SlideShare a Scribd company logo
1 of 44
SEMINAR 
“LAPORAN PENDAHULUAN HYGIENE DAN INTEGRITAS 
KULIT DAN ASUHAN KEPERAWATAN ULKUS 
DIABETIKUM” 
PADA Tn. R.B 
DI RUANG CENDRAWASIH 
BLUD. RSUD. KAJEN 
DISUSUN OLEH: 
Musyafaatun 
Haris Musmulyanto 
Tri Handayani 
Casmuti 
PROGRAM STUDI ILMU KEPERAWATAN 
SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN KENDAL 
TAHUN AKADEMIK 2012/2013
KATA PENGANTAR 
Puji syukur kami panjatkan kepada Allah SWT atas rahmat dan karunia- 
Nya, sehingga kami dapat menyelesaikan penyusunan makalah seminar yang 
berjudul “Asuhan Keperawatan Ulkus Diabetikum”. Penulisan makalah 
seminar ini dibuat guna memenuhi tugas komprehensif 1. 
Kami menyampaikan ucapan terima kasih kepada pihak-pihak yang 
membantu dalam penyelesaian makalah ini,khususnya kepada: 
1. Ibu Qurrotul Aini ,S.Kep.,Ns, dan tim selaku dosen pembimbing mata 
kuliah modul kebutuhan eliminasi, yang selalu memberikan bimbingan dan 
juga pengarahan kepada kami. 
2. Bapak Yudi Susanto K. S.Kep.Ns dan Tim selaku S.I pembimbing ruang 
Cendrawasih BLUD.Kajen 
3. Rekan-rekan satu kelompok yang terus memberikan bantuan pikiran dan 
tenaga. 
4. Keluarga yang telah memberikan bantuan kami,berupa dorongan dan doa 
juga biaya yang menjadikan makalah ini bisa selesai. 
5. Semua pihak yang tidak dapat kami sebutkan satu persatu. 
Kami sadar dalam penulisan makalah seminar ini kami merasa masih 
banyak kekurangan, baik pada penulisan maupun materi, mengingat 
kemampuan yang kami miliki. Untuk itu kritik dan saran sangat kami harapkan 
demi penyempurnaan makalah kami. 
Semoga isi dari makalah ini dapat bermanfaat dan menambah wawasan 
bagi yang membacanya.Amin ya robbal alamin. 
Penulis
Daftar Isi
LAPORAN PENDAHULUAN 
HYGIENE DAN INTEGRITAS KULIT 
BAB I 
PENDAHULUAN 
A. Latar Belakang 
Dalam kehidupan sehari-hari kebersihan merupakan hal yang sangat 
penting dan harus diperhatikan karena kebersihan akan mempengaruhi 
kesehatan dan psikis seseorang. Kebersihan itu sendiri dangat dipengaruhi oleh 
nilai individu dan kebiasaan. Hal-hal yang sangat berpengaruh itu di antaranya 
kebudayaan , sosial, keluarga, pendidikan, persepsi seseorang terhadap 
kesehatan, serta tingkat perkembangan. 
Jika seseorang sakit, biasanya masalah kebersihan kurang diperhatikan. 
Hal ini terjadi karena kita menganggap masalah kebersihan adalah masalah 
sepele, padahal jika hal tersebut dibiarkan terus dapat mempengaruhi kesehatan 
secara umum. 
Personal Hygiene berasal dari bahasa Yunani yaitu personal yang artinya 
perorangan dan hygiene berarti sehat. Kebersihan seseoang adalah suatu 
tindakan untuk memelihara kebersihan dan kesehatan seseorang untuk 
kesejahteraan fisik dan psikis. 
Bagi dunia keperawatan, personal hygiene merupakan kebutuhan dasar 
manusia yang harus senantiasa terpenuhi. Personal hygiene termasuk kedalam 
tindakan pencegahan primer yang spesifik. Personal hygiene menjadi penting 
karena personal hygiene yang baik akan meminimalkan pintu 
masukmikroorganisme yang ada dimana-mana dan pada akhirnya mencegah 
seseorang terkena penyakit. Personal hygiene merupakan perawatan diri, 
dimana seseorang merawat fungsi-fungsi tertentu, seperti mandi, toileting, 
kebersihan tubuh secara umum dan berhias. Personal hygien atau kebersihan 
diri diperlukan untuk kenyamanan, keamanan, dan kesehatan seseorang. 
Kebersihan diri merupakan langkah awal mewujudkan kesehatan diri. Dengan 
tubuh yang bersih meminimalkan resiko seseorang terhadap kemungkinan
terjangkitnya suatu penyakit, terutama penyakit yang berhubungan dengan 
kebersihan diri yang buruk. Personal hygien yang tidak baik akan 
mempermudah tubuh terserang berbagai penyakit, seperti penyakit 
kulit,penyakit infeksi, penyakit mulut dan penyakit saluran cerna bahkan dapat 
menghilangkan fungsi bagian tubuh tertentu, seperti halnya kulit ( 
Soedarto.1996) 
Kulit adalah lapisan jaringan yang terdapat pada bagian luar, menutupi 
danmelindungi permukaan tubuh, berhubungan dengan selaput lendir yang 
melapisi rongga-rongga, lubang-lubang masuk.Kulit adalah lapisan terluar dari 
tubuh manusia, yang sebagian besar ditumbuhirambut, baik rambut halus 
maupun rambut kasar dan panjang, yang membungkus seluruh permukaan 
tubuh manusia.Kulit adalah suatu struktur jaringan diperlengkapi dengan 
pembungkus yang kedapair (waterproof) dan melindungi tubuh, mengandung 
ujung-ujung saraf sensible (perasa)dan membentuk pengaturan suhu. 
Kulit terdiri dari beberapa lapisan, dari yang paling luar sampai yang 
paling dalam,dan kulit tubuh dari satu bagian tubuh dengan bagian yang lain 
sangat berbeda. Kulit didaerah wajah dan leher jauh berbeda dengan ketebalan 
kulit di daerah telapak tangan dankaki.Kulit menerima stimulus sakit, perabaan 
dan perubahan temperature.Kulit terdiri dari lapisan luar yang disebut 
epidermis dan lapisan dalam atau lapisandermis.
BAB II 
PEMBAHASAN 
PERSONAL HYGIENE 
A. DEFINISI 
Personal Hygiene berasal dari bahasa Yunani yaitu personal yang artinya 
perorangan dan hygiene berarti sehat. Kebersihan seseoang adalah suatu 
tindakan untuk memelihara kebersihan dan kesehatan seseoran untuk 
kesejahteraan fisik dan psikis. 
Personal hygiene merupakan perawatan diri sendiri yang dilakukan untuk 
mempertahankan kesehatan, baik secara fisik maupun psikologis (Alimul, 
hal:1). 
Personal hygiene adalah perawatan diri dimana individu 
mempertahankan kesehatannya, dan dipengaruhi oleh nilai serta keterampilan 
(Mosby, 1994 dalam Pratiwi, 2008). 
Menurut Mubarak (2008) personal hygiene adalah upaya seseorang 
dalam memelihara kebersihan dan kesehatan dirinya untuk memperoleh 
kesejahteraan fisik dan psikologis. Pemenuhan personal hygiene diperlukan 
untuk kenyamanan individu, keamanan, dan kesehatan. Kebutuhan personal 
hygiene ini diperlukan baik pada orang sehat maupun pada orang sakit. Praktik 
personal hygiene bertujuan untuk peningkatan kesehatan dimana kulit 
merupakan garis tubuh pertama dari pertahanan melawan infeksi. Dengan 
implementasi tindakan hygiene pasien, atau membantu anggota keluarga untuk 
melakukan tindakan itu maka akan menambah tingkat kesembuhan pasien 
(Potter & Perry). 
B. Faktor – faktor yang mempengaruhi kebersihan individu 
1. Budaya 
Budaya mempengaruhi kebersihan seseorang, sebagai contoh orang Eropa, 
umumnya mandi sekali seminggu, karena cuaca di Eropa yang memang dingin, 
dan perempuan didesa yang biasa mandidi sungai. Sehingga tergolong yang 
memiliki personal hygiene yang buruk.
2. Pengetahuan 
Tingkat pengetahuan mempengaruhi bagaimana personal hygiene 
seseorang. Bagi individu yang memiliki tingkat pengetahuan personal hygiene 
yang baik, akan melakukan kebersihan diri yang optimal. 
3. Lingkungan pekerjaan, lingkungan keluarga 
Kebiasaan keluarga, jumlah orang di rumah, dan ketersediaan air panas 
merupakan faktor yang mempengaruhi personal hygiene dalam keluarga. Suatu 
pekerjaan menuntut individu lebih dalam melakukan personal hygienenya. 
4. Ekonomi 
Status ekonomi mempengaruhi tingkat personal hygiene yang digunakan. 
Sebagai contoh dalam membeli alat-alat mandi dan fasilitas toilet yang 
lengkap. 
5. Body image / citra tubuh 
Penilaian tentang penampilan seseorang berbeda-beda, apakah individu 
tersebut ingin potongan rambut atau tidak. 
6. Pilihan pribadi 
Tiap individu memiliki pilihan tersendiri kapan dia ingin memotong 
rambut, menggunting kuku, atau bahkan keinginan untuk mandi 2 kali sehari 
atau tidak mandi. 
7. Kondisi fisik 
Orang sakit lebih banyak membutuhkan kebersihan diri dan personal 
hygienenya perlu lebih hati- hati pada orang dengan luka terbuka. Macam-macam 
kebersihan diri meliputi : kulit, kaki, mulut, rambut, perawatan mata, 
hidung dan telinga, kebersihan lingkungan ( Graham-Brown dan Burns 2005) 
C. Jenis perawatan diri berdasarkan waktu pelaksanaan : 
1. Perawatan dini hari 
Merupakan perawatan diri yang dilakukan pada waktu bangun tidur, untuk 
melakukan tindakan seperti perapian dalam pengambilan dalam pemeriksaan 
(urine dan feses), memberikan pertolongan, mempersiapkan pasien dalam 
melakukan makan pagi dengan melakukan tindakan perawatan diri, seperti 
mencuci muka, tangan, dan menjaga kebersihan mulut.
2. Perawatan pagi hari 
Perawatan yang dilakukan setelah melakukan makan pagi dengan 
melakukan diri seperti melakukan pertolongan dalam pemenuhan kebutuhan 
eliminasi (BAB dan BAK), mandi atau cuci rambut, melakukan perawatan 
kulit, melakukan pijatan pada punggung, membersihkan mulut, kuku dan 
rambut, serta merapikan tempat tidur pasien. 
3. Perawatan siang hari 
Perawatan diri yang dilakukan setelah melakukan berbagai tindakan 
pengobatan atau pemeriksaan dan setelah makan siang. Berbagai tindakan 
keperawatan diri yang dapat dilakukan, antara lain mencuci muka dan tangan, 
membersihkan mulut, merapikan tempat tidur, dan melakukan pemeliharaan, 
kebersihan lingkungan kesehatan pasien. 
4. Perawatan menjelang tidur 
Perawatan diri yang dilakukan pada saat menjelang tidur agar pasien dapat 
tidur atau beristirahat dengan tenang. Berbagai kegiatan yang dapat dilakukan, 
antara lain pemenuhan kebutuhan eliminasi (BAK,BAB), mencuci tangan dan 
muka membersihkan mulut dan memijat daerah punggung. 
D. Macam-Macam Personal Hygiene dan Manfaatnya 
Pemeliharaan personal hygiene berarti tindakan memelihara kebersihan 
dan kesehatan diri seseorang untuk kesejahteraan fisik dan psikisnya. 
Seseorang dikatakan memiliki personal hygiene baik apabila, orang tersebut 
dapat menjaga kebersihan tubuhnya yang meliputi kebersihan kulit, gigi dan 
mulut, rambut, mata, hidung, dan telinga, kaki dan kuku, genitalia, serta 
kebersihan dan kerapihan pakaiannya. 
Menurut Potter dan Perry (2005) macam-macam personal hygiene dan 
tujuannya adalah: 
 Perawatan kulit kulit merupakan organ aktif yang berfungsi sebagai 
pelindung dari berbagai kuman atau trauma, sekresi, eksresi, pengatur 
temperature, dan sensasi, sehingga diperlukan perawatan yang adekuat dalam 
mempertahankan fungsinya. Kulit memiliki 3 lapisan utama yaitu epidermis, 
dermis, dan subkutan. Ketika pasien tidak mampu atau melakukan perawatan
kulit pribadi maka perawat memberikan bantuan atau mengajarkan keluarga 
bagaimana melaksanakan personal higiene. Seorang pasien yang tidak mampu 
bergerak bebas karena penyakit akan beresiko terjadinya kerusakan kulit. 
Bagian badan yang tergantung dan terpapar tekanan dari dasar permukaan 
tubuh (misalnya matrasi gips tubuh atau lapisan linen yang berkerut), akan 
mengurangi sirkulasi pada bagian tubuh yang terkena sehingga dapat 
menyebabkan dekubitus. 
Pelembab pada permukaan kulit merupakan media pertumbuhan bakteri 
dan menyebabkan iritasi lokal, menghaluskan sel epidermis, dan dapat 
menyebabkan maserasi kulit. Keringat, urine, material fekal berair, dan 
drainase luka dapat mengakumulasikan pada permukaan kulit dan akan 
menyebabkan kerusakan kulit dan Universitas Sumatera Utara 
infeksi. Pasien yang menggunakan beberapa jenis alat eksternal pada kulit 
seperti gips, baju pengikat, pembalut, balutan, dan jaket ortopedik dapat 
menimbulkan tekanan atau friksi terhadap permukaan kulit sehinggga 
menyebabkan kerusakan kulit. 
Tujuan perawatan kulit adalah pasien akan memiliki kulit yang utuh, bebas 
bau badan, pasien dapat mempertahankan rentang gerak, merasa nyaman dan 
sejahtera, serta dapat berpartisifasi dan memahami metode perawatan kulit. 
 Mandi memandikan pasien merupakan perawatan higienis total. 
Mandi dapat dikategorikan sebagai pembersihan atau terapeutik. Mandi 
ditempat tidur yang lengkap diperlukan bagi pasien dengan ketergantungan 
total dan memerlukan personal higiene total. Keluasan mandi pasien dan 
metode yang digunakan untuk mandi berdasarkan pada kemampuan fisik 
pasien dan kebutuhan tingkat hygiene yang dibutuhkan. Pasien yang 
bergantung dalam pemenuhan kebutuhan personal higiene, terbaring ditempat 
tidur dan tidak mampu mencapai semua anggota badan dapat memperoleh 
mandi sebagian di tempat tidur. 
Tujuan memandikan pasien di tempat tidur adalah untuk menjaga 
kebersihan tubuh, mengurangi infeksi akibat kulit kotor, memperlancar sistem 
peredaran darah, dan menambah kenyamanan pasien. Mandi dapat 
menghilangkan mikroorganisme dari kulit serta sekresi tubuh, menghilangkan
bau tidak enak, memperbaiki sirkulasi darah ke kulit, dan membuat pasien 
merasa lebih rileks dan segar. Pasien dapat dimandikan setiap hari di rumah 
sakit. Namun, bila kulit pasien kering, mandi mungkin dibatasi sekali atau dua 
kali seminggu sehingga tidak akan menambah kulit menjadi kering. Perawat 
atau anggota keluarga mungkin perlu membantu pasien berjalan ke kamar 
mandi atau kembali dari kamar mandi. Perawat atau anggota keluarga harus 
ada untuk membantu pasien mengguyur atau mengeringkan bila perlu atau 
mengganti pakaian bersih setelah mandi. Kadang pasien dapat mandi sendiri di 
tempat tidur atau mereka memerlukan bantuan dari perawat atau anggota 
keluarga untuk memandikan bagian punggung atau kakinya. Kadang pasien 
tidak dapat mandi sendiri dan perawat atau anggota keluarga memandikan 
pasien di tempat tidur. 
 Hygiene mulut pasien immobilisasi terlalu lemah untuk melakukan 
perawatan mulut, sebagai akibatnya mulut menjadi terlalu kering atau teriritasi 
dan menimbulkan bau tidak enak. Masalah ini dapat meningkat akibat penyakit 
atau medikasi yang digunakan pasien. Perawatan mulut harus dilakukan setiap 
hari dan bergantung terhadap keadaan mulut pasien. Gigi dan mulut merupakan 
bagian penting yang harus dipertahankan kebersihannya sebab melalui organ 
ini berbagai kuman dapat masuk. Hygiene mulut membantu mempertahankan 
status kesehatan mulut, gigi, gusi, dan bibir, menggosok membersihkan gigi 
dari partikel – partikel makanan, plak, bakteri, memasase gusi, dan mengurangi 
ketidaknyamanan yang dihasilkan dari bau dan rasa yang tidak nyaman. 
Beberapa penyakit yang mungkin muncul akibat perawatan gigi dan mulut 
yang buruk adalah karies, gingivitis (radang gusi), dan sariawan. Hygiene 
mulut yang baik memberikan rasa sehat dan selanjutnya menstimulasi nafsu 
makan. 
Tujuan perawatan hygiene mulut pasien adalah pasien akan memiliki 
mukosa mulut utuh yang terhidrasi baik serta untuk mencegah penyebaran 
penyakit yang ditularkan melalui mulut (misalnya tifus, hepatitis), mencegah 
penyakit mulut dan gigi, meningkatkan daya tahan tubuh, mencapai rasa 
nyaman, memahami praktik hygiene mulut dan mampu melakukan sendiri 
perawatan hygiene mulut dengan benar.
 Perawatan mata, hidung, dan telinga perhatian khusus diberikan 
untuk membersihkan mata, hidung, dan telinga selama pasien mandi. Secara 
normal tidak ada perawatan khusus yang diperlukan untuk mata karena secara 
terus – menerus dibersihkan oleh air mata, kelopak mata dan bulu mata 
mencegah masuknya partikel asing kedalam mata. Normalnya, telinga tidak 
terlalu memerlukan pembersihan. Namun, pasien dengan serumen yang terlalu 
banyak telinganya perlu dibersihlkan baik mandiri pasien atau dilakukan oeh 
perawat dan keluarga. 
 Hygiene telinga mempunyai implikasi untuk ketajaman 
pendengaran. Bila benda asing berkumpul pada kanal telinga luar, maka akan 
mengganggu konduksi suara. Hidung berfungsi sebagai indera penciuman, 
memantau temperature dan kelembapan udara yang dihirup, serta mencegah 
masuknya partikel asing ke dalam sistem pernapasan. Pasien yang memiliki 
keterbatasan mobilisasi memerlukan bantuan perawat atau anggota keluarga 
untuk melakukan perawatan mata, hidung, dan telinga. 
Tujuan perawatan mata, hidung, dan telinga adalah pasien akan memiliki 
organ sensorik yang berfungsi normal, mata, hidung, dan telinga pasien akan 
bebas dari infeksi, dan pasien akan mampu melakukan perawatan mata, 
hidung, dan telinga sehari – hari. 
 Perawatan rambut penampilan dan kesejahteraan seseorang 
seringkali tergantung dari cara penampilan dan perasaan mengenai rambutnya. 
Penyakit atau ketidakmampuan mencegah seseorang untuk memelihara 
perawatan rambut seharisehari. Menyikat, menyisir dan bersampo adalah cara-cara 
dasar higienis perawatan rambut, distribusi pola rambut dapat menjadi 
indikator status kesehatan umum, perubahan hormonal, stress emosional 
maupun fisik, penuaan, infeksi dan penyakit tertentu atau obat obatan dapat 
mempengaruhi karakteristik rambut. Rambut merupakan bagian dari tubuh 
yang memiliki fungsi sebagai proteksi serta pengatur suhu, melalui rambut 
perubahan status kesehatan diri dapat diidentifikasi. Penyakit atau 
ketidakmampuan menjadikan pasien tidak dapat memelihara perawatan rambut 
sehari – hari. Pasien immobilisasi rambutnya cenderung terlihat kusut.
Menyikat, menyisir, dan bersampo merupakan dasar higyene rambut untuk 
semua pasien. Pasien juga harus diizinkan bercukur bila kondisi mengizinkan. 
Pasien yang mampu melakukan perawatan diri harus dimotivasi untuk 
memelihara perawatan rambut sehari – hari. Sedangkan pada pasien yang 
memiliki keterbatasan mobilisasi memerlukan bantuan perawat atau keluarga 
pasien dalam melakukan higyene rambut. 
Tujuan perawatan rambut adalah pasien akan memiliki rambut dan kulit 
kepala yang bersih dan sehat, pasien akan mencapai rasa nyaman dan harga 
diri, dan pasien dapat berpartisifasi dalam melakukan praktik perawatan 
rambut. 
 Perawatan kaki dan kuku kaki dan kuku seringkali memerlukan 
perhatian khusus untuk mencegah infeksi, bau, dan cedera pada jaringan. 
Tetapi seringkali orang tidak sadar akan masalah kaki dan kuku sampai terjadi 
nyeri atau ketidaknyamanan. Menjaga kebersihan kuku penting dalam 
mempertahankan personal hygiene karena berbagai kuman dapat masuk 
kedalam tubuh melalui kuku. Oleh sebab itu, kuku seharusnya tetap dalam 
keadaan sehat dan bersih. Perawatan dapat digabungkan selama mandi atau 
pada waktu yang terpisah. 
Tujuan perawatan kaki dan kuku adalah pasien akan memiliki kulit utuh 
dan permukaan kulit yang lembut, pasien merasa nyaman dan bersih, pasien 
akan memahami dan melakukan metode perawatan kaki dan kuku dengan 
benar. 
 Perawatan genitalia perawatan genitalia merupakan bagian dari 
mandi lengkap. Pasien yang paling butuh perawatan genitalia yang teliti adalah 
pasien yang beresiko terbesar memperoleh infeksi. Pasien yang mampu 
melakukan perawatan diri dapat diizinkan untuk melakukannya sendiri. 
Perawat mungkin menjadi malu untuk memberikan perawatan genitalia, 
terutama pada pasien yang berlainan jenis kelamin. Dapat membantu jika 
memiliki perawat yang sama jenis kelamin dengan pasien dalam ruangan pada 
saat memberikan perawatan genitalia.
Tujuan perawatan genitalia adalah untuk mencegah terjadinya infeksi, 
mempertahankan kebersihan genitalia, meningkatkan kenyamanan serta 
mempertahankan personal higiene. 
E. Dampak yang sering timbul pada masalah personal hygiene 
Menurut Tarwoto (2004) dampak yang sering timbul pada masalah 
personal hygiene adalah Dampak fisik banyak gangguan kesehatan yang 
diderita seseorang karena tidak terpeliharanya personal higiene dengan baik. 
Gangguan fisik yang sering terjadi adalah gangguan integritas kulit, 
gangguan membran mukosa mulut, infeksi pada mata dan telinga, dan 
gangguan fisik pada kuku. Dampak psikososial masalah sosial yang 
berhubungan dengan personal hygiene pada pasien immobilisasi adalah 
gangguan kebutuhan rasa nyaman, kebutuhan dicintai dan mencintai, 
kebutuhan harga diri, aktualisasi diri, dan gangguan interaksi sosial.
INTEGRITAS KULIT 
A. SISTEM INTEGUMEN 
Tinjauan Struktur Anatomi Kulit terdiri dari dua lapisan, yaitu epidermis 
atau lapisan luar dan dermis atau kulit sebenarnya, terdapat juga apendises 
pada kulit yang termasuk rambut dan kuku. 
1. Epidermis 
Epidermis terdiri dari sel epitel yang mengalami keratinisasi yang 
mengandung bahan lemak yang menjadikan kulit kedap air. Sel superficial 
dari stratum ini secara konstan dilepaskan dan diganti. Sel lain mengandung 
cairan berminyak. Lapisan ketiga terdiri dari sel-sel yang mengandung granula 
yang mapu merefraksi cahaya dan membantu memberikan warna putih pada 
kulit. Lapisan keempat mengandung sel yang memproduksi melamin, yaitu 
suatu bahan yang berfungsi sebagai protektiof terhjadap efek sinar ultraviolet. 
Epidermis tidak mengandung pembuluh darah, tetapi limfe bersirkulasi dalam 
ruang interseluler.
2. Dermis 
Lapisan ini terdiri dari jaringan fibrosa yang lebih padat pada bagian 
superficial dibandingkan dengan bagian dalamnya. Dapat diidentifikasi dua 
lapisan; yaitu yang pertama mengandfung akhiran saraf sensorik, pembuluh 
darah dan limpatika; yang kedua mengandung serat kolagen, serat elastic, 
glandula sebasea dan glandula sudorifera, folikel rambut dan muskulus 
arrektor pilli 
3. Hipodermis 
Lapisan ini terdiri dari jaringan fibrosa yang lebih apdat pada bagian 
superficial dibandingkan dengan bagian dalamnya. Dapat diidentifikasi dua 
lapisan: yaitu yang pertama mengandung akhiran saraf sensorik, pembuluh 
darah dan limpatika; yangkedua mengandung serat kolagea, serat elastic, 
glandula sebasea dan glandula sudorifera, folikel rambut dan muskulus 
arrektor pilli. Lapisan ini merupakan zona transisisonal diantara kulit dan 
jaringan adipose dibawahnya, mengandung sel lemak demikian juga jaringan 
ikat putih dan kuning, kumparan dari sejumlah glandula sebacea dan radiks 
dari sejumlah rambut. Pemberian zat makanan dermis atau korium terganggu 
pada vena dan limfatika, Baik saraf bermielin maupun tidak bermielin 
ditemukan pada kulit yang berisi organ akhir dan banyak serat saraf. Organ ini 
memberikan respon sensasi terhadap panas, dingin, nyeri, getar dan rasa 
ringan. 
a) Kelenjar Keringat terdiri dari glomerulus atau bagian sekresi dan 
duktus. Secara relative tardapat satu darah yang kaya dan mensekresi keringat 
yang agak keruh, hampir tidak berbau, hampir mengandung 99 persen air dan 
sejumlah kecil klorida, urea, ammoniak, asam urat dan kreatinin. Berbagai tipe 
kelenjar keringat ditemukan pada area seperti genitalia, anus, aksila dan 
putting susu dan masing-masing juga mempunyai bau yang khas. 
B. Fungsi Kulit 
Brunner dan Suddarth (2002) membagi fungsi kulit ke dalam enam fungsi, 
yaitu fungsi perlindungan, fungsi sensibilitas, fungsi keseimbangan air, fungsi 
pengatur suhu, dan fungsi prodeksi vitamin.
• Perlindungan 
Kulit memberikan perlindungan invasi bakteri dan benda asing 
lainnya.Bagian sternum korneum epidermis meripakan barrier yang paling 
efektif terhadap berbagai faktor lingkungan, seperti zat-zat kimia, sinar 
matahari, virus, fungus, gigitan serangga, luka karena gesekan angin, dan 
trauma.Lapisan dermis kulit memberikan kekuatan mekanis dan keuletan lewat 
jaringan ikat fibrosa dan serabut kolagennya.Serabut elastic dan kolagen yang 
saling berjalin dengan epidermis memungkinkan kulit untuk berperilaku 
sebagai satu unit 
• Sensibilitas 
Fungsi utama reseptor pada kulit adalah untuk mengindera suhu, rasa 
nyeri, sentuhan yang ringan dan tekanan.Berbagai ujung saraf bertanggung 
jawab untuk bereaksi terhadap stimuli yang berbeda. 
• Keseimbangan Air 
Stratum korneum memiliki kemampuan untuk menyerap air sehingga 
lapisan tersebut dapat mencegah kehilangan air dan elektrolit yang berlebihan 
dari bagian internal tubuh dan mempertahankan kelembaban dalam jaringan 
subkutan. Selain itu, kulit juga akan mengalami evaporasi secara terus-menerus 
dari permukaan kulit. Evaporasi ini yang dinamakan perspirasi tidak kasat mata 
(insensible perspiration) berjumlah kurang-lebih 600 ml per hari untuk orang 
dewasa yang normal.Pada penderita demam, kehilangan ini dapat 
meningkat.Ketika terendam dalam air, kulit dapat menimbun air tiga sampai 
empat kali berat normalnya. 
• Pengatur Suhu 
Tubuh secara terus menerus akan menghasilkan panas sebagai proses 
metabolisme makanan yang memproduksi energi. Tiga proses fisik yang 
penting terlibat dalam kehilangan panas dari tubuh ke lingkungan, yaitu radiasi 
(perpindahan panas ke banda lain yang suhunya lebih panas), konduksi 
(pemindahan panas dari tubh ke benda lain yang lebih dingin), dan konveksi 
(pergerakkan massa molekul udara hangat yang meninggalkan tubuh). Dalam 
kondisi normal, produk panas dari metabolism akan diimbangi oleh kehilangan 
panas, dan suhu internal tubuh akan dipertahankan agar tetap konstan pada
suhu kurang-lebih 37oC. Pengeluaran keringat merupakan proses lainnya yang 
digunakan tubuh untuk mengatur laju kehiangan panas. Pada hawa lingkungan 
yang sangat panas, laju produksi keringat dapat setinggi 1 L/jam.Dalam 
keadaan tertentu, misalnya pada stress emosional, perspirasi dapat terjadi 
secara refleks dan tidak ada hubungannya dengan keharusan untuk 
menghilangkan panas dari tubuh. 
• Produksi Vitamin 
Kulit yang terpajan sinar ultraviolet dapat mengubah substansi yang 
diperlukan untuk mensintesis vitamin D. Vitamin D merupakan unsur esensial 
untuk mencegah penyakit riketsia, suatu keadaan yang terjadi akibat defisiensi 
vitamin D, kalsium serta fosfor dan yang menyebabkan deformitas tulang 
(Morton, 1993 dalam Brunner and Suddarth, 2002). 
C. Terminologi 
Pada Kondisi Dermatologis banyak bentuk berbeda dari lesi diuraikan 
dalam status dermaotlogis yang menentukan penyakit spesifik. Hal ini dapat 
dibagi dalam bentuk yang tidak merusak kulit (lesi primer) dan yang merusak 
kulit (lesi sekunder) 
 Lesi Primer 
a. Makula 
Perubahan dalam warna kulit,bervariasi dalam ukuran dan bentuk,dan 
tampak sebagai pewarnaan pada kulit. 
Makula dibentuk dari : 
- Deposit pigmen dalam kulit misalnya frekles 
- Keluarnya darah kedalam kulit misalnya petekie 
- Dilatasi permanen dari pembuluh perifer misalnya nevi 
- Dilatasi sementara dari pembuluh darah perifer misalnya eritema 
b. Papula 
Terdapat elevasi yang dapat diraba dari kulit yang bervariasi diameternya 
dari sekitar 1 sampai 5 mm.Permukaan dapat tajam,bulat atau datar. Terletak 
superficial dan dibentuk dari proliferasi sel atau eksudasi cairan kedalam kulit.
c. Nodul 
Serupa dengan papula tetapi terletak lebih dalam.Bervariasi dalam ukuran 
dan biasanya lebih besar dari papula. 
d. Vesikel 
Merupakan lepuh kecil yang dibentuk dengan akumulasi cairan dalam 
epidermis,biasanya terisi dengan cairan serosa dan ditemukan pada anak-anak 
yang menderita eksema. 
e. Bula atau pustule 
Bula merupakan vesikel besar yang mengandung serum,pus atau darah 
ditemukan biasanya pada pemfigus neonatorum. 
f. Gelegata 
Merupakan elevasi sementara kulit yang disebabkan oleh dermis dan 
dilatasi kapiler sekitarnya.Biasanya berkaitan dengan respon alergi terhadap 
bahan asing. 
 Lesi sekunder 
 Skuama 
Adalah lapisan tanduk dari epidermis mati yang menumpuk pada kulit 
yang dapat berkembang sebagai akibat perubahan inflamasi,ditemukan pada 
psoriasis. 
 Krusta 
Terbentuk dari serum,darah atau nanah yang mongering pada kulit masing-masing 
dikenal dari warna : merah kehitaman( krusta darah),kuning kehijauan 
(krusta nanah) dan berwarna madu (krusta serum). 
 Fisura 
Merupakan retakan kecil yang meluas melalui epidermis dan memaparkan 
dermis.Dapat terjadi pada kulit kering pada inflamasi kronik. 
 Ulkus 
Merupakan lesi yang terbentuk oleh kerusakan local dari seluruh epidermis 
dan sebagian atau seluruh korium dibawahnya.
D. Prinsip Umum Dalam Terapi Penyakit kulit 
Tujuan terapi adalah melestarikan atau memelihara keadaan fisiologis dari 
kulit.Terapi local sering dipilih karena medikasi dapat diberikan dalam 
konsentrasi yang optimal pada tempat yang tepat diperlukan. Air memainkan 
peranan penting dan ditemukan banyak pada larutan dan lotion.Jika kulit 
mengalami hidrasi maka akan menjadi lembut dan licin dan untuk tetap dalam 
keadaan ini,kelembaban lingkungan harus adekuat (sekitar 60 %).Jika menurun 
maka stratum korneum menciut dan pecah,barier epidermis hilang dan 
mikroorganisme dan iritan akan masuk,menimbulkan respon inflamasi.Dapat 
terjadi overhidrasi jika jumlah air yang diabsorbsi meningkat dan sambungan 
lipid yang ketat antara sel strtum korneum secara berangsur-angsur diganti 
dengan air.Hal ini dapat terjadi pada daerah popok,ketiakdan daerah lainnya. 
Dasar preparat topical : 
a. Cairan 
 Sebagai kompres basah juga dapat menghilangkan rasa gatal 
 Dengan bedak,jika digunakan sebagai pasta pengering 
 Dengan minyak,jika digunakan sebagai vanishing,karena penitrasinya 
cepat dan memungkinkan penguapan 
 Kelebihan pelumas dan emulsifikasi.Air dalam minyak berfungsi sebagai 
krim emolien yang menembus lebih lambat sehingga dapat menahan 
kelembaban pada kulit. 
b. Minyak sebagai zalf : 
hal ini menahan bahan pada kulit untuk waktu yang lama dan mencegah 
penguapan air. 
c. Bedak,berfungsi meningkatkan penguapan
KONSEP DASAR PENYAKIT 
1. Anatomi Fisiologi 
a. Anatomi Pankreas 
Pankreas merupakan sekumpulan kelenjar yang panjangnya kira-kira 15 
cm, lebar 5 cm, mulai dari duodenum sampai ke limpa dan beratnya rata-rata 
60-90 gram. Terbentang pada vertebrata lumbalis 1 dan 2 di belakang lambung. 
Pankreas juga merupakan kelenjar endokrin terbesar yang terdapat di 
dalam tubuh baik hewan maupun manusia. Bagian depan ( kepala ) kelenjar 
pankreas terletak pada lekukan yang dibentuk oleh duodenum dan bagian 
pilorus dari lambung. Bagian badan yang merupakan bagian utama dari organ 
ini merentang ke arah limpa dengan bagian ekornya menyentuh atau terletak 
pada alat ini. Dari segi perkembangan embriologis, kelenjar pankreas terbentuk 
dari epitel yang berasal dari lapisan epitel yang membentuk usus (Tambayong, 
2001). 
Fungsi pankreas ada 2 yaitu : 
 Fungsi eksorin yaitu membentuk getah pankreas yang berisi enzim 
dan elektrolit. 
 Fungsi endokrin yaitu sekelompok kecil atau pulau langerhans, yang 
bersama-sama membentuk organ endokrin yang mensekresikan 
insulin. Pulau langerhans manusia mengandung tiga jenis sel utama, 
yaitu : 
a) Sel-sel A ( alpha ), jumlahnya sekitar 20-40 % ; memproduksi 
glukagon yang manjadi faktor hiperglikemik, suatu hormon yang 
mempunyai “ anti insulin like activity”. 
b) Sel-sel B (betha), jumlahnya sekitar 60-80%, membuat insulin. 
c) Sel-sel D (delta), jumlahnya sekitar 5-15 %, membuat somatostatin 
yang menghambat pelepasan insulin dan glukagon . 
Kadar glukosa dalam darah sangat dipengaruhi fungi hepar, pankreas, 
adenohipofisis dan adrenal. Glukosa yang berasal dari absorpsi makanan 
diintestin dialirkan ke hepar melalui vena porta, sebagian glukosa akan 
disimpan sebagai glikogen. Pada saat ini kadar glukosa di vena porta lebih
tinggi daripada vena hepatica, setelah absorsi selesai gliogen hepar dipecah lagi 
menjadi glukosa, sehingga kadar glukosa di vena hepatica lebih tinggi dari 
vena porta. Jadi hepar berperan sebagai glukostat. Pada keadaan normal 
glikogen di hepar cukup untuk mempertahankan kadar glukosa dalam beberapa 
hari, tetapi bila fungsi hepar terganggu akan mudah terjadi hipoglikemi atau 
hiperglikemi. Sedangkan peran insulin dan glukagon sangat penting pada 
metabolisme karbonhidrat. Glukagon menyebabkan glikogenolisis dengan 
merangsang adenilsiklase, enzim yang dibutuhkan untuk mengaktifkan 
fosforilase. Enzim fosforilase penting untuk gliogenolisis. Bila cadangan 
glikogen hepar menurun maka glukoneogenesis akan lebih aktif. 
Jumlah glukosa yang diambil dan dilepaskan oleh hati dan yang 
dipergunakan oleh jaringan perifer tergantung dari keseimbangan fisiologis 
beberapa hormon antara lain : 
a) Hormon yang dapat merendahkan kadar gula darah yaitu insulin. 
Kerja insulin yaitu merupakan hormon yang menurunkan glukosa 
darah dengan cara membantu glukosa darah masuk kedalam sel. 
b) Glukagon yang disekresi oleh sel alfa pulau lengerhans. 
c) Epinefrin yang disekresi oleh medula adrenal dan jaringan kromafin. 
d) Glukokortikoid yang disekresikan oleh korteks adrenal. 
e) Growth hormone yang disekresi oleh kelenjar hipofisis anterior. 
f) Glukogen, epineprin, glukokortikoid, dan growth hormone 
membentuk suatu mekanisme counfer-regulator yang mencegah 
timbulnya hipoglikemia akibat pengaruh insulin. 
2. Pengertian 
Ulkus adalah luka terbuka pada permukaan kulit atau selaput lendir dan 
ulkus adalah kematian jaringan yang luas dan disertai invasif kuman saprofit. 
Adanya kuman saprofit tersebut menyebabkan ulkus berbau, ulkus diabetikum 
juga merupakan salah satu gejala klinik dan perjalanan penyakit DM dengan 
neuropati perifer, (Andyagreeni, 2010). 
Ulkus Diabetik merupakan komplikasi kronik dari Diabetes Melllitus 
sebagai sebab utama morbiditas, mortalitas serta kecacatan penderita Diabetes.
Kadar LDL yang tinggi memainkan peranan penting untuk terjadinya Ulkus 
Uiabetik untuk terjadinya Ulkus Diabetik melalui pembentukan plak 
atherosklerosis pada dinding pembuluh darah, (zaidah 2005). 
Ulkus kaki Diabetes (UKD) merupakan komplikasi yang berkaitan dengan 
morbiditas akibat Diabetes Mellitus. Ulkus kaki Diabetes merupakan 
komplikasi serius akibat Diabetes, (Andyagreeni, 2010). 
4. Penyebab 
Faktor-faktor yang berpengaruh atas terjadinya ulkus diabetikum dibagi 
menjadi faktor endogen dan ekstrogen. 
a. Faktor endogen: Genetik, metabolic, angiopati diabetik., neuropati 
diabetik. 
b. Faktor ekstrogen: Trauma, Infeksi, Obat. 
Faktor utama yang berperan pada timbulnya ulkus Diabetikum adalah 
angipati, neuropati dan infeksi.adanya neuropati perifer akan menyebabkan 
hilang atau menurunnya sensai nyeri pada kaki, sehingga akan mengalami 
trauma tanpa terasa yang mengakibatkan terjadinya ulkus pada kaki gangguan 
motorik juga akan mengakibatkan terjadinya atrofi pada otot kaki sehingga 
merubah titik tumpu yang menyebabkan ulsestrasi pada kaki klien. Apabila 
sumbatan darah terjadi pada pembuluh darah yang lebih besar maka penderita 
akan merasa sakit pada tungkainya sesudah ia berjalan pada jarak tertentu. 
Adanya angiopati tersebut akan menyebabkan terjadinya penurunan 
asupan nutrisi, oksigen serta antibiotika sehingga menyebabkan terjadinya luka 
yang sukar sembuh (Levin, 1993) infeksi sering merupakan komplikasi yang 
menyertai Ulkus Diabetikum akibat berkurangnya aliran darah atau neuropati, 
sehingga faktor angipati dan infeksi berpengaruh terhadap penyembuhan Ulkus 
Diabetikum.(Askandar 2001).
5. Patofisiologi 
Penyakit Diabetes membuat gangguan/ komplikasi melalui kerusakan pada 
pembuluh darah di seluruh tubuh, disebut angiopati diabetik. Penyakit ini 
berjalan kronis dan terbagi dua yaitu gangguan pada pembuluh darah besar 
(makrovaskular) disebut makroangiopati, dan pada pembuluh darah halus 
(mikrovaskular) disebut mikroangiopati. Ulkus Diabetikum terdiri dari kavitas 
sentral biasanya lebih besar dibanding pintu masuknya, dikelilingi kalus keras 
dan tebal. Awalnya proses pembentukan ulkus berhubungan dengan 
hiperglikemia yang berefek terhadap saraf perifer, kolagen, keratin dan suplai 
vaskuler. Dengan adanya tekanan mekanik terbentuk keratin keras pada daerah 
kaki yang mengalami beban terbesar. Neuropati sensoris perifer 
memungkinkan terjadinya trauma berulang mengakibatkan terjadinya 
kerusakan jaringan dibawah area kalus. Selanjutnya terbentuk kavitas yang 
membesar dan akhirnya ruptur sampai permukaan kulit menimbulkan ulkus. 
Adanya iskemia dan penyembuhan luka abnormal manghalangi resolusi. 
Mikroorganisme yang masuk mengadakan kolonisasi didaerah ini. 
Drainase yang inadekuat menimbulkan closed space infection. Akhirnya 
sebagai konsekuensi sistem imun yang abnormal, bakteria sulit dibersihkan dan 
infeksi menyebar ke jaringan sekitarnya, (Anonim 2009). 
6. Manifestasi Klinik 
Ulkus Diabetikum akibat mikriangiopatik disebut juga ulkus panas 
walaupun nekrosis, daerah akral itu tampak merah dan terasa hangat oleh 
peradangan dan biasanya teraba pulsasi arteri dibagian distal . Proses 
mikroangipati menyebabkan sumbatan pembuluh darah, sedangkan secara akut 
emboli memberikan gejala klinis 5 P yaitu : 
a. Pain (nyeri). 
b. Paleness (kepucatan). 
c. Paresthesia (kesemutan). 
d. Pulselessness (denyut nadi hilang) 
e. Paralysis (lumpuh).
Smeltzer dan Bare (2001: 1220) Bila terjadi sumbatan kronik, akan timbul 
gambaran klinis menurut pola dari fontaine: 
a. Stadium I : asimptomatis atau gejala tidak khas (kesemutan). 
b. Stadium II : terjadi klaudikasio intermiten 
c. Stadium III : timbul nyeri saat istitrahat. 
d. Stadium IV : terjadinya kerusakan jaringan karena anoksia (ulkus). 
Klasifikasi Wagner (1983) membagi gangren kaki diabetik menjadi enam 
tingkatan, yaitu: 
Derajat 0 : Tidak ada lesi terbuka, kulit masih utuh dengan kemungkinan 
disertai kelainan bentuk kaki seperti “ claw,callus “. 
Derajat I : Ulkus superfisial terbatas pada kulit. 
Derajat II : Ulkus dalam menembus tendon dan tulang. 
Derajat III : Abses dalam, dengan atau tanpa osteomielitis. 
Derajat IV : Gangren jari kaki atau bagian distal kaki dengan atau tanpa 
selulitis. 
Derajat V : Gangren seluruh kaki atau sebagian tungkai. 
7.. Pemeriksaan Diagnostik 
Pemeriksaan diagnostik pada ulkus diabetikum adalah 
a. Pemeriksaan fisik 
Inspeksi 
Denervasi kulit menyebabkan produktivitas keringat menurun, 
sehingga kulit kaki kering, pecah, rabut kaki / jari (-), kalus, claw toe. 
Ulkus tergantung saat ditemukan ( 0 – 5 ) 
Palpasi 
a) Kulit kering, pecah-pecah, tidak normal. 
b) Klusi arteri dingin,pulsasi ( – ) 
c) Ulkus :kalus tebal dank eras. 
b. Pemeriksaan Radiologis : gas subkutan, benda asing, osteomielitis 
c. Pemeriksaan laboratorium yang dilakukan adalah : 
 Pemeriksaan darah meliputi : GDS > 200 mg/dl, gula darah puasa 
>120 mg/dl dan dua jam post prandial > 200 mg/dl.
 Urine: Pemeriksaan didapatkan adanya glukosa dalam urine. 
Pemeriksaan dilakukan dengan cara Benedict ( reduksi ). Hasil 
dapat dilihat melalui perubahan warna pada urine : hijau ( + ), 
kuning ( ++ ), merah ( +++ ), dan merah bata ( ++++ ). 
 Kultur pus: Mengetahui jenis kuman pada luka dan memberikan 
antibiotik yang sesuai dengan jenis kuman. 
8. Penatalaksanaan Medik 
Menurut Soegondo (2006: 14), penatalaksanaan Medis pada pasien 
dengan Diabetes Mellitus meliputi: 
a. Obat hiperglikemik oral (OHO). Berdasarkan cara kerjanya OHO 
dibagi menjadi 4 golongan : 
1) Pemicu sekresi insulin. 
2) Penambah sensitivitas terhadap insulin. 
3) Penghambat glukoneogenesis. 
4) Penghambat glukosidase alfa. 
b. Insulin: Insulin diperlukan pada keadaan : 
1) Penurunan berat badan yang cepat. 
2) Hiperglikemia berat yang disertai ketoasidosis. 
3) Gangguan fungsi ginjal atau hati yang berat. 
c. Terapi Kombinasi 
Pemberian OHO maupun insulin selalu dimulai dengan dosis rendah, 
untuk kemudian dinaikkan secara bertahap sesuai dengan respon kadar 
glukosa darah. 
d. Keperawatanan 
Usaha perawatan dan pengobatan yang ditujukan terhadap ulkus antara 
lain dengan antibiotika atau kemoterapi. Perawatan luka dengan 
mengompreskan ulkus dengan larutan klorida atau larutan antiseptic 
ringan. Misalnya rivanol dan larutan kalium permanganate 1 : 500 mg 
dan penutupan ulkus dengan kassa steril. Alat-alat ortopedi yang secara
mekanik yang dapat merata tekanan tubuh terhadap kaki yang luka 
amputasi mungkin diperlukan untuk kasus DM. 
Menurut Smeltzer dan Bare (2001: 1226), tujuan utama penatalaksanaan 
terapi pada Diabetes Mellitus adalah menormalkan aktifitas insulin dan kadar 
glukosa darah, sedangkan tujuan jangka panjangnya adalah untuk menghindari 
terjadinya komplikasi. Ada beberapa komponen dalam penatalaksanaan Ulkus 
Diabetik: 
a) Diet 
Diet dan pengendalian berat badan merupakan dasar untuk 
memberikan semua unsur makanan esensial, memenuhi kebutuhan 
energi, mencegah kadar glukosa darah yang tinggi dan menurunkan 
kadar lemak. 
b) Latihan 
Dengan latihan ini misalnya dengan berolahraga yang teratur akan 
menurunkan kadar glukosa darah dengan meningkatkan pengambilan 
glukosa oleh otot dan memperbaiki pemakaian kadar insulin. 
c) Pemantauan 
Dengan melakukan pemantaunan kadar glukosa darah secara mandiri 
diharapkan pada penderita diabetes dapat mengatur terapinya secara 
optimal. 
d) Terapi (jika diperlukan) 
Penyuntikan insulin sering dilakukan dua kali per hari untuk 
mengendalikan kenaikan kadar glukosa darah sesudah makan dan pada 
malam hari. 
e) Pendidikan
Tujuan dari pendidikan ini adalah supaya pasien dapat mempelajari 
keterampilan dalam melakukan penatalaksanaan diabetes yang mandiri 
dan mampu menghindari komplikasi dari diabetes itu sendiri. 
f) Kontrol nutrisi dan metabolic 
Faktor nutrisi merupakan salah satu faktor yang berperan dalam 
penyembuhan luka. Adanya anemia dan hipoalbuminemia akan 
berpengaruh dalam proses penyembuhan. Perlu memonitor Hb diatas 
12 gram/dl dan pertahankan albumin diatas 3,5 gram/dl. Diet pada 
penderita DM dengan selulitis atau gangren diperlukan protein tinggi 
yaitu dengan komposisi protein 20%, lemak 20% dan karbohidrat 60%. 
Infeksi atau inflamasi dapat mengakibatkan fluktuasi kadar gula darah 
yang besar. Pembedahan dan pemberian antibiotika pada abses atau 
infeksi dapat membantu mengontrol gula darah. Sebaliknya penderita 
dengan hiperglikemia yang tinggi, kemampuan melawan infeksi turun 
sehingga kontrol gula darah yang baik harus diupayakan sebagai 
perawatan pasien secara total. 
g) Stres Mekanik 
Perlu meminimalkan beban berat (weight bearing) pada ulkus. 
Modifikasi weight bearing meliputi bedrest, kursi roda, sepatu yang 
tertutup dan sepatu khusus. Semua pasien yang istirahat ditempat tidur, 
tumit dan mata kaki harus dilindungi serta kedua tungkai harus 
diinspeksi tiap hari. Hal ini diperlukan karena kaki pasien sudah tidak 
peka lagi terhadap rasa nyeri, sehingga akan terjadi trauma berulang 
ditempat yang sama menyebabkan bakteri masuk pada tempat luka. 
h) Tindakan Bedah 
Berdasarkan berat ringannya penyakit menurut Wagner maka tindakan 
pengobatan atau pembedahan dapat ditentukan sebagai berikut: 
a. Derajat 0 : perawatan lokal secara khusus tidak ada. 
b. Derajat I – V : pengelolaan medik dan bedah minor.
ASUHAN KEPERAWATAN ULKUS DM (POST-OP) 
PADA Tn.R.B di RUANG CENDRAWASIH 
Format Pengkajian 
I. PENGKAJIAN 
Tanggal Pengkajian: 13 juni2013 
Waktu: 09.00 WIB 
A. Data Pasien Dan Penangung Jawab 
a. Identitas Pasien 
Nama: Tn. R.B 
Umur: 53 Th 
Jenis Kelamin: Laki-laki 
Status: Menikah 
Agama: Islam 
Pendidikan: Tamat SD 
Pekerjaan: Buruh 
Alamat: Rengas 7/4 Kedungwuni 
b. Identitas Penanggung Jawab 
Nama: Ny.R 
Umur: 55 Th 
Jenis Kelamin: Perempuan 
Status: Menikah 
Hubungan: Istri 
Agama: Islam 
Pendidikan: Tamat SD 
Pekerjaan: Buruh/ Ibu Rumah Tangga 
Alamat: Rengas 7/4 Kedungwuni
B. Pengkajian 
a. Keluhan Utama: 
Luka di kaki kiri 
Keluhan Utama Masuk RS: 
Pasien datang ke RS dengan keluhan ada luka dikaki kirinya yang 
tidak sembuh-sembuh 
Keluhan Utama Saat Pengkajian: 
Saat pengkajian pasien mengatakan kakinya luka besar dan dalam, 
tidak sembuh-sembuh, bengkak, kulit sekitar luka menjadi hitam dan 
kaku, yang menyebabkan pasien kesulitan untuk beraktifitas. 
b. Riwayat Kesehatan 
Riwayat Penyakit Sekarang: 
Pasien mengatakan lukanya awalnya tidak seperti sekarang, sebulan 
yang lalu dirumah awalnya kakinya terdapat bisul, kemudian digaruk 
hingga timbul luka. Lama luka tersebut semakin melebar dan tidak 
sulit sembuh, hingga akhirnya tanggal 4 juni beliau datang ke RS di 
IGD, dan mendapatkan saran untuk dirawat inap, karena hasil 
laboratoriumnya nilai GDS (gula darah sewaktu) sangat tinggi 276 
mg/dl, terdapat ulkus dan hal ini ditunjang pasien memiliki riwayat 
DM. Saat Pengkajian luka ulkus post-op, presentasi luka dalam, lebar, 
bau, terdapat pes, ada jaringan nekrotik, ada jaringan slough, 
hiperpigmentasi sekitar luka, turgor kering, bengkak, dan neuropati. 
Riwayat Penyakit Dahulu: 
Pasien mengatakan mempunyai riwayat diabetes (DM), tidak 
memiliki riwayat hipertensi, tidak memiliki riwayat jantung. 
Riwayat Kesehatan Keluarga 
Mempunyai Penyakit Keturunan: 
Pasien mengatakan tidak memiliki penyakit keturunan seperti DM, 
Hipertensi, Jantung, TB Paru, Asma.
Mempunyai Penyakit Menular: 
Pasien mengatakan tidak memiliki penyakit menular seperti HIV 
Aids, hepatitis, TB Paru, ikterik. 
Perawatan/Pengobatan: 
Pasien mengatakan pernah menjalani perawatan rawat jalan di RS 
dikarenakan kontrol harian diabetes melitus. 
c. Genogram 
Keterangan : 
 : laki-laki 
O :wanita 
 : meninggal 
: menikah 
: keturunan 
serumah 
 : klien 
d. Pola Pemenuhan Kebutuhan Dasar (virginia henderson) 
1. Pola Oksigenasi 
Keluhan: pasien mengatakan tidak memiliki keluhan oksigenasi 
seperti sesak, sulit bernafas. 
Inspeksi: 
Jaln nafas baik, tidak ada sumbatan secret, tidak adacuping 
hidung, ada pengembangan dada. Bentuk dada simetris, frekuensi 
21x/menit, irama teratur, sifat pernafasan menggunakan dada, 
kulit daerah dada tidak ada lesi, tidak ada jejas, tidak pigeonchest 
Palpasi: 
Tidak ada nyeri tekan kulit daerah dada, ada taktil fremitus dimana 
getar kiri lebih besar dibandingkan getar kanan.
Perkusi: 
Terdengar suara perkusi dada sonor 
Auskultasi: 
Terdengar bunyi vesikular (nafas ekspirasi,inspirasi halus) 
2. Pola Nutrisi 
Keluhan: pasien mengatakan tidak memiliki keluhan seperti tidak 
nafsu makan, mual, muntah 
Inspeksi: 
Mulut tidak sumbing, bibir tidak ada sariawan, lidah kotor ada sisa 
makanan, gigi kotor ada caries gigi ada bekas makanan, mukosa 
bibir lembab, abdomen tidak ada lesi tidak buncit 
Palpasi: 
Tidak ada nyeri tekan palatum, tidak ada nyeri tekan bibir, tidak 
ada nyeri tekan lidah, tidak ada nyeri tekan gigi, tidak ada nyeri 
tekan mukosa bibir, tidak ada pembesaran tonsil, tidak ada nyeri 
tekan abdomen, tidak ada pembesaran hati,limfe. 
Perkusi: 
Terdengar perkusi abdomen timpani 
Auskultasi: 
Terdengar bising usus +, 17x/menit saat pengkajian 
3. Pola Eliminasi 
Keluhan: pasien mengatakn sering BAK. 
Inspeksi: 
Tidak ada lesi abdomen, tidak buncit. 
Palpasi: 
Tidak ada nyeri tekan abdomen, tidak ada pembesaran hati, tidak 
ada pembesaran limfe 
Perkusi: 
Terdengar perkusi abdomen timpani
Auskultasi: 
Terdengar bising usus +. 17x/menit saat pengkajian 
4. Pola Aktifitas 
Keluhan: pasien mengatakan kesulitan beraktifitas. 
TTV: 
TD: 140/90 mmHg, S: 37.2”C, N: 21x/menit, N: 78x/menit 
Skala Aktifitas 4, Pasien memerlukan bantuan dan pengawasan 
orang lain dan alat bantu 
Skala Mobilitas 3, Pasien memerlukan bantuan, pengawasan orang 
lain dan peralatan. 
Kekuatan Otot 4,Gerakan normal menentang gravitasi dengan 
sedikit tahanan. Bagian X.ULKUS Skala 2, gerakan otot penuh 
menentang gravitasi dengan sokongan 
5. Pola Istirahat Dan Tidur 
Keluhan: pasien mengatakn istirahat dan tidurnya terganggu 
karena luka di kaki yang menyebabkan hambatan bergerak. 
Waktu tidur: 
Lama jam tidur siang 1-2 jam, lama jam tidur malam 3-5 jam 
6. Kebutuhan Berpakaian 
Keluhan: pasien mengatakan saat berpakaian (pakaian bawah) 
mengalami sedikit kesulitan 
Berganti pakaian 2x/hari 
7. Mempertahankan Temperatur Tubuh 
Keluhan: pasien mengatakan badannya panas. O/ suhu: 37.2”C 
Suhu: 37.2” C, Akral dingin, turgor kering, mukosa bibir lembab 
8. Personal Hygiene 
Keluhan: pasien mengatakan kesulitan untuk mandi karena 
hambatan gerakan 
Inspeksi: 
Rambut kotor ada ketombe, mulut kotor ada sisa makanan, telinga 
kotor ada serumen dan lapisan lilin, kulit bersih putih, kuku 
panjang dan kotor.
Frekuensi: 
Mandi 2x/hari, gosok gigi 1x/hari, mengganti pakain kotor 2x/hari 
9. Kebutuhan Aman Dan Nyaman 
Keluhan: pasien mengatakan tidak nyaman saat gerak dan 
mobilisasi (kaku,nyeri ekstremitas) 
P: Nyeri ekstremitas meningkat disaat bergerak, nyeri berkurang 
saat istirahat 
Q: Melekit-lekit 
R: Sekitar Luka (Daerah yangg bengkak) 
S: 7 (Nyeri, dpt tertahankan) 
T: Kadang-kadang 
Pemeriksaan terkait organ yang dikeluhkan: 
Inspeksi: hiperpigmentasi sekitar luka, turgor kering 
Palpasi: sekitar luka bengkak pasien mengeluh nyeri 
10. Komunikasi 
Keluhan: pasien mengatakan tidak kesulitan dalam 
berbicara/komunikasi. 
Pasien tidak terlihat hati-hati dalamberbicara, pasien terbuka, 
kooperatif, terkadang menggunakan bahasa isyarat 
Pemeriksaan Fisik 
Mata 
Inspeksi: mata kemerahan, mata kanan-kiri simetris, ada refleks 
kedip mata 
Palpasi: tidak ada nyeri tekan palpebra-bulbi, kekuatan kedua mata 
sama 
Telinga 
Inspeksi: telinga kanan kiri semetris, telinga dalam kotor ada 
serumen 
Palpasi: tidak nyeri tekan helix, antihelix, pina, tragus, 
kleidomastoideus
11. Pola Spiritual 
Keluhan : pasien mengatakan semenjak dirumah sakit pola 
spiritualnya terganggu 
Kebutuhan untuk beribadah tidak terpenuhi 
Terdapat masalah dalam beribadah karena tidak dapat 
menjalankan sholat lima waktu. 
12. Pola Kerja 
Keluhan : pasien mengatakan tidak bekerja selama sakit dirawat di 
rumah sakit 
Pekerjaan pasien sebelum sakit adalah buruh 
Waktu bekerja sebelum sakit 1 – 6 jam 
C. Data Obyektif 
a) Pemeriksaan umum : 
- Keadaan umum : bagus, mampu berbicara, ada reflek 
- Kesadaran : komposmentis E : 4 M : 6 V : 5 
- Tekanan darah : 140/90 mmHg 
- Nadi : 78 x/menit 
- Suhu : 37, 02 derajat celcius 
- RR : 21 x/ menit 
- Antropometri : 
- Berat Badan : 48 Kg 
- Tinggi badan : 154 cm 
- BBI : (TB - 100 ) x 1 kg 
(154 – 100 ) x 1 kg = 54 Kg 
b) Pemeriksaan fisik 
1) Kepala 
Inspeksi : Penyebaran rambut merata, tidak ada lesi, tidak ada 
benjolan 
Palpasi : Tidak ada nyeri tekan dikepala, tidak ada 
pembesaran,penumpukan cairan 
Muka 
Inspeksi : wajah bersih, tidak ada lesi
Palpasi :tidak ada nyeri tekan muka, tidak ada fraktur tulang pipi 
(os.zigomatikum) 
Mata 
Inspeksi : mata sedikit kemerahan, tidak ikterik 
Palpasi : tidak ada nyeri tekan mata, kekuatan kedua mata sama 
Hidung 
Inspeksi : kotor, tidak ada lesi, tidak ada polip, tidak ada cuping 
hidung 
Palpasi : tidak ada nyeri tekan hiddung, tidak ada 
benjolan/polip, tidak ada fraktur os.nasalis 
Mulut 
Inspeksi : bersih, lidah kotor, ada caries gigi, mukosa lembab 
Palpasi : tidak ada nyeri tekan mulut karena tidak ada stomatitis, 
tidak ada fraktur mandibula 
Telinga 
Inspeksi : kotor, ada serumen, tidak ada lesi 
Palpasi : tidak ada nyeri tekan aurikula, tidak ada nyeri tekan 
kleidomastoideus 
Leher 
Inspeksi : tidak ada lesi, iritasi. 
Palpasi : tidak ada nyeri tekan leher, tidak ada pembesaran 
kalenjar tiroid 
2) Dada 
Inspeksi : Bentuk dada simetris, tidak ada kelainan, seperti 
pigeon chest ataupun barel chest, pengembangan dada normal 
Palpasi : tidak ada nyeri tekan dada. 
Perkusi : terdengar suara perkusi sonor 
Auskultasi : Vesikuler 
3) Abdomen 
Inspeksi : tidak ada lesi , tidak buncit. 
Auskultasi : Terdengar bising usus 17x/menit 
Perkusi : terdengar perkusi tympani
Palpasi : tidak ada nyeri tekan abdomen, tidak ada pembesaran 
hepar, tidak ada pembesaran limfe. 
4) Ekstremitas 
Inspeksi : pada ektremitas atas bagian kanan terpasang infus, 
ekstremitas bawah kiri luka, ada pus, hiperpigmentasi sekitar 
luka, bengkak 
Palpasi : ada nyeri tekan sekitar luka luka 
5) Kulit 
Inspeksi : kulit bersih, kering, tidak ada lesi, kulit ekstremitas 
atas bersih, tidak ada lesi, kulit ekstremitas bawah kiri terjadi 
hiperpigmentasi didaerah sekitar luka, ada luka, ada pus, kulit 
kering 
Palpasi : ada nyeri tekan daerah luka 
c. Pemeriksaan penunjang 
Laboratorium 
Hari/tanggal : 03/06/2013 
No Jenis Hasil Nilai normal 
1 HbSAg - Normal 
2 GDS 276 mg/dl 80 - 130 mg/dl 
3 SGOT 96 u/i 0 – 37 u/i 
4 SGPT 51 u/i 0 – 42 u/i 
5 REA ( ureum) 54 mg/dl 10 – 100 mg/dl 
6 Creatinin 0,80 mg/dl 0,6 – 1,1 mg/dl
Hasil GDS : 
Hari/tanggal : 06/06/2013 
Hasil :138 mg/dl 
Tanggal 13/06/2013 
Hasil : 130 mg/dl 
Tanggal : 14/06/2013 
Hasil : 95 mg/dl 
Tanggal 15/06/2013 
Hasil : 122 mg/dl 
Tanggal : 16/06/2013 
Hasil : 128 mg/dl 
Tanggal 17/06/2013 
Hasil : 120 mg/dl 
Terapi 
Tanggal 3-5 juni 
No Jenis Terapi Dosis Fungsi 
1 
Inf. Asering 
5 x 500 ml 
2 
Inj. Ranitidin 
2 x 50 mg 
3 
Inj. Ketorolag 
2 x 250 mg 
4 
Inj. Cyprofloxacin 
3 x 200 mg 
5 
Ulsidex 
2 x 5 ml 
6 
Antasid 
3 x 500 mg 
7 
Mecobalamin 
3 x 500 mg 
8 
Asam mefenamat 
3 x 250 mg 
Mengganti Cairan 
Mngurangi Mual, anti histamin 
Mengurangi Nyeri 
Antibiotik 
Mengurangi Nyeri 
Anti Alergi 
Vitamin B12 
Mengurangi Nyeri
Terapi 
Tanggal 6 juni- 17 juni 2013 
No Jenis Terapi Dosis Fungsi 
1 
Inf. RL 
500 ml x 12 
2 
Inj. Ketorolag 
3 x 
3 
Inj. Cefrazidin 
2 x 
4 
Inf. Metronidazol 
3 x 
5 
Mexformin 
3 x 500 mg 
6 
Amlodipin 
1 x 
7 
Captropril 
3 x 12,5 mg 
8 
Glimepirid 
1-1-0-0 
9 
Mecobalamin 
3 x 500 mg 
10 
Vit. B.C 
3 x 
11 
Gabexal 
1 x 30 gr 
Mengganti Cairan 
Mengurangi Nyeri 
Alfa adrenergic. antibiotik 
Antibiotik 
Anti DM 
Anti Hipertensi 
Anti Hipertensi 
Anti Hiperglikemi 
Vitamin B12
ANALISA DATA 
1. DS : 
Pasien mengatakan lukanya tidak sembuh-sembuh, lukanya semakin dalam 
dan melebar 
DO : 
Adanya gangren (sampai tendon), ada ajaringan nekrotik, hiperpigmentasi, 
neuropati. 
Etiologi: 
Perubahan Sirkulasi 
Problem : 
Kerusakan Integritas Jaringan 
2. DS : 
Pasien mengatakan terhambat dan kesulitan berjalan, kakinya terasa kaku, 
dan gemetar saat gerak 
DO : 
Pasien terlihat berjalan dengan bantuan orang lain dan menggunakan alat 
bantu, tremor pergerakan, postur tubuh tidak stabil, pergerakan lambat 
Etiologi : 
Keterbatasan Pergerakan Mandiri 
Problem : 
Hambatan Mobilitas Fisik
DIAGNOSA KEPERAWATAN 
1. Kerusakan Integritas Kulit Berhubungan Dengan Penurunan 
Sirkulasi 
2. Hambatan Mobilitas Fisik Berhubungan Dengan Penurunan Kendali 
Otot 
PRIORITAS DIAGNOSA KEPERAWATAN 
1. Kerusakan Integritas Jaringan Berhubungan Dengan Penurunan 
Sirkulasi 
2. Hambatan Mobilitas Fisik Berhubungan Dengan Penurunan Kendali 
Otot
INTERVENSI KEPERAWATAN 
1. Kerusakan Integritas Jaringan Berhubungan Dengan Penurunan 
Sirkulasi 
Tujuan dan kriteria hasil : 
Setelah dilakukan tindakan keperawatan selama 3 x 24 jam diharapkan 
menunjukkan integritas jaringan kulit dengan kriteria hasil : 
- keutuhan kulit 
- ada perfusi jaringan 
- Tidak ada nekrosis 
- Ada sensasi nyeri 
Intervensi : 
- Kaji luka ( lebar dan kedalaman) 
R/ untuk mengetahui presentasi luka ( lebar, kedalaman) 
- Rawat luka 
R/ untuk meminimalisasi infeksi dan mengembalikan integritas kulit 
- Ajarkan tentang pentingnya kebutuhan personal hygiene 
R/ untuk meningkatkan pengetahuan tentang pentingnya kebersihan yang 
menunjang penyembuhan 
- Kolaborasi 
R/ memberikan obat sesuai advis dan kebutuhan pasien
2. Hambatan Mobilitas Fisik Berjalan Berhubungan Dengan Gangguan 
Keseimbangan 
Tujuan dan kriteria hasil : 
Setelah dilakukan tindakan keperawatan selama 3 x 24 jam diharapkan 
mobilitas fisik berjalan maksimal dengan kriteria hasil : 
- Mampu melakukan aktivitas mandiri secara bertahap sesuai kemampuan 
- Tidak menggunakan alat bantu 
- Pergerakan pasien bertambah luas ( berjalan, berdiri) 
Intervensi : 
- Kaji tingkat kekuatan otot pasien 
R/ mengetahui skala kekuatan otot pasien 
- Berikan motivasi kepada pasien 
R/ meningkatkan semangat, percaya diri dan memberi dorongan psikis 
- Ajarkan gerakan pada ekstremitas sesuai kemampuan pasien 
R/ melatih pergerakan ekstremitas untuk menghindari kekakuan otot 
- Kolaborasi 
R/ memberikan obat sesuai advis dokter dan kebutuhan pasien
IMPLEMENTASI 
Diagnosa I 
08.00 WIB : Mengkaji luka ( lebar dan kedalaman) 
DS : Pasien mengatakan lukanya semkin melebar dibandingkan awal mula luka 
DO : Lebar luka +_ 15cm, panjang luka+_ 15cm, kedalaman 10cm, ada jaringan 
nekrotik, ada pes, ada jaringan slough, ada jaringan granulasi, odor. 
08.30 WIB : Melakukan rawat Luka 
DS : Pasien mengatakan bersedia untuk dilakukan rawat luka dan ganti balut 
DO : Dilakukan rawat luka menggunakan NaCl, dan ganti balutan. 
09.00 WIB : Kolaborasi 
DS : Pasien mengatakan melakukan semua advis dokter dan perawat (meminum 
obat, makan,minum sesuai advis dokter) 
DO : Dilakukan pemberian obat oral sesuai advis dokter dan injeksi sesuai advis 
dokter 
11.00 WIB : Mengajarkan tentang pentingnya kebutuhan personal hygiene 
DS : Pasien mengatakan bersedia untuk diberikan informasi pengetahuan tentang 
pentingnya kebersihan diri 
DO : mengajarkan kebersihan diri yang benar, saat diberikan informasi pasien 
mendengarkan dan memahami apa yang disampaikan 
14.30 WIB : Mengkaji tingkat kekuatan otot pasien 
21.15 WIB : Memberikan motivasi kepada pasien 
21.25WIB : Mengajarkan gerakan pada ekstremitas sesuai kemampuan pasien 
23.00 WIB : Kolaborasi
EVALUASI 
1. DIAGNOSA I 
Hasil SOAP 
S : Pasien mengatakan kakinya masih terasa kaku bengkak 
O : Masih terjadi hiperpigmentasi ekstremitas, turgor kering, tidak ada 
sensasi nyeri, oedema sekitar luka dan ekstremitas. 
TD: 150/90 mmHg, S:37,3”C, N:76x/mnt, RR: 22x/mnt 
A: Masalah Belum Teratasi 
P : Ulangi Intervensi 
2. DIAGNOSA II 
Hasil SOAP 
S : Pasien mengatakan lukanya tidak sembuh-sembuh, lukanya semakin 
dalam dan melebar 
O :Adanya gangren (sampai tendon), ada ajaringan nekrotik, 
hiperpigmentasi, neuropati 
TD: 150/90, S:37.3”C, N:78x/mnt, RR:22x/mnt 
A : Masalah Belum Teratasi 
P : Ulangi Intervensi 
3. DIAGNOSA III 
Hasil SOAP 
S : Pasien mengatakan lukanya belum membaik, masih berair dan bau. 
O : Terdapat pes, ada jaringan nekrotik, ada slough, bengkak, odor 
A : Masalah Belum Teratasi 
P : Ulangi Intervensi 
4. DIAGNOSA IV 
Hasil SOAP 
S : Pasien mengatakan masih sulit berjalan, kakinya terasa kaku, 
O : Pasien berjalan dengan bantuan orang lain dan menggunakan alat bantu 
A : Masalah Belum Teratasi 
P : Ulangi Intervensi

More Related Content

What's hot

Ilmu kesehatan masyarakat
Ilmu kesehatan masyarakatIlmu kesehatan masyarakat
Ilmu kesehatan masyarakatNova Ci Necis
 
Makalah transkultural komplit
Makalah transkultural komplitMakalah transkultural komplit
Makalah transkultural komplitAdi Adriansyah
 
Makalah transkultural narsing keperawatan lintas budaya
Makalah transkultural narsing keperawatan lintas budayaMakalah transkultural narsing keperawatan lintas budaya
Makalah transkultural narsing keperawatan lintas budayaSeptian Muna Barakati
 
Makalah perlakuan terhadap orang sakit dan sakaratul maut menurut ajaran islam
Makalah perlakuan terhadap orang sakit dan sakaratul maut menurut ajaran islamMakalah perlakuan terhadap orang sakit dan sakaratul maut menurut ajaran islam
Makalah perlakuan terhadap orang sakit dan sakaratul maut menurut ajaran islamOperator Warnet Vast Raha
 
Penerapan Sosial Budaya dalam Rumah Sakit
Penerapan Sosial Budaya dalam Rumah SakitPenerapan Sosial Budaya dalam Rumah Sakit
Penerapan Sosial Budaya dalam Rumah SakitFitria Anwarawati
 
Konsep transkultural dalam keperawatan
Konsep transkultural dalam keperawatanKonsep transkultural dalam keperawatan
Konsep transkultural dalam keperawatanbagus maulana
 
Proposal kegiatan promosi_dan_penyuluhan
Proposal kegiatan promosi_dan_penyuluhanProposal kegiatan promosi_dan_penyuluhan
Proposal kegiatan promosi_dan_penyuluhanazkanmuttaqin
 
Fakultas Kesehatan Masyarakat UI
Fakultas Kesehatan Masyarakat UIFakultas Kesehatan Masyarakat UI
Fakultas Kesehatan Masyarakat UIAgung Buana
 
Health prevention tpp 2020
Health prevention tpp 2020Health prevention tpp 2020
Health prevention tpp 2020rickygunawan84
 
Teori virginia henderson adl
Teori virginia henderson   adlTeori virginia henderson   adl
Teori virginia henderson adlRahayoe Ningtyas
 
ilmu kesehatan masyarakat
ilmu kesehatan masyarakatilmu kesehatan masyarakat
ilmu kesehatan masyarakatWahfi Zuli
 
Konsep Islam dalam Pencegahan Penyakit
Konsep Islam dalam Pencegahan PenyakitKonsep Islam dalam Pencegahan Penyakit
Konsep Islam dalam Pencegahan PenyakitShofiraNabila
 

What's hot (19)

Ilmu kesehatan masyarakat
Ilmu kesehatan masyarakatIlmu kesehatan masyarakat
Ilmu kesehatan masyarakat
 
Makalah transkultural komplit
Makalah transkultural komplitMakalah transkultural komplit
Makalah transkultural komplit
 
Makalah transkultural narsing keperawatan lintas budaya
Makalah transkultural narsing keperawatan lintas budayaMakalah transkultural narsing keperawatan lintas budaya
Makalah transkultural narsing keperawatan lintas budaya
 
Makalah kesehatan masyarakat
Makalah kesehatan masyarakatMakalah kesehatan masyarakat
Makalah kesehatan masyarakat
 
Makalah perlakuan terhadap orang sakit dan sakaratul maut menurut ajaran islam
Makalah perlakuan terhadap orang sakit dan sakaratul maut menurut ajaran islamMakalah perlakuan terhadap orang sakit dan sakaratul maut menurut ajaran islam
Makalah perlakuan terhadap orang sakit dan sakaratul maut menurut ajaran islam
 
Penerapan Sosial Budaya dalam Rumah Sakit
Penerapan Sosial Budaya dalam Rumah SakitPenerapan Sosial Budaya dalam Rumah Sakit
Penerapan Sosial Budaya dalam Rumah Sakit
 
Konsep transkultural dalam keperawatan
Konsep transkultural dalam keperawatanKonsep transkultural dalam keperawatan
Konsep transkultural dalam keperawatan
 
I pengantar ikm
I pengantar ikmI pengantar ikm
I pengantar ikm
 
Paradigma
ParadigmaParadigma
Paradigma
 
Konsep dasar ikm
Konsep dasar ikmKonsep dasar ikm
Konsep dasar ikm
 
Proposal kegiatan promosi_dan_penyuluhan
Proposal kegiatan promosi_dan_penyuluhanProposal kegiatan promosi_dan_penyuluhan
Proposal kegiatan promosi_dan_penyuluhan
 
Modul tpp
Modul tppModul tpp
Modul tpp
 
Fakultas Kesehatan Masyarakat UI
Fakultas Kesehatan Masyarakat UIFakultas Kesehatan Masyarakat UI
Fakultas Kesehatan Masyarakat UI
 
Health prevention tpp 2020
Health prevention tpp 2020Health prevention tpp 2020
Health prevention tpp 2020
 
Konsep kebidanan
Konsep kebidananKonsep kebidanan
Konsep kebidanan
 
Teori virginia henderson adl
Teori virginia henderson   adlTeori virginia henderson   adl
Teori virginia henderson adl
 
ilmu kesehatan masyarakat
ilmu kesehatan masyarakatilmu kesehatan masyarakat
ilmu kesehatan masyarakat
 
Rps komunitas 2
Rps komunitas 2Rps komunitas 2
Rps komunitas 2
 
Konsep Islam dalam Pencegahan Penyakit
Konsep Islam dalam Pencegahan PenyakitKonsep Islam dalam Pencegahan Penyakit
Konsep Islam dalam Pencegahan Penyakit
 

Viewers also liked

Konsep Luka dan Asuhan Keperawatan pada Luka
Konsep Luka dan Asuhan Keperawatan pada LukaKonsep Luka dan Asuhan Keperawatan pada Luka
Konsep Luka dan Asuhan Keperawatan pada LukaSulistia Rini
 
Laporan pendahuluan frakt
Laporan pendahuluan fraktLaporan pendahuluan frakt
Laporan pendahuluan fraktDoni Luter
 
Biologi kulit
Biologi kulitBiologi kulit
Biologi kulit97vania
 
Lp kmb ulkus dm
Lp kmb ulkus dmLp kmb ulkus dm
Lp kmb ulkus dmifaaa
 
Laporan pendahuluan asuhan keperawatan diabetes mellitus tipe 2
Laporan pendahuluan asuhan keperawatan diabetes mellitus tipe 2Laporan pendahuluan asuhan keperawatan diabetes mellitus tipe 2
Laporan pendahuluan asuhan keperawatan diabetes mellitus tipe 2Utik Pariani
 

Viewers also liked (7)

Konsep Luka dan Asuhan Keperawatan pada Luka
Konsep Luka dan Asuhan Keperawatan pada LukaKonsep Luka dan Asuhan Keperawatan pada Luka
Konsep Luka dan Asuhan Keperawatan pada Luka
 
Laporan pendahuluan frakt
Laporan pendahuluan fraktLaporan pendahuluan frakt
Laporan pendahuluan frakt
 
Biologi kulit
Biologi kulitBiologi kulit
Biologi kulit
 
Gangguan mobilitas fisik
Gangguan mobilitas fisikGangguan mobilitas fisik
Gangguan mobilitas fisik
 
Makalah ulkus peptikum
Makalah ulkus peptikumMakalah ulkus peptikum
Makalah ulkus peptikum
 
Lp kmb ulkus dm
Lp kmb ulkus dmLp kmb ulkus dm
Lp kmb ulkus dm
 
Laporan pendahuluan asuhan keperawatan diabetes mellitus tipe 2
Laporan pendahuluan asuhan keperawatan diabetes mellitus tipe 2Laporan pendahuluan asuhan keperawatan diabetes mellitus tipe 2
Laporan pendahuluan asuhan keperawatan diabetes mellitus tipe 2
 

Similar to Asuhan Keperawatan Ulkus

Satuan Acara Penyuluhan (SAP) Personal Hygiene
Satuan Acara Penyuluhan (SAP) Personal HygieneSatuan Acara Penyuluhan (SAP) Personal Hygiene
Satuan Acara Penyuluhan (SAP) Personal HygieneWarung Bidan
 
KONSEP PERSONAL HJIGIENE IBU DAN BAYI.pptx
KONSEP PERSONAL HJIGIENE IBU DAN BAYI.pptxKONSEP PERSONAL HJIGIENE IBU DAN BAYI.pptx
KONSEP PERSONAL HJIGIENE IBU DAN BAYI.pptxValny Majid
 
Asuhan Keperawatan Pasien Dengan Gangguan Pemenuhan Kebutuhan Personal Hygiene
Asuhan Keperawatan Pasien Dengan Gangguan Pemenuhan Kebutuhan Personal HygieneAsuhan Keperawatan Pasien Dengan Gangguan Pemenuhan Kebutuhan Personal Hygiene
Asuhan Keperawatan Pasien Dengan Gangguan Pemenuhan Kebutuhan Personal Hygienepjj_kemenkes
 
PPT Teknologi Keperawatan
PPT Teknologi KeperawatanPPT Teknologi Keperawatan
PPT Teknologi Keperawatanaika_riste
 
Pemenuhan kebutuhan Personal Hygiene
Pemenuhan kebutuhan Personal Hygiene Pemenuhan kebutuhan Personal Hygiene
Pemenuhan kebutuhan Personal Hygiene pjj_kemenkes
 
PPT Kepdas (Personal Hygiene) Fatia.pptx
PPT Kepdas (Personal Hygiene) Fatia.pptxPPT Kepdas (Personal Hygiene) Fatia.pptx
PPT Kepdas (Personal Hygiene) Fatia.pptxfatialuthfiyyah12
 
KEBERSIHAN DIRI.pptx
KEBERSIHAN DIRI.pptxKEBERSIHAN DIRI.pptx
KEBERSIHAN DIRI.pptxShikaNandha1
 
Makalah transkultural narsing keperawatan lintas budaya
Makalah transkultural narsing keperawatan lintas budayaMakalah transkultural narsing keperawatan lintas budaya
Makalah transkultural narsing keperawatan lintas budayaWarnet Raha
 
Kebutuhan perawatan diri dan kebersihan lingkungan
Kebutuhan perawatan diri dan kebersihan lingkunganKebutuhan perawatan diri dan kebersihan lingkungan
Kebutuhan perawatan diri dan kebersihan lingkunganDea Laras Cynthia
 

Similar to Asuhan Keperawatan Ulkus (20)

Satuan Acara Penyuluhan (SAP) Personal Hygiene
Satuan Acara Penyuluhan (SAP) Personal HygieneSatuan Acara Penyuluhan (SAP) Personal Hygiene
Satuan Acara Penyuluhan (SAP) Personal Hygiene
 
KONSEP PERSONAL HJIGIENE IBU DAN BAYI.pptx
KONSEP PERSONAL HJIGIENE IBU DAN BAYI.pptxKONSEP PERSONAL HJIGIENE IBU DAN BAYI.pptx
KONSEP PERSONAL HJIGIENE IBU DAN BAYI.pptx
 
Leaflet iskandar
Leaflet iskandarLeaflet iskandar
Leaflet iskandar
 
Makalah kdm
Makalah kdmMakalah kdm
Makalah kdm
 
Asuhan Keperawatan Pasien Dengan Gangguan Pemenuhan Kebutuhan Personal Hygiene
Asuhan Keperawatan Pasien Dengan Gangguan Pemenuhan Kebutuhan Personal HygieneAsuhan Keperawatan Pasien Dengan Gangguan Pemenuhan Kebutuhan Personal Hygiene
Asuhan Keperawatan Pasien Dengan Gangguan Pemenuhan Kebutuhan Personal Hygiene
 
Makalah kdm
Makalah kdmMakalah kdm
Makalah kdm
 
Personal hygiene
Personal hygienePersonal hygiene
Personal hygiene
 
PPT Teknologi Keperawatan
PPT Teknologi KeperawatanPPT Teknologi Keperawatan
PPT Teknologi Keperawatan
 
Konsep personal hygiene
Konsep personal hygieneKonsep personal hygiene
Konsep personal hygiene
 
Pemenuhan kebutuhan Personal Hygiene
Pemenuhan kebutuhan Personal Hygiene Pemenuhan kebutuhan Personal Hygiene
Pemenuhan kebutuhan Personal Hygiene
 
Slide bougenvil
Slide bougenvilSlide bougenvil
Slide bougenvil
 
Ptt
PttPtt
Ptt
 
Personal hygiene
Personal hygienePersonal hygiene
Personal hygiene
 
PPT Kepdas (Personal Hygiene) Fatia.pptx
PPT Kepdas (Personal Hygiene) Fatia.pptxPPT Kepdas (Personal Hygiene) Fatia.pptx
PPT Kepdas (Personal Hygiene) Fatia.pptx
 
KEBERSIHAN DIRI.pptx
KEBERSIHAN DIRI.pptxKEBERSIHAN DIRI.pptx
KEBERSIHAN DIRI.pptx
 
Asuhan keperawatan keperawatan lansia dengan personal hygiene
Asuhan keperawatan keperawatan lansia dengan personal  hygieneAsuhan keperawatan keperawatan lansia dengan personal  hygiene
Asuhan keperawatan keperawatan lansia dengan personal hygiene
 
Makalah transkultural narsing keperawatan lintas budaya
Makalah transkultural narsing keperawatan lintas budayaMakalah transkultural narsing keperawatan lintas budaya
Makalah transkultural narsing keperawatan lintas budaya
 
Kebutuhan perawatan diri dan kebersihan lingkungan
Kebutuhan perawatan diri dan kebersihan lingkunganKebutuhan perawatan diri dan kebersihan lingkungan
Kebutuhan perawatan diri dan kebersihan lingkungan
 
Sap
SapSap
Sap
 
Makalah prinsip etika keperawatan
Makalah prinsip etika keperawatanMakalah prinsip etika keperawatan
Makalah prinsip etika keperawatan
 

Recently uploaded

PPT sidang MAJU PROPOSAL 3 OKTOBER 2022.pptx
PPT sidang MAJU PROPOSAL 3 OKTOBER 2022.pptxPPT sidang MAJU PROPOSAL 3 OKTOBER 2022.pptx
PPT sidang MAJU PROPOSAL 3 OKTOBER 2022.pptxputripermatasarilubi
 
KONSEP KELUARGA SEJAHTERA tugas keperawatan keluarga.pptx
KONSEP KELUARGA SEJAHTERA tugas keperawatan keluarga.pptxKONSEP KELUARGA SEJAHTERA tugas keperawatan keluarga.pptx
KONSEP KELUARGA SEJAHTERA tugas keperawatan keluarga.pptxmade406432
 
PROMOSI KESEHATAN & KESEJAHTERAAN LANSIA compress.pdf
PROMOSI KESEHATAN & KESEJAHTERAAN LANSIA compress.pdfPROMOSI KESEHATAN & KESEJAHTERAAN LANSIA compress.pdf
PROMOSI KESEHATAN & KESEJAHTERAAN LANSIA compress.pdfMeiRianitaElfridaSin
 
METODE FOOD RECORD (pENGUKURAN FOOD.pptx
METODE FOOD RECORD (pENGUKURAN FOOD.pptxMETODE FOOD RECORD (pENGUKURAN FOOD.pptx
METODE FOOD RECORD (pENGUKURAN FOOD.pptxika291990
 
1. ok MODEL DAN NILAI PROMOSI KESEHATAN.ppt
1. ok MODEL DAN NILAI PROMOSI KESEHATAN.ppt1. ok MODEL DAN NILAI PROMOSI KESEHATAN.ppt
1. ok MODEL DAN NILAI PROMOSI KESEHATAN.pptTrifenaFebriantisitu
 
DASAR DASAR EMOSI BIOPSIKOLOGI, PSIKOLOGI.pptx
DASAR DASAR EMOSI BIOPSIKOLOGI, PSIKOLOGI.pptxDASAR DASAR EMOSI BIOPSIKOLOGI, PSIKOLOGI.pptx
DASAR DASAR EMOSI BIOPSIKOLOGI, PSIKOLOGI.pptxNadiraShafa1
 
Persiapan Substansi RPP UU Kesehatan.pptx
Persiapan Substansi RPP UU Kesehatan.pptxPersiapan Substansi RPP UU Kesehatan.pptx
Persiapan Substansi RPP UU Kesehatan.pptxunityfarmasis
 
ALERGI MAKANAN - ALERMUN dokter doktor subi.pptx
ALERGI MAKANAN - ALERMUN dokter doktor subi.pptxALERGI MAKANAN - ALERMUN dokter doktor subi.pptx
ALERGI MAKANAN - ALERMUN dokter doktor subi.pptxmarodotodo
 
PPT ILP PLANTUNGAN. kaji banding, ngangsu kawruh
PPT ILP PLANTUNGAN. kaji banding, ngangsu kawruhPPT ILP PLANTUNGAN. kaji banding, ngangsu kawruh
PPT ILP PLANTUNGAN. kaji banding, ngangsu kawruhuntung untung edi purwanto
 
MANASIK KESEHATAN HAJI KOTA DEPOK TAHUN 2024
MANASIK KESEHATAN HAJI KOTA DEPOK TAHUN 2024MANASIK KESEHATAN HAJI KOTA DEPOK TAHUN 2024
MANASIK KESEHATAN HAJI KOTA DEPOK TAHUN 2024Zakiah dr
 
PENGAMBILAN SAMPEL DARAH ARTERI DAN ANALISA GAS DARAH.pptx
PENGAMBILAN SAMPEL DARAH ARTERI DAN ANALISA GAS DARAH.pptxPENGAMBILAN SAMPEL DARAH ARTERI DAN ANALISA GAS DARAH.pptx
PENGAMBILAN SAMPEL DARAH ARTERI DAN ANALISA GAS DARAH.pptxandibtv
 
MODUL P5BK TEMA KEBEKERJAAN KENALI DUNIA KERJA.docx
MODUL P5BK TEMA KEBEKERJAAN KENALI DUNIA KERJA.docxMODUL P5BK TEMA KEBEKERJAAN KENALI DUNIA KERJA.docx
MODUL P5BK TEMA KEBEKERJAAN KENALI DUNIA KERJA.docxsiampurnomo90
 
081-388-333-722 Toko Jual Alat Bantu Seks Penis Ikat Pinggang Di SUrabaya Cod
081-388-333-722 Toko Jual Alat Bantu Seks Penis Ikat Pinggang Di SUrabaya Cod081-388-333-722 Toko Jual Alat Bantu Seks Penis Ikat Pinggang Di SUrabaya Cod
081-388-333-722 Toko Jual Alat Bantu Seks Penis Ikat Pinggang Di SUrabaya Codajongshopp
 
pertumbuhan dan perkembangan anak usia dini.pptx
pertumbuhan dan perkembangan anak usia dini.pptxpertumbuhan dan perkembangan anak usia dini.pptx
pertumbuhan dan perkembangan anak usia dini.pptxSagitaDarmasari1
 

Recently uploaded (14)

PPT sidang MAJU PROPOSAL 3 OKTOBER 2022.pptx
PPT sidang MAJU PROPOSAL 3 OKTOBER 2022.pptxPPT sidang MAJU PROPOSAL 3 OKTOBER 2022.pptx
PPT sidang MAJU PROPOSAL 3 OKTOBER 2022.pptx
 
KONSEP KELUARGA SEJAHTERA tugas keperawatan keluarga.pptx
KONSEP KELUARGA SEJAHTERA tugas keperawatan keluarga.pptxKONSEP KELUARGA SEJAHTERA tugas keperawatan keluarga.pptx
KONSEP KELUARGA SEJAHTERA tugas keperawatan keluarga.pptx
 
PROMOSI KESEHATAN & KESEJAHTERAAN LANSIA compress.pdf
PROMOSI KESEHATAN & KESEJAHTERAAN LANSIA compress.pdfPROMOSI KESEHATAN & KESEJAHTERAAN LANSIA compress.pdf
PROMOSI KESEHATAN & KESEJAHTERAAN LANSIA compress.pdf
 
METODE FOOD RECORD (pENGUKURAN FOOD.pptx
METODE FOOD RECORD (pENGUKURAN FOOD.pptxMETODE FOOD RECORD (pENGUKURAN FOOD.pptx
METODE FOOD RECORD (pENGUKURAN FOOD.pptx
 
1. ok MODEL DAN NILAI PROMOSI KESEHATAN.ppt
1. ok MODEL DAN NILAI PROMOSI KESEHATAN.ppt1. ok MODEL DAN NILAI PROMOSI KESEHATAN.ppt
1. ok MODEL DAN NILAI PROMOSI KESEHATAN.ppt
 
DASAR DASAR EMOSI BIOPSIKOLOGI, PSIKOLOGI.pptx
DASAR DASAR EMOSI BIOPSIKOLOGI, PSIKOLOGI.pptxDASAR DASAR EMOSI BIOPSIKOLOGI, PSIKOLOGI.pptx
DASAR DASAR EMOSI BIOPSIKOLOGI, PSIKOLOGI.pptx
 
Persiapan Substansi RPP UU Kesehatan.pptx
Persiapan Substansi RPP UU Kesehatan.pptxPersiapan Substansi RPP UU Kesehatan.pptx
Persiapan Substansi RPP UU Kesehatan.pptx
 
ALERGI MAKANAN - ALERMUN dokter doktor subi.pptx
ALERGI MAKANAN - ALERMUN dokter doktor subi.pptxALERGI MAKANAN - ALERMUN dokter doktor subi.pptx
ALERGI MAKANAN - ALERMUN dokter doktor subi.pptx
 
PPT ILP PLANTUNGAN. kaji banding, ngangsu kawruh
PPT ILP PLANTUNGAN. kaji banding, ngangsu kawruhPPT ILP PLANTUNGAN. kaji banding, ngangsu kawruh
PPT ILP PLANTUNGAN. kaji banding, ngangsu kawruh
 
MANASIK KESEHATAN HAJI KOTA DEPOK TAHUN 2024
MANASIK KESEHATAN HAJI KOTA DEPOK TAHUN 2024MANASIK KESEHATAN HAJI KOTA DEPOK TAHUN 2024
MANASIK KESEHATAN HAJI KOTA DEPOK TAHUN 2024
 
PENGAMBILAN SAMPEL DARAH ARTERI DAN ANALISA GAS DARAH.pptx
PENGAMBILAN SAMPEL DARAH ARTERI DAN ANALISA GAS DARAH.pptxPENGAMBILAN SAMPEL DARAH ARTERI DAN ANALISA GAS DARAH.pptx
PENGAMBILAN SAMPEL DARAH ARTERI DAN ANALISA GAS DARAH.pptx
 
MODUL P5BK TEMA KEBEKERJAAN KENALI DUNIA KERJA.docx
MODUL P5BK TEMA KEBEKERJAAN KENALI DUNIA KERJA.docxMODUL P5BK TEMA KEBEKERJAAN KENALI DUNIA KERJA.docx
MODUL P5BK TEMA KEBEKERJAAN KENALI DUNIA KERJA.docx
 
081-388-333-722 Toko Jual Alat Bantu Seks Penis Ikat Pinggang Di SUrabaya Cod
081-388-333-722 Toko Jual Alat Bantu Seks Penis Ikat Pinggang Di SUrabaya Cod081-388-333-722 Toko Jual Alat Bantu Seks Penis Ikat Pinggang Di SUrabaya Cod
081-388-333-722 Toko Jual Alat Bantu Seks Penis Ikat Pinggang Di SUrabaya Cod
 
pertumbuhan dan perkembangan anak usia dini.pptx
pertumbuhan dan perkembangan anak usia dini.pptxpertumbuhan dan perkembangan anak usia dini.pptx
pertumbuhan dan perkembangan anak usia dini.pptx
 

Asuhan Keperawatan Ulkus

  • 1. SEMINAR “LAPORAN PENDAHULUAN HYGIENE DAN INTEGRITAS KULIT DAN ASUHAN KEPERAWATAN ULKUS DIABETIKUM” PADA Tn. R.B DI RUANG CENDRAWASIH BLUD. RSUD. KAJEN DISUSUN OLEH: Musyafaatun Haris Musmulyanto Tri Handayani Casmuti PROGRAM STUDI ILMU KEPERAWATAN SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN KENDAL TAHUN AKADEMIK 2012/2013
  • 2. KATA PENGANTAR Puji syukur kami panjatkan kepada Allah SWT atas rahmat dan karunia- Nya, sehingga kami dapat menyelesaikan penyusunan makalah seminar yang berjudul “Asuhan Keperawatan Ulkus Diabetikum”. Penulisan makalah seminar ini dibuat guna memenuhi tugas komprehensif 1. Kami menyampaikan ucapan terima kasih kepada pihak-pihak yang membantu dalam penyelesaian makalah ini,khususnya kepada: 1. Ibu Qurrotul Aini ,S.Kep.,Ns, dan tim selaku dosen pembimbing mata kuliah modul kebutuhan eliminasi, yang selalu memberikan bimbingan dan juga pengarahan kepada kami. 2. Bapak Yudi Susanto K. S.Kep.Ns dan Tim selaku S.I pembimbing ruang Cendrawasih BLUD.Kajen 3. Rekan-rekan satu kelompok yang terus memberikan bantuan pikiran dan tenaga. 4. Keluarga yang telah memberikan bantuan kami,berupa dorongan dan doa juga biaya yang menjadikan makalah ini bisa selesai. 5. Semua pihak yang tidak dapat kami sebutkan satu persatu. Kami sadar dalam penulisan makalah seminar ini kami merasa masih banyak kekurangan, baik pada penulisan maupun materi, mengingat kemampuan yang kami miliki. Untuk itu kritik dan saran sangat kami harapkan demi penyempurnaan makalah kami. Semoga isi dari makalah ini dapat bermanfaat dan menambah wawasan bagi yang membacanya.Amin ya robbal alamin. Penulis
  • 4. LAPORAN PENDAHULUAN HYGIENE DAN INTEGRITAS KULIT BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Dalam kehidupan sehari-hari kebersihan merupakan hal yang sangat penting dan harus diperhatikan karena kebersihan akan mempengaruhi kesehatan dan psikis seseorang. Kebersihan itu sendiri dangat dipengaruhi oleh nilai individu dan kebiasaan. Hal-hal yang sangat berpengaruh itu di antaranya kebudayaan , sosial, keluarga, pendidikan, persepsi seseorang terhadap kesehatan, serta tingkat perkembangan. Jika seseorang sakit, biasanya masalah kebersihan kurang diperhatikan. Hal ini terjadi karena kita menganggap masalah kebersihan adalah masalah sepele, padahal jika hal tersebut dibiarkan terus dapat mempengaruhi kesehatan secara umum. Personal Hygiene berasal dari bahasa Yunani yaitu personal yang artinya perorangan dan hygiene berarti sehat. Kebersihan seseoang adalah suatu tindakan untuk memelihara kebersihan dan kesehatan seseorang untuk kesejahteraan fisik dan psikis. Bagi dunia keperawatan, personal hygiene merupakan kebutuhan dasar manusia yang harus senantiasa terpenuhi. Personal hygiene termasuk kedalam tindakan pencegahan primer yang spesifik. Personal hygiene menjadi penting karena personal hygiene yang baik akan meminimalkan pintu masukmikroorganisme yang ada dimana-mana dan pada akhirnya mencegah seseorang terkena penyakit. Personal hygiene merupakan perawatan diri, dimana seseorang merawat fungsi-fungsi tertentu, seperti mandi, toileting, kebersihan tubuh secara umum dan berhias. Personal hygien atau kebersihan diri diperlukan untuk kenyamanan, keamanan, dan kesehatan seseorang. Kebersihan diri merupakan langkah awal mewujudkan kesehatan diri. Dengan tubuh yang bersih meminimalkan resiko seseorang terhadap kemungkinan
  • 5. terjangkitnya suatu penyakit, terutama penyakit yang berhubungan dengan kebersihan diri yang buruk. Personal hygien yang tidak baik akan mempermudah tubuh terserang berbagai penyakit, seperti penyakit kulit,penyakit infeksi, penyakit mulut dan penyakit saluran cerna bahkan dapat menghilangkan fungsi bagian tubuh tertentu, seperti halnya kulit ( Soedarto.1996) Kulit adalah lapisan jaringan yang terdapat pada bagian luar, menutupi danmelindungi permukaan tubuh, berhubungan dengan selaput lendir yang melapisi rongga-rongga, lubang-lubang masuk.Kulit adalah lapisan terluar dari tubuh manusia, yang sebagian besar ditumbuhirambut, baik rambut halus maupun rambut kasar dan panjang, yang membungkus seluruh permukaan tubuh manusia.Kulit adalah suatu struktur jaringan diperlengkapi dengan pembungkus yang kedapair (waterproof) dan melindungi tubuh, mengandung ujung-ujung saraf sensible (perasa)dan membentuk pengaturan suhu. Kulit terdiri dari beberapa lapisan, dari yang paling luar sampai yang paling dalam,dan kulit tubuh dari satu bagian tubuh dengan bagian yang lain sangat berbeda. Kulit didaerah wajah dan leher jauh berbeda dengan ketebalan kulit di daerah telapak tangan dankaki.Kulit menerima stimulus sakit, perabaan dan perubahan temperature.Kulit terdiri dari lapisan luar yang disebut epidermis dan lapisan dalam atau lapisandermis.
  • 6. BAB II PEMBAHASAN PERSONAL HYGIENE A. DEFINISI Personal Hygiene berasal dari bahasa Yunani yaitu personal yang artinya perorangan dan hygiene berarti sehat. Kebersihan seseoang adalah suatu tindakan untuk memelihara kebersihan dan kesehatan seseoran untuk kesejahteraan fisik dan psikis. Personal hygiene merupakan perawatan diri sendiri yang dilakukan untuk mempertahankan kesehatan, baik secara fisik maupun psikologis (Alimul, hal:1). Personal hygiene adalah perawatan diri dimana individu mempertahankan kesehatannya, dan dipengaruhi oleh nilai serta keterampilan (Mosby, 1994 dalam Pratiwi, 2008). Menurut Mubarak (2008) personal hygiene adalah upaya seseorang dalam memelihara kebersihan dan kesehatan dirinya untuk memperoleh kesejahteraan fisik dan psikologis. Pemenuhan personal hygiene diperlukan untuk kenyamanan individu, keamanan, dan kesehatan. Kebutuhan personal hygiene ini diperlukan baik pada orang sehat maupun pada orang sakit. Praktik personal hygiene bertujuan untuk peningkatan kesehatan dimana kulit merupakan garis tubuh pertama dari pertahanan melawan infeksi. Dengan implementasi tindakan hygiene pasien, atau membantu anggota keluarga untuk melakukan tindakan itu maka akan menambah tingkat kesembuhan pasien (Potter & Perry). B. Faktor – faktor yang mempengaruhi kebersihan individu 1. Budaya Budaya mempengaruhi kebersihan seseorang, sebagai contoh orang Eropa, umumnya mandi sekali seminggu, karena cuaca di Eropa yang memang dingin, dan perempuan didesa yang biasa mandidi sungai. Sehingga tergolong yang memiliki personal hygiene yang buruk.
  • 7. 2. Pengetahuan Tingkat pengetahuan mempengaruhi bagaimana personal hygiene seseorang. Bagi individu yang memiliki tingkat pengetahuan personal hygiene yang baik, akan melakukan kebersihan diri yang optimal. 3. Lingkungan pekerjaan, lingkungan keluarga Kebiasaan keluarga, jumlah orang di rumah, dan ketersediaan air panas merupakan faktor yang mempengaruhi personal hygiene dalam keluarga. Suatu pekerjaan menuntut individu lebih dalam melakukan personal hygienenya. 4. Ekonomi Status ekonomi mempengaruhi tingkat personal hygiene yang digunakan. Sebagai contoh dalam membeli alat-alat mandi dan fasilitas toilet yang lengkap. 5. Body image / citra tubuh Penilaian tentang penampilan seseorang berbeda-beda, apakah individu tersebut ingin potongan rambut atau tidak. 6. Pilihan pribadi Tiap individu memiliki pilihan tersendiri kapan dia ingin memotong rambut, menggunting kuku, atau bahkan keinginan untuk mandi 2 kali sehari atau tidak mandi. 7. Kondisi fisik Orang sakit lebih banyak membutuhkan kebersihan diri dan personal hygienenya perlu lebih hati- hati pada orang dengan luka terbuka. Macam-macam kebersihan diri meliputi : kulit, kaki, mulut, rambut, perawatan mata, hidung dan telinga, kebersihan lingkungan ( Graham-Brown dan Burns 2005) C. Jenis perawatan diri berdasarkan waktu pelaksanaan : 1. Perawatan dini hari Merupakan perawatan diri yang dilakukan pada waktu bangun tidur, untuk melakukan tindakan seperti perapian dalam pengambilan dalam pemeriksaan (urine dan feses), memberikan pertolongan, mempersiapkan pasien dalam melakukan makan pagi dengan melakukan tindakan perawatan diri, seperti mencuci muka, tangan, dan menjaga kebersihan mulut.
  • 8. 2. Perawatan pagi hari Perawatan yang dilakukan setelah melakukan makan pagi dengan melakukan diri seperti melakukan pertolongan dalam pemenuhan kebutuhan eliminasi (BAB dan BAK), mandi atau cuci rambut, melakukan perawatan kulit, melakukan pijatan pada punggung, membersihkan mulut, kuku dan rambut, serta merapikan tempat tidur pasien. 3. Perawatan siang hari Perawatan diri yang dilakukan setelah melakukan berbagai tindakan pengobatan atau pemeriksaan dan setelah makan siang. Berbagai tindakan keperawatan diri yang dapat dilakukan, antara lain mencuci muka dan tangan, membersihkan mulut, merapikan tempat tidur, dan melakukan pemeliharaan, kebersihan lingkungan kesehatan pasien. 4. Perawatan menjelang tidur Perawatan diri yang dilakukan pada saat menjelang tidur agar pasien dapat tidur atau beristirahat dengan tenang. Berbagai kegiatan yang dapat dilakukan, antara lain pemenuhan kebutuhan eliminasi (BAK,BAB), mencuci tangan dan muka membersihkan mulut dan memijat daerah punggung. D. Macam-Macam Personal Hygiene dan Manfaatnya Pemeliharaan personal hygiene berarti tindakan memelihara kebersihan dan kesehatan diri seseorang untuk kesejahteraan fisik dan psikisnya. Seseorang dikatakan memiliki personal hygiene baik apabila, orang tersebut dapat menjaga kebersihan tubuhnya yang meliputi kebersihan kulit, gigi dan mulut, rambut, mata, hidung, dan telinga, kaki dan kuku, genitalia, serta kebersihan dan kerapihan pakaiannya. Menurut Potter dan Perry (2005) macam-macam personal hygiene dan tujuannya adalah:  Perawatan kulit kulit merupakan organ aktif yang berfungsi sebagai pelindung dari berbagai kuman atau trauma, sekresi, eksresi, pengatur temperature, dan sensasi, sehingga diperlukan perawatan yang adekuat dalam mempertahankan fungsinya. Kulit memiliki 3 lapisan utama yaitu epidermis, dermis, dan subkutan. Ketika pasien tidak mampu atau melakukan perawatan
  • 9. kulit pribadi maka perawat memberikan bantuan atau mengajarkan keluarga bagaimana melaksanakan personal higiene. Seorang pasien yang tidak mampu bergerak bebas karena penyakit akan beresiko terjadinya kerusakan kulit. Bagian badan yang tergantung dan terpapar tekanan dari dasar permukaan tubuh (misalnya matrasi gips tubuh atau lapisan linen yang berkerut), akan mengurangi sirkulasi pada bagian tubuh yang terkena sehingga dapat menyebabkan dekubitus. Pelembab pada permukaan kulit merupakan media pertumbuhan bakteri dan menyebabkan iritasi lokal, menghaluskan sel epidermis, dan dapat menyebabkan maserasi kulit. Keringat, urine, material fekal berair, dan drainase luka dapat mengakumulasikan pada permukaan kulit dan akan menyebabkan kerusakan kulit dan Universitas Sumatera Utara infeksi. Pasien yang menggunakan beberapa jenis alat eksternal pada kulit seperti gips, baju pengikat, pembalut, balutan, dan jaket ortopedik dapat menimbulkan tekanan atau friksi terhadap permukaan kulit sehinggga menyebabkan kerusakan kulit. Tujuan perawatan kulit adalah pasien akan memiliki kulit yang utuh, bebas bau badan, pasien dapat mempertahankan rentang gerak, merasa nyaman dan sejahtera, serta dapat berpartisifasi dan memahami metode perawatan kulit.  Mandi memandikan pasien merupakan perawatan higienis total. Mandi dapat dikategorikan sebagai pembersihan atau terapeutik. Mandi ditempat tidur yang lengkap diperlukan bagi pasien dengan ketergantungan total dan memerlukan personal higiene total. Keluasan mandi pasien dan metode yang digunakan untuk mandi berdasarkan pada kemampuan fisik pasien dan kebutuhan tingkat hygiene yang dibutuhkan. Pasien yang bergantung dalam pemenuhan kebutuhan personal higiene, terbaring ditempat tidur dan tidak mampu mencapai semua anggota badan dapat memperoleh mandi sebagian di tempat tidur. Tujuan memandikan pasien di tempat tidur adalah untuk menjaga kebersihan tubuh, mengurangi infeksi akibat kulit kotor, memperlancar sistem peredaran darah, dan menambah kenyamanan pasien. Mandi dapat menghilangkan mikroorganisme dari kulit serta sekresi tubuh, menghilangkan
  • 10. bau tidak enak, memperbaiki sirkulasi darah ke kulit, dan membuat pasien merasa lebih rileks dan segar. Pasien dapat dimandikan setiap hari di rumah sakit. Namun, bila kulit pasien kering, mandi mungkin dibatasi sekali atau dua kali seminggu sehingga tidak akan menambah kulit menjadi kering. Perawat atau anggota keluarga mungkin perlu membantu pasien berjalan ke kamar mandi atau kembali dari kamar mandi. Perawat atau anggota keluarga harus ada untuk membantu pasien mengguyur atau mengeringkan bila perlu atau mengganti pakaian bersih setelah mandi. Kadang pasien dapat mandi sendiri di tempat tidur atau mereka memerlukan bantuan dari perawat atau anggota keluarga untuk memandikan bagian punggung atau kakinya. Kadang pasien tidak dapat mandi sendiri dan perawat atau anggota keluarga memandikan pasien di tempat tidur.  Hygiene mulut pasien immobilisasi terlalu lemah untuk melakukan perawatan mulut, sebagai akibatnya mulut menjadi terlalu kering atau teriritasi dan menimbulkan bau tidak enak. Masalah ini dapat meningkat akibat penyakit atau medikasi yang digunakan pasien. Perawatan mulut harus dilakukan setiap hari dan bergantung terhadap keadaan mulut pasien. Gigi dan mulut merupakan bagian penting yang harus dipertahankan kebersihannya sebab melalui organ ini berbagai kuman dapat masuk. Hygiene mulut membantu mempertahankan status kesehatan mulut, gigi, gusi, dan bibir, menggosok membersihkan gigi dari partikel – partikel makanan, plak, bakteri, memasase gusi, dan mengurangi ketidaknyamanan yang dihasilkan dari bau dan rasa yang tidak nyaman. Beberapa penyakit yang mungkin muncul akibat perawatan gigi dan mulut yang buruk adalah karies, gingivitis (radang gusi), dan sariawan. Hygiene mulut yang baik memberikan rasa sehat dan selanjutnya menstimulasi nafsu makan. Tujuan perawatan hygiene mulut pasien adalah pasien akan memiliki mukosa mulut utuh yang terhidrasi baik serta untuk mencegah penyebaran penyakit yang ditularkan melalui mulut (misalnya tifus, hepatitis), mencegah penyakit mulut dan gigi, meningkatkan daya tahan tubuh, mencapai rasa nyaman, memahami praktik hygiene mulut dan mampu melakukan sendiri perawatan hygiene mulut dengan benar.
  • 11.  Perawatan mata, hidung, dan telinga perhatian khusus diberikan untuk membersihkan mata, hidung, dan telinga selama pasien mandi. Secara normal tidak ada perawatan khusus yang diperlukan untuk mata karena secara terus – menerus dibersihkan oleh air mata, kelopak mata dan bulu mata mencegah masuknya partikel asing kedalam mata. Normalnya, telinga tidak terlalu memerlukan pembersihan. Namun, pasien dengan serumen yang terlalu banyak telinganya perlu dibersihlkan baik mandiri pasien atau dilakukan oeh perawat dan keluarga.  Hygiene telinga mempunyai implikasi untuk ketajaman pendengaran. Bila benda asing berkumpul pada kanal telinga luar, maka akan mengganggu konduksi suara. Hidung berfungsi sebagai indera penciuman, memantau temperature dan kelembapan udara yang dihirup, serta mencegah masuknya partikel asing ke dalam sistem pernapasan. Pasien yang memiliki keterbatasan mobilisasi memerlukan bantuan perawat atau anggota keluarga untuk melakukan perawatan mata, hidung, dan telinga. Tujuan perawatan mata, hidung, dan telinga adalah pasien akan memiliki organ sensorik yang berfungsi normal, mata, hidung, dan telinga pasien akan bebas dari infeksi, dan pasien akan mampu melakukan perawatan mata, hidung, dan telinga sehari – hari.  Perawatan rambut penampilan dan kesejahteraan seseorang seringkali tergantung dari cara penampilan dan perasaan mengenai rambutnya. Penyakit atau ketidakmampuan mencegah seseorang untuk memelihara perawatan rambut seharisehari. Menyikat, menyisir dan bersampo adalah cara-cara dasar higienis perawatan rambut, distribusi pola rambut dapat menjadi indikator status kesehatan umum, perubahan hormonal, stress emosional maupun fisik, penuaan, infeksi dan penyakit tertentu atau obat obatan dapat mempengaruhi karakteristik rambut. Rambut merupakan bagian dari tubuh yang memiliki fungsi sebagai proteksi serta pengatur suhu, melalui rambut perubahan status kesehatan diri dapat diidentifikasi. Penyakit atau ketidakmampuan menjadikan pasien tidak dapat memelihara perawatan rambut sehari – hari. Pasien immobilisasi rambutnya cenderung terlihat kusut.
  • 12. Menyikat, menyisir, dan bersampo merupakan dasar higyene rambut untuk semua pasien. Pasien juga harus diizinkan bercukur bila kondisi mengizinkan. Pasien yang mampu melakukan perawatan diri harus dimotivasi untuk memelihara perawatan rambut sehari – hari. Sedangkan pada pasien yang memiliki keterbatasan mobilisasi memerlukan bantuan perawat atau keluarga pasien dalam melakukan higyene rambut. Tujuan perawatan rambut adalah pasien akan memiliki rambut dan kulit kepala yang bersih dan sehat, pasien akan mencapai rasa nyaman dan harga diri, dan pasien dapat berpartisifasi dalam melakukan praktik perawatan rambut.  Perawatan kaki dan kuku kaki dan kuku seringkali memerlukan perhatian khusus untuk mencegah infeksi, bau, dan cedera pada jaringan. Tetapi seringkali orang tidak sadar akan masalah kaki dan kuku sampai terjadi nyeri atau ketidaknyamanan. Menjaga kebersihan kuku penting dalam mempertahankan personal hygiene karena berbagai kuman dapat masuk kedalam tubuh melalui kuku. Oleh sebab itu, kuku seharusnya tetap dalam keadaan sehat dan bersih. Perawatan dapat digabungkan selama mandi atau pada waktu yang terpisah. Tujuan perawatan kaki dan kuku adalah pasien akan memiliki kulit utuh dan permukaan kulit yang lembut, pasien merasa nyaman dan bersih, pasien akan memahami dan melakukan metode perawatan kaki dan kuku dengan benar.  Perawatan genitalia perawatan genitalia merupakan bagian dari mandi lengkap. Pasien yang paling butuh perawatan genitalia yang teliti adalah pasien yang beresiko terbesar memperoleh infeksi. Pasien yang mampu melakukan perawatan diri dapat diizinkan untuk melakukannya sendiri. Perawat mungkin menjadi malu untuk memberikan perawatan genitalia, terutama pada pasien yang berlainan jenis kelamin. Dapat membantu jika memiliki perawat yang sama jenis kelamin dengan pasien dalam ruangan pada saat memberikan perawatan genitalia.
  • 13. Tujuan perawatan genitalia adalah untuk mencegah terjadinya infeksi, mempertahankan kebersihan genitalia, meningkatkan kenyamanan serta mempertahankan personal higiene. E. Dampak yang sering timbul pada masalah personal hygiene Menurut Tarwoto (2004) dampak yang sering timbul pada masalah personal hygiene adalah Dampak fisik banyak gangguan kesehatan yang diderita seseorang karena tidak terpeliharanya personal higiene dengan baik. Gangguan fisik yang sering terjadi adalah gangguan integritas kulit, gangguan membran mukosa mulut, infeksi pada mata dan telinga, dan gangguan fisik pada kuku. Dampak psikososial masalah sosial yang berhubungan dengan personal hygiene pada pasien immobilisasi adalah gangguan kebutuhan rasa nyaman, kebutuhan dicintai dan mencintai, kebutuhan harga diri, aktualisasi diri, dan gangguan interaksi sosial.
  • 14. INTEGRITAS KULIT A. SISTEM INTEGUMEN Tinjauan Struktur Anatomi Kulit terdiri dari dua lapisan, yaitu epidermis atau lapisan luar dan dermis atau kulit sebenarnya, terdapat juga apendises pada kulit yang termasuk rambut dan kuku. 1. Epidermis Epidermis terdiri dari sel epitel yang mengalami keratinisasi yang mengandung bahan lemak yang menjadikan kulit kedap air. Sel superficial dari stratum ini secara konstan dilepaskan dan diganti. Sel lain mengandung cairan berminyak. Lapisan ketiga terdiri dari sel-sel yang mengandung granula yang mapu merefraksi cahaya dan membantu memberikan warna putih pada kulit. Lapisan keempat mengandung sel yang memproduksi melamin, yaitu suatu bahan yang berfungsi sebagai protektiof terhjadap efek sinar ultraviolet. Epidermis tidak mengandung pembuluh darah, tetapi limfe bersirkulasi dalam ruang interseluler.
  • 15. 2. Dermis Lapisan ini terdiri dari jaringan fibrosa yang lebih padat pada bagian superficial dibandingkan dengan bagian dalamnya. Dapat diidentifikasi dua lapisan; yaitu yang pertama mengandfung akhiran saraf sensorik, pembuluh darah dan limpatika; yang kedua mengandung serat kolagen, serat elastic, glandula sebasea dan glandula sudorifera, folikel rambut dan muskulus arrektor pilli 3. Hipodermis Lapisan ini terdiri dari jaringan fibrosa yang lebih apdat pada bagian superficial dibandingkan dengan bagian dalamnya. Dapat diidentifikasi dua lapisan: yaitu yang pertama mengandung akhiran saraf sensorik, pembuluh darah dan limpatika; yangkedua mengandung serat kolagea, serat elastic, glandula sebasea dan glandula sudorifera, folikel rambut dan muskulus arrektor pilli. Lapisan ini merupakan zona transisisonal diantara kulit dan jaringan adipose dibawahnya, mengandung sel lemak demikian juga jaringan ikat putih dan kuning, kumparan dari sejumlah glandula sebacea dan radiks dari sejumlah rambut. Pemberian zat makanan dermis atau korium terganggu pada vena dan limfatika, Baik saraf bermielin maupun tidak bermielin ditemukan pada kulit yang berisi organ akhir dan banyak serat saraf. Organ ini memberikan respon sensasi terhadap panas, dingin, nyeri, getar dan rasa ringan. a) Kelenjar Keringat terdiri dari glomerulus atau bagian sekresi dan duktus. Secara relative tardapat satu darah yang kaya dan mensekresi keringat yang agak keruh, hampir tidak berbau, hampir mengandung 99 persen air dan sejumlah kecil klorida, urea, ammoniak, asam urat dan kreatinin. Berbagai tipe kelenjar keringat ditemukan pada area seperti genitalia, anus, aksila dan putting susu dan masing-masing juga mempunyai bau yang khas. B. Fungsi Kulit Brunner dan Suddarth (2002) membagi fungsi kulit ke dalam enam fungsi, yaitu fungsi perlindungan, fungsi sensibilitas, fungsi keseimbangan air, fungsi pengatur suhu, dan fungsi prodeksi vitamin.
  • 16. • Perlindungan Kulit memberikan perlindungan invasi bakteri dan benda asing lainnya.Bagian sternum korneum epidermis meripakan barrier yang paling efektif terhadap berbagai faktor lingkungan, seperti zat-zat kimia, sinar matahari, virus, fungus, gigitan serangga, luka karena gesekan angin, dan trauma.Lapisan dermis kulit memberikan kekuatan mekanis dan keuletan lewat jaringan ikat fibrosa dan serabut kolagennya.Serabut elastic dan kolagen yang saling berjalin dengan epidermis memungkinkan kulit untuk berperilaku sebagai satu unit • Sensibilitas Fungsi utama reseptor pada kulit adalah untuk mengindera suhu, rasa nyeri, sentuhan yang ringan dan tekanan.Berbagai ujung saraf bertanggung jawab untuk bereaksi terhadap stimuli yang berbeda. • Keseimbangan Air Stratum korneum memiliki kemampuan untuk menyerap air sehingga lapisan tersebut dapat mencegah kehilangan air dan elektrolit yang berlebihan dari bagian internal tubuh dan mempertahankan kelembaban dalam jaringan subkutan. Selain itu, kulit juga akan mengalami evaporasi secara terus-menerus dari permukaan kulit. Evaporasi ini yang dinamakan perspirasi tidak kasat mata (insensible perspiration) berjumlah kurang-lebih 600 ml per hari untuk orang dewasa yang normal.Pada penderita demam, kehilangan ini dapat meningkat.Ketika terendam dalam air, kulit dapat menimbun air tiga sampai empat kali berat normalnya. • Pengatur Suhu Tubuh secara terus menerus akan menghasilkan panas sebagai proses metabolisme makanan yang memproduksi energi. Tiga proses fisik yang penting terlibat dalam kehilangan panas dari tubuh ke lingkungan, yaitu radiasi (perpindahan panas ke banda lain yang suhunya lebih panas), konduksi (pemindahan panas dari tubh ke benda lain yang lebih dingin), dan konveksi (pergerakkan massa molekul udara hangat yang meninggalkan tubuh). Dalam kondisi normal, produk panas dari metabolism akan diimbangi oleh kehilangan panas, dan suhu internal tubuh akan dipertahankan agar tetap konstan pada
  • 17. suhu kurang-lebih 37oC. Pengeluaran keringat merupakan proses lainnya yang digunakan tubuh untuk mengatur laju kehiangan panas. Pada hawa lingkungan yang sangat panas, laju produksi keringat dapat setinggi 1 L/jam.Dalam keadaan tertentu, misalnya pada stress emosional, perspirasi dapat terjadi secara refleks dan tidak ada hubungannya dengan keharusan untuk menghilangkan panas dari tubuh. • Produksi Vitamin Kulit yang terpajan sinar ultraviolet dapat mengubah substansi yang diperlukan untuk mensintesis vitamin D. Vitamin D merupakan unsur esensial untuk mencegah penyakit riketsia, suatu keadaan yang terjadi akibat defisiensi vitamin D, kalsium serta fosfor dan yang menyebabkan deformitas tulang (Morton, 1993 dalam Brunner and Suddarth, 2002). C. Terminologi Pada Kondisi Dermatologis banyak bentuk berbeda dari lesi diuraikan dalam status dermaotlogis yang menentukan penyakit spesifik. Hal ini dapat dibagi dalam bentuk yang tidak merusak kulit (lesi primer) dan yang merusak kulit (lesi sekunder)  Lesi Primer a. Makula Perubahan dalam warna kulit,bervariasi dalam ukuran dan bentuk,dan tampak sebagai pewarnaan pada kulit. Makula dibentuk dari : - Deposit pigmen dalam kulit misalnya frekles - Keluarnya darah kedalam kulit misalnya petekie - Dilatasi permanen dari pembuluh perifer misalnya nevi - Dilatasi sementara dari pembuluh darah perifer misalnya eritema b. Papula Terdapat elevasi yang dapat diraba dari kulit yang bervariasi diameternya dari sekitar 1 sampai 5 mm.Permukaan dapat tajam,bulat atau datar. Terletak superficial dan dibentuk dari proliferasi sel atau eksudasi cairan kedalam kulit.
  • 18. c. Nodul Serupa dengan papula tetapi terletak lebih dalam.Bervariasi dalam ukuran dan biasanya lebih besar dari papula. d. Vesikel Merupakan lepuh kecil yang dibentuk dengan akumulasi cairan dalam epidermis,biasanya terisi dengan cairan serosa dan ditemukan pada anak-anak yang menderita eksema. e. Bula atau pustule Bula merupakan vesikel besar yang mengandung serum,pus atau darah ditemukan biasanya pada pemfigus neonatorum. f. Gelegata Merupakan elevasi sementara kulit yang disebabkan oleh dermis dan dilatasi kapiler sekitarnya.Biasanya berkaitan dengan respon alergi terhadap bahan asing.  Lesi sekunder  Skuama Adalah lapisan tanduk dari epidermis mati yang menumpuk pada kulit yang dapat berkembang sebagai akibat perubahan inflamasi,ditemukan pada psoriasis.  Krusta Terbentuk dari serum,darah atau nanah yang mongering pada kulit masing-masing dikenal dari warna : merah kehitaman( krusta darah),kuning kehijauan (krusta nanah) dan berwarna madu (krusta serum).  Fisura Merupakan retakan kecil yang meluas melalui epidermis dan memaparkan dermis.Dapat terjadi pada kulit kering pada inflamasi kronik.  Ulkus Merupakan lesi yang terbentuk oleh kerusakan local dari seluruh epidermis dan sebagian atau seluruh korium dibawahnya.
  • 19. D. Prinsip Umum Dalam Terapi Penyakit kulit Tujuan terapi adalah melestarikan atau memelihara keadaan fisiologis dari kulit.Terapi local sering dipilih karena medikasi dapat diberikan dalam konsentrasi yang optimal pada tempat yang tepat diperlukan. Air memainkan peranan penting dan ditemukan banyak pada larutan dan lotion.Jika kulit mengalami hidrasi maka akan menjadi lembut dan licin dan untuk tetap dalam keadaan ini,kelembaban lingkungan harus adekuat (sekitar 60 %).Jika menurun maka stratum korneum menciut dan pecah,barier epidermis hilang dan mikroorganisme dan iritan akan masuk,menimbulkan respon inflamasi.Dapat terjadi overhidrasi jika jumlah air yang diabsorbsi meningkat dan sambungan lipid yang ketat antara sel strtum korneum secara berangsur-angsur diganti dengan air.Hal ini dapat terjadi pada daerah popok,ketiakdan daerah lainnya. Dasar preparat topical : a. Cairan  Sebagai kompres basah juga dapat menghilangkan rasa gatal  Dengan bedak,jika digunakan sebagai pasta pengering  Dengan minyak,jika digunakan sebagai vanishing,karena penitrasinya cepat dan memungkinkan penguapan  Kelebihan pelumas dan emulsifikasi.Air dalam minyak berfungsi sebagai krim emolien yang menembus lebih lambat sehingga dapat menahan kelembaban pada kulit. b. Minyak sebagai zalf : hal ini menahan bahan pada kulit untuk waktu yang lama dan mencegah penguapan air. c. Bedak,berfungsi meningkatkan penguapan
  • 20. KONSEP DASAR PENYAKIT 1. Anatomi Fisiologi a. Anatomi Pankreas Pankreas merupakan sekumpulan kelenjar yang panjangnya kira-kira 15 cm, lebar 5 cm, mulai dari duodenum sampai ke limpa dan beratnya rata-rata 60-90 gram. Terbentang pada vertebrata lumbalis 1 dan 2 di belakang lambung. Pankreas juga merupakan kelenjar endokrin terbesar yang terdapat di dalam tubuh baik hewan maupun manusia. Bagian depan ( kepala ) kelenjar pankreas terletak pada lekukan yang dibentuk oleh duodenum dan bagian pilorus dari lambung. Bagian badan yang merupakan bagian utama dari organ ini merentang ke arah limpa dengan bagian ekornya menyentuh atau terletak pada alat ini. Dari segi perkembangan embriologis, kelenjar pankreas terbentuk dari epitel yang berasal dari lapisan epitel yang membentuk usus (Tambayong, 2001). Fungsi pankreas ada 2 yaitu :  Fungsi eksorin yaitu membentuk getah pankreas yang berisi enzim dan elektrolit.  Fungsi endokrin yaitu sekelompok kecil atau pulau langerhans, yang bersama-sama membentuk organ endokrin yang mensekresikan insulin. Pulau langerhans manusia mengandung tiga jenis sel utama, yaitu : a) Sel-sel A ( alpha ), jumlahnya sekitar 20-40 % ; memproduksi glukagon yang manjadi faktor hiperglikemik, suatu hormon yang mempunyai “ anti insulin like activity”. b) Sel-sel B (betha), jumlahnya sekitar 60-80%, membuat insulin. c) Sel-sel D (delta), jumlahnya sekitar 5-15 %, membuat somatostatin yang menghambat pelepasan insulin dan glukagon . Kadar glukosa dalam darah sangat dipengaruhi fungi hepar, pankreas, adenohipofisis dan adrenal. Glukosa yang berasal dari absorpsi makanan diintestin dialirkan ke hepar melalui vena porta, sebagian glukosa akan disimpan sebagai glikogen. Pada saat ini kadar glukosa di vena porta lebih
  • 21. tinggi daripada vena hepatica, setelah absorsi selesai gliogen hepar dipecah lagi menjadi glukosa, sehingga kadar glukosa di vena hepatica lebih tinggi dari vena porta. Jadi hepar berperan sebagai glukostat. Pada keadaan normal glikogen di hepar cukup untuk mempertahankan kadar glukosa dalam beberapa hari, tetapi bila fungsi hepar terganggu akan mudah terjadi hipoglikemi atau hiperglikemi. Sedangkan peran insulin dan glukagon sangat penting pada metabolisme karbonhidrat. Glukagon menyebabkan glikogenolisis dengan merangsang adenilsiklase, enzim yang dibutuhkan untuk mengaktifkan fosforilase. Enzim fosforilase penting untuk gliogenolisis. Bila cadangan glikogen hepar menurun maka glukoneogenesis akan lebih aktif. Jumlah glukosa yang diambil dan dilepaskan oleh hati dan yang dipergunakan oleh jaringan perifer tergantung dari keseimbangan fisiologis beberapa hormon antara lain : a) Hormon yang dapat merendahkan kadar gula darah yaitu insulin. Kerja insulin yaitu merupakan hormon yang menurunkan glukosa darah dengan cara membantu glukosa darah masuk kedalam sel. b) Glukagon yang disekresi oleh sel alfa pulau lengerhans. c) Epinefrin yang disekresi oleh medula adrenal dan jaringan kromafin. d) Glukokortikoid yang disekresikan oleh korteks adrenal. e) Growth hormone yang disekresi oleh kelenjar hipofisis anterior. f) Glukogen, epineprin, glukokortikoid, dan growth hormone membentuk suatu mekanisme counfer-regulator yang mencegah timbulnya hipoglikemia akibat pengaruh insulin. 2. Pengertian Ulkus adalah luka terbuka pada permukaan kulit atau selaput lendir dan ulkus adalah kematian jaringan yang luas dan disertai invasif kuman saprofit. Adanya kuman saprofit tersebut menyebabkan ulkus berbau, ulkus diabetikum juga merupakan salah satu gejala klinik dan perjalanan penyakit DM dengan neuropati perifer, (Andyagreeni, 2010). Ulkus Diabetik merupakan komplikasi kronik dari Diabetes Melllitus sebagai sebab utama morbiditas, mortalitas serta kecacatan penderita Diabetes.
  • 22. Kadar LDL yang tinggi memainkan peranan penting untuk terjadinya Ulkus Uiabetik untuk terjadinya Ulkus Diabetik melalui pembentukan plak atherosklerosis pada dinding pembuluh darah, (zaidah 2005). Ulkus kaki Diabetes (UKD) merupakan komplikasi yang berkaitan dengan morbiditas akibat Diabetes Mellitus. Ulkus kaki Diabetes merupakan komplikasi serius akibat Diabetes, (Andyagreeni, 2010). 4. Penyebab Faktor-faktor yang berpengaruh atas terjadinya ulkus diabetikum dibagi menjadi faktor endogen dan ekstrogen. a. Faktor endogen: Genetik, metabolic, angiopati diabetik., neuropati diabetik. b. Faktor ekstrogen: Trauma, Infeksi, Obat. Faktor utama yang berperan pada timbulnya ulkus Diabetikum adalah angipati, neuropati dan infeksi.adanya neuropati perifer akan menyebabkan hilang atau menurunnya sensai nyeri pada kaki, sehingga akan mengalami trauma tanpa terasa yang mengakibatkan terjadinya ulkus pada kaki gangguan motorik juga akan mengakibatkan terjadinya atrofi pada otot kaki sehingga merubah titik tumpu yang menyebabkan ulsestrasi pada kaki klien. Apabila sumbatan darah terjadi pada pembuluh darah yang lebih besar maka penderita akan merasa sakit pada tungkainya sesudah ia berjalan pada jarak tertentu. Adanya angiopati tersebut akan menyebabkan terjadinya penurunan asupan nutrisi, oksigen serta antibiotika sehingga menyebabkan terjadinya luka yang sukar sembuh (Levin, 1993) infeksi sering merupakan komplikasi yang menyertai Ulkus Diabetikum akibat berkurangnya aliran darah atau neuropati, sehingga faktor angipati dan infeksi berpengaruh terhadap penyembuhan Ulkus Diabetikum.(Askandar 2001).
  • 23. 5. Patofisiologi Penyakit Diabetes membuat gangguan/ komplikasi melalui kerusakan pada pembuluh darah di seluruh tubuh, disebut angiopati diabetik. Penyakit ini berjalan kronis dan terbagi dua yaitu gangguan pada pembuluh darah besar (makrovaskular) disebut makroangiopati, dan pada pembuluh darah halus (mikrovaskular) disebut mikroangiopati. Ulkus Diabetikum terdiri dari kavitas sentral biasanya lebih besar dibanding pintu masuknya, dikelilingi kalus keras dan tebal. Awalnya proses pembentukan ulkus berhubungan dengan hiperglikemia yang berefek terhadap saraf perifer, kolagen, keratin dan suplai vaskuler. Dengan adanya tekanan mekanik terbentuk keratin keras pada daerah kaki yang mengalami beban terbesar. Neuropati sensoris perifer memungkinkan terjadinya trauma berulang mengakibatkan terjadinya kerusakan jaringan dibawah area kalus. Selanjutnya terbentuk kavitas yang membesar dan akhirnya ruptur sampai permukaan kulit menimbulkan ulkus. Adanya iskemia dan penyembuhan luka abnormal manghalangi resolusi. Mikroorganisme yang masuk mengadakan kolonisasi didaerah ini. Drainase yang inadekuat menimbulkan closed space infection. Akhirnya sebagai konsekuensi sistem imun yang abnormal, bakteria sulit dibersihkan dan infeksi menyebar ke jaringan sekitarnya, (Anonim 2009). 6. Manifestasi Klinik Ulkus Diabetikum akibat mikriangiopatik disebut juga ulkus panas walaupun nekrosis, daerah akral itu tampak merah dan terasa hangat oleh peradangan dan biasanya teraba pulsasi arteri dibagian distal . Proses mikroangipati menyebabkan sumbatan pembuluh darah, sedangkan secara akut emboli memberikan gejala klinis 5 P yaitu : a. Pain (nyeri). b. Paleness (kepucatan). c. Paresthesia (kesemutan). d. Pulselessness (denyut nadi hilang) e. Paralysis (lumpuh).
  • 24. Smeltzer dan Bare (2001: 1220) Bila terjadi sumbatan kronik, akan timbul gambaran klinis menurut pola dari fontaine: a. Stadium I : asimptomatis atau gejala tidak khas (kesemutan). b. Stadium II : terjadi klaudikasio intermiten c. Stadium III : timbul nyeri saat istitrahat. d. Stadium IV : terjadinya kerusakan jaringan karena anoksia (ulkus). Klasifikasi Wagner (1983) membagi gangren kaki diabetik menjadi enam tingkatan, yaitu: Derajat 0 : Tidak ada lesi terbuka, kulit masih utuh dengan kemungkinan disertai kelainan bentuk kaki seperti “ claw,callus “. Derajat I : Ulkus superfisial terbatas pada kulit. Derajat II : Ulkus dalam menembus tendon dan tulang. Derajat III : Abses dalam, dengan atau tanpa osteomielitis. Derajat IV : Gangren jari kaki atau bagian distal kaki dengan atau tanpa selulitis. Derajat V : Gangren seluruh kaki atau sebagian tungkai. 7.. Pemeriksaan Diagnostik Pemeriksaan diagnostik pada ulkus diabetikum adalah a. Pemeriksaan fisik Inspeksi Denervasi kulit menyebabkan produktivitas keringat menurun, sehingga kulit kaki kering, pecah, rabut kaki / jari (-), kalus, claw toe. Ulkus tergantung saat ditemukan ( 0 – 5 ) Palpasi a) Kulit kering, pecah-pecah, tidak normal. b) Klusi arteri dingin,pulsasi ( – ) c) Ulkus :kalus tebal dank eras. b. Pemeriksaan Radiologis : gas subkutan, benda asing, osteomielitis c. Pemeriksaan laboratorium yang dilakukan adalah :  Pemeriksaan darah meliputi : GDS > 200 mg/dl, gula darah puasa >120 mg/dl dan dua jam post prandial > 200 mg/dl.
  • 25.  Urine: Pemeriksaan didapatkan adanya glukosa dalam urine. Pemeriksaan dilakukan dengan cara Benedict ( reduksi ). Hasil dapat dilihat melalui perubahan warna pada urine : hijau ( + ), kuning ( ++ ), merah ( +++ ), dan merah bata ( ++++ ).  Kultur pus: Mengetahui jenis kuman pada luka dan memberikan antibiotik yang sesuai dengan jenis kuman. 8. Penatalaksanaan Medik Menurut Soegondo (2006: 14), penatalaksanaan Medis pada pasien dengan Diabetes Mellitus meliputi: a. Obat hiperglikemik oral (OHO). Berdasarkan cara kerjanya OHO dibagi menjadi 4 golongan : 1) Pemicu sekresi insulin. 2) Penambah sensitivitas terhadap insulin. 3) Penghambat glukoneogenesis. 4) Penghambat glukosidase alfa. b. Insulin: Insulin diperlukan pada keadaan : 1) Penurunan berat badan yang cepat. 2) Hiperglikemia berat yang disertai ketoasidosis. 3) Gangguan fungsi ginjal atau hati yang berat. c. Terapi Kombinasi Pemberian OHO maupun insulin selalu dimulai dengan dosis rendah, untuk kemudian dinaikkan secara bertahap sesuai dengan respon kadar glukosa darah. d. Keperawatanan Usaha perawatan dan pengobatan yang ditujukan terhadap ulkus antara lain dengan antibiotika atau kemoterapi. Perawatan luka dengan mengompreskan ulkus dengan larutan klorida atau larutan antiseptic ringan. Misalnya rivanol dan larutan kalium permanganate 1 : 500 mg dan penutupan ulkus dengan kassa steril. Alat-alat ortopedi yang secara
  • 26. mekanik yang dapat merata tekanan tubuh terhadap kaki yang luka amputasi mungkin diperlukan untuk kasus DM. Menurut Smeltzer dan Bare (2001: 1226), tujuan utama penatalaksanaan terapi pada Diabetes Mellitus adalah menormalkan aktifitas insulin dan kadar glukosa darah, sedangkan tujuan jangka panjangnya adalah untuk menghindari terjadinya komplikasi. Ada beberapa komponen dalam penatalaksanaan Ulkus Diabetik: a) Diet Diet dan pengendalian berat badan merupakan dasar untuk memberikan semua unsur makanan esensial, memenuhi kebutuhan energi, mencegah kadar glukosa darah yang tinggi dan menurunkan kadar lemak. b) Latihan Dengan latihan ini misalnya dengan berolahraga yang teratur akan menurunkan kadar glukosa darah dengan meningkatkan pengambilan glukosa oleh otot dan memperbaiki pemakaian kadar insulin. c) Pemantauan Dengan melakukan pemantaunan kadar glukosa darah secara mandiri diharapkan pada penderita diabetes dapat mengatur terapinya secara optimal. d) Terapi (jika diperlukan) Penyuntikan insulin sering dilakukan dua kali per hari untuk mengendalikan kenaikan kadar glukosa darah sesudah makan dan pada malam hari. e) Pendidikan
  • 27. Tujuan dari pendidikan ini adalah supaya pasien dapat mempelajari keterampilan dalam melakukan penatalaksanaan diabetes yang mandiri dan mampu menghindari komplikasi dari diabetes itu sendiri. f) Kontrol nutrisi dan metabolic Faktor nutrisi merupakan salah satu faktor yang berperan dalam penyembuhan luka. Adanya anemia dan hipoalbuminemia akan berpengaruh dalam proses penyembuhan. Perlu memonitor Hb diatas 12 gram/dl dan pertahankan albumin diatas 3,5 gram/dl. Diet pada penderita DM dengan selulitis atau gangren diperlukan protein tinggi yaitu dengan komposisi protein 20%, lemak 20% dan karbohidrat 60%. Infeksi atau inflamasi dapat mengakibatkan fluktuasi kadar gula darah yang besar. Pembedahan dan pemberian antibiotika pada abses atau infeksi dapat membantu mengontrol gula darah. Sebaliknya penderita dengan hiperglikemia yang tinggi, kemampuan melawan infeksi turun sehingga kontrol gula darah yang baik harus diupayakan sebagai perawatan pasien secara total. g) Stres Mekanik Perlu meminimalkan beban berat (weight bearing) pada ulkus. Modifikasi weight bearing meliputi bedrest, kursi roda, sepatu yang tertutup dan sepatu khusus. Semua pasien yang istirahat ditempat tidur, tumit dan mata kaki harus dilindungi serta kedua tungkai harus diinspeksi tiap hari. Hal ini diperlukan karena kaki pasien sudah tidak peka lagi terhadap rasa nyeri, sehingga akan terjadi trauma berulang ditempat yang sama menyebabkan bakteri masuk pada tempat luka. h) Tindakan Bedah Berdasarkan berat ringannya penyakit menurut Wagner maka tindakan pengobatan atau pembedahan dapat ditentukan sebagai berikut: a. Derajat 0 : perawatan lokal secara khusus tidak ada. b. Derajat I – V : pengelolaan medik dan bedah minor.
  • 28. ASUHAN KEPERAWATAN ULKUS DM (POST-OP) PADA Tn.R.B di RUANG CENDRAWASIH Format Pengkajian I. PENGKAJIAN Tanggal Pengkajian: 13 juni2013 Waktu: 09.00 WIB A. Data Pasien Dan Penangung Jawab a. Identitas Pasien Nama: Tn. R.B Umur: 53 Th Jenis Kelamin: Laki-laki Status: Menikah Agama: Islam Pendidikan: Tamat SD Pekerjaan: Buruh Alamat: Rengas 7/4 Kedungwuni b. Identitas Penanggung Jawab Nama: Ny.R Umur: 55 Th Jenis Kelamin: Perempuan Status: Menikah Hubungan: Istri Agama: Islam Pendidikan: Tamat SD Pekerjaan: Buruh/ Ibu Rumah Tangga Alamat: Rengas 7/4 Kedungwuni
  • 29. B. Pengkajian a. Keluhan Utama: Luka di kaki kiri Keluhan Utama Masuk RS: Pasien datang ke RS dengan keluhan ada luka dikaki kirinya yang tidak sembuh-sembuh Keluhan Utama Saat Pengkajian: Saat pengkajian pasien mengatakan kakinya luka besar dan dalam, tidak sembuh-sembuh, bengkak, kulit sekitar luka menjadi hitam dan kaku, yang menyebabkan pasien kesulitan untuk beraktifitas. b. Riwayat Kesehatan Riwayat Penyakit Sekarang: Pasien mengatakan lukanya awalnya tidak seperti sekarang, sebulan yang lalu dirumah awalnya kakinya terdapat bisul, kemudian digaruk hingga timbul luka. Lama luka tersebut semakin melebar dan tidak sulit sembuh, hingga akhirnya tanggal 4 juni beliau datang ke RS di IGD, dan mendapatkan saran untuk dirawat inap, karena hasil laboratoriumnya nilai GDS (gula darah sewaktu) sangat tinggi 276 mg/dl, terdapat ulkus dan hal ini ditunjang pasien memiliki riwayat DM. Saat Pengkajian luka ulkus post-op, presentasi luka dalam, lebar, bau, terdapat pes, ada jaringan nekrotik, ada jaringan slough, hiperpigmentasi sekitar luka, turgor kering, bengkak, dan neuropati. Riwayat Penyakit Dahulu: Pasien mengatakan mempunyai riwayat diabetes (DM), tidak memiliki riwayat hipertensi, tidak memiliki riwayat jantung. Riwayat Kesehatan Keluarga Mempunyai Penyakit Keturunan: Pasien mengatakan tidak memiliki penyakit keturunan seperti DM, Hipertensi, Jantung, TB Paru, Asma.
  • 30. Mempunyai Penyakit Menular: Pasien mengatakan tidak memiliki penyakit menular seperti HIV Aids, hepatitis, TB Paru, ikterik. Perawatan/Pengobatan: Pasien mengatakan pernah menjalani perawatan rawat jalan di RS dikarenakan kontrol harian diabetes melitus. c. Genogram Keterangan :  : laki-laki O :wanita  : meninggal : menikah : keturunan serumah  : klien d. Pola Pemenuhan Kebutuhan Dasar (virginia henderson) 1. Pola Oksigenasi Keluhan: pasien mengatakan tidak memiliki keluhan oksigenasi seperti sesak, sulit bernafas. Inspeksi: Jaln nafas baik, tidak ada sumbatan secret, tidak adacuping hidung, ada pengembangan dada. Bentuk dada simetris, frekuensi 21x/menit, irama teratur, sifat pernafasan menggunakan dada, kulit daerah dada tidak ada lesi, tidak ada jejas, tidak pigeonchest Palpasi: Tidak ada nyeri tekan kulit daerah dada, ada taktil fremitus dimana getar kiri lebih besar dibandingkan getar kanan.
  • 31. Perkusi: Terdengar suara perkusi dada sonor Auskultasi: Terdengar bunyi vesikular (nafas ekspirasi,inspirasi halus) 2. Pola Nutrisi Keluhan: pasien mengatakan tidak memiliki keluhan seperti tidak nafsu makan, mual, muntah Inspeksi: Mulut tidak sumbing, bibir tidak ada sariawan, lidah kotor ada sisa makanan, gigi kotor ada caries gigi ada bekas makanan, mukosa bibir lembab, abdomen tidak ada lesi tidak buncit Palpasi: Tidak ada nyeri tekan palatum, tidak ada nyeri tekan bibir, tidak ada nyeri tekan lidah, tidak ada nyeri tekan gigi, tidak ada nyeri tekan mukosa bibir, tidak ada pembesaran tonsil, tidak ada nyeri tekan abdomen, tidak ada pembesaran hati,limfe. Perkusi: Terdengar perkusi abdomen timpani Auskultasi: Terdengar bising usus +, 17x/menit saat pengkajian 3. Pola Eliminasi Keluhan: pasien mengatakn sering BAK. Inspeksi: Tidak ada lesi abdomen, tidak buncit. Palpasi: Tidak ada nyeri tekan abdomen, tidak ada pembesaran hati, tidak ada pembesaran limfe Perkusi: Terdengar perkusi abdomen timpani
  • 32. Auskultasi: Terdengar bising usus +. 17x/menit saat pengkajian 4. Pola Aktifitas Keluhan: pasien mengatakan kesulitan beraktifitas. TTV: TD: 140/90 mmHg, S: 37.2”C, N: 21x/menit, N: 78x/menit Skala Aktifitas 4, Pasien memerlukan bantuan dan pengawasan orang lain dan alat bantu Skala Mobilitas 3, Pasien memerlukan bantuan, pengawasan orang lain dan peralatan. Kekuatan Otot 4,Gerakan normal menentang gravitasi dengan sedikit tahanan. Bagian X.ULKUS Skala 2, gerakan otot penuh menentang gravitasi dengan sokongan 5. Pola Istirahat Dan Tidur Keluhan: pasien mengatakn istirahat dan tidurnya terganggu karena luka di kaki yang menyebabkan hambatan bergerak. Waktu tidur: Lama jam tidur siang 1-2 jam, lama jam tidur malam 3-5 jam 6. Kebutuhan Berpakaian Keluhan: pasien mengatakan saat berpakaian (pakaian bawah) mengalami sedikit kesulitan Berganti pakaian 2x/hari 7. Mempertahankan Temperatur Tubuh Keluhan: pasien mengatakan badannya panas. O/ suhu: 37.2”C Suhu: 37.2” C, Akral dingin, turgor kering, mukosa bibir lembab 8. Personal Hygiene Keluhan: pasien mengatakan kesulitan untuk mandi karena hambatan gerakan Inspeksi: Rambut kotor ada ketombe, mulut kotor ada sisa makanan, telinga kotor ada serumen dan lapisan lilin, kulit bersih putih, kuku panjang dan kotor.
  • 33. Frekuensi: Mandi 2x/hari, gosok gigi 1x/hari, mengganti pakain kotor 2x/hari 9. Kebutuhan Aman Dan Nyaman Keluhan: pasien mengatakan tidak nyaman saat gerak dan mobilisasi (kaku,nyeri ekstremitas) P: Nyeri ekstremitas meningkat disaat bergerak, nyeri berkurang saat istirahat Q: Melekit-lekit R: Sekitar Luka (Daerah yangg bengkak) S: 7 (Nyeri, dpt tertahankan) T: Kadang-kadang Pemeriksaan terkait organ yang dikeluhkan: Inspeksi: hiperpigmentasi sekitar luka, turgor kering Palpasi: sekitar luka bengkak pasien mengeluh nyeri 10. Komunikasi Keluhan: pasien mengatakan tidak kesulitan dalam berbicara/komunikasi. Pasien tidak terlihat hati-hati dalamberbicara, pasien terbuka, kooperatif, terkadang menggunakan bahasa isyarat Pemeriksaan Fisik Mata Inspeksi: mata kemerahan, mata kanan-kiri simetris, ada refleks kedip mata Palpasi: tidak ada nyeri tekan palpebra-bulbi, kekuatan kedua mata sama Telinga Inspeksi: telinga kanan kiri semetris, telinga dalam kotor ada serumen Palpasi: tidak nyeri tekan helix, antihelix, pina, tragus, kleidomastoideus
  • 34. 11. Pola Spiritual Keluhan : pasien mengatakan semenjak dirumah sakit pola spiritualnya terganggu Kebutuhan untuk beribadah tidak terpenuhi Terdapat masalah dalam beribadah karena tidak dapat menjalankan sholat lima waktu. 12. Pola Kerja Keluhan : pasien mengatakan tidak bekerja selama sakit dirawat di rumah sakit Pekerjaan pasien sebelum sakit adalah buruh Waktu bekerja sebelum sakit 1 – 6 jam C. Data Obyektif a) Pemeriksaan umum : - Keadaan umum : bagus, mampu berbicara, ada reflek - Kesadaran : komposmentis E : 4 M : 6 V : 5 - Tekanan darah : 140/90 mmHg - Nadi : 78 x/menit - Suhu : 37, 02 derajat celcius - RR : 21 x/ menit - Antropometri : - Berat Badan : 48 Kg - Tinggi badan : 154 cm - BBI : (TB - 100 ) x 1 kg (154 – 100 ) x 1 kg = 54 Kg b) Pemeriksaan fisik 1) Kepala Inspeksi : Penyebaran rambut merata, tidak ada lesi, tidak ada benjolan Palpasi : Tidak ada nyeri tekan dikepala, tidak ada pembesaran,penumpukan cairan Muka Inspeksi : wajah bersih, tidak ada lesi
  • 35. Palpasi :tidak ada nyeri tekan muka, tidak ada fraktur tulang pipi (os.zigomatikum) Mata Inspeksi : mata sedikit kemerahan, tidak ikterik Palpasi : tidak ada nyeri tekan mata, kekuatan kedua mata sama Hidung Inspeksi : kotor, tidak ada lesi, tidak ada polip, tidak ada cuping hidung Palpasi : tidak ada nyeri tekan hiddung, tidak ada benjolan/polip, tidak ada fraktur os.nasalis Mulut Inspeksi : bersih, lidah kotor, ada caries gigi, mukosa lembab Palpasi : tidak ada nyeri tekan mulut karena tidak ada stomatitis, tidak ada fraktur mandibula Telinga Inspeksi : kotor, ada serumen, tidak ada lesi Palpasi : tidak ada nyeri tekan aurikula, tidak ada nyeri tekan kleidomastoideus Leher Inspeksi : tidak ada lesi, iritasi. Palpasi : tidak ada nyeri tekan leher, tidak ada pembesaran kalenjar tiroid 2) Dada Inspeksi : Bentuk dada simetris, tidak ada kelainan, seperti pigeon chest ataupun barel chest, pengembangan dada normal Palpasi : tidak ada nyeri tekan dada. Perkusi : terdengar suara perkusi sonor Auskultasi : Vesikuler 3) Abdomen Inspeksi : tidak ada lesi , tidak buncit. Auskultasi : Terdengar bising usus 17x/menit Perkusi : terdengar perkusi tympani
  • 36. Palpasi : tidak ada nyeri tekan abdomen, tidak ada pembesaran hepar, tidak ada pembesaran limfe. 4) Ekstremitas Inspeksi : pada ektremitas atas bagian kanan terpasang infus, ekstremitas bawah kiri luka, ada pus, hiperpigmentasi sekitar luka, bengkak Palpasi : ada nyeri tekan sekitar luka luka 5) Kulit Inspeksi : kulit bersih, kering, tidak ada lesi, kulit ekstremitas atas bersih, tidak ada lesi, kulit ekstremitas bawah kiri terjadi hiperpigmentasi didaerah sekitar luka, ada luka, ada pus, kulit kering Palpasi : ada nyeri tekan daerah luka c. Pemeriksaan penunjang Laboratorium Hari/tanggal : 03/06/2013 No Jenis Hasil Nilai normal 1 HbSAg - Normal 2 GDS 276 mg/dl 80 - 130 mg/dl 3 SGOT 96 u/i 0 – 37 u/i 4 SGPT 51 u/i 0 – 42 u/i 5 REA ( ureum) 54 mg/dl 10 – 100 mg/dl 6 Creatinin 0,80 mg/dl 0,6 – 1,1 mg/dl
  • 37. Hasil GDS : Hari/tanggal : 06/06/2013 Hasil :138 mg/dl Tanggal 13/06/2013 Hasil : 130 mg/dl Tanggal : 14/06/2013 Hasil : 95 mg/dl Tanggal 15/06/2013 Hasil : 122 mg/dl Tanggal : 16/06/2013 Hasil : 128 mg/dl Tanggal 17/06/2013 Hasil : 120 mg/dl Terapi Tanggal 3-5 juni No Jenis Terapi Dosis Fungsi 1 Inf. Asering 5 x 500 ml 2 Inj. Ranitidin 2 x 50 mg 3 Inj. Ketorolag 2 x 250 mg 4 Inj. Cyprofloxacin 3 x 200 mg 5 Ulsidex 2 x 5 ml 6 Antasid 3 x 500 mg 7 Mecobalamin 3 x 500 mg 8 Asam mefenamat 3 x 250 mg Mengganti Cairan Mngurangi Mual, anti histamin Mengurangi Nyeri Antibiotik Mengurangi Nyeri Anti Alergi Vitamin B12 Mengurangi Nyeri
  • 38. Terapi Tanggal 6 juni- 17 juni 2013 No Jenis Terapi Dosis Fungsi 1 Inf. RL 500 ml x 12 2 Inj. Ketorolag 3 x 3 Inj. Cefrazidin 2 x 4 Inf. Metronidazol 3 x 5 Mexformin 3 x 500 mg 6 Amlodipin 1 x 7 Captropril 3 x 12,5 mg 8 Glimepirid 1-1-0-0 9 Mecobalamin 3 x 500 mg 10 Vit. B.C 3 x 11 Gabexal 1 x 30 gr Mengganti Cairan Mengurangi Nyeri Alfa adrenergic. antibiotik Antibiotik Anti DM Anti Hipertensi Anti Hipertensi Anti Hiperglikemi Vitamin B12
  • 39. ANALISA DATA 1. DS : Pasien mengatakan lukanya tidak sembuh-sembuh, lukanya semakin dalam dan melebar DO : Adanya gangren (sampai tendon), ada ajaringan nekrotik, hiperpigmentasi, neuropati. Etiologi: Perubahan Sirkulasi Problem : Kerusakan Integritas Jaringan 2. DS : Pasien mengatakan terhambat dan kesulitan berjalan, kakinya terasa kaku, dan gemetar saat gerak DO : Pasien terlihat berjalan dengan bantuan orang lain dan menggunakan alat bantu, tremor pergerakan, postur tubuh tidak stabil, pergerakan lambat Etiologi : Keterbatasan Pergerakan Mandiri Problem : Hambatan Mobilitas Fisik
  • 40. DIAGNOSA KEPERAWATAN 1. Kerusakan Integritas Kulit Berhubungan Dengan Penurunan Sirkulasi 2. Hambatan Mobilitas Fisik Berhubungan Dengan Penurunan Kendali Otot PRIORITAS DIAGNOSA KEPERAWATAN 1. Kerusakan Integritas Jaringan Berhubungan Dengan Penurunan Sirkulasi 2. Hambatan Mobilitas Fisik Berhubungan Dengan Penurunan Kendali Otot
  • 41. INTERVENSI KEPERAWATAN 1. Kerusakan Integritas Jaringan Berhubungan Dengan Penurunan Sirkulasi Tujuan dan kriteria hasil : Setelah dilakukan tindakan keperawatan selama 3 x 24 jam diharapkan menunjukkan integritas jaringan kulit dengan kriteria hasil : - keutuhan kulit - ada perfusi jaringan - Tidak ada nekrosis - Ada sensasi nyeri Intervensi : - Kaji luka ( lebar dan kedalaman) R/ untuk mengetahui presentasi luka ( lebar, kedalaman) - Rawat luka R/ untuk meminimalisasi infeksi dan mengembalikan integritas kulit - Ajarkan tentang pentingnya kebutuhan personal hygiene R/ untuk meningkatkan pengetahuan tentang pentingnya kebersihan yang menunjang penyembuhan - Kolaborasi R/ memberikan obat sesuai advis dan kebutuhan pasien
  • 42. 2. Hambatan Mobilitas Fisik Berjalan Berhubungan Dengan Gangguan Keseimbangan Tujuan dan kriteria hasil : Setelah dilakukan tindakan keperawatan selama 3 x 24 jam diharapkan mobilitas fisik berjalan maksimal dengan kriteria hasil : - Mampu melakukan aktivitas mandiri secara bertahap sesuai kemampuan - Tidak menggunakan alat bantu - Pergerakan pasien bertambah luas ( berjalan, berdiri) Intervensi : - Kaji tingkat kekuatan otot pasien R/ mengetahui skala kekuatan otot pasien - Berikan motivasi kepada pasien R/ meningkatkan semangat, percaya diri dan memberi dorongan psikis - Ajarkan gerakan pada ekstremitas sesuai kemampuan pasien R/ melatih pergerakan ekstremitas untuk menghindari kekakuan otot - Kolaborasi R/ memberikan obat sesuai advis dokter dan kebutuhan pasien
  • 43. IMPLEMENTASI Diagnosa I 08.00 WIB : Mengkaji luka ( lebar dan kedalaman) DS : Pasien mengatakan lukanya semkin melebar dibandingkan awal mula luka DO : Lebar luka +_ 15cm, panjang luka+_ 15cm, kedalaman 10cm, ada jaringan nekrotik, ada pes, ada jaringan slough, ada jaringan granulasi, odor. 08.30 WIB : Melakukan rawat Luka DS : Pasien mengatakan bersedia untuk dilakukan rawat luka dan ganti balut DO : Dilakukan rawat luka menggunakan NaCl, dan ganti balutan. 09.00 WIB : Kolaborasi DS : Pasien mengatakan melakukan semua advis dokter dan perawat (meminum obat, makan,minum sesuai advis dokter) DO : Dilakukan pemberian obat oral sesuai advis dokter dan injeksi sesuai advis dokter 11.00 WIB : Mengajarkan tentang pentingnya kebutuhan personal hygiene DS : Pasien mengatakan bersedia untuk diberikan informasi pengetahuan tentang pentingnya kebersihan diri DO : mengajarkan kebersihan diri yang benar, saat diberikan informasi pasien mendengarkan dan memahami apa yang disampaikan 14.30 WIB : Mengkaji tingkat kekuatan otot pasien 21.15 WIB : Memberikan motivasi kepada pasien 21.25WIB : Mengajarkan gerakan pada ekstremitas sesuai kemampuan pasien 23.00 WIB : Kolaborasi
  • 44. EVALUASI 1. DIAGNOSA I Hasil SOAP S : Pasien mengatakan kakinya masih terasa kaku bengkak O : Masih terjadi hiperpigmentasi ekstremitas, turgor kering, tidak ada sensasi nyeri, oedema sekitar luka dan ekstremitas. TD: 150/90 mmHg, S:37,3”C, N:76x/mnt, RR: 22x/mnt A: Masalah Belum Teratasi P : Ulangi Intervensi 2. DIAGNOSA II Hasil SOAP S : Pasien mengatakan lukanya tidak sembuh-sembuh, lukanya semakin dalam dan melebar O :Adanya gangren (sampai tendon), ada ajaringan nekrotik, hiperpigmentasi, neuropati TD: 150/90, S:37.3”C, N:78x/mnt, RR:22x/mnt A : Masalah Belum Teratasi P : Ulangi Intervensi 3. DIAGNOSA III Hasil SOAP S : Pasien mengatakan lukanya belum membaik, masih berair dan bau. O : Terdapat pes, ada jaringan nekrotik, ada slough, bengkak, odor A : Masalah Belum Teratasi P : Ulangi Intervensi 4. DIAGNOSA IV Hasil SOAP S : Pasien mengatakan masih sulit berjalan, kakinya terasa kaku, O : Pasien berjalan dengan bantuan orang lain dan menggunakan alat bantu A : Masalah Belum Teratasi P : Ulangi Intervensi