Ringkasan:
Makalah ini membahas mengenai jenis-jenis penilaian dan tes dalam pembelajaran matematika, termasuk penilaian formatif, penilaian sumatif, tes uraian, tes objektif, cara menentukan tipe item tes, mengembangkan tes, dan menyusun blueprint tes.
1. Makalah Evaluasi Pembelajaran Matematika
“Jenis-jenis Penilaian”
Oleh:
Kelompok 5
1. Erik Kuswanto (201310060311136)
PENDIDIKAN MATEMATIKA
FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN
UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH MALANG
2. Kata Pengantar
Puji syukur kehadirat Allah SWT yang senantiasa melimpahkan rahmat
dan karunia-Nya, sehingga penulis dapat menyelesaikan makalah ini sebagai
tugas Mata kuliah Evaluasi Pembelajaran Matematika dibimbing oleh Ibu Siti
Khoiruli Ummah, M.Pd.
Makalah makalah ini membahas mengenai jenis jenis tes, menentukan
item-item yang akan digunakan dalam tes serta bagaimana mengembangkat
perangkat evaluasi yang baik. Penulis makalah ini didasarkan pada bebrapa
sumber dan membuat dan membuat gagasan baru dari beberapa sumber yang
ada tersebut.
Penulis berterima kasih kepada beberapa pihak yang telah membantu
penulis dalam penyelesaian makalah ini. Hingga tersusun makalah yang
sampai dihadapan pembaca pada saat ini.
Penulis juga menyadari bahwa makalah ini masih banyak kekurangan.
Karena itu sangat diharapkan saran atau kritik yang membangun dari
pembaca demi tercapainya makalah yang lebih baik.
Malang, 09 Maret 2016
Penulis
3. ii
Daftar Isi
Kata pengantar...........................................................................................................i
Daftar Isi...................................................................................................................ii
BAB I PENDAHULUAN ....................................................................................... 1
1.1. Latar belakang............................................................................................. 1
1.2. Rumusan masalah........................................................................................ 1
1.3. Tujuan.......................................................................................................... 2
1.4. Manfaat........................................................................................................ 2
BAB II PEMBAHASAN ........................................................................................ 3
2.1. Penilaian........................................................................................................ 3
2.1.1. Jenis-Jenis Penilaian................................................................................ 3
2.1.1.1. Penilaian Formatif............................................................................. 3
2.1.1.2. Penilaian Sumatif............................................................................... 3
2.1.1.3. Perbedaan Penilaian Formatif dan Sumatif....................................... 4
2.2. Tes .............................................................................................................. 4
2.3. Jenis-Jenis Tes............................................................................................. 5
2.3.1. Tes uraian.............................................................................................. 5
2.3.1.1. Kelebihan Tes Uraian...................................................................... 6
2.3.1.2. Kelemahan Tes Uraian.................................................................... 6
2.3.1.3. Jenis-jenis tes uraian....................................................................... 6
2.3.1.4. Menyusun soal bentuk uraian......................................................... 7
2.3.2. Tes Objektif........................................................................................... 8
2.4. Menentukan tipe item yang akan digunakan............................................. 12
2.5. Menentukan banyaknya item .................................................................... 13
2.6. Pengembangan Tes.................................................................................... 13
2.6.1. Identifikasi tujuan ukur ........................................................................ 15
2.6.2. Menentukan tingkat kompetensi yang diungkap .................................. 16
2.6.3. Menyusun blue-print atau kisi-kisi tes ................................................. 16
2.6.4. Menentukan Spesifikasi Item............................................................... 18
2.6.5. Tabel spesifikasi................................................................................... 19
BAB III PENUTUP............................................................................................... 20
3.1. Kesimpulan................................................................................................. 20
DAFTAR PUSTAKA ........................................................................................... 22
5. 1
BAB I
PENDAHULUAN
1.1. Latar belakang
Zaman terus berkembang dan hal ini akan berdampak pada kualitas sumber
daya manusia (SDM). Dalam menghadapi perkembangan zaman yang terus
berjalan seiringnya waktu dibutuhkan peningkatan kualitas SDM.
Peningkatan sumber daya manusia ini juga berpengaruh terhadap penilaian
dalam pembelajaran. Penilaian dalam pembelajaran punakan terus dilakukan
untuk mengetahui tingkat pembelajran yang sesuai dengan perkembangan zaman,
dimana manusia dituntut aktif dalam dunia pendidikan agar penilaian
pembelajaran pun dapat berjalan sebagaimana mestinya.
Proses penilaian atau evaluasi pembelajaran akan lebih baik apabila adanya
kerjasama yang baik antara guru, siswa dan masyarakat. Demi meningkatkan
keterampilan dan kreatifitas siswa perlu adanya perubahan terhadap paradigma
penilaian yang lama dengan yang baru. Dalam kegiatan penialaian pembelajaran
tidak terlepas dari berbagai variabel pokok yang saling berkaitan yaitu
kurikulum, guru/pendidik, pembelajaran, peserta. Dimana semua komponen ini
bertujuan untuk kepentingan peserta.
Berdasarkan hal tersebut pendidik dituntut harus mampu menggunakan dan
mengembangkan berbagai macam macam penilaian maupun jenis jenis tes dalam
pembelajaran agar mampu mengetahui tingkat kemampuan siswa karna pada
dasarnya siswa bukan hanya objek melaikan subjek belajar.
1.2. Rumusan masalah
1. Apa yang dimaksud dengan alat/instrument penilaian dalam pembelajaran
?
2. Apa saja jenis penilaian dalam pembelajran ?
3. Apa saja jenis-jenis tes dalam pembelajaran ?
4. Bagaimana cara menentukan tipe-tipe item tes ?
5. Bagaimana menetapkan jumlah item tes ?
6. Bagaimana cara mengembangkan tes ?
6. 2
7. Apa yang dimaksud dengan kontruks atau variabel, domai yang diukur dan
operasionalnya ?
8. Bagaimana cara menyusun blue print atau kisi-kisi pada tes ?
9. Bagaimana cara menentukan spesifikasi pada item ?
1.3. Tujuan
1. Untuk mengetahui pengertian alat/instrument penilaian dalam
pembelajaran.
2. Untuk mengetahui jenis jenis penilaian dalam pembelajaran
3. Untuk mengetahui jenis-jenis tes dalam pembelajaran.
4. Untuk mengetahui cara menentukan tipe-tipe item.
5. Untuk mengetahui cara mengembangkan tes.
6. Untuk mengetahui cara menyusun blu print/ kisi-kisi pada tes.
7. Apa yang dimaksud dengan kontruks atau variabel tes, domain yang
diukur dan operasionalnya ?
8. Untuk mengetahui cara menentukan spesifikasi pada item.
1.4. Manfaat
1. Untuk mengetahui pengertian alat/instrument penilaian dalam
pembelajaran, jenis-jenis tes,cara menentukan tipe pada item, cara
mengembangkan tes, cara menyusun kisi-kisi pada tes, mengetahui
definisi kontruks atau variabel tes, domain yang diukur dan
operasionalnya dan cara menentukan spesifikasi pada item.
2. Untuk memperdalam seta memperluas pemahaman terhadap isi yang
terkandung dalam alat/intrumen tes serta bagaimana cara
mengembangkan intrumen tes.
3. Sebagai bahan referensi bagi pembaca dalam menyusun laporan yang
berkaitan dengan jenis-jenis tes serta pengembangannya.
7. 3
BAB II
PEMBAHASAN
2.1. Penilaian
Menurut Angelo (1991: 17) Classroom Assessment is a simple method faculty
can use tocollect feedback, early and often, on how well their students are
learning what they are being taught.
(Penilaian Kelas adalah suatu metode yang sederhana dapat menggunakan
fakultas (sekolah) untuk mengumpulkan umpan balik, awal dan setelahnya, pada
seberapa baik para siswa mereka belajar apa yang mereka ajarkan.)
Menurut Suharsimi yang dikutip oleh Sridadi(2007) penilaian adalah suatu
usaha yang dilakukan dalam pengambilan keputusan terhadap sesuatu dengan
ukuran baik-buruk penilaian ini bersifat kualitatif. Maka dapat disimpulkan
Penilaian adalah kegiatan menentukan nilai suatuobjek, seperti baik-buruk,
efektif-tidak efektif, berhasil-tidak berhasil, dan semacamnya sesuaidengan
kriteria atau tolak ukur yang telah ditetapkan sebelumnya.
2.1.1. Jenis –Jenis Penilaian
2.1.1.1. Penilaian Formatif
Penilaian formatif adalah kegiatan penilaian yang bertujuan
untuk mencari atau memperoleh sebuah umpan balik (feed back), yang
kemudian selanjutnya dari hasil penilaian tersebut dapat digunakan
untuk memperbaiki suatu proses belajar mengajar yang sedang atau
yang sudah dilaksanakan. Penilaian formatif tidak hanya berbentuk tes
tertulis dan hanya pada akhir pelajaran, tetapi dapat pula berbentuk
pertanyaan-pertanyaan lisan atau tugas-tugas yang diberikan selama
pelajaran berlangsung ataupun sesudah pelajaran selesai. Dalam
hubungan ini maka proses dan post-tes yang bisaa dilakukan dalam
sistem pelajaran termasuk dalam penilaian foramatif.
2.1.1.2. Penilaian Sumatif
8. 4
Penilaian sumatif adalah penilaian yang dilakukan untuk
memperoleh data atau informasi sampai dimana penguasaan atau
pencapaian belajar siswa terhadap bahan pelajaran yang telah
dipelajarinya selama jangka waktu tertentu. Adapun fungsi dan
tujuannya ialah untuk menentukan apakah dengan nilai yang
diperolehnya itu siswa dapat dinyatakan lulus (dapat mlanjutkan ke
tahap selanjutnya). Jelas kiranya bahwa penilaian sumatif tidak hanya
merupakan penilaian yang dilaksanakan pada setiap akhir semester,
tetapi juga dilaksanakan misalnya pada setiap modul, setiap akhir
tahun ajaran ataupun evaluasi belajar tahap akhir.
2.1.1.3. Perbedaan Penilaian Formatif Dan Sumatif
Perbedaan antara penilaian formatif dan penilaian sumatif
bukan terletak pada kapan atau waktu tes itu dilaksanakan, tetapi
terutama pada fungsi dan tujuan tes atau penilaian itu dilaksanakan.
Jika penilaian atau tes itu berfungsi dan bertujuan untuk memperoleh
umpan balik dan selanjutnya digunakan untuk memperbaiki proses
belajar-mengajar, maka penilaian itu disebut penilaian formatif. Tetapi
jika penilaian itu berfungsi dan bertujuan untuk mendapatkan
informasi sampai dimana prestasi atau penguasaan dan pencapaian
belajar siswa yang selanjutnya diperuntukan dengan penentuan lulus
tidaknya seorang siswa, maka penilaian itu disebut penilaian sumatif.
2.2. Tes
Tes merupakan alat ukur, pengukuran merupakan proses pemberian angka
yang bersifat kuantitatif dan penilaian merupakan proses pengambilan keputusan
yang bersifat kualitatif berdasarkan hasil pengukuran.
Tes merupakan suatu alat atau prosedur yang sistematis dan objektif untuk
memperoleh data atau keterangan yang di inginkan tentang seseorang dengan
cara yang cepat dan tepat.
Overton, Terry (2008): test is a method to determine a student’s ability to
complete certain tasks or demontstrate mastery of a skill or knowledge of content.
9. 5
Some types would be multiple choice tests or a weekly spelling test. While it
commonly used interchangeably with assesment, or even evaluation, it can be
distinguished by the fact that a test is one form of an assesment. (Tes adalah
suatu metode untuk menentukan kemampuan siswa menyelesaikan sejumlah
tugas tertentu atau mendemonstrasikan penguasaan suatu keterampilan atau
pengetahuan pada suatu materi pelajaran.Beberapa tipe tes misalnya tes pilihan
ganda atau tes mengeja mingguan. Seringkali penggunaannya tertukar dengan
asesmen, atau bahkan evaluasi (penilaian), yang mana sebenarnya tes dapat
dengan mudah dibedakan berdasarkan kenyataan bahwa tes adalah salah satu
bentuk asesmen).
Wayan Nurkencana (1993), tes adalah suatu cara untuk mengadakan penilaian
yang berbentuk suatu tugas yang harus dikerjakan anak atau sekelompok anak
sehingga menghasilkan suatu nilai tentang tingkah laku atau prestasi anak
tersebut yang kemudian dapat dibandingkan dengan nilai yang dicapai oleh anak-
anak lain atau standar yang telah ditetapkan. Maka didapat kesimpulan bahwa tes
merupakan suatu alat pengumpul informasi yang bersifat lebih resmi bila
dibandingkan dengan alat alat yang lain karna penuh dengan gagasan gagasan.
2.3. Jenis-Jenis Tes
Ada dua jenis tes yakni tes uraian dan tes objektif. Tes uraian terdiri dari
uraian bebas, uraian terbatas, dan uraian berstruktur. Sedangkan tes objektif terdiri
dari beberapa bentuk, yakni bentuk pilihan benar-salah, pilihan berganda,
menjodohkan, isian pendek dan melengkapi.
2.3.1. Tes uraian
Tes uraian adalah pertanyaan yang menuntut siswa menjawabnya dalam
bentuk menguraikan, menjelaskan, mendiskusikan, membandingkan,
memberikan alasan, dan bentuk lain yang sejenis sesuai dengan tuntutan
pertanyaan dengan menggunakan kata-kata dan bahasa sendiri. Dengan
demikian, dalam tes ini dituntut kemampuan siswa dalam hal
mengekspresikan gagasannya melalui bahasa tulisan.
2.3.1.1. Kelebihan atau keunggulan tes uraian ini antara lain :
10. 6
a. dapat mengukur proses mental yang tinggi atau aspek kognitif
tingkat tinggi;
b. dapat mengembangkan kemampuan berbahasa, baik lisan maupun
tulisan, dengan baik dan benar sesuai dengan kaidah-kaidah
bahasa;
c. dapat terlatih kemampuan berpikir teratur atau penalaran, yakni
berfikir logis, analitis, dan sistematis;
d. mengembangkan keterampilan pemecahan masalah (problem
solving);
e. adanya keuntungan teknis seperti mudah membuat soalnya
sehingga tanpa memakan waktu yang lama, guru dapat secara
langsung melihat proses berfikir siswa.
2.3.1.2.Kelemahan atau kekurangan yang terdapat dalam tes ini
antara lain adalah:
a. sampel tes sangat terbatas sebab dengan tes ini tidak mungkin
dapat menguji semua bahan yang telah diberikan, tidak seperti
pada tes objektif yang dapat menanyakan banyak hal melalui
sejumlah pertanyaan;
b. sifatnya sangat subjektif, baik dalam menanyakan, dalam
membuta pertanyaan, maupun dalam cara memeriksanya. Guru
bisa saja bertanya tentang hal-hal yang menarik baginya, dan
jawaban nya juga berdasarkan apa yang dikehendakinya;
c. tes ini biasanya kurang reliabel mengungkap aspek yang terbatas,
pemeriksaannya memerlukan waktu lama sehingga tidak praktis
bagi kelas yang jumlah siswanya relatif besar.
2.3.1.3. Jenis-jenis tes uraian
a. Tes Uraian Bebas (Free Essay)
Dalam uraian bebas jawaban siswa tidak dibatasi, bergantung
pada pandangan siswa itu sendiri. Hal ini disebabkan oleh isi
pertanyaan uraian bebas sifatnya umum. Melihat karakteristiknya,
pertanyaan bentuk uraian bebas ini tepat digunakan apabila bertujuan
untuk:
11. 7
1) mengungkapkan pandangan para siswa terhadap suatu masalah
sehingga dapat diketahui luas dan intensitasnya.
2) mengupas suatu per
3) soalan yang kemungkinan jawabannya beraneka ragam sehingga
tidak ada satupun jawaban yang pasti.
4) mengembangkan daya analisis siswa dalam melihat suatu
persoalan dari berbagai segi atau dimensinya.
Kelemahan tes ini ialah sukar menilainya karena jawaban siswa
bisa bervariasi, sulit menentukan kriteria penilaian, sangat subjektif
karena bergantung pada guru sebagai penilainya.
b. Tes Uraian Terbatas (Restricted Response Items)
Dalam bentuk ini pertanyaan telah diarahkan kepada hal-hal
tertentu atau ada pembatasan tertentu. Pembatasan bisa dari segi
ruang lingkupnya, sudut pandang menjawabnya, dan indikator-
indikatornya. Dengan adanya pembatasan tersebut jawaban siswa
akan lebih terarah sesuai dengan yang diharapkan. Cara memberikan
penilaian juga lebih jelas indikatornya. Kriteria kebenaran jawaban
bisa lebih mudah ditentukan
2.3.1.4.Menyusun soal bentuk uraian
Berikut hal-hal yang perlu diperhatikan dalam penyusunan tes
uraian, antara lain :
a. Dari segi isi yang diukur
Segi yang akan diukur sebaiknya ditentukan secara jelas, misalnya
pemahaman konsep, aplikasi suatu konsep, analisis suatu permasalahan,
dan aspek kognitif lainnya. Dengan kejelasan apa yang akan diungkapkan
maka soal atau pertanyaan yang dibuat hendaknya mengungkapkan
kemampuan siswa dalam abilitas tersebut. Selain itu, dalam memilih
materi sesuai dengan kurikulumnya atau silabusnya, pilih materi yang
esensial sehingga tidak semua materi perlu ditanyakan. Materi esensial
adalah materi yang menjadi inti persoalan dan menjadi dasar untuk
penguasaan materi lainnya. Aturlah penyusunan pertanyaan secara
12. 8
berurutan mulai dari tingkat yang mudah ke yang lebih sulit, atau dari
yang sederhana menuju yang lebih kompleks.
b. Dari segi bahasa
Gunakan bahasa yang baik dan benar sehingga mudah dipahami
maksud dari pertanyaan yang ada dalam soal. Bahasa yang sederhana,
singkat, tetapi jelas apa yang ditanyakan.
c. Dari segi teknis penyajian soal
Hindari pengulangan pertanyaan untuk materi yang sama, sehingga
soal atau pertanyaan yang diajukan lebih komprehensif daripada segi
lingkup materinya. Perhatikan waktu yang tersedia untuk mengerjakan
soal tersebut. Bobot penilaian untuk setiap soal sebaiknya dibedakan
menurut tingkat kesulitan soal. Soal-soal yang tergolong sulit diberi bobot
yang lebih besar. Tingkat kesulitan soal dilihat dari sifat materinya dan
kemampuan yang diukurnya. Kemampuan analisis lebih sulit daripada
aplikasi dan pemahaman.
d. Dari segi jawaban
Setiap pertanyaan yang diajukan sebaiknya telah ditentukan jawaban
yang diharapkan, minimal pokok-pokoknya. Tentukan pula besarnya skor
maksimal untuk setiap soal yang dijawab benar dan skor minimal bila
jawaban dianggap salah atau kurang memadai.
2.3.2. Tes Objektif
Tes objektif disebut pula “short-answer” test atau “new-Type” tes. Tes
objektif terdiri dari item-item yang dapat dijawab dengan jalan memilih salah
satu alternatif yang benar dari sejumlah alternatif yang tersedia, atau dengan
mengisi jawaban yang benar dengan beberapa perkataan atau simbol.
2.3.2.1. Kelebihan tes objektif :
a. Tes objektif dapat dijawab dengan cepat, sehingga
memungkinkan siswa untuk menjawan sebagian besar
pertanyaan dalam satu periode tes.
13. 9
b. Reliabilitas skor. Item-item dalam tes objektif hanya
mengandung satu jawaban yang benar. Sehingga siapapun dan
kapanpun menskor, skornya akan tetap sama.
c. Jawaban-jawaban tes objektif dapat dikoreksi dengan mudah
dan cepat dengan menggunakan kunci jawaban.
2.3.2.2. Kelemahan tes objektif :
a. Kemungkinan siswa untuk menerka-nerka jawaban sangat
besar. Namun kelemahan ini dapat diantisipasi dengan
memberitahu kepada siswa rumus skoring, missal jawaban
salah akan mendapat nilai -1.
b. Dibutuhkan biaya administrasi yang lebih banyak untuk
mencetak lembar soal. Kelemahan ini dapat diantisipasi pula
dengan cara membedakan lembar jawaban dengan lembar soal
agar soal yang sudah dicetak dapat digunakan di periode tes
selanjutnya.
2.3.2.3. Berikut beberapa jenis bentuk soal objektif, antara lain :
a. Bentuk soal jawaban singkat
Bentuk soal jawaban singkat merupakan soal yang
menghendaki jawaban dalam bentuk kata, bilangan, kalimat, atau
simbol dan jawabannya hanya dapat dinilai benar atau salah.
Kebaikan bentuk soal jawaban singkat:
1) Menyusun soalnya relatif mudah
2) Kecil kemungkinan siswa memberi jawaban dengan cara
menebak
3) Menuntut siswa untuk dapat menjawab dengan singkat dan
tepat
4) Hasil penilaiannya cukup objektif
Kelemahan bentuk sosl jawaban singkat:
1) Kurang dapat mengukur aspek pengetahuan yang lebih tinggi
2) Memerlukan waktu yang agak lama untuk menilainya sekalipun
tidak selama bentuk uraian
14. 10
3) Menyulitkan pemeriksanaan apabila jawaban siswa
membingungkan pemeriksa
b. Bentuk soal benar-salah
Bentuk soal benar-salah adalah bentuk tes yang soal-soalnya
berupa pernyataan. Sebagian dari pernyataan itu merupakan
pernyataan yang benar dan sebagian lagi merupakan pernyataan
yang salah. Pada umumnya bentuk soal benar-salah dapat dipakai
untuk mengukur pengetahuan siswa tentang fakta, definisi, dan
prinsip.
Kebaikan bentuk soal benar-salah:
1) Pemeriksaan dapat dilakukan secara objektif dan cepat
2) Soal dapat disusun dengan mudah
Kelemahan bentuk soal benar-salah:
1) Kemungkinan menebak dengan benar jawaban setiap soal
adalah 50%
2) Kurang dapat mengukur aspek pengetahuan yang lebih tinggi
karena hanya menuntut daya ingat dan pengenalan kembali
3) Banyak masalah yang tidak dapat dinyatakan hanya dengan dua
kemungkinan (benar dan salah)
c. Bentuk soal menjodohkan
Bentuk soal menjodohkan terdiri atas dua kelompok peryataan
yang paralel. Kedua kelompok pertanyaan ini berada dalam satu
kesatuan. Kelompok sebelah kiri merupakan bagian yang berisi
soal-soal yang harus dicari jawabannya.
Kebaikan bentuk soal menjodohkan:
1) Penilaiannya dapat dilakukan dengan cepat dan objektif
2) Tepat digunakan untuk mengukur kemampuan bagaimana
mengidentifikasi antara dua hal yang berhubungan
3) Dapat mengukur ruang lingkup dua pokok bahasan atau
subpokok bahasan yang lebih luas
15. 11
Kelemahan bentuk soal menjodohkan:
1) Hanya dapat mengukur hal-hal yang didasarkan atas fakta dan
hafalan
2) Sukar untuk menentukan materi atau pokok bahasan yang
mengukur hal-hal yang berhubungan
d. Bentuk soal pilihan ganda
Soal pilihan ganda adalah bentuk tes yang mempunyai satu
jawaban yang benar atau paling tepat. Dilihat dari strukturnya,
bentuk soal pilihan ganda terdiri atas:
1) Stem, yaitu pernyataan yang berisi permasalahan yang akan
ditanyakan
2) Option, yaitu sejumlah pilihan atau alternatif jawaban
3) Kunci, yaitu jawaban yang benar atau paling tepat
4) Distractor (pengecoh), yaitu jawaban-jawaban lain selain kunci
jawaban
Kebaikan bentuk soal pilihan ganda:
1) Materi yang diujikan dapat mencakup sebagian besar dari bahan
pengajaran yang telah diberikan
2) Jawaban siswa dapat dioreksi (dinilai) dengan mudah dan cepat
dengan menggunakan kunci jawaban
16. 12
3) Jawaban untuk setiap pertanyaan sudah pasti benar atau salah
sehingga penilainnya bersifat objek
Kelemahan bentuk soal pilihan ganda:
1) Kemungkinan untuk melakukan tebakan jawaban masih cukup
besar
2) Proses berpikir siswa tidak dapat dilihat dengan nyata
2.4. Menentukan Tipe Item Yang Akan Digunakan
Dalam penyusunan tes, masalah menentukan format dan tipe item yang akan
digunakan adalah sangat penting dan biasanya mencakup pertimbangan-
pertimbangan tertentu. Pertimbangan tersebut pertama adalah yang menyangkut
tujuan pengukuran atau diadakannya suatu tes. Dalam bab sebelumnya telah
dibahas beberpa jenis tes berdasarkan fungsinya. Pertimbangan kedua adalah
mengenai pencapaian hasil belajar. Suatu item haruslah mengukur hasil belajar
secara langsung, dan hal ini yang menyebabkan penyusun item harus memilih
tipe item tertentu.
Pencapaian hasil belajar ini tidak bisa lepas dari Rencana Perencanaan
Pembelajaran yang memuat tentang Kompetensi Inti, Kompetensi Dasar,
Indikator, serta tujuan pembelajaran. Oleh karena itu, penyusun tes harus
memperhatikan idikator yang ingin dicapai sebelum menentukan tipe item yang
akan digunakan.
Menurut prosedur skoring (pemberian angka), maka item dalam tes dapat
dibagi menjadi dua tipe, yaitu:
1) Item tipe objektif. Ciri utamanya adalah adanya satu jawaban yang dianggap
benar atau dianggap terbaik
2) Item tipe karangan (essay). Beberapa ahli menggunakan istilah item tipe
subjekif untuk menunjukkan bahwa dalam skoringnya unsur subjektivitas
pemberi skor tidak dapat dihindari.
17. 13
2.5. Menentukan Banyaknya Item
Batasan jumlah item dalam suatu tes tidak dapat ditentukan secara umum.
Menentukan banyaknya item menyangkut beberapa pertimbangan, baik
pertimbangan teoritis maupun pertimbangan praktis.
1) Pertimbangan teoritis
Secara teoritis, suatu tes haruslah berisi sebanyak-banyaknya item yang
independen (tidak terikat) satu sama lain. Sehingga suatu tes yang berisi banyak
item lebih komprehensif cakupannya daripada tes yang hanya berisi sedikit item,
jadi isi tes itu akan lebih mewakili keseluruhan bahan tes. Selain itu, mengenai
konsistensi hasil pengukuran tes tersebut yang berkaitan dengan jumlah item.
Konsistensi ini dinyatakan sebagai reliabilitas tes yang secara teoritis dapat
ditunjukkan bahwa suatu tes yang berisi item yang lebih banyak akan mempunyai
reliabilitas yang lebih tinggi daripada tes yang berisi sedikit item.
2) Pertimbangan Praktis
Alasan-alasan praktis yang juga tidak dapat lepas dari pertimbangan para
penyusun item. Alasan tersebut antara lain menyangkut masalah tujuan
diadakannya tes, waktu yang tersedia bagi penulisan item, pemeriksaan jawaban
siswa dan jumlah siswa yang akan mengikuti tes, waktu yang tersedia bagi siswa
untuk menjawab tes, dan sebagainya.
Tipe item yang digunakan juga ikut menentukan jumlah item. Misalnya suatu
tes yang berisi item tipe uraian (essay) tentu tidak dapat berisi banyak item karena
setiap item yang ada akan membutuhkan waktu lebih banyak dari siswa untuk
membaca, memahami, dan menjawab soalnya. Tes yang berisi item tipe benar-
salah tentu dapat terdiri dari item dalam jumlah besar.
2.6. Pengembangan Tes
Konstruk adalah kerangka dari suatu konsep. Sedangkan untuk dapat
mengukur beragamnya nilai sebuah konstruk, dibutuhkan suatu indikator
(variabel). Konstruk berhubungan dengan sikap, minat, intelegensi,
kepemimpinan, agresivitas.
Sebuah teori menyatukan beberapa pernyataan terhadap konstruk-konstruk
yang saling memiliki hubungan kausalitas.
18. 14
Dalam permodelan teori dikenal beberapa konstruk:
1) Konstruk Eksogen, yaitu konstruk yang tidak memiliki penyebab atau
penyebabnya berasal dari luar teori. Variabel yang digunakan untuk
mengukur disebut sebagai variabel independen.
2) Konstruk Endogen, yaitu konstruk yang memiliki penyebab. Variabel
pengukurnya disebut variabel dependen.
3) Konstruk interven, yaitu konstruk yang menyebabkan hubungan
persebaban tidak langsung antara dua konstruk lain.
Dua konstruk dapat menyebabkan satu sama lain di dalam sebuah proses
yang disebut persebaban resiprokal (timbal balik/saling berhubungan).
Konstruk memiliki validitas. Validitas konstruk adalah validitas yang
berkaitan dengan kesanggupan suatu alat ukur dalam mengukur pengertian suatu
konsep yang diukurnya. Menurut Jack R. Fraenkel validasi konstruk (penentuan
validitas konstruk) merupakan yang terluas cakupannya dibanding dengan
validasi lainnya, karena melibatkan banyak prosedur termasuk validasi isi dan
validasi kriteria.
Dalam pengembangan tes, domain yang akan diukur dibagi menjadi domain
kognitif, domain afektif, dan domain psikomotor.
Level pembelajaran domain kognitif:
1. Knowledge yaitu mengingat sesuatu
2. Comprehension yaitu menangkap/memahami arti sesuatu
3. Application yaitu menggunakan sesuatu dalam situasi konkrit
4. Analysis yaitu memecah sesuatu persoalan menjadi lebih baik.
5. Evaluation yaitu menilai sesuatu berdasar kriteria tertentu
Kategori utama domain afektif:
1. Responding to phenomena yaitu partisipasi aktif sebagai pembelajar
2. Valuing yaitu nilai seseorang melekat pada perilaku
3. Organization yaitu mengorganisasi nilai ke dalam prioritas
4. Characterization yaitu memiliki sistem nilai atau norma yang mengatur
perilaku
Kategori utama domain psikomotor:
1. Perception yaitu mampu melakukan pergerakan
19. 15
2. Set yaitu kesiapan bertindak
3. Adaptation yaitu memodifikasi pola pergerakan
4. Origination yaitu menciptakan pergerakan baru
Dalam mengukur indikator pencapaian hasil belajar baik kognitif, afektif
maupun psikomotor dapat menggunakan berbagai macam bentuk tes baik tertulis
maupun lisan. Domain kognitif dapat diukur menggunakan seperti misalnya tes
lisan, tes pilihan ganda, tes obyektif, tes uraian, tes jawaban singkat,
menjodohkan, dan tes unjuk kerja. Tes pada domain afektif untuk mengukur
sikap dengan teknik antara lain observasi, pertanyaan langsung, dan laporan
pribadi yang diukur dengan menggunakan skala Likert. Sedang hasil belajar
psikomotor yang indikator keberhasilannya lebih berorientasi pada gerakan dan
menekankan pada reaksi fisik atau keterampilan tangan.
2.6.1. Identifikasi Tujuan Ukur
Tujuan pengukuran harus diketahui dengan jelas lebih dahulu oleh
seorang penyusun test. Tujuan pengajaran dapat dilihat dari fungsi evaluasi
yang dilakukan oleh suatu test, yaitu tes objektif dan tes essay. Masing-
masing tujuan fungsi ini menghendaki adanya penyesuaian dalam desain test
yang direncanakan. Penyesuaian ini meliputi pertimbangan-pertimbangan
pengambil sampel item yang akan dijadikan sebagai contoh. Didalam
identifikasi tujuan ukur terdapat batasan cakupan isi tes dan penentuan
tingkat kompetensi.
a. Membatasi cakupan isi test
Tujuan pembatasan cakupan isi pada tes adalah untuk
mempermudah siswa mempelajari materi pada saat tes akan
berlangsung. Bagi suatu pelajaran atau kawasan pengetahuan yang
diajarkan seringkali meminta perhatian yang tidak sama dikarenakan
pertimbangan mengenai relevansi ataupun pentingnya bagian pelajaran
tersebut. Pertimbangan ini menyebabkan perbedaan pula dalam luas
serta dalamnya pembahasan yang diperlukan di dalam kelas. Makin
penting suatu unit atau bagian pelajaran maka akan semakin banyak
20. 16
waktu yang diperlukan guna membicarakannya secara lebih mendalam
dan meluas.
Suatu cara yang dapat ditempuh dalam usaha menyusun test yang
berisi item yang komprehansif dan relevan ini adalah dengan
melakukan pembagian bahan ujian sesuai dengan rencana pembelajaran
atau tujuan instruksional yang telah digariskan. Pembagian ini dapat
didasarkan pada bab-bab dalam buku yang dijadikan pegangan selama
program pelajaran.
2.6.2. Menentukan Tingkat Kompetensi Yang Diungkap
Tingkat kompetensi merupakan operasionalisasi tujuan instruksional
dalam suatu program. Suatu tujuan instruksional yang masih berupa konsep
umum harus dinyatakan dalam bentuk perilaku khusus agar dapat diukur
tercapai tidaknya dalam sutau program. Dalam hal ini perilaku subjek
menunjuk pada apa yang dapat dilakukan atau diperlihatkan oleh subjek
sebagai suatu indikasi bahwa ia telah mencapai hasil belajar pada taraf
tertentu. Pencapaian hasil belajar inilah yang dimaksud dengan kompetensi
yang akan diungkap oleh item-item test.
Keseluruhan item dalam test yang direncanakan biasanya dibagi atas
beberapa taraf kompetensi yang berbeda. Menetapkan taraf kompetensi
yang akan diungkap ini biasanya tidak mudah dikarenakan tingkat
kompetensi test tergantung pada pertimbangan-pertimbangan yang bersifat
khusus sesuai dengan maksud test. Kecuali bila sejak awal program
instruksional tingkat kompetensi yang akan dicapai itu telah dirumuskan
dengan tegas dan manjadi bagian dari tujun instruksional secara jelas pula.
2.6.3. Menyusun Blue-Print Atau Kisi-Kisi Tes
Tujuan penyusunan blue-print atau kisi-kisi adalah merumuskan
setepat mungkin ruang lingkup dan tekanan tes dan bagian-bagiannya
sehingga rumusan tersebut dapat menjadi petunjuk yang efektif bagi
penyusun tes. Di dalam kisi-kisi ini tercakup dengan jelas cakupan materi
dan bobot masing-masing bagian-bagian serta aspek sasaran ukur sesuai
21. 17
dengan tujuan-tujuan khusus (operasional) yang dijabarkan dari tujuan
umum pengukuran, yang telah dirumuskan.
Untuk membantu dan mempermudah penyusunan kisi-kisi agar butir-
butir tes yang dihasilkan nantinya representatif, maka biasanya dilakukan
analisis dua arah. Dalam penyusunan kisi-kisi tes hasil belajar dilakukan
analisis dari arah materi dan dari arah perilaku.
Prestasi belajar merupakan variabel latent, dan tak bisa diukur secara
langsung, karena itu harus diterjemahkan menjadi indikator perilaku yang
bisa diamati secara langsung. Proses penerjemahan ini disebut
operasionalisasi. Ketepatan operasionalisasi sasaran ukur akan menentukan
validitas tes.
Agar blue-print efektif sebagai acuan penulisan soal maka, harus
mencakup kedua dimensi, yaitu dimensi materi dan dimensi perilaku secara
bersamaan.
Untuk menampilkan kedua dimensi itu secara serempak, maka dalam
penyajian bue-print itu digunakan klasifikasi dua segi, yaitu segi isi
pengetahuan dan segi perilaku. Sehingga matrik kisi-kisinya seperti tabel
4.3
Tabel 4.3 : Contoh Kisi-kisi Suatu Tes
Isi
pengetahua
n/pokok
bahasan
Taraf kompetensi jumlah
pengeta
huan
pemaha
man
Aplikasi Analisis Sintesis evaluasi f %
I
II
III
IV
V
VI
VII
3 2 2 1 8 10
3 2 2 1 8 10
3 1 2 1 1 8 10
3 2 2 1 8 10
2 2 2 1 1 8 10
2 2 2 1 1 8 10
2 2 1 1 1 1 8 10
22. 18
VIII
IX
X
2 2 2 1 8 10
2 2 3 1 8 10
2 2 2 1 1 8 10
Jumlah f 24 20 20 8 4 4 80
% 30 25 25 10 5 5 100
2.6.4. Menentukan Spesifikasi Item
Perencanaan bentuk item tes erat sekali hubungannya dengan hakikat
tujuan yang hendak diukur. Berapa jumlah proporsi yang disediakan bagi
setiap bentuk item, harus dilihat dalam hubungan dengan tujuan-tujuan yang
akan diukur dan materi pelajaran yang akan dijadikan bahan tes. Untuk itu
kiranya perlu kita kembangkan tabel seperti di bawah ini.
Bentuk item
Tujuan
Pengetahuan Pemahaman Aplikasi total
Betul-salah ... item ... item ... item
Pilihan ganda ... item ... item ... item
Menjodohkan ... item ... item ... item
Isian ... item ... item ... item
Total ... item ... item ... item
Misalkan dalam tabel spesifikasi telah direncanakan sebanyak lima item
untuk mengukur tujuan :pengetahuan” dalam hubungan isi pelajran tentang
persepsi, simbolisasi, dan metode science; makna kelima buah item tersebut
dibagi (berdasarkan pertimbangan atau judgment tertentu masing-masing
untuk bentuk B — S, pilihan ganda, menjodohkan, dan isian. Demikian pula
untuk aspek pemahaman dan aplikasi dan aspek-aspek lainnya yang akan
diukur. Hasil dari pertimbangan tersebut, akan sama dengan jumlah
keseluruhan item yang direncanakan, misalnya total 100 item.
23. 19
2.6.4.1. Tabel Spesifikasi
Tabel spesifikasi test merupakan tabel yang memuat sekaligus
cakupan isi test dan tingkat kompetesi yang akan diungkap. Tabel
semacam ini berupa tabel dua sisi yang seringkali disebut sebagai blue-
print test. Blue-print akan menjadi pegangan yang sangat membantu
sewaktu penulisan item berlangsung sebagai suatu pedoman yang akan
tetap mengarahkan penuis item pada tujuan pengukuran test dan
menjaganya agar tidak keluar dari batasan isi test.
Tabel spesifikasi yang baik, di samping akan meningkatkan kualtas
item, juga sangat berguna apabila dikehendaki menyusun lebih dari satu
buah test yang paralel. Beberapa buah test yang ditulis oleh beberapa
penulis item berdasarkan spesifikasi test yang sama, akan menghasilkan
beberapa test yang paralel atau yang setara. Perbedaan yang tampak
hanyalah pada rumusan kata-kata yang digunakan dalam item-itemnya
saja.
Bentuk umum suatu tabel spesifikasi.
Komponen perilaku
A B C D Total %
Komponen isi
I
II
III
IV
Total % 100 %
24. 20
BAB III
PENUTUP
1. Kesimpulan
Penilaian adalah kegiatan menentukan nilai suatuobjek, seperti baik-buruk,
efektif-tidak efektif, berhasil-tidak berhasil, dan semacamnya sesuaidengan
kriteria atau tolak ukur yang telah ditetapkan sebelumnya.
Penilaian formatif adalah kegiatan penilaian yang bertujuan untuk mencari
atau memperoleh sebuah umpan balik (feed back), yang kemudian selanjutnya
dari hasil penilaian tersebut dapat digunakan untuk memperbaiki suatu proses
belajar mengajar yang sedang atau yang sudah dilaksanakan sedangkan
Penilaian sumatif adalah penilaian yang dilakukan untuk memperoleh data
atau informasi sampai dimana penguasaan atau pencapaian belajar siswa
terhadap bahan pelajaran yang telah dipelajarinya selama jangka waktu
tertentu.
Tes merupakan alat ukur, pengukuran merupakan proses pemberian angka
yang bersifat kuantitatif dan penilaian merupakan proses pengambilan
keputusan yang bersifat kualitatif berdasarkan hasil pengukuran.
Ada dua jenis tes yakni tes uraian dan tes objektif. Tes uraian terdiri dari
uraian bebas, uraian terbatas, dan uraian berstruktur. Sedangkan tes objektif
terdiri dari beberapa bentuk, yakni bentuk soal jawaban singkat, bentuk soal
benar-salah, bentuk soal pilihan berganda, bentuk soal menjodohkan, isian
pendek dan melengkapi.
Dalam pengembangan tes, domain yang akan diukur dibagi menjadi
domain kognitif, domain afektif, dan domain psikomotor. Suatu spesifikasi tes
biasanya meliputi: Identifikasi tujuan ukur,Pembatasan, cakupan isi (content)
test,Penentuan tingkat kompetensi yang akan diungkap,Penentuan tipe item
yang akan digunakan, Penentuan banyaknya item
26. 22
DAFTAR PUSTAKA
Purwanto, Ngalim. 2013. Prinsip-prinsip dan Tehnik Evaluasi
Pengajaran. Bandung:Remaja Rosdakarya
Hamalik, Oemar. 1989. Teknik Pengukuran dan Evaluasi Pendidikan.
Bandung:CV Mandar Maju
Nurkanca, Wayan dan Sumartana, P. Evaluasi Pendidikan.
Surabaya:Usaha Nasional