SlideShare a Scribd company logo
1 of 10
Download to read offline
1
ANALISIS KONFLIK GAM-RI
Oleh: Elkana Goro Leba
1. PROSES KONSILIASI YANG TERJADI ANTARA GERAKAN ACEH
MERDEKA (GAM) DENGAN REPUBLIK INDONESIA (RI)
A. Latar Belakang Konflik Di Aceh
Sebelum melangkah lebih jauh ada baiknya kita mengetahui terlebih dahulu
latar belakang dan sebab-musabab dari konflik ini.
Aceh memiliki sejarah militansi untuk memerangi orang-ornga Portugis
pada tahun 1520-an dan menantang penjajah Belanda dari tahun 1873-1913, dan
melancarkan perlawanan Islam kepada Republik Indonesia pada tahun 1953.
perlawanan itu disebut “DARUL ISLAM”. Dimana perlawanan ini bertujuan
untuk mendirikan sebuah Republik Islam atas seluruh wilayah Indonesia. Hal ini
juga menjadi tujuan kelompok-kelompok Islam militan di Jawa Barat dan
Sulawesi Selatan. Pemberontakan ini berakhir tahun 1962, ketika pemerintahan
Soekarno memberi jaminan bahwa Aceh akan diberi status sebagai sebuah daerah
istimewa dengan otonomi luas di bidang agama, hukum, adat dan pendidikan.
Tetapi selama bertahun-tahun janji ini secara umum tidak terpenuhi.
2
Pemberonntakan separatis Aceh dewasa ini dimulai 4 Desember 1976,
ketika M. Hasan di Tiro mendeklarasikan kemerdekaan Aceh. Di Tiro dan
parapengikut setianya telah terlibat dalam pemberontakan Darul Islam tahun
1953, tetapi kali ini pemberontakan mereka diberi nama Gerakan Aceh Merdeka
(GAM) secara jelas berniat unutk memisahkan diri dari Republik Indonesia.
Tidak lama setelah deklarasi kemerdekanaa tersebut, kekuatan pasukan bersenjata
GAM mulai menyerang pasukan pemerintah RI, hal yang mengundang kembali
operasi penumpasan pemberontakan oleh pemerintah. Pada tahun 1983, kekuatan
GAM telah dikalahkan di lapangan dan di Tiro lari ke luar negeri bersama
beberapa pengikutnya dan akhirnya menjadi warga negara Swedia.
Dalam sebagian besar dekade tahun 1980-an, GAM menguat lagi,
merasionalisasikan status politiknya dan memperkuat sayap militer Angkatan
Gerakan Aceh Merdeka (AGAM). Dalam periode ini, sebagian dari 400 kader
Aceh dilaporkan kirim ke Libya untuk latihan militer. Tahun 1989, GAM merasa
cukup kuat untuk sekali lagi menjajal pemerintah Indonesia, menerang pasukan
pemerintah, warga sipil dan orang-orang yang dicurigai sebagai mata-mata.
Pemerintah membalas dengan operasi militer dan tindak penumpasan berskala
besar.
Pada tahun 1992, tampak bahwa pemerintah mengendalikan situasi
sepenuhnya. Tetapi operasi militer yang ditandai dengan pelanggaran Hak Asasi
Manusia (HAM) di Aceh menjadi sorotan publik tidak lama setelah persiden
Soeharto lengser dari kekuasaannya karena kerusuhan politik Mei 1998. Ditekan
oleh teriakan publik di seluruh wilayah Indonesia atas pengniayaan dan
pelanggaran HAM di Aceh, Pengb. Jend. Wiranto minta maaf atas ekses-ekses
militer dari tahun 1998-1989 dan mencabut status Aceh sebagai sebuah Daerah
Operasi Militer (DOM) dan menjanjikan sejumlah besar tentara dari propinsi itu.
Meski demikian, perdamaian tak kunjung datang karena GAM memanfaatkan
demoralisasi militer dan melancarkan serangan besar-besaran. Maka konfrontasi
senjata dimulai lagi.
3
B. Analisis Konflik
Beberapa pendekatan dalam penyelesaian konflik
1. Pendekatan “Ralf Dahrendrof”
Pendekatan ini mengacu pada teori pakar konflik dan resolusi konflik Ralf
Dahrendrof. Dalam pendekatan ini menyebutkan tiga bentuk pengaturan atau
penyelesaian konflik, yaitu:
1) Konsiliasi
Yaitu membentuk konsiliasi seperti parlemen atau kuasa parlemen. Di sini
semua pihak diajak berdiskusi dan berdebat secara terbuka dan mendalam
untuk mencapai kesepakatan tanpa ada pihak-pihak yang memonopoli
pembicaraan atau memaksa kehendak.
2) Mediasi
Yaitu cara dimana kedua belah pihak sepakat mencari nasihat pihak ketiga
tetapi nasehat pihak ketiga itu tidak mengikat pihak-pihak yang
berkonflik. Adapun MoU mengambil model penyelesaian yang kedua
ini.
3) Jalan Arbitrase
Yaitu kedua pihak sepakat menyerahkan persoalannya kepada Badan
Arbitrase Internasional untuk mendapatkan keputusan yang legal sebagai
penyelesaian konflik.
2. Pendekatan Structural Fungsional
Pendekatan ini memandang masyarakat sebagai komunitas yang
terintegrasikan secara teratur atas dasar nilai kesepakatan dari setiap anggota
masyarakat. Dalam pendekatan ini juga dikenal salah satu statement yaitu
“General Agreements” yang memiliki kemampuan untuk mengatasi
perbedaan-perbedaan pendapat dan kepentingan di antara para anggota
masyarakat.
Beberapa sudut pandang dari pendekatan struktural fungsional adalah
sebagai berikut:
4
a) Masyarakat sebagai suatu sistem. Oleh karena itu maka saling
mempengaruhi satu sama lain.
b) Kendati integrasi sosial tidak mungkin terwujud dengan sempurna, tetapi
secara fundamental sistem sosial cenderung bergerak kearah equilibrium
yang bersifat dinamis.
c) Disfungsi, berbagai ketegangan dan penyimpangan-penyimpangan
senantiasa terjadi akan tetapi dalam jangka panjang keadaan tersebut akan
teratasi dengsn sendirinya melalui cara adaptasi dan proses
institusioanalisasi.
d) Kompleksitas dalam sistem sosial pada umumnya terjadi secara gradual,
melalui adaptasi dan tidak secara cepat.
e) Faktor paling penting yang memiliki daya mengintegrasikan suatu sistem
sosial adalah konsensus antara anggota masyarakat berupa norma-norma
sosial yang sesungguhnya membentuk struktur sosial.
2. Analisis Faktor Penyebab Kegagalan dan Keberhasilan yang Pernah Terjadi
dalam Mewujudkan Perdamaian Aceh dengan Republik Indonesia
Sejumlah perundingan sempat dilakukan untuk mengakhiri konflik di Aceh,
namun tidak banyak dari perundingan itu yang akhirnya gagal. Perundingan Helsinki
nyang hampir menjadi jalan damai pun sempat di protes oleh berbagai kalangan
karena dinilai justru melapangkan jalan kemerdekaan. Perundngan ini melewati jalan
terjal dan berliku. Wakil Presiden Jusuf Kalla yang menjadi inisiator perundingan ini
berusaha untuk membuat netralitas di antara polemik yang terjadi di kalangan publik
dengan menyatakan, MoU Helsinki ibarat gelas yang setengahnya berisikan air, jadi
tergantung darimana kita melihatnya. Yang positif menyatakan hebat dan negatif
menyatakan bahwa kita kalah oleh GAM. Namun ditengah-tengah gencarnya polemik
yang terjadi di banyak kalangan muncul banyak analisis menyimpulkan bahwa salah
satu faktor penting tercapainya MoU dan tidak berniatnya lagi GAM mengibarkan
bendera kemerdekaan adalah karena bencana Gempa Bumi 8,9 Skala Richter yang
diikuti gelombang Tsunami 26 Desember 2006 yang meluluhlantakan daerah pesisir
pantai Aceh sepanjang 800 Km.
5
A. Analisis Faktor-faktor Penyebab Kegagalan dalam Mewujudkan
Perdamaian Di Aceh
a) Belum terciptanya hurting stalemate menyebabkan pihak ketiga sulit untuk
menemukan titik atau entry point untuk mengajak seluruh pihak bertikai
duduk di meja perundingan.
b) Persamaan identitas dan solidaritas cenderung tergantung pada konflik.
Konfliklah yang akan melindungi identitas dan solidaritas tersebut sehingga
tanpa konflik, dua hal tersebut akan lenyap.
c) Penyelesaian politik dalam perang sipil membutuhkan setiap kelompok untuk
melakukan disarmament dan membentuk pemerintahan yang single atau
negara yang tunggal. Padahal logikanya, tentu saja tidak ada orang yang mau
“Hidup Satu Atap” dengan musuhnya. Bagi TNI, GAM adalah musuh yang
harus dimusnahkan! Sebaliknya, bagi GAM, TNI adalah kaum penjajah yang
harus diusir dari Aceh! Susah untuk dibayangkan jika mereka yang selama ini
saling membunuh mau hidup berdampingan dengan damai.
d) Adanya Kegagalan implementasi biasanya terjadi karena salah satu pihak
merasa dirugikan oleh pihak lain. Kegagalan implementasi berkaitan erat
dengan karakteristik perang. Ketika perasaan takut lebih besar daripada
kepercayaan terhadap musuh, perang dapat berlanjut kembali. upaya dialog
untuk menyelesaikan konflik Aceh secara damai praktis berhenti pada tanggal
18 Mei 2003 saat GAM menolak menerima draft pernyataan pemerintah
Indonesia dan tidak bersedia mengajukan counter draft nya. Respon
Pemerintah Indonesia terhadap penolakan GAM sangat cepat dan tegas.
Dalam hitungan jam, Presiden Megawati Sukarnoputri menandatangani
Darurat Militer di Aceh yang berarti dilegalkannya tindakan kekerasan untuk
mengahadapi GAM dan kekuasaan berada di bawah kendali militer
seluruhnya. dengan dikeluarkannya kebijakan tersebut, CoHA menjadi
diabaikan dan peran HDC terhenti. Pada tahap inilah kemudian HDC telah
gagal menjalankan perannya sebagai fasilitator perdamaian di Aceh.
e) Situasi yang ada belum memungkinkan untuk dilakukannya mediasi atau
belum terciptanya kondisi hurting stalemate. Keadaan ini dapat terlihat dalam
6
Proses terjadinya negosiasi sangat sulit karena juru bicara GAM berulang kali
menyatakan bahwa tidak akan pernah terjadi penyelesaian kecuali
kemerdekaan, sedangkan Pemerintah Indonesia juga berkali-kali
mengultimatum bahwa negosiasi hendaknya dalam kerangka Negara
Kesatuan Republik Indonesia. Dari fakta diatas dapat kita analisis bahwa
penyelesaian konflik tidak akan berjalan jika tidak adanya general agreement
atau kesepakatan umum ( pendekatan structural fungsional) antara dua belah
pihak yang berkonflik
f) Isu pelanggaran HAM dan ketimpangan sosial lainnya yang menjadi ciri khas
alasan pemberontakan GAM. Misalnya ketertinggalan pembangunan Aceh
dengan Sumatra Utara, serta rencana pengambungan Provinsi Aceh dengan
provinsi Sumatra Utara yang mana tidak dapat diterima oleh rakyat Aceh
sehingga merasa bahwa Indonesia sebagai bangsa yang tidak tahu berbalas
budi atas kebaikan Aceh dimasa lalu.
g) Terdapatnya maksud-maksud politik berupa upaya mencari keuntungan dari
konflik antara Gam dan RI, sehingga menyulitkan proses perundingan yang
ada, misalnya berlarutnya konflik di Aceh membawa keuntungan-keuntungan
bagi TNI, seperti ekonomi dan politik. Kepentingan politik di TNI berkaitan
dengan perannya yang terus menurun di pentas perpolitikan nasional sejak
1998. Kekacauan di Aceh akan memberikan justifikasi bagi TNI untuk tetap
bertahan memainkan perannya dalam konsep pertahanan negara, minimal
melegalkan kehadiran mereka untuk menduduki kursi kekuasaan sipil di
Aceh. Dari segi ekonomi, TNI memperoleh keuntungan dengan
mempekerjakan mantan perwira militer untuk mengawasi kegiatan
perusahaan dan usaha yang didukung militer memperoleh kemudahan kontrak
karena kehadiran angkatan darat tersebut serta kebiasaannya untuk
melindungi kegiatan usaha itu dan kekuatan pengincar lainnya. Kekayaan
yang dimiliki Aceh mampu memenuhi kebutuhan TNI baik secara individu
maupun organisasi. Secara organisasi, anggaran pemerintah mengenai
pertahanan hanya menyediakan 30% dari total anggaran yang dibutuhkan
TNI. Sisanya, sebanyak 70%, harus dicari sendiri oleh TNI. Berbagai industri
7
gas alam dan minyak di Aceh mampu menopang kekurangan anggaran militer
tersebut. Apabila proses damai terjadi, maka praktis TNI tidak dibutuhkan
lagi di Aceh. Itu berarti mereka akan kehilangan sumber ekonomi penting
h) Tidak adanya keinginan untuk melakukan kompromi dari setiap pihak yang
terlibat konflik. Hal ini tercermin dalam berbagai perundingan yang tidak
menemukan solusi antara kedua belah pihak.
B. Analisis Faktor-faktor Penyebab Keberhasilan Dalam Mewujudkan
Perdamaian Di Aceh
A. “MoU Helsinki” Sebagai Salah Satu Bagian Penting Mewujudkan
Perdamaian di Aceh
Pada tanggal 15 Agustus 2005 (dua hari sebelum HUT RI ke-60 pada
tahun 2005) merupakan tanggal bebrsejarah bagi rakyat Indonesia umumnya
dan rakyat Aceh khususnya. Dimana pada hari itu ditandatangani sebuah nota
kesepahaman perdamaian atau dikenal dengan nama Memorandum Of
Understanding (MOU) Helsinki. Disebut sebagai MOU Helsinki karena
dibuat atau ditandantangani di Helsinki, Finlandia. MOU itu ditorehkan oleh
tiga tanda tangan pejabat penting bagi Aceh-RI, yakni:
1) Ketua Delegasi RI yang ketika itu menjabat sebagai Menteri Hukum dan
HAM, Hamid Awaludin
2) Ketua delegasi GAM, Malik Mahmud
3) Ketua Crisis Management Intiative (CMI), Martti Ahtisari
Sejak itu, Aceh memasuki kehidupan baru. Konflik bersenjata sejak
GAM mendeklarasikan diri 4 Desember 1976, yang disusun dengan jatuhnya
ribuan korban, kerusakan berbagai fasilitas dan penderitaan berkepanjangan
berusaha ditutup dengan MOU Helsinki. Aktor utama dalam perundingan ini
adalah Wakil Presiden RI Jusuf Kalla.
MOU Helsinki ini dilakukan dalam 4 tahap, yaitu:
Tahap pertama:
Satu bulan setelah Tsunami yakni 27-29 Januari 2005 yang
tidak menghasilkan apa-apa.
8
Tahap kedua:
Satu bulan kemudian yakni 21-23 Februari 2005, dimana
saat itu titik terang makin terbayang karena GAM beritikad
menghentikan keinginan untuk membentuk Negara Aceh
Merdeka.
Tahap ketiga:
Yakni tanggal 12-16 April 2005. Baik GAM maupun
pemerintah RI sepakat mencari solusi menyeluruh dan
permanen dengan penekanan pada martabat kedua belah pihak.
Tahap keempat:
Yaitu tanggal 12-17 Juli 2005, mencapai kemajuan kemajuan
pesat. Hal ini terlihat dari GAM yang tidak lagi mempersoalkan
Konstitusi NKRI dan tuntutan merdeka. Dalam perundingan ini
sekaligus draf MOU ditandatangani yang finalisasinya MOU
ditandatangani tanggal 15 Agustus 2005.
B. Variabel Bebas dalam Mewujudkan Perdamaian GAM-RI
a) MOU Helsinki yang mejadi general agreements atau nilai-nilai yang
disepakati bersama antara kedua belah pihak.
b) Adanya agen yang mampu menjembatani antara pihak yang terlibat
konflik. Misalnya NGO yaitu Dunant Center (HDC) dan Crisis
Management Initiative (CMI).
c) Terciptanya kondisi hurting stalemate atau situasi yang ada
memungkinkan untuk dilakukannya mediasi dilahirkan bukan karena
faktor.
d) Banyak anlisis juga mengatakan bahwa salah satu faktor penting dalam
mewujudkan perdamaian itu adalah Tsunami yang meluluhlantakan
Daerah Istimewa Aceh pada tangal 26 Desember 2006
e) Adanya keinginan untuk melakukan kompromi dari setiap pihak yang
terlibat konflik. Hal ini tercermin dalam berbagai perundingan yang
akhirnya menemukan titik terang atau solusi antara kedua belah pihak.
9
KESIMPULAN
Pada tahun 1953 Aceh melancarkan perlawanannya kepada Republik Indonesia.
Dimana perlawanan ini bertujuan untuk mendirikan sebuah Republik Islam atas seluruh
wilayah Indonesia. Hal ini juga menjadi tujuan kelompok-kelompok Islam militan di
Jawa Barat dan Sulawesi Selatan. Pemberontakan ini berakhir tahun 1962, ketika
pemerintahan Soekarno memberi jaminan bahwa Aceh akan diberi status sebagai sebuah
daerah istimewa dengan otonomi luas di bidang agama, hukum, adat dan pendidikan.
Tetapi selama bertahun-tahun janji ini secara umum tidak terpenuhi.
Berangkat dari pernyataan di atas, maka perlawanan itu merupakan pelanggaran
terhadap nilai-nilai pancasila dimana setiap umat beragama memiliki kebebasan untuk
beribadat menurut agama dan kepercayaannya masing-masing. Yang diimplementasikan
dalam sila ke-5 yaitu, Keadilan sosial bagi seluruh rakyat Indonesia. Dan tidak mengakiu
kamajemukan di bangsa ini. Oleh sebab itu, untuk menghindari konflik yang seperti itu
maka kita harus mengakui adanya kemajemukan ras, golongan suku, bangsa dan agama
di negeri ini. Kita adalah bengsa yang majemuk.
Di sisi lain, pemberontakan GAM tidak terlepas dari kegagalan pemerintah dalam
mewujudkan pemerataan pembangunan di seluruh nusantara. Dimana tercermin dalam
konflik di atas bahwa motiv utama pemberontakan itu adalah karena ketidapuasan rakyat
Aceh atas pembangunan yang dilaksanakan di propinsi tersebut. Sudah mejadi kenangan
hitam bagi negeri ini atas kehilangan Tim-Tim karena berhasil memisahkan diri dari
Negara Kesatuan Republik Indonesia (NKRI) menjadi negara merdeka dan Papua
(Organisasi Papua Merdeka) yang hingga saat ini tetap menjadi Pekerjaan rumah bagi
pemerintah pusat dalam mempertahankan persatuan dan kesatuan Negara Kesatuan
Republik Indonesia. Bertolak dari kejadian itu, maka hal ini dapat mencelikan mata
pemerintah pusat dalam mewujudkan pembangunan yang merata di negeri ini.
10
DAFTAR PUSTAKA
1. http://www.okezone.com/
2. Kompas, 4 Desember 2002, hal.8
3. Kompas, 24 Nopember 2002, hal.30
4. Kompas, 16 Desember 2002
5. Kompas, 10 Desember 2002, hal.1
6. Iskandar Zulkarnaen. Ketua Pusat Studi Sosial Politik, dan Dosen FISIP Universitas
Malikussaleh. Peneliti pada The Aceh Institute. Email : is_zulkarnaen@yahoo.com
7. Kompas, 24 Nopember 2002, hal.30
8. ICG Asia Report, No. 17, 12 Juni 2001, Aceh: Kenapa Kekuatan Militer Tidak akan
Membawa pada Perdamaian Kekal, hlm.10
9. Jakarta Post, 18 Januari 2000

More Related Content

What's hot

Hierarki peraturan perundang undangan
Hierarki peraturan perundang undanganHierarki peraturan perundang undangan
Hierarki peraturan perundang undanganNailuredha Hermanto
 
DAMPAK POSITIF DAN NEGATIF MASA ORDE BARU
DAMPAK POSITIF DAN NEGATIF MASA ORDE BARUDAMPAK POSITIF DAN NEGATIF MASA ORDE BARU
DAMPAK POSITIF DAN NEGATIF MASA ORDE BARUnurindah_nurisa
 
Strategi Mengatasi Berbagai Ancaman terhadap IPOLEKSOSBUDHANKAM dalam Membang...
Strategi Mengatasi Berbagai Ancaman terhadap IPOLEKSOSBUDHANKAM dalam Membang...Strategi Mengatasi Berbagai Ancaman terhadap IPOLEKSOSBUDHANKAM dalam Membang...
Strategi Mengatasi Berbagai Ancaman terhadap IPOLEKSOSBUDHANKAM dalam Membang...bulan purnama
 
Pengertian, perbedaan dan persamaan han dan htn
Pengertian, perbedaan dan persamaan han dan htnPengertian, perbedaan dan persamaan han dan htn
Pengertian, perbedaan dan persamaan han dan htnDella Mega Alfionita
 
Makalah PKn - Hak Asasi Manusia
Makalah PKn - Hak Asasi ManusiaMakalah PKn - Hak Asasi Manusia
Makalah PKn - Hak Asasi Manusiayuliansafa
 
Contoh kasus penegakkan hukum indonesia
Contoh kasus penegakkan hukum indonesiaContoh kasus penegakkan hukum indonesia
Contoh kasus penegakkan hukum indonesiafadylirma.blogspot.com
 
SUPRASTRUKTUR DAN INFRASTRUKTUR POLITIK
SUPRASTRUKTUR DAN INFRASTRUKTUR POLITIKSUPRASTRUKTUR DAN INFRASTRUKTUR POLITIK
SUPRASTRUKTUR DAN INFRASTRUKTUR POLITIKMuhamad Yogi
 
Masyarakat beradab dan sejahtera
Masyarakat beradab dan sejahteraMasyarakat beradab dan sejahtera
Masyarakat beradab dan sejahteraPuspita Yudaningrum
 
Esensi dan Urgensi Pancasila Sebagai Sistem Etika
Esensi dan Urgensi Pancasila Sebagai Sistem EtikaEsensi dan Urgensi Pancasila Sebagai Sistem Etika
Esensi dan Urgensi Pancasila Sebagai Sistem Etikadayurikaperdana19
 
Makalah editorial
Makalah editorialMakalah editorial
Makalah editorializzynet
 
Ppt materi sosiologi kelas x bab 1. sosiologi sebagai ilmu tentang masyarakat...
Ppt materi sosiologi kelas x bab 1. sosiologi sebagai ilmu tentang masyarakat...Ppt materi sosiologi kelas x bab 1. sosiologi sebagai ilmu tentang masyarakat...
Ppt materi sosiologi kelas x bab 1. sosiologi sebagai ilmu tentang masyarakat...Daniel Arie
 
Makalah integrasi nasional dalam bingkai bhinneka tunggal ika
Makalah integrasi nasional dalam bingkai bhinneka tunggal ikaMakalah integrasi nasional dalam bingkai bhinneka tunggal ika
Makalah integrasi nasional dalam bingkai bhinneka tunggal ikaAlyaraisa Alpasha
 
PPT SOSIOLOGI Permasalahan sosial
PPT SOSIOLOGI Permasalahan sosial PPT SOSIOLOGI Permasalahan sosial
PPT SOSIOLOGI Permasalahan sosial Zulfira Farah Nubua
 
Makalah kel. 4 hiv & aids
Makalah kel. 4 hiv & aidsMakalah kel. 4 hiv & aids
Makalah kel. 4 hiv & aidsrobin2dompas
 
Pancasila pada era orde baru
Pancasila pada era orde baruPancasila pada era orde baru
Pancasila pada era orde baruRiskiana Riskiana
 
Nilai dan Norma Konstitusi UUD NRI 1945 dan Konstitusionalitas Ketentuan Peru...
Nilai dan Norma Konstitusi UUD NRI 1945 dan Konstitusionalitas Ketentuan Peru...Nilai dan Norma Konstitusi UUD NRI 1945 dan Konstitusionalitas Ketentuan Peru...
Nilai dan Norma Konstitusi UUD NRI 1945 dan Konstitusionalitas Ketentuan Peru...Fitri Ayu Kusuma Wijayanti
 
Masa pemerintahan Susilo Bambang Yudhoyono
Masa pemerintahan Susilo Bambang YudhoyonoMasa pemerintahan Susilo Bambang Yudhoyono
Masa pemerintahan Susilo Bambang YudhoyonoIsmi Ayu
 

What's hot (20)

Hierarki peraturan perundang undangan
Hierarki peraturan perundang undanganHierarki peraturan perundang undangan
Hierarki peraturan perundang undangan
 
DAMPAK POSITIF DAN NEGATIF MASA ORDE BARU
DAMPAK POSITIF DAN NEGATIF MASA ORDE BARUDAMPAK POSITIF DAN NEGATIF MASA ORDE BARU
DAMPAK POSITIF DAN NEGATIF MASA ORDE BARU
 
Strategi Mengatasi Berbagai Ancaman terhadap IPOLEKSOSBUDHANKAM dalam Membang...
Strategi Mengatasi Berbagai Ancaman terhadap IPOLEKSOSBUDHANKAM dalam Membang...Strategi Mengatasi Berbagai Ancaman terhadap IPOLEKSOSBUDHANKAM dalam Membang...
Strategi Mengatasi Berbagai Ancaman terhadap IPOLEKSOSBUDHANKAM dalam Membang...
 
Pengertian, perbedaan dan persamaan han dan htn
Pengertian, perbedaan dan persamaan han dan htnPengertian, perbedaan dan persamaan han dan htn
Pengertian, perbedaan dan persamaan han dan htn
 
Makalah PKn - Hak Asasi Manusia
Makalah PKn - Hak Asasi ManusiaMakalah PKn - Hak Asasi Manusia
Makalah PKn - Hak Asasi Manusia
 
Contoh kasus penegakkan hukum indonesia
Contoh kasus penegakkan hukum indonesiaContoh kasus penegakkan hukum indonesia
Contoh kasus penegakkan hukum indonesia
 
SUPRASTRUKTUR DAN INFRASTRUKTUR POLITIK
SUPRASTRUKTUR DAN INFRASTRUKTUR POLITIKSUPRASTRUKTUR DAN INFRASTRUKTUR POLITIK
SUPRASTRUKTUR DAN INFRASTRUKTUR POLITIK
 
Masyarakat beradab dan sejahtera
Masyarakat beradab dan sejahteraMasyarakat beradab dan sejahtera
Masyarakat beradab dan sejahtera
 
Esensi dan Urgensi Pancasila Sebagai Sistem Etika
Esensi dan Urgensi Pancasila Sebagai Sistem EtikaEsensi dan Urgensi Pancasila Sebagai Sistem Etika
Esensi dan Urgensi Pancasila Sebagai Sistem Etika
 
Makalah editorial
Makalah editorialMakalah editorial
Makalah editorial
 
Tugas makalah wawasan nusantara
Tugas makalah wawasan nusantaraTugas makalah wawasan nusantara
Tugas makalah wawasan nusantara
 
Ppt materi sosiologi kelas x bab 1. sosiologi sebagai ilmu tentang masyarakat...
Ppt materi sosiologi kelas x bab 1. sosiologi sebagai ilmu tentang masyarakat...Ppt materi sosiologi kelas x bab 1. sosiologi sebagai ilmu tentang masyarakat...
Ppt materi sosiologi kelas x bab 1. sosiologi sebagai ilmu tentang masyarakat...
 
Makalah integrasi nasional dalam bingkai bhinneka tunggal ika
Makalah integrasi nasional dalam bingkai bhinneka tunggal ikaMakalah integrasi nasional dalam bingkai bhinneka tunggal ika
Makalah integrasi nasional dalam bingkai bhinneka tunggal ika
 
PPT SOSIOLOGI Permasalahan sosial
PPT SOSIOLOGI Permasalahan sosial PPT SOSIOLOGI Permasalahan sosial
PPT SOSIOLOGI Permasalahan sosial
 
Makalah kel. 4 hiv & aids
Makalah kel. 4 hiv & aidsMakalah kel. 4 hiv & aids
Makalah kel. 4 hiv & aids
 
Pancasila pada era orde baru
Pancasila pada era orde baruPancasila pada era orde baru
Pancasila pada era orde baru
 
Nilai dan Norma Konstitusi UUD NRI 1945 dan Konstitusionalitas Ketentuan Peru...
Nilai dan Norma Konstitusi UUD NRI 1945 dan Konstitusionalitas Ketentuan Peru...Nilai dan Norma Konstitusi UUD NRI 1945 dan Konstitusionalitas Ketentuan Peru...
Nilai dan Norma Konstitusi UUD NRI 1945 dan Konstitusionalitas Ketentuan Peru...
 
Masa pemerintahan Susilo Bambang Yudhoyono
Masa pemerintahan Susilo Bambang YudhoyonoMasa pemerintahan Susilo Bambang Yudhoyono
Masa pemerintahan Susilo Bambang Yudhoyono
 
Gerakan Aceh Merdeka
Gerakan Aceh MerdekaGerakan Aceh Merdeka
Gerakan Aceh Merdeka
 
Review Materi Kuliah Perkim
Review Materi Kuliah PerkimReview Materi Kuliah Perkim
Review Materi Kuliah Perkim
 

Similar to Analisis konflik Gerakan Aceh Merdeka (GAM)-Republik Indonesia (RI)

Konflik komunikasi organisasi aceh papua
Konflik komunikasi organisasi aceh papuaKonflik komunikasi organisasi aceh papua
Konflik komunikasi organisasi aceh papuaHana Eka
 
Quo vadis otonomi khusus aceh
Quo vadis otonomi khusus acehQuo vadis otonomi khusus aceh
Quo vadis otonomi khusus acehKen Prahara
 
Aceh Butuh ''Sekolah''
Aceh Butuh ''Sekolah''Aceh Butuh ''Sekolah''
Aceh Butuh ''Sekolah''Munzami Hs
 
makalah konflik
makalah konflik makalah konflik
makalah konflik Dede Irawan
 
Makalah Analisis Pancasila
Makalah Analisis PancasilaMakalah Analisis Pancasila
Makalah Analisis PancasilaDewi Annisa
 
Bentuk Hubungan Sosial
Bentuk Hubungan SosialBentuk Hubungan Sosial
Bentuk Hubungan SosialWien Adithya
 
Bab iii-keterbukaan-dan-keadilan1
Bab iii-keterbukaan-dan-keadilan1Bab iii-keterbukaan-dan-keadilan1
Bab iii-keterbukaan-dan-keadilan1Wikiwikpunana Uyuun
 
TUGAS PKN.pptxBARU.pptx
TUGAS PKN.pptxBARU.pptxTUGAS PKN.pptxBARU.pptx
TUGAS PKN.pptxBARU.pptxTriMulyana5
 
Negara_dan_Konstitusi_PPT.pptx
Negara_dan_Konstitusi_PPT.pptxNegara_dan_Konstitusi_PPT.pptx
Negara_dan_Konstitusi_PPT.pptxRizkyAulia61
 
Pengantar pendidikan kewarganegaraan
Pengantar pendidikan kewarganegaraanPengantar pendidikan kewarganegaraan
Pengantar pendidikan kewarganegaraanAl Farhan
 
lahirnya diplomasi terobosan
lahirnya diplomasi terobosanlahirnya diplomasi terobosan
lahirnya diplomasi terobosanBudi Wahyono
 

Similar to Analisis konflik Gerakan Aceh Merdeka (GAM)-Republik Indonesia (RI) (20)

Konflik komunikasi organisasi aceh papua
Konflik komunikasi organisasi aceh papuaKonflik komunikasi organisasi aceh papua
Konflik komunikasi organisasi aceh papua
 
Quo vadis otonomi khusus aceh
Quo vadis otonomi khusus acehQuo vadis otonomi khusus aceh
Quo vadis otonomi khusus aceh
 
Aceh Butuh ''Sekolah''
Aceh Butuh ''Sekolah''Aceh Butuh ''Sekolah''
Aceh Butuh ''Sekolah''
 
makalah konflik
makalah konflik makalah konflik
makalah konflik
 
Makalah Analisis Pancasila
Makalah Analisis PancasilaMakalah Analisis Pancasila
Makalah Analisis Pancasila
 
Bentuk Hubungan Sosial
Bentuk Hubungan SosialBentuk Hubungan Sosial
Bentuk Hubungan Sosial
 
Bab iii-keterbukaan-dan-keadilan1
Bab iii-keterbukaan-dan-keadilan1Bab iii-keterbukaan-dan-keadilan1
Bab iii-keterbukaan-dan-keadilan1
 
TUGAS PKN.pptxBARU.pptx
TUGAS PKN.pptxBARU.pptxTUGAS PKN.pptxBARU.pptx
TUGAS PKN.pptxBARU.pptx
 
Integrasi nasional
Integrasi nasionalIntegrasi nasional
Integrasi nasional
 
masyarakat madani
masyarakat madanimasyarakat madani
masyarakat madani
 
kerucut.pptx
kerucut.pptxkerucut.pptx
kerucut.pptx
 
Evaluasi xi
Evaluasi xiEvaluasi xi
Evaluasi xi
 
KELAS XI BAB 2.pptx
KELAS XI BAB 2.pptxKELAS XI BAB 2.pptx
KELAS XI BAB 2.pptx
 
Negara_dan_Konstitusi_PPT.pptx
Negara_dan_Konstitusi_PPT.pptxNegara_dan_Konstitusi_PPT.pptx
Negara_dan_Konstitusi_PPT.pptx
 
Bab i23 fix
Bab i23 fixBab i23 fix
Bab i23 fix
 
Makalah hukum tata negara
Makalah hukum tata negaraMakalah hukum tata negara
Makalah hukum tata negara
 
Makalah hukum tata negara (2)
Makalah hukum tata negara (2)Makalah hukum tata negara (2)
Makalah hukum tata negara (2)
 
Makalah hukum tata negara
Makalah hukum tata negaraMakalah hukum tata negara
Makalah hukum tata negara
 
Pengantar pendidikan kewarganegaraan
Pengantar pendidikan kewarganegaraanPengantar pendidikan kewarganegaraan
Pengantar pendidikan kewarganegaraan
 
lahirnya diplomasi terobosan
lahirnya diplomasi terobosanlahirnya diplomasi terobosan
lahirnya diplomasi terobosan
 

More from Ely Goro Leba

KEMITRAAN SEKTOR PUBLIK – PRIVAT “Public-Private Partnership (PPP)”, MODE...
KEMITRAAN SEKTOR PUBLIK – PRIVAT     “Public-Private Partnership (PPP)”, MODE...KEMITRAAN SEKTOR PUBLIK – PRIVAT     “Public-Private Partnership (PPP)”, MODE...
KEMITRAAN SEKTOR PUBLIK – PRIVAT “Public-Private Partnership (PPP)”, MODE...Ely Goro Leba
 
Good governance sebagai agenda reformasi
Good governance sebagai agenda reformasiGood governance sebagai agenda reformasi
Good governance sebagai agenda reformasiEly Goro Leba
 
Manajemen usaha ternak Di NTT
Manajemen usaha ternak Di NTTManajemen usaha ternak Di NTT
Manajemen usaha ternak Di NTTEly Goro Leba
 
Hardiknas dan pendidikan di ntt
Hardiknas dan pendidikan di nttHardiknas dan pendidikan di ntt
Hardiknas dan pendidikan di nttEly Goro Leba
 
Pola hubungan antara laki laki dan perempuan dalam birokrasi
Pola hubungan antara laki laki dan perempuan dalam birokrasiPola hubungan antara laki laki dan perempuan dalam birokrasi
Pola hubungan antara laki laki dan perempuan dalam birokrasiEly Goro Leba
 
Teori teori aliran klasik
Teori teori aliran klasikTeori teori aliran klasik
Teori teori aliran klasikEly Goro Leba
 
Sistem Kerja OUTSOURCING dengan Segala Keuntungan dan Kerugiannya
Sistem Kerja OUTSOURCING dengan Segala Keuntungan dan KerugiannyaSistem Kerja OUTSOURCING dengan Segala Keuntungan dan Kerugiannya
Sistem Kerja OUTSOURCING dengan Segala Keuntungan dan KerugiannyaEly Goro Leba
 
Perkembangan agama kristen protestan
Perkembangan agama kristen protestanPerkembangan agama kristen protestan
Perkembangan agama kristen protestanEly Goro Leba
 
Pembangunan ekonomi regional
Pembangunan ekonomi regionalPembangunan ekonomi regional
Pembangunan ekonomi regionalEly Goro Leba
 
Panca pelayanan GEREJA MASEHI INJILI DI TIMOR (GMIT)
Panca pelayanan GEREJA MASEHI INJILI DI TIMOR (GMIT)Panca pelayanan GEREJA MASEHI INJILI DI TIMOR (GMIT)
Panca pelayanan GEREJA MASEHI INJILI DI TIMOR (GMIT)Ely Goro Leba
 
Negara Kesatuan Republik Indonesia DAN KESEJAHTERAAN RAKYAT
Negara Kesatuan Republik Indonesia DAN KESEJAHTERAAN RAKYATNegara Kesatuan Republik Indonesia DAN KESEJAHTERAAN RAKYAT
Negara Kesatuan Republik Indonesia DAN KESEJAHTERAAN RAKYATEly Goro Leba
 
Gereja dan nabi palsu iman kristen vs ajaran sesat
Gereja dan nabi palsu  iman kristen vs ajaran sesatGereja dan nabi palsu  iman kristen vs ajaran sesat
Gereja dan nabi palsu iman kristen vs ajaran sesatEly Goro Leba
 
Konsep pemerintah dan pemerintahan
Konsep pemerintah dan pemerintahanKonsep pemerintah dan pemerintahan
Konsep pemerintah dan pemerintahanEly Goro Leba
 
Efektivitas organisasi dan manajemen
Efektivitas organisasi dan manajemenEfektivitas organisasi dan manajemen
Efektivitas organisasi dan manajemenEly Goro Leba
 
Korban lakalantas bisa gugat pemerintah
Korban lakalantas bisa gugat pemerintahKorban lakalantas bisa gugat pemerintah
Korban lakalantas bisa gugat pemerintahEly Goro Leba
 

More from Ely Goro Leba (20)

KEMITRAAN SEKTOR PUBLIK – PRIVAT “Public-Private Partnership (PPP)”, MODE...
KEMITRAAN SEKTOR PUBLIK – PRIVAT     “Public-Private Partnership (PPP)”, MODE...KEMITRAAN SEKTOR PUBLIK – PRIVAT     “Public-Private Partnership (PPP)”, MODE...
KEMITRAAN SEKTOR PUBLIK – PRIVAT “Public-Private Partnership (PPP)”, MODE...
 
Uud nri tahun 1945
Uud nri tahun 1945Uud nri tahun 1945
Uud nri tahun 1945
 
Good governance sebagai agenda reformasi
Good governance sebagai agenda reformasiGood governance sebagai agenda reformasi
Good governance sebagai agenda reformasi
 
Agenda setting
Agenda settingAgenda setting
Agenda setting
 
Manajemen usaha ternak Di NTT
Manajemen usaha ternak Di NTTManajemen usaha ternak Di NTT
Manajemen usaha ternak Di NTT
 
Hardiknas dan pendidikan di ntt
Hardiknas dan pendidikan di nttHardiknas dan pendidikan di ntt
Hardiknas dan pendidikan di ntt
 
Krisis nasionalisme
Krisis nasionalismeKrisis nasionalisme
Krisis nasionalisme
 
Pola hubungan antara laki laki dan perempuan dalam birokrasi
Pola hubungan antara laki laki dan perempuan dalam birokrasiPola hubungan antara laki laki dan perempuan dalam birokrasi
Pola hubungan antara laki laki dan perempuan dalam birokrasi
 
Teori teori aliran klasik
Teori teori aliran klasikTeori teori aliran klasik
Teori teori aliran klasik
 
Sistem Kerja OUTSOURCING dengan Segala Keuntungan dan Kerugiannya
Sistem Kerja OUTSOURCING dengan Segala Keuntungan dan KerugiannyaSistem Kerja OUTSOURCING dengan Segala Keuntungan dan Kerugiannya
Sistem Kerja OUTSOURCING dengan Segala Keuntungan dan Kerugiannya
 
Perkembangan agama kristen protestan
Perkembangan agama kristen protestanPerkembangan agama kristen protestan
Perkembangan agama kristen protestan
 
Pembangunan ekonomi regional
Pembangunan ekonomi regionalPembangunan ekonomi regional
Pembangunan ekonomi regional
 
Panca pelayanan GEREJA MASEHI INJILI DI TIMOR (GMIT)
Panca pelayanan GEREJA MASEHI INJILI DI TIMOR (GMIT)Panca pelayanan GEREJA MASEHI INJILI DI TIMOR (GMIT)
Panca pelayanan GEREJA MASEHI INJILI DI TIMOR (GMIT)
 
Negara Kesatuan Republik Indonesia DAN KESEJAHTERAAN RAKYAT
Negara Kesatuan Republik Indonesia DAN KESEJAHTERAAN RAKYATNegara Kesatuan Republik Indonesia DAN KESEJAHTERAAN RAKYAT
Negara Kesatuan Republik Indonesia DAN KESEJAHTERAAN RAKYAT
 
Gereja dan nabi palsu iman kristen vs ajaran sesat
Gereja dan nabi palsu  iman kristen vs ajaran sesatGereja dan nabi palsu  iman kristen vs ajaran sesat
Gereja dan nabi palsu iman kristen vs ajaran sesat
 
Konsep pemerintah dan pemerintahan
Konsep pemerintah dan pemerintahanKonsep pemerintah dan pemerintahan
Konsep pemerintah dan pemerintahan
 
Desain organisasi
Desain organisasiDesain organisasi
Desain organisasi
 
Bakteri dan fungi
Bakteri dan fungiBakteri dan fungi
Bakteri dan fungi
 
Efektivitas organisasi dan manajemen
Efektivitas organisasi dan manajemenEfektivitas organisasi dan manajemen
Efektivitas organisasi dan manajemen
 
Korban lakalantas bisa gugat pemerintah
Korban lakalantas bisa gugat pemerintahKorban lakalantas bisa gugat pemerintah
Korban lakalantas bisa gugat pemerintah
 

Recently uploaded

PB.2.3 KERJA SAMA DESA. Perspektif Kerja sama Desapptx
PB.2.3 KERJA SAMA DESA. Perspektif Kerja sama DesapptxPB.2.3 KERJA SAMA DESA. Perspektif Kerja sama Desapptx
PB.2.3 KERJA SAMA DESA. Perspektif Kerja sama DesapptxBudyHermawan3
 
PB.1 BINA SUASANA DAN ORIENTASI BELAJAR.pptx
PB.1 BINA SUASANA DAN ORIENTASI BELAJAR.pptxPB.1 BINA SUASANA DAN ORIENTASI BELAJAR.pptx
PB.1 BINA SUASANA DAN ORIENTASI BELAJAR.pptxBudyHermawan3
 
Salinan Materi Sosialisasi PEKPPP 2022 - bukti dukung lebih rinci.pdf
Salinan Materi Sosialisasi PEKPPP 2022 - bukti dukung lebih rinci.pdfSalinan Materi Sosialisasi PEKPPP 2022 - bukti dukung lebih rinci.pdf
Salinan Materi Sosialisasi PEKPPP 2022 - bukti dukung lebih rinci.pdfdrmdbriarren
 
Membangun Budaya Ber-Integritas ASN.pptx
Membangun Budaya Ber-Integritas ASN.pptxMembangun Budaya Ber-Integritas ASN.pptx
Membangun Budaya Ber-Integritas ASN.pptxBudyHermawan3
 
Pengantar dan Teknik Public Speaking.pptx
Pengantar dan Teknik Public Speaking.pptxPengantar dan Teknik Public Speaking.pptx
Pengantar dan Teknik Public Speaking.pptxBudyHermawan3
 
Pemekaran Kabupaten Banyuwangi menujumKota dan kabupaten .pdf
Pemekaran Kabupaten Banyuwangi menujumKota dan kabupaten  .pdfPemekaran Kabupaten Banyuwangi menujumKota dan kabupaten  .pdf
Pemekaran Kabupaten Banyuwangi menujumKota dan kabupaten .pdfHarisKunaifi2
 
Konsep Management RisikoRev Pak Budi.pptx
Konsep Management RisikoRev Pak Budi.pptxKonsep Management RisikoRev Pak Budi.pptx
Konsep Management RisikoRev Pak Budi.pptxBudyHermawan3
 
Perencanaan Pembangunan Desa berbasis akuntabel.pptx
Perencanaan Pembangunan Desa berbasis akuntabel.pptxPerencanaan Pembangunan Desa berbasis akuntabel.pptx
Perencanaan Pembangunan Desa berbasis akuntabel.pptxBudyHermawan3
 
Tata Kelola Pengadaan barang dan Jasa di Desa pptx
Tata Kelola Pengadaan barang dan Jasa di Desa pptxTata Kelola Pengadaan barang dan Jasa di Desa pptx
Tata Kelola Pengadaan barang dan Jasa di Desa pptxBudyHermawan3
 
Inovasi Pelayanan Publik Pemerintah .pptx
Inovasi Pelayanan Publik Pemerintah .pptxInovasi Pelayanan Publik Pemerintah .pptx
Inovasi Pelayanan Publik Pemerintah .pptxBudyHermawan3
 
Aparatur Sipil Negara sebagai Perekat Bangsa.pptx
Aparatur Sipil Negara sebagai Perekat Bangsa.pptxAparatur Sipil Negara sebagai Perekat Bangsa.pptx
Aparatur Sipil Negara sebagai Perekat Bangsa.pptxBudyHermawan3
 
IPSKelas12BABSMANEGERI1 3 April 2024perikanan.pptx
IPSKelas12BABSMANEGERI1 3 April 2024perikanan.pptxIPSKelas12BABSMANEGERI1 3 April 2024perikanan.pptx
IPSKelas12BABSMANEGERI1 3 April 2024perikanan.pptxrohiwanto
 
PB.2 KEBIJAKAN PENYELENGGARAAN PEMDES.pptx
PB.2 KEBIJAKAN PENYELENGGARAAN PEMDES.pptxPB.2 KEBIJAKAN PENYELENGGARAAN PEMDES.pptx
PB.2 KEBIJAKAN PENYELENGGARAAN PEMDES.pptxBudyHermawan3
 
LAPORAN KEPALA DESA. sebagai kewajiban pptx
LAPORAN KEPALA DESA. sebagai kewajiban pptxLAPORAN KEPALA DESA. sebagai kewajiban pptx
LAPORAN KEPALA DESA. sebagai kewajiban pptxBudyHermawan3
 
Permen PANRB Nomor 3 Tahun 2023 - Tentang Penetapan Angka Kredit
Permen PANRB Nomor 3 Tahun 2023 - Tentang Penetapan Angka KreditPermen PANRB Nomor 3 Tahun 2023 - Tentang Penetapan Angka Kredit
Permen PANRB Nomor 3 Tahun 2023 - Tentang Penetapan Angka KreditYOSUAGETMIRAJAGUKGUK1
 

Recently uploaded (15)

PB.2.3 KERJA SAMA DESA. Perspektif Kerja sama Desapptx
PB.2.3 KERJA SAMA DESA. Perspektif Kerja sama DesapptxPB.2.3 KERJA SAMA DESA. Perspektif Kerja sama Desapptx
PB.2.3 KERJA SAMA DESA. Perspektif Kerja sama Desapptx
 
PB.1 BINA SUASANA DAN ORIENTASI BELAJAR.pptx
PB.1 BINA SUASANA DAN ORIENTASI BELAJAR.pptxPB.1 BINA SUASANA DAN ORIENTASI BELAJAR.pptx
PB.1 BINA SUASANA DAN ORIENTASI BELAJAR.pptx
 
Salinan Materi Sosialisasi PEKPPP 2022 - bukti dukung lebih rinci.pdf
Salinan Materi Sosialisasi PEKPPP 2022 - bukti dukung lebih rinci.pdfSalinan Materi Sosialisasi PEKPPP 2022 - bukti dukung lebih rinci.pdf
Salinan Materi Sosialisasi PEKPPP 2022 - bukti dukung lebih rinci.pdf
 
Membangun Budaya Ber-Integritas ASN.pptx
Membangun Budaya Ber-Integritas ASN.pptxMembangun Budaya Ber-Integritas ASN.pptx
Membangun Budaya Ber-Integritas ASN.pptx
 
Pengantar dan Teknik Public Speaking.pptx
Pengantar dan Teknik Public Speaking.pptxPengantar dan Teknik Public Speaking.pptx
Pengantar dan Teknik Public Speaking.pptx
 
Pemekaran Kabupaten Banyuwangi menujumKota dan kabupaten .pdf
Pemekaran Kabupaten Banyuwangi menujumKota dan kabupaten  .pdfPemekaran Kabupaten Banyuwangi menujumKota dan kabupaten  .pdf
Pemekaran Kabupaten Banyuwangi menujumKota dan kabupaten .pdf
 
Konsep Management RisikoRev Pak Budi.pptx
Konsep Management RisikoRev Pak Budi.pptxKonsep Management RisikoRev Pak Budi.pptx
Konsep Management RisikoRev Pak Budi.pptx
 
Perencanaan Pembangunan Desa berbasis akuntabel.pptx
Perencanaan Pembangunan Desa berbasis akuntabel.pptxPerencanaan Pembangunan Desa berbasis akuntabel.pptx
Perencanaan Pembangunan Desa berbasis akuntabel.pptx
 
Tata Kelola Pengadaan barang dan Jasa di Desa pptx
Tata Kelola Pengadaan barang dan Jasa di Desa pptxTata Kelola Pengadaan barang dan Jasa di Desa pptx
Tata Kelola Pengadaan barang dan Jasa di Desa pptx
 
Inovasi Pelayanan Publik Pemerintah .pptx
Inovasi Pelayanan Publik Pemerintah .pptxInovasi Pelayanan Publik Pemerintah .pptx
Inovasi Pelayanan Publik Pemerintah .pptx
 
Aparatur Sipil Negara sebagai Perekat Bangsa.pptx
Aparatur Sipil Negara sebagai Perekat Bangsa.pptxAparatur Sipil Negara sebagai Perekat Bangsa.pptx
Aparatur Sipil Negara sebagai Perekat Bangsa.pptx
 
IPSKelas12BABSMANEGERI1 3 April 2024perikanan.pptx
IPSKelas12BABSMANEGERI1 3 April 2024perikanan.pptxIPSKelas12BABSMANEGERI1 3 April 2024perikanan.pptx
IPSKelas12BABSMANEGERI1 3 April 2024perikanan.pptx
 
PB.2 KEBIJAKAN PENYELENGGARAAN PEMDES.pptx
PB.2 KEBIJAKAN PENYELENGGARAAN PEMDES.pptxPB.2 KEBIJAKAN PENYELENGGARAAN PEMDES.pptx
PB.2 KEBIJAKAN PENYELENGGARAAN PEMDES.pptx
 
LAPORAN KEPALA DESA. sebagai kewajiban pptx
LAPORAN KEPALA DESA. sebagai kewajiban pptxLAPORAN KEPALA DESA. sebagai kewajiban pptx
LAPORAN KEPALA DESA. sebagai kewajiban pptx
 
Permen PANRB Nomor 3 Tahun 2023 - Tentang Penetapan Angka Kredit
Permen PANRB Nomor 3 Tahun 2023 - Tentang Penetapan Angka KreditPermen PANRB Nomor 3 Tahun 2023 - Tentang Penetapan Angka Kredit
Permen PANRB Nomor 3 Tahun 2023 - Tentang Penetapan Angka Kredit
 

Analisis konflik Gerakan Aceh Merdeka (GAM)-Republik Indonesia (RI)

  • 1. 1 ANALISIS KONFLIK GAM-RI Oleh: Elkana Goro Leba 1. PROSES KONSILIASI YANG TERJADI ANTARA GERAKAN ACEH MERDEKA (GAM) DENGAN REPUBLIK INDONESIA (RI) A. Latar Belakang Konflik Di Aceh Sebelum melangkah lebih jauh ada baiknya kita mengetahui terlebih dahulu latar belakang dan sebab-musabab dari konflik ini. Aceh memiliki sejarah militansi untuk memerangi orang-ornga Portugis pada tahun 1520-an dan menantang penjajah Belanda dari tahun 1873-1913, dan melancarkan perlawanan Islam kepada Republik Indonesia pada tahun 1953. perlawanan itu disebut “DARUL ISLAM”. Dimana perlawanan ini bertujuan untuk mendirikan sebuah Republik Islam atas seluruh wilayah Indonesia. Hal ini juga menjadi tujuan kelompok-kelompok Islam militan di Jawa Barat dan Sulawesi Selatan. Pemberontakan ini berakhir tahun 1962, ketika pemerintahan Soekarno memberi jaminan bahwa Aceh akan diberi status sebagai sebuah daerah istimewa dengan otonomi luas di bidang agama, hukum, adat dan pendidikan. Tetapi selama bertahun-tahun janji ini secara umum tidak terpenuhi.
  • 2. 2 Pemberonntakan separatis Aceh dewasa ini dimulai 4 Desember 1976, ketika M. Hasan di Tiro mendeklarasikan kemerdekaan Aceh. Di Tiro dan parapengikut setianya telah terlibat dalam pemberontakan Darul Islam tahun 1953, tetapi kali ini pemberontakan mereka diberi nama Gerakan Aceh Merdeka (GAM) secara jelas berniat unutk memisahkan diri dari Republik Indonesia. Tidak lama setelah deklarasi kemerdekanaa tersebut, kekuatan pasukan bersenjata GAM mulai menyerang pasukan pemerintah RI, hal yang mengundang kembali operasi penumpasan pemberontakan oleh pemerintah. Pada tahun 1983, kekuatan GAM telah dikalahkan di lapangan dan di Tiro lari ke luar negeri bersama beberapa pengikutnya dan akhirnya menjadi warga negara Swedia. Dalam sebagian besar dekade tahun 1980-an, GAM menguat lagi, merasionalisasikan status politiknya dan memperkuat sayap militer Angkatan Gerakan Aceh Merdeka (AGAM). Dalam periode ini, sebagian dari 400 kader Aceh dilaporkan kirim ke Libya untuk latihan militer. Tahun 1989, GAM merasa cukup kuat untuk sekali lagi menjajal pemerintah Indonesia, menerang pasukan pemerintah, warga sipil dan orang-orang yang dicurigai sebagai mata-mata. Pemerintah membalas dengan operasi militer dan tindak penumpasan berskala besar. Pada tahun 1992, tampak bahwa pemerintah mengendalikan situasi sepenuhnya. Tetapi operasi militer yang ditandai dengan pelanggaran Hak Asasi Manusia (HAM) di Aceh menjadi sorotan publik tidak lama setelah persiden Soeharto lengser dari kekuasaannya karena kerusuhan politik Mei 1998. Ditekan oleh teriakan publik di seluruh wilayah Indonesia atas pengniayaan dan pelanggaran HAM di Aceh, Pengb. Jend. Wiranto minta maaf atas ekses-ekses militer dari tahun 1998-1989 dan mencabut status Aceh sebagai sebuah Daerah Operasi Militer (DOM) dan menjanjikan sejumlah besar tentara dari propinsi itu. Meski demikian, perdamaian tak kunjung datang karena GAM memanfaatkan demoralisasi militer dan melancarkan serangan besar-besaran. Maka konfrontasi senjata dimulai lagi.
  • 3. 3 B. Analisis Konflik Beberapa pendekatan dalam penyelesaian konflik 1. Pendekatan “Ralf Dahrendrof” Pendekatan ini mengacu pada teori pakar konflik dan resolusi konflik Ralf Dahrendrof. Dalam pendekatan ini menyebutkan tiga bentuk pengaturan atau penyelesaian konflik, yaitu: 1) Konsiliasi Yaitu membentuk konsiliasi seperti parlemen atau kuasa parlemen. Di sini semua pihak diajak berdiskusi dan berdebat secara terbuka dan mendalam untuk mencapai kesepakatan tanpa ada pihak-pihak yang memonopoli pembicaraan atau memaksa kehendak. 2) Mediasi Yaitu cara dimana kedua belah pihak sepakat mencari nasihat pihak ketiga tetapi nasehat pihak ketiga itu tidak mengikat pihak-pihak yang berkonflik. Adapun MoU mengambil model penyelesaian yang kedua ini. 3) Jalan Arbitrase Yaitu kedua pihak sepakat menyerahkan persoalannya kepada Badan Arbitrase Internasional untuk mendapatkan keputusan yang legal sebagai penyelesaian konflik. 2. Pendekatan Structural Fungsional Pendekatan ini memandang masyarakat sebagai komunitas yang terintegrasikan secara teratur atas dasar nilai kesepakatan dari setiap anggota masyarakat. Dalam pendekatan ini juga dikenal salah satu statement yaitu “General Agreements” yang memiliki kemampuan untuk mengatasi perbedaan-perbedaan pendapat dan kepentingan di antara para anggota masyarakat. Beberapa sudut pandang dari pendekatan struktural fungsional adalah sebagai berikut:
  • 4. 4 a) Masyarakat sebagai suatu sistem. Oleh karena itu maka saling mempengaruhi satu sama lain. b) Kendati integrasi sosial tidak mungkin terwujud dengan sempurna, tetapi secara fundamental sistem sosial cenderung bergerak kearah equilibrium yang bersifat dinamis. c) Disfungsi, berbagai ketegangan dan penyimpangan-penyimpangan senantiasa terjadi akan tetapi dalam jangka panjang keadaan tersebut akan teratasi dengsn sendirinya melalui cara adaptasi dan proses institusioanalisasi. d) Kompleksitas dalam sistem sosial pada umumnya terjadi secara gradual, melalui adaptasi dan tidak secara cepat. e) Faktor paling penting yang memiliki daya mengintegrasikan suatu sistem sosial adalah konsensus antara anggota masyarakat berupa norma-norma sosial yang sesungguhnya membentuk struktur sosial. 2. Analisis Faktor Penyebab Kegagalan dan Keberhasilan yang Pernah Terjadi dalam Mewujudkan Perdamaian Aceh dengan Republik Indonesia Sejumlah perundingan sempat dilakukan untuk mengakhiri konflik di Aceh, namun tidak banyak dari perundingan itu yang akhirnya gagal. Perundingan Helsinki nyang hampir menjadi jalan damai pun sempat di protes oleh berbagai kalangan karena dinilai justru melapangkan jalan kemerdekaan. Perundngan ini melewati jalan terjal dan berliku. Wakil Presiden Jusuf Kalla yang menjadi inisiator perundingan ini berusaha untuk membuat netralitas di antara polemik yang terjadi di kalangan publik dengan menyatakan, MoU Helsinki ibarat gelas yang setengahnya berisikan air, jadi tergantung darimana kita melihatnya. Yang positif menyatakan hebat dan negatif menyatakan bahwa kita kalah oleh GAM. Namun ditengah-tengah gencarnya polemik yang terjadi di banyak kalangan muncul banyak analisis menyimpulkan bahwa salah satu faktor penting tercapainya MoU dan tidak berniatnya lagi GAM mengibarkan bendera kemerdekaan adalah karena bencana Gempa Bumi 8,9 Skala Richter yang diikuti gelombang Tsunami 26 Desember 2006 yang meluluhlantakan daerah pesisir pantai Aceh sepanjang 800 Km.
  • 5. 5 A. Analisis Faktor-faktor Penyebab Kegagalan dalam Mewujudkan Perdamaian Di Aceh a) Belum terciptanya hurting stalemate menyebabkan pihak ketiga sulit untuk menemukan titik atau entry point untuk mengajak seluruh pihak bertikai duduk di meja perundingan. b) Persamaan identitas dan solidaritas cenderung tergantung pada konflik. Konfliklah yang akan melindungi identitas dan solidaritas tersebut sehingga tanpa konflik, dua hal tersebut akan lenyap. c) Penyelesaian politik dalam perang sipil membutuhkan setiap kelompok untuk melakukan disarmament dan membentuk pemerintahan yang single atau negara yang tunggal. Padahal logikanya, tentu saja tidak ada orang yang mau “Hidup Satu Atap” dengan musuhnya. Bagi TNI, GAM adalah musuh yang harus dimusnahkan! Sebaliknya, bagi GAM, TNI adalah kaum penjajah yang harus diusir dari Aceh! Susah untuk dibayangkan jika mereka yang selama ini saling membunuh mau hidup berdampingan dengan damai. d) Adanya Kegagalan implementasi biasanya terjadi karena salah satu pihak merasa dirugikan oleh pihak lain. Kegagalan implementasi berkaitan erat dengan karakteristik perang. Ketika perasaan takut lebih besar daripada kepercayaan terhadap musuh, perang dapat berlanjut kembali. upaya dialog untuk menyelesaikan konflik Aceh secara damai praktis berhenti pada tanggal 18 Mei 2003 saat GAM menolak menerima draft pernyataan pemerintah Indonesia dan tidak bersedia mengajukan counter draft nya. Respon Pemerintah Indonesia terhadap penolakan GAM sangat cepat dan tegas. Dalam hitungan jam, Presiden Megawati Sukarnoputri menandatangani Darurat Militer di Aceh yang berarti dilegalkannya tindakan kekerasan untuk mengahadapi GAM dan kekuasaan berada di bawah kendali militer seluruhnya. dengan dikeluarkannya kebijakan tersebut, CoHA menjadi diabaikan dan peran HDC terhenti. Pada tahap inilah kemudian HDC telah gagal menjalankan perannya sebagai fasilitator perdamaian di Aceh. e) Situasi yang ada belum memungkinkan untuk dilakukannya mediasi atau belum terciptanya kondisi hurting stalemate. Keadaan ini dapat terlihat dalam
  • 6. 6 Proses terjadinya negosiasi sangat sulit karena juru bicara GAM berulang kali menyatakan bahwa tidak akan pernah terjadi penyelesaian kecuali kemerdekaan, sedangkan Pemerintah Indonesia juga berkali-kali mengultimatum bahwa negosiasi hendaknya dalam kerangka Negara Kesatuan Republik Indonesia. Dari fakta diatas dapat kita analisis bahwa penyelesaian konflik tidak akan berjalan jika tidak adanya general agreement atau kesepakatan umum ( pendekatan structural fungsional) antara dua belah pihak yang berkonflik f) Isu pelanggaran HAM dan ketimpangan sosial lainnya yang menjadi ciri khas alasan pemberontakan GAM. Misalnya ketertinggalan pembangunan Aceh dengan Sumatra Utara, serta rencana pengambungan Provinsi Aceh dengan provinsi Sumatra Utara yang mana tidak dapat diterima oleh rakyat Aceh sehingga merasa bahwa Indonesia sebagai bangsa yang tidak tahu berbalas budi atas kebaikan Aceh dimasa lalu. g) Terdapatnya maksud-maksud politik berupa upaya mencari keuntungan dari konflik antara Gam dan RI, sehingga menyulitkan proses perundingan yang ada, misalnya berlarutnya konflik di Aceh membawa keuntungan-keuntungan bagi TNI, seperti ekonomi dan politik. Kepentingan politik di TNI berkaitan dengan perannya yang terus menurun di pentas perpolitikan nasional sejak 1998. Kekacauan di Aceh akan memberikan justifikasi bagi TNI untuk tetap bertahan memainkan perannya dalam konsep pertahanan negara, minimal melegalkan kehadiran mereka untuk menduduki kursi kekuasaan sipil di Aceh. Dari segi ekonomi, TNI memperoleh keuntungan dengan mempekerjakan mantan perwira militer untuk mengawasi kegiatan perusahaan dan usaha yang didukung militer memperoleh kemudahan kontrak karena kehadiran angkatan darat tersebut serta kebiasaannya untuk melindungi kegiatan usaha itu dan kekuatan pengincar lainnya. Kekayaan yang dimiliki Aceh mampu memenuhi kebutuhan TNI baik secara individu maupun organisasi. Secara organisasi, anggaran pemerintah mengenai pertahanan hanya menyediakan 30% dari total anggaran yang dibutuhkan TNI. Sisanya, sebanyak 70%, harus dicari sendiri oleh TNI. Berbagai industri
  • 7. 7 gas alam dan minyak di Aceh mampu menopang kekurangan anggaran militer tersebut. Apabila proses damai terjadi, maka praktis TNI tidak dibutuhkan lagi di Aceh. Itu berarti mereka akan kehilangan sumber ekonomi penting h) Tidak adanya keinginan untuk melakukan kompromi dari setiap pihak yang terlibat konflik. Hal ini tercermin dalam berbagai perundingan yang tidak menemukan solusi antara kedua belah pihak. B. Analisis Faktor-faktor Penyebab Keberhasilan Dalam Mewujudkan Perdamaian Di Aceh A. “MoU Helsinki” Sebagai Salah Satu Bagian Penting Mewujudkan Perdamaian di Aceh Pada tanggal 15 Agustus 2005 (dua hari sebelum HUT RI ke-60 pada tahun 2005) merupakan tanggal bebrsejarah bagi rakyat Indonesia umumnya dan rakyat Aceh khususnya. Dimana pada hari itu ditandatangani sebuah nota kesepahaman perdamaian atau dikenal dengan nama Memorandum Of Understanding (MOU) Helsinki. Disebut sebagai MOU Helsinki karena dibuat atau ditandantangani di Helsinki, Finlandia. MOU itu ditorehkan oleh tiga tanda tangan pejabat penting bagi Aceh-RI, yakni: 1) Ketua Delegasi RI yang ketika itu menjabat sebagai Menteri Hukum dan HAM, Hamid Awaludin 2) Ketua delegasi GAM, Malik Mahmud 3) Ketua Crisis Management Intiative (CMI), Martti Ahtisari Sejak itu, Aceh memasuki kehidupan baru. Konflik bersenjata sejak GAM mendeklarasikan diri 4 Desember 1976, yang disusun dengan jatuhnya ribuan korban, kerusakan berbagai fasilitas dan penderitaan berkepanjangan berusaha ditutup dengan MOU Helsinki. Aktor utama dalam perundingan ini adalah Wakil Presiden RI Jusuf Kalla. MOU Helsinki ini dilakukan dalam 4 tahap, yaitu: Tahap pertama: Satu bulan setelah Tsunami yakni 27-29 Januari 2005 yang tidak menghasilkan apa-apa.
  • 8. 8 Tahap kedua: Satu bulan kemudian yakni 21-23 Februari 2005, dimana saat itu titik terang makin terbayang karena GAM beritikad menghentikan keinginan untuk membentuk Negara Aceh Merdeka. Tahap ketiga: Yakni tanggal 12-16 April 2005. Baik GAM maupun pemerintah RI sepakat mencari solusi menyeluruh dan permanen dengan penekanan pada martabat kedua belah pihak. Tahap keempat: Yaitu tanggal 12-17 Juli 2005, mencapai kemajuan kemajuan pesat. Hal ini terlihat dari GAM yang tidak lagi mempersoalkan Konstitusi NKRI dan tuntutan merdeka. Dalam perundingan ini sekaligus draf MOU ditandatangani yang finalisasinya MOU ditandatangani tanggal 15 Agustus 2005. B. Variabel Bebas dalam Mewujudkan Perdamaian GAM-RI a) MOU Helsinki yang mejadi general agreements atau nilai-nilai yang disepakati bersama antara kedua belah pihak. b) Adanya agen yang mampu menjembatani antara pihak yang terlibat konflik. Misalnya NGO yaitu Dunant Center (HDC) dan Crisis Management Initiative (CMI). c) Terciptanya kondisi hurting stalemate atau situasi yang ada memungkinkan untuk dilakukannya mediasi dilahirkan bukan karena faktor. d) Banyak anlisis juga mengatakan bahwa salah satu faktor penting dalam mewujudkan perdamaian itu adalah Tsunami yang meluluhlantakan Daerah Istimewa Aceh pada tangal 26 Desember 2006 e) Adanya keinginan untuk melakukan kompromi dari setiap pihak yang terlibat konflik. Hal ini tercermin dalam berbagai perundingan yang akhirnya menemukan titik terang atau solusi antara kedua belah pihak.
  • 9. 9 KESIMPULAN Pada tahun 1953 Aceh melancarkan perlawanannya kepada Republik Indonesia. Dimana perlawanan ini bertujuan untuk mendirikan sebuah Republik Islam atas seluruh wilayah Indonesia. Hal ini juga menjadi tujuan kelompok-kelompok Islam militan di Jawa Barat dan Sulawesi Selatan. Pemberontakan ini berakhir tahun 1962, ketika pemerintahan Soekarno memberi jaminan bahwa Aceh akan diberi status sebagai sebuah daerah istimewa dengan otonomi luas di bidang agama, hukum, adat dan pendidikan. Tetapi selama bertahun-tahun janji ini secara umum tidak terpenuhi. Berangkat dari pernyataan di atas, maka perlawanan itu merupakan pelanggaran terhadap nilai-nilai pancasila dimana setiap umat beragama memiliki kebebasan untuk beribadat menurut agama dan kepercayaannya masing-masing. Yang diimplementasikan dalam sila ke-5 yaitu, Keadilan sosial bagi seluruh rakyat Indonesia. Dan tidak mengakiu kamajemukan di bangsa ini. Oleh sebab itu, untuk menghindari konflik yang seperti itu maka kita harus mengakui adanya kemajemukan ras, golongan suku, bangsa dan agama di negeri ini. Kita adalah bengsa yang majemuk. Di sisi lain, pemberontakan GAM tidak terlepas dari kegagalan pemerintah dalam mewujudkan pemerataan pembangunan di seluruh nusantara. Dimana tercermin dalam konflik di atas bahwa motiv utama pemberontakan itu adalah karena ketidapuasan rakyat Aceh atas pembangunan yang dilaksanakan di propinsi tersebut. Sudah mejadi kenangan hitam bagi negeri ini atas kehilangan Tim-Tim karena berhasil memisahkan diri dari Negara Kesatuan Republik Indonesia (NKRI) menjadi negara merdeka dan Papua (Organisasi Papua Merdeka) yang hingga saat ini tetap menjadi Pekerjaan rumah bagi pemerintah pusat dalam mempertahankan persatuan dan kesatuan Negara Kesatuan Republik Indonesia. Bertolak dari kejadian itu, maka hal ini dapat mencelikan mata pemerintah pusat dalam mewujudkan pembangunan yang merata di negeri ini.
  • 10. 10 DAFTAR PUSTAKA 1. http://www.okezone.com/ 2. Kompas, 4 Desember 2002, hal.8 3. Kompas, 24 Nopember 2002, hal.30 4. Kompas, 16 Desember 2002 5. Kompas, 10 Desember 2002, hal.1 6. Iskandar Zulkarnaen. Ketua Pusat Studi Sosial Politik, dan Dosen FISIP Universitas Malikussaleh. Peneliti pada The Aceh Institute. Email : is_zulkarnaen@yahoo.com 7. Kompas, 24 Nopember 2002, hal.30 8. ICG Asia Report, No. 17, 12 Juni 2001, Aceh: Kenapa Kekuatan Militer Tidak akan Membawa pada Perdamaian Kekal, hlm.10 9. Jakarta Post, 18 Januari 2000