1. Eva Rosita
19/442787/PN/16193
Tanah di daerah Klaten
A. Jenis tanah di Klaten
1. Litosol
Bahan induk dari skis kristalin dan batu tulis terdapat di daerah Kecamatan Bayat.
2. Regosol Kelabu
Bahan induk abu dan pasir vulkanik termedier terdapat di Kecamatan Cawas, Trucuk,
Klaten Tengah, Kalikotes, Kebonarum, Klaten Selatan, Karangnongko, Ngawen, Klaten Utara,
Ceper, Pedan, Karangdowo, Juwiring, Wonosari, Delanggu, Polanharjo, Karanganom, Tulung
dan Jatinom.
3. Grumusol Kelabu Tua:
Bahan induk berupa abu dan pasir vulkanik termedier terdapat didaerah Kecamatan Bayat,
Cawas sebelah selatan.
4. Kompleks Regosol Kelabu dan Kelabu Tua:
Bahan induk berupa batu Kapur napal terdapat di daerah Kecamatan Klaten Tengah dan
Kalikotes sebelah selatan.
5. Regosol Coklat Ke kelabuan:
Bahan induk berupa abu dan pasir vulkanik termedier terdapat di daerah Kecamatan
Kemalang, Manisrenggo, Prambanan, Jogonalan, Gantiwarno dan Wedi.
B. Karakteristik tanah
Karakteristik tanah litosol
Mempunyai lapisan bumi yang tidak terlalu tebal, yaitu hanya mencapai 45 cm saja
2. Merupakan jenis tanah baru. Dikatakan sebagai anak baru karena tanah ini terbentuk
ketika batuan belum sempurna mengalami pelapukan.
Mempunyai penampang yang besar, berbentuk kerikil, pasir, dan bebatuan kecil
Megalami perubahan struktur atau profil dari batuan asal
Mempunyai kandungan unsur hara yang sedikit sekali
Terbentuk dari proses meletusnya gunung berapi
Memiliki tekstur tanah yang bervariasi
Memiliki kesuburan tanah yang bervariasi (baca: tanah yang subur dan tidak subur)
Dibawah ini adalah beberapa ciri dari jenis tanah regosol :
Awal pembentukan materialnya dari sebuah kejadian erupsi gunung berapi, seperti abu,
pasir, kerikil, dll.
Ragam warna yang dimiliki biasanya berawal dari warna yang kemerahan, kekuning-
kuningan, sampai keabu-abuan.
Biasanya memiliki butir-butir kasar atau teksturnya yang kasar.
Memiliki sebuah unsur hara serta memiliki tingkat kesuburan yang sangat bagus.
Kandungan dari bahan organiknya biasanya memiliki kadar yang rendah.
Memiliki daya serap air yang cukup baik.
Tempatnya di lereng gunung berapi.
Sensitif terhadap erosi.
Karakteristik tanah grumusol:
Tekstur tanahnya kering dan mudah pecah terutama saat musim kemarau dan memiliki
warna hitam. Ph yang dimiliki netral hingga alkalis. Tanah ini biasanya berada di permukaan
yang tidak lebih dari 300 meter dari permukaan laut dan memiliki bentuk topografi datar hingga
bergelombang. Perubahan suhu pada daerah yang terdapat tanah grumusol sangat nyata ketika
panas dan hujan.
Dari kondisi Kabupaten Klaten wilayahnya dapat ditemui 2 endapan yaitu :
a.Endapan Vulaknik Gunung Merapi. Endapan ini merupakan hasil erupsi Gunung Merapi
yang menghampar sampai ke tenggara Kabupaten Klaten. Ketebalan endapan di bagian puncak
berkisar antara 0,1 – 6,5 meter, sedangkan pada lerengnya berkisar antara 0,5 – 1,0 meter.
3. Endapan vuklanik ini umumnya berupa pasir, krikil, berangkal dan bongkah-bongkah batuan
beku. Daerah penyebaran endapan vulkanik ini relative sangat subur.
b.Endapan Alluvial Secara umum endapan ini berupa sungai maupun endapan hasil
transportasi yang berasal dari pelapukan batu-batuan yang lebih tua. Penyebaran endapan
sungai ini terdapat di kali Dengkeng dan sekitarnya berupa : lempung, pasir kerikil dan kerakal.
C. Kondisi pertanian di Klaten
Melihat keadaan alamnya yang sebagian besar adalah dataran rendah dan didukung dengan
banyaknya sumber air, maka daerah Kabupaten Klaten merupakan daerah pertanian yang
potensial disamping penghasil kapur, batu kali dan pasir yang berasal dari Gunung Merapi.
Akan tetapi, ada masalah yang dihadapi, yaitu penurunan lahan luas sawah dan perubahan
penggunaan lahan pertanian ke non pertanian.
Menurut tabel tiga, luas sawah di Kabupaten Klaten cenderung menurun. Penurunan
luas sawah paling banyak terjadi pada tahun 2015, yakni sebanyak 109 ha. Penunan luas sawah
yang terjadi terus menerus mengakibatkan menurunnya produktivitas pertanian. Lahan
pertanian bukan dawah digunakan untuk tegal, kebun, tambak, kolam, empang dan lain
sebagainya. Lahan bukan pertanian digunakan untuk bangunan, hutan negara, rawa-rawa dan
lain sebaginya.
4. Menurut tabel empat, perubahan penggunaan lahan pertanian ke non pertanian paling
banyak Diperuntukkan sebagai perumahan. Hal ini disebabkan karena jumlah penduduk di
Kabupaten Klaten meningkat sehingga kebutuhan rumah juga meningkat. Perubahan
penggunaan lahan pertanian ke non pertanian paling banyak terjadi pada tahun 2013 dengan
luas 79, 769 ha.
Dengan demikian, dapat dikatakan bahwa kondisi pertanian di Klaten sudah baik,
didukung dengan kondisi tanahnya yang cocok untuk pertanian dan air yang mencukupi untuk
irigasi. Akan tetapi, masih ada permasalahan yaitu lahan sawah yang berkurang dan
pengalihfungsian lahan pertanian menjadi non pertanian. Permasalahan tersebut sebenarnya
bukan hanya ada di Klaten saja, tetapi juga di daerah lain.
Daftar Pustaka
Geografi Dan Topografi Kabupaten Klaten, https://klatenkab.go.id/geografi-dan-topografi-
kabupaten-klaten/. Diakses pada 28 April 2020
Gambaran Umum Kabupaten Klaten
http://ppsp.nawasis.info/dokumen/perencanaan/sanitasi/pokja/bp/kab.klaten/Draft%20BAB%
20II%20BPS%20Klaten.pdf. Diakses pada 28 April 2020
Keadaan Umum Wilayah
http://repository.umy.ac.id/bitstream/handle/123456789/22809/BAB%20IV.pdf?sequence=8
&isAllowed=y. Diakses pada 28 April 2020
Tanah Litosol : Pengertian Karakteristik, dan Pemanfaatannya, https://ilmugeografi.com/ilmu-
bumi/tanah/tanah-litosol. Diakses pada 28 April 2020
5. 28 Jenis Jenis Tanah di Indonesia : Manfaat, Persebaran, Gambarnya
https://ilmugeografi.com/ilmu-bumi/tanah/jenis-jenis-tanah. Diakses pada 28 April 2020