SlideShare a Scribd company logo
1 of 12
MAKALAH INTEGRITAS ANTIKORUPSI
Disusun oleh:
1. ERZA MAHENDRA SAHRI (B100170379)
2. CONDRO NUGROHO (B100170384)
3. NANIK SISMIYO WATI (B100170372)
Program Studi Manajemen
FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS
UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH SURAKARTA
BAB 1
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
1.1 Pengertian Korupsi
Kata “korupsi” berasal dari bahasa Latin “corruptio” (Fockema Andrea : 1951) atau
“corruptus” (Webster Student Dictionary : 1960). Selanjutnya dikatakan bahwa “corruptio” berasal
dari kata “corrumpere”, suatu bahasa Latin yang lebih tua. Dari bahasa Latin tersebut kemudian
dikenal istilah “corruption, corrupt” (Inggris), “corruption” (Perancis) dan “corruptie/korruptie”
(Belanda). Arti kata korupsi secara harfiah adalah kebusukan, keburukan, kebejatan,
ketidakjujuran, dapat disuap, tidak bermoral, penyimpangan dari kesucian.
Dalam arti yang luas, korupsi atau korupsi politis adalah penyalahgunaan jabatan resmi
untuk keuntungan pribadi. Semua bentuk pemerintah|pemerintahan rentan korupsi dalam
praktiknya. Beratnya korupsi berbeda-beda, dari yang paling ringan dalam bentuk penggunaan
pengaruh dan dukungan untuk memberi dan menerima pertolongan, sampai dengan korupsi berat
yang diresmikan, dan sebagainya. Titik ujung korupsi adalah kleptokrasi, yang arti harafiahnya
pemerintahan oleh para pencuri, di mana pura-pura bertindak jujur pun tidak ada sama sekali.
Korupsi yang muncul di bidang politik dan birokrasi bisa berbentuk sepele atau berat,
terorganisasi atau tidak. Walau korupsi sering memudahkan kegiatan kriminal seperti penjualan
narkotika, pencucian uang, dan prostitusi, korupsi itu sendiri tidak terbatas dalam hal-hal ini saja.
Untuk mempelajari masalah ini dan membuat solusinya, sangat penting untuk membedakan antara
korupsi dan kejahatan.
Tergantung dari negaranya atau wilayah hukumnya, ada perbedaan antara yang dianggap
korupsi atau tidak. Sebagai contoh, pendanaan partai politik ada yang legal di satu tempat namun
ada juga yang tidak legal di tempat lain.
1.2 Faktor Penyebab Korupsi
Korupsi di tanah negeri, ibarat “warisan haram” tanpa surat wasiat. Ia tetap lestari sekalipun
diharamkan oleh aturan hukum yang berlaku dalam tiap orde yang dating silih berganti. Hampir
semua segi kehidupan terjangkit korupsi. Apabila disederhanakan penyebab korupsi meliputi dua
faktor yaitu faktor internal dan faktor eksternal. Faktor internal merupakan penyebab korupsi yang
datang dari diri pribadi sedang faktor eksternal adalah faktor penyebab terjadinya korupsi karena
sebab-sebab dari luar.
Faktor internal terdiri dari aspek moral, misalnya lemahnya keimanan, kejujuran, rasa
malu, aspek sikap atau perilaku misalnya pola hidup konsumtif dan aspek sosial seperti keluarga
yang dapat mendorong seseorang untuk berperilaku korup. Faktor eksternal bisa dilacak dari aspek
ekonomi misalnya pendapatan atau gaji tidak mencukupi kebutuhan, aspek politis misalnya
instabilitas politik, kepentingan politis, meraih dan mempertahankan kekuasaan, aspek
managemen & organisasi yaitu ketiadaan akuntabilitas dan transparansi, aspek hukum, terlihat
dalam buruknya wujud perundang-undangan dan lemahnya penegakkan hukum serta aspek sosial
yaitu lingkungan atau masyarakat yang kurang mendukung perilaku anti korupsi.
BAB 2
ISI
B. Faktor Penyebab Korupsi
2.1 Faktor Politik
Salah satu faktor krusial dalam praktik korupsi ialah politik. Jika politik memang sudah
menjadi akar permasalahan dari korupsi itu sendiri maka bagaimanapun juga apapun caranya
apapun usahanya seseorang pasti akan memilih jalan tersebut demi kepentingan politiknya
terpenuhi. Memang bukan lagi hal yang lazim ditemui dalam perpolitikan di Indonesia jika seorang
politikus secara pure tidak menggunakan hak politik sebagaimana mestinya. Namun daripada itu,
menurut kelompok pemikiran kelompok kami, kegiatan-kegiatan yang seperti itu atau praktik
korupsi dalam arti faktor politik yang mempengaruhi terjadinya tindak korupsi ialah disaat seorang
politikus atau seseorang yang ingin meraih suatu jabatan dalam instansi pemerintah dan sejenisnya
melakukan tindak korupsi berupa penyuapan terhadap pihak-pihak yang terkait, pembelian suara
terhadap warga sekitar atau biasa disebut serangan fajar, serta dana-dana ilegal guna
terselenggaranya kampanye atas kelancaran tujuan yang diinginkan sang pelaku.
2.2 Faktor Hukum dalam Penyebab Terjadinya Korupsi
Hukum merupakan salah satu faktor penyebab korupsi. Faktor ini bisa di lihat dari dua sisi,
yaitu dari aspek perundang – undangan dan disisi lain adalah lemahnya dan tidak tegasnya
penegakan hukum yang menjadikan itu faktor berkembangnya tindakan korupsi. Penegakan
hukum yang tidak konsisten dan hanya digunakan sebagai topeng politik yang mana sifatnya
sementara dan selalu berubah setiap berganti pemerintahan. Penegakan hukum yang lemah ini
dapat menghindarkan para pelaku korupsi dari sanksi – sanksi hukum.
Sanksi yang tidak equivalen atau sesuai dengan perbuatan yang dilarang sehingga tidak
tepat sasaran serta dirasa terlalu ringan atau terlalu berat; penggunaan konsep yang berbeda-beda
untuk sesuatu yang sama, semua itu memungkinkan suatu peraturan tidak kompatibel dengan
realitas yang ada sehingga tidak fungsional atau tidak produktif dan mengalami resistensi.
Korupsi juga terjadi karena lemahnya disiplin pemerintah dalam mengendalikan kekuasaan
negara sehingga negaranya menjadi negara yang lembek. Negara yang lembek ialah negara yang
tidak memiliki disiplin sosial, di mana pemerintah menuntut sangat sedikit kepada warga
negaranya, dan sedikit kewajiban yang tidak dilakukan secara memadai pula.
Fakta ini memperlihatkan bahwa terjadinya korupsi sangat mungkin karena aspek pera-
turan perundang-undangan yang lemah atau hanya menguntungkan pihak tertentu saja. Dalam hal
ini pemerintah harus tau dan bisa membedakan manakah urusan pemerintah dan yang manakah
urusan pribadi serta berkemampuan memberlakukan sanksi etis.
Lemahnya sistem peraturan perundang-undangan memberikan peluang untuk melakukan
tindak pidana korupsi. Disamping tidak bagusnya produk hukum yang dapat menjadi penyebab
terjadinya korupsi, praktik penegakan hukum juga masih dikaitkan dengan berbagai permasalahan
yang menjauhkan hukum dari tujuannya. Secara langsung, publik dapat melihat banyak kasus yang
menunjukan adanya diskriminasi dalam proses penegakan hukum termasuk putusan-putusan
pengadilan.
2.3 Faktor Ekonomi
Dalam melakukan tindakan korupsi, banyak yang mengatakan bahwa ekonomi lah yang
mendorong para koruptor melakukan korupsi. Mulai dari karena gaji pegawai yang kurang cukup
untuk menghidupinya para koruptor pun tidak segan – segan melakukan korupsi hingga merugikan
banyak masyarakat. Tetapi jika dilihat kebanyakan koruptor di Indonesia adalah orang – orang
yang memiliki jabatan tinggi yang gaji perbulannya tinggi juga, tetapi mereka tetap melakukan
korupsi.
Selain rendahnya gaji pegawai, banyak aspek ekonomi lain yang menjadi penyebab
terjadinya korupsi, diantaranya adalah kekuasaan pemerintah yang dibarengi dengan faktor
kesempatan bagi pegawai pemerintah untuk memenuhi kekayaan mereka dan kroninya.
Sudah tidak heran lagi jika seseorang yang memiliki kekuasaan yang tinggi dengan
mudahnya mendapatkan kesempatan untuk melakukan tindakan korupsi. Korupsi terjadi karena
adanya hawa nafsu dan dibarengi dengan datangnya kesempatan yang membuat para koruptor
tidak akan melewatkannya begitu saja. Kasus seperti ini yang kebanyakan terjadi dikalangan para
koruptor yang telah memiliki jabatan tinggi, dengan kekuasaanya ia melakukan tindak korupsi.
Seperti contohnya seorang Bupati yang menjadi ketua disalah satu proyek pemerintahan memiliki
kesempatan untuk menguntungkan dirinya sendiri dengan menggelapkan dana proyek sebesar Rp
2,6 miliar. Kesempatan yang membuatnya leluasa melakukan tindakan korupsi dan juga
kekuasaannya yang besar.
Dalam kasus korupsi, kekuasaan di Indonesia telah disalah gunakan oleh para penguasa.
Mulai dari untuk menguntungkan dirinya sendiri hingga menyengsarakan banyak masyarakat
Indonesia. Para penguasa yang seharusnya membantu perekonomian masyarakat yang
membutuhkan tetapi malah masyarakat yang membutuhkan yang menyumbangkan hak mereka
yang telah direbut oleh sang penguasa.
Terkait faktor ekonomi dan terjadinya korupsi, banyak pendapat menyatakan bahwa
kemiskinan merupakan akar masalah korupsi. Pernyataan demikian tidak benar sepenuhnya, sebab
banyak korupsi yang dilakukan oleh pemimpin Asia dan Afrika, dan mereka tidak tergolong orang
miskin. Dengan demikian korupsi bukan disebabkan oleh kemiskinan, tapi justru sebaliknya,
kemiskinan disebabkan oleh korupsi.
2.4 Faktor Organisasi
Organisasi adalah salah satu penyebab terjadinya tindakan korupsi. Organisasi juga
sejatinya memiliki pengaruh yang cukup besar terhadap tindakan korupsi. Bagaimana tidak, telah
kita ketahui bersama bahwa terdapat banyak kasus tindakan korupsi di negara ini yang berada di
dalam lingkupan organisasi. Lalu mengapa hal itu dapat terjadi? Hal itu dapat mudah terjadi
dikarenakan bukan hal yang asing lagi bagi kita bila seseorang yang mengikuti sebuah organisasi
akan sangat rentan melakukan sebuah tindakan korupsi karena adanya banyak peluang dan juga
kesempatan untuk melakukan tindakan korupsi tersebut. Adapun aspek-aspek penyebab terjadinya
korupsi dari sudut pandang organisasi ini meliputi: (a) kurang adanya teladan dari pimpinan, (b)
tidak adanya kultur organisasi yang benar, (c) sistem akuntabilitas di instansi pemerintah kurang
memadai, (d) manajemen cenderung menutupi korupsi di dalam organisasinya
Adapun salah satu contoh tindakan korupsi yang terjadi di dalam organisasi yaitu tindakan
korupsi yang terjadi di organisasi kepemerintahan (eksekutif) maupun legislatif. Sangat ironis
memang jika kita melihat dengan mudahnya anggota lembaga kepemerintahan seringkali
menggunakan kewenangannya tersebut untuk mencari pendapatan lebih dengan cara yang tidak
seharusnya dilakukan oleh anggota lembaga kepemerintahan tersebut. Dengan mudahnya mereka
menyalahgunakan uang pajak. Seperti yang telah kita ketahui bersama bahwa uang pajak yang
dibayar oleh seluruh masyarakat Indonesia salah satunya yaitu ditunjukkan untuk fasilitas umum,
namun seringkali uang pajak tersebut malah digunakan untuk keperluan pribadi anggota lembaga
kepemerintahan tersebut. Kurangnya transparansi dan pengawasan yang dilakukan instansi terkait
terhadap organisasi kepemerintahan itulah yang membuat mudahnya terjadi tindakan korupsi
tersebut.
Seringkali kita juga akan menemukan tindakan korupsi yang bahkan dilakukan oleh
instansi pengawasan yang seharusnya mereka bertugas untuk mengawasi tindakan korupsi. Seperti
yang dikemukakan oleh Baswir (Baswir: 1996) bahwa negara kita yang merupakan birokrasi
patrimonial dan negara hegemonik menyebabkan lemahnya fungsi pengawasan, sehingga
merebaklah budaya korupsi itu. Namun tindakan korupsi tidak hanya disebabkan oleh lemahnya
fungsi pengawasan, melainkan juga karena akibat dari perilaku yang telah membudaya di diri
masing-masing individu. Sebagai contoh yaitu banyaknya masyarakat yang lebih memilih
menggunakan uang pelicin untuk mendapat SIM ataupun KTP karena mereka menganggap
menggunakan uang pelicin merupakan suatu tindakan yang paling praktis untuk mendapatkan
sesuatu yang mereka butuhkan.
2.5 Faktor Korupsi dalam Perspektif Teoritis
Korupsi adalah suatu tindakan yang didasari oleh tertekannya suatu psikologis seorang
manusia karena suatu hal yang mengakibatkan orang tersebut melanggar aturan serta norma yang
berlaku, jika kita mencari referensi di Kamus Besar Bahasa Indonesia dari kata korupsi, maka kita
akan mencapatkan info tentang korupsi yaitu :
“penyelewengan atau penyalahgunaan uang negara (perusahaan dan sebagainya) untuk
keuntunganpribadi atauorang lain; -- waktucak penggunaan waktudinas (bekerja) untuk urusan
pribadi”
“Koruptor adalah orang yang tidak puas akan keadaan dirinya. Opportuniy, merupakan sistem
yang memberi peluang untuk melakukan korupsi, yang bisa diperluas keadaan organisasi atau
masyarakat yang sedemikian rupa sehingga terbuka kesempatan bagi seseorang untuk melakukan
kecurangan. Needs, yaitu sikap mental yang tidak pernah merasa cukup, selalu sarat dengan
kebutuhan yang tidak pernah usai. Exposure, hukuman yang dijatuhkan kepada para pelaku
korupsi yang tidak memberi efek jera pelaku maupun orang lain.”
2.6 Faktor Internal Penyebab Korupsi
Sebagai sebuah tindakan yang memiliki dampak yang sangat buruk bagi semua kalangan,
korupsi tentunya memiliki beberapa faktor yang menjadi penyebab terjadinya korupsi itu sendiri.
Faktor tersebut meliputi faktor internal dan eksternal. Salah satunya adalah faktor internal, faktor
internal adalah faktor penyebab korupsi yang meliputi aspek individu maupun sosial yang dapat
mempengaruhi individu ataupun kelompok untuk melakukan tindakan korupsi. Berikut adalah
beberapa faktor internal yang dapat menjadi penyebab terjadinya korupsi.
1. Aspek perilaku individu
a. Sifat tamak / rakus manusia
Beberapa manusia memililiki sifat dasar yang selalu haus akan materi ataupun kekuasaan
oleh karena itu dalam hal ini perilaku individu sangatlah menjadi faktor yang mempengaruhi
penyeban tindakan korupsi. Manusia yang tamak dan rakus akan selalu menghalalkan segala
macam cara dalam memenuhi kebutuhannya yang selalu saja diiringi dengan perilaku yang haus
akan materi dan kekuasaan yang tiada habisnya.
b. Moral yang kurang kuat
Moral merupakan senuah aspek yang sangat penting bagi penentu sekaligus pandangan
perilaku seseorang. Moral yang baik akan mencerminkan perilaku yang baik pula. Namun
seseorang yang moralnya kurang baik atau bahkan tidak baik akan senantiasa cenderung memiliki
sebuah perilaku yang kurang baik pula. Moral yang kurang tertanam dengan baik dapat menjadi
salah satu penyebab terjadinya tindakan korupsi yang pada sasarnya disorong oleh sebuah
kebutuhan yang tinggi dan rasa ketidakpuasan yang berlebihan akan materi dan kekuasaan
sehingga tanpa adanya pandangandan tolak ukur dalam berperilaku yang maik maka akan sangat
mudah untuk terjerumus dalam tindakan korupsi.
d. Gaya hidup konsumtif
Sebagai manusia dengan pola hidup yang terlalu hedonisme dan cenderung kearah yang
konsumtif terkadang dapat menimbukan beberapa efek negatif. Hal tersebut dikarenakan beberapa
dari perilaku konsumtif memiliki kecendurangan untuk selalu haus akan materi sedangkan
pendapatan sangat tidak sesuai dangan pengeluaran dan kebutuhan sehingga dapat memiliki
kecenderungan untuk menyebabkan tindakan korupsi.
2. Aspek sosial
Tidak dapat dipungkiri jika aspek sosial menjadi salah satu aspek penyebab terjadinya
sebuah tindakan korupsi. Faktor internal seperti keluarga dan budaya yang kurang baik terkadang
juga dapat memicu terjadinya tindakan korupsi seperti penyalah gunaan wewenang atau kekuasaan
untuk kepentingan pribadi
“Kaum behavioris mengatakan bahwa lingkungan keluargalah yang secara kuat memberikan
dorongan bagi orang untuk korupsi dan mengalahkan sifat baik seseorang yang sudah menjadi
traits pribadinya”
2.7 Faktor Eksternal
A. Aspek sikap masyarakat terhadap korupsi
Di dalam masyarakat khususnya masyarakat Indonesia, kebanyakan sikap korupsi tidak
pernah ditindaklanjuti secara serius, malahan, tindak korupsi sering kali ditutup-tutupi. Hal ini
tentu saja membuat masyarakat memiliki pemicu yang lebih tinggi dalam menjalankan tindak
pidana korupsi, karena nilai-nilai di masyarakat sendiri mengkondusifkan terjadinya tindak pidana
korupsi ini. Korupsi juga bisa ditimbulkan dari budaya masyarakat, misalnya karena adanya
penghargaan terhadap individu-individu yang memiliki nilai kekayaan kategori tinggi, akhirnya
masyarakat tidak berfikir kritis darimana hal ini berasal.
Kemudian, di dalam masyarakat, kebanyakan dari mereka tidak menyadari bahwa korupsi
sebenarnya merugikan diri mereka sendiri dan juga sering melibatkan mereka tanpa mereka sadari.
Kebanyakan masyarakat seringkali beranggapan bahwa korupsi hanya akan melibatkan Negara,
padahal, unsur dari Negara itu sendiri terletak pada masyarakat. Yang terakhir, masyarakat juga
kurang menyadari bahwa korupsi akan efektif untuk diberantas ketika masyarakat ikut aktif dalam
agenda pencegahan dan pemberantasan. Korupsi bukan hanya tanggung jawab pemerintah semata,
namun juga tanggung jawab seluruh warga Negara.
B. Aspek Ekonomi
Dalam menjalani kehidupan bermasyarakat, keadaan ekonomi seseorang apalagi
pendapatannya sangat mempengaruhi pola hidup seseorang. Suatu individu harus bisa
memanajemen perekonomiannya baik pendapatan maupun pengeluarannya agar tidak terjadi
kekurangan barang pangan maupun sandang. Namun,yang terjadi di masyarakat ternyata tidak
semulus yang direncanakan. Pendapatan sering kali tidak cukup untuk memenuhi kebutuhan utama
mereka. Desakan-desakan kebutuhan ekonomi ini, nantinya juga dapat memiliki potensi yang
menyebabkan seseorang untuk melakukan tindak pidana korupsi .
C. Aspek Politis
Dalam bukunya tahun 1983, raharjo mengatakan bahwa kontrol sosial adalah suatu proses
yang dilakukan untuk mempengaruhi orang-orang agar bertingkah laku sesuai harapan
masyarakat. Hal ini dijalankan dengan banyaknya aktivitas yang menggunakan kekuasaan Negara
sebagai lembaga organisasi politik dengan lembaga-lembaganya. Oleh karena itulah, kepentingan
politik sangat berpotensi untuk menimbulkan terjadinya korupsi di suatu Negara.
D. Aspek Organisasi
Dalam organisasi, posisi pemimpin merupakan posisi yang sangat penting karena ialah
yang mengatur bagaimana jalan kerja suatu organisasi tersebut. Bila didalam organisasi tersebut
ternyata ditemukan pemimpin menjalankan tindak pidana korupsi, maka potensi-potensi anggota
organisasi lain untuk melakukan korupsi seperti yang ia lakukan juga adalah tinggi. Kemudian, di
dalam organisasi juga sangat dibutuhkan kultur yang jelas agar tidak terjadi pengeleloaan yang
tidak baik hingga menimbulkan banyaknya kejadian yang tidak kondusif di dalam organisasi,
termasuk terjadinya korupsi di dalam organisasi tersebut. Selanjutnya, kurang memadainya sistem
akuntabilitas juga akan menimbulkan perilaku korupsi yang berasal dari aspek organisasi. Jika
dalam organisasi tersebut belum jelas visi misinya, biasanya kemudian akan sulit memberikan
penilaian terhadap jalannya organisasi tersebut. Hal ini nantinya akan mengakibatkan kurangnya
perhatian terhadap organisasi tersebut, sehingga menimbulkan praktek korupsi kerap terjadi.
Lemahnya sistem pengendalian manajemen juga nantinya akan mengakibatkan terjadinya tindak
korupsi secara terbuka di antara anggota-anggota organisasi tersebut.
Terakhir, korupsi juga dapat terjadi karena aspek organisasi berkat kurangnya pengawas
baik secara internal maupun eksternal. Pengawasan dapat kurang efektif karena beberapa faktor,
yakni tumpang tindih antar pengawasan instansi, dan kurangnya keprofesionalan pengawas
tersebut pada etika dan hukum pengawasan organisasi tersebut.
BAB 3
PENUTUP
3.1 Kesimpulan
Dalam konteks gerakan anti-korupsi mahasiswa juga diharapkan dapat tampil di depan
menjadi motor penggerak. Mahasiswa didukung oleh kompetensi dasar yang mereka miliki, yaitu:
intelegensia, kemampuan berpikir kritis, dan keberanian untuk menyatakan kebenaran. Dengan
kompetensi yang mereka miliki tersebut mahasiswa diharapkan mampu menjadi agen perubahan,
mampu menyuarakan kepentingan rakyat, mampu mengkritisi kebijakan-kebijakan yang koruptif,
dan mampu menjadi watch dog lembaga-lembaga negara dan penegak hukum.
DAFTAR PUSTAKA
Master Buku Pendidikan Anti Korupsi Untuk Perguruan Tinggi, (2012) hal. 23
Materi Pendidikan Anti Korupsi Untuk Perguruan Tinggi hal. 41
Pendidikan Anti Korupsi untuk Perguruan Tinggi, halaman 56
Materi Pancasila hal 120 - 134

More Related Content

What's hot

Penanggulangan Kasus Korupsi di Indonesia
Penanggulangan Kasus Korupsi di IndonesiaPenanggulangan Kasus Korupsi di Indonesia
Penanggulangan Kasus Korupsi di IndonesiaZaka Firma Aditya
 
Makalah Masalah Korupsi Di Indonesia
Makalah Masalah Korupsi Di IndonesiaMakalah Masalah Korupsi Di Indonesia
Makalah Masalah Korupsi Di IndonesiaARY SETIADI
 
Konsep Korupsi & Kondisi saat ini di Indonesia
Konsep Korupsi & Kondisi saat ini di Indonesia Konsep Korupsi & Kondisi saat ini di Indonesia
Konsep Korupsi & Kondisi saat ini di Indonesia windari27
 
Analisa kasus korupsi dinasti ratu atut pada dinas kesehatan di banten
Analisa kasus korupsi dinasti ratu atut pada dinas kesehatan di bantenAnalisa kasus korupsi dinasti ratu atut pada dinas kesehatan di banten
Analisa kasus korupsi dinasti ratu atut pada dinas kesehatan di bantennurfitriyah1712
 
Akar masalah korupsi dan pemberantasannya
Akar masalah korupsi dan pemberantasannyaAkar masalah korupsi dan pemberantasannya
Akar masalah korupsi dan pemberantasannyaEry Arifullah
 
Makalah upaya pemberantasan korupsi di indonesia revisi
Makalah upaya pemberantasan korupsi di indonesia  revisi Makalah upaya pemberantasan korupsi di indonesia  revisi
Makalah upaya pemberantasan korupsi di indonesia revisi Marlinda
 
Analisa korupsi di indonesia
Analisa korupsi di indonesiaAnalisa korupsi di indonesia
Analisa korupsi di indonesiaBunda Violyn
 
BE &GG, Antoni Butarbutar, Hapzi Ali, Ethics and Business; Corruption and Fra...
BE &GG, Antoni Butarbutar, Hapzi Ali, Ethics and Business; Corruption and Fra...BE &GG, Antoni Butarbutar, Hapzi Ali, Ethics and Business; Corruption and Fra...
BE &GG, Antoni Butarbutar, Hapzi Ali, Ethics and Business; Corruption and Fra...Antoni Butarbutar
 
Upaya Pemberantasan Korupsi
Upaya Pemberantasan KorupsiUpaya Pemberantasan Korupsi
Upaya Pemberantasan KorupsiDini Islamiana
 
Presentasi Masalah Korupsi Di Indonesia
Presentasi Masalah Korupsi Di IndonesiaPresentasi Masalah Korupsi Di Indonesia
Presentasi Masalah Korupsi Di IndonesiaARY SETIADI
 
BE&GG, Riyoko Yudhi Wibowo, Hapzi Ali, Corruption & Fraud, Universitas Mercub...
BE&GG, Riyoko Yudhi Wibowo, Hapzi Ali, Corruption & Fraud, Universitas Mercub...BE&GG, Riyoko Yudhi Wibowo, Hapzi Ali, Corruption & Fraud, Universitas Mercub...
BE&GG, Riyoko Yudhi Wibowo, Hapzi Ali, Corruption & Fraud, Universitas Mercub...Riyoko Yudhi Wibowo
 
12 031 milian a.b korupsi 41
12 031 milian a.b korupsi 4112 031 milian a.b korupsi 41
12 031 milian a.b korupsi 41fahmialzie
 

What's hot (20)

281669604 makalah-kasus-korupsi
281669604 makalah-kasus-korupsi281669604 makalah-kasus-korupsi
281669604 makalah-kasus-korupsi
 
Penanggulangan Kasus Korupsi di Indonesia
Penanggulangan Kasus Korupsi di IndonesiaPenanggulangan Kasus Korupsi di Indonesia
Penanggulangan Kasus Korupsi di Indonesia
 
Bab i,234
Bab i,234Bab i,234
Bab i,234
 
Makalah Masalah Korupsi Di Indonesia
Makalah Masalah Korupsi Di IndonesiaMakalah Masalah Korupsi Di Indonesia
Makalah Masalah Korupsi Di Indonesia
 
Makalah pkn tentang pemberantasan korupsi
Makalah pkn tentang pemberantasan korupsiMakalah pkn tentang pemberantasan korupsi
Makalah pkn tentang pemberantasan korupsi
 
Konsep Korupsi & Kondisi saat ini di Indonesia
Konsep Korupsi & Kondisi saat ini di Indonesia Konsep Korupsi & Kondisi saat ini di Indonesia
Konsep Korupsi & Kondisi saat ini di Indonesia
 
Analisa kasus korupsi dinasti ratu atut pada dinas kesehatan di banten
Analisa kasus korupsi dinasti ratu atut pada dinas kesehatan di bantenAnalisa kasus korupsi dinasti ratu atut pada dinas kesehatan di banten
Analisa kasus korupsi dinasti ratu atut pada dinas kesehatan di banten
 
Akar masalah korupsi dan pemberantasannya
Akar masalah korupsi dan pemberantasannyaAkar masalah korupsi dan pemberantasannya
Akar masalah korupsi dan pemberantasannya
 
Design anti korupsi
Design anti korupsiDesign anti korupsi
Design anti korupsi
 
Makalah upaya pemberantasan korupsi di indonesia revisi
Makalah upaya pemberantasan korupsi di indonesia  revisi Makalah upaya pemberantasan korupsi di indonesia  revisi
Makalah upaya pemberantasan korupsi di indonesia revisi
 
Analisa korupsi di indonesia
Analisa korupsi di indonesiaAnalisa korupsi di indonesia
Analisa korupsi di indonesia
 
BE &GG, Antoni Butarbutar, Hapzi Ali, Ethics and Business; Corruption and Fra...
BE &GG, Antoni Butarbutar, Hapzi Ali, Ethics and Business; Corruption and Fra...BE &GG, Antoni Butarbutar, Hapzi Ali, Ethics and Business; Corruption and Fra...
BE &GG, Antoni Butarbutar, Hapzi Ali, Ethics and Business; Corruption and Fra...
 
Makalah
MakalahMakalah
Makalah
 
makalah Korupsi
makalah Korupsimakalah Korupsi
makalah Korupsi
 
[PKN Korupsi
[PKN Korupsi[PKN Korupsi
[PKN Korupsi
 
Upaya Pemberantasan Korupsi
Upaya Pemberantasan KorupsiUpaya Pemberantasan Korupsi
Upaya Pemberantasan Korupsi
 
Presentasi Masalah Korupsi Di Indonesia
Presentasi Masalah Korupsi Di IndonesiaPresentasi Masalah Korupsi Di Indonesia
Presentasi Masalah Korupsi Di Indonesia
 
BE&GG, Riyoko Yudhi Wibowo, Hapzi Ali, Corruption & Fraud, Universitas Mercub...
BE&GG, Riyoko Yudhi Wibowo, Hapzi Ali, Corruption & Fraud, Universitas Mercub...BE&GG, Riyoko Yudhi Wibowo, Hapzi Ali, Corruption & Fraud, Universitas Mercub...
BE&GG, Riyoko Yudhi Wibowo, Hapzi Ali, Corruption & Fraud, Universitas Mercub...
 
12 031 milian a.b korupsi 41
12 031 milian a.b korupsi 4112 031 milian a.b korupsi 41
12 031 milian a.b korupsi 41
 
Makalah korupsi STIP WUNA
Makalah korupsi STIP WUNA Makalah korupsi STIP WUNA
Makalah korupsi STIP WUNA
 

Similar to MAKALAH ANTIKORUPSI

Tugas analisis kebijakan publik uas
Tugas analisis kebijakan publik uasTugas analisis kebijakan publik uas
Tugas analisis kebijakan publik uasnetieli
 
Fakto penyebab Penyebab korupsi korupsii
Fakto penyebab Penyebab korupsi korupsiiFakto penyebab Penyebab korupsi korupsii
Fakto penyebab Penyebab korupsi korupsiiFikriArdian5
 
Pendidikan Anti Korupsi di Perguruan Tinggi
Pendidikan Anti Korupsi di Perguruan TinggiPendidikan Anti Korupsi di Perguruan Tinggi
Pendidikan Anti Korupsi di Perguruan TinggiErhaSyam
 
Pendidikan anti korupsi - Hubungan faktor penyebab korupsi dan dampak korupsi...
Pendidikan anti korupsi - Hubungan faktor penyebab korupsi dan dampak korupsi...Pendidikan anti korupsi - Hubungan faktor penyebab korupsi dan dampak korupsi...
Pendidikan anti korupsi - Hubungan faktor penyebab korupsi dan dampak korupsi...Idik Saeful Bahri
 
BE & GG, Rudy Harland Seniang Sakti, Prof. Dr. Hapzi Ali, MM, Corruption and ...
BE & GG, Rudy Harland Seniang Sakti, Prof. Dr. Hapzi Ali, MM, Corruption and ...BE & GG, Rudy Harland Seniang Sakti, Prof. Dr. Hapzi Ali, MM, Corruption and ...
BE & GG, Rudy Harland Seniang Sakti, Prof. Dr. Hapzi Ali, MM, Corruption and ...Rudy Harland
 
FAKTOR PENYEBAB KORUPSI (KELOMPOK 2).pptx
FAKTOR PENYEBAB KORUPSI (KELOMPOK 2).pptxFAKTOR PENYEBAB KORUPSI (KELOMPOK 2).pptx
FAKTOR PENYEBAB KORUPSI (KELOMPOK 2).pptxHesrinTangdiArrang
 
01pendahuluan-konsep dasar.pdf
01pendahuluan-konsep dasar.pdf01pendahuluan-konsep dasar.pdf
01pendahuluan-konsep dasar.pdfSrie Maryati
 
Makalah kewarga negaraan
Makalah kewarga negaraanMakalah kewarga negaraan
Makalah kewarga negaraanjellysihite
 
Makalah kasus korupsi penggelapan pajak gayus tambunan
Makalah kasus korupsi penggelapan pajak gayus tambunanMakalah kasus korupsi penggelapan pajak gayus tambunan
Makalah kasus korupsi penggelapan pajak gayus tambunanMuhammad Iqbal
 
Penyebab kegagalan birokrasi di indonesia
Penyebab kegagalan birokrasi di indonesiaPenyebab kegagalan birokrasi di indonesia
Penyebab kegagalan birokrasi di indonesiaMendeko Jo
 
BAHASA INDONESIA.pptx
BAHASA INDONESIA.pptxBAHASA INDONESIA.pptx
BAHASA INDONESIA.pptxwallzui321
 
Makalah pkn tentang pemberantasan korupsi
Makalah pkn tentang pemberantasan korupsiMakalah pkn tentang pemberantasan korupsi
Makalah pkn tentang pemberantasan korupsiSeptian Muna Barakati
 
BE & GG13, Basori, Hapzi Ali, Corruption Fraud, UMB, 2017
BE & GG13, Basori, Hapzi Ali, Corruption  Fraud, UMB, 2017BE & GG13, Basori, Hapzi Ali, Corruption  Fraud, UMB, 2017
BE & GG13, Basori, Hapzi Ali, Corruption Fraud, UMB, 2017Basori Basori
 
korelasi antara kepemimpinan dengan korupsi
korelasi antara kepemimpinan dengan korupsikorelasi antara kepemimpinan dengan korupsi
korelasi antara kepemimpinan dengan korupsiImond Imondt
 
BE & GG, Siti Muliawati, Hapzi Ali, Business Ethics & GG; Corruption and Frau...
BE & GG, Siti Muliawati, Hapzi Ali, Business Ethics & GG; Corruption and Frau...BE & GG, Siti Muliawati, Hapzi Ali, Business Ethics & GG; Corruption and Frau...
BE & GG, Siti Muliawati, Hapzi Ali, Business Ethics & GG; Corruption and Frau...siti muliawati
 
sosiologi agama
sosiologi agamasosiologi agama
sosiologi agamabycycle
 

Similar to MAKALAH ANTIKORUPSI (20)

Tugas analisis kebijakan publik uas
Tugas analisis kebijakan publik uasTugas analisis kebijakan publik uas
Tugas analisis kebijakan publik uas
 
Fakto penyebab Penyebab korupsi korupsii
Fakto penyebab Penyebab korupsi korupsiiFakto penyebab Penyebab korupsi korupsii
Fakto penyebab Penyebab korupsi korupsii
 
Pendidikan Anti Korupsi di Perguruan Tinggi
Pendidikan Anti Korupsi di Perguruan TinggiPendidikan Anti Korupsi di Perguruan Tinggi
Pendidikan Anti Korupsi di Perguruan Tinggi
 
Pendidikan anti korupsi - Hubungan faktor penyebab korupsi dan dampak korupsi...
Pendidikan anti korupsi - Hubungan faktor penyebab korupsi dan dampak korupsi...Pendidikan anti korupsi - Hubungan faktor penyebab korupsi dan dampak korupsi...
Pendidikan anti korupsi - Hubungan faktor penyebab korupsi dan dampak korupsi...
 
BE & GG, Rudy Harland Seniang Sakti, Prof. Dr. Hapzi Ali, MM, Corruption and ...
BE & GG, Rudy Harland Seniang Sakti, Prof. Dr. Hapzi Ali, MM, Corruption and ...BE & GG, Rudy Harland Seniang Sakti, Prof. Dr. Hapzi Ali, MM, Corruption and ...
BE & GG, Rudy Harland Seniang Sakti, Prof. Dr. Hapzi Ali, MM, Corruption and ...
 
FAKTOR PENYEBAB KORUPSI (KELOMPOK 2).pptx
FAKTOR PENYEBAB KORUPSI (KELOMPOK 2).pptxFAKTOR PENYEBAB KORUPSI (KELOMPOK 2).pptx
FAKTOR PENYEBAB KORUPSI (KELOMPOK 2).pptx
 
01pendahuluan-konsep dasar.pdf
01pendahuluan-konsep dasar.pdf01pendahuluan-konsep dasar.pdf
01pendahuluan-konsep dasar.pdf
 
Ppkn artikel ii
Ppkn artikel iiPpkn artikel ii
Ppkn artikel ii
 
Makalah kewarga negaraan
Makalah kewarga negaraanMakalah kewarga negaraan
Makalah kewarga negaraan
 
Makalah kasus korupsi penggelapan pajak gayus tambunan
Makalah kasus korupsi penggelapan pajak gayus tambunanMakalah kasus korupsi penggelapan pajak gayus tambunan
Makalah kasus korupsi penggelapan pajak gayus tambunan
 
Penyebab kegagalan birokrasi di indonesia
Penyebab kegagalan birokrasi di indonesiaPenyebab kegagalan birokrasi di indonesia
Penyebab kegagalan birokrasi di indonesia
 
Penyebab Korpusi.pptx
Penyebab Korpusi.pptxPenyebab Korpusi.pptx
Penyebab Korpusi.pptx
 
BAHASA INDONESIA.pptx
BAHASA INDONESIA.pptxBAHASA INDONESIA.pptx
BAHASA INDONESIA.pptx
 
Makalah pkn tentang pemberantasan korupsi
Makalah pkn tentang pemberantasan korupsiMakalah pkn tentang pemberantasan korupsi
Makalah pkn tentang pemberantasan korupsi
 
Makalah pkn tentang pemberantasan korupsi
Makalah pkn tentang pemberantasan korupsiMakalah pkn tentang pemberantasan korupsi
Makalah pkn tentang pemberantasan korupsi
 
Makalah pkn tentang pemberantasan korupsi
Makalah pkn tentang pemberantasan korupsiMakalah pkn tentang pemberantasan korupsi
Makalah pkn tentang pemberantasan korupsi
 
BE & GG13, Basori, Hapzi Ali, Corruption Fraud, UMB, 2017
BE & GG13, Basori, Hapzi Ali, Corruption  Fraud, UMB, 2017BE & GG13, Basori, Hapzi Ali, Corruption  Fraud, UMB, 2017
BE & GG13, Basori, Hapzi Ali, Corruption Fraud, UMB, 2017
 
korelasi antara kepemimpinan dengan korupsi
korelasi antara kepemimpinan dengan korupsikorelasi antara kepemimpinan dengan korupsi
korelasi antara kepemimpinan dengan korupsi
 
BE & GG, Siti Muliawati, Hapzi Ali, Business Ethics & GG; Corruption and Frau...
BE & GG, Siti Muliawati, Hapzi Ali, Business Ethics & GG; Corruption and Frau...BE & GG, Siti Muliawati, Hapzi Ali, Business Ethics & GG; Corruption and Frau...
BE & GG, Siti Muliawati, Hapzi Ali, Business Ethics & GG; Corruption and Frau...
 
sosiologi agama
sosiologi agamasosiologi agama
sosiologi agama
 

Recently uploaded

Tata Kelola Pengadaan barang dan Jasa di Desa pptx
Tata Kelola Pengadaan barang dan Jasa di Desa pptxTata Kelola Pengadaan barang dan Jasa di Desa pptx
Tata Kelola Pengadaan barang dan Jasa di Desa pptxBudyHermawan3
 
PB.2.3 KERJA SAMA DESA. Perspektif Kerja sama Desapptx
PB.2.3 KERJA SAMA DESA. Perspektif Kerja sama DesapptxPB.2.3 KERJA SAMA DESA. Perspektif Kerja sama Desapptx
PB.2.3 KERJA SAMA DESA. Perspektif Kerja sama DesapptxBudyHermawan3
 
Konsep Management RisikoRev Pak Budi.pptx
Konsep Management RisikoRev Pak Budi.pptxKonsep Management RisikoRev Pak Budi.pptx
Konsep Management RisikoRev Pak Budi.pptxBudyHermawan3
 
LAPORAN KEPALA DESA. sebagai kewajiban pptx
LAPORAN KEPALA DESA. sebagai kewajiban pptxLAPORAN KEPALA DESA. sebagai kewajiban pptx
LAPORAN KEPALA DESA. sebagai kewajiban pptxBudyHermawan3
 
Salinan Materi Sosialisasi PEKPPP 2022 - bukti dukung lebih rinci.pdf
Salinan Materi Sosialisasi PEKPPP 2022 - bukti dukung lebih rinci.pdfSalinan Materi Sosialisasi PEKPPP 2022 - bukti dukung lebih rinci.pdf
Salinan Materi Sosialisasi PEKPPP 2022 - bukti dukung lebih rinci.pdfdrmdbriarren
 
mars pkk yang selalu dinyanyikan saat kegiatan PKK.pptx
mars pkk yang selalu dinyanyikan saat kegiatan PKK.pptxmars pkk yang selalu dinyanyikan saat kegiatan PKK.pptx
mars pkk yang selalu dinyanyikan saat kegiatan PKK.pptxSusatyoTriwilopo
 
PB.2 KEBIJAKAN PENYELENGGARAAN PEMDES.pptx
PB.2 KEBIJAKAN PENYELENGGARAAN PEMDES.pptxPB.2 KEBIJAKAN PENYELENGGARAAN PEMDES.pptx
PB.2 KEBIJAKAN PENYELENGGARAAN PEMDES.pptxBudyHermawan3
 
Pengantar dan Teknik Public Speaking.pptx
Pengantar dan Teknik Public Speaking.pptxPengantar dan Teknik Public Speaking.pptx
Pengantar dan Teknik Public Speaking.pptxBudyHermawan3
 
NILAI TUKAR NELAYAN BANGGAI KEPULAUAN TAHUN 2024
NILAI TUKAR NELAYAN BANGGAI KEPULAUAN TAHUN 2024NILAI TUKAR NELAYAN BANGGAI KEPULAUAN TAHUN 2024
NILAI TUKAR NELAYAN BANGGAI KEPULAUAN TAHUN 2024ssuser8905b3
 
Penyesuaian AK Jabatan Fungsional Konvensional Ke Integrasi
Penyesuaian AK Jabatan Fungsional Konvensional Ke IntegrasiPenyesuaian AK Jabatan Fungsional Konvensional Ke Integrasi
Penyesuaian AK Jabatan Fungsional Konvensional Ke Integrasiasaliaraudhatii
 
Aparatur Sipil Negara sebagai Perekat Bangsa.pptx
Aparatur Sipil Negara sebagai Perekat Bangsa.pptxAparatur Sipil Negara sebagai Perekat Bangsa.pptx
Aparatur Sipil Negara sebagai Perekat Bangsa.pptxBudyHermawan3
 
Pemekaran Kabupaten Banyuwangi menujumKota dan kabupaten .pdf
Pemekaran Kabupaten Banyuwangi menujumKota dan kabupaten  .pdfPemekaran Kabupaten Banyuwangi menujumKota dan kabupaten  .pdf
Pemekaran Kabupaten Banyuwangi menujumKota dan kabupaten .pdfHarisKunaifi2
 
PB.1 BINA SUASANA DAN ORIENTASI BELAJAR.pptx
PB.1 BINA SUASANA DAN ORIENTASI BELAJAR.pptxPB.1 BINA SUASANA DAN ORIENTASI BELAJAR.pptx
PB.1 BINA SUASANA DAN ORIENTASI BELAJAR.pptxBudyHermawan3
 
Inovasi Pelayanan Publik Pemerintah .pptx
Inovasi Pelayanan Publik Pemerintah .pptxInovasi Pelayanan Publik Pemerintah .pptx
Inovasi Pelayanan Publik Pemerintah .pptxBudyHermawan3
 
Membangun Budaya Ber-Integritas ASN.pptx
Membangun Budaya Ber-Integritas ASN.pptxMembangun Budaya Ber-Integritas ASN.pptx
Membangun Budaya Ber-Integritas ASN.pptxBudyHermawan3
 

Recently uploaded (15)

Tata Kelola Pengadaan barang dan Jasa di Desa pptx
Tata Kelola Pengadaan barang dan Jasa di Desa pptxTata Kelola Pengadaan barang dan Jasa di Desa pptx
Tata Kelola Pengadaan barang dan Jasa di Desa pptx
 
PB.2.3 KERJA SAMA DESA. Perspektif Kerja sama Desapptx
PB.2.3 KERJA SAMA DESA. Perspektif Kerja sama DesapptxPB.2.3 KERJA SAMA DESA. Perspektif Kerja sama Desapptx
PB.2.3 KERJA SAMA DESA. Perspektif Kerja sama Desapptx
 
Konsep Management RisikoRev Pak Budi.pptx
Konsep Management RisikoRev Pak Budi.pptxKonsep Management RisikoRev Pak Budi.pptx
Konsep Management RisikoRev Pak Budi.pptx
 
LAPORAN KEPALA DESA. sebagai kewajiban pptx
LAPORAN KEPALA DESA. sebagai kewajiban pptxLAPORAN KEPALA DESA. sebagai kewajiban pptx
LAPORAN KEPALA DESA. sebagai kewajiban pptx
 
Salinan Materi Sosialisasi PEKPPP 2022 - bukti dukung lebih rinci.pdf
Salinan Materi Sosialisasi PEKPPP 2022 - bukti dukung lebih rinci.pdfSalinan Materi Sosialisasi PEKPPP 2022 - bukti dukung lebih rinci.pdf
Salinan Materi Sosialisasi PEKPPP 2022 - bukti dukung lebih rinci.pdf
 
mars pkk yang selalu dinyanyikan saat kegiatan PKK.pptx
mars pkk yang selalu dinyanyikan saat kegiatan PKK.pptxmars pkk yang selalu dinyanyikan saat kegiatan PKK.pptx
mars pkk yang selalu dinyanyikan saat kegiatan PKK.pptx
 
PB.2 KEBIJAKAN PENYELENGGARAAN PEMDES.pptx
PB.2 KEBIJAKAN PENYELENGGARAAN PEMDES.pptxPB.2 KEBIJAKAN PENYELENGGARAAN PEMDES.pptx
PB.2 KEBIJAKAN PENYELENGGARAAN PEMDES.pptx
 
Pengantar dan Teknik Public Speaking.pptx
Pengantar dan Teknik Public Speaking.pptxPengantar dan Teknik Public Speaking.pptx
Pengantar dan Teknik Public Speaking.pptx
 
NILAI TUKAR NELAYAN BANGGAI KEPULAUAN TAHUN 2024
NILAI TUKAR NELAYAN BANGGAI KEPULAUAN TAHUN 2024NILAI TUKAR NELAYAN BANGGAI KEPULAUAN TAHUN 2024
NILAI TUKAR NELAYAN BANGGAI KEPULAUAN TAHUN 2024
 
Penyesuaian AK Jabatan Fungsional Konvensional Ke Integrasi
Penyesuaian AK Jabatan Fungsional Konvensional Ke IntegrasiPenyesuaian AK Jabatan Fungsional Konvensional Ke Integrasi
Penyesuaian AK Jabatan Fungsional Konvensional Ke Integrasi
 
Aparatur Sipil Negara sebagai Perekat Bangsa.pptx
Aparatur Sipil Negara sebagai Perekat Bangsa.pptxAparatur Sipil Negara sebagai Perekat Bangsa.pptx
Aparatur Sipil Negara sebagai Perekat Bangsa.pptx
 
Pemekaran Kabupaten Banyuwangi menujumKota dan kabupaten .pdf
Pemekaran Kabupaten Banyuwangi menujumKota dan kabupaten  .pdfPemekaran Kabupaten Banyuwangi menujumKota dan kabupaten  .pdf
Pemekaran Kabupaten Banyuwangi menujumKota dan kabupaten .pdf
 
PB.1 BINA SUASANA DAN ORIENTASI BELAJAR.pptx
PB.1 BINA SUASANA DAN ORIENTASI BELAJAR.pptxPB.1 BINA SUASANA DAN ORIENTASI BELAJAR.pptx
PB.1 BINA SUASANA DAN ORIENTASI BELAJAR.pptx
 
Inovasi Pelayanan Publik Pemerintah .pptx
Inovasi Pelayanan Publik Pemerintah .pptxInovasi Pelayanan Publik Pemerintah .pptx
Inovasi Pelayanan Publik Pemerintah .pptx
 
Membangun Budaya Ber-Integritas ASN.pptx
Membangun Budaya Ber-Integritas ASN.pptxMembangun Budaya Ber-Integritas ASN.pptx
Membangun Budaya Ber-Integritas ASN.pptx
 

MAKALAH ANTIKORUPSI

  • 1. MAKALAH INTEGRITAS ANTIKORUPSI Disusun oleh: 1. ERZA MAHENDRA SAHRI (B100170379) 2. CONDRO NUGROHO (B100170384) 3. NANIK SISMIYO WATI (B100170372) Program Studi Manajemen FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH SURAKARTA
  • 2. BAB 1 PENDAHULUAN A. Latar Belakang 1.1 Pengertian Korupsi Kata “korupsi” berasal dari bahasa Latin “corruptio” (Fockema Andrea : 1951) atau “corruptus” (Webster Student Dictionary : 1960). Selanjutnya dikatakan bahwa “corruptio” berasal dari kata “corrumpere”, suatu bahasa Latin yang lebih tua. Dari bahasa Latin tersebut kemudian dikenal istilah “corruption, corrupt” (Inggris), “corruption” (Perancis) dan “corruptie/korruptie” (Belanda). Arti kata korupsi secara harfiah adalah kebusukan, keburukan, kebejatan, ketidakjujuran, dapat disuap, tidak bermoral, penyimpangan dari kesucian. Dalam arti yang luas, korupsi atau korupsi politis adalah penyalahgunaan jabatan resmi untuk keuntungan pribadi. Semua bentuk pemerintah|pemerintahan rentan korupsi dalam praktiknya. Beratnya korupsi berbeda-beda, dari yang paling ringan dalam bentuk penggunaan pengaruh dan dukungan untuk memberi dan menerima pertolongan, sampai dengan korupsi berat yang diresmikan, dan sebagainya. Titik ujung korupsi adalah kleptokrasi, yang arti harafiahnya pemerintahan oleh para pencuri, di mana pura-pura bertindak jujur pun tidak ada sama sekali. Korupsi yang muncul di bidang politik dan birokrasi bisa berbentuk sepele atau berat, terorganisasi atau tidak. Walau korupsi sering memudahkan kegiatan kriminal seperti penjualan narkotika, pencucian uang, dan prostitusi, korupsi itu sendiri tidak terbatas dalam hal-hal ini saja. Untuk mempelajari masalah ini dan membuat solusinya, sangat penting untuk membedakan antara korupsi dan kejahatan. Tergantung dari negaranya atau wilayah hukumnya, ada perbedaan antara yang dianggap korupsi atau tidak. Sebagai contoh, pendanaan partai politik ada yang legal di satu tempat namun ada juga yang tidak legal di tempat lain. 1.2 Faktor Penyebab Korupsi Korupsi di tanah negeri, ibarat “warisan haram” tanpa surat wasiat. Ia tetap lestari sekalipun diharamkan oleh aturan hukum yang berlaku dalam tiap orde yang dating silih berganti. Hampir semua segi kehidupan terjangkit korupsi. Apabila disederhanakan penyebab korupsi meliputi dua
  • 3. faktor yaitu faktor internal dan faktor eksternal. Faktor internal merupakan penyebab korupsi yang datang dari diri pribadi sedang faktor eksternal adalah faktor penyebab terjadinya korupsi karena sebab-sebab dari luar. Faktor internal terdiri dari aspek moral, misalnya lemahnya keimanan, kejujuran, rasa malu, aspek sikap atau perilaku misalnya pola hidup konsumtif dan aspek sosial seperti keluarga yang dapat mendorong seseorang untuk berperilaku korup. Faktor eksternal bisa dilacak dari aspek ekonomi misalnya pendapatan atau gaji tidak mencukupi kebutuhan, aspek politis misalnya instabilitas politik, kepentingan politis, meraih dan mempertahankan kekuasaan, aspek managemen & organisasi yaitu ketiadaan akuntabilitas dan transparansi, aspek hukum, terlihat dalam buruknya wujud perundang-undangan dan lemahnya penegakkan hukum serta aspek sosial yaitu lingkungan atau masyarakat yang kurang mendukung perilaku anti korupsi.
  • 4. BAB 2 ISI B. Faktor Penyebab Korupsi 2.1 Faktor Politik Salah satu faktor krusial dalam praktik korupsi ialah politik. Jika politik memang sudah menjadi akar permasalahan dari korupsi itu sendiri maka bagaimanapun juga apapun caranya apapun usahanya seseorang pasti akan memilih jalan tersebut demi kepentingan politiknya terpenuhi. Memang bukan lagi hal yang lazim ditemui dalam perpolitikan di Indonesia jika seorang politikus secara pure tidak menggunakan hak politik sebagaimana mestinya. Namun daripada itu, menurut kelompok pemikiran kelompok kami, kegiatan-kegiatan yang seperti itu atau praktik korupsi dalam arti faktor politik yang mempengaruhi terjadinya tindak korupsi ialah disaat seorang politikus atau seseorang yang ingin meraih suatu jabatan dalam instansi pemerintah dan sejenisnya melakukan tindak korupsi berupa penyuapan terhadap pihak-pihak yang terkait, pembelian suara terhadap warga sekitar atau biasa disebut serangan fajar, serta dana-dana ilegal guna terselenggaranya kampanye atas kelancaran tujuan yang diinginkan sang pelaku. 2.2 Faktor Hukum dalam Penyebab Terjadinya Korupsi Hukum merupakan salah satu faktor penyebab korupsi. Faktor ini bisa di lihat dari dua sisi, yaitu dari aspek perundang – undangan dan disisi lain adalah lemahnya dan tidak tegasnya penegakan hukum yang menjadikan itu faktor berkembangnya tindakan korupsi. Penegakan hukum yang tidak konsisten dan hanya digunakan sebagai topeng politik yang mana sifatnya sementara dan selalu berubah setiap berganti pemerintahan. Penegakan hukum yang lemah ini dapat menghindarkan para pelaku korupsi dari sanksi – sanksi hukum. Sanksi yang tidak equivalen atau sesuai dengan perbuatan yang dilarang sehingga tidak tepat sasaran serta dirasa terlalu ringan atau terlalu berat; penggunaan konsep yang berbeda-beda untuk sesuatu yang sama, semua itu memungkinkan suatu peraturan tidak kompatibel dengan realitas yang ada sehingga tidak fungsional atau tidak produktif dan mengalami resistensi. Korupsi juga terjadi karena lemahnya disiplin pemerintah dalam mengendalikan kekuasaan negara sehingga negaranya menjadi negara yang lembek. Negara yang lembek ialah negara yang
  • 5. tidak memiliki disiplin sosial, di mana pemerintah menuntut sangat sedikit kepada warga negaranya, dan sedikit kewajiban yang tidak dilakukan secara memadai pula. Fakta ini memperlihatkan bahwa terjadinya korupsi sangat mungkin karena aspek pera- turan perundang-undangan yang lemah atau hanya menguntungkan pihak tertentu saja. Dalam hal ini pemerintah harus tau dan bisa membedakan manakah urusan pemerintah dan yang manakah urusan pribadi serta berkemampuan memberlakukan sanksi etis. Lemahnya sistem peraturan perundang-undangan memberikan peluang untuk melakukan tindak pidana korupsi. Disamping tidak bagusnya produk hukum yang dapat menjadi penyebab terjadinya korupsi, praktik penegakan hukum juga masih dikaitkan dengan berbagai permasalahan yang menjauhkan hukum dari tujuannya. Secara langsung, publik dapat melihat banyak kasus yang menunjukan adanya diskriminasi dalam proses penegakan hukum termasuk putusan-putusan pengadilan. 2.3 Faktor Ekonomi Dalam melakukan tindakan korupsi, banyak yang mengatakan bahwa ekonomi lah yang mendorong para koruptor melakukan korupsi. Mulai dari karena gaji pegawai yang kurang cukup untuk menghidupinya para koruptor pun tidak segan – segan melakukan korupsi hingga merugikan banyak masyarakat. Tetapi jika dilihat kebanyakan koruptor di Indonesia adalah orang – orang yang memiliki jabatan tinggi yang gaji perbulannya tinggi juga, tetapi mereka tetap melakukan korupsi. Selain rendahnya gaji pegawai, banyak aspek ekonomi lain yang menjadi penyebab terjadinya korupsi, diantaranya adalah kekuasaan pemerintah yang dibarengi dengan faktor kesempatan bagi pegawai pemerintah untuk memenuhi kekayaan mereka dan kroninya. Sudah tidak heran lagi jika seseorang yang memiliki kekuasaan yang tinggi dengan mudahnya mendapatkan kesempatan untuk melakukan tindakan korupsi. Korupsi terjadi karena adanya hawa nafsu dan dibarengi dengan datangnya kesempatan yang membuat para koruptor tidak akan melewatkannya begitu saja. Kasus seperti ini yang kebanyakan terjadi dikalangan para koruptor yang telah memiliki jabatan tinggi, dengan kekuasaanya ia melakukan tindak korupsi. Seperti contohnya seorang Bupati yang menjadi ketua disalah satu proyek pemerintahan memiliki kesempatan untuk menguntungkan dirinya sendiri dengan menggelapkan dana proyek sebesar Rp
  • 6. 2,6 miliar. Kesempatan yang membuatnya leluasa melakukan tindakan korupsi dan juga kekuasaannya yang besar. Dalam kasus korupsi, kekuasaan di Indonesia telah disalah gunakan oleh para penguasa. Mulai dari untuk menguntungkan dirinya sendiri hingga menyengsarakan banyak masyarakat Indonesia. Para penguasa yang seharusnya membantu perekonomian masyarakat yang membutuhkan tetapi malah masyarakat yang membutuhkan yang menyumbangkan hak mereka yang telah direbut oleh sang penguasa. Terkait faktor ekonomi dan terjadinya korupsi, banyak pendapat menyatakan bahwa kemiskinan merupakan akar masalah korupsi. Pernyataan demikian tidak benar sepenuhnya, sebab banyak korupsi yang dilakukan oleh pemimpin Asia dan Afrika, dan mereka tidak tergolong orang miskin. Dengan demikian korupsi bukan disebabkan oleh kemiskinan, tapi justru sebaliknya, kemiskinan disebabkan oleh korupsi. 2.4 Faktor Organisasi Organisasi adalah salah satu penyebab terjadinya tindakan korupsi. Organisasi juga sejatinya memiliki pengaruh yang cukup besar terhadap tindakan korupsi. Bagaimana tidak, telah kita ketahui bersama bahwa terdapat banyak kasus tindakan korupsi di negara ini yang berada di dalam lingkupan organisasi. Lalu mengapa hal itu dapat terjadi? Hal itu dapat mudah terjadi dikarenakan bukan hal yang asing lagi bagi kita bila seseorang yang mengikuti sebuah organisasi akan sangat rentan melakukan sebuah tindakan korupsi karena adanya banyak peluang dan juga kesempatan untuk melakukan tindakan korupsi tersebut. Adapun aspek-aspek penyebab terjadinya korupsi dari sudut pandang organisasi ini meliputi: (a) kurang adanya teladan dari pimpinan, (b) tidak adanya kultur organisasi yang benar, (c) sistem akuntabilitas di instansi pemerintah kurang memadai, (d) manajemen cenderung menutupi korupsi di dalam organisasinya Adapun salah satu contoh tindakan korupsi yang terjadi di dalam organisasi yaitu tindakan korupsi yang terjadi di organisasi kepemerintahan (eksekutif) maupun legislatif. Sangat ironis memang jika kita melihat dengan mudahnya anggota lembaga kepemerintahan seringkali menggunakan kewenangannya tersebut untuk mencari pendapatan lebih dengan cara yang tidak seharusnya dilakukan oleh anggota lembaga kepemerintahan tersebut. Dengan mudahnya mereka menyalahgunakan uang pajak. Seperti yang telah kita ketahui bersama bahwa uang pajak yang dibayar oleh seluruh masyarakat Indonesia salah satunya yaitu ditunjukkan untuk fasilitas umum,
  • 7. namun seringkali uang pajak tersebut malah digunakan untuk keperluan pribadi anggota lembaga kepemerintahan tersebut. Kurangnya transparansi dan pengawasan yang dilakukan instansi terkait terhadap organisasi kepemerintahan itulah yang membuat mudahnya terjadi tindakan korupsi tersebut. Seringkali kita juga akan menemukan tindakan korupsi yang bahkan dilakukan oleh instansi pengawasan yang seharusnya mereka bertugas untuk mengawasi tindakan korupsi. Seperti yang dikemukakan oleh Baswir (Baswir: 1996) bahwa negara kita yang merupakan birokrasi patrimonial dan negara hegemonik menyebabkan lemahnya fungsi pengawasan, sehingga merebaklah budaya korupsi itu. Namun tindakan korupsi tidak hanya disebabkan oleh lemahnya fungsi pengawasan, melainkan juga karena akibat dari perilaku yang telah membudaya di diri masing-masing individu. Sebagai contoh yaitu banyaknya masyarakat yang lebih memilih menggunakan uang pelicin untuk mendapat SIM ataupun KTP karena mereka menganggap menggunakan uang pelicin merupakan suatu tindakan yang paling praktis untuk mendapatkan sesuatu yang mereka butuhkan. 2.5 Faktor Korupsi dalam Perspektif Teoritis Korupsi adalah suatu tindakan yang didasari oleh tertekannya suatu psikologis seorang manusia karena suatu hal yang mengakibatkan orang tersebut melanggar aturan serta norma yang berlaku, jika kita mencari referensi di Kamus Besar Bahasa Indonesia dari kata korupsi, maka kita akan mencapatkan info tentang korupsi yaitu : “penyelewengan atau penyalahgunaan uang negara (perusahaan dan sebagainya) untuk keuntunganpribadi atauorang lain; -- waktucak penggunaan waktudinas (bekerja) untuk urusan pribadi” “Koruptor adalah orang yang tidak puas akan keadaan dirinya. Opportuniy, merupakan sistem yang memberi peluang untuk melakukan korupsi, yang bisa diperluas keadaan organisasi atau masyarakat yang sedemikian rupa sehingga terbuka kesempatan bagi seseorang untuk melakukan kecurangan. Needs, yaitu sikap mental yang tidak pernah merasa cukup, selalu sarat dengan kebutuhan yang tidak pernah usai. Exposure, hukuman yang dijatuhkan kepada para pelaku korupsi yang tidak memberi efek jera pelaku maupun orang lain.” 2.6 Faktor Internal Penyebab Korupsi
  • 8. Sebagai sebuah tindakan yang memiliki dampak yang sangat buruk bagi semua kalangan, korupsi tentunya memiliki beberapa faktor yang menjadi penyebab terjadinya korupsi itu sendiri. Faktor tersebut meliputi faktor internal dan eksternal. Salah satunya adalah faktor internal, faktor internal adalah faktor penyebab korupsi yang meliputi aspek individu maupun sosial yang dapat mempengaruhi individu ataupun kelompok untuk melakukan tindakan korupsi. Berikut adalah beberapa faktor internal yang dapat menjadi penyebab terjadinya korupsi. 1. Aspek perilaku individu a. Sifat tamak / rakus manusia Beberapa manusia memililiki sifat dasar yang selalu haus akan materi ataupun kekuasaan oleh karena itu dalam hal ini perilaku individu sangatlah menjadi faktor yang mempengaruhi penyeban tindakan korupsi. Manusia yang tamak dan rakus akan selalu menghalalkan segala macam cara dalam memenuhi kebutuhannya yang selalu saja diiringi dengan perilaku yang haus akan materi dan kekuasaan yang tiada habisnya. b. Moral yang kurang kuat Moral merupakan senuah aspek yang sangat penting bagi penentu sekaligus pandangan perilaku seseorang. Moral yang baik akan mencerminkan perilaku yang baik pula. Namun seseorang yang moralnya kurang baik atau bahkan tidak baik akan senantiasa cenderung memiliki sebuah perilaku yang kurang baik pula. Moral yang kurang tertanam dengan baik dapat menjadi salah satu penyebab terjadinya tindakan korupsi yang pada sasarnya disorong oleh sebuah kebutuhan yang tinggi dan rasa ketidakpuasan yang berlebihan akan materi dan kekuasaan sehingga tanpa adanya pandangandan tolak ukur dalam berperilaku yang maik maka akan sangat mudah untuk terjerumus dalam tindakan korupsi. d. Gaya hidup konsumtif Sebagai manusia dengan pola hidup yang terlalu hedonisme dan cenderung kearah yang konsumtif terkadang dapat menimbukan beberapa efek negatif. Hal tersebut dikarenakan beberapa dari perilaku konsumtif memiliki kecendurangan untuk selalu haus akan materi sedangkan pendapatan sangat tidak sesuai dangan pengeluaran dan kebutuhan sehingga dapat memiliki kecenderungan untuk menyebabkan tindakan korupsi.
  • 9. 2. Aspek sosial Tidak dapat dipungkiri jika aspek sosial menjadi salah satu aspek penyebab terjadinya sebuah tindakan korupsi. Faktor internal seperti keluarga dan budaya yang kurang baik terkadang juga dapat memicu terjadinya tindakan korupsi seperti penyalah gunaan wewenang atau kekuasaan untuk kepentingan pribadi “Kaum behavioris mengatakan bahwa lingkungan keluargalah yang secara kuat memberikan dorongan bagi orang untuk korupsi dan mengalahkan sifat baik seseorang yang sudah menjadi traits pribadinya” 2.7 Faktor Eksternal A. Aspek sikap masyarakat terhadap korupsi Di dalam masyarakat khususnya masyarakat Indonesia, kebanyakan sikap korupsi tidak pernah ditindaklanjuti secara serius, malahan, tindak korupsi sering kali ditutup-tutupi. Hal ini tentu saja membuat masyarakat memiliki pemicu yang lebih tinggi dalam menjalankan tindak pidana korupsi, karena nilai-nilai di masyarakat sendiri mengkondusifkan terjadinya tindak pidana korupsi ini. Korupsi juga bisa ditimbulkan dari budaya masyarakat, misalnya karena adanya penghargaan terhadap individu-individu yang memiliki nilai kekayaan kategori tinggi, akhirnya masyarakat tidak berfikir kritis darimana hal ini berasal. Kemudian, di dalam masyarakat, kebanyakan dari mereka tidak menyadari bahwa korupsi sebenarnya merugikan diri mereka sendiri dan juga sering melibatkan mereka tanpa mereka sadari. Kebanyakan masyarakat seringkali beranggapan bahwa korupsi hanya akan melibatkan Negara, padahal, unsur dari Negara itu sendiri terletak pada masyarakat. Yang terakhir, masyarakat juga kurang menyadari bahwa korupsi akan efektif untuk diberantas ketika masyarakat ikut aktif dalam agenda pencegahan dan pemberantasan. Korupsi bukan hanya tanggung jawab pemerintah semata, namun juga tanggung jawab seluruh warga Negara. B. Aspek Ekonomi Dalam menjalani kehidupan bermasyarakat, keadaan ekonomi seseorang apalagi pendapatannya sangat mempengaruhi pola hidup seseorang. Suatu individu harus bisa memanajemen perekonomiannya baik pendapatan maupun pengeluarannya agar tidak terjadi
  • 10. kekurangan barang pangan maupun sandang. Namun,yang terjadi di masyarakat ternyata tidak semulus yang direncanakan. Pendapatan sering kali tidak cukup untuk memenuhi kebutuhan utama mereka. Desakan-desakan kebutuhan ekonomi ini, nantinya juga dapat memiliki potensi yang menyebabkan seseorang untuk melakukan tindak pidana korupsi . C. Aspek Politis Dalam bukunya tahun 1983, raharjo mengatakan bahwa kontrol sosial adalah suatu proses yang dilakukan untuk mempengaruhi orang-orang agar bertingkah laku sesuai harapan masyarakat. Hal ini dijalankan dengan banyaknya aktivitas yang menggunakan kekuasaan Negara sebagai lembaga organisasi politik dengan lembaga-lembaganya. Oleh karena itulah, kepentingan politik sangat berpotensi untuk menimbulkan terjadinya korupsi di suatu Negara. D. Aspek Organisasi Dalam organisasi, posisi pemimpin merupakan posisi yang sangat penting karena ialah yang mengatur bagaimana jalan kerja suatu organisasi tersebut. Bila didalam organisasi tersebut ternyata ditemukan pemimpin menjalankan tindak pidana korupsi, maka potensi-potensi anggota organisasi lain untuk melakukan korupsi seperti yang ia lakukan juga adalah tinggi. Kemudian, di dalam organisasi juga sangat dibutuhkan kultur yang jelas agar tidak terjadi pengeleloaan yang tidak baik hingga menimbulkan banyaknya kejadian yang tidak kondusif di dalam organisasi, termasuk terjadinya korupsi di dalam organisasi tersebut. Selanjutnya, kurang memadainya sistem akuntabilitas juga akan menimbulkan perilaku korupsi yang berasal dari aspek organisasi. Jika dalam organisasi tersebut belum jelas visi misinya, biasanya kemudian akan sulit memberikan penilaian terhadap jalannya organisasi tersebut. Hal ini nantinya akan mengakibatkan kurangnya perhatian terhadap organisasi tersebut, sehingga menimbulkan praktek korupsi kerap terjadi. Lemahnya sistem pengendalian manajemen juga nantinya akan mengakibatkan terjadinya tindak korupsi secara terbuka di antara anggota-anggota organisasi tersebut. Terakhir, korupsi juga dapat terjadi karena aspek organisasi berkat kurangnya pengawas baik secara internal maupun eksternal. Pengawasan dapat kurang efektif karena beberapa faktor, yakni tumpang tindih antar pengawasan instansi, dan kurangnya keprofesionalan pengawas tersebut pada etika dan hukum pengawasan organisasi tersebut.
  • 11. BAB 3 PENUTUP 3.1 Kesimpulan Dalam konteks gerakan anti-korupsi mahasiswa juga diharapkan dapat tampil di depan menjadi motor penggerak. Mahasiswa didukung oleh kompetensi dasar yang mereka miliki, yaitu: intelegensia, kemampuan berpikir kritis, dan keberanian untuk menyatakan kebenaran. Dengan kompetensi yang mereka miliki tersebut mahasiswa diharapkan mampu menjadi agen perubahan, mampu menyuarakan kepentingan rakyat, mampu mengkritisi kebijakan-kebijakan yang koruptif, dan mampu menjadi watch dog lembaga-lembaga negara dan penegak hukum.
  • 12. DAFTAR PUSTAKA Master Buku Pendidikan Anti Korupsi Untuk Perguruan Tinggi, (2012) hal. 23 Materi Pendidikan Anti Korupsi Untuk Perguruan Tinggi hal. 41 Pendidikan Anti Korupsi untuk Perguruan Tinggi, halaman 56 Materi Pancasila hal 120 - 134