SlideShare a Scribd company logo
1 of 46
DAFTAR PUSTAKA KODE
A. Habibullah. 2009. “Kebijakan Privatisasi BUMN” : Relasi state, Market dan
Civil Society. Malang: Averoes Press
1
Aswab Mahasin (pengantar), Rustam Ibrahim (editor). 1997. Agenda LSM
Menyongsong tahun 2000. Jakarta: CESDA-LP3ES
2
Denhardt, Janet. V dan Robert. B. Denhardt. 2002. Pelayanan Publik Baru,
dari Manajemen Steering ke Serving. Yogyakarta: Kreasi Wacana
3
Djunedi, P. 2007. Implementasi PubliK Privat Partnership dan Dampaknya ke
APBN. Warta Anggaran , pp. 19-23.
4
Gibelman, Margaret . Spaefcontracting For Social Services: Boom Or Bust For
The Voluntary Sector? : P. 27
5
Good Governance. A Code for the Voluntary and Community Sector:
www.ncoss.org.au
6
Greve, C. 2003. Public Private Partnership in Scandinavia. International Public
Management Review , 59-69.
7
HM Treasury United Kingdom. (2012). A New Approach to Public Private
Partnership. London: Crown.
8
Indra Bastian. 2002. “Privatisasi di Indonesia” : Teori dan Implementasi.
Jakarta: Salemba Empat
9
DAFTAR PUSTAKA KODE
Khanom, N. A. 2009. Conceptual Issues in Defining Public Private Partnerships. Asian
Business Research Conference. pp. 1-19. Canberra: University of Canberra.
11
Mansyur Semma. 2008. Alat Negara dan Korupsi, pemikiran Muchtar Lubis atas
Negara, Manusia, dan Perilaku Politik. Jakarta: Yayasan Obor Indonesia
12
Morris, Robbert . Government and Voluntary Agency Relationships : P. 334 13
Osborne, David dan Ted Gaebler. 1992. Reinventing Government: How The
Entrepreneurial Spirit is Transforming The Public Sector. New York: Plume
14
Parsons. Wayne. 2011. Public Policy: Pengantar Teori & Praktek Analisis Kebijakan.
Jakarta: Kencana Prenada Media Group
15
Riant. D. Nugroho D. 2001. “Reinveting Indonesia“ :Menata Ulang Manajemen
Pemerintah untuk Membangun Indonesia Baru dengan keunggulan Global. Jakarta: Elex
Media Komputindo
16
Tan, V., Allen, & Overy. 2012. Public-Private Partnership. Advocates for International
Development , 1-6.
17
Utama, D. (2010). Prinsip dan Strategi Penerapan Public Private Partnership dalam
Penyediaan Infrastruktur Transportasi. Jurnal Sains dan Teknologi Indonesia Vol. 12 No.3
, 145-151.
18
Utama, D. (2010). Prinsip dan Strategi Penerapan Public Private Partnership dalam
Penyediaan Infrastruktur Transportasi. Jurnal Sains dan Teknologi Indonesia Vol. 12 No.3
, 145-151.
19
APA ITU PUBLIC-PRIVATE PARTNERSHIP
Kemitraan Sektor Publik – Privat (Public-Private
Partnership-PPP) terkenal dengan Pemerintahan
campuran sektoral merupakan:
Pelayanan yang diperankan atas kombinasi
antara organisasi publik dan privat, dan antara
sektor sukarela (lembaga swadaya) dengan agen
“komunitas” terhadap masyarakat sipil. (16 : 499)
 The Issue is not public versus private. It is
competition versus monopoly. (15 : 76)
William J. Parente: Public-Private Partnership (PPP)” is an agreement or contract,
between a public entity and a private party, under which:
 Private party undertakes government function for specified period of
time,
 The private party receives compensation for performing the function,
directly or indirectly,
 The private party is liable for the risks arising from performing the
function and,
 The public facilities, land or other resources may be transferred or made
available to the private party.” ( 4 )
Privatisasi adalah paradigma korporatis, berorientas kepada pasar,
mencari keuntungan dan meminimalkan peran negara dalam
perekonomian. Dalam praktiknya privatisasi adalah menjualan asset-aset
pemerintah secara murah kepada swasta, bahkan asset yang termasuk
hajat hidup orang banyak seperti, air, listrik, jala raya dan lain-lain. (1 :
19)
Privatisasi pada intinya adalah pemindahan pengelolaan dari sektor
publik ke swasta. (1 : 16)
 Kerja sama, dimana PPP selalu merupakan kegiatan kerja
sama dan kolaborasi antara organisasi yang berbeda;
 Kemitraan organisasi publik dengan organisasi swasta;
 Terdapat komitmen bahwa kemitraan dilaksanakan dalam
jangka panjang;
 Hasil PPP ada pada barang dan jasa tertentu.
( 12 )
PPP adalah keterkaitan/sinergi yang berkelanjutan (kontrak kerjasama
jangka panjang) dalam pembangunan proyek untuk meningkatkan pelayanan
umum (pelayanan publik), antara:
 Pemerintah atau pemerintah daerah selaku regulator;
 Perbankan/konsorsium selaku penyandang dana; dan
 Pihak Swasta/BUMN/BUMD selaku Special Purpose Company (SPC) yang
bertanggungjawab atas pelaksanaan suatu proyek mulai dari Desain,
Konstruksi, Pemeliharaan dan Operasional.
( 19 )
 Kebijakan privatisasi dapat dipakai sebagai justifikasi, seperti: untuk
mendapatkan kas, mendapatkan nilai tukar luar negeri, mendapatka utang
luar negeri, mendorong pengembangan industry yang spesifik, mendorong
investasi asing, memperbaiki atau mengembangkan pasar modal,
menyebarkan kepemilikan di sektor ekonomi, dan implementasi pasar
bebas.
(1 : 8)
1) BOT (Build, Operate, Transfer), Swasta membangun,
mengoperasikan fasilitas dan mengembalikannya ke pemerintah
setelah masa konsesi/kontrak berakhir.
2) BTO (Build, Transfer, Operate), Swasta membangun, menyerahkan
asetnya ke pemerintah dan mengoperasikan fasilitas sampai
masa konsesi/kontrak berakhir.
3) ROT (Rehabilitate, Operate, Transfer), Swasta memperbaiki,
mengoperasikan fasilitas dan mengembalikannya ke pemerintah
setelah masa konsesi/kontrak berakhir.
4) BOO (Build, Own, Operate), Swasta membangun, swasta
merupakan pemilik fasilitas dan mengoperasikannya.
5) O&M (Operation and Maintenance), Untuk kasus khusus,
pemerintah membangun, swasta mengoperasikan dan
memelihara.
( 19 )
 PPP memungkinkan sector publik untuk memanfaatkan
keahlian dan efisiensi sektor public dalam
penyelenggaraan fasilitas dan pelayanan yang
sebelumnya dilaksanakan oleh sektor public secara
tradisional.
 PPP memiliki struktur dimana organisasi publik tidak
mengeluarkan biaya, dan modal pelaksanaan proyek
dikeluarkan oleh pihak swasta yang melaksanakan proyek
tersebut.
( 18 )
Di Indonesia, PPP dilaksanakan dengan menerapkan jenis proyek
infrastruktur yang akan dan dapat dikerjasamakan dengan investor
swasta meliputi :
 Transportasi (pelabuhan laut, sungai atau danau, pelabuhan udara,
jaringan rel dan stasiun kereta api)
 Jalan (jalan tol dan jembatan tol)
 Pengairan (saluran pembawa air baku)
 Air minum (bangunan pengambilan air baku, jaringan transmisi,
jaringan distribusi, instalasi pengolahan air minum)
 Air limbah (instalasi pengolah air limbah, jaringan pengumpul dan
jaringan utama) serta sarana persampahan (pengangkut dan tempat
pembuangan)
 Telekomunikasi (jaringan telekomunikasi)
 Ketenagalistrikan (pembangkit, transmisi, dan distribusi tenaga
listrik)
 Minyak dan gas bumi (pengolahan, penyimpanan, pengangkutan,
transmisi atau distribusi migas)
 Indonesia Infrastructure Summit I pada pertengahan Januari 2005
dengan menawarkan 91 proyek kepada investor swasta.
 Indonesia Infrastructure Summit II (Indonesia Infrastructure Conference
and Exhibition 2006) pemerintah menawarkan 111 proyek.
 Sejak saat itu, upaya yang dilakukan untuk mendukung PPP antara
lain: membentuk Komite Kebijakan Percepatan Penyediaan
Infrastruktur (KKPPI), serta harmonisasi, reformasi dan revisi
kebijakan agar market friendly.
( 4 )
Membangun kemitraan (partnership) antara sektor publik
dan privat (atau public-private partnership – PPPs)
dilakukan di sejumlah area kebijakan. Area ini adalah:
 Pembangunan infrastruktur
 Pembaruan urban
 Pembangunan regional
 Training dan pendidikan
 Lingkungan
(16 :499)
Alasan dari ekspansi PPP adalah kesadaran akan
adanya manfaat yang diperoleh pemerintah dalam hal
dana dan keahlian manajemen sektor privat serta
manfaat financial dan manfaat lain yang mungkin bisa
didapatkan dari sektor privat. (16 : 499)
Perkembangan dan Kesuksesan PPP
1. Kondisi awal untuk PPP
 Interdependensi antara kedua sektor tersebut
 Konvergensi tujuan
2. Kondisi sekunder (penghubung)
- Adanya jaringan saluran komunikasi antara sektor publik dan privat
- Adanya broker (perantara) untuk memfasilitasi negosiasi.
3. Kondisi proyek
- Rasa saling percaya (Mutual trust)
- Kejelasan (unambiguity) – dan pencatatan – tujuan dan strategi;
- Kejelasan (unambiguity) – dan pencatatan – pembagian biaya, resiko dan hasil;
- Kejelasan (unambiguity) – dan pencatatan – pembagian tanggung jawab dan otoritas;
- Penentuan penahapan proyek;
- Aturan konflik ditetapkan lebih dulu;
- Legalitas;
- Perlindungan kepentingan dan hak pihak ketiga;
- Dukungan dan fasilitas control yang memadai;
- Pemikiran dan tindakan yang berorientasi pasar dan bisnis;
- Koordinasi “internal”
- Organisasi proyek yang memadai.
(16 : 499-500)
Pentingnya PPP
 Dalam proyek-proyek beerskala besar kemitraan adalah
satu-satunya cara untuk mengatasi problem (seperti
regenerasi urban) dan menangkap peluang (seperti
pengamanan Olimpiade).
(16 : 500)
 Proyek sosial berskala kecil, penggunaan kemitraan
memberi dana tambahan dan keahlian dari sektor privat
bagi pemerintah local, sedangkan sektor privat selain bisa
mendapat keuntungan financial juga bisa mendapat
keuntungan dari promosi dan pengakuan akan tanggung
jawab sosial dan etis bisnis mereka. (16 : 500)
1) Lamanya proyek PPP dapat menciptakan kontrak dan
negosiasi yang rumit dengan biaya transaksi dan legal
yang mahal
2) Terdapat kemungkinan dimana pihak swasta yang
terlibat dalam PPP akan mengambil keuntungan untuk
dirinya yang akan merugikan masyarakat
3) Sifat PPP yang berjangka waktu lama berarti bahwa
manfaat baru bisa dilihat dalam jangka waktu lama
4) Ada kalanya biaya yang dibutuhkan lebih murah tanpa
melalui sekor swasta.
( 18 )
Model relasi mikro yakni relasi kuasa dalam negeri
antara negara, pasar dan masyarakat meliputi tiga
varian utama yaitu;
 Relasi kuasa negara dengan pasar secara umum
bersifat dualitas (sifat khusus).
 Relasi kuasa negara dengan masyarakat secara umum
bersifat asimetris
 Relasi kuasa pasar dengan masyarakat yang secara
umum juga bersifat asimetris di mana pasar
mendominasi negara dan masyarakat
 Relasi ekonomi dalam negeri antara pasar secara
umum bersifat dualistis, pada satu sisi negara
memberikan peluang (enabling) kepada pasar,
namun pada sisi lain negara membatasi (constraining)
pengembangan pasar sebagaimana teori strukturasi.
 Masyarakat kapitalis, kelas elit yang berkuasa
menjalin kerjasama dengan negara dimana
kerjasama tersebut diperlukan untuk memenuhi
kebutuhan structural masing-masing dan bersifat
simbiosis mutualisme. (1 : 99-100)
 Pola relasi kuasa antara negara dengan masyarakat
pada dasarnya bersifat asimetris dalam suasana
dominative dimana negara mendominasi peran-peran
dari masyarakat.
(1 : 106)
Partnership (Kemitraan) antara swasta dan negara dapat
dijadikan pilihan terakhir yang diperlukan untuk menangani
setiap sektor dalam melakukan kegiatan yang saling
melengkapi. Agar vos untuk melaksanakan permintaan
berbasis Pembangunan, mewakili masyrakat yang
termarjinalkan, menghubungkan mereka kepada negara, dan
untuk menawarkan alternatif-alternative dan pengembangan
solusi-solusi yang inovatif, negara harus bersedia untuk terlibat
dalam dialog, terbuka untuk saran dan untuk memperlakukan
swasta sebagai sumber keahlian. Artinya, negara harus
bersedia untuk mempertanyakan asumsi-asumsi mereka sendiri
"apa yang terbaik", dan menyerahkan beberapa tanggung
jawab membentuk perencanaan pembangunan.
( 11 )
 Dapat disimpulkan bahwa pasar lebih dominan dari
negara dan masyarakat, dengan demikiann relavan
teori New Public Service (NPS) yang menganjurkan
adanya administrasi demokratis untuk menjamin
keseimbangan hubungan di antara ketiga actor
tersebut. ( 1 )
 NPS merupakan koreksi terhadap New Public
Management (NPM) dari Osborne dan Gaebler yang
menganggap warga negara sebagai konsumen dalam
program-program mewirausahakan negara termasuk
melalui privatisasi. ( 1 )
Komunitas
 Masyarakat modern melihat kerusakan sense of
community dan organisasi sukarela, dan berlebihnya
tuntutan akan hak-hak individual dengan
mengorbankan tanggung jawab dan kewajiban.
 Dalam term kebijakan komunitarian mengatakan
bahwa pembuat kebijakan haruslah berusaha
membangun institusi sosial perantara untuk menciptakan
kohesi sosial, kebanggaan sipil dan menghadapi efek
dari individualism dan fragmentasi sosial.
(16 : 504)
 Secara signifikan, gelombang baru kebijakan publik
berbasis “komunitas” di era 1990-an mulai muncul
setelah kehancuran kamunitas didaerah-daerah industry
dan kota-kota indistri yang terjadi selama satu decade
sebelumnya. (16:505)
 Komponen penting lainnya dalam campuran
penyampaian kebijakan sektoral adalah “komunitas” –
yang bertentangan dengan “pasar” atau “negara” atau
“hierarki”.
(16:505)
 Secara umum, ide komunitas merujuk kepada kelompok
yang menempati lokasi atau ruang fisik yang sama atau
memiliki kepentingan yang sama, cirri yang sama, atau
karakteristik yang sama. Jadi, dalam “kebijakan
komunitas” konsep tersebut diaplikasikan dalam
pengertian “territorial” atau “nonteritorial”.
(16 : 505)
 Masyarakat sipil semakin terdegradasi haknya dalam sistem politik
oleh kelas profesional dan pelobi yang sangat kuat.
 Merosotnya nilai-nilai kewarganegaraan pada sistem politik para elit
yang ditunggangi oleh kepentingan pribadi dan kelompok elit.
 Adanya ketidakpercayaan, dan kekecewaan warga sipil terhadap
keperintah karena tidak mengekomodir kepentingan rakyat
 Adanya kesadaran warga negara, bahwa hak dan kewajiban
kewarganegaraan mereka belum dimanfaatkan
 Adanya kesadaran dari warga sipil untuk membangun organisasi
kontrabirokrasi untuk menjadi kekuatan eksternal penilai birokrasi.
(3 : 49)
Komunitas itu berupa eksistensi warga negara yang terlibat
dalam segala jenis kelompok sipil, seperti:
 Asosiasi-asosiasi warga negara
 Keluarga-keluarga
 Kelompok-kelompok kerja
 Gereja-gereja
 Kelompok-kelompok lingkungan
 Organisasi-organisasi relawan
 Dan kelompok sosial lainnya.
Kelompok-kelompok ini secara kolektif merencanakan dan
membangun kepentingan-kepentingan mereka untuk masuk ke
dalam sistem politik yang lebih besar.
(3 : 48)
Pembentukan komunitas itu juga adalah sebagai usaha dari
anggota kelompok untuk:
 Membangun sekumpulan (lemabaga perantara) yang sehat
dan aktif yang secara serempak
 Membantu memfokuskan keinginan-keinginan dan
kepentingan-kepentingan warga negara dan
 Memberikan pengalaman-pengalaman yang akan membawa
anggota komunitas untuk masuk ke dalam sistem politik yang
lebih besar
 Mempengaruhi kehidupan politik dan menyampaikan aspirasi
mereka dalam kebijakan pemerintah.
(3 : 48)
 Kepedulian
 Kepercayaan
 Kerja tim
 menJembatani dan merukunkan antar individu dan
kolektivitas
Semua itu diikat bersama suatu sistem yang kuat dan efektif
untuk komunikasi dan pemecahan konflik
(3 : 47)
“pencarian komunitas juga merupakan suatu pencarian
untuk arah dan maksud dalam penetapan kolektif atas
kehidupan individual” (3 : 48)
Investasi diri di dalam komunitas, penerimaan otoritasnya
dan kesediaan untuk mendukung kehidupannya dapat
memberikan identitas, makna pribadi, dan kesempatan
untuk tumbuh dalam kaitannnya dengan standar dalam
prinsip-prinsip pemandu yang dirasakan anggota sebagai
tujuan bersama dari sebuah komunitas. (3 : 48)
SEKTOR SUKARELA (VOLUNTARY)
 Penggunaan lembaga sukarela (voluntary sector)
dan eksklusif untuk memberikan kesepakatan
pemerintah adalah untuk memenuhi mengatur
layanan pemerintah yang membuat tanggung
jawab dengan cara yang paling hemat biaya,
efisien, dan kualitatif. (5)
 lembaga sukarela lebih fleksibel dan inovative (5)
 Mereka memiliki keahlian yang sangat dibutuhkan
pemerintah. (5)
 Lembaga sukarela selalu akuntabel. (5)
 Memiliki semangat kompetitif. (5)
 Penyedia layanan primer yang berkompeten dan
dapat dipercayai oleh publik. (14)
 Mengadvokasi kepentingan publik primer (14)
Voluntary and Community sector
 Charities and other voluntary and community organisations
play a vital role in our lives and they command enormous
public trust and confidence. This is reflected in the
generosity with which people in Britain give their time and
money to charities.
( 6 )
Voluntary sector dan Public Sector
 Di pihak “kiri”, pertumbuhan organisasi sukarela sebagai agen
atau instrument kebijakan pemerintah dianggap sebagai tanda
dari krisis negara liberal di masyarakat kapitalis.
(16 : 501)
 Di pihak “kanan” , munculnya negara kesejahteraan dan
ambruknya pelayanan sukarela dan self-help merupakan
perkembangan yang menggangu, dan dari sudut pandang ini
masa depan kebijakan sosial mengarah pada perkembangan
sistem yang tidak terlalu didominasi negara di mana sektor
sukarela memiliki peran yang lebih luas dalam menyampaikan
pelayanan berdasarkan kontrak (16 : 501).
 “ide” sektor sukarela harus digantikan dengan gagasan “sektor
ketiga”. (16 : 501)
 Bantuan atau amal (charity) adalah bisnis besar.
(16 : 502)
 Sektor sukarela akan menyerupai organisasi yang memberi
dukungan dana di bidang mereka.
(16 : 502)
 Agen-agen publik mungkin menjadi tergantung kepada sektor
sukarela untuk memberikan pelayanan yang sulit mereka
sediakan atau karena mereka tidak punya sumber daya untuk
menyediakannya atau karena memang pelayanan itu
biasanya dikerjakan oleh sektor sukarela.
(16 : 503)
 Partisipasi sektor swasta dalam mendukung organisasi
sukarela mengindikasikan bahwa sektor privat
memandang bahwa aktivitas seperti itu memberi
peluang menjalin hubungan dengan masyarakat dan
berpotensi mempromosikan citra etis dari organisasi
dengan baik. Efek limpahan dari keterlibatan
manajeme sektor privat dalam sektor sukarela juga
dianggap membawa manfaat yang lebih besar bagi
perusahaan dan bisnis
(16 : 503)
 Bahayanya adalah bahwa hubungan yang makin erat
antara negara dengan sektor privat dan sukarela
akan menimbulkan efek membahayakan terhadap
independensi agen-agen sukarela qua penyedia
pelayanan yang berkompetensi mencari sumber daya.
(16:503)
 Kontribusi yang mereka berikan sebagai pengkritik
pemerintah akan melemah karena adanya “budaya
kontrak” (contract culture), dimana kritik akan
menyebabkan hilangnya dana dan kontrak
(16 : 503-504)
Voluntary and Community sector
 Voluntary and Community sector, which focuses on the
key principles that trustees and board members
should follow and provides clear information about
what those principles imply in practice. ( 6 )
 As voluntary and community organisations driven by
altruistic values and working for public benefit, we
are increasingly expected to demonstrate how well
we are governed. Good governance is a vital part of
how voluntary and community organisations operate
and are held accountable. ( 6 )
All sectors – public, private and voluntary is the agenda in
Governance. As voluntary and community organisations
driven by altruistic values and working for public benefit,
we are increasingly expected to demonstrate how well we
are governed. Good governance is a vital part of how
voluntary and community organisations operate and are
held accountable. ( 16 )
 The voluntary and community sector is The principles of
good governance. All board members will need to have
access to more detailed guidance on their legal duties.
Charity trustees will also need to refer to Charity
Commission guidance on charity law and regulation.
( 6 )
The Voluntary and Community sector arose from directly
expressed needs in the sector.
 These came from organisations which wanted guidance to
clarify the main principles of governance and to help
them in decision making, accountability and the work of
their boards.
 In response to these demands, a group of voluntary
sector infrastructure associations, with the Charity
Commission, came together and decided to work towards
developing the Code. Vitally, the Code was developed
by and for voluntary and community organisations.
( 6 )
TERIMA KASIH

More Related Content

What's hot

Sistem, Proses, Mekanisme, dan Dokumen Perencanaan Pembangunan Nasional Sesua...
Sistem, Proses, Mekanisme, dan Dokumen Perencanaan Pembangunan Nasional Sesua...Sistem, Proses, Mekanisme, dan Dokumen Perencanaan Pembangunan Nasional Sesua...
Sistem, Proses, Mekanisme, dan Dokumen Perencanaan Pembangunan Nasional Sesua...Dadang Solihin
 
Contoh Penerapan Agenda Setting & Perumusan Kebijakan
Contoh Penerapan Agenda Setting & Perumusan KebijakanContoh Penerapan Agenda Setting & Perumusan Kebijakan
Contoh Penerapan Agenda Setting & Perumusan KebijakanTri Widodo W. UTOMO
 
Cara Menghitung Indeks Pembangunan Manusia
Cara Menghitung Indeks Pembangunan ManusiaCara Menghitung Indeks Pembangunan Manusia
Cara Menghitung Indeks Pembangunan ManusiaRandy Wrihatnolo
 
Kebijakan investasi di indonesia
Kebijakan  investasi di indonesiaKebijakan  investasi di indonesia
Kebijakan investasi di indonesiaSugeng Budiharsono
 
PENGEMBANGAN KERJASAMA PEMERINTAH- SWASTA
PENGEMBANGAN KERJASAMA PEMERINTAH- SWASTA PENGEMBANGAN KERJASAMA PEMERINTAH- SWASTA
PENGEMBANGAN KERJASAMA PEMERINTAH- SWASTA Anton Riyanto
 
Perencanaan Pembangunan Daerah: Konsep, Strategi, Tahapan, dan Proses
Perencanaan Pembangunan Daerah: Konsep, Strategi, Tahapan, dan ProsesPerencanaan Pembangunan Daerah: Konsep, Strategi, Tahapan, dan Proses
Perencanaan Pembangunan Daerah: Konsep, Strategi, Tahapan, dan ProsesDadang Solihin
 
Makalah perencanaan strategis [lengkap]
Makalah perencanaan strategis [lengkap]Makalah perencanaan strategis [lengkap]
Makalah perencanaan strategis [lengkap]Fajar Jabrik
 
Konsep Dasar Perencanaan
Konsep Dasar PerencanaanKonsep Dasar Perencanaan
Konsep Dasar PerencanaanDadang Solihin
 
TUGAS NEGOSIASI NEGOSIASI, MEDIASI & ARBITRASE
TUGAS NEGOSIASI NEGOSIASI, MEDIASI & ARBITRASETUGAS NEGOSIASI NEGOSIASI, MEDIASI & ARBITRASE
TUGAS NEGOSIASI NEGOSIASI, MEDIASI & ARBITRASEeddy sanusi silitonga
 
Adapun perbedaan kelembagaan dan tugas kenegaraaan sebelum dan sesudah amande...
Adapun perbedaan kelembagaan dan tugas kenegaraaan sebelum dan sesudah amande...Adapun perbedaan kelembagaan dan tugas kenegaraaan sebelum dan sesudah amande...
Adapun perbedaan kelembagaan dan tugas kenegaraaan sebelum dan sesudah amande...Eva Yusinta
 
Benda berwujud dan tidak berwujud sebagai objek hukum
Benda berwujud dan tidak berwujud sebagai objek hukumBenda berwujud dan tidak berwujud sebagai objek hukum
Benda berwujud dan tidak berwujud sebagai objek hukumrabu12
 
Paradigma dalam pembangunan sosial (percentation)
Paradigma dalam pembangunan sosial (percentation)Paradigma dalam pembangunan sosial (percentation)
Paradigma dalam pembangunan sosial (percentation)Islamic University
 
Anggaran Berbasis Kinerja dalam Perencanaan dan Penganggaran Pembangunan
Anggaran Berbasis Kinerja dalam Perencanaan dan Penganggaran PembangunanAnggaran Berbasis Kinerja dalam Perencanaan dan Penganggaran Pembangunan
Anggaran Berbasis Kinerja dalam Perencanaan dan Penganggaran PembangunanDadang Solihin
 

What's hot (20)

Sistem, Proses, Mekanisme, dan Dokumen Perencanaan Pembangunan Nasional Sesua...
Sistem, Proses, Mekanisme, dan Dokumen Perencanaan Pembangunan Nasional Sesua...Sistem, Proses, Mekanisme, dan Dokumen Perencanaan Pembangunan Nasional Sesua...
Sistem, Proses, Mekanisme, dan Dokumen Perencanaan Pembangunan Nasional Sesua...
 
Analisis Kebijakan Publik
Analisis Kebijakan PublikAnalisis Kebijakan Publik
Analisis Kebijakan Publik
 
Contoh Penerapan Agenda Setting & Perumusan Kebijakan
Contoh Penerapan Agenda Setting & Perumusan KebijakanContoh Penerapan Agenda Setting & Perumusan Kebijakan
Contoh Penerapan Agenda Setting & Perumusan Kebijakan
 
Cara Menghitung Indeks Pembangunan Manusia
Cara Menghitung Indeks Pembangunan ManusiaCara Menghitung Indeks Pembangunan Manusia
Cara Menghitung Indeks Pembangunan Manusia
 
Formulasi kebijakan
Formulasi kebijakanFormulasi kebijakan
Formulasi kebijakan
 
Manajemen Pembangunan
Manajemen  PembangunanManajemen  Pembangunan
Manajemen Pembangunan
 
Pertemuan ke 10 - analisis kebijakan sosial
Pertemuan ke 10 - analisis kebijakan sosialPertemuan ke 10 - analisis kebijakan sosial
Pertemuan ke 10 - analisis kebijakan sosial
 
Kebijakan investasi di indonesia
Kebijakan  investasi di indonesiaKebijakan  investasi di indonesia
Kebijakan investasi di indonesia
 
PENGEMBANGAN KERJASAMA PEMERINTAH- SWASTA
PENGEMBANGAN KERJASAMA PEMERINTAH- SWASTA PENGEMBANGAN KERJASAMA PEMERINTAH- SWASTA
PENGEMBANGAN KERJASAMA PEMERINTAH- SWASTA
 
Public Private Partnership
Public Private PartnershipPublic Private Partnership
Public Private Partnership
 
Perencanaan Pembangunan Daerah: Konsep, Strategi, Tahapan, dan Proses
Perencanaan Pembangunan Daerah: Konsep, Strategi, Tahapan, dan ProsesPerencanaan Pembangunan Daerah: Konsep, Strategi, Tahapan, dan Proses
Perencanaan Pembangunan Daerah: Konsep, Strategi, Tahapan, dan Proses
 
Makalah perencanaan strategis [lengkap]
Makalah perencanaan strategis [lengkap]Makalah perencanaan strategis [lengkap]
Makalah perencanaan strategis [lengkap]
 
Konsep Dasar Perencanaan
Konsep Dasar PerencanaanKonsep Dasar Perencanaan
Konsep Dasar Perencanaan
 
Public choice
Public choicePublic choice
Public choice
 
TUGAS NEGOSIASI NEGOSIASI, MEDIASI & ARBITRASE
TUGAS NEGOSIASI NEGOSIASI, MEDIASI & ARBITRASETUGAS NEGOSIASI NEGOSIASI, MEDIASI & ARBITRASE
TUGAS NEGOSIASI NEGOSIASI, MEDIASI & ARBITRASE
 
Adapun perbedaan kelembagaan dan tugas kenegaraaan sebelum dan sesudah amande...
Adapun perbedaan kelembagaan dan tugas kenegaraaan sebelum dan sesudah amande...Adapun perbedaan kelembagaan dan tugas kenegaraaan sebelum dan sesudah amande...
Adapun perbedaan kelembagaan dan tugas kenegaraaan sebelum dan sesudah amande...
 
Benda berwujud dan tidak berwujud sebagai objek hukum
Benda berwujud dan tidak berwujud sebagai objek hukumBenda berwujud dan tidak berwujud sebagai objek hukum
Benda berwujud dan tidak berwujud sebagai objek hukum
 
Paradigma dalam pembangunan sosial (percentation)
Paradigma dalam pembangunan sosial (percentation)Paradigma dalam pembangunan sosial (percentation)
Paradigma dalam pembangunan sosial (percentation)
 
Rencana Pembangunan Jangka Panjang (RPJPN) 2015-2025
Rencana Pembangunan Jangka Panjang (RPJPN) 2015-2025Rencana Pembangunan Jangka Panjang (RPJPN) 2015-2025
Rencana Pembangunan Jangka Panjang (RPJPN) 2015-2025
 
Anggaran Berbasis Kinerja dalam Perencanaan dan Penganggaran Pembangunan
Anggaran Berbasis Kinerja dalam Perencanaan dan Penganggaran PembangunanAnggaran Berbasis Kinerja dalam Perencanaan dan Penganggaran Pembangunan
Anggaran Berbasis Kinerja dalam Perencanaan dan Penganggaran Pembangunan
 

Viewers also liked

Kerjasama Swasta - Pemerintah di Indonesia dalam Penyediaan Air Minum. Buku P...
Kerjasama Swasta - Pemerintah di Indonesia dalam Penyediaan Air Minum. Buku P...Kerjasama Swasta - Pemerintah di Indonesia dalam Penyediaan Air Minum. Buku P...
Kerjasama Swasta - Pemerintah di Indonesia dalam Penyediaan Air Minum. Buku P...Oswar Mungkasa
 
Teori agenda setting
Teori agenda setting Teori agenda setting
Teori agenda setting mankoma2013
 
Organisasi & Manajemen Pemerintahan
Organisasi & Manajemen PemerintahanOrganisasi & Manajemen Pemerintahan
Organisasi & Manajemen PemerintahanTri Widodo W. UTOMO
 
Inovasi dan Inisiatif Program Legislasi
Inovasi dan Inisiatif Program LegislasiInovasi dan Inisiatif Program Legislasi
Inovasi dan Inisiatif Program LegislasiTri Widodo W. UTOMO
 
Non governmental organizations
Non  governmental organizationsNon  governmental organizations
Non governmental organizationsNabil Garry
 

Viewers also liked (6)

Agenda setting
Agenda settingAgenda setting
Agenda setting
 
Kerjasama Swasta - Pemerintah di Indonesia dalam Penyediaan Air Minum. Buku P...
Kerjasama Swasta - Pemerintah di Indonesia dalam Penyediaan Air Minum. Buku P...Kerjasama Swasta - Pemerintah di Indonesia dalam Penyediaan Air Minum. Buku P...
Kerjasama Swasta - Pemerintah di Indonesia dalam Penyediaan Air Minum. Buku P...
 
Teori agenda setting
Teori agenda setting Teori agenda setting
Teori agenda setting
 
Organisasi & Manajemen Pemerintahan
Organisasi & Manajemen PemerintahanOrganisasi & Manajemen Pemerintahan
Organisasi & Manajemen Pemerintahan
 
Inovasi dan Inisiatif Program Legislasi
Inovasi dan Inisiatif Program LegislasiInovasi dan Inisiatif Program Legislasi
Inovasi dan Inisiatif Program Legislasi
 
Non governmental organizations
Non  governmental organizationsNon  governmental organizations
Non governmental organizations
 

Similar to OPTIMASI PPP

Proses Penjaminan Proyek Kerjasama Pemerintah Swasta. Konteks Dukungan Fiskal...
Proses Penjaminan Proyek Kerjasama Pemerintah Swasta. Konteks Dukungan Fiskal...Proses Penjaminan Proyek Kerjasama Pemerintah Swasta. Konteks Dukungan Fiskal...
Proses Penjaminan Proyek Kerjasama Pemerintah Swasta. Konteks Dukungan Fiskal...Oswar Mungkasa
 
Prakarsa juli-2010-ina-colour
Prakarsa juli-2010-ina-colourPrakarsa juli-2010-ina-colour
Prakarsa juli-2010-ina-colourtedy2629
 
Kajian Pola Kemitraan Pemerintah Kota Dengan Swasta Dalam Pembangunan Daerah ...
Kajian Pola Kemitraan Pemerintah Kota Dengan Swasta Dalam Pembangunan Daerah ...Kajian Pola Kemitraan Pemerintah Kota Dengan Swasta Dalam Pembangunan Daerah ...
Kajian Pola Kemitraan Pemerintah Kota Dengan Swasta Dalam Pembangunan Daerah ...Bidang ANDROIDA-Puslatbang KDOD LAN
 
Kajian ”Pola Kemitraan Pemerintah Kota Dengan Swasta Dalam Pembangunan Daerah...
Kajian ”Pola Kemitraan Pemerintah Kota Dengan Swasta Dalam Pembangunan Daerah...Kajian ”Pola Kemitraan Pemerintah Kota Dengan Swasta Dalam Pembangunan Daerah...
Kajian ”Pola Kemitraan Pemerintah Kota Dengan Swasta Dalam Pembangunan Daerah...Tri Widodo W. UTOMO
 
Modul 7 manajemen investasi ti sektor pemerintah
Modul 7 manajemen investasi ti sektor pemerintahModul 7 manajemen investasi ti sektor pemerintah
Modul 7 manajemen investasi ti sektor pemerintahIr. Zakaria, M.M
 
Mini Workshop Infrastruktur Daerah - Skema KPBU - 2018
Mini Workshop Infrastruktur Daerah - Skema KPBU - 2018Mini Workshop Infrastruktur Daerah - Skema KPBU - 2018
Mini Workshop Infrastruktur Daerah - Skema KPBU - 2018H2O Management
 
Aspek Perumahan Dan Permukiman
Aspek Perumahan Dan PermukimanAspek Perumahan Dan Permukiman
Aspek Perumahan Dan Permukimanpindotutuko
 
16109-30657-1-PB.pdf
16109-30657-1-PB.pdf16109-30657-1-PB.pdf
16109-30657-1-PB.pdfSeptianAnsori
 
F3603 kpbu dan_fasilitas_dan_dp_-_batam_27_agustus_rev1
F3603 kpbu dan_fasilitas_dan_dp_-_batam_27_agustus_rev1F3603 kpbu dan_fasilitas_dan_dp_-_batam_27_agustus_rev1
F3603 kpbu dan_fasilitas_dan_dp_-_batam_27_agustus_rev1ssuser167cff
 
Pengembangan Berorientasi Transit Berkeadilan. Konsep Dasar dan Pembelajaran
Pengembangan Berorientasi Transit Berkeadilan. Konsep Dasar dan PembelajaranPengembangan Berorientasi Transit Berkeadilan. Konsep Dasar dan Pembelajaran
Pengembangan Berorientasi Transit Berkeadilan. Konsep Dasar dan Pembelajaranoswarmungkasa1
 
Pelatihan KPBU Dasar - PAPKPBUI .pptx
Pelatihan KPBU Dasar - PAPKPBUI .pptxPelatihan KPBU Dasar - PAPKPBUI .pptx
Pelatihan KPBU Dasar - PAPKPBUI .pptxBillBagas
 
Laporan. Pelaksanaan Kegiatan Kedeputian Gubernur DKI Jakarta bidang Tata Rua...
Laporan. Pelaksanaan Kegiatan Kedeputian Gubernur DKI Jakarta bidang Tata Rua...Laporan. Pelaksanaan Kegiatan Kedeputian Gubernur DKI Jakarta bidang Tata Rua...
Laporan. Pelaksanaan Kegiatan Kedeputian Gubernur DKI Jakarta bidang Tata Rua...Oswar Mungkasa
 
LMCP1532 Pembangunan Bandar Mapan - Tugasan 5 (Agenda Tempatan 21 di Kuala Krai)
LMCP1532 Pembangunan Bandar Mapan - Tugasan 5 (Agenda Tempatan 21 di Kuala Krai)LMCP1532 Pembangunan Bandar Mapan - Tugasan 5 (Agenda Tempatan 21 di Kuala Krai)
LMCP1532 Pembangunan Bandar Mapan - Tugasan 5 (Agenda Tempatan 21 di Kuala Krai)Amirah Mahmood
 
Pembangunan yang Memberdayakan dan Memajukan Masyarakat DKI Jakarta
Pembangunan yang Memberdayakan dan Memajukan Masyarakat DKI JakartaPembangunan yang Memberdayakan dan Memajukan Masyarakat DKI Jakarta
Pembangunan yang Memberdayakan dan Memajukan Masyarakat DKI Jakartamusniumar
 
GG dan Paradigma Baru Manajemen Pembangunan
GG dan Paradigma Baru Manajemen PembangunanGG dan Paradigma Baru Manajemen Pembangunan
GG dan Paradigma Baru Manajemen PembangunanTri Widodo W. UTOMO
 

Similar to OPTIMASI PPP (20)

pembiayaan Pembangunan
pembiayaan Pembangunanpembiayaan Pembangunan
pembiayaan Pembangunan
 
Proses Penjaminan Proyek Kerjasama Pemerintah Swasta. Konteks Dukungan Fiskal...
Proses Penjaminan Proyek Kerjasama Pemerintah Swasta. Konteks Dukungan Fiskal...Proses Penjaminan Proyek Kerjasama Pemerintah Swasta. Konteks Dukungan Fiskal...
Proses Penjaminan Proyek Kerjasama Pemerintah Swasta. Konteks Dukungan Fiskal...
 
Prakarsa juli-2010-ina-colour
Prakarsa juli-2010-ina-colourPrakarsa juli-2010-ina-colour
Prakarsa juli-2010-ina-colour
 
Kajian Pola Kemitraan Pemerintah Kota Dengan Swasta Dalam Pembangunan Daerah ...
Kajian Pola Kemitraan Pemerintah Kota Dengan Swasta Dalam Pembangunan Daerah ...Kajian Pola Kemitraan Pemerintah Kota Dengan Swasta Dalam Pembangunan Daerah ...
Kajian Pola Kemitraan Pemerintah Kota Dengan Swasta Dalam Pembangunan Daerah ...
 
Paper ppp
Paper pppPaper ppp
Paper ppp
 
Kajian ”Pola Kemitraan Pemerintah Kota Dengan Swasta Dalam Pembangunan Daerah...
Kajian ”Pola Kemitraan Pemerintah Kota Dengan Swasta Dalam Pembangunan Daerah...Kajian ”Pola Kemitraan Pemerintah Kota Dengan Swasta Dalam Pembangunan Daerah...
Kajian ”Pola Kemitraan Pemerintah Kota Dengan Swasta Dalam Pembangunan Daerah...
 
Modul 7 manajemen investasi ti sektor pemerintah
Modul 7 manajemen investasi ti sektor pemerintahModul 7 manajemen investasi ti sektor pemerintah
Modul 7 manajemen investasi ti sektor pemerintah
 
Mini Workshop Infrastruktur Daerah - Skema KPBU - 2018
Mini Workshop Infrastruktur Daerah - Skema KPBU - 2018Mini Workshop Infrastruktur Daerah - Skema KPBU - 2018
Mini Workshop Infrastruktur Daerah - Skema KPBU - 2018
 
Aspek Perumahan Dan Permukiman
Aspek Perumahan Dan PermukimanAspek Perumahan Dan Permukiman
Aspek Perumahan Dan Permukiman
 
Keterbukaan Kontrak dan Pengungkapan Beneficial Ownership
Keterbukaan Kontrak dan Pengungkapan Beneficial OwnershipKeterbukaan Kontrak dan Pengungkapan Beneficial Ownership
Keterbukaan Kontrak dan Pengungkapan Beneficial Ownership
 
16109-30657-1-PB.pdf
16109-30657-1-PB.pdf16109-30657-1-PB.pdf
16109-30657-1-PB.pdf
 
Bahan KPBU.pptx
Bahan KPBU.pptxBahan KPBU.pptx
Bahan KPBU.pptx
 
F3603 kpbu dan_fasilitas_dan_dp_-_batam_27_agustus_rev1
F3603 kpbu dan_fasilitas_dan_dp_-_batam_27_agustus_rev1F3603 kpbu dan_fasilitas_dan_dp_-_batam_27_agustus_rev1
F3603 kpbu dan_fasilitas_dan_dp_-_batam_27_agustus_rev1
 
Pengembangan Berorientasi Transit Berkeadilan. Konsep Dasar dan Pembelajaran
Pengembangan Berorientasi Transit Berkeadilan. Konsep Dasar dan PembelajaranPengembangan Berorientasi Transit Berkeadilan. Konsep Dasar dan Pembelajaran
Pengembangan Berorientasi Transit Berkeadilan. Konsep Dasar dan Pembelajaran
 
Pelatihan KPBU Dasar - PAPKPBUI .pptx
Pelatihan KPBU Dasar - PAPKPBUI .pptxPelatihan KPBU Dasar - PAPKPBUI .pptx
Pelatihan KPBU Dasar - PAPKPBUI .pptx
 
Laporan. Pelaksanaan Kegiatan Kedeputian Gubernur DKI Jakarta bidang Tata Rua...
Laporan. Pelaksanaan Kegiatan Kedeputian Gubernur DKI Jakarta bidang Tata Rua...Laporan. Pelaksanaan Kegiatan Kedeputian Gubernur DKI Jakarta bidang Tata Rua...
Laporan. Pelaksanaan Kegiatan Kedeputian Gubernur DKI Jakarta bidang Tata Rua...
 
Surat PWYP Indonesia Open Contract EITI
Surat PWYP Indonesia Open Contract EITISurat PWYP Indonesia Open Contract EITI
Surat PWYP Indonesia Open Contract EITI
 
LMCP1532 Pembangunan Bandar Mapan - Tugasan 5 (Agenda Tempatan 21 di Kuala Krai)
LMCP1532 Pembangunan Bandar Mapan - Tugasan 5 (Agenda Tempatan 21 di Kuala Krai)LMCP1532 Pembangunan Bandar Mapan - Tugasan 5 (Agenda Tempatan 21 di Kuala Krai)
LMCP1532 Pembangunan Bandar Mapan - Tugasan 5 (Agenda Tempatan 21 di Kuala Krai)
 
Pembangunan yang Memberdayakan dan Memajukan Masyarakat DKI Jakarta
Pembangunan yang Memberdayakan dan Memajukan Masyarakat DKI JakartaPembangunan yang Memberdayakan dan Memajukan Masyarakat DKI Jakarta
Pembangunan yang Memberdayakan dan Memajukan Masyarakat DKI Jakarta
 
GG dan Paradigma Baru Manajemen Pembangunan
GG dan Paradigma Baru Manajemen PembangunanGG dan Paradigma Baru Manajemen Pembangunan
GG dan Paradigma Baru Manajemen Pembangunan
 

More from Ely Goro Leba

Good governance sebagai agenda reformasi
Good governance sebagai agenda reformasiGood governance sebagai agenda reformasi
Good governance sebagai agenda reformasiEly Goro Leba
 
Manajemen usaha ternak Di NTT
Manajemen usaha ternak Di NTTManajemen usaha ternak Di NTT
Manajemen usaha ternak Di NTTEly Goro Leba
 
Hardiknas dan pendidikan di ntt
Hardiknas dan pendidikan di nttHardiknas dan pendidikan di ntt
Hardiknas dan pendidikan di nttEly Goro Leba
 
Pola hubungan antara laki laki dan perempuan dalam birokrasi
Pola hubungan antara laki laki dan perempuan dalam birokrasiPola hubungan antara laki laki dan perempuan dalam birokrasi
Pola hubungan antara laki laki dan perempuan dalam birokrasiEly Goro Leba
 
Teori teori aliran klasik
Teori teori aliran klasikTeori teori aliran klasik
Teori teori aliran klasikEly Goro Leba
 
Sistem Kerja OUTSOURCING dengan Segala Keuntungan dan Kerugiannya
Sistem Kerja OUTSOURCING dengan Segala Keuntungan dan KerugiannyaSistem Kerja OUTSOURCING dengan Segala Keuntungan dan Kerugiannya
Sistem Kerja OUTSOURCING dengan Segala Keuntungan dan KerugiannyaEly Goro Leba
 
Perkembangan agama kristen protestan
Perkembangan agama kristen protestanPerkembangan agama kristen protestan
Perkembangan agama kristen protestanEly Goro Leba
 
Pembangunan ekonomi regional
Pembangunan ekonomi regionalPembangunan ekonomi regional
Pembangunan ekonomi regionalEly Goro Leba
 
Panca pelayanan GEREJA MASEHI INJILI DI TIMOR (GMIT)
Panca pelayanan GEREJA MASEHI INJILI DI TIMOR (GMIT)Panca pelayanan GEREJA MASEHI INJILI DI TIMOR (GMIT)
Panca pelayanan GEREJA MASEHI INJILI DI TIMOR (GMIT)Ely Goro Leba
 
Negara Kesatuan Republik Indonesia DAN KESEJAHTERAAN RAKYAT
Negara Kesatuan Republik Indonesia DAN KESEJAHTERAAN RAKYATNegara Kesatuan Republik Indonesia DAN KESEJAHTERAAN RAKYAT
Negara Kesatuan Republik Indonesia DAN KESEJAHTERAAN RAKYATEly Goro Leba
 
Gereja dan nabi palsu iman kristen vs ajaran sesat
Gereja dan nabi palsu  iman kristen vs ajaran sesatGereja dan nabi palsu  iman kristen vs ajaran sesat
Gereja dan nabi palsu iman kristen vs ajaran sesatEly Goro Leba
 
Konsep pemerintah dan pemerintahan
Konsep pemerintah dan pemerintahanKonsep pemerintah dan pemerintahan
Konsep pemerintah dan pemerintahanEly Goro Leba
 
Analisis konflik Gerakan Aceh Merdeka (GAM)-Republik Indonesia (RI)
Analisis konflik Gerakan Aceh Merdeka (GAM)-Republik Indonesia (RI)Analisis konflik Gerakan Aceh Merdeka (GAM)-Republik Indonesia (RI)
Analisis konflik Gerakan Aceh Merdeka (GAM)-Republik Indonesia (RI)Ely Goro Leba
 
Efektivitas organisasi dan manajemen
Efektivitas organisasi dan manajemenEfektivitas organisasi dan manajemen
Efektivitas organisasi dan manajemenEly Goro Leba
 
Korban lakalantas bisa gugat pemerintah
Korban lakalantas bisa gugat pemerintahKorban lakalantas bisa gugat pemerintah
Korban lakalantas bisa gugat pemerintahEly Goro Leba
 
Model model evaluasi
Model model  evaluasiModel model  evaluasi
Model model evaluasiEly Goro Leba
 

More from Ely Goro Leba (20)

Uud nri tahun 1945
Uud nri tahun 1945Uud nri tahun 1945
Uud nri tahun 1945
 
Good governance sebagai agenda reformasi
Good governance sebagai agenda reformasiGood governance sebagai agenda reformasi
Good governance sebagai agenda reformasi
 
Manajemen usaha ternak Di NTT
Manajemen usaha ternak Di NTTManajemen usaha ternak Di NTT
Manajemen usaha ternak Di NTT
 
Hardiknas dan pendidikan di ntt
Hardiknas dan pendidikan di nttHardiknas dan pendidikan di ntt
Hardiknas dan pendidikan di ntt
 
Krisis nasionalisme
Krisis nasionalismeKrisis nasionalisme
Krisis nasionalisme
 
Pola hubungan antara laki laki dan perempuan dalam birokrasi
Pola hubungan antara laki laki dan perempuan dalam birokrasiPola hubungan antara laki laki dan perempuan dalam birokrasi
Pola hubungan antara laki laki dan perempuan dalam birokrasi
 
Teori teori aliran klasik
Teori teori aliran klasikTeori teori aliran klasik
Teori teori aliran klasik
 
Sistem Kerja OUTSOURCING dengan Segala Keuntungan dan Kerugiannya
Sistem Kerja OUTSOURCING dengan Segala Keuntungan dan KerugiannyaSistem Kerja OUTSOURCING dengan Segala Keuntungan dan Kerugiannya
Sistem Kerja OUTSOURCING dengan Segala Keuntungan dan Kerugiannya
 
Perkembangan agama kristen protestan
Perkembangan agama kristen protestanPerkembangan agama kristen protestan
Perkembangan agama kristen protestan
 
Pembangunan ekonomi regional
Pembangunan ekonomi regionalPembangunan ekonomi regional
Pembangunan ekonomi regional
 
Panca pelayanan GEREJA MASEHI INJILI DI TIMOR (GMIT)
Panca pelayanan GEREJA MASEHI INJILI DI TIMOR (GMIT)Panca pelayanan GEREJA MASEHI INJILI DI TIMOR (GMIT)
Panca pelayanan GEREJA MASEHI INJILI DI TIMOR (GMIT)
 
Negara Kesatuan Republik Indonesia DAN KESEJAHTERAAN RAKYAT
Negara Kesatuan Republik Indonesia DAN KESEJAHTERAAN RAKYATNegara Kesatuan Republik Indonesia DAN KESEJAHTERAAN RAKYAT
Negara Kesatuan Republik Indonesia DAN KESEJAHTERAAN RAKYAT
 
Gereja dan nabi palsu iman kristen vs ajaran sesat
Gereja dan nabi palsu  iman kristen vs ajaran sesatGereja dan nabi palsu  iman kristen vs ajaran sesat
Gereja dan nabi palsu iman kristen vs ajaran sesat
 
Konsep pemerintah dan pemerintahan
Konsep pemerintah dan pemerintahanKonsep pemerintah dan pemerintahan
Konsep pemerintah dan pemerintahan
 
Desain organisasi
Desain organisasiDesain organisasi
Desain organisasi
 
Bakteri dan fungi
Bakteri dan fungiBakteri dan fungi
Bakteri dan fungi
 
Analisis konflik Gerakan Aceh Merdeka (GAM)-Republik Indonesia (RI)
Analisis konflik Gerakan Aceh Merdeka (GAM)-Republik Indonesia (RI)Analisis konflik Gerakan Aceh Merdeka (GAM)-Republik Indonesia (RI)
Analisis konflik Gerakan Aceh Merdeka (GAM)-Republik Indonesia (RI)
 
Efektivitas organisasi dan manajemen
Efektivitas organisasi dan manajemenEfektivitas organisasi dan manajemen
Efektivitas organisasi dan manajemen
 
Korban lakalantas bisa gugat pemerintah
Korban lakalantas bisa gugat pemerintahKorban lakalantas bisa gugat pemerintah
Korban lakalantas bisa gugat pemerintah
 
Model model evaluasi
Model model  evaluasiModel model  evaluasi
Model model evaluasi
 

Recently uploaded

evaluasi essay agenda 3 pelatihan kepemimpinan administrator
evaluasi essay agenda 3 pelatihan kepemimpinan administratorevaluasi essay agenda 3 pelatihan kepemimpinan administrator
evaluasi essay agenda 3 pelatihan kepemimpinan administratorDi Prihantony
 
Agenda III - Organisasi Digital - updated.pdf
Agenda III - Organisasi Digital - updated.pdfAgenda III - Organisasi Digital - updated.pdf
Agenda III - Organisasi Digital - updated.pdfHeru Syah Putra
 
Sosialisasi OSS RBA dan SIINAs Tahun 2024
Sosialisasi OSS RBA dan SIINAs Tahun 2024Sosialisasi OSS RBA dan SIINAs Tahun 2024
Sosialisasi OSS RBA dan SIINAs Tahun 2024DEDI45443
 
emka_Slide Recall Modul Melakukan Perencanaan PBJP Level 1 V3.1.pptx
emka_Slide Recall Modul Melakukan Perencanaan PBJP Level 1 V3.1.pptxemka_Slide Recall Modul Melakukan Perencanaan PBJP Level 1 V3.1.pptx
emka_Slide Recall Modul Melakukan Perencanaan PBJP Level 1 V3.1.pptxAmandaJesica
 
Upaya Indonesia dalam menyelesaikan sengketa dengan Timor Timur hingga tercip...
Upaya Indonesia dalam menyelesaikan sengketa dengan Timor Timur hingga tercip...Upaya Indonesia dalam menyelesaikan sengketa dengan Timor Timur hingga tercip...
Upaya Indonesia dalam menyelesaikan sengketa dengan Timor Timur hingga tercip...mayfanalf
 
mata pelajaran geografi ANTROPOSFER 2.ppt
mata pelajaran geografi ANTROPOSFER 2.pptmata pelajaran geografi ANTROPOSFER 2.ppt
mata pelajaran geografi ANTROPOSFER 2.pptMuhammadNorman9
 
UUD NRI TAHUN 1945 TENTANG HAK DAN KEWAJIBAN PASAL 28D AYAT 1
UUD NRI TAHUN 1945 TENTANG HAK DAN KEWAJIBAN PASAL 28D AYAT 1UUD NRI TAHUN 1945 TENTANG HAK DAN KEWAJIBAN PASAL 28D AYAT 1
UUD NRI TAHUN 1945 TENTANG HAK DAN KEWAJIBAN PASAL 28D AYAT 1RomaDoni5
 
INDIKATOR DAN SUB INDIKATOR MCP PELAYANAN PUBLIK.pdf
INDIKATOR DAN SUB INDIKATOR MCP PELAYANAN PUBLIK.pdfINDIKATOR DAN SUB INDIKATOR MCP PELAYANAN PUBLIK.pdf
INDIKATOR DAN SUB INDIKATOR MCP PELAYANAN PUBLIK.pdfNetraHartana
 
2024.03.27_Konsep dan Potret Inflasi Indonesia _Workshop RCE_Badan Pusat Stat...
2024.03.27_Konsep dan Potret Inflasi Indonesia _Workshop RCE_Badan Pusat Stat...2024.03.27_Konsep dan Potret Inflasi Indonesia _Workshop RCE_Badan Pusat Stat...
2024.03.27_Konsep dan Potret Inflasi Indonesia _Workshop RCE_Badan Pusat Stat...iman333159
 
RUNDOWN ACARA ORIENTASI CPNS DAN PPPK TAHUN 2024.pdf
RUNDOWN ACARA ORIENTASI CPNS DAN PPPK TAHUN 2024.pdfRUNDOWN ACARA ORIENTASI CPNS DAN PPPK TAHUN 2024.pdf
RUNDOWN ACARA ORIENTASI CPNS DAN PPPK TAHUN 2024.pdfNezaPurna
 
Manajemen Kontrak pada Aplikasi SPANpptx
Manajemen Kontrak pada Aplikasi SPANpptxManajemen Kontrak pada Aplikasi SPANpptx
Manajemen Kontrak pada Aplikasi SPANpptxyovi2305
 
Aksi Nyata KKTP.pdAksi Nyata KKTP.pdf.pptxAksi Nyata KKTP.pdf.pptxAksi Nyata ...
Aksi Nyata KKTP.pdAksi Nyata KKTP.pdf.pptxAksi Nyata KKTP.pdf.pptxAksi Nyata ...Aksi Nyata KKTP.pdAksi Nyata KKTP.pdf.pptxAksi Nyata KKTP.pdf.pptxAksi Nyata ...
Aksi Nyata KKTP.pdAksi Nyata KKTP.pdf.pptxAksi Nyata KKTP.pdf.pptxAksi Nyata ...citraislamiah02
 
Materi Membangun Budaya Ber-Integritas Antikorupsi bagi ASN .pptx
Materi Membangun Budaya Ber-Integritas Antikorupsi bagi ASN .pptxMateri Membangun Budaya Ber-Integritas Antikorupsi bagi ASN .pptx
Materi Membangun Budaya Ber-Integritas Antikorupsi bagi ASN .pptxBudyHermawan3
 
SOSIALISASI RETRIBUSI PELAYANAN PERSAMPAHAN DI KOTA MAKASSAR.pptx
SOSIALISASI RETRIBUSI PELAYANAN PERSAMPAHAN DI KOTA MAKASSAR.pptxSOSIALISASI RETRIBUSI PELAYANAN PERSAMPAHAN DI KOTA MAKASSAR.pptx
SOSIALISASI RETRIBUSI PELAYANAN PERSAMPAHAN DI KOTA MAKASSAR.pptxwansyahrahman77
 

Recently uploaded (14)

evaluasi essay agenda 3 pelatihan kepemimpinan administrator
evaluasi essay agenda 3 pelatihan kepemimpinan administratorevaluasi essay agenda 3 pelatihan kepemimpinan administrator
evaluasi essay agenda 3 pelatihan kepemimpinan administrator
 
Agenda III - Organisasi Digital - updated.pdf
Agenda III - Organisasi Digital - updated.pdfAgenda III - Organisasi Digital - updated.pdf
Agenda III - Organisasi Digital - updated.pdf
 
Sosialisasi OSS RBA dan SIINAs Tahun 2024
Sosialisasi OSS RBA dan SIINAs Tahun 2024Sosialisasi OSS RBA dan SIINAs Tahun 2024
Sosialisasi OSS RBA dan SIINAs Tahun 2024
 
emka_Slide Recall Modul Melakukan Perencanaan PBJP Level 1 V3.1.pptx
emka_Slide Recall Modul Melakukan Perencanaan PBJP Level 1 V3.1.pptxemka_Slide Recall Modul Melakukan Perencanaan PBJP Level 1 V3.1.pptx
emka_Slide Recall Modul Melakukan Perencanaan PBJP Level 1 V3.1.pptx
 
Upaya Indonesia dalam menyelesaikan sengketa dengan Timor Timur hingga tercip...
Upaya Indonesia dalam menyelesaikan sengketa dengan Timor Timur hingga tercip...Upaya Indonesia dalam menyelesaikan sengketa dengan Timor Timur hingga tercip...
Upaya Indonesia dalam menyelesaikan sengketa dengan Timor Timur hingga tercip...
 
mata pelajaran geografi ANTROPOSFER 2.ppt
mata pelajaran geografi ANTROPOSFER 2.pptmata pelajaran geografi ANTROPOSFER 2.ppt
mata pelajaran geografi ANTROPOSFER 2.ppt
 
UUD NRI TAHUN 1945 TENTANG HAK DAN KEWAJIBAN PASAL 28D AYAT 1
UUD NRI TAHUN 1945 TENTANG HAK DAN KEWAJIBAN PASAL 28D AYAT 1UUD NRI TAHUN 1945 TENTANG HAK DAN KEWAJIBAN PASAL 28D AYAT 1
UUD NRI TAHUN 1945 TENTANG HAK DAN KEWAJIBAN PASAL 28D AYAT 1
 
INDIKATOR DAN SUB INDIKATOR MCP PELAYANAN PUBLIK.pdf
INDIKATOR DAN SUB INDIKATOR MCP PELAYANAN PUBLIK.pdfINDIKATOR DAN SUB INDIKATOR MCP PELAYANAN PUBLIK.pdf
INDIKATOR DAN SUB INDIKATOR MCP PELAYANAN PUBLIK.pdf
 
2024.03.27_Konsep dan Potret Inflasi Indonesia _Workshop RCE_Badan Pusat Stat...
2024.03.27_Konsep dan Potret Inflasi Indonesia _Workshop RCE_Badan Pusat Stat...2024.03.27_Konsep dan Potret Inflasi Indonesia _Workshop RCE_Badan Pusat Stat...
2024.03.27_Konsep dan Potret Inflasi Indonesia _Workshop RCE_Badan Pusat Stat...
 
RUNDOWN ACARA ORIENTASI CPNS DAN PPPK TAHUN 2024.pdf
RUNDOWN ACARA ORIENTASI CPNS DAN PPPK TAHUN 2024.pdfRUNDOWN ACARA ORIENTASI CPNS DAN PPPK TAHUN 2024.pdf
RUNDOWN ACARA ORIENTASI CPNS DAN PPPK TAHUN 2024.pdf
 
Manajemen Kontrak pada Aplikasi SPANpptx
Manajemen Kontrak pada Aplikasi SPANpptxManajemen Kontrak pada Aplikasi SPANpptx
Manajemen Kontrak pada Aplikasi SPANpptx
 
Aksi Nyata KKTP.pdAksi Nyata KKTP.pdf.pptxAksi Nyata KKTP.pdf.pptxAksi Nyata ...
Aksi Nyata KKTP.pdAksi Nyata KKTP.pdf.pptxAksi Nyata KKTP.pdf.pptxAksi Nyata ...Aksi Nyata KKTP.pdAksi Nyata KKTP.pdf.pptxAksi Nyata KKTP.pdf.pptxAksi Nyata ...
Aksi Nyata KKTP.pdAksi Nyata KKTP.pdf.pptxAksi Nyata KKTP.pdf.pptxAksi Nyata ...
 
Materi Membangun Budaya Ber-Integritas Antikorupsi bagi ASN .pptx
Materi Membangun Budaya Ber-Integritas Antikorupsi bagi ASN .pptxMateri Membangun Budaya Ber-Integritas Antikorupsi bagi ASN .pptx
Materi Membangun Budaya Ber-Integritas Antikorupsi bagi ASN .pptx
 
SOSIALISASI RETRIBUSI PELAYANAN PERSAMPAHAN DI KOTA MAKASSAR.pptx
SOSIALISASI RETRIBUSI PELAYANAN PERSAMPAHAN DI KOTA MAKASSAR.pptxSOSIALISASI RETRIBUSI PELAYANAN PERSAMPAHAN DI KOTA MAKASSAR.pptx
SOSIALISASI RETRIBUSI PELAYANAN PERSAMPAHAN DI KOTA MAKASSAR.pptx
 

OPTIMASI PPP

  • 1.
  • 2. DAFTAR PUSTAKA KODE A. Habibullah. 2009. “Kebijakan Privatisasi BUMN” : Relasi state, Market dan Civil Society. Malang: Averoes Press 1 Aswab Mahasin (pengantar), Rustam Ibrahim (editor). 1997. Agenda LSM Menyongsong tahun 2000. Jakarta: CESDA-LP3ES 2 Denhardt, Janet. V dan Robert. B. Denhardt. 2002. Pelayanan Publik Baru, dari Manajemen Steering ke Serving. Yogyakarta: Kreasi Wacana 3 Djunedi, P. 2007. Implementasi PubliK Privat Partnership dan Dampaknya ke APBN. Warta Anggaran , pp. 19-23. 4 Gibelman, Margaret . Spaefcontracting For Social Services: Boom Or Bust For The Voluntary Sector? : P. 27 5 Good Governance. A Code for the Voluntary and Community Sector: www.ncoss.org.au 6 Greve, C. 2003. Public Private Partnership in Scandinavia. International Public Management Review , 59-69. 7 HM Treasury United Kingdom. (2012). A New Approach to Public Private Partnership. London: Crown. 8 Indra Bastian. 2002. “Privatisasi di Indonesia” : Teori dan Implementasi. Jakarta: Salemba Empat 9
  • 3. DAFTAR PUSTAKA KODE Khanom, N. A. 2009. Conceptual Issues in Defining Public Private Partnerships. Asian Business Research Conference. pp. 1-19. Canberra: University of Canberra. 11 Mansyur Semma. 2008. Alat Negara dan Korupsi, pemikiran Muchtar Lubis atas Negara, Manusia, dan Perilaku Politik. Jakarta: Yayasan Obor Indonesia 12 Morris, Robbert . Government and Voluntary Agency Relationships : P. 334 13 Osborne, David dan Ted Gaebler. 1992. Reinventing Government: How The Entrepreneurial Spirit is Transforming The Public Sector. New York: Plume 14 Parsons. Wayne. 2011. Public Policy: Pengantar Teori & Praktek Analisis Kebijakan. Jakarta: Kencana Prenada Media Group 15 Riant. D. Nugroho D. 2001. “Reinveting Indonesia“ :Menata Ulang Manajemen Pemerintah untuk Membangun Indonesia Baru dengan keunggulan Global. Jakarta: Elex Media Komputindo 16 Tan, V., Allen, & Overy. 2012. Public-Private Partnership. Advocates for International Development , 1-6. 17 Utama, D. (2010). Prinsip dan Strategi Penerapan Public Private Partnership dalam Penyediaan Infrastruktur Transportasi. Jurnal Sains dan Teknologi Indonesia Vol. 12 No.3 , 145-151. 18 Utama, D. (2010). Prinsip dan Strategi Penerapan Public Private Partnership dalam Penyediaan Infrastruktur Transportasi. Jurnal Sains dan Teknologi Indonesia Vol. 12 No.3 , 145-151. 19
  • 4.
  • 5.
  • 6. APA ITU PUBLIC-PRIVATE PARTNERSHIP Kemitraan Sektor Publik – Privat (Public-Private Partnership-PPP) terkenal dengan Pemerintahan campuran sektoral merupakan: Pelayanan yang diperankan atas kombinasi antara organisasi publik dan privat, dan antara sektor sukarela (lembaga swadaya) dengan agen “komunitas” terhadap masyarakat sipil. (16 : 499)  The Issue is not public versus private. It is competition versus monopoly. (15 : 76)
  • 7. William J. Parente: Public-Private Partnership (PPP)” is an agreement or contract, between a public entity and a private party, under which:  Private party undertakes government function for specified period of time,  The private party receives compensation for performing the function, directly or indirectly,  The private party is liable for the risks arising from performing the function and,  The public facilities, land or other resources may be transferred or made available to the private party.” ( 4 ) Privatisasi adalah paradigma korporatis, berorientas kepada pasar, mencari keuntungan dan meminimalkan peran negara dalam perekonomian. Dalam praktiknya privatisasi adalah menjualan asset-aset pemerintah secara murah kepada swasta, bahkan asset yang termasuk hajat hidup orang banyak seperti, air, listrik, jala raya dan lain-lain. (1 : 19) Privatisasi pada intinya adalah pemindahan pengelolaan dari sektor publik ke swasta. (1 : 16)
  • 8.  Kerja sama, dimana PPP selalu merupakan kegiatan kerja sama dan kolaborasi antara organisasi yang berbeda;  Kemitraan organisasi publik dengan organisasi swasta;  Terdapat komitmen bahwa kemitraan dilaksanakan dalam jangka panjang;  Hasil PPP ada pada barang dan jasa tertentu. ( 12 )
  • 9. PPP adalah keterkaitan/sinergi yang berkelanjutan (kontrak kerjasama jangka panjang) dalam pembangunan proyek untuk meningkatkan pelayanan umum (pelayanan publik), antara:  Pemerintah atau pemerintah daerah selaku regulator;  Perbankan/konsorsium selaku penyandang dana; dan  Pihak Swasta/BUMN/BUMD selaku Special Purpose Company (SPC) yang bertanggungjawab atas pelaksanaan suatu proyek mulai dari Desain, Konstruksi, Pemeliharaan dan Operasional. ( 19 )  Kebijakan privatisasi dapat dipakai sebagai justifikasi, seperti: untuk mendapatkan kas, mendapatkan nilai tukar luar negeri, mendapatka utang luar negeri, mendorong pengembangan industry yang spesifik, mendorong investasi asing, memperbaiki atau mengembangkan pasar modal, menyebarkan kepemilikan di sektor ekonomi, dan implementasi pasar bebas. (1 : 8)
  • 10. 1) BOT (Build, Operate, Transfer), Swasta membangun, mengoperasikan fasilitas dan mengembalikannya ke pemerintah setelah masa konsesi/kontrak berakhir. 2) BTO (Build, Transfer, Operate), Swasta membangun, menyerahkan asetnya ke pemerintah dan mengoperasikan fasilitas sampai masa konsesi/kontrak berakhir. 3) ROT (Rehabilitate, Operate, Transfer), Swasta memperbaiki, mengoperasikan fasilitas dan mengembalikannya ke pemerintah setelah masa konsesi/kontrak berakhir. 4) BOO (Build, Own, Operate), Swasta membangun, swasta merupakan pemilik fasilitas dan mengoperasikannya. 5) O&M (Operation and Maintenance), Untuk kasus khusus, pemerintah membangun, swasta mengoperasikan dan memelihara. ( 19 )
  • 11.  PPP memungkinkan sector publik untuk memanfaatkan keahlian dan efisiensi sektor public dalam penyelenggaraan fasilitas dan pelayanan yang sebelumnya dilaksanakan oleh sektor public secara tradisional.  PPP memiliki struktur dimana organisasi publik tidak mengeluarkan biaya, dan modal pelaksanaan proyek dikeluarkan oleh pihak swasta yang melaksanakan proyek tersebut. ( 18 )
  • 12. Di Indonesia, PPP dilaksanakan dengan menerapkan jenis proyek infrastruktur yang akan dan dapat dikerjasamakan dengan investor swasta meliputi :  Transportasi (pelabuhan laut, sungai atau danau, pelabuhan udara, jaringan rel dan stasiun kereta api)  Jalan (jalan tol dan jembatan tol)  Pengairan (saluran pembawa air baku)  Air minum (bangunan pengambilan air baku, jaringan transmisi, jaringan distribusi, instalasi pengolahan air minum)  Air limbah (instalasi pengolah air limbah, jaringan pengumpul dan jaringan utama) serta sarana persampahan (pengangkut dan tempat pembuangan)
  • 13.  Telekomunikasi (jaringan telekomunikasi)  Ketenagalistrikan (pembangkit, transmisi, dan distribusi tenaga listrik)  Minyak dan gas bumi (pengolahan, penyimpanan, pengangkutan, transmisi atau distribusi migas)  Indonesia Infrastructure Summit I pada pertengahan Januari 2005 dengan menawarkan 91 proyek kepada investor swasta.  Indonesia Infrastructure Summit II (Indonesia Infrastructure Conference and Exhibition 2006) pemerintah menawarkan 111 proyek.  Sejak saat itu, upaya yang dilakukan untuk mendukung PPP antara lain: membentuk Komite Kebijakan Percepatan Penyediaan Infrastruktur (KKPPI), serta harmonisasi, reformasi dan revisi kebijakan agar market friendly. ( 4 )
  • 14. Membangun kemitraan (partnership) antara sektor publik dan privat (atau public-private partnership – PPPs) dilakukan di sejumlah area kebijakan. Area ini adalah:  Pembangunan infrastruktur  Pembaruan urban  Pembangunan regional  Training dan pendidikan  Lingkungan (16 :499)
  • 15. Alasan dari ekspansi PPP adalah kesadaran akan adanya manfaat yang diperoleh pemerintah dalam hal dana dan keahlian manajemen sektor privat serta manfaat financial dan manfaat lain yang mungkin bisa didapatkan dari sektor privat. (16 : 499)
  • 16. Perkembangan dan Kesuksesan PPP 1. Kondisi awal untuk PPP  Interdependensi antara kedua sektor tersebut  Konvergensi tujuan 2. Kondisi sekunder (penghubung) - Adanya jaringan saluran komunikasi antara sektor publik dan privat - Adanya broker (perantara) untuk memfasilitasi negosiasi. 3. Kondisi proyek - Rasa saling percaya (Mutual trust) - Kejelasan (unambiguity) – dan pencatatan – tujuan dan strategi; - Kejelasan (unambiguity) – dan pencatatan – pembagian biaya, resiko dan hasil; - Kejelasan (unambiguity) – dan pencatatan – pembagian tanggung jawab dan otoritas; - Penentuan penahapan proyek; - Aturan konflik ditetapkan lebih dulu; - Legalitas; - Perlindungan kepentingan dan hak pihak ketiga; - Dukungan dan fasilitas control yang memadai; - Pemikiran dan tindakan yang berorientasi pasar dan bisnis; - Koordinasi “internal” - Organisasi proyek yang memadai. (16 : 499-500)
  • 17. Pentingnya PPP  Dalam proyek-proyek beerskala besar kemitraan adalah satu-satunya cara untuk mengatasi problem (seperti regenerasi urban) dan menangkap peluang (seperti pengamanan Olimpiade). (16 : 500)  Proyek sosial berskala kecil, penggunaan kemitraan memberi dana tambahan dan keahlian dari sektor privat bagi pemerintah local, sedangkan sektor privat selain bisa mendapat keuntungan financial juga bisa mendapat keuntungan dari promosi dan pengakuan akan tanggung jawab sosial dan etis bisnis mereka. (16 : 500)
  • 18.
  • 19. 1) Lamanya proyek PPP dapat menciptakan kontrak dan negosiasi yang rumit dengan biaya transaksi dan legal yang mahal 2) Terdapat kemungkinan dimana pihak swasta yang terlibat dalam PPP akan mengambil keuntungan untuk dirinya yang akan merugikan masyarakat 3) Sifat PPP yang berjangka waktu lama berarti bahwa manfaat baru bisa dilihat dalam jangka waktu lama 4) Ada kalanya biaya yang dibutuhkan lebih murah tanpa melalui sekor swasta. ( 18 )
  • 20. Model relasi mikro yakni relasi kuasa dalam negeri antara negara, pasar dan masyarakat meliputi tiga varian utama yaitu;  Relasi kuasa negara dengan pasar secara umum bersifat dualitas (sifat khusus).  Relasi kuasa negara dengan masyarakat secara umum bersifat asimetris  Relasi kuasa pasar dengan masyarakat yang secara umum juga bersifat asimetris di mana pasar mendominasi negara dan masyarakat
  • 21.  Relasi ekonomi dalam negeri antara pasar secara umum bersifat dualistis, pada satu sisi negara memberikan peluang (enabling) kepada pasar, namun pada sisi lain negara membatasi (constraining) pengembangan pasar sebagaimana teori strukturasi.  Masyarakat kapitalis, kelas elit yang berkuasa menjalin kerjasama dengan negara dimana kerjasama tersebut diperlukan untuk memenuhi kebutuhan structural masing-masing dan bersifat simbiosis mutualisme. (1 : 99-100)
  • 22.  Pola relasi kuasa antara negara dengan masyarakat pada dasarnya bersifat asimetris dalam suasana dominative dimana negara mendominasi peran-peran dari masyarakat. (1 : 106)
  • 23. Partnership (Kemitraan) antara swasta dan negara dapat dijadikan pilihan terakhir yang diperlukan untuk menangani setiap sektor dalam melakukan kegiatan yang saling melengkapi. Agar vos untuk melaksanakan permintaan berbasis Pembangunan, mewakili masyrakat yang termarjinalkan, menghubungkan mereka kepada negara, dan untuk menawarkan alternatif-alternative dan pengembangan solusi-solusi yang inovatif, negara harus bersedia untuk terlibat dalam dialog, terbuka untuk saran dan untuk memperlakukan swasta sebagai sumber keahlian. Artinya, negara harus bersedia untuk mempertanyakan asumsi-asumsi mereka sendiri "apa yang terbaik", dan menyerahkan beberapa tanggung jawab membentuk perencanaan pembangunan. ( 11 )
  • 24.  Dapat disimpulkan bahwa pasar lebih dominan dari negara dan masyarakat, dengan demikiann relavan teori New Public Service (NPS) yang menganjurkan adanya administrasi demokratis untuk menjamin keseimbangan hubungan di antara ketiga actor tersebut. ( 1 )  NPS merupakan koreksi terhadap New Public Management (NPM) dari Osborne dan Gaebler yang menganggap warga negara sebagai konsumen dalam program-program mewirausahakan negara termasuk melalui privatisasi. ( 1 )
  • 25.
  • 26. Komunitas  Masyarakat modern melihat kerusakan sense of community dan organisasi sukarela, dan berlebihnya tuntutan akan hak-hak individual dengan mengorbankan tanggung jawab dan kewajiban.  Dalam term kebijakan komunitarian mengatakan bahwa pembuat kebijakan haruslah berusaha membangun institusi sosial perantara untuk menciptakan kohesi sosial, kebanggaan sipil dan menghadapi efek dari individualism dan fragmentasi sosial. (16 : 504)
  • 27.  Secara signifikan, gelombang baru kebijakan publik berbasis “komunitas” di era 1990-an mulai muncul setelah kehancuran kamunitas didaerah-daerah industry dan kota-kota indistri yang terjadi selama satu decade sebelumnya. (16:505)  Komponen penting lainnya dalam campuran penyampaian kebijakan sektoral adalah “komunitas” – yang bertentangan dengan “pasar” atau “negara” atau “hierarki”. (16:505)
  • 28.  Secara umum, ide komunitas merujuk kepada kelompok yang menempati lokasi atau ruang fisik yang sama atau memiliki kepentingan yang sama, cirri yang sama, atau karakteristik yang sama. Jadi, dalam “kebijakan komunitas” konsep tersebut diaplikasikan dalam pengertian “territorial” atau “nonteritorial”. (16 : 505)
  • 29.  Masyarakat sipil semakin terdegradasi haknya dalam sistem politik oleh kelas profesional dan pelobi yang sangat kuat.  Merosotnya nilai-nilai kewarganegaraan pada sistem politik para elit yang ditunggangi oleh kepentingan pribadi dan kelompok elit.  Adanya ketidakpercayaan, dan kekecewaan warga sipil terhadap keperintah karena tidak mengekomodir kepentingan rakyat  Adanya kesadaran warga negara, bahwa hak dan kewajiban kewarganegaraan mereka belum dimanfaatkan  Adanya kesadaran dari warga sipil untuk membangun organisasi kontrabirokrasi untuk menjadi kekuatan eksternal penilai birokrasi. (3 : 49)
  • 30. Komunitas itu berupa eksistensi warga negara yang terlibat dalam segala jenis kelompok sipil, seperti:  Asosiasi-asosiasi warga negara  Keluarga-keluarga  Kelompok-kelompok kerja  Gereja-gereja  Kelompok-kelompok lingkungan  Organisasi-organisasi relawan  Dan kelompok sosial lainnya. Kelompok-kelompok ini secara kolektif merencanakan dan membangun kepentingan-kepentingan mereka untuk masuk ke dalam sistem politik yang lebih besar. (3 : 48)
  • 31. Pembentukan komunitas itu juga adalah sebagai usaha dari anggota kelompok untuk:  Membangun sekumpulan (lemabaga perantara) yang sehat dan aktif yang secara serempak  Membantu memfokuskan keinginan-keinginan dan kepentingan-kepentingan warga negara dan  Memberikan pengalaman-pengalaman yang akan membawa anggota komunitas untuk masuk ke dalam sistem politik yang lebih besar  Mempengaruhi kehidupan politik dan menyampaikan aspirasi mereka dalam kebijakan pemerintah. (3 : 48)
  • 32.  Kepedulian  Kepercayaan  Kerja tim  menJembatani dan merukunkan antar individu dan kolektivitas Semua itu diikat bersama suatu sistem yang kuat dan efektif untuk komunikasi dan pemecahan konflik (3 : 47)
  • 33. “pencarian komunitas juga merupakan suatu pencarian untuk arah dan maksud dalam penetapan kolektif atas kehidupan individual” (3 : 48) Investasi diri di dalam komunitas, penerimaan otoritasnya dan kesediaan untuk mendukung kehidupannya dapat memberikan identitas, makna pribadi, dan kesempatan untuk tumbuh dalam kaitannnya dengan standar dalam prinsip-prinsip pemandu yang dirasakan anggota sebagai tujuan bersama dari sebuah komunitas. (3 : 48)
  • 34.
  • 35. SEKTOR SUKARELA (VOLUNTARY)  Penggunaan lembaga sukarela (voluntary sector) dan eksklusif untuk memberikan kesepakatan pemerintah adalah untuk memenuhi mengatur layanan pemerintah yang membuat tanggung jawab dengan cara yang paling hemat biaya, efisien, dan kualitatif. (5)  lembaga sukarela lebih fleksibel dan inovative (5)
  • 36.  Mereka memiliki keahlian yang sangat dibutuhkan pemerintah. (5)  Lembaga sukarela selalu akuntabel. (5)  Memiliki semangat kompetitif. (5)  Penyedia layanan primer yang berkompeten dan dapat dipercayai oleh publik. (14)  Mengadvokasi kepentingan publik primer (14)
  • 37. Voluntary and Community sector  Charities and other voluntary and community organisations play a vital role in our lives and they command enormous public trust and confidence. This is reflected in the generosity with which people in Britain give their time and money to charities. ( 6 )
  • 38. Voluntary sector dan Public Sector  Di pihak “kiri”, pertumbuhan organisasi sukarela sebagai agen atau instrument kebijakan pemerintah dianggap sebagai tanda dari krisis negara liberal di masyarakat kapitalis. (16 : 501)  Di pihak “kanan” , munculnya negara kesejahteraan dan ambruknya pelayanan sukarela dan self-help merupakan perkembangan yang menggangu, dan dari sudut pandang ini masa depan kebijakan sosial mengarah pada perkembangan sistem yang tidak terlalu didominasi negara di mana sektor sukarela memiliki peran yang lebih luas dalam menyampaikan pelayanan berdasarkan kontrak (16 : 501).  “ide” sektor sukarela harus digantikan dengan gagasan “sektor ketiga”. (16 : 501)
  • 39.  Bantuan atau amal (charity) adalah bisnis besar. (16 : 502)  Sektor sukarela akan menyerupai organisasi yang memberi dukungan dana di bidang mereka. (16 : 502)  Agen-agen publik mungkin menjadi tergantung kepada sektor sukarela untuk memberikan pelayanan yang sulit mereka sediakan atau karena mereka tidak punya sumber daya untuk menyediakannya atau karena memang pelayanan itu biasanya dikerjakan oleh sektor sukarela. (16 : 503)
  • 40.  Partisipasi sektor swasta dalam mendukung organisasi sukarela mengindikasikan bahwa sektor privat memandang bahwa aktivitas seperti itu memberi peluang menjalin hubungan dengan masyarakat dan berpotensi mempromosikan citra etis dari organisasi dengan baik. Efek limpahan dari keterlibatan manajeme sektor privat dalam sektor sukarela juga dianggap membawa manfaat yang lebih besar bagi perusahaan dan bisnis (16 : 503)
  • 41.  Bahayanya adalah bahwa hubungan yang makin erat antara negara dengan sektor privat dan sukarela akan menimbulkan efek membahayakan terhadap independensi agen-agen sukarela qua penyedia pelayanan yang berkompetensi mencari sumber daya. (16:503)  Kontribusi yang mereka berikan sebagai pengkritik pemerintah akan melemah karena adanya “budaya kontrak” (contract culture), dimana kritik akan menyebabkan hilangnya dana dan kontrak (16 : 503-504)
  • 42. Voluntary and Community sector  Voluntary and Community sector, which focuses on the key principles that trustees and board members should follow and provides clear information about what those principles imply in practice. ( 6 )  As voluntary and community organisations driven by altruistic values and working for public benefit, we are increasingly expected to demonstrate how well we are governed. Good governance is a vital part of how voluntary and community organisations operate and are held accountable. ( 6 )
  • 43. All sectors – public, private and voluntary is the agenda in Governance. As voluntary and community organisations driven by altruistic values and working for public benefit, we are increasingly expected to demonstrate how well we are governed. Good governance is a vital part of how voluntary and community organisations operate and are held accountable. ( 16 )
  • 44.  The voluntary and community sector is The principles of good governance. All board members will need to have access to more detailed guidance on their legal duties. Charity trustees will also need to refer to Charity Commission guidance on charity law and regulation. ( 6 )
  • 45. The Voluntary and Community sector arose from directly expressed needs in the sector.  These came from organisations which wanted guidance to clarify the main principles of governance and to help them in decision making, accountability and the work of their boards.  In response to these demands, a group of voluntary sector infrastructure associations, with the Charity Commission, came together and decided to work towards developing the Code. Vitally, the Code was developed by and for voluntary and community organisations. ( 6 )