SlideShare a Scribd company logo
1 of 6
SCENARIO 2
SWOLLEN LIP
A 20-year-olds female patient come to dental clinic with a chief complaint of swelling in her
lower lip since the last 3 weeks. Based on the history taking, she has a lip biting habit. There
was no significant dental and medical history. In the clinical examination, a round bluish
fluctuant lesion with diameter 1 cm was present. There was no pain associated with the
swelling. The dentist chooses a surgical treatment and the specimen was sent for
histopathologic examination. Histopathologic examination reveals a cyst like space contain
mucous and macrophage surrounded by granulation tissue with adjacent minor salivary gland
tissue.
Seorang pasien perempuan usia 20 tahun datang ke poli gigi dengan keluhan utama bengkak
pada bibir bawah sejak 3 minggu terakhir. Berdasarkan anamnesis, ia memiliki kebiasaan
menggigit bibir. Tidak ada riwayat gigi dan medis yang signifikan. Pada pemeriksaan klinis
didapatkan lesi bulat kebiruan berfluktuasi dengan diameter 1 cm. Tidak ada rasa sakit yang
terkait dengan pembengkakan. Dokter gigi memilih perawatan bedah dan spesimen dikirim
untuk pemeriksaan histopatologi. Pemeriksaan histopatologi mengungkapkan kista seperti
ruang berisi lendir dan makrofag dikelilingi oleh jaringan granulasi dengan jaringan kelenjar
ludah minor yang berdekatan.
Keywords: mucosal swelling, salivary gland, histopathology examination
Sumber modul :
 Cawson, R. A. et al. 2002. Essentials of Oral Pathology dan Oral Medicine 7th Edition. Elsevier
sciences.
 Greenberg, M., Glick., M., dan Ship, J.A. 2008. Burket’s Oral Medicine, BC Decker.
 Kementerian Kesehatan RI. 2011.
 Pedoman Interpretasi Data Klinik. Jakarta. S.M. Balaji, Padma Preetha Balaji. 2018. Textbook of Oral
& Maxillofacial Surgery, 3rd Ed
Catatan tentang scenario :
Diagnosis : mucocole
Mucocele adalah lesi yang umum ditemukan pada mukosa oral dan merupakan lesi jinak
kelenjar saliva yang paling sering ditemukan pada rongga mulut. Insiden mucocele sering
ditemukan karena adanya trauma pada kelenjar saliva minor. Gambaran lesi yang sangat
khas menunjukkan bahwa diagnosis klinisnya sesuai dengan diagnosis histopatologis setelah
lesi dibiopsi.
Lokasi yang paling umum lesi adalah pada bibir khususnya pada bibir bawah, tetapi
dapat juga terjadi pada mukosa bukal, lidah dan palatum.
Mucocele adalah istilah klinis yang digunakan untuk menggambarkan pembengkakan
yang disebabkan oleh pengumpulan air liur dari minor yang parah atau terhambat saluran
kelenjar ludah. Itu sendiri membatasi lendir yang mengandung kista kelenjar ludah yang biasa
terjadi di rongga mulut, dengan onset yang relatif cepat dan dengan ukuran yang berfluktuasi.
Penurunan ukuran mungkin karena pecahnya lesi dan akumulasi musin berikutnya atau
reabsorpsi air liur deposito dapat menyebabkan lesi untuk reformasi.
Sebagian besar OM tidak memiliki lapisan epitel atau ditutupi oleh jaringan granulasi.
Mukokel oral bisa tunggal atau beberapa sering pecah dan meninggalkan erosi yang sedikit
menyakitkan yang biasanya sembuh dalam beberapa hari.
Durasi lesi tidak konstan, dari beberapa hari sampai 3 tahun. Kemudian presentasi klinis
dapat bervariasi tergantung pada kedalaman lesi. Lesi terletak langsung di bawah selaput lendir
(superfisial) mukokel) atau di submukosa atas (mukokel klasik). Mukokel oral dapat ditemukan
baik sebagai vesikel berisi cairan atau lepuh di mukosa superfisial atau sebagai nodul
berfluktuasi jauh di dalam jaringan ikat. Drainase spontan dari musin yang terinspasitasi,
terutama pada lesi superfisial diikuti oleh kekambuhan berikutnya, dapat terjadi. Permukaan
lesi lama dapat menunjukkan fibrosis.
Etiologi OM tidak jelas. Trauma dan obstruksi saluran kelenjar ludah dianggap
sebagai faktor penting. Anehnya, dalam sebagian besar kasus kami, kami tidak dapat
memperoleh penyebab mukokel, meskipun menggigit bibir dan riwayat trauma didirikan dalam
beberapa kasus,
Mukokel oral kelenjar ludah minor jarang lebih besar dari 1,5 cm dan selalu superfisial.
Mukokel ditemukan di daerah yang lebih dalam biasanya lebih besar. Itu secara signifikan
mencatat dalam penelitian ini bahwa sebagian besar mukokel memiliki diameter mulai dari 5
hingga 14 mm.
Jenis histopatologi mukokel termasuk yang paling ekstravasasi umum dan yang lebih
jarang, varian retensi. Aspek histopatologi dari lesi ini berkisar dari akut, peradangan
bercampur dengan pengumpulan lendir untuk pola lesi matur dengan jumlah lendir yang sedikit
dan fibrosis jaringan ikat. Lesi mungkin menunjukkan hiperplastik epitel skuamosa berlapis
parakeratin, kistik kecil ruang yang mengandung musin dan mukus (sel berisi, area
tumpah) musin yang dikelilingi oleh jaringan granulasi dan sel sebasea dalam jaringan
ikat [Gambar 8]. Adanya kelenjar ludah jaringan dan sialomusin adalah diagnostik. Usia, jenis
kelamin dan lisan situs berbeda sesuai dengan jenis OM. Studi kami mencatat bahwa 84,48%
kasus memiliki tipe ekstravasasi dan lebih banyak terjadi pada kelompok usia 15-24 tahun dan
bibir bawah.
Anamnesis menyeluruh dan pemeriksaan lesi adalah penting untuk mendiagnosis OM
dengan benar. Meskipun diagnosis adalah terutama klinis, anamnesis harus dilakukan dengan
benar untuk mencari trauma. Munculnya mukokel adalah patognomonik, dan poin-poin berikut
sangat penting: Lokasi, riwayat trauma, kemunculan cepat, variasi dalam ukuran, warna
kebiruan dan konsistensi.
Mukokel adalah lesi yang dapat bergerak dengan konsistensi lunak dan elastis
tergantung pada seberapa banyak jaringan yang ada di atas lesi. Meskipun berfluktuasi ini,
mukokel yang dikeringkan tidak akan berfluktuasi dan mukokel kronis dengan fibrosis yang
berkembang akan memiliki lebih sedikit fluktuasi. Untuk kasus tertentu, diagnosis mungkin
memerlukan radiografi rutin, ultrasonografi atau diagnostik lanjutan metode - computed
tomography dan resonansi magnetic pencitraan untuk memvisualisasikan bentuk, diameter,
posisi dengan lebih baik dan penentuan asal lesi. Aspirasi jarum halus adalah teknik diagnostik
yang berguna untuk mengevaluasi pasien dengan nodul dan pembesaran kelenjar ludah,
terutama Ketika diagnosis banding lesi angiomatous terlibat. Kandungan amilase dan protein
yang tinggi dapat diungkapkan oleh analisis kimia.
Mucocele oral harus dibedakan dari lipoma, oral hemangioma oral( tumor jinak rongga
mulut terjadi karena proliferasi dari sel-sel endotelium pembuluh darah. Bibir merupakan
lokasi hemangioma rongga mulut yang biasa ditemukan.), limfangioma oral, jinak atau ganas
neoplasma kelenjar ludah, varix vena, fibroma iritasi, kista limfoepitel oral, kista gingiva orang
dewasa, lunak abses jaringan, sistiserkosis, granuloma piogenik, dll mukokel superfisial dapat
dikacaukan dengan sikatrikal pemfigoid, lichen planus bulosa, dll.
Perawatan untuk OM harus berupa eksisi lengkap, marsupialisasi, pembedahan,
cryosurgery, karbon dioksida laser, elektrokauter, injeksi sklerosis intra-lesi agen OK-
432 atau injeksi steroid. Namun, kekambuhan bisa terjadi dan intervensi bedah baru
diperlukan.
Conclusion
Penyakit kelenjar ludah non-neoplastik menimbulkan tantangan diagnostik dan terapeutik bagi
dokter karena:
kemiripan yang dekat dari presentasi klinis meskipun berbeda etiologi seperti proses inflamasi
reaksional, gangguan metabolisme dan kekebalan, infeksi dan respons iatrogenik. Dengan
demikian, pengetahuan klinis tentang lesi oral, juga sebagai penentuan aspek yang terkait
dengan etiopatogenesis lesi ini, diperlukan untuk diagnosis yang benar dan untuk indikasi
pengobatan yang tepat.
Artinya:
Photomicrograph menunjukkan hiperplastik parakeratinized bertingkat epitel skuamosa
dengan jaringan ikat di bawahnya (pewarnaan a - H&E, ×100), photomicrograph menunjukkan
ruang kistik kecil yang mengandung musin dan sel berisi mukus, beberapa sel sebasea yang
tersusun dalam kelompok dan area musin yang tumpah yang dikelilingi oleh jaringan granulasi
terlihat jelas di bagian yang lebih dalam jaringan ikat (panah putih) (b - pewarnaan H&E, ×200)
Sumber : More, C. B., Bhavsar, K., Varma, S., & Tailor, M. (2014). Oral mucocele: a clinical
and histopathological study. Journal of oral and maxillofacial pathology: JOMFP, 18(Suppl
1), S72.
1. Macam-macam pemeriksaan patologi anatomi rongga mulut dan maksilofasial
Patologi berkembang terus sehingga terdapat beberapa kategori, seperti:
 Sitopatologi – Disebut juga sitologi, yaitu mempelajari dan mendiagnosa penyakit
seluler. Banyak digunakan untuk diagnosa kanker serta kondisi infeksi dan
peradangan lainnya.
 Dermatopatologi – Cabang ini berfokus pada segala hal mengenai kulit, sebagai
organ dan juga penyakit yang terdapat pada kulit.
 Patologi forensik – Tujuan utama patologi forensik adalah menentukan penyebab
kematian seseorang. Hal ini dilakukan dengan memeriksa jaringan, menafsirkan hasil
laboratorium toksikologi, dan memeriksa trauma fisik.
 Histopatologi – Cabang ini memeriksa berbagai jaringan tubuh manusia dengan
mikroskop. Jaringan yang dipelajari adalah sampel biopsi dan spesimen dari
pembedahan.
 Neuropatologi – Cabang ini mempelajari penyakit yang mempengaruhi jaringan di
sistem saraf.
 Patologi paru – Cabang ini mendiagnosa penyakit yang mempengaruhi paru-paru
dengan mempelajari spesimen yang diambil dari tubuh melalui biopsi transbronkial
bronkoskopik atau biopsi melalui kulit dengan panduan CT.
 Patologi ginjal – Berfokus pada penyakit ginjal, patolog ginjal dapat membantu ahli
ginjal dan ahli transplantasi menganalisa spesimen yang diperoleh melalui biopsi
ginjal. Analisa bisa dilakukan melalui mikroskop, mikroskop elektron, atau melalui
imunofloresensi.
 Patologi bedah – Patologi bedah mempelajari spesimen bedah dengan kombinasi
analisa secara anatomis dan histologis.
 Hematopatologi – Ilmu ini khusus mempelajari penyakit yang mempengaruhi sel
darah merah, sel darah putih, dan trombosit. Organ utama yang dipelajari adalah
organ yang berperan pada produksi darah, seperti sumsum tulang, limfonodus, limpa,
timus, dan jaringan limfoid.
 Patologi molekuler – Cabang patologi ini mempelajari dan mendiagnosa molekul
yang menyusun berbagai organ dan jaringan tubuh.
 Patologi mulut dan maksilofasial – Termasuk salah satu dari sembilan spesialisasi
ilmu kedokteran gigi. Patologi mulut mempelajari penyakit yang mempengaruhi
rongga mulut dan struktur sekitarnya.
Sumber :
-Robbins, Stanley. (2010). “Robbins and Cotran Pathologic Basis of Disease.”
-Rothstein W. (1979). “Pathology: The Evolution of a Specialty in American
Medicine.” Medical Care.
-Long E. (1965). “History of Pathology.”
-Machevsky A, Wick MR. (2004). “Evidence-based Medicine, Medical Decision
Analysis, and Pathology.” Human Pathology.
Dalam mempelajari penyakit, patolog berfokus pada empat komponen, yaitu:
 Penyebab – Dalam ilmu kedokteran disebut juga etiologi penyakit, patolog harus
memikirkan dan menentukan penyebab suatu penyakit yang sebenarnya. Pada kasus
patologi forensik yang mempelajari jenazah seseorang, tujuannya adalah menentukan
penyebab kematian.
 Mekanisme perkembangan – Disebut juga sebagai patogenesis penyakit, mengacu
pada mekanisme biologis yang menyebabkan tubuh seseorang menjadi tidak baik atau
tidak sehat, mulai dari tahap awal penyakit, perkembangan, sampai ke tingkatannya,
seperti apakah penyakit tersebut termasuk akut, berulang, atau kronis. Singkatnya,
patogenesis mempelajari proses. Patogenesis lain untuk suatu penyakit disebut
patogenesis bakterial, yang mempelajari cara bakteri untuk dapat menyebabkan suatu
penyakit tertentu. Jenis patogenesis lainnya adalah infeksi mikroba, keganasan
jaringan, atau peradangan.
 Perubahan struktur sel – Disebut juga sebagai perubahan morfologi, patologi ini
mempelajari cara suatu penyakit yang dapat membuat perubahan pada sel tubuh atau
perubahan struktural yang disebabkan oleh penyakit tersebut di tingkat seluler.
 Manifestasi klinis – Komponen patologi ini merujuk pada hal-hal yang terjadi
sebagai akibat perubahan seluler yang disebabkan oleh suatu penyakit, atau efek
langsung penyakit tersebut pada tubuh.
2. Mampu menjelaskan prinsip penggunaan berbagai prosedur penyimpanan
spesimen untuk pemeriksaan penunjang kelainan / penyakit rongga mulut

More Related Content

What's hot

Epulis Fibromatosa ,Clinical Case (Oral surgery)
Epulis Fibromatosa ,Clinical Case (Oral surgery)Epulis Fibromatosa ,Clinical Case (Oral surgery)
Epulis Fibromatosa ,Clinical Case (Oral surgery)Univ.Moestopo
 
Indikasi dan kontraindikasi psa
Indikasi dan kontraindikasi psaIndikasi dan kontraindikasi psa
Indikasi dan kontraindikasi psaChusna Wardani
 
endodontic 1
endodontic 1endodontic 1
endodontic 1RSIGM
 
Terjemahan textbook os irma unhas
Terjemahan textbook os irma unhasTerjemahan textbook os irma unhas
Terjemahan textbook os irma unhasIrma Ariany Syam
 
Laporan lbm 1 blok 19 sgd 2
Laporan lbm 1 blok 19 sgd 2Laporan lbm 1 blok 19 sgd 2
Laporan lbm 1 blok 19 sgd 2RSIGM
 
penatalaksanaan gigitiruan penuh lepasan pada pasien edentulous
penatalaksanaan gigitiruan penuh lepasan pada pasien edentulouspenatalaksanaan gigitiruan penuh lepasan pada pasien edentulous
penatalaksanaan gigitiruan penuh lepasan pada pasien edentulousMira Khairunnisa
 
Restorasi direk komposit kelas ii pasca ginggivectomy gigi 26
Restorasi direk komposit kelas ii pasca ginggivectomy gigi 26Restorasi direk komposit kelas ii pasca ginggivectomy gigi 26
Restorasi direk komposit kelas ii pasca ginggivectomy gigi 26Rifqi Setiantio
 
109530090 makalah-modul-3-fix-1-1
109530090 makalah-modul-3-fix-1-1109530090 makalah-modul-3-fix-1-1
109530090 makalah-modul-3-fix-1-1hasril hasanuddin
 
Minimal intervensi di kedokteran gigi
Minimal intervensi di kedokteran gigiMinimal intervensi di kedokteran gigi
Minimal intervensi di kedokteran gigiasih gahayu
 
endodontic 2
endodontic 2endodontic 2
endodontic 2RSIGM
 
Laporan sgd 4
Laporan sgd 4Laporan sgd 4
Laporan sgd 4RSIGM
 
Laporan hasil diskusi pemicu 2
Laporan hasil diskusi pemicu 2Laporan hasil diskusi pemicu 2
Laporan hasil diskusi pemicu 2Vincent Tannius
 
indikasi & kontraindikasi pencabutan gigi
indikasi & kontraindikasi pencabutan gigiindikasi & kontraindikasi pencabutan gigi
indikasi & kontraindikasi pencabutan gigiwahyuni majid
 

What's hot (20)

Epulis Fibromatosa ,Clinical Case (Oral surgery)
Epulis Fibromatosa ,Clinical Case (Oral surgery)Epulis Fibromatosa ,Clinical Case (Oral surgery)
Epulis Fibromatosa ,Clinical Case (Oral surgery)
 
Tumor mandibula
Tumor mandibulaTumor mandibula
Tumor mandibula
 
Indikasi dan kontraindikasi psa
Indikasi dan kontraindikasi psaIndikasi dan kontraindikasi psa
Indikasi dan kontraindikasi psa
 
endodontic 1
endodontic 1endodontic 1
endodontic 1
 
Journal reading
Journal readingJournal reading
Journal reading
 
Terjemahan textbook os irma unhas
Terjemahan textbook os irma unhasTerjemahan textbook os irma unhas
Terjemahan textbook os irma unhas
 
Laporan lbm 1 blok 19 sgd 2
Laporan lbm 1 blok 19 sgd 2Laporan lbm 1 blok 19 sgd 2
Laporan lbm 1 blok 19 sgd 2
 
Lp ameloblastoma
Lp ameloblastomaLp ameloblastoma
Lp ameloblastoma
 
Crossbite
CrossbiteCrossbite
Crossbite
 
penatalaksanaan gigitiruan penuh lepasan pada pasien edentulous
penatalaksanaan gigitiruan penuh lepasan pada pasien edentulouspenatalaksanaan gigitiruan penuh lepasan pada pasien edentulous
penatalaksanaan gigitiruan penuh lepasan pada pasien edentulous
 
Restorasi direk komposit kelas ii pasca ginggivectomy gigi 26
Restorasi direk komposit kelas ii pasca ginggivectomy gigi 26Restorasi direk komposit kelas ii pasca ginggivectomy gigi 26
Restorasi direk komposit kelas ii pasca ginggivectomy gigi 26
 
109530090 makalah-modul-3-fix-1-1
109530090 makalah-modul-3-fix-1-1109530090 makalah-modul-3-fix-1-1
109530090 makalah-modul-3-fix-1-1
 
Epulis granulomatosa
Epulis granulomatosaEpulis granulomatosa
Epulis granulomatosa
 
Minimal intervensi di kedokteran gigi
Minimal intervensi di kedokteran gigiMinimal intervensi di kedokteran gigi
Minimal intervensi di kedokteran gigi
 
Epulis kongenital
Epulis kongenitalEpulis kongenital
Epulis kongenital
 
endodontic 2
endodontic 2endodontic 2
endodontic 2
 
Dental asistant ii
Dental asistant iiDental asistant ii
Dental asistant ii
 
Laporan sgd 4
Laporan sgd 4Laporan sgd 4
Laporan sgd 4
 
Laporan hasil diskusi pemicu 2
Laporan hasil diskusi pemicu 2Laporan hasil diskusi pemicu 2
Laporan hasil diskusi pemicu 2
 
indikasi & kontraindikasi pencabutan gigi
indikasi & kontraindikasi pencabutan gigiindikasi & kontraindikasi pencabutan gigi
indikasi & kontraindikasi pencabutan gigi
 

Similar to Mukokel Bibir

Lidah dan Rongga Mulut.pptx
 Lidah dan  Rongga Mulut.pptx Lidah dan  Rongga Mulut.pptx
Lidah dan Rongga Mulut.pptxmutiarafitri13
 
Rencana Perawatan dan Penatalaksanaan Ameloblastoma
Rencana Perawatan dan Penatalaksanaan AmeloblastomaRencana Perawatan dan Penatalaksanaan Ameloblastoma
Rencana Perawatan dan Penatalaksanaan AmeloblastomaNabilah Kusuma
 
Presentasi Kista Odontogenik dan Tumor Odontogenik - Willi Fragcana Putra
Presentasi Kista Odontogenik dan Tumor Odontogenik - Willi Fragcana PutraPresentasi Kista Odontogenik dan Tumor Odontogenik - Willi Fragcana Putra
Presentasi Kista Odontogenik dan Tumor Odontogenik - Willi Fragcana PutraWilli Fragcana Putra
 
Acute Necrotizing Ulceration Ginggivitis
Acute Necrotizing Ulceration GinggivitisAcute Necrotizing Ulceration Ginggivitis
Acute Necrotizing Ulceration GinggivitisCaninus Unlam
 
CASE REPORT BEDAH MULUT - ADENOMATOID.pdf
CASE REPORT BEDAH MULUT - ADENOMATOID.pdfCASE REPORT BEDAH MULUT - ADENOMATOID.pdf
CASE REPORT BEDAH MULUT - ADENOMATOID.pdfWNabilahKusuma
 
Traumatic ulcer and Fordcye's spot clinical case study (indonesian text)
Traumatic ulcer and Fordcye's spot clinical case study (indonesian text)Traumatic ulcer and Fordcye's spot clinical case study (indonesian text)
Traumatic ulcer and Fordcye's spot clinical case study (indonesian text)Univ.Moestopo
 
Tumor tumor di-kepala_dan_leher
Tumor tumor di-kepala_dan_leherTumor tumor di-kepala_dan_leher
Tumor tumor di-kepala_dan_leherHelmon Chan
 
362259940-Kista-Duktus-Tiroglosus-ppt.pptx
362259940-Kista-Duktus-Tiroglosus-ppt.pptx362259940-Kista-Duktus-Tiroglosus-ppt.pptx
362259940-Kista-Duktus-Tiroglosus-ppt.pptxAzwarArifkiSurg
 
Lesi Putih, Variasi Normal, Leukoplakia
Lesi Putih, Variasi Normal, LeukoplakiaLesi Putih, Variasi Normal, Leukoplakia
Lesi Putih, Variasi Normal, LeukoplakiaVina Widya Putri
 
materi perkuliahan osteomyelitis rahang1
materi perkuliahan osteomyelitis rahang1materi perkuliahan osteomyelitis rahang1
materi perkuliahan osteomyelitis rahang1HenryAdhySantoso
 
LAPORAN_PENDAHULUAN_APENDISITIS.docx
LAPORAN_PENDAHULUAN_APENDISITIS.docxLAPORAN_PENDAHULUAN_APENDISITIS.docx
LAPORAN_PENDAHULUAN_APENDISITIS.docxSaniaJunianti
 

Similar to Mukokel Bibir (20)

Lidah dan Rongga Mulut.pptx
 Lidah dan  Rongga Mulut.pptx Lidah dan  Rongga Mulut.pptx
Lidah dan Rongga Mulut.pptx
 
Rencana Perawatan dan Penatalaksanaan Ameloblastoma
Rencana Perawatan dan Penatalaksanaan AmeloblastomaRencana Perawatan dan Penatalaksanaan Ameloblastoma
Rencana Perawatan dan Penatalaksanaan Ameloblastoma
 
Lesi Pigmentasi
Lesi PigmentasiLesi Pigmentasi
Lesi Pigmentasi
 
Presentasi Kista Odontogenik dan Tumor Odontogenik - Willi Fragcana Putra
Presentasi Kista Odontogenik dan Tumor Odontogenik - Willi Fragcana PutraPresentasi Kista Odontogenik dan Tumor Odontogenik - Willi Fragcana Putra
Presentasi Kista Odontogenik dan Tumor Odontogenik - Willi Fragcana Putra
 
CASE REPORT THT
CASE REPORT THT CASE REPORT THT
CASE REPORT THT
 
Acute Necrotizing Ulceration Ginggivitis
Acute Necrotizing Ulceration GinggivitisAcute Necrotizing Ulceration Ginggivitis
Acute Necrotizing Ulceration Ginggivitis
 
Askep tumor mata
Askep tumor mataAskep tumor mata
Askep tumor mata
 
CASE REPORT BEDAH MULUT - ADENOMATOID.pdf
CASE REPORT BEDAH MULUT - ADENOMATOID.pdfCASE REPORT BEDAH MULUT - ADENOMATOID.pdf
CASE REPORT BEDAH MULUT - ADENOMATOID.pdf
 
Case report
Case reportCase report
Case report
 
Traumatic ulcer and Fordcye's spot clinical case study (indonesian text)
Traumatic ulcer and Fordcye's spot clinical case study (indonesian text)Traumatic ulcer and Fordcye's spot clinical case study (indonesian text)
Traumatic ulcer and Fordcye's spot clinical case study (indonesian text)
 
Tumor tumor di-kepala_dan_leher
Tumor tumor di-kepala_dan_leherTumor tumor di-kepala_dan_leher
Tumor tumor di-kepala_dan_leher
 
OMSK
OMSKOMSK
OMSK
 
jurnal.pptx
jurnal.pptxjurnal.pptx
jurnal.pptx
 
362259940-Kista-Duktus-Tiroglosus-ppt.pptx
362259940-Kista-Duktus-Tiroglosus-ppt.pptx362259940-Kista-Duktus-Tiroglosus-ppt.pptx
362259940-Kista-Duktus-Tiroglosus-ppt.pptx
 
Lesi Putih, Variasi Normal, Leukoplakia
Lesi Putih, Variasi Normal, LeukoplakiaLesi Putih, Variasi Normal, Leukoplakia
Lesi Putih, Variasi Normal, Leukoplakia
 
Oral Condyloma Acuminatum
Oral Condyloma AcuminatumOral Condyloma Acuminatum
Oral Condyloma Acuminatum
 
materi perkuliahan osteomyelitis rahang1
materi perkuliahan osteomyelitis rahang1materi perkuliahan osteomyelitis rahang1
materi perkuliahan osteomyelitis rahang1
 
LAPORAN_PENDAHULUAN_APENDISITIS.docx
LAPORAN_PENDAHULUAN_APENDISITIS.docxLAPORAN_PENDAHULUAN_APENDISITIS.docx
LAPORAN_PENDAHULUAN_APENDISITIS.docx
 
Regenerasi
RegenerasiRegenerasi
Regenerasi
 
Ca mulut
Ca mulutCa mulut
Ca mulut
 

Recently uploaded

Modul Ajar Pendidikan Pancasila Kelas 5 Fase C
Modul Ajar Pendidikan Pancasila Kelas 5 Fase CModul Ajar Pendidikan Pancasila Kelas 5 Fase C
Modul Ajar Pendidikan Pancasila Kelas 5 Fase CAbdiera
 
tugas 1 tutorial online anak berkebutuhan khusus di SD
tugas 1 tutorial online anak berkebutuhan khusus di SDtugas 1 tutorial online anak berkebutuhan khusus di SD
tugas 1 tutorial online anak berkebutuhan khusus di SDmawan5982
 
TUGAS GURU PENGGERAK Aksi Nyata Modul 1.1.pdf
TUGAS GURU PENGGERAK Aksi Nyata Modul 1.1.pdfTUGAS GURU PENGGERAK Aksi Nyata Modul 1.1.pdf
TUGAS GURU PENGGERAK Aksi Nyata Modul 1.1.pdfElaAditya
 
Materi Pertemuan Materi Pertemuan 7.pptx
Materi Pertemuan Materi Pertemuan 7.pptxMateri Pertemuan Materi Pertemuan 7.pptx
Materi Pertemuan Materi Pertemuan 7.pptxRezaWahyuni6
 
Tugas 1 ABK di SD prodi pendidikan guru sekolah dasar.docx
Tugas 1 ABK di SD prodi pendidikan guru sekolah dasar.docxTugas 1 ABK di SD prodi pendidikan guru sekolah dasar.docx
Tugas 1 ABK di SD prodi pendidikan guru sekolah dasar.docxmawan5982
 
JAWAPAN BAB 1 DAN BAB 2 SAINS TINGKATAN 5
JAWAPAN BAB 1 DAN BAB 2 SAINS TINGKATAN 5JAWAPAN BAB 1 DAN BAB 2 SAINS TINGKATAN 5
JAWAPAN BAB 1 DAN BAB 2 SAINS TINGKATAN 5ssuserd52993
 
PELAKSANAAN + Link2 Materi Pelatihan "Teknik Perhitungan & Verifikasi TKDN & ...
PELAKSANAAN + Link2 Materi Pelatihan "Teknik Perhitungan & Verifikasi TKDN & ...PELAKSANAAN + Link2 Materi Pelatihan "Teknik Perhitungan & Verifikasi TKDN & ...
PELAKSANAAN + Link2 Materi Pelatihan "Teknik Perhitungan & Verifikasi TKDN & ...Kanaidi ken
 
Sosialisasi PPDB SulSel tahun 2024 di Sulawesi Selatan
Sosialisasi PPDB SulSel tahun 2024 di Sulawesi SelatanSosialisasi PPDB SulSel tahun 2024 di Sulawesi Selatan
Sosialisasi PPDB SulSel tahun 2024 di Sulawesi Selatanssuser963292
 
Perumusan Visi dan Prakarsa Perubahan.pptx
Perumusan Visi dan Prakarsa Perubahan.pptxPerumusan Visi dan Prakarsa Perubahan.pptx
Perumusan Visi dan Prakarsa Perubahan.pptxadimulianta1
 
Kontribusi Islam Dalam Pengembangan Peradaban Dunia - KELOMPOK 1.pptx
Kontribusi Islam Dalam Pengembangan Peradaban Dunia - KELOMPOK 1.pptxKontribusi Islam Dalam Pengembangan Peradaban Dunia - KELOMPOK 1.pptx
Kontribusi Islam Dalam Pengembangan Peradaban Dunia - KELOMPOK 1.pptxssuser50800a
 
AKSI NYATA NARKOBA ATAU OBAT TERLARANG..
AKSI NYATA NARKOBA ATAU OBAT TERLARANG..AKSI NYATA NARKOBA ATAU OBAT TERLARANG..
AKSI NYATA NARKOBA ATAU OBAT TERLARANG..ikayogakinasih12
 
Paparan Refleksi Lokakarya program sekolah penggerak.pptx
Paparan Refleksi Lokakarya program sekolah penggerak.pptxPaparan Refleksi Lokakarya program sekolah penggerak.pptx
Paparan Refleksi Lokakarya program sekolah penggerak.pptxIgitNuryana13
 
Bab 6 Kreatif Mengungap Rasa dan Realitas.pdf
Bab 6 Kreatif Mengungap Rasa dan Realitas.pdfBab 6 Kreatif Mengungap Rasa dan Realitas.pdf
Bab 6 Kreatif Mengungap Rasa dan Realitas.pdfbibizaenab
 
Prakarsa Perubahan ATAP (Awal - Tantangan - Aksi - Perubahan)
Prakarsa Perubahan ATAP (Awal - Tantangan - Aksi - Perubahan)Prakarsa Perubahan ATAP (Awal - Tantangan - Aksi - Perubahan)
Prakarsa Perubahan ATAP (Awal - Tantangan - Aksi - Perubahan)MustahalMustahal
 
Modul Ajar Bahasa Indonesia Kelas 4 Fase B
Modul Ajar Bahasa Indonesia Kelas 4 Fase BModul Ajar Bahasa Indonesia Kelas 4 Fase B
Modul Ajar Bahasa Indonesia Kelas 4 Fase BAbdiera
 
Contoh Laporan Observasi Pembelajaran Rekan Sejawat.pdf
Contoh Laporan Observasi Pembelajaran Rekan Sejawat.pdfContoh Laporan Observasi Pembelajaran Rekan Sejawat.pdf
Contoh Laporan Observasi Pembelajaran Rekan Sejawat.pdfCandraMegawati
 
MODUL P5 KEWIRAUSAHAAN SMAN 2 SLAWI 2023.pptx
MODUL P5 KEWIRAUSAHAAN SMAN 2 SLAWI 2023.pptxMODUL P5 KEWIRAUSAHAAN SMAN 2 SLAWI 2023.pptx
MODUL P5 KEWIRAUSAHAAN SMAN 2 SLAWI 2023.pptxSlasiWidasmara1
 
ppt-modul-6-pend-seni-di sd kelompok 2 ppt
ppt-modul-6-pend-seni-di sd kelompok 2 pptppt-modul-6-pend-seni-di sd kelompok 2 ppt
ppt-modul-6-pend-seni-di sd kelompok 2 pptArkhaRega1
 
tugas karya ilmiah 1 universitas terbuka pembelajaran
tugas karya ilmiah 1 universitas terbuka pembelajarantugas karya ilmiah 1 universitas terbuka pembelajaran
tugas karya ilmiah 1 universitas terbuka pembelajarankeicapmaniez
 
MODUL 1 Pembelajaran Kelas Rangkap-compressed.pdf
MODUL 1 Pembelajaran Kelas Rangkap-compressed.pdfMODUL 1 Pembelajaran Kelas Rangkap-compressed.pdf
MODUL 1 Pembelajaran Kelas Rangkap-compressed.pdfNurulHikmah50658
 

Recently uploaded (20)

Modul Ajar Pendidikan Pancasila Kelas 5 Fase C
Modul Ajar Pendidikan Pancasila Kelas 5 Fase CModul Ajar Pendidikan Pancasila Kelas 5 Fase C
Modul Ajar Pendidikan Pancasila Kelas 5 Fase C
 
tugas 1 tutorial online anak berkebutuhan khusus di SD
tugas 1 tutorial online anak berkebutuhan khusus di SDtugas 1 tutorial online anak berkebutuhan khusus di SD
tugas 1 tutorial online anak berkebutuhan khusus di SD
 
TUGAS GURU PENGGERAK Aksi Nyata Modul 1.1.pdf
TUGAS GURU PENGGERAK Aksi Nyata Modul 1.1.pdfTUGAS GURU PENGGERAK Aksi Nyata Modul 1.1.pdf
TUGAS GURU PENGGERAK Aksi Nyata Modul 1.1.pdf
 
Materi Pertemuan Materi Pertemuan 7.pptx
Materi Pertemuan Materi Pertemuan 7.pptxMateri Pertemuan Materi Pertemuan 7.pptx
Materi Pertemuan Materi Pertemuan 7.pptx
 
Tugas 1 ABK di SD prodi pendidikan guru sekolah dasar.docx
Tugas 1 ABK di SD prodi pendidikan guru sekolah dasar.docxTugas 1 ABK di SD prodi pendidikan guru sekolah dasar.docx
Tugas 1 ABK di SD prodi pendidikan guru sekolah dasar.docx
 
JAWAPAN BAB 1 DAN BAB 2 SAINS TINGKATAN 5
JAWAPAN BAB 1 DAN BAB 2 SAINS TINGKATAN 5JAWAPAN BAB 1 DAN BAB 2 SAINS TINGKATAN 5
JAWAPAN BAB 1 DAN BAB 2 SAINS TINGKATAN 5
 
PELAKSANAAN + Link2 Materi Pelatihan "Teknik Perhitungan & Verifikasi TKDN & ...
PELAKSANAAN + Link2 Materi Pelatihan "Teknik Perhitungan & Verifikasi TKDN & ...PELAKSANAAN + Link2 Materi Pelatihan "Teknik Perhitungan & Verifikasi TKDN & ...
PELAKSANAAN + Link2 Materi Pelatihan "Teknik Perhitungan & Verifikasi TKDN & ...
 
Sosialisasi PPDB SulSel tahun 2024 di Sulawesi Selatan
Sosialisasi PPDB SulSel tahun 2024 di Sulawesi SelatanSosialisasi PPDB SulSel tahun 2024 di Sulawesi Selatan
Sosialisasi PPDB SulSel tahun 2024 di Sulawesi Selatan
 
Perumusan Visi dan Prakarsa Perubahan.pptx
Perumusan Visi dan Prakarsa Perubahan.pptxPerumusan Visi dan Prakarsa Perubahan.pptx
Perumusan Visi dan Prakarsa Perubahan.pptx
 
Kontribusi Islam Dalam Pengembangan Peradaban Dunia - KELOMPOK 1.pptx
Kontribusi Islam Dalam Pengembangan Peradaban Dunia - KELOMPOK 1.pptxKontribusi Islam Dalam Pengembangan Peradaban Dunia - KELOMPOK 1.pptx
Kontribusi Islam Dalam Pengembangan Peradaban Dunia - KELOMPOK 1.pptx
 
AKSI NYATA NARKOBA ATAU OBAT TERLARANG..
AKSI NYATA NARKOBA ATAU OBAT TERLARANG..AKSI NYATA NARKOBA ATAU OBAT TERLARANG..
AKSI NYATA NARKOBA ATAU OBAT TERLARANG..
 
Paparan Refleksi Lokakarya program sekolah penggerak.pptx
Paparan Refleksi Lokakarya program sekolah penggerak.pptxPaparan Refleksi Lokakarya program sekolah penggerak.pptx
Paparan Refleksi Lokakarya program sekolah penggerak.pptx
 
Bab 6 Kreatif Mengungap Rasa dan Realitas.pdf
Bab 6 Kreatif Mengungap Rasa dan Realitas.pdfBab 6 Kreatif Mengungap Rasa dan Realitas.pdf
Bab 6 Kreatif Mengungap Rasa dan Realitas.pdf
 
Prakarsa Perubahan ATAP (Awal - Tantangan - Aksi - Perubahan)
Prakarsa Perubahan ATAP (Awal - Tantangan - Aksi - Perubahan)Prakarsa Perubahan ATAP (Awal - Tantangan - Aksi - Perubahan)
Prakarsa Perubahan ATAP (Awal - Tantangan - Aksi - Perubahan)
 
Modul Ajar Bahasa Indonesia Kelas 4 Fase B
Modul Ajar Bahasa Indonesia Kelas 4 Fase BModul Ajar Bahasa Indonesia Kelas 4 Fase B
Modul Ajar Bahasa Indonesia Kelas 4 Fase B
 
Contoh Laporan Observasi Pembelajaran Rekan Sejawat.pdf
Contoh Laporan Observasi Pembelajaran Rekan Sejawat.pdfContoh Laporan Observasi Pembelajaran Rekan Sejawat.pdf
Contoh Laporan Observasi Pembelajaran Rekan Sejawat.pdf
 
MODUL P5 KEWIRAUSAHAAN SMAN 2 SLAWI 2023.pptx
MODUL P5 KEWIRAUSAHAAN SMAN 2 SLAWI 2023.pptxMODUL P5 KEWIRAUSAHAAN SMAN 2 SLAWI 2023.pptx
MODUL P5 KEWIRAUSAHAAN SMAN 2 SLAWI 2023.pptx
 
ppt-modul-6-pend-seni-di sd kelompok 2 ppt
ppt-modul-6-pend-seni-di sd kelompok 2 pptppt-modul-6-pend-seni-di sd kelompok 2 ppt
ppt-modul-6-pend-seni-di sd kelompok 2 ppt
 
tugas karya ilmiah 1 universitas terbuka pembelajaran
tugas karya ilmiah 1 universitas terbuka pembelajarantugas karya ilmiah 1 universitas terbuka pembelajaran
tugas karya ilmiah 1 universitas terbuka pembelajaran
 
MODUL 1 Pembelajaran Kelas Rangkap-compressed.pdf
MODUL 1 Pembelajaran Kelas Rangkap-compressed.pdfMODUL 1 Pembelajaran Kelas Rangkap-compressed.pdf
MODUL 1 Pembelajaran Kelas Rangkap-compressed.pdf
 

Mukokel Bibir

  • 1. SCENARIO 2 SWOLLEN LIP A 20-year-olds female patient come to dental clinic with a chief complaint of swelling in her lower lip since the last 3 weeks. Based on the history taking, she has a lip biting habit. There was no significant dental and medical history. In the clinical examination, a round bluish fluctuant lesion with diameter 1 cm was present. There was no pain associated with the swelling. The dentist chooses a surgical treatment and the specimen was sent for histopathologic examination. Histopathologic examination reveals a cyst like space contain mucous and macrophage surrounded by granulation tissue with adjacent minor salivary gland tissue. Seorang pasien perempuan usia 20 tahun datang ke poli gigi dengan keluhan utama bengkak pada bibir bawah sejak 3 minggu terakhir. Berdasarkan anamnesis, ia memiliki kebiasaan menggigit bibir. Tidak ada riwayat gigi dan medis yang signifikan. Pada pemeriksaan klinis didapatkan lesi bulat kebiruan berfluktuasi dengan diameter 1 cm. Tidak ada rasa sakit yang terkait dengan pembengkakan. Dokter gigi memilih perawatan bedah dan spesimen dikirim untuk pemeriksaan histopatologi. Pemeriksaan histopatologi mengungkapkan kista seperti ruang berisi lendir dan makrofag dikelilingi oleh jaringan granulasi dengan jaringan kelenjar ludah minor yang berdekatan. Keywords: mucosal swelling, salivary gland, histopathology examination Sumber modul :  Cawson, R. A. et al. 2002. Essentials of Oral Pathology dan Oral Medicine 7th Edition. Elsevier sciences.  Greenberg, M., Glick., M., dan Ship, J.A. 2008. Burket’s Oral Medicine, BC Decker.  Kementerian Kesehatan RI. 2011.  Pedoman Interpretasi Data Klinik. Jakarta. S.M. Balaji, Padma Preetha Balaji. 2018. Textbook of Oral & Maxillofacial Surgery, 3rd Ed Catatan tentang scenario :
  • 2. Diagnosis : mucocole Mucocele adalah lesi yang umum ditemukan pada mukosa oral dan merupakan lesi jinak kelenjar saliva yang paling sering ditemukan pada rongga mulut. Insiden mucocele sering ditemukan karena adanya trauma pada kelenjar saliva minor. Gambaran lesi yang sangat khas menunjukkan bahwa diagnosis klinisnya sesuai dengan diagnosis histopatologis setelah lesi dibiopsi. Lokasi yang paling umum lesi adalah pada bibir khususnya pada bibir bawah, tetapi dapat juga terjadi pada mukosa bukal, lidah dan palatum. Mucocele adalah istilah klinis yang digunakan untuk menggambarkan pembengkakan yang disebabkan oleh pengumpulan air liur dari minor yang parah atau terhambat saluran kelenjar ludah. Itu sendiri membatasi lendir yang mengandung kista kelenjar ludah yang biasa terjadi di rongga mulut, dengan onset yang relatif cepat dan dengan ukuran yang berfluktuasi. Penurunan ukuran mungkin karena pecahnya lesi dan akumulasi musin berikutnya atau reabsorpsi air liur deposito dapat menyebabkan lesi untuk reformasi. Sebagian besar OM tidak memiliki lapisan epitel atau ditutupi oleh jaringan granulasi. Mukokel oral bisa tunggal atau beberapa sering pecah dan meninggalkan erosi yang sedikit menyakitkan yang biasanya sembuh dalam beberapa hari. Durasi lesi tidak konstan, dari beberapa hari sampai 3 tahun. Kemudian presentasi klinis dapat bervariasi tergantung pada kedalaman lesi. Lesi terletak langsung di bawah selaput lendir (superfisial) mukokel) atau di submukosa atas (mukokel klasik). Mukokel oral dapat ditemukan baik sebagai vesikel berisi cairan atau lepuh di mukosa superfisial atau sebagai nodul berfluktuasi jauh di dalam jaringan ikat. Drainase spontan dari musin yang terinspasitasi, terutama pada lesi superfisial diikuti oleh kekambuhan berikutnya, dapat terjadi. Permukaan lesi lama dapat menunjukkan fibrosis. Etiologi OM tidak jelas. Trauma dan obstruksi saluran kelenjar ludah dianggap sebagai faktor penting. Anehnya, dalam sebagian besar kasus kami, kami tidak dapat memperoleh penyebab mukokel, meskipun menggigit bibir dan riwayat trauma didirikan dalam beberapa kasus, Mukokel oral kelenjar ludah minor jarang lebih besar dari 1,5 cm dan selalu superfisial. Mukokel ditemukan di daerah yang lebih dalam biasanya lebih besar. Itu secara signifikan mencatat dalam penelitian ini bahwa sebagian besar mukokel memiliki diameter mulai dari 5 hingga 14 mm. Jenis histopatologi mukokel termasuk yang paling ekstravasasi umum dan yang lebih jarang, varian retensi. Aspek histopatologi dari lesi ini berkisar dari akut, peradangan bercampur dengan pengumpulan lendir untuk pola lesi matur dengan jumlah lendir yang sedikit dan fibrosis jaringan ikat. Lesi mungkin menunjukkan hiperplastik epitel skuamosa berlapis parakeratin, kistik kecil ruang yang mengandung musin dan mukus (sel berisi, area tumpah) musin yang dikelilingi oleh jaringan granulasi dan sel sebasea dalam jaringan ikat [Gambar 8]. Adanya kelenjar ludah jaringan dan sialomusin adalah diagnostik. Usia, jenis kelamin dan lisan situs berbeda sesuai dengan jenis OM. Studi kami mencatat bahwa 84,48% kasus memiliki tipe ekstravasasi dan lebih banyak terjadi pada kelompok usia 15-24 tahun dan bibir bawah.
  • 3. Anamnesis menyeluruh dan pemeriksaan lesi adalah penting untuk mendiagnosis OM dengan benar. Meskipun diagnosis adalah terutama klinis, anamnesis harus dilakukan dengan benar untuk mencari trauma. Munculnya mukokel adalah patognomonik, dan poin-poin berikut sangat penting: Lokasi, riwayat trauma, kemunculan cepat, variasi dalam ukuran, warna kebiruan dan konsistensi. Mukokel adalah lesi yang dapat bergerak dengan konsistensi lunak dan elastis tergantung pada seberapa banyak jaringan yang ada di atas lesi. Meskipun berfluktuasi ini, mukokel yang dikeringkan tidak akan berfluktuasi dan mukokel kronis dengan fibrosis yang berkembang akan memiliki lebih sedikit fluktuasi. Untuk kasus tertentu, diagnosis mungkin memerlukan radiografi rutin, ultrasonografi atau diagnostik lanjutan metode - computed tomography dan resonansi magnetic pencitraan untuk memvisualisasikan bentuk, diameter, posisi dengan lebih baik dan penentuan asal lesi. Aspirasi jarum halus adalah teknik diagnostik yang berguna untuk mengevaluasi pasien dengan nodul dan pembesaran kelenjar ludah, terutama Ketika diagnosis banding lesi angiomatous terlibat. Kandungan amilase dan protein yang tinggi dapat diungkapkan oleh analisis kimia. Mucocele oral harus dibedakan dari lipoma, oral hemangioma oral( tumor jinak rongga mulut terjadi karena proliferasi dari sel-sel endotelium pembuluh darah. Bibir merupakan lokasi hemangioma rongga mulut yang biasa ditemukan.), limfangioma oral, jinak atau ganas neoplasma kelenjar ludah, varix vena, fibroma iritasi, kista limfoepitel oral, kista gingiva orang dewasa, lunak abses jaringan, sistiserkosis, granuloma piogenik, dll mukokel superfisial dapat dikacaukan dengan sikatrikal pemfigoid, lichen planus bulosa, dll. Perawatan untuk OM harus berupa eksisi lengkap, marsupialisasi, pembedahan, cryosurgery, karbon dioksida laser, elektrokauter, injeksi sklerosis intra-lesi agen OK- 432 atau injeksi steroid. Namun, kekambuhan bisa terjadi dan intervensi bedah baru diperlukan. Conclusion Penyakit kelenjar ludah non-neoplastik menimbulkan tantangan diagnostik dan terapeutik bagi dokter karena: kemiripan yang dekat dari presentasi klinis meskipun berbeda etiologi seperti proses inflamasi reaksional, gangguan metabolisme dan kekebalan, infeksi dan respons iatrogenik. Dengan demikian, pengetahuan klinis tentang lesi oral, juga sebagai penentuan aspek yang terkait dengan etiopatogenesis lesi ini, diperlukan untuk diagnosis yang benar dan untuk indikasi pengobatan yang tepat.
  • 4. Artinya: Photomicrograph menunjukkan hiperplastik parakeratinized bertingkat epitel skuamosa dengan jaringan ikat di bawahnya (pewarnaan a - H&E, ×100), photomicrograph menunjukkan ruang kistik kecil yang mengandung musin dan sel berisi mukus, beberapa sel sebasea yang tersusun dalam kelompok dan area musin yang tumpah yang dikelilingi oleh jaringan granulasi terlihat jelas di bagian yang lebih dalam jaringan ikat (panah putih) (b - pewarnaan H&E, ×200) Sumber : More, C. B., Bhavsar, K., Varma, S., & Tailor, M. (2014). Oral mucocele: a clinical and histopathological study. Journal of oral and maxillofacial pathology: JOMFP, 18(Suppl 1), S72. 1. Macam-macam pemeriksaan patologi anatomi rongga mulut dan maksilofasial Patologi berkembang terus sehingga terdapat beberapa kategori, seperti:  Sitopatologi – Disebut juga sitologi, yaitu mempelajari dan mendiagnosa penyakit seluler. Banyak digunakan untuk diagnosa kanker serta kondisi infeksi dan peradangan lainnya.  Dermatopatologi – Cabang ini berfokus pada segala hal mengenai kulit, sebagai organ dan juga penyakit yang terdapat pada kulit.  Patologi forensik – Tujuan utama patologi forensik adalah menentukan penyebab kematian seseorang. Hal ini dilakukan dengan memeriksa jaringan, menafsirkan hasil laboratorium toksikologi, dan memeriksa trauma fisik.
  • 5.  Histopatologi – Cabang ini memeriksa berbagai jaringan tubuh manusia dengan mikroskop. Jaringan yang dipelajari adalah sampel biopsi dan spesimen dari pembedahan.  Neuropatologi – Cabang ini mempelajari penyakit yang mempengaruhi jaringan di sistem saraf.  Patologi paru – Cabang ini mendiagnosa penyakit yang mempengaruhi paru-paru dengan mempelajari spesimen yang diambil dari tubuh melalui biopsi transbronkial bronkoskopik atau biopsi melalui kulit dengan panduan CT.  Patologi ginjal – Berfokus pada penyakit ginjal, patolog ginjal dapat membantu ahli ginjal dan ahli transplantasi menganalisa spesimen yang diperoleh melalui biopsi ginjal. Analisa bisa dilakukan melalui mikroskop, mikroskop elektron, atau melalui imunofloresensi.  Patologi bedah – Patologi bedah mempelajari spesimen bedah dengan kombinasi analisa secara anatomis dan histologis.  Hematopatologi – Ilmu ini khusus mempelajari penyakit yang mempengaruhi sel darah merah, sel darah putih, dan trombosit. Organ utama yang dipelajari adalah organ yang berperan pada produksi darah, seperti sumsum tulang, limfonodus, limpa, timus, dan jaringan limfoid.  Patologi molekuler – Cabang patologi ini mempelajari dan mendiagnosa molekul yang menyusun berbagai organ dan jaringan tubuh.  Patologi mulut dan maksilofasial – Termasuk salah satu dari sembilan spesialisasi ilmu kedokteran gigi. Patologi mulut mempelajari penyakit yang mempengaruhi rongga mulut dan struktur sekitarnya. Sumber : -Robbins, Stanley. (2010). “Robbins and Cotran Pathologic Basis of Disease.” -Rothstein W. (1979). “Pathology: The Evolution of a Specialty in American Medicine.” Medical Care. -Long E. (1965). “History of Pathology.” -Machevsky A, Wick MR. (2004). “Evidence-based Medicine, Medical Decision Analysis, and Pathology.” Human Pathology. Dalam mempelajari penyakit, patolog berfokus pada empat komponen, yaitu:
  • 6.  Penyebab – Dalam ilmu kedokteran disebut juga etiologi penyakit, patolog harus memikirkan dan menentukan penyebab suatu penyakit yang sebenarnya. Pada kasus patologi forensik yang mempelajari jenazah seseorang, tujuannya adalah menentukan penyebab kematian.  Mekanisme perkembangan – Disebut juga sebagai patogenesis penyakit, mengacu pada mekanisme biologis yang menyebabkan tubuh seseorang menjadi tidak baik atau tidak sehat, mulai dari tahap awal penyakit, perkembangan, sampai ke tingkatannya, seperti apakah penyakit tersebut termasuk akut, berulang, atau kronis. Singkatnya, patogenesis mempelajari proses. Patogenesis lain untuk suatu penyakit disebut patogenesis bakterial, yang mempelajari cara bakteri untuk dapat menyebabkan suatu penyakit tertentu. Jenis patogenesis lainnya adalah infeksi mikroba, keganasan jaringan, atau peradangan.  Perubahan struktur sel – Disebut juga sebagai perubahan morfologi, patologi ini mempelajari cara suatu penyakit yang dapat membuat perubahan pada sel tubuh atau perubahan struktural yang disebabkan oleh penyakit tersebut di tingkat seluler.  Manifestasi klinis – Komponen patologi ini merujuk pada hal-hal yang terjadi sebagai akibat perubahan seluler yang disebabkan oleh suatu penyakit, atau efek langsung penyakit tersebut pada tubuh. 2. Mampu menjelaskan prinsip penggunaan berbagai prosedur penyimpanan spesimen untuk pemeriksaan penunjang kelainan / penyakit rongga mulut