SlideShare a Scribd company logo
1 of 33
Pertumbuhan dan Perkembangan
Remaja yang Bermasalah:
KEK, Anemia, Obesitas
KELOMPOK 1:
Athaya Zaizafia
Ayu Putri Noviyanti
Fakhriyah Elita
Outline
• definisi
• epidemiologi determinan masalah
(besaran; pengaruh; hubungan)
lingkungan, perilaku termasuk konsumsi,
pelayanan kesehatan, genetik
• patofisiologi
Definisi Kurang Energi Kronik
(KEK)
• Kurang energi kronis merupakan keadaan
dimana seseorang menderita ketidak
seimbangan asupan gizi (energi dan
protein) yang berlangsung menahun.
Seseorang berisiko Kurang Energi Kronik
(KEK) juka memiliki LILA (Lingkar Lengan
Atas) <23,5cm.
Definisi Anemia
• Anemia adalah penurunan kuantitas sel-
sel darah merah dalam sirkulasi darah
atau jumlah hemogoblin berada dibawah
batas normal.
Definisi Obesitas
• Obesitas umumnya didefinisikan sebagai
kelebihan lemak tubuh.
• Lemak tubuh sulit dan mahal untuk diukur
secara langsung dalam sampel besar.
Oleh karena itu, obesitas sering
didefinisikan sebagai kelebihan berat
badan setelah disesuaikan dengan tinggi
badan.
Besaran Masalah Kurang
Energi Kronik (KEK)
• prevalensi risiko KEK wanita usia subur
(tidak hamil). Secara nasional
prevalensi risiko KEK WUS sebanyak
20,8 persen
 Secara keseluruhan,
prevalensi risiko kurang
energi kronis tahun 2007
dan 2013 naik pada
semua kelompok umur
dan kondisi wanita (hamil
dan tidak hamil).
 Pada wanita tidak hamil
kelompok umur 15-19
tahun prevalensinya naik
15,7 persen. Demikian
juga pada wanita hamil
kelompok umur 45-49
tahun naik 15,1 persen.
Besaran Masalah Anemia
• Berturut-turut mengacu pada batas nilai
normal Riskesdas dan SK Menkes adalah
11,3% dan 19,7% untuk anemia perempuan
dewasa perkotaan, 12,2% dan 13,1% untuk
laki-laki dewasa perkotaan, serta 12,8% dan
9,8% untuk anak-anak. Tampak bahwa secara
nasional prevalensi anemia sebesar 14,8%
(menurut acuan SK Menkes) dan 11,9%
(menurut acuan Riskesdas 2013).
Besaran Masalah Obesitas
• Menurut Word Health Organization (WHO) 2014
menyatakan pada tahun 2008 angka obesitas didunia
sebesar 11,9 % dan lebih dari 1.4 milyar remaja yang
berusia 20 tahun atau lebih menderita overweight, dan
penderita obesitas sebanyak 200 juta adalah remaja
laki-laki dan 300 juta adalah remaja perempuan
• Prevalensi gemuk pada remaja umur 13-15 tahun di
Indonesia sebesar 10.8 persen, terdiri dari 8,3 persen
gemuk dan 2,5 persen sangat gemuk (obesitas).
Prevalensi gemuk pada remaja umur 16 – 18 tahun
sebanyak 7,3 persen yang terdiri dari 5,7 persen gemuk
dan 1,6 persen obesitas.
Determinan Epidemiologi Anemia
pada Remaja
Herta Masthalina, Yuli Laraeni, Yuliana Putri Dahlia. 2015. Pola Konsumsi (Faktor
Inhibitor dan Enhancer FE) Terhadap Status Anemia Remaja Putri. NTB: Kemas
• Dalam penelitian ini didapatkan dari 67 responden diketahui
bahwa sebagian besar ada 46 orang (68,7%) yang tidak
anemia sedangkan yang menderita anemia ada 21 orang
(31,3%), jumlah ini lebih sedikit jika dibandingkan dengan data
Puskesmas Gunungsari tahun 2012 terhadap pemeriksaan
kadar Hb murid Sekolah Menengah Atas / Madrasah Aliyah
bahwa diperoleh Madrasah Aliyah Al- Aziziyah Gunungsari
berada pada peringkat pertama yang memiliki jumlah siswi
terbanyak menderita anemia yaitu sebesar 81,13 %, maka
prevalensi anemia pada penelitian siswi di Madrasah Aliyah Al-
Aziziyah pada tahun 2014 ini sudah menurun.
• Analisis hubungan antara pola konsumsi faktor enhancer Fe
dengan status anemia didapatkan tidak ada hubungan yang
signifikan mungkin ini disebabkan karena siswi kurang
mengkomsumsi makanan sumber vitamin C bersamaan
dengan makanan yang mengandung zat besi
Distribusi Epidemiologi Obesitas
pada Remaja
• Berdasarkan hasil uji hipotesis menggunakan Chi Square antara frekuensi
kudapan dengan resiko gizi lebih diperoleh p value 0,020 yang berarti
hipotesis yang menyatakan ada hubungan antara frekuensi kudapan
dengan resiko kejadian gizi lebih pada remaja perkotaan (SMA Kesatrian 2
Semarang) diterima. Diketahui nilai CC 0,037 yang berarti tingkat
hubungan keduanya dalam kategori sangat lemah.
Syarifatun Nur Aini. 2013. Faktor Risiko Yang Berhubungan Dengan Kejadian Gizi
Lebih pada Remaja di Perkotaan. Semarang: Jurnal Unnes
• menunjukkan bahwa kejadian gizi lebih pada remaja yang tingkat
aktivitasnya sedang-berat lebih besar dari pada remaja yang
aktivitasnya ringan. Jenis aktivitas fisik ringan yang sering dilakukan
sampel dalam sehari adalah duduk, belajar, nonton tv, main game,
sedangkan aktivitas sedang yang sering dilakukan yaitu sekolah dan
aktivitas berat yang sering dilakukan adalah futsal, sepak bola,
basket, volly dan bulu tangkis
• Berdasarkan hasil penelitian dengan 30 sampel diketahui bahwa
jumlah anak dalam keluarga sampel yang memiliki 1-2 anak serta
mengalami gizi lebih sebanyak 8 siswa (27%) dan jumlah anak dalam
keluarga sampel yang memiliki 3-4 anak serta mengalami gizi lebih
sebanyak 9 siswa (30%). Hasil perhitungan Chi Square menyatakan
bahwa tidak ada hubungan antara jumlah anak dalam keluarga
dengan kejadian gizi lebih pada remaja perkotaan (SMA Kesatrian 2
Semarang) dengan diperoleh p value 0,638
• Dari hasil penelitian, diketahui bahwa tidak ada hubungan
antara jenis pekerjaan kepala rumahtangga dengan resiko
kejadian gizi lebih pada remaja perkotaan (SMA Kesatrian 2
Semarang) dengan p value 0,104 yang lebih besar dari 0,05.
Diketahui nilai CC 0,182 yang berarti tidak ada hubungan
keduanya dalam kategori sangat lemah
• berdasarkan hasil analisis uji Chi Square diperoleh nilai p value
0,225 (p>0,05). Hal ini menunjukkan bahwa besar kecilnya
jumlah uang saku tidak mempengaruhi kejadian gizi lebih.
Diketahui nilai CC 0,921 yang berarti tidak ada hubungan
keduanya dalam kategori lemah (0,20-0,399).
Vicennia Serly, Amru Sofian, Yanti Ernalia.
2015. Hubungan Body Image, Asupan Energi
dan Aktivitas Fisik dengan Status Gizi pada
Mahasiswa Fakultas Kedokteran Universitas
Riau Angkatan 2014. Riau: Jom FK
Distribusi Epidemiologi
Status Gizi pada Remaja
• memperlihatkan masih banyaknya
mahasiswa yang kurang peduli
dengan keadaan status gizinya
saat ini
• Berdasarkan hasil uji statistik diperoleh nilai p = 0,000,
dapat disimpulkan bahwa ada hubungan yang bermakna
antara penilaian body image dengan status gizi
mahasiswa Fakultas Kedokteran Universitas Riau
Angkatan 2014.
• Berdasarkan hasil uji statistik diperoleh nilai p = 0,000,
dapat disimpulkan bahwa ada hubungan yang bermakna
antara asupan energi dengan status gizi mahasiswa
Fakultas Kedokteran Universitas Riau Angkatan 2014
• Berdasarkan hasil uji statistik diperoleh nilai p = 0,000,
dapat disimpulkan bahwa ada hubungan yang bermakna
antara aktivitas fisik dengan status gizi mahasiswa
Fakultas Kedokteran Universitas Riau Angkatan 2014.
Patofisiologi Obesitas
Pengaturan keseimbangan energi dalam tubuh diperankan
oleh sejumlah hormon, kelenjar hipotalamus dan faktor
genetik melalui tiga proses fisiologis, yaitu :
• pengendalian rasa lapar dan kenyang
• pengaturan laju pengeluaran energi, dan
• pengaturan kegiatan hormon.
Pengendalian Rasa Lapar
dan Kenyang
Terdapat dua substansi biokimia di pusat hipotalamus
yang menentukan selera makan, yaitu:
Substansi
Anorexigenic
menghambat
selera makan
(kenyang)
neuron
proopiomelanocortin
(POMC) → a-melanocyte-
stimulating hormone (a-
MSH) bersama dengan
cocaine-amphetamine-
related transcript (CART).
Orexigenic
menstimulasi
rasa lapar.
neuropeptide-Y
(NPY)
agouti-related
protein (AgRP).
Pengendalian Rasa Lapar dan
KenyangAnorexigenic menghambat
selera makan (kenyang)
Neuron POMC
melepaskan a-MSH yang akan berikatan dengan
reseptor melanocortin (MCR) pada paraventrikular.
Aktifitas pada MCR akan mengurangi pengambilan
makanan dan meningkatkan pemanfaatan energi.
Sebaliknya, inhibisi/hambatan (defek) akan
meningkatkan pengambilan makanan dan mengurangi
pemakaian energi sehingga dapat menyebabkan
obesitas.
Pengendalian Rasa Lapar
dan Kenyang
Orexigenic
menstimulasi rasa lapar.
AgRP
bekerja dengan cara
menghambat efek
dari MCR dan
meningkatkan
pengambilan
makanan.
Pembentukan AgRP
yang berlebihan
dapat menyebabkan
obesitas.
NPY
dilepaskan ketika
simpanan energi
menurun dan
disaat bersamaan
aktifitas POMC
dihambat
sehingga
mengurangi
aktifitas
melanocortin
(MCR) dan
meningkatkan
pengambilan
makanan.
Pengaturan Hormon
• Terjadi melalui sinyal aferen baik sinyal panjang dan
pendek yang berpusat di hipotalamus setelah
mendapat sinyal aferen dari jaringan adiposa, usus
dan jaringan otot.
• Sinyal pendek → biasanya berhubungan dengan
pengosongan lambung yang diperankan oleh hormon
colisistokinin (CCK). Hormon ini berfungsi sebagai
stimulator peningkatan rasa lapar.
• Sinyal panjang → diperankan oleh hormon leptin
dan insulin yang mangatur penyimpanan dan
keseimbangan energi.
Pengaturan Hormon
• Leptin merupakan hormon peptida yang disekresikan oleh jaringan
adiposa yang bertugas mengirimkan sinyal ke otak tentang jumlah
simpanan energi dalam sel lemak.
• Pada orang obesitas dengan jumlah sel lemak berlebihan akan
memiliki leptin yang lebih banyak.
• Apabila asupan energi dan penyimpanan lemak berlebihan, maka
jaringan adiposa akan mensekresikan leptin lebih banyak ke
dalam peredaran darah.
Leptin
merangsang
hipotalamus untuk
menurukan
produksi
neuropeptida-Y
(NPY).
terjadi penurunan
produksi NPY yang
diikuti penurunan
nafsu makan dan
penurunan asupan
energi.
Hal ini menyebabkan sel
lemak tubuh akan dapat
dimobilisasi untuk
memenuhi kebutuhan
pengeluaran energi
dalam kondisi aktifitas
dan latihan fisik, puasa.
Pengaturan Hormon
• Pada kondisi kelebihan berat badan tingkat berat, akan
terjadi resistensi leptin dan kesulitan menurunkan
berat badan.
• Adanya sel lemak yang berlebihan membuat leptin
tidak mampu lagi menjalanakan fungsinya dengan baik
dan tidak dapat menghasilkan efek normal pada
penurunan berat badan.
• Resistensi leptin dirasakan sebagai kelaparan, artinya
setiap makanan yang masuk diinterpretasikan sebagai
rasa lapar oleh otak dan memberikan sinyal untuk terus
meningkatkan nafsu makan
Patofisiologi Anemia
• Tanda-tanda dari anemia gizi dimulai dengan menipisnya
simpanan zat besi (feritin) dan bertambahnya absorbsi zat
besi yang digambarkan dengan meningkatnya kapasitas
pengikatan zat besi.
• Pada tahap yang lebih lanjut berupa habisnya simpanan zat
besi, berkurangnya kejenuhan transferin, berkurangnya jumlah
protoporpirin yang diubah menjadi heme dan akan diikuti
dengan menurunnya kadar feritin serum.
• Akhirnya terjadi anemia dengan cirinya yang khas yaitu
rendahnya kadar Hb
Patofisiologi
Anemia
Patofisiologi KEK
• Apabila ketidakcukupan zat gizi ini berlangsung lama maka persediaan/ cadangan
jaringan akan digunakan untuk memenuhi ketidakcukupan itu.
1. Ketidakcukupan zat gizi.
• apabila ini berlangsung lama, maka akan terjadi kemerosotan jaringan, yang ditandai
dengan penurunan berat badan.
2. Kemerosotanjaringan
• terjadi perubahan biokimia yang dapat dideteksi dengan pemeriksaan laboratorium.
3. Perubahan biokimis
• erjadi perubahan fungsi yang ditandai dengan tanda yang khas.
4. Perubahan Fungsi
• terjadi perubahan anatomi yang dapat dilihat dari munculnya tanda klasik
5. Perubahan anatomi
Daftar Pustaka
• Arlinda Sari W. 2004. Anemia Defisiensi Besi pada Balita.
Universitas Sumatra Utara. http://library.usu.ac.id/download/fk/fk-
arlinda%20sari2.pdf
• Dian Gunatmaningsih. 2007. Faktor-Faktor Yang Berhubungan
Dengan Kejadian Anemia Pada Remaja Putri Di Sma Negeri 1
Kecamatan Jatibarang Kabupaten Brebes Tahun 2007 (Skripsi).
Semarang: Universitas Negeri Semarang
• Hardinsyah, I Dewa Nyoman S. 2017. Ilmu Gizi Teori dan Aplikasi.
Jakarta: EGC
• Meriska Cesia Putri. 2017. Hubungan Asupan Makan Dengan
Kejadian Kurang Energi Kronis (Kek) Pada Wanita Usia Subur
(Wus) Di Kecamatan Terbanggi Besar Kabupaten Lampung Tengah
(Skripsi). Lampung: Universitas Lampung
• Yekti Hartati E. 2013. Patofisiologi Gizi: Regulasi Makan, Gangguan
Homeostasis Energi, Peran Zat Gizi pada Pertumbuhan dan
Perkembangan Otak. Bogor: IPB Press
Daftar Pustaka
• A. Catharine Ross, et al. 2014. Modern Nutrition in Health & Disease (Shils)
• Cahyaningrum, A. (2015). Leptin Sebagai Indikator Obesitas. Jurnal Kesehatan Prima, 9(1).
• Dewey, KG., Begum, K., 2010. Why Stunting Matters. A&amp;T Technical Brief Issue 2,
September 2010.
http://aliveandthrive.org/sites/default/files/Copy%20of%20Brief%202%20Why%20stunting%20matt
ers_0.pdf
• Donna Spruijt-Metz. Etiology, Treatment and Prevention of Obesity in Childhood and Adolescence:
A Decade in Review. Diakses pada tanggal 04 Maret 2018 dari
https://www.ncbi.nlm.nih.gov/pmc/articles/PMC3102537/
• Indartanti, Dea dan Apoina Kartini. Hubungan Status Gizi Dengan Kejadian Anemia Pada Remaja
Putri. Journal of Nutrition College, Vol. 3 No. 2, halaman 33-39.
• Israr, Akhyar Yayan. 2009. Gizi Buruk (Severe Malnutrition). Riau: Universitas Riau.
• Muliawati, Siti. Faktor Penyebab Ibu Kurang Energi Kronis Di Puskesmas Sambi Kecamatan
Sambi Kabupaten Boyolali. Infokes, Vol. 3 No. 3 November 2013.
• Riskesdas 2013.
• WHO. 2013. Childhood Stunting: Context, Causes, and Consequences. Diunduh pada tanggal 26
Februari 2018 dari
http://www.who.int/nutrition/events/2013_ChildhoodStunting_colloquium_14Oct_ConceptualFrame
work_colour.pdf
• WHO. 2014. Childhood Stunting: Challenges and Opportunities. Diunduh pada tanggal 26 Februari
2018 dari
http://apps.who.int/iris/bitstream/10665/107026/1/WHO_NMH_NHD_GRS_14.1_eng.pdf?ua=1
• WHO. Obesity and Overweight. Diunduh pada tanggal 04 Maret 2018 dari
http://www.who.int/dietphysicalactivity/media/en/gsfs_obesity.pdf

More Related Content

What's hot

Penilaian status gizi
Penilaian status giziPenilaian status gizi
Penilaian status gizi
f1992
 
Kekurangan energi kronik_(kek)_ppt
Kekurangan energi kronik_(kek)_pptKekurangan energi kronik_(kek)_ppt
Kekurangan energi kronik_(kek)_ppt
gina dwi
 
Gizi dan nutrisi bagi ibu hamil ppt
Gizi dan nutrisi bagi ibu hamil ppt Gizi dan nutrisi bagi ibu hamil ppt
Gizi dan nutrisi bagi ibu hamil ppt
Hardianti Darmatika
 

What's hot (20)

Gizi dewasa
Gizi dewasaGizi dewasa
Gizi dewasa
 
Konsep ncp 2018
Konsep ncp 2018Konsep ncp 2018
Konsep ncp 2018
 
Pemberian Makanan Bayi dan Anak (PMBA).ppt
Pemberian Makanan Bayi dan Anak (PMBA).pptPemberian Makanan Bayi dan Anak (PMBA).ppt
Pemberian Makanan Bayi dan Anak (PMBA).ppt
 
ADIME NCP PAGT Diet Kasus Pernapasan (PPOK)
ADIME NCP PAGT Diet Kasus Pernapasan (PPOK)ADIME NCP PAGT Diet Kasus Pernapasan (PPOK)
ADIME NCP PAGT Diet Kasus Pernapasan (PPOK)
 
FORMULA KEP
FORMULA KEPFORMULA KEP
FORMULA KEP
 
Laporan Riskesdas Tahun 2013
Laporan Riskesdas Tahun  2013Laporan Riskesdas Tahun  2013
Laporan Riskesdas Tahun 2013
 
Gizi seimbang untuk dewasa
Gizi seimbang untuk dewasaGizi seimbang untuk dewasa
Gizi seimbang untuk dewasa
 
Diet demam typhoid
Diet demam typhoidDiet demam typhoid
Diet demam typhoid
 
Penilaian status gizi
Penilaian status giziPenilaian status gizi
Penilaian status gizi
 
Kekurangan energi kronik_(kek)_ppt
Kekurangan energi kronik_(kek)_pptKekurangan energi kronik_(kek)_ppt
Kekurangan energi kronik_(kek)_ppt
 
Penilaian status gizi ibu hamil
Penilaian status gizi ibu hamilPenilaian status gizi ibu hamil
Penilaian status gizi ibu hamil
 
Konseling Gizi (perencanaan)
Konseling Gizi (perencanaan)Konseling Gizi (perencanaan)
Konseling Gizi (perencanaan)
 
Asuhan gizi sirosis hati
Asuhan gizi sirosis hati Asuhan gizi sirosis hati
Asuhan gizi sirosis hati
 
PENILAIAN STATUS GIZI
PENILAIAN STATUS GIZI  PENILAIAN STATUS GIZI
PENILAIAN STATUS GIZI
 
PPT Gizi Balita
PPT Gizi Balita PPT Gizi Balita
PPT Gizi Balita
 
Gizi seimbang anak dengan stunting
Gizi seimbang anak dengan stuntingGizi seimbang anak dengan stunting
Gizi seimbang anak dengan stunting
 
Gizi dan nutrisi bagi ibu hamil ppt
Gizi dan nutrisi bagi ibu hamil ppt Gizi dan nutrisi bagi ibu hamil ppt
Gizi dan nutrisi bagi ibu hamil ppt
 
Konsep gizi seimbang
Konsep gizi seimbangKonsep gizi seimbang
Konsep gizi seimbang
 
Kasus pjk
Kasus pjkKasus pjk
Kasus pjk
 
Bab ii distribusi dan penyajian makanan
Bab ii distribusi dan penyajian makananBab ii distribusi dan penyajian makanan
Bab ii distribusi dan penyajian makanan
 

Similar to Tumbuh Kembang Remaja yang Bermasalah

asuhan keperawatan pada klien dengan gangguan nutrisi
asuhan keperawatan pada klien dengan gangguan nutrisiasuhan keperawatan pada klien dengan gangguan nutrisi
asuhan keperawatan pada klien dengan gangguan nutrisi
cuttriahajaton
 
HUBUNGAN KONSUMSI LEMAK DENGAN KEJADIAN HIPERKOLESTEROLEMIA PADA PASIEN RAWAT...
HUBUNGAN KONSUMSI LEMAK DENGAN KEJADIAN HIPERKOLESTEROLEMIA PADA PASIEN RAWAT...HUBUNGAN KONSUMSI LEMAK DENGAN KEJADIAN HIPERKOLESTEROLEMIA PADA PASIEN RAWAT...
HUBUNGAN KONSUMSI LEMAK DENGAN KEJADIAN HIPERKOLESTEROLEMIA PADA PASIEN RAWAT...
Sii AQyuu
 
Hubungna Tingkat Partisipasi Ibu Dalam Kegiatan Posyandu Dengan Status Gizi A...
Hubungna Tingkat Partisipasi Ibu Dalam Kegiatan Posyandu Dengan Status Gizi A...Hubungna Tingkat Partisipasi Ibu Dalam Kegiatan Posyandu Dengan Status Gizi A...
Hubungna Tingkat Partisipasi Ibu Dalam Kegiatan Posyandu Dengan Status Gizi A...
Sii AQyuu
 
PENCEGAHAN STUNTING PADA BAYI DAN BALITA.pptx
PENCEGAHAN STUNTING PADA BAYI DAN BALITA.pptxPENCEGAHAN STUNTING PADA BAYI DAN BALITA.pptx
PENCEGAHAN STUNTING PADA BAYI DAN BALITA.pptx
MiraMarianaUlfah1
 
HUBUNGAN ANTARA STATUS GIZI DENGAN KADAR GULA DARAH PUASA PADA MASYARAKAT KEL...
HUBUNGAN ANTARA STATUS GIZI DENGAN KADAR GULA DARAH PUASA PADA MASYARAKAT KEL...HUBUNGAN ANTARA STATUS GIZI DENGAN KADAR GULA DARAH PUASA PADA MASYARAKAT KEL...
HUBUNGAN ANTARA STATUS GIZI DENGAN KADAR GULA DARAH PUASA PADA MASYARAKAT KEL...
Sii AQyuu
 
Analisis faktor faktor yang berhubungan dengan imtu pada balita vegetarian la...
Analisis faktor faktor yang berhubungan dengan imtu pada balita vegetarian la...Analisis faktor faktor yang berhubungan dengan imtu pada balita vegetarian la...
Analisis faktor faktor yang berhubungan dengan imtu pada balita vegetarian la...
Operator Warnet Vast Raha
 
HUBUNGAN STATUS GIZI DENGAN SIKLUS MENSTRUASI PADA REMAJA PUTRI KELAS X DI SM...
HUBUNGAN STATUS GIZI DENGAN SIKLUS MENSTRUASI PADA REMAJA PUTRI KELAS X DI SM...HUBUNGAN STATUS GIZI DENGAN SIKLUS MENSTRUASI PADA REMAJA PUTRI KELAS X DI SM...
HUBUNGAN STATUS GIZI DENGAN SIKLUS MENSTRUASI PADA REMAJA PUTRI KELAS X DI SM...
Sii AQyuu
 

Similar to Tumbuh Kembang Remaja yang Bermasalah (20)

asuhan keperawatan pada klien dengan gangguan nutrisi
asuhan keperawatan pada klien dengan gangguan nutrisiasuhan keperawatan pada klien dengan gangguan nutrisi
asuhan keperawatan pada klien dengan gangguan nutrisi
 
3bab42
3bab423bab42
3bab42
 
HUBUNGAN KONSUMSI LEMAK DENGAN KEJADIAN HIPERKOLESTEROLEMIA PADA PASIEN RAWAT...
HUBUNGAN KONSUMSI LEMAK DENGAN KEJADIAN HIPERKOLESTEROLEMIA PADA PASIEN RAWAT...HUBUNGAN KONSUMSI LEMAK DENGAN KEJADIAN HIPERKOLESTEROLEMIA PADA PASIEN RAWAT...
HUBUNGAN KONSUMSI LEMAK DENGAN KEJADIAN HIPERKOLESTEROLEMIA PADA PASIEN RAWAT...
 
Askep nutrisi
Askep nutrisiAskep nutrisi
Askep nutrisi
 
A-85 Rev alfian.docx
A-85 Rev alfian.docxA-85 Rev alfian.docx
A-85 Rev alfian.docx
 
Hubungna Tingkat Partisipasi Ibu Dalam Kegiatan Posyandu Dengan Status Gizi A...
Hubungna Tingkat Partisipasi Ibu Dalam Kegiatan Posyandu Dengan Status Gizi A...Hubungna Tingkat Partisipasi Ibu Dalam Kegiatan Posyandu Dengan Status Gizi A...
Hubungna Tingkat Partisipasi Ibu Dalam Kegiatan Posyandu Dengan Status Gizi A...
 
PENCEGAHAN STUNTING PADA BAYI DAN BALITA.pptx
PENCEGAHAN STUNTING PADA BAYI DAN BALITA.pptxPENCEGAHAN STUNTING PADA BAYI DAN BALITA.pptx
PENCEGAHAN STUNTING PADA BAYI DAN BALITA.pptx
 
stunting.pptx
stunting.pptxstunting.pptx
stunting.pptx
 
HUBUNGAN ANTARA STATUS GIZI DENGAN KADAR GULA DARAH PUASA PADA MASYARAKAT KEL...
HUBUNGAN ANTARA STATUS GIZI DENGAN KADAR GULA DARAH PUASA PADA MASYARAKAT KEL...HUBUNGAN ANTARA STATUS GIZI DENGAN KADAR GULA DARAH PUASA PADA MASYARAKAT KEL...
HUBUNGAN ANTARA STATUS GIZI DENGAN KADAR GULA DARAH PUASA PADA MASYARAKAT KEL...
 
Tumbuh Kembang Anak yang Bermasalah
Tumbuh Kembang Anak yang BermasalahTumbuh Kembang Anak yang Bermasalah
Tumbuh Kembang Anak yang Bermasalah
 
Gizi buruk
Gizi burukGizi buruk
Gizi buruk
 
PPT_Kristoforus Samson_291221021.pptx
PPT_Kristoforus Samson_291221021.pptxPPT_Kristoforus Samson_291221021.pptx
PPT_Kristoforus Samson_291221021.pptx
 
Analisis faktor faktor yang berhubungan dengan imtu pada balita vegetarian la...
Analisis faktor faktor yang berhubungan dengan imtu pada balita vegetarian la...Analisis faktor faktor yang berhubungan dengan imtu pada balita vegetarian la...
Analisis faktor faktor yang berhubungan dengan imtu pada balita vegetarian la...
 
Prilaku sedentari
Prilaku sedentariPrilaku sedentari
Prilaku sedentari
 
Data gizi terbaru rikesdas 2013
Data gizi terbaru rikesdas 2013Data gizi terbaru rikesdas 2013
Data gizi terbaru rikesdas 2013
 
HUBUNGAN STATUS GIZI DENGAN SIKLUS MENSTRUASI PADA REMAJA PUTRI KELAS X DI SM...
HUBUNGAN STATUS GIZI DENGAN SIKLUS MENSTRUASI PADA REMAJA PUTRI KELAS X DI SM...HUBUNGAN STATUS GIZI DENGAN SIKLUS MENSTRUASI PADA REMAJA PUTRI KELAS X DI SM...
HUBUNGAN STATUS GIZI DENGAN SIKLUS MENSTRUASI PADA REMAJA PUTRI KELAS X DI SM...
 
Penelitian Status GIZI TK Kota Baru Kupang
Penelitian Status GIZI TK Kota Baru KupangPenelitian Status GIZI TK Kota Baru Kupang
Penelitian Status GIZI TK Kota Baru Kupang
 
Panel modul mep (tumbang) skenario 1 kel.6
Panel modul mep (tumbang) skenario 1 kel.6Panel modul mep (tumbang) skenario 1 kel.6
Panel modul mep (tumbang) skenario 1 kel.6
 
PPG FIX - Copy
PPG FIX - CopyPPG FIX - Copy
PPG FIX - Copy
 
Status Nutrisi (1).pptx
Status Nutrisi (1).pptxStatus Nutrisi (1).pptx
Status Nutrisi (1).pptx
 

More from Fakhriyah Elita

More from Fakhriyah Elita (20)

Tumbuh Kembang Remaja yang Normal
Tumbuh Kembang Remaja yang NormalTumbuh Kembang Remaja yang Normal
Tumbuh Kembang Remaja yang Normal
 
Tumbuh Kembang Anak yang Normal
Tumbuh Kembang Anak yang NormalTumbuh Kembang Anak yang Normal
Tumbuh Kembang Anak yang Normal
 
Pertumbuhan dan Perkembangan Remaja
Pertumbuhan dan Perkembangan RemajaPertumbuhan dan Perkembangan Remaja
Pertumbuhan dan Perkembangan Remaja
 
Pertumbuhan dan Perkembangan Anak
Pertumbuhan dan Perkembangan AnakPertumbuhan dan Perkembangan Anak
Pertumbuhan dan Perkembangan Anak
 
Mengenal Anemia Beserta Pencegahan dan Penanggulangannya
Mengenal Anemia Beserta Pencegahan dan PenanggulangannyaMengenal Anemia Beserta Pencegahan dan Penanggulangannya
Mengenal Anemia Beserta Pencegahan dan Penanggulangannya
 
Perencanaan Menu Gizi Seimbang untuk Anak dan Remaja
Perencanaan Menu Gizi Seimbang untuk Anak dan RemajaPerencanaan Menu Gizi Seimbang untuk Anak dan Remaja
Perencanaan Menu Gizi Seimbang untuk Anak dan Remaja
 
Matriks Tumbuh Kembang Anak dan Remaja serta Zat Gizi yang Mempengaruhinya
Matriks Tumbuh Kembang Anak dan Remaja serta Zat Gizi yang MempengaruhinyaMatriks Tumbuh Kembang Anak dan Remaja serta Zat Gizi yang Mempengaruhinya
Matriks Tumbuh Kembang Anak dan Remaja serta Zat Gizi yang Mempengaruhinya
 
Perencanaan Menu untuk Remaja Anemia selama 7 hari
Perencanaan Menu untuk Remaja Anemia selama 7 hariPerencanaan Menu untuk Remaja Anemia selama 7 hari
Perencanaan Menu untuk Remaja Anemia selama 7 hari
 
Perencanaan Menu untuk Anak Gizi Buruk Selama 7 hari
Perencanaan Menu untuk Anak Gizi Buruk Selama 7 hariPerencanaan Menu untuk Anak Gizi Buruk Selama 7 hari
Perencanaan Menu untuk Anak Gizi Buruk Selama 7 hari
 
Perencanaan Menu Ibu Hamil KEK (Kurang Energi Kronis)
Perencanaan Menu Ibu Hamil KEK (Kurang Energi Kronis)Perencanaan Menu Ibu Hamil KEK (Kurang Energi Kronis)
Perencanaan Menu Ibu Hamil KEK (Kurang Energi Kronis)
 
Gangguan Kehamilan dan Menyusui
Gangguan Kehamilan dan MenyusuiGangguan Kehamilan dan Menyusui
Gangguan Kehamilan dan Menyusui
 
Teks Pidato: TO ACHIEVE THE YOUTH WHOSE INTELLIGENT, HEALTHY AND NOBLE CHARACTER
Teks Pidato: TO ACHIEVE THE YOUTH WHOSE INTELLIGENT, HEALTHY AND NOBLE CHARACTERTeks Pidato: TO ACHIEVE THE YOUTH WHOSE INTELLIGENT, HEALTHY AND NOBLE CHARACTER
Teks Pidato: TO ACHIEVE THE YOUTH WHOSE INTELLIGENT, HEALTHY AND NOBLE CHARACTER
 
Teks Pidato: Mewujudkan Generasi Muda yang Cerdas Sehat dan Berakhlakul karimah
Teks Pidato: Mewujudkan Generasi Muda yang Cerdas Sehat dan Berakhlakul karimahTeks Pidato: Mewujudkan Generasi Muda yang Cerdas Sehat dan Berakhlakul karimah
Teks Pidato: Mewujudkan Generasi Muda yang Cerdas Sehat dan Berakhlakul karimah
 
Teks Pidato: Santri Indonesia sebagai Perdamaian Dunia
Teks Pidato: Santri Indonesia sebagai Perdamaian DuniaTeks Pidato: Santri Indonesia sebagai Perdamaian Dunia
Teks Pidato: Santri Indonesia sebagai Perdamaian Dunia
 
Gizi PGS dan Anemia
Gizi PGS dan AnemiaGizi PGS dan Anemia
Gizi PGS dan Anemia
 
Dasar Gizi: Akar Masalah kanker payudara
Dasar Gizi: Akar Masalah kanker payudaraDasar Gizi: Akar Masalah kanker payudara
Dasar Gizi: Akar Masalah kanker payudara
 
Gizi dan Kanker
Gizi dan KankerGizi dan Kanker
Gizi dan Kanker
 
Renstra Kemenkes 2015-2019
Renstra Kemenkes 2015-2019Renstra Kemenkes 2015-2019
Renstra Kemenkes 2015-2019
 
Fakta Kebesaran Allah dalam Otak Manusia
Fakta Kebesaran Allah dalam Otak ManusiaFakta Kebesaran Allah dalam Otak Manusia
Fakta Kebesaran Allah dalam Otak Manusia
 
Hubungan antar Komponen Ekosistem
Hubungan antar Komponen EkosistemHubungan antar Komponen Ekosistem
Hubungan antar Komponen Ekosistem
 

Recently uploaded

AKSI NYATA DISIPLIN POSITIF MEMBUAT KEYAKINAN KELAS_11zon.pptx
AKSI NYATA DISIPLIN POSITIF MEMBUAT KEYAKINAN KELAS_11zon.pptxAKSI NYATA DISIPLIN POSITIF MEMBUAT KEYAKINAN KELAS_11zon.pptx
AKSI NYATA DISIPLIN POSITIF MEMBUAT KEYAKINAN KELAS_11zon.pptx
cupulin
 
Kisi kisi Ujian sekolah mata pelajaran IPA 2024.docx
Kisi kisi Ujian sekolah mata pelajaran IPA 2024.docxKisi kisi Ujian sekolah mata pelajaran IPA 2024.docx
Kisi kisi Ujian sekolah mata pelajaran IPA 2024.docx
FitriaSarmida1
 
konsep pidato Bahaya Merokok bagi kesehatan
konsep pidato Bahaya Merokok bagi kesehatankonsep pidato Bahaya Merokok bagi kesehatan
konsep pidato Bahaya Merokok bagi kesehatan
SuzanDwiPutra
 
443016507-Sediaan-obat-PHYCOPHYTA-MYOPHYTA-dan-MYCOPHYTA-pptx.pptx
443016507-Sediaan-obat-PHYCOPHYTA-MYOPHYTA-dan-MYCOPHYTA-pptx.pptx443016507-Sediaan-obat-PHYCOPHYTA-MYOPHYTA-dan-MYCOPHYTA-pptx.pptx
443016507-Sediaan-obat-PHYCOPHYTA-MYOPHYTA-dan-MYCOPHYTA-pptx.pptx
ErikaPutriJayantini
 

Recently uploaded (20)

Modul 5 Simetri (simetri lipat, simetri putar)
Modul 5 Simetri (simetri lipat, simetri putar)Modul 5 Simetri (simetri lipat, simetri putar)
Modul 5 Simetri (simetri lipat, simetri putar)
 
MODUL AJAR BAHASA INGGRIS KELAS 6 KURIKULUM MERDEKA.pdf
MODUL AJAR BAHASA INGGRIS KELAS 6 KURIKULUM MERDEKA.pdfMODUL AJAR BAHASA INGGRIS KELAS 6 KURIKULUM MERDEKA.pdf
MODUL AJAR BAHASA INGGRIS KELAS 6 KURIKULUM MERDEKA.pdf
 
RENCANA + Link2 MATERI Training _"SISTEM MANAJEMEN MUTU (ISO 9001_2015)".
RENCANA + Link2 MATERI Training _"SISTEM MANAJEMEN MUTU (ISO 9001_2015)".RENCANA + Link2 MATERI Training _"SISTEM MANAJEMEN MUTU (ISO 9001_2015)".
RENCANA + Link2 MATERI Training _"SISTEM MANAJEMEN MUTU (ISO 9001_2015)".
 
Lokakarya tentang Kepemimpinan Sekolah 1.pptx
Lokakarya tentang Kepemimpinan Sekolah 1.pptxLokakarya tentang Kepemimpinan Sekolah 1.pptx
Lokakarya tentang Kepemimpinan Sekolah 1.pptx
 
PPT PENDIDIKAN KELAS RANGKAP MODUL 3 KELOMPOK 3.pptx
PPT PENDIDIKAN KELAS RANGKAP MODUL 3 KELOMPOK 3.pptxPPT PENDIDIKAN KELAS RANGKAP MODUL 3 KELOMPOK 3.pptx
PPT PENDIDIKAN KELAS RANGKAP MODUL 3 KELOMPOK 3.pptx
 
MODUL AJAR SENI TARI KELAS 6 KURIKULUM MERDEKA.pdf
MODUL AJAR SENI TARI KELAS 6 KURIKULUM MERDEKA.pdfMODUL AJAR SENI TARI KELAS 6 KURIKULUM MERDEKA.pdf
MODUL AJAR SENI TARI KELAS 6 KURIKULUM MERDEKA.pdf
 
Prov.Jabar_1504_Pengumuman Seleksi Tahap 2_CGP A11 (2).pdf
Prov.Jabar_1504_Pengumuman Seleksi Tahap 2_CGP A11 (2).pdfProv.Jabar_1504_Pengumuman Seleksi Tahap 2_CGP A11 (2).pdf
Prov.Jabar_1504_Pengumuman Seleksi Tahap 2_CGP A11 (2).pdf
 
MODUL AJAR BAHASA INDONESIA KELAS 5 KURIKULUM MERDEKA.pdf
MODUL AJAR BAHASA INDONESIA KELAS 5 KURIKULUM MERDEKA.pdfMODUL AJAR BAHASA INDONESIA KELAS 5 KURIKULUM MERDEKA.pdf
MODUL AJAR BAHASA INDONESIA KELAS 5 KURIKULUM MERDEKA.pdf
 
Skenario Lokakarya 2 Pendidikan Guru Penggerak
Skenario Lokakarya 2 Pendidikan Guru PenggerakSkenario Lokakarya 2 Pendidikan Guru Penggerak
Skenario Lokakarya 2 Pendidikan Guru Penggerak
 
Topik 4_Eksplorasi Konsep LK Kelompok_Pendidikan Berkelanjutan
Topik 4_Eksplorasi Konsep LK Kelompok_Pendidikan BerkelanjutanTopik 4_Eksplorasi Konsep LK Kelompok_Pendidikan Berkelanjutan
Topik 4_Eksplorasi Konsep LK Kelompok_Pendidikan Berkelanjutan
 
Materi Asuransi Kesehatan di Indonesia ppt
Materi Asuransi Kesehatan di Indonesia pptMateri Asuransi Kesehatan di Indonesia ppt
Materi Asuransi Kesehatan di Indonesia ppt
 
AKSI NYATA DISIPLIN POSITIF MEMBUAT KEYAKINAN KELAS_11zon.pptx
AKSI NYATA DISIPLIN POSITIF MEMBUAT KEYAKINAN KELAS_11zon.pptxAKSI NYATA DISIPLIN POSITIF MEMBUAT KEYAKINAN KELAS_11zon.pptx
AKSI NYATA DISIPLIN POSITIF MEMBUAT KEYAKINAN KELAS_11zon.pptx
 
Kisi kisi Ujian sekolah mata pelajaran IPA 2024.docx
Kisi kisi Ujian sekolah mata pelajaran IPA 2024.docxKisi kisi Ujian sekolah mata pelajaran IPA 2024.docx
Kisi kisi Ujian sekolah mata pelajaran IPA 2024.docx
 
konsep pidato Bahaya Merokok bagi kesehatan
konsep pidato Bahaya Merokok bagi kesehatankonsep pidato Bahaya Merokok bagi kesehatan
konsep pidato Bahaya Merokok bagi kesehatan
 
Sudut-sudut Berelasi Trigonometri - Sudut-sudut Berelasi Trigonometri
Sudut-sudut Berelasi Trigonometri - Sudut-sudut Berelasi TrigonometriSudut-sudut Berelasi Trigonometri - Sudut-sudut Berelasi Trigonometri
Sudut-sudut Berelasi Trigonometri - Sudut-sudut Berelasi Trigonometri
 
SISTEM SARAF OTONOM_.SISTEM SARAF OTONOM
SISTEM SARAF OTONOM_.SISTEM SARAF OTONOMSISTEM SARAF OTONOM_.SISTEM SARAF OTONOM
SISTEM SARAF OTONOM_.SISTEM SARAF OTONOM
 
Pembahasan Soal Ujian Komprehensif Farmasi Perapotekan
Pembahasan Soal Ujian Komprehensif Farmasi PerapotekanPembahasan Soal Ujian Komprehensif Farmasi Perapotekan
Pembahasan Soal Ujian Komprehensif Farmasi Perapotekan
 
443016507-Sediaan-obat-PHYCOPHYTA-MYOPHYTA-dan-MYCOPHYTA-pptx.pptx
443016507-Sediaan-obat-PHYCOPHYTA-MYOPHYTA-dan-MYCOPHYTA-pptx.pptx443016507-Sediaan-obat-PHYCOPHYTA-MYOPHYTA-dan-MYCOPHYTA-pptx.pptx
443016507-Sediaan-obat-PHYCOPHYTA-MYOPHYTA-dan-MYCOPHYTA-pptx.pptx
 
Modul Ajar IPAS Kelas 4 Fase B Kurikulum Merdeka [abdiera.com]
Modul Ajar IPAS Kelas 4 Fase B Kurikulum Merdeka [abdiera.com]Modul Ajar IPAS Kelas 4 Fase B Kurikulum Merdeka [abdiera.com]
Modul Ajar IPAS Kelas 4 Fase B Kurikulum Merdeka [abdiera.com]
 
Informatika Latihan Soal Kelas Tujuh.pptx
Informatika Latihan Soal Kelas Tujuh.pptxInformatika Latihan Soal Kelas Tujuh.pptx
Informatika Latihan Soal Kelas Tujuh.pptx
 

Tumbuh Kembang Remaja yang Bermasalah

  • 1. Pertumbuhan dan Perkembangan Remaja yang Bermasalah: KEK, Anemia, Obesitas KELOMPOK 1: Athaya Zaizafia Ayu Putri Noviyanti Fakhriyah Elita
  • 2. Outline • definisi • epidemiologi determinan masalah (besaran; pengaruh; hubungan) lingkungan, perilaku termasuk konsumsi, pelayanan kesehatan, genetik • patofisiologi
  • 3. Definisi Kurang Energi Kronik (KEK) • Kurang energi kronis merupakan keadaan dimana seseorang menderita ketidak seimbangan asupan gizi (energi dan protein) yang berlangsung menahun. Seseorang berisiko Kurang Energi Kronik (KEK) juka memiliki LILA (Lingkar Lengan Atas) <23,5cm.
  • 4. Definisi Anemia • Anemia adalah penurunan kuantitas sel- sel darah merah dalam sirkulasi darah atau jumlah hemogoblin berada dibawah batas normal.
  • 5. Definisi Obesitas • Obesitas umumnya didefinisikan sebagai kelebihan lemak tubuh. • Lemak tubuh sulit dan mahal untuk diukur secara langsung dalam sampel besar. Oleh karena itu, obesitas sering didefinisikan sebagai kelebihan berat badan setelah disesuaikan dengan tinggi badan.
  • 6. Besaran Masalah Kurang Energi Kronik (KEK) • prevalensi risiko KEK wanita usia subur (tidak hamil). Secara nasional prevalensi risiko KEK WUS sebanyak 20,8 persen  Secara keseluruhan, prevalensi risiko kurang energi kronis tahun 2007 dan 2013 naik pada semua kelompok umur dan kondisi wanita (hamil dan tidak hamil).  Pada wanita tidak hamil kelompok umur 15-19 tahun prevalensinya naik 15,7 persen. Demikian juga pada wanita hamil kelompok umur 45-49 tahun naik 15,1 persen.
  • 7. Besaran Masalah Anemia • Berturut-turut mengacu pada batas nilai normal Riskesdas dan SK Menkes adalah 11,3% dan 19,7% untuk anemia perempuan dewasa perkotaan, 12,2% dan 13,1% untuk laki-laki dewasa perkotaan, serta 12,8% dan 9,8% untuk anak-anak. Tampak bahwa secara nasional prevalensi anemia sebesar 14,8% (menurut acuan SK Menkes) dan 11,9% (menurut acuan Riskesdas 2013).
  • 8. Besaran Masalah Obesitas • Menurut Word Health Organization (WHO) 2014 menyatakan pada tahun 2008 angka obesitas didunia sebesar 11,9 % dan lebih dari 1.4 milyar remaja yang berusia 20 tahun atau lebih menderita overweight, dan penderita obesitas sebanyak 200 juta adalah remaja laki-laki dan 300 juta adalah remaja perempuan • Prevalensi gemuk pada remaja umur 13-15 tahun di Indonesia sebesar 10.8 persen, terdiri dari 8,3 persen gemuk dan 2,5 persen sangat gemuk (obesitas). Prevalensi gemuk pada remaja umur 16 – 18 tahun sebanyak 7,3 persen yang terdiri dari 5,7 persen gemuk dan 1,6 persen obesitas.
  • 9. Determinan Epidemiologi Anemia pada Remaja Herta Masthalina, Yuli Laraeni, Yuliana Putri Dahlia. 2015. Pola Konsumsi (Faktor Inhibitor dan Enhancer FE) Terhadap Status Anemia Remaja Putri. NTB: Kemas
  • 10. • Dalam penelitian ini didapatkan dari 67 responden diketahui bahwa sebagian besar ada 46 orang (68,7%) yang tidak anemia sedangkan yang menderita anemia ada 21 orang (31,3%), jumlah ini lebih sedikit jika dibandingkan dengan data Puskesmas Gunungsari tahun 2012 terhadap pemeriksaan kadar Hb murid Sekolah Menengah Atas / Madrasah Aliyah bahwa diperoleh Madrasah Aliyah Al- Aziziyah Gunungsari berada pada peringkat pertama yang memiliki jumlah siswi terbanyak menderita anemia yaitu sebesar 81,13 %, maka prevalensi anemia pada penelitian siswi di Madrasah Aliyah Al- Aziziyah pada tahun 2014 ini sudah menurun.
  • 11. • Analisis hubungan antara pola konsumsi faktor enhancer Fe dengan status anemia didapatkan tidak ada hubungan yang signifikan mungkin ini disebabkan karena siswi kurang mengkomsumsi makanan sumber vitamin C bersamaan dengan makanan yang mengandung zat besi
  • 12. Distribusi Epidemiologi Obesitas pada Remaja • Berdasarkan hasil uji hipotesis menggunakan Chi Square antara frekuensi kudapan dengan resiko gizi lebih diperoleh p value 0,020 yang berarti hipotesis yang menyatakan ada hubungan antara frekuensi kudapan dengan resiko kejadian gizi lebih pada remaja perkotaan (SMA Kesatrian 2 Semarang) diterima. Diketahui nilai CC 0,037 yang berarti tingkat hubungan keduanya dalam kategori sangat lemah. Syarifatun Nur Aini. 2013. Faktor Risiko Yang Berhubungan Dengan Kejadian Gizi Lebih pada Remaja di Perkotaan. Semarang: Jurnal Unnes
  • 13. • menunjukkan bahwa kejadian gizi lebih pada remaja yang tingkat aktivitasnya sedang-berat lebih besar dari pada remaja yang aktivitasnya ringan. Jenis aktivitas fisik ringan yang sering dilakukan sampel dalam sehari adalah duduk, belajar, nonton tv, main game, sedangkan aktivitas sedang yang sering dilakukan yaitu sekolah dan aktivitas berat yang sering dilakukan adalah futsal, sepak bola, basket, volly dan bulu tangkis
  • 14. • Berdasarkan hasil penelitian dengan 30 sampel diketahui bahwa jumlah anak dalam keluarga sampel yang memiliki 1-2 anak serta mengalami gizi lebih sebanyak 8 siswa (27%) dan jumlah anak dalam keluarga sampel yang memiliki 3-4 anak serta mengalami gizi lebih sebanyak 9 siswa (30%). Hasil perhitungan Chi Square menyatakan bahwa tidak ada hubungan antara jumlah anak dalam keluarga dengan kejadian gizi lebih pada remaja perkotaan (SMA Kesatrian 2 Semarang) dengan diperoleh p value 0,638
  • 15. • Dari hasil penelitian, diketahui bahwa tidak ada hubungan antara jenis pekerjaan kepala rumahtangga dengan resiko kejadian gizi lebih pada remaja perkotaan (SMA Kesatrian 2 Semarang) dengan p value 0,104 yang lebih besar dari 0,05. Diketahui nilai CC 0,182 yang berarti tidak ada hubungan keduanya dalam kategori sangat lemah
  • 16. • berdasarkan hasil analisis uji Chi Square diperoleh nilai p value 0,225 (p>0,05). Hal ini menunjukkan bahwa besar kecilnya jumlah uang saku tidak mempengaruhi kejadian gizi lebih. Diketahui nilai CC 0,921 yang berarti tidak ada hubungan keduanya dalam kategori lemah (0,20-0,399).
  • 17. Vicennia Serly, Amru Sofian, Yanti Ernalia. 2015. Hubungan Body Image, Asupan Energi dan Aktivitas Fisik dengan Status Gizi pada Mahasiswa Fakultas Kedokteran Universitas Riau Angkatan 2014. Riau: Jom FK Distribusi Epidemiologi Status Gizi pada Remaja • memperlihatkan masih banyaknya mahasiswa yang kurang peduli dengan keadaan status gizinya saat ini
  • 18. • Berdasarkan hasil uji statistik diperoleh nilai p = 0,000, dapat disimpulkan bahwa ada hubungan yang bermakna antara penilaian body image dengan status gizi mahasiswa Fakultas Kedokteran Universitas Riau Angkatan 2014.
  • 19. • Berdasarkan hasil uji statistik diperoleh nilai p = 0,000, dapat disimpulkan bahwa ada hubungan yang bermakna antara asupan energi dengan status gizi mahasiswa Fakultas Kedokteran Universitas Riau Angkatan 2014
  • 20. • Berdasarkan hasil uji statistik diperoleh nilai p = 0,000, dapat disimpulkan bahwa ada hubungan yang bermakna antara aktivitas fisik dengan status gizi mahasiswa Fakultas Kedokteran Universitas Riau Angkatan 2014.
  • 21. Patofisiologi Obesitas Pengaturan keseimbangan energi dalam tubuh diperankan oleh sejumlah hormon, kelenjar hipotalamus dan faktor genetik melalui tiga proses fisiologis, yaitu : • pengendalian rasa lapar dan kenyang • pengaturan laju pengeluaran energi, dan • pengaturan kegiatan hormon.
  • 22. Pengendalian Rasa Lapar dan Kenyang Terdapat dua substansi biokimia di pusat hipotalamus yang menentukan selera makan, yaitu: Substansi Anorexigenic menghambat selera makan (kenyang) neuron proopiomelanocortin (POMC) → a-melanocyte- stimulating hormone (a- MSH) bersama dengan cocaine-amphetamine- related transcript (CART). Orexigenic menstimulasi rasa lapar. neuropeptide-Y (NPY) agouti-related protein (AgRP).
  • 23. Pengendalian Rasa Lapar dan KenyangAnorexigenic menghambat selera makan (kenyang) Neuron POMC melepaskan a-MSH yang akan berikatan dengan reseptor melanocortin (MCR) pada paraventrikular. Aktifitas pada MCR akan mengurangi pengambilan makanan dan meningkatkan pemanfaatan energi. Sebaliknya, inhibisi/hambatan (defek) akan meningkatkan pengambilan makanan dan mengurangi pemakaian energi sehingga dapat menyebabkan obesitas.
  • 24. Pengendalian Rasa Lapar dan Kenyang Orexigenic menstimulasi rasa lapar. AgRP bekerja dengan cara menghambat efek dari MCR dan meningkatkan pengambilan makanan. Pembentukan AgRP yang berlebihan dapat menyebabkan obesitas. NPY dilepaskan ketika simpanan energi menurun dan disaat bersamaan aktifitas POMC dihambat sehingga mengurangi aktifitas melanocortin (MCR) dan meningkatkan pengambilan makanan.
  • 25. Pengaturan Hormon • Terjadi melalui sinyal aferen baik sinyal panjang dan pendek yang berpusat di hipotalamus setelah mendapat sinyal aferen dari jaringan adiposa, usus dan jaringan otot. • Sinyal pendek → biasanya berhubungan dengan pengosongan lambung yang diperankan oleh hormon colisistokinin (CCK). Hormon ini berfungsi sebagai stimulator peningkatan rasa lapar. • Sinyal panjang → diperankan oleh hormon leptin dan insulin yang mangatur penyimpanan dan keseimbangan energi.
  • 26. Pengaturan Hormon • Leptin merupakan hormon peptida yang disekresikan oleh jaringan adiposa yang bertugas mengirimkan sinyal ke otak tentang jumlah simpanan energi dalam sel lemak. • Pada orang obesitas dengan jumlah sel lemak berlebihan akan memiliki leptin yang lebih banyak. • Apabila asupan energi dan penyimpanan lemak berlebihan, maka jaringan adiposa akan mensekresikan leptin lebih banyak ke dalam peredaran darah. Leptin merangsang hipotalamus untuk menurukan produksi neuropeptida-Y (NPY). terjadi penurunan produksi NPY yang diikuti penurunan nafsu makan dan penurunan asupan energi. Hal ini menyebabkan sel lemak tubuh akan dapat dimobilisasi untuk memenuhi kebutuhan pengeluaran energi dalam kondisi aktifitas dan latihan fisik, puasa.
  • 27. Pengaturan Hormon • Pada kondisi kelebihan berat badan tingkat berat, akan terjadi resistensi leptin dan kesulitan menurunkan berat badan. • Adanya sel lemak yang berlebihan membuat leptin tidak mampu lagi menjalanakan fungsinya dengan baik dan tidak dapat menghasilkan efek normal pada penurunan berat badan. • Resistensi leptin dirasakan sebagai kelaparan, artinya setiap makanan yang masuk diinterpretasikan sebagai rasa lapar oleh otak dan memberikan sinyal untuk terus meningkatkan nafsu makan
  • 28. Patofisiologi Anemia • Tanda-tanda dari anemia gizi dimulai dengan menipisnya simpanan zat besi (feritin) dan bertambahnya absorbsi zat besi yang digambarkan dengan meningkatnya kapasitas pengikatan zat besi. • Pada tahap yang lebih lanjut berupa habisnya simpanan zat besi, berkurangnya kejenuhan transferin, berkurangnya jumlah protoporpirin yang diubah menjadi heme dan akan diikuti dengan menurunnya kadar feritin serum. • Akhirnya terjadi anemia dengan cirinya yang khas yaitu rendahnya kadar Hb
  • 30. Patofisiologi KEK • Apabila ketidakcukupan zat gizi ini berlangsung lama maka persediaan/ cadangan jaringan akan digunakan untuk memenuhi ketidakcukupan itu. 1. Ketidakcukupan zat gizi. • apabila ini berlangsung lama, maka akan terjadi kemerosotan jaringan, yang ditandai dengan penurunan berat badan. 2. Kemerosotanjaringan • terjadi perubahan biokimia yang dapat dideteksi dengan pemeriksaan laboratorium. 3. Perubahan biokimis • erjadi perubahan fungsi yang ditandai dengan tanda yang khas. 4. Perubahan Fungsi • terjadi perubahan anatomi yang dapat dilihat dari munculnya tanda klasik 5. Perubahan anatomi
  • 31.
  • 32. Daftar Pustaka • Arlinda Sari W. 2004. Anemia Defisiensi Besi pada Balita. Universitas Sumatra Utara. http://library.usu.ac.id/download/fk/fk- arlinda%20sari2.pdf • Dian Gunatmaningsih. 2007. Faktor-Faktor Yang Berhubungan Dengan Kejadian Anemia Pada Remaja Putri Di Sma Negeri 1 Kecamatan Jatibarang Kabupaten Brebes Tahun 2007 (Skripsi). Semarang: Universitas Negeri Semarang • Hardinsyah, I Dewa Nyoman S. 2017. Ilmu Gizi Teori dan Aplikasi. Jakarta: EGC • Meriska Cesia Putri. 2017. Hubungan Asupan Makan Dengan Kejadian Kurang Energi Kronis (Kek) Pada Wanita Usia Subur (Wus) Di Kecamatan Terbanggi Besar Kabupaten Lampung Tengah (Skripsi). Lampung: Universitas Lampung • Yekti Hartati E. 2013. Patofisiologi Gizi: Regulasi Makan, Gangguan Homeostasis Energi, Peran Zat Gizi pada Pertumbuhan dan Perkembangan Otak. Bogor: IPB Press
  • 33. Daftar Pustaka • A. Catharine Ross, et al. 2014. Modern Nutrition in Health & Disease (Shils) • Cahyaningrum, A. (2015). Leptin Sebagai Indikator Obesitas. Jurnal Kesehatan Prima, 9(1). • Dewey, KG., Begum, K., 2010. Why Stunting Matters. A&amp;T Technical Brief Issue 2, September 2010. http://aliveandthrive.org/sites/default/files/Copy%20of%20Brief%202%20Why%20stunting%20matt ers_0.pdf • Donna Spruijt-Metz. Etiology, Treatment and Prevention of Obesity in Childhood and Adolescence: A Decade in Review. Diakses pada tanggal 04 Maret 2018 dari https://www.ncbi.nlm.nih.gov/pmc/articles/PMC3102537/ • Indartanti, Dea dan Apoina Kartini. Hubungan Status Gizi Dengan Kejadian Anemia Pada Remaja Putri. Journal of Nutrition College, Vol. 3 No. 2, halaman 33-39. • Israr, Akhyar Yayan. 2009. Gizi Buruk (Severe Malnutrition). Riau: Universitas Riau. • Muliawati, Siti. Faktor Penyebab Ibu Kurang Energi Kronis Di Puskesmas Sambi Kecamatan Sambi Kabupaten Boyolali. Infokes, Vol. 3 No. 3 November 2013. • Riskesdas 2013. • WHO. 2013. Childhood Stunting: Context, Causes, and Consequences. Diunduh pada tanggal 26 Februari 2018 dari http://www.who.int/nutrition/events/2013_ChildhoodStunting_colloquium_14Oct_ConceptualFrame work_colour.pdf • WHO. 2014. Childhood Stunting: Challenges and Opportunities. Diunduh pada tanggal 26 Februari 2018 dari http://apps.who.int/iris/bitstream/10665/107026/1/WHO_NMH_NHD_GRS_14.1_eng.pdf?ua=1 • WHO. Obesity and Overweight. Diunduh pada tanggal 04 Maret 2018 dari http://www.who.int/dietphysicalactivity/media/en/gsfs_obesity.pdf

Editor's Notes

  1. Namun, tidak ada penggambaran yang jelas antara berapa banyak lemak yang normal dan berapa banyak lemak yang abnormal.