• Seksualitas mengandung unsur relational antara
laki-laki dan perempuan
101. • Terkandung di dalamnya bahwa laki-laki sendiri
belum lengkap, demikian juga perempuan sendiri
belum lengkap, maka mereka saling membutuhkan
dan melengkapi
• Kelengkapan ini berdimensi prokreasi, yaitu
terbuka akan kelangsungan keturunan
• Dalam pengalaman iman, laki-laki dan perempuan
diciptakan oleh Allah, Mereka ini baik adanya,
maka seksualitas adalah baik
102. “Maka Allah menciptakan manusia itu menurut
gambar-Nya, menurut gambar Allah diciptakan-Nya dia;
laki-laki dan perempuan diciptakan-Nya mereka”
(Kejadian 1:27)
103. • Aspek etis dalam meninjau tindakan seksual
(berkaitan kasus seks pra nikah misalnya):
– Aspek pribadi/personal
• Apakah dengan tindakan itu seseorang semakin
berkembang dan pribadinya semakin menjadi utuh dan
baik?
• Apakah dengan tindakan itu ia menjadi pribadi yang
semakin bebas dan bertanggung jawab?
• Apakah dengan tindakan itu semakin mendekati citra
Allah?
104. – Aspek cinta sejati:
• Apakah di situ ada unsur
kerelaan, saling berkorban
dan membahagiakan?
• Apakah ada unsur
menghormati, menghargai
yang lain dalam tindakan
itu?
• Apakah ada unsur
kebebasan yang
membebaskan kedua belah
pihak?
105. – Aspek sosial:
• Apakah tindakan itu ada unsur demi orang lain dan
bukan hanya demi kepentingan diri sendiri?
• Apakah masyarakat dilibatkan dan ada pengakuan
dari masyarakat, sehingga kepastian akan relasi itu
dijamin?
– Aspek prokreasi:
• Apakah tindakan itu terbuka terhadap kedatangan
keturunan sebagai hasil kasih sayang mereka
berdua?
• Apakah ada unsur tanggung jawab terhadap akibat
perbuatan itu?
106.
107. Moral Perkawinan …
• Bahan Diskusi:
– Apa tujuan orang kawin?
– Motivasi apa saja yang menyebabkan orang
kawin?
– Apa motivasi itu cukup kuat untuk menjadi dasar
perkawinan yang ideal? Mengapa?
– Apa yang menjadi dasar kuatnya suatu
perkawinan?
– Apa saja yang perlu dipertimbangkan dalam
mempersiapkan suatu perkawinan?
108. Perkawinan Katolik
• Tujuan Perkawinan:
– Untuk saling membahagiakan antara suami istri
– Untuk saling menjadikan utuh sebagai manusia
– Untuk melangsungkan kehidupan dengan
keturunan
– Untuk membahagiakan anak-anak sebagai buah
cinta kasih
109. • Dasar Perkawinan Ideal:
– Cinta sejati
– Kesadaran, kebebasan dan tanggung jawab untuk
saling membahagiakan
110. • Wujud Cinta Sejati:
– Saling menerima apa adanya
– Saling menghormati, menghargai dan membantu
– Saling terbuka, setia, percaya, jujur kepada yang
lain
– Mau berkurban demi kebahagiaan yang lain
– Bertanggung jawab
– Dll.
111. • Sifat Cinta Sejati:
– Utuh, penuh, maka hanya bisa
antara 2 pribadi
– Tidak bersyarat: untuk
selamanya
112. • Motivasi Pernikahan yang tidak ideal:
– Hanya demi keturunan
– Hanya demi uang/harta
– Hanya demi mentaati/hormat kepada orang tua
– Hanya demi kepuasan seks
– Hanya demi status/kedudukan
– Hanya demi rasa kasihan atau hutang budi
– Hanya demi meringankan beban hidup
– Hanya untuk pelarian
– Hanya karena “kecelakaan”
113. Unsur yang terpenting dalam perkawinan adalah
bahwa kedua pribadi saling mencinta dan dengan
sadar, bebas dan bertanggung jawab mau saling
membahagiakan.
114. • Hal-hal yang perlu diperhatikan dalam persiapan
perkawinan:
– Orang tua dan keluarga
– Keadaan ekonomi kedua calon: Apa punya penghasilan
tetap?
– Pendidikan keduanya agar dapat saling berkomunikasi
– Keadaan sosial mereka: agama, suku, bangsa, derajat dll.
– Kesehatan kedua calon
– Lingkungan dan rencana tempat tinggal
– Umur dan kedewasaan
118. Moral Sosial …
• Kasus ketidakadilan sosial
• Ciri keadilan:
– Dapat dituntut dengan pasti, bukan soal perasaan. Misal
seorang juragan yang menggaji tidak adil karyawannya
– Menyangkut suatu tindakan lahiriah atau barang. Misal
adil dalam pembagian barang, uang, gaji, pelayanan
– Terarah pada orang lain. Misal saya adil terhadap
mahasiswa saya, bukan terarah pada diri sendiri
119. – Ada unsur: yang
diberikan = yang
diwajibkan
– Wajib diberikan
– Ada unsur tiap orang
memperoleh
bagian/hak yang sama
120. • Tiga macam keadilan
– Keadilan kommutatif: Keadilan perjanjian,
keadilan tukar menukar, Keadilan dengan
menepati persis apa yang dijanjikan
– Keadilan distributif: keadilan pembagian, keadilan
karena membagi secara sama suatu yang baik
atau yang tidak baik. Misal setiap orang harus
membayar pajak sama
– Keadilan legal, hukum: Setiap orang mendapat
perlakuan sama di depan hukum.
121. • Keadilan sosial:
– Keadilan sosial bukan keadilan tersendiri lepas
dari ketiga keadilan tadi, tetapi lebih memberikan
situasi agar keadilan di atas dapat terlaksana
– Tiap orang untuk dapat melaksanakan haknya
diperlukan situasi dasar minimal yang cukup,
itulah keadilan sosial yang menyangkut
penggunaan harta negara demi kepentingan
umum
122. – Pelaksanaan keadilan sosial ini tidak dapat
dijalankan oleh individu-individu sendiri, meski
mereka berkemauan baik. Tetapi pelaksanaan
keadilan sosial harus lebih ditentukan oleh
struktur masyarakat yang lebih luas/pemerintah
– Situasi masyarakat disebut tidak adil kalau: taraf
minimal untuk hidup terancam, yaitu
• Tidak bebas dari penderitaan karena kemiskinan dan
perkosaan hak
• Tidak dapat memenuhi kebutuhan dasar hidup
manusia, yaitu kebutuhan biologis dan fungsional
(makan, sandang, papan, kesehatan
128. • Daftarlah 10 kegiatan yang paling menyita waktu
Anda!
– 1.
– 2.
– 3.
– 4.
– 5.
– 6.
– 7.
– 8.
– 9.
– 10.
129. • Apakah kegiatan yang berhubungan dengan
pengalaman religius dan iman (Agama) ada dalam
daftar TOP TEN tersebut?
130. PERKEMBANGAN ILMU PENGETAHUAN DAN
TEKNOLOGI
• Sisi Positif:
Perkembangan ilmu
pengetahuan dan
teknologi semakin
memungkinkan manusia
– semakin menjadi
manusia (HOMINISASI)
dan
– semakin menjadi
manusiawi
(HUMANISASI)
131. • Sisi Negatif:
Perkembangan ilmu
pengetahuan dan
teknologi bisa
membuat manusia
– tidak lagi menjadi
dirinya sendiri (de-
hominisasi dan de-
humanisasi) dan
– tidak lagi
memanusiakan orang
lain (homo homini
lupus)
132.
133. GLOBALISASI
• Suatu proses yang
membawa seluruh bangsa
dan negara di dunia makin
terikat satu sama lain,
mewujudkan satu tatanan
kehidupan baru atau
kesatuan ko-eksistensi
dengan menyingkirkan
batas-batas geografis,
ekonomi dan budaya
masyarakat.
134. • Ciri-ciri Globalisasi:
– Perubahan dalam konsep ruang dan waktu oleh
perkembangan teknologi komunikasi seperti
telepon genggam, televisi satelit dan internet
– Pasar dan produksi ekonomi di negara-negara yang
berbeda menjadi saling bergantung sebagai akibat
dari pertumbuhan perdagangan internasional,
pengaruh perusahaan multinasional dan dominasi
organisasi dunia (WTO & IMF)
135. – Peningkatan interaksi
kultural melalui
perkembangan media
massa (terutama televisi,
film, musik, transmisi
berita, olah raga
internasional)
– Meningkatnya masalah
bersama seperti global
warming, krisis
multinasional, terorisme
internasional
136. • Teori Globalisasi:
– Globalis: globalisasi adalah sebuah kenyataan yang
memiliki konsekuensi nyata terhadap bagaimana
orang dan lembaga di seluruh dunia berjalan
– Tradisionalis: Globalisasi adalah sebuah mitos semata
atau, jika memang ada, terlalu dibesar-besarkan
– Transformasionalis: Pengaruh globalisasi memang
terlalu dibesar-besarkan tetapi sangat bodoh jika
orang menyangkal keberadaannya
137. • Kebaikan Globalisasi (Ekonomi)
– Produksi global dapat ditingkatkan
– Meningkatkan kemakmuran masyarakat dalam
suatu negara
– Meluaskan pasar untuk produk dalam negeri
– Dapat memperoleh lebih banyak modal dan
teknologi yang lebih baik
– Menyediakan dana tambahan untuk pembangunan
(ekonomi)
138. • Keburukan Globalisasi
(Ekonomi)
– Menghambat
pertumbuhan sektor
industri
– Memperburuk neraca
pembayaran
– Sektor keuangan
semakin tidak stabil
– Memperburuk prospek
pertumbuhan ekonomi
jangka panjang
140. SEKULARISASI
• Sekuler = “yang termasuk zaman dunia ini” atau “yang
bercorak duniawi” dan bukan keagamaan atau ketuhanan
• Pengertian: proses PEMBEDAAN antara bidang-bidang
duniawi dan bidang keagamaan atau rohani
• Tujuan: otonomi bidang-bidang hidup manusia seperti
ilmu pengetahuan, teknologi, sosial, politik, ekonomi, dll.
• Akibat: agama dimurnikan dengan desakralisasi hal-hal
yang sebenarnya bukan sakral, misalnya soal kesehatan
141. Sekularisme
• Pengertian: ideologi untuk
membenarkan pendirian
bahwa dunia ini (saeculum,
latin) sebagai keseluruhan
dimengerti tanpa hubungan
apa pun (PEMISAHAN)
dengan yang Ilahi (Sang
Pencipta)
• Tujuan: memisahkan realitas
duniawi dengan yang
Transenden → bercorak ateis
• Akibat: Agama dibatasi pada
lingkungan gedung ibadat
dan urusan orang perorangan
saja
147. Agama yang Berpijak
• Bila Agama adalah sebuah
institusi pencarian akan Allah
yang senantiasa lebih besar
(Deus semper maior), maka
“pencarian Allah tidak hanya
dicapai secara spekulatif-teoritis,
tetapi juga dengan PRAKSIS.
Agama lalu tidak bisa
melepaskan diri dari dunia. …
Tidak bisa tidak, agama perlu
BERPIJAK DI DUNIA, dalam
pergumulan hidup anak-anak
manusia.”
148. Agama yang Berpihak
• Bila agama adalah kepanjangan
tangan Allah di dunia, maka
“perhatian yang utuh terhadap
kehidupan menjadi mendesak di
tengah paradoks kehidupan
manusia. … Di sinilah agama
dituntut untuk BERPIHAK terhadap
mereka yang sungguh
membutuhkan sapaan dan pelukan
agar agama sungguh menjadi
konkretisasi keberpijakannya di
dunia, di tengah kancah kiprah
kehidupan manusia.”
149. Peran Agama dalam Dunia
Modern
• Peran iluminatif
(menerangi): dengan
memberikan wawasan
etis yang lebih luas atas
realitas ini
• Peran profetis
(kenabian): dengan
berfungsi kritis terhadap
tetapan-tetapan yang
dibuat manusia dengan
perspektif luas dari
pewahyuan
150. • Peran liberatif
(membebaskan): dengan
membebaskan diri dari
lubang-lubang jebakan
kultural yang
membelenggunya yang sering
mereduksi kemanusiaan
• Peran transformatif
(mengubah): dengan
menawarkan suatu realitas
alternatif yang konkret