SlideShare a Scribd company logo
1 of 30
Pedoman
Umum EYD
II. Penulisan Kata
a.   Kata Dasar
b.   Kata Turunan
c.   Bentuk Ulang
d.   Gabungan Kata
e.   Suku Kata
f.   Kata Depan di, ke, dan dari
g.   Partikel
h.   Singkatan dan akronim
i.   Angka dan Bilangan
j.   Kata Ganti ku-, kau-, -ku, -mu, dan –nya
k.   Kata si dan sang
A. Kata Dasar
Kata yang berupa kata dasar ditulis sebagai satu
kesatuan .
Misalnya:
     Buku itu sangat menarik.
     Kantor pajak penuh sesak.
B. Kata Turunan
1. a. Imbuhan (awalan, sisipan, akhiran) ditulis
   serangkai dengan bentuk dasarnya. Misalnya:
   berjalan.
   b. Imbuhan dirangkaian dengan tanda hubung jika
   ditambahkan pada bentuk singkatan atau kata
   dasar yang bukan bahasa indonesia. Misalnya:
   mem-PHK-kan.
2. Jika bentuk dasarnya berupa gabungan kata,
   awalan atau akhiran ditulis serangkai dengan kata
   yang langsung mengikuti atau mendahuluinya.
   (Lihat juga keterangan tantang tanda hubung bab
   III, huruf E, butir 5). Misalnya: bertepuk tangan.
3. Jika bentuk dasar yang berupa gabungan kata
   mendapat awalan dan akhiran sekaligus,
   unsur gabungan kata itu ditulis serangkai.
   (Lihat juga keterangan tentang tanda hubung,
   bab III, huruf E, butir 5). Misalnya:
   dilipatgandakan.
4. Jika salah satu unsur gabungan kata hanya
   dipakai dalam kombinasi, gabungan kata itu
   ditulis serangkai. Misalnya: adipati.
Catatan:
1) Jika bentuk terikat diikuti oleh kata yang
   huruf awalnya huruf kapital, tanda hubung (-)
   digunakan diantara kedua unsur itu.
   Misalnya: non-indonesia.
2) Jika kata maha sebagai unsur gabungan
   merujuk kepada tuhan yang diikuti oleh kata
   berimbuhan, gabungan tu ditulis terpisah
   dan unsur-unsurnya dimulai dengan huruf
   kapital. Misalnya: Marilah kita bersyukur
   kepada Tuhan Yang Maha Pengasih.
3) Jika kata maha, sebagai unsur gabungan,
   merujuk kepada tuhan dan diikuti oleh kata
   dasar, kecuali kata esa, gabungan itu ditulis
   serangkai. Misalnya: Tuhan Yang Mahakuasa
   menentukan arah hidup kita.
4) Bentuk-bentuk terikat dari bahasa asing yang
   diserap ke dalam bahasa indonesia, seperti
   pro, kontra, dan anti, dapat digunakan
   sebagai bentuk dasar. Misalnya: Sikap
   masyarakat yang pro lebih banyak daripada
   yang kontra.
5) Kata tak sebagai unsur gabungan dalam
  peristilahan ditulis serangkai dengan bentuk
  dasar yang mengikutinya, tetapi ditulis
  terpisah jika diikuti oleh bentuk berimbuhan.
  Misalnya: taklaik terbang.
C. Bentuk Ulang
1. Bentuk ulang ditulis dengan menggunakan tanda
   hubung di antara unsur-unsurnya. Mislanya:
   anak-anak.
   Catatan:
   a. Bentuk ulang gabungan kata ditulis dengan
   mengulang unsur pertama saja. Misalnya: surat
   kabar -> surat-surat kabar.
   b. Bentuk ulang gabungan kata yang unsur
   keduanya adjektiva ditulis dengan mengulang
   unsur pertama atau unsur keduanya dengan
   makna yang berbeda. Misalnya: orang besar ->
   orang-orang besar, orang besar-besar.
2. Awalan dan akhiran ditulis serangkai dengan
   bentuk ulang. Misalnya: kekanak-kanakan.
   (Lihat keinggris-inggrisan bab I, huruf F, butir
   7).
   Catatan: Angka 2 dapat digunakan dalam
   penulisan bentuk ulang untuk keperluan
   khusus, seperti dalam pembuatan catatan
   rapat atau kuliah. Misalnya: Pemerintah
   sedang mempersiapkan rancangan undang2
   baru.
D. Gabungan Kata
1. Unsur-unsur gabungan kata yang lazim
   disebut kata majemuk ditulis terpisah.
   Misalnya: duta besar, orang tua.
2. Gabungan kata yang dapat menimbulkan
   kesalahan pengertian dapat ditulis dengan
   menambahkan tanda hubung diantara unsur-
   unsurnya untuk menegaskan pertalian unsur
   yang bersangkutan. Misalnya: anak-istri Ali.
3. Gabungan kata yang dirasakan sudah padu
   benar ditulis serangkai. Mislanya: acapkali.
E. Suku Kata
1. Pemenggalan kata pada kata dasar dilakukan
   sebagai berikut.
  a. Jika ditengah kata ada huruf vokal yang berurutan,
     pemenggalannya dilakukan di antara kedua huruf
     vokal itu. Mislanya: bu-ah.
  b. Huruf diftong ai, au, dan oi tidak dipenggal.
     Misalnya: pan-dai.
  c. Jika di tengah kata dasar ada huruf konsonan
     (termasuk gabungan huruf konsonan) di antara dua
     buah huruf vokal, pemenggalannya dilakukan
     sebelum huruf konsonan itu. Misalnya: ba-pak.
d. Jika ditengah kata dasar ada dua huruf konsonan
   yan gberurutan, pemenggalannya dilakukan di
   antara kedua huruf konsonan itu. Misalnya: Ap-
   ril.
e. Jika ditengah kata dasar ada tiga huruf konsonan
   atau lebih yang masing-masing melambangkan
   satu bunyi, pemenggalannya dilakukan di antara
   huruf konsonan yang pertama dan huruf
   konsonan yang kedua. Misalnya: ul-tra.
   Catatan:
  1. Gabungan huruf konsonan yang melambangkan satu
     bunyi tidak dipenggal. Mislanya: bang-krut.
  2. Pemenggalan kata tidak boleh menyebabkan
     munculnya satu huruf (vokal) di awal dan imbuhan
     atau pertikel itu. Misalnya: itu -> i-tu
F. Kata Depan di, ke, dari
Kata depan di, ke, dan dari ditulis terpisah dari
kata yang mengikutinya, kecuali id dalam
gabungan kata yang sudah lazim dianggap
sebagai satu kata, seperti kepada dan daripada.
(Lihat juga bab II, huruf D, butir 3)
Misalnya: Bermalam sajalah di sini.
Catatan: Kata-kata yang dicetak miring didalam
kalimat seperti di bawah ini ditulis serangkai.
Misalnya: Kami percaya sepenuhnya kepadanya.
G. Partikel
1. Partikel –lah, -kah, dan –tah ditulis serangkai
   dengan kata yang mendahuluinya. Misalnya:
   Bacalah buku itu baik-baik!
2. Partikel –pun ditulis terpisah dari kata yang
   mendahuluinya.        Misalnya:     Apa      pun
   permasalahannya, dia dapat mengatasinya dengan
   bijaksana.
   Catatan: Partikel pun pada gabungan yan glazim
   dianggap padu ditulis serangkai dengan kata yang
   mendahuluinya. Misalnya: Adapun sebab-sebabnya
   belum diketahui.
3. Partikel –per yang berarti ‘demi’, ‘tiap’, atau
   ‘mulai’ ditulis terpisah dari kata yang
   mengikutinya. Misalnya: Mereka masuk ke
   dalam ruangan satu per satu.
   Catatan: Partikel per dalam bilangan pecahan
   yang ditulis dengan huruf dituliskan serangkai
   dengan kata yang mengikutinya. (Lihat Bab II,
   Huruf I, Butir 7).
H. Singkatan dan Akronim
1. Singkatan ialah bentuk singkat yang terdiri atas
   satu huruf atau lebih.
  a. Singkatan nama orang, nama gelar, sapaan, jabatan,
     atau pangkat diikuti dengan tanda titik di belakang
     tiap-tiap singkatan itu. Misalnya: H. Hamid -> Haji
     Hamid.
  b. Singkatan nama resmi lembaga pemerintah dan
     ketatanegaraan, badan atau organisasi, serta nama
     dokumen resmi yang terdiri atas gabungan huruf
     awal kata ditulis dengan huruf kapital dan tidak
     diikuti dengan tanda titik. Misalnya: SD -> Sekolah
     Dasar.
c. 1) Singkatan kata yan gberupa gabungan huruf
   diikuti dengan tanda titik. Misalnya: jml. ->
   jumlah.
   2) Singkatan gabungan kata yang terdiri atas tiga
   huruf diakhiri dengan tanda titik. Misalnya: dll. ->
   dan lain-lain.
   Catatan: Singkatan itu dapat dignakan untuk
   keperluan khusus, seperti dalam pembuatan
   catatan rapat dan kuliah.
d. Singkatan gabungan kata yang terdiri atas dua
   huruf (lazim digunakan dalam sirat menyurat)
   masing-masing diikuti oleh tanda titik. Misalnya:
   a.n. -> atas nama.
e. Lambang kimia, singkatan satuan ukuran,
     takaran, timbangan, dan mata uang tidak diikuti
     tanda dengan titik. Misalnya: Cu -> kuprum.
2. Akronim adalah singkatan dari dua kata atau lebih
   yang diperlakukan sebagai sebuah kata.
  a. Akronim nama diri yang berupa gabungan huruf awal
     unsur-unsur nama diri ditulis seluruhnya dengan huruf
     kapital tanpa tanda titik. Misalnya: SIM -> surat izin
     mmengemudi.
  b. Akronim nama diri yang berupa singkatan dari beberapa
     unsur ditulis dengan huruf awal kapital. Misalnya: Bulog -
     > Badan Urusan Logistik.
  c. Akronim bukan nama diri yang berupa singkatan dari dua
     kata atau lebih ditulis dengan huruf kecil. Misalnya:
     pemilu -> pemilihan umum.
Catatan:
Jika pembentukan akronim dianggap perlu,
hendaknya diperhatikan syarat-syarat berikut.
1. Jumlah suku kata akronim tidak melebihi
jumlah suku kata yang lazim pada kata indonesia
(tidak lebih dari tiga suku kata).
2. Akronim dibentuk dengan mengindahkan
keserasian kombinasi vokal dan konsonan yang
sesuai dengan pola kata bahasa indonesia yan
glazim agar mudah diucapkan dan diingat.
I. Angka dan Bilangan
Bilangan dapat dinyatakan dengan angka atau
kata. Angka dipakai sebagai lambang bilangan
atau nomor. Di dalam tulisan lazim digunakan
angka arab atau angka romawi.
Angka arab        : 0, 1, 2, 3, 4, 5, 6, 7, 8, 9
Angka romawi : I, II, III, IV, V,VI, VII, VIII, IX, X, L
(50), C (100), D (500), M (1.000), V (5.000), M
(1.000.000)
1. Bilangan dalam teks yang dapat dinyatakan
   dengan satu atau dua kata ditulis dengan
   huruf, kecuali jika bilangan itu dipakai secara
   berurutan seperti dalam perincian atau
   paparan. Misalnya: Mereka menonton drama
   itu sampai tiga kali.
2. Bilangan pada awal kalimat ditulis dengan
   huruf, jika lebih dari dua kata, susunan
   kalimat diubah agar bilangan yang tidak
   dapat ditulis dengan huruf itu tidak ada pada
   awal kalimat. Misalnya: Lima puluhsiswa
   kelas 6 lulus ujian. Bukan: 250 orang peserta
   diundang Panitia dalam seminar itu.
3. Angka yang menunjukkan bilangan utuh
   besar dapat dieja sebagian supaya lebih
   mudah dibaca. Misalnya: Perusahaan itu baru
   saja mendapat pinjaman 550 miliar rupiah.
4. Angka digunakan untuk menyatakan (a)
   ukuran panjang, berat, luas, dan isi; (b)
   satuan waktu; (c) nilai uang; dan (d) jumlah.
   Misalnya: 5 kilogram, US$ 3,50*, £5,10*,
   ¥100.
Catatan:
  a) Tanda titik pada contoh bertanda bintang (*)
      merupakan tanda desimal.
  b) Penulisan lambang mata uang, seperti Rp, US$, £
      dan ¥ tidak diakhiri dengan tanda titik dan tidak
      ada spasi antara lambang itu dan angka yang
      mengikutinya, kecuali di dalam tabel.
5. Angka digunakan untuk melambangkan nomor
   jalan, rumah, apartemen, atau kamar. Misalnya:
   Jalan Tanah Abang I No. 15.
6. Angka digunakan untuk menomori bagian karangan
   atau ayat kitab suci. Misalnya: Bab X, Pasal 5,
   halaman 322.
7. Penulisan bilangan dengan huruf dilakukan
   sebagai berikut.
  a. Bilangan utuh. Misalnya: dua belas (12).
  b. Bilangan pecahan. Misalnya: setengah (½)
     Catatan:
    1. Pada penulisan bilangan pecahan dengan mesin tik,
       spasi digunakan di antara bilangan utuh dan bilangan
       pecahan.
    2. Tanda hubung dapat digunakan dalam penulisan
       lambang bilangan dengan huruf yang dapat
       menimbulkan salah pengertian.
    Misalnya: 20(2/3) (dua puluh dua-pertiga)
8. Penulisan bilangan tingkat dapat dilakukan
   dengan cara berikut.
  Misalnya:
  a. Pada awal abad XX (angka romawi kapital) dalam
     kehidupan pada abad ke-20 ini (huruf dan angka
     arab) pada awal abad kedua puluh (huruf).
  b. Kantor di tingkat II gedung itu (angka romawi)
     ditingkat ke-2 gedung itu (huruf dan angka arab)
     ditingkat kedua gedung itu (huruf).
9. Penulisan bilangan yang mendapat akhiran –
   an mengikuti cara berikut. (Lihat juga
   keterangan tentang tanda hubung Bab III,
   Huruf E, Bitur 5). Mislanya: lima lembar uang
   1.000-an.
10.Bilangan tidak perlu ditulis dengan angka dan
   huruf sekaligus dalam teks (kecuali didalam
   dokumen resmi, seperti akta dan kuitansi).
   Misalnya: Di lemari itu tersimpan 805 buku
   dan majalah.
11.Jika bilangan dilambangkan dengan angka
   dan huruf penulisannya harus tepat.
   Misalnya:Saya lampirkan tanda terima uang
   sebesar Rp900.500,50 (sembilan ratus ribu
   lima ratus rupiah lima puluh sen).
Catatan:
1. Angka romawi tidak digunakan untuk
   menyatakan jumlah.
2. Angka romawi digunakan untuk menyatakan
   penomoran bab (dalam terbitan atau produk
   perundang-undangan) dan nomor jalan.
3. Angka romawi kecil digunakan untuk
   penomoran halaman sebelum Bab I dalam
   naskah dan buku.
J. Kata Ganti ku-, kau-, -ku, -mu, -nya
Kata ganti ku- dan kau- ditulis serangkai dengan
kata yang mengikutinya; -ku, -mu, dan –nya ditulis
serangkai dengan kata yang mendahuluinya.
Misalnya: Buku ini boleh kaubaca.
Catatan: Kata-kata ganti itu (-ku, -mu, dan –nya)
dirangkaikan dengan tanda hubung apabila
digabung dengan bentuk yang berupa singkatan
atau kata yang diawali dengan huruf kapital.
Misalnya: KTP-mu
K. Kata si dan sang
Kata si dan sang ditulis terpisah dari kata yang
mengikutinya. Misalnya: Surat itu dikembalikan
kepada si pengirim.
Catatan: Huruf awal si dan sang ditulis dengan
huruf kapital jika kata-kata itu diperlakukan
sebagai unsur nama diri.
Misalnya: Harimau itu marah sekali kepada sang
Kancil.

More Related Content

What's hot

Presentasi tanda baca
Presentasi tanda bacaPresentasi tanda baca
Presentasi tanda baca
Sofyan Argi
 
Sejarah ejaan bahasa indonesia
Sejarah ejaan bahasa indonesiaSejarah ejaan bahasa indonesia
Sejarah ejaan bahasa indonesia
Rahmatia Azzindani
 
Ejaan Yang Disempurnakan (EYD)
Ejaan Yang Disempurnakan (EYD)Ejaan Yang Disempurnakan (EYD)
Ejaan Yang Disempurnakan (EYD)
Novi Fachrunnisa
 

What's hot (20)

Kalimat efektif
Kalimat efektif Kalimat efektif
Kalimat efektif
 
Proses morfologi 3
Proses morfologi 3Proses morfologi 3
Proses morfologi 3
 
Fonologi
FonologiFonologi
Fonologi
 
Diksi (pilihan kata)
Diksi (pilihan kata)Diksi (pilihan kata)
Diksi (pilihan kata)
 
JENIS-JENIS KALIMAT
JENIS-JENIS KALIMATJENIS-JENIS KALIMAT
JENIS-JENIS KALIMAT
 
Kalimat Efektif
Kalimat EfektifKalimat Efektif
Kalimat Efektif
 
MAKALAH TATA BUNYI UJARAN
MAKALAH TATA BUNYI UJARANMAKALAH TATA BUNYI UJARAN
MAKALAH TATA BUNYI UJARAN
 
Teks ulasan
Teks ulasanTeks ulasan
Teks ulasan
 
Kalimat efektif
Kalimat efektifKalimat efektif
Kalimat efektif
 
Materi wacana
Materi wacanaMateri wacana
Materi wacana
 
Tanda baca
Tanda bacaTanda baca
Tanda baca
 
Bahasa baku & Bahasa Resmi
Bahasa baku & Bahasa Resmi Bahasa baku & Bahasa Resmi
Bahasa baku & Bahasa Resmi
 
Presentasi tanda baca
Presentasi tanda bacaPresentasi tanda baca
Presentasi tanda baca
 
Ppt. bhs.indonesia
Ppt. bhs.indonesiaPpt. bhs.indonesia
Ppt. bhs.indonesia
 
Eksposisi ppt
Eksposisi pptEksposisi ppt
Eksposisi ppt
 
Sejarah ejaan bahasa indonesia
Sejarah ejaan bahasa indonesiaSejarah ejaan bahasa indonesia
Sejarah ejaan bahasa indonesia
 
PPT-FONOLOGI-2020.pptx
PPT-FONOLOGI-2020.pptxPPT-FONOLOGI-2020.pptx
PPT-FONOLOGI-2020.pptx
 
Ejaan Yang Disempurnakan (EYD)
Ejaan Yang Disempurnakan (EYD)Ejaan Yang Disempurnakan (EYD)
Ejaan Yang Disempurnakan (EYD)
 
Bahasa standar,nonstandar, dan bahasa ilmiah
Bahasa standar,nonstandar, dan bahasa ilmiahBahasa standar,nonstandar, dan bahasa ilmiah
Bahasa standar,nonstandar, dan bahasa ilmiah
 
Kalimat Fakta dan opini pada editorial
Kalimat Fakta dan opini pada editorialKalimat Fakta dan opini pada editorial
Kalimat Fakta dan opini pada editorial
 

Similar to Pedoman Umum EYD Part 2

P2 MKU B Indonesia Ejaan yang disempurnakan.pptx
P2 MKU B Indonesia Ejaan yang disempurnakan.pptxP2 MKU B Indonesia Ejaan yang disempurnakan.pptx
P2 MKU B Indonesia Ejaan yang disempurnakan.pptx
FirdhanSaid
 
Eyd ( Geofisika UPNVY 2014 )
Eyd ( Geofisika UPNVY 2014 )Eyd ( Geofisika UPNVY 2014 )
Eyd ( Geofisika UPNVY 2014 )
Nur Arasyi
 

Similar to Pedoman Umum EYD Part 2 (20)

Pert 3_Ejaan Bahasa Indonesia Bagian 1.pptx
Pert 3_Ejaan Bahasa Indonesia Bagian 1.pptxPert 3_Ejaan Bahasa Indonesia Bagian 1.pptx
Pert 3_Ejaan Bahasa Indonesia Bagian 1.pptx
 
Aturan Penulisan Kata dan Unsur Serapan.ppt
Aturan Penulisan Kata dan Unsur Serapan.pptAturan Penulisan Kata dan Unsur Serapan.ppt
Aturan Penulisan Kata dan Unsur Serapan.ppt
 
bahasa indonesia
bahasa indonesiabahasa indonesia
bahasa indonesia
 
Teori eyd print
Teori eyd printTeori eyd print
Teori eyd print
 
bahasaa indonesia
bahasaa indonesiabahasaa indonesia
bahasaa indonesia
 
Materi twk bhs Indonesia.pdf
Materi twk bhs Indonesia.pdfMateri twk bhs Indonesia.pdf
Materi twk bhs Indonesia.pdf
 
Penulisan kata new
Penulisan kata newPenulisan kata new
Penulisan kata new
 
Kaidah Ejaan dan Tanda Baca
Kaidah Ejaan dan Tanda BacaKaidah Ejaan dan Tanda Baca
Kaidah Ejaan dan Tanda Baca
 
penulisan kata
penulisan katapenulisan kata
penulisan kata
 
materi EYD.ppt
materi EYD.pptmateri EYD.ppt
materi EYD.ppt
 
Bahasa Indonesia - Huruf dan kata
Bahasa Indonesia - Huruf dan kataBahasa Indonesia - Huruf dan kata
Bahasa Indonesia - Huruf dan kata
 
Bahasa indonesia
Bahasa indonesiaBahasa indonesia
Bahasa indonesia
 
Bahasa indonesia
Bahasa indonesiaBahasa indonesia
Bahasa indonesia
 
Penggunaan ejaan bahasa indonesia
Penggunaan ejaan bahasa indonesiaPenggunaan ejaan bahasa indonesia
Penggunaan ejaan bahasa indonesia
 
Eyd 3
Eyd 3Eyd 3
Eyd 3
 
Ejaan yang disempurnakan
Ejaan yang disempurnakanEjaan yang disempurnakan
Ejaan yang disempurnakan
 
Ejaan Yang Disempurnakan (EYD)
Ejaan Yang Disempurnakan (EYD)Ejaan Yang Disempurnakan (EYD)
Ejaan Yang Disempurnakan (EYD)
 
P2 MKU B Indonesia Ejaan yang disempurnakan.pptx
P2 MKU B Indonesia Ejaan yang disempurnakan.pptxP2 MKU B Indonesia Ejaan yang disempurnakan.pptx
P2 MKU B Indonesia Ejaan yang disempurnakan.pptx
 
Eyd ( Geofisika UPNVY 2014 )
Eyd ( Geofisika UPNVY 2014 )Eyd ( Geofisika UPNVY 2014 )
Eyd ( Geofisika UPNVY 2014 )
 
Eyd bahasa
Eyd bahasaEyd bahasa
Eyd bahasa
 

More from University of Andalas

Bahan Kegagalan Tak Terduga Kepemimpinan Indonesia
Bahan Kegagalan Tak Terduga Kepemimpinan IndonesiaBahan Kegagalan Tak Terduga Kepemimpinan Indonesia
Bahan Kegagalan Tak Terduga Kepemimpinan Indonesia
University of Andalas
 

More from University of Andalas (20)

Tradisi Tradisi Teori Komunikasi
Tradisi Tradisi Teori KomunikasiTradisi Tradisi Teori Komunikasi
Tradisi Tradisi Teori Komunikasi
 
Teori Teori Pelaku Komunikasi
Teori Teori Pelaku KomunikasiTeori Teori Pelaku Komunikasi
Teori Teori Pelaku Komunikasi
 
Positivistik vs Fenomenologis
Positivistik vs FenomenologisPositivistik vs Fenomenologis
Positivistik vs Fenomenologis
 
Tradisi Sosiopsikologis
Tradisi SosiopsikologisTradisi Sosiopsikologis
Tradisi Sosiopsikologis
 
Teori tentang Hubungan
Teori  tentang HubunganTeori  tentang Hubungan
Teori tentang Hubungan
 
Pesan - Teori Komunikasi
Pesan - Teori KomunikasiPesan - Teori Komunikasi
Pesan - Teori Komunikasi
 
Komunikasi dan Teori Ilmiah
Komunikasi dan Teori IlmiahKomunikasi dan Teori Ilmiah
Komunikasi dan Teori Ilmiah
 
Filsafat Komunikasi
Filsafat KomunikasiFilsafat Komunikasi
Filsafat Komunikasi
 
Filsafat Komunikasi
Filsafat KomunikasiFilsafat Komunikasi
Filsafat Komunikasi
 
Pengantar Ilmu Politik - Konstitusi
Pengantar Ilmu Politik - KonstitusiPengantar Ilmu Politik - Konstitusi
Pengantar Ilmu Politik - Konstitusi
 
Partai Politik
Partai PolitikPartai Politik
Partai Politik
 
Konsep Politik
Konsep PolitikKonsep Politik
Konsep Politik
 
Komunikasi Politik
Komunikasi PolitikKomunikasi Politik
Komunikasi Politik
 
Kelompok Kepentingan
Kelompok KepentinganKelompok Kepentingan
Kelompok Kepentingan
 
Industrialisasi Media
Industrialisasi MediaIndustrialisasi Media
Industrialisasi Media
 
Fins Membela Kebebasan
Fins Membela KebebasanFins Membela Kebebasan
Fins Membela Kebebasan
 
Partisipasi Politik & Sosialisasi Politik
Partisipasi Politik & Sosialisasi PolitikPartisipasi Politik & Sosialisasi Politik
Partisipasi Politik & Sosialisasi Politik
 
Konsep Masyarakat dan Kekuasaan
Konsep Masyarakat dan KekuasaanKonsep Masyarakat dan Kekuasaan
Konsep Masyarakat dan Kekuasaan
 
Bahan Kegagalan Tak Terduga Kepemimpinan Indonesia
Bahan Kegagalan Tak Terduga Kepemimpinan IndonesiaBahan Kegagalan Tak Terduga Kepemimpinan Indonesia
Bahan Kegagalan Tak Terduga Kepemimpinan Indonesia
 
Bahan 1
Bahan 1Bahan 1
Bahan 1
 

Recently uploaded

HAK DAN KEWAJIBAN WARGA NEGARA ppkn i.ppt
HAK DAN KEWAJIBAN WARGA NEGARA ppkn i.pptHAK DAN KEWAJIBAN WARGA NEGARA ppkn i.ppt
HAK DAN KEWAJIBAN WARGA NEGARA ppkn i.ppt
nabilafarahdiba95
 
Bab 7 - Perilaku Ekonomi dan Kesejahteraan Sosial.pptx
Bab 7 - Perilaku Ekonomi dan Kesejahteraan Sosial.pptxBab 7 - Perilaku Ekonomi dan Kesejahteraan Sosial.pptx
Bab 7 - Perilaku Ekonomi dan Kesejahteraan Sosial.pptx
ssuser35630b
 
PPT PERUBAHAN LINGKUNGAN MATA PELAJARAN BIOLOGI KELAS X.pptx
PPT PERUBAHAN LINGKUNGAN MATA PELAJARAN BIOLOGI KELAS X.pptxPPT PERUBAHAN LINGKUNGAN MATA PELAJARAN BIOLOGI KELAS X.pptx
PPT PERUBAHAN LINGKUNGAN MATA PELAJARAN BIOLOGI KELAS X.pptx
dpp11tya
 
mengapa penguatan transisi PAUD SD penting.pdf
mengapa penguatan transisi PAUD SD penting.pdfmengapa penguatan transisi PAUD SD penting.pdf
mengapa penguatan transisi PAUD SD penting.pdf
saptari3
 

Recently uploaded (20)

Refleksi Mandiri Modul 1.3 - KANVAS BAGJA.pptx.pptx
Refleksi Mandiri Modul 1.3 - KANVAS BAGJA.pptx.pptxRefleksi Mandiri Modul 1.3 - KANVAS BAGJA.pptx.pptx
Refleksi Mandiri Modul 1.3 - KANVAS BAGJA.pptx.pptx
 
HAK DAN KEWAJIBAN WARGA NEGARA ppkn i.ppt
HAK DAN KEWAJIBAN WARGA NEGARA ppkn i.pptHAK DAN KEWAJIBAN WARGA NEGARA ppkn i.ppt
HAK DAN KEWAJIBAN WARGA NEGARA ppkn i.ppt
 
MODUL AJAR BAHASA INDONESIA KELAS 6 KURIKULUM MERDEKA.pdf
MODUL AJAR BAHASA INDONESIA KELAS 6 KURIKULUM MERDEKA.pdfMODUL AJAR BAHASA INDONESIA KELAS 6 KURIKULUM MERDEKA.pdf
MODUL AJAR BAHASA INDONESIA KELAS 6 KURIKULUM MERDEKA.pdf
 
MAKALAH KELOMPOK 7 ADMINISTRASI LAYANAN KHUSUS.pdf
MAKALAH KELOMPOK 7 ADMINISTRASI LAYANAN KHUSUS.pdfMAKALAH KELOMPOK 7 ADMINISTRASI LAYANAN KHUSUS.pdf
MAKALAH KELOMPOK 7 ADMINISTRASI LAYANAN KHUSUS.pdf
 
Modul Ajar Bahasa Inggris - HOME SWEET HOME (Chapter 3) - Fase D.pdf
Modul Ajar Bahasa Inggris - HOME SWEET HOME (Chapter 3) - Fase D.pdfModul Ajar Bahasa Inggris - HOME SWEET HOME (Chapter 3) - Fase D.pdf
Modul Ajar Bahasa Inggris - HOME SWEET HOME (Chapter 3) - Fase D.pdf
 
AKSI NYATA BERBAGI PRAKTIK BAIK MELALUI PMM
AKSI NYATA BERBAGI PRAKTIK BAIK MELALUI PMMAKSI NYATA BERBAGI PRAKTIK BAIK MELALUI PMM
AKSI NYATA BERBAGI PRAKTIK BAIK MELALUI PMM
 
DEMONSTRASI KONTEKSTUAL MODUL 1.3 CGP 10.pptx
DEMONSTRASI KONTEKSTUAL MODUL 1.3 CGP 10.pptxDEMONSTRASI KONTEKSTUAL MODUL 1.3 CGP 10.pptx
DEMONSTRASI KONTEKSTUAL MODUL 1.3 CGP 10.pptx
 
MODUL P5 KEWIRAUSAHAAN SMAN 2 SLAWI 2023.pptx
MODUL P5 KEWIRAUSAHAAN SMAN 2 SLAWI 2023.pptxMODUL P5 KEWIRAUSAHAAN SMAN 2 SLAWI 2023.pptx
MODUL P5 KEWIRAUSAHAAN SMAN 2 SLAWI 2023.pptx
 
PELAKSANAAN + Link2 Materi BimTek _PTK 007 Rev-5 Thn 2023 (PENGADAAN) & Perhi...
PELAKSANAAN + Link2 Materi BimTek _PTK 007 Rev-5 Thn 2023 (PENGADAAN) & Perhi...PELAKSANAAN + Link2 Materi BimTek _PTK 007 Rev-5 Thn 2023 (PENGADAAN) & Perhi...
PELAKSANAAN + Link2 Materi BimTek _PTK 007 Rev-5 Thn 2023 (PENGADAAN) & Perhi...
 
Bab 7 - Perilaku Ekonomi dan Kesejahteraan Sosial.pptx
Bab 7 - Perilaku Ekonomi dan Kesejahteraan Sosial.pptxBab 7 - Perilaku Ekonomi dan Kesejahteraan Sosial.pptx
Bab 7 - Perilaku Ekonomi dan Kesejahteraan Sosial.pptx
 
PPT Mean Median Modus data tunggal .pptx
PPT Mean Median Modus data tunggal .pptxPPT Mean Median Modus data tunggal .pptx
PPT Mean Median Modus data tunggal .pptx
 
Kontribusi Islam Dalam Pengembangan Peradaban Dunia - KELOMPOK 1.pptx
Kontribusi Islam Dalam Pengembangan Peradaban Dunia - KELOMPOK 1.pptxKontribusi Islam Dalam Pengembangan Peradaban Dunia - KELOMPOK 1.pptx
Kontribusi Islam Dalam Pengembangan Peradaban Dunia - KELOMPOK 1.pptx
 
Tim Yang Lolos Pendanaan Hibah Kepedulian pada Masyarakat UI 2024
Tim Yang Lolos Pendanaan Hibah Kepedulian pada Masyarakat  UI 2024Tim Yang Lolos Pendanaan Hibah Kepedulian pada Masyarakat  UI 2024
Tim Yang Lolos Pendanaan Hibah Kepedulian pada Masyarakat UI 2024
 
CAPACITY BUILDING Materi Saat di Lokakarya 7
CAPACITY BUILDING Materi Saat di Lokakarya 7CAPACITY BUILDING Materi Saat di Lokakarya 7
CAPACITY BUILDING Materi Saat di Lokakarya 7
 
MATEMATIKA EKONOMI MATERI ANUITAS DAN NILAI ANUITAS
MATEMATIKA EKONOMI MATERI ANUITAS DAN NILAI ANUITASMATEMATIKA EKONOMI MATERI ANUITAS DAN NILAI ANUITAS
MATEMATIKA EKONOMI MATERI ANUITAS DAN NILAI ANUITAS
 
PPT PERUBAHAN LINGKUNGAN MATA PELAJARAN BIOLOGI KELAS X.pptx
PPT PERUBAHAN LINGKUNGAN MATA PELAJARAN BIOLOGI KELAS X.pptxPPT PERUBAHAN LINGKUNGAN MATA PELAJARAN BIOLOGI KELAS X.pptx
PPT PERUBAHAN LINGKUNGAN MATA PELAJARAN BIOLOGI KELAS X.pptx
 
mengapa penguatan transisi PAUD SD penting.pdf
mengapa penguatan transisi PAUD SD penting.pdfmengapa penguatan transisi PAUD SD penting.pdf
mengapa penguatan transisi PAUD SD penting.pdf
 
RENCANA & Link2 Materi Pelatihan_ "Teknik Perhitungan TKDN, BMP, Preferensi H...
RENCANA & Link2 Materi Pelatihan_ "Teknik Perhitungan TKDN, BMP, Preferensi H...RENCANA & Link2 Materi Pelatihan_ "Teknik Perhitungan TKDN, BMP, Preferensi H...
RENCANA & Link2 Materi Pelatihan_ "Teknik Perhitungan TKDN, BMP, Preferensi H...
 
Salinan dari JUrnal Refleksi Mingguan modul 1.3.pdf
Salinan dari JUrnal Refleksi Mingguan modul 1.3.pdfSalinan dari JUrnal Refleksi Mingguan modul 1.3.pdf
Salinan dari JUrnal Refleksi Mingguan modul 1.3.pdf
 
Pendidikan-Bahasa-Indonesia-di-SD MODUL 3 .pptx
Pendidikan-Bahasa-Indonesia-di-SD MODUL 3 .pptxPendidikan-Bahasa-Indonesia-di-SD MODUL 3 .pptx
Pendidikan-Bahasa-Indonesia-di-SD MODUL 3 .pptx
 

Pedoman Umum EYD Part 2

  • 2. II. Penulisan Kata a. Kata Dasar b. Kata Turunan c. Bentuk Ulang d. Gabungan Kata e. Suku Kata f. Kata Depan di, ke, dan dari g. Partikel h. Singkatan dan akronim i. Angka dan Bilangan j. Kata Ganti ku-, kau-, -ku, -mu, dan –nya k. Kata si dan sang
  • 3. A. Kata Dasar Kata yang berupa kata dasar ditulis sebagai satu kesatuan . Misalnya: Buku itu sangat menarik. Kantor pajak penuh sesak.
  • 4. B. Kata Turunan 1. a. Imbuhan (awalan, sisipan, akhiran) ditulis serangkai dengan bentuk dasarnya. Misalnya: berjalan. b. Imbuhan dirangkaian dengan tanda hubung jika ditambahkan pada bentuk singkatan atau kata dasar yang bukan bahasa indonesia. Misalnya: mem-PHK-kan. 2. Jika bentuk dasarnya berupa gabungan kata, awalan atau akhiran ditulis serangkai dengan kata yang langsung mengikuti atau mendahuluinya. (Lihat juga keterangan tantang tanda hubung bab III, huruf E, butir 5). Misalnya: bertepuk tangan.
  • 5. 3. Jika bentuk dasar yang berupa gabungan kata mendapat awalan dan akhiran sekaligus, unsur gabungan kata itu ditulis serangkai. (Lihat juga keterangan tentang tanda hubung, bab III, huruf E, butir 5). Misalnya: dilipatgandakan. 4. Jika salah satu unsur gabungan kata hanya dipakai dalam kombinasi, gabungan kata itu ditulis serangkai. Misalnya: adipati.
  • 6. Catatan: 1) Jika bentuk terikat diikuti oleh kata yang huruf awalnya huruf kapital, tanda hubung (-) digunakan diantara kedua unsur itu. Misalnya: non-indonesia. 2) Jika kata maha sebagai unsur gabungan merujuk kepada tuhan yang diikuti oleh kata berimbuhan, gabungan tu ditulis terpisah dan unsur-unsurnya dimulai dengan huruf kapital. Misalnya: Marilah kita bersyukur kepada Tuhan Yang Maha Pengasih.
  • 7. 3) Jika kata maha, sebagai unsur gabungan, merujuk kepada tuhan dan diikuti oleh kata dasar, kecuali kata esa, gabungan itu ditulis serangkai. Misalnya: Tuhan Yang Mahakuasa menentukan arah hidup kita. 4) Bentuk-bentuk terikat dari bahasa asing yang diserap ke dalam bahasa indonesia, seperti pro, kontra, dan anti, dapat digunakan sebagai bentuk dasar. Misalnya: Sikap masyarakat yang pro lebih banyak daripada yang kontra.
  • 8. 5) Kata tak sebagai unsur gabungan dalam peristilahan ditulis serangkai dengan bentuk dasar yang mengikutinya, tetapi ditulis terpisah jika diikuti oleh bentuk berimbuhan. Misalnya: taklaik terbang.
  • 9. C. Bentuk Ulang 1. Bentuk ulang ditulis dengan menggunakan tanda hubung di antara unsur-unsurnya. Mislanya: anak-anak. Catatan: a. Bentuk ulang gabungan kata ditulis dengan mengulang unsur pertama saja. Misalnya: surat kabar -> surat-surat kabar. b. Bentuk ulang gabungan kata yang unsur keduanya adjektiva ditulis dengan mengulang unsur pertama atau unsur keduanya dengan makna yang berbeda. Misalnya: orang besar -> orang-orang besar, orang besar-besar.
  • 10. 2. Awalan dan akhiran ditulis serangkai dengan bentuk ulang. Misalnya: kekanak-kanakan. (Lihat keinggris-inggrisan bab I, huruf F, butir 7). Catatan: Angka 2 dapat digunakan dalam penulisan bentuk ulang untuk keperluan khusus, seperti dalam pembuatan catatan rapat atau kuliah. Misalnya: Pemerintah sedang mempersiapkan rancangan undang2 baru.
  • 11. D. Gabungan Kata 1. Unsur-unsur gabungan kata yang lazim disebut kata majemuk ditulis terpisah. Misalnya: duta besar, orang tua. 2. Gabungan kata yang dapat menimbulkan kesalahan pengertian dapat ditulis dengan menambahkan tanda hubung diantara unsur- unsurnya untuk menegaskan pertalian unsur yang bersangkutan. Misalnya: anak-istri Ali. 3. Gabungan kata yang dirasakan sudah padu benar ditulis serangkai. Mislanya: acapkali.
  • 12. E. Suku Kata 1. Pemenggalan kata pada kata dasar dilakukan sebagai berikut. a. Jika ditengah kata ada huruf vokal yang berurutan, pemenggalannya dilakukan di antara kedua huruf vokal itu. Mislanya: bu-ah. b. Huruf diftong ai, au, dan oi tidak dipenggal. Misalnya: pan-dai. c. Jika di tengah kata dasar ada huruf konsonan (termasuk gabungan huruf konsonan) di antara dua buah huruf vokal, pemenggalannya dilakukan sebelum huruf konsonan itu. Misalnya: ba-pak.
  • 13. d. Jika ditengah kata dasar ada dua huruf konsonan yan gberurutan, pemenggalannya dilakukan di antara kedua huruf konsonan itu. Misalnya: Ap- ril. e. Jika ditengah kata dasar ada tiga huruf konsonan atau lebih yang masing-masing melambangkan satu bunyi, pemenggalannya dilakukan di antara huruf konsonan yang pertama dan huruf konsonan yang kedua. Misalnya: ul-tra. Catatan: 1. Gabungan huruf konsonan yang melambangkan satu bunyi tidak dipenggal. Mislanya: bang-krut. 2. Pemenggalan kata tidak boleh menyebabkan munculnya satu huruf (vokal) di awal dan imbuhan atau pertikel itu. Misalnya: itu -> i-tu
  • 14. F. Kata Depan di, ke, dari Kata depan di, ke, dan dari ditulis terpisah dari kata yang mengikutinya, kecuali id dalam gabungan kata yang sudah lazim dianggap sebagai satu kata, seperti kepada dan daripada. (Lihat juga bab II, huruf D, butir 3) Misalnya: Bermalam sajalah di sini. Catatan: Kata-kata yang dicetak miring didalam kalimat seperti di bawah ini ditulis serangkai. Misalnya: Kami percaya sepenuhnya kepadanya.
  • 15. G. Partikel 1. Partikel –lah, -kah, dan –tah ditulis serangkai dengan kata yang mendahuluinya. Misalnya: Bacalah buku itu baik-baik! 2. Partikel –pun ditulis terpisah dari kata yang mendahuluinya. Misalnya: Apa pun permasalahannya, dia dapat mengatasinya dengan bijaksana. Catatan: Partikel pun pada gabungan yan glazim dianggap padu ditulis serangkai dengan kata yang mendahuluinya. Misalnya: Adapun sebab-sebabnya belum diketahui.
  • 16. 3. Partikel –per yang berarti ‘demi’, ‘tiap’, atau ‘mulai’ ditulis terpisah dari kata yang mengikutinya. Misalnya: Mereka masuk ke dalam ruangan satu per satu. Catatan: Partikel per dalam bilangan pecahan yang ditulis dengan huruf dituliskan serangkai dengan kata yang mengikutinya. (Lihat Bab II, Huruf I, Butir 7).
  • 17. H. Singkatan dan Akronim 1. Singkatan ialah bentuk singkat yang terdiri atas satu huruf atau lebih. a. Singkatan nama orang, nama gelar, sapaan, jabatan, atau pangkat diikuti dengan tanda titik di belakang tiap-tiap singkatan itu. Misalnya: H. Hamid -> Haji Hamid. b. Singkatan nama resmi lembaga pemerintah dan ketatanegaraan, badan atau organisasi, serta nama dokumen resmi yang terdiri atas gabungan huruf awal kata ditulis dengan huruf kapital dan tidak diikuti dengan tanda titik. Misalnya: SD -> Sekolah Dasar.
  • 18. c. 1) Singkatan kata yan gberupa gabungan huruf diikuti dengan tanda titik. Misalnya: jml. -> jumlah. 2) Singkatan gabungan kata yang terdiri atas tiga huruf diakhiri dengan tanda titik. Misalnya: dll. -> dan lain-lain. Catatan: Singkatan itu dapat dignakan untuk keperluan khusus, seperti dalam pembuatan catatan rapat dan kuliah. d. Singkatan gabungan kata yang terdiri atas dua huruf (lazim digunakan dalam sirat menyurat) masing-masing diikuti oleh tanda titik. Misalnya: a.n. -> atas nama.
  • 19. e. Lambang kimia, singkatan satuan ukuran, takaran, timbangan, dan mata uang tidak diikuti tanda dengan titik. Misalnya: Cu -> kuprum. 2. Akronim adalah singkatan dari dua kata atau lebih yang diperlakukan sebagai sebuah kata. a. Akronim nama diri yang berupa gabungan huruf awal unsur-unsur nama diri ditulis seluruhnya dengan huruf kapital tanpa tanda titik. Misalnya: SIM -> surat izin mmengemudi. b. Akronim nama diri yang berupa singkatan dari beberapa unsur ditulis dengan huruf awal kapital. Misalnya: Bulog - > Badan Urusan Logistik. c. Akronim bukan nama diri yang berupa singkatan dari dua kata atau lebih ditulis dengan huruf kecil. Misalnya: pemilu -> pemilihan umum.
  • 20. Catatan: Jika pembentukan akronim dianggap perlu, hendaknya diperhatikan syarat-syarat berikut. 1. Jumlah suku kata akronim tidak melebihi jumlah suku kata yang lazim pada kata indonesia (tidak lebih dari tiga suku kata). 2. Akronim dibentuk dengan mengindahkan keserasian kombinasi vokal dan konsonan yang sesuai dengan pola kata bahasa indonesia yan glazim agar mudah diucapkan dan diingat.
  • 21. I. Angka dan Bilangan Bilangan dapat dinyatakan dengan angka atau kata. Angka dipakai sebagai lambang bilangan atau nomor. Di dalam tulisan lazim digunakan angka arab atau angka romawi. Angka arab : 0, 1, 2, 3, 4, 5, 6, 7, 8, 9 Angka romawi : I, II, III, IV, V,VI, VII, VIII, IX, X, L (50), C (100), D (500), M (1.000), V (5.000), M (1.000.000)
  • 22. 1. Bilangan dalam teks yang dapat dinyatakan dengan satu atau dua kata ditulis dengan huruf, kecuali jika bilangan itu dipakai secara berurutan seperti dalam perincian atau paparan. Misalnya: Mereka menonton drama itu sampai tiga kali. 2. Bilangan pada awal kalimat ditulis dengan huruf, jika lebih dari dua kata, susunan kalimat diubah agar bilangan yang tidak dapat ditulis dengan huruf itu tidak ada pada awal kalimat. Misalnya: Lima puluhsiswa kelas 6 lulus ujian. Bukan: 250 orang peserta diundang Panitia dalam seminar itu.
  • 23. 3. Angka yang menunjukkan bilangan utuh besar dapat dieja sebagian supaya lebih mudah dibaca. Misalnya: Perusahaan itu baru saja mendapat pinjaman 550 miliar rupiah. 4. Angka digunakan untuk menyatakan (a) ukuran panjang, berat, luas, dan isi; (b) satuan waktu; (c) nilai uang; dan (d) jumlah. Misalnya: 5 kilogram, US$ 3,50*, £5,10*, ¥100.
  • 24. Catatan: a) Tanda titik pada contoh bertanda bintang (*) merupakan tanda desimal. b) Penulisan lambang mata uang, seperti Rp, US$, £ dan ¥ tidak diakhiri dengan tanda titik dan tidak ada spasi antara lambang itu dan angka yang mengikutinya, kecuali di dalam tabel. 5. Angka digunakan untuk melambangkan nomor jalan, rumah, apartemen, atau kamar. Misalnya: Jalan Tanah Abang I No. 15. 6. Angka digunakan untuk menomori bagian karangan atau ayat kitab suci. Misalnya: Bab X, Pasal 5, halaman 322.
  • 25. 7. Penulisan bilangan dengan huruf dilakukan sebagai berikut. a. Bilangan utuh. Misalnya: dua belas (12). b. Bilangan pecahan. Misalnya: setengah (½) Catatan: 1. Pada penulisan bilangan pecahan dengan mesin tik, spasi digunakan di antara bilangan utuh dan bilangan pecahan. 2. Tanda hubung dapat digunakan dalam penulisan lambang bilangan dengan huruf yang dapat menimbulkan salah pengertian. Misalnya: 20(2/3) (dua puluh dua-pertiga)
  • 26. 8. Penulisan bilangan tingkat dapat dilakukan dengan cara berikut. Misalnya: a. Pada awal abad XX (angka romawi kapital) dalam kehidupan pada abad ke-20 ini (huruf dan angka arab) pada awal abad kedua puluh (huruf). b. Kantor di tingkat II gedung itu (angka romawi) ditingkat ke-2 gedung itu (huruf dan angka arab) ditingkat kedua gedung itu (huruf). 9. Penulisan bilangan yang mendapat akhiran – an mengikuti cara berikut. (Lihat juga keterangan tentang tanda hubung Bab III, Huruf E, Bitur 5). Mislanya: lima lembar uang 1.000-an.
  • 27. 10.Bilangan tidak perlu ditulis dengan angka dan huruf sekaligus dalam teks (kecuali didalam dokumen resmi, seperti akta dan kuitansi). Misalnya: Di lemari itu tersimpan 805 buku dan majalah. 11.Jika bilangan dilambangkan dengan angka dan huruf penulisannya harus tepat. Misalnya:Saya lampirkan tanda terima uang sebesar Rp900.500,50 (sembilan ratus ribu lima ratus rupiah lima puluh sen).
  • 28. Catatan: 1. Angka romawi tidak digunakan untuk menyatakan jumlah. 2. Angka romawi digunakan untuk menyatakan penomoran bab (dalam terbitan atau produk perundang-undangan) dan nomor jalan. 3. Angka romawi kecil digunakan untuk penomoran halaman sebelum Bab I dalam naskah dan buku.
  • 29. J. Kata Ganti ku-, kau-, -ku, -mu, -nya Kata ganti ku- dan kau- ditulis serangkai dengan kata yang mengikutinya; -ku, -mu, dan –nya ditulis serangkai dengan kata yang mendahuluinya. Misalnya: Buku ini boleh kaubaca. Catatan: Kata-kata ganti itu (-ku, -mu, dan –nya) dirangkaikan dengan tanda hubung apabila digabung dengan bentuk yang berupa singkatan atau kata yang diawali dengan huruf kapital. Misalnya: KTP-mu
  • 30. K. Kata si dan sang Kata si dan sang ditulis terpisah dari kata yang mengikutinya. Misalnya: Surat itu dikembalikan kepada si pengirim. Catatan: Huruf awal si dan sang ditulis dengan huruf kapital jika kata-kata itu diperlakukan sebagai unsur nama diri. Misalnya: Harimau itu marah sekali kepada sang Kancil.