Analisis Satuan Kemampuan Lahan (SKL) melibatkan penilaian morfologi, kemudahan dikerjakan, dan kestabilan lereng lahan untuk menentukan kemampuan lahan di suatu wilayah. Faktor-faktor yang dinilai meliputi jenis tanah, kemiringan, ketinggian, dan penggunaan lahan eksisting untuk menghasilkan peta SKL dengan nilai kemampuan lahan dari yang paling rendah hingga paling tinggi.
Pedoman Teknik Analisis Aspek Fisik+Lingkungan, Aspek Ekonomi, Aspek Sosial dan Budaya. Berisi definisi aspek, meliputi apa saja, dan kebutuhan data yang akan dicari dalam rencana tata ruang.
Pedoman Teknik Analisis Aspek Fisik+Lingkungan, Aspek Ekonomi, Aspek Sosial dan Budaya. Berisi definisi aspek, meliputi apa saja, dan kebutuhan data yang akan dicari dalam rencana tata ruang.
Instrumen pengendalian pemanfaattan ruang di Indonesia.
Sebuah rekomendasi untuk memasukkan aspek-aspek science dan lingkungan hidup dalam proses tata ruang di Indonesia
Pedoman Penyusunan Rencana Detail Tata Ruang dan Peraturan Zonasi Kabupaten/KotaPenataan Ruang
Peraturan Menteri Pekerjaan Umum No : 20/PRT/M/2011 tentang Pedoman Penyusunan Rencana Detail Tata Ruang dan Peraturan Zonasi Kabupaten/Kota - Batang Tubuh RDTR
Penyusunan RDTR berbasis bidang tanah harus segera diterapkan di Indonesia. Pertanahan dan Tata Ruang merupakan bagian yang tidak terpisahkan dalam penyusunan RDTR Kabupaten/Kota di Indonesia
Instrumen pengendalian pemanfaattan ruang di Indonesia.
Sebuah rekomendasi untuk memasukkan aspek-aspek science dan lingkungan hidup dalam proses tata ruang di Indonesia
Pedoman Penyusunan Rencana Detail Tata Ruang dan Peraturan Zonasi Kabupaten/KotaPenataan Ruang
Peraturan Menteri Pekerjaan Umum No : 20/PRT/M/2011 tentang Pedoman Penyusunan Rencana Detail Tata Ruang dan Peraturan Zonasi Kabupaten/Kota - Batang Tubuh RDTR
Penyusunan RDTR berbasis bidang tanah harus segera diterapkan di Indonesia. Pertanahan dan Tata Ruang merupakan bagian yang tidak terpisahkan dalam penyusunan RDTR Kabupaten/Kota di Indonesia
Sebuah buku foto yang berjudul Lensa Kampung Ondel-Ondelferrydmn1999
Indonesia, negara kepulauan yang kaya akan keragaman budaya, suku, dan tradisi, memiliki Jakarta sebagai pusat kebudayaan yang dinamis dan unik. Salah satu kesenian tradisional yang ikonik dan identik dengan Jakarta adalah ondel-ondel, boneka raksasa yang biasanya tampil berpasangan, terdiri dari laki-laki dan perempuan. Ondel-ondel awalnya dianggap sebagai simbol budaya sakral dan memainkan peran penting dalam ritual budaya masyarakat Betawi untuk menolak bala atau nasib buruk. Namun, seiring dengan bergulirnya waktu dan perubahan zaman, makna sakral ondel-ondel perlahan memudar dan berubah menjadi sesuatu yang kurang bernilai. Kini, ondel-ondel lebih sering digunakan sebagai hiasan atau sebagai sarana untuk mencari penghasilan. Buku foto Lensa Kampung Ondel-Ondel berfokus pada Keluarga Mulyadi, yang menghadapi tantangan untuk menjaga tradisi pembuatan ondel-ondel warisan leluhur di tengah keterbatasan ekonomi yang ada. Melalui foto cerita, foto feature dan foto jurnalistik buku ini menggambarkan usaha Keluarga Mulyadi untuk menjaga tradisi pembuatan ondel-ondel sambil menghadapi dilema dalam mempertahankan makna budaya di tengah perubahan makna dan keterbatasan ekonomi keluarganya. Buku foto ini dapat menggambarkan tentang bagaimana keluarga tersebut berjuang untuk menjaga warisan budaya mereka di tengah arus modernisasi.
Form B8 Rubrik Refleksi Program Pengembangan Kompetensi Guru -1.docx
Analisis satuan kemampuan lahan
1. ANALISIS SATUAN KEMAMPUAN LAHAN (SKL)
1. Analisis Satuan Kemampuan Lahan (SKL) Morfologi
Tujuan analisis SKL Morfologi adalah memilah bentuk bentang alam/morfologi pada
wilayah dan/atau kawasan perencanaan yang mampu untuk dikembangkan sesuai
dengan fungsinya. Dalam analisis SKL Morfologi melibatkan data masukan berupa
peta morfologi dan peta kelerengan dengan keluaran peta SKL Morfologi dengan
penjelasannya. Hasil analisis SKL Morfologi dapat dilihat dalam tabel
Tabel 4.1
Analisis SKL Morfologi
No.
Peta Morfologi
Peta
Kelerengan
SKL Morfologi Nilai
1 Bergunung > 40 %
Kemampuan lahan dari
morfologi tinggi
1
2
Berbukit,
bergelombang
15 – 40 %
Kemampuan lahan dari
morfologi cukup
2
3 Berombak 8 – 15 %
Kemampuan lahan dari
morfologi sedang
3
4 Landai 2 – 8 %
Kemampuan lahan dari
morfologi kurang
4
5 Datar 0 – 2 %
Kemampuan lahan dari
morfologi rendah
5
Sumber : Hasil Analisis Tahun 2016
2. Analisis Satuan Kemampuan Lahan (SKL) Kemudahan Dikerjakan
Tujuan analisis SKL Kemudahan Dikerjakan adalah untuk mengetahui tingkat
kemudahan lahan di wilayah dan/atau kawasan untuk digali/dimatangkan dalam
proses pembangunan/ pengembangan kawasan. Dalam analisis ini membutuhkan
masukan berupa peta topografi, peta morfologi, peta kemiringan lereng, peta jenis
tanah, peta penggunaan lahan eksisting, dengan keluaran peta SKL Kemudahan
Dikerjakan dan penjelasannya. Sebelum melakukan analisis SKL Kemudahan
2. Dikerjakan, terlebih dahulu harus diketahui penjelasan dari data yang terlibat dalam
analisa yaitu jenis tanah
Dalam analisis ini, akan ditinjau faktor pembentukan tanah dari aspek waktu
pembentukkannya di mana tanah merupakan benda alam yang terus menerus
berubah, akibat pelapukan dan pencucian yang terus menerus. Oleh karena itu tanah
akan menjadi semakin tua dan kurus. Mineral yang banyak mengandung unsur hara
telah habis mengalami pelapukan sehingga tinggal mineral yang sukar lapuk seperti
kuarsa. Karena proses pembentukan tanah yang terus berjalan, maka induk tanah
berubah berturut-turut menjadi tanah muda, tanah dewasa, dan tanah tua. Tanah
Muda ditandai oleh proses pembentukan tanah yang masih tampak pencampuran
antara bahan organik dan bahan mineral atau masih tampak struktur bahan
induknya. Contoh tanah muda adalah tanah aluvial, regosol dan litosol. Tanah
Dewasa ditandai oleh proses yang lebih lanjut sehingga tanah muda dapat berubah
menjadi tanah dewasa, yaitu dengan proses pembentukan horison B. Contoh tanah
dewasa adalah andosol, latosol, grumosol. Tanah Tua proses pembentukan tanah
berlangsung lebih lanjut sehingga terjadi proses perubahan-perubahan yang nyata
pada horizon-horoson A dan B. Akibatnya terbentuk horizon A1, A2, A3, B1, B2, B3.
Contoh tanah pada tingkat tua adalah jenis tanah podsolik dan latosol tua (laterit).
Tabel 4.3
Penjelasan Jenis Tanah dan Sifat-Sifat yang Dibawanya dalam Analisis SKL Kemudahan
Dikerjakan
No.
Jenis
Tanah
Sifat Nilai
1. Alluvial
Jenis tanah ini masih muda, belum mengalami
perkembangan, berasal dari bahan induk aluvium, tekstur
beraneka ragam, belum terbentuk struktur , konsistensi
dalam keadaan basah lekat, pH bermacam-macam,
kesuburan sedang hingga tinggi. Penyebarannya di daerah
dataran aluvial sungai, dataran aluvial pantai dan daerah
cekungan (depresi). (Suhendar, Soleh)
5
2. Andosol
Jenis tanah mineral yang telah mengalami perkembangan
profil, solum agak tebal, warna agak coklat kekelabuan
3
3. No.
Jenis
Tanah
Sifat Nilai
hingga hitam, kandungan organik tinggi, tekstur geluh
berdebu, struktur remah, konsistensi gembur dan bersifat
licin berminyak (smeary), kadang-kadang berpadas lunak,
agak asam, kejenuhan basa tinggi dan daya absorpsi
sedang, kelembaban tinggi, permeabilitas sedang dan peka
terhadap erosi. Tanah ini berasal dari batuan induk abu
atau tuf vulkanik. (Suhendar, Soleh)
3. Gleisol
Tanah yang baru terbentuk, perkembangan horison tanah
belum terlihat secara jelas. Tanah entisol umumnya
dijumpai pada sedimen yang belum terkonsolidasi, seperti
pasir, dan beberapa memperlihatkan horison diatas
lapisan batuan dasar. (Djauhari, Noor)
4
4. Grumosol
Tanah mineral yang mempunyai perkembangan profil,
agak tebal, tekstur lempung berat, struktur kersai
(granular) di lapisan atas dan gumpal hingga pejal di
lapisan bawah, konsistensi bila basah sangat lekat dan
plastis, bila kering sangat keras dan tanah retak-retak,
umumnya bersifat alkalis, kejenuhan basa, dan kapasitas
absorpsi tinggi, permeabilitas lambat dan peka erosi. Jenis
ini berasal dari batu kapur, mergel, batuan lempung atau
tuf vulkanik bersifat basa. Penyebarannya di daerah iklim
sub humid atau sub arid, curah hujan kurang dari 2500
mm/tahun. (Suhendar, Soleh)
2
5. Latosol
Jenis tanah ini telah berkembang atau terjadi diferensiasi
horizon, kedalaman dalam, tekstur lempung, struktur
remah hingga gumpal, konsistensi gembur hingga agak
teguh, warna coklat merah hingga kuning. Penyebarannya
di daerah beriklim basah, curah hujan lebih dari 300 –
1000 meter, batuan induk dari tuf, material vulkanik,
breksi batuan beku intrusi. (Suhendar, Soleh)
2
6. Litosol
Tanah mineral tanpa atau sedikit perkembangan profil,
batuan induknya batuan beku atau batuan sedimen keras,
kedalaman tanah dangkal (< 30 cm) bahkan kadang-
kadang merupakan singkapan batuan induk (outerop).
Tekstur tanah beranekaragam, dan pada umumnya
berpasir, umumnya tidak berstruktur, terdapat kandungan
batu, kerikil dan kesuburannya bervariasi. Tanah litosol
dapat dijumpai pada segala iklim, umumnya di topografi
berbukit, pegunungan, lereng miring sampai curam.
(Suhendar, Soleh)
4
7. Mediteran
Tanah mempunyai perkembangan profil, solum sedang
hingga dangkal, warna coklat hingga merah, mempunyai
1
4. No.
Jenis
Tanah
Sifat Nilai
horizon B argilik, tekstur geluh hingga lempung, struktur
gumpal bersudut, konsistensi teguh dan lekat bila basah,
pH netral hingga agak basa, kejenuhan basa tinggi, daya
absorpsi sedang, permeabilitas sedang dan peka erosi,
berasal dari batuan kapur keras (limestone) dan tuf
vulkanis bersifat basa. Penyebaran di daerah beriklim sub
humid, bulan kering nyata. Curah hujan kurang dari 2500
mm/tahun, di daerah pegunungan lipatan, topografi Karst
dan lereng vulkan ketinggian di bawah 400 m. Khusus
tanah mediteran merah – kuning di daerah topografi Karst
disebut terra rossa. (Suhendar, Soleh)
8. Non Cal 3
9. Regosol
Jenis tanah ini masih muda, belum mengalami diferensiasi
horizon, tekstur pasir, struktur berbukit tunggal,
konsistensi lepas-lepas, pH umumnya netral, kesuburan
sedang, berasal dari bahan induk material vulkanik
piroklastis atau pasir pantai. Penyebarannya di daerah
lereng vulkanik muda dan di daerah beting pantai dan
gumuk-gumuk pasir pantai. (Suhendar, Soleh)
4
Sumber : Hasil Analisa Tahun 2016
Tabel 4.4
Analisis SKL Kemudahan Dikerjakan
No.
Peta
Morfologi
Peta
Kelerengan
Peta
Ketinggian
Peta Jenis
Tanah
Peta
Penggunaan
Lahan
Eksisting
SKL
Kemudahan
Dikerjakan
Nilai
1. Bergunung > 40 % >3000 m Mediteran Hutan
Kemudahan
dikerjakan
rendah
1
2.
Berbukit,
bergelomban
15 – 40 %
2000 –
3000 m
Latosol
Pertanian,
Perkebunan,
Kemudahan
dikerjakan
2
5. No.
Peta
Morfologi
Peta
Kelerengan
Peta
Ketinggian
Peta Jenis
Tanah
Peta
Penggunaan
Lahan
Eksisting
SKL
Kemudahan
Dikerjakan
Nilai
g Pertanian
tanah kering
semusim
kurang
3. Berombak 8 – 15 %
1000 –
2000 m
Andosol
Semak
belukar
Kemudahan
dikerjakan
sedang
3
4. Landai 2 – 8%
500 – 1000
m
Regosol
Tegalan,
Tanah
kosong
Kemudahan
dikerjakan
cukup
4
5. Datar 0 – 2 % 0 – 500 m Alluvial Permukiman
Kemudahan
dikerjakan
tinggi
5
Sumber : Hasil Analisis Tahun 2016
3. Analisis Satuan Kemampuan Lahan (SKL) Kestabilan Lereng
Tujuan analisis SKL Kestabilan Lereng adalah untuk mengetahui tingkat kemantapan
lereng di wilayah pengembangan dalam menerima beban. Dalam analisis ini
membutuhkan masukan berupa peta topografi, peta morfologi, peta kemiringan
lereng, peta jenis tanah, peta hidrogeologi, peta curah hujan, peta bencana alam
(rawan bencana gunung berapi dan kerentanan gerakan tanah) dan peta penggunaan
lahan, dengan keluaran peta SKL Kestabilan Lereng dan penjelasannya. Sebelum
6. melakukan analisis SKL Kestabilan Lereng, terlebih dahulu harus diketahui penjelasan
dari data yang terlibat dalam analisa yaitu jenis tanah.
Tabel 4.6
Penjelasan Jenis Tanah dan Sifat-Sifat yang Dibawanya dalam Analisis SKL Kestabilan Lereng
No.
Jenis
Tanah
Sifat Nilai
1. Alluvial
Jenis tanah ini masih muda, belum mengalami
perkembangan, berasal dari bahan induk aluvium,
tekstur beraneka ragam, belum terbentuk struktur ,
konsistensi dalam keadaan basah lekat, pH
bermacam-macam, kesuburan sedang hingga tinggi.
Penyebarannya di daerah dataran aluvial sungai,
dataran aluvial pantai dan daerah cekungan
(depresi). (Suhendar, Soleh)
2
2. Andosol
Jenis tanah mineral yang telah mengalami
perkembangan profil, solum agak tebal, warna agak
coklat kekelabuan hingga hitam, kandungan organik
tinggi, tekstur geluh berdebu, struktur remah,
konsistensi gembur dan bersifat licin berminyak
(smeary), kadang-kadang berpadas lunak, agak asam,
kejenuhan basa tinggi dan daya absorpsi sedang,
kelembaban tinggi, permeabilitas sedang dan peka
terhadap erosi. Tanah ini berasal dari batuan induk
abu atau tuf vulkanik. (Suhendar, Soleh)
1
3. Gleisol
Tanah yang baru terbentuk, perkembangan horison
tanah belum terlihat secara jelas. Tanah entisol
umumnya dijumpai pada sedimen yang belum
terkonsolidasi, seperti pasir, dan beberapa
memperlihatkan horison diatas lapisan batuan dasar.
(Djauhari, Noor)
2
4. Grumosol
Tanah mineral yang mempunyai perkembangan
profil, agak tebal, tekstur lempung berat, struktur
kersai (granular) di lapisan atas dan gumpal hingga
pejal di lapisan bawah, konsistensi bila basah sangat
lekat dan plastis, bila kering sangat keras dan tanah
retak-retak, umumnya bersifat alkalis, kejenuhan
basa, dan kapasitas absorpsi tinggi, permeabilitas
lambat dan peka erosi. Jenis ini berasal dari batu
kapur, mergel, batuan lempung atau tuf vulkanik
bersifat basa. Penyebarannya di daerah iklim sub
humid atau sub arid, curah hujan kurang dari 2500
mm/tahun. (Suhendar, Soleh)
3
7. No.
Jenis
Tanah
Sifat Nilai
5. Latosol
Jenis tanah ini telah berkembang atau terjadi
diferensiasi horizon, kedalaman dalam, tekstur
lempung, struktur remah hingga gumpal, konsistensi
gembur hingga agak teguh, warna coklat merah
hingga kuning. Penyebarannya di daerah beriklim
basah, curah hujan lebih dari 300 – 1000 meter,
batuan induk dari tuf, material vulkanik, breksi
batuan beku intrusi. (Suhendar, Soleh)
5
6. Litosol
Tanah mineral tanpa atau sedikit perkembangan
profil, batuan induknya batuan beku atau batuan
sedimen keras, kedalaman tanah dangkal (< 30 cm)
bahkan kadang-kadang merupakan singkapan batuan
induk (outerop). Tekstur tanah beranekaragam, dan
pada umumnya berpasir, umumnya tidak
berstruktur, terdapat kandungan batu, kerikil dan
kesuburannya bervariasi. Tanah litosol dapat
dijumpai pada segala iklim, umumnya di topografi
berbukit, pegunungan, lereng miring sampai curam.
(Suhendar, Soleh)
4
7. Mediteran
Tanah mempunyai perkembangan profil, solum
sedang hingga dangkal, warna coklat hingga merah,
mempunyai horizon B argilik, tekstur geluh hingga
lempung, struktur gumpal bersudut, konsistensi
teguh dan lekat bila basah, pH netral hingga agak
basa, kejenuhan basa tinggi, daya absorpsi sedang,
permeabilitas sedang dan peka erosi, berasal dari
batuan kapur keras (limestone) dan tuf vulkanis
bersifat basa. Penyebaran di daerah beriklim sub
humid, bulan kering nyata. Curah hujan kurang dari
2500 mm/tahun, di daerah pegunungan lipatan,
topografi Karst dan lereng vulkan ketinggian di
bawah 400 m. Khusus tanah mediteran merah –
kuning di daerah topografi Karst disebut terra rossa.
(Suhendar, Soleh)
3
8. Non Cal 3
9. Regosol
Jenis tanah ini masih muda, belum mengalami
diferensiasi horizon, tekstur pasir, struktur berbukit
tunggal, konsistensi lepas-lepas, pH umumnya netral,
kesuburan sedang, berasal dari bahan induk material
vulkanik piroklastis atau pasir pantai. Penyebarannya
di daerah lereng vulkanik muda dan di daerah beting
pantai dan gumuk-gumuk pasir pantai. (Suhendar,
2
9. Tabel 4.7
Analisis SKL Kestabilan Lereng
No. Peta Morfologi
Peta
Keleren
gan
Peta
Ketinggian
Peta
Jenis
Tanah
Peta
Penggunaan
Lahan
Eksisting
Peta Curah
Hujan
Peta
Kerentanan
Gerakan
Tanah
SKL Kestabilan
Lereng
Nilai
1 Bergunung > 40 % >3000 m Andosol
Tegalan,
Tanah
kosong
> 3000
mm/tahun
sangat rawan
Kestabilan lereng
rendah
1
2
Berbukit,
Bergelombang
15 – 40
%
2000 – 3000
m
Regosol,
Alluvial
Semak
belukar
1500 –3000
mm/tahun
Rawan
Kestabilan lereng
kurang
2
3 Berombak 8 – 15 %
1000 – 2000
m
Mediter
an
Hutan
1000 – 1500
mm/tahun
agak rawan
Kestabilan lereng
sedang
3
4 Landai 2 – 8 %
500 – 1000
m
Pertanian,
Perkebunan,
Pertanian
tanah kering
semusim
< 1000
mm/tahun
Aman
Kestabilan lereng
tinggi
4
5 Datar 0 – 2 % 0 – 500 m Latosol
Permukima
n
Aman
5
Sumber : Hasil Analisis Tahun 2016
10. 4. Analisis Satuan Kemampuan Lahan (SKL) Kestabilan Pondasi
Tujuan analisis SKL Kestabilan Pondasi adalah untuk mengetahui tingkat kemampuan
lahan untuk mendukung bangunan berat dalam pengembangan perkotaan, serta
jenis-jenis pondasi yang sesuai untuk masing-masing tingkatan. Dalam analisis ini
membutuhkan masukan berupa peta SKL kestabilan lereng, peta jenis tanah, peta
kedalaman efektif tanah, peta tekstur tanah, peta hidrogeologi dan peta penggunaan
lahan eksisting dengan keluaran peta SKL Kestabilan Pondasi dan penjelasannya.
Sebelum melaksanakan analisis SKL Kestabilan pondasi, harus diketahui terlebih
dahulu sifat faktor pendukungnya terhadap analisis kestabilan pondasi meliputi jenis
tanah.
Tabel 4.9
Penjelasan Jenis Tanah dan Sifat-Sifat yang Dibawanya dalam Analisis Kestabilan Pondasi
No.
Jenis
Tanah
Sifat Nilai
1. Alluvial
Jenis tanah ini masih muda, belum mengalami
perkembangan, berasal dari bahan induk aluvium,
tekstur beraneka ragam, belum terbentuk struktur ,
konsistensi dalam keadaan basah lekat, pH
bermacam-macam, kesuburan sedang hingga tinggi.
Penyebarannya di daerah dataran aluvial sungai,
dataran aluvial pantai dan daerah cekungan
(depresi). (Suhendar, Soleh)
1
2. Andosol
Jenis tanah mineral yang telah mengalami
perkembangan profil, solum agak tebal, warna agak
coklat kekelabuan hingga hitam, kandungan organik
tinggi, tekstur geluh berdebu, struktur remah,
konsistensi gembur dan bersifat licin berminyak
(smeary), kadang-kadang berpadas lunak, agak asam,
kejenuhan basa tinggi dan daya absorpsi sedang,
kelembaban tinggi, permeabilitas sedang dan peka
terhadap erosi. Tanah ini berasal dari batuan induk
abu atau tuf vulkanik. (Suhendar, Soleh)
2
3. Gleisol
Tanah yang baru terbentuk, perkembangan horison
tanah belum terlihat secara jelas. Tanah entisol
umumnya dijumpai pada sedimen yang belum
terkonsolidasi, seperti pasir, dan beberapa
memperlihatkan horison diatas lapisan batuan dasar.
(Djauhari, Noor)
2
11. No.
Jenis
Tanah
Sifat Nilai
4. Grumosol
Tanah mineral yang mempunyai perkembangan
profil, agak tebal, tekstur lempung berat, struktur
kersai (granular) di lapisan atas dan gumpal hingga
pejal di lapisan bawah, konsistensi bila basah sangat
lekat dan plastis, bila kering sangat keras dan tanah
retak-retak, umumnya bersifat alkalis, kejenuhan
basa, dan kapasitas absorpsi tinggi, permeabilitas
lambat dan peka erosi. Jenis ini berasal dari batu
kapur, mergel, batuan lempung atau tuf vulkanik
bersifat basa. Penyebarannya di daerah iklim sub
humid atau sub arid, curah hujan kurang dari 2500
mm/tahun. (Suhendar, Soleh)
3
5. Latosol
Jenis tanah ini telah berkembang atau terjadi
diferensiasi horizon, kedalaman dalam, tekstur
lempung, struktur remah hingga gumpal, konsistensi
gembur hingga agak teguh, warna coklat merah
hingga kuning. Penyebarannya di daerah beriklim
basah, curah hujan lebih dari 300 – 1000 meter,
batuan induk dari tuf, material vulkanik, breksi
batuan beku intrusi. (Suhendar, Soleh)
5
6. Litosol
Tanah mineral tanpa atau sedikit perkembangan
profil, batuan induknya batuan beku atau batuan
sedimen keras, kedalaman tanah dangkal (< 30 cm)
bahkan kadang-kadang merupakan singkapan batuan
induk (outerop). Tekstur tanah beranekaragam, dan
pada umumnya berpasir, umumnya tidak
berstruktur, terdapat kandungan batu, kerikil dan
kesuburannya bervariasi. Tanah litosol dapat
dijumpai pada segala iklim, umumnya di topografi
berbukit, pegunungan, lereng miring sampai curam.
(Suhendar, Soleh)
4
7. Mediteran
Tanah mempunyai perkembangan profil, solum
sedang hingga dangkal, warna coklat hingga merah,
mempunyai horizon B argilik, tekstur geluh hingga
lempung, struktur gumpal bersudut, konsistensi
teguh dan lekat bila basah, pH netral hingga agak
basa, kejenuhan basa tinggi, daya absorpsi sedang,
permeabilitas sedang dan peka erosi, berasal dari
batuan kapur keras (limestone) dan tuf vulkanis
bersifat basa. Penyebaran di daerah beriklim sub
humid, bulan kering nyata. Curah hujan kurang dari
2500 mm/tahun, di daerah pegunungan lipatan,
3
12. No.
Jenis
Tanah
Sifat Nilai
topografi Karst dan lereng vulkan ketinggian di
bawah 400 m. Khusus tanah mediteran merah –
kuning di daerah topografi Karst disebut terra rossa.
(Suhendar, Soleh)
8. Non Cal 3
9. Regosol
Jenis tanah ini masih muda, belum mengalami
diferensiasi horizon, tekstur pasir, struktur berbukit
tunggal, konsistensi lepas-lepas, pH umumnya netral,
kesuburan sedang, berasal dari bahan induk material
vulkanik piroklastis atau pasir pantai. Penyebarannya
di daerah lereng vulkanik muda dan di daerah beting
pantai dan gumuk-gumuk pasir pantai. (Suhendar,
Soleh)
2
Sumber : Hasil Analisa Tahun 2016
13. Tabel 4.10
Analisis SKL Kestabilan Pondasi
No.
SKL Kestabilan
Lereng
Peta Jenis
Tanah
Peta Tekstur
Tanah
Peta Penggunaan
Lahan Eksisting
SKL Kestabilan Pondasi Nilai
1.
Kestabilan lereng
rendah
Alluvial
Kasar (Pasir)
Tegalan, Tanah
kosong
Daya dukung dan
kestabilan pondasi
rendah
1
2.
Kestabilan lereng
kurang
Andosol,
Regosol
Semak belukar Daya dukung dan
kestabilan pondasi
kurang
2
3.
Kestabilan lereng
sedang
Mediteran
Sedang
(lempung)
Hutan 3
4. Kestabilan lereng
tinggi
Halus (liat)
Pertanian,
Perkebunan,
Pertanian tanah
kering semusim
Daya dukung dan
kestabilan pondasi
tinggi
4
5. Latosol Permukiman 5
Sumber : Hasil Analisa Tahun 2016
14. 5. Analisis Satuan Kemampuan Lahan (SKL) Ketersediaan Air
Tujuan analisis SKL Ketersediaan Air adalah untuk mengetahui tingkat ketersediaan
air dan kemampuan penyediaan air pada masing-masing tingkatan, guna
pengembangan kawasan. Dalam analisis ini membutuhkan masukan berupa peta
morfologi, peta kelerengan, peta curah hujan, peta hidrogeologi, peta jenis tanah dan
peta penggunaan lahan eksisting dengan keluaran peta SKL Ketersediaan Air dan
penjelasannya. Sebelum melakukan analisis SKL Ketersediaan Air , terlebih dahulu
harus diketahui penjelasan dari data yang terlibat dalam analisa yaitu jenis tanah.
Tabel 4.12
Penjelasan Jenis Tanah dan Sifat-Sifat yang Dibawanya dalam Analisis SKL Ketersediaan Air
No. Jenis Tanah Sifat Nilai
1. Aluvial
Daya mengikat air kurang,apabila kena hujan akan
menjadi lengket dan bila kekeringan akan mengeras.
(Rachmiati, Yati).
2
2. Andosol
Tanah Andosol mempunyai sifat fisik yang baik, daya
pengikatan air yang sangat tinggi, sehingga selalu jenuh air
jika tertutup vegetasi. Sangat gembur, struktur remah
atau granuler dengan granulasi yang tak pulih.
Permeabilitas sangat tinggi karena mengandung banyak
makropori, fraksi lempung sebagian besar alofan dengan
berat jenis kurang dari 0,85 dan kandungan bahan
organik biasanya tinggi, yaitu antara 8% - 30%.( Sri
Damayanti, Lusiana, 2005).
5
3. Gleisol
Jenis tanah ini perkembangannya lebih dipengaruhi oleh
faktor lokal, yaitu topografi merupakan dataran rendah
atau cekungan, hampir selalu tergenang air, solum tanah
sedang, warna kelabu hingga kekuningan, tekstur geluh
hingga lempung, struktur berlumpur hingga masif,
konsistensi lekat, bersifat asam (pH 4.5 – 6.0), kandungan
bahan organik. Ciri khas tanah ini adanya lapisan glei
kontinu yang berwarna kelabu pucat pada kedalaman
kurang dari 0.5 meter akibat dari profil tanah selalu jenuh
air.
Penyebaran di daerah beriklim humid hingga sub humid,
curah hujan lebih dari 2000 mm/tahun.(Suhendar, Soleh).
4
4. Grumosol
Tanah Grumosol mempunyai sifat struktur lapisan atas
granuler dan lapisan bawah gumpal atau pejal, jenis
lempung yang terbanyak montmorillonit sehingga tanah
mempunyai daya adsorpsi yang tinggi yang menyebabkan
2
15. No. Jenis Tanah Sifat Nilai
gerakan air dan keadaan aerasi buruk dan sangat peka
terhadap erosi. ( Sri Damayanti, Lusiana, 2005).
5. Latosol
Daya mengikat air kurang,apabila kena hujan akan
menjadi lengket dan bila kekeringan akan mengeras
dengan struktur remah. (Rachmiati, Yati).
1
6. Litosol
Tanah mineral tanpa atau sedikit perkembangan profil,
batuan induknya batuan beku atau batuan sedimen keras,
kedalaman tanah dangkal (< 30 cm) bahkan kadang-
kadang merupakan singkapan batuan induk (outerop).
Tekstur tanah beranekaragam, dan pada umumnya
berpasir, umumnya tidak berstruktur, terdapat kandungan
batu, kerikil dan kesuburannya bervariasi. Tanah litosol
dapat dijumpai pada segala iklim, umumnya di topografi
berbukit, pegunungan, lereng miring sampai curam.
(Suhendar, Soleh).
3
7. Mediteran
Tanah mempunyai perkembangan profil, solum sedang
hingga dangkal, warna coklat hingga merah, mempunyai
horizon B argilik, tekstur geluh hingga lempung, struktur
gumpal bersudut, konsistensi teguh dan lekat bila basah,
pH netral hingga agak basa, kejenuhan basa tinggi, daya
absorpsi sedang, permeabilitas sedang dan peka erosi,
berasal dari batuan kapur keras (limestone) dan tuf
vulkanis bersifat basa. Penyebaran di daerah beriklim sub
humid, bulan kering nyata. Curah hujan kurang dari 2500
mm/tahun, di daerah pegunungan lipatan, topografi Karst
dan lereng vulkan ketinggian di bawah 400 m. Khusus
tanah mediteran merah – kuning di daerah topografi Karst
disebut terra rossa. (Suhendar, Soleh).
3
8. Non Cal 2
9. Regosol
Jenis tanah ini masih muda, belum mengalami diferensiasi
horizon, tekstur pasir, struktur berbukit tunggal,
konsistensi lepas-lepas, pH umumnya netral, kesuburan
sedang, berasal dari bahan induk material vulkanik
piroklastis atau pasir pantai. Penyebarannya di daerah
lereng vulkanik muda dan di daerah beting pantai dan
gumuk-gumuk pasir pantai. (Suhendar, Soleh).
3
Sumber : Hasil Analisa Tahun 2016
16. Tabel 4.13
Analisis SKL Ketersediaan Air
No.
Peta
Morfologi
Peta
Kelerengan
Peta
Ketinggian
Peta Jenis
Tanah
Peta
Penggunaan
Lahan
Eksisting
Peta Curah
Hujan
SKL Ketersediaan Air Nilai
1 Bergunung > 40 % >3000 m Latosol
Tegalan, Tanah
kosong
Ketersediaan air
sangat rendah
1
2
Berbukit,
Bergelomban
g
15 – 40 %
2000 – 3000
m
Alluvial Semak belukar
< 1000
mm/tahun
Ketersediaan air
rendah
2
3 Berombak 8 – 15 %
1000 – 2000
m
Mediteran
, Regosol
Hutan
1000 – 1500
mm/tahun
Ketersediaan air
sedang
3
4 Landai 2 – 8 % 500 – 1000 m
Pertanian,
Perkebunan,
Pertanian
tanah kering
semusim
1500 –3000
mm/tahun
Ketersediaan air tinggi
4
5 Datar 0 – 2 % 0 – 500 m Andosol Permukiman
> 3000
mm/tahun
5
Sumber : Hasil Analisis Tahun 2016
17. 6. Satuan Kemampuan Lahan (SKL) Untuk Drainase
Tujuan analisis SKL untuk Drainase adalah untuk mengetahui tingkat kemampuan
lahan dalam mengalirkan air hujan secara alami, sehingga kemungkinan genangan
baik bersifat lokal maupun meluas dapat dihindari. Dalam analisis ini membutuhkan
masukan berupa peta morfologi, peta kemiringan lereng, peta topografi, peta jenis
tanah, peta curah hujan, peta kedalaman efektif tanah, dan penggunaan lahan
eksisting dengan keluaran peta SKL untuk Drainase dan penjelasannya. Sebelum
melakukan analisis SKL untuk Drainase, terlebih dahulu harus diketahui penjelasan
dari data yang terlibat dalam analisa yaitu jenis tanah.
Tabel 4.15
Penjelasan Jenis Tanah dan Sifat-Sifat yang Dibawanya dalam Analisis SKL untuk Drainase
No.
Jenis
Tanah
Sifat Nilai
1. Aluvial
Merupakan tanah-tanah muda, yang belum
mempunyai perkembangan profil, dengan susunan
horison A-C atau A-C-R, atau A-R. Tanah ini terbentuk
dari bahan aluvium, aluvium-marin, marin, dan
volkan. Umumnya pada landform dataran, fluvio-
marin, dan volkan. Penampang tanah bervariasi,
tekstur lempung berpasir sampai pasir berlempung,
dan berlapis-lapis (stratified) atau berselang seling.
Adanya perbedaan tekstur berlapis-lapis tersebut
menunjukkan proses pengendapan dari limpasan
sungai yang berulang; sebagian mengandung kerikil
di dalam penampang tanah. Warna tanah coklat tua
sampai gelap, drainase buruk sampai cepat, struktur
lepas sampai masif, konsistensi gembur dan keras
pada kondisi kering. Reaksi tanah umumnya agak
netral (pH 7), kadar C organik sangat rendah sampai
sedang, kadar P2O5 dan K2O potensial sedang
sampai tinggi, basa-basa dapat tukar rendah sampai
tinggi dan didominasi oleh Ca dan Mg. KTK tanah
rendah, tetapi kejenuhan basanya tinggi.
Penggunaan lahan umumnya bervariasi. (Blog TANI
MUDA)
1
2. Andosol
Merupakan tanah-tanah muda, yang belum/sedikit
mempunyai perkembangan profil, dengan susunan
horison A-C, A-C-R. Tanah ini terbentuk dari bahan
4
18. No.
Jenis
Tanah
Sifat Nilai
abu volkan (debu, pasir, dan kerikil). Umumnya
terbentuk pada landform volkanik. Penampang
tanah dangkal sampai dalam, tekstur lempung
berpasir sampai pasir berlempung. Warna tanah
coklat tua sampai coklat tua kekuningan, drainase
sedang, struktur lepas sampai masif, konsistensi
gembur dan keras pada kondisi kering. Reaksi tanah
umumnya netral, kadar C organik sangat rendah
sampai sedang, kadar P2O5 dan K2O potensial
sedang sampai tinggi, basa-basa dapat tukar rendah
dan didominasi oleh Ca dan Mg. KTK tanah rendah
sampai sedang, tetapi kejenuhan basanya tinggi.
Umumnya Andisols di kabupaten Bima beriklim
kering (ustic). Penggunaan lahan umumnya tegalan,
semak, rumput, belukar, semak, dan hutan. (Blog
TANI MUDA)
3. Gleisol
Tanah yang baru terbentuk, perkembangan horison
tanah belum terlihat secara jelas. Tanah entisol
umumnya dijumpai pada sedimen yang belum
terkonsolidasi, seperti pasir, dan beberapa
memperlihatkan horison diatas lapisan batuan dasar.
(Djauhari, Noor)
2
4. Grumosol
Jenis tanah grumosol sifat tanahnya mudah longsor
dan memiliki drainase buruk. (Kota Probolinggo)
1
5. Latosol
Tanah yang sudah menunjukkan adanya
perkembangan profil, dengan susunan horison A-Bw-
C pada lahan kering dengan drainase baik, atau
susunan horison A-Bg-C pada lahan basah dengan
drainase terhambat. Tanah terbentuk dari berbagai
macam bahan induk, yaitu tuf volkan masam, tuf
volkan intermedier (andesitik), tufa pasiran, dan
granodiorit serta skis. Tanah ini mempunyai
penyebaran paling luas, menempati grup landform
dataran volkan, perbukitan volkan, dan dataran
tektonik. Tanah dari bahan volkan intermedier
berwarna coklat kemerahan, tekstur lempung berliat
sampai liat, penampang dalam, dan struktur cukup
baik, konsistensi gembur sampai teguh. Reaksi tanah
netral, kadar C dan N organik sangat rendah sampai
sedang, kadar P dan K potensial sedang sampai
tinggi. Kadar basa-basa dapat tukar didominasi oleh
Ca dan Mg, KTK tanah rendah, KTK liat rendah
5
19. No.
Jenis
Tanah
Sifat Nilai
sampai tinggi, dan kejenuhan basa tinggi. Pada
landform dataran volkan sifat tanah dipengaruhi
oleh bahan induknya. Tanah penampang cukup
dalam, berwarna coklat kekuningan sampai
kemerahan, drainase baik, tekstur halus sampai agak
halus, konsistensi gembur sampai teguh, dan reaksi
tanah agak masam sampai masam. Sebagian besar
telah diusahakan untuk lahan pertanian, seperti
persawahan, tegalan dan kebun campuran. Sisanya
masih berupa semak belukar dan hutan. (Blog TANI
MUDA)
6. Litosol
Tanah mineral tanpa atau sedikit perkembangan
profil, batuan induknya batuan beku atau batuan
sedimen keras, kedalaman tanah dangkal (< 30 cm)
bahkan kadang-kadang merupakan singkapan batuan
induk (outerop). Tekstur tanah beranekaragam, dan
pada umumnya berpasir, umumnya tidak
berstruktur, terdapat kandungan batu, kerikil dan
kesuburannya bervariasi. Tanah litosol dapat
dijumpai pada segala iklim, umumnya di topografi
berbukit, pegunungan, lereng miring sampai curam.
(Suhendar, Soleh).
3
7. Mediteran Sama dengan inceptisol/latosol 5
8. Non Cal 2
9. Regosol
Jenis tanah ini masih muda, belum mengalami
diferensiasi horizon, tekstur pasir, struktur berbukit
tunggal, konsistensi lepas-lepas, pH umumnya netral,
kesuburan sedang, berasal dari bahan induk material
vulkanik piroklastis atau pasir pantai. Penyebarannya
di daerah lereng vulkanik muda dan di daerah beting
pantai dan gumuk-gumuk pasir pantai. (Suhendar,
Soleh).
2
Sumber : Hasil Analisa Tahun 2016
20. Tabel 4.16
Tabel Analisis SKL Untuk Drainase
No.
Peta
Morfologi
Peta
Kelerengan
Peta
Ketinggian
Peta Jenis
Tanah
Peta
Curah
Hujan
Peta
Penggunaa
n Lahan
Eksisting
SKL
Drainase
Nilai
1 Bergunung > 40 % >3000 m Andosol
Permukima
n
Drainase
tinggi
5
2
Berbukit,
Bergelomb
ang
15 – 40 %
2000 –
3000 m
Alluvial,
Regosol
< 1000
mm/ta
hun
Tegalan,
Tanah
kosong
4
3 Berombak 8 – 15 %
1000 –
2000 m
Mediteran
1000 –
1500
mm/ta
hun
Pertanian,
Perkebunan
, Pertanian
tanah
kering
semusim
Drainase
cukup
3
4 Landai 2 – 8 %
500 –
1000 m
1500 –
3000
mm/ta
hun
Hutan
Drainase
kurang
2
5 Datar 0 – 2 % 0 – 500 m Latosol
> 3000
mm/ta
hun
Semak
belukar
1
Sumber : Hasil Analisa 2016
21. 7. Analisis Satuan Kemampuan Lahan (SKL) Terhadap Erosi
Tujuan analisis SKL Terhadap Erosi adalah untuk mengetahui daerah-daerah yang
mengalami keterkikisan tanah, sehingga dapat diketahui tingkat ketahanan lahan
terhadap erosi serta antispasi dampaknya pada daerah yang lebih hilir. Dalam analisis
ini membutuhkan masukan berupa peta morfologi, peta kemiringan lereng, peta jenis
tanah, peta hidrogeologi, peta tekstur tanah, peta curah hujan dan peta penggunaan
lahan eksisting dengan keluaran peta SKL Terhadap Erosi dan penjelasannya.
Sebelum melakukan analisis SKL Terhadap Erosi, terlebih dahulu harus diketahui
penjelasan dari data yang terlibat dalam analisa yaitu jenis tanah.
Tabel 4.18
Penjelasan Jenis Tanah dan Sifat-Sifat yang Dibawanya dalam Analisis SKL
Terhadap Erosi
No.
Jenis
Tanah
Sifat Nilai
1. Aluvial Jenis-jenis tanah yang tidak peka terhadap erosi:
Aluvial
Gleisol
Jenis tanah yang agak peka erosi:
Latosol
Jenis tanah dengan kepekaan sedang:
Non Cal
Mediteran
Jenis tanah yang peka terhadap erosi:
Andosol
Grumosol
Jenis tanah yang sangat peka erosi:
Regosol
Litosol
Sumber: Studi Sub DAS Citarik
5
2. Andosol 2
3. Gleisol 5
4. Grumosol 2
5. Latosol 4
6. Litosol 1
7. Mediteran 3
8. Non Cal 3
9. Regosol 1
Sumber : Hasil Analisa Tahun 2016
22. Tabel 4.19
Analisis SKL Terhadap Erosi
No.
Peta
Morfologi
Peta
Kelerengan
Peta Jenis
Tanah
Peta Tekstur
Tanah
Peta Curah
Hujan
Peta
Penggunaan
Lahan
Eksisting
SKL Erosi Nilai
1 Bergunung > 40 % Regosol
Kasar (Pasir)
> 3000
mm/tahun
Semak belukar Erosi tinggi 1
2
Berbukit,
Bergelomban
g
15 – 40 % Andosol
1500 –3000
mm/tahun
Tegalan, Tanah
kosong
Erosi cukup tinggi 2
3 Berombak 8 – 15 % Mediteran
Sedang
(lempung)
1000 –
1500
mm/tahun
Pertanian,
Perkebunan,
Pertanian
tanah kering
semusim
Erosi sedang 3
4 Landai 2 – 8 % Latosol
Halus (liat)
< 1000
mm/tahun
Permukiman
Erosi sangat
rendah
4
5 Datar 0 – 2 % Alluvial Hutan Tidak ada erosi 5
Sumber : Hasil Analisa Tahun 2016
23. 8. Analisis Satuan Kemampuan Lahan (SKL) Pembuangan Limbah
Tujuan analisis SKL Pembuangan Limbah adalah untuk mengetahui mengetahui
daerah-daerah yang mampu untuk ditempati sebagai lokasi penampungan akhir dan
pengeolahan limbah, baik limbah padat maupun cair. Dalam analisis ini
membutuhkan masukan berupa peta morfologi, peta kemiringan, peta topografi,
peta jenis tanah, peta hidrogeologi, peta curah hujan dan peta penggunaan lahan
eksisting dengan keluaran peta SKL Pembuangan Limbah dan penjelasannya.
Sebelum melakukan analisis SKL Pembuangan Limbah, terlebih dahulu harus
diketahui penjelasan dari data yang terlibat dalam analisa yaitu jenis tanah.
Tabel 4.21
Penjelasan Jenis Tanah dan Sifat-Sifat yang Dibawanya dalam Analisis SKL
Pembuangan Limbah
No.
Jenis
Tanah
Sifat Nilai
1. Aluvial Dalam penilaian ini digunakan kepekaan terhadap
erosi dimana jenis tanah untuk lokais pembuangan
limbah harus tidak peka terhadap erosi.
Jenis-jenis tanah yang tidak peka terhadap erosi:
Aluvial
Gleisol
Jenis tanah yang agak peka erosi:
Latosol
Jenis tanah dengan kepekaan sedang:
Non Cal
Mediteran
Jenis tanah yang peka terhadap erosi:
Andosol
Grumosol
Jenis tanah yang sangat peka erosi:
Regosol
Litosol
Sumber: Citarik
5
2. Andosol 2
3. Gleisol 5
4. Grumosol 2
5. Latosol 4
6. Litosol 1
7. Mediteran 3
8. Non Cal 3
9. Regosol 1
Sumber : Hasil Analisa Tahun 2016
24. Tabel 4.22
Analisis SKL Pembuangan Limbah
No
.
Peta
Morfologi
Peta
Kelerengan
Peta
Ketinggian
Peta
Jenis
Tanah
Peta Curah
Hujan
Peta
Penggunaan
Lahan Eksisting
SKL Pembuangan
Limbah
Nilai
1 Bergunung > 40 % >3000 m Regosol
> 3000
mm/tahun
Hutan
Kemampuan lahan
untuk
pembuangan
limbah kurang
1
2
Berbukit,
Bergelomban
g
15 – 40 %
2000 – 3000
m
Andosol
1500 –3000
mm/tahun
Pertanian,
Perkebunan,
Pertanian tanah
kering semusim
2
3 Berombak 8 – 15 %
1000 – 2000
m
Meditera
n
1000 – 1500
mm/tahun
Permukiman
Kemampuan lahan
untuk
pembuangan
limbah sedang
3
4 Landai 2 – 8 % 500 – 1000 m Latosol
< 1000
mm/tahun
Semak belukar Kemampuan lahan
untuk
pembuangan
limbah cukup
4
5 Datar 0 – 2 % 0 – 500 m Alluvial
Tegalan, tanah
kosong
5
Sumber : Hasil Analisa Tahun 2016
25. 9. Analisis Satuan Kemampuan Lahan (SKL) Terhadap Bencana Alam
Tujuan analisis SKL terhadap Bencana Alam adalah untuk mengetahui tingkat
kemampuan lahan dalam menerima bencana alam khususnya dari sisi geologi, untuk
menghindari/mengurangi kerugian dari korban akibat bencana tersebut. Dalam
analisis ini membutuhkan masukan berupa peta peta morfologi, peta kemiringan
lereng, peta topografi, peta jenis tanah, peta tekstur tanah, peta curah hujan, peta
bencana alam (rawan gunung berapi dan kerentanan gerakan tanah) dan peta
penggunaan lahan eksisting dengan keluaran peta SKL Terhadap Bencana Alam dan
penjelasannya. Analisis SKL terhadap Bencana Alam juga mengikutsertakan analisis
terhadap jenis tanah yang sama dengan SKL Terhadap Erosi.
26. Tabel 4.24
Analisis SKL Terhadap Bencana Alam
No
.
Peta
Morfologi
Peta
Kelereng
an
Peta
Ketinggian
Peta Jenis
Tanah
Peta
Penggunaan
Lahan
Eksisting
Peta Curah
Hujan
Peta
Tekstur
Tanah
Peta
Kerentana
n Gerakan
Tanah
SKL Bencana
Alam
Nilai
1 Bergunung > 40 % >3000 m Regosol
Tegalan,
Tanah
kosong
> 3000
mm/tahun
Kasar
(Pasir)
sangat
rawan
Potensi bencana
alam tinggi
1
2
Berbukit,
Bergelomban
g
15 – 40
%
2000 – 3000
m
Andosol
Semak
belukar
1500 –3000
mm/tahun
rawan 2
3 Berombak 8 – 15 %
1000 – 2000
m
Mediteran Hutan
1000 –
1500
mm/tahun
Sedang
(lempung)
agak rawan
Potensi bencana
alam cukup
3
4 Landai 2 – 8 %
500 – 1000
m
Latosol
Pertanian,
Perkebunan,
Pertanian
Tanah Kering
Semusim
< 1000
mm/tahun Halus (liat)
Aman Potensi bencana
alam kurang
4
5 Datar 0 – 2 % 0 – 500 m Alluvial Permukiman Aman 5
Sumber Hasil Analisa Tahun 2016
27. 10. Analisis Kemampuan Lahan
Analisis ini dilaksanakan untuk memperoleh gambaran tingkat kemampuan lahan
untuk dikembangkan sebagai perkotaan, sebagai acuan bagi arahan-arahan
kesesuaian lahan pada tahap analisis berikutnya. Data-data yang dibutuhkan meliputi
peta-peta hasil analisis SKL. Keluaran dari analisis ini meliputi:
a. Peta klasifikasi kemampuan lahan untuk pengembangan kawasan
b. Kelas kemampuan lahan untuk dikembangkan sesuai fungsi kawasan
c. Potensi dan kendala fisik pengembangan lahan
Langkah pelaksanaan:
1) Analisis satuan-satuan kemampuan lahan, untuk memperoleh gambaran tingkat
kemampuan pada masing-masing satuan kemampuan lahan.
2) Menentukan nilai kemampuan setiap tingkatan pada masing-masing satuan
kemampuan lahan, dengan penilaian 5 (lima) untuk nilai tertinggi dan 1 (satu)
untuk nilai terendah.
3) Mengalikan nilai-nilai tersebut dengan bobot dari masing-masing satuan
kemampuan lahan. Bobot ini didasarkan pada seberapa jauh pengaruh satuan
kemampuan lahan tersebut pada pengembangan perkotaan. Bobot yang
digunakan sesuai dengan tabel...
4) Melakukan superimpose semua satuan-satuan kemampuan lahan, dengan cara
menjumlahkan hasil perkalian nilai kali bobot dari seluruh satuan-satuan
kemampuan lahan dalam satu peta, sehingga diperoleh kisaran nilai yang
menunjukkan nilai kemampuan lahan di wilayah perencanaan.
5) Menentukan selang nilai yang akan digunakan sebagai pembagi kelas-kelas
kemampuan lahan, sehingga diperoleh zona-zona kemampuan lahan dengan nilai
tertentu yang menunjukkan tingkatan kemampuan lahan di wilayah perencanaan
dan digambarkan dalam satu peta klasifikasi kemampuan lahan untuk
perencanaan RDTR Petasia Barat.
Pembuatan peta nilai kemampuan lahan merupakan penjumlahan nilai dikalikan
bobot, yaitu:
28. 1) Melakukan superimpose setiap satuan kemampuan lahan yang telah diperoleh
hasil pengalian nilai dengan bobotnya secara satu per satu, sehingga kemudian
diperoleh peta jumlah nilai dikalikan bobot seluruh satuan secara kumulatif.
2) Membagi peta masing-masing satuan kemampuan lahan dalam sistem grid,
kemudian memasukkan nilai dikalikan bobot masing-masing satuan kemampuan
lahan ke dalam grid tersebut. Penjumlahan nilai dikalikan bobot secara
keseluruhan adalah tetap dengan menggunakan grid, yakni menjumlahkan hasil
nilai dikalikan bobot seluruh satuan kemampuan lahan pada setiap grid yang
sama
29. Tabel 4.27
Tabel Pembobotan SKL
SKL
Morfologi
SKL
Kemudaha
n
Dikerjakan
SKL
Kestabilan
Lereng
SKL
Kestabilan
Pondasi
SKL
Ketersediaa
n Air
SKL Untuk
Drainase
SKL
Terhadap
Erosi
SKL
Pembuanga
n Limbah
SKL
Bencana
Alam
Kemampua
n Lahan
Bobot: 5 Bobot: 1 Bobot: 5 Bobot: 3 Bobot: 5 Bobot: 5 Bobot: 3 Bobot: 0 Bobot: 5 Total Nilai
Bobo
t x
Nilai
5 1 5 3 5 5 3 0 5 32
10 2 10 6 10 10 6 0 10 64
15 3 15 9 15 15 9 0 15 96
20 4 20 12 20 20 12 0 20 128
25 5 25 15 25 25 15 0 25 160
30. Dari total nilai dibuat beberapa kelas yang memperhatikan nilai minimum dan
maksimum total nilai. Dari angka di atas, nilai minimum yang mungkin diperoleh
ada;ah 32 sedangkan nilai maksimum yang dapat diperoleh adalah 160. Dengan
demikian, pengkelasan dari total nilai ini adalah:
1) Kelas a dengan nilai 32 – 58
2) Kelas b dengan nilai 59 – 83
3) Kelas c dengan nilai 84 – 109
4) Kelas d dengan nilai 110 – 134
5) Kelas e dengan nilai 135 – 160
Setiap kelas lahan memiliki kemampuan yang berbeda-beda seperti pada tabel:
Tabel 4.27
Tabel Klasifikasi
Total Nilai
Kelas Kemampuan
Lahan
Klasifikasi Pengembangan
32 – 58 Kelas a Kemampuan pengembangan sangat rendah
59 – 83 Kelas b Kemampuan pengembangan rendah
84 – 109 Kelas c Kemampuan pengembangan sedang
110 – 134 Kelas d Kemampuan pengembangan agak tinggi
135 – 160 Kelas e Kemampuan pengembangan sangat tinggi