Dokumen ini memberikan panduan praktik klinis untuk penanganan intoksikasi minuman keras oplosan (methanol). Dokumen ini menjelaskan definisi, gejala klinis, pemeriksaan diagnostik, kriteria diagnosis, terapi, dan prognosis dari intoksikasi methanol. Terapi utama adalah menghambat metabolisme methanol dengan memberikan ethanol atau fomepizole, serta mengatasi asidosis metabolik dengan pemberian natrium bikarbonat. Pasien perlu segera dirujuk ke fasilit
Final sop methanol intoksikasi updated protocol launch
1. PENANGANAN INTOKSIKASI MINUMAN KERAS OPLOSAN
(METHANOL)
No Dokumen: No Revisi: 0 Halaman: /4
Nama & logo Institusi
Panduan
Praktik Klinis
Tanggal terbit: Ditetapkan Oleh:
Direktur/ Kepala Puskesmas
No ICD 10 XIX SOO-T98
Pengertian Merupakan keracunan yang disebabkan oleh pencampuran atau
pengoplosan minuman beralkohol dengan berbagai macam jenis
minuman bersoda dan bahan-bahan lain yang mengandung methanol
yang banyak dijumpai di masyaratkat seperti spiritus, bensin,
tinner,dan bahan larutan fotokopi, bahan spray nyamuk,
Anamnesis Sakit kepala yang parah, penglihatan kabur, napas yang cepat dan
dalam (kusmaul), nyeri perut dan/ diare, muntah, kejang, mengantuk
dan/atau disorientasi setelah meminum alkohol oplosan. Gejala awal
mabuk alkohol dan diikuti dengan gejala berat: sakit kepala hebat,
gejala mata kabur, hiperventilasi yang merupakan gejala cardinal
Gejala terjadi pada 12 sampai 72 jam; biasanya 24 jam, namun
tergantung dari apakah methanol diminum secara simultan (gejala
mungkin akan nampak setelah 8 jam, dan bila gejala nampak lebih
awal maka hal ini dapat disebabkan oleh hal lain)
Pemeriksaan Klinik Inspeksi, observasi, palpasi, auskultasi, pemeriksaan neurologi,
pemeriksaan ophthalmologi, hiting frekuensi respirasi
Pemeriksaan
Penunjang
Lab (Analisa gas darah merupakan kunci dari pemeriksaan
diagnostiknya, Urea, Creatinin, glukosa, elektrolit (Na, K,Cl),
ophthalmoscopy (lihat adanya pseudopapilitis/ hyperemia
papilla=diagnostic), S-formate bila tersedia, dan CT-scan bila
diperlukan.
Kriteria Diagnosis Diagnosis Klinis (ditegakkan di Faskes Tingkat Pertama )
a. Anamnesis : riwayat minum minuman oplosan dalam 24-72 jam,
b. Pemeriksaan fisik: penurunan tajam penglihatan, mengeluhkan
adanya gambaran kapas putih di depan mata (atau gangguan
mata lainnya), sakit kepala hebat, muntah, (dehidrasi), hipotensi/
syok, hypotensi/ shock, hyperventilasi/ nafas Kusmaul,
penurunan kesadaran (coma = prognosa buruk)
Diagnosis Pasti (ditegakkan di Faskes Tingkat Lanjutan):
- Diagnosis Klinis (diatas),
- Kriteria klinis berikut:
a. Fundoskopi tanda-tanda TON (Toxic Optic Neuropathy,
Pseudipilitis/ hiperemi papila)
b. Asidosis Metabolik, lakukan treatmen berikut, bila:
a) Asymptomatic pasien, analisa gas darah normal: observasi
b) pH > 7.2, HCO3 > 15: Berikan Bicarbonat, Observasi minimal
24 jam
c) pH 7.0 - 7.2, HCO3 ≥ 10 : berikan bicarbonat, ethanol (atau
2. PENANGANAN INTOKSIKASI MINUMAN KERAS OPLOSAN
(METHANOL)
No Dokumen: No Revisi: 0 Halaman: /4
Nama & logo Institusi
Fomepizole), Folinic acid/ asam folat, pertimbangkan dilakukan
hemodialisa
d) pH < 7.2, HCO3 < 10: berikan Bicarbonat, ethanol (atau
Fomepizole), lakukan Hemodialisis, Folic Acid
c. Terjadi peningkatan Anion gap >20
d. CT Scan Kepala (lihat perdarahan pada basal ganglia)
Diagnosis Banding Keracunan alkohol atau alcoholic ketoacidosis, keracunan ethylene
glikol, diabetic ketoacidosis, septicemia, trauma/ cedera kepala.
Konsultasi Spesialis - Opthalmology
- Penyakit Tropik dan Infeksi (Interna)
- Neurologi
- Nephrologi
Perawatan
Rumah Sakit
Emergency, Rawat Inap, Rawat jalan
Terapi/ Tindakan
(ICD 9 CM)
1. Prinsip utama pengobatan adalah menghambat metabolisme
methanol dan menghambat proses toksisitas, dengan memberikan
ethanol atau fomepizole. Mengingat Fomepizole sulit didapat dan
sangat mahal, maka pemberian terapi ethanol dapat dilakukan
karena terbukti merupakan pengobatan yang efektif dana man
sejauh dosis pemberian dimonitor. Ethanol yang aman dikonsumsi
ada pada, bir, vodka, gin, atau whiskey dan livesaving (lihat dosis
pemberian)
2. Segera atasi asidosis metabolik dengan pemberian Natrium
Bicarbonat:
• Berikan bicarbonat (NaHCO3) sesegera mungkin, bila
memungkinkan Intravena, untuk koreksi penuh (0.3 x berat
badan x base excess (BE) = mmol buffer (bicarbonate)
• Atau,
a. 500 mmol/L: berikan 250-500mL atau lebih dalam 1-2
jam sampai hyperventilasi terkoreksi (RR 20/menit)˂
b. 167 mmol/L: berikan 1000-1500 mL atau lebih dalam 1-
2 jam sampai hyperventilasi terkoreksi (RR 20/menit)˂
• Pemberian oral: tablet 500 mg (= 6 mmol bicarbonate), 6-
10 tablet setiap jam sampai asidosis/ hyperventilasi
terkoreksi (RR 20/menit)˂
Terapi/ Tindakan
(ICD 9 CM)
1. Ethanol harus segera pada suspek keracunan methanol, efektif
bila diberikan dalam waktu 3 jam sampai 72 jam.
2. Dosis pemberian ethanol: Lihat tabel
3. Bila tersedia alat analisis serum ethanol: hentikan pemberian bila
kadar serum mencapai 100-150 mg/dL
3. PENANGANAN INTOKSIKASI MINUMAN KERAS OPLOSAN
(METHANOL)
No Dokumen: No Revisi: 0 Halaman: /4
Nama & logo Institusi
4. Sebagai acuan lihat Tabel 1
5% ethanol 10% ethanol 20% ethanol 40% ethanol
Dosis Awal 15mL/kg 7.5mL/kg 4mL/kg 2mL/kg
Dosis
(bukan peminum
alcohol rutin)
2mL/kg/jam 1mL/kg/jam 0.5mL/kg/jam 0.25mL/kg/ja
m
Dosis
(peminum
akohol rutin)
4mL/kg/jam 2mL/kg/jam 1mL/kg/jam 0.5mL/kg/jam
Dosis selama HD
(bukan peminum
alkohol rutin)
4mL/kg/jam 2mL/kg/jam 1mL/kg/jam 0.5mL/kg/jam
Dosis selama HD
(peminum
alcohol rutin)
8mL/kg/jam 4mL/kg/jam 2mL/kg/jam 1mL/kg/jam
(NB. Bir mengandung 5%; wine 12-14%; vodka, whisky dan Gin 40-
45% ethanol).
5. Apabila memungkinkan pemberian ethanol melalui oral atau
melalui Naso Gastric Tube (NGT) pada pasien tidak sadar
atau tidak bisa menelan
6. Segera kirim pasien ke Fasilitas Kesehatan Tingkat Lanjut
untuk tindakan HEMODIALISIS
7. Pemberian ethanol dapat dilanjutkan selama proses
hemodialysis (dosis dapat ditingkatkan dan akan dikeluarkan
dari tubuh selama proses dialysis)
Edukasi a. Efek samping pemberian ethanol : gangguan prilaku, sedasi, resiko
aspirasi saat pemberian ethanol
b. Bahaya minuman beralkohol yang di oplos dengan bahan maupun
cairan lain
c. Segera melakukan pertolongan pertama pada keracunan
d. Segera minta pertolongan medis
Prognosis Bila tidak terlambat datang dan segera mendapat pertolongan pertama
maka prognosisnya baik. Keterlambatan dalam pengobatan
menyebabkan kerusakan organ permanen pada penglihatan dan atau
otak, dan menyebabkan kematian
Kepustakaan 1. Hovda KE, McMartin K, Jacobsen D. Methanol and Formaldehyde
Poisoning. In: Brent J, Burkhart K, Dargan P, Hatten B, Megarbane
B, Palmer R, eds. Critical Care Toxicology. Cham: Springer
International Publishing; 2016:1-18.
2. McMartin KE, Jacobsen D, Hovda KE. Antidotes for poisoning by
alcohols that form toxic metabolites. Brit J Clin Pharmacol
2016;81:505-515.
3. Paasma R, Hovda KE, Hassanian-Moghaddam H, Brahmi N,
Afshari R, Sandvik L, Jacobsen D. Risk factors related to poor
outcome after methanol poisoning and the relation between
4. PENANGANAN INTOKSIKASI MINUMAN KERAS OPLOSAN
(METHANOL)
No Dokumen: No Revisi: 0 Halaman: /4
Nama & logo Institusi
outcome and antidotes--a multicenter study. Clin Toxicol (Phila)
2012;50:823-831.
4. Rostrup M, Edwards JK, Abukalish M, Ezzabi M, Some D, Ritter H,
Menge T, Abdelrahman A, Rootwelt R, Janssens B, Lind K,
Paasma R, Hovda KE. The Methanol Poisoning Outbreaks in Libya
2013 and Kenya 2014. Plos One 2016;Accepted for publication.
5. Zakharov S, Pelclova D, Navratil T, Belacek J, Komarc M,
Eddleston M, Hovda KE. Fomepizole versus ethanol in the
treatment of acute methanol poisoning: Comparison of clinical
effectiveness in a mass poisoning outbreak. Clin Toxicol (Phila)
2015;1-10.
6. Zakharov S, Pelclova D, Navratil T, Belacek J, Kurcova I, Komzak
O, Salek T, Latta J, Turek R, Bocek R, Kucera C, Hubacek JA,
Fenclova Z, Petrik V, Cermak M, Hovda KE. Intermittent
hemodialysis is superior to continuous veno-venous
hemodialysis/hemodiafiltration to eliminate methanol and formate
during treatment for methanol poisoning. Kidney Int 2014;86:199-
207.