2. • Vitalisme adalah aliran dalam filsafat
manusia yang beranggapan bahwa
kenyataan sejati pada dasarnya adalah
energi, daya, kekuatan non fisik atau
nafsu yang bersifat irrasional (tidak
rasional) dan instingtif (liar).
PENGERTIAN
3. • Perilaku manusia didasari oleh energi,
daya, kekuatan non fisik, naluri atau nafsu
yang tidak rasional (ir-rasional) dan bukan
dilandasi oleh keputusan yang rasional.
• Kehidupan bukan ditentukan oleh rasio
tetapi ditentukan oleh kekuatan untuk
survive (bertahan hidup) tidak rasional
dan liar.
4. • Untuk bertahan hidup tidak ditentukan
pertimbangan rasio tetapi ditentukan oleh
energy atau naluri untuk bertahan hidup.
• Perilaku manusia yang dianggap rasional
pada dasarnya adalah rasionalisasi saja
dari keputusan-keputusan yang tidak
rasional tersebut.
• Rasio hanyalah alat yang berfungsi untuk
merasionalisasikan hal-hal atau keputusan-
keputusan yang sebetulnya tidak rasional.
5. • Acuan vitalisme adalah ilmu Biologi yang
mengajarkan bahwa kehidupan ditentukan
oleh kekuatan untuk bertahan hidup yang
bersifat tidak rasional dan liar.
• Vitalisme merupakan suatu doktrin yang
menyatakan adanya kekuatan di luar alam.
• Kekuatan tersebut memiliki peranan yang
esensial mengatur segala sesuatu yang
terjadi di alam semesta ini (misalnya
Tuhan).
6. • Orang yang kuat dapat memaksakan dan
menekankan kehendaknya agar berlaku
dan ditaati oleh orang-orang yang lemah.
• Manusia hendaknya mempunyai daya hidup
atau vitalitas untuk menguasai dunia dan
keselamatan manusia
• Daya hidup (elan vital) merupakan sumber
dari sebab kerja dan perkembangan dalam
alam dan mengatur gejala hidup dan
menyesuaikannya dengan tujuan hidup.
8. • Munculnya eksistensialisme didorong oleh
situasi dan kondisi di Eropa Barat dan
keadaan dunia yang tidak menentu.
1. Tingkah laku manusia telah
menimbulkan rasa muak atau mual.
2. Penampilan manusia penuh rahasia,
penuh imitasi, persetujuan bersama
yang palsu konvensi atau tradisi.
LATAR BELAKANG
9. 3. Manusia berpura-pura, kebencian
merajalela, dan ada krisis nilai, bahkan
manusianya sendiri sedang krisis.
4. Agama di Eropa Barat dan di tempat-
tempat lain dianggap tidak mampu
memberikan makna pada kehidupan.
10. • Eksistensialisme merupakan reaksi
terhadap materialisme Manusia adalah
benda dunia, manusia itu adalah materi,
manusia adalah sesuatu yang tanpa Subjek.
• Eksistensialisme merupakan reaksi
terhadap idealisme Manusia hanya
sebagai subjek atau hanya sebagai suatu
kesadaran.
11. • Pusat renungan eksistensialisme adalah
manusia konkret Manusia dipandang
sebagai mahluk yang harus bereksistensi.
• Setiap individu menentukan untuk dirinya
sendiri tentang apa yang benar dan salah
Tidak ada bentuk universal, karena
setiap orang memiliki keinginan untuk
bebas (free will) dan berkembang
12. • Manusia lahir dan eksis lalu menentukan
esensi masing-masing dengan bebas
Inti ajaran ini adalah respek terhadap
individu yang unik pada setiap orang.
• Esensi manusia dibahas secara kongkrit,
individual dan dinamis sebagaimana
keberadaannya dalam dunianya
• Esensi manusia tidak abstrak (seperti
mencari substansi dibalik penampakan)
tetapi kongkrit.
13. • Eksistensialisme berasal dari kata :
1. Eks = keluar
2. Sistensi atau sisto = menempatkan.
• Manusia berbeda dengan benda yang
keberadaannya (eksistensinya) sekaligus
esensi.
HAKEKAT EKSISTENSI
14. • Eksistensi mendahului esensi
1. Manusia itu sadar bahwa dirinya ada
ditentukan oleh akunya menentukan
dirinya sendiri (esensi)
2. Manusia adalah proses menjadi sesuatu
dan bukan keberadaan saat ini saja.
3. Manusia berusaha memahami diri sendiri
dengan menempatkan dirinya di luar
(eksistensi)
16. o Strukturalisme menolak terhadap
prioritas kesadaran dan tidak
mengakui kesadaran.
o Tidak ada perilaku dan kesadaran
manusia yang bersifat individual.
Strukturalisme
17. o Strukturalisme menolak terhadap
prioritas kesadaran dan tidak
mengakui kesadaran.
o Tidak ada perilaku dan kesadaran
manusia yang bersifat individual.
o Struktur bahasa dan budaya
sebagai kekuatan yang menentukan
kesadaran dan perilaku manusia.
18. o Keberadaan manusia tidak
tergantung pada dirinya sendiri
namun tergantung pada
kedudukannya dalam sistem bahasa
dan kebudayaan.
o Manusia tidak lagi menciptakan
sistem bahasa dan kebudayaan
melainkan takluk pada sistem
tersebut.
19. o Strukturalisme adalah pemikiran
filsafat yang mempunyai pokok
pikiran bahwa semua masyarakat
dan kebudayaan mempunyai
struktur yang sama dan tetap.
o Bagi Freud strukturnya adalah
psyche Bagi Saussure
strukturnya adalah bahasa.
20. o Kedudukan manusia ada pada
kedudukan dan fungsinya dalam
sistem dan bukan tergantung pada
dirinya sendiri.
o Manusia tidak bebas dan
perilakunya terstruktur oleh sistem
bahasa dan budayanya dan tidak ada
perilaku yang bebas dari sistem
tersebut.
21. o Manusia terstruktur oleh sistem
bahasa dan budaya dan tidak bebas
sehingga tidak ada perilaku, pola
pikir dan kesadaran yang bersifat
individual.
o Manusia tidak lagi merupakan titik
pusat yang otonom Manusia bukan
pusat realitas, pusat kenyataan,
pusat pemikiran, tindakan, sejarah.
22. o Manusia bukan subjek yang
berbicara, tetapi objek yang
dibicarakan.
o Manusia ditentukan secara luas oleh
struktur sosial atau psikologi yang
mempunyai logika independen,
berkaitan dengan keinginan,
maksud, dan tujuan manusia.
24. o Manusia adalah pusat Realitas, sehingga
segala yang terdapat di dalam realitas
harus dikembalikan pada manusia.
o Humanisme menjunjung tinggi nilai dan
martabat manusia, sehingga manusia
menduduki posisi sangat sentral dan
penting, teoritis maupun praktis.
Humanisme
25. o Humanisme menjunjung tinggi nilai dan
kedudukan manusia serta menjadikannya
sebagai kriteria segala sesuatu
o Segala sesuatu ukuran penilaian dan
referensi akhir dari semua kejadian
manusiawi dikembalikan kepada manusia
itu sendiri, bukan pada kekuatan-
kekuatan diluar manusia (misalnya,
kekuatan Tuhan atau alam).
26. o Humanisme tidak menentang tentang
adanya kekuasaan Tuhan, namun mereka
percaya bahwa di balik kekuasaan Tuhan,
masih banyak peluang bagi manusia untuk
dapat menentukan jalan hidupnya
o Mereka dapat mengembangkan potensi
dan memilih masa depannya sendiri,
tanpa terbelenggu oleh kodrat atau
ketakutan terhadap murka Tuhan.
27. o Humanisme menolak kekuasaan para
pemimpin agama yang merasa menjadi
satu-satunya otoritas dalam memberikan
intepretasi terhadap dogma-dogma
agama yang kemudian diterjemahkan
kedalam segenap bidang kehidupan di
Eropa.
28. o Humanisme kembali kepada era klasik
yang bertujuan menghidupkan dan
mengembangkan potensi dan kemampuan
yang pernah dimiliki dan dikerahkan oleh
orang-orang terdahulu sekaligus
melenyapkan sebagian kepercayaan dan
keyakinan masyarakat abad pertengahan.
Kebebasan
29. o Kebebasan merupakan tema terpenting
dari humanisme, tetapi bukan kebebasan
yang absolut
o Kebebasan telah menjustifikasi klaim-
klaim mengenai otonomi manusia
o Kebebasan merestui manusia untuk
mencari kemampuan membuat alam
natural dan sejarah sebagai wilayah
kekuasaannya
30. o Kebebasan merestui manusia untuk
menguasai alam tatkala manusia dibuat
tak berdaya oleh faktor alam
o Humanisme membela kebebasan manusia
untuk merancang sendiri kehidupannya di
dunia dengan cara yang merdeka.
o Mereka berpedoman bahwa, kebebasan
manusia itu ada, dan perlu dipertahankan
dan di ekspresikan.
31. • Manusia dengan segenap kebebasan
memiliki potensi yang sangat besar dalam
menjalankan kehidupan ini secara mandiri
untuk mencapai keberhasilan hidup di
dunia.
o Instruksi-instruksi para pemuka agama
bukan sebagai perintah yang membantu
melainkan sebagai rintangan yang
menghambat kebebasan.
32. o Auguste Comte mendirikan agama
kemanusiaan yang ateisme hanya dengan
tujuan membenahi situasi sosial.
o Doktrin humanistik yang ateisme
mendapat minat dari kalangan elit agama
Kristen sehingga mereka menganggap
kekristenan sebagai agama humanistik.
Agama
33. o Kecenderungan untuk membela nilai dan
kebebasan manusia telah mendorong
kaum humanis untuk berdiskusi mengenai
Tuhan, kekuatan-Nya, serta masalah ruh.
o Masalah kontemporer mengenai ruh,
keabadian ruh, dan kebebasan ruh yang
biasanya tetap dikemukakan dengan tipe-
tipe tradisional abad-abad pertengahan
dan terlimitasi oleh paradigma masa itu.
34. o Dalam humanisme pembahasan-
pembahasan ini menemukan makna baru
pemahaman dan keyakinan adalah demi
daya inovatif manusia di dunia, dan daya
ini juga mereka pertahankan di dalam
areal keagamaan.
o Kaum humanis bisa diklasifikasikan
menjadi dua kelompok yaitu penyembah
Tuhan dan ateis.
35. o Kaum humanis penyembah Tuhan yang
menjadi orientasi ialah nilai dan
kebebasan manusia.
o Pengenalan Tuhan beserta kekuatan-Nya
hanya dipandang sebagai instrument
o Komitmen kepada ajaran dan instruksi-
instruksi agama hanya merupakan
instrumen dengan peranannya yang
superfisial.
36. o Tolerensi membawa pengertian mengenai
kemungkinan hidup rukun antar penganut
berbagai agama, yaitu agama-agama yang
tetap berbeda satu dengan yang lain dan
tak mungkin diubah menjadi satu
keyakinan.
Toleransi
37. o Para humanis memastikan spirit
persaudaraan sebagai satu pandangan
kolektif yang prinsipal dalam semua
keimanan agama dan memungkinankan
terwujudnya perdamaian agama secara
universal.
o Ketentraman hidup beragama juga
bersentuhan dengan persatuan yang urgen
di dalam filsafat dan agama.
38. o Segenap pemeluk ideologi diseru kepada
persatuan ideologis, baik ideologi filsafat
maupun agama, termasuk agama-agama
monoteis, idolatris, dan khurafat.
o Demi toleransi sama sekali tidak
mempertimbangkan perbedaan, dan tidak
ada prinsip yang konstan sebagai orientasi
perdamaian antar ideologi dan agama.
o Paham semacam ini jelas absurd dan
bersifat artifisial
40. o Ilmu pengetahuan modern tidak mampu
melepaskan diri dari kesewenang-
wenangan dan penyalahgunaan otoritas
tampak pada preferensi-preferensi yang
seringkali mendahului hasil penelitian.
Latar belakang
41. o Ada semacam kontradiksi antara teori dan
fakta dalam perkembangan ilmu-ilmu
pengetahuan modern.
o Ilmu-ilmu pengetahuan modern kurang
memperhatikan dimensi-dimensi mistis
dan metafisik eksistensi manusia
terlalu menekankan pada atribut fisik
individu.
42. o Keyakinan bahwa ilmu pengetahuan
modern mampu memecahkan segala
persoalan yang dihadapi manusia dan
lingkungannya ternyata keliru Masalah
tidak terpecahkan, kelaparan, kemiskinan,
dan kerusakan lingkungan terus terjadi
menyertai perkembangan ilmu
pengetahuan dan tehnologi.
43. o Postmodernisme cenderung mengkritik
segala sesuatu yang diasosiasikan dengan
modernitas Akumulasi pengalaman
peradaban barat seperti industrialisasi,
urbanisasi, kemajuan teknologi, negara
bangsa, kehidupan dalam jalur cepat dan
sebagainya dikritisi.
Kritik Postmodernisme
44. o Apa yang dibanggakan oleh pikiran
modern, sekarang jadi dikutuk dan apa
yang dulu dianggap rendah, sekarang
justru dihargai
o Postmodernisme meragukan prioritas–
prioritas modern karier, jabatan,
birokrasi, demokrasi liberal, toleransi,
penelitian objektif, prosedur netral,
peraturan impersonal dan sebagainya
semua diragukan.
45. o Secara etimologis berasal dari post dan
modern post = later or after post +
modern = postmodern = melampaui
kematian modernisme
o Secara terminologis kritik atas
masyarakat modern dan kegagalannya
memenuhi janji–janjinya.
Apakah Posmodernisme itu?
46. o Postmodernisme muncul untuk
“meluruskan” interpretasi sejarah yang
dianggap otoriter dengan mengakui
adanya identitas lain (the other) yang
berada di luar wacana hegemoni.
o Mengajak kaum kapitalis tidak hanya
memikirkan peningkatan produktivitas dan
keuntungan saja tetapi melihat juga
hal-hal yang selama ini dianggap sebagai
penyakit dan obyek pelecehan.
47. o Postmodernisme merupakan sebuah oto-
kritik dalam filsafat barat dengan
perombakan filosofis secara total
tidak lagi melihat hubungan antar wacana
sebagai suatu “dialektika” seperti yang
diajarkan Hegel (Tesis, AntiThesis,
Sintesis
o Menyangkal bahwa kemunculan suatu
wacana baru pasti meniadakan wacana
sebelumnya
48. o Postmodernisme mengajak untuk melihat
hubungan antar wacana sebagai hubungan
“dialogis” yang saling memperkuat satu
sama lain.
o Pikiran digantikan oleh keinginan
penalaran digantikan oleh relativisme.
o Kenyataan tidak lebih dari konstruk sosial,
kebenaran disamakan dengan kekuatan
atau kekuasaan.
49. o Dalam postmodernisme kebenaran adalah
relatif kenyataan atau realita adalah
relatif keduanya menjadi konstruk yang
tidak bersambungan satu sama lain.
o Teoritisi postmodernisme menolak apa
yang biasanya dikenal sebagai pandangan
dunia (world view), universalitas, dan
sebagainya.
50. o Nafas utama postmodernisme adalah
penolakan atas narasi–narasi besar (meta
narrative) yang muncul pada dunia modern
dengan berbagai bentuk tunggal yang
mengganggu akal budi
o Mulai memberi tempat bagi narasi–narasi
kecil, lokal atau etnik yang tersebar dan
beraneka ragam untuk untuk bersuara dan
menampakkan dirinya.
51. o Timbulnya pemberontakan secara kritis
terhadap proyek modernitas
o Memudarnya kepercayaan pada agama
yang bersifat transenden (meta-narasi)
o Diterimanya pandangan pluralisme dan
relativisme kebenaran.
Ciri-ciri Posmodernisme
52. o Meledaknya industri media massa,
sehingga bagaikan perpanjangan sistem
indera, organ dan saraf kita sehingga
menjadikan dunia terasa kecil Kekuatan
media massa telah menjelma bagaikan
“agama” atau “tuhan” sekuler perilaku
orang tidak lagi ditentukan oleh agama-
agama tradisional, tetapi tanpa disadari
telah diatur oleh media massa.
53. o Munculnya radikalisme etnis dan
keagamaan Fenomena ini diduga muncul
sebagai reaksi atau alternatif ketika
orang semakin meragukan terhadap
kebenaran sains, teknologi dan filsafat
yang dinilai gagal memenuhi janjinya untuk
membebaskan manusia yang terjadi
adalah penindasan.
54. o Munculnya kecenderungan baru untuk
menemukan identitas, apresiasi dan
keterikatan rasionalisme dengan masa lalu.
o Semakin menguatnya perkotaan (urban)
sebagai pusat kebudayaan dan pedesaan
sebagai daerah pinggiran Menguatnya
dominasi negara maju atas negara
berkembang Negara maju sebagai “titik
pusat” yang menentukan gerak “lingkaran
pinggir”.
55. o Semakin terbukanya peluang bagi kelas-
kelas sosial atau kelompok-kelompok untuk
mengemukakan pendapat secara lebih bebas
mendorong proses demokratisasi.
o Munculnya kecenderungan bagi tumbuhnya
eklektisisme dan pencampuran berbagai
wacana dan serpihan-serpihan realitas
sehingga seseorang sulit ditempatkan
secara ketat ke dalam kelompok budaya
secara eksklusif.