Makalah ini membahas tentang etika dan profesi pendidik khususnya mengenai pengelolaan kelas yang efektif. Beberapa poin penting yang diangkat antara lain pengertian pengelolaan kelas, tujuan pengelolaan kelas yang efektif yaitu menciptakan kondisi belajar yang optimal, serta masalah yang dihadapi guru dalam pengelolaan kelas seperti menangani masalah pengajaran dan pengelolaan.
1. MAKALAH ETIKA dan PROFESI PENDIDIK
“KETRAMPILAN MENGELOLA KELAS”
Disusun oleh :
Aulia Puji Yanti (1516500015)
Akhyas Iqbal Saudi (1516500007)
Ismi Ismawati (1516500033)
Naufali Reza Zakaria (15165000)
PBSID 2 D
PENDIDIKAN BAHASA SASTRA INDONESIA DAN DAERAH
FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN
UNIVERSITAS PANCASAKTI TEGAL
Tahun 2017
2. PRAKATA
Pertama-tama marilah kita panjatkan puji syukur kehadirat Allah SWT, atas
limpahan rahmat dan karunia-Nya sehingga makalah tugas Etika dan Profesi
Pendidik tentang Pengelolaan Kelas yang Efektif ini sudah terselesaikan. Makalah
ini disusun berdasarkan pengumpulan dari berbagai sumber, dan untuk memehuni
tugas mata kuliah Etika dan Profesi Pendidik.
Dengan ini penulis mengucapkan terimakasih kepada Drs. Ahmad Toibin, M.Pd
selaku dosen mata kuliah Etika dan Profesi Pendidik. Penulis mengucapkan
terimakasih juga kepada pihak-pihak yang telah membantu dalam penyelesaian
tugas ini. Semoga tugas yang penulis buat dapat bermanfaat bagi penulis pribadi
maupun pihak yang membaca.
Penulis menyadari bahwa tugas ini sangat jauh dari sempurna, masih banyak
kelemahan dan kekurangan. Setiap saran, kritik, dan komentar yang bersifat
membangun dari pembaca sangat penulis harapkan untuk meningkatkan kualitas
dan menyempurnakan tugas ini.
Tegal, 12 Mei 2017
Penulis
3. DAFTAR ISI
COVER
PRAKATA
DAFTAR ISI
BAB I PENDAHULUAN
1. Latar Belakang
2. Rumusan Masalah
3. Tujuan Masalah
BAB II PEMBAHASAN
1. Pengelolaan Kelas
2. Tujuan Pengelolaan Kelas yang Efektif
3. Masalah dalam Pengelolaan Kelas
4. Peran Guru dalam Pengelolaan Kelas
5. Strategi Pengelolaan Kelas yang Efektif
BAB III KESIMPULAN DAN SARAN
1. Kesimpulan
2. Saran
DAFTAR PUSTAKA
4. BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Sekolah adalah tempat belajar bagi siswa, dan tugas guru adalah sebagian
besar terjadi dalam kelas adalah membelajarkan siswa dengan menyediakan
kondisi belajar yang optimal. Kondisi belajar yang optimal dicapai jika guru
mampu mengatur siswa dan sarana pengajaran serta mengendalikanya dalam
situasi yang menyenangkan untuk mencapai tujuan pelajaran.
Dalam kelas segala aspek pembelajaran bertemu dan berproses, guru dengan
segala kemampuannya, murid dengan segala latar belakang dan potensinya,
kurikulum dengan segala komponennya, metode dengan segala pendekatannya,
media dengan segala perangkatnya, materi serta sumber pelajaran dengan segala
pokok bahasannya bertemu dan berinteraksi di dalam kelas. Oleh karena itu,
selayaknya kelas dimanajemeni secara baik dan professional.
Kegiatan guru di dalam kelas meliputi dua hal pokok, yaitu mengajar dan
mengelola kelas. Kegiatan mengajar dimaksudkan secara langsung menggiatkan
siswa mencapai tujuan seperti menelaah kebutuhan siswa, menyusun rencana
pelajaran, menyajikan bahan pelajaran kepada siswa, mengajukan pertanyaan
kepada siswa, menilai kemajuan siswa adalah contoh-contoh kegiatan mengajar.
Kegiatan mengelola kelas bermaksud menciptakan dan mempertahankan suasana
(kondisi) kelas agar kegiatan mengajar itu dapat berlangsung secara efektif dan
efesien.
Memberi ganjaran dengan segera, mengembangkan hubungan yang baik
antara guru dan siswa, mengembangkan aturan permainan dalam kegiatan
kelompok adalah contoh-contoh kegiatan mengelola kelas.
Kegagalan seorang guru mencapai tujuan pembelajaran berbanding lurus
dengan ketidakmampuan guru mengelola kelas. Indikator dari kegagalan itu
seperti prestasi belajar murid rendah, tidak sesuai dengan standar atau batas
ukuran yang ditentukan. Karena itu, pengelolaan kelas merupakan kompetensi
guru yang sangat penting.
Di sini jelas bahwa pengelolaan kelas yang efektif merupakan persyaratan
mutlak bagi terciptanya proses belajar mengajar yang efektif pula. Maka dari
itu pentingnya pengelolaan kelas guna menciptakan suasana kelas yang kondusif
demi meningkatkan kualitas pembelajaran. Pengelolaan kelas menjadi tugas dan
tanggung jawab guru dengan memberdayakan segala potensi yang ada dalam
kelas demi kelangsungan proses pembelajaran. Hal ini berarti setiap guru dituntut
secara profesional mengelola kelas sehingga terciptanya suasana kelas yang
kondusif guna menunjang proses pembelajaran yang optimal menuntut
5. kemampuan guru untuk mengetahui, memahami, memilih, dan menerapkan
pendekatan yang dinilai efektif menciptakan suasana kelas yang kondusif.
B. Rumusan Masalah
1. Apakah yang di maksud pengelolaan kelas?
2. Apa tujuan dari pengelolaan kelas yang efektif?
3. Apa saja masalah yang dihadapi dalam pengelolaan kelas?
4. Apa peran guru dalam pengelolaan kelas?
5. Bagaimana strategi pengelolaan kelas yang efektif?
C. Tujuan Masalah
1. Mengetahui pengertian pengelolaan kelas.
2. Mengetahui tujuan dari pengelolaan kelas yang efektif.
3. Mengetahui masalah dalam pengelolaan kelas.
4. Mengetahui peran guru dalam pengelolaan kelas.
5. Mengetahui strategi pengelolaan kelas yang efektif.
6. BAB II
PEMBAHASAN
A. Pengelolaan Kelas
Sedangkan pengertian umum mengenai kelas, yaitu sekelompok siswa pada
waktu yang sama menerima pelajaran yang sama dari guru yang sama pula.
Sementara itu, menurut Oemar Hamalik menjelaskan “kelas adalah suatu
kelompok orang yang melakukan kegiatan belajar bersama yang mendapat
pengajaran dari guru”. Sedangkan menurut Ahmad “kelas adalah ruangan belajar
atau rombongan belajar”. Sulaeman mengartikan bahwa kelas dalam arti umum
menunjukkan kepada pengertian sekelompok siswa yang ada pada waktu yang
sama menerima pelajaran yang sama dan dari guru yang sama pula. Kelas dalam
arti luas merupakan bagian dari masyarakat kecil yang sebagian adalah suatu
masyarakat sekolah yang sebagian suatu kesatuan di organisasi menjadi unit kerja
secara dinamis menyelenggarakan kegiatan-kegiatan.
Definisi pengelolaan kelas atau pengelolaan kelas yang dipetik dari informasi
Pendidikan Nasional bahwa ada lima definisi pengelolaan kelas sebagaimana
berikut ini.
1. Pengelolaan kelas yang bersifat otoritatif, yakni seperangkat kegiatan
guru untuk menciptakan dan memertahankan ketertiban suasana kelas,
disiplin sangat diutamakan.
2. Pengelolan kelas yang bersifat permisif, yakni pandangan ini menekankan
bahwa tugas guru adalah memaksimalkan perwujudan kebebasan siswa.
Dalam hal ini guru membantu siswa untuk merasa bebas melakukan hal
yang ingin dilakukannya. Berbuat sebaliknya berarti guru menghambat
atau menghalangi perkembangan anak secara alamiah.
3. Pengelolaan kelas yang berdasarkan prinsip-prinsip pengubahan tingkah
laku (behavioral modification), yaitu seperangkat kegiatan guru untuk
mengembangkan tingkah laku siswa yang diinginkan dan mengurangi atau
meniadakan tingkah laku yang tidak diinginkan. Secara singkat, guru
membantu siswa dalam mempelajari tingkah laku yang tepat melalui
penerapan prinsip-prinsip yang diambil dari teori penguatan
(reinforcement).
4. Pengelolaan kelas sebagai proses penciptaan iklim sosio-emosional yang
positif di dalam kelas. Pandangan ini mempunyai anggaran dasar bahwa
kegiatan belajar akan berkembang secara maksimal di dalam kelas yang
beriklim positif, yaitu suasana hubungan interpersonal yang baik antara
guru dengan siswa dan siswa dengan siswa. Untuk terciptanya suasana
seperti ini guru memegang peranan kunci. Peranan guru adalah
7. mengembangkan iklim sosio-emosional kelas yang positif melalui
pertumbuhan hubungan interpersonal yang sehat. Dengan demikian,
pengelolaan kelas adalah seperangkat kegiatan guru untuk
mengembangkan hubungan interpersonal yang baik dan iklim sosio-
emosional kelas yang positif.
5. Pengelolaan kelas yang bertolak dari anggapan bahwa kelas merupakan
sistem sosial dengan proses kelompok (group process) sebagai intinya.
Dalam kaitan ini dipakailah anggapan dasar bahwa pengajaran
berlangsung dalam kaitannya dengan suatu kelompok. Dengan demikian,
kehidupan kelas sebagai kelompok dipandang mempunyai pengaruh yang
amat berarti terhadap kegiatan belajar, meskipun belajar dianggap sebagai
proses individual. Peranan guru adalah mendorong berkembangnya dan
berprestasinya sistem kelas yang efektif. Dengan demikian, pengelolaan
kelas adalah seperangkat kegiatan guru untuk menumbuhkan dan
memertahankan organisasi kelas yang efektif.
Disimpulkan bahwa pengelolaan kelas adalah berbagai jenis kegiatan yang
dengan sengaja dilakukan oleh guru dengan tujuan menciptakan kondisi
optimal bagi terjadinya proses belajar mengajar di kelas. Pengelolaan kelas
sangat berkaitan dengan upaya-upaya untuk menciptakan dan
mempertahankan kondisi yang optimal bagi terjadinya proses belajar
(penghentian perilaku peserta didik yang menyelewengkan perhatian
kelas, pemberian ganjaran, penyelesaian tugas oleh peserta didik secara
tepat waktu, penetapan norma kelompok yang produktif, di dalamnya
mencakup pengaturan orang (peserta didik) dan fasilitas yang ada.
Dalam pengelolaan kelas terdapat dua komponen yang sangat penting yaitu
guru dan siswa. Guru dalam menjalankan fungsinya tidak hanya bertindak sebagai
penyampai materi pelajaran tetapi juga dapat berfungsi selaku pengelola atau
“manager” kelas. Siswa ditempatkan tidak hanya sebagai obyek yang menjadi
sasaran pembelajaran tetapi juga dapat diposisikan sebagai subyek yang dinamis
dan ikut dilibatkan dalam proses atau kegiatan pengelolaan kelas.
B. Tujuan Pengelolaan Kelas yang Efektif
Adapun tujuan secara umum dari pengelolaan kelas:
1. Agar pengajaran dapat dilakukan secara maksimal, sehingga tujuan
pengajaran dapat dicapai secara efektif dan efisien.
2. Untuk memberi kemudahan dalam usaha memantau kemajuan siswa
dalam pelajarannya. Dengan pengelolaan kelas, guru mudah untuk
melihat dan mengamati setiap kemajuan/perkembangan yang dicapai
siswa, terutama siswa yang tergolong lamban.
3. Untuk memberi kemudahan dalam mengangkat masalah-masalah
penting untuk dibicarakan dikelas demi perbaikan pengajaran pada
masa mendatang.
8. Sedangkan tujuan pengelolaan kelas secara khusus dibagi menjadi dua yaitu:
Tujuan untuk siswa:
1. Mendorong siswa untuk mengembangkan tanggungjawab individu
terhadap tingkah lakunya dan kebutuhan untuk mengontrol diri
sendiri.
2. Membantu siswa untuk mengetahui tingkah laku yang sesuai
dengan tata tertib kelas dan memahami bahwa teguran guru
merupakan suatu peringatan dan bukan kemarahan.
3. Membangkitkan rasa tanggungjawab untuk melibatkan diri dalam
tugas maupun pada kegiatan yang diadakan.
Tujuan untuk guru:
1. Untuk mengembangkan pemahaman dalam penyajian
pelajaran dengan pembukaan yang lancar dan kecepatan
yang tepat.
2. Untuk dapat menyadari akan kebutuhan siswa dan memiliki
kemampuan dalam memberi petunjuk secara jelas kepada
siswa.
3. Untuk mempelajari bagaimana merespon secara efektif
terhadap tingkah laku siswa yang mengganggu.
4. Untuk memiliki strategi remedial yang lebih komprehensif
yang dapat digunakan dalam hubungan dengan masalah
tingkah laku siswa yang muncul didalam kelas.
Jadi, pengelolaan kelas dimaksudkan untuk menciptakan kondisi di dalam
kelompok kelas yang berupa lingkungan kelas yang baik, yang memungkinkan
siswa berbuat sesuai dengan kemampuannya. Kemudian, dengan pengelolaan
kelas produknya harus sesuai dengan tujuan yang hendak dicapai dan agar setiap
anak dikelas dapat bekerja dengan tertib, sehingga segera tercapai tujuan
pengajaran secara efektif dan efisien serta agar setiap guru mampu menguasai
kelas dengan menggunakan berbagai macam pendekatan dengan menyesuaikan
permasalahan yang ada, sehingga tercipta suasana yang kondusif, efektif dan
efisien.
C. Masalahdalam Pengelolaan Kelas
Dalam menangani tugasnya, guru sering menghadapi permasalahan dengan
kegiatan-kegiatan di dalam kelasnya. Permasalahan ini meliputi dua jenis yaitu
yang menyangkut pengajaran dan pengelolaan kelas. Guru harus mampu
membedakan kedua permasalahan itu dan menemukan pemecahannya secara
tepat. Sering terjadi guru menangani masalah yang bersifat pengajaran dengan
pemecahan yang bersifat pengelolaan dan sebaliknya. Misalnya, seorang guru
berusaha membuat penyajian pelajaran lebih menarik agar siswa yang sering tidak
masuk menjadi lebih tertarik untuk menghadiri pelajaran itu, padahal siswa
tersebut tidak senang berada di kelas itu karena dia merasa tidak diterima oleh
9. kawan-kawannya. Pemecahan seperti ini tentu saja tidak tepat. “Membuat
pelajaran lebih menarik” adalah permasalahan pengajaran, sedangkan “diterima
atau tidak diterima oleh kawan” adalah permasalahan pengelolaan. Masalah
pengajaran harus ditangani dengan pemecahan yang bersifat pengajaran dan
masalah pengelolaan harus ditangani dengan pemecahan yang bersifat
pengelolaan.
Untuk dapat menangani masalah-masalah pengelolaan kelas secara efektif
guru harus mampu:
1. Mengenali secara tepat berbagai jenis masalah pengelolaan kelas baik
yang bersifat perorangan maupun kelompok;
2. Memahami pendekatan mana yang cocok dan tidak cocok untuk jenis
masalah tertentu.
3. Memilih dan menetapkan pendekatan yang paling tepat untuk
memecahkan masalah yang dimaksud.
Ada dua jenis masalah pengelolaan kelas, yaitu:
1. Masalah Individual
Penggolongan masalah individual ini didasarkan atas anggapan dasar bahwa
tingkah laku manusia itu mengarah pada pencapaian suatu tujuan. Setiap individu
memiliki kebutuhan dasar untuk memiliki dan untuk merasa dirinya berguna. Jika
seorang individu gagal mengembangkan rasa memiliki dan rasa dirinya berharga
maka dia akan bertingkah laku menyimpang. Ada empat jenis penyimpangan
tingkah laku, yaitu:
1. Attention getting behaviors (pola perilaku mencari perhatian).
Seorang siswa yang gagal menemukan kedudukan dirinya secara wajar dalam
suasana hubungan sosial yang saling menerima biasanya (secara aktif ataupun
pasif) bertingkah laku mencari perhatian orang lain. Tingkah laku destruktif
pencari perhatian yang aktif dapat dijumpai pada anak-anak yang suka pamer,
melawak (memperolok), membuat onar, memperlihatkan kenakalan, terus
menerus bertanya, singkatnya, tukang rewel. Tingkah laku destruktif pencari
perhatian yang pasif dapat dijumpai pada anak-anak yang malas atau anak-anak
yang terus meminta bantuan orang lain.
2. Power seeking behaviors (pola perilaku menunjukkan
kekuatan/kekuasaan)
Tingkah laku mencari kekuasaan sama dengan perhatian yang destruktif,
tetapi lebih mendalam. Pencari kekuasaan yang aktif suka mendekat, berbohong,
menampilkan adanya pertentangan pendapat, tidak mau melakukan yang
diperintahkan orang lain dan menunjukkan sikap tidak patuh secara terbuka.
10. Pencari kekuasaan yang pasif tampak pada anak-anak yang amat menonjolkan
kemalasannya sehingga tidak melakukan apa-apa sama sekali. Anak-anak ini amat
pelupa, keras kepala, dan secara pasif memperlihatkan ketidakpatuhan.
3. Revenge seeking behaviors (pola perilaku menunjukkan balas dendam).
Siswa yang menuntut balas mengalami frustasi yang amat dalam dan tidak
menyadari bahwa dia sebenarnya mencari sukses dengan jalan menyakiti orang
lain. Keganasan, penyerangan secara fisik (mencakar, menggigit, menendang)
terhadap sesama siswa, petugas atau pengusaha, ataupun terhadap binatang sering
dilakukan anak-anak ini. Anak-anak seperti ini akan merasa sakit kalau
dikalahkan, dan mereka bukan pemain yang baik (misalnya dalam pertandingan).
Anak-anak yang suka menuntut balas ini biasanya lebih suka bertindak secara
aktif daripada pasif. Anak-anak penuntut balas yang aktif sering dikenal sebagai
anak-anak yang ganas dan kejam, sedang yang pasif dikenal sebagai anak-anak
pencemberut dan tidak patuh (suka menetang).
4. Helplessness (peragaan ketidakmampuan).
Siswa yang memperlihatkan ketidakmampuan pada dasarnya merasa amat
tidak mampu berusaha mencari sesuatu yang dikehendakinya (yaitu rasa
memiliki) yang bersikap menyerah terhadap tantangan yang
menghadangnya, bahkan siswa ini menganggap bahwa yang ada dihadapannya
hanyalah kegagalan yang terus menerus. Perasaan tanpa harapan dan tidak
tertolong lagi ini biasanya diikuti dengan tingkah laku mengundurkan atau
mengucilkan diri. Sikap yang memperlihatkan ketidakmampuan ini selalu
berbentuk pasif.
Keempat masalah individual tersebut akan tampak dalam berbagai bentuk
tindakan atau perilaku menyimpang, yang tidak hanya akan merugikan dirinya
sendiri tetapi juga dapat merugikan orang lain atau kelompok.
2. Masalah Kelompok
Dikenal adanya empat masalah kelompok dalam kaitannya dengan pengelolaan
kelas:
1. Kurangnya kekompakan
Kurangnya kekompakan kelompok ditandai dengan adanya kekurangcocokkan
(konflik) diantara para anggota kelompok. Konflik antara siswa-siswa dari
kelompok yang berjenis kelamin atau bersuku berbeda termasuk kedalam kategori
kekurang-kompakan ini. Dapat dibayangkan bahwa kelas yang siswa-siswa tidak
kompak akan beriklim tidak sehat yang diwarnai oleh adanya konflik, ketegangan
11. dan kekerasan. Siswa-siswa di kelas seperti ini akan merasa tidak senang dengan
kelompok kelasnya sehingga mereka tidak merasa tertarik dengan kelas yang
mereka duduki itu. Siswa tidak saling bantu membantu.
2. Kekurangmampuan mengikuti peraturan kelompok
Jika suasana kelas menunjukkan bahwa siswa-siswa tidak mematuhi aturan
kelas yang telah ditetapkan, maka masalah yang kedua muncul, yaitu
kekurangmampuan mengikuti peraturan kelompok. Contoh masalah ini adalah
berisik, bertingkah laku mengganggu padahal pada waktu itu semua siswa diminta
tenang, berbicara keras-keras atau mengganggu kawan padahal waktu itu semua
siswa diminta tenang bekerja di tempat duduknya masing-masing, dorong-
mendorong atau menyela waktu antri di kantin.
3. Reaksi negatif terhadap sesama anggota kelompok
Reaksi negatif terhadap anggota kelompok terjadi apabila ekspresi yang
bersifat kasar yang dilontarkan terhadap anggota kelompok yang tidak diterima
oleh kelompok itu, anggota kelompok yang menyimpang dari aturan kelompok
atau anggota kelompok yang menghambat kegiatan kelompok. Anggota kelompok
dianggap “menyimpang” ini kemudian “dipaksa” oleh kelompok itu untuk
mengikuti kemauan kelompok.
4. Penerimaan kelas (kelompok) atas tingkah laku yang menyimpang.
Penerimaan kelompok (kelas) atas tingkah laku yang menyimpang terjadi
apabila kelompok itu mendorong timbulnya dan mendukung anggota kelompok
yang bertingkah laku menyimpang dari norma-norma sosial pada umumnya.
Contoh umum adalah perbuatan memperolok-olokan (memperlawakkan),
misalnya membuat gambar yang “lucu” tentang guru. Jika hal ini terjadi maka
masalah kelompok dan masalah perorangan telah berkembang dan masalah
kelompok kelihatannya lebih perlu mendapat perhatian.
Untuk mengatasi masalah dalam pengelolaan kelas di atas, ada beberapa
pendekatan yang dapat dilakukan:
1. Behavior Modification Approach (Behaviorism Apparoach)
Asumsi yang mendasari penggunaan pendekatan ini adalah bahwa perilaku
“baik” dan “buruk” individu merupakan hasil belajar. Upaya memodifikasi
perilaku dalam mengelola kelas dilakukan melalui pemberian positive
reinforcement (untuk membina perilaku positif) dan negative reinforcement
(untuk mengurangi perilaku negatif). Kendati demikian, dalam penggunaan
reinforcement negatif harusnya dilakukan secara hati-hati, karena jika tidak tepat
hanya akan menimbulkan masalah baru.
12. 2. Socio Emotional Climate Approach (Humanistic Approach)
Asumsi yang mendasari penggunaan pendekatan ini adalah bahwa proses
belajar mengajar yang baik didasari oleh adanya hubungan interpersonal yang
baik antara peserta didik dengan guru atau peserta didik dengan peserta didik dan
guru menduduki posisi penting bagi terbentuknya iklim sosioemosional yang
baik:
menerima dan menghargai peserta didik sebagai manusia dan mengerti
dari sudut pandangan peserta didik sendiri.
berusaha untuk membicarakan situasi, bukan pribadi pelaku pelanggaran
dan mendeskripsikan apa yang dia lihat dan rasakan, serta
mendeskripsikan apa yang perlu dilakukan sebagai alternatif penyelesaian.
sebaiknya membantu mengarahkan peserta didik untuk mendeskripsikan
masalah yang dihadapi, menganalisis dan menilai masalah, menyusun
rencana pemecahannya, mengarahkan peserta didik agar committed
terhadap rencana yang telah dibuat memupuk keberanian menanggung
akibat “kurang menyenangkan”, serta membantu peserta didik membuat
rencana penyelesaian baru yang lebih baik.
dengan memberikan kesempatan kepada peserta didik untuk dapat
memikul tanggung jawab, memperlakukan peserta didik sebagai manusia
yang dapat secara bijak mengambil keputusan dengan segala
konsekuensinya, dan memberi kesempatan kepada peserta didik untuk
menghayati tata aturan masyarakat.
3. Group Process Approach
Asumsi yang mendasari penggunaan pendekatan ini adalah bahwa
pengalaman belajar berlangsung dalam konteks kelompok sosial dan tugas guru
adalah membina dan memelihara kelompok yang produktif dan kohesif.
Pendekatan Otoriter
Pandangan yang otoriter dalam pengelolaan kelas merupakan seperangkat
kegiatan guru untuk nienciptakan dan mempertahankan ketertiban suasana kelas.
Pengelolaan kelas sebagai proses untuk mengontrol tingkah laku siswa ke arah
disiplin. Bila timbul masalah-masalah yang merusak ketertiban atau kedisplinan
kelas, maka perlu adanya pendekatan:
perintah dan larangan
penekanan dan penguasaan
penghukuman dan pengancama
Pendekatan perintah dan larangan
13. Pendekatan Permisif
Pendekatan yang primisif dalam pengelolaan kelas merupakan seperangkat
kegiatan pengajar yang memaksimalkan kebebasan pembelajar untuk melakukan
sesuatu. Sehingga pembelajar bila kebebasan ini dihalangi dapat menghambat
perkembangan pembelajar. Berbagai bentuk pendekatan dalam pelaksanaan
pengelolaan kelas ini banyak menyerahkan segala inisiatif dan tindakan pada diri
pembelajar:
Tindakan pendekatan pengalihan dan pemasabodohan merupakan
tindakan yang bersifat premisif. Dari tindakan pendekatan ini muncul
hal-hal yang kurang disadari oleh pembelajar.
Meremehkan sesuatu kejadian, atau tidak melakukan apa-apa.
Memberi peluang kemalasan dan menunda pekerjaan.
Menukar dan mengganti susunan kelompok tanpa melalui prosedur
yang sebenarnya Menukar kegiatan salah satu pembelajar, digantikan
oleh orang lain.
Mengalihkan tanggungjawab kelompok kepada seorang anggota.
Pendekatan membiarkan dan memberi kebebasan
Sekali lagi pengajar memandang pembelajar telah mampu menaikkan sesuatu
dengan prosedur yang benar. “Biarlah mereka bekerja sendiri dengan bebas”,
demikian pegangan pengajar dalam mengelola kelas. Lebih kurang
menguntungkan lagi kalau selama pembeiajar bekerja sendiri, pengajar juga aktif
mengerjakan tugas sendiri dan pada saat waktu habis baru ditanyakan atau
disusun. Percaya atau tidak bahwa hasil bekerja pembelajar belum memadai dan
kurang terarah Akibat yang sering terjadi pembelajar merasa telah benar dengan
tingkah laku dalam pengerjaan tugas, telah bertanggungjawab dalam kelompok
atau kelas itu. Tapi ternyata setelah dibandingkan dengan kelompok lainnya
kurang atau malahan lebih rendah.
Kedua pendekatan inipun kurang menguntungkan, tanpa kontrol dan pengajar
bersikap serta memandang ringan terhadap gejala-gejala yang muncul. Pihak
pengajar dan pembelajar tampak bebas, kurang memikat.
D. Peran Guru dalam Pengelolaan Kelas
Pada dasarnya proses belajar mengajar merupakan inti dari proses pendidikan
secara keseluruhan, di antaranya guru merupakan salah satu faktor yang penting
dalam menentukan berhasilnya proses belajar mengajar di dalam kelas. Oleh
karena itu guru dituntut untuk meningkatkan peran dan kompetensinya, guru yang
kompeten akan lebih mampu menciptakan lingkungan belajar yang efektif dan
akan lebih mampu mengelola kelasnya sehingga hasil belajar siswa berada pada
14. tingkat yang optimal. Adam dan Decey (dalam Usman, 2003) mengemukakan
peranan guru dalam proses belajar mengajar adalah sebagai berikut:
1. Guru Sebagai Demonstrator
Guru menjadi sosok yang ideal bagi siswanya hal ini dibuktikan apabila ada
orang tua yang memberikan argumen yang berbeda dengan gurunya maka siswa
tersebut akan menyalahkan argumen si orangtua dan membenarkan seorang guru.
Guru adalah acuan bagi peserta didiknya oleh karena itu segala tingkah laku yang
dilakukannya sebagian besar akan ditiru oleh siswanya. Guru sebagai
demonstrator dapat diasumsikan guru sebagai tauladan bagi siswanya dan contoh
bagi peserta didik.
2. Guru Sebagai Evaluator
Evaluator atau menilai sangat penting adalah rangkaian pembelajaran
karena setiap pembelajaran pada akhirnya adalah nilai yang dilihat baik kuantitatif
maupun kualitatif. Rangkaian evaluasi meliputi persiapan, pelaksanaan, evaluasi.
Tingkat pemikiran ada beberapa tingkatan antara lain mengetahui, mengerti,
mengaplikasikan, analisis, sintesis (analisis dalam berbagai sudut), evaluasi.
Manfaat evaluasi bisa digunakan sebagai umpan balik untuk siswa sehingga hasil
nilai ini bukan hanya suatu point saja melainkan menjadi solusi untuk mencari
kelemahan di pembelajaran yang sudah diajarkan. Hal -hal yang paling penting
dalam melaksanakan evaluasi. Harus dilakukan oleh semua aspek baik efektif,
kognitif dan psikomotorik. Evaluasi dilakukan secara terus menerus dengan pola
hasil evaluasi dan proses evaluasi. Evalusi dilakuakan dengan berbagai proses
instrument harus terbuka.
3. Guru Sebagai Pengelola Kelas
Manager mengelola kelas, tanpa kemampuan ini maka performence dan
karisma guru akan menurun, bahkan kegiatan pembeajaran bisa kacau tanpa
tujuan. Guru sebagai pengelola kelas, agar anak didik betah tinggal di kelas
dengan motivasi yang tinggi untuk senantiasa belajar di dalamnya. Beberapa
fungsi guru sebagai pengelola kelas: merancang tujuan pembelajaran
mengorganisasi beberapa sumber pembelajaran dan memotivasi, mendorong,
serta menstimulasi siswa. Ada 2 macam dalam memotivasi belajar bisa dilakukan
dengan hukuman atau dengan reaward. Mengawasi segala sesuatu apakah berjalan
dengan lancar apa belum dalam rangka mencapai tujuan pembelajaran
4. Guru Sebagai Fasilitator
Seorang guru harus dapat menguasai benar materi yag akan diajarkan juga
media yang akan digunakan bahkan lingkungan sendiri juga termasuk sebagai
sember belajar yang harus dipelajari oleh seorang guru. Seorang siswa
15. mempunyai beberapa kemampuan menyerap materi berbeda-beda oleh karena itu
pendidik harus pandai dalam merancang media untuk membantu siswa agar
mudah memahami pelajaran. Keterampilan untuk merancang media pembelajaran
adalah hal yang pokok yang harus dikuasai, sehingga pelajaran yang akan
diajarkan bisa dapat diserap dengan mudah oleh peserta didik. Media
pembelajaran di dalam kelas banyak macamnya misalkan torsu, chart maket,
LCD, OHP/OHT.
E. Strategi Pengelolaan Kelas yang Efektif
Mengelola kelas terbagi menjadi 2 jenis keterampilan :
1. Keterampilan yang berhubungan dengan penciptaan dan pemeliharaan
kondisi belajar yang optimal.
2. Menunjukkan Sikap Tangkap
Menggambarkan tingkah laku guru yang tampak pada siswa, bahwa guru
sadar dan tanggap terhadap perhatian keterlibatan, masalah dan ketidak acuan
mereka. Dengan adanya sikap ini siswa merasa guru hadir ditengah mereka.
Kesan ketanggapan ini dengan cara :
1) Memandang Secara Saksama
Memungkinkan guru meliput keterlibatan siswa dalam tugas dikelas serta
menunjukkan kesiapan guru untuk memberi respon baik terhadap kelompok
maupun individu.
2) Memberikan Pernyataan
Hal ini terkomunikasi kepada siswa melalui pernyataan guru bahwa ia
telah siap untuk memulai kegiatan belajar serta siap memberi respon terhadap
kebutuhan siswa. Hal yang harus dihindari adalah menunjukkan dominasi guru
dengan pernyataan atau komentar yang mengandung ancaman.
Contoh : “Saya menunggu sampai kalian diam”.
3) Gerak Mendekati
Hal ini menunjukkan kesiapan, minat dan perhatian kepada siswa. Hal ini
membantu siswa yang menghadapi kesulitan belajar, mengalami frustasi atau
sedang marah. Gerak yang mendekati hendaknya dilakukan dengan wajar, bukan
menakuti atau maksud lain.
4) Memberikan Reaksi Terhadap Gangguan Dan Ketakutan Siswa
16. Dengan adanya teguran menandakan adanya guru bersama siswa. Teguran
harus diberikan pada saat yang tepat serta dialamatkan pada sasaran yang tepat.
5). Membagi Perhatian
Pengelolaan kelas yang efektif terjadi apabila guru membagi perhatian kepada
beberapa kegiatan yang berlangsung dalam waktu yang sama. Hal ini dapat
dilaksanakan dengan cara sebagai berikut :
Visual
Hal ini mennjukkan perhatian terhadap sekelompok siswa atau individu namun
tidak kehilangan keterlibatannya dengan kelompok siswa atau individu.
Keterampilan ini digunakan untuk memonitor kegiatan kelompok atau individu,
mengadakan koreksi kegiatan siswa, memberi komentar atau memberi reaksi
terhadap siswa yang mengganggu.
Verbal
Guru dapat memberikan komentar terhadap aktivitas seseorang yang dilihat atau
dilaporkan oleh siswa lain. Penggunaan teknik visual maupun verbal
menunjukkan bahwa guru menguasai kelas.
6). Memusatkan Perhatian
Keterlibatan siswa dalam KBM dapat dipertahankan apabila dari waktu kewaktu
guru mampu memusatkan kelompok terhadap tugas-tugas yang dilaksanakan. Hal
ini dengan cara:
Menyiagakan Siswa
Menciptakaan suasana yang menarik sebelum guru menyampaikan pertanyaan
atau topik pelajarannya. Misalnya: “coba anak-anak, semuanya memperhatikan
dengan teliti gambar ini untuk membedakan daerah mana yang subur dan daerah
mana yang tanahnya gersang.
Menuntut Tanggung Jawab Siswa
Komunikasi yang jelas dari guru mengenai tugas siswa merupakan hal yang
sangat penting dalam mempertahankan pusat perhatian siswa seperti: meminta
untuk diperagakan hasil pekerjaan tugas.
7). Memberikan Petunjuk yang Jelas
17. Petunjuk yang diberikan harus bersifat langsung, dengan bahasa yang jelas dan
tidak membingungkan serta dengan tuntutan yang wajar dapat dipenuhi oleh
siswa.
8). Menegur
Tidak semua tingkah laku yang mengganggukelompok, siswa dalam kelas dapat
dicegah atau dihindari dengan baik, sehingga guru harus melakukan teguran
secara verbal atau memperingatkan siswa. Teguran itu efektif jika:
Tegas dan jelas tertuju kepada siswa yang mengganggu.
Menghindari peringatan yang kasar dan menyakitkn serta mengandung
penghinaan.
Menghindari ocehan atau ejekan guru atau yang berkepanjangan.
Guru dan siswa lebih baik mengadakan kesepakatan sehingga
penyimpangan yang terjadi hanya sifatnya mengingatkan. Seperti:
“suharto ingat”
9). Memberi Penguatan
Komponen ini digunakan untuk mengatasi siswa yang tidak mau terlibat dalam
kegiatan pembelajaran atau mengganggu temannya, yaitu dengan cara:
Guru dapat memberikan penguatan kepada siswa yang menggaggu yaitu
dengan jalan “menangkapnya” ketika dia melakukan tingkah laku yang
wajar dan berusaha “menangkapnya” ketika dia melakukan tingkah yang
tidak wajar dan berusaha “menangkapnya” ketika dia melakukan tindakan
yang tidak wajar dengan tujuan perbuatan yang wajar tadi dapat terulang.
Guru dapat memberikan berbagai komponen penguatan kepada siswa yang
bertingkah laku yang wajar kepada siswa yang lain untuk menjadi teladan.
Strategi yang efektif dan harus diperhatikan saat pengelolaan kelas:
1. Memulai pelajaran tepat waktu.
2. Menata tempat duduk yang tepat dengan cara menyelaraskan antar format
dan tujuan pengajaran, misalnya untuk pengajaran dengan menggunakan
model diskusi, bangku siswa dibentuk setengah lingkaran.
3. Mengatasi gangguan dari luar kelas.
4. Menetapkan aturan dan prosedur dengan jelas dan dapat dilaksanakan
dengan konsisten.
5. Peralihan yang mulus antarsegmen pelajaran.
6. Siswa yang berbicara pada saat proses belajar mengajar berlangsung.
7. Pemberian pekerjaan rumah.
8. Mempertahankan momentum selama pelajaran.
18. 9. Downtime, kelebihan waktu yang dimiliki oleh siswa pada saat melakukan
tugas-tugas dalam proses belajar mengajar.
10. Mengakhiri pelajaran.
Selain cara di atas, strategi pengelolan kelas yang efektif juga dapat dilakukan
dengan beberapa teknik:
1. Teknik mendekati
Bila seorang siswa mulai bertingkah, satu teknik yang biasanya efektif yaitu
teknik mendekatinya. Kehadiran guru bisa membuatnya takut, dan karena itu
dapat menghentikannya dari perbuatan yang disruptif, tanpa perlu menegur andai
kata siswa mulai menampakan kecenderungan berbuat nakal, memindahkan
tempat duduknya ke meja guru dapat berefek preventif.
2. Teknik memberikan isyarat
Apabila siswa berbuat penakalan kecil, guru dapat memberikan isyarat bahwa ia
sedang diawasi isyarat tersebut dapat berupa petikan jari, pandangan tajam, atau
lambaian tangan.
3. Teknik mengadakan humor
Jika insiden itu kecil, setidaknya guru memandang efek saja, dengan melihatnya
secara humoristis, guru akan dapat mempertahankan suasana baik, serta
memberikan peringatan kepada si pelanggar bahwa ia tahu tentang apa yang akan
terjadi.
4. Teknik tidak mengacuhkan
Untuk menerapkan cara ini guru harus lues dan tidak perlu menghukum setiap
pelanggaran yang diketahuinya. Dalam kasus-kasus tertentu, tidak mengacuhkan
kenakalan justru dapat membawa siswa untuk di perhatikan.
5. Teknik yang keras.
Guru dapat menggunakan teknik-teknik yang keras apabila ia di hadapkan pada
perilaku disruptif yang jelas tidak terkendalikan. Contohnya mengeluarkannya
dalam kelas.
6. Teknik mengadakan diskusi secara terbuka
Bila kenakalan di kelas mulai bertambah, sering guru menjadi heran. ia lalu
menilai kembali tindakan dan pengajarannya. untuk menjelaskan perbuatan-
perbuaatan siswa-siswanya. Dan menciptakan suasana belajar yang sedikit lebih
sesuai daripada sebelumnya.
19. 7. Teknik memberikan penjelasan tentang prosedur.
Kadang-kadang masalah kedisiplinan ada hubungannya yang langsung dengan
ketidakmampuan siswa melaksanakan tugas yang diberikan kepadanya. Kesulitan
ini terjadi apbila guru berasumsi bahwa siswa memiliki keterampilan, padahal
sebenarnya tidak. masalah yang hampir sama yaitu masalah-masalah perilaku
yang lazimnya berhubungan dengan peristiwa-peristiwa yang tidak biasa dikelas.
8. Mengadakan analisis
Kadang-kadang terjadi hampir terus menerus berbuat kenakalan, guru dapat
mengetahui masalah yang akan di hadapinya dan mengurangi keresahan siswanya.
9. Mengadakan perubahan kegiatan
Apabila gangguan dikelas meningkat jumlahnya, tindakan yang harus segera di
ambil yaitu mengubah apa yang sedang anda lakukan. Jika biasanya diskusi, maka
ubahlah dengan memberikan ringkasan-ringkasan untuk dibaca atau menyuruh
mereka membaca buku-buku pilihan mereka.
10. Teknik menghimbau
Kadang-kadang guru sering mengatakan, “harap tenang”. Ucapan tersebut
adakalanya membawa hasil, siswa memperhatikannya. Tetapi apabila himbauan
sering digunakan mereka cenderung untuk tidak menggubrisnya.
Hal-hal yang harus di hindari
1. Campur tangan yang berlebihan
Seperti guru menyela kegiatan yang asik berlangsung dengan komen atau
petunjuk mendadak, maka kegiatan siswa akan terganggu atau terputus. Kesan
guru tidak memperhatikan kebutuhan siswa, hanya memuaskan dirinya saja.
2. Kelenyapan
Terjadi jika guru gagal secara tepat melengkapi suatu intruksi penjelasan atau
petunjuk, komentar. Kemudian menghentikan penjelasan atau sajian tanpa alas an
yang jelas dan membiarkan pikiran anak mengawang-awang.
3. Ketidaktepatan memulai dan mengakhiri kegiatan
Terjadi jika guru memulai suatu aktivitas tanpa mengakhiri aktivitas sebelumnya.
4. Penyimpangan
20. Terjadi jika dalam kegiatan PBM guru terlalu asik dengan kegiatan tertentu
seperti sibuk dengan tempat duduk yang tidak rapi atau cerita sesuatu yang tidak
ada hubungan dengan materi terlalu jauh, sehingga kelancaran kegiatan di kelas
terganggu.
5. Bertele-tele
Terjadi jika pembicaraan guru bersifat :
1. Mengulang-ulangi hal-hal tertentu
2. Memperpanjang pelajaran atau penjelasan
3. Mengubah teguran menjadi ocehan yang panjang
Hal ini merupakan hambatan kemajuan pelajaran atau aktivitas kelas. Siswa pada
umumnya mencatat sebagai hal yang membosankan dan tidak mau terlibat dalam
kegiatan di kelas.
6. Pengulangan penjelasan yang tidak perlu
Guru memberi petunjuk yang berulang-ulang secara tidak perlu membagi kelas
dalam memberikan petunjuk atau secara terpisah memberi petunjuk ke setiap
kelompok yang sebelumnya dapat diberikan secara bersama-sama kepada seluruh
kelompok sekali saja di depan kelas.
21. BAB III
KESIMPULAN DAN SARAN
A. Kesimpulan
Pengelolaan kelas adalah berbagai jenis kegiatan yang dengan sengaja
dilakukan oleh guru dengan tujuan menciptakan kondisi optimal bagi terjadinya
proses belajar mengajar di kelas. Pengelolaan kelas sangat berkaitan dengan
upaya-upaya untuk menciptakan dan mempertahankan kondisi yang optimal bagi
terjadinya proses belajar (penghentian perilaku peserta didik yang
menyelewengkan perhatian kelas, pemberian ganjaran, penyelesaian tugas oleh
peserta didik secara tepat waktu, penetapan norma kelompok yang produktif, di
dalamnya mencakup pengaturan orang (peserta didik) dan fasilitas yang ada.
Dalam pengelolaan kelas terdapat dua komponen yang sangat penting
yaitu guru dan siswa.
Adapun tujuan secara umum dari pengelolaan kelas:
1. Agar pengajaran dapat dilakukan secara maksimal, sehingga tujuan
pengajaran dapat dicapai secara efektif dan efisien.
2. Untuk memberi kemudahan dalam usaha memantau kemajuan siswa
dalam pelajarannya. Dengan pengelolaan kelas, guru mudah untuk melihat
dan mengamati setiap kemajuan/perkembangan yang dicapai siswa,
terutama siswa yang tergolong lamban.
3. Untuk memberi kemudahan dalam mengangkat masalah-masalah penting
untuk dibicarakan dikelas demi perbaikan pengajaran pada masa
mendatang.
Sedangkan tujuan pengelolaan kelas secara khusus dibagi menjadi dua
yaitu: tujuan untuk siswa dan tujuan untuk guru.
Di samping ada tujuan ada pula masalah yang dihadapi dalam pengelolaan
kelas yang dibagi atas 2 jenis yaitu masalah individu dan masalah kelompok.
Peran guru merupakan salah satu faktor yang penting dalam menentukan
berhasilnya proses belajar mengajar di dalam kelas. Oleh karena itu guru dituntut
untuk meningkatkan peran dan kompetensinya, guru yang kompeten akan lebih
mampu menciptakan lingkungan belajar yang efektif dan akan lebih mampu
mengelola kelasnya sehingga hasil belajar siswa berada pada tingkat yang
optimal. Adam dan Decey (dalam Usman, 2003) mengemukakan peranan guru
dalam proses belajar mengajar adalah sebagai berikut:
1. Guru sebagai Demonstrator
2. Guru sebagai Evaluator
22. 3. Guru sebagai Pengelola Kelas
4. Guru sebagai Fasilitator
Dalam pengelolaan kelas harus diperhatikan dengan strategi yang efektif:
1. Memulai pelajaran tepat waktu.
2. Menata tempat duduk yang tepat dengan cara menyelaraskan antar format
dan tujuan pengajaran, misalnya untuk pengajaran dengan menggunakan
model diskusi, bangku siswa dibentuk setengah lingkaran.
3. Mengatasi gangguan dari luar kelas.
4. Menetapkan aturan dan prosedur dengan jelas dan dapat dilaksanakan
dengan konsisten.
5. Peralihan yang mulus antarsegmen pelajaran.
6. Siswa yang berbicara pada saat proses belajar mengajar berlangsung.
7. Pemberian pekerjaan rumah.
8. Mempertahankan momentum selama pelajaran.
9. Downtime, kelebihan waktu yang dimiliki oleh siswa pada saat melakukan
tugas-tugas dalam proses belajar mengajar.
10. Mengakhiri pelajaran.
Selain cara di atas, strategi pengelolan kelas yang efektif juga dapat dilakukan
dengan beberapa teknik: teknik mendekati, teknik memberikan isyarat, teknik
mengadakan humor, teknik tidak mengacuhkan, teknik yang keras, teknik
mengadakan diskusi secara terbuka, teknik memberikan penjelasan tentang
prosedur, mengadakan analisis, mengadakan perubahan kegiatan, teknik
menghimbau.
Akan tetapi ada hal-hal yang harus di hindari:
1. Campur tangan yang berlebihan
2. Kelenyapan
3. Ketidaktepatan memulai dan mengakhiri kegiatan
4. Penyimpangan
5. Bertele-tele
6. Pengulangan penjelasan yang tidak perlu
B. Saran
Dikatakan bahwa pengelolaan kelas yang efektif merupakan persyaratan
mutlak bagi terciptanya proses belajar mengajar yang efektif pula. Maka dari
itu pentingnya pengelolaan kelas guna menciptakan suasana kelas yang kondusif
demi meningkatkan kualitas pembelajaran. Pengelolaan kelas menjadi tugas dan
tanggung jawab guru dengan memberdayakan segala potensi yang ada dalam
kelas demi kelangsungan proses pembelajaran.
23. Guru sebagai tenaga profesional, dituntut tidak hanya mampu mengelola
pembelajaran saja tetapi juga harus mampu mengelola kelas, yaitu menciptakan
dan mempertahankan kondisi belajar yang optimal bagi tercapainya tujuan
pengajaran. Oleh karena itu sejalan dengan upaya pemerintah dalam
meningkatkan mutu di semua jenjang pendidikan, penerapan strategi pengelolaan
kelas dalam pembelajaran merupakan salah satu alternatif yang diyakini dapat
digunakan untuk memecahkan persoalan yang mendasar dari permasalahan
pendidikan di tanah air.
Adapun beberapa saran agar tercapai pengelolaan kelas dapat dimaksimalkan:
1. Bagi Sekolah.
1. pelaksanaan pengelolaan pembelajaran dan pengelolaan kelas yang
dilakukan oleh guru–guru di suatu sekolah apabila sudah berjalan
dengan baik, hendaknya ditindak lanjuti dengan supervisi kelas
yang dilakukan oleh kepala sekolah maupun instruktur mata
pelajaran yang serumpun,
2. untuk meningkatkan kompetensi profesional perlu ditindak lanjuti
dengan pengadaan diklat tentang quantum learning dan quantum
teaching,
3. pemberian motivasi belajar siswa adalah tersedianya fasilitas dan
media pembelajaran yang memadai di suatu sekolah, oleh karena
itu sekolah perlu menyediakan tenaga khusus untuk mengelola
laboratorium beserta peralatannya sehingga pada saat guru
mengajar fasilitas dan media itu sudah tersedia dan siap pakai,
otomatis perawatan dan kebersihan media terpelihara,
4. berusaha dalam meningkatkan disiplin siswa baik dalam sistemnya
maupun pelaksanaanya.
5. Untuk Dinas Pendidikan,
1. memberikan sumbangan pemikiran dan masukan,
peningkatan mutu pendidikan melalui penerapan
manajemen kelas dalam pembelajaran,
2. dalam pelaksanaan Kurikulum Berbasis Kompetensi,
hendaknya aspek perilaku dan kepribadian tetap menjadi
kriteria kenaikan kelas dan kriteria pelulusan,
3. dalam suatu sekolah harus ditinjau dari komponen-
komponen pendidikannya, input maupun para lulusannya
memiliki kualitas yang bagus dan professional.
24. DAFTAR PUSTAKA
Departemen Pendidikan dan Kebudayaan. 1982. Buku II: Modul Pengelolaan
Kelas. Jakarta: Departemen Pendidikan dan Kebudayaan, Direktorat Jenderal
Pendidikan Tinggi, Proyek Pengembangan Institusi Pendidikan Tinggi.
Rachman, Maman. 1998. Manajemen Kelas. Jakarta: Departemen Pendidikan dan
Kebudayaan Direktorat Jenderal Pendidikan Tinggi.
Majid, Abdul. 2005. Perencanaan pembelajaran. Bandung: Rosda Karya.
Popi, Sopiatin. 2010. Manajemen Belajar Berbasis Kepuasan Siswa. Cilegon:
Ghalia Indonesia.
Depdikbud Dikdasmen, 1997. Petunjuk Pelaksanaan Proses Belajar Mengajar.
1998. Jakarta: Depdikbud.
Drs. Syaiful Bahri Djamarah dan Drs. Aswan Zain, Strategi Belajar mengajar,
(Jakarta:PT Asdi Mahasatya,2006)
https://ratnawahyu36.wordpress.com/2013/12/02/makalah-pengelolaan-kelas-
yang-efektif-2/