SlideShare a Scribd company logo
1 of 159
1 
DAFTAR ISI 
PNM DAN MONOZUKURI UMKM 
Parman Nataatmadja 4 
TRANSPORTASI PUBLIK DAN KUALITAS HIDUP 
Rhenald Kasali 7 
DAULAT PANGAN 
Khudori 10 
RUPIAH DAN LIKUIDITAS GLOBAL 
Firmanzah 13 
LIBERALISASI TRANSPORTASI DAN PENGUSAHA-PEJUANG 
Bayu Priawan Djokosoetono 16 
INKLUSI KEUANGAN & EKONOMI INDONESIA 
Matthew Driver 19 
MENANTI ERA BARU DIPLOMASI 
Dinna Wisnu 23 
SPIRAL EKONOMI 2015 
Firmanzah 26 
NARASI DOMESTIK DAN RELASI GLOBAL 
Ahmad Erani Yustika 29 
MEA 2015: TINGGALKAN ZONA NYAMAN, LAKUKAN INOVASI! 
Handi Sapta Mukti 32 
UU KELAUTAN DAN LAUT KITA 
Rhenald Kasali 35 
E-BANK DAN PEMBANGUNAN BERKELANJUTAN 
Nonot Harsono 38 
PERGURUAN TINGGI DAN INNOVATION DRIVEN ECONOMY 
Firmanzah 41 
7-ELEVEN, TRANSFORMASI BISNIS PT MODERN INTERNASIONAL 
TBK 
Henri Honoris 44 
SISTEM PEMBAYARAN DAN DEMOKRASI EKONOMI 
Achmad Deni Daruri 47 
R&D DAN PEMBANGUNAN PARIPURNA
2 
Firmanzah 50 
TERIMA KASIH PAK SBY, SELAMAT BEKERJA PAK JOKOWI 
Firmanzah 53 
TOL LAUT, ANTARA LOGISTIK DAN TRANSPORTASI 
Siswanto Rusdi 56 
WARISAN EKONOMI SBY 
Berly Martawardaya 59 
ERA BARU BUMN KEPELABUHANAN: SIZE IS MATTER 
Rhenald Kasali 63 
GEOPOLITIK PANGAN DAN JOKOWI-JK 
Khudori 67 
TABUNGAN PENDIDIKAN 
Budi Frensidy 70 
JOMBLO LIFESTYLE 
Yuswohady 73 
PERAN REGULATOR DAN MEKANISME PASAR 
Firmanzah 76 
MEMBACA KABINET BLUSUKANOMIC 
Eko B Supriyanto 79 
MEA 2015: DIGADANG DALAM KECEMASAN 
Wahyu T Setyobudi 83 
KABINET KERJA DALAM PERLAWANAN ASIA 
Bambang Soesatyo 86 
KABINET & EKSPEKTASI PUBLIK 
Ahmad Erani Yustika 89 
ERA BARU BUMN: SIZE DOES MATTER (3) 
Rhenald Kasali 92 
MENAKAR KESIAPAN INDUSTRI PARIWISATA SYARIAH 
Riyanto Sofyan 95 
PELINDO INCORPORATED 
Rhenald Kasali 98 
MELEPASKAN BELENGGU SUBSIDI BBM 
Satya Widya Yudha 102
3 
SEKTOR KONSTRUKSI SEBAGAI MOTOR PEMBANGUNAN 
Arif Budimanta 106 
POTENSI BROADBAND-BASED ECONOMY 
Firmanzah 109 
MERUMUSKAN KEMBALI PERAN INDONESIA DI ASEAN 
Shofwan Al Banna Choiruzzad 112 
KEKURANGAN PIDATO PRESIDEN JOKOWI DI APEC 
Dinna Wisnu 115 
MERANGKUL SEKTOR PELAYARAN 
Siswanto Rusdi 118 
MENIMBANG PENARIKAN DANA PEMDA DI BPD 
Paul Sutaryono 121 
SINERGI KEBIJAKAN MARITIM INDONESIA 
Shiskha Prabawaningtyas 124 
EKSPEKTASI BIDANG PERTANIAN 
Posman Sibuea 128 
SPORT-INDUSTRY 
Firmanzah 131 
DAMPAK POLITIK DARI KEMAJUAN TEKNOLOGI ENERGI 
Dinna Wisnu 134 
NASIB INDUSTRI KREATIF TANPA MENTERI 
Rama Datau Gobel 138 
PENGALIHAN SUBSIDI BBM? 
Marwan Batubara 141 
SISA SUBSIDI BBM: TETAP SALAH SASARAN 
Bambang Setiaji & Muslich Hartadi 144 
INTERPELASI PIL PAHIT JOKOWI 
Bambang Soesatyo 147 
SETELAH HARGA BBM NAIK 
Firmanzah 150 
SISTEM PEMBAYARAN DAN RISIKO SISTEMIK 
Achmad Deni Daruri 153 
DIPLOMASI SAWIT JOKOWI 
Dinna Wisnu 156
4 
PNM dan Monozukuri UMKM 
Koran SINDO 
16 September 2014 
Pekan lalu saya mendapatkan kesempatan mengikuti seminar “Entrepreneurship dan 
Monozukuri: Konsep Keberhasilan Wirausaha Jepang Membangun Ekonomi dan 
Masyarakat” yang bertajuk “Toyota & Monozukuri”. Saya hadir pada acara tersebut atas 
undangan dari Perhimpunan Persahabatan Indonesia Jepang (PPIJ) yang dipimpin oleh 
pengusaha nasional Rachmat Gobel. 
Selain diajak mengikuti pemaparan ide dari Masahiro Nonami, chairman The Jakarta Japan 
Club, serta pembicara dari PT Toyota Motor Manufacturing Indonesia, kami juga diajak 
berkeliling dan menyaksikan bagaimana Toyota, produsen automotif raksasa asal Jepang itu, 
membangun industri automotif di Indonesia. Hal penting dan menarik yang bisa saya garis 
bawahi selama rangkaian acara tersebut adalah bagaimana Jepang bisa membangun ekonomi 
dan masyarakatnya melalui wirausaha. 
Monozukuri berasal dari kata “mono” yang berarti produk atau barang, dan “zukuri” yang 
berarti proses pembuatan atau penciptaan. Secara umum dalam percakapan sehari-hari 
diartikan sebagai produksi/menghasilkan atau manufacturing/pembuatan. Namun demikian, 
konsep ini mengandung makna yang jauh lebih luas dari arti harfiahnya. Kata majemuk 
tersebut mengungkapkan kepemilikan spirit menciptakan dan memproduksi produk-produk 
unggul serta kemampuan untuk secara terus menerus menyempurnakan proses dan sistem 
produksinya. Salah satu faktor yang mendukung keberhasilan Jepang dalam membangun 
ekonomi dan masyarakatnya setelah Perang Dunia II adalah keunggulan Monozukuri yang 
dilaksanakan oleh para manajer, engineer, dan karyawan. 
Pada saat melakukan kunjungan ke pabrik, kami disajikan gambaran nyata bagaimana Toyota 
membangun industri automotif secara detail. Semua dilakukan dengan membangun sistem 
yang benar dan terintegrasi. Semua langkah yang dijalankan ini akan menciptakan efisiensi 
tinggi dalam berproduksi namun tetap humanis, yang pada ujungnya akan menghasilkan 
pendapatan dan laba perusahaan. Ketua Umum PPIJ Rachmat Gobel menandaskan, dalam 
membangun suatu (perusahaan dll) maka kita harus mau blusukan seperti yang dilakukan 
oleh Joko Widodo, presiden terpilih. “Dengan blusukan, kita akan bisa mendapatkan detail 
permasalahan yang ada sehingga bisa menentukan langkah dan strategi yang tepat untuk 
menjalankannya,” ujarnya. 
Membangun Sistem
5 
Merujuk pada filosofi Monozukuri, pengembangan usaha mikro kecil dan menengah 
(UMKM) pun seharusnya dilakukan dengan membangun sistem yang benar dan dijalankan 
secara terintegrasi. Cara seperti inilah yang dilakukan oleh PT Permodalan Nasional Madani 
(persero) atau dikenal dengan PNM dalam menjalankan kegiatan usahanya. UMKM 
merupakan salah satu pilar ekonomi bangsa dan telah terbukti tahan terhadap krisis ekonomi. 
Namun pada kenyataannya, kiprah kelompok usaha ini masih terbatas dan belum bisa 
mendominasi di kancah ekonomi nasional, apalagi global. 
Pengembangan dan pemberdayaan UMKM tidak bisa dilakukan hanya dengan memberikan 
bantuan dana murah, namun mereka dibiarkan untuk berkembang sendiri. Persoalan dalam 
berusaha adalah dibutuhkannya kemampuan (manajerial) untuk mengembangkan usaha 
hingga menjaga kesinambungan usaha. Karena itu, PNM yang didirikan pada 1 Juni 1999 ini, 
mengemban amanat pemerintah untuk mengembangkan dan memajukan sektor UMKM dan 
koperasi, yakni melalui: Moda Financial (melalui pembiayaan dan penyertaan) untuk 
penyediaan dan penguatan modal kerja dan investasi UMKM; Moda Intelektual (melalui 
Pendampingan dan Pengembangan Kapasitas usaha) untuk meningkatkan nilai tambah bagi 
UMKM; serta Moda Sosial (mengoneksikan para pelaku bisnis UMKM). 
Pengembangan bisnis UMKM seharusnya bisa dijalankan dengan mencontoh filosofi 
Monozukuri, yakni dengan membangun sistem yang benar dan dijalankan secara terintegrasi 
dengan pihak-pihak lain yang terkait. Oleh sebab itu, hal yang lebih penting adalah 
bagaimana kita membantu para pelaku UMKM tersebut, sehingga mereka dapat 
meningkatkan kapasitas usahanya agar bisa menjalankan produksi dengan baik. 
Mereka juga diharapkan bisa meningkatkan kualitas produk agar diterima oleh pasar yang 
lebih luas hingga mampu menembus pasar global dan bersaing dengan produk dari luar 
negeri. Apalagi pada 2015 Indonesia masuk ke dalam Masyarakat Ekonomi ASEAN (MEA), 
sehingga penjualan barang dan jasa bisa berjalan secara lintas negara tanpa boleh dihambat. 
Metode pengembangan kapasitas usaha yang dijalankan oleh PNM dilakukan melalui 
serangkaian proses, yaitu dimulai dari persiapan dan sosialisasi, pelatihan, pendampingan 
usaha dan pemberdayaan kelompok hingga proses monitoring-nya yang memungkinkan suatu 
usaha tersebut ditingkatkan kemitraannya hingga opsi dilakukan pembiayaan lanjutan. 
Proses persiapan dilakukan dengan cara pemetaan potensi dan inventarisasi permasalahan 
untuk pengembangan UMK. Melibatkan lembaga independen sesuai dengan kebutuhan dan 
keahlian termasuk perguruan tinggi. Hasil pemetaan dan inventarisasi ditindaklanjuti dalam 
bentuk pelatihan serial, yang mencakup keuangan, produksi, pemasaran, kelompok, 
pengemasan, dll. Aktivitas pelatihan ini dijalankan dengan melibatkan lembaga independen 
sesuai dengan kebutuhan dan keahlian, termasuk dinas terkait dan perguruan tinggi. 
Tahapan selanjutnya adalah mendampingi operasional usaha dan produksi pascapelatihan dan 
pendampingan kelompok. Aktivitas pendampingan ini juga melibatkan lembaga terkait sesuai 
dengan program pengembangan kapasitas usaha yang disiapkan PNM. Pada akhirnya,
6 
program diserahkan kepada pemerintah daerah setempat. Namun, PNM tetap melakukan 
monitoring dan menyediakan dukungan yang dibutuhkan. 
Semua proses ini harus dijalankan secara bersamaan dengan jasa pembiayaan. Hal semacam 
inilah yang tidak didapatkan para pelaku UMKM apabila mereka mendapatkan kredit dari 
perbankan atau lembaga keuangan mikro lainnya. Karena itu, pemberdayaan UMKM tidak 
bisa dijalankan hanya dengan memberikan dana murah. Melainkan harus didesain dengan 
sistem yang benar dan dijalankan secara terintegrasi dengan lembaga lain yang terkait. ● 
PARMAN NATAATMADJA 
Direktur Utama PT Permodalan Nasional Madani (Persero)
7 
Transportasi Publik dan Kualitas Hidup 
Koran SINDO 
18 September 2014 
Dulu, dari rumah saya di kawasan Jatimurni, Bekasi, kalau hendak mengajar di kampus 
Salemba, saya cukup berangkat dari rumah pukul 06.30 atau 07.00 pagi. Hanya dalam satu 
setengah jam saya sudah tiba, dan masih bisa menghirup udara segar. Lagi pula jalanan 
belum ramai. Ada macet, tapi tak seberapa. 
Kalau mau mengajar ke kampus Depok, dari Salemba kami hanya butuh waktu sekitar satu 
jam. Paling hanya macet di perlintasan rel kereta api. Begitulah dilema akademisi yang harus 
mengajar dan mengikuti rapat di dua lokasi kampus yang berjauhan: satu di pusat Jakarta, 
satu lagi di Jawa Barat. 
Tetapi belakangan, sebelum matahari terbit saya sudah ingin segera berangkat. Itu pun harus 
melewati “jalan tikus”, menembus kampung yang kalau berpapasan dengan mobil lain 
terpaksa kami harus masuk ke pekarangan rumah masyarakat. Kalau telat sedikit dan 
matahari sudah naik, maka begitu masuk jalan tol, jalan sudah super padat. 
Dan akibatnya saya terlambat berjam-jam. Bukan tambah sejam, melainkan bisa tiga jam. 
Luar biasa! Itu berarti hari masih sekitar pukul 04.30. Saya tidak sendiri, saya lihat tetangga 
dan masyarakat sekarang juga sudah meninggalkan rumahnya pagi itu. Ratusan motor 
bergerak cepat, sekali mobil berhenti klakson marah langsung terdengar dari motor di 
belakang yang jumlahnya, ampun, banyak sekali. Sebagian besar mereka hendak ke Jakarta. 
Apa yang mendorong mereka berangkat pada pagi buta? Dalam suatu kesempatan, saya 
mendengar cerita mereka. Katanya, mereka yang tinggal di kawasan penyangga Jakarta, 
seperti Bogor, Tangerang, Depok, atau Bekasi, kalau berangkat pagi buta sangat 
memungkinkan tiba di kantor lebih cepat, sejam saja. Jadi, sekitar pukul 05.30 sudah sampai. 
Setelah itu ada sebagian dari mereka yang masih bisa sarapan, kemudian melanjutkan 
tidurnya 1,5-2 jam di mobil atau di ruang kantor kalau pintu kantornya sudah buka. Sekitar 
pukul 08.00 mereka resmi mulai ngantor. 
Mengapa tidak berangkat pukul 06.00? Seperti kata saya tadi, mereka bilang, kalau berangkat 
jam segitu, mungkin baru bisa sampai kantor pukul 09.00. Sesampai di kantor kondisi fisik 
dan emosinya pasti lelah. Siapa yang tak lelah didera kemacetan 2,5-3 jam di perjalanan? 
Belum lagi menghadapi tekanan dari rekan kerja yang sinis melihat kita terlambat. 
Saya tercenung mendengar cerita mereka. Bagi Anda yang kurang yakin, silakan cek di 
kantor-kantor. Mungkin belum banyak yang melakoni cara hidup seperti ini, tetapi ada. Saya
8 
kira dalam beberapa waktu ke depan, kalau tak kunjung ada perbaikan dalam layanan 
transportasi publik, jumlahnya pasti akan semakin bertambah. Celakanya, waktu pulangnya 
kita tak bisa menghemat waktu selain pulang lebih malam setelah sebagian besar orang 
sampai di rumah. Jadi hampir pasti semuanya tiba di rumah dengan perut lapar dan kondisi 
fisik yang sudah lunglai. Sementara rumah makan dan perpustakaan kompak pukul 22.00 
sudah tutup. Padahal, mungkin banyak orang yang membutuhkan layanan mereka justru di 
saat jalan sedang macet-macetnya. 
Dulu dan Sekarang 
Itulah fenomena perubahan sosial yang terjadi di depan mata. Sungguh merisaukan. 
Kehidupan macam apa yang sebetulnya tengah dijalani oleh para pekerja yang tinggal di 
kawasan penyangga Jakarta? Belum lagi para buruh yang hanya mampu tinggal di rumah 
kontrakan yang sempit jauh dari kantor. Baiklah, saya tak ingin menyinggung soal 
produktivitas. Apalagi membandingkannya dengan pekerja negara-negara tetangga yang 
setiap hari hanya menghabiskan maksimal dua jam di jalan. Bukan itu yang membuat saya 
risau, melainkan apa jadinya masa depan keluarga Indonesia? 
Apa jadinya dengan hubungan suami-istri (angka perceraian, konflik, dan KDRT) dan anak-anak, 
yang setiap hari mungkin hanya bertemu satu-dua jam dengan orang tuanya itu pun 
dengan kondisi fisik yang sudah sangat kelelahan. Dan, ingat kian banyak suami-istri yang 
keduanya sama-sama bekerja. Dulu, mungkin kita masih mendengar cerita tentang keluarga 
yang rukun dan bahagia. Setiap hari bisa menikmati makan malam dan berdoa bersama. Kini, 
berapa banyak di antara mereka yang masih bisa makan malam bersama di ruang keluarga? 
Dulu mungkin kita masih mendengar ada orang tua yang memeriksa PR dan mendampingi 
anak-anaknya belajar. Kini, berapa banyak di antara mereka yang masih punya waktu untuk 
melakukan hal ini? Dulu mungkin kita masih mendengar ada orang tua yang kerap 
menceritakan dongeng sebelum tidur pada anak-anaknya. Kini, berapa banyak di antara 
mereka yang masih sempat menceritakan dongeng sebelum tidur kepada anak-anaknya? 
Sementara semua yang saya tanyakan di atas masih dilakukan traditional parents di negara-negara 
maju. Inilah kegelisahan saya sebagai orang tua sekaligus pendidik yang setiap hari 
berkawan dengan anak-anak Anda, apakah di kampus atau lewat social media. 
Backbone Transportasi 
Sekarang mari kita sejenak berangan-angan. Andai kita bangun jam 05.30, lalu berolahraga 
20-30 menit. Jam 06.00, masih sempat sarapan bersama anak-anak, sebelum melepas atau 
mengantar mereka ke sekolah. Jam 06.30, mandi dan bersiap-siap pergi ke kantor. Lalu, jam 
08.00 sudah sampai kantor. Bagi Anda yang tinggal di kawasan Bogor, Depok, Tangerang, 
atau Bekasi, dan bekerja di Jakarta, mungkinkah itu terjadi? Mimpi! Sebaliknya, saya 
melihatnya sangat mungkin, dengan catatan, jangan pakai kendaraan pribadi. Lupakan pula 
bus kota, antarkota atau antarprovinsi. Satu-satunya moda yang memungkinkan Anda sampai
ke kantor hanya dalam tempo satu jam adalah kereta. Bentuknya bisa monorel, atau kereta rel 
listrik. 
Itu sebabnya saya sangat jengkel ketika pembahasan monorel tertunda-tunda, bahkan terhenti. 
Kita jengkel ketika mendengar jalan tol baru enam ruas dikejar agar dibangun di tengah kota. 
Semua itu sama sekali tidak akan membantu mengurai masalah yang membuat kita 
menghabiskan begitu banyak waktu di jalan. Penambahan ruas jalan tol tadi hanya akan 
merangsang masyarakat untuk membeli kendaraan pribadi. Belajarlah dari negara-negara 
maju yang menjadikan kereta api sebagai backbone transportasi publik. 
Di sana, semua orang lebih suka menyimpan mobilnya di garasi, atau di area parkir stasiun, 
dan kemudian mereka melanjutkan perjalanannya ke kantor dengan kereta. Tapi, jangan 
pembangunan rel dan keretanya diserahkan ke swasta. Semua mesti dikerjakan dan dibiayai 
oleh pemerintah, sehingga tak perlu memikirkan kapan investasinya bakal kembali. Ini bukan 
bisnis. Ini public service, yang menjadi tugas utama pemerintah untuk menyediakannya. Jadi 
sudah tidak selayaknya lagi pemerintah memikirkan return on investment. Apalagi uang 
untuk membangun jaringan rel dan keretanya bukan uang pemerintah, tapi uang kita yang 
dipungut melalui pajak. Bedakanlah antara mengurus return (yang menjadi hitungan kaum 
bisnis) dengan mengurus keekonomian dan kesejahteraan (yang menjadi urusan negara). 
9 
Inilah waktunya bagi pemerintah untuk kembali ke khitah-nya. Ini soal meningkatkan 
produktivitas pekerja, memperbaiki daya saing, meningkatkan kualitas hidup keluarga, masa 
depan anak-anak dan kebahagiaan banyak orang. Kalau pemerintah masih mau hitung-hitungan 
soal ini, sungguh bebal! ● 
RHENALD KASALI 
Pendiri Rumah Perubahan 
@Rhenald_Kasali
10 
Daulat Pangan 
Koran SINDO 
18 September 2014 
Beban yang dipikul sektor pertanian kian berat. Di satu sisi sektor ini menampung lebih 
sepertiga tenaga kerja. Di sisi lain bertahun-tahun sektor pertanian tumbuh rendah. Sektor 
manufaktur yang diharapkan menyerap banyak tenaga kerja jauh panggang dari api. Akibat 
surplus tenaga kerja, kemiskinan menumpuk di sektor pertanian. 
BPS mencatat, dari jumlah penduduk miskin 28,28 juta orang, Maret 2014, 63% tinggal di 
desa yang sebagian besar petani. Sebagai produsen pangan petani jadi kelompok paling 
terancam rawan pangan. Lahan pertanian kian sempit dan kelelahan. Keuntungan pertanian 
on farm belum menjanjikan, produktivitas aneka pangan melandai, diversifikasi pangan 
gagal, jumlah penduduk kian banyak, sementara karena deraan kemiskinan konversi lahan 
pertanian berlangsung kian masif. Bukan hanya lahan, petani pun terancam punah. Menurut 
Sensus Pertanian 2013, selama satu dekade terakhir jumlah keluarga petani menurun 5 juta, 
dari 31,17 jadi 26,13 juta. 
Pertanian dijauhi karena tak menjanjikan kesejahteraan dan masa depan. Menurut BPS, 
pendapatan rumah tangga tani dari usaha di sektor pertanian rata-rata Rp12,4 juta/tahun atau 
Rp1 juta/bulan. Pendapatan ini hanya menopang sepertiga kebutuhan. Sisanya disumbang 
dari kegiatan di luar pertanian, seperti ngojek, berdagang, dan jadi pekerja kasar. Fakta ini 
menunjukkan tidak ada lagi ”masyarakat petani”, yakni mereka yang bekerja di sektor 
pertanian dan sebagian besar kebutuhan hidupnya dicukupi dari kegiatan itu. 
Pertanian dijauhi tenaga kerja muda terdidik. Menurut Sensus Pertanian 2013, lebih sepertiga 
pekerja sektor pertanian berusia lebih 54 tahun. Pertanian terancam gerontrokrasi. Ini terjadi 
karena pertanian mengalami destruksi sistemis di semua lini: di on farm, off farm, serta 
industri dan jasa pendukung. Otonomi daerah dan desentralisasi membuat Kementerian 
Pertanian tidak punya ”tangan dan kaki” di daerah. Ditambah sikap pemerintah daerah yang 
tidak memandang penting pertanian membuat, sektor pertanian rapuh di segala lini. 
*** 
Sejak 2007 Indonesia defisit perdagangan pangan. Impor pangan melesat lebih cepat 
ketimbang ekspor, sehingga defisit cenderung melebar. Laju permintaan pangan di Indonesia 
sebesar 4,87% per tahun tak mampu dikejar oleh kemampuan produksi domestik. Nilai impor 
paling besar disumbang gandum, kedelai, beras, jagung, gula, susu, daging dan bakalan sapi, 
aneka buah dan bawang putih. Selama satu dekade terakhir ketergantungan Indonesia pada 
pangan impor nyaris tak berubah: 100% untuk gandum, 78% kedelai, 72% susu, 54% gula,
11 
18% daging sapi, dan 95% bawang putih. Sebagian besar diimpor dari negara-negara maju. 
Indeks keamanan pangan Indonesia, seperti diukur dalam Global Food Security Index , terus 
merosot: dari posisi 62 dari 105 negara (skor antara 0-100) pada 2012 anjlok ke posisi 72 dari 
109 negara pada 2014. Posisi negara tetangga seperti Malaysia, Thailand, Vietnam, Tiongkok 
dan Filipina lebih baik daripada Indonesia. Negara-negara industri maju sekalipun tak abai 
persoalan pangan, tecermin dari skor mereka yang tinggi. Misalnya Amerika Serikat dengan 
skor 89,3 di posisi puncak. Jepang dan Korsel berada di posisi terhormat, masing-masing ke- 
21 dengan skor 77,8 dan ke- 25 dengan skor 73,2. 
Kedaulatan pangan Indonesia kian rapuh dan rentan oleh fluktuasi harga pangan dunia dan 
perubahan iklim ekstrem yang sulit diantisipasi. Instabilitas harga pangan selalu berulang 
akibat dominasi orientasi pasar dalam kebijakan pangan. 
*** 
Presiden-wakil presiden terpilih, Jokowi-JK, berjanji menempatkan pertanian pada posisi 
penting guna mengembalikan kedaulatan pangan. Ini ditempuh lewat sejumlah langkah: 
membagikan 9 juta hektare lahan ke petani, menambah kepemilikan lahan dari 0,3 hektare 
jadi 2 hektare, membangun irigasi/embung, mencetak 1 juta hektare lahan baru, mendirikan 
bank pertanian, mendorong industri pengolahan. 
Langkah ini tak cukup guna membangun kedaulatan pangan. Agar berdaulat pangan, 
pertama-tama petani sebagai pelaku utama harus berdaulat. Petani berdaulat bila memiliki 
tanah, bukan penggarap, apalagi buruh. Karena itu, pertama, untuk menjamin tegaknya 
kedaulatan pangan, akses dan kontrol petani pada sumber daya penting (tanah, air, benih, 
teknologi, dan finansial) harus dijamin lewat reforma agraria. Tanpa jaminan akses dan 
kontrol sumber daya produksi kedaulatan hanya omong kosong. 
Kedua, sumber daya penting harus dikelola seoptimal mungkin guna memproduksi aneka 
pangan sesuai keragaman hayati dan kearifan lokal. Langkah peningkatan produksi, 
produktivitas dan efisiensi usaha tani dan tata niaga tak bisa ditawar-tawar. Kebijakan ini 
harus ditopang perluasan lahan pangan, perbaikan infrastruktur, pembenahan sistem 
informasi harga, pasar, dan teknologi. Perluasan lahan merupakan keniscayaan karena 
ketersediaan lahan pangan per kapita Indonesia amat sempit, hanya 359 m2 untuk sawah (451 
m2 bila digabung lahan kering), jauh dari Vietnam (960 m2), Thailand (5.226 m2), Tiongkok 
(1.120 m2). 
Ketiga, perlindungan petani terhadap sistem perdagangan yang tidak adil. Dalam lingkup 
sosial-ekonomi, negara perlu menjamin struktur pasar yang jadi fondasi pertanian, baik 
domestik maupun dunia, merupakan pasar yang adil. Liberalisasi kebablasan mesti dikoreksi. 
Lalu dikembangkan perdagangan adil buat petani dengan mengadopsi harga pantas (fair 
price): harga break even point (BEP), plus asuransi gagal panen (50% dari BEP), tabungan 
masa depan, dan tabungan pengembangan usaha (masing-masing 10% dari BEP).
Perdagangan adil membuat petani berdaya karena mereka punya asuransi dan dana investasi. 
12 
Dalam konteks lingkungan alam, petani perlu perlindungan atas pelbagai kerugian bencana. 
Negara perlu memberi jaminan hukum bila itu terjadi petani tak menderita. Pendek kata, 
semua yang menambah biaya eksternal petani, menurunkan harga riil produk pertanian dan 
struktur yang menghambat kemajuan pertanian perlu landasan hukum yang kuat agar 
perlindungan petani bisa dilaksanakan sebagai kewajiban negara (Pakpahan, 2012). Karena 
UU Nomor 19/2013 tentang Perlindungan dan Pemberdayaan Petani masih jauh dari 
memadai. 
Keempat, mengembalikan fungsi negara sebagai stabilisator harga pangan strategis. Caranya, 
merevitalisasi Bulog dengan memperluas kapasitasnya. Bulog tidak hanya mengurus beras, 
tetapi juga mengelola sejumlah komoditas penting lain disertai instrumen stabilisasi yang 
lengkap, seperti cadangan, harga (atas dan bawah), pengaturan impor (waktu dan kuota), dan 
anggaran yang memadai. Impor komoditas pangan pokok yang semula diserahkan swasta 
bisa dikembalikan sebagian atau seluruhnya pada Bulog. Ini akan mengeliminasi kuasa 
swasta dalam mengontrol harga dan mereduksi praktik rente. 
Agar peta jalan kedaulatan pangan berjalan, perlu dua syarat: anggaran memadai dan 
kelembagaan yang powerful. Selama reformasi pertanian dipinggirkan. Politik pembangunan 
dan anggaran menjauh dari pertanian. Pertanian dinilai tidak lagi penting. Kelembagaan yang 
mengurus pangan dibubarkan. Padahal, sejarah negara-negara maju seperti AS, Jepang, dan 
yang lain mengajarkan tidak ada negara yang ekonominya maju dan stabil tanpa ditopang 
pertanian. Meskipun ekonomi mereka sudah tidak tergantung pada pertanian, tidak serta-merta 
pertanian ditinggalkan. Justru pertanian diperkuat dengan anggaran dan aneka 
perundangan. Pertanian ditaruh di tempat terhormat: sebagai persoalan bangsa. Untuk 
berdaulat pangan, Jokowi-JK harus menempatkan pangan dan pertanian sebagai persoalan 
bangsa. 
KHUDORI 
Anggota Pokja Ahli Dewan Ketahanan Pangan Pusat, Pegiat Asosiasi Ekonomi Politik 
Indonesia (AEPI)
13 
Rupiah dan Likuiditas Global 
Koran SINDO 
22 September 2014 
Seperti mata uang di hampir mayoritas emerging market, nilai tukar rupiah berada dalam dua 
tekanan global yang saling berlawanan arah. Di satu sisi, Bank Sentral Amerika Serikat (The 
Fed) berjuang untuk mengurangi likuiditas global melalui pengurangan, sampai pada 
akhirnya tercapai penghentian stimulus moneter atau yang disebut sebagai quantitative easing 
(QE) III. Sementara di sisi lain, Bank Sentral Eropa (European Central Bank/ECB) bersama 
Bank Sentral Jepang dan Bank Sentral China justru mempertahankan dan bahkan menambah 
likuiditas untuk menggairahkan perekonomian di kawasan tersebut. 
Selain aspek-aspek dalam negeri, dua tekanan yang berlawanan arah dipastikan akan 
menciptakan ketidakpastian di pasar keuangan, baik dalam jangka pendek maupun menengah 
terhadap nilai tukar rupiah. Hal ini tecermin pada sesi perdagangan pekan lalu (minggu ke-3 
September), nilai tukar sejumlah mata uang negara-negara Asia ditutup melemah. Depresiasi 
nilai tukar mata uang negara-negara di Asia ini merupakan respons dari hasil The Federal 
Open Market Committee (FOMC) terkait tahapan pengakhiran QE III dan pengakhiran suku 
bunga murah. Pemangkasan pembelian obligasi yang menyisakan USD25 miliar ini 
direncanakan dilakukan pada bulan ini sebesar USD10 miliar dan pada Oktober sebesar 
USD15 miliar sekaligus mengakhiri kebijakan QE. 
Hal yang sedikit melegakan terkait dengan rencana kenaikan suku bunga (The Fed Rate), 
adalah pernyataan Gubernur The Fed, Janet Yellen, yang akan tetap mempertahankan suku 
bunga rendah untuk beberapa waktu (considerable time) setelah QE berakhir. Dalam rilis 
hasil rapatnya, The Fed juga menyampaikan kenaikan proyeksi suku bunga menjadi 1,375% 
di akhir 2015 dari proyeksi sebelumnya 1,125%. Dan pada tahun 2017, suku bunga ini di 
targetkan menjadi 3,75% dengan sejumlah asumsi-asumsi dari proyeksi yang dihasilkan 
komite FOMC. 
Optimisme perkembangan ekonomi AS juga tercermin dari sejumlah proyeksi yang 
disampaikan The Fed. Dalam rilisnya, The Fed memproyeksikan pertumbuhan produk 
domestik bruto (PDB) akan meningkat di kisaran 2,6-3,0% pada 2015, 2,6-2,9% di 2016, dan 
2,3-2,5 % di 2017. Tingkat pengangguran AS juga diharapkan membaik ke kisaran 5,4-5,6% 
di tahun 2015 dan 5,1-5,4% di tahun 2016. The Fed juga memproyeksikan kisaran suku 
bunga pada level 3,75% di akhir 2017 dengan ekspektasi inflasi naik 1,9-2,0%. 
Proyeksi ekonomi AS yang lebih tinggi dari sebelumnya muncul setelah sejumlah data 
ekonomi makro AS menunjukkan perkembangan positif. Data pertengahan September 2014 
menunjukkan penurunan klaim pengangguran sebanyak 36.000 menjadi 280.000. Dengan
tren penurunan angka ini, The Fed memproyeksikan tingkat pengangguran di akhir 2014 
berada di kisaran 5,9-6,0% atau lebih rendah dari proyeksi sebelumnya di level 6,0-6,1%. 
Sementara itu, tingkat inflasi diperkirakan berada di rentang 1,5-1,7% year on year tahun ini. 
Tingkat penjualan kendaraan juga meningkat tajam sebanyak 17,5 juta di Agustus 2014 atau 
mencapai level tertinggi dalam delapan tahun terakhir. Kestabilan tingkat permintaan dan 
penawaran juga tecermin dari sejumlah aktivitas ekonomi dan belanja rumah tangga dalam 
beberapa bulan terakhir. Kondisi ini memperkuat optimisme pemulihan ekonomi AS 
sehingga prospek jangka panjang diperkirakan semakin membaik. 
Sinyal pemulihan ekonomi AS yang tertuang dalam pengumuman hasil rapat komite FOMC 
pekan lalu ini, kemudian mendorong sentimen penguatan mata uang dolar AS terhadap mata 
uang negara-negara lain, termasuk rupiah. Setidaknya hampir seluruh mata uang di Asia 
melemah terhadap dolar AS pada sesi perdagangan pekan ketiga September 2014. Mata uang 
Malaysia, Korea Selatan, Filipina, Jepang, Thailand, Singapura, Taiwan, dan Indonesia 
melemah terhadap dolar AS. Nilai tukar rupiah pada sesi perdagangan Kamis (18/9) 
menembus batas psikologisnya di level Rp12.025 per dolar AS atau melemah 0,46%. 
Pelemahan ini merupakan respons pascapengumuman hasil rapat FOMC. Diperkirakan 
penguatan nilai tukar dolar AS terhadap sejumlah mata uang negara lain dalam beberapa 
waktu ke depan terus berlangsung, seiring dengan positifnya berbagai indikator makro 
perekonomian AS. Pada kondisi ini, para investor global akan cenderung mengubah orientasi 
investasinya dari jangka panjang menjadi jangka pendek. Aksi spekulatif akan cenderung 
mewarnai aktivitas perdagangan global dalam beberapa waktu ke depan melalui aksi relokasi 
investasi. 
Sentimen penguatan dolar AS ini telah memicu spekulasi adanya relokasi investasi yang 
selama ini tersebar di sejumlah negara dengan prospek ekonomi yang positif untuk kembali 
ke AS. Relokasi investasi dan aliran arus modal ini diperkirakan terus berlangsung sepanjang 
sinyal positif ekonomi AS tetap menunjukkan angka-angka yang positif. Di sisi lain, entitas-entitas 
14 
ekonomi besar seperti Eropa, China, dan Jepang justru menunjukkan potret 
kebalikannya. 
Bank sentral Eropa, China, dan Jepang saat ini justru mengalami persoalan likuiditas yang 
mendorong kebijakan quantitative easing. Bank Sentral Eropa meluncurkan Targeted Long 
Term Refinancing Operations (TLTROs) dengan memberikan pinjaman murah kepada 
industri perbankan di kawasan euro senilai 400 miliar euro (USD518 miliar). Bank Sentral 
China mengeluarkan stimulus USD81 miliar pada lima bank BUMN terbesar untuk 
mendorong pertumbuhan ekonomi China. Sementara itu, Bank of Japan akan 
mempertahankan stimulus ekonominya untuk menghindari tekanan deflasi yang lebih dalam. 
Kondisi ini juga dapat menjelaskan bahwa prospek perekonomian di ketiga wilayah tersebut 
masih memerlukan waktu untuk mencapai target-target pemulihan ekonomi seperti yang 
diharapkan.
Bagi Indonesia, rencana pengakhiran QE III di AS dan masih berkontraksinya ekonomi Zona 
Euro, China, dan Jepang merupakan faktor penting yang perlu kita antisipasi bersama. 
Ketidakpastian dan volatilitas pasar keuangan dunia masih akan terjadi dalam jangka pendek 
dan jangka menengah. 
Dampak dari tekanan eksternal telah kita rasakan bersama saat ini dan dapat dipastikan 
gelombang ketidakpastian masih akan terus terjadi. Untuk memitigasi pengaruh 
ketidakpastian eksternal, prinsip kehati-hatian dan kewaspadaan dalam pengelolaan sektor 
moneter, fiskal, dan sektor riil perlu terus kita jaga dan tingkatkan. Menciptakan formula 
yang tepat dan keseimbangan dinamis (dynamic equilibrium) sangat kita perlukan antara nilai 
tukar rupiah, suku bunga, inflasi, cadangan devisa, serta indikator sektor riil. 
Melalui koordinasi antara BI, pemerintah, LPS, dan OJK maka kita akan tetap menjaga serta 
meningkatkan daya tahan dan daya saing perekonomian Indonesia dalam jangka pendek dan 
jangka menengah. 
15 
PROF FIRMANZAH PhD 
Staf Khusus Presiden Bidang Ekonomi dan Pembangunan
16 
Liberalisasi Transportasi dan Pengusaha- 
Pejuang 
Koran SINDO 
23 September 2014 
Perdebatan publik tentang Uber Taxi beberapa waktu belakangan ini menjadi semacam alarm 
bagi industri transportasi publik kita. Sebagai alarm ia membuat kita siuman berhadapan 
dengan datangnya era baru transportasi yang ditandai globalisasi dan liberalisasi. 
Era Baru Transportasi 
Era baru sektor transportasi dicirikan sejumlah gejala pokok. Pertama, Uber bukan pemain 
lokal, melainkan pemain global yang sebelumnya sudah berkiprah di sejumlah negara. 
Kehadirannya di tengah kita menandai berkembangnya layanan publik sekaligus bisnis 
transportasi sebagai arena yang tak lagi memiliki tapal batas negara. Globalisasi sekaligus 
liberalisasi transportasi sudah datang dan mau tak mau harus dikelola. 
Kedua, sebagai konsekuensinya, pebisnis transportasi domestik mau tak mau harus berbaur 
dan berkompetisi dengan sengit bukan hanya dengan pemain lokal, tetapi juga pelaku global. 
Opsi yang tersedia boleh jadi hanya ”siap bersaing atau mati”. Ketiga, globalisasi dan 
liberalisasi transportasi serta intensifikasi dan ekstensifikasi kompetisi yang diidapnya 
membuat masalah-masalah layanan transportasi publik semakin rumit dan tak sederhana. 
Kebijakan-kebijakan yang cepat dan tepat di bidang layanan transportasi dibutuhkan. 
Pelibatan semua pemangku kepentingan di dalam pengelolaan sektor ini, baik dari kalangan 
publik atau negara, swasta atau korporasi maupun civil society, sangat dibutuhkan. Bagi kita 
di Indonesia, alarm itu terasa lebih nyaring karena sudah di depan mata pelaksanaan 
Masyarakat Ekonomi ASEAN (MEA). MEA mempercepat dan mengonkretkan liberalisasi di 
berbagai bidang kehidupan. Sektor transportasi tentu saja bukan pengecualian. Inilah yang 
membuat banyak pihak beranggapan bahwa liberalisasi sektor transportasi menjadi keharusan 
yang tak tertawarkan. Benarkah demikian? Benarkah kita tak bisa ”menawar”? 
Pengusaha-Pejuang 
Menurut saya, liberalisasi transportasi memang akan menjadi gejala zaman sekarang. Tapi, 
sebagai pelaku bisnis transportasi sekaligus warga negara dari tanah air yang saya cintai, 
Indonesia, saya menilai bahwa liberalisasi transportasi ”harus ditawar” untuk tidak 
mengorbankan kepentingan publik secara luas dalam manajemen transportasi yang sudah 
mengglobal itu. Sebagai pengusaha saya percaya bahwa ”sang penawar”-nya antara lain para
17 
pengusaha yang berkarakter sesuai dengan dicita-citakan Himpunan Pengusaha Muda 
Indonesia (HIPMI), tempat saya berkiprah saat ini, yaitu para pejuang-pengusaha dan 
pengusaha-pejuang. 
Berhadapan dengan peliknya masalah transportasi, para pengusaha-pejuang adalah mereka 
yang berbisnis sambil mengatasi trilema kebijakan transportasi. Trilema kebijakan 
transportasi adalah situasi serbasulit dan serbarumit dalam mendamaikan tiga kepentingan: 
membangun transportasi publik yang massal, mengelola tumbuhnya kelas menengah 
perkotaan dengan daya beli alat transportasi yang terus meningkat, dan melayani pasar 
segmented yang membutuhkan layanan transportasi eksklusif. 
Menurut saya, yang harus jadi prioritas pertama dan utama yang dilayani oleh kebijakan 
transportasi di Indonesia adalah kepentingan publik yang luas terhadap adanya moda 
transportasi yang mudah, murah, senantiasa ada, dan massal. Maka penyeimbangan, bahkan 
pembatasan, kepemilikan kendaraan di kalangan kelas menengah menjadi kebijakan tak 
tertawarkan. Masalahnya, kita tak boleh mencederai hak kelas menengah untuk memiliki 
kendaraan pribadi baik roda dua maupun roda empat. 
Saya menyarankan agar sebagai bangsa kita memperbaiki cara berpikir kita tentang soal ini. 
Selama ini kita memandang kebutuhan akan kendaraan pribadi dalam perspektif ”memenuhi 
gaya hidup” dan bukan untuk ”meningkatkan kualitas hidup”. Atas nama ”gaya hidup” kita 
merasa perlu sesuatu yang orang lain sudah memiliki. Ini keliru. Semestinya, kita punya 
target untuk ”meningkatkan kualitas hidup” dan kebutuhan akan transportasi yang layak 
menjadi implikasinya. 
Walhasil, persoalan bisa diatasi dengan penyediaan transportasi publik yang massal, 
senantiasa ada, murah, dan aman. Selain itu, infrastruktur transportasi, termasuk kualitas dan 
panjang ruas jalan, harus diperbaiki secara sangat serius. Sektor transportasi saat ini 
membutuhkan langkah konkret dan segera untuk menjawab tantangan serius di berbagai kota 
di Indonesia. Saat ini, kota-kota ditantang untuk menyeimbangkan volume mobilitas manusia 
dan barang dengan ketersediaan infrastruktur untuk semua moda transportasi. Tantangan ini 
harus segera dijawab. 
Di tengah langkah-langkah itu, para pebisnis sektor transportasi bisa merespons permintaan 
pasar yang sangat spesifik, yaitu pengguna transportasi yang makin eksklusif, dengan 
beragam usaha atau bisnis. Saya yakin, pasar yang segmented ini mendatangkan peluang 
bisnis berskala besar. Catatannya hanya satu: bisnis untuk pasar yang sangat segmented ini 
tetap harus ramah publik dan lingkungan. 
Jadi, bisnis transportasi boleh saja mengalami globalisasi dan liberalisasi. Tapi, semua 
pemangku kepentingan di sektor ini, termasuk para pelaku bisnisnya, harus berorientasi pada 
publik secara luas. Inilah menurut saya cara berpikir pengusaha-pejuang yang akan membuat 
sektor yang menantang ini dapat kita kelola secara layak di masa kini dan masa datang.
18 
BAYU PRIAWAN DJOKOSOETONO 
Chairman BlueBird Group Holdings, Bendahara Umum Badan Pengurus Pusat HIPMI dan 
Bendahara Umum Kwartir Nasional Pramuka
19 
Inklusi Keuangan & Ekonomi Indonesia 
Koran SINDO 
23 September 2014 
Indonesia berada di peringkat ke-15 dunia untuk produk domestik bruto, namun hanya 50 juta 
orang Indonesia yang memiliki akses terhadap rekening bank. Dengan mempercepat inklusi 
keuangan, jutaan orang Indonesia akan mendapatkan akses layanan dasar seperti menabung 
dengan aman dan melakukan transaksi, mengasuransikan properti mereka, dan mendapatkan 
akses pinjaman untuk usaha kecil, serta pada akhirnya mempercepat momentum 
pertumbuhan ekonomi negara kepulauan ini. 
Pengamatan tersebut dilontarkan oleh Presiden Direktur Bank Mandiri Budi Gunadi Sadikin 
saat berlangsungnya World Economic Forum on East Asia baru-baru ini di Manila. Beliau 
menggarisbawahi pentingnya penyediaan layanan keuangan mendasar bagi masyarakat 
Indonesia berpenghasilan rendah--sebuah persoalan yang relatif lebih mudah diatasi dengan 
adanya teknologi digital. 
Masa depan ekonomi Indonesia merupakan salah satu yang paling menjanjikan di dunia. 
Selain sebagai negara dengan ekonomi terbesar se-Asia Tenggara, Indonesia juga merupakan 
negara yang sangat luas dengan 238 juta penduduk serta diperkirakan oleh McKinsey akan 
berada di peringkat ketujuh negara dengan ekonomi terbesar di dunia pada 2030. Artinya 
pada saat itu negara ini akan ada di depan negara-negara maju lain seperti Jerman dan 
Inggris. 
Namun, hal tersebut masih jauh dan memiliki arti kecil bagi sebagian penduduk Indonesia 
yang masih mengalami kesulitan saat ini. Akses layanan keuangan dasar merupakan 
hambatan utama Indonesia yang memiliki 17.000 pulau, di mana luas wilayah dan 
penyebaran penduduk yang tidak merata merupakan tantangan dalam pembangunan 
infrastruktur, sehingga membatasi akses layanan perbankan formal ataupun hubungan 
sederhana sekalipun dengan sebuah lembaga keuangan. 
Seperti yang diungkapkan dalam penelitian MasterCard baru-baru ini, ”ROAD TO 
INCLUSION: A look at the Financially Excluded and Underserved”, bahwa masih banyak 
penduduk pinggiran-kota dan pedesaan di Indonesia lebih memilih metode tradisional dalam 
menyimpan uang seperti tabungan di tokoh masyarakat atau sistem arisan. Dan saat sejumlah 
orang telah memiliki akses terhadap rekening bank, ternyata masih banyak dari mereka justru 
tidak percaya terhadap bank. 
Salah satu contohnya adalah Susi Indah, warga Indonesia berumur 37 tahun, dulu memiliki 
rekening bank untuk menyimpan semua tabungannya. Tiga tahun yang lalu, Susi memiliki 
uang sebesar Rp 35 juta di bank. Dia lalu menarik hampir semua uang tersebut ketika
membangun rumahnya dan menyisakan sekitar Rp1-2 juta di rekening. Tidak menyadari akan 
adanya biaya administrasi bank, dia mengklaim bahwa ”uangnya mulai menghilang” tanpa 
ada penjelasan. Kejadian ini membuatnya kehilangan kepercayaan terhadap bank dan 
membuatnya tidak menggunakan jasa lembaga keuangan lagi. 
20 
*** 
Telah diakui bahwa dengan menghantarkan inklusi keuangan yang lebih besar ke Indonesia 
akan membantu perkembangan ekonomi dan penanggulangan kemiskinan. Gates Foundation, 
seperti yang dipublikasikan oleh McKinsey, menunjukkan bahwa ekonomi dengan penetrasi 
pembayaran elektronik yang lebih tinggi akan tumbuh lebih cepat dibandingkan yang tidak. 
Para pembuat kebijakan semakin menyadari bahwa pasar keuangan yang dapat menjangkau 
semua orang akan lebih efektif dan efisien dibandingkan kebijakan yang lain. 
Sejalan dengan hal ini, pemerintah Indonesia melalui Bank Indonesia baru-baru ini 
meluncurkan Gerakan Nasional Non Tunai (GNNT) di Jakarta. Pencanangan dimaksudkan 
untuk meningkatkan kesadaran masyarakat, pelaku bisnis dan juga lembaga-lembaga 
pemerintah untuk menggunakan sarana pembayaran nontunai dalam melakukan transaksi 
keuangan, yang tentunya mudah, aman, dan efisien (sumber: http://www.bi.go.id). 
Langkah pertama dalam inklusi keuangan adalah menyediakan identitas khusus kepada para 
pelanggan, berdasarkan pada layanan keuangan mana yang dapat diberikan serta akhirnya 
terkait dengan rekening pembayaran. Salah satu contoh manfaat dari kartu debit prabayar 
dapat dilihat di Afrika Selatan, di mana mereka biasa menyalurkan bantuan sosial dan 
membuat pemerintah setempat dapat menghemat jutaan dolar. Indonesia saat ini telah 
menjadi salah satu negara yang menggunakan sistem identitas nasional terbesar di dunia, 
yaitu e-KTP, yang telah sukses mendistribusikan 147 juta kartu identitas ke penduduk. 
Melalui kartu ini, terdapat potensi untuk menghubungkan e-KTP ke berbagai program 
pemerintah dengan menjadikannya sebagai alat pembayaran, daripada menyalurkan dana 
bantuan dalam bentuk tunai. Hal ini membutuhkan sebuah kartu pembayaran yang terhubung 
dengan rekening bank yang memiliki potensi untuk memberikan layanan keuangan kepada 
seluruh masyarakat Indonesia. Dari sini kemudian pihak bank dapat memperkenalkan 
layanan baru kepada para nasabah, dengan setahap demi setahap mulai melakukan aktivitas 
lanjutan seperti membayar tagihan, mengajukan kredit, menabung, meminjam, dan 
melakukan investasi. 
Perangkat seluler nampaknya akan memainkan peran penting di negara berkembang seperti 
Indonesia, di mana lebih banyak orang memiliki telepon seluler dibandingkan rekening bank. 
Teknologi seluler dapat menjadi tulang punggung layanan keuangan dasar yang sebagian 
besar dari kita sering meremehkannya. Saat ini sekitar 2,5 miliar orang di dunia belum 
memiliki rekening bank. Dari jumlah tersebut, setidaknya sebanyak 1,5 miliar orang telah 
memiliki telepon seluler.
21 
Saat ini hanya 20% dari orang Indonesia yang memiliki akses ke layanan keuangan, dan 
sangat banyak orang yang tinggal jauh dari cabang bank terdekat. Penetrasi kartu debit di 
Indonesia kurang lebih 30%, namun mayoritas terletak di wilayah perkotaan, di mana 
seseorang dapat memiliki lebih dari satu rekening. Sementara itu, hanya 6% yang memiliki 
kartu kredit. 
Di lain pihak, lebih dari 90% dari penduduk Indonesia memiliki telepon seluler dan hal 
tersebut menunjukkan kesempatan yang besar bagi transaksi elektronik melalui perangkat 
seluler (mobile commerce) dan kemampuan untuk mengakses sarana-sarana keuangan. 
*** 
Jadi, seperti apa inklusi keuangan di negara berkembang seperti Indonesia? Pertama-tama 
mari kita dari memahami bahwa hal ini bukan mengenai jarak kantor cabang sebuah bank 
yang kemungkinan cukup jauh dari tempat tinggal. Sebaliknya, hal ini mengenai tempat yang 
lebih aman untuk menyimpan uang dibandingkan di lemari dapur atau di bawah bantal serta 
cara yang lebih baik dalam menelusuri jejak pengeluaran. 
Inklusi keuangan adalah bagaimana memperoleh akses yang lebih aman, tanpa melibatkan 
uang tunai dan pembayaran dalam bentuk elektronik seperti kartu debit, kredit, atau prabayar. 
Inklusi keuangan adalah bagaimana menciptakan kesempatan bagi banyak orang untuk 
memanfaatkan keterampilan dan sumber daya mereka untuk meningkatkan kualitas hidup. 
Inovasi dalam teknologi pembayaran-prabayar dan perangkat seluler digabung dengan 
biometrik--memainkan peran kunci di mana hal tersebut dapat dengan cepat menjembatani 
jarak antara sektor formal layanan keuangan dengan jutaan orang berpenghasilan rendah atau 
tidak memiliki akses ke layanan keuangan. Indonesia tentunya akan mendapatkan 
keuntungan dari cara-cara nontradisional tersebut untuk memperluas pembayaran nontunai 
(cashless). 
Beberapa penyedia pembayaran telah bekerja sama dengan operator telekomunikasi untuk 
mengembangkan dompet digital (digital wallet), walaupun untuk sekarang sistem ini masih 
terbatas pada perusahaan yang bekerja sama. Inisiatif lain di Indonesia yaitu program kartu 
virtual yang memungkinkan berbagai jenis pembayaran serta upaya-upaya dari bank untuk 
mempromosikan penggunaan kartu debit di setiap titik pembayaran (point of sale). 
Pada saat yang sama terdapat banyak kesempatan untuk pengembangan program baru, mulai 
dari adopsi pemerintah yang lebih besar terhadap layanan elektronik (e-Services) dan 
pembayaran, menuju penerapan program prabayar ”open loop” yang sudah biasa digunakan 
di negara-negara ASEAN lain untuk mendukung perluasan layanan keuangan kepada 
pengguna telepon seluler yang tidak memiliki rekening di bank serta juga pelaksanaan 
program-program pemerintah termasuk pembayaran gaji. Dengan masa depan ekonomi yang 
kuat, program-program ini dapat terus mendukung perkembangan ekonomi dan inklusi di 
Indonesia.
22 
*** 
Eksklusi (ketiadaan akses terhadap lembaga) keuangan dapat melanggengkan kemiskinan. 
Hal ini juga dapat memperlambat pertumbuhan ekonomi. Menyediakan layanan keuangan 
dasar bagi orang-orang yang selama ini tidak memiliki akses perbankan akan menciptakan 
kesempatan yang sangat berarti bagi masyarakat yang tinggal di negara-negara berkembang 
seperti Indonesia untuk memberi sumbangsih bagi pertumbuhan ekonomi. 
Sisi positifnya adalah hal tersebut diketahui oleh hampir semua pembuat kebijakan kunci dan 
pemain pasar bahwa inklusi keuangan merupakan sesuatu yang harus dijalankan di Indonesia. 
Tidak ada lagi pertanyaan mengenai ‘apa’ dan ‘jika’, melainkan pertanyaan mengenai 
‘kapan’. Dengan pemerintah baru yang memiliki agenda reformasi yang positif, masa depan 
perkembangan inklusi keuangan di Indonesia akan sangat menjanjikan. ● 
MATTHEW DRIVER 
Presiden MasterCard Asia Tenggara
23 
Menanti Era Baru Diplomasi 
Koran SINDO 
24 September 2014 
Presiden dan wakil presiden terpilih Joko Widodo-Jusuf Kalla kompak menegaskan bahwa 
arah diplomasi ke depan akan lebih diwarnai kegiatan diplomasi ekonomi. Joko Widodo 
bahkan berseloroh bahwa dirinya dan Jusuf Kalla adalah pengusaha sehingga mereka paham 
akan pentingnya pertanggungjawaban penggunaan dana dalam tiap kegiatan. Istilahnya every 
cent counts, satu sen pun pasti tidak disia-siakan. 
Di dalam tubuh Kementerian Luar Negeri, sinyal tersebut memunculkan sejumlah reaksi. 
Reaksi yang paling sering ditemui adalah konfirmasi bahwa sudah selayaknya Indonesia 
mengedepankan diplomasi ekonomi yang lebih efektif dan optimal hasilnya. 
Reaksi berikutnya adalah reaksi penuh tanda tanya: akankah ada perubahan pengelolaan 
diplomasi, termasuk di dalam Kementerian Luar Negeri? Implikasi poin kedua ini adalah ada 
kesadaran bahwa kalau struktur pengelolaan diplomasi tidak diubah, optimalisasi dan 
efektivitas diplomasi sulit dicapai. Kedua hal ini menarik untuk ditelaah lebih lanjut. 
Presiden terpilih Joko Widodo menjanjikan penguatan diplomasi perdagangan, diplomasi 
energi, diplomasi pangan, bahkan diplomasi maritim. Konsentrasinya pada peningkatan 
volume perdagangan dan surplus perdagangan, menjaga kedaulatan energi dan pangan, serta 
mengembalikan kewibawaan Indonesia sebagai negara maritim yang punya kekuatan 
geopolitik yang andal. Semua ini sebenarnya bukan hal yang baru di Kementerian Luar 
Negeri. Misalnya saja mengenai peningkatan volume perdagangan dan surplus perdagangan. 
Dalam kurun waktu 10 tahun terakhir, makin tegas keinginan untuk membalik nasib 
Indonesia yang hubungan perdagangannya timpang dengan negara-negara lain. 
Masyarakat awam memiliki persepsi bahwa Indonesia lebih sering dijadikan pasar bagi 
produk-produk buatan negara lain. Ketimpangan ini mungkin dapat dimaklumi saat kita 
masih dalam proses membangun di tahun 1970-an. Kita banyak mengimpor produk-produk 
teknologi tinggi seperti automotif, elektronik, komputer, dan produk padat modal lain karena 
kekuatan produksi kita belum setara dengan negara-negara maju pengekspor produk-produk 
tersebut. 
Namun kita tidak bisa maklum apabila ternyata produk-produk yang padat karya seperti 
tekstil, garmen, mainan anak-anak, dan produk-produk yang tidak membutuhkan 
keterampilan tinggi merajai pasar dalam negeri kita pada saat ini. Oleh sebab itu, kerja sama 
bilateral (antardua negara) dipandang kurang efektif dalam mendorong pembukaan pasar. 
Penyebabnya adalah faktor ketidakseimbangan power dan kemampuan negosiasi. Untuk itu 
belakangan digiatkan sejumlah kerja sama regional dan multilateral.
Logikanya, dengan penambahan mitra kerja sama, suasana bisa lebih cair, daya tawar bisa 
ditingkatkan dengan teknik mengajak sejumlah negara yang biasanya berseberangan (atau 
bahkan bersitegang) agar Indonesia bisa menjadi penengah atau mengayun negosiasi dengan 
keduanya. Misalnya penggiatan perdagangan intra-ASEAN (yakni di antara 10 negara 
anggota ASEAN) diperluas menjadi ASEAN Plus; tidak hanya ASEAN Plus Three (yakni 
plus Jepang, Korea Selatan, dan Tiongkok), tetapi juga ada ASEAN Plus Six (yakni 3 plus 
tadi ditambah Australia, India, Selandia Baru). 
Antara Indonesia dan negara anggota ASEAN Plus Three maupun ASEAN Plus Six dibangun 
kawasan perdagangan bebas. Pada 2011, ASEAN Plus Six bahkan meluncurkan RCEP 
(Regional Comprehensive Economic Partnership - Kemitraan Ekonomi Komprehensif 
Regional) demi memuluskan pembentukan kawasan perdagangan bebas di Asia-Pasifik. 
RCEP ini semakin sejalan dengan kerangka penguatan kerja sama ekonomi Asia-Pasifik 
melalui APEC yang di sana sudah ”menunggu” Amerika Serikat, Rusia, Uni Eropa, Hong 
Kong, Taiwan, Meksiko, Peru, Papua Nugini, Rusia, Cile, dan Kanada. Maklum, 
Kementerian Luar Negeri ingin mengambil momen menguatnya perekonomian Asia-Pasifik 
untuk mengatrol perekonomian Indonesia. 
Diidentifikasi pula bahwa penggiatan kerja sama perdagangan di Asia-Pasifik saja tidak 
cukup. Selain mengangkat keaktifan Indonesia di forum Organisasi Perdagangan Dunia 
(WTO), bahkan dua tahun lalu Ibu Marie Pangestu (waktu itu Menteri Perdagangan) 
didorong untuk maju menjadi direktur jenderal WTO, Indonesia memunculkan keaktifan di 
G-20 (forum pemerintah dan gubernur bank sentral bagi 20 entitas perekonomian terdepan di 
dunia), di G-77 (kelompok kerja sama pemerintah Selatan-Selatan di Perserikatan Bangsa- 
Bangsa), dan yang jarang terdengar tetapi sebenarnya diurus juga oleh Kementerian Luar 
Negeri adalah kerja sama D-8 (kelompok kerja sama pembangunan antar-8 negara 
berpenduduk muslim besar, yakni Bangladesh, Pakistan, Indonesia, Malaysia, Iran, Turki, 
Mesir, dan Nigeria). 
Lalu apa yang bisa membedakan era baru diplomasi Indonesia jika saat ini saja sudah 
dikembangkan skema kerja sama yang demikian beragam? Penjelasannya antara lain terletak 
pada pengelolaan isu dan kerja sama yang ada. Contohnya kerja sama D-8. Kerja sama ini 
dikelola oleh Direktorat Jenderal Multilateral di Kementerian Luar Negeri dengan harapan 
bahwa segenap pihak terkait di Kementerian Luar Negeri dan kementerian/lembaga terkait 
dapat melakukan tindak lanjut dari inisiatif yang dikembangkan di direktorat jenderal tersebut 
dan kemudian Kementerian Luar Negeri merespons perkembangan yang ada melalui 
negosiasi lebih lanjut di pertemuan D-8. Kenyataannya, kerja sama D-8 masih saja dalam 
status inkubasi. Belum konkret disebarluaskan peluangnya meskipun sudah dibentuk sejak 
tahun 1997, belum ada tindak lanjut dengan dampak signifikan. 
24 
Ketika muncul wacana bahwa para menteri di kabinet baru wajib bisa marketing (yakni 
”memasarkan” Indonesia), sebenarnya ada sejumlah instrumen pelaksanaan diplomasi 
ekonomi yang ampuh dimanfaatkan tanpa perlu para menteri terkesan murni ”berjualan” 
produk Indonesia. Misalnya: Kementerian Luar Negeri ditugasi memberi analisis dan
menyusun strategi mengenai isu-isu terkini di bidang kerja sama ekonomi dan hambatannya 
dalam rapat kabinet. Kementerian teknis menjadi mitra tukar pikiran supaya negosiasinya 
lebih mengena kebutuhan. Hal ini sudah punya dasar hukum di UU No 37/1999 tentang 
Hubungan Luar Negeri, tetapi kenyataannya Kementerian Luar Negeri justru makin sering 
tidak dilibatkan dalam sejumlah inisiatif yang punya implikasi diplomasi dalam bidang kerja 
sama ekonomi. 
Apabila ide yang telah dituangkan dalam peraturan itu dilaksanakan dengan konsisten, pamor 
Indonesia sebagai negara yang punya strategi dan dikelola dengan terpadu oleh semua 
kementerian akan mengemuka. Selain itu, pemerintah hendaknya lebih konsekuen 
mengalokasikan dana dan sumber daya manusia untuk memperkuat diplomasi. Hal ini 
terutama terkait dengan rencana Joko Widodo dan Jusuf Kalla untuk memotong anggaran 
operasional kementerian. 
25 
Hendaknya efisiensi yang dilakukan mempertimbangkan aspek-aspek politik, khususnya di 
Kementerian Luar Negeri. Dana operasional untuk tahapan diplomasi harus diperbaiki 
jumlahnya; tidak bisa lagi diplomasi dilakukan hanya dengan pertemuan dua jam di tingkat 
direktur jenderal lalu tak lama kemudian dua menteri harus menandatangani nota 
kesepakatan. 
Kinerja diplomasi Indonesia akan inferior bila tahapan pendekatan, pembangunan rasa 
percaya, serta strategi persuasi tidak dilakukan secara bertahap dengan kontinu. Ada anekdot 
bahwa di sejumlah negara adidaya justru kita harus waspada bila didekati oleh staf yunior 
dari kedutaan mereka, karena bisa jadi mereka adalah intelijen yang baik yang bisa 
mendeteksi kebutuhan diplomasi lanjutan oleh pejabat yang lebih senior. 
Artinya, Indonesia memang tak bisa lagi memakai cara-cara lama dalam berdiplomasi. Kita 
harus lebih strategis dan taktis. 
DINNA WISNU, PhD 
Co-Founder & Direktur Pascasarjana Bidang Diplomasi, Universitas Paramadina 
@dinnawisnu
26 
Spiral Ekonomi 2015 
Koran SINDO 
29 September 2014 
Membaca dan memprediksi ekonomi Indonesia pada 2015 sangat diperlukan agar kita dapat 
merealisasi target pembangunan nasional. 
Lantaran ekonomi Indonesia berada dalam pusaran ekonomi dunia dan kawasan, melihat 
perekonomian nasional juga perlu diletakkan dalam kerangka kawasan dan global. Dua aspek 
penting, baik dalam maupun luar negeri, perlu kita cermati secara paralel, termasuk pengaruh 
dan interaksi keduanya. Apa yang terjadi di lingkungan regional dan global akan berdampak, 
langsung maupun tidak langsung, terhadap perekonomian nasional. Begitu juga sebaliknya. 
Ekonomi 2015 akan terasa spesial bagi bangsa dan negara Indonesia mengingat 
perekonomian 2015 dirancang oleh dua pemerintahan. Secara teknokratik, pemerintahan 
Presiden Susilo Bambang Yudhoyono mempersiapkan rencana kerja pemerintah (RKP) dan 
RAPBN 2015. Sementara itu, pemerintahan presiden terpilih Joko Widodo, yang secara resmi 
memerintah mulai 20 Oktober 2014, akan memberikan muatan politik dan bahkan melakukan 
penyesuaian-penyesuaian, baik program, aktivitas maupun kebijakan anggaran melalui 
APBN-P 2015. Bersama DPR periode 2014-2019, pemerintahan baru akan memulai 
menjalankan RPJMN III yang berawal pada 2015. 
Tantangan perekonomian nasional sepanjang 2015 akan semakin dinamis, penuh 
ketidakpastian akibat tren ekonomi global, dan memerlukan penanganan kebijakan secara 
terpadu dari otoritas moneter, fiskal, dan sektor riil. Dari sisi eksternal, hal yang paling perlu 
kita cermati bersama adalah dampak pengakhiran (tapering-off) dari kebijakan pemberian 
stimulus moneter nonkonvensional (quantitative easing-QE III) di Amerika Serikat (AS). 
Membaiknya sejumlah indikator seperti di bidang ketenagakerjaan dan pertumbuhan 
ekonomi di AS semakin menguatkan dihentikannya QE III dan kemudian digantikan dengan 
kebijakan moneter yang lebih konvensional, yaitu penyesuaian suku bunga acuan. 
Dinaikkannya suku bunga acuan (The Fed Rate) membuat bank sentral di berbagai negara 
menaikkan suku bunga acuan untuk mencegah derasnya aliran modal keluar (capital 
outflow). 
Yang menjadi tantangan pada 2015 adalah ketika Bank Indonesia (BI) menyesuaikan BI Rate 
untuk membendung pembalikan modal (sudden reversal) ke AS. Ketika langkah ini pada 
akhirnya ditempuh, dapat dipastikan pertumbuhan ekonomi tidak akan setinggi seperti asumsi 
makro dalam APBN 2015 yang disepakati sebesar 5,8%. Kenaikan suku bunga berdampak 
pada perekonomian, investasi, penciptaan lapangan kerja serta sektor riil secara keseluruhan.
Meningkatnya suku bunga acuan membuat masyarakat melakukan penundaan konsumsi dan 
cenderung menempatkan dananya di sektor perbankan. Dari sisi perbankan, terdapat pilihan 
kebijakan, di antaranya mengurangi net interest margin (NIM) atau menyesuaikan suku 
bunga pinjaman. Ketika opsi terakhir yang diambil, risiko baru akan muncul, yaitu 
meningkatnya kredit bermasalah (non-performing loan/NPL). 
Dari sisi eksternal lainnya, perekonomian nasional akan dihadapkan pada sejumlah faktor 
eksternal seperti perlambatan ekonomi besar dunia seperti yang terjadi di China dan Eropa. 
Sementara itu, tren pelemahan harga komoditas dunia serta instabilitas politik dan keamanan 
sejumlah kawasan juga akan mengganggu pemulihan ekonomi dunia. 
27 
Meskipun ekonomi Indonesia tidak terlalu bergantung pada aktivitas ekspor sebesar 
perekonomian sejumlah negara di ASEAN seperti Singapura, Malaysia, Thailand, Filipina 
maupun Vietnam, tetap saja sejumlah faktor di atas akan berdampak pada laju pertumbuhan 
volume dan nilai ekspor nasional. 
Pendapatan dari pajak ekspor juga diprediksi tertahan lantaran masih diperlukan waktu 
penyelesaian pembangunan sejumlah smelter untuk memberikan nilai tambah ekspor hasil 
tambang dan mineral. Diperkirakan pembangunan sejumlah smelter yang saat ini berlangsung 
akan mulai beroperasi pada 2016-2018 dan memberikan dampak signifikan pada pendapatan 
di sektor perpajakan. 
Hal menarik yang dapat kita cermati adalah rencana pemerintah baru untuk menyesuaikan 
harga bahan bakar minyak (BBM) bersubsidi. Di satu sisi kebijakan ini akan dapat 
menyeimbangkan postur fiskal dan penghematan anggaran subsidi BBM bersubsidi yang 
dapat dialokasikan ke sektor-sektor prioritas pembangunan lainnya. 
Namun dalam jangka pendek, paling tidak sepanjang 2015, dampak kebijakan ini akan 
berakibat pada inflasi dan menurunnya daya beli masyarakat akibat naiknya harga-harga 
kebutuhan pokok dan produk lainnya. Masyarakat akan fokus terlebih dahulu untuk 
mendahulukan kebutuhan yang lebih substansial dan cenderung mengurangi konsumsi 
barang-barang yang bersifat sekunder. 
Bagi kelompok masyarakat berpendapatan rendah atau miskin, pilihan kebijakan untuk 
meringankan beban dan memberikan waktu penyesuaian dapat dilakukan melalui dana 
bantuan sementara langsung. Namun bagi kelompok masyarakat menengah, pilihannya 
melakukan penghematan konsumsi. Apabila beberapa faktor di atas bertemu dan terjadi 
secara bersamaan, dunia usaha akan berhadapan dengan sejumlah tantangan seperti 
menurunnya daya beli masyarakat, biaya modal yang meningkat, dan tuntutan kenaikan upah 
buruh akibat meningkatnya harga dari komponen hidup layak. Apabila hal ini terjadi, dunia 
usaha akan menghadapi dua tekanan sekaligus, yaitu dari sisi permintaan pasar (demand-side) 
dan meningkatnya biaya produksi.
Sejauh ini tantangan dalam doing business di Indonesia terkompensasi dengan besarnya pasar 
domestik sehingga dunia usaha masih menikmati margin yang memadai untuk menutup biaya 
produksi. Namun ketika pelemahan daya beli masyarakat terjadi, sementara komponen biaya 
produksi juga meningkat, hal ini membutuhkan langkah- langkah antisipasi dari para 
pengambil kebijakan untuk memberikan stimulus pada dunia usaha nasional. Kompleks dan 
dinamisnya tantangan ekonomi Indonesia sepanjang 2015 membutuhkan perencanaan dan 
penghitungan yang cermat serta komprehensif untuk antisipasi segala kemungkinan yang 
akan terjadi. 
28 
Sektor-sektor strategis seperti UMKM, pangan, energi, sistem keuangan, transportasi, dan 
logistik membutuhkan perhatian khusus untuk menghadapi spiral perekonomian nasional 
2015. Tidak kalah penting, bauran kebijakan, baik di sektor moneter, fiskal maupun sektor 
riil, perlu segera dirumuskan bersama oleh BI, pemerintah, LPS, dan OJK. 
Koordinasi yang baik seperti yang kita tunjukkan di masa lalu sangatlah diperlukan agar 
fundamental perekonomian nasional dapat terus dijaga dan semakin ditingkatkan. Tiap 
pilihan kebijakan yang akan ditempuh baik dari sisi moneter, fiskal maupun sektor riil pasti 
akan berpengaruh dan terkait satu dengan yang lain. 
Inilah yang perlu untuk segera dikomunikasikan dan dikoordinasikan oleh otoritas pengambil 
kebijakan di dalam negeri agar kebijakan ekonomi menjadi lebih komprehensif, terukur, dan 
tepat sasaran.
29 
Narasi Domestik dan Relasi Global 
Koran SINDO 
29 September 2014 
Pemerintah yang akan datang, yang tak lama lagi akan dilantik, masih punya obsesi untuk 
menggenjot pertumbuhan ekonomi Indonesia pada lima tahun ke depan. 
Jika memungkinkan, pertumbuhan ekonomi bisa menembus 8% atau sekurang-kurangnya 
mencapai 7% tiap tahun. Pada tahun depan tentu impian itu sulit diwujudkan. Namun, pada 
tahun-tahun berikutnya, presiden dan wakil presiden terpilih berharap pertumbuhan ekonomi 
menjadi lebih tinggi sesuai dengan target. Hasrat ini rasanya tak gampang dicapai karena 
akan dihadang banyak persoalan, baik dari aras domestik maupun internasional. 
Pada sisi domestik, aneka problem ekonomi harus dituntaskan terlebih dulu agar sasaran 
pertumbuhan ekonomi lekas diperoleh. Sementara itu, pada sisi internasional, periode 
mendatang akan dihantui krisis sehingga prospek pertumbuhan ekonomi tak secerah tiga 
dekade terakhir. 
Fondasi Struktur Ekonomi 
Pertumbuhan ekonomi yang ditargetkan tinggi tak selamanya salah asalkan telah 
mempertimbangkan kapasitas ekonomi, biaya oportunitas yang dikorbankan, dan halangan 
yang merintangi. Dalam konteks ini, sekurang-kurangnya terdapat tiga problem ekonomi 
domestik yang menjadi batu sandungan untuk mencapai sasaran dimaksud. 
Pertama, semua paham bahwa fondasi struktur ekonomi Indonesia amat lemah. Sektor 
ekonomi yang menjadi tumpuan sebagian besar tenaga kerja, yakni pertanian dan industri, 
sepanjang 10 terakhir merosot. Sektor pertanian makin tergantung pada impor sehingga 
ketahanan pangan dalam kondisi rawan. Sementara itu, sektor industri tidak bertumpu 
terhadap bahan baku domestik. Komoditas ekspor tergantung pada komoditas primer yang 
tak memiliki nilai tambah tinggi sehingga menekan neraca perdagangan. Tercatat, rasio 
ekspor terhadap PDB saat ini cuma sekitar 20%, tertinggal jauh dari negara tetangga. 
Kedua, perekonomian nasional selama ini mengabaikan pembangunan ekonomi di luar Jawa 
dan sektor maritim. Perekonomian berjalan pincang karena tergantung pada Jawa dan 
daratan. Pemerintahan baru yang telah terpilih menyadari hal itu sehingga menempatkan 
wilayah Indonesia timur dan sektor maritim sebagai salah satu pusat pengembangan ekonomi. 
Investasi pada kedua wilayah dan sektor tersebut tentu sangat dibutuhkan dalam jumlah yang 
besar.
Kebutuhan investasi mungkin bisa dicarikan dari aneka sumber, tetapi langkah itu juga tak 
mudah selama pranata yang menopang keperluan investasi tak tersedia seperti insentif 
kebijakan, infrastruktur, dan kelembagaan yang mapan. Jika itu telah dipenuhi, investasi bisa 
dieksekusi dan mulai menghasilkan. Tapi, jarak antara penyediaan pranata pembangunan dan 
hasil investasi tentu tak bisa dalam waktu singkat. 
Ketiga, infrastruktur ekonomi sebagai penopang investasi di atas amat minim sehingga 
dibutuhkan pembangunan secara masif. Pembangunan infrastruktur bukan hanya perlu dana, 
tetapi juga waktu yang relatif lama. Perizinan, proses tender, pembebasan lahan, dan 
pelaksanaannya butuh proses yang panjang. Bahkan, investasi yang bernilai besar dan rumit 
seperti pembangunan Jembatan Suramadu, perlu waktu bertahun-tahun. 
Hal yang sama juga terkait dengan pembangunan bandara, pelabuhan, listrik, dan lain-lain. 
Apabila ini masih ditambah dengan infrastruktur terkait manusia, problem kualitas tenaga 
kerja juga dalam kondisi yang mencemaskan karena 65% tenaga kerja cuma tamat SMP ke 
bawah. Ketiga masalah di atas tentu bisa diatasi, tetapi butuh masa yang tak singkat sehingga 
dampak terhadap pertumbuhan ekonomi tak secepat yang diinginkan. 
30 
Keterbukaan Ekonomi 
Bila analisis diteruskan ke level ekonomi internasional, akan dijumpai realitas yang tak 
mengenakkan pula. Perekonomian Indonesia, dari sisi perdagangan, sangat tergantung pada 
pasar AS, Jepang, kawasan Eropa, China, dan ASEAN. Masalahnya, negara-negara tersebut 
dalam beberapa tahun ke depan belum akan kembali ke situasi normal. 
AS dan Eropa masih berkutat mengatasi krisis ekonomi, barangkali tiga tahun lagi baru pulih 
normal. China sebagai salah satu lokomotif ekonomi dunia bahkan diprediksi akan memasuki 
dekade perlambatan ekonomi setelah negara itu sepanjang 20 tahun meraih capaian 
pertumbuhan ekonomi yang luar biasa, di atas 10% per tahun. Lebih masalah lagi, neraca 
perdagangan Indonesia dengan China masih defisit, seperti halnya dengan kawasan ASEAN 
dalam beberapa tahun terakhir. 
Sejak 2008 pertumbuhan ekonomi China sudah jatuh di bawah 10%, bahkan tahun ini 
diprediksi hanya pada kisaran 7,5%. Ekspor China juga terjun bebas, yaitu pada periode 
2001-2008 ekspor tumbuh rata-rata 29%/tahun, tapi sekarang tinggal di bawah 10%. 
Implikasinya, surplus neraca transaksi berjalan China yang mencapai puncaknya pada 2007 
(mencapai 10% dari PDB) saat ini tinggal 2%. 
Pertumbuhan tinggi pada masa lalu juga harus dibayar mahal oleh China karena ketimpangan 
pendapatan melompat nyaris tak terkendali. Pada 2010 ketimpangan pendapatan mencapai 
0,52 (rasio gini), turun sedikit pada 2012 menjadi 0,50. Ini merupakan salah satu 
ketimpangan pendapatan tertinggi di dunia. 
Diperkirakan ekonomi China akan menjalani proses keseimbangan kembali yang lama dan
pertumbuhan ekonomi cuma sekitar 6-7% (Yang, 2014). Situasi muram itulah yang 
menggelayuti ekonomi global, yang sebagian masih akan ditambah oleh ancaman krisis dari 
beragam sumber. Dengan mencermati itu, pemerintah (baru) mesti menyusun langkah-langkah 
31 
strategis untuk memperkuat perekonomian domestik. 
Pertumbuhan ekonomi memang penting, tapi tak perlu dengan mematok target yang terlalu 
tinggi. Lima tahun ke depan penyelesaian masalah dasar ekonomi domestik di atas lebih 
urgen diupayakan meskipun mungkin belum akan ada hasil pertumbuhan ekonomi dalam 
jangka pendek. 
Demikian pula kondisi pasar global harus dimitigasi dengan ramuan kebijakan yang tepat, 
termasuk evaluasi terhadap keterbukan ekonomi, baik di pasar barang/jasa, tenaga kerja 
maupun keuangan. Narasi domestik dan relasi global itulah yang menjadi dasar pengelolaan 
ekonomi nasional di masa depan. ● 
AHMAD ERANI YUSTIKA 
Guru Besar Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Brawijaya, Direktur Eksekutif Indef
32 
MEA 2015: Tinggalkan Zona Nyaman, 
Lakukan Inovasi! 
Koran SINDO 
30 September 2014 
Zona perdagangan bebas (free trade zone) untuk kawasan ASEAN akan segera diterapkan 
akhir 2015. Bagaimana sejauh ini persiapan Indonesia? Apakah kita siap menghadapinya? 
Zona perdagangan bebas (free trade zone/FTZ) adalah kawasan di mana setiap barang dapat 
dikirimkan, dikelola, diproduksi, atau direkonstruksi, dan bahkan diekspor kembali tanpa ada 
intervensi dari otoritas kepabeanan setempat. Beberapa contoh negara atau kota yang telah 
menerapkan kebijakan ini misalnya Singapura, Hong Kong, Panama, Kopenhagen, 
Stockholm, Gdansk, Los Angeles, dan New York. Di Indonesia kita sudah mengenal Batam 
sebagai salah satu wilayah perdagangan bebas. 
Dengan telah sepakatnya pemimpin negara-negara ASEAN untuk membentuk ASEAN 
Economy Community (AEC) atau Masyarakat Ekonomi ASEAN (MEA), wilayah ASEAN 
menjadi kawasan perdagangan bebas dan menjadi satu kawasan ekonomi yang tidak 
mengenal batas wilayah negara anggotanya. Dengan kebijakan ini, setiap negara harus siap 
menerima konsekuensi atas kebijakan tersebut. Setiap industri dari setiap negara di kawasan 
akan diberi kebebasan untuk masuk ke semua negara dan melakukan aktivitas ekonomi tanpa 
ada intervensi dari otoritas kepabeanan setempat. 
Dengan berlaku kebijakan ini, secara otomatis tidak ada lagi batas-batas antarnegara dalam 
konteks perdagangan barang, jasa, dan produksi. Kawasan ini akan menjadi satu kawasan 
yang terbuka dalam melakukan aktivitas perekonomian. Tidak hanya sektor industri dan 
perdagangan, sektor tenaga kerja pun akan menjadi sangat terbuka sehingga para pekerja 
profesional Indonesia akan berkompetisi dengan para pekerja profesional asing yang akan 
semakin banyak masuk membanjiri bursa tenaga kerja profesional di Indonesia. 
Anda bisa bayangkan pada suatu saat nanti Anda melamar pekerjaan untuk satu posisi di 
perusahaan Indonesia bersaing dengan pelamar-pelamar dari Singapura, Malaysia, dan negara 
lain. Sudah siapkah kita menghadapi situasi seperti itu? 
Turbulensi Ekonomi 
Manfaat dari terbentuk MEA sudah tentu sangat besar salah satunya terbentuk kekuatan 
ekonomi baru di wilayah Asia yang dapat menyaingi kekuatan ekonomi China dan Korea 
Selatan. Ini tentu dipicu dengan pertumbuhan dan daya saing MEA yang meningkat yang 
akan meningkatkan posisi tawar MEA terhadap kekuatan-kekuatan ekonomi lain di Asia
33 
maupun di luar Asia. 
Potensi kekuatan ekonomi MEA di antaranya kekuatan pasar di mana ada sekitar setengah 
miliar penduduk tinggal di wilayah ini, sumber daya alam, dan tenaga kerja terdidik yang 
murah. MEA bisa membuat aturan dan kebijakan ekonomi bagi kawasan terhadap negara-negara 
lain yang berkepentingan dengan aktivitas ekonomi di kawasan MEA. 
Namun, di balik manfaat besar tersebut, ternyata tersimpan kekhawatiran di kalangan negara-negara 
anggota MEA itu sendiri. Kekhawatiran tersebut terutama terhadap kemungkinan 
terjadi turbulensi ekonomi yang mengancam, mengapa? Karena chemistry atau sistem 
ekonomi MEA belum terbentuk secara utuh dan saat ini masih tersekat-sekat dalam bingkai 
negara masing-masing. Begitu sekat itu dibuka akan terjadilah perpaduan berbagai sistem, 
aturan, dan standar yang sudah tentu berbeda antara satu negara dan lain. Di sinilah potensi 
terjadi turbulensi ekonomi di dalam MEA tersebut muncul. 
Sistem perekonomian MEA akan mengalami pergolakan untuk mencapai suatu 
kesetimbangan baru yang bernama sistem perekonomian MEA. Lihat saja Masyarakat 
Ekonomi Eropa (MEE) yang sudah lama terbentuk, hingga saat ini pun masih sering 
mengalami konflik dalam menetapkan kebijakan-kebijakan ekonominya. 
Inovasi atau Mati 
Lalu apa yang mesti kita lakukan dalam waktu yang tidak lama lagi ini? Ancang-ancang 
memang telah lama dilakukan oleh pemerintah di antaranya melalui program percepatan 
pertumbuhan ekonomi Indonesia, reformasi birokrasi dan perpajakan, perbaikan dan 
pembangunan infrastruktur, mempersiapkan tenaga kerja siap pakai dan terdidik melalui 
sekolah-sekolah kejuruan (SMK), mengembangkan ekonomi kreatif dan kewirausahaan dan 
sebagainya. 
Bagaimana hasilnya? Belum terlihat nyata. Tengok saja, sistem infrastruktur terutama untuk 
mendukung transportasi dan distribusi masih sangat terbatas. Tenaga kerja kita walaupun 
melimpah masih tergolong mahal, di mana Indonesia menempati urutan termahal ketiga 
setelah Singapura dan Malaysia. Jika demikian keadaannya, bagaimana kita mampu 
bersaing? Kita akan mampu bersaing jika kita mampu memproduksi barang atau jasa dengan 
kualitas lebih baik, harga yang lebih murah, dan waktu pengiriman yang lebih singkat. 
Dengan fakta-fakta yang saya sebutkan diatas dan kita lihat dan rasakan sendiri saat ini, 
apakah mungkin? Pertanyaan yang sangat mudah dijawab bukan? Tidak ada jalan lain bagi 
kita selain bangun dan segera ambil langkah konkret untuk bertahan hidup dengan kata lain 
kita harus segera keluar dari zona nyaman dan lakukan sesuatu. Sesuatu dalam arti kreatif 
atau inovasi. 
Inovasi atau mati! Jangan lagi kita berpikir bahwa semua akan baik-baik saja karena kita 
memiliki segalanya untuk bertahan, sumber daya alam, pasar, dan tenaga kerja. Percaya diri
dan optimisme boleh-boleh saja, tetapi jangan sampai membuat kita terbuai dan menghalangi 
kita untuk melakukan perubahan dan terobosan baru. 
Kita mungkin berpikir bahwa kita sudah berusaha, sibuk, dan lelah. Tetapi, tanpa disadari 
kita sedang terperangkap pada lingkaran sistem yang salah dan tidak bergerak ke mana-mana. 
Sementara orang di sekitar kita sudah bergerak entah ke mana jauh meninggalkan kita. 
Inovasi tidak terfokus secara khusus pada penciptaan atau penggunaan teknologi baru yang 
hebat, tetapi mengembangkan model bisnis baru, strategi, dan sistem yang baru juga sama 
pentingnya, bahkan kadang-kadang lebih penting (Davila: 2006). Bagi pemerintah 
memperbaiki sistem birokrasi dan memangkas proses adalah inovasi. Membuat sistem 
pengaturan lalu lintas di jalan dan pelabuhan yang dapat mengurangi kemacetan dan antrean 
adalah inovasi. Bagi pengusaha, membuat sistem yang efisien untuk meningkatkan kualitas 
produk dengan harga lebih murah adalah inovasi. Bagi karyawan, meningkatkan waktu kerja 
produktif dari empat jam sehari menjadi enam jam sehari adalah inovasi! 
34 
Inovasi adalah melakukan kreativitas, perubahan, terobosan (breakthrough) yang 
memberikan nilai tambah. Jadi, tunggu apa lagi, keluarlah dari zona nyaman, lakukan 
inovasi! ● 
HANDI SAPTA MUKTI 
Praktisi Manajemen & Teknologi Informasi
35 
UU Kelautan dan Laut Kita 
Koran SINDO 
2 Oktober 2014 
Saya membacanya di sebuah media online. Begini ceritanya. Sabtu, 11 Januari 2014, sebuah 
kapal berbendera Indonesia berangkat dari Pelabuhan Teluk Bayur di Padang, Sumatera 
Barat. 
Kapal yang mengangkut 2.300 metrik ton semen itu hendak menuju Pulau Nias di sebelah 
barat Sumatera. Jaraknya tidak jauh bukan? Beberapa saat setelah bertolak dari pelabuhan, 
tiba-tiba petugas Keamanan Laut (Kamla) dari TNI Angkutan Laut mengejar kapal tersebut. 
Mereka memaksa naik, memeriksa kapal dan menahannya selama sekitar 22 jam. Padahal, 
sebelumnya pihak syahbandar dan otoritas pelabuhan sudah memberikan surat persetujuan 
untuk berlayar. 
Kasus serupa berulang esok harinya. Kapal berbendera Hong Kong berangkat dari Pelabuhan 
Teluk Bayur menuju China. Kapal itu memuat 32.000 metrik ton bijih besi. Meski dokumen 
keberangkatan sudah lengkap, petugas Kamla TNI AL bersikeras untuk memeriksa kapal. 
Akibatnya pemberangkatan kapal tertunda sekitar 15 jam. 
Sampai sekarang tak pernah terungkap apa yang terjadi di atas kapal-kapal tersebut. Kita 
tentu hanya bisa menduga-duga. Sebagai orang kampus dan praktisi bisnis, saya pasti 
menunggu jawaban dan jalan keluarnya. Mahasiswa saya selalu menanyakan, kapan negeri 
ini menjadi lebih baik? Mereka juga gemes, tangannya gatal untuk melakukan perubahan. 
Apa pun, kasus itu menjadi potret dari buruknya koordinasi antarinstansi di pelabuhan-pelabuhan 
kita. Pemicunya boleh jadi karena banyaknya instansi yang merasa punya hak dan 
bertanggung jawab untuk ikut mengurus pelabuhan di Indonesia. 
Lihat saja, di sana ada aparat Imigrasi, Bea Cukai, Badan Karantina, kepolisian, otorita 
pelabuhan, syahbandar, otoritas kesehatan, dan bahkan TNI AL. Mereka tidak menyadari, 
waktu yang hilang akibat pemeriksaan yang semena-mena, berita negatif tentang negeri yang 
sungguh tidak efisien dan semuanya asyik main sendiri-sendiri serta kerugian ekonomi yang 
muncul akibat perilaku-perilaku buruk itu. 
Mengurus laut adalah mengurus pelabuhan, transportasi, birokrasi dan logistiknya. Jika 
mengurus birokrasi pelabuhannya saja sudah amburadul, hampir pasti mengurus lautnya juga 
bakal kacau balau. 
Bagi saya, buruknya koordinasi di pelabuhan adalah potret dari lemahnya kepemimpinan 
kita. Saya petik saja sebuah kutipan dari www.thinkexist.com, ”Leadership has to do with
direction. Management has to do with the speed, coordination and logistics in going in that 
direction.” Jadi, menetapkan arah adalah tugas dari seorang pemimpin. Jika arahnya tak jelas, 
kecepatan dan koordinasi menjadi masalah. Juga, tak ada dukungan logistik untuk itu. 
36 
Optimalkan Potensi 
Senin (29/9) lalu kita baru saja mengetuk palu untuk mengesahkan RUU Kelautan menjadi 
UU Kelautan. Hadirnya undang-undang ini, saya kira, patut menjadi catatan tersendiri. 
Sebab, sebetulnya kita sudah sejak 1999 memiliki portofolio menteri kelautan dan 
perikanan— meski waktu itu di era Pemerintahan Abdurrahman Wahid (1999-2001) 
namanya masih menteri eksplorasi laut. 
Kemudian undang-undang itu juga baru hadir setelah kita 69 tahun merdeka. Jadi, begitu 
lama dan kita harus membayarnya dengan harga yang sangat mahal. Lihat saja, setiap tahun 
Indonesia harus menanggung rugi ratusan triliun rupiah akibat ikan-ikan kita dicuri oleh 
nelayan-nelayan asing. Semua akibat ketidakmampuan kita menjaga laut kita sendiri. 
Kita juga tidak berhasil memanfaatkan kekayaan laut secara optimal. Padahal, selain ikan, 
masih banyak kekayaan laut lainnya yang bisa kita eksplorasi. Misalnya, dalam bentuk 
sumber daya terbarukan, seperti rumput laut, hutan mangrove, atau terumbu karangnya. Laut 
kita juga menyimpan sumber daya alam yang tidak terbarukan, seperti minyak, gas serta hasil 
tambang dan mineral lain, yang belum kita eksplorasi. Kita masih tertinggal dalam 
pengembangan teknologi eksplorasi di laut dalam. 
Kita juga belum berhasil mengonversi energi yang tersimpan di laut menjadi energi yang bisa 
kita pakai dalam kehidupan sehari-hari. Misalnya, dalam bentuk pembangkit listrik bertenaga 
arus laut, energi gelombang, atau bahkan dari panas laut. Kita juga belum mengoptimalkan 
potensi laut sebagai salah satu kekayaan wisata. Di sini wisata bahari belum berkembang 
sebagaimana layaknya wisata di daratan. 
Mungkin pengenalan kita akan laut baru sebatas pada pantai dan pulau-pulaunya. Belum laut 
dengan kehidupan para nelayannya. Untuk memastikan hal itu, kita bisa mengujinya dengan 
cara sederhana. Cobalah minta anak-anak Anda untuk menggambar petani. Mereka akan 
dengan mudah menggambar seseorang yang berdiri di tengah sawah dengan memakai caping 
dan memanggul cangkul. Sekarang cobalah minta anak-anak kita menggambar sosok seorang 
nelayan? Sebagian mungkin akan kebingungan. 
Snowball Effect 
Baiklah kita bicara dalam potret global. Indonesia adalah negara kelautan yang ditaburi oleh 
sekitar 17.504 pulau. Saya menyebut ”sekitar” untuk menggambarkan betapa kita sebetulnya 
belum mempunyai data yang akurat soal jumlah pulau ini. Angka 17.504 pulau saya ambil 
dari data Kementerian Pertahanan. Data dari instansi lain hampir pasti akan berbeda-beda.
Lokasi kita juga sungguh sangat strategis. Dulu kegiatan ekonomi terpusat di poros Atlantik 
atau di negara-negara maju di kawasan utara. Kini hampir 70% kegiatan perdagangan dunia 
terjadi di kawasan Asia-Pasifik. Lalu, dari seluruh kegiatan perdagangan di kawasan tersebut, 
75 persennya dikirimkan melalui transportasi laut. Ini yang mungkin kita belum banyak tahu. 
Rupanya kapal-kapal yang mengangkut barang-barang yang diperdagangkan di kawasan 
Asia-Pasifik tersebut melintasi tiga selat kita, yakni Selat Lombok, Selat Makassar, dan Selat 
Malaka. 
Mantan Menteri Perikanan Rokhmin Dahuri memperkirakan nilai barang yang melintasi 
kawasan kita mencapai USD1.500 triliun per tahun. Ini kira-kira setara dengan Rp17.250 
biliun, atau hampir 10.000 kali lipat dari APBN kita untuk tahun 2014. Dengan nilai transaksi 
yang sebesar itu, Indonesia sebetulnya sangat potensial untuk menjadi pusat atau jantung 
perdagangan di kawasan Asia-Pasifik. Kita mestinya bisa memetik banyak manfaat lalu lintas 
perdagangan tersebut. Kenyataannya? 
37 
Saya kira kita masih membuat daftar panjang tentang betapa lemahnya kita dalam 
mengoptimalkan kekayaan laut dan kawasan perairannya. Lalu, sejauh mana UU Kelautan 
bisa menjadi payung hukum untuk membuat kinerja sektor kelautan optimal? Saya punya 
satu asumsi sederhana. 
Kalau ingin mengoptimalkan kinerja sektor kelautan, kita harus mulai membereskan benang 
kusut di pelabuhan-pelabuhan kita. UU Kelautan punya daya gedor untuk itu. Salah satunya 
adalah soal Kamla tadi. UU Kelautan menegaskan bahwa untuk urusan Kamla bakal 
ditangani oleh satu lembaga tunggal yang kalau di luar negeri semacam Sea & Coast 
Guard. Jadi dengan adanya satu lembaga tunggal, tak perlu lagi petugas Kamla TNI AL 
memaksa untuk naik dan memeriksa kapal, sebagaimana terjadi di Pelabuhan Teluk Bayur 
tadi. 
Itu baru satu. Tapi, kalau yang satu ini berhasil kita bereskan, dampaknya bisa seperti 
snowball effect. Sekali bergulir, ia kian sulit dihentikan. Malah kian lama malah justru kian 
membesar. Saya bukan hanya berharap itu terjadi, tetapi yakin itu bakal terjadi. 
Saya percaya ini akan menjadi perhatian serius presiden terpilih, Indonesia akan punya 
menteri maritim yang hebat, dan untuk itu birokrasi pun wajib diremajakan. Perubahan 
membutuhkan orang-orang tangguh yang mau berkorban. Ayo dong! 
RHENALD KASALI 
Pendiri Rumah Perubahan 
@Rhenald_Kasali
38 
E-bank dan Pembangunan Berkelanjutan 
Koran SINDO 
2 Oktober 2014 
Di era pemerintahan Joko Widodo (Jokowi)-Jusuf Kalla (JK) mendatang, Anggaran 
Pendapatan dan Belanja Negara (APBN) diperkirakan akan terus mengalami defisit. Betapa 
tidak, beban anggaran keuangan negara dengan subsidi energi yang mencapai Rp300 triliun 
terus menggerogoti. Ditambah dengan beban bunga utang luar negeri yang semakin besar, 
membuat pemerintahan Jokowi-JK dihadapkan pada persoalan fiskal yang terus mengimpit 
dan perlu segera diselesaikan. 
Seperti layaknya sebuah perusahaan, negara ini membutuhkan anggaran belanja untuk bisa 
terus melakukan ekspansi, membangun, dan meningkatkan kesejahteraan rakyatnya. Untuk 
itu, berbagai solusi dibutuhkan agar Indonesia memiliki kemampuan untuk terus membiayai 
pembangunan infrastruktur untuk mendongkrak ekonominya. Selain pengurangan beban 
subsidi energi dan penghematan belanja pemerintah yang tidak produktif, salah satu solusi 
untuk mengatasi minimnya pembiayaan pemerintah adalah dengan mendongkrak investasi 
swasta. Namun, investasi swasta juga membutuhkan pembiayaan, yang salah satunya dari 
perbankan. 
Di tengah ketatnya likuiditas keuangan saat ini, sudah sewajarnya jika perbankan juga 
melakukan inovasi untuk menghimpun pembiayaan dari masyarakat. Bank tidak bisa hanya 
mengandalkan cara-cara tradisional dengan menggunakan instrumen deposito ataupun 
tabungan untuk menghimpun dana masyarakat. Diperlukan langkah cerdas untuk menarik 
masyarakat yang selama ini belum bersentuhan dengan perbankan, agar percaya dan mau 
memasukkan sebagian dananya di bank. 
Bank sebagai agent of development harus bisa melaksanakan fungsinya memobilisasi dana 
untuk pembangunan ekonomi di suatu negara. Kegiatan bank berupa penghimpun dan 
penyalur dana sangat diperlukan bagi lancarnya kegiatan perekonomian di sektor riil. Dengan 
dana itu maka memungkinkan masyarakat melakukan kegiatan investasi, kegiatan distribusi, 
serta kegiatan konsumsi barang dan jasa. 
Persoalannya, sampai saat ini penetrasi bank masih di bawah 50% populasi masyarakat 
Indonesia. Penetrasi perbankan kalah jauh dengan penetrasi telepon seluler atau handphone 
yang mencapai lebih dari 120% populasi. Penetrasi yang mencapai lebih dari 100% 
menunjukkan bahwa banyak orang Indonesia memiliki lebih dari satu telepon seluler (ponsel) 
atau gadget lain. Diperkirakan, selisih antara jumlah pelanggan ponsel dan jumlah nasabah 
bank setara dengan jumlah orang yang tidak memiliki rekening bank (unbanked). Jumlah 
unbanked-people ini ke depan akan terus bertambah karena penetrasi ponsel ke daerah-daerah 
terpencil akan terus tumbuh dan meluas.
Sementara itu, bank tidak mungkin membangun kantor cabang di daerah yang tidak layak 
secara ekonomis, sebab jumlah calon nasabah minim sedangkan biaya operasional tinggi. 
Dengan kondisi itu, penduduk di daerah akan semakin sulit tersentuh perbankan, karena kecil 
kemungkinan bagi mereka menabung setiap hari, misalnya Rp10.000 di kantor cabang bank 
tertentu yang letaknya jauh. Selain letak geografis, alasan psikologis lain seperti malu dan 
enggan berhubungan dengan urusan administrasi perbankan, juga bisa menjadi sebab. 
39 
Lalu, bagaimana caranya agar penetrasi ponsel yang mencapai lebih dari 120% bisa 
dimanfaatkan untuk menghimpun dana masyarakat? Bagaimana agar potensi unbanked-people 
ini bisa menyukseskan fungsi agent of development perbankan? 
Untuk menjembatani jumlah unbanked-people yang terus bertambah, perbankan dan operator 
telepon seluler harus membuka kesempatan bagi masyarakat di remote & rural area tersebut 
untuk bisa menabung melalui handphone. Dengan begitu maka tidak akan ada lagi hambatan 
jarak dan psikologis untuk menabung. Perilaku masyarakat yang sudah cukup lama terbiasa 
mengisi ulang pulsa telepon bisa diubah dari “mengisi deposit prabayar” menjadi “mengisi 
deposit e-bank“. 
Sinergi perbankan dengan operator telekomunikasi ini menjadi langkah pertama membawa 
unbanked-people memasuki dunia perbankan. Dengan sinergi ini, penyelenggara jaringan 
telekomunikasi menyiapkan server berisi platform virtual-banking dan platform micro-payment. 
Nantinya penyedia seluler dan mitra perbankan bisa mengonversi nomor telepon 
seluler, yang juga merupakan nomor rekening. Adapun bank mitra yang mengelola rekening 
tabungan dan semua kegiatan perbankan. Outlet mitra penyelenggara telekomunikasi juga 
bisa berfungsi sebagai loket teller (cash-in/cash-out) dari bank mitra tersebut. 
Dalam pengembangannya, deposit e-bank yang secara rata-rata lebih dari Rp20.000 dapat 
juga digunakan untuk membayar belanja-belanja kecil (micro-payment) dan sebagian lagi 
disetor ke rekening tabungan melalui sistem virtual-banking. Misalnya setiap Minggu 
Rp5.000-10.000 atau lebih. Hanya, agar program itu berhasil diperlukan penyediaan 
infrastruktur jaringan telekomunikasi di seluruh wilayah NKRI. 
Dengan fasilitas jaringan yang memadai dan dengan cakupan luas, semua pelanggan telepon 
seluler yang unbanked di remote & rural area dapat difasilitasi untuk memiliki rekening 
tabungan. Bahkan dengan e-bank, mereka bisa melakukan micro-payment atau pun remitten 
secara mudah. Dengan rekening tabungan itu pula, mereka dapat terlibat dalam kegiatan 
perbankan dan membiayai pembangunan. 
Secara individu mungkin nilai nominalnya relatif kecil, namun melihat potensinya yang besar 
maka secara akumulatif nasional jumlah totalnya pasti akan sangat besar. Hanya dengan cara 
inilah program Financial-Inclusion dapat dicapai dalam waktu yang singkat. Semoga 
pemerintah RI 2014-2019 bisa memprioritaskan ini di tahun pertama pemerintahan. ●
40 
NONOT HARSONO 
Komisioner Badan Regulasi Telekomunikasi Indonesia ( BRTI)
41 
Perguruan Tinggi dan Innovation Driven 
Economy 
Koran SINDO 
6 Oktober 2014 
Laporan Daya Saing Global 2014–2015 yang dikeluarkan World Economy Forum (WEF) 
awal September lalu menempatkan Indonesia pada peringkat ke-34 atau naik 4 peringkat dari 
2013–2014. Peningkatan daya saing Indonesia ini sekaligus mengonfirmasi sejumlah hasil 
laporan yang menempatkan Indonesia sebagai destinasi investasi utama. 
Predikat sebagai negara tujuan utama investasi didukung sejumlah faktor yang telah dicapai 
dalam beberapa tahun ini, misalnya perbaikan infrastruktur, reformasi birokrasi, kebijakan 
industrialisasi, dan pengembangan iptek. Dengan peringkat daya saing di urutan ke-34 dari 
144 negara yang menjadi sampel WEF, Indonesia dikelompokkan dalam kategori negara 
efficiency-driven economies atau selangkah lagi menuju innovation driven economies. 
Salah satu pilar yang mendorong peningkatan daya saing seperti yang dilaporkan WEF 
adalah inovasi dan pengembangan iptek. Inovasi dan pengembangan iptek diyakini mampu 
memberi daya dorong yang lebih kuat, tidak hanya terhadap peningkatan daya saing bangsa, 
melainkan juga terkait perbaikan peradaban manusia. Salah satu entitas yang berperan 
penting dalam pengembangan iptek dan inovasi adalah perguruan tinggi (PT). PT menjadi 
media pembelajaran dan pendidikan yang diharapkan mampu melahirkan gagasan-gagasan 
yang bermanfaat, baik dalam kehidupan sosial maupun ekonomi-politik. 
Dorongan pendidikan berbasis masyarakat sesuai arahan Undang-Undang (UU) Sistem 
Pendidikan Nasional melahirkan berbagai ide kreatif dalam mengemas kurikulum pendidikan 
tinggi semisal experiential learning, collaborative learning, student center learning dan case 
study method. Salah satu pendekatan lain yang kini telah banyak dikembangkan universitas-universitas 
terkemuka dunia adalah kerja sama universitas serta dunia usaha dalam 
pengembangan iptek dan inovasi. 
Dalam Rencana Pembangunan Jangka Panjang Nasional (RPJPN) 2005–2025, saat ini 
Indonesia berada pada periode Rencana Pembangunan Jangka Menengah Nasional III 
(RPJMN 2015–2019). Berlandaskan kesinambungan RPJMN sebelumnya (2005– 2009, 
2010–2014), RPJM III ditujukan untuk lebih memantapkan pembangunan secara menyeluruh 
di berbagai bidang dengan menekankan pencapaian daya saing kompetitif perekonomian 
berlandaskan keunggulan sumber daya alam dan sumber daya manusia berkualitas serta 
kemampuan ilmu dan teknologi yang terus meningkat.
Sinkronisasi pembangunan iptek dalam pendidikan diharapkan dapat mendorong peningkatan 
kualitas sumber daya manusia serta relevansi pendidikan dengan berbagai aspek kehidupan 
masyarakat, termasuk di dalamnya mendorong ekonomi bernilai tambah. Pembangunan iptek 
diarahkan untuk menciptakan dan menguasai ilmu pengetahuan, baik ilmu pengetahuan dasar 
maupun terapan serta mengembangkan ilmu sosial dan humaniora untuk menghasilkan 
teknologi dan memanfaatkan teknologi hasil penelitian, pengembangan, dan perekayasaan 
bagi kesejahteraan masyarakat, kemandirian, dan daya saing bangsa. Pembangunan iptek ini 
pulalah yang menjadi dasar pembangunan ekonomi yang berbasis pengetahuan yang akan 
memberi dampak luas terhadap berbagai dimensi ekonomi khususnya mengenai 
kesejahteraan masyarakat. 
Dalam beberapa tahun terakhir, pendapatan per kapita masyarakat terus meningkat hingga 
mencapai USD4.000 saat ini. Dalam program MP3EI, pada akhir 2025 Indonesia ditargetkan 
menjadi negara ekonomi maju (innovation-driven economy) dengan target pencapaian 
pendapatan per kapita hingga 2025 dalam dokumen MP3EI ada di kisaran USD14.000– 
15.000 dengan economy size (PDB) USD4 triliun– 4,5 triliun. 
Target peningkatan pendapatan per kapita (PDB per kapita) menuju negara maju hanya akan 
tercapai melalui pengembangan riset, iptek, dan budaya inovasi, khususnya di perguruan 
tinggi. Melalui pengembangan pemanfaatan riset dan inovasi, nilai tambah dan perluasan 
rantai nilai, baik dalam proses produksi maupun distribusi, dapat terus meningkat sekaligus 
menjadi katalisator yang mendorong peningkatan pendapatan per kapita masyarakat. Melalui 
pengembangan pemanfaatan riset, iptek, dan budaya inovasi di perguruan tinggi, penguatan 
sistem inovasi nasional di sisi produksi, proses maupun pemasaran untuk penguatan daya 
saing global yang berkelanjutan menuju innovation driven economy akan dapat dicapai. 
42 
Mengapa demikian? Tentunya pada era ekonomi berbasis pengetahuan, mesin pertumbuhan 
ekonomi sangat bergantung pada kapitalisasi hasil penemuan menjadi produk/jasa inovatif. 
Dalam konteks ini, peran sumber daya manusia yang berpendidikan menjadi kunci utama 
mendukung pertumbuhan ekonomi yang berkesinambungan. Oleh karena itu, perguruan 
tinggi harus mampu menjadi salah satu pusat produksi dan distribusi gagasan-gagasan/ 
produk/kebijakan yang inovatif, menjadi medium penyelarasan berbagai entitas yang 
menyusun daya saing nasional. Aliansi sektor pendidikan dengan sektor-sektor lain menjadi 
”keharusan” yang tidak bisa dihindari sebagai akibat derasnya perubahan yang terjadi di 
sekitar kita. 
Paradigma pasar input dan output pendidikan yang selama ini terkesan tidak selaras dengan 
lingkungannya, menegasikan kepekaan sosial, dan kecenderungan egoisme-sentris menjadi 
tantangan dalam meredesain kembali model pembelajaran di pendidikan tinggi. Redesain 
model pembelajaran yang dilakukan diharapkan dapat menjawab tantangan dan tuntutan 
lingkungan serta peradaban sehingga kontribusi pendidikan tinggi dapat lebih dirasakan oleh 
para pemangku kepentingan yang ada.
Di berbagai universitas terkemuka dunia, pengelolaan riset yang dipadukan dengan 
kebutuhan dunia usaha telah menjadi patron yang terus dipromosikan. Bahkan dengan model 
penyelarasan ini, sejumlah produk inovatif telah banyak dihasilkan. Produk-produk ini 
bahkan telah mengubah tatanan peradaban manusia. Di Universitas Osaka Jepang misalnya 
telah lama dilakukan program kerja sama dengan berbagai industri khususnya dalam hal 
pengembangan teknologi. Atau Universitas Bologna dengan menawarkan program desain 
fitur dan model bagi industri makanan-minuman di dunia. Atau universitas-universitas di 
Amerika yang telah lama mengembangkan research park sebagai wahana untuk 
mempertemukan kegiatan riset dan kebutuhan dunia usaha. 
43 
Taruhlah Massachusetts Institute of Technology (MIT) dengan MIT Medialab atau 
University of Illinois Research Park yang berfungsi sebagai rumah inovasi bagi perusahaan-perusahaan 
global seperti Yahoo!, Anheuser- Busch InBev, John Deere, Caterpillar, Dow, 
Neustar, State Farm, Citrix, Raytheon, dan Abbott. Atau misalnya Iowa State University 
Research Park yang memediasi dunia usaha, peneliti, dan masyarakat dalam mengembangkan 
gagasan-gagasan inovatif tidak hanya terkait dengan produk-produk komersial, tetapi juga 
humanity. 
Bagi Indonesia, kebutuhan menghadirkan kemitraan-kemitraan seperti contoh di atas menjadi 
urgensi dalam 5 hingga 15 tahun ke depan. Pola kemitraan strategis seperti contoh di atas 
dapat diterapkan di Indonesia melalui kemitraan strategis antara perguruan tinggi dan dunia 
usaha. Upaya ini akan semakin terakselerasi jika mendapat dukungan atau skema stimulus 
baik dari pemerintah pusat maupun daerah. Selain itu, sejumlah lembaga litbang di 
pemerintahan seperti LIPI, Puspitek, Lapan, dan Batan juga perlu disinergikan dalam suatu 
gerakan yang terintegrasi dengan entitas lain, khususnya perguruan tinggi dan dunia usaha. 
Pengembangan research-entrepreneurial university menjadi salah satu solusi yang dapat 
dikembangkan dalam meraih cita-cita pembangunan nasional. Dengan semangat ini, target 
menjadi negara maju akan semakin mudah diwujudkan. 
PROF FIRMANZAH PhD 
Staf Khusus Presiden Bidang Ekonomi dan Pembangunan
44 
7-Eleven, Transformasi Bisnis PT Modern 
Internasional Tbk 
Koran SINDO 
7 Oktober 2014 
PT Modern Internasional Tbk memulai bisnis fotografi dan menjadi sole distributor Fuji Film 
Jepang sejak 1971. Sejak saat itu, perusahaan terus bergerak mengembangkan beragam 
varian produk fotografi sesuai kebutuhan konsumen di Indonesia. Bahkan melalui anak 
usahanya, perusahaan terus mengembangkan toko ritel Fuji Image Plaza di seluruh pelosok 
Tanah Air melengkapi toko ritel foto milik mitra Fuji Film yang sudah tersebar luas. Ini 
ditujukan agar dapat memenuhi kebutuhan konsumen dan memudahkan aktivitas mereka 
akan produk-produk fotografi. 
Semua produk selalu tersedia sesuai lifestyle serta perkembangan teknologi fotografi yang 
ada saat itu. Dari teknologi yang benar-benar konvensional dan tradisional, semidigital 
hingga teknologi digital yang akhirnya menguasai hampir seluruh bisnis fotografi. 
Perkembangan teknologi memang tidak dapat dihindari lagi. Era digitalisasi telah 
menurunkan bisnis fotografi konvensional yang selama ini dilakukan oleh perusahaan. Hanya 
dalam hitungan kurang dari lima tahun, perkembangan teknologi ini telah menurunkan lebih 
dari 50% bisnis yang ada. Semua produk berubah dan berganti, peralatan pendukung 
berubah, perilaku konsumen berubah dengan sangat cepat, sehingga supply and demand pun 
tidak dapat berimbang yang otomatis memengaruhi bisnis perusahaan. Perkembangan 
teknologi digital yang luar biasa dalam industri fotografi telah memaksa perusahaan 
melakukan perubahan bisnis demi menyelamatkan perusahaan. 
Sejak tahun 2006, perusahaan mulai mencari bisnis baru yang dipersiapkan akan 
mentransformasikan bisnis utama perusahaan. Bisnis ritel convenience 7-Eleven yang 
menjadi pilihan. Selang dua tahun kemudian, melalui proses panjang, akhirnya PT Modern 
Internasional Tbk dapat menandatangani LOI dengan 7-Eleven Internasional pada 2008 dan 
dapat membuka outlet pertamanya akhir 2009. Sejak 2009 hingga 2014 ini, bisnis 7-Eleven 
adalah sebuah bisnis transformasi bagi PT Modern International Tbk. Bisnis ritel convenience 
store ini telah menggantikan bisnis fotografi yang sudah dilakukan perusahaan lebih dari 50 
tahun. 
Pada tahun 2010, 7-Eleven baru dapat mengontribusikan penjualan sebesar 10% terhadap 
total penjualan perusahaan. Dan kini di 2014, bisnis 7-Eleven sudah mengontribusikan 
penjualan sebesar 64% terhadap total penjualan bisnis PT Modern Internasional Tbk. Melihat 
perkembangan bisnis yang dicapai, perusahaan yakin bahwa bisnis ini akan terus berkembang
di tahun-tahun selanjutnya. Prospek bisnis ritel seperti yang dilakukan 7-Eleven di Indonesia 
diyakini akan terus meningkat seiring perubahan perilaku konsumen dan gaya hidup 
masyarakat. 
Masyarakat saat ini memanfaatkan convenience store tidak hanya untuk memenuhi 
kebutuhan rumah tangga seperti sebelumnya. Saat ini masyarakat mengunjungi convenience 
store untuk memenuhi kebutuhan makan dan minum. Convenience store di modern market 
lebih populer dibandingkan dengan format besar seperti supermarket dan hypermarket, serta 
lebih populer juga dibandingkan traditional market sehingga pertumbuhannya pun semakin 
cepat. Data dari McKinsey, tahun 2011 sebanyak 66% konsumen membeli makanan dan 
minuman di convenience store, dan angka ini meningkat di tahun 2013, konsumen yang 
membeli makanan dan minuman di convenience store sekitar 71%. 
Dalam beberapa data dan fakta serta informasi terkini yang kita terima dari Euromonitor 
tentang customer insight Indonesia tahun 2013, disebutkan bahwa dalam lifestyle masyarakat 
perkotaan, masyarakat harus menghadapi dinamika kehidupan yang serbacepat dan sibuk 
sehingga memenuhi kebutuhan akan makanan dan minuman di luar rumah menjadi sesuatu 
yang sangat umum. 
Selain itu terdapat fakta, wanita pekerja populasinya atau jumlahnya semakin besar, 59,6% 
bekerja sebagai entrepreneur dan 25,3% bekerja sebagai karyawan kantoran.Kebanyakan dari 
mereka yang merupakan generasi masa kini dan untuk generasi-generasi selanjutnya, para 
wanita ini tidak lagi atau jarang yang belajar memasak. Sehingga mereka memenuhi 
kebutuhan hidupnya bahkan kebutuhan rumah tangga dengan cara membeli, sesuatu yang 
praktis bisa dilakukan. 
45 
Fakta terakhir yang kita bisa lihat, semakin banyak dan pesatnya pembangunan perumahan 
vertikal yang menandakan populasi penduduk semakin meningkat. Perumahan vertikal itu 
pun luasnya tidak besar, sangat simpel dengan ruangan dapur yang juga tidak besar. 
Sejumlah fakta di atas menunjukkan masyarakat perkotaan semakin hari akan semakin 
membutuhkan segala sesuatu yang bersifat cepat, mudah, praktis dan dengan harga 
terjangkau sesuai gaya hidup yang mereka jalani saat ini termasuk juga di dalamnya 
pemenuhan kebutuhan akan makanan dan minuman. Mereka membutuhkan makanan dan 
minuman yang siap saji, praktis, mudah didapat, harga terjangkau dan tentunya makanan 
serta minuman yang sehat, bersih dan segar sesuai kesadaran akan kesehatan yang juga 
meningkat. 
Meningkatnya jumlah kelas menengah di Indonesia serta naiknya produk domestik bruto 
(PDB) karena konsumsi domestik yang meningkat, menjadikan bisnis ritel di Indonesia 
semakin kompetitif. Untuk pertumbuhan pasar ritel modern di Indonesia, sesuai data dari 
Aprindo, dari tahun 2012 meningkat 9,6% menjadi Rp148 triliun di tahun 2013 dan 
diperkirakan akan meningkat 10% di tahun 2014 menjadi Rp162,8 triliun. Perkembangan dan 
pertumbuhannya ini tidak kalah dengan di negara lain mengingat karakteristik, kemampuan
(Sindonews.com) Opini ekonomi KORAN SINDO 16 september 2014-26 September 2014
(Sindonews.com) Opini ekonomi KORAN SINDO 16 september 2014-26 September 2014
(Sindonews.com) Opini ekonomi KORAN SINDO 16 september 2014-26 September 2014
(Sindonews.com) Opini ekonomi KORAN SINDO 16 september 2014-26 September 2014
(Sindonews.com) Opini ekonomi KORAN SINDO 16 september 2014-26 September 2014
(Sindonews.com) Opini ekonomi KORAN SINDO 16 september 2014-26 September 2014
(Sindonews.com) Opini ekonomi KORAN SINDO 16 september 2014-26 September 2014
(Sindonews.com) Opini ekonomi KORAN SINDO 16 september 2014-26 September 2014
(Sindonews.com) Opini ekonomi KORAN SINDO 16 september 2014-26 September 2014
(Sindonews.com) Opini ekonomi KORAN SINDO 16 september 2014-26 September 2014
(Sindonews.com) Opini ekonomi KORAN SINDO 16 september 2014-26 September 2014
(Sindonews.com) Opini ekonomi KORAN SINDO 16 september 2014-26 September 2014
(Sindonews.com) Opini ekonomi KORAN SINDO 16 september 2014-26 September 2014
(Sindonews.com) Opini ekonomi KORAN SINDO 16 september 2014-26 September 2014
(Sindonews.com) Opini ekonomi KORAN SINDO 16 september 2014-26 September 2014
(Sindonews.com) Opini ekonomi KORAN SINDO 16 september 2014-26 September 2014
(Sindonews.com) Opini ekonomi KORAN SINDO 16 september 2014-26 September 2014
(Sindonews.com) Opini ekonomi KORAN SINDO 16 september 2014-26 September 2014
(Sindonews.com) Opini ekonomi KORAN SINDO 16 september 2014-26 September 2014
(Sindonews.com) Opini ekonomi KORAN SINDO 16 september 2014-26 September 2014
(Sindonews.com) Opini ekonomi KORAN SINDO 16 september 2014-26 September 2014
(Sindonews.com) Opini ekonomi KORAN SINDO 16 september 2014-26 September 2014
(Sindonews.com) Opini ekonomi KORAN SINDO 16 september 2014-26 September 2014
(Sindonews.com) Opini ekonomi KORAN SINDO 16 september 2014-26 September 2014
(Sindonews.com) Opini ekonomi KORAN SINDO 16 september 2014-26 September 2014
(Sindonews.com) Opini ekonomi KORAN SINDO 16 september 2014-26 September 2014
(Sindonews.com) Opini ekonomi KORAN SINDO 16 september 2014-26 September 2014
(Sindonews.com) Opini ekonomi KORAN SINDO 16 september 2014-26 September 2014
(Sindonews.com) Opini ekonomi KORAN SINDO 16 september 2014-26 September 2014
(Sindonews.com) Opini ekonomi KORAN SINDO 16 september 2014-26 September 2014
(Sindonews.com) Opini ekonomi KORAN SINDO 16 september 2014-26 September 2014
(Sindonews.com) Opini ekonomi KORAN SINDO 16 september 2014-26 September 2014
(Sindonews.com) Opini ekonomi KORAN SINDO 16 september 2014-26 September 2014
(Sindonews.com) Opini ekonomi KORAN SINDO 16 september 2014-26 September 2014
(Sindonews.com) Opini ekonomi KORAN SINDO 16 september 2014-26 September 2014
(Sindonews.com) Opini ekonomi KORAN SINDO 16 september 2014-26 September 2014
(Sindonews.com) Opini ekonomi KORAN SINDO 16 september 2014-26 September 2014
(Sindonews.com) Opini ekonomi KORAN SINDO 16 september 2014-26 September 2014
(Sindonews.com) Opini ekonomi KORAN SINDO 16 september 2014-26 September 2014
(Sindonews.com) Opini ekonomi KORAN SINDO 16 september 2014-26 September 2014
(Sindonews.com) Opini ekonomi KORAN SINDO 16 september 2014-26 September 2014
(Sindonews.com) Opini ekonomi KORAN SINDO 16 september 2014-26 September 2014
(Sindonews.com) Opini ekonomi KORAN SINDO 16 september 2014-26 September 2014
(Sindonews.com) Opini ekonomi KORAN SINDO 16 september 2014-26 September 2014
(Sindonews.com) Opini ekonomi KORAN SINDO 16 september 2014-26 September 2014
(Sindonews.com) Opini ekonomi KORAN SINDO 16 september 2014-26 September 2014
(Sindonews.com) Opini ekonomi KORAN SINDO 16 september 2014-26 September 2014
(Sindonews.com) Opini ekonomi KORAN SINDO 16 september 2014-26 September 2014
(Sindonews.com) Opini ekonomi KORAN SINDO 16 september 2014-26 September 2014
(Sindonews.com) Opini ekonomi KORAN SINDO 16 september 2014-26 September 2014
(Sindonews.com) Opini ekonomi KORAN SINDO 16 september 2014-26 September 2014
(Sindonews.com) Opini ekonomi KORAN SINDO 16 september 2014-26 September 2014
(Sindonews.com) Opini ekonomi KORAN SINDO 16 september 2014-26 September 2014
(Sindonews.com) Opini ekonomi KORAN SINDO 16 september 2014-26 September 2014
(Sindonews.com) Opini ekonomi KORAN SINDO 16 september 2014-26 September 2014
(Sindonews.com) Opini ekonomi KORAN SINDO 16 september 2014-26 September 2014
(Sindonews.com) Opini ekonomi KORAN SINDO 16 september 2014-26 September 2014
(Sindonews.com) Opini ekonomi KORAN SINDO 16 september 2014-26 September 2014
(Sindonews.com) Opini ekonomi KORAN SINDO 16 september 2014-26 September 2014
(Sindonews.com) Opini ekonomi KORAN SINDO 16 september 2014-26 September 2014
(Sindonews.com) Opini ekonomi KORAN SINDO 16 september 2014-26 September 2014
(Sindonews.com) Opini ekonomi KORAN SINDO 16 september 2014-26 September 2014
(Sindonews.com) Opini ekonomi KORAN SINDO 16 september 2014-26 September 2014
(Sindonews.com) Opini ekonomi KORAN SINDO 16 september 2014-26 September 2014
(Sindonews.com) Opini ekonomi KORAN SINDO 16 september 2014-26 September 2014
(Sindonews.com) Opini ekonomi KORAN SINDO 16 september 2014-26 September 2014
(Sindonews.com) Opini ekonomi KORAN SINDO 16 september 2014-26 September 2014
(Sindonews.com) Opini ekonomi KORAN SINDO 16 september 2014-26 September 2014
(Sindonews.com) Opini ekonomi KORAN SINDO 16 september 2014-26 September 2014
(Sindonews.com) Opini ekonomi KORAN SINDO 16 september 2014-26 September 2014
(Sindonews.com) Opini ekonomi KORAN SINDO 16 september 2014-26 September 2014
(Sindonews.com) Opini ekonomi KORAN SINDO 16 september 2014-26 September 2014
(Sindonews.com) Opini ekonomi KORAN SINDO 16 september 2014-26 September 2014
(Sindonews.com) Opini ekonomi KORAN SINDO 16 september 2014-26 September 2014
(Sindonews.com) Opini ekonomi KORAN SINDO 16 september 2014-26 September 2014
(Sindonews.com) Opini ekonomi KORAN SINDO 16 september 2014-26 September 2014
(Sindonews.com) Opini ekonomi KORAN SINDO 16 september 2014-26 September 2014
(Sindonews.com) Opini ekonomi KORAN SINDO 16 september 2014-26 September 2014
(Sindonews.com) Opini ekonomi KORAN SINDO 16 september 2014-26 September 2014
(Sindonews.com) Opini ekonomi KORAN SINDO 16 september 2014-26 September 2014
(Sindonews.com) Opini ekonomi KORAN SINDO 16 september 2014-26 September 2014
(Sindonews.com) Opini ekonomi KORAN SINDO 16 september 2014-26 September 2014
(Sindonews.com) Opini ekonomi KORAN SINDO 16 september 2014-26 September 2014
(Sindonews.com) Opini ekonomi KORAN SINDO 16 september 2014-26 September 2014
(Sindonews.com) Opini ekonomi KORAN SINDO 16 september 2014-26 September 2014
(Sindonews.com) Opini ekonomi KORAN SINDO 16 september 2014-26 September 2014
(Sindonews.com) Opini ekonomi KORAN SINDO 16 september 2014-26 September 2014
(Sindonews.com) Opini ekonomi KORAN SINDO 16 september 2014-26 September 2014
(Sindonews.com) Opini ekonomi KORAN SINDO 16 september 2014-26 September 2014
(Sindonews.com) Opini ekonomi KORAN SINDO 16 september 2014-26 September 2014
(Sindonews.com) Opini ekonomi KORAN SINDO 16 september 2014-26 September 2014
(Sindonews.com) Opini ekonomi KORAN SINDO 16 september 2014-26 September 2014
(Sindonews.com) Opini ekonomi KORAN SINDO 16 september 2014-26 September 2014
(Sindonews.com) Opini ekonomi KORAN SINDO 16 september 2014-26 September 2014
(Sindonews.com) Opini ekonomi KORAN SINDO 16 september 2014-26 September 2014
(Sindonews.com) Opini ekonomi KORAN SINDO 16 september 2014-26 September 2014
(Sindonews.com) Opini ekonomi KORAN SINDO 16 september 2014-26 September 2014
(Sindonews.com) Opini ekonomi KORAN SINDO 16 september 2014-26 September 2014
(Sindonews.com) Opini ekonomi KORAN SINDO 16 september 2014-26 September 2014
(Sindonews.com) Opini ekonomi KORAN SINDO 16 september 2014-26 September 2014
(Sindonews.com) Opini ekonomi KORAN SINDO 16 september 2014-26 September 2014
(Sindonews.com) Opini ekonomi KORAN SINDO 16 september 2014-26 September 2014
(Sindonews.com) Opini ekonomi KORAN SINDO 16 september 2014-26 September 2014
(Sindonews.com) Opini ekonomi KORAN SINDO 16 september 2014-26 September 2014
(Sindonews.com) Opini ekonomi KORAN SINDO 16 september 2014-26 September 2014
(Sindonews.com) Opini ekonomi KORAN SINDO 16 september 2014-26 September 2014
(Sindonews.com) Opini ekonomi KORAN SINDO 16 september 2014-26 September 2014
(Sindonews.com) Opini ekonomi KORAN SINDO 16 september 2014-26 September 2014
(Sindonews.com) Opini ekonomi KORAN SINDO 16 september 2014-26 September 2014
(Sindonews.com) Opini ekonomi KORAN SINDO 16 september 2014-26 September 2014
(Sindonews.com) Opini ekonomi KORAN SINDO 16 september 2014-26 September 2014
(Sindonews.com) Opini ekonomi KORAN SINDO 16 september 2014-26 September 2014
(Sindonews.com) Opini ekonomi KORAN SINDO 16 september 2014-26 September 2014
(Sindonews.com) Opini ekonomi KORAN SINDO 16 september 2014-26 September 2014

More Related Content

What's hot

JURNAL_KOPERASI DI DUNIA DAN DI INDONESIA_DORI NOVITA_162012023
JURNAL_KOPERASI DI DUNIA DAN DI INDONESIA_DORI NOVITA_162012023JURNAL_KOPERASI DI DUNIA DAN DI INDONESIA_DORI NOVITA_162012023
JURNAL_KOPERASI DI DUNIA DAN DI INDONESIA_DORI NOVITA_162012023Dorii Listypeach
 
Bagaimana menumbuhkan Jiwa Kewirausahan dan Koperasi & UMKM
Bagaimana menumbuhkan Jiwa Kewirausahan dan Koperasi & UMKMBagaimana menumbuhkan Jiwa Kewirausahan dan Koperasi & UMKM
Bagaimana menumbuhkan Jiwa Kewirausahan dan Koperasi & UMKMKanaidi Ken Part II
 
Apa saja perbedaan antara Koperasi dan Badan Usaha lainnya?
Apa saja perbedaan antara Koperasi dan Badan Usaha lainnya?Apa saja perbedaan antara Koperasi dan Badan Usaha lainnya?
Apa saja perbedaan antara Koperasi dan Badan Usaha lainnya?Kanaidi Ken Part II
 
UC Onliner 1 Jan 2014
UC Onliner 1 Jan 2014UC Onliner 1 Jan 2014
UC Onliner 1 Jan 2014UCEO
 
Inkubator teknologi 2014
Inkubator teknologi 2014Inkubator teknologi 2014
Inkubator teknologi 2014dianoet45
 
UC Onliners edisi 6 (Juli - Agustus)
UC Onliners edisi 6  (Juli - Agustus)UC Onliners edisi 6  (Juli - Agustus)
UC Onliners edisi 6 (Juli - Agustus)Tiffany Oktoriana
 
Buku "KOPERASI dan USAHA MIKRO-KECIL DAN MENENGAH (UMKM)"...Pengarang: Kanaid...
Buku "KOPERASI dan USAHA MIKRO-KECIL DAN MENENGAH (UMKM)"...Pengarang: Kanaid...Buku "KOPERASI dan USAHA MIKRO-KECIL DAN MENENGAH (UMKM)"...Pengarang: Kanaid...
Buku "KOPERASI dan USAHA MIKRO-KECIL DAN MENENGAH (UMKM)"...Pengarang: Kanaid...Kanaidi ken
 
Peran ukm dalam perekonomian indonesia
Peran ukm dalam perekonomian indonesiaPeran ukm dalam perekonomian indonesia
Peran ukm dalam perekonomian indonesiaIdhink Elfata
 
4,sm,wahyu bawono,hapzi ali,external micro environment analysis,umb,2018
4,sm,wahyu bawono,hapzi ali,external micro environment analysis,umb,20184,sm,wahyu bawono,hapzi ali,external micro environment analysis,umb,2018
4,sm,wahyu bawono,hapzi ali,external micro environment analysis,umb,2018WahyuBawono1
 
10 adh nugraha 5_x_usaha kecil menengah
10 adh nugraha 5_x_usaha kecil menengah10 adh nugraha 5_x_usaha kecil menengah
10 adh nugraha 5_x_usaha kecil menengahadhi nugraha
 
Peningkatan Kemampuan Mahasiswa Muslim Dalam Menghadapi Era Globalisasi
Peningkatan Kemampuan Mahasiswa Muslim Dalam Menghadapi Era GlobalisasiPeningkatan Kemampuan Mahasiswa Muslim Dalam Menghadapi Era Globalisasi
Peningkatan Kemampuan Mahasiswa Muslim Dalam Menghadapi Era GlobalisasiDjadja Sardjana
 
E magz mei 2020 Kemenkop
E magz mei 2020 KemenkopE magz mei 2020 Kemenkop
E magz mei 2020 Kemenkopkemenkop
 
Makalah Kewirausahaan Islami (Kelompok 2)
Makalah Kewirausahaan Islami (Kelompok 2)Makalah Kewirausahaan Islami (Kelompok 2)
Makalah Kewirausahaan Islami (Kelompok 2)Fkip Sda7
 
Peluang dan Tantangan UKM dalam MEA
Peluang dan Tantangan UKM dalam MEAPeluang dan Tantangan UKM dalam MEA
Peluang dan Tantangan UKM dalam MEAGalih Andrianto
 
Seminar UMKM
Seminar UMKMSeminar UMKM
Seminar UMKMRian
 
(11)prospek ukm dalam perdagangan bebas
(11)prospek ukm dalam perdagangan bebas(11)prospek ukm dalam perdagangan bebas
(11)prospek ukm dalam perdagangan bebasElisabeth Marina
 
Apa saja kekuatan Usaha Kecil dan Kiat Sukses dalam Usaha Kecil di indonesia?
Apa saja kekuatan Usaha Kecil dan Kiat Sukses dalam Usaha Kecil di indonesia?Apa saja kekuatan Usaha Kecil dan Kiat Sukses dalam Usaha Kecil di indonesia?
Apa saja kekuatan Usaha Kecil dan Kiat Sukses dalam Usaha Kecil di indonesia?Kanaidi Ken Part II
 
Tugas Kelompok MSDM(Bapak Taufan)
Tugas Kelompok MSDM(Bapak Taufan) Tugas Kelompok MSDM(Bapak Taufan)
Tugas Kelompok MSDM(Bapak Taufan) Ratnawati SandiNi
 

What's hot (20)

JURNAL_KOPERASI DI DUNIA DAN DI INDONESIA_DORI NOVITA_162012023
JURNAL_KOPERASI DI DUNIA DAN DI INDONESIA_DORI NOVITA_162012023JURNAL_KOPERASI DI DUNIA DAN DI INDONESIA_DORI NOVITA_162012023
JURNAL_KOPERASI DI DUNIA DAN DI INDONESIA_DORI NOVITA_162012023
 
Bagaimana menumbuhkan Jiwa Kewirausahan dan Koperasi & UMKM
Bagaimana menumbuhkan Jiwa Kewirausahan dan Koperasi & UMKMBagaimana menumbuhkan Jiwa Kewirausahan dan Koperasi & UMKM
Bagaimana menumbuhkan Jiwa Kewirausahan dan Koperasi & UMKM
 
Apa saja perbedaan antara Koperasi dan Badan Usaha lainnya?
Apa saja perbedaan antara Koperasi dan Badan Usaha lainnya?Apa saja perbedaan antara Koperasi dan Badan Usaha lainnya?
Apa saja perbedaan antara Koperasi dan Badan Usaha lainnya?
 
UC Onliner 1 Jan 2014
UC Onliner 1 Jan 2014UC Onliner 1 Jan 2014
UC Onliner 1 Jan 2014
 
Inkubator teknologi 2014
Inkubator teknologi 2014Inkubator teknologi 2014
Inkubator teknologi 2014
 
UC Onliners edisi 6 (Juli - Agustus)
UC Onliners edisi 6  (Juli - Agustus)UC Onliners edisi 6  (Juli - Agustus)
UC Onliners edisi 6 (Juli - Agustus)
 
Mandiri Inkubator Bisnis Batch 1
Mandiri Inkubator Bisnis Batch 1Mandiri Inkubator Bisnis Batch 1
Mandiri Inkubator Bisnis Batch 1
 
Buku "KOPERASI dan USAHA MIKRO-KECIL DAN MENENGAH (UMKM)"...Pengarang: Kanaid...
Buku "KOPERASI dan USAHA MIKRO-KECIL DAN MENENGAH (UMKM)"...Pengarang: Kanaid...Buku "KOPERASI dan USAHA MIKRO-KECIL DAN MENENGAH (UMKM)"...Pengarang: Kanaid...
Buku "KOPERASI dan USAHA MIKRO-KECIL DAN MENENGAH (UMKM)"...Pengarang: Kanaid...
 
Peran ukm dalam perekonomian indonesia
Peran ukm dalam perekonomian indonesiaPeran ukm dalam perekonomian indonesia
Peran ukm dalam perekonomian indonesia
 
4,sm,wahyu bawono,hapzi ali,external micro environment analysis,umb,2018
4,sm,wahyu bawono,hapzi ali,external micro environment analysis,umb,20184,sm,wahyu bawono,hapzi ali,external micro environment analysis,umb,2018
4,sm,wahyu bawono,hapzi ali,external micro environment analysis,umb,2018
 
10 adh nugraha 5_x_usaha kecil menengah
10 adh nugraha 5_x_usaha kecil menengah10 adh nugraha 5_x_usaha kecil menengah
10 adh nugraha 5_x_usaha kecil menengah
 
Peningkatan Kemampuan Mahasiswa Muslim Dalam Menghadapi Era Globalisasi
Peningkatan Kemampuan Mahasiswa Muslim Dalam Menghadapi Era GlobalisasiPeningkatan Kemampuan Mahasiswa Muslim Dalam Menghadapi Era Globalisasi
Peningkatan Kemampuan Mahasiswa Muslim Dalam Menghadapi Era Globalisasi
 
E magz mei 2020 Kemenkop
E magz mei 2020 KemenkopE magz mei 2020 Kemenkop
E magz mei 2020 Kemenkop
 
Makalah Kewirausahaan Islami (Kelompok 2)
Makalah Kewirausahaan Islami (Kelompok 2)Makalah Kewirausahaan Islami (Kelompok 2)
Makalah Kewirausahaan Islami (Kelompok 2)
 
Peluang dan Tantangan UKM dalam MEA
Peluang dan Tantangan UKM dalam MEAPeluang dan Tantangan UKM dalam MEA
Peluang dan Tantangan UKM dalam MEA
 
Seminar UMKM
Seminar UMKMSeminar UMKM
Seminar UMKM
 
(11)prospek ukm dalam perdagangan bebas
(11)prospek ukm dalam perdagangan bebas(11)prospek ukm dalam perdagangan bebas
(11)prospek ukm dalam perdagangan bebas
 
Profil PT Astra International, Tbk
Profil PT Astra International, TbkProfil PT Astra International, Tbk
Profil PT Astra International, Tbk
 
Apa saja kekuatan Usaha Kecil dan Kiat Sukses dalam Usaha Kecil di indonesia?
Apa saja kekuatan Usaha Kecil dan Kiat Sukses dalam Usaha Kecil di indonesia?Apa saja kekuatan Usaha Kecil dan Kiat Sukses dalam Usaha Kecil di indonesia?
Apa saja kekuatan Usaha Kecil dan Kiat Sukses dalam Usaha Kecil di indonesia?
 
Tugas Kelompok MSDM(Bapak Taufan)
Tugas Kelompok MSDM(Bapak Taufan) Tugas Kelompok MSDM(Bapak Taufan)
Tugas Kelompok MSDM(Bapak Taufan)
 

Similar to (Sindonews.com) Opini ekonomi KORAN SINDO 16 september 2014-26 September 2014

11 prospek ukm dalam perdagangan bebas.pptx
11 prospek ukm dalam perdagangan  bebas.pptx11 prospek ukm dalam perdagangan  bebas.pptx
11 prospek ukm dalam perdagangan bebas.pptxemi halimi
 
Permasalahan, sejarah dan perkembangan umkm
Permasalahan, sejarah dan perkembangan umkmPermasalahan, sejarah dan perkembangan umkm
Permasalahan, sejarah dan perkembangan umkmAzzamKhalidy
 
wirausaha 2023 untuk pemula dan lulus sekolah.pptx
wirausaha 2023 untuk pemula dan lulus sekolah.pptxwirausaha 2023 untuk pemula dan lulus sekolah.pptx
wirausaha 2023 untuk pemula dan lulus sekolah.pptxSuwondoMr
 
Mengkaji pola strategi pengembangan umkm dalam menghadapi perdagangan bebas k...
Mengkaji pola strategi pengembangan umkm dalam menghadapi perdagangan bebas k...Mengkaji pola strategi pengembangan umkm dalam menghadapi perdagangan bebas k...
Mengkaji pola strategi pengembangan umkm dalam menghadapi perdagangan bebas k...Alief Setyanto
 
inkubasi bisnis bumdes dan umkm pedesaan - Sarapan SDGs Desa
inkubasi bisnis bumdes dan umkm pedesaan - Sarapan SDGs Desainkubasi bisnis bumdes dan umkm pedesaan - Sarapan SDGs Desa
inkubasi bisnis bumdes dan umkm pedesaan - Sarapan SDGs DesaTV Desa
 
Kelompok 13 Permasalahan, Sejarah, dan Perkembangan UMKM
Kelompok 13 Permasalahan, Sejarah, dan Perkembangan UMKMKelompok 13 Permasalahan, Sejarah, dan Perkembangan UMKM
Kelompok 13 Permasalahan, Sejarah, dan Perkembangan UMKM23WASILATULANISAH
 
Prospek ukm dalam perdagangan bebas
Prospek ukm dalam perdagangan bebasProspek ukm dalam perdagangan bebas
Prospek ukm dalam perdagangan bebasLutfiyah Siti
 
(20230621) Karo Mos - Arah Kebijakan dan Rencana Kerja Tahun 2023-2024 Pada R...
(20230621) Karo Mos - Arah Kebijakan dan Rencana Kerja Tahun 2023-2024 Pada R...(20230621) Karo Mos - Arah Kebijakan dan Rencana Kerja Tahun 2023-2024 Pada R...
(20230621) Karo Mos - Arah Kebijakan dan Rencana Kerja Tahun 2023-2024 Pada R...Pristiyanto SS
 
PERANAN KOPERASI DALAM MEMBANGUN PEREKONOMIAN.pptx
PERANAN KOPERASI DALAM MEMBANGUN PEREKONOMIAN.pptxPERANAN KOPERASI DALAM MEMBANGUN PEREKONOMIAN.pptx
PERANAN KOPERASI DALAM MEMBANGUN PEREKONOMIAN.pptxakunnew4
 
Grand strategi agar koperasi1
Grand strategi agar koperasi1Grand strategi agar koperasi1
Grand strategi agar koperasi1Irna Indriani
 
Proposal Pelantikan BPC HIPMI KONSEL.pdf
Proposal Pelantikan BPC HIPMI KONSEL.pdfProposal Pelantikan BPC HIPMI KONSEL.pdf
Proposal Pelantikan BPC HIPMI KONSEL.pdfHipmiKonsel
 
Proposal bisnis startup rumah dana
Proposal bisnis startup rumah danaProposal bisnis startup rumah dana
Proposal bisnis startup rumah danaAulya Yarzuki
 
Ekosistem Bisnis Syariah untuk Kemandirian Pesantren - Pelatihan Kemandirian ...
Ekosistem Bisnis Syariah untuk Kemandirian Pesantren - Pelatihan Kemandirian ...Ekosistem Bisnis Syariah untuk Kemandirian Pesantren - Pelatihan Kemandirian ...
Ekosistem Bisnis Syariah untuk Kemandirian Pesantren - Pelatihan Kemandirian ...wildproject
 

Similar to (Sindonews.com) Opini ekonomi KORAN SINDO 16 september 2014-26 September 2014 (20)

11 prospek ukm dalam perdagangan bebas.pptx
11 prospek ukm dalam perdagangan  bebas.pptx11 prospek ukm dalam perdagangan  bebas.pptx
11 prospek ukm dalam perdagangan bebas.pptx
 
Permasalahan, sejarah dan perkembangan umkm
Permasalahan, sejarah dan perkembangan umkmPermasalahan, sejarah dan perkembangan umkm
Permasalahan, sejarah dan perkembangan umkm
 
Profil pinbuk lengka pok
Profil pinbuk lengka pokProfil pinbuk lengka pok
Profil pinbuk lengka pok
 
wirausaha 2023 untuk pemula dan lulus sekolah.pptx
wirausaha 2023 untuk pemula dan lulus sekolah.pptxwirausaha 2023 untuk pemula dan lulus sekolah.pptx
wirausaha 2023 untuk pemula dan lulus sekolah.pptx
 
Mengkaji pola strategi pengembangan umkm dalam menghadapi perdagangan bebas k...
Mengkaji pola strategi pengembangan umkm dalam menghadapi perdagangan bebas k...Mengkaji pola strategi pengembangan umkm dalam menghadapi perdagangan bebas k...
Mengkaji pola strategi pengembangan umkm dalam menghadapi perdagangan bebas k...
 
inkubasi bisnis bumdes dan umkm pedesaan - Sarapan SDGs Desa
inkubasi bisnis bumdes dan umkm pedesaan - Sarapan SDGs Desainkubasi bisnis bumdes dan umkm pedesaan - Sarapan SDGs Desa
inkubasi bisnis bumdes dan umkm pedesaan - Sarapan SDGs Desa
 
Kelompok 13 Permasalahan, Sejarah, dan Perkembangan UMKM
Kelompok 13 Permasalahan, Sejarah, dan Perkembangan UMKMKelompok 13 Permasalahan, Sejarah, dan Perkembangan UMKM
Kelompok 13 Permasalahan, Sejarah, dan Perkembangan UMKM
 
Prospek ukm dalam perdagangan bebas
Prospek ukm dalam perdagangan bebasProspek ukm dalam perdagangan bebas
Prospek ukm dalam perdagangan bebas
 
(20230621) Karo Mos - Arah Kebijakan dan Rencana Kerja Tahun 2023-2024 Pada R...
(20230621) Karo Mos - Arah Kebijakan dan Rencana Kerja Tahun 2023-2024 Pada R...(20230621) Karo Mos - Arah Kebijakan dan Rencana Kerja Tahun 2023-2024 Pada R...
(20230621) Karo Mos - Arah Kebijakan dan Rencana Kerja Tahun 2023-2024 Pada R...
 
PERANAN KOPERASI DALAM MEMBANGUN PEREKONOMIAN.pptx
PERANAN KOPERASI DALAM MEMBANGUN PEREKONOMIAN.pptxPERANAN KOPERASI DALAM MEMBANGUN PEREKONOMIAN.pptx
PERANAN KOPERASI DALAM MEMBANGUN PEREKONOMIAN.pptx
 
Grand strategi agar koperasi1
Grand strategi agar koperasi1Grand strategi agar koperasi1
Grand strategi agar koperasi1
 
Bab i
Bab iBab i
Bab i
 
Proposal Pelantikan BPC HIPMI KONSEL.pdf
Proposal Pelantikan BPC HIPMI KONSEL.pdfProposal Pelantikan BPC HIPMI KONSEL.pdf
Proposal Pelantikan BPC HIPMI KONSEL.pdf
 
Proposal bisnis startup rumah dana
Proposal bisnis startup rumah danaProposal bisnis startup rumah dana
Proposal bisnis startup rumah dana
 
Perkuat Pasar Modal Butuh Dukungan Seluruh Pihak
Perkuat Pasar Modal Butuh Dukungan Seluruh PihakPerkuat Pasar Modal Butuh Dukungan Seluruh Pihak
Perkuat Pasar Modal Butuh Dukungan Seluruh Pihak
 
Cooperative Juni 2020
Cooperative Juni 2020Cooperative Juni 2020
Cooperative Juni 2020
 
Virtual Pameran UMKM.pdf
Virtual Pameran UMKM.pdfVirtual Pameran UMKM.pdf
Virtual Pameran UMKM.pdf
 
Ekosistem Bisnis Syariah untuk Kemandirian Pesantren - Pelatihan Kemandirian ...
Ekosistem Bisnis Syariah untuk Kemandirian Pesantren - Pelatihan Kemandirian ...Ekosistem Bisnis Syariah untuk Kemandirian Pesantren - Pelatihan Kemandirian ...
Ekosistem Bisnis Syariah untuk Kemandirian Pesantren - Pelatihan Kemandirian ...
 
Perkuat Pasar Modal Butuh Dukungan Seluruh Pihak
Perkuat Pasar Modal Butuh Dukungan Seluruh PihakPerkuat Pasar Modal Butuh Dukungan Seluruh Pihak
Perkuat Pasar Modal Butuh Dukungan Seluruh Pihak
 
Pointing 1
Pointing 1Pointing 1
Pointing 1
 

Recently uploaded

11.-SUPERVISI-DALAM-MANAJEMEN-KEPERAWATAN.ppt
11.-SUPERVISI-DALAM-MANAJEMEN-KEPERAWATAN.ppt11.-SUPERVISI-DALAM-MANAJEMEN-KEPERAWATAN.ppt
11.-SUPERVISI-DALAM-MANAJEMEN-KEPERAWATAN.pptsantikalakita
 
KONSEP & SISTEM PERBANKAN SYARIAH DI INDONESIA
KONSEP & SISTEM PERBANKAN SYARIAH DI INDONESIAKONSEP & SISTEM PERBANKAN SYARIAH DI INDONESIA
KONSEP & SISTEM PERBANKAN SYARIAH DI INDONESIAAchmadHasanHafidzi
 
KESEIMBANGAN PEREKONOMIAN DUA SEKTOR.pdf
KESEIMBANGAN PEREKONOMIAN DUA SEKTOR.pdfKESEIMBANGAN PEREKONOMIAN DUA SEKTOR.pdf
KESEIMBANGAN PEREKONOMIAN DUA SEKTOR.pdfNizeAckerman
 
konsep akuntansi biaya, perilaku biaya.ppt
konsep akuntansi biaya, perilaku biaya.pptkonsep akuntansi biaya, perilaku biaya.ppt
konsep akuntansi biaya, perilaku biaya.pptAchmadHasanHafidzi
 
Konsep Dasar Bank dan Lembaga Keuangan Lainnya.ppt
Konsep Dasar Bank dan Lembaga Keuangan Lainnya.pptKonsep Dasar Bank dan Lembaga Keuangan Lainnya.ppt
Konsep Dasar Bank dan Lembaga Keuangan Lainnya.pptAchmadHasanHafidzi
 
5. WAKALH BUL UJRAH DAN KAFALAH BIL UJRAH.pptx
5. WAKALH BUL UJRAH DAN KAFALAH BIL UJRAH.pptx5. WAKALH BUL UJRAH DAN KAFALAH BIL UJRAH.pptx
5. WAKALH BUL UJRAH DAN KAFALAH BIL UJRAH.pptxfitriamutia
 
PIUTANG, AKUNTANSI, AKUNTANSI KEUANGAN LANJUTAN I
PIUTANG, AKUNTANSI, AKUNTANSI KEUANGAN LANJUTAN IPIUTANG, AKUNTANSI, AKUNTANSI KEUANGAN LANJUTAN I
PIUTANG, AKUNTANSI, AKUNTANSI KEUANGAN LANJUTAN IAccIblock
 
BAB 4 C IPS KLS 9 TENTANG MASA DEMOKRASI TERPIMPIN.pptx
BAB 4 C IPS KLS 9 TENTANG MASA DEMOKRASI TERPIMPIN.pptxBAB 4 C IPS KLS 9 TENTANG MASA DEMOKRASI TERPIMPIN.pptx
BAB 4 C IPS KLS 9 TENTANG MASA DEMOKRASI TERPIMPIN.pptxTheresiaSimamora1
 
Pengertian, Konsep dan Jenis Modal Kerja
Pengertian, Konsep dan Jenis Modal KerjaPengertian, Konsep dan Jenis Modal Kerja
Pengertian, Konsep dan Jenis Modal Kerjamonikabudiman19
 
KREDIT PERBANKAN JENIS DAN RUANG LINGKUPNYA
KREDIT PERBANKAN JENIS DAN RUANG LINGKUPNYAKREDIT PERBANKAN JENIS DAN RUANG LINGKUPNYA
KREDIT PERBANKAN JENIS DAN RUANG LINGKUPNYARirilMardiana
 
PPT KEGIATAN MENGOLAKASIAN DANA SUKU BUNGA KLP 4.pptx
PPT KEGIATAN MENGOLAKASIAN DANA SUKU BUNGA KLP 4.pptxPPT KEGIATAN MENGOLAKASIAN DANA SUKU BUNGA KLP 4.pptx
PPT KEGIATAN MENGOLAKASIAN DANA SUKU BUNGA KLP 4.pptximamfadilah24062003
 
Konsep Dasar Manajemen, Strategik dan Manajemen Strategik
Konsep Dasar Manajemen, Strategik dan Manajemen StrategikKonsep Dasar Manajemen, Strategik dan Manajemen Strategik
Konsep Dasar Manajemen, Strategik dan Manajemen Strategikmonikabudiman19
 
Keseimbangan perekonomian tigas termasuk peran pemerintah
Keseimbangan perekonomian tigas termasuk peran pemerintahKeseimbangan perekonomian tigas termasuk peran pemerintah
Keseimbangan perekonomian tigas termasuk peran pemerintahUNIVERSITAS MUHAMMADIYAH BERAU
 
Pengantar Akuntansi dan Prinsip-prinsip Akuntansi.ppt
Pengantar Akuntansi dan Prinsip-prinsip Akuntansi.pptPengantar Akuntansi dan Prinsip-prinsip Akuntansi.ppt
Pengantar Akuntansi dan Prinsip-prinsip Akuntansi.pptAchmadHasanHafidzi
 
ANALISIS SENSITIVITAS SIMPLEKS BESERTA PERUBAHAN KONTRIBUSI.pptx
ANALISIS SENSITIVITAS SIMPLEKS BESERTA PERUBAHAN KONTRIBUSI.pptxANALISIS SENSITIVITAS SIMPLEKS BESERTA PERUBAHAN KONTRIBUSI.pptx
ANALISIS SENSITIVITAS SIMPLEKS BESERTA PERUBAHAN KONTRIBUSI.pptxUNIVERSITAS MUHAMMADIYAH BERAU
 
Bab 13 Pemodelan Ekonometrika: Spesifikasi Model
Bab 13 Pemodelan Ekonometrika: Spesifikasi ModelBab 13 Pemodelan Ekonometrika: Spesifikasi Model
Bab 13 Pemodelan Ekonometrika: Spesifikasi ModelAdhiliaMegaC1
 

Recently uploaded (16)

11.-SUPERVISI-DALAM-MANAJEMEN-KEPERAWATAN.ppt
11.-SUPERVISI-DALAM-MANAJEMEN-KEPERAWATAN.ppt11.-SUPERVISI-DALAM-MANAJEMEN-KEPERAWATAN.ppt
11.-SUPERVISI-DALAM-MANAJEMEN-KEPERAWATAN.ppt
 
KONSEP & SISTEM PERBANKAN SYARIAH DI INDONESIA
KONSEP & SISTEM PERBANKAN SYARIAH DI INDONESIAKONSEP & SISTEM PERBANKAN SYARIAH DI INDONESIA
KONSEP & SISTEM PERBANKAN SYARIAH DI INDONESIA
 
KESEIMBANGAN PEREKONOMIAN DUA SEKTOR.pdf
KESEIMBANGAN PEREKONOMIAN DUA SEKTOR.pdfKESEIMBANGAN PEREKONOMIAN DUA SEKTOR.pdf
KESEIMBANGAN PEREKONOMIAN DUA SEKTOR.pdf
 
konsep akuntansi biaya, perilaku biaya.ppt
konsep akuntansi biaya, perilaku biaya.pptkonsep akuntansi biaya, perilaku biaya.ppt
konsep akuntansi biaya, perilaku biaya.ppt
 
Konsep Dasar Bank dan Lembaga Keuangan Lainnya.ppt
Konsep Dasar Bank dan Lembaga Keuangan Lainnya.pptKonsep Dasar Bank dan Lembaga Keuangan Lainnya.ppt
Konsep Dasar Bank dan Lembaga Keuangan Lainnya.ppt
 
5. WAKALH BUL UJRAH DAN KAFALAH BIL UJRAH.pptx
5. WAKALH BUL UJRAH DAN KAFALAH BIL UJRAH.pptx5. WAKALH BUL UJRAH DAN KAFALAH BIL UJRAH.pptx
5. WAKALH BUL UJRAH DAN KAFALAH BIL UJRAH.pptx
 
PIUTANG, AKUNTANSI, AKUNTANSI KEUANGAN LANJUTAN I
PIUTANG, AKUNTANSI, AKUNTANSI KEUANGAN LANJUTAN IPIUTANG, AKUNTANSI, AKUNTANSI KEUANGAN LANJUTAN I
PIUTANG, AKUNTANSI, AKUNTANSI KEUANGAN LANJUTAN I
 
BAB 4 C IPS KLS 9 TENTANG MASA DEMOKRASI TERPIMPIN.pptx
BAB 4 C IPS KLS 9 TENTANG MASA DEMOKRASI TERPIMPIN.pptxBAB 4 C IPS KLS 9 TENTANG MASA DEMOKRASI TERPIMPIN.pptx
BAB 4 C IPS KLS 9 TENTANG MASA DEMOKRASI TERPIMPIN.pptx
 
Pengertian, Konsep dan Jenis Modal Kerja
Pengertian, Konsep dan Jenis Modal KerjaPengertian, Konsep dan Jenis Modal Kerja
Pengertian, Konsep dan Jenis Modal Kerja
 
KREDIT PERBANKAN JENIS DAN RUANG LINGKUPNYA
KREDIT PERBANKAN JENIS DAN RUANG LINGKUPNYAKREDIT PERBANKAN JENIS DAN RUANG LINGKUPNYA
KREDIT PERBANKAN JENIS DAN RUANG LINGKUPNYA
 
PPT KEGIATAN MENGOLAKASIAN DANA SUKU BUNGA KLP 4.pptx
PPT KEGIATAN MENGOLAKASIAN DANA SUKU BUNGA KLP 4.pptxPPT KEGIATAN MENGOLAKASIAN DANA SUKU BUNGA KLP 4.pptx
PPT KEGIATAN MENGOLAKASIAN DANA SUKU BUNGA KLP 4.pptx
 
Konsep Dasar Manajemen, Strategik dan Manajemen Strategik
Konsep Dasar Manajemen, Strategik dan Manajemen StrategikKonsep Dasar Manajemen, Strategik dan Manajemen Strategik
Konsep Dasar Manajemen, Strategik dan Manajemen Strategik
 
Keseimbangan perekonomian tigas termasuk peran pemerintah
Keseimbangan perekonomian tigas termasuk peran pemerintahKeseimbangan perekonomian tigas termasuk peran pemerintah
Keseimbangan perekonomian tigas termasuk peran pemerintah
 
Pengantar Akuntansi dan Prinsip-prinsip Akuntansi.ppt
Pengantar Akuntansi dan Prinsip-prinsip Akuntansi.pptPengantar Akuntansi dan Prinsip-prinsip Akuntansi.ppt
Pengantar Akuntansi dan Prinsip-prinsip Akuntansi.ppt
 
ANALISIS SENSITIVITAS SIMPLEKS BESERTA PERUBAHAN KONTRIBUSI.pptx
ANALISIS SENSITIVITAS SIMPLEKS BESERTA PERUBAHAN KONTRIBUSI.pptxANALISIS SENSITIVITAS SIMPLEKS BESERTA PERUBAHAN KONTRIBUSI.pptx
ANALISIS SENSITIVITAS SIMPLEKS BESERTA PERUBAHAN KONTRIBUSI.pptx
 
Bab 13 Pemodelan Ekonometrika: Spesifikasi Model
Bab 13 Pemodelan Ekonometrika: Spesifikasi ModelBab 13 Pemodelan Ekonometrika: Spesifikasi Model
Bab 13 Pemodelan Ekonometrika: Spesifikasi Model
 

(Sindonews.com) Opini ekonomi KORAN SINDO 16 september 2014-26 September 2014

  • 1. 1 DAFTAR ISI PNM DAN MONOZUKURI UMKM Parman Nataatmadja 4 TRANSPORTASI PUBLIK DAN KUALITAS HIDUP Rhenald Kasali 7 DAULAT PANGAN Khudori 10 RUPIAH DAN LIKUIDITAS GLOBAL Firmanzah 13 LIBERALISASI TRANSPORTASI DAN PENGUSAHA-PEJUANG Bayu Priawan Djokosoetono 16 INKLUSI KEUANGAN & EKONOMI INDONESIA Matthew Driver 19 MENANTI ERA BARU DIPLOMASI Dinna Wisnu 23 SPIRAL EKONOMI 2015 Firmanzah 26 NARASI DOMESTIK DAN RELASI GLOBAL Ahmad Erani Yustika 29 MEA 2015: TINGGALKAN ZONA NYAMAN, LAKUKAN INOVASI! Handi Sapta Mukti 32 UU KELAUTAN DAN LAUT KITA Rhenald Kasali 35 E-BANK DAN PEMBANGUNAN BERKELANJUTAN Nonot Harsono 38 PERGURUAN TINGGI DAN INNOVATION DRIVEN ECONOMY Firmanzah 41 7-ELEVEN, TRANSFORMASI BISNIS PT MODERN INTERNASIONAL TBK Henri Honoris 44 SISTEM PEMBAYARAN DAN DEMOKRASI EKONOMI Achmad Deni Daruri 47 R&D DAN PEMBANGUNAN PARIPURNA
  • 2. 2 Firmanzah 50 TERIMA KASIH PAK SBY, SELAMAT BEKERJA PAK JOKOWI Firmanzah 53 TOL LAUT, ANTARA LOGISTIK DAN TRANSPORTASI Siswanto Rusdi 56 WARISAN EKONOMI SBY Berly Martawardaya 59 ERA BARU BUMN KEPELABUHANAN: SIZE IS MATTER Rhenald Kasali 63 GEOPOLITIK PANGAN DAN JOKOWI-JK Khudori 67 TABUNGAN PENDIDIKAN Budi Frensidy 70 JOMBLO LIFESTYLE Yuswohady 73 PERAN REGULATOR DAN MEKANISME PASAR Firmanzah 76 MEMBACA KABINET BLUSUKANOMIC Eko B Supriyanto 79 MEA 2015: DIGADANG DALAM KECEMASAN Wahyu T Setyobudi 83 KABINET KERJA DALAM PERLAWANAN ASIA Bambang Soesatyo 86 KABINET & EKSPEKTASI PUBLIK Ahmad Erani Yustika 89 ERA BARU BUMN: SIZE DOES MATTER (3) Rhenald Kasali 92 MENAKAR KESIAPAN INDUSTRI PARIWISATA SYARIAH Riyanto Sofyan 95 PELINDO INCORPORATED Rhenald Kasali 98 MELEPASKAN BELENGGU SUBSIDI BBM Satya Widya Yudha 102
  • 3. 3 SEKTOR KONSTRUKSI SEBAGAI MOTOR PEMBANGUNAN Arif Budimanta 106 POTENSI BROADBAND-BASED ECONOMY Firmanzah 109 MERUMUSKAN KEMBALI PERAN INDONESIA DI ASEAN Shofwan Al Banna Choiruzzad 112 KEKURANGAN PIDATO PRESIDEN JOKOWI DI APEC Dinna Wisnu 115 MERANGKUL SEKTOR PELAYARAN Siswanto Rusdi 118 MENIMBANG PENARIKAN DANA PEMDA DI BPD Paul Sutaryono 121 SINERGI KEBIJAKAN MARITIM INDONESIA Shiskha Prabawaningtyas 124 EKSPEKTASI BIDANG PERTANIAN Posman Sibuea 128 SPORT-INDUSTRY Firmanzah 131 DAMPAK POLITIK DARI KEMAJUAN TEKNOLOGI ENERGI Dinna Wisnu 134 NASIB INDUSTRI KREATIF TANPA MENTERI Rama Datau Gobel 138 PENGALIHAN SUBSIDI BBM? Marwan Batubara 141 SISA SUBSIDI BBM: TETAP SALAH SASARAN Bambang Setiaji & Muslich Hartadi 144 INTERPELASI PIL PAHIT JOKOWI Bambang Soesatyo 147 SETELAH HARGA BBM NAIK Firmanzah 150 SISTEM PEMBAYARAN DAN RISIKO SISTEMIK Achmad Deni Daruri 153 DIPLOMASI SAWIT JOKOWI Dinna Wisnu 156
  • 4. 4 PNM dan Monozukuri UMKM Koran SINDO 16 September 2014 Pekan lalu saya mendapatkan kesempatan mengikuti seminar “Entrepreneurship dan Monozukuri: Konsep Keberhasilan Wirausaha Jepang Membangun Ekonomi dan Masyarakat” yang bertajuk “Toyota & Monozukuri”. Saya hadir pada acara tersebut atas undangan dari Perhimpunan Persahabatan Indonesia Jepang (PPIJ) yang dipimpin oleh pengusaha nasional Rachmat Gobel. Selain diajak mengikuti pemaparan ide dari Masahiro Nonami, chairman The Jakarta Japan Club, serta pembicara dari PT Toyota Motor Manufacturing Indonesia, kami juga diajak berkeliling dan menyaksikan bagaimana Toyota, produsen automotif raksasa asal Jepang itu, membangun industri automotif di Indonesia. Hal penting dan menarik yang bisa saya garis bawahi selama rangkaian acara tersebut adalah bagaimana Jepang bisa membangun ekonomi dan masyarakatnya melalui wirausaha. Monozukuri berasal dari kata “mono” yang berarti produk atau barang, dan “zukuri” yang berarti proses pembuatan atau penciptaan. Secara umum dalam percakapan sehari-hari diartikan sebagai produksi/menghasilkan atau manufacturing/pembuatan. Namun demikian, konsep ini mengandung makna yang jauh lebih luas dari arti harfiahnya. Kata majemuk tersebut mengungkapkan kepemilikan spirit menciptakan dan memproduksi produk-produk unggul serta kemampuan untuk secara terus menerus menyempurnakan proses dan sistem produksinya. Salah satu faktor yang mendukung keberhasilan Jepang dalam membangun ekonomi dan masyarakatnya setelah Perang Dunia II adalah keunggulan Monozukuri yang dilaksanakan oleh para manajer, engineer, dan karyawan. Pada saat melakukan kunjungan ke pabrik, kami disajikan gambaran nyata bagaimana Toyota membangun industri automotif secara detail. Semua dilakukan dengan membangun sistem yang benar dan terintegrasi. Semua langkah yang dijalankan ini akan menciptakan efisiensi tinggi dalam berproduksi namun tetap humanis, yang pada ujungnya akan menghasilkan pendapatan dan laba perusahaan. Ketua Umum PPIJ Rachmat Gobel menandaskan, dalam membangun suatu (perusahaan dll) maka kita harus mau blusukan seperti yang dilakukan oleh Joko Widodo, presiden terpilih. “Dengan blusukan, kita akan bisa mendapatkan detail permasalahan yang ada sehingga bisa menentukan langkah dan strategi yang tepat untuk menjalankannya,” ujarnya. Membangun Sistem
  • 5. 5 Merujuk pada filosofi Monozukuri, pengembangan usaha mikro kecil dan menengah (UMKM) pun seharusnya dilakukan dengan membangun sistem yang benar dan dijalankan secara terintegrasi. Cara seperti inilah yang dilakukan oleh PT Permodalan Nasional Madani (persero) atau dikenal dengan PNM dalam menjalankan kegiatan usahanya. UMKM merupakan salah satu pilar ekonomi bangsa dan telah terbukti tahan terhadap krisis ekonomi. Namun pada kenyataannya, kiprah kelompok usaha ini masih terbatas dan belum bisa mendominasi di kancah ekonomi nasional, apalagi global. Pengembangan dan pemberdayaan UMKM tidak bisa dilakukan hanya dengan memberikan bantuan dana murah, namun mereka dibiarkan untuk berkembang sendiri. Persoalan dalam berusaha adalah dibutuhkannya kemampuan (manajerial) untuk mengembangkan usaha hingga menjaga kesinambungan usaha. Karena itu, PNM yang didirikan pada 1 Juni 1999 ini, mengemban amanat pemerintah untuk mengembangkan dan memajukan sektor UMKM dan koperasi, yakni melalui: Moda Financial (melalui pembiayaan dan penyertaan) untuk penyediaan dan penguatan modal kerja dan investasi UMKM; Moda Intelektual (melalui Pendampingan dan Pengembangan Kapasitas usaha) untuk meningkatkan nilai tambah bagi UMKM; serta Moda Sosial (mengoneksikan para pelaku bisnis UMKM). Pengembangan bisnis UMKM seharusnya bisa dijalankan dengan mencontoh filosofi Monozukuri, yakni dengan membangun sistem yang benar dan dijalankan secara terintegrasi dengan pihak-pihak lain yang terkait. Oleh sebab itu, hal yang lebih penting adalah bagaimana kita membantu para pelaku UMKM tersebut, sehingga mereka dapat meningkatkan kapasitas usahanya agar bisa menjalankan produksi dengan baik. Mereka juga diharapkan bisa meningkatkan kualitas produk agar diterima oleh pasar yang lebih luas hingga mampu menembus pasar global dan bersaing dengan produk dari luar negeri. Apalagi pada 2015 Indonesia masuk ke dalam Masyarakat Ekonomi ASEAN (MEA), sehingga penjualan barang dan jasa bisa berjalan secara lintas negara tanpa boleh dihambat. Metode pengembangan kapasitas usaha yang dijalankan oleh PNM dilakukan melalui serangkaian proses, yaitu dimulai dari persiapan dan sosialisasi, pelatihan, pendampingan usaha dan pemberdayaan kelompok hingga proses monitoring-nya yang memungkinkan suatu usaha tersebut ditingkatkan kemitraannya hingga opsi dilakukan pembiayaan lanjutan. Proses persiapan dilakukan dengan cara pemetaan potensi dan inventarisasi permasalahan untuk pengembangan UMK. Melibatkan lembaga independen sesuai dengan kebutuhan dan keahlian termasuk perguruan tinggi. Hasil pemetaan dan inventarisasi ditindaklanjuti dalam bentuk pelatihan serial, yang mencakup keuangan, produksi, pemasaran, kelompok, pengemasan, dll. Aktivitas pelatihan ini dijalankan dengan melibatkan lembaga independen sesuai dengan kebutuhan dan keahlian, termasuk dinas terkait dan perguruan tinggi. Tahapan selanjutnya adalah mendampingi operasional usaha dan produksi pascapelatihan dan pendampingan kelompok. Aktivitas pendampingan ini juga melibatkan lembaga terkait sesuai dengan program pengembangan kapasitas usaha yang disiapkan PNM. Pada akhirnya,
  • 6. 6 program diserahkan kepada pemerintah daerah setempat. Namun, PNM tetap melakukan monitoring dan menyediakan dukungan yang dibutuhkan. Semua proses ini harus dijalankan secara bersamaan dengan jasa pembiayaan. Hal semacam inilah yang tidak didapatkan para pelaku UMKM apabila mereka mendapatkan kredit dari perbankan atau lembaga keuangan mikro lainnya. Karena itu, pemberdayaan UMKM tidak bisa dijalankan hanya dengan memberikan dana murah. Melainkan harus didesain dengan sistem yang benar dan dijalankan secara terintegrasi dengan lembaga lain yang terkait. ● PARMAN NATAATMADJA Direktur Utama PT Permodalan Nasional Madani (Persero)
  • 7. 7 Transportasi Publik dan Kualitas Hidup Koran SINDO 18 September 2014 Dulu, dari rumah saya di kawasan Jatimurni, Bekasi, kalau hendak mengajar di kampus Salemba, saya cukup berangkat dari rumah pukul 06.30 atau 07.00 pagi. Hanya dalam satu setengah jam saya sudah tiba, dan masih bisa menghirup udara segar. Lagi pula jalanan belum ramai. Ada macet, tapi tak seberapa. Kalau mau mengajar ke kampus Depok, dari Salemba kami hanya butuh waktu sekitar satu jam. Paling hanya macet di perlintasan rel kereta api. Begitulah dilema akademisi yang harus mengajar dan mengikuti rapat di dua lokasi kampus yang berjauhan: satu di pusat Jakarta, satu lagi di Jawa Barat. Tetapi belakangan, sebelum matahari terbit saya sudah ingin segera berangkat. Itu pun harus melewati “jalan tikus”, menembus kampung yang kalau berpapasan dengan mobil lain terpaksa kami harus masuk ke pekarangan rumah masyarakat. Kalau telat sedikit dan matahari sudah naik, maka begitu masuk jalan tol, jalan sudah super padat. Dan akibatnya saya terlambat berjam-jam. Bukan tambah sejam, melainkan bisa tiga jam. Luar biasa! Itu berarti hari masih sekitar pukul 04.30. Saya tidak sendiri, saya lihat tetangga dan masyarakat sekarang juga sudah meninggalkan rumahnya pagi itu. Ratusan motor bergerak cepat, sekali mobil berhenti klakson marah langsung terdengar dari motor di belakang yang jumlahnya, ampun, banyak sekali. Sebagian besar mereka hendak ke Jakarta. Apa yang mendorong mereka berangkat pada pagi buta? Dalam suatu kesempatan, saya mendengar cerita mereka. Katanya, mereka yang tinggal di kawasan penyangga Jakarta, seperti Bogor, Tangerang, Depok, atau Bekasi, kalau berangkat pagi buta sangat memungkinkan tiba di kantor lebih cepat, sejam saja. Jadi, sekitar pukul 05.30 sudah sampai. Setelah itu ada sebagian dari mereka yang masih bisa sarapan, kemudian melanjutkan tidurnya 1,5-2 jam di mobil atau di ruang kantor kalau pintu kantornya sudah buka. Sekitar pukul 08.00 mereka resmi mulai ngantor. Mengapa tidak berangkat pukul 06.00? Seperti kata saya tadi, mereka bilang, kalau berangkat jam segitu, mungkin baru bisa sampai kantor pukul 09.00. Sesampai di kantor kondisi fisik dan emosinya pasti lelah. Siapa yang tak lelah didera kemacetan 2,5-3 jam di perjalanan? Belum lagi menghadapi tekanan dari rekan kerja yang sinis melihat kita terlambat. Saya tercenung mendengar cerita mereka. Bagi Anda yang kurang yakin, silakan cek di kantor-kantor. Mungkin belum banyak yang melakoni cara hidup seperti ini, tetapi ada. Saya
  • 8. 8 kira dalam beberapa waktu ke depan, kalau tak kunjung ada perbaikan dalam layanan transportasi publik, jumlahnya pasti akan semakin bertambah. Celakanya, waktu pulangnya kita tak bisa menghemat waktu selain pulang lebih malam setelah sebagian besar orang sampai di rumah. Jadi hampir pasti semuanya tiba di rumah dengan perut lapar dan kondisi fisik yang sudah lunglai. Sementara rumah makan dan perpustakaan kompak pukul 22.00 sudah tutup. Padahal, mungkin banyak orang yang membutuhkan layanan mereka justru di saat jalan sedang macet-macetnya. Dulu dan Sekarang Itulah fenomena perubahan sosial yang terjadi di depan mata. Sungguh merisaukan. Kehidupan macam apa yang sebetulnya tengah dijalani oleh para pekerja yang tinggal di kawasan penyangga Jakarta? Belum lagi para buruh yang hanya mampu tinggal di rumah kontrakan yang sempit jauh dari kantor. Baiklah, saya tak ingin menyinggung soal produktivitas. Apalagi membandingkannya dengan pekerja negara-negara tetangga yang setiap hari hanya menghabiskan maksimal dua jam di jalan. Bukan itu yang membuat saya risau, melainkan apa jadinya masa depan keluarga Indonesia? Apa jadinya dengan hubungan suami-istri (angka perceraian, konflik, dan KDRT) dan anak-anak, yang setiap hari mungkin hanya bertemu satu-dua jam dengan orang tuanya itu pun dengan kondisi fisik yang sudah sangat kelelahan. Dan, ingat kian banyak suami-istri yang keduanya sama-sama bekerja. Dulu, mungkin kita masih mendengar cerita tentang keluarga yang rukun dan bahagia. Setiap hari bisa menikmati makan malam dan berdoa bersama. Kini, berapa banyak di antara mereka yang masih bisa makan malam bersama di ruang keluarga? Dulu mungkin kita masih mendengar ada orang tua yang memeriksa PR dan mendampingi anak-anaknya belajar. Kini, berapa banyak di antara mereka yang masih punya waktu untuk melakukan hal ini? Dulu mungkin kita masih mendengar ada orang tua yang kerap menceritakan dongeng sebelum tidur pada anak-anaknya. Kini, berapa banyak di antara mereka yang masih sempat menceritakan dongeng sebelum tidur kepada anak-anaknya? Sementara semua yang saya tanyakan di atas masih dilakukan traditional parents di negara-negara maju. Inilah kegelisahan saya sebagai orang tua sekaligus pendidik yang setiap hari berkawan dengan anak-anak Anda, apakah di kampus atau lewat social media. Backbone Transportasi Sekarang mari kita sejenak berangan-angan. Andai kita bangun jam 05.30, lalu berolahraga 20-30 menit. Jam 06.00, masih sempat sarapan bersama anak-anak, sebelum melepas atau mengantar mereka ke sekolah. Jam 06.30, mandi dan bersiap-siap pergi ke kantor. Lalu, jam 08.00 sudah sampai kantor. Bagi Anda yang tinggal di kawasan Bogor, Depok, Tangerang, atau Bekasi, dan bekerja di Jakarta, mungkinkah itu terjadi? Mimpi! Sebaliknya, saya melihatnya sangat mungkin, dengan catatan, jangan pakai kendaraan pribadi. Lupakan pula bus kota, antarkota atau antarprovinsi. Satu-satunya moda yang memungkinkan Anda sampai
  • 9. ke kantor hanya dalam tempo satu jam adalah kereta. Bentuknya bisa monorel, atau kereta rel listrik. Itu sebabnya saya sangat jengkel ketika pembahasan monorel tertunda-tunda, bahkan terhenti. Kita jengkel ketika mendengar jalan tol baru enam ruas dikejar agar dibangun di tengah kota. Semua itu sama sekali tidak akan membantu mengurai masalah yang membuat kita menghabiskan begitu banyak waktu di jalan. Penambahan ruas jalan tol tadi hanya akan merangsang masyarakat untuk membeli kendaraan pribadi. Belajarlah dari negara-negara maju yang menjadikan kereta api sebagai backbone transportasi publik. Di sana, semua orang lebih suka menyimpan mobilnya di garasi, atau di area parkir stasiun, dan kemudian mereka melanjutkan perjalanannya ke kantor dengan kereta. Tapi, jangan pembangunan rel dan keretanya diserahkan ke swasta. Semua mesti dikerjakan dan dibiayai oleh pemerintah, sehingga tak perlu memikirkan kapan investasinya bakal kembali. Ini bukan bisnis. Ini public service, yang menjadi tugas utama pemerintah untuk menyediakannya. Jadi sudah tidak selayaknya lagi pemerintah memikirkan return on investment. Apalagi uang untuk membangun jaringan rel dan keretanya bukan uang pemerintah, tapi uang kita yang dipungut melalui pajak. Bedakanlah antara mengurus return (yang menjadi hitungan kaum bisnis) dengan mengurus keekonomian dan kesejahteraan (yang menjadi urusan negara). 9 Inilah waktunya bagi pemerintah untuk kembali ke khitah-nya. Ini soal meningkatkan produktivitas pekerja, memperbaiki daya saing, meningkatkan kualitas hidup keluarga, masa depan anak-anak dan kebahagiaan banyak orang. Kalau pemerintah masih mau hitung-hitungan soal ini, sungguh bebal! ● RHENALD KASALI Pendiri Rumah Perubahan @Rhenald_Kasali
  • 10. 10 Daulat Pangan Koran SINDO 18 September 2014 Beban yang dipikul sektor pertanian kian berat. Di satu sisi sektor ini menampung lebih sepertiga tenaga kerja. Di sisi lain bertahun-tahun sektor pertanian tumbuh rendah. Sektor manufaktur yang diharapkan menyerap banyak tenaga kerja jauh panggang dari api. Akibat surplus tenaga kerja, kemiskinan menumpuk di sektor pertanian. BPS mencatat, dari jumlah penduduk miskin 28,28 juta orang, Maret 2014, 63% tinggal di desa yang sebagian besar petani. Sebagai produsen pangan petani jadi kelompok paling terancam rawan pangan. Lahan pertanian kian sempit dan kelelahan. Keuntungan pertanian on farm belum menjanjikan, produktivitas aneka pangan melandai, diversifikasi pangan gagal, jumlah penduduk kian banyak, sementara karena deraan kemiskinan konversi lahan pertanian berlangsung kian masif. Bukan hanya lahan, petani pun terancam punah. Menurut Sensus Pertanian 2013, selama satu dekade terakhir jumlah keluarga petani menurun 5 juta, dari 31,17 jadi 26,13 juta. Pertanian dijauhi karena tak menjanjikan kesejahteraan dan masa depan. Menurut BPS, pendapatan rumah tangga tani dari usaha di sektor pertanian rata-rata Rp12,4 juta/tahun atau Rp1 juta/bulan. Pendapatan ini hanya menopang sepertiga kebutuhan. Sisanya disumbang dari kegiatan di luar pertanian, seperti ngojek, berdagang, dan jadi pekerja kasar. Fakta ini menunjukkan tidak ada lagi ”masyarakat petani”, yakni mereka yang bekerja di sektor pertanian dan sebagian besar kebutuhan hidupnya dicukupi dari kegiatan itu. Pertanian dijauhi tenaga kerja muda terdidik. Menurut Sensus Pertanian 2013, lebih sepertiga pekerja sektor pertanian berusia lebih 54 tahun. Pertanian terancam gerontrokrasi. Ini terjadi karena pertanian mengalami destruksi sistemis di semua lini: di on farm, off farm, serta industri dan jasa pendukung. Otonomi daerah dan desentralisasi membuat Kementerian Pertanian tidak punya ”tangan dan kaki” di daerah. Ditambah sikap pemerintah daerah yang tidak memandang penting pertanian membuat, sektor pertanian rapuh di segala lini. *** Sejak 2007 Indonesia defisit perdagangan pangan. Impor pangan melesat lebih cepat ketimbang ekspor, sehingga defisit cenderung melebar. Laju permintaan pangan di Indonesia sebesar 4,87% per tahun tak mampu dikejar oleh kemampuan produksi domestik. Nilai impor paling besar disumbang gandum, kedelai, beras, jagung, gula, susu, daging dan bakalan sapi, aneka buah dan bawang putih. Selama satu dekade terakhir ketergantungan Indonesia pada pangan impor nyaris tak berubah: 100% untuk gandum, 78% kedelai, 72% susu, 54% gula,
  • 11. 11 18% daging sapi, dan 95% bawang putih. Sebagian besar diimpor dari negara-negara maju. Indeks keamanan pangan Indonesia, seperti diukur dalam Global Food Security Index , terus merosot: dari posisi 62 dari 105 negara (skor antara 0-100) pada 2012 anjlok ke posisi 72 dari 109 negara pada 2014. Posisi negara tetangga seperti Malaysia, Thailand, Vietnam, Tiongkok dan Filipina lebih baik daripada Indonesia. Negara-negara industri maju sekalipun tak abai persoalan pangan, tecermin dari skor mereka yang tinggi. Misalnya Amerika Serikat dengan skor 89,3 di posisi puncak. Jepang dan Korsel berada di posisi terhormat, masing-masing ke- 21 dengan skor 77,8 dan ke- 25 dengan skor 73,2. Kedaulatan pangan Indonesia kian rapuh dan rentan oleh fluktuasi harga pangan dunia dan perubahan iklim ekstrem yang sulit diantisipasi. Instabilitas harga pangan selalu berulang akibat dominasi orientasi pasar dalam kebijakan pangan. *** Presiden-wakil presiden terpilih, Jokowi-JK, berjanji menempatkan pertanian pada posisi penting guna mengembalikan kedaulatan pangan. Ini ditempuh lewat sejumlah langkah: membagikan 9 juta hektare lahan ke petani, menambah kepemilikan lahan dari 0,3 hektare jadi 2 hektare, membangun irigasi/embung, mencetak 1 juta hektare lahan baru, mendirikan bank pertanian, mendorong industri pengolahan. Langkah ini tak cukup guna membangun kedaulatan pangan. Agar berdaulat pangan, pertama-tama petani sebagai pelaku utama harus berdaulat. Petani berdaulat bila memiliki tanah, bukan penggarap, apalagi buruh. Karena itu, pertama, untuk menjamin tegaknya kedaulatan pangan, akses dan kontrol petani pada sumber daya penting (tanah, air, benih, teknologi, dan finansial) harus dijamin lewat reforma agraria. Tanpa jaminan akses dan kontrol sumber daya produksi kedaulatan hanya omong kosong. Kedua, sumber daya penting harus dikelola seoptimal mungkin guna memproduksi aneka pangan sesuai keragaman hayati dan kearifan lokal. Langkah peningkatan produksi, produktivitas dan efisiensi usaha tani dan tata niaga tak bisa ditawar-tawar. Kebijakan ini harus ditopang perluasan lahan pangan, perbaikan infrastruktur, pembenahan sistem informasi harga, pasar, dan teknologi. Perluasan lahan merupakan keniscayaan karena ketersediaan lahan pangan per kapita Indonesia amat sempit, hanya 359 m2 untuk sawah (451 m2 bila digabung lahan kering), jauh dari Vietnam (960 m2), Thailand (5.226 m2), Tiongkok (1.120 m2). Ketiga, perlindungan petani terhadap sistem perdagangan yang tidak adil. Dalam lingkup sosial-ekonomi, negara perlu menjamin struktur pasar yang jadi fondasi pertanian, baik domestik maupun dunia, merupakan pasar yang adil. Liberalisasi kebablasan mesti dikoreksi. Lalu dikembangkan perdagangan adil buat petani dengan mengadopsi harga pantas (fair price): harga break even point (BEP), plus asuransi gagal panen (50% dari BEP), tabungan masa depan, dan tabungan pengembangan usaha (masing-masing 10% dari BEP).
  • 12. Perdagangan adil membuat petani berdaya karena mereka punya asuransi dan dana investasi. 12 Dalam konteks lingkungan alam, petani perlu perlindungan atas pelbagai kerugian bencana. Negara perlu memberi jaminan hukum bila itu terjadi petani tak menderita. Pendek kata, semua yang menambah biaya eksternal petani, menurunkan harga riil produk pertanian dan struktur yang menghambat kemajuan pertanian perlu landasan hukum yang kuat agar perlindungan petani bisa dilaksanakan sebagai kewajiban negara (Pakpahan, 2012). Karena UU Nomor 19/2013 tentang Perlindungan dan Pemberdayaan Petani masih jauh dari memadai. Keempat, mengembalikan fungsi negara sebagai stabilisator harga pangan strategis. Caranya, merevitalisasi Bulog dengan memperluas kapasitasnya. Bulog tidak hanya mengurus beras, tetapi juga mengelola sejumlah komoditas penting lain disertai instrumen stabilisasi yang lengkap, seperti cadangan, harga (atas dan bawah), pengaturan impor (waktu dan kuota), dan anggaran yang memadai. Impor komoditas pangan pokok yang semula diserahkan swasta bisa dikembalikan sebagian atau seluruhnya pada Bulog. Ini akan mengeliminasi kuasa swasta dalam mengontrol harga dan mereduksi praktik rente. Agar peta jalan kedaulatan pangan berjalan, perlu dua syarat: anggaran memadai dan kelembagaan yang powerful. Selama reformasi pertanian dipinggirkan. Politik pembangunan dan anggaran menjauh dari pertanian. Pertanian dinilai tidak lagi penting. Kelembagaan yang mengurus pangan dibubarkan. Padahal, sejarah negara-negara maju seperti AS, Jepang, dan yang lain mengajarkan tidak ada negara yang ekonominya maju dan stabil tanpa ditopang pertanian. Meskipun ekonomi mereka sudah tidak tergantung pada pertanian, tidak serta-merta pertanian ditinggalkan. Justru pertanian diperkuat dengan anggaran dan aneka perundangan. Pertanian ditaruh di tempat terhormat: sebagai persoalan bangsa. Untuk berdaulat pangan, Jokowi-JK harus menempatkan pangan dan pertanian sebagai persoalan bangsa. KHUDORI Anggota Pokja Ahli Dewan Ketahanan Pangan Pusat, Pegiat Asosiasi Ekonomi Politik Indonesia (AEPI)
  • 13. 13 Rupiah dan Likuiditas Global Koran SINDO 22 September 2014 Seperti mata uang di hampir mayoritas emerging market, nilai tukar rupiah berada dalam dua tekanan global yang saling berlawanan arah. Di satu sisi, Bank Sentral Amerika Serikat (The Fed) berjuang untuk mengurangi likuiditas global melalui pengurangan, sampai pada akhirnya tercapai penghentian stimulus moneter atau yang disebut sebagai quantitative easing (QE) III. Sementara di sisi lain, Bank Sentral Eropa (European Central Bank/ECB) bersama Bank Sentral Jepang dan Bank Sentral China justru mempertahankan dan bahkan menambah likuiditas untuk menggairahkan perekonomian di kawasan tersebut. Selain aspek-aspek dalam negeri, dua tekanan yang berlawanan arah dipastikan akan menciptakan ketidakpastian di pasar keuangan, baik dalam jangka pendek maupun menengah terhadap nilai tukar rupiah. Hal ini tecermin pada sesi perdagangan pekan lalu (minggu ke-3 September), nilai tukar sejumlah mata uang negara-negara Asia ditutup melemah. Depresiasi nilai tukar mata uang negara-negara di Asia ini merupakan respons dari hasil The Federal Open Market Committee (FOMC) terkait tahapan pengakhiran QE III dan pengakhiran suku bunga murah. Pemangkasan pembelian obligasi yang menyisakan USD25 miliar ini direncanakan dilakukan pada bulan ini sebesar USD10 miliar dan pada Oktober sebesar USD15 miliar sekaligus mengakhiri kebijakan QE. Hal yang sedikit melegakan terkait dengan rencana kenaikan suku bunga (The Fed Rate), adalah pernyataan Gubernur The Fed, Janet Yellen, yang akan tetap mempertahankan suku bunga rendah untuk beberapa waktu (considerable time) setelah QE berakhir. Dalam rilis hasil rapatnya, The Fed juga menyampaikan kenaikan proyeksi suku bunga menjadi 1,375% di akhir 2015 dari proyeksi sebelumnya 1,125%. Dan pada tahun 2017, suku bunga ini di targetkan menjadi 3,75% dengan sejumlah asumsi-asumsi dari proyeksi yang dihasilkan komite FOMC. Optimisme perkembangan ekonomi AS juga tercermin dari sejumlah proyeksi yang disampaikan The Fed. Dalam rilisnya, The Fed memproyeksikan pertumbuhan produk domestik bruto (PDB) akan meningkat di kisaran 2,6-3,0% pada 2015, 2,6-2,9% di 2016, dan 2,3-2,5 % di 2017. Tingkat pengangguran AS juga diharapkan membaik ke kisaran 5,4-5,6% di tahun 2015 dan 5,1-5,4% di tahun 2016. The Fed juga memproyeksikan kisaran suku bunga pada level 3,75% di akhir 2017 dengan ekspektasi inflasi naik 1,9-2,0%. Proyeksi ekonomi AS yang lebih tinggi dari sebelumnya muncul setelah sejumlah data ekonomi makro AS menunjukkan perkembangan positif. Data pertengahan September 2014 menunjukkan penurunan klaim pengangguran sebanyak 36.000 menjadi 280.000. Dengan
  • 14. tren penurunan angka ini, The Fed memproyeksikan tingkat pengangguran di akhir 2014 berada di kisaran 5,9-6,0% atau lebih rendah dari proyeksi sebelumnya di level 6,0-6,1%. Sementara itu, tingkat inflasi diperkirakan berada di rentang 1,5-1,7% year on year tahun ini. Tingkat penjualan kendaraan juga meningkat tajam sebanyak 17,5 juta di Agustus 2014 atau mencapai level tertinggi dalam delapan tahun terakhir. Kestabilan tingkat permintaan dan penawaran juga tecermin dari sejumlah aktivitas ekonomi dan belanja rumah tangga dalam beberapa bulan terakhir. Kondisi ini memperkuat optimisme pemulihan ekonomi AS sehingga prospek jangka panjang diperkirakan semakin membaik. Sinyal pemulihan ekonomi AS yang tertuang dalam pengumuman hasil rapat komite FOMC pekan lalu ini, kemudian mendorong sentimen penguatan mata uang dolar AS terhadap mata uang negara-negara lain, termasuk rupiah. Setidaknya hampir seluruh mata uang di Asia melemah terhadap dolar AS pada sesi perdagangan pekan ketiga September 2014. Mata uang Malaysia, Korea Selatan, Filipina, Jepang, Thailand, Singapura, Taiwan, dan Indonesia melemah terhadap dolar AS. Nilai tukar rupiah pada sesi perdagangan Kamis (18/9) menembus batas psikologisnya di level Rp12.025 per dolar AS atau melemah 0,46%. Pelemahan ini merupakan respons pascapengumuman hasil rapat FOMC. Diperkirakan penguatan nilai tukar dolar AS terhadap sejumlah mata uang negara lain dalam beberapa waktu ke depan terus berlangsung, seiring dengan positifnya berbagai indikator makro perekonomian AS. Pada kondisi ini, para investor global akan cenderung mengubah orientasi investasinya dari jangka panjang menjadi jangka pendek. Aksi spekulatif akan cenderung mewarnai aktivitas perdagangan global dalam beberapa waktu ke depan melalui aksi relokasi investasi. Sentimen penguatan dolar AS ini telah memicu spekulasi adanya relokasi investasi yang selama ini tersebar di sejumlah negara dengan prospek ekonomi yang positif untuk kembali ke AS. Relokasi investasi dan aliran arus modal ini diperkirakan terus berlangsung sepanjang sinyal positif ekonomi AS tetap menunjukkan angka-angka yang positif. Di sisi lain, entitas-entitas 14 ekonomi besar seperti Eropa, China, dan Jepang justru menunjukkan potret kebalikannya. Bank sentral Eropa, China, dan Jepang saat ini justru mengalami persoalan likuiditas yang mendorong kebijakan quantitative easing. Bank Sentral Eropa meluncurkan Targeted Long Term Refinancing Operations (TLTROs) dengan memberikan pinjaman murah kepada industri perbankan di kawasan euro senilai 400 miliar euro (USD518 miliar). Bank Sentral China mengeluarkan stimulus USD81 miliar pada lima bank BUMN terbesar untuk mendorong pertumbuhan ekonomi China. Sementara itu, Bank of Japan akan mempertahankan stimulus ekonominya untuk menghindari tekanan deflasi yang lebih dalam. Kondisi ini juga dapat menjelaskan bahwa prospek perekonomian di ketiga wilayah tersebut masih memerlukan waktu untuk mencapai target-target pemulihan ekonomi seperti yang diharapkan.
  • 15. Bagi Indonesia, rencana pengakhiran QE III di AS dan masih berkontraksinya ekonomi Zona Euro, China, dan Jepang merupakan faktor penting yang perlu kita antisipasi bersama. Ketidakpastian dan volatilitas pasar keuangan dunia masih akan terjadi dalam jangka pendek dan jangka menengah. Dampak dari tekanan eksternal telah kita rasakan bersama saat ini dan dapat dipastikan gelombang ketidakpastian masih akan terus terjadi. Untuk memitigasi pengaruh ketidakpastian eksternal, prinsip kehati-hatian dan kewaspadaan dalam pengelolaan sektor moneter, fiskal, dan sektor riil perlu terus kita jaga dan tingkatkan. Menciptakan formula yang tepat dan keseimbangan dinamis (dynamic equilibrium) sangat kita perlukan antara nilai tukar rupiah, suku bunga, inflasi, cadangan devisa, serta indikator sektor riil. Melalui koordinasi antara BI, pemerintah, LPS, dan OJK maka kita akan tetap menjaga serta meningkatkan daya tahan dan daya saing perekonomian Indonesia dalam jangka pendek dan jangka menengah. 15 PROF FIRMANZAH PhD Staf Khusus Presiden Bidang Ekonomi dan Pembangunan
  • 16. 16 Liberalisasi Transportasi dan Pengusaha- Pejuang Koran SINDO 23 September 2014 Perdebatan publik tentang Uber Taxi beberapa waktu belakangan ini menjadi semacam alarm bagi industri transportasi publik kita. Sebagai alarm ia membuat kita siuman berhadapan dengan datangnya era baru transportasi yang ditandai globalisasi dan liberalisasi. Era Baru Transportasi Era baru sektor transportasi dicirikan sejumlah gejala pokok. Pertama, Uber bukan pemain lokal, melainkan pemain global yang sebelumnya sudah berkiprah di sejumlah negara. Kehadirannya di tengah kita menandai berkembangnya layanan publik sekaligus bisnis transportasi sebagai arena yang tak lagi memiliki tapal batas negara. Globalisasi sekaligus liberalisasi transportasi sudah datang dan mau tak mau harus dikelola. Kedua, sebagai konsekuensinya, pebisnis transportasi domestik mau tak mau harus berbaur dan berkompetisi dengan sengit bukan hanya dengan pemain lokal, tetapi juga pelaku global. Opsi yang tersedia boleh jadi hanya ”siap bersaing atau mati”. Ketiga, globalisasi dan liberalisasi transportasi serta intensifikasi dan ekstensifikasi kompetisi yang diidapnya membuat masalah-masalah layanan transportasi publik semakin rumit dan tak sederhana. Kebijakan-kebijakan yang cepat dan tepat di bidang layanan transportasi dibutuhkan. Pelibatan semua pemangku kepentingan di dalam pengelolaan sektor ini, baik dari kalangan publik atau negara, swasta atau korporasi maupun civil society, sangat dibutuhkan. Bagi kita di Indonesia, alarm itu terasa lebih nyaring karena sudah di depan mata pelaksanaan Masyarakat Ekonomi ASEAN (MEA). MEA mempercepat dan mengonkretkan liberalisasi di berbagai bidang kehidupan. Sektor transportasi tentu saja bukan pengecualian. Inilah yang membuat banyak pihak beranggapan bahwa liberalisasi sektor transportasi menjadi keharusan yang tak tertawarkan. Benarkah demikian? Benarkah kita tak bisa ”menawar”? Pengusaha-Pejuang Menurut saya, liberalisasi transportasi memang akan menjadi gejala zaman sekarang. Tapi, sebagai pelaku bisnis transportasi sekaligus warga negara dari tanah air yang saya cintai, Indonesia, saya menilai bahwa liberalisasi transportasi ”harus ditawar” untuk tidak mengorbankan kepentingan publik secara luas dalam manajemen transportasi yang sudah mengglobal itu. Sebagai pengusaha saya percaya bahwa ”sang penawar”-nya antara lain para
  • 17. 17 pengusaha yang berkarakter sesuai dengan dicita-citakan Himpunan Pengusaha Muda Indonesia (HIPMI), tempat saya berkiprah saat ini, yaitu para pejuang-pengusaha dan pengusaha-pejuang. Berhadapan dengan peliknya masalah transportasi, para pengusaha-pejuang adalah mereka yang berbisnis sambil mengatasi trilema kebijakan transportasi. Trilema kebijakan transportasi adalah situasi serbasulit dan serbarumit dalam mendamaikan tiga kepentingan: membangun transportasi publik yang massal, mengelola tumbuhnya kelas menengah perkotaan dengan daya beli alat transportasi yang terus meningkat, dan melayani pasar segmented yang membutuhkan layanan transportasi eksklusif. Menurut saya, yang harus jadi prioritas pertama dan utama yang dilayani oleh kebijakan transportasi di Indonesia adalah kepentingan publik yang luas terhadap adanya moda transportasi yang mudah, murah, senantiasa ada, dan massal. Maka penyeimbangan, bahkan pembatasan, kepemilikan kendaraan di kalangan kelas menengah menjadi kebijakan tak tertawarkan. Masalahnya, kita tak boleh mencederai hak kelas menengah untuk memiliki kendaraan pribadi baik roda dua maupun roda empat. Saya menyarankan agar sebagai bangsa kita memperbaiki cara berpikir kita tentang soal ini. Selama ini kita memandang kebutuhan akan kendaraan pribadi dalam perspektif ”memenuhi gaya hidup” dan bukan untuk ”meningkatkan kualitas hidup”. Atas nama ”gaya hidup” kita merasa perlu sesuatu yang orang lain sudah memiliki. Ini keliru. Semestinya, kita punya target untuk ”meningkatkan kualitas hidup” dan kebutuhan akan transportasi yang layak menjadi implikasinya. Walhasil, persoalan bisa diatasi dengan penyediaan transportasi publik yang massal, senantiasa ada, murah, dan aman. Selain itu, infrastruktur transportasi, termasuk kualitas dan panjang ruas jalan, harus diperbaiki secara sangat serius. Sektor transportasi saat ini membutuhkan langkah konkret dan segera untuk menjawab tantangan serius di berbagai kota di Indonesia. Saat ini, kota-kota ditantang untuk menyeimbangkan volume mobilitas manusia dan barang dengan ketersediaan infrastruktur untuk semua moda transportasi. Tantangan ini harus segera dijawab. Di tengah langkah-langkah itu, para pebisnis sektor transportasi bisa merespons permintaan pasar yang sangat spesifik, yaitu pengguna transportasi yang makin eksklusif, dengan beragam usaha atau bisnis. Saya yakin, pasar yang segmented ini mendatangkan peluang bisnis berskala besar. Catatannya hanya satu: bisnis untuk pasar yang sangat segmented ini tetap harus ramah publik dan lingkungan. Jadi, bisnis transportasi boleh saja mengalami globalisasi dan liberalisasi. Tapi, semua pemangku kepentingan di sektor ini, termasuk para pelaku bisnisnya, harus berorientasi pada publik secara luas. Inilah menurut saya cara berpikir pengusaha-pejuang yang akan membuat sektor yang menantang ini dapat kita kelola secara layak di masa kini dan masa datang.
  • 18. 18 BAYU PRIAWAN DJOKOSOETONO Chairman BlueBird Group Holdings, Bendahara Umum Badan Pengurus Pusat HIPMI dan Bendahara Umum Kwartir Nasional Pramuka
  • 19. 19 Inklusi Keuangan & Ekonomi Indonesia Koran SINDO 23 September 2014 Indonesia berada di peringkat ke-15 dunia untuk produk domestik bruto, namun hanya 50 juta orang Indonesia yang memiliki akses terhadap rekening bank. Dengan mempercepat inklusi keuangan, jutaan orang Indonesia akan mendapatkan akses layanan dasar seperti menabung dengan aman dan melakukan transaksi, mengasuransikan properti mereka, dan mendapatkan akses pinjaman untuk usaha kecil, serta pada akhirnya mempercepat momentum pertumbuhan ekonomi negara kepulauan ini. Pengamatan tersebut dilontarkan oleh Presiden Direktur Bank Mandiri Budi Gunadi Sadikin saat berlangsungnya World Economic Forum on East Asia baru-baru ini di Manila. Beliau menggarisbawahi pentingnya penyediaan layanan keuangan mendasar bagi masyarakat Indonesia berpenghasilan rendah--sebuah persoalan yang relatif lebih mudah diatasi dengan adanya teknologi digital. Masa depan ekonomi Indonesia merupakan salah satu yang paling menjanjikan di dunia. Selain sebagai negara dengan ekonomi terbesar se-Asia Tenggara, Indonesia juga merupakan negara yang sangat luas dengan 238 juta penduduk serta diperkirakan oleh McKinsey akan berada di peringkat ketujuh negara dengan ekonomi terbesar di dunia pada 2030. Artinya pada saat itu negara ini akan ada di depan negara-negara maju lain seperti Jerman dan Inggris. Namun, hal tersebut masih jauh dan memiliki arti kecil bagi sebagian penduduk Indonesia yang masih mengalami kesulitan saat ini. Akses layanan keuangan dasar merupakan hambatan utama Indonesia yang memiliki 17.000 pulau, di mana luas wilayah dan penyebaran penduduk yang tidak merata merupakan tantangan dalam pembangunan infrastruktur, sehingga membatasi akses layanan perbankan formal ataupun hubungan sederhana sekalipun dengan sebuah lembaga keuangan. Seperti yang diungkapkan dalam penelitian MasterCard baru-baru ini, ”ROAD TO INCLUSION: A look at the Financially Excluded and Underserved”, bahwa masih banyak penduduk pinggiran-kota dan pedesaan di Indonesia lebih memilih metode tradisional dalam menyimpan uang seperti tabungan di tokoh masyarakat atau sistem arisan. Dan saat sejumlah orang telah memiliki akses terhadap rekening bank, ternyata masih banyak dari mereka justru tidak percaya terhadap bank. Salah satu contohnya adalah Susi Indah, warga Indonesia berumur 37 tahun, dulu memiliki rekening bank untuk menyimpan semua tabungannya. Tiga tahun yang lalu, Susi memiliki uang sebesar Rp 35 juta di bank. Dia lalu menarik hampir semua uang tersebut ketika
  • 20. membangun rumahnya dan menyisakan sekitar Rp1-2 juta di rekening. Tidak menyadari akan adanya biaya administrasi bank, dia mengklaim bahwa ”uangnya mulai menghilang” tanpa ada penjelasan. Kejadian ini membuatnya kehilangan kepercayaan terhadap bank dan membuatnya tidak menggunakan jasa lembaga keuangan lagi. 20 *** Telah diakui bahwa dengan menghantarkan inklusi keuangan yang lebih besar ke Indonesia akan membantu perkembangan ekonomi dan penanggulangan kemiskinan. Gates Foundation, seperti yang dipublikasikan oleh McKinsey, menunjukkan bahwa ekonomi dengan penetrasi pembayaran elektronik yang lebih tinggi akan tumbuh lebih cepat dibandingkan yang tidak. Para pembuat kebijakan semakin menyadari bahwa pasar keuangan yang dapat menjangkau semua orang akan lebih efektif dan efisien dibandingkan kebijakan yang lain. Sejalan dengan hal ini, pemerintah Indonesia melalui Bank Indonesia baru-baru ini meluncurkan Gerakan Nasional Non Tunai (GNNT) di Jakarta. Pencanangan dimaksudkan untuk meningkatkan kesadaran masyarakat, pelaku bisnis dan juga lembaga-lembaga pemerintah untuk menggunakan sarana pembayaran nontunai dalam melakukan transaksi keuangan, yang tentunya mudah, aman, dan efisien (sumber: http://www.bi.go.id). Langkah pertama dalam inklusi keuangan adalah menyediakan identitas khusus kepada para pelanggan, berdasarkan pada layanan keuangan mana yang dapat diberikan serta akhirnya terkait dengan rekening pembayaran. Salah satu contoh manfaat dari kartu debit prabayar dapat dilihat di Afrika Selatan, di mana mereka biasa menyalurkan bantuan sosial dan membuat pemerintah setempat dapat menghemat jutaan dolar. Indonesia saat ini telah menjadi salah satu negara yang menggunakan sistem identitas nasional terbesar di dunia, yaitu e-KTP, yang telah sukses mendistribusikan 147 juta kartu identitas ke penduduk. Melalui kartu ini, terdapat potensi untuk menghubungkan e-KTP ke berbagai program pemerintah dengan menjadikannya sebagai alat pembayaran, daripada menyalurkan dana bantuan dalam bentuk tunai. Hal ini membutuhkan sebuah kartu pembayaran yang terhubung dengan rekening bank yang memiliki potensi untuk memberikan layanan keuangan kepada seluruh masyarakat Indonesia. Dari sini kemudian pihak bank dapat memperkenalkan layanan baru kepada para nasabah, dengan setahap demi setahap mulai melakukan aktivitas lanjutan seperti membayar tagihan, mengajukan kredit, menabung, meminjam, dan melakukan investasi. Perangkat seluler nampaknya akan memainkan peran penting di negara berkembang seperti Indonesia, di mana lebih banyak orang memiliki telepon seluler dibandingkan rekening bank. Teknologi seluler dapat menjadi tulang punggung layanan keuangan dasar yang sebagian besar dari kita sering meremehkannya. Saat ini sekitar 2,5 miliar orang di dunia belum memiliki rekening bank. Dari jumlah tersebut, setidaknya sebanyak 1,5 miliar orang telah memiliki telepon seluler.
  • 21. 21 Saat ini hanya 20% dari orang Indonesia yang memiliki akses ke layanan keuangan, dan sangat banyak orang yang tinggal jauh dari cabang bank terdekat. Penetrasi kartu debit di Indonesia kurang lebih 30%, namun mayoritas terletak di wilayah perkotaan, di mana seseorang dapat memiliki lebih dari satu rekening. Sementara itu, hanya 6% yang memiliki kartu kredit. Di lain pihak, lebih dari 90% dari penduduk Indonesia memiliki telepon seluler dan hal tersebut menunjukkan kesempatan yang besar bagi transaksi elektronik melalui perangkat seluler (mobile commerce) dan kemampuan untuk mengakses sarana-sarana keuangan. *** Jadi, seperti apa inklusi keuangan di negara berkembang seperti Indonesia? Pertama-tama mari kita dari memahami bahwa hal ini bukan mengenai jarak kantor cabang sebuah bank yang kemungkinan cukup jauh dari tempat tinggal. Sebaliknya, hal ini mengenai tempat yang lebih aman untuk menyimpan uang dibandingkan di lemari dapur atau di bawah bantal serta cara yang lebih baik dalam menelusuri jejak pengeluaran. Inklusi keuangan adalah bagaimana memperoleh akses yang lebih aman, tanpa melibatkan uang tunai dan pembayaran dalam bentuk elektronik seperti kartu debit, kredit, atau prabayar. Inklusi keuangan adalah bagaimana menciptakan kesempatan bagi banyak orang untuk memanfaatkan keterampilan dan sumber daya mereka untuk meningkatkan kualitas hidup. Inovasi dalam teknologi pembayaran-prabayar dan perangkat seluler digabung dengan biometrik--memainkan peran kunci di mana hal tersebut dapat dengan cepat menjembatani jarak antara sektor formal layanan keuangan dengan jutaan orang berpenghasilan rendah atau tidak memiliki akses ke layanan keuangan. Indonesia tentunya akan mendapatkan keuntungan dari cara-cara nontradisional tersebut untuk memperluas pembayaran nontunai (cashless). Beberapa penyedia pembayaran telah bekerja sama dengan operator telekomunikasi untuk mengembangkan dompet digital (digital wallet), walaupun untuk sekarang sistem ini masih terbatas pada perusahaan yang bekerja sama. Inisiatif lain di Indonesia yaitu program kartu virtual yang memungkinkan berbagai jenis pembayaran serta upaya-upaya dari bank untuk mempromosikan penggunaan kartu debit di setiap titik pembayaran (point of sale). Pada saat yang sama terdapat banyak kesempatan untuk pengembangan program baru, mulai dari adopsi pemerintah yang lebih besar terhadap layanan elektronik (e-Services) dan pembayaran, menuju penerapan program prabayar ”open loop” yang sudah biasa digunakan di negara-negara ASEAN lain untuk mendukung perluasan layanan keuangan kepada pengguna telepon seluler yang tidak memiliki rekening di bank serta juga pelaksanaan program-program pemerintah termasuk pembayaran gaji. Dengan masa depan ekonomi yang kuat, program-program ini dapat terus mendukung perkembangan ekonomi dan inklusi di Indonesia.
  • 22. 22 *** Eksklusi (ketiadaan akses terhadap lembaga) keuangan dapat melanggengkan kemiskinan. Hal ini juga dapat memperlambat pertumbuhan ekonomi. Menyediakan layanan keuangan dasar bagi orang-orang yang selama ini tidak memiliki akses perbankan akan menciptakan kesempatan yang sangat berarti bagi masyarakat yang tinggal di negara-negara berkembang seperti Indonesia untuk memberi sumbangsih bagi pertumbuhan ekonomi. Sisi positifnya adalah hal tersebut diketahui oleh hampir semua pembuat kebijakan kunci dan pemain pasar bahwa inklusi keuangan merupakan sesuatu yang harus dijalankan di Indonesia. Tidak ada lagi pertanyaan mengenai ‘apa’ dan ‘jika’, melainkan pertanyaan mengenai ‘kapan’. Dengan pemerintah baru yang memiliki agenda reformasi yang positif, masa depan perkembangan inklusi keuangan di Indonesia akan sangat menjanjikan. ● MATTHEW DRIVER Presiden MasterCard Asia Tenggara
  • 23. 23 Menanti Era Baru Diplomasi Koran SINDO 24 September 2014 Presiden dan wakil presiden terpilih Joko Widodo-Jusuf Kalla kompak menegaskan bahwa arah diplomasi ke depan akan lebih diwarnai kegiatan diplomasi ekonomi. Joko Widodo bahkan berseloroh bahwa dirinya dan Jusuf Kalla adalah pengusaha sehingga mereka paham akan pentingnya pertanggungjawaban penggunaan dana dalam tiap kegiatan. Istilahnya every cent counts, satu sen pun pasti tidak disia-siakan. Di dalam tubuh Kementerian Luar Negeri, sinyal tersebut memunculkan sejumlah reaksi. Reaksi yang paling sering ditemui adalah konfirmasi bahwa sudah selayaknya Indonesia mengedepankan diplomasi ekonomi yang lebih efektif dan optimal hasilnya. Reaksi berikutnya adalah reaksi penuh tanda tanya: akankah ada perubahan pengelolaan diplomasi, termasuk di dalam Kementerian Luar Negeri? Implikasi poin kedua ini adalah ada kesadaran bahwa kalau struktur pengelolaan diplomasi tidak diubah, optimalisasi dan efektivitas diplomasi sulit dicapai. Kedua hal ini menarik untuk ditelaah lebih lanjut. Presiden terpilih Joko Widodo menjanjikan penguatan diplomasi perdagangan, diplomasi energi, diplomasi pangan, bahkan diplomasi maritim. Konsentrasinya pada peningkatan volume perdagangan dan surplus perdagangan, menjaga kedaulatan energi dan pangan, serta mengembalikan kewibawaan Indonesia sebagai negara maritim yang punya kekuatan geopolitik yang andal. Semua ini sebenarnya bukan hal yang baru di Kementerian Luar Negeri. Misalnya saja mengenai peningkatan volume perdagangan dan surplus perdagangan. Dalam kurun waktu 10 tahun terakhir, makin tegas keinginan untuk membalik nasib Indonesia yang hubungan perdagangannya timpang dengan negara-negara lain. Masyarakat awam memiliki persepsi bahwa Indonesia lebih sering dijadikan pasar bagi produk-produk buatan negara lain. Ketimpangan ini mungkin dapat dimaklumi saat kita masih dalam proses membangun di tahun 1970-an. Kita banyak mengimpor produk-produk teknologi tinggi seperti automotif, elektronik, komputer, dan produk padat modal lain karena kekuatan produksi kita belum setara dengan negara-negara maju pengekspor produk-produk tersebut. Namun kita tidak bisa maklum apabila ternyata produk-produk yang padat karya seperti tekstil, garmen, mainan anak-anak, dan produk-produk yang tidak membutuhkan keterampilan tinggi merajai pasar dalam negeri kita pada saat ini. Oleh sebab itu, kerja sama bilateral (antardua negara) dipandang kurang efektif dalam mendorong pembukaan pasar. Penyebabnya adalah faktor ketidakseimbangan power dan kemampuan negosiasi. Untuk itu belakangan digiatkan sejumlah kerja sama regional dan multilateral.
  • 24. Logikanya, dengan penambahan mitra kerja sama, suasana bisa lebih cair, daya tawar bisa ditingkatkan dengan teknik mengajak sejumlah negara yang biasanya berseberangan (atau bahkan bersitegang) agar Indonesia bisa menjadi penengah atau mengayun negosiasi dengan keduanya. Misalnya penggiatan perdagangan intra-ASEAN (yakni di antara 10 negara anggota ASEAN) diperluas menjadi ASEAN Plus; tidak hanya ASEAN Plus Three (yakni plus Jepang, Korea Selatan, dan Tiongkok), tetapi juga ada ASEAN Plus Six (yakni 3 plus tadi ditambah Australia, India, Selandia Baru). Antara Indonesia dan negara anggota ASEAN Plus Three maupun ASEAN Plus Six dibangun kawasan perdagangan bebas. Pada 2011, ASEAN Plus Six bahkan meluncurkan RCEP (Regional Comprehensive Economic Partnership - Kemitraan Ekonomi Komprehensif Regional) demi memuluskan pembentukan kawasan perdagangan bebas di Asia-Pasifik. RCEP ini semakin sejalan dengan kerangka penguatan kerja sama ekonomi Asia-Pasifik melalui APEC yang di sana sudah ”menunggu” Amerika Serikat, Rusia, Uni Eropa, Hong Kong, Taiwan, Meksiko, Peru, Papua Nugini, Rusia, Cile, dan Kanada. Maklum, Kementerian Luar Negeri ingin mengambil momen menguatnya perekonomian Asia-Pasifik untuk mengatrol perekonomian Indonesia. Diidentifikasi pula bahwa penggiatan kerja sama perdagangan di Asia-Pasifik saja tidak cukup. Selain mengangkat keaktifan Indonesia di forum Organisasi Perdagangan Dunia (WTO), bahkan dua tahun lalu Ibu Marie Pangestu (waktu itu Menteri Perdagangan) didorong untuk maju menjadi direktur jenderal WTO, Indonesia memunculkan keaktifan di G-20 (forum pemerintah dan gubernur bank sentral bagi 20 entitas perekonomian terdepan di dunia), di G-77 (kelompok kerja sama pemerintah Selatan-Selatan di Perserikatan Bangsa- Bangsa), dan yang jarang terdengar tetapi sebenarnya diurus juga oleh Kementerian Luar Negeri adalah kerja sama D-8 (kelompok kerja sama pembangunan antar-8 negara berpenduduk muslim besar, yakni Bangladesh, Pakistan, Indonesia, Malaysia, Iran, Turki, Mesir, dan Nigeria). Lalu apa yang bisa membedakan era baru diplomasi Indonesia jika saat ini saja sudah dikembangkan skema kerja sama yang demikian beragam? Penjelasannya antara lain terletak pada pengelolaan isu dan kerja sama yang ada. Contohnya kerja sama D-8. Kerja sama ini dikelola oleh Direktorat Jenderal Multilateral di Kementerian Luar Negeri dengan harapan bahwa segenap pihak terkait di Kementerian Luar Negeri dan kementerian/lembaga terkait dapat melakukan tindak lanjut dari inisiatif yang dikembangkan di direktorat jenderal tersebut dan kemudian Kementerian Luar Negeri merespons perkembangan yang ada melalui negosiasi lebih lanjut di pertemuan D-8. Kenyataannya, kerja sama D-8 masih saja dalam status inkubasi. Belum konkret disebarluaskan peluangnya meskipun sudah dibentuk sejak tahun 1997, belum ada tindak lanjut dengan dampak signifikan. 24 Ketika muncul wacana bahwa para menteri di kabinet baru wajib bisa marketing (yakni ”memasarkan” Indonesia), sebenarnya ada sejumlah instrumen pelaksanaan diplomasi ekonomi yang ampuh dimanfaatkan tanpa perlu para menteri terkesan murni ”berjualan” produk Indonesia. Misalnya: Kementerian Luar Negeri ditugasi memberi analisis dan
  • 25. menyusun strategi mengenai isu-isu terkini di bidang kerja sama ekonomi dan hambatannya dalam rapat kabinet. Kementerian teknis menjadi mitra tukar pikiran supaya negosiasinya lebih mengena kebutuhan. Hal ini sudah punya dasar hukum di UU No 37/1999 tentang Hubungan Luar Negeri, tetapi kenyataannya Kementerian Luar Negeri justru makin sering tidak dilibatkan dalam sejumlah inisiatif yang punya implikasi diplomasi dalam bidang kerja sama ekonomi. Apabila ide yang telah dituangkan dalam peraturan itu dilaksanakan dengan konsisten, pamor Indonesia sebagai negara yang punya strategi dan dikelola dengan terpadu oleh semua kementerian akan mengemuka. Selain itu, pemerintah hendaknya lebih konsekuen mengalokasikan dana dan sumber daya manusia untuk memperkuat diplomasi. Hal ini terutama terkait dengan rencana Joko Widodo dan Jusuf Kalla untuk memotong anggaran operasional kementerian. 25 Hendaknya efisiensi yang dilakukan mempertimbangkan aspek-aspek politik, khususnya di Kementerian Luar Negeri. Dana operasional untuk tahapan diplomasi harus diperbaiki jumlahnya; tidak bisa lagi diplomasi dilakukan hanya dengan pertemuan dua jam di tingkat direktur jenderal lalu tak lama kemudian dua menteri harus menandatangani nota kesepakatan. Kinerja diplomasi Indonesia akan inferior bila tahapan pendekatan, pembangunan rasa percaya, serta strategi persuasi tidak dilakukan secara bertahap dengan kontinu. Ada anekdot bahwa di sejumlah negara adidaya justru kita harus waspada bila didekati oleh staf yunior dari kedutaan mereka, karena bisa jadi mereka adalah intelijen yang baik yang bisa mendeteksi kebutuhan diplomasi lanjutan oleh pejabat yang lebih senior. Artinya, Indonesia memang tak bisa lagi memakai cara-cara lama dalam berdiplomasi. Kita harus lebih strategis dan taktis. DINNA WISNU, PhD Co-Founder & Direktur Pascasarjana Bidang Diplomasi, Universitas Paramadina @dinnawisnu
  • 26. 26 Spiral Ekonomi 2015 Koran SINDO 29 September 2014 Membaca dan memprediksi ekonomi Indonesia pada 2015 sangat diperlukan agar kita dapat merealisasi target pembangunan nasional. Lantaran ekonomi Indonesia berada dalam pusaran ekonomi dunia dan kawasan, melihat perekonomian nasional juga perlu diletakkan dalam kerangka kawasan dan global. Dua aspek penting, baik dalam maupun luar negeri, perlu kita cermati secara paralel, termasuk pengaruh dan interaksi keduanya. Apa yang terjadi di lingkungan regional dan global akan berdampak, langsung maupun tidak langsung, terhadap perekonomian nasional. Begitu juga sebaliknya. Ekonomi 2015 akan terasa spesial bagi bangsa dan negara Indonesia mengingat perekonomian 2015 dirancang oleh dua pemerintahan. Secara teknokratik, pemerintahan Presiden Susilo Bambang Yudhoyono mempersiapkan rencana kerja pemerintah (RKP) dan RAPBN 2015. Sementara itu, pemerintahan presiden terpilih Joko Widodo, yang secara resmi memerintah mulai 20 Oktober 2014, akan memberikan muatan politik dan bahkan melakukan penyesuaian-penyesuaian, baik program, aktivitas maupun kebijakan anggaran melalui APBN-P 2015. Bersama DPR periode 2014-2019, pemerintahan baru akan memulai menjalankan RPJMN III yang berawal pada 2015. Tantangan perekonomian nasional sepanjang 2015 akan semakin dinamis, penuh ketidakpastian akibat tren ekonomi global, dan memerlukan penanganan kebijakan secara terpadu dari otoritas moneter, fiskal, dan sektor riil. Dari sisi eksternal, hal yang paling perlu kita cermati bersama adalah dampak pengakhiran (tapering-off) dari kebijakan pemberian stimulus moneter nonkonvensional (quantitative easing-QE III) di Amerika Serikat (AS). Membaiknya sejumlah indikator seperti di bidang ketenagakerjaan dan pertumbuhan ekonomi di AS semakin menguatkan dihentikannya QE III dan kemudian digantikan dengan kebijakan moneter yang lebih konvensional, yaitu penyesuaian suku bunga acuan. Dinaikkannya suku bunga acuan (The Fed Rate) membuat bank sentral di berbagai negara menaikkan suku bunga acuan untuk mencegah derasnya aliran modal keluar (capital outflow). Yang menjadi tantangan pada 2015 adalah ketika Bank Indonesia (BI) menyesuaikan BI Rate untuk membendung pembalikan modal (sudden reversal) ke AS. Ketika langkah ini pada akhirnya ditempuh, dapat dipastikan pertumbuhan ekonomi tidak akan setinggi seperti asumsi makro dalam APBN 2015 yang disepakati sebesar 5,8%. Kenaikan suku bunga berdampak pada perekonomian, investasi, penciptaan lapangan kerja serta sektor riil secara keseluruhan.
  • 27. Meningkatnya suku bunga acuan membuat masyarakat melakukan penundaan konsumsi dan cenderung menempatkan dananya di sektor perbankan. Dari sisi perbankan, terdapat pilihan kebijakan, di antaranya mengurangi net interest margin (NIM) atau menyesuaikan suku bunga pinjaman. Ketika opsi terakhir yang diambil, risiko baru akan muncul, yaitu meningkatnya kredit bermasalah (non-performing loan/NPL). Dari sisi eksternal lainnya, perekonomian nasional akan dihadapkan pada sejumlah faktor eksternal seperti perlambatan ekonomi besar dunia seperti yang terjadi di China dan Eropa. Sementara itu, tren pelemahan harga komoditas dunia serta instabilitas politik dan keamanan sejumlah kawasan juga akan mengganggu pemulihan ekonomi dunia. 27 Meskipun ekonomi Indonesia tidak terlalu bergantung pada aktivitas ekspor sebesar perekonomian sejumlah negara di ASEAN seperti Singapura, Malaysia, Thailand, Filipina maupun Vietnam, tetap saja sejumlah faktor di atas akan berdampak pada laju pertumbuhan volume dan nilai ekspor nasional. Pendapatan dari pajak ekspor juga diprediksi tertahan lantaran masih diperlukan waktu penyelesaian pembangunan sejumlah smelter untuk memberikan nilai tambah ekspor hasil tambang dan mineral. Diperkirakan pembangunan sejumlah smelter yang saat ini berlangsung akan mulai beroperasi pada 2016-2018 dan memberikan dampak signifikan pada pendapatan di sektor perpajakan. Hal menarik yang dapat kita cermati adalah rencana pemerintah baru untuk menyesuaikan harga bahan bakar minyak (BBM) bersubsidi. Di satu sisi kebijakan ini akan dapat menyeimbangkan postur fiskal dan penghematan anggaran subsidi BBM bersubsidi yang dapat dialokasikan ke sektor-sektor prioritas pembangunan lainnya. Namun dalam jangka pendek, paling tidak sepanjang 2015, dampak kebijakan ini akan berakibat pada inflasi dan menurunnya daya beli masyarakat akibat naiknya harga-harga kebutuhan pokok dan produk lainnya. Masyarakat akan fokus terlebih dahulu untuk mendahulukan kebutuhan yang lebih substansial dan cenderung mengurangi konsumsi barang-barang yang bersifat sekunder. Bagi kelompok masyarakat berpendapatan rendah atau miskin, pilihan kebijakan untuk meringankan beban dan memberikan waktu penyesuaian dapat dilakukan melalui dana bantuan sementara langsung. Namun bagi kelompok masyarakat menengah, pilihannya melakukan penghematan konsumsi. Apabila beberapa faktor di atas bertemu dan terjadi secara bersamaan, dunia usaha akan berhadapan dengan sejumlah tantangan seperti menurunnya daya beli masyarakat, biaya modal yang meningkat, dan tuntutan kenaikan upah buruh akibat meningkatnya harga dari komponen hidup layak. Apabila hal ini terjadi, dunia usaha akan menghadapi dua tekanan sekaligus, yaitu dari sisi permintaan pasar (demand-side) dan meningkatnya biaya produksi.
  • 28. Sejauh ini tantangan dalam doing business di Indonesia terkompensasi dengan besarnya pasar domestik sehingga dunia usaha masih menikmati margin yang memadai untuk menutup biaya produksi. Namun ketika pelemahan daya beli masyarakat terjadi, sementara komponen biaya produksi juga meningkat, hal ini membutuhkan langkah- langkah antisipasi dari para pengambil kebijakan untuk memberikan stimulus pada dunia usaha nasional. Kompleks dan dinamisnya tantangan ekonomi Indonesia sepanjang 2015 membutuhkan perencanaan dan penghitungan yang cermat serta komprehensif untuk antisipasi segala kemungkinan yang akan terjadi. 28 Sektor-sektor strategis seperti UMKM, pangan, energi, sistem keuangan, transportasi, dan logistik membutuhkan perhatian khusus untuk menghadapi spiral perekonomian nasional 2015. Tidak kalah penting, bauran kebijakan, baik di sektor moneter, fiskal maupun sektor riil, perlu segera dirumuskan bersama oleh BI, pemerintah, LPS, dan OJK. Koordinasi yang baik seperti yang kita tunjukkan di masa lalu sangatlah diperlukan agar fundamental perekonomian nasional dapat terus dijaga dan semakin ditingkatkan. Tiap pilihan kebijakan yang akan ditempuh baik dari sisi moneter, fiskal maupun sektor riil pasti akan berpengaruh dan terkait satu dengan yang lain. Inilah yang perlu untuk segera dikomunikasikan dan dikoordinasikan oleh otoritas pengambil kebijakan di dalam negeri agar kebijakan ekonomi menjadi lebih komprehensif, terukur, dan tepat sasaran.
  • 29. 29 Narasi Domestik dan Relasi Global Koran SINDO 29 September 2014 Pemerintah yang akan datang, yang tak lama lagi akan dilantik, masih punya obsesi untuk menggenjot pertumbuhan ekonomi Indonesia pada lima tahun ke depan. Jika memungkinkan, pertumbuhan ekonomi bisa menembus 8% atau sekurang-kurangnya mencapai 7% tiap tahun. Pada tahun depan tentu impian itu sulit diwujudkan. Namun, pada tahun-tahun berikutnya, presiden dan wakil presiden terpilih berharap pertumbuhan ekonomi menjadi lebih tinggi sesuai dengan target. Hasrat ini rasanya tak gampang dicapai karena akan dihadang banyak persoalan, baik dari aras domestik maupun internasional. Pada sisi domestik, aneka problem ekonomi harus dituntaskan terlebih dulu agar sasaran pertumbuhan ekonomi lekas diperoleh. Sementara itu, pada sisi internasional, periode mendatang akan dihantui krisis sehingga prospek pertumbuhan ekonomi tak secerah tiga dekade terakhir. Fondasi Struktur Ekonomi Pertumbuhan ekonomi yang ditargetkan tinggi tak selamanya salah asalkan telah mempertimbangkan kapasitas ekonomi, biaya oportunitas yang dikorbankan, dan halangan yang merintangi. Dalam konteks ini, sekurang-kurangnya terdapat tiga problem ekonomi domestik yang menjadi batu sandungan untuk mencapai sasaran dimaksud. Pertama, semua paham bahwa fondasi struktur ekonomi Indonesia amat lemah. Sektor ekonomi yang menjadi tumpuan sebagian besar tenaga kerja, yakni pertanian dan industri, sepanjang 10 terakhir merosot. Sektor pertanian makin tergantung pada impor sehingga ketahanan pangan dalam kondisi rawan. Sementara itu, sektor industri tidak bertumpu terhadap bahan baku domestik. Komoditas ekspor tergantung pada komoditas primer yang tak memiliki nilai tambah tinggi sehingga menekan neraca perdagangan. Tercatat, rasio ekspor terhadap PDB saat ini cuma sekitar 20%, tertinggal jauh dari negara tetangga. Kedua, perekonomian nasional selama ini mengabaikan pembangunan ekonomi di luar Jawa dan sektor maritim. Perekonomian berjalan pincang karena tergantung pada Jawa dan daratan. Pemerintahan baru yang telah terpilih menyadari hal itu sehingga menempatkan wilayah Indonesia timur dan sektor maritim sebagai salah satu pusat pengembangan ekonomi. Investasi pada kedua wilayah dan sektor tersebut tentu sangat dibutuhkan dalam jumlah yang besar.
  • 30. Kebutuhan investasi mungkin bisa dicarikan dari aneka sumber, tetapi langkah itu juga tak mudah selama pranata yang menopang keperluan investasi tak tersedia seperti insentif kebijakan, infrastruktur, dan kelembagaan yang mapan. Jika itu telah dipenuhi, investasi bisa dieksekusi dan mulai menghasilkan. Tapi, jarak antara penyediaan pranata pembangunan dan hasil investasi tentu tak bisa dalam waktu singkat. Ketiga, infrastruktur ekonomi sebagai penopang investasi di atas amat minim sehingga dibutuhkan pembangunan secara masif. Pembangunan infrastruktur bukan hanya perlu dana, tetapi juga waktu yang relatif lama. Perizinan, proses tender, pembebasan lahan, dan pelaksanaannya butuh proses yang panjang. Bahkan, investasi yang bernilai besar dan rumit seperti pembangunan Jembatan Suramadu, perlu waktu bertahun-tahun. Hal yang sama juga terkait dengan pembangunan bandara, pelabuhan, listrik, dan lain-lain. Apabila ini masih ditambah dengan infrastruktur terkait manusia, problem kualitas tenaga kerja juga dalam kondisi yang mencemaskan karena 65% tenaga kerja cuma tamat SMP ke bawah. Ketiga masalah di atas tentu bisa diatasi, tetapi butuh masa yang tak singkat sehingga dampak terhadap pertumbuhan ekonomi tak secepat yang diinginkan. 30 Keterbukaan Ekonomi Bila analisis diteruskan ke level ekonomi internasional, akan dijumpai realitas yang tak mengenakkan pula. Perekonomian Indonesia, dari sisi perdagangan, sangat tergantung pada pasar AS, Jepang, kawasan Eropa, China, dan ASEAN. Masalahnya, negara-negara tersebut dalam beberapa tahun ke depan belum akan kembali ke situasi normal. AS dan Eropa masih berkutat mengatasi krisis ekonomi, barangkali tiga tahun lagi baru pulih normal. China sebagai salah satu lokomotif ekonomi dunia bahkan diprediksi akan memasuki dekade perlambatan ekonomi setelah negara itu sepanjang 20 tahun meraih capaian pertumbuhan ekonomi yang luar biasa, di atas 10% per tahun. Lebih masalah lagi, neraca perdagangan Indonesia dengan China masih defisit, seperti halnya dengan kawasan ASEAN dalam beberapa tahun terakhir. Sejak 2008 pertumbuhan ekonomi China sudah jatuh di bawah 10%, bahkan tahun ini diprediksi hanya pada kisaran 7,5%. Ekspor China juga terjun bebas, yaitu pada periode 2001-2008 ekspor tumbuh rata-rata 29%/tahun, tapi sekarang tinggal di bawah 10%. Implikasinya, surplus neraca transaksi berjalan China yang mencapai puncaknya pada 2007 (mencapai 10% dari PDB) saat ini tinggal 2%. Pertumbuhan tinggi pada masa lalu juga harus dibayar mahal oleh China karena ketimpangan pendapatan melompat nyaris tak terkendali. Pada 2010 ketimpangan pendapatan mencapai 0,52 (rasio gini), turun sedikit pada 2012 menjadi 0,50. Ini merupakan salah satu ketimpangan pendapatan tertinggi di dunia. Diperkirakan ekonomi China akan menjalani proses keseimbangan kembali yang lama dan
  • 31. pertumbuhan ekonomi cuma sekitar 6-7% (Yang, 2014). Situasi muram itulah yang menggelayuti ekonomi global, yang sebagian masih akan ditambah oleh ancaman krisis dari beragam sumber. Dengan mencermati itu, pemerintah (baru) mesti menyusun langkah-langkah 31 strategis untuk memperkuat perekonomian domestik. Pertumbuhan ekonomi memang penting, tapi tak perlu dengan mematok target yang terlalu tinggi. Lima tahun ke depan penyelesaian masalah dasar ekonomi domestik di atas lebih urgen diupayakan meskipun mungkin belum akan ada hasil pertumbuhan ekonomi dalam jangka pendek. Demikian pula kondisi pasar global harus dimitigasi dengan ramuan kebijakan yang tepat, termasuk evaluasi terhadap keterbukan ekonomi, baik di pasar barang/jasa, tenaga kerja maupun keuangan. Narasi domestik dan relasi global itulah yang menjadi dasar pengelolaan ekonomi nasional di masa depan. ● AHMAD ERANI YUSTIKA Guru Besar Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Brawijaya, Direktur Eksekutif Indef
  • 32. 32 MEA 2015: Tinggalkan Zona Nyaman, Lakukan Inovasi! Koran SINDO 30 September 2014 Zona perdagangan bebas (free trade zone) untuk kawasan ASEAN akan segera diterapkan akhir 2015. Bagaimana sejauh ini persiapan Indonesia? Apakah kita siap menghadapinya? Zona perdagangan bebas (free trade zone/FTZ) adalah kawasan di mana setiap barang dapat dikirimkan, dikelola, diproduksi, atau direkonstruksi, dan bahkan diekspor kembali tanpa ada intervensi dari otoritas kepabeanan setempat. Beberapa contoh negara atau kota yang telah menerapkan kebijakan ini misalnya Singapura, Hong Kong, Panama, Kopenhagen, Stockholm, Gdansk, Los Angeles, dan New York. Di Indonesia kita sudah mengenal Batam sebagai salah satu wilayah perdagangan bebas. Dengan telah sepakatnya pemimpin negara-negara ASEAN untuk membentuk ASEAN Economy Community (AEC) atau Masyarakat Ekonomi ASEAN (MEA), wilayah ASEAN menjadi kawasan perdagangan bebas dan menjadi satu kawasan ekonomi yang tidak mengenal batas wilayah negara anggotanya. Dengan kebijakan ini, setiap negara harus siap menerima konsekuensi atas kebijakan tersebut. Setiap industri dari setiap negara di kawasan akan diberi kebebasan untuk masuk ke semua negara dan melakukan aktivitas ekonomi tanpa ada intervensi dari otoritas kepabeanan setempat. Dengan berlaku kebijakan ini, secara otomatis tidak ada lagi batas-batas antarnegara dalam konteks perdagangan barang, jasa, dan produksi. Kawasan ini akan menjadi satu kawasan yang terbuka dalam melakukan aktivitas perekonomian. Tidak hanya sektor industri dan perdagangan, sektor tenaga kerja pun akan menjadi sangat terbuka sehingga para pekerja profesional Indonesia akan berkompetisi dengan para pekerja profesional asing yang akan semakin banyak masuk membanjiri bursa tenaga kerja profesional di Indonesia. Anda bisa bayangkan pada suatu saat nanti Anda melamar pekerjaan untuk satu posisi di perusahaan Indonesia bersaing dengan pelamar-pelamar dari Singapura, Malaysia, dan negara lain. Sudah siapkah kita menghadapi situasi seperti itu? Turbulensi Ekonomi Manfaat dari terbentuk MEA sudah tentu sangat besar salah satunya terbentuk kekuatan ekonomi baru di wilayah Asia yang dapat menyaingi kekuatan ekonomi China dan Korea Selatan. Ini tentu dipicu dengan pertumbuhan dan daya saing MEA yang meningkat yang akan meningkatkan posisi tawar MEA terhadap kekuatan-kekuatan ekonomi lain di Asia
  • 33. 33 maupun di luar Asia. Potensi kekuatan ekonomi MEA di antaranya kekuatan pasar di mana ada sekitar setengah miliar penduduk tinggal di wilayah ini, sumber daya alam, dan tenaga kerja terdidik yang murah. MEA bisa membuat aturan dan kebijakan ekonomi bagi kawasan terhadap negara-negara lain yang berkepentingan dengan aktivitas ekonomi di kawasan MEA. Namun, di balik manfaat besar tersebut, ternyata tersimpan kekhawatiran di kalangan negara-negara anggota MEA itu sendiri. Kekhawatiran tersebut terutama terhadap kemungkinan terjadi turbulensi ekonomi yang mengancam, mengapa? Karena chemistry atau sistem ekonomi MEA belum terbentuk secara utuh dan saat ini masih tersekat-sekat dalam bingkai negara masing-masing. Begitu sekat itu dibuka akan terjadilah perpaduan berbagai sistem, aturan, dan standar yang sudah tentu berbeda antara satu negara dan lain. Di sinilah potensi terjadi turbulensi ekonomi di dalam MEA tersebut muncul. Sistem perekonomian MEA akan mengalami pergolakan untuk mencapai suatu kesetimbangan baru yang bernama sistem perekonomian MEA. Lihat saja Masyarakat Ekonomi Eropa (MEE) yang sudah lama terbentuk, hingga saat ini pun masih sering mengalami konflik dalam menetapkan kebijakan-kebijakan ekonominya. Inovasi atau Mati Lalu apa yang mesti kita lakukan dalam waktu yang tidak lama lagi ini? Ancang-ancang memang telah lama dilakukan oleh pemerintah di antaranya melalui program percepatan pertumbuhan ekonomi Indonesia, reformasi birokrasi dan perpajakan, perbaikan dan pembangunan infrastruktur, mempersiapkan tenaga kerja siap pakai dan terdidik melalui sekolah-sekolah kejuruan (SMK), mengembangkan ekonomi kreatif dan kewirausahaan dan sebagainya. Bagaimana hasilnya? Belum terlihat nyata. Tengok saja, sistem infrastruktur terutama untuk mendukung transportasi dan distribusi masih sangat terbatas. Tenaga kerja kita walaupun melimpah masih tergolong mahal, di mana Indonesia menempati urutan termahal ketiga setelah Singapura dan Malaysia. Jika demikian keadaannya, bagaimana kita mampu bersaing? Kita akan mampu bersaing jika kita mampu memproduksi barang atau jasa dengan kualitas lebih baik, harga yang lebih murah, dan waktu pengiriman yang lebih singkat. Dengan fakta-fakta yang saya sebutkan diatas dan kita lihat dan rasakan sendiri saat ini, apakah mungkin? Pertanyaan yang sangat mudah dijawab bukan? Tidak ada jalan lain bagi kita selain bangun dan segera ambil langkah konkret untuk bertahan hidup dengan kata lain kita harus segera keluar dari zona nyaman dan lakukan sesuatu. Sesuatu dalam arti kreatif atau inovasi. Inovasi atau mati! Jangan lagi kita berpikir bahwa semua akan baik-baik saja karena kita memiliki segalanya untuk bertahan, sumber daya alam, pasar, dan tenaga kerja. Percaya diri
  • 34. dan optimisme boleh-boleh saja, tetapi jangan sampai membuat kita terbuai dan menghalangi kita untuk melakukan perubahan dan terobosan baru. Kita mungkin berpikir bahwa kita sudah berusaha, sibuk, dan lelah. Tetapi, tanpa disadari kita sedang terperangkap pada lingkaran sistem yang salah dan tidak bergerak ke mana-mana. Sementara orang di sekitar kita sudah bergerak entah ke mana jauh meninggalkan kita. Inovasi tidak terfokus secara khusus pada penciptaan atau penggunaan teknologi baru yang hebat, tetapi mengembangkan model bisnis baru, strategi, dan sistem yang baru juga sama pentingnya, bahkan kadang-kadang lebih penting (Davila: 2006). Bagi pemerintah memperbaiki sistem birokrasi dan memangkas proses adalah inovasi. Membuat sistem pengaturan lalu lintas di jalan dan pelabuhan yang dapat mengurangi kemacetan dan antrean adalah inovasi. Bagi pengusaha, membuat sistem yang efisien untuk meningkatkan kualitas produk dengan harga lebih murah adalah inovasi. Bagi karyawan, meningkatkan waktu kerja produktif dari empat jam sehari menjadi enam jam sehari adalah inovasi! 34 Inovasi adalah melakukan kreativitas, perubahan, terobosan (breakthrough) yang memberikan nilai tambah. Jadi, tunggu apa lagi, keluarlah dari zona nyaman, lakukan inovasi! ● HANDI SAPTA MUKTI Praktisi Manajemen & Teknologi Informasi
  • 35. 35 UU Kelautan dan Laut Kita Koran SINDO 2 Oktober 2014 Saya membacanya di sebuah media online. Begini ceritanya. Sabtu, 11 Januari 2014, sebuah kapal berbendera Indonesia berangkat dari Pelabuhan Teluk Bayur di Padang, Sumatera Barat. Kapal yang mengangkut 2.300 metrik ton semen itu hendak menuju Pulau Nias di sebelah barat Sumatera. Jaraknya tidak jauh bukan? Beberapa saat setelah bertolak dari pelabuhan, tiba-tiba petugas Keamanan Laut (Kamla) dari TNI Angkutan Laut mengejar kapal tersebut. Mereka memaksa naik, memeriksa kapal dan menahannya selama sekitar 22 jam. Padahal, sebelumnya pihak syahbandar dan otoritas pelabuhan sudah memberikan surat persetujuan untuk berlayar. Kasus serupa berulang esok harinya. Kapal berbendera Hong Kong berangkat dari Pelabuhan Teluk Bayur menuju China. Kapal itu memuat 32.000 metrik ton bijih besi. Meski dokumen keberangkatan sudah lengkap, petugas Kamla TNI AL bersikeras untuk memeriksa kapal. Akibatnya pemberangkatan kapal tertunda sekitar 15 jam. Sampai sekarang tak pernah terungkap apa yang terjadi di atas kapal-kapal tersebut. Kita tentu hanya bisa menduga-duga. Sebagai orang kampus dan praktisi bisnis, saya pasti menunggu jawaban dan jalan keluarnya. Mahasiswa saya selalu menanyakan, kapan negeri ini menjadi lebih baik? Mereka juga gemes, tangannya gatal untuk melakukan perubahan. Apa pun, kasus itu menjadi potret dari buruknya koordinasi antarinstansi di pelabuhan-pelabuhan kita. Pemicunya boleh jadi karena banyaknya instansi yang merasa punya hak dan bertanggung jawab untuk ikut mengurus pelabuhan di Indonesia. Lihat saja, di sana ada aparat Imigrasi, Bea Cukai, Badan Karantina, kepolisian, otorita pelabuhan, syahbandar, otoritas kesehatan, dan bahkan TNI AL. Mereka tidak menyadari, waktu yang hilang akibat pemeriksaan yang semena-mena, berita negatif tentang negeri yang sungguh tidak efisien dan semuanya asyik main sendiri-sendiri serta kerugian ekonomi yang muncul akibat perilaku-perilaku buruk itu. Mengurus laut adalah mengurus pelabuhan, transportasi, birokrasi dan logistiknya. Jika mengurus birokrasi pelabuhannya saja sudah amburadul, hampir pasti mengurus lautnya juga bakal kacau balau. Bagi saya, buruknya koordinasi di pelabuhan adalah potret dari lemahnya kepemimpinan kita. Saya petik saja sebuah kutipan dari www.thinkexist.com, ”Leadership has to do with
  • 36. direction. Management has to do with the speed, coordination and logistics in going in that direction.” Jadi, menetapkan arah adalah tugas dari seorang pemimpin. Jika arahnya tak jelas, kecepatan dan koordinasi menjadi masalah. Juga, tak ada dukungan logistik untuk itu. 36 Optimalkan Potensi Senin (29/9) lalu kita baru saja mengetuk palu untuk mengesahkan RUU Kelautan menjadi UU Kelautan. Hadirnya undang-undang ini, saya kira, patut menjadi catatan tersendiri. Sebab, sebetulnya kita sudah sejak 1999 memiliki portofolio menteri kelautan dan perikanan— meski waktu itu di era Pemerintahan Abdurrahman Wahid (1999-2001) namanya masih menteri eksplorasi laut. Kemudian undang-undang itu juga baru hadir setelah kita 69 tahun merdeka. Jadi, begitu lama dan kita harus membayarnya dengan harga yang sangat mahal. Lihat saja, setiap tahun Indonesia harus menanggung rugi ratusan triliun rupiah akibat ikan-ikan kita dicuri oleh nelayan-nelayan asing. Semua akibat ketidakmampuan kita menjaga laut kita sendiri. Kita juga tidak berhasil memanfaatkan kekayaan laut secara optimal. Padahal, selain ikan, masih banyak kekayaan laut lainnya yang bisa kita eksplorasi. Misalnya, dalam bentuk sumber daya terbarukan, seperti rumput laut, hutan mangrove, atau terumbu karangnya. Laut kita juga menyimpan sumber daya alam yang tidak terbarukan, seperti minyak, gas serta hasil tambang dan mineral lain, yang belum kita eksplorasi. Kita masih tertinggal dalam pengembangan teknologi eksplorasi di laut dalam. Kita juga belum berhasil mengonversi energi yang tersimpan di laut menjadi energi yang bisa kita pakai dalam kehidupan sehari-hari. Misalnya, dalam bentuk pembangkit listrik bertenaga arus laut, energi gelombang, atau bahkan dari panas laut. Kita juga belum mengoptimalkan potensi laut sebagai salah satu kekayaan wisata. Di sini wisata bahari belum berkembang sebagaimana layaknya wisata di daratan. Mungkin pengenalan kita akan laut baru sebatas pada pantai dan pulau-pulaunya. Belum laut dengan kehidupan para nelayannya. Untuk memastikan hal itu, kita bisa mengujinya dengan cara sederhana. Cobalah minta anak-anak Anda untuk menggambar petani. Mereka akan dengan mudah menggambar seseorang yang berdiri di tengah sawah dengan memakai caping dan memanggul cangkul. Sekarang cobalah minta anak-anak kita menggambar sosok seorang nelayan? Sebagian mungkin akan kebingungan. Snowball Effect Baiklah kita bicara dalam potret global. Indonesia adalah negara kelautan yang ditaburi oleh sekitar 17.504 pulau. Saya menyebut ”sekitar” untuk menggambarkan betapa kita sebetulnya belum mempunyai data yang akurat soal jumlah pulau ini. Angka 17.504 pulau saya ambil dari data Kementerian Pertahanan. Data dari instansi lain hampir pasti akan berbeda-beda.
  • 37. Lokasi kita juga sungguh sangat strategis. Dulu kegiatan ekonomi terpusat di poros Atlantik atau di negara-negara maju di kawasan utara. Kini hampir 70% kegiatan perdagangan dunia terjadi di kawasan Asia-Pasifik. Lalu, dari seluruh kegiatan perdagangan di kawasan tersebut, 75 persennya dikirimkan melalui transportasi laut. Ini yang mungkin kita belum banyak tahu. Rupanya kapal-kapal yang mengangkut barang-barang yang diperdagangkan di kawasan Asia-Pasifik tersebut melintasi tiga selat kita, yakni Selat Lombok, Selat Makassar, dan Selat Malaka. Mantan Menteri Perikanan Rokhmin Dahuri memperkirakan nilai barang yang melintasi kawasan kita mencapai USD1.500 triliun per tahun. Ini kira-kira setara dengan Rp17.250 biliun, atau hampir 10.000 kali lipat dari APBN kita untuk tahun 2014. Dengan nilai transaksi yang sebesar itu, Indonesia sebetulnya sangat potensial untuk menjadi pusat atau jantung perdagangan di kawasan Asia-Pasifik. Kita mestinya bisa memetik banyak manfaat lalu lintas perdagangan tersebut. Kenyataannya? 37 Saya kira kita masih membuat daftar panjang tentang betapa lemahnya kita dalam mengoptimalkan kekayaan laut dan kawasan perairannya. Lalu, sejauh mana UU Kelautan bisa menjadi payung hukum untuk membuat kinerja sektor kelautan optimal? Saya punya satu asumsi sederhana. Kalau ingin mengoptimalkan kinerja sektor kelautan, kita harus mulai membereskan benang kusut di pelabuhan-pelabuhan kita. UU Kelautan punya daya gedor untuk itu. Salah satunya adalah soal Kamla tadi. UU Kelautan menegaskan bahwa untuk urusan Kamla bakal ditangani oleh satu lembaga tunggal yang kalau di luar negeri semacam Sea & Coast Guard. Jadi dengan adanya satu lembaga tunggal, tak perlu lagi petugas Kamla TNI AL memaksa untuk naik dan memeriksa kapal, sebagaimana terjadi di Pelabuhan Teluk Bayur tadi. Itu baru satu. Tapi, kalau yang satu ini berhasil kita bereskan, dampaknya bisa seperti snowball effect. Sekali bergulir, ia kian sulit dihentikan. Malah kian lama malah justru kian membesar. Saya bukan hanya berharap itu terjadi, tetapi yakin itu bakal terjadi. Saya percaya ini akan menjadi perhatian serius presiden terpilih, Indonesia akan punya menteri maritim yang hebat, dan untuk itu birokrasi pun wajib diremajakan. Perubahan membutuhkan orang-orang tangguh yang mau berkorban. Ayo dong! RHENALD KASALI Pendiri Rumah Perubahan @Rhenald_Kasali
  • 38. 38 E-bank dan Pembangunan Berkelanjutan Koran SINDO 2 Oktober 2014 Di era pemerintahan Joko Widodo (Jokowi)-Jusuf Kalla (JK) mendatang, Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara (APBN) diperkirakan akan terus mengalami defisit. Betapa tidak, beban anggaran keuangan negara dengan subsidi energi yang mencapai Rp300 triliun terus menggerogoti. Ditambah dengan beban bunga utang luar negeri yang semakin besar, membuat pemerintahan Jokowi-JK dihadapkan pada persoalan fiskal yang terus mengimpit dan perlu segera diselesaikan. Seperti layaknya sebuah perusahaan, negara ini membutuhkan anggaran belanja untuk bisa terus melakukan ekspansi, membangun, dan meningkatkan kesejahteraan rakyatnya. Untuk itu, berbagai solusi dibutuhkan agar Indonesia memiliki kemampuan untuk terus membiayai pembangunan infrastruktur untuk mendongkrak ekonominya. Selain pengurangan beban subsidi energi dan penghematan belanja pemerintah yang tidak produktif, salah satu solusi untuk mengatasi minimnya pembiayaan pemerintah adalah dengan mendongkrak investasi swasta. Namun, investasi swasta juga membutuhkan pembiayaan, yang salah satunya dari perbankan. Di tengah ketatnya likuiditas keuangan saat ini, sudah sewajarnya jika perbankan juga melakukan inovasi untuk menghimpun pembiayaan dari masyarakat. Bank tidak bisa hanya mengandalkan cara-cara tradisional dengan menggunakan instrumen deposito ataupun tabungan untuk menghimpun dana masyarakat. Diperlukan langkah cerdas untuk menarik masyarakat yang selama ini belum bersentuhan dengan perbankan, agar percaya dan mau memasukkan sebagian dananya di bank. Bank sebagai agent of development harus bisa melaksanakan fungsinya memobilisasi dana untuk pembangunan ekonomi di suatu negara. Kegiatan bank berupa penghimpun dan penyalur dana sangat diperlukan bagi lancarnya kegiatan perekonomian di sektor riil. Dengan dana itu maka memungkinkan masyarakat melakukan kegiatan investasi, kegiatan distribusi, serta kegiatan konsumsi barang dan jasa. Persoalannya, sampai saat ini penetrasi bank masih di bawah 50% populasi masyarakat Indonesia. Penetrasi perbankan kalah jauh dengan penetrasi telepon seluler atau handphone yang mencapai lebih dari 120% populasi. Penetrasi yang mencapai lebih dari 100% menunjukkan bahwa banyak orang Indonesia memiliki lebih dari satu telepon seluler (ponsel) atau gadget lain. Diperkirakan, selisih antara jumlah pelanggan ponsel dan jumlah nasabah bank setara dengan jumlah orang yang tidak memiliki rekening bank (unbanked). Jumlah unbanked-people ini ke depan akan terus bertambah karena penetrasi ponsel ke daerah-daerah terpencil akan terus tumbuh dan meluas.
  • 39. Sementara itu, bank tidak mungkin membangun kantor cabang di daerah yang tidak layak secara ekonomis, sebab jumlah calon nasabah minim sedangkan biaya operasional tinggi. Dengan kondisi itu, penduduk di daerah akan semakin sulit tersentuh perbankan, karena kecil kemungkinan bagi mereka menabung setiap hari, misalnya Rp10.000 di kantor cabang bank tertentu yang letaknya jauh. Selain letak geografis, alasan psikologis lain seperti malu dan enggan berhubungan dengan urusan administrasi perbankan, juga bisa menjadi sebab. 39 Lalu, bagaimana caranya agar penetrasi ponsel yang mencapai lebih dari 120% bisa dimanfaatkan untuk menghimpun dana masyarakat? Bagaimana agar potensi unbanked-people ini bisa menyukseskan fungsi agent of development perbankan? Untuk menjembatani jumlah unbanked-people yang terus bertambah, perbankan dan operator telepon seluler harus membuka kesempatan bagi masyarakat di remote & rural area tersebut untuk bisa menabung melalui handphone. Dengan begitu maka tidak akan ada lagi hambatan jarak dan psikologis untuk menabung. Perilaku masyarakat yang sudah cukup lama terbiasa mengisi ulang pulsa telepon bisa diubah dari “mengisi deposit prabayar” menjadi “mengisi deposit e-bank“. Sinergi perbankan dengan operator telekomunikasi ini menjadi langkah pertama membawa unbanked-people memasuki dunia perbankan. Dengan sinergi ini, penyelenggara jaringan telekomunikasi menyiapkan server berisi platform virtual-banking dan platform micro-payment. Nantinya penyedia seluler dan mitra perbankan bisa mengonversi nomor telepon seluler, yang juga merupakan nomor rekening. Adapun bank mitra yang mengelola rekening tabungan dan semua kegiatan perbankan. Outlet mitra penyelenggara telekomunikasi juga bisa berfungsi sebagai loket teller (cash-in/cash-out) dari bank mitra tersebut. Dalam pengembangannya, deposit e-bank yang secara rata-rata lebih dari Rp20.000 dapat juga digunakan untuk membayar belanja-belanja kecil (micro-payment) dan sebagian lagi disetor ke rekening tabungan melalui sistem virtual-banking. Misalnya setiap Minggu Rp5.000-10.000 atau lebih. Hanya, agar program itu berhasil diperlukan penyediaan infrastruktur jaringan telekomunikasi di seluruh wilayah NKRI. Dengan fasilitas jaringan yang memadai dan dengan cakupan luas, semua pelanggan telepon seluler yang unbanked di remote & rural area dapat difasilitasi untuk memiliki rekening tabungan. Bahkan dengan e-bank, mereka bisa melakukan micro-payment atau pun remitten secara mudah. Dengan rekening tabungan itu pula, mereka dapat terlibat dalam kegiatan perbankan dan membiayai pembangunan. Secara individu mungkin nilai nominalnya relatif kecil, namun melihat potensinya yang besar maka secara akumulatif nasional jumlah totalnya pasti akan sangat besar. Hanya dengan cara inilah program Financial-Inclusion dapat dicapai dalam waktu yang singkat. Semoga pemerintah RI 2014-2019 bisa memprioritaskan ini di tahun pertama pemerintahan. ●
  • 40. 40 NONOT HARSONO Komisioner Badan Regulasi Telekomunikasi Indonesia ( BRTI)
  • 41. 41 Perguruan Tinggi dan Innovation Driven Economy Koran SINDO 6 Oktober 2014 Laporan Daya Saing Global 2014–2015 yang dikeluarkan World Economy Forum (WEF) awal September lalu menempatkan Indonesia pada peringkat ke-34 atau naik 4 peringkat dari 2013–2014. Peningkatan daya saing Indonesia ini sekaligus mengonfirmasi sejumlah hasil laporan yang menempatkan Indonesia sebagai destinasi investasi utama. Predikat sebagai negara tujuan utama investasi didukung sejumlah faktor yang telah dicapai dalam beberapa tahun ini, misalnya perbaikan infrastruktur, reformasi birokrasi, kebijakan industrialisasi, dan pengembangan iptek. Dengan peringkat daya saing di urutan ke-34 dari 144 negara yang menjadi sampel WEF, Indonesia dikelompokkan dalam kategori negara efficiency-driven economies atau selangkah lagi menuju innovation driven economies. Salah satu pilar yang mendorong peningkatan daya saing seperti yang dilaporkan WEF adalah inovasi dan pengembangan iptek. Inovasi dan pengembangan iptek diyakini mampu memberi daya dorong yang lebih kuat, tidak hanya terhadap peningkatan daya saing bangsa, melainkan juga terkait perbaikan peradaban manusia. Salah satu entitas yang berperan penting dalam pengembangan iptek dan inovasi adalah perguruan tinggi (PT). PT menjadi media pembelajaran dan pendidikan yang diharapkan mampu melahirkan gagasan-gagasan yang bermanfaat, baik dalam kehidupan sosial maupun ekonomi-politik. Dorongan pendidikan berbasis masyarakat sesuai arahan Undang-Undang (UU) Sistem Pendidikan Nasional melahirkan berbagai ide kreatif dalam mengemas kurikulum pendidikan tinggi semisal experiential learning, collaborative learning, student center learning dan case study method. Salah satu pendekatan lain yang kini telah banyak dikembangkan universitas-universitas terkemuka dunia adalah kerja sama universitas serta dunia usaha dalam pengembangan iptek dan inovasi. Dalam Rencana Pembangunan Jangka Panjang Nasional (RPJPN) 2005–2025, saat ini Indonesia berada pada periode Rencana Pembangunan Jangka Menengah Nasional III (RPJMN 2015–2019). Berlandaskan kesinambungan RPJMN sebelumnya (2005– 2009, 2010–2014), RPJM III ditujukan untuk lebih memantapkan pembangunan secara menyeluruh di berbagai bidang dengan menekankan pencapaian daya saing kompetitif perekonomian berlandaskan keunggulan sumber daya alam dan sumber daya manusia berkualitas serta kemampuan ilmu dan teknologi yang terus meningkat.
  • 42. Sinkronisasi pembangunan iptek dalam pendidikan diharapkan dapat mendorong peningkatan kualitas sumber daya manusia serta relevansi pendidikan dengan berbagai aspek kehidupan masyarakat, termasuk di dalamnya mendorong ekonomi bernilai tambah. Pembangunan iptek diarahkan untuk menciptakan dan menguasai ilmu pengetahuan, baik ilmu pengetahuan dasar maupun terapan serta mengembangkan ilmu sosial dan humaniora untuk menghasilkan teknologi dan memanfaatkan teknologi hasil penelitian, pengembangan, dan perekayasaan bagi kesejahteraan masyarakat, kemandirian, dan daya saing bangsa. Pembangunan iptek ini pulalah yang menjadi dasar pembangunan ekonomi yang berbasis pengetahuan yang akan memberi dampak luas terhadap berbagai dimensi ekonomi khususnya mengenai kesejahteraan masyarakat. Dalam beberapa tahun terakhir, pendapatan per kapita masyarakat terus meningkat hingga mencapai USD4.000 saat ini. Dalam program MP3EI, pada akhir 2025 Indonesia ditargetkan menjadi negara ekonomi maju (innovation-driven economy) dengan target pencapaian pendapatan per kapita hingga 2025 dalam dokumen MP3EI ada di kisaran USD14.000– 15.000 dengan economy size (PDB) USD4 triliun– 4,5 triliun. Target peningkatan pendapatan per kapita (PDB per kapita) menuju negara maju hanya akan tercapai melalui pengembangan riset, iptek, dan budaya inovasi, khususnya di perguruan tinggi. Melalui pengembangan pemanfaatan riset dan inovasi, nilai tambah dan perluasan rantai nilai, baik dalam proses produksi maupun distribusi, dapat terus meningkat sekaligus menjadi katalisator yang mendorong peningkatan pendapatan per kapita masyarakat. Melalui pengembangan pemanfaatan riset, iptek, dan budaya inovasi di perguruan tinggi, penguatan sistem inovasi nasional di sisi produksi, proses maupun pemasaran untuk penguatan daya saing global yang berkelanjutan menuju innovation driven economy akan dapat dicapai. 42 Mengapa demikian? Tentunya pada era ekonomi berbasis pengetahuan, mesin pertumbuhan ekonomi sangat bergantung pada kapitalisasi hasil penemuan menjadi produk/jasa inovatif. Dalam konteks ini, peran sumber daya manusia yang berpendidikan menjadi kunci utama mendukung pertumbuhan ekonomi yang berkesinambungan. Oleh karena itu, perguruan tinggi harus mampu menjadi salah satu pusat produksi dan distribusi gagasan-gagasan/ produk/kebijakan yang inovatif, menjadi medium penyelarasan berbagai entitas yang menyusun daya saing nasional. Aliansi sektor pendidikan dengan sektor-sektor lain menjadi ”keharusan” yang tidak bisa dihindari sebagai akibat derasnya perubahan yang terjadi di sekitar kita. Paradigma pasar input dan output pendidikan yang selama ini terkesan tidak selaras dengan lingkungannya, menegasikan kepekaan sosial, dan kecenderungan egoisme-sentris menjadi tantangan dalam meredesain kembali model pembelajaran di pendidikan tinggi. Redesain model pembelajaran yang dilakukan diharapkan dapat menjawab tantangan dan tuntutan lingkungan serta peradaban sehingga kontribusi pendidikan tinggi dapat lebih dirasakan oleh para pemangku kepentingan yang ada.
  • 43. Di berbagai universitas terkemuka dunia, pengelolaan riset yang dipadukan dengan kebutuhan dunia usaha telah menjadi patron yang terus dipromosikan. Bahkan dengan model penyelarasan ini, sejumlah produk inovatif telah banyak dihasilkan. Produk-produk ini bahkan telah mengubah tatanan peradaban manusia. Di Universitas Osaka Jepang misalnya telah lama dilakukan program kerja sama dengan berbagai industri khususnya dalam hal pengembangan teknologi. Atau Universitas Bologna dengan menawarkan program desain fitur dan model bagi industri makanan-minuman di dunia. Atau universitas-universitas di Amerika yang telah lama mengembangkan research park sebagai wahana untuk mempertemukan kegiatan riset dan kebutuhan dunia usaha. 43 Taruhlah Massachusetts Institute of Technology (MIT) dengan MIT Medialab atau University of Illinois Research Park yang berfungsi sebagai rumah inovasi bagi perusahaan-perusahaan global seperti Yahoo!, Anheuser- Busch InBev, John Deere, Caterpillar, Dow, Neustar, State Farm, Citrix, Raytheon, dan Abbott. Atau misalnya Iowa State University Research Park yang memediasi dunia usaha, peneliti, dan masyarakat dalam mengembangkan gagasan-gagasan inovatif tidak hanya terkait dengan produk-produk komersial, tetapi juga humanity. Bagi Indonesia, kebutuhan menghadirkan kemitraan-kemitraan seperti contoh di atas menjadi urgensi dalam 5 hingga 15 tahun ke depan. Pola kemitraan strategis seperti contoh di atas dapat diterapkan di Indonesia melalui kemitraan strategis antara perguruan tinggi dan dunia usaha. Upaya ini akan semakin terakselerasi jika mendapat dukungan atau skema stimulus baik dari pemerintah pusat maupun daerah. Selain itu, sejumlah lembaga litbang di pemerintahan seperti LIPI, Puspitek, Lapan, dan Batan juga perlu disinergikan dalam suatu gerakan yang terintegrasi dengan entitas lain, khususnya perguruan tinggi dan dunia usaha. Pengembangan research-entrepreneurial university menjadi salah satu solusi yang dapat dikembangkan dalam meraih cita-cita pembangunan nasional. Dengan semangat ini, target menjadi negara maju akan semakin mudah diwujudkan. PROF FIRMANZAH PhD Staf Khusus Presiden Bidang Ekonomi dan Pembangunan
  • 44. 44 7-Eleven, Transformasi Bisnis PT Modern Internasional Tbk Koran SINDO 7 Oktober 2014 PT Modern Internasional Tbk memulai bisnis fotografi dan menjadi sole distributor Fuji Film Jepang sejak 1971. Sejak saat itu, perusahaan terus bergerak mengembangkan beragam varian produk fotografi sesuai kebutuhan konsumen di Indonesia. Bahkan melalui anak usahanya, perusahaan terus mengembangkan toko ritel Fuji Image Plaza di seluruh pelosok Tanah Air melengkapi toko ritel foto milik mitra Fuji Film yang sudah tersebar luas. Ini ditujukan agar dapat memenuhi kebutuhan konsumen dan memudahkan aktivitas mereka akan produk-produk fotografi. Semua produk selalu tersedia sesuai lifestyle serta perkembangan teknologi fotografi yang ada saat itu. Dari teknologi yang benar-benar konvensional dan tradisional, semidigital hingga teknologi digital yang akhirnya menguasai hampir seluruh bisnis fotografi. Perkembangan teknologi memang tidak dapat dihindari lagi. Era digitalisasi telah menurunkan bisnis fotografi konvensional yang selama ini dilakukan oleh perusahaan. Hanya dalam hitungan kurang dari lima tahun, perkembangan teknologi ini telah menurunkan lebih dari 50% bisnis yang ada. Semua produk berubah dan berganti, peralatan pendukung berubah, perilaku konsumen berubah dengan sangat cepat, sehingga supply and demand pun tidak dapat berimbang yang otomatis memengaruhi bisnis perusahaan. Perkembangan teknologi digital yang luar biasa dalam industri fotografi telah memaksa perusahaan melakukan perubahan bisnis demi menyelamatkan perusahaan. Sejak tahun 2006, perusahaan mulai mencari bisnis baru yang dipersiapkan akan mentransformasikan bisnis utama perusahaan. Bisnis ritel convenience 7-Eleven yang menjadi pilihan. Selang dua tahun kemudian, melalui proses panjang, akhirnya PT Modern Internasional Tbk dapat menandatangani LOI dengan 7-Eleven Internasional pada 2008 dan dapat membuka outlet pertamanya akhir 2009. Sejak 2009 hingga 2014 ini, bisnis 7-Eleven adalah sebuah bisnis transformasi bagi PT Modern International Tbk. Bisnis ritel convenience store ini telah menggantikan bisnis fotografi yang sudah dilakukan perusahaan lebih dari 50 tahun. Pada tahun 2010, 7-Eleven baru dapat mengontribusikan penjualan sebesar 10% terhadap total penjualan perusahaan. Dan kini di 2014, bisnis 7-Eleven sudah mengontribusikan penjualan sebesar 64% terhadap total penjualan bisnis PT Modern Internasional Tbk. Melihat perkembangan bisnis yang dicapai, perusahaan yakin bahwa bisnis ini akan terus berkembang
  • 45. di tahun-tahun selanjutnya. Prospek bisnis ritel seperti yang dilakukan 7-Eleven di Indonesia diyakini akan terus meningkat seiring perubahan perilaku konsumen dan gaya hidup masyarakat. Masyarakat saat ini memanfaatkan convenience store tidak hanya untuk memenuhi kebutuhan rumah tangga seperti sebelumnya. Saat ini masyarakat mengunjungi convenience store untuk memenuhi kebutuhan makan dan minum. Convenience store di modern market lebih populer dibandingkan dengan format besar seperti supermarket dan hypermarket, serta lebih populer juga dibandingkan traditional market sehingga pertumbuhannya pun semakin cepat. Data dari McKinsey, tahun 2011 sebanyak 66% konsumen membeli makanan dan minuman di convenience store, dan angka ini meningkat di tahun 2013, konsumen yang membeli makanan dan minuman di convenience store sekitar 71%. Dalam beberapa data dan fakta serta informasi terkini yang kita terima dari Euromonitor tentang customer insight Indonesia tahun 2013, disebutkan bahwa dalam lifestyle masyarakat perkotaan, masyarakat harus menghadapi dinamika kehidupan yang serbacepat dan sibuk sehingga memenuhi kebutuhan akan makanan dan minuman di luar rumah menjadi sesuatu yang sangat umum. Selain itu terdapat fakta, wanita pekerja populasinya atau jumlahnya semakin besar, 59,6% bekerja sebagai entrepreneur dan 25,3% bekerja sebagai karyawan kantoran.Kebanyakan dari mereka yang merupakan generasi masa kini dan untuk generasi-generasi selanjutnya, para wanita ini tidak lagi atau jarang yang belajar memasak. Sehingga mereka memenuhi kebutuhan hidupnya bahkan kebutuhan rumah tangga dengan cara membeli, sesuatu yang praktis bisa dilakukan. 45 Fakta terakhir yang kita bisa lihat, semakin banyak dan pesatnya pembangunan perumahan vertikal yang menandakan populasi penduduk semakin meningkat. Perumahan vertikal itu pun luasnya tidak besar, sangat simpel dengan ruangan dapur yang juga tidak besar. Sejumlah fakta di atas menunjukkan masyarakat perkotaan semakin hari akan semakin membutuhkan segala sesuatu yang bersifat cepat, mudah, praktis dan dengan harga terjangkau sesuai gaya hidup yang mereka jalani saat ini termasuk juga di dalamnya pemenuhan kebutuhan akan makanan dan minuman. Mereka membutuhkan makanan dan minuman yang siap saji, praktis, mudah didapat, harga terjangkau dan tentunya makanan serta minuman yang sehat, bersih dan segar sesuai kesadaran akan kesehatan yang juga meningkat. Meningkatnya jumlah kelas menengah di Indonesia serta naiknya produk domestik bruto (PDB) karena konsumsi domestik yang meningkat, menjadikan bisnis ritel di Indonesia semakin kompetitif. Untuk pertumbuhan pasar ritel modern di Indonesia, sesuai data dari Aprindo, dari tahun 2012 meningkat 9,6% menjadi Rp148 triliun di tahun 2013 dan diperkirakan akan meningkat 10% di tahun 2014 menjadi Rp162,8 triliun. Perkembangan dan pertumbuhannya ini tidak kalah dengan di negara lain mengingat karakteristik, kemampuan