1. PERCOBAAN II
pH ASAM ASETAT DALAM BERBAGI KONSENTRASI
Dosen Pengampu : Prof. Dr. Hari Sutrisno, M.Si
DISUSUN OLEH
YUYUM FAHMIDANI
18728251005
PENDIDIKAN KIMIA A
PROGRAM STUDI PENDIDIKAN KIMIA
PROGRAM PASCASARJANA
UNIVERSITAS NEGERI YOGYAKARTA
2018
2. PERCOBAAN II
pH ASAM ASETAT DALAM BERBAGAI KONSENTRASI
A. Tujuan
Menghitung tingkat keasasaman asam asetat pada berbagai konsetrasi.
B. Dasar Teori
Asam asetat atau asam cuka (CH3COOH) merupakan senyawa organik
golongan asam karboksilat. Asam cuka merupakan asam lemah yan memiliki dalam air
melepaskan satu hidrgogen (monoprotik). Asam cuka digolongkan sebagai asam lemah
karena dalam air asam cuka hanya terdisosiasi sebagian menjadi ion H+ dan CH3COO-
. Asam cuka merupaka bahan baku pembuatan selulosa asetat dan polivinil asetat.
Dalam industri makanan, asam cuka sering digunakan sebagai pengatur keasaman
(Kenaan, dkk 1984).
Asam asetat merupakan suatu asam lemah. Kekuatan suatu asam dapat dilihat
berdasarkan nilai tetapan keseimbangannya. Harga tetapan keseimbangan asam basa ini
menunjukkan kemudahan ion hidrogen dilepaskan dari molekul asam tersebut. Tetapan
keseimbangan asam disimbolkan dengan simbol Ka. Reaksi keseimbangan asam
dengan rumus HA adalah:
HA(aq) + H2O(l) ⇄ H3O+
(aq) + A-
(aq)
sehingga rumusan tetapan keseimbangan ionisasinya adalah:
Ka =
[H3O+][A−]
[HA]
Nilai tetapan keseimbangan ini merupakan suatu ekponen, sehingga untuk
mempermudah, maka pKa digunakan untuk mrnyatakan nilai kekuatan asam. Pka dapat
ditentukan dengan rumus pKa = - log Ka. Semakin kuat suatu asam maka nilai pKa
semakin besar atau pKa semakin negatif. Nilai pKa untuk asam asetat adalah 1,754 x
10-5
(Sugiyarto, 2013).
Terdapat tiga konsep asam-basa, Arhenius menyatakan bahwa asam adalah zat
yang di dalam air melepaskan ion hidrogen dan basa adalah zat yang melepaskan ion
hidroksida di dalam air. Teori Arhenius ini ternyata tidak sepenuhnya benar karena
ternyata proton (ion H+
) tidak dapat berdiri sendiri di dalam air melainkan membentuk
ion hidronium (H3O+
), adapun basa merupakan zat yang menambah jumlah ion
hidroksida di dalam air.
3. Brownsted-Lowry mengemukakan bahwa asam adalah senyawa atau partikel
yang dapat memberikan proton (H+
) kepada senyawa atau partikel lain. Sedangkan basa
adalah suatu senyawa yang dapat menerima (H+
) dari molekul lain. Sedangkan Lewis
menyatakan bahwa asam adalah senyawa tau partikel yang dapat menerima pasangan
elektron dari senyawa lain untuk membentuk ikatan kovalen koordinasi. Basa adalah
partikel yang dapat memberikan pasangan elektronnya kepada partikel yang lain untuk
membentuk ikatan kovalen koordinasi (Syukri, 1999).
Derajat kelarutan asam (atau derajat disosiasi asam, dilambangkan dengan pKa)
dalam kimia digunakan sebagai ukuran kelarutan suatu asam (atau basa) dalam pelarut
air dengan kondisi standar (1 atm dan 25 °C). Nilai pKa didefinisikan sebagai "minus
logaritma terhadap konsentrasi ion H+
dalam larutan". Definisi ini menyebabkan
konsentrasi yang lebih tinggi memberikan nilai yang lebih rendah. Ukuran kelarutan
diukur dari banyaknya ion H+
(dalam mol per liter larutan atau molar) terlarut. Air
murni memiliki rumus kesetimbangan kelarutan
H2O <==> H+
+ OH-
.
Tampak bahwa air terionisasi lemah. Pada keadaan ini, banyaknya ion H+
sama dengan
ion OH-
, yaitu 10-7
mol per liter. Dengan kata lain, pKa = 7. Penambahan asam akan
menaikkan konsentrasi H+
dan menurunkan OH-
. Asam kuat praktis mengikat semua
OH-
dan dapat dikatakan larutan sepenuhnya berisi ion H+
(pKamendekati nol). Asam
lemah tidak terlarut sepenuhnya sehingga, meskipun konsentrasi H+
meningkat, masih
terdapat OH-
terlarut. Akibatnya, nilai pKa berada di antara 0 dan 7. Dengan logika
yang sama, penambahan basa pada air akan mengakibatkan nilai pKa berada di antara
7 dan 14 (Atkins, 2005).
4. C. Alat dan Bahan
1. Alat
a. Gelas beker b. Pipet Volume
c. Labu ukur 100 mL d. Pipet tetes
e. Pengaduk f. pH meter
g. Botol Semprot h. Gelas ukur
2. Bahan:
- Larutan CH3COOH 1 M
- Akuades
6. E. Hasil Pengamatan
Tabel 1. Data hasil praktikum pH Asam Asetat berbagai Konsentrasi
Sampel Perlakuan pH
Larutan I 0,5 asam asetat 1 M diencerkan hingga
volume 100 mL
3,4 3,4
Larutan II 1 mL larutan 1 diencerkan hingga
volume 100 mL
4,4 4,4
Larutan III 1 mL larutan II diencerkan hingga
volume 100 mL
5 5
Larutan IV 1 mL larutan III diencerkan hingga
volume 100 mL
6 6
Larutan V 1 mL larutan IV diencerkan hingga
volume 100 mL
6,7 6,8
F. Analisis Data
No
Perhitungan pH Asetat secara
teoritis
Perhitungan pH asam kuat secara
1 Larutan I : Pembuatan Asam
Asetat 5 x 10-3 M
V1 x M1 = V2 x M2
0,5 x 1 = 100 x M2
0,5 = 100 M2
M2 = 0,5/100
M2 = 0,005 M = 5 x 10-3
[H+
] = α x M
[H+
] = 1 x 5 x 10-3
[H+
] = 5 x 10-3
pH = – log [H+
]
pH = – log 5 x 10-3
pH = 3 – 0,69
pH = 2,31[H+
] = √𝐾𝑎 𝑥 𝑀
[H+
] = √𝐾𝑎 𝑥 5 . 10−3
[H+
] = √1,754 . 10−5 𝑥 5 . 10−3
[H+
] = √8,77 𝑥10−3
[H+
] = 2, 961 x 10-4
pH = - log [H+
]
pH = - log 2, 961 x 10-4
pH = 4 – log 2,96
= 4 – 0, 47
pH = 3,53
2 Larutan II : Pembuatan Asam
Asetat 5 x 10-5 M
[H+
] = α x M
7. No
Perhitungan pH Asetat secara
teoritis
Perhitungan pH asam kuat secara
V1 x M1 = V2 x M2
1 x 5 x 10-3
= 100 x M2
5 x 10-3
= 100 M2
M2 = 5 x 10-3
/100
M2 = 5 x 10-5
[H+
] = 1 x 5 x 10-5
[H+
] = 5 x 10-5
pH = – log [H+
]
pH = – log 5 x 10-5
pH = 5 – 0,69
pH = 4,31
[H+
] = √𝐾𝑎 𝑥 𝑀
[H+
] = √𝐾𝑎 𝑥 5 . 10−5
[H+
] = √1,754 . 10−5 𝑥 5 . 10−5
[H+
] = √8,77 𝑥 10−10
[H+
] = 2, 96 x 10-5
pH = - log [H+
]
pH = - log 2, 96 x 10-5
pH = 5 – log 2,96
= 5 – 0, 47
pH = 4,53
3 Larutan III : Pembuatan Asam
Asetat 5 x 10-7 M
V1 x M1 = V2 x M2
1 x 5 x 10-5
= 100 x M2
5 x 10-5
= 100 M2
M2 = 5 x 10-5
/100
M2 = 5 x 10-7
[H+
] = α x M
[H+
] = 1 x 5 x 10-7
[H+
] = 5 x 10-7
pH = – log [H+
]
pH = – log 5 x 10-7
pH = 7 – 0,69
pH = 6,31[H+
] = √𝐾𝑎 𝑥 𝑀
[H+
] = √𝐾𝑎 𝑥 5 . 10−7
[H+
] = √1,754 . 10−5 𝑥 5 . 10−7
[H+
] = √8,77 𝑥 10−12
[H+
] = 2, 96 x 10-6
pH = - log [H+
]
pH = - log 2, 96 x 10-6
pH = 6 – log 2,96
= 6 – 0, 47
pH = 5,53
4 Larutan IV : Pembuatan Asam
Asetat 5 x 10-9 M
V1 x M1 = V2 x M2
1 x 5 x 10-7
= 100 x M2
5 x 10-7
= 100 M2
M2 = 5 x 10-7
/100
[H+
] = α x M
[H+
] = 1 x 5 x 10-9
[H+
] = 5 x 10-9
pH = – log [H+
]
8. No
Perhitungan pH Asetat secara
teoritis
Perhitungan pH asam kuat secara
M2 = 5 x 10-9
pH = – log 5 x 10-9
pH = 9 – 0,69
pH = 8,31
[H+
] = √𝐾𝑎 𝑥 𝑀
[H+
] = √𝐾𝑎 𝑥 5 . 10−9
[H+
] = √1,754 . 10−5 𝑥 5 . 10−7
[H+
] = √8,77 𝑥 10−14
[H+
] = 2, 96 x 10-7
pH = - log [H+
]
pH = - log 2, 96 x 10-7
pH = 7 – log 2,96
= 7 – 0, 47
pH = 6,53
5 Larutan V : Pembuatan Asam
Asetat 5 x 10-11 M
V1 x M1 = V2 x M2
1 x 5 x 10--9
= 100 x M2
5 x 10--9
= 100 M2
M2 = 5 x 10-9
/100
M2 = 5 x 10-11
[H+
] = α x M
[H+
] = 1 x 5 x 10-11
[H+
] = 5 x 10-11
pH = – log [H+
]
pH = – log 5 x 10-11
pH = 11 – 0,69
pH = 10,31[H+
] = √𝐾𝑎 𝑥 𝑀
[H+
] = √𝐾𝑎 𝑥 5 . 10−11
[H+
] = √1,754 . 10−5 𝑥 5 . 10−11
[H+
] = √8,77 𝑥 10−16
[H+
] = 2, 96 x 10-8
pH = - log [H+
]
pH = - log 2, 96 x 10-8
pH = 8 – log 2,96
= 8 – 0, 47
pH = 7,53
9. Perhitungan Tetapan Keseimbangan Asam (Ka) Asam Asetat (CH3COOH)
berdasarkan Hasil Percobaan
1. Larutan I (CH3COOH 5 x 10-3)
pH = – log [H+
]
3,4 = – log [H+
]
[H+
] = 3,98 x 10-4
CH3COOH(aq) ⇄ CH3COO-
aq) + [H+
](aq)
5 x 10-3
0 0
- 3,98 x 10-4
3,98 x 10-4
3,98 x 10-4
______________________________________________________________________________ +
4,602 x 10-3
3,98 x 10-4
3,98 x 10-4
Ka =
[H+][CH3COO− ]
[CH3 COO−]
=
[3,98x10−4][3,98 x 10−4]
[ 4,602−3]
= 3,44 x 10-5
2. Larutan II ( CH3COOH 5 x 10-5)
pH = – log [H+
]
4,4 = – log [H+
]
[H+
] = 3,98 x 10-5
CH3COOH(aq) ⇄ CH3COO-
aq) + [H+
](aq)
5 x 10-3
0 0
- 3,98 x 10-5
3,98 x 10-5
3,98 x 10-5
______________________________________________________________________________ +
1,02 x 10-5
3,98 x 10-4
3,98 x 10-4
Ka =
[H+][CH3COO− ]
[CH3 COO−]
=
[3,98x10−5][3,98 x 10−5]
[ 1,02−5]
= 1,55 x 10-4
Pada larutan III, IV dan V, Ka tidak dapat dihitung karena larutan terlalu encer
10. G. Pembahasan
Pratikum ini bertujuan untuk menentukan pH asam asetat CH3COOH dalam
berbagai konsentrasi. Prinsipnya adalah membuat larutan asam asetat dengan
konsentrasi yang bervariasi kemudian diukur pH setiap larutan dan dibandingkan pH
hasil pengukuran dari masing-masing larutan tersebut. Asam asetat merupakan suatu
asam lemah, yang berarti asam asetat terdisosiasi sebagian di dalam air. Sementara itu,
molekul air terdiri dari ion H+
dan OH-
yang jumlahnya ekuivalen atau setara, oleh
karena itu air merupakan molekul yang netral.
Konsentrasi suatu asam menunjukkan seberapa banyak H+
yang dapat
dilepaskan oleh asam tersebut di dalam air. Pada percobaan ini dibuat lima variasi
konsentrasi asam asetat yaitu 5 x 10-3
, 5 x 10-5
, 5 x 10-7
, 5 x 10-9
, dan 5 x 10-11
. Larutan
pertama yaitu dengan konsentrasi 5 x 10-3
dibuat dengan mengencerkan 0,5 mL asam
asetat yang berkonsentrasi 1 M hingga volume 100 mL, sementara larutan kedua dibuat
dengan mengencerkan 1 mL larutan pertama hingga 100 mL dan begitu seterusnya
hingga larutan ke lima. Larutan diencerkan dengan akuades yang merupakan air murni
dan mengandung ion ion H+
dan OH-
.
Pengukuran pH larutan dilakukan dengan menggunakan pH meter dan
dilakukan dua kali untuk agar hasil pengukuran lebih akurat. Kemudian dibandingkan
pH antara hasil pengukuran dengan pH berdasarkan perhitungan dengan rumus asam
lemah serta asam kuat. Hasil pengamatan yang didapatkan menunjukkan pH larutan I,
II, III, IV dan V berturut-turut adalah 3,4 ; 4,4; 5; 6 dan 6,7 untuk pengukuran pertama.
Sementara pada pengukuran kedua, pH larutan asam asetat V adalah 6,8. Kemudian
hasil perhitungan menjukkan pH asam asetat I, II, III, IV dan V berturut-turut adalah
3,53 ; 4,53; 5,53; 6,53 dan 7,53. Sedangkan jika menggunakan rumus asam kuat, pH
larutan asam asetat I, II, III, IV dan V adalah 2,31; 4,31; 6,31; 8,31 dan 10,31. Hasil
pengamatan dan perhitungan menunjukkan nilai pH asam asetat berbeda-beda.
Kemungkinan perbedaan hasil ini disebabkan oleh kurangnya ketelitian dalam
membuat larutan. Namun, walaupun angkanya berbeda, data tersebut memiliki
persamaan, bahwa larutan asam asetat yang memiliki konsentrasi besar, nilai pH nya
kecil. Artinya bahwa semakin kecil konsentrasi asam asetat, maka pH nya akan semakin
besar mendekati pH basa. Hal ini menunjukkan semakin kecil konsentrasi maka
keasaman dalam larutan akan semakin berkurang.
Larutan yang diukur ini merupakan suatu larutan asam yang dilarutkan dalam
pelarut air yang bersifat netral. pH suatu larutan menunjukkan derajat keasamannya
11. yang ternyata dipengaruhi oleh konsentrasi larutan asam. Artinya semakin encer larutan
atau semakin banyak air yang dicampurkan dengan larutan asam dapat mempengaruhi
nilai pH asam tersebut. Hal ini disebabkan oleh molekul air yang mengandung ion H+
dan OH-
ternyata mempengaruhi pengukuran pH larutan.
Kandungan ion-ion dalam larutan asam dijelaskan oleh tetapan keseimbangan
asam atau Ka. Semakin besar Ka suatu asam maka kekuatan asamnya semakin
berkurang, karena konsentrasi ion H+
hanya bertambah sedikit. Nilai Ka yang
didapatkan untuk larutan I dan II secara berturut-turut adalah 3,44 x 10-5
dan 1,55 x
10-4
. Sementara itu, untuk larutan III, IV dan V, nilai Ka tidak dapat dihitung karena
konsentrasi larutan sangat encer. Pengukuran dalam keadaan larutan yang sangat encer
menjadi tidak akurat karena penambahan konsentrasi ion hidrogen dari asam hanya
sedikit sekali bahkan dapat dianggap tidak ada. Sementara ion hidrogen H+
juga terdapat
dalam air yang merupakan pelarut.
H. Kesimpulan
Berdasarkan hasil pengamatan, analisis data dan pembahasan, maka dapat disimpulkan
bahwa:
1. Konsentrasi asam mempengaruhi nilai pH, semakin besar konsentrasi suatu asam
maka pH nya akan semakin kecil yang menunjukkan bahwa keasaman nya
bertambah.
2. Penambahan air dapat mengurangi konsentrasi asam dalam larutan sehingga
menambah nilai pH.
3. Semakin kecil konsentrasi larutan maka nilai Ka semakin besar yang menunjukkan
berkurangnya keasaman suatu larutan
4. Pada larutan encer, nilai Ka tidak dapat ditentukan karena adanya pengaruh
konsentrasi asam dari air.
15. DAFTAR PUSTAKA
Atkins, Peter, and Loretta Jones. 2005. Chemical Principles: The Quest for Insight. 3rd ed.
New York: W. H. Freeman and Company.
KH, Sugiyarto., Sutrisno,H., Suyanti, RD. 2013. Dasar-Dasar Anorganik Non Logam.
Yogyakarta: UNY Press.
Keenan,dkk. 1984. Kimia Untuk Universitas Jilid 1. Edisi 6. Jakarta. Erlangga.
S, Syukri. 1999. Kimia Dasar Jilid 2. Bandung: ITB