SlideShare a Scribd company logo
ANALISIS SATUAN KEMAMPUAN LAHAN (SKL)
1. Analisis Satuan Kemampuan Lahan (SKL) Morfologi
Tujuan analisis SKL Morfologi adalah memilah bentuk bentang alam/morfologi pada
wilayah dan/atau kawasan perencanaan yang mampu untuk dikembangkan sesuai
dengan fungsinya. Dalam analisis SKL Morfologi melibatkan data masukan berupa
peta morfologi dan peta kelerengan dengan keluaran peta SKL Morfologi dengan
penjelasannya. Hasil analisis SKL Morfologi dapat dilihat dalam tabel
Tabel 4.1
Analisis SKL Morfologi
No.
Peta Morfologi
Peta
Kelerengan
SKL Morfologi Nilai
1 Bergunung > 40 %
Kemampuan lahan dari
morfologi tinggi
1
2
Berbukit,
bergelombang
15 – 40 %
Kemampuan lahan dari
morfologi cukup
2
3 Berombak 8 – 15 %
Kemampuan lahan dari
morfologi sedang
3
4 Landai 2 – 8 %
Kemampuan lahan dari
morfologi kurang
4
5 Datar 0 – 2 %
Kemampuan lahan dari
morfologi rendah
5
Sumber : Hasil Analisis Tahun 2016
2. Analisis Satuan Kemampuan Lahan (SKL) Kemudahan Dikerjakan
Tujuan analisis SKL Kemudahan Dikerjakan adalah untuk mengetahui tingkat
kemudahan lahan di wilayah dan/atau kawasan untuk digali/dimatangkan dalam
proses pembangunan/ pengembangan kawasan. Dalam analisis ini membutuhkan
masukan berupa peta topografi, peta morfologi, peta kemiringan lereng, peta jenis
tanah, peta penggunaan lahan eksisting, dengan keluaran peta SKL Kemudahan
Dikerjakan dan penjelasannya. Sebelum melakukan analisis SKL Kemudahan
Dikerjakan, terlebih dahulu harus diketahui penjelasan dari data yang terlibat dalam
analisa yaitu jenis tanah
Dalam analisis ini, akan ditinjau faktor pembentukan tanah dari aspek waktu
pembentukkannya di mana tanah merupakan benda alam yang terus menerus
berubah, akibat pelapukan dan pencucian yang terus menerus. Oleh karena itu tanah
akan menjadi semakin tua dan kurus. Mineral yang banyak mengandung unsur hara
telah habis mengalami pelapukan sehingga tinggal mineral yang sukar lapuk seperti
kuarsa. Karena proses pembentukan tanah yang terus berjalan, maka induk tanah
berubah berturut-turut menjadi tanah muda, tanah dewasa, dan tanah tua. Tanah
Muda ditandai oleh proses pembentukan tanah yang masih tampak pencampuran
antara bahan organik dan bahan mineral atau masih tampak struktur bahan
induknya. Contoh tanah muda adalah tanah aluvial, regosol dan litosol. Tanah
Dewasa ditandai oleh proses yang lebih lanjut sehingga tanah muda dapat berubah
menjadi tanah dewasa, yaitu dengan proses pembentukan horison B. Contoh tanah
dewasa adalah andosol, latosol, grumosol. Tanah Tua proses pembentukan tanah
berlangsung lebih lanjut sehingga terjadi proses perubahan-perubahan yang nyata
pada horizon-horoson A dan B. Akibatnya terbentuk horizon A1, A2, A3, B1, B2, B3.
Contoh tanah pada tingkat tua adalah jenis tanah podsolik dan latosol tua (laterit).
Tabel 4.3
Penjelasan Jenis Tanah dan Sifat-Sifat yang Dibawanya dalam Analisis SKL Kemudahan
Dikerjakan
No.
Jenis
Tanah
Sifat Nilai
1. Alluvial
Jenis tanah ini masih muda, belum mengalami
perkembangan, berasal dari bahan induk aluvium, tekstur
beraneka ragam, belum terbentuk struktur , konsistensi
dalam keadaan basah lekat, pH bermacam-macam,
kesuburan sedang hingga tinggi. Penyebarannya di daerah
dataran aluvial sungai, dataran aluvial pantai dan daerah
cekungan (depresi). (Suhendar, Soleh)
5
2. Andosol
Jenis tanah mineral yang telah mengalami perkembangan
profil, solum agak tebal, warna agak coklat kekelabuan
3
No.
Jenis
Tanah
Sifat Nilai
hingga hitam, kandungan organik tinggi, tekstur geluh
berdebu, struktur remah, konsistensi gembur dan bersifat
licin berminyak (smeary), kadang-kadang berpadas lunak,
agak asam, kejenuhan basa tinggi dan daya absorpsi
sedang, kelembaban tinggi, permeabilitas sedang dan peka
terhadap erosi. Tanah ini berasal dari batuan induk abu
atau tuf vulkanik. (Suhendar, Soleh)
3. Gleisol
Tanah yang baru terbentuk, perkembangan horison tanah
belum terlihat secara jelas. Tanah entisol umumnya
dijumpai pada sedimen yang belum terkonsolidasi, seperti
pasir, dan beberapa memperlihatkan horison diatas
lapisan batuan dasar. (Djauhari, Noor)
4
4. Grumosol
Tanah mineral yang mempunyai perkembangan profil,
agak tebal, tekstur lempung berat, struktur kersai
(granular) di lapisan atas dan gumpal hingga pejal di
lapisan bawah, konsistensi bila basah sangat lekat dan
plastis, bila kering sangat keras dan tanah retak-retak,
umumnya bersifat alkalis, kejenuhan basa, dan kapasitas
absorpsi tinggi, permeabilitas lambat dan peka erosi. Jenis
ini berasal dari batu kapur, mergel, batuan lempung atau
tuf vulkanik bersifat basa. Penyebarannya di daerah iklim
sub humid atau sub arid, curah hujan kurang dari 2500
mm/tahun. (Suhendar, Soleh)
2
5. Latosol
Jenis tanah ini telah berkembang atau terjadi diferensiasi
horizon, kedalaman dalam, tekstur lempung, struktur
remah hingga gumpal, konsistensi gembur hingga agak
teguh, warna coklat merah hingga kuning. Penyebarannya
di daerah beriklim basah, curah hujan lebih dari 300 –
1000 meter, batuan induk dari tuf, material vulkanik,
breksi batuan beku intrusi. (Suhendar, Soleh)
2
6. Litosol
Tanah mineral tanpa atau sedikit perkembangan profil,
batuan induknya batuan beku atau batuan sedimen keras,
kedalaman tanah dangkal (< 30 cm) bahkan kadang-
kadang merupakan singkapan batuan induk (outerop).
Tekstur tanah beranekaragam, dan pada umumnya
berpasir, umumnya tidak berstruktur, terdapat kandungan
batu, kerikil dan kesuburannya bervariasi. Tanah litosol
dapat dijumpai pada segala iklim, umumnya di topografi
berbukit, pegunungan, lereng miring sampai curam.
(Suhendar, Soleh)
4
7. Mediteran
Tanah mempunyai perkembangan profil, solum sedang
hingga dangkal, warna coklat hingga merah, mempunyai
1
No.
Jenis
Tanah
Sifat Nilai
horizon B argilik, tekstur geluh hingga lempung, struktur
gumpal bersudut, konsistensi teguh dan lekat bila basah,
pH netral hingga agak basa, kejenuhan basa tinggi, daya
absorpsi sedang, permeabilitas sedang dan peka erosi,
berasal dari batuan kapur keras (limestone) dan tuf
vulkanis bersifat basa. Penyebaran di daerah beriklim sub
humid, bulan kering nyata. Curah hujan kurang dari 2500
mm/tahun, di daerah pegunungan lipatan, topografi Karst
dan lereng vulkan ketinggian di bawah 400 m. Khusus
tanah mediteran merah – kuning di daerah topografi Karst
disebut terra rossa. (Suhendar, Soleh)
8. Non Cal 3
9. Regosol
Jenis tanah ini masih muda, belum mengalami diferensiasi
horizon, tekstur pasir, struktur berbukit tunggal,
konsistensi lepas-lepas, pH umumnya netral, kesuburan
sedang, berasal dari bahan induk material vulkanik
piroklastis atau pasir pantai. Penyebarannya di daerah
lereng vulkanik muda dan di daerah beting pantai dan
gumuk-gumuk pasir pantai. (Suhendar, Soleh)
4
Sumber : Hasil Analisa Tahun 2016
Tabel 4.4
Analisis SKL Kemudahan Dikerjakan
No.
Peta
Morfologi
Peta
Kelerengan
Peta
Ketinggian
Peta Jenis
Tanah
Peta
Penggunaan
Lahan
Eksisting
SKL
Kemudahan
Dikerjakan
Nilai
1. Bergunung > 40 % >3000 m Mediteran Hutan
Kemudahan
dikerjakan
rendah
1
2.
Berbukit,
bergelomban
15 – 40 %
2000 –
3000 m
Latosol
Pertanian,
Perkebunan,
Kemudahan
dikerjakan
2
No.
Peta
Morfologi
Peta
Kelerengan
Peta
Ketinggian
Peta Jenis
Tanah
Peta
Penggunaan
Lahan
Eksisting
SKL
Kemudahan
Dikerjakan
Nilai
g Pertanian
tanah kering
semusim
kurang
3. Berombak 8 – 15 %
1000 –
2000 m
Andosol
Semak
belukar
Kemudahan
dikerjakan
sedang
3
4. Landai 2 – 8%
500 – 1000
m
Regosol
Tegalan,
Tanah
kosong
Kemudahan
dikerjakan
cukup
4
5. Datar 0 – 2 % 0 – 500 m Alluvial Permukiman
Kemudahan
dikerjakan
tinggi
5
Sumber : Hasil Analisis Tahun 2016
3. Analisis Satuan Kemampuan Lahan (SKL) Kestabilan Lereng
Tujuan analisis SKL Kestabilan Lereng adalah untuk mengetahui tingkat kemantapan
lereng di wilayah pengembangan dalam menerima beban. Dalam analisis ini
membutuhkan masukan berupa peta topografi, peta morfologi, peta kemiringan
lereng, peta jenis tanah, peta hidrogeologi, peta curah hujan, peta bencana alam
(rawan bencana gunung berapi dan kerentanan gerakan tanah) dan peta penggunaan
lahan, dengan keluaran peta SKL Kestabilan Lereng dan penjelasannya. Sebelum
melakukan analisis SKL Kestabilan Lereng, terlebih dahulu harus diketahui penjelasan
dari data yang terlibat dalam analisa yaitu jenis tanah.
Tabel 4.6
Penjelasan Jenis Tanah dan Sifat-Sifat yang Dibawanya dalam Analisis SKL Kestabilan Lereng
No.
Jenis
Tanah
Sifat Nilai
1. Alluvial
Jenis tanah ini masih muda, belum mengalami
perkembangan, berasal dari bahan induk aluvium,
tekstur beraneka ragam, belum terbentuk struktur ,
konsistensi dalam keadaan basah lekat, pH
bermacam-macam, kesuburan sedang hingga tinggi.
Penyebarannya di daerah dataran aluvial sungai,
dataran aluvial pantai dan daerah cekungan
(depresi). (Suhendar, Soleh)
2
2. Andosol
Jenis tanah mineral yang telah mengalami
perkembangan profil, solum agak tebal, warna agak
coklat kekelabuan hingga hitam, kandungan organik
tinggi, tekstur geluh berdebu, struktur remah,
konsistensi gembur dan bersifat licin berminyak
(smeary), kadang-kadang berpadas lunak, agak asam,
kejenuhan basa tinggi dan daya absorpsi sedang,
kelembaban tinggi, permeabilitas sedang dan peka
terhadap erosi. Tanah ini berasal dari batuan induk
abu atau tuf vulkanik. (Suhendar, Soleh)
1
3. Gleisol
Tanah yang baru terbentuk, perkembangan horison
tanah belum terlihat secara jelas. Tanah entisol
umumnya dijumpai pada sedimen yang belum
terkonsolidasi, seperti pasir, dan beberapa
memperlihatkan horison diatas lapisan batuan dasar.
(Djauhari, Noor)
2
4. Grumosol
Tanah mineral yang mempunyai perkembangan
profil, agak tebal, tekstur lempung berat, struktur
kersai (granular) di lapisan atas dan gumpal hingga
pejal di lapisan bawah, konsistensi bila basah sangat
lekat dan plastis, bila kering sangat keras dan tanah
retak-retak, umumnya bersifat alkalis, kejenuhan
basa, dan kapasitas absorpsi tinggi, permeabilitas
lambat dan peka erosi. Jenis ini berasal dari batu
kapur, mergel, batuan lempung atau tuf vulkanik
bersifat basa. Penyebarannya di daerah iklim sub
humid atau sub arid, curah hujan kurang dari 2500
mm/tahun. (Suhendar, Soleh)
3
No.
Jenis
Tanah
Sifat Nilai
5. Latosol
Jenis tanah ini telah berkembang atau terjadi
diferensiasi horizon, kedalaman dalam, tekstur
lempung, struktur remah hingga gumpal, konsistensi
gembur hingga agak teguh, warna coklat merah
hingga kuning. Penyebarannya di daerah beriklim
basah, curah hujan lebih dari 300 – 1000 meter,
batuan induk dari tuf, material vulkanik, breksi
batuan beku intrusi. (Suhendar, Soleh)
5
6. Litosol
Tanah mineral tanpa atau sedikit perkembangan
profil, batuan induknya batuan beku atau batuan
sedimen keras, kedalaman tanah dangkal (< 30 cm)
bahkan kadang-kadang merupakan singkapan batuan
induk (outerop). Tekstur tanah beranekaragam, dan
pada umumnya berpasir, umumnya tidak
berstruktur, terdapat kandungan batu, kerikil dan
kesuburannya bervariasi. Tanah litosol dapat
dijumpai pada segala iklim, umumnya di topografi
berbukit, pegunungan, lereng miring sampai curam.
(Suhendar, Soleh)
4
7. Mediteran
Tanah mempunyai perkembangan profil, solum
sedang hingga dangkal, warna coklat hingga merah,
mempunyai horizon B argilik, tekstur geluh hingga
lempung, struktur gumpal bersudut, konsistensi
teguh dan lekat bila basah, pH netral hingga agak
basa, kejenuhan basa tinggi, daya absorpsi sedang,
permeabilitas sedang dan peka erosi, berasal dari
batuan kapur keras (limestone) dan tuf vulkanis
bersifat basa. Penyebaran di daerah beriklim sub
humid, bulan kering nyata. Curah hujan kurang dari
2500 mm/tahun, di daerah pegunungan lipatan,
topografi Karst dan lereng vulkan ketinggian di
bawah 400 m. Khusus tanah mediteran merah –
kuning di daerah topografi Karst disebut terra rossa.
(Suhendar, Soleh)
3
8. Non Cal 3
9. Regosol
Jenis tanah ini masih muda, belum mengalami
diferensiasi horizon, tekstur pasir, struktur berbukit
tunggal, konsistensi lepas-lepas, pH umumnya netral,
kesuburan sedang, berasal dari bahan induk material
vulkanik piroklastis atau pasir pantai. Penyebarannya
di daerah lereng vulkanik muda dan di daerah beting
pantai dan gumuk-gumuk pasir pantai. (Suhendar,
2
No.
Jenis
Tanah
Sifat Nilai
Soleh)
Sumber : Hasil Analisis Tahun 2016
Tabel 4.7
Analisis SKL Kestabilan Lereng
No. Peta Morfologi
Peta
Keleren
gan
Peta
Ketinggian
Peta
Jenis
Tanah
Peta
Penggunaan
Lahan
Eksisting
Peta Curah
Hujan
Peta
Kerentanan
Gerakan
Tanah
SKL Kestabilan
Lereng
Nilai
1 Bergunung > 40 % >3000 m Andosol
Tegalan,
Tanah
kosong
> 3000
mm/tahun
sangat rawan
Kestabilan lereng
rendah
1
2
Berbukit,
Bergelombang
15 – 40
%
2000 – 3000
m
Regosol,
Alluvial
Semak
belukar
1500 –3000
mm/tahun
Rawan
Kestabilan lereng
kurang
2
3 Berombak 8 – 15 %
1000 – 2000
m
Mediter
an
Hutan
1000 – 1500
mm/tahun
agak rawan
Kestabilan lereng
sedang
3
4 Landai 2 – 8 %
500 – 1000
m
Pertanian,
Perkebunan,
Pertanian
tanah kering
semusim
< 1000
mm/tahun
Aman
Kestabilan lereng
tinggi
4
5 Datar 0 – 2 % 0 – 500 m Latosol
Permukima
n
Aman
5
Sumber : Hasil Analisis Tahun 2016
4. Analisis Satuan Kemampuan Lahan (SKL) Kestabilan Pondasi
Tujuan analisis SKL Kestabilan Pondasi adalah untuk mengetahui tingkat kemampuan
lahan untuk mendukung bangunan berat dalam pengembangan perkotaan, serta
jenis-jenis pondasi yang sesuai untuk masing-masing tingkatan. Dalam analisis ini
membutuhkan masukan berupa peta SKL kestabilan lereng, peta jenis tanah, peta
kedalaman efektif tanah, peta tekstur tanah, peta hidrogeologi dan peta penggunaan
lahan eksisting dengan keluaran peta SKL Kestabilan Pondasi dan penjelasannya.
Sebelum melaksanakan analisis SKL Kestabilan pondasi, harus diketahui terlebih
dahulu sifat faktor pendukungnya terhadap analisis kestabilan pondasi meliputi jenis
tanah.
Tabel 4.9
Penjelasan Jenis Tanah dan Sifat-Sifat yang Dibawanya dalam Analisis Kestabilan Pondasi
No.
Jenis
Tanah
Sifat Nilai
1. Alluvial
Jenis tanah ini masih muda, belum mengalami
perkembangan, berasal dari bahan induk aluvium,
tekstur beraneka ragam, belum terbentuk struktur ,
konsistensi dalam keadaan basah lekat, pH
bermacam-macam, kesuburan sedang hingga tinggi.
Penyebarannya di daerah dataran aluvial sungai,
dataran aluvial pantai dan daerah cekungan
(depresi). (Suhendar, Soleh)
1
2. Andosol
Jenis tanah mineral yang telah mengalami
perkembangan profil, solum agak tebal, warna agak
coklat kekelabuan hingga hitam, kandungan organik
tinggi, tekstur geluh berdebu, struktur remah,
konsistensi gembur dan bersifat licin berminyak
(smeary), kadang-kadang berpadas lunak, agak asam,
kejenuhan basa tinggi dan daya absorpsi sedang,
kelembaban tinggi, permeabilitas sedang dan peka
terhadap erosi. Tanah ini berasal dari batuan induk
abu atau tuf vulkanik. (Suhendar, Soleh)
2
3. Gleisol
Tanah yang baru terbentuk, perkembangan horison
tanah belum terlihat secara jelas. Tanah entisol
umumnya dijumpai pada sedimen yang belum
terkonsolidasi, seperti pasir, dan beberapa
memperlihatkan horison diatas lapisan batuan dasar.
(Djauhari, Noor)
2
No.
Jenis
Tanah
Sifat Nilai
4. Grumosol
Tanah mineral yang mempunyai perkembangan
profil, agak tebal, tekstur lempung berat, struktur
kersai (granular) di lapisan atas dan gumpal hingga
pejal di lapisan bawah, konsistensi bila basah sangat
lekat dan plastis, bila kering sangat keras dan tanah
retak-retak, umumnya bersifat alkalis, kejenuhan
basa, dan kapasitas absorpsi tinggi, permeabilitas
lambat dan peka erosi. Jenis ini berasal dari batu
kapur, mergel, batuan lempung atau tuf vulkanik
bersifat basa. Penyebarannya di daerah iklim sub
humid atau sub arid, curah hujan kurang dari 2500
mm/tahun. (Suhendar, Soleh)
3
5. Latosol
Jenis tanah ini telah berkembang atau terjadi
diferensiasi horizon, kedalaman dalam, tekstur
lempung, struktur remah hingga gumpal, konsistensi
gembur hingga agak teguh, warna coklat merah
hingga kuning. Penyebarannya di daerah beriklim
basah, curah hujan lebih dari 300 – 1000 meter,
batuan induk dari tuf, material vulkanik, breksi
batuan beku intrusi. (Suhendar, Soleh)
5
6. Litosol
Tanah mineral tanpa atau sedikit perkembangan
profil, batuan induknya batuan beku atau batuan
sedimen keras, kedalaman tanah dangkal (< 30 cm)
bahkan kadang-kadang merupakan singkapan batuan
induk (outerop). Tekstur tanah beranekaragam, dan
pada umumnya berpasir, umumnya tidak
berstruktur, terdapat kandungan batu, kerikil dan
kesuburannya bervariasi. Tanah litosol dapat
dijumpai pada segala iklim, umumnya di topografi
berbukit, pegunungan, lereng miring sampai curam.
(Suhendar, Soleh)
4
7. Mediteran
Tanah mempunyai perkembangan profil, solum
sedang hingga dangkal, warna coklat hingga merah,
mempunyai horizon B argilik, tekstur geluh hingga
lempung, struktur gumpal bersudut, konsistensi
teguh dan lekat bila basah, pH netral hingga agak
basa, kejenuhan basa tinggi, daya absorpsi sedang,
permeabilitas sedang dan peka erosi, berasal dari
batuan kapur keras (limestone) dan tuf vulkanis
bersifat basa. Penyebaran di daerah beriklim sub
humid, bulan kering nyata. Curah hujan kurang dari
2500 mm/tahun, di daerah pegunungan lipatan,
3
No.
Jenis
Tanah
Sifat Nilai
topografi Karst dan lereng vulkan ketinggian di
bawah 400 m. Khusus tanah mediteran merah –
kuning di daerah topografi Karst disebut terra rossa.
(Suhendar, Soleh)
8. Non Cal 3
9. Regosol
Jenis tanah ini masih muda, belum mengalami
diferensiasi horizon, tekstur pasir, struktur berbukit
tunggal, konsistensi lepas-lepas, pH umumnya netral,
kesuburan sedang, berasal dari bahan induk material
vulkanik piroklastis atau pasir pantai. Penyebarannya
di daerah lereng vulkanik muda dan di daerah beting
pantai dan gumuk-gumuk pasir pantai. (Suhendar,
Soleh)
2
Sumber : Hasil Analisa Tahun 2016
Tabel 4.10
Analisis SKL Kestabilan Pondasi
No.
SKL Kestabilan
Lereng
Peta Jenis
Tanah
Peta Tekstur
Tanah
Peta Penggunaan
Lahan Eksisting
SKL Kestabilan Pondasi Nilai
1.
Kestabilan lereng
rendah
Alluvial
Kasar (Pasir)
Tegalan, Tanah
kosong
Daya dukung dan
kestabilan pondasi
rendah
1
2.
Kestabilan lereng
kurang
Andosol,
Regosol
Semak belukar Daya dukung dan
kestabilan pondasi
kurang
2
3.
Kestabilan lereng
sedang
Mediteran
Sedang
(lempung)
Hutan 3
4. Kestabilan lereng
tinggi
Halus (liat)
Pertanian,
Perkebunan,
Pertanian tanah
kering semusim
Daya dukung dan
kestabilan pondasi
tinggi
4
5. Latosol Permukiman 5
Sumber : Hasil Analisa Tahun 2016
5. Analisis Satuan Kemampuan Lahan (SKL) Ketersediaan Air
Tujuan analisis SKL Ketersediaan Air adalah untuk mengetahui tingkat ketersediaan
air dan kemampuan penyediaan air pada masing-masing tingkatan, guna
pengembangan kawasan. Dalam analisis ini membutuhkan masukan berupa peta
morfologi, peta kelerengan, peta curah hujan, peta hidrogeologi, peta jenis tanah dan
peta penggunaan lahan eksisting dengan keluaran peta SKL Ketersediaan Air dan
penjelasannya. Sebelum melakukan analisis SKL Ketersediaan Air , terlebih dahulu
harus diketahui penjelasan dari data yang terlibat dalam analisa yaitu jenis tanah.
Tabel 4.12
Penjelasan Jenis Tanah dan Sifat-Sifat yang Dibawanya dalam Analisis SKL Ketersediaan Air
No. Jenis Tanah Sifat Nilai
1. Aluvial
Daya mengikat air kurang,apabila kena hujan akan
menjadi lengket dan bila kekeringan akan mengeras.
(Rachmiati, Yati).
2
2. Andosol
Tanah Andosol mempunyai sifat fisik yang baik, daya
pengikatan air yang sangat tinggi, sehingga selalu jenuh air
jika tertutup vegetasi. Sangat gembur, struktur remah
atau granuler dengan granulasi yang tak pulih.
Permeabilitas sangat tinggi karena mengandung banyak
makropori, fraksi lempung sebagian besar alofan dengan
berat jenis kurang dari 0,85 dan kandungan bahan
organik biasanya tinggi, yaitu antara 8% - 30%.( Sri
Damayanti, Lusiana, 2005).
5
3. Gleisol
Jenis tanah ini perkembangannya lebih dipengaruhi oleh
faktor lokal, yaitu topografi merupakan dataran rendah
atau cekungan, hampir selalu tergenang air, solum tanah
sedang, warna kelabu hingga kekuningan, tekstur geluh
hingga lempung, struktur berlumpur hingga masif,
konsistensi lekat, bersifat asam (pH 4.5 – 6.0), kandungan
bahan organik. Ciri khas tanah ini adanya lapisan glei
kontinu yang berwarna kelabu pucat pada kedalaman
kurang dari 0.5 meter akibat dari profil tanah selalu jenuh
air.
Penyebaran di daerah beriklim humid hingga sub humid,
curah hujan lebih dari 2000 mm/tahun.(Suhendar, Soleh).
4
4. Grumosol
Tanah Grumosol mempunyai sifat struktur lapisan atas
granuler dan lapisan bawah gumpal atau pejal, jenis
lempung yang terbanyak montmorillonit sehingga tanah
mempunyai daya adsorpsi yang tinggi yang menyebabkan
2
No. Jenis Tanah Sifat Nilai
gerakan air dan keadaan aerasi buruk dan sangat peka
terhadap erosi. ( Sri Damayanti, Lusiana, 2005).
5. Latosol
Daya mengikat air kurang,apabila kena hujan akan
menjadi lengket dan bila kekeringan akan mengeras
dengan struktur remah. (Rachmiati, Yati).
1
6. Litosol
Tanah mineral tanpa atau sedikit perkembangan profil,
batuan induknya batuan beku atau batuan sedimen keras,
kedalaman tanah dangkal (< 30 cm) bahkan kadang-
kadang merupakan singkapan batuan induk (outerop).
Tekstur tanah beranekaragam, dan pada umumnya
berpasir, umumnya tidak berstruktur, terdapat kandungan
batu, kerikil dan kesuburannya bervariasi. Tanah litosol
dapat dijumpai pada segala iklim, umumnya di topografi
berbukit, pegunungan, lereng miring sampai curam.
(Suhendar, Soleh).
3
7. Mediteran
Tanah mempunyai perkembangan profil, solum sedang
hingga dangkal, warna coklat hingga merah, mempunyai
horizon B argilik, tekstur geluh hingga lempung, struktur
gumpal bersudut, konsistensi teguh dan lekat bila basah,
pH netral hingga agak basa, kejenuhan basa tinggi, daya
absorpsi sedang, permeabilitas sedang dan peka erosi,
berasal dari batuan kapur keras (limestone) dan tuf
vulkanis bersifat basa. Penyebaran di daerah beriklim sub
humid, bulan kering nyata. Curah hujan kurang dari 2500
mm/tahun, di daerah pegunungan lipatan, topografi Karst
dan lereng vulkan ketinggian di bawah 400 m. Khusus
tanah mediteran merah – kuning di daerah topografi Karst
disebut terra rossa. (Suhendar, Soleh).
3
8. Non Cal 2
9. Regosol
Jenis tanah ini masih muda, belum mengalami diferensiasi
horizon, tekstur pasir, struktur berbukit tunggal,
konsistensi lepas-lepas, pH umumnya netral, kesuburan
sedang, berasal dari bahan induk material vulkanik
piroklastis atau pasir pantai. Penyebarannya di daerah
lereng vulkanik muda dan di daerah beting pantai dan
gumuk-gumuk pasir pantai. (Suhendar, Soleh).
3
Sumber : Hasil Analisa Tahun 2016
Tabel 4.13
Analisis SKL Ketersediaan Air
No.
Peta
Morfologi
Peta
Kelerengan
Peta
Ketinggian
Peta Jenis
Tanah
Peta
Penggunaan
Lahan
Eksisting
Peta Curah
Hujan
SKL Ketersediaan Air Nilai
1 Bergunung > 40 % >3000 m Latosol
Tegalan, Tanah
kosong
Ketersediaan air
sangat rendah
1
2
Berbukit,
Bergelomban
g
15 – 40 %
2000 – 3000
m
Alluvial Semak belukar
< 1000
mm/tahun
Ketersediaan air
rendah
2
3 Berombak 8 – 15 %
1000 – 2000
m
Mediteran
, Regosol
Hutan
1000 – 1500
mm/tahun
Ketersediaan air
sedang
3
4 Landai 2 – 8 % 500 – 1000 m
Pertanian,
Perkebunan,
Pertanian
tanah kering
semusim
1500 –3000
mm/tahun
Ketersediaan air tinggi
4
5 Datar 0 – 2 % 0 – 500 m Andosol Permukiman
> 3000
mm/tahun
5
Sumber : Hasil Analisis Tahun 2016
6. Satuan Kemampuan Lahan (SKL) Untuk Drainase
Tujuan analisis SKL untuk Drainase adalah untuk mengetahui tingkat kemampuan
lahan dalam mengalirkan air hujan secara alami, sehingga kemungkinan genangan
baik bersifat lokal maupun meluas dapat dihindari. Dalam analisis ini membutuhkan
masukan berupa peta morfologi, peta kemiringan lereng, peta topografi, peta jenis
tanah, peta curah hujan, peta kedalaman efektif tanah, dan penggunaan lahan
eksisting dengan keluaran peta SKL untuk Drainase dan penjelasannya. Sebelum
melakukan analisis SKL untuk Drainase, terlebih dahulu harus diketahui penjelasan
dari data yang terlibat dalam analisa yaitu jenis tanah.
Tabel 4.15
Penjelasan Jenis Tanah dan Sifat-Sifat yang Dibawanya dalam Analisis SKL untuk Drainase
No.
Jenis
Tanah
Sifat Nilai
1. Aluvial
Merupakan tanah-tanah muda, yang belum
mempunyai perkembangan profil, dengan susunan
horison A-C atau A-C-R, atau A-R. Tanah ini terbentuk
dari bahan aluvium, aluvium-marin, marin, dan
volkan. Umumnya pada landform dataran, fluvio-
marin, dan volkan. Penampang tanah bervariasi,
tekstur lempung berpasir sampai pasir berlempung,
dan berlapis-lapis (stratified) atau berselang seling.
Adanya perbedaan tekstur berlapis-lapis tersebut
menunjukkan proses pengendapan dari limpasan
sungai yang berulang; sebagian mengandung kerikil
di dalam penampang tanah. Warna tanah coklat tua
sampai gelap, drainase buruk sampai cepat, struktur
lepas sampai masif, konsistensi gembur dan keras
pada kondisi kering. Reaksi tanah umumnya agak
netral (pH 7), kadar C organik sangat rendah sampai
sedang, kadar P2O5 dan K2O potensial sedang
sampai tinggi, basa-basa dapat tukar rendah sampai
tinggi dan didominasi oleh Ca dan Mg. KTK tanah
rendah, tetapi kejenuhan basanya tinggi.
Penggunaan lahan umumnya bervariasi. (Blog TANI
MUDA)
1
2. Andosol
Merupakan tanah-tanah muda, yang belum/sedikit
mempunyai perkembangan profil, dengan susunan
horison A-C, A-C-R. Tanah ini terbentuk dari bahan
4
No.
Jenis
Tanah
Sifat Nilai
abu volkan (debu, pasir, dan kerikil). Umumnya
terbentuk pada landform volkanik. Penampang
tanah dangkal sampai dalam, tekstur lempung
berpasir sampai pasir berlempung. Warna tanah
coklat tua sampai coklat tua kekuningan, drainase
sedang, struktur lepas sampai masif, konsistensi
gembur dan keras pada kondisi kering. Reaksi tanah
umumnya netral, kadar C organik sangat rendah
sampai sedang, kadar P2O5 dan K2O potensial
sedang sampai tinggi, basa-basa dapat tukar rendah
dan didominasi oleh Ca dan Mg. KTK tanah rendah
sampai sedang, tetapi kejenuhan basanya tinggi.
Umumnya Andisols di kabupaten Bima beriklim
kering (ustic). Penggunaan lahan umumnya tegalan,
semak, rumput, belukar, semak, dan hutan. (Blog
TANI MUDA)
3. Gleisol
Tanah yang baru terbentuk, perkembangan horison
tanah belum terlihat secara jelas. Tanah entisol
umumnya dijumpai pada sedimen yang belum
terkonsolidasi, seperti pasir, dan beberapa
memperlihatkan horison diatas lapisan batuan dasar.
(Djauhari, Noor)
2
4. Grumosol
Jenis tanah grumosol sifat tanahnya mudah longsor
dan memiliki drainase buruk. (Kota Probolinggo)
1
5. Latosol
Tanah yang sudah menunjukkan adanya
perkembangan profil, dengan susunan horison A-Bw-
C pada lahan kering dengan drainase baik, atau
susunan horison A-Bg-C pada lahan basah dengan
drainase terhambat. Tanah terbentuk dari berbagai
macam bahan induk, yaitu tuf volkan masam, tuf
volkan intermedier (andesitik), tufa pasiran, dan
granodiorit serta skis. Tanah ini mempunyai
penyebaran paling luas, menempati grup landform
dataran volkan, perbukitan volkan, dan dataran
tektonik. Tanah dari bahan volkan intermedier
berwarna coklat kemerahan, tekstur lempung berliat
sampai liat, penampang dalam, dan struktur cukup
baik, konsistensi gembur sampai teguh. Reaksi tanah
netral, kadar C dan N organik sangat rendah sampai
sedang, kadar P dan K potensial sedang sampai
tinggi. Kadar basa-basa dapat tukar didominasi oleh
Ca dan Mg, KTK tanah rendah, KTK liat rendah
5
No.
Jenis
Tanah
Sifat Nilai
sampai tinggi, dan kejenuhan basa tinggi. Pada
landform dataran volkan sifat tanah dipengaruhi
oleh bahan induknya. Tanah penampang cukup
dalam, berwarna coklat kekuningan sampai
kemerahan, drainase baik, tekstur halus sampai agak
halus, konsistensi gembur sampai teguh, dan reaksi
tanah agak masam sampai masam. Sebagian besar
telah diusahakan untuk lahan pertanian, seperti
persawahan, tegalan dan kebun campuran. Sisanya
masih berupa semak belukar dan hutan. (Blog TANI
MUDA)
6. Litosol
Tanah mineral tanpa atau sedikit perkembangan
profil, batuan induknya batuan beku atau batuan
sedimen keras, kedalaman tanah dangkal (< 30 cm)
bahkan kadang-kadang merupakan singkapan batuan
induk (outerop). Tekstur tanah beranekaragam, dan
pada umumnya berpasir, umumnya tidak
berstruktur, terdapat kandungan batu, kerikil dan
kesuburannya bervariasi. Tanah litosol dapat
dijumpai pada segala iklim, umumnya di topografi
berbukit, pegunungan, lereng miring sampai curam.
(Suhendar, Soleh).
3
7. Mediteran Sama dengan inceptisol/latosol 5
8. Non Cal 2
9. Regosol
Jenis tanah ini masih muda, belum mengalami
diferensiasi horizon, tekstur pasir, struktur berbukit
tunggal, konsistensi lepas-lepas, pH umumnya netral,
kesuburan sedang, berasal dari bahan induk material
vulkanik piroklastis atau pasir pantai. Penyebarannya
di daerah lereng vulkanik muda dan di daerah beting
pantai dan gumuk-gumuk pasir pantai. (Suhendar,
Soleh).
2
Sumber : Hasil Analisa Tahun 2016
Tabel 4.16
Tabel Analisis SKL Untuk Drainase
No.
Peta
Morfologi
Peta
Kelerengan
Peta
Ketinggian
Peta Jenis
Tanah
Peta
Curah
Hujan
Peta
Penggunaa
n Lahan
Eksisting
SKL
Drainase
Nilai
1 Bergunung > 40 % >3000 m Andosol
Permukima
n
Drainase
tinggi
5
2
Berbukit,
Bergelomb
ang
15 – 40 %
2000 –
3000 m
Alluvial,
Regosol
< 1000
mm/ta
hun
Tegalan,
Tanah
kosong
4
3 Berombak 8 – 15 %
1000 –
2000 m
Mediteran
1000 –
1500
mm/ta
hun
Pertanian,
Perkebunan
, Pertanian
tanah
kering
semusim
Drainase
cukup
3
4 Landai 2 – 8 %
500 –
1000 m
1500 –
3000
mm/ta
hun
Hutan
Drainase
kurang
2
5 Datar 0 – 2 % 0 – 500 m Latosol
> 3000
mm/ta
hun
Semak
belukar
1
Sumber : Hasil Analisa 2016
7. Analisis Satuan Kemampuan Lahan (SKL) Terhadap Erosi
Tujuan analisis SKL Terhadap Erosi adalah untuk mengetahui daerah-daerah yang
mengalami keterkikisan tanah, sehingga dapat diketahui tingkat ketahanan lahan
terhadap erosi serta antispasi dampaknya pada daerah yang lebih hilir. Dalam analisis
ini membutuhkan masukan berupa peta morfologi, peta kemiringan lereng, peta jenis
tanah, peta hidrogeologi, peta tekstur tanah, peta curah hujan dan peta penggunaan
lahan eksisting dengan keluaran peta SKL Terhadap Erosi dan penjelasannya.
Sebelum melakukan analisis SKL Terhadap Erosi, terlebih dahulu harus diketahui
penjelasan dari data yang terlibat dalam analisa yaitu jenis tanah.
Tabel 4.18
Penjelasan Jenis Tanah dan Sifat-Sifat yang Dibawanya dalam Analisis SKL
Terhadap Erosi
No.
Jenis
Tanah
Sifat Nilai
1. Aluvial Jenis-jenis tanah yang tidak peka terhadap erosi:
 Aluvial
 Gleisol
Jenis tanah yang agak peka erosi:
 Latosol
Jenis tanah dengan kepekaan sedang:
 Non Cal
 Mediteran
Jenis tanah yang peka terhadap erosi:
 Andosol
 Grumosol
Jenis tanah yang sangat peka erosi:
 Regosol
 Litosol
Sumber: Studi Sub DAS Citarik
5
2. Andosol 2
3. Gleisol 5
4. Grumosol 2
5. Latosol 4
6. Litosol 1
7. Mediteran 3
8. Non Cal 3
9. Regosol 1
Sumber : Hasil Analisa Tahun 2016
Tabel 4.19
Analisis SKL Terhadap Erosi
No.
Peta
Morfologi
Peta
Kelerengan
Peta Jenis
Tanah
Peta Tekstur
Tanah
Peta Curah
Hujan
Peta
Penggunaan
Lahan
Eksisting
SKL Erosi Nilai
1 Bergunung > 40 % Regosol
Kasar (Pasir)
> 3000
mm/tahun
Semak belukar Erosi tinggi 1
2
Berbukit,
Bergelomban
g
15 – 40 % Andosol
1500 –3000
mm/tahun
Tegalan, Tanah
kosong
Erosi cukup tinggi 2
3 Berombak 8 – 15 % Mediteran
Sedang
(lempung)
1000 –
1500
mm/tahun
Pertanian,
Perkebunan,
Pertanian
tanah kering
semusim
Erosi sedang 3
4 Landai 2 – 8 % Latosol
Halus (liat)
< 1000
mm/tahun
Permukiman
Erosi sangat
rendah
4
5 Datar 0 – 2 % Alluvial Hutan Tidak ada erosi 5
Sumber : Hasil Analisa Tahun 2016
8. Analisis Satuan Kemampuan Lahan (SKL) Pembuangan Limbah
Tujuan analisis SKL Pembuangan Limbah adalah untuk mengetahui mengetahui
daerah-daerah yang mampu untuk ditempati sebagai lokasi penampungan akhir dan
pengeolahan limbah, baik limbah padat maupun cair. Dalam analisis ini
membutuhkan masukan berupa peta morfologi, peta kemiringan, peta topografi,
peta jenis tanah, peta hidrogeologi, peta curah hujan dan peta penggunaan lahan
eksisting dengan keluaran peta SKL Pembuangan Limbah dan penjelasannya.
Sebelum melakukan analisis SKL Pembuangan Limbah, terlebih dahulu harus
diketahui penjelasan dari data yang terlibat dalam analisa yaitu jenis tanah.
Tabel 4.21
Penjelasan Jenis Tanah dan Sifat-Sifat yang Dibawanya dalam Analisis SKL
Pembuangan Limbah
No.
Jenis
Tanah
Sifat Nilai
1. Aluvial Dalam penilaian ini digunakan kepekaan terhadap
erosi dimana jenis tanah untuk lokais pembuangan
limbah harus tidak peka terhadap erosi.
Jenis-jenis tanah yang tidak peka terhadap erosi:
 Aluvial
 Gleisol
Jenis tanah yang agak peka erosi:
 Latosol
Jenis tanah dengan kepekaan sedang:
 Non Cal
 Mediteran
Jenis tanah yang peka terhadap erosi:
 Andosol
 Grumosol
Jenis tanah yang sangat peka erosi:
 Regosol
 Litosol
Sumber: Citarik
5
2. Andosol 2
3. Gleisol 5
4. Grumosol 2
5. Latosol 4
6. Litosol 1
7. Mediteran 3
8. Non Cal 3
9. Regosol 1
Sumber : Hasil Analisa Tahun 2016
Tabel 4.22
Analisis SKL Pembuangan Limbah
No
.
Peta
Morfologi
Peta
Kelerengan
Peta
Ketinggian
Peta
Jenis
Tanah
Peta Curah
Hujan
Peta
Penggunaan
Lahan Eksisting
SKL Pembuangan
Limbah
Nilai
1 Bergunung > 40 % >3000 m Regosol
> 3000
mm/tahun
Hutan
Kemampuan lahan
untuk
pembuangan
limbah kurang
1
2
Berbukit,
Bergelomban
g
15 – 40 %
2000 – 3000
m
Andosol
1500 –3000
mm/tahun
Pertanian,
Perkebunan,
Pertanian tanah
kering semusim
2
3 Berombak 8 – 15 %
1000 – 2000
m
Meditera
n
1000 – 1500
mm/tahun
Permukiman
Kemampuan lahan
untuk
pembuangan
limbah sedang
3
4 Landai 2 – 8 % 500 – 1000 m Latosol
< 1000
mm/tahun
Semak belukar Kemampuan lahan
untuk
pembuangan
limbah cukup
4
5 Datar 0 – 2 % 0 – 500 m Alluvial
Tegalan, tanah
kosong
5
Sumber : Hasil Analisa Tahun 2016
9. Analisis Satuan Kemampuan Lahan (SKL) Terhadap Bencana Alam
Tujuan analisis SKL terhadap Bencana Alam adalah untuk mengetahui tingkat
kemampuan lahan dalam menerima bencana alam khususnya dari sisi geologi, untuk
menghindari/mengurangi kerugian dari korban akibat bencana tersebut. Dalam
analisis ini membutuhkan masukan berupa peta peta morfologi, peta kemiringan
lereng, peta topografi, peta jenis tanah, peta tekstur tanah, peta curah hujan, peta
bencana alam (rawan gunung berapi dan kerentanan gerakan tanah) dan peta
penggunaan lahan eksisting dengan keluaran peta SKL Terhadap Bencana Alam dan
penjelasannya. Analisis SKL terhadap Bencana Alam juga mengikutsertakan analisis
terhadap jenis tanah yang sama dengan SKL Terhadap Erosi.
Tabel 4.24
Analisis SKL Terhadap Bencana Alam
No
.
Peta
Morfologi
Peta
Kelereng
an
Peta
Ketinggian
Peta Jenis
Tanah
Peta
Penggunaan
Lahan
Eksisting
Peta Curah
Hujan
Peta
Tekstur
Tanah
Peta
Kerentana
n Gerakan
Tanah
SKL Bencana
Alam
Nilai
1 Bergunung > 40 % >3000 m Regosol
Tegalan,
Tanah
kosong
> 3000
mm/tahun
Kasar
(Pasir)
sangat
rawan
Potensi bencana
alam tinggi
1
2
Berbukit,
Bergelomban
g
15 – 40
%
2000 – 3000
m
Andosol
Semak
belukar
1500 –3000
mm/tahun
rawan 2
3 Berombak 8 – 15 %
1000 – 2000
m
Mediteran Hutan
1000 –
1500
mm/tahun
Sedang
(lempung)
agak rawan
Potensi bencana
alam cukup
3
4 Landai 2 – 8 %
500 – 1000
m
Latosol
Pertanian,
Perkebunan,
Pertanian
Tanah Kering
Semusim
< 1000
mm/tahun Halus (liat)
Aman Potensi bencana
alam kurang
4
5 Datar 0 – 2 % 0 – 500 m Alluvial Permukiman Aman 5
Sumber Hasil Analisa Tahun 2016
10. Analisis Kemampuan Lahan
Analisis ini dilaksanakan untuk memperoleh gambaran tingkat kemampuan lahan
untuk dikembangkan sebagai perkotaan, sebagai acuan bagi arahan-arahan
kesesuaian lahan pada tahap analisis berikutnya. Data-data yang dibutuhkan meliputi
peta-peta hasil analisis SKL. Keluaran dari analisis ini meliputi:
a. Peta klasifikasi kemampuan lahan untuk pengembangan kawasan
b. Kelas kemampuan lahan untuk dikembangkan sesuai fungsi kawasan
c. Potensi dan kendala fisik pengembangan lahan
Langkah pelaksanaan:
1) Analisis satuan-satuan kemampuan lahan, untuk memperoleh gambaran tingkat
kemampuan pada masing-masing satuan kemampuan lahan.
2) Menentukan nilai kemampuan setiap tingkatan pada masing-masing satuan
kemampuan lahan, dengan penilaian 5 (lima) untuk nilai tertinggi dan 1 (satu)
untuk nilai terendah.
3) Mengalikan nilai-nilai tersebut dengan bobot dari masing-masing satuan
kemampuan lahan. Bobot ini didasarkan pada seberapa jauh pengaruh satuan
kemampuan lahan tersebut pada pengembangan perkotaan. Bobot yang
digunakan sesuai dengan tabel...
4) Melakukan superimpose semua satuan-satuan kemampuan lahan, dengan cara
menjumlahkan hasil perkalian nilai kali bobot dari seluruh satuan-satuan
kemampuan lahan dalam satu peta, sehingga diperoleh kisaran nilai yang
menunjukkan nilai kemampuan lahan di wilayah perencanaan.
5) Menentukan selang nilai yang akan digunakan sebagai pembagi kelas-kelas
kemampuan lahan, sehingga diperoleh zona-zona kemampuan lahan dengan nilai
tertentu yang menunjukkan tingkatan kemampuan lahan di wilayah perencanaan
dan digambarkan dalam satu peta klasifikasi kemampuan lahan untuk
perencanaan RDTR Petasia Barat.
Pembuatan peta nilai kemampuan lahan merupakan penjumlahan nilai dikalikan
bobot, yaitu:
1) Melakukan superimpose setiap satuan kemampuan lahan yang telah diperoleh
hasil pengalian nilai dengan bobotnya secara satu per satu, sehingga kemudian
diperoleh peta jumlah nilai dikalikan bobot seluruh satuan secara kumulatif.
2) Membagi peta masing-masing satuan kemampuan lahan dalam sistem grid,
kemudian memasukkan nilai dikalikan bobot masing-masing satuan kemampuan
lahan ke dalam grid tersebut. Penjumlahan nilai dikalikan bobot secara
keseluruhan adalah tetap dengan menggunakan grid, yakni menjumlahkan hasil
nilai dikalikan bobot seluruh satuan kemampuan lahan pada setiap grid yang
sama
Tabel 4.27
Tabel Pembobotan SKL
SKL
Morfologi
SKL
Kemudaha
n
Dikerjakan
SKL
Kestabilan
Lereng
SKL
Kestabilan
Pondasi
SKL
Ketersediaa
n Air
SKL Untuk
Drainase
SKL
Terhadap
Erosi
SKL
Pembuanga
n Limbah
SKL
Bencana
Alam
Kemampua
n Lahan
Bobot: 5 Bobot: 1 Bobot: 5 Bobot: 3 Bobot: 5 Bobot: 5 Bobot: 3 Bobot: 0 Bobot: 5 Total Nilai
Bobo
t x
Nilai
5 1 5 3 5 5 3 0 5 32
10 2 10 6 10 10 6 0 10 64
15 3 15 9 15 15 9 0 15 96
20 4 20 12 20 20 12 0 20 128
25 5 25 15 25 25 15 0 25 160
Dari total nilai dibuat beberapa kelas yang memperhatikan nilai minimum dan
maksimum total nilai. Dari angka di atas, nilai minimum yang mungkin diperoleh
ada;ah 32 sedangkan nilai maksimum yang dapat diperoleh adalah 160. Dengan
demikian, pengkelasan dari total nilai ini adalah:
1) Kelas a dengan nilai 32 – 58
2) Kelas b dengan nilai 59 – 83
3) Kelas c dengan nilai 84 – 109
4) Kelas d dengan nilai 110 – 134
5) Kelas e dengan nilai 135 – 160
Setiap kelas lahan memiliki kemampuan yang berbeda-beda seperti pada tabel:
Tabel 4.27
Tabel Klasifikasi
Total Nilai
Kelas Kemampuan
Lahan
Klasifikasi Pengembangan
32 – 58 Kelas a Kemampuan pengembangan sangat rendah
59 – 83 Kelas b Kemampuan pengembangan rendah
84 – 109 Kelas c Kemampuan pengembangan sedang
110 – 134 Kelas d Kemampuan pengembangan agak tinggi
135 – 160 Kelas e Kemampuan pengembangan sangat tinggi

More Related Content

What's hot

Analisa Daya Dukung Lahan Kota Tangerang untuk Kegiatan Industri, Perdagangan...
Analisa Daya Dukung Lahan Kota Tangerang untuk Kegiatan Industri, Perdagangan...Analisa Daya Dukung Lahan Kota Tangerang untuk Kegiatan Industri, Perdagangan...
Analisa Daya Dukung Lahan Kota Tangerang untuk Kegiatan Industri, Perdagangan...Anton Riyanto
 
Laporan Akhir Regional Studio Perencanaan
Laporan Akhir Regional Studio PerencanaanLaporan Akhir Regional Studio Perencanaan
Laporan Akhir Regional Studio Perencanaan
Laras Kun Rahmanti Putri
 
Instrumen Lengkap Pengendalian Pemanfaatan Ruang
Instrumen Lengkap Pengendalian Pemanfaatan RuangInstrumen Lengkap Pengendalian Pemanfaatan Ruang
Instrumen Lengkap Pengendalian Pemanfaatan Ruang
Musnanda Satar
 
6. struktur internal kota1
6. struktur internal kota16. struktur internal kota1
6. struktur internal kota1
Rheza Gutawa Putra
 
Pedoman penyusunan RDTR Kota
Pedoman penyusunan RDTR KotaPedoman penyusunan RDTR Kota
Pedoman penyusunan RDTR Kota
Aji Qan D
 
Pedoman Penyusunan Rencana Detail Tata Ruang dan Peraturan Zonasi Kabupaten/Kota
Pedoman Penyusunan Rencana Detail Tata Ruang dan Peraturan Zonasi Kabupaten/KotaPedoman Penyusunan Rencana Detail Tata Ruang dan Peraturan Zonasi Kabupaten/Kota
Pedoman Penyusunan Rencana Detail Tata Ruang dan Peraturan Zonasi Kabupaten/Kota
Penataan Ruang
 
PERENCANAAN TATA RUANG
PERENCANAAN TATA RUANGPERENCANAAN TATA RUANG
PERENCANAAN TATA RUANG
Dadang Solihin
 
Survey dan Pemetaan dalam Penataan Ruang
Survey dan Pemetaan dalam Penataan RuangSurvey dan Pemetaan dalam Penataan Ruang
Survey dan Pemetaan dalam Penataan Ruang
ushfia
 
Bab 1 LAPORAN AKHIR STUDIO PROSES PERENCANAAN
Bab 1 LAPORAN AKHIR STUDIO PROSES PERENCANAANBab 1 LAPORAN AKHIR STUDIO PROSES PERENCANAAN
Bab 1 LAPORAN AKHIR STUDIO PROSES PERENCANAAN
AbuAnshori
 
Konsolidasi Tanah dan Pengendalian Pertanahan
Konsolidasi Tanah dan Pengendalian PertanahanKonsolidasi Tanah dan Pengendalian Pertanahan
Konsolidasi Tanah dan Pengendalian Pertanahan
ushfia
 
Analisis dibutuhkan dalam pembuatan rdtr (permen atr no 16 tahun 2018)
Analisis dibutuhkan dalam pembuatan rdtr (permen atr no 16 tahun 2018)Analisis dibutuhkan dalam pembuatan rdtr (permen atr no 16 tahun 2018)
Analisis dibutuhkan dalam pembuatan rdtr (permen atr no 16 tahun 2018)
bintang purba
 
Sni 03 1733-2004 v.2 tata cara perencanaan lingkungan perumahan di perkotaan
Sni 03 1733-2004 v.2 tata cara perencanaan lingkungan perumahan di perkotaanSni 03 1733-2004 v.2 tata cara perencanaan lingkungan perumahan di perkotaan
Sni 03 1733-2004 v.2 tata cara perencanaan lingkungan perumahan di perkotaan
Ardita Putri Usandy
 
Review RDTR Kota Simpang Ampek
Review RDTR Kota Simpang AmpekReview RDTR Kota Simpang Ampek
Review RDTR Kota Simpang Ampek
henny ferniza
 
Tataruang Wilayah Kota
Tataruang Wilayah KotaTataruang Wilayah Kota
Tataruang Wilayah Kota
Deddy Supriady Bratakusumah
 
Dokumen RTRW Kota Bandung Tahun 2011 - 2031
Dokumen RTRW Kota Bandung Tahun 2011 - 2031Dokumen RTRW Kota Bandung Tahun 2011 - 2031
Dokumen RTRW Kota Bandung Tahun 2011 - 2031
joihot
 
Pedoman Penyusunan Rencana Tata Ruang Wilayah (RTRW) Provinsi
Pedoman Penyusunan Rencana Tata Ruang Wilayah (RTRW) ProvinsiPedoman Penyusunan Rencana Tata Ruang Wilayah (RTRW) Provinsi
Pedoman Penyusunan Rencana Tata Ruang Wilayah (RTRW) Provinsi
Penataan Ruang
 
Bab ii Rancang Kota
Bab ii Rancang KotaBab ii Rancang Kota
Bab ii Rancang KotaLatifah Tio
 
Penyusunan rdtr berbasis bidang tanah 1
Penyusunan rdtr berbasis bidang tanah 1Penyusunan rdtr berbasis bidang tanah 1
Penyusunan rdtr berbasis bidang tanah 1
Yulianto Dwi Prasetyo
 
Profil KOTAKU Kabupaten Jember
Profil KOTAKU Kabupaten JemberProfil KOTAKU Kabupaten Jember
Profil KOTAKU Kabupaten Jember
komunikasiosp
 

What's hot (20)

Analisa Daya Dukung Lahan Kota Tangerang untuk Kegiatan Industri, Perdagangan...
Analisa Daya Dukung Lahan Kota Tangerang untuk Kegiatan Industri, Perdagangan...Analisa Daya Dukung Lahan Kota Tangerang untuk Kegiatan Industri, Perdagangan...
Analisa Daya Dukung Lahan Kota Tangerang untuk Kegiatan Industri, Perdagangan...
 
Laporan Akhir Regional Studio Perencanaan
Laporan Akhir Regional Studio PerencanaanLaporan Akhir Regional Studio Perencanaan
Laporan Akhir Regional Studio Perencanaan
 
Instrumen Lengkap Pengendalian Pemanfaatan Ruang
Instrumen Lengkap Pengendalian Pemanfaatan RuangInstrumen Lengkap Pengendalian Pemanfaatan Ruang
Instrumen Lengkap Pengendalian Pemanfaatan Ruang
 
6. struktur internal kota1
6. struktur internal kota16. struktur internal kota1
6. struktur internal kota1
 
Pedoman penyusunan RDTR Kota
Pedoman penyusunan RDTR KotaPedoman penyusunan RDTR Kota
Pedoman penyusunan RDTR Kota
 
Morfologi wilayah kota
Morfologi wilayah kotaMorfologi wilayah kota
Morfologi wilayah kota
 
Pedoman Penyusunan Rencana Detail Tata Ruang dan Peraturan Zonasi Kabupaten/Kota
Pedoman Penyusunan Rencana Detail Tata Ruang dan Peraturan Zonasi Kabupaten/KotaPedoman Penyusunan Rencana Detail Tata Ruang dan Peraturan Zonasi Kabupaten/Kota
Pedoman Penyusunan Rencana Detail Tata Ruang dan Peraturan Zonasi Kabupaten/Kota
 
PERENCANAAN TATA RUANG
PERENCANAAN TATA RUANGPERENCANAAN TATA RUANG
PERENCANAAN TATA RUANG
 
Survey dan Pemetaan dalam Penataan Ruang
Survey dan Pemetaan dalam Penataan RuangSurvey dan Pemetaan dalam Penataan Ruang
Survey dan Pemetaan dalam Penataan Ruang
 
Bab 1 LAPORAN AKHIR STUDIO PROSES PERENCANAAN
Bab 1 LAPORAN AKHIR STUDIO PROSES PERENCANAANBab 1 LAPORAN AKHIR STUDIO PROSES PERENCANAAN
Bab 1 LAPORAN AKHIR STUDIO PROSES PERENCANAAN
 
Konsolidasi Tanah dan Pengendalian Pertanahan
Konsolidasi Tanah dan Pengendalian PertanahanKonsolidasi Tanah dan Pengendalian Pertanahan
Konsolidasi Tanah dan Pengendalian Pertanahan
 
Analisis dibutuhkan dalam pembuatan rdtr (permen atr no 16 tahun 2018)
Analisis dibutuhkan dalam pembuatan rdtr (permen atr no 16 tahun 2018)Analisis dibutuhkan dalam pembuatan rdtr (permen atr no 16 tahun 2018)
Analisis dibutuhkan dalam pembuatan rdtr (permen atr no 16 tahun 2018)
 
Sni 03 1733-2004 v.2 tata cara perencanaan lingkungan perumahan di perkotaan
Sni 03 1733-2004 v.2 tata cara perencanaan lingkungan perumahan di perkotaanSni 03 1733-2004 v.2 tata cara perencanaan lingkungan perumahan di perkotaan
Sni 03 1733-2004 v.2 tata cara perencanaan lingkungan perumahan di perkotaan
 
Review RDTR Kota Simpang Ampek
Review RDTR Kota Simpang AmpekReview RDTR Kota Simpang Ampek
Review RDTR Kota Simpang Ampek
 
Tataruang Wilayah Kota
Tataruang Wilayah KotaTataruang Wilayah Kota
Tataruang Wilayah Kota
 
Dokumen RTRW Kota Bandung Tahun 2011 - 2031
Dokumen RTRW Kota Bandung Tahun 2011 - 2031Dokumen RTRW Kota Bandung Tahun 2011 - 2031
Dokumen RTRW Kota Bandung Tahun 2011 - 2031
 
Pedoman Penyusunan Rencana Tata Ruang Wilayah (RTRW) Provinsi
Pedoman Penyusunan Rencana Tata Ruang Wilayah (RTRW) ProvinsiPedoman Penyusunan Rencana Tata Ruang Wilayah (RTRW) Provinsi
Pedoman Penyusunan Rencana Tata Ruang Wilayah (RTRW) Provinsi
 
Bab ii Rancang Kota
Bab ii Rancang KotaBab ii Rancang Kota
Bab ii Rancang Kota
 
Penyusunan rdtr berbasis bidang tanah 1
Penyusunan rdtr berbasis bidang tanah 1Penyusunan rdtr berbasis bidang tanah 1
Penyusunan rdtr berbasis bidang tanah 1
 
Profil KOTAKU Kabupaten Jember
Profil KOTAKU Kabupaten JemberProfil KOTAKU Kabupaten Jember
Profil KOTAKU Kabupaten Jember
 

Similar to Analisis satuan kemampuan lahan

Bab4 tanah brantashulu
Bab4 tanah brantashuluBab4 tanah brantashulu
Bab4 tanah brantashulu
anitanurkhoiriah
 
Tanah di indonesia dibedakan menjadi 8 jenis tanah
Tanah di indonesia dibedakan menjadi 8 jenis tanahTanah di indonesia dibedakan menjadi 8 jenis tanah
Tanah di indonesia dibedakan menjadi 8 jenis tanah
Fathan Purwanto
 
Power point ips tanah
Power point ips tanahPower point ips tanah
Power point ips tanah
krisnaandra10
 
Geografi Dinamika Litosfer
Geografi Dinamika LitosferGeografi Dinamika Litosfer
Geografi Dinamika Litosfer
Dewi Maulida
 
Sekilas Tentang Pedosfer
Sekilas Tentang PedosferSekilas Tentang Pedosfer
Sekilas Tentang Pedosfer
Muhammad Arief Ardiansyah
 
Bab v
Bab vBab v
Makalah sifat fisika dan kimia tanah organisme yang hidup di dalam tanah untu...
Makalah sifat fisika dan kimia tanah organisme yang hidup di dalam tanah untu...Makalah sifat fisika dan kimia tanah organisme yang hidup di dalam tanah untu...
Makalah sifat fisika dan kimia tanah organisme yang hidup di dalam tanah untu...
somaoma
 
Geografi Pedosfer Tanah Regosor
Geografi  Pedosfer Tanah RegosorGeografi  Pedosfer Tanah Regosor
Geografi Pedosfer Tanah Regosor
Hana Rabiya Awalia
 
Pedosfer
PedosferPedosfer
12. Klasifikasi Tanah -DIT.ppt
12. Klasifikasi Tanah -DIT.ppt12. Klasifikasi Tanah -DIT.ppt
12. Klasifikasi Tanah -DIT.ppt
AldiSlabaco1
 
Laporan iltan
Laporan iltanLaporan iltan
Laporan iltan
aurynsativaa
 
Jenis jenis tanah di jawa timur
Jenis jenis tanah di jawa timurJenis jenis tanah di jawa timur
Jenis jenis tanah di jawa timur
Danang Dirgantara
 
BUKU AJAR PENGANTAR GEOGRAFI TANAH.pdf
BUKU AJAR PENGANTAR GEOGRAFI TANAH.pdfBUKU AJAR PENGANTAR GEOGRAFI TANAH.pdf
BUKU AJAR PENGANTAR GEOGRAFI TANAH.pdf
DwiKurniawati35
 
laporan praktikum acara 5 PENGENALAN PROFIL TANAH
laporan praktikum acara 5 PENGENALAN PROFIL TANAHlaporan praktikum acara 5 PENGENALAN PROFIL TANAH
laporan praktikum acara 5 PENGENALAN PROFIL TANAH
Alfian Nopara Saifudin
 
pedosfer
pedosferpedosfer
pedosfer
captain.S-21
 
PPT TUGAS MANDIRI GEOLOGI KUARTER PEDOSOL DIMAS DWI ALDHI PUTRA 072001800062....
PPT TUGAS MANDIRI GEOLOGI KUARTER PEDOSOL DIMAS DWI ALDHI PUTRA 072001800062....PPT TUGAS MANDIRI GEOLOGI KUARTER PEDOSOL DIMAS DWI ALDHI PUTRA 072001800062....
PPT TUGAS MANDIRI GEOLOGI KUARTER PEDOSOL DIMAS DWI ALDHI PUTRA 072001800062....
DimasDwiAldhiPutraDi
 

Similar to Analisis satuan kemampuan lahan (20)

Bab4 tanah brantashulu
Bab4 tanah brantashuluBab4 tanah brantashulu
Bab4 tanah brantashulu
 
Pedosfer
PedosferPedosfer
Pedosfer
 
Tanah di indonesia dibedakan menjadi 8 jenis tanah
Tanah di indonesia dibedakan menjadi 8 jenis tanahTanah di indonesia dibedakan menjadi 8 jenis tanah
Tanah di indonesia dibedakan menjadi 8 jenis tanah
 
Laporan ilmu tanah
Laporan ilmu tanahLaporan ilmu tanah
Laporan ilmu tanah
 
Power point ips tanah
Power point ips tanahPower point ips tanah
Power point ips tanah
 
Pedosfer
PedosferPedosfer
Pedosfer
 
Geografi Dinamika Litosfer
Geografi Dinamika LitosferGeografi Dinamika Litosfer
Geografi Dinamika Litosfer
 
Sekilas Tentang Pedosfer
Sekilas Tentang PedosferSekilas Tentang Pedosfer
Sekilas Tentang Pedosfer
 
Bab v
Bab vBab v
Bab v
 
Makalah sifat fisika dan kimia tanah organisme yang hidup di dalam tanah untu...
Makalah sifat fisika dan kimia tanah organisme yang hidup di dalam tanah untu...Makalah sifat fisika dan kimia tanah organisme yang hidup di dalam tanah untu...
Makalah sifat fisika dan kimia tanah organisme yang hidup di dalam tanah untu...
 
Geografi Pedosfer Tanah Regosor
Geografi  Pedosfer Tanah RegosorGeografi  Pedosfer Tanah Regosor
Geografi Pedosfer Tanah Regosor
 
Pedosfer
PedosferPedosfer
Pedosfer
 
12. Klasifikasi Tanah -DIT.ppt
12. Klasifikasi Tanah -DIT.ppt12. Klasifikasi Tanah -DIT.ppt
12. Klasifikasi Tanah -DIT.ppt
 
Silvika tanah 3
Silvika tanah 3Silvika tanah 3
Silvika tanah 3
 
Laporan iltan
Laporan iltanLaporan iltan
Laporan iltan
 
Jenis jenis tanah di jawa timur
Jenis jenis tanah di jawa timurJenis jenis tanah di jawa timur
Jenis jenis tanah di jawa timur
 
BUKU AJAR PENGANTAR GEOGRAFI TANAH.pdf
BUKU AJAR PENGANTAR GEOGRAFI TANAH.pdfBUKU AJAR PENGANTAR GEOGRAFI TANAH.pdf
BUKU AJAR PENGANTAR GEOGRAFI TANAH.pdf
 
laporan praktikum acara 5 PENGENALAN PROFIL TANAH
laporan praktikum acara 5 PENGENALAN PROFIL TANAHlaporan praktikum acara 5 PENGENALAN PROFIL TANAH
laporan praktikum acara 5 PENGENALAN PROFIL TANAH
 
pedosfer
pedosferpedosfer
pedosfer
 
PPT TUGAS MANDIRI GEOLOGI KUARTER PEDOSOL DIMAS DWI ALDHI PUTRA 072001800062....
PPT TUGAS MANDIRI GEOLOGI KUARTER PEDOSOL DIMAS DWI ALDHI PUTRA 072001800062....PPT TUGAS MANDIRI GEOLOGI KUARTER PEDOSOL DIMAS DWI ALDHI PUTRA 072001800062....
PPT TUGAS MANDIRI GEOLOGI KUARTER PEDOSOL DIMAS DWI ALDHI PUTRA 072001800062....
 

Recently uploaded

ppt landasan pendidikan Alat alat pendidikan PAI 9_
ppt landasan pendidikan Alat alat pendidikan PAI 9_ppt landasan pendidikan Alat alat pendidikan PAI 9_
ppt landasan pendidikan Alat alat pendidikan PAI 9_
setiatinambunan
 
813 Modul Ajar KurMer Usaha, Energi, dan Pesawat Sederhana (2).docx
813 Modul Ajar KurMer Usaha, Energi, dan Pesawat Sederhana (2).docx813 Modul Ajar KurMer Usaha, Energi, dan Pesawat Sederhana (2).docx
813 Modul Ajar KurMer Usaha, Energi, dan Pesawat Sederhana (2).docx
RinawatiRinawati10
 
Laporan Piket Guru untuk bukti dukung PMM.pdf
Laporan Piket Guru untuk bukti dukung PMM.pdfLaporan Piket Guru untuk bukti dukung PMM.pdf
Laporan Piket Guru untuk bukti dukung PMM.pdf
gloriosaesy
 
SEMINAR PPG DAN PPL ppg prajabatan 2024.pptx
SEMINAR PPG DAN PPL ppg prajabatan 2024.pptxSEMINAR PPG DAN PPL ppg prajabatan 2024.pptx
SEMINAR PPG DAN PPL ppg prajabatan 2024.pptx
bobobodo693
 
Sebuah buku foto yang berjudul Lensa Kampung Ondel-Ondel
Sebuah buku foto yang berjudul Lensa Kampung Ondel-OndelSebuah buku foto yang berjudul Lensa Kampung Ondel-Ondel
Sebuah buku foto yang berjudul Lensa Kampung Ondel-Ondel
ferrydmn1999
 
Laporan Kegiatan Pramuka Tugas Tambahan PMM.pdf
Laporan Kegiatan Pramuka Tugas Tambahan PMM.pdfLaporan Kegiatan Pramuka Tugas Tambahan PMM.pdf
Laporan Kegiatan Pramuka Tugas Tambahan PMM.pdf
UmyHasna1
 
Juknis Pengisian Blanko Ijazah 2024 29 04 2024 Top.pptx
Juknis Pengisian Blanko Ijazah 2024 29 04 2024 Top.pptxJuknis Pengisian Blanko Ijazah 2024 29 04 2024 Top.pptx
Juknis Pengisian Blanko Ijazah 2024 29 04 2024 Top.pptx
mattaja008
 
KOMITMEN MENULIS DI BLOG KBMN PB PGRI.ppt
KOMITMEN MENULIS DI BLOG KBMN PB PGRI.pptKOMITMEN MENULIS DI BLOG KBMN PB PGRI.ppt
KOMITMEN MENULIS DI BLOG KBMN PB PGRI.ppt
Dedi Dwitagama
 
Koneksi Antar Materi Modul 1.4.ppt x
Koneksi Antar Materi Modul 1.4.ppt           xKoneksi Antar Materi Modul 1.4.ppt           x
Koneksi Antar Materi Modul 1.4.ppt x
johan199969
 
PPT Aksi Nyata Diseminasi Modul 1.4.pptx
PPT Aksi Nyata Diseminasi Modul 1.4.pptxPPT Aksi Nyata Diseminasi Modul 1.4.pptx
PPT Aksi Nyata Diseminasi Modul 1.4.pptx
Kurnia Fajar
 
Patofisiologi Sistem Endokrin hormon pada sistem endokrin
Patofisiologi Sistem Endokrin hormon pada sistem endokrinPatofisiologi Sistem Endokrin hormon pada sistem endokrin
Patofisiologi Sistem Endokrin hormon pada sistem endokrin
rohman85
 
INDIKATOR KINERJA DAN FOKUS PERILAKU KS.pdf
INDIKATOR KINERJA DAN FOKUS PERILAKU KS.pdfINDIKATOR KINERJA DAN FOKUS PERILAKU KS.pdf
INDIKATOR KINERJA DAN FOKUS PERILAKU KS.pdf
NurSriWidyastuti1
 
LAPORAN TUGAS TAMBAHAN PEMBINA PRAMUKA..
LAPORAN TUGAS TAMBAHAN PEMBINA PRAMUKA..LAPORAN TUGAS TAMBAHAN PEMBINA PRAMUKA..
LAPORAN TUGAS TAMBAHAN PEMBINA PRAMUKA..
widyakusuma99
 
Laporan wakil kepala sekolah bagian Kurikulum.pdf
Laporan wakil kepala sekolah bagian Kurikulum.pdfLaporan wakil kepala sekolah bagian Kurikulum.pdf
Laporan wakil kepala sekolah bagian Kurikulum.pdf
yuniarmadyawati361
 
Bahan Sosialisasi PPDB_1 2024/2025 Bandung
Bahan Sosialisasi PPDB_1 2024/2025 BandungBahan Sosialisasi PPDB_1 2024/2025 Bandung
Bahan Sosialisasi PPDB_1 2024/2025 Bandung
Galang Adi Kuncoro
 
Modul Projek - Modul P5 Kearifan Lokal _Menampilkan Tarian Daerah Nusantara_...
Modul Projek  - Modul P5 Kearifan Lokal _Menampilkan Tarian Daerah Nusantara_...Modul Projek  - Modul P5 Kearifan Lokal _Menampilkan Tarian Daerah Nusantara_...
Modul Projek - Modul P5 Kearifan Lokal _Menampilkan Tarian Daerah Nusantara_...
MirnasariMutmainna1
 
tugas pai kelas 10 rangkuman bab 10 smk madani bogor
tugas pai kelas 10 rangkuman bab 10 smk madani bogortugas pai kelas 10 rangkuman bab 10 smk madani bogor
tugas pai kelas 10 rangkuman bab 10 smk madani bogor
WILDANREYkun
 
RUBRIK OBSERVASI KINERJA KEPALA SEKOLAH.docx
RUBRIK OBSERVASI KINERJA KEPALA SEKOLAH.docxRUBRIK OBSERVASI KINERJA KEPALA SEKOLAH.docx
RUBRIK OBSERVASI KINERJA KEPALA SEKOLAH.docx
lastri261
 
RUBRIK OBSERVASI KINERJA KEPALA SEKOLAH.docx
RUBRIK OBSERVASI KINERJA KEPALA SEKOLAH.docxRUBRIK OBSERVASI KINERJA KEPALA SEKOLAH.docx
RUBRIK OBSERVASI KINERJA KEPALA SEKOLAH.docx
kinayaptr30
 
Form B8 Rubrik Refleksi Program Pengembangan Kompetensi Guru -1.docx
Form B8 Rubrik Refleksi Program Pengembangan Kompetensi Guru -1.docxForm B8 Rubrik Refleksi Program Pengembangan Kompetensi Guru -1.docx
Form B8 Rubrik Refleksi Program Pengembangan Kompetensi Guru -1.docx
EkoPutuKromo
 

Recently uploaded (20)

ppt landasan pendidikan Alat alat pendidikan PAI 9_
ppt landasan pendidikan Alat alat pendidikan PAI 9_ppt landasan pendidikan Alat alat pendidikan PAI 9_
ppt landasan pendidikan Alat alat pendidikan PAI 9_
 
813 Modul Ajar KurMer Usaha, Energi, dan Pesawat Sederhana (2).docx
813 Modul Ajar KurMer Usaha, Energi, dan Pesawat Sederhana (2).docx813 Modul Ajar KurMer Usaha, Energi, dan Pesawat Sederhana (2).docx
813 Modul Ajar KurMer Usaha, Energi, dan Pesawat Sederhana (2).docx
 
Laporan Piket Guru untuk bukti dukung PMM.pdf
Laporan Piket Guru untuk bukti dukung PMM.pdfLaporan Piket Guru untuk bukti dukung PMM.pdf
Laporan Piket Guru untuk bukti dukung PMM.pdf
 
SEMINAR PPG DAN PPL ppg prajabatan 2024.pptx
SEMINAR PPG DAN PPL ppg prajabatan 2024.pptxSEMINAR PPG DAN PPL ppg prajabatan 2024.pptx
SEMINAR PPG DAN PPL ppg prajabatan 2024.pptx
 
Sebuah buku foto yang berjudul Lensa Kampung Ondel-Ondel
Sebuah buku foto yang berjudul Lensa Kampung Ondel-OndelSebuah buku foto yang berjudul Lensa Kampung Ondel-Ondel
Sebuah buku foto yang berjudul Lensa Kampung Ondel-Ondel
 
Laporan Kegiatan Pramuka Tugas Tambahan PMM.pdf
Laporan Kegiatan Pramuka Tugas Tambahan PMM.pdfLaporan Kegiatan Pramuka Tugas Tambahan PMM.pdf
Laporan Kegiatan Pramuka Tugas Tambahan PMM.pdf
 
Juknis Pengisian Blanko Ijazah 2024 29 04 2024 Top.pptx
Juknis Pengisian Blanko Ijazah 2024 29 04 2024 Top.pptxJuknis Pengisian Blanko Ijazah 2024 29 04 2024 Top.pptx
Juknis Pengisian Blanko Ijazah 2024 29 04 2024 Top.pptx
 
KOMITMEN MENULIS DI BLOG KBMN PB PGRI.ppt
KOMITMEN MENULIS DI BLOG KBMN PB PGRI.pptKOMITMEN MENULIS DI BLOG KBMN PB PGRI.ppt
KOMITMEN MENULIS DI BLOG KBMN PB PGRI.ppt
 
Koneksi Antar Materi Modul 1.4.ppt x
Koneksi Antar Materi Modul 1.4.ppt           xKoneksi Antar Materi Modul 1.4.ppt           x
Koneksi Antar Materi Modul 1.4.ppt x
 
PPT Aksi Nyata Diseminasi Modul 1.4.pptx
PPT Aksi Nyata Diseminasi Modul 1.4.pptxPPT Aksi Nyata Diseminasi Modul 1.4.pptx
PPT Aksi Nyata Diseminasi Modul 1.4.pptx
 
Patofisiologi Sistem Endokrin hormon pada sistem endokrin
Patofisiologi Sistem Endokrin hormon pada sistem endokrinPatofisiologi Sistem Endokrin hormon pada sistem endokrin
Patofisiologi Sistem Endokrin hormon pada sistem endokrin
 
INDIKATOR KINERJA DAN FOKUS PERILAKU KS.pdf
INDIKATOR KINERJA DAN FOKUS PERILAKU KS.pdfINDIKATOR KINERJA DAN FOKUS PERILAKU KS.pdf
INDIKATOR KINERJA DAN FOKUS PERILAKU KS.pdf
 
LAPORAN TUGAS TAMBAHAN PEMBINA PRAMUKA..
LAPORAN TUGAS TAMBAHAN PEMBINA PRAMUKA..LAPORAN TUGAS TAMBAHAN PEMBINA PRAMUKA..
LAPORAN TUGAS TAMBAHAN PEMBINA PRAMUKA..
 
Laporan wakil kepala sekolah bagian Kurikulum.pdf
Laporan wakil kepala sekolah bagian Kurikulum.pdfLaporan wakil kepala sekolah bagian Kurikulum.pdf
Laporan wakil kepala sekolah bagian Kurikulum.pdf
 
Bahan Sosialisasi PPDB_1 2024/2025 Bandung
Bahan Sosialisasi PPDB_1 2024/2025 BandungBahan Sosialisasi PPDB_1 2024/2025 Bandung
Bahan Sosialisasi PPDB_1 2024/2025 Bandung
 
Modul Projek - Modul P5 Kearifan Lokal _Menampilkan Tarian Daerah Nusantara_...
Modul Projek  - Modul P5 Kearifan Lokal _Menampilkan Tarian Daerah Nusantara_...Modul Projek  - Modul P5 Kearifan Lokal _Menampilkan Tarian Daerah Nusantara_...
Modul Projek - Modul P5 Kearifan Lokal _Menampilkan Tarian Daerah Nusantara_...
 
tugas pai kelas 10 rangkuman bab 10 smk madani bogor
tugas pai kelas 10 rangkuman bab 10 smk madani bogortugas pai kelas 10 rangkuman bab 10 smk madani bogor
tugas pai kelas 10 rangkuman bab 10 smk madani bogor
 
RUBRIK OBSERVASI KINERJA KEPALA SEKOLAH.docx
RUBRIK OBSERVASI KINERJA KEPALA SEKOLAH.docxRUBRIK OBSERVASI KINERJA KEPALA SEKOLAH.docx
RUBRIK OBSERVASI KINERJA KEPALA SEKOLAH.docx
 
RUBRIK OBSERVASI KINERJA KEPALA SEKOLAH.docx
RUBRIK OBSERVASI KINERJA KEPALA SEKOLAH.docxRUBRIK OBSERVASI KINERJA KEPALA SEKOLAH.docx
RUBRIK OBSERVASI KINERJA KEPALA SEKOLAH.docx
 
Form B8 Rubrik Refleksi Program Pengembangan Kompetensi Guru -1.docx
Form B8 Rubrik Refleksi Program Pengembangan Kompetensi Guru -1.docxForm B8 Rubrik Refleksi Program Pengembangan Kompetensi Guru -1.docx
Form B8 Rubrik Refleksi Program Pengembangan Kompetensi Guru -1.docx
 

Analisis satuan kemampuan lahan

  • 1. ANALISIS SATUAN KEMAMPUAN LAHAN (SKL) 1. Analisis Satuan Kemampuan Lahan (SKL) Morfologi Tujuan analisis SKL Morfologi adalah memilah bentuk bentang alam/morfologi pada wilayah dan/atau kawasan perencanaan yang mampu untuk dikembangkan sesuai dengan fungsinya. Dalam analisis SKL Morfologi melibatkan data masukan berupa peta morfologi dan peta kelerengan dengan keluaran peta SKL Morfologi dengan penjelasannya. Hasil analisis SKL Morfologi dapat dilihat dalam tabel Tabel 4.1 Analisis SKL Morfologi No. Peta Morfologi Peta Kelerengan SKL Morfologi Nilai 1 Bergunung > 40 % Kemampuan lahan dari morfologi tinggi 1 2 Berbukit, bergelombang 15 – 40 % Kemampuan lahan dari morfologi cukup 2 3 Berombak 8 – 15 % Kemampuan lahan dari morfologi sedang 3 4 Landai 2 – 8 % Kemampuan lahan dari morfologi kurang 4 5 Datar 0 – 2 % Kemampuan lahan dari morfologi rendah 5 Sumber : Hasil Analisis Tahun 2016 2. Analisis Satuan Kemampuan Lahan (SKL) Kemudahan Dikerjakan Tujuan analisis SKL Kemudahan Dikerjakan adalah untuk mengetahui tingkat kemudahan lahan di wilayah dan/atau kawasan untuk digali/dimatangkan dalam proses pembangunan/ pengembangan kawasan. Dalam analisis ini membutuhkan masukan berupa peta topografi, peta morfologi, peta kemiringan lereng, peta jenis tanah, peta penggunaan lahan eksisting, dengan keluaran peta SKL Kemudahan Dikerjakan dan penjelasannya. Sebelum melakukan analisis SKL Kemudahan
  • 2. Dikerjakan, terlebih dahulu harus diketahui penjelasan dari data yang terlibat dalam analisa yaitu jenis tanah Dalam analisis ini, akan ditinjau faktor pembentukan tanah dari aspek waktu pembentukkannya di mana tanah merupakan benda alam yang terus menerus berubah, akibat pelapukan dan pencucian yang terus menerus. Oleh karena itu tanah akan menjadi semakin tua dan kurus. Mineral yang banyak mengandung unsur hara telah habis mengalami pelapukan sehingga tinggal mineral yang sukar lapuk seperti kuarsa. Karena proses pembentukan tanah yang terus berjalan, maka induk tanah berubah berturut-turut menjadi tanah muda, tanah dewasa, dan tanah tua. Tanah Muda ditandai oleh proses pembentukan tanah yang masih tampak pencampuran antara bahan organik dan bahan mineral atau masih tampak struktur bahan induknya. Contoh tanah muda adalah tanah aluvial, regosol dan litosol. Tanah Dewasa ditandai oleh proses yang lebih lanjut sehingga tanah muda dapat berubah menjadi tanah dewasa, yaitu dengan proses pembentukan horison B. Contoh tanah dewasa adalah andosol, latosol, grumosol. Tanah Tua proses pembentukan tanah berlangsung lebih lanjut sehingga terjadi proses perubahan-perubahan yang nyata pada horizon-horoson A dan B. Akibatnya terbentuk horizon A1, A2, A3, B1, B2, B3. Contoh tanah pada tingkat tua adalah jenis tanah podsolik dan latosol tua (laterit). Tabel 4.3 Penjelasan Jenis Tanah dan Sifat-Sifat yang Dibawanya dalam Analisis SKL Kemudahan Dikerjakan No. Jenis Tanah Sifat Nilai 1. Alluvial Jenis tanah ini masih muda, belum mengalami perkembangan, berasal dari bahan induk aluvium, tekstur beraneka ragam, belum terbentuk struktur , konsistensi dalam keadaan basah lekat, pH bermacam-macam, kesuburan sedang hingga tinggi. Penyebarannya di daerah dataran aluvial sungai, dataran aluvial pantai dan daerah cekungan (depresi). (Suhendar, Soleh) 5 2. Andosol Jenis tanah mineral yang telah mengalami perkembangan profil, solum agak tebal, warna agak coklat kekelabuan 3
  • 3. No. Jenis Tanah Sifat Nilai hingga hitam, kandungan organik tinggi, tekstur geluh berdebu, struktur remah, konsistensi gembur dan bersifat licin berminyak (smeary), kadang-kadang berpadas lunak, agak asam, kejenuhan basa tinggi dan daya absorpsi sedang, kelembaban tinggi, permeabilitas sedang dan peka terhadap erosi. Tanah ini berasal dari batuan induk abu atau tuf vulkanik. (Suhendar, Soleh) 3. Gleisol Tanah yang baru terbentuk, perkembangan horison tanah belum terlihat secara jelas. Tanah entisol umumnya dijumpai pada sedimen yang belum terkonsolidasi, seperti pasir, dan beberapa memperlihatkan horison diatas lapisan batuan dasar. (Djauhari, Noor) 4 4. Grumosol Tanah mineral yang mempunyai perkembangan profil, agak tebal, tekstur lempung berat, struktur kersai (granular) di lapisan atas dan gumpal hingga pejal di lapisan bawah, konsistensi bila basah sangat lekat dan plastis, bila kering sangat keras dan tanah retak-retak, umumnya bersifat alkalis, kejenuhan basa, dan kapasitas absorpsi tinggi, permeabilitas lambat dan peka erosi. Jenis ini berasal dari batu kapur, mergel, batuan lempung atau tuf vulkanik bersifat basa. Penyebarannya di daerah iklim sub humid atau sub arid, curah hujan kurang dari 2500 mm/tahun. (Suhendar, Soleh) 2 5. Latosol Jenis tanah ini telah berkembang atau terjadi diferensiasi horizon, kedalaman dalam, tekstur lempung, struktur remah hingga gumpal, konsistensi gembur hingga agak teguh, warna coklat merah hingga kuning. Penyebarannya di daerah beriklim basah, curah hujan lebih dari 300 – 1000 meter, batuan induk dari tuf, material vulkanik, breksi batuan beku intrusi. (Suhendar, Soleh) 2 6. Litosol Tanah mineral tanpa atau sedikit perkembangan profil, batuan induknya batuan beku atau batuan sedimen keras, kedalaman tanah dangkal (< 30 cm) bahkan kadang- kadang merupakan singkapan batuan induk (outerop). Tekstur tanah beranekaragam, dan pada umumnya berpasir, umumnya tidak berstruktur, terdapat kandungan batu, kerikil dan kesuburannya bervariasi. Tanah litosol dapat dijumpai pada segala iklim, umumnya di topografi berbukit, pegunungan, lereng miring sampai curam. (Suhendar, Soleh) 4 7. Mediteran Tanah mempunyai perkembangan profil, solum sedang hingga dangkal, warna coklat hingga merah, mempunyai 1
  • 4. No. Jenis Tanah Sifat Nilai horizon B argilik, tekstur geluh hingga lempung, struktur gumpal bersudut, konsistensi teguh dan lekat bila basah, pH netral hingga agak basa, kejenuhan basa tinggi, daya absorpsi sedang, permeabilitas sedang dan peka erosi, berasal dari batuan kapur keras (limestone) dan tuf vulkanis bersifat basa. Penyebaran di daerah beriklim sub humid, bulan kering nyata. Curah hujan kurang dari 2500 mm/tahun, di daerah pegunungan lipatan, topografi Karst dan lereng vulkan ketinggian di bawah 400 m. Khusus tanah mediteran merah – kuning di daerah topografi Karst disebut terra rossa. (Suhendar, Soleh) 8. Non Cal 3 9. Regosol Jenis tanah ini masih muda, belum mengalami diferensiasi horizon, tekstur pasir, struktur berbukit tunggal, konsistensi lepas-lepas, pH umumnya netral, kesuburan sedang, berasal dari bahan induk material vulkanik piroklastis atau pasir pantai. Penyebarannya di daerah lereng vulkanik muda dan di daerah beting pantai dan gumuk-gumuk pasir pantai. (Suhendar, Soleh) 4 Sumber : Hasil Analisa Tahun 2016 Tabel 4.4 Analisis SKL Kemudahan Dikerjakan No. Peta Morfologi Peta Kelerengan Peta Ketinggian Peta Jenis Tanah Peta Penggunaan Lahan Eksisting SKL Kemudahan Dikerjakan Nilai 1. Bergunung > 40 % >3000 m Mediteran Hutan Kemudahan dikerjakan rendah 1 2. Berbukit, bergelomban 15 – 40 % 2000 – 3000 m Latosol Pertanian, Perkebunan, Kemudahan dikerjakan 2
  • 5. No. Peta Morfologi Peta Kelerengan Peta Ketinggian Peta Jenis Tanah Peta Penggunaan Lahan Eksisting SKL Kemudahan Dikerjakan Nilai g Pertanian tanah kering semusim kurang 3. Berombak 8 – 15 % 1000 – 2000 m Andosol Semak belukar Kemudahan dikerjakan sedang 3 4. Landai 2 – 8% 500 – 1000 m Regosol Tegalan, Tanah kosong Kemudahan dikerjakan cukup 4 5. Datar 0 – 2 % 0 – 500 m Alluvial Permukiman Kemudahan dikerjakan tinggi 5 Sumber : Hasil Analisis Tahun 2016 3. Analisis Satuan Kemampuan Lahan (SKL) Kestabilan Lereng Tujuan analisis SKL Kestabilan Lereng adalah untuk mengetahui tingkat kemantapan lereng di wilayah pengembangan dalam menerima beban. Dalam analisis ini membutuhkan masukan berupa peta topografi, peta morfologi, peta kemiringan lereng, peta jenis tanah, peta hidrogeologi, peta curah hujan, peta bencana alam (rawan bencana gunung berapi dan kerentanan gerakan tanah) dan peta penggunaan lahan, dengan keluaran peta SKL Kestabilan Lereng dan penjelasannya. Sebelum
  • 6. melakukan analisis SKL Kestabilan Lereng, terlebih dahulu harus diketahui penjelasan dari data yang terlibat dalam analisa yaitu jenis tanah. Tabel 4.6 Penjelasan Jenis Tanah dan Sifat-Sifat yang Dibawanya dalam Analisis SKL Kestabilan Lereng No. Jenis Tanah Sifat Nilai 1. Alluvial Jenis tanah ini masih muda, belum mengalami perkembangan, berasal dari bahan induk aluvium, tekstur beraneka ragam, belum terbentuk struktur , konsistensi dalam keadaan basah lekat, pH bermacam-macam, kesuburan sedang hingga tinggi. Penyebarannya di daerah dataran aluvial sungai, dataran aluvial pantai dan daerah cekungan (depresi). (Suhendar, Soleh) 2 2. Andosol Jenis tanah mineral yang telah mengalami perkembangan profil, solum agak tebal, warna agak coklat kekelabuan hingga hitam, kandungan organik tinggi, tekstur geluh berdebu, struktur remah, konsistensi gembur dan bersifat licin berminyak (smeary), kadang-kadang berpadas lunak, agak asam, kejenuhan basa tinggi dan daya absorpsi sedang, kelembaban tinggi, permeabilitas sedang dan peka terhadap erosi. Tanah ini berasal dari batuan induk abu atau tuf vulkanik. (Suhendar, Soleh) 1 3. Gleisol Tanah yang baru terbentuk, perkembangan horison tanah belum terlihat secara jelas. Tanah entisol umumnya dijumpai pada sedimen yang belum terkonsolidasi, seperti pasir, dan beberapa memperlihatkan horison diatas lapisan batuan dasar. (Djauhari, Noor) 2 4. Grumosol Tanah mineral yang mempunyai perkembangan profil, agak tebal, tekstur lempung berat, struktur kersai (granular) di lapisan atas dan gumpal hingga pejal di lapisan bawah, konsistensi bila basah sangat lekat dan plastis, bila kering sangat keras dan tanah retak-retak, umumnya bersifat alkalis, kejenuhan basa, dan kapasitas absorpsi tinggi, permeabilitas lambat dan peka erosi. Jenis ini berasal dari batu kapur, mergel, batuan lempung atau tuf vulkanik bersifat basa. Penyebarannya di daerah iklim sub humid atau sub arid, curah hujan kurang dari 2500 mm/tahun. (Suhendar, Soleh) 3
  • 7. No. Jenis Tanah Sifat Nilai 5. Latosol Jenis tanah ini telah berkembang atau terjadi diferensiasi horizon, kedalaman dalam, tekstur lempung, struktur remah hingga gumpal, konsistensi gembur hingga agak teguh, warna coklat merah hingga kuning. Penyebarannya di daerah beriklim basah, curah hujan lebih dari 300 – 1000 meter, batuan induk dari tuf, material vulkanik, breksi batuan beku intrusi. (Suhendar, Soleh) 5 6. Litosol Tanah mineral tanpa atau sedikit perkembangan profil, batuan induknya batuan beku atau batuan sedimen keras, kedalaman tanah dangkal (< 30 cm) bahkan kadang-kadang merupakan singkapan batuan induk (outerop). Tekstur tanah beranekaragam, dan pada umumnya berpasir, umumnya tidak berstruktur, terdapat kandungan batu, kerikil dan kesuburannya bervariasi. Tanah litosol dapat dijumpai pada segala iklim, umumnya di topografi berbukit, pegunungan, lereng miring sampai curam. (Suhendar, Soleh) 4 7. Mediteran Tanah mempunyai perkembangan profil, solum sedang hingga dangkal, warna coklat hingga merah, mempunyai horizon B argilik, tekstur geluh hingga lempung, struktur gumpal bersudut, konsistensi teguh dan lekat bila basah, pH netral hingga agak basa, kejenuhan basa tinggi, daya absorpsi sedang, permeabilitas sedang dan peka erosi, berasal dari batuan kapur keras (limestone) dan tuf vulkanis bersifat basa. Penyebaran di daerah beriklim sub humid, bulan kering nyata. Curah hujan kurang dari 2500 mm/tahun, di daerah pegunungan lipatan, topografi Karst dan lereng vulkan ketinggian di bawah 400 m. Khusus tanah mediteran merah – kuning di daerah topografi Karst disebut terra rossa. (Suhendar, Soleh) 3 8. Non Cal 3 9. Regosol Jenis tanah ini masih muda, belum mengalami diferensiasi horizon, tekstur pasir, struktur berbukit tunggal, konsistensi lepas-lepas, pH umumnya netral, kesuburan sedang, berasal dari bahan induk material vulkanik piroklastis atau pasir pantai. Penyebarannya di daerah lereng vulkanik muda dan di daerah beting pantai dan gumuk-gumuk pasir pantai. (Suhendar, 2
  • 9. Tabel 4.7 Analisis SKL Kestabilan Lereng No. Peta Morfologi Peta Keleren gan Peta Ketinggian Peta Jenis Tanah Peta Penggunaan Lahan Eksisting Peta Curah Hujan Peta Kerentanan Gerakan Tanah SKL Kestabilan Lereng Nilai 1 Bergunung > 40 % >3000 m Andosol Tegalan, Tanah kosong > 3000 mm/tahun sangat rawan Kestabilan lereng rendah 1 2 Berbukit, Bergelombang 15 – 40 % 2000 – 3000 m Regosol, Alluvial Semak belukar 1500 –3000 mm/tahun Rawan Kestabilan lereng kurang 2 3 Berombak 8 – 15 % 1000 – 2000 m Mediter an Hutan 1000 – 1500 mm/tahun agak rawan Kestabilan lereng sedang 3 4 Landai 2 – 8 % 500 – 1000 m Pertanian, Perkebunan, Pertanian tanah kering semusim < 1000 mm/tahun Aman Kestabilan lereng tinggi 4 5 Datar 0 – 2 % 0 – 500 m Latosol Permukima n Aman 5 Sumber : Hasil Analisis Tahun 2016
  • 10. 4. Analisis Satuan Kemampuan Lahan (SKL) Kestabilan Pondasi Tujuan analisis SKL Kestabilan Pondasi adalah untuk mengetahui tingkat kemampuan lahan untuk mendukung bangunan berat dalam pengembangan perkotaan, serta jenis-jenis pondasi yang sesuai untuk masing-masing tingkatan. Dalam analisis ini membutuhkan masukan berupa peta SKL kestabilan lereng, peta jenis tanah, peta kedalaman efektif tanah, peta tekstur tanah, peta hidrogeologi dan peta penggunaan lahan eksisting dengan keluaran peta SKL Kestabilan Pondasi dan penjelasannya. Sebelum melaksanakan analisis SKL Kestabilan pondasi, harus diketahui terlebih dahulu sifat faktor pendukungnya terhadap analisis kestabilan pondasi meliputi jenis tanah. Tabel 4.9 Penjelasan Jenis Tanah dan Sifat-Sifat yang Dibawanya dalam Analisis Kestabilan Pondasi No. Jenis Tanah Sifat Nilai 1. Alluvial Jenis tanah ini masih muda, belum mengalami perkembangan, berasal dari bahan induk aluvium, tekstur beraneka ragam, belum terbentuk struktur , konsistensi dalam keadaan basah lekat, pH bermacam-macam, kesuburan sedang hingga tinggi. Penyebarannya di daerah dataran aluvial sungai, dataran aluvial pantai dan daerah cekungan (depresi). (Suhendar, Soleh) 1 2. Andosol Jenis tanah mineral yang telah mengalami perkembangan profil, solum agak tebal, warna agak coklat kekelabuan hingga hitam, kandungan organik tinggi, tekstur geluh berdebu, struktur remah, konsistensi gembur dan bersifat licin berminyak (smeary), kadang-kadang berpadas lunak, agak asam, kejenuhan basa tinggi dan daya absorpsi sedang, kelembaban tinggi, permeabilitas sedang dan peka terhadap erosi. Tanah ini berasal dari batuan induk abu atau tuf vulkanik. (Suhendar, Soleh) 2 3. Gleisol Tanah yang baru terbentuk, perkembangan horison tanah belum terlihat secara jelas. Tanah entisol umumnya dijumpai pada sedimen yang belum terkonsolidasi, seperti pasir, dan beberapa memperlihatkan horison diatas lapisan batuan dasar. (Djauhari, Noor) 2
  • 11. No. Jenis Tanah Sifat Nilai 4. Grumosol Tanah mineral yang mempunyai perkembangan profil, agak tebal, tekstur lempung berat, struktur kersai (granular) di lapisan atas dan gumpal hingga pejal di lapisan bawah, konsistensi bila basah sangat lekat dan plastis, bila kering sangat keras dan tanah retak-retak, umumnya bersifat alkalis, kejenuhan basa, dan kapasitas absorpsi tinggi, permeabilitas lambat dan peka erosi. Jenis ini berasal dari batu kapur, mergel, batuan lempung atau tuf vulkanik bersifat basa. Penyebarannya di daerah iklim sub humid atau sub arid, curah hujan kurang dari 2500 mm/tahun. (Suhendar, Soleh) 3 5. Latosol Jenis tanah ini telah berkembang atau terjadi diferensiasi horizon, kedalaman dalam, tekstur lempung, struktur remah hingga gumpal, konsistensi gembur hingga agak teguh, warna coklat merah hingga kuning. Penyebarannya di daerah beriklim basah, curah hujan lebih dari 300 – 1000 meter, batuan induk dari tuf, material vulkanik, breksi batuan beku intrusi. (Suhendar, Soleh) 5 6. Litosol Tanah mineral tanpa atau sedikit perkembangan profil, batuan induknya batuan beku atau batuan sedimen keras, kedalaman tanah dangkal (< 30 cm) bahkan kadang-kadang merupakan singkapan batuan induk (outerop). Tekstur tanah beranekaragam, dan pada umumnya berpasir, umumnya tidak berstruktur, terdapat kandungan batu, kerikil dan kesuburannya bervariasi. Tanah litosol dapat dijumpai pada segala iklim, umumnya di topografi berbukit, pegunungan, lereng miring sampai curam. (Suhendar, Soleh) 4 7. Mediteran Tanah mempunyai perkembangan profil, solum sedang hingga dangkal, warna coklat hingga merah, mempunyai horizon B argilik, tekstur geluh hingga lempung, struktur gumpal bersudut, konsistensi teguh dan lekat bila basah, pH netral hingga agak basa, kejenuhan basa tinggi, daya absorpsi sedang, permeabilitas sedang dan peka erosi, berasal dari batuan kapur keras (limestone) dan tuf vulkanis bersifat basa. Penyebaran di daerah beriklim sub humid, bulan kering nyata. Curah hujan kurang dari 2500 mm/tahun, di daerah pegunungan lipatan, 3
  • 12. No. Jenis Tanah Sifat Nilai topografi Karst dan lereng vulkan ketinggian di bawah 400 m. Khusus tanah mediteran merah – kuning di daerah topografi Karst disebut terra rossa. (Suhendar, Soleh) 8. Non Cal 3 9. Regosol Jenis tanah ini masih muda, belum mengalami diferensiasi horizon, tekstur pasir, struktur berbukit tunggal, konsistensi lepas-lepas, pH umumnya netral, kesuburan sedang, berasal dari bahan induk material vulkanik piroklastis atau pasir pantai. Penyebarannya di daerah lereng vulkanik muda dan di daerah beting pantai dan gumuk-gumuk pasir pantai. (Suhendar, Soleh) 2 Sumber : Hasil Analisa Tahun 2016
  • 13. Tabel 4.10 Analisis SKL Kestabilan Pondasi No. SKL Kestabilan Lereng Peta Jenis Tanah Peta Tekstur Tanah Peta Penggunaan Lahan Eksisting SKL Kestabilan Pondasi Nilai 1. Kestabilan lereng rendah Alluvial Kasar (Pasir) Tegalan, Tanah kosong Daya dukung dan kestabilan pondasi rendah 1 2. Kestabilan lereng kurang Andosol, Regosol Semak belukar Daya dukung dan kestabilan pondasi kurang 2 3. Kestabilan lereng sedang Mediteran Sedang (lempung) Hutan 3 4. Kestabilan lereng tinggi Halus (liat) Pertanian, Perkebunan, Pertanian tanah kering semusim Daya dukung dan kestabilan pondasi tinggi 4 5. Latosol Permukiman 5 Sumber : Hasil Analisa Tahun 2016
  • 14. 5. Analisis Satuan Kemampuan Lahan (SKL) Ketersediaan Air Tujuan analisis SKL Ketersediaan Air adalah untuk mengetahui tingkat ketersediaan air dan kemampuan penyediaan air pada masing-masing tingkatan, guna pengembangan kawasan. Dalam analisis ini membutuhkan masukan berupa peta morfologi, peta kelerengan, peta curah hujan, peta hidrogeologi, peta jenis tanah dan peta penggunaan lahan eksisting dengan keluaran peta SKL Ketersediaan Air dan penjelasannya. Sebelum melakukan analisis SKL Ketersediaan Air , terlebih dahulu harus diketahui penjelasan dari data yang terlibat dalam analisa yaitu jenis tanah. Tabel 4.12 Penjelasan Jenis Tanah dan Sifat-Sifat yang Dibawanya dalam Analisis SKL Ketersediaan Air No. Jenis Tanah Sifat Nilai 1. Aluvial Daya mengikat air kurang,apabila kena hujan akan menjadi lengket dan bila kekeringan akan mengeras. (Rachmiati, Yati). 2 2. Andosol Tanah Andosol mempunyai sifat fisik yang baik, daya pengikatan air yang sangat tinggi, sehingga selalu jenuh air jika tertutup vegetasi. Sangat gembur, struktur remah atau granuler dengan granulasi yang tak pulih. Permeabilitas sangat tinggi karena mengandung banyak makropori, fraksi lempung sebagian besar alofan dengan berat jenis kurang dari 0,85 dan kandungan bahan organik biasanya tinggi, yaitu antara 8% - 30%.( Sri Damayanti, Lusiana, 2005). 5 3. Gleisol Jenis tanah ini perkembangannya lebih dipengaruhi oleh faktor lokal, yaitu topografi merupakan dataran rendah atau cekungan, hampir selalu tergenang air, solum tanah sedang, warna kelabu hingga kekuningan, tekstur geluh hingga lempung, struktur berlumpur hingga masif, konsistensi lekat, bersifat asam (pH 4.5 – 6.0), kandungan bahan organik. Ciri khas tanah ini adanya lapisan glei kontinu yang berwarna kelabu pucat pada kedalaman kurang dari 0.5 meter akibat dari profil tanah selalu jenuh air. Penyebaran di daerah beriklim humid hingga sub humid, curah hujan lebih dari 2000 mm/tahun.(Suhendar, Soleh). 4 4. Grumosol Tanah Grumosol mempunyai sifat struktur lapisan atas granuler dan lapisan bawah gumpal atau pejal, jenis lempung yang terbanyak montmorillonit sehingga tanah mempunyai daya adsorpsi yang tinggi yang menyebabkan 2
  • 15. No. Jenis Tanah Sifat Nilai gerakan air dan keadaan aerasi buruk dan sangat peka terhadap erosi. ( Sri Damayanti, Lusiana, 2005). 5. Latosol Daya mengikat air kurang,apabila kena hujan akan menjadi lengket dan bila kekeringan akan mengeras dengan struktur remah. (Rachmiati, Yati). 1 6. Litosol Tanah mineral tanpa atau sedikit perkembangan profil, batuan induknya batuan beku atau batuan sedimen keras, kedalaman tanah dangkal (< 30 cm) bahkan kadang- kadang merupakan singkapan batuan induk (outerop). Tekstur tanah beranekaragam, dan pada umumnya berpasir, umumnya tidak berstruktur, terdapat kandungan batu, kerikil dan kesuburannya bervariasi. Tanah litosol dapat dijumpai pada segala iklim, umumnya di topografi berbukit, pegunungan, lereng miring sampai curam. (Suhendar, Soleh). 3 7. Mediteran Tanah mempunyai perkembangan profil, solum sedang hingga dangkal, warna coklat hingga merah, mempunyai horizon B argilik, tekstur geluh hingga lempung, struktur gumpal bersudut, konsistensi teguh dan lekat bila basah, pH netral hingga agak basa, kejenuhan basa tinggi, daya absorpsi sedang, permeabilitas sedang dan peka erosi, berasal dari batuan kapur keras (limestone) dan tuf vulkanis bersifat basa. Penyebaran di daerah beriklim sub humid, bulan kering nyata. Curah hujan kurang dari 2500 mm/tahun, di daerah pegunungan lipatan, topografi Karst dan lereng vulkan ketinggian di bawah 400 m. Khusus tanah mediteran merah – kuning di daerah topografi Karst disebut terra rossa. (Suhendar, Soleh). 3 8. Non Cal 2 9. Regosol Jenis tanah ini masih muda, belum mengalami diferensiasi horizon, tekstur pasir, struktur berbukit tunggal, konsistensi lepas-lepas, pH umumnya netral, kesuburan sedang, berasal dari bahan induk material vulkanik piroklastis atau pasir pantai. Penyebarannya di daerah lereng vulkanik muda dan di daerah beting pantai dan gumuk-gumuk pasir pantai. (Suhendar, Soleh). 3 Sumber : Hasil Analisa Tahun 2016
  • 16. Tabel 4.13 Analisis SKL Ketersediaan Air No. Peta Morfologi Peta Kelerengan Peta Ketinggian Peta Jenis Tanah Peta Penggunaan Lahan Eksisting Peta Curah Hujan SKL Ketersediaan Air Nilai 1 Bergunung > 40 % >3000 m Latosol Tegalan, Tanah kosong Ketersediaan air sangat rendah 1 2 Berbukit, Bergelomban g 15 – 40 % 2000 – 3000 m Alluvial Semak belukar < 1000 mm/tahun Ketersediaan air rendah 2 3 Berombak 8 – 15 % 1000 – 2000 m Mediteran , Regosol Hutan 1000 – 1500 mm/tahun Ketersediaan air sedang 3 4 Landai 2 – 8 % 500 – 1000 m Pertanian, Perkebunan, Pertanian tanah kering semusim 1500 –3000 mm/tahun Ketersediaan air tinggi 4 5 Datar 0 – 2 % 0 – 500 m Andosol Permukiman > 3000 mm/tahun 5 Sumber : Hasil Analisis Tahun 2016
  • 17. 6. Satuan Kemampuan Lahan (SKL) Untuk Drainase Tujuan analisis SKL untuk Drainase adalah untuk mengetahui tingkat kemampuan lahan dalam mengalirkan air hujan secara alami, sehingga kemungkinan genangan baik bersifat lokal maupun meluas dapat dihindari. Dalam analisis ini membutuhkan masukan berupa peta morfologi, peta kemiringan lereng, peta topografi, peta jenis tanah, peta curah hujan, peta kedalaman efektif tanah, dan penggunaan lahan eksisting dengan keluaran peta SKL untuk Drainase dan penjelasannya. Sebelum melakukan analisis SKL untuk Drainase, terlebih dahulu harus diketahui penjelasan dari data yang terlibat dalam analisa yaitu jenis tanah. Tabel 4.15 Penjelasan Jenis Tanah dan Sifat-Sifat yang Dibawanya dalam Analisis SKL untuk Drainase No. Jenis Tanah Sifat Nilai 1. Aluvial Merupakan tanah-tanah muda, yang belum mempunyai perkembangan profil, dengan susunan horison A-C atau A-C-R, atau A-R. Tanah ini terbentuk dari bahan aluvium, aluvium-marin, marin, dan volkan. Umumnya pada landform dataran, fluvio- marin, dan volkan. Penampang tanah bervariasi, tekstur lempung berpasir sampai pasir berlempung, dan berlapis-lapis (stratified) atau berselang seling. Adanya perbedaan tekstur berlapis-lapis tersebut menunjukkan proses pengendapan dari limpasan sungai yang berulang; sebagian mengandung kerikil di dalam penampang tanah. Warna tanah coklat tua sampai gelap, drainase buruk sampai cepat, struktur lepas sampai masif, konsistensi gembur dan keras pada kondisi kering. Reaksi tanah umumnya agak netral (pH 7), kadar C organik sangat rendah sampai sedang, kadar P2O5 dan K2O potensial sedang sampai tinggi, basa-basa dapat tukar rendah sampai tinggi dan didominasi oleh Ca dan Mg. KTK tanah rendah, tetapi kejenuhan basanya tinggi. Penggunaan lahan umumnya bervariasi. (Blog TANI MUDA) 1 2. Andosol Merupakan tanah-tanah muda, yang belum/sedikit mempunyai perkembangan profil, dengan susunan horison A-C, A-C-R. Tanah ini terbentuk dari bahan 4
  • 18. No. Jenis Tanah Sifat Nilai abu volkan (debu, pasir, dan kerikil). Umumnya terbentuk pada landform volkanik. Penampang tanah dangkal sampai dalam, tekstur lempung berpasir sampai pasir berlempung. Warna tanah coklat tua sampai coklat tua kekuningan, drainase sedang, struktur lepas sampai masif, konsistensi gembur dan keras pada kondisi kering. Reaksi tanah umumnya netral, kadar C organik sangat rendah sampai sedang, kadar P2O5 dan K2O potensial sedang sampai tinggi, basa-basa dapat tukar rendah dan didominasi oleh Ca dan Mg. KTK tanah rendah sampai sedang, tetapi kejenuhan basanya tinggi. Umumnya Andisols di kabupaten Bima beriklim kering (ustic). Penggunaan lahan umumnya tegalan, semak, rumput, belukar, semak, dan hutan. (Blog TANI MUDA) 3. Gleisol Tanah yang baru terbentuk, perkembangan horison tanah belum terlihat secara jelas. Tanah entisol umumnya dijumpai pada sedimen yang belum terkonsolidasi, seperti pasir, dan beberapa memperlihatkan horison diatas lapisan batuan dasar. (Djauhari, Noor) 2 4. Grumosol Jenis tanah grumosol sifat tanahnya mudah longsor dan memiliki drainase buruk. (Kota Probolinggo) 1 5. Latosol Tanah yang sudah menunjukkan adanya perkembangan profil, dengan susunan horison A-Bw- C pada lahan kering dengan drainase baik, atau susunan horison A-Bg-C pada lahan basah dengan drainase terhambat. Tanah terbentuk dari berbagai macam bahan induk, yaitu tuf volkan masam, tuf volkan intermedier (andesitik), tufa pasiran, dan granodiorit serta skis. Tanah ini mempunyai penyebaran paling luas, menempati grup landform dataran volkan, perbukitan volkan, dan dataran tektonik. Tanah dari bahan volkan intermedier berwarna coklat kemerahan, tekstur lempung berliat sampai liat, penampang dalam, dan struktur cukup baik, konsistensi gembur sampai teguh. Reaksi tanah netral, kadar C dan N organik sangat rendah sampai sedang, kadar P dan K potensial sedang sampai tinggi. Kadar basa-basa dapat tukar didominasi oleh Ca dan Mg, KTK tanah rendah, KTK liat rendah 5
  • 19. No. Jenis Tanah Sifat Nilai sampai tinggi, dan kejenuhan basa tinggi. Pada landform dataran volkan sifat tanah dipengaruhi oleh bahan induknya. Tanah penampang cukup dalam, berwarna coklat kekuningan sampai kemerahan, drainase baik, tekstur halus sampai agak halus, konsistensi gembur sampai teguh, dan reaksi tanah agak masam sampai masam. Sebagian besar telah diusahakan untuk lahan pertanian, seperti persawahan, tegalan dan kebun campuran. Sisanya masih berupa semak belukar dan hutan. (Blog TANI MUDA) 6. Litosol Tanah mineral tanpa atau sedikit perkembangan profil, batuan induknya batuan beku atau batuan sedimen keras, kedalaman tanah dangkal (< 30 cm) bahkan kadang-kadang merupakan singkapan batuan induk (outerop). Tekstur tanah beranekaragam, dan pada umumnya berpasir, umumnya tidak berstruktur, terdapat kandungan batu, kerikil dan kesuburannya bervariasi. Tanah litosol dapat dijumpai pada segala iklim, umumnya di topografi berbukit, pegunungan, lereng miring sampai curam. (Suhendar, Soleh). 3 7. Mediteran Sama dengan inceptisol/latosol 5 8. Non Cal 2 9. Regosol Jenis tanah ini masih muda, belum mengalami diferensiasi horizon, tekstur pasir, struktur berbukit tunggal, konsistensi lepas-lepas, pH umumnya netral, kesuburan sedang, berasal dari bahan induk material vulkanik piroklastis atau pasir pantai. Penyebarannya di daerah lereng vulkanik muda dan di daerah beting pantai dan gumuk-gumuk pasir pantai. (Suhendar, Soleh). 2 Sumber : Hasil Analisa Tahun 2016
  • 20. Tabel 4.16 Tabel Analisis SKL Untuk Drainase No. Peta Morfologi Peta Kelerengan Peta Ketinggian Peta Jenis Tanah Peta Curah Hujan Peta Penggunaa n Lahan Eksisting SKL Drainase Nilai 1 Bergunung > 40 % >3000 m Andosol Permukima n Drainase tinggi 5 2 Berbukit, Bergelomb ang 15 – 40 % 2000 – 3000 m Alluvial, Regosol < 1000 mm/ta hun Tegalan, Tanah kosong 4 3 Berombak 8 – 15 % 1000 – 2000 m Mediteran 1000 – 1500 mm/ta hun Pertanian, Perkebunan , Pertanian tanah kering semusim Drainase cukup 3 4 Landai 2 – 8 % 500 – 1000 m 1500 – 3000 mm/ta hun Hutan Drainase kurang 2 5 Datar 0 – 2 % 0 – 500 m Latosol > 3000 mm/ta hun Semak belukar 1 Sumber : Hasil Analisa 2016
  • 21. 7. Analisis Satuan Kemampuan Lahan (SKL) Terhadap Erosi Tujuan analisis SKL Terhadap Erosi adalah untuk mengetahui daerah-daerah yang mengalami keterkikisan tanah, sehingga dapat diketahui tingkat ketahanan lahan terhadap erosi serta antispasi dampaknya pada daerah yang lebih hilir. Dalam analisis ini membutuhkan masukan berupa peta morfologi, peta kemiringan lereng, peta jenis tanah, peta hidrogeologi, peta tekstur tanah, peta curah hujan dan peta penggunaan lahan eksisting dengan keluaran peta SKL Terhadap Erosi dan penjelasannya. Sebelum melakukan analisis SKL Terhadap Erosi, terlebih dahulu harus diketahui penjelasan dari data yang terlibat dalam analisa yaitu jenis tanah. Tabel 4.18 Penjelasan Jenis Tanah dan Sifat-Sifat yang Dibawanya dalam Analisis SKL Terhadap Erosi No. Jenis Tanah Sifat Nilai 1. Aluvial Jenis-jenis tanah yang tidak peka terhadap erosi:  Aluvial  Gleisol Jenis tanah yang agak peka erosi:  Latosol Jenis tanah dengan kepekaan sedang:  Non Cal  Mediteran Jenis tanah yang peka terhadap erosi:  Andosol  Grumosol Jenis tanah yang sangat peka erosi:  Regosol  Litosol Sumber: Studi Sub DAS Citarik 5 2. Andosol 2 3. Gleisol 5 4. Grumosol 2 5. Latosol 4 6. Litosol 1 7. Mediteran 3 8. Non Cal 3 9. Regosol 1 Sumber : Hasil Analisa Tahun 2016
  • 22. Tabel 4.19 Analisis SKL Terhadap Erosi No. Peta Morfologi Peta Kelerengan Peta Jenis Tanah Peta Tekstur Tanah Peta Curah Hujan Peta Penggunaan Lahan Eksisting SKL Erosi Nilai 1 Bergunung > 40 % Regosol Kasar (Pasir) > 3000 mm/tahun Semak belukar Erosi tinggi 1 2 Berbukit, Bergelomban g 15 – 40 % Andosol 1500 –3000 mm/tahun Tegalan, Tanah kosong Erosi cukup tinggi 2 3 Berombak 8 – 15 % Mediteran Sedang (lempung) 1000 – 1500 mm/tahun Pertanian, Perkebunan, Pertanian tanah kering semusim Erosi sedang 3 4 Landai 2 – 8 % Latosol Halus (liat) < 1000 mm/tahun Permukiman Erosi sangat rendah 4 5 Datar 0 – 2 % Alluvial Hutan Tidak ada erosi 5 Sumber : Hasil Analisa Tahun 2016
  • 23. 8. Analisis Satuan Kemampuan Lahan (SKL) Pembuangan Limbah Tujuan analisis SKL Pembuangan Limbah adalah untuk mengetahui mengetahui daerah-daerah yang mampu untuk ditempati sebagai lokasi penampungan akhir dan pengeolahan limbah, baik limbah padat maupun cair. Dalam analisis ini membutuhkan masukan berupa peta morfologi, peta kemiringan, peta topografi, peta jenis tanah, peta hidrogeologi, peta curah hujan dan peta penggunaan lahan eksisting dengan keluaran peta SKL Pembuangan Limbah dan penjelasannya. Sebelum melakukan analisis SKL Pembuangan Limbah, terlebih dahulu harus diketahui penjelasan dari data yang terlibat dalam analisa yaitu jenis tanah. Tabel 4.21 Penjelasan Jenis Tanah dan Sifat-Sifat yang Dibawanya dalam Analisis SKL Pembuangan Limbah No. Jenis Tanah Sifat Nilai 1. Aluvial Dalam penilaian ini digunakan kepekaan terhadap erosi dimana jenis tanah untuk lokais pembuangan limbah harus tidak peka terhadap erosi. Jenis-jenis tanah yang tidak peka terhadap erosi:  Aluvial  Gleisol Jenis tanah yang agak peka erosi:  Latosol Jenis tanah dengan kepekaan sedang:  Non Cal  Mediteran Jenis tanah yang peka terhadap erosi:  Andosol  Grumosol Jenis tanah yang sangat peka erosi:  Regosol  Litosol Sumber: Citarik 5 2. Andosol 2 3. Gleisol 5 4. Grumosol 2 5. Latosol 4 6. Litosol 1 7. Mediteran 3 8. Non Cal 3 9. Regosol 1 Sumber : Hasil Analisa Tahun 2016
  • 24. Tabel 4.22 Analisis SKL Pembuangan Limbah No . Peta Morfologi Peta Kelerengan Peta Ketinggian Peta Jenis Tanah Peta Curah Hujan Peta Penggunaan Lahan Eksisting SKL Pembuangan Limbah Nilai 1 Bergunung > 40 % >3000 m Regosol > 3000 mm/tahun Hutan Kemampuan lahan untuk pembuangan limbah kurang 1 2 Berbukit, Bergelomban g 15 – 40 % 2000 – 3000 m Andosol 1500 –3000 mm/tahun Pertanian, Perkebunan, Pertanian tanah kering semusim 2 3 Berombak 8 – 15 % 1000 – 2000 m Meditera n 1000 – 1500 mm/tahun Permukiman Kemampuan lahan untuk pembuangan limbah sedang 3 4 Landai 2 – 8 % 500 – 1000 m Latosol < 1000 mm/tahun Semak belukar Kemampuan lahan untuk pembuangan limbah cukup 4 5 Datar 0 – 2 % 0 – 500 m Alluvial Tegalan, tanah kosong 5 Sumber : Hasil Analisa Tahun 2016
  • 25. 9. Analisis Satuan Kemampuan Lahan (SKL) Terhadap Bencana Alam Tujuan analisis SKL terhadap Bencana Alam adalah untuk mengetahui tingkat kemampuan lahan dalam menerima bencana alam khususnya dari sisi geologi, untuk menghindari/mengurangi kerugian dari korban akibat bencana tersebut. Dalam analisis ini membutuhkan masukan berupa peta peta morfologi, peta kemiringan lereng, peta topografi, peta jenis tanah, peta tekstur tanah, peta curah hujan, peta bencana alam (rawan gunung berapi dan kerentanan gerakan tanah) dan peta penggunaan lahan eksisting dengan keluaran peta SKL Terhadap Bencana Alam dan penjelasannya. Analisis SKL terhadap Bencana Alam juga mengikutsertakan analisis terhadap jenis tanah yang sama dengan SKL Terhadap Erosi.
  • 26. Tabel 4.24 Analisis SKL Terhadap Bencana Alam No . Peta Morfologi Peta Kelereng an Peta Ketinggian Peta Jenis Tanah Peta Penggunaan Lahan Eksisting Peta Curah Hujan Peta Tekstur Tanah Peta Kerentana n Gerakan Tanah SKL Bencana Alam Nilai 1 Bergunung > 40 % >3000 m Regosol Tegalan, Tanah kosong > 3000 mm/tahun Kasar (Pasir) sangat rawan Potensi bencana alam tinggi 1 2 Berbukit, Bergelomban g 15 – 40 % 2000 – 3000 m Andosol Semak belukar 1500 –3000 mm/tahun rawan 2 3 Berombak 8 – 15 % 1000 – 2000 m Mediteran Hutan 1000 – 1500 mm/tahun Sedang (lempung) agak rawan Potensi bencana alam cukup 3 4 Landai 2 – 8 % 500 – 1000 m Latosol Pertanian, Perkebunan, Pertanian Tanah Kering Semusim < 1000 mm/tahun Halus (liat) Aman Potensi bencana alam kurang 4 5 Datar 0 – 2 % 0 – 500 m Alluvial Permukiman Aman 5 Sumber Hasil Analisa Tahun 2016
  • 27. 10. Analisis Kemampuan Lahan Analisis ini dilaksanakan untuk memperoleh gambaran tingkat kemampuan lahan untuk dikembangkan sebagai perkotaan, sebagai acuan bagi arahan-arahan kesesuaian lahan pada tahap analisis berikutnya. Data-data yang dibutuhkan meliputi peta-peta hasil analisis SKL. Keluaran dari analisis ini meliputi: a. Peta klasifikasi kemampuan lahan untuk pengembangan kawasan b. Kelas kemampuan lahan untuk dikembangkan sesuai fungsi kawasan c. Potensi dan kendala fisik pengembangan lahan Langkah pelaksanaan: 1) Analisis satuan-satuan kemampuan lahan, untuk memperoleh gambaran tingkat kemampuan pada masing-masing satuan kemampuan lahan. 2) Menentukan nilai kemampuan setiap tingkatan pada masing-masing satuan kemampuan lahan, dengan penilaian 5 (lima) untuk nilai tertinggi dan 1 (satu) untuk nilai terendah. 3) Mengalikan nilai-nilai tersebut dengan bobot dari masing-masing satuan kemampuan lahan. Bobot ini didasarkan pada seberapa jauh pengaruh satuan kemampuan lahan tersebut pada pengembangan perkotaan. Bobot yang digunakan sesuai dengan tabel... 4) Melakukan superimpose semua satuan-satuan kemampuan lahan, dengan cara menjumlahkan hasil perkalian nilai kali bobot dari seluruh satuan-satuan kemampuan lahan dalam satu peta, sehingga diperoleh kisaran nilai yang menunjukkan nilai kemampuan lahan di wilayah perencanaan. 5) Menentukan selang nilai yang akan digunakan sebagai pembagi kelas-kelas kemampuan lahan, sehingga diperoleh zona-zona kemampuan lahan dengan nilai tertentu yang menunjukkan tingkatan kemampuan lahan di wilayah perencanaan dan digambarkan dalam satu peta klasifikasi kemampuan lahan untuk perencanaan RDTR Petasia Barat. Pembuatan peta nilai kemampuan lahan merupakan penjumlahan nilai dikalikan bobot, yaitu:
  • 28. 1) Melakukan superimpose setiap satuan kemampuan lahan yang telah diperoleh hasil pengalian nilai dengan bobotnya secara satu per satu, sehingga kemudian diperoleh peta jumlah nilai dikalikan bobot seluruh satuan secara kumulatif. 2) Membagi peta masing-masing satuan kemampuan lahan dalam sistem grid, kemudian memasukkan nilai dikalikan bobot masing-masing satuan kemampuan lahan ke dalam grid tersebut. Penjumlahan nilai dikalikan bobot secara keseluruhan adalah tetap dengan menggunakan grid, yakni menjumlahkan hasil nilai dikalikan bobot seluruh satuan kemampuan lahan pada setiap grid yang sama
  • 29. Tabel 4.27 Tabel Pembobotan SKL SKL Morfologi SKL Kemudaha n Dikerjakan SKL Kestabilan Lereng SKL Kestabilan Pondasi SKL Ketersediaa n Air SKL Untuk Drainase SKL Terhadap Erosi SKL Pembuanga n Limbah SKL Bencana Alam Kemampua n Lahan Bobot: 5 Bobot: 1 Bobot: 5 Bobot: 3 Bobot: 5 Bobot: 5 Bobot: 3 Bobot: 0 Bobot: 5 Total Nilai Bobo t x Nilai 5 1 5 3 5 5 3 0 5 32 10 2 10 6 10 10 6 0 10 64 15 3 15 9 15 15 9 0 15 96 20 4 20 12 20 20 12 0 20 128 25 5 25 15 25 25 15 0 25 160
  • 30. Dari total nilai dibuat beberapa kelas yang memperhatikan nilai minimum dan maksimum total nilai. Dari angka di atas, nilai minimum yang mungkin diperoleh ada;ah 32 sedangkan nilai maksimum yang dapat diperoleh adalah 160. Dengan demikian, pengkelasan dari total nilai ini adalah: 1) Kelas a dengan nilai 32 – 58 2) Kelas b dengan nilai 59 – 83 3) Kelas c dengan nilai 84 – 109 4) Kelas d dengan nilai 110 – 134 5) Kelas e dengan nilai 135 – 160 Setiap kelas lahan memiliki kemampuan yang berbeda-beda seperti pada tabel: Tabel 4.27 Tabel Klasifikasi Total Nilai Kelas Kemampuan Lahan Klasifikasi Pengembangan 32 – 58 Kelas a Kemampuan pengembangan sangat rendah 59 – 83 Kelas b Kemampuan pengembangan rendah 84 – 109 Kelas c Kemampuan pengembangan sedang 110 – 134 Kelas d Kemampuan pengembangan agak tinggi 135 – 160 Kelas e Kemampuan pengembangan sangat tinggi