SlideShare a Scribd company logo
1 of 18
Download to read offline
ISSN 1410-1939
9
PERTUMBUHAN TANAMAN JAGUNG (Zea mays L.) YANG DIBERI PUPUK
N DENGAN DOSIS DAN CARA PEMBERIAN YANG BERBEDA PADA
LAHAN ULTISOLS DENGAN SISTEM OLAH TANAH MINIMUM
[GROWTH OF MAIZE (Zea mays L.) FERTILIZED WITH NITROGEN OF
DIFFERENT RATES AND METHODS OF PLACEMENT ON ULTISOLS
LAND WITH MINIMUM TILLAGE SYSTEM]
Nyimas Myrna E.F.1
Abstract
A research was carried out to evaluate growth of maize fertilized with N of different rates and fertilizer
placement methods on Ultisol land with minimum tillage system. Field experiment was conducted on Ultisol at
the experimental farm of Faculty of Agriculture Jambi University, Mendalo Darat, from July 2003 until
October 2003. The treatments were arranged in a factorial split plot pattern of randomized block design,
placement of fertilizer methods (on the surface of the soil and left uncovered; on the surface of the soil and
covered; in punched holes then filled up with soil, and in rows covered with soil) as main plot factor, and rates
of N fertilizer (0, 75, 150, 225 kg ha-1
N) as subplot factor. Each treatment was replicated three times. Variables
observed were several growth characteristics namely leaf area index (LAI), crop growth rate (CGR), and net
assimilation rate (NAR). Results indicated that average weekly development of leaf area index ( LAI ), average
weekly crop growth rate ( CGR ), and average weekly net assimilation rate ( NAR ) for five weekly periods were
different due to variation in rates in each method of fertilizer placement
Key words: fertilization, soil conservation, food crop.
Kata kunci: pemupukan, konservasi tanah, tanaman pangan.
1
Jurusan Budidaya Pertanian, Fakultas Pertanian Universitas Jambi
Kampus Pinang Masak, Mendalo Darat, Jambi 36361
PENDAHULUAN
Jagung merupakan komoditas yang memiliki
arti penting bagi bangsa Indonesia sebagai komodi-
Tas utama penghasil karbohidrat setelah beras. Se-
lain itu, jagung juga digunakan sebagai pakan ter-
nak dan bahan baku industri lainnya. Dalam bebe-
rapa tahun terakhir peningkatan kebutuhan jagung
tidak sejalan dengan laju peningkatan produksi di
dalam negeri sehingga diperlukan impor jagung
yang makin besar (Bank Indonesia, 1999).
Usaha peningkatan produksi jagung dapat dila-
kukan melalui program ekstensifikasi dan intensifi-
kasi pertanian. Namun demikian, program ekstensi-
fikasi dihadapkan pada beberapa hambatan karena
sebagian besar tanah di Indonesia tergolong tanah
Podsolik Merah Kuning (Ultisol) dengan tingkat
kesuburan kimia dan fisika tanah yang rendah.
Selain itu, langkanya tenaga kerja untuk mengolah
tanah juga merupakan hambatan dalam program
ini.
Sistem olah tanah yang biasa dilakukan petani
dalam usaha tani jagung adalah sistem olah tanah
konvensional, yaitu tanah dibajak/dicangkul dua
kali dengan kedalaman 25 hingga 30 cm dan digaru
satu kali sambil diratakan sehingga diperoleh struk-
tur tanah cukup halus. Menurut Lal (1979) sebagai-
mana dikutip oleh Alibasyah (2000), pada tanah
yang diolah secara konvensional, struktur tanah
menjadi lebih halus sehingga lebih mudah terdis-
persi oleh butir-butir hujan yang mengakibatkan
penyumbatan pori tanah sehingga infiltrasi berku-
rang, sedangkan aliran permukaan dan erosi menja-
di lebih besar. Selain itu, agregat tanah tidak stabil,
porositas dan kandungan air tanah rendah, bobot isi
tanah menjadi lebih tinggi, dan tanah menjadi lebih
padat. Ditambahkan oleh Utomo (2002) bahwa
olah tanah intensif akan memacu erosi, menurun-
kan kualitas tanah, menurunkan produktivitas la-
han, dan memacu polusi lingkungan. Oleh karena
itu, pada lahan kering seperti Ultisol dengan kepe-
kaan erosi tinggi, pengolahan tanah intensif dapat
Jurnal Agronomi 10(1):9-25
10
mengakibatkan semakin berkurangnya ketersediaan
unsur-unsur hara yang penting bagi tanaman karena
pengikisan dari lapisan permukaan tanah akibat
erosi. Pada akhirnya, hal ini akan mengurangi kua-
litas pertumbuhan tanaman dan kuantitas hasil yang
diharapkan.
Salah satu upaya untuk mengurangi dampak ne-
gatif pengolahan tanah intensif, terutama di lahan
kering Ultisol, adalah mengurangi pengolahan ta-
nah atau sering disebut dengan olah tanah mini-
mum dan tanpa olah tanah (olah tanah konservasi).
Aplikasi olah tanah konservasi akan lebih berhasil
pada tanah bertekstur ringan sampai sedang, tanah
berdrainase baik, dan tanah bergelombang sampai
berbukit. Teknik olah tanah konservasi sesuai di-
terapkan pada tanah Andisol, Mollisol, Inceptisol,
dan Ultisol, tetapi kurang sesuai jika diterapkan pa-
da tanah Vertisol yang memiliki kendala sifat fisika
tanah yang tinggi (Arbiwati, 2002)..
Dalam produksi tanaman, untuk memperoleh
hasil yang maksimum, ketersediaan unsur hara me-
rupakan syarat mutlak. Salah satu unsur hara pen-
ting yang ketersediaannya harus dalam keadaan cu-
kup adalah nitrogen. Pada kondisi lahan tertentu
dengan tingkat kesuburan rendah seperti pada Ulti-
sol, pemupukan nitrogen dan unsur-unsur utama
lainnya seperti fosfor dan kalium, seringkali mutlak
dilakukan untuk memenuhi kebutuhan tanaman.
Salah satu aspek penting dari pemupukan yang
jarang sekali diperhatikan adalah efisiensi pemu-
pukan. Pemupukan nitrogen khususnya di daerah
tropis dengan suhu dan kelembaban tinggi serta
iklim basah seperti Indonesia umumnya memiliki
efisiensi yang rendah. Pada kondisi ini, tanah ba-
nyak mengalami kehilangan nitrogen yang terjadi
melalui pencucian, panen, proses denitrifikasi, re-
aksi-reaksi kimia dan lain-lain.
Pada batasan tertentu, masalah efisiensi pemu-
pukan dapat dikendalikan melalui manipulasi tek-
nologi pemupukan yang meliputi cara penggunaan,
waktu pemberian, takaran yang tepat serta jenis pu-
puk yang digunakan (Sunarsedyono et al., 1988).
Lehrsch et al. (2000) melaporkan bahwa cara
pemupukan N dan penempatannya berpengaruh
terhadap peningkatan hasil biji jagung yang diberi
pengairan secara irigasi. Pemberian pupuk dalam
band pada saat tanam dan dalam larikan pada saat
pemupukan susulan lebih baik daripada pemberian
secara sebar pada saat tanam dan dalam larikan pa-
da saat pemupukan susulan. Hasil biji pada cara
pertama lebih tinggi daripada cara kedua, yaitu se-
besar 7 ton ha-1
.
Selama ini, rekomendasi pemupukan pada ta-
naman jagung ditujukan pada kondisi lahan dengan
olah tanah sempurna. Melalui perubahan teknologi
olah tanah diduga akan terjadi perbedaan penye-
rapan unsur hara. Seperti yang dikemukakan oleh
Utomo (2002) bahwa pengelolaan hara pada budi-
daya olah tanah minimum sedikit berbeda diban-
dingkan dengan pada budidaya olah tanah intensif.
Perbedaan itu terjadi karena adanya mulsa residu
tanaman dan sedikitnya manipulasi permukaan la-
han olah tanah minimum. Residu tanaman sebagai
mulsa akan mengurangi penguapan sehingga mam-
pu meningkatkan kelembaban tanah dan mengen-
dalikan fluktuasi suhu tanah. Membaiknya iklim
mikro akan meningkatkan aktivitas biota tanah,
yang pada akhirnya mempengaruhi proses imobili-
sasi-mineralisasi hara, terutama N.
Berdasarkan hasil percobaan penggunaan pu-
puk urea dan amonium nitrat pada tanaman gan-
dum, kehilangan akibat penguapan lebih besar dari
50% pada pemberian urea dengan cara sebar diban-
dingkan dengan pada pemberian dalam barisan ta-
naman (Fowler dan Brydon, 1989).
Berdasarkan uraian di atas perlu diteliti lebih
lanjut bagaimana pertumbuhan tanaman jagung
yang diberi pupuk nitrogen dengan dosis dan cara
pemberian yang berbeda pada sistem olah tanah
minimum.
BAHAN DAN METODA
Percobaan dilaksanakan mulai bulan Juli sam-
pai Oktober 2003 di Kebun Percobaan Universitas
Jambi, Mendalo Darat, Kabupaten Muaro Jambi,
Jambi, dengan ketinggian tempat sekitar 25 m di
atas permukaan laut dengan tipe curah hujan A me-
nurut Schmidt-Fergusson. Ordo tanah di daerah
lokasi percobaan adalah Ultisol.
Bahan yang digunakan dalam percobaan adalah
benih jagung kultivar Arjuna pupuk urea (46% N),
SP-36 (15,73% P) dan KCl (49,8% K); pestisida
(Furadan 3G, Decis 2.5 EC, dan Ridomil 35 SD),
herbisida Roundup 480 AS, dan kapur pertanian
(Ca Mg (CO3)2). Alat-alat yang digunakan adalah
alat bercocok tanam, meteran, dan sprayer.
Percobaan dilaksanakan dengan menggunakan
Rancangan Petak Terbagi dengan rancangan dasar
Rancangan Acak Kelompok (RAK) dengan faktor
pertama adalah cara pemberian pupuk dan faktor
ke-dua adalah dosis pupuk nitrogen. Cara pemberi-
an pupuk (C) ditempatkan sebagai faktor petak uta-
ma, terdiri atas: C1 = di permukaan tanah, dibiar-
kan terbuka, C2 = di permukaan tanah, ditimbun,
C3 = di dalam lubang ditugal, ditutup , dan C4 = di
dalam larikan, ditutup. Sementara itu dosis pupuk
Nyimas Myrna E.F.: Pemupukan N pada Jagung pada Ultisol dengan Sistem Olah Tanah Minimum
11
nitrogen (N) ditempatkan sebagai faktor anak pe-
tak, yang terdiri atas: N0 = 0 kg ha-1
, N1= 75 kg
ha-1
, N2 = 150 kg ha-1
, dan N4 = 225 kg. ha-1
. Se-
tiap kombinasi perlakuan diulang sebanyak tiga ka-
li. Jarak tanam yang digunakan adalah 75 × 25 cm.
Luas tiap petak percobaan adalah 4,50 × 2,25 m.
Di dalam tiap petak percobaan terdapat subpetak
satuan percobaan untuk hasil panen dengan luas
1,50 × 1,25 m. Dalam satu petak, 12 tanaman di-
destruksi 6 kali dengan dua tanaman setiap kali
destruksi dan 10 tanaman dalam petak panen untuk
penetapan hasil, dua tanaman di antaranya untuk
pengukuran komponen hasil.
Gulma berupa alang-alang dan rumput pada la-
han yang akan ditanami disemprot dengan herbi-
sida Roundup dengan dosis 4 L ha-1
. Setelah gulma
mati, dilakukan pengolahan tanah. Tanah diolah
secara terbatas sepanjang barisan yang akan dita-
nami (sesuai dengan jarak tanam), dicangkul satu
kali sedalam 10 cm dan diratakan (olah tanah mi-
nimum). Kemudian, untuk menaikkan pH, tanah
diberi kapur pertanian (Ca Mg(CO3)2) dengan do-
sis 2.5 ton ha-1
dengan cara ditaburkan pada per-
mukaan tanah yang baru diolah kemudian diaduk
rata dengan tanah. Pupuk yang digunakan adalah
urea (dosis sesuai dengan perlakuan), SP-36 de-
ngan dosis 80 kg ha-1
, dan KCl dengan dosis 50 kg
ha-1
. SP-36 dan KCl seluruh dosis diberikan saat
tanam sebagai pupuk dasar. Pupuk urea diberikan
dengan cara sesuai dengan perlakuan, yaitu dengan
cara ditaburkan pada permukaan tanah secara me-
lingkar di sekeliling tanaman dan dibiarkan terbuka
(C1), ditaburkan pada permukaan tanah secara me-
lingkar di sekeliling tanaman dan langsung ditim-
bun dengan tanah (C2), dalam lubang ditugal di
samping tanaman dan ditutup kembali dengan ta-
nah (C3), dalam larikan di samping tanaman dan
ditutup kembali dengan tanah (C4). Pemberian
pupuk urea dilakukan dua kali, yaitu 1/3 dosis 7
hari setelah tanam dan 2/3 dosis diberikan pada
saat tanaman berumur 1 bulan. Pupuk SP-36 dan
KCl diberikan dalam lubang yang ditugal di sam-
ping tanaman.
Peubah respons adalah beberapa karakteristika
tumbuh, yang ditetapkan berdasarkan contoh ta-
naman destruktif yang dirumuskan sebagaimana
berikut ini:
a. Indeks Luas Daun rata-rata ILD mingguan,
yang dihitung menurut rumus Gardner et al.
(1991):
2212
mcm
P
1
x
2
)A(A
ILD −+
=
yaitu nisbah antara luas daun dengan luas tanah
yang ditempati oleh tanaman rata-rata periode
mingguan. Luas daun diukur dengan metoda
yang dikemukakan oleh Montgomery (1911)
sebagaimana dikutip oleh Elings (2000),
dengan rumus sebagai berikut: Luas Daun =
Panjang Daun × Lebar Daun x 0,75
b. Laju Asimilasi Bersih rata-rata LAB mingguan,
yang dihitung menurut rumus
12
12
12
12
12
haricmg
tt
lnAlnA
AA
WW
LAB −−
−
−
×
−
−
=
yaitu laju pertambahan bahan kering total ta-
naman per satuan luas daun per satuan waktu
rata-rata periode mingguan yang menggambar-
kan laju fotosintesis bersih (kapasitas tanaman
mengakumulasi bahan kering) per satuan luas
daun per satuan waktu rata-rata periode ming-
guan,
c. Laju Tumbuh Tanaman rata-rata ( LTT ) ming-
guan, yang dihitung menurut rumus:
2
12
12
mg
P
1
tt
WW
LTT −
×
−
−
=
yaitu laju pertambahan bahan kering total ta-
naman per satuan luas lahan per satuan waktu
rata-rata periode mingguan yang menggambar-
kan peningkatan bobot kering total tanaman
per satuan luas lahan per satuan waktu rata-
rata periode mingguan.
Makna lambang huruf dalam ketiga rumus ter-
sebut adalah: A1 = luas daun pada waktu t1, A2 =
luas daun pada waktu t2, W1= bobot bahan kering
tanaman pada waktu t1, W2= bobot kering tanaman
pada waktu t2, P = luas tanah yang ditempati ta-
naman, t2= waktu setelah t1, t1= waktu tertentu,
yang dihitung untuk lima periode mingguan berda-
sarkan luas daun dan bobot bahan kering tanaman
yang ditetapkan dari dua contoh tanaman destruktif
yang dilakukan sebanyak enam kali, yaitu pada
umur 21, 28, 35, 42, 49, dan 56 hari setelah tanam.
Analisis data peubah karakteristik tumbuh sela-
ma lima periode mingguan, yaitu periode minggu-
an 1 sampai 5 sejak umur 21 hari sampai 56 hari
setelah tanam, diduga dengan sidik regresi terha-
dap periode mingguan untuk berbagai dosis pem-
berian pupuk nitrogen pada setiap cara pemberian.
Kurva yang diperoleh diperbandingkan dengan
menggunakan uji kesejajaran dan keberimpitan
kurva pada taraf α = 0,05 (Draper dan Smith,
1981).
Jurnal Agronomi 10(1):9-25
12
HASIL DAN PEMBAHASAN
Indeks luas daun rata-rata
Indeks luas daun merupakan rasio antara luas
daun (satu permukaan saja) tanaman budidaya ter-
hadap luas tanah (Gardner et al., 1991). Indeks lu-
as daun menggambarkan besarnya aparat asimilasi
suatu tegakan tanaman dan berfungsi sebagai nilai
primer untuk penghitungan sifat-sifat pertumbuh-
an seperti laju tumbuh tanaman dan laju asimilasi
bersih. Berdasarkan hasil uji kesejajaran dan ke-
berimpitan kurva, pola perkembangan ILD ming-
guan tanaman jagung selama lima periode minggu-
an pada setiap cara pemberian pupuk sebagai res-
pons terhadap setiap taraf dosis pemberian pupuk
nitrogen berbeda (Gambar 1a - 1d) walaupun de-
ngan pola yang sama, yaitu rendah pada awal per-
tumbuhan periode mingguan pertama (21-28 HST),
kemudian meningkat dengan laju peningkatan yang
berbeda pada setiap taraf dosis pemberian pupuk
nitrogen sampai periode mingguan kelima (49-56
HST).
Jika diamati perkembangan ILD selama 5 perio-
de mingguan pada setiap cara pemberian pupuk de-
ngan lebih tingginya dosis pupuk nitrogen lebih
tinggi pula nilai ILD walaupun nilai ILD itu ada
yang selalu sama (kurva berimpit), ada yang berbe-
da dengan angka perbedaan yang selalu sama (kur-
va sejajar), dan ada yang selalu berbeda (kurva ti-
dak sejajar) antara kurva yang satu dengan lainnya.
Masing-masing nilai ILD tertinggi diperoleh
pada cara pemberian pupuk dalam lubang ditugal
ditutup, dengan dosis pupuk nitrogen 225 kg ha-1
,
dibandingkan dengan pada cara pemberian pupuk
yang lain dengan dosis pupuk nitrogen yang sama.
Hal itu mungkin disebabkan oleh cara pemberian
pupuk dalam lubang ditugal ditutup yang dapat me-
ngurangi besarnya kehilangan nitrogen dari pupuk
yang diberikan sehingga dengan peningkatan dosis
pupuk sampai ke taraf tertentu, tanaman dapat me-
manfaatkan unsur N yang ada secara maksimal un-
tuk pembentukan daun sebagai aparat fotosintesis
yang secara langsung dapat meningkatkan ILD .
Menurut Gardner et al. (1991), pada awal per-
tumbuhan tanaman (fase vegetatif), pertambahan
luas daun besar karena fotosintat yang dihasilkan
pada proses fotosintesis digunakan untuk pemben-
tukan daun sebagai organ yang melaksanakan foto-
sintesis. Setter dan Flanigan (1985) mengemuka-
kan bahwa jika kondisi lingkungan dan tanaman
baik, meningkatnya indeks luas daun sampai batas
tertentu akan meningkatkan fotosintesis. Pemupuk-
an nitrogen dengan dosis tertentu dapat meningkat-
kan kandungan klorofil untuk proses fotosintesis,
asal kondisi yang lain seperti radiasi matahari, su-
hu, kelembaban, dan CO2 ada dalam kondisi opti-
mum.
Perkembangan ILD yang paling lambat diper-
oleh pada cara pemberian pupuk di permukaan ta-
nah, dibiarkan terbuka. Keadaan itu mungkin dise-
babkan oleh rendahnya efisiensi pemupukan karena
besarnya kehilangan nitrogen akibat penguapan da-
lam bentuk NH3 sehingga hanya sebagian kecil saja
nitrogen yang dapat dimanfaatkan tanaman. Keku-
rangan N pada awal pertumbuhan dapat mengham-
bat pembentukan daun sebagai aparat fotosintesis
yang dapat pula menekan perkembangan ILD . Me-
nurut Lemcoff dan Loomis (1986), pemberian N
yang rendah dapat menekan nilai ILD , terlebih jika
kerapatan tanaman per ha tinggi.
Secara umum, perkembangan ILD terus me-
ningkat sampai periode mingguan ke-lima (49-56
HST) yang menunjukkan bahwa perkembangan
nilai ILD belum maksimum.
Laju tumbuh tanaman rata-rata
Berdasarkan hasil uji kesejajaran dan keberim-
pitan, pola perkembangan LTT mingguan tanaman
jagung pada setiap cara pemberian pupuk menun-
jukkan respons yang berbeda terhadap setiap taraf
dosis pemberian pupuk nitrogen. Kurva perkem-
bangan LTT (Gambar 2a - 2d) menunjukkan pola
yang sama, yaitu rendah pada periode mingguan
pertama (21-28 HST), meningkat dengan laju pe-
ningkatan yang berbeda pada setiap taraf dosis pu-
puk nitrogen selama tiga periode mingguan beri-
kutnya (28-35 sampai 42-49 HST) dan selanjutnya
mulai menurun pada periode mingguan kelima (49-
56 HST). Menurut Salisbury dan Ross (1995), pola
pertumbuhan yang diekspresikan dalam bobot ba-
han kering merupakan kurva berbentuk huruf-S
(sigmoid) yang pada periode tumbuh tertentu laju
pertumbuhan pada awalnya lambat dan meningkat
terus sampai periode umur tertentu. Setelah itu laju
pertumbuhan akan menurun sejalan dengan ber-
tambahnya umur tanaman. Dinyatakan dalam LTT ,
hanya bagian tengah dan akhir kurva sigmoid yang
tampak. Hal itu terjadi terjadi karena pada umur 21
HST tanaman ada pada fase vegetatif aktif sehing-
ga fotosintat yang dihasilkan sebagian besar di-
manfaatkan untuk membentuk organ-organ vege-
tatif seperti daun, batang dan akar. Saat tanaman
memasuki fase reproduktif, fotosintat ditranslokasi-
kan ke organ reproduktif sehingga LTT menurun.
Berdasarkan matriks perbandingan Gambar 2b,
2c, dan 2d, dengan cara pemberian pupuk di per-
mukaan tanah ditimbun, dalam lubang ditugal di-
Nyimas Myrna E.F.: Pemupukan N pada Jagung pada Ultisol dengan Sistem Olah Tanah Minimum
13
tutup, dan dalam larikan ditutup, perkembangan
LTT mingguan tanaman jagung menunjukkan pola
respons yang sama pada setiap taraf dosis pembe-
rian pupuk nitrogen yang berbeda dengan pola res-
pons pada cara pemberian pupuk di permukaan ta-
nah dibiarkan terbuka dengan nilai LTT berbeda
dan dengan angka perbedaan bervariasi (kurva ti-
dak sejajar), nilai LTT yang berbeda dengan ang-
ka perbedaan yang tetap (kurva sejajar), atau nilai
LTT yang selalu sama (kurva berimpit).
Perkembangan nilai LTT terendah tampak pa-
da cara pemberian pupuk di permukaan tanah di-
biarkan terbuka. Keadaan itu sama dengan perkem-
bangan nilai ILD , karena ILD terendah juga tam-
pak pada cara pemberian pupuk di permukaan ta-
nah dibiarkan terbuka. Menurut Gardner et al.
(1991), nilai laju tumbuh tanaman berhubungan
dengan nilai indeks luas daun dan nilai laju asimi-
lasi bersih.
Nilai LTT tertinggi diperoleh pada cara pem-
berian pupuk di dalam lubang ditugal ditutup, de-
ngan dosis pupuk nitrogen 225 kg ha-1
, dibanding-
kan dengan cara pemberian pupuk yang lain pada
dosis pupuk nitrogen yang sama. Semakin besar ni-
trogen yang tersedia dan dapat dimanfaatkan oleh
tanaman, karena semakin kecil kehilangannya yang
disebabkan oleh cara pemberian pupuk yang tepat,
mengakibatkan meningkatnya luas daun. Pening-
katan luas permukaan daun menyebabkan laju foto-
sintesis semakin tinggi dan memungkinkan sema-
kin banyak cahaya dan unsur hara yang dapat dise-
rap. Akibat laju fotosintesis yang tinggi, hasil ba-
han kering bertambah tinggi yang menyebabkan
tingginya LTT .
Laju asimilasi bersih
Pola perkembangan LAB mingguan (Gambar
3a - 3d) pada setiap cara pemupukan menunjukkan
respons yang berbeda terhadap dosis pupuk yang
diberikan. Pada periode mingguan pertama nilai
LAB meningkat dengan seiring peningkatan dosis
pupuk nitrogen sampai periode mingguan ke-tiga
(35-42 HST), kemudian menurun pada periode-
periode mingguan selanjutnya (35-42 sampai 49-56
HST) dengan LAB yang selalu sama (kurva berim-
pit) antara garis kurva yang satu dengan lainnya,
nilai LAB yang berbeda dengan angka yang selalu
sama (kurva sejajar), atau dengan angka yang se-
lalu berbeda (kurva tidak sejajar).
Meningkatnya nilai LAB pada awal pertumbuh-
an diduga karena pada saat itu intersepsi cahaya
matahari oleh daun tanaman jagung masih tinggi
karena jumlah daun dan luas daun masih memadai
sehingga laju fotosintesis meningkat. Selain itu, de-
ngan penyerapan unsur hara yang tinggi, daun yang
terbentuk akan lebar dan laju fotosintesis tinggi se-
hingga laju asimilasi bersih akan meningkat selama
daun-daun tidak saling menaungi. Seperti yang di-
katakan oleh Gardner et al. (1991), nilai LAB pa-
ling tinggi pada saat tanaman masih kecil dan seba-
gian daun terkena radiasi matahari langsung. Daun
yang muda pada puncak pohon menyerap radiasi
paling banyak dengan laju absorpsi CO2 yang
tinggi dan mentranslokasikan sejumlah fotosintat
ke bagian tanaman yang lain. Sebaliknya, daun-
daun yang tua pada tajuk bagian bawah dan
terlindung mempunyai laju absorpsi CO2 yang
rendah dan memberikan sedikit hasil fotosintesis
ke bagian tanaman yang lainnya.
Selanjutnya pada saat tanaman makin dewasa,
jumlah daun serta luas permukaan bertambah yang
mengakibatkan tanaman saling menaungi sehingga
berkurang luas daun yang dapat mengintersepsi si-
nar matahari dan laju akumulasi bahan kering akan
berkurang. Dengan demikian, laju asimilasi bersih
menjadi turun. Faktor lingkungan yang dianggap
mempengaruhi nilai ILD dan LTT seperti yang
telah dikemukakan sebelumnya, tampaknya juga
mempengaruhi nilai LAB .
KESIMPULAN
Perkembangan ILD , LTT , dan LAB rata-rata
mingguan selama lima periode mingguan berbeda-
beda akibat berbagai dosis pada cara pemberian
pupuk di permukaan tanah dibiarkan terbuka, di
permukaan tanah ditimbun, dalam lubang ditugal
ditutup, dan dalam larikan ditutup.
DAFTAR PUSTAKA
Alibasyah, M. R. 2000. Perubahan Beberapa Sifat Fisik
Tanah, Tingkat Erosi, dan Hasil Jagung dengan Tiga
Sistem Olah Tanah dan Mulsa Jagung serta Efek
Residunya. Disertasi Program Doktor, Universitas
Padjadjaran, Bandung.
Arbiwati, D. 2002. Sistem Produksi Pertanian dengan
Teknik Olah Tanah Konservasi terhadap Perubahan
Sifat Fisik, Kimia, dan Biologi Tanah. Prosiding
Seminar Nasional Budidaya Olah Tanah Konservasi,
Yogyakarta.
Bank Indonesia. 1999. Aspek Pemasaran Jagung.
http://www.bi.go.id/sipuk/lm/ind/jagung/aspek_pem
asaran.htm. Diakses 11 Nopember 2002.
Jurnal Agronomi 10(1):9-25
14
Fowler, D. B. dan J. Brydon. 1989. No-till winter wheat
production on the Canadian prairies: placement of
urea and ammonium nitrate fertilizers. Agronomy
Journal 81: 518-524.
Gardner, F. P., R. B. Pearce dan R. L. Mitchell. 1991.
Fisiologi Tanaman Budidaya (Terjemahan Herawati
Susilo). Universitas Indonesia Press, Jakarta.
Lehrsch, G. A., R. E. Sojka dan D. T. Westermann.
2000. Nitrogen placement, row spacing, and furrow
irrigation water positioning effects on corn yield.
Agronomy Journal 92: 1266-1275.
Salisbury, F. B. dan C. W. Ross. 1995. Fisiologi
Tumbuhan III. Perkembangan Tumbuhan dan
Fisiologi Lingkungan. Terjemahan D.R. Lukman
dan Sumaryono. Penerbit ITB, Bandung.
Sunarsedyono, A., Ispandi dan A. G. Manshuri. 1988.
Hasil-hasil Penelitian Tanaman Jagung Balai
Penelitian Tanaman Pangan Malang. Prosiding
Lokakarya Efisiensi Penggunaan Pupuk, pp. 369-
379. Pusat Penelitian Ternak, Balai Penelitian dan
Pengembangan Pertanian, Departemen Pertanian,
Bogor.
Utomo, M. 2002. Olah Tanah Konservasi untuk
Pengelolaan Lahan Berkelanjutan, pp. 1-35.
Prosiding Seminar Nasional Budidaya Olah Tanah
Konservasi,Yogyakarta 30 Juli 2002.
0,00
0,50
1,00
1,50
2,00
2,50
3,00
3,50
0 1 2 3 4 5 6
Periode mingguan
IndeksLuasDaunRata-rata
y(n0c1) = 0.0503x^2 - 0.0828x + 0.1554 (R^2 = 0.982)
y(n1c1) = 0.0637x^2 - 0.0895x + 0.1747 (R^2 = 0.994)
y(n2c1) = 0.1316x^2 - 0.3234x + 0.3778 (R^2 = 0.997)
y(n3c1) = 0.1288x^2 - 0.2915x + 0.3570 (R^2 = 0.992)
Gambar 1a. ILD mingguan tanaman jagung dengan pemupukan N bervariasi dosis pada cara pemberian
pupuk di permukaan tanah dibiarkan terbuka pada lahan dengan sistem olah tanah minimum
Y/Y
Matriks Perbandingan
N1 N2 N3
N0
N1
N2
/ // x
// x
/
N0: 0 kg ha-1
N pupuk
N1: 75 kg ha-1
N pupuk
N2: 150 kg ha-1
N pupuk
N3: 225 kg ha-1
N pupuk
Setiap pasangan kurva berimpit (/), sejajar (//), atau tidak sejajar (x) menurut uji kesejajaran dan keberim-
pitan kurva pada taraf á = 0,05 sebagaimana ditunjukkan pada matriks perbandingan.
Nyimas Myrna E.F.: Pemupukan N pada Jagung pada Ultisol dengan Sistem Olah Tanah Minimum
15
0,00
0,50
1,00
1,50
2,00
2,50
3,00
3,50
0 1 2 3 4 5 6
Periode mingguan
IndeksLuasDaunRata-rata
y(n0c2) = 0.0829x^2 - 0.2157x + 0.2639 (R^2 = 0.933)
y(n1c2) = 0.0924x^2 - 0.0899x + 0.1541 (R^2 = 0.986)
y(n2c2) = 0.1148x^2 - 0.1364x + 0.2009 (R^2 = 0.998)
y(n3c2) = 0.0939x^2 + 0.0174x + 0.0915 (R^2 = 0.996)
Gambar 1b. ILD mingguan tanaman jagung dengan pemupukan N bervariasi dosis pada cara pemberian
pupuk di permukaan tanah ditimbun pada lahan dengan sistem olah tanah minimum.
Y/Y
Matriks Perbandingan
N1 N2 N3
N0
N1
N2
/ // x
// x
//
N0: 0 kg ha-1
N pupuk
N1: 75 kg ha-1
N pupuk
N2: 150 kg ha-1
N pupuk
N3: 225 kg ha-1
N pupuk
Setiap pasangan kurva berimpit (/), sejajar (//), atau tidak sejajar (x) menurut uji kesejajaran dan keberim-
pitan kurva pada taraf á = 0,05 sebagaimana ditunjukkan pada matriks perbandingan.
Jurnal Agronomi 10(1):9-25
16
0,00
0,50
1,00
1,50
2,00
2,50
3,00
3,50
0 1 2 3 4 5 6
Periode mingguan
IndeksLuasDaunRata-rata
y(n0c3) = 0.0509x^2 - 0.0885x + 0.1695 (R^2 = 0.988)
y(n1c3) = 0.1259x^2 - 0.2437x + 0.2975 (R^2 = 0.995)
y(n2c3) = 0.1265x^2 - 0.0556x + 0.0979 (R^2 = 0.988)
y(n3c3) = 0.117x^2 + 0.0564x - 0.0067 (R^2 = 0.989)
Gambar 1c. ILD mingguan tanaman jagung dengan pemupukan N bervariasi dosis pada cara pemberian
pupuk dalam lubang ditugal ditutup pada lahan dengan sistem olah tanah minimum.
Y/Y
Matriks Perbandingan
N1 N2 N3
N0
N1
N2
/ // x
// x
//
N0: 0 kg ha-1
N pupuk
N1: 75 kg ha-1
N pupuk
N2: 150 kg ha-1
N pupuk
N3: 225 kg ha-1
N pupuk
Setiap pasangan kurva berimpit (/), sejajar (//), atau tidak sejajar (x) menurut uji kesejajaran dan keberim-
pitan kurva pada taraf á = 0,05 sebagaimana ditunjukkan pada matriks perbandingan.
Nyimas Myrna E.F.: Pemupukan N pada Jagung pada Ultisol dengan Sistem Olah Tanah Minimum
17
0,00
0,50
1,00
1,50
2,00
2,50
3,00
3,50
0 1 2 3 4 5 6
Periode mingguan
IndeksLuasDaunRata-rata
y(n0c4) = 0.0634x^2 - 0.137x + 0.2007 (R^2 = 0.977)
y(n1c4) = 0.0686x^2 + 0.0762x - 0.0018 (R^2 = 0.987)
y(n2c4) = 0.1046x^2 - 0.0084x + 0.0561 (R^2 = 0.977)
y(n3c4) = 0.0968x^2 + 0.0594x - 0.0005 (R^2 = 0.986)
Gambar 1d. ILD mingguan tanaman jagung dengan pemupukan N bervariasi dosis pada cara pemberian
pupuk dalam larikan ditutup pada lahan dengan sistem olah tanah minimum.
Y/Y
Matriks Perbandingan
N1 N2 N3
N0
N1
N2
x x x
x x
/
N0: 0 kg ha-1
N pupuk
N1: 75 kg ha-1
N pupuk
N2: 150 kg ha-1
N pupuk
N3: 225 kg ha-1
N pupuk
Setiap pasangan kurva berimpit (/), sejajar (//), atau tidak sejajar (x) menurut uji kesejajaran dan keberim-
pitan kurva pada taraf á = 0,05 sebagaimana ditunjukkan pada matriks perbandingan.
Jurnal Agronomi 10(1):9-25
18
0,00
5,00
10,00
15,00
20,00
25,00
30,00
0 1 2 3 4 5 6
Periode mingguan
LajuTumbuhTanamanRata-rata
(gm
-2
hari
-1
)
y(n0c1) = -0,3612x^2 + 4,2281x - 3,3047 (R^2 = 0,851)
y(n1c1) = -0,3274x^2 + 4,2433x - 2,4573 (R^2 = 0,907)
y(n2c1) = -1,0143x^2 + 9,3757x - 7,322 (R^2 = 0,913)
y(n3c1) = -1,4624x^2 + 12,254x - 9,526 (R^2 = 0,910)
Gambar 2a. LTT mingguan tanaman jagung dengan pemupukan N bervariasi dosis pada cara pemberian
pupuk di permukaan tanah dibiarkan terbuka pada lahan dengan sistem olah tanah minimum.
Y/Y
Matriks Perbandingan
N1 N2 N3
N0
N1
N2
/ x x
x x
/
N0: 0 kg ha-1
N pupuk
N1: 75 kg ha-1
N pupuk
N2: 150 kg ha-1
N pupuk
N3: 225 kg ha-1
N pupuk
Setiap pasangan kurva berimpit (/), sejajar (//), atau tidak sejajar (x) menurut uji kesejajaran dan keberim-
pitan kurva pada taraf á = 0,05 sebagaimana ditunjukkan pada matriks perbandingan.
Nyimas Myrna E.F.: Pemupukan N pada Jagung pada Ultisol dengan Sistem Olah Tanah Minimum
19
0,00
5,00
10,00
15,00
20,00
25,00
30,00
0 1 2 3 4 5 6
Periode mingguan
LajuTumbuhTanamanRata-rata
(gm
-2
hari
-1
)
y(n0c2) = -0,3895x^2 + 4,3325x - 3,4 (R^2 = 0,841)
y(n1c2) = -0,8293x^2 + 8,3547x - 6,316 (R^2 = 0,908)
y(n2c2) = -0,94x^2 + 9,186x - 7,154 (R^2 = 0,903)
y(n3c2) = -1,2636x^2 + 12,076x - 9,54 (R^2 = 0,875)
Gambar 2b. LTT mingguan tanaman jagung dengan pemupukan N bervariasi dosis pada cara pemberian
pupuk di permukaan tanah ditimbun pada lahan dengan sistem olah tanah minimum.
Y/Y
Matriks Perbandingan
N1 N2 N3
N0
N1
N2
x x x
/ //
//
N0: 0 kg ha-1
N pupuk
N1: 75 kg ha-1
N pupuk
N2: 150 kg ha-1
N pupuk
N3: 225 kg ha-1
N pupuk
Setiap pasangan kurva berimpit (/), sejajar (//), atau tidak sejajar (x) menurut uji kesejajaran dan keberim-
pitan kurva pada taraf á = 0,05 sebagaimana ditunjukkan pada matriks perbandingan.
Jurnal Agronomi 10(1):9-25
20
0,00
5,00
10,00
15,00
20,00
25,00
30,00
0 1 2 3 4 5 6
Periode mingguan
LajuTumbuhTanamanRata-rata
(gm
-2
hari
-1
)
y(n0c3) = -0,3207x^2 + 4,1233x - 3,292 (R^2 = 0,875)
y(n1c3) = -1,1179x^2 + 10,034x - 7,95 (R^2 = 0,889)
y(n2c3) = -1,2657x^2 + 11,348x - 8,906 (R^2 = 0,916)
y(n3c3) = -1,6779x^2 + 14,648x - 11,186 (R^2 = 0,842)
Gambar 2c. LTT mingguan tanaman jagung dengan pemupukan N bervariasi dosis pada cara pemberian
pupuk dalam lubang ditugal ditutup pada lahan dengan sistem olah tanah minimum.
Y/Y
Matriks Perbandingan
N1 N2 N3
N0
N1
N2
x x x
/ //
//
N0: 0 kg ha-1
N pupuk
N1: 75 kg ha-1
N pupuk
N2: 150 kg ha-1
N pupuk
N3: 225 kg ha-1
N pupuk
Setiap pasangan kurva berimpit (/), sejajar (//), atau tidak sejajar (x) menurut uji kesejajaran dan keberim-
pitan kurva pada taraf á = 0,05 sebagaimana ditunjukkan pada matriks perbandingan.
Nyimas Myrna E.F.: Pemupukan N pada Jagung pada Ultisol dengan Sistem Olah Tanah Minimum
21
0,00
5,00
10,00
15,00
20,00
25,00
30,00
0 1 2 3 4 5 6
Periode mingguan
LajuTumbuhTanamanRata-rata
(gm
-2
hari
-1
)
y(n0c4) = -0,3564x^2 + 4,1376x - 3,122 (R^2 = 0,851)
y(n1c4) = -0,7679x^2 + 8,0781x - 6,034 (R^2 = 0,906)
y(n2c4) = -0,8519x^2 + 8,9821x - 7,088 (R^2 = 0,918)
y(n3c4) = -1,2519x^2 + 11,673x - 8,842 (R^2 = 0,865)
Gambar 2d. LTT mingguan tanaman jagung dengan pemupukan N bervariasi dosis pada cara pemberian
pupuk dalam larikan ditutup pada lahan dengan sistem olah tanah minimum.
Y/Y
Matriks Perbandingan
N1 N2 N3
N0
N1
N2
x x x
/ //
//
N0: 0 kg ha-1
N pupuk
N1: 75 kg ha-1
N pupuk
N2: 150 kg ha-1
N pupuk
N3: 225 kg ha-1
N pupuk
Setiap pasangan kurva berimpit (/), sejajar (//), atau tidak sejajar (x) menurut uji kesejajaran dan keberim-
pitan kurva pada taraf á = 0,05 sebagaimana ditunjukkan pada matriks perbandingan.
Jurnal Agronomi 10(1):9-25
22
0,00
5,00
10,00
15,00
20,00
25,00
30,00
0 1 2 3 4 5 6
Periode mingguan
LajuAsimilasiBersihRata-rata
(gcm
-2
hari
-1
)x(10
-4
)
y(n0c1) = -1.6164x^2 + 9.4889x + 1.8193 (R^2 = 0.732)
y(n1c1) = -1.2457x^2 + 6.141x + 7.944 (R^2 = 0.835)
y(n2c1) = -2.5679x^2 + 13.825x + 0.9867 (R^2 = 0.745)
y(n3c1) = -3.0345x^2 + 16.274x + 0.2827 (R^2 = 0.861)
Gambar 3a. LAB mingguan tanaman jagung dengan pemupukan N bervariasi dosis pada cara pemberian
pupuk di permukaan tanah dibiarkan terbuka pada lahan dengan sistem olah tanah minimum.
Y/Y
Matriks Perbandingan
N1 N2 N3
N0
N1
N2
/ x x
// x
/
N0: 0 kg ha-1
N pupuk
N1: 75 kg ha-1
N pupuk
N2: 150 kg ha-1
N pupuk
N3: 225 kg ha-1
N pupuk
Setiap pasangan kurva berimpit (/), sejajar (//), atau tidak sejajar (x) menurut uji kesejajaran dan keberim-
pitan kurva pada taraf á = 0,05 sebagaimana ditunjukkan pada matriks perbandingan.
Nyimas Myrna E.F.: Pemupukan N pada Jagung pada Ultisol dengan Sistem Olah Tanah Minimum
23
0,00
5,00
10,00
15,00
20,00
25,00
30,00
0 1 2 3 4 5 6
Periode mingguan
LajuAsimilasiBersihRata-rata
(gcm
-2
hari
-1
)x(10
-4
)
y(n0c2) = -1.5579x^2 + 8.6321x + 3.3047 (R^2 = 0.722)
y(n1c2) = -1.4695x^2 + 7.2411x + 7.2647 (R^2 = 0.726)
y(n2c2) = -1.2579x^2 + 6.1008x + 6.9687 (R^2 = 0.786)
y(n3c2) = -1.219x^2 + 6.041x + 7.8207 (R^2 = 0.918)
Gambar 3b. LAB mingguan tanaman jagung dengan pemupukan N bervariasi dosis pada cara pemberian
pupuk di permukaan tanah ditimbun pada lahan dengan sistem olah tanah minimum.
Y/Y
Matriks Perbandingan
N1 N2 N3
N0
N1
N2
// x x
// x
x
N0: 0 kg ha-1
N pupuk
N1: 75 kg ha-1
N pupuk
N2: 150 kg ha-1
N pupuk
N3: 225 kg ha-1
N pupuk
Setiap pasangan kurva berimpit (/), sejajar (//), atau tidak sejajar (x) menurut uji kesejajaran dan keberim-
pitan kurva pada taraf á = 0,05 sebagaimana ditunjukkan pada matriks perbandingan.
Jurnal Agronomi 10(1):9-25
24
0,00
5,00
10,00
15,00
20,00
25,00
30,00
0 1 2 3 4 5 6
Periode mingguan
LajuAsimilasiBersihRata-rata
(gcm
-2
hari
-1
)x(10
-4
)
y(n0c3) = -1.6981x^2 + 10.383x - 0.106 (R^2 = 0.783)
y(n1c3) = -2.129x^2 + 11.138x + 2.9547 (R^2 = 0.909)
y(n2c3) = -1.27x^2 + 5.8413x + 7.206 (R^2 = 0.889)
y(n3c3) = -0.8145x^2 + 2.1928x + 15.247 (R^2 = 0.974)
Gambar 3c. LAB mingguan tanaman jagung dengan pemupukan N bervariasi dosis pada cara pemberian
pupuk dalam lubang ditugal ditutup pada lahan dengan sistem olah tanah minimum.
Y/Y
Matriks Perbandingan
N1 N2 N3
N0
N1
N2
x x x
/ x
x
N0: 0 kg ha-1
N pupuk
N1: 75 kg ha-1
N pupuk
N2: 150 kg ha-1
N pupuk
N3: 225 kg ha-1
N pupuk
Setiap pasangan kurva berimpit (/), sejajar (//), atau tidak sejajar (x) menurut uji kesejajaran dan keberim-
pitan kurva pada taraf á = 0,05 sebagaimana ditunjukkan pada matriks perbandingan.
Nyimas Myrna E.F.: Pemupukan N pada Jagung pada Ultisol dengan Sistem Olah Tanah Minimum
25
0,00
5,00
10,00
15,00
20,00
25,00
30,00
0 1 2 3 4 5 6
Periode mingguan
LajuAsimilasiBersihRata-rata
(gcm
-2
hari
-1
)x(10
-4
)
y(n0c4) = -1.4169x^2 + 7.9191x + 4.2827 (R^2 = 0.711)
y(n1c4) = -0.795x^2 + 3.245x + 10.63 (R^2 = 0.773)
y(n2c4) = -1.1262x^2 + 5.4365x + 6.72 (R^2 = 0.705)
y(n3c4) = -0.9067x^2 + 3.188x + 12.918 (R^2 = 0.972)
Gambar 3d. LAB mingguan tanaman jagung dengan pemupukan N bervariasi dosis pada cara pemberian
pupuk dalam larikan ditutup pada lahan dengan sistem olah tanah minimum.
Y/Y
Matriks Perbandingan
N1 N2 N3
N0
N1
N2
x x x
// x
x
N0: 0 kg ha-1
N pupuk
N1: 75 kg ha-1
N pupuk
N2: 150 kg ha-1
N pupuk
N3: 225 kg ha-1
N pupuk
Setiap pasangan kurva berimpit (/), sejajar (//), atau tidak sejajar (x) menurut uji kesejajaran dan keberim-
pitan kurva pada taraf á = 0,05 sebagaimana ditunjukkan pada matriks perbandingan.
26

More Related Content

What's hot

Makalah_58 Pada dasarnya konservasi lahan diarahkan untuk memulihkan
Makalah_58 Pada dasarnya konservasi lahan diarahkan untuk memulihkanMakalah_58 Pada dasarnya konservasi lahan diarahkan untuk memulihkan
Makalah_58 Pada dasarnya konservasi lahan diarahkan untuk memulihkanBondan the Planter of Palm Oil
 
Makalah konservasi tanah dan air UNSRI
Makalah konservasi tanah dan air UNSRIMakalah konservasi tanah dan air UNSRI
Makalah konservasi tanah dan air UNSRIRizki Chairunnisya
 
Alsintan laporan 4
Alsintan laporan 4Alsintan laporan 4
Alsintan laporan 4Yuwan Kilmi
 
4. metode konservasi tanah & air
4. metode konservasi tanah & air4. metode konservasi tanah & air
4. metode konservasi tanah & airdenotsudiana
 
KONSERVASI TANAH DAN AIR
KONSERVASI TANAH DAN AIRKONSERVASI TANAH DAN AIR
KONSERVASI TANAH DAN AIREDIS BLOG
 
Konservasi tanah dan air
Konservasi tanah dan airKonservasi tanah dan air
Konservasi tanah dan aircietera
 
Konservasi mekanik dan kimia
Konservasi mekanik dan kimiaKonservasi mekanik dan kimia
Konservasi mekanik dan kimiaNurul Aulia
 
Pedosfer x6 2012
Pedosfer x6 2012Pedosfer x6 2012
Pedosfer x6 2012Paranody
 
Evaluasi lahan dan_klasifikasi_kemampuan
Evaluasi lahan dan_klasifikasi_kemampuanEvaluasi lahan dan_klasifikasi_kemampuan
Evaluasi lahan dan_klasifikasi_kemampuanmuhammadzain158
 
Metode konservasi secara mekanis (teknik sipil)
Metode konservasi secara mekanis (teknik sipil)Metode konservasi secara mekanis (teknik sipil)
Metode konservasi secara mekanis (teknik sipil)usmansipil
 
Tingkat erosi-permukaan-pada-lahan-pertanian-jagung-di-das-alo-pohu-provinsi-...
Tingkat erosi-permukaan-pada-lahan-pertanian-jagung-di-das-alo-pohu-provinsi-...Tingkat erosi-permukaan-pada-lahan-pertanian-jagung-di-das-alo-pohu-provinsi-...
Tingkat erosi-permukaan-pada-lahan-pertanian-jagung-di-das-alo-pohu-provinsi-...zulfikar fahmi
 
Kerusakan lingkungan lahan dan pencegahannya
Kerusakan lingkungan lahan dan pencegahannyaKerusakan lingkungan lahan dan pencegahannya
Kerusakan lingkungan lahan dan pencegahannyaAnnisa Wasistiana
 

What's hot (20)

Makalah_58 Pada dasarnya konservasi lahan diarahkan untuk memulihkan
Makalah_58 Pada dasarnya konservasi lahan diarahkan untuk memulihkanMakalah_58 Pada dasarnya konservasi lahan diarahkan untuk memulihkan
Makalah_58 Pada dasarnya konservasi lahan diarahkan untuk memulihkan
 
Makalah konservasi tanah dan air UNSRI
Makalah konservasi tanah dan air UNSRIMakalah konservasi tanah dan air UNSRI
Makalah konservasi tanah dan air UNSRI
 
Alsintan laporan 4
Alsintan laporan 4Alsintan laporan 4
Alsintan laporan 4
 
Presentasi iis
Presentasi iisPresentasi iis
Presentasi iis
 
4. metode konservasi tanah & air
4. metode konservasi tanah & air4. metode konservasi tanah & air
4. metode konservasi tanah & air
 
Konservasi tanah dan air
Konservasi tanah dan airKonservasi tanah dan air
Konservasi tanah dan air
 
Presentasi gita
Presentasi gitaPresentasi gita
Presentasi gita
 
KONSERVASI TANAH DAN AIR
KONSERVASI TANAH DAN AIRKONSERVASI TANAH DAN AIR
KONSERVASI TANAH DAN AIR
 
Konservasi tanah dan air
Konservasi tanah dan airKonservasi tanah dan air
Konservasi tanah dan air
 
Konservasi mekanik dan kimia
Konservasi mekanik dan kimiaKonservasi mekanik dan kimia
Konservasi mekanik dan kimia
 
Pelestarian tanah
Pelestarian tanahPelestarian tanah
Pelestarian tanah
 
Pedosfer x6 2012
Pedosfer x6 2012Pedosfer x6 2012
Pedosfer x6 2012
 
Evaluasi lahan dan_klasifikasi_kemampuan
Evaluasi lahan dan_klasifikasi_kemampuanEvaluasi lahan dan_klasifikasi_kemampuan
Evaluasi lahan dan_klasifikasi_kemampuan
 
Makalah konservasi
Makalah konservasiMakalah konservasi
Makalah konservasi
 
Metode konservasi secara mekanis (teknik sipil)
Metode konservasi secara mekanis (teknik sipil)Metode konservasi secara mekanis (teknik sipil)
Metode konservasi secara mekanis (teknik sipil)
 
Pemupukan
PemupukanPemupukan
Pemupukan
 
Lahan pasang surut
Lahan pasang surutLahan pasang surut
Lahan pasang surut
 
Tingkat erosi-permukaan-pada-lahan-pertanian-jagung-di-das-alo-pohu-provinsi-...
Tingkat erosi-permukaan-pada-lahan-pertanian-jagung-di-das-alo-pohu-provinsi-...Tingkat erosi-permukaan-pada-lahan-pertanian-jagung-di-das-alo-pohu-provinsi-...
Tingkat erosi-permukaan-pada-lahan-pertanian-jagung-di-das-alo-pohu-provinsi-...
 
Nature vs agroeco
Nature vs agroecoNature vs agroeco
Nature vs agroeco
 
Kerusakan lingkungan lahan dan pencegahannya
Kerusakan lingkungan lahan dan pencegahannyaKerusakan lingkungan lahan dan pencegahannya
Kerusakan lingkungan lahan dan pencegahannya
 

Similar to PERTUMBUHAN TANAMAN JAGUNG

Bab i pendahuluan
Bab i pendahuluanBab i pendahuluan
Bab i pendahuluanefri007
 
Ringkasan buku 3 arvin r. mosier, j. keith syers, and john r. freney. agricul...
Ringkasan buku 3 arvin r. mosier, j. keith syers, and john r. freney. agricul...Ringkasan buku 3 arvin r. mosier, j. keith syers, and john r. freney. agricul...
Ringkasan buku 3 arvin r. mosier, j. keith syers, and john r. freney. agricul...Bondan the Planter of Palm Oil
 
Ringkasan buku 1 k.f. isherwood. fertilizer use and the environment
Ringkasan buku 1 k.f. isherwood. fertilizer use and the environmentRingkasan buku 1 k.f. isherwood. fertilizer use and the environment
Ringkasan buku 1 k.f. isherwood. fertilizer use and the environmentBondan the Planter of Palm Oil
 
Teknik budidaya tanaman pangan
Teknik budidaya tanaman panganTeknik budidaya tanaman pangan
Teknik budidaya tanaman panganYuwan Kilmi
 
PENGARUH PENCUCIAN, APLIKASI GLiRISIDIA DAN UItEA SERTA KOMBINASINYA TERHADAP...
PENGARUH PENCUCIAN, APLIKASI GLiRISIDIA DAN UItEA SERTA KOMBINASINYA TERHADAP...PENGARUH PENCUCIAN, APLIKASI GLiRISIDIA DAN UItEA SERTA KOMBINASINYA TERHADAP...
PENGARUH PENCUCIAN, APLIKASI GLiRISIDIA DAN UItEA SERTA KOMBINASINYA TERHADAP...Repository Ipb
 
PENGARUH PEMBERIAN BAHAN HUMAT DAN KOMPOS SISA TANAMAN TERHADAP SIFAT FISIK T...
PENGARUH PEMBERIAN BAHAN HUMAT DAN KOMPOS SISA TANAMAN TERHADAP SIFAT FISIK T...PENGARUH PEMBERIAN BAHAN HUMAT DAN KOMPOS SISA TANAMAN TERHADAP SIFAT FISIK T...
PENGARUH PEMBERIAN BAHAN HUMAT DAN KOMPOS SISA TANAMAN TERHADAP SIFAT FISIK T...Repository Ipb
 
PELESTARIAN SUMBER DAYA LAHAN KERING
 PELESTARIAN SUMBER DAYA LAHAN KERING PELESTARIAN SUMBER DAYA LAHAN KERING
PELESTARIAN SUMBER DAYA LAHAN KERINGDzuhri06
 
Lahan pasang surut
Lahan pasang surutLahan pasang surut
Lahan pasang surutsobarputra
 
Pertemuan ke 9a_ Tanah Sawah_PMAET_2023.ppt
Pertemuan ke 9a_ Tanah Sawah_PMAET_2023.pptPertemuan ke 9a_ Tanah Sawah_PMAET_2023.ppt
Pertemuan ke 9a_ Tanah Sawah_PMAET_2023.pptricky235411101008
 
Penataan lahan
Penataan lahan Penataan lahan
Penataan lahan Noveriady
 
Presentation pertambangan
Presentation  pertambanganPresentation  pertambangan
Presentation pertambanganShoetiaone
 
Resume PLK_Wilda Srianti_20011014036 fixx.pptx
Resume PLK_Wilda Srianti_20011014036 fixx.pptxResume PLK_Wilda Srianti_20011014036 fixx.pptx
Resume PLK_Wilda Srianti_20011014036 fixx.pptxMqwinMks
 

Similar to PERTUMBUHAN TANAMAN JAGUNG (20)

Bab i pendahuluan
Bab i pendahuluanBab i pendahuluan
Bab i pendahuluan
 
Ringkasan buku 3 arvin r. mosier, j. keith syers, and john r. freney. agricul...
Ringkasan buku 3 arvin r. mosier, j. keith syers, and john r. freney. agricul...Ringkasan buku 3 arvin r. mosier, j. keith syers, and john r. freney. agricul...
Ringkasan buku 3 arvin r. mosier, j. keith syers, and john r. freney. agricul...
 
Ringkasan buku 1 k.f. isherwood. fertilizer use and the environment
Ringkasan buku 1 k.f. isherwood. fertilizer use and the environmentRingkasan buku 1 k.f. isherwood. fertilizer use and the environment
Ringkasan buku 1 k.f. isherwood. fertilizer use and the environment
 
Teknik budidaya tanaman pangan
Teknik budidaya tanaman panganTeknik budidaya tanaman pangan
Teknik budidaya tanaman pangan
 
PENGARUH PENCUCIAN, APLIKASI GLiRISIDIA DAN UItEA SERTA KOMBINASINYA TERHADAP...
PENGARUH PENCUCIAN, APLIKASI GLiRISIDIA DAN UItEA SERTA KOMBINASINYA TERHADAP...PENGARUH PENCUCIAN, APLIKASI GLiRISIDIA DAN UItEA SERTA KOMBINASINYA TERHADAP...
PENGARUH PENCUCIAN, APLIKASI GLiRISIDIA DAN UItEA SERTA KOMBINASINYA TERHADAP...
 
Proposal jagung
Proposal jagungProposal jagung
Proposal jagung
 
Proposal jagung
Proposal jagungProposal jagung
Proposal jagung
 
PENGARUH PEMBERIAN BAHAN HUMAT DAN KOMPOS SISA TANAMAN TERHADAP SIFAT FISIK T...
PENGARUH PEMBERIAN BAHAN HUMAT DAN KOMPOS SISA TANAMAN TERHADAP SIFAT FISIK T...PENGARUH PEMBERIAN BAHAN HUMAT DAN KOMPOS SISA TANAMAN TERHADAP SIFAT FISIK T...
PENGARUH PEMBERIAN BAHAN HUMAT DAN KOMPOS SISA TANAMAN TERHADAP SIFAT FISIK T...
 
Pemupukan
PemupukanPemupukan
Pemupukan
 
PELESTARIAN SUMBER DAYA LAHAN KERING
 PELESTARIAN SUMBER DAYA LAHAN KERING PELESTARIAN SUMBER DAYA LAHAN KERING
PELESTARIAN SUMBER DAYA LAHAN KERING
 
Acara 4 fix tekben
Acara 4 fix tekbenAcara 4 fix tekben
Acara 4 fix tekben
 
Jurnal sukris28
Jurnal sukris28Jurnal sukris28
Jurnal sukris28
 
Lahan pasang surut
Lahan pasang surutLahan pasang surut
Lahan pasang surut
 
Lahan pasang surut
Lahan pasang surutLahan pasang surut
Lahan pasang surut
 
Ekotan 15
Ekotan 15Ekotan 15
Ekotan 15
 
Makalah konservasi
Makalah konservasiMakalah konservasi
Makalah konservasi
 
Pertemuan ke 9a_ Tanah Sawah_PMAET_2023.ppt
Pertemuan ke 9a_ Tanah Sawah_PMAET_2023.pptPertemuan ke 9a_ Tanah Sawah_PMAET_2023.ppt
Pertemuan ke 9a_ Tanah Sawah_PMAET_2023.ppt
 
Penataan lahan
Penataan lahan Penataan lahan
Penataan lahan
 
Presentation pertambangan
Presentation  pertambanganPresentation  pertambangan
Presentation pertambangan
 
Resume PLK_Wilda Srianti_20011014036 fixx.pptx
Resume PLK_Wilda Srianti_20011014036 fixx.pptxResume PLK_Wilda Srianti_20011014036 fixx.pptx
Resume PLK_Wilda Srianti_20011014036 fixx.pptx
 

PERTUMBUHAN TANAMAN JAGUNG

  • 1. ISSN 1410-1939 9 PERTUMBUHAN TANAMAN JAGUNG (Zea mays L.) YANG DIBERI PUPUK N DENGAN DOSIS DAN CARA PEMBERIAN YANG BERBEDA PADA LAHAN ULTISOLS DENGAN SISTEM OLAH TANAH MINIMUM [GROWTH OF MAIZE (Zea mays L.) FERTILIZED WITH NITROGEN OF DIFFERENT RATES AND METHODS OF PLACEMENT ON ULTISOLS LAND WITH MINIMUM TILLAGE SYSTEM] Nyimas Myrna E.F.1 Abstract A research was carried out to evaluate growth of maize fertilized with N of different rates and fertilizer placement methods on Ultisol land with minimum tillage system. Field experiment was conducted on Ultisol at the experimental farm of Faculty of Agriculture Jambi University, Mendalo Darat, from July 2003 until October 2003. The treatments were arranged in a factorial split plot pattern of randomized block design, placement of fertilizer methods (on the surface of the soil and left uncovered; on the surface of the soil and covered; in punched holes then filled up with soil, and in rows covered with soil) as main plot factor, and rates of N fertilizer (0, 75, 150, 225 kg ha-1 N) as subplot factor. Each treatment was replicated three times. Variables observed were several growth characteristics namely leaf area index (LAI), crop growth rate (CGR), and net assimilation rate (NAR). Results indicated that average weekly development of leaf area index ( LAI ), average weekly crop growth rate ( CGR ), and average weekly net assimilation rate ( NAR ) for five weekly periods were different due to variation in rates in each method of fertilizer placement Key words: fertilization, soil conservation, food crop. Kata kunci: pemupukan, konservasi tanah, tanaman pangan. 1 Jurusan Budidaya Pertanian, Fakultas Pertanian Universitas Jambi Kampus Pinang Masak, Mendalo Darat, Jambi 36361 PENDAHULUAN Jagung merupakan komoditas yang memiliki arti penting bagi bangsa Indonesia sebagai komodi- Tas utama penghasil karbohidrat setelah beras. Se- lain itu, jagung juga digunakan sebagai pakan ter- nak dan bahan baku industri lainnya. Dalam bebe- rapa tahun terakhir peningkatan kebutuhan jagung tidak sejalan dengan laju peningkatan produksi di dalam negeri sehingga diperlukan impor jagung yang makin besar (Bank Indonesia, 1999). Usaha peningkatan produksi jagung dapat dila- kukan melalui program ekstensifikasi dan intensifi- kasi pertanian. Namun demikian, program ekstensi- fikasi dihadapkan pada beberapa hambatan karena sebagian besar tanah di Indonesia tergolong tanah Podsolik Merah Kuning (Ultisol) dengan tingkat kesuburan kimia dan fisika tanah yang rendah. Selain itu, langkanya tenaga kerja untuk mengolah tanah juga merupakan hambatan dalam program ini. Sistem olah tanah yang biasa dilakukan petani dalam usaha tani jagung adalah sistem olah tanah konvensional, yaitu tanah dibajak/dicangkul dua kali dengan kedalaman 25 hingga 30 cm dan digaru satu kali sambil diratakan sehingga diperoleh struk- tur tanah cukup halus. Menurut Lal (1979) sebagai- mana dikutip oleh Alibasyah (2000), pada tanah yang diolah secara konvensional, struktur tanah menjadi lebih halus sehingga lebih mudah terdis- persi oleh butir-butir hujan yang mengakibatkan penyumbatan pori tanah sehingga infiltrasi berku- rang, sedangkan aliran permukaan dan erosi menja- di lebih besar. Selain itu, agregat tanah tidak stabil, porositas dan kandungan air tanah rendah, bobot isi tanah menjadi lebih tinggi, dan tanah menjadi lebih padat. Ditambahkan oleh Utomo (2002) bahwa olah tanah intensif akan memacu erosi, menurun- kan kualitas tanah, menurunkan produktivitas la- han, dan memacu polusi lingkungan. Oleh karena itu, pada lahan kering seperti Ultisol dengan kepe- kaan erosi tinggi, pengolahan tanah intensif dapat
  • 2. Jurnal Agronomi 10(1):9-25 10 mengakibatkan semakin berkurangnya ketersediaan unsur-unsur hara yang penting bagi tanaman karena pengikisan dari lapisan permukaan tanah akibat erosi. Pada akhirnya, hal ini akan mengurangi kua- litas pertumbuhan tanaman dan kuantitas hasil yang diharapkan. Salah satu upaya untuk mengurangi dampak ne- gatif pengolahan tanah intensif, terutama di lahan kering Ultisol, adalah mengurangi pengolahan ta- nah atau sering disebut dengan olah tanah mini- mum dan tanpa olah tanah (olah tanah konservasi). Aplikasi olah tanah konservasi akan lebih berhasil pada tanah bertekstur ringan sampai sedang, tanah berdrainase baik, dan tanah bergelombang sampai berbukit. Teknik olah tanah konservasi sesuai di- terapkan pada tanah Andisol, Mollisol, Inceptisol, dan Ultisol, tetapi kurang sesuai jika diterapkan pa- da tanah Vertisol yang memiliki kendala sifat fisika tanah yang tinggi (Arbiwati, 2002).. Dalam produksi tanaman, untuk memperoleh hasil yang maksimum, ketersediaan unsur hara me- rupakan syarat mutlak. Salah satu unsur hara pen- ting yang ketersediaannya harus dalam keadaan cu- kup adalah nitrogen. Pada kondisi lahan tertentu dengan tingkat kesuburan rendah seperti pada Ulti- sol, pemupukan nitrogen dan unsur-unsur utama lainnya seperti fosfor dan kalium, seringkali mutlak dilakukan untuk memenuhi kebutuhan tanaman. Salah satu aspek penting dari pemupukan yang jarang sekali diperhatikan adalah efisiensi pemu- pukan. Pemupukan nitrogen khususnya di daerah tropis dengan suhu dan kelembaban tinggi serta iklim basah seperti Indonesia umumnya memiliki efisiensi yang rendah. Pada kondisi ini, tanah ba- nyak mengalami kehilangan nitrogen yang terjadi melalui pencucian, panen, proses denitrifikasi, re- aksi-reaksi kimia dan lain-lain. Pada batasan tertentu, masalah efisiensi pemu- pukan dapat dikendalikan melalui manipulasi tek- nologi pemupukan yang meliputi cara penggunaan, waktu pemberian, takaran yang tepat serta jenis pu- puk yang digunakan (Sunarsedyono et al., 1988). Lehrsch et al. (2000) melaporkan bahwa cara pemupukan N dan penempatannya berpengaruh terhadap peningkatan hasil biji jagung yang diberi pengairan secara irigasi. Pemberian pupuk dalam band pada saat tanam dan dalam larikan pada saat pemupukan susulan lebih baik daripada pemberian secara sebar pada saat tanam dan dalam larikan pa- da saat pemupukan susulan. Hasil biji pada cara pertama lebih tinggi daripada cara kedua, yaitu se- besar 7 ton ha-1 . Selama ini, rekomendasi pemupukan pada ta- naman jagung ditujukan pada kondisi lahan dengan olah tanah sempurna. Melalui perubahan teknologi olah tanah diduga akan terjadi perbedaan penye- rapan unsur hara. Seperti yang dikemukakan oleh Utomo (2002) bahwa pengelolaan hara pada budi- daya olah tanah minimum sedikit berbeda diban- dingkan dengan pada budidaya olah tanah intensif. Perbedaan itu terjadi karena adanya mulsa residu tanaman dan sedikitnya manipulasi permukaan la- han olah tanah minimum. Residu tanaman sebagai mulsa akan mengurangi penguapan sehingga mam- pu meningkatkan kelembaban tanah dan mengen- dalikan fluktuasi suhu tanah. Membaiknya iklim mikro akan meningkatkan aktivitas biota tanah, yang pada akhirnya mempengaruhi proses imobili- sasi-mineralisasi hara, terutama N. Berdasarkan hasil percobaan penggunaan pu- puk urea dan amonium nitrat pada tanaman gan- dum, kehilangan akibat penguapan lebih besar dari 50% pada pemberian urea dengan cara sebar diban- dingkan dengan pada pemberian dalam barisan ta- naman (Fowler dan Brydon, 1989). Berdasarkan uraian di atas perlu diteliti lebih lanjut bagaimana pertumbuhan tanaman jagung yang diberi pupuk nitrogen dengan dosis dan cara pemberian yang berbeda pada sistem olah tanah minimum. BAHAN DAN METODA Percobaan dilaksanakan mulai bulan Juli sam- pai Oktober 2003 di Kebun Percobaan Universitas Jambi, Mendalo Darat, Kabupaten Muaro Jambi, Jambi, dengan ketinggian tempat sekitar 25 m di atas permukaan laut dengan tipe curah hujan A me- nurut Schmidt-Fergusson. Ordo tanah di daerah lokasi percobaan adalah Ultisol. Bahan yang digunakan dalam percobaan adalah benih jagung kultivar Arjuna pupuk urea (46% N), SP-36 (15,73% P) dan KCl (49,8% K); pestisida (Furadan 3G, Decis 2.5 EC, dan Ridomil 35 SD), herbisida Roundup 480 AS, dan kapur pertanian (Ca Mg (CO3)2). Alat-alat yang digunakan adalah alat bercocok tanam, meteran, dan sprayer. Percobaan dilaksanakan dengan menggunakan Rancangan Petak Terbagi dengan rancangan dasar Rancangan Acak Kelompok (RAK) dengan faktor pertama adalah cara pemberian pupuk dan faktor ke-dua adalah dosis pupuk nitrogen. Cara pemberi- an pupuk (C) ditempatkan sebagai faktor petak uta- ma, terdiri atas: C1 = di permukaan tanah, dibiar- kan terbuka, C2 = di permukaan tanah, ditimbun, C3 = di dalam lubang ditugal, ditutup , dan C4 = di dalam larikan, ditutup. Sementara itu dosis pupuk
  • 3. Nyimas Myrna E.F.: Pemupukan N pada Jagung pada Ultisol dengan Sistem Olah Tanah Minimum 11 nitrogen (N) ditempatkan sebagai faktor anak pe- tak, yang terdiri atas: N0 = 0 kg ha-1 , N1= 75 kg ha-1 , N2 = 150 kg ha-1 , dan N4 = 225 kg. ha-1 . Se- tiap kombinasi perlakuan diulang sebanyak tiga ka- li. Jarak tanam yang digunakan adalah 75 × 25 cm. Luas tiap petak percobaan adalah 4,50 × 2,25 m. Di dalam tiap petak percobaan terdapat subpetak satuan percobaan untuk hasil panen dengan luas 1,50 × 1,25 m. Dalam satu petak, 12 tanaman di- destruksi 6 kali dengan dua tanaman setiap kali destruksi dan 10 tanaman dalam petak panen untuk penetapan hasil, dua tanaman di antaranya untuk pengukuran komponen hasil. Gulma berupa alang-alang dan rumput pada la- han yang akan ditanami disemprot dengan herbi- sida Roundup dengan dosis 4 L ha-1 . Setelah gulma mati, dilakukan pengolahan tanah. Tanah diolah secara terbatas sepanjang barisan yang akan dita- nami (sesuai dengan jarak tanam), dicangkul satu kali sedalam 10 cm dan diratakan (olah tanah mi- nimum). Kemudian, untuk menaikkan pH, tanah diberi kapur pertanian (Ca Mg(CO3)2) dengan do- sis 2.5 ton ha-1 dengan cara ditaburkan pada per- mukaan tanah yang baru diolah kemudian diaduk rata dengan tanah. Pupuk yang digunakan adalah urea (dosis sesuai dengan perlakuan), SP-36 de- ngan dosis 80 kg ha-1 , dan KCl dengan dosis 50 kg ha-1 . SP-36 dan KCl seluruh dosis diberikan saat tanam sebagai pupuk dasar. Pupuk urea diberikan dengan cara sesuai dengan perlakuan, yaitu dengan cara ditaburkan pada permukaan tanah secara me- lingkar di sekeliling tanaman dan dibiarkan terbuka (C1), ditaburkan pada permukaan tanah secara me- lingkar di sekeliling tanaman dan langsung ditim- bun dengan tanah (C2), dalam lubang ditugal di samping tanaman dan ditutup kembali dengan ta- nah (C3), dalam larikan di samping tanaman dan ditutup kembali dengan tanah (C4). Pemberian pupuk urea dilakukan dua kali, yaitu 1/3 dosis 7 hari setelah tanam dan 2/3 dosis diberikan pada saat tanaman berumur 1 bulan. Pupuk SP-36 dan KCl diberikan dalam lubang yang ditugal di sam- ping tanaman. Peubah respons adalah beberapa karakteristika tumbuh, yang ditetapkan berdasarkan contoh ta- naman destruktif yang dirumuskan sebagaimana berikut ini: a. Indeks Luas Daun rata-rata ILD mingguan, yang dihitung menurut rumus Gardner et al. (1991): 2212 mcm P 1 x 2 )A(A ILD −+ = yaitu nisbah antara luas daun dengan luas tanah yang ditempati oleh tanaman rata-rata periode mingguan. Luas daun diukur dengan metoda yang dikemukakan oleh Montgomery (1911) sebagaimana dikutip oleh Elings (2000), dengan rumus sebagai berikut: Luas Daun = Panjang Daun × Lebar Daun x 0,75 b. Laju Asimilasi Bersih rata-rata LAB mingguan, yang dihitung menurut rumus 12 12 12 12 12 haricmg tt lnAlnA AA WW LAB −− − − × − − = yaitu laju pertambahan bahan kering total ta- naman per satuan luas daun per satuan waktu rata-rata periode mingguan yang menggambar- kan laju fotosintesis bersih (kapasitas tanaman mengakumulasi bahan kering) per satuan luas daun per satuan waktu rata-rata periode ming- guan, c. Laju Tumbuh Tanaman rata-rata ( LTT ) ming- guan, yang dihitung menurut rumus: 2 12 12 mg P 1 tt WW LTT − × − − = yaitu laju pertambahan bahan kering total ta- naman per satuan luas lahan per satuan waktu rata-rata periode mingguan yang menggambar- kan peningkatan bobot kering total tanaman per satuan luas lahan per satuan waktu rata- rata periode mingguan. Makna lambang huruf dalam ketiga rumus ter- sebut adalah: A1 = luas daun pada waktu t1, A2 = luas daun pada waktu t2, W1= bobot bahan kering tanaman pada waktu t1, W2= bobot kering tanaman pada waktu t2, P = luas tanah yang ditempati ta- naman, t2= waktu setelah t1, t1= waktu tertentu, yang dihitung untuk lima periode mingguan berda- sarkan luas daun dan bobot bahan kering tanaman yang ditetapkan dari dua contoh tanaman destruktif yang dilakukan sebanyak enam kali, yaitu pada umur 21, 28, 35, 42, 49, dan 56 hari setelah tanam. Analisis data peubah karakteristik tumbuh sela- ma lima periode mingguan, yaitu periode minggu- an 1 sampai 5 sejak umur 21 hari sampai 56 hari setelah tanam, diduga dengan sidik regresi terha- dap periode mingguan untuk berbagai dosis pem- berian pupuk nitrogen pada setiap cara pemberian. Kurva yang diperoleh diperbandingkan dengan menggunakan uji kesejajaran dan keberimpitan kurva pada taraf α = 0,05 (Draper dan Smith, 1981).
  • 4. Jurnal Agronomi 10(1):9-25 12 HASIL DAN PEMBAHASAN Indeks luas daun rata-rata Indeks luas daun merupakan rasio antara luas daun (satu permukaan saja) tanaman budidaya ter- hadap luas tanah (Gardner et al., 1991). Indeks lu- as daun menggambarkan besarnya aparat asimilasi suatu tegakan tanaman dan berfungsi sebagai nilai primer untuk penghitungan sifat-sifat pertumbuh- an seperti laju tumbuh tanaman dan laju asimilasi bersih. Berdasarkan hasil uji kesejajaran dan ke- berimpitan kurva, pola perkembangan ILD ming- guan tanaman jagung selama lima periode minggu- an pada setiap cara pemberian pupuk sebagai res- pons terhadap setiap taraf dosis pemberian pupuk nitrogen berbeda (Gambar 1a - 1d) walaupun de- ngan pola yang sama, yaitu rendah pada awal per- tumbuhan periode mingguan pertama (21-28 HST), kemudian meningkat dengan laju peningkatan yang berbeda pada setiap taraf dosis pemberian pupuk nitrogen sampai periode mingguan kelima (49-56 HST). Jika diamati perkembangan ILD selama 5 perio- de mingguan pada setiap cara pemberian pupuk de- ngan lebih tingginya dosis pupuk nitrogen lebih tinggi pula nilai ILD walaupun nilai ILD itu ada yang selalu sama (kurva berimpit), ada yang berbe- da dengan angka perbedaan yang selalu sama (kur- va sejajar), dan ada yang selalu berbeda (kurva ti- dak sejajar) antara kurva yang satu dengan lainnya. Masing-masing nilai ILD tertinggi diperoleh pada cara pemberian pupuk dalam lubang ditugal ditutup, dengan dosis pupuk nitrogen 225 kg ha-1 , dibandingkan dengan pada cara pemberian pupuk yang lain dengan dosis pupuk nitrogen yang sama. Hal itu mungkin disebabkan oleh cara pemberian pupuk dalam lubang ditugal ditutup yang dapat me- ngurangi besarnya kehilangan nitrogen dari pupuk yang diberikan sehingga dengan peningkatan dosis pupuk sampai ke taraf tertentu, tanaman dapat me- manfaatkan unsur N yang ada secara maksimal un- tuk pembentukan daun sebagai aparat fotosintesis yang secara langsung dapat meningkatkan ILD . Menurut Gardner et al. (1991), pada awal per- tumbuhan tanaman (fase vegetatif), pertambahan luas daun besar karena fotosintat yang dihasilkan pada proses fotosintesis digunakan untuk pemben- tukan daun sebagai organ yang melaksanakan foto- sintesis. Setter dan Flanigan (1985) mengemuka- kan bahwa jika kondisi lingkungan dan tanaman baik, meningkatnya indeks luas daun sampai batas tertentu akan meningkatkan fotosintesis. Pemupuk- an nitrogen dengan dosis tertentu dapat meningkat- kan kandungan klorofil untuk proses fotosintesis, asal kondisi yang lain seperti radiasi matahari, su- hu, kelembaban, dan CO2 ada dalam kondisi opti- mum. Perkembangan ILD yang paling lambat diper- oleh pada cara pemberian pupuk di permukaan ta- nah, dibiarkan terbuka. Keadaan itu mungkin dise- babkan oleh rendahnya efisiensi pemupukan karena besarnya kehilangan nitrogen akibat penguapan da- lam bentuk NH3 sehingga hanya sebagian kecil saja nitrogen yang dapat dimanfaatkan tanaman. Keku- rangan N pada awal pertumbuhan dapat mengham- bat pembentukan daun sebagai aparat fotosintesis yang dapat pula menekan perkembangan ILD . Me- nurut Lemcoff dan Loomis (1986), pemberian N yang rendah dapat menekan nilai ILD , terlebih jika kerapatan tanaman per ha tinggi. Secara umum, perkembangan ILD terus me- ningkat sampai periode mingguan ke-lima (49-56 HST) yang menunjukkan bahwa perkembangan nilai ILD belum maksimum. Laju tumbuh tanaman rata-rata Berdasarkan hasil uji kesejajaran dan keberim- pitan, pola perkembangan LTT mingguan tanaman jagung pada setiap cara pemberian pupuk menun- jukkan respons yang berbeda terhadap setiap taraf dosis pemberian pupuk nitrogen. Kurva perkem- bangan LTT (Gambar 2a - 2d) menunjukkan pola yang sama, yaitu rendah pada periode mingguan pertama (21-28 HST), meningkat dengan laju pe- ningkatan yang berbeda pada setiap taraf dosis pu- puk nitrogen selama tiga periode mingguan beri- kutnya (28-35 sampai 42-49 HST) dan selanjutnya mulai menurun pada periode mingguan kelima (49- 56 HST). Menurut Salisbury dan Ross (1995), pola pertumbuhan yang diekspresikan dalam bobot ba- han kering merupakan kurva berbentuk huruf-S (sigmoid) yang pada periode tumbuh tertentu laju pertumbuhan pada awalnya lambat dan meningkat terus sampai periode umur tertentu. Setelah itu laju pertumbuhan akan menurun sejalan dengan ber- tambahnya umur tanaman. Dinyatakan dalam LTT , hanya bagian tengah dan akhir kurva sigmoid yang tampak. Hal itu terjadi terjadi karena pada umur 21 HST tanaman ada pada fase vegetatif aktif sehing- ga fotosintat yang dihasilkan sebagian besar di- manfaatkan untuk membentuk organ-organ vege- tatif seperti daun, batang dan akar. Saat tanaman memasuki fase reproduktif, fotosintat ditranslokasi- kan ke organ reproduktif sehingga LTT menurun. Berdasarkan matriks perbandingan Gambar 2b, 2c, dan 2d, dengan cara pemberian pupuk di per- mukaan tanah ditimbun, dalam lubang ditugal di-
  • 5. Nyimas Myrna E.F.: Pemupukan N pada Jagung pada Ultisol dengan Sistem Olah Tanah Minimum 13 tutup, dan dalam larikan ditutup, perkembangan LTT mingguan tanaman jagung menunjukkan pola respons yang sama pada setiap taraf dosis pembe- rian pupuk nitrogen yang berbeda dengan pola res- pons pada cara pemberian pupuk di permukaan ta- nah dibiarkan terbuka dengan nilai LTT berbeda dan dengan angka perbedaan bervariasi (kurva ti- dak sejajar), nilai LTT yang berbeda dengan ang- ka perbedaan yang tetap (kurva sejajar), atau nilai LTT yang selalu sama (kurva berimpit). Perkembangan nilai LTT terendah tampak pa- da cara pemberian pupuk di permukaan tanah di- biarkan terbuka. Keadaan itu sama dengan perkem- bangan nilai ILD , karena ILD terendah juga tam- pak pada cara pemberian pupuk di permukaan ta- nah dibiarkan terbuka. Menurut Gardner et al. (1991), nilai laju tumbuh tanaman berhubungan dengan nilai indeks luas daun dan nilai laju asimi- lasi bersih. Nilai LTT tertinggi diperoleh pada cara pem- berian pupuk di dalam lubang ditugal ditutup, de- ngan dosis pupuk nitrogen 225 kg ha-1 , dibanding- kan dengan cara pemberian pupuk yang lain pada dosis pupuk nitrogen yang sama. Semakin besar ni- trogen yang tersedia dan dapat dimanfaatkan oleh tanaman, karena semakin kecil kehilangannya yang disebabkan oleh cara pemberian pupuk yang tepat, mengakibatkan meningkatnya luas daun. Pening- katan luas permukaan daun menyebabkan laju foto- sintesis semakin tinggi dan memungkinkan sema- kin banyak cahaya dan unsur hara yang dapat dise- rap. Akibat laju fotosintesis yang tinggi, hasil ba- han kering bertambah tinggi yang menyebabkan tingginya LTT . Laju asimilasi bersih Pola perkembangan LAB mingguan (Gambar 3a - 3d) pada setiap cara pemupukan menunjukkan respons yang berbeda terhadap dosis pupuk yang diberikan. Pada periode mingguan pertama nilai LAB meningkat dengan seiring peningkatan dosis pupuk nitrogen sampai periode mingguan ke-tiga (35-42 HST), kemudian menurun pada periode- periode mingguan selanjutnya (35-42 sampai 49-56 HST) dengan LAB yang selalu sama (kurva berim- pit) antara garis kurva yang satu dengan lainnya, nilai LAB yang berbeda dengan angka yang selalu sama (kurva sejajar), atau dengan angka yang se- lalu berbeda (kurva tidak sejajar). Meningkatnya nilai LAB pada awal pertumbuh- an diduga karena pada saat itu intersepsi cahaya matahari oleh daun tanaman jagung masih tinggi karena jumlah daun dan luas daun masih memadai sehingga laju fotosintesis meningkat. Selain itu, de- ngan penyerapan unsur hara yang tinggi, daun yang terbentuk akan lebar dan laju fotosintesis tinggi se- hingga laju asimilasi bersih akan meningkat selama daun-daun tidak saling menaungi. Seperti yang di- katakan oleh Gardner et al. (1991), nilai LAB pa- ling tinggi pada saat tanaman masih kecil dan seba- gian daun terkena radiasi matahari langsung. Daun yang muda pada puncak pohon menyerap radiasi paling banyak dengan laju absorpsi CO2 yang tinggi dan mentranslokasikan sejumlah fotosintat ke bagian tanaman yang lain. Sebaliknya, daun- daun yang tua pada tajuk bagian bawah dan terlindung mempunyai laju absorpsi CO2 yang rendah dan memberikan sedikit hasil fotosintesis ke bagian tanaman yang lainnya. Selanjutnya pada saat tanaman makin dewasa, jumlah daun serta luas permukaan bertambah yang mengakibatkan tanaman saling menaungi sehingga berkurang luas daun yang dapat mengintersepsi si- nar matahari dan laju akumulasi bahan kering akan berkurang. Dengan demikian, laju asimilasi bersih menjadi turun. Faktor lingkungan yang dianggap mempengaruhi nilai ILD dan LTT seperti yang telah dikemukakan sebelumnya, tampaknya juga mempengaruhi nilai LAB . KESIMPULAN Perkembangan ILD , LTT , dan LAB rata-rata mingguan selama lima periode mingguan berbeda- beda akibat berbagai dosis pada cara pemberian pupuk di permukaan tanah dibiarkan terbuka, di permukaan tanah ditimbun, dalam lubang ditugal ditutup, dan dalam larikan ditutup. DAFTAR PUSTAKA Alibasyah, M. R. 2000. Perubahan Beberapa Sifat Fisik Tanah, Tingkat Erosi, dan Hasil Jagung dengan Tiga Sistem Olah Tanah dan Mulsa Jagung serta Efek Residunya. Disertasi Program Doktor, Universitas Padjadjaran, Bandung. Arbiwati, D. 2002. Sistem Produksi Pertanian dengan Teknik Olah Tanah Konservasi terhadap Perubahan Sifat Fisik, Kimia, dan Biologi Tanah. Prosiding Seminar Nasional Budidaya Olah Tanah Konservasi, Yogyakarta. Bank Indonesia. 1999. Aspek Pemasaran Jagung. http://www.bi.go.id/sipuk/lm/ind/jagung/aspek_pem asaran.htm. Diakses 11 Nopember 2002.
  • 6. Jurnal Agronomi 10(1):9-25 14 Fowler, D. B. dan J. Brydon. 1989. No-till winter wheat production on the Canadian prairies: placement of urea and ammonium nitrate fertilizers. Agronomy Journal 81: 518-524. Gardner, F. P., R. B. Pearce dan R. L. Mitchell. 1991. Fisiologi Tanaman Budidaya (Terjemahan Herawati Susilo). Universitas Indonesia Press, Jakarta. Lehrsch, G. A., R. E. Sojka dan D. T. Westermann. 2000. Nitrogen placement, row spacing, and furrow irrigation water positioning effects on corn yield. Agronomy Journal 92: 1266-1275. Salisbury, F. B. dan C. W. Ross. 1995. Fisiologi Tumbuhan III. Perkembangan Tumbuhan dan Fisiologi Lingkungan. Terjemahan D.R. Lukman dan Sumaryono. Penerbit ITB, Bandung. Sunarsedyono, A., Ispandi dan A. G. Manshuri. 1988. Hasil-hasil Penelitian Tanaman Jagung Balai Penelitian Tanaman Pangan Malang. Prosiding Lokakarya Efisiensi Penggunaan Pupuk, pp. 369- 379. Pusat Penelitian Ternak, Balai Penelitian dan Pengembangan Pertanian, Departemen Pertanian, Bogor. Utomo, M. 2002. Olah Tanah Konservasi untuk Pengelolaan Lahan Berkelanjutan, pp. 1-35. Prosiding Seminar Nasional Budidaya Olah Tanah Konservasi,Yogyakarta 30 Juli 2002. 0,00 0,50 1,00 1,50 2,00 2,50 3,00 3,50 0 1 2 3 4 5 6 Periode mingguan IndeksLuasDaunRata-rata y(n0c1) = 0.0503x^2 - 0.0828x + 0.1554 (R^2 = 0.982) y(n1c1) = 0.0637x^2 - 0.0895x + 0.1747 (R^2 = 0.994) y(n2c1) = 0.1316x^2 - 0.3234x + 0.3778 (R^2 = 0.997) y(n3c1) = 0.1288x^2 - 0.2915x + 0.3570 (R^2 = 0.992) Gambar 1a. ILD mingguan tanaman jagung dengan pemupukan N bervariasi dosis pada cara pemberian pupuk di permukaan tanah dibiarkan terbuka pada lahan dengan sistem olah tanah minimum Y/Y Matriks Perbandingan N1 N2 N3 N0 N1 N2 / // x // x / N0: 0 kg ha-1 N pupuk N1: 75 kg ha-1 N pupuk N2: 150 kg ha-1 N pupuk N3: 225 kg ha-1 N pupuk Setiap pasangan kurva berimpit (/), sejajar (//), atau tidak sejajar (x) menurut uji kesejajaran dan keberim- pitan kurva pada taraf á = 0,05 sebagaimana ditunjukkan pada matriks perbandingan.
  • 7. Nyimas Myrna E.F.: Pemupukan N pada Jagung pada Ultisol dengan Sistem Olah Tanah Minimum 15 0,00 0,50 1,00 1,50 2,00 2,50 3,00 3,50 0 1 2 3 4 5 6 Periode mingguan IndeksLuasDaunRata-rata y(n0c2) = 0.0829x^2 - 0.2157x + 0.2639 (R^2 = 0.933) y(n1c2) = 0.0924x^2 - 0.0899x + 0.1541 (R^2 = 0.986) y(n2c2) = 0.1148x^2 - 0.1364x + 0.2009 (R^2 = 0.998) y(n3c2) = 0.0939x^2 + 0.0174x + 0.0915 (R^2 = 0.996) Gambar 1b. ILD mingguan tanaman jagung dengan pemupukan N bervariasi dosis pada cara pemberian pupuk di permukaan tanah ditimbun pada lahan dengan sistem olah tanah minimum. Y/Y Matriks Perbandingan N1 N2 N3 N0 N1 N2 / // x // x // N0: 0 kg ha-1 N pupuk N1: 75 kg ha-1 N pupuk N2: 150 kg ha-1 N pupuk N3: 225 kg ha-1 N pupuk Setiap pasangan kurva berimpit (/), sejajar (//), atau tidak sejajar (x) menurut uji kesejajaran dan keberim- pitan kurva pada taraf á = 0,05 sebagaimana ditunjukkan pada matriks perbandingan.
  • 8. Jurnal Agronomi 10(1):9-25 16 0,00 0,50 1,00 1,50 2,00 2,50 3,00 3,50 0 1 2 3 4 5 6 Periode mingguan IndeksLuasDaunRata-rata y(n0c3) = 0.0509x^2 - 0.0885x + 0.1695 (R^2 = 0.988) y(n1c3) = 0.1259x^2 - 0.2437x + 0.2975 (R^2 = 0.995) y(n2c3) = 0.1265x^2 - 0.0556x + 0.0979 (R^2 = 0.988) y(n3c3) = 0.117x^2 + 0.0564x - 0.0067 (R^2 = 0.989) Gambar 1c. ILD mingguan tanaman jagung dengan pemupukan N bervariasi dosis pada cara pemberian pupuk dalam lubang ditugal ditutup pada lahan dengan sistem olah tanah minimum. Y/Y Matriks Perbandingan N1 N2 N3 N0 N1 N2 / // x // x // N0: 0 kg ha-1 N pupuk N1: 75 kg ha-1 N pupuk N2: 150 kg ha-1 N pupuk N3: 225 kg ha-1 N pupuk Setiap pasangan kurva berimpit (/), sejajar (//), atau tidak sejajar (x) menurut uji kesejajaran dan keberim- pitan kurva pada taraf á = 0,05 sebagaimana ditunjukkan pada matriks perbandingan.
  • 9. Nyimas Myrna E.F.: Pemupukan N pada Jagung pada Ultisol dengan Sistem Olah Tanah Minimum 17 0,00 0,50 1,00 1,50 2,00 2,50 3,00 3,50 0 1 2 3 4 5 6 Periode mingguan IndeksLuasDaunRata-rata y(n0c4) = 0.0634x^2 - 0.137x + 0.2007 (R^2 = 0.977) y(n1c4) = 0.0686x^2 + 0.0762x - 0.0018 (R^2 = 0.987) y(n2c4) = 0.1046x^2 - 0.0084x + 0.0561 (R^2 = 0.977) y(n3c4) = 0.0968x^2 + 0.0594x - 0.0005 (R^2 = 0.986) Gambar 1d. ILD mingguan tanaman jagung dengan pemupukan N bervariasi dosis pada cara pemberian pupuk dalam larikan ditutup pada lahan dengan sistem olah tanah minimum. Y/Y Matriks Perbandingan N1 N2 N3 N0 N1 N2 x x x x x / N0: 0 kg ha-1 N pupuk N1: 75 kg ha-1 N pupuk N2: 150 kg ha-1 N pupuk N3: 225 kg ha-1 N pupuk Setiap pasangan kurva berimpit (/), sejajar (//), atau tidak sejajar (x) menurut uji kesejajaran dan keberim- pitan kurva pada taraf á = 0,05 sebagaimana ditunjukkan pada matriks perbandingan.
  • 10. Jurnal Agronomi 10(1):9-25 18 0,00 5,00 10,00 15,00 20,00 25,00 30,00 0 1 2 3 4 5 6 Periode mingguan LajuTumbuhTanamanRata-rata (gm -2 hari -1 ) y(n0c1) = -0,3612x^2 + 4,2281x - 3,3047 (R^2 = 0,851) y(n1c1) = -0,3274x^2 + 4,2433x - 2,4573 (R^2 = 0,907) y(n2c1) = -1,0143x^2 + 9,3757x - 7,322 (R^2 = 0,913) y(n3c1) = -1,4624x^2 + 12,254x - 9,526 (R^2 = 0,910) Gambar 2a. LTT mingguan tanaman jagung dengan pemupukan N bervariasi dosis pada cara pemberian pupuk di permukaan tanah dibiarkan terbuka pada lahan dengan sistem olah tanah minimum. Y/Y Matriks Perbandingan N1 N2 N3 N0 N1 N2 / x x x x / N0: 0 kg ha-1 N pupuk N1: 75 kg ha-1 N pupuk N2: 150 kg ha-1 N pupuk N3: 225 kg ha-1 N pupuk Setiap pasangan kurva berimpit (/), sejajar (//), atau tidak sejajar (x) menurut uji kesejajaran dan keberim- pitan kurva pada taraf á = 0,05 sebagaimana ditunjukkan pada matriks perbandingan.
  • 11. Nyimas Myrna E.F.: Pemupukan N pada Jagung pada Ultisol dengan Sistem Olah Tanah Minimum 19 0,00 5,00 10,00 15,00 20,00 25,00 30,00 0 1 2 3 4 5 6 Periode mingguan LajuTumbuhTanamanRata-rata (gm -2 hari -1 ) y(n0c2) = -0,3895x^2 + 4,3325x - 3,4 (R^2 = 0,841) y(n1c2) = -0,8293x^2 + 8,3547x - 6,316 (R^2 = 0,908) y(n2c2) = -0,94x^2 + 9,186x - 7,154 (R^2 = 0,903) y(n3c2) = -1,2636x^2 + 12,076x - 9,54 (R^2 = 0,875) Gambar 2b. LTT mingguan tanaman jagung dengan pemupukan N bervariasi dosis pada cara pemberian pupuk di permukaan tanah ditimbun pada lahan dengan sistem olah tanah minimum. Y/Y Matriks Perbandingan N1 N2 N3 N0 N1 N2 x x x / // // N0: 0 kg ha-1 N pupuk N1: 75 kg ha-1 N pupuk N2: 150 kg ha-1 N pupuk N3: 225 kg ha-1 N pupuk Setiap pasangan kurva berimpit (/), sejajar (//), atau tidak sejajar (x) menurut uji kesejajaran dan keberim- pitan kurva pada taraf á = 0,05 sebagaimana ditunjukkan pada matriks perbandingan.
  • 12. Jurnal Agronomi 10(1):9-25 20 0,00 5,00 10,00 15,00 20,00 25,00 30,00 0 1 2 3 4 5 6 Periode mingguan LajuTumbuhTanamanRata-rata (gm -2 hari -1 ) y(n0c3) = -0,3207x^2 + 4,1233x - 3,292 (R^2 = 0,875) y(n1c3) = -1,1179x^2 + 10,034x - 7,95 (R^2 = 0,889) y(n2c3) = -1,2657x^2 + 11,348x - 8,906 (R^2 = 0,916) y(n3c3) = -1,6779x^2 + 14,648x - 11,186 (R^2 = 0,842) Gambar 2c. LTT mingguan tanaman jagung dengan pemupukan N bervariasi dosis pada cara pemberian pupuk dalam lubang ditugal ditutup pada lahan dengan sistem olah tanah minimum. Y/Y Matriks Perbandingan N1 N2 N3 N0 N1 N2 x x x / // // N0: 0 kg ha-1 N pupuk N1: 75 kg ha-1 N pupuk N2: 150 kg ha-1 N pupuk N3: 225 kg ha-1 N pupuk Setiap pasangan kurva berimpit (/), sejajar (//), atau tidak sejajar (x) menurut uji kesejajaran dan keberim- pitan kurva pada taraf á = 0,05 sebagaimana ditunjukkan pada matriks perbandingan.
  • 13. Nyimas Myrna E.F.: Pemupukan N pada Jagung pada Ultisol dengan Sistem Olah Tanah Minimum 21 0,00 5,00 10,00 15,00 20,00 25,00 30,00 0 1 2 3 4 5 6 Periode mingguan LajuTumbuhTanamanRata-rata (gm -2 hari -1 ) y(n0c4) = -0,3564x^2 + 4,1376x - 3,122 (R^2 = 0,851) y(n1c4) = -0,7679x^2 + 8,0781x - 6,034 (R^2 = 0,906) y(n2c4) = -0,8519x^2 + 8,9821x - 7,088 (R^2 = 0,918) y(n3c4) = -1,2519x^2 + 11,673x - 8,842 (R^2 = 0,865) Gambar 2d. LTT mingguan tanaman jagung dengan pemupukan N bervariasi dosis pada cara pemberian pupuk dalam larikan ditutup pada lahan dengan sistem olah tanah minimum. Y/Y Matriks Perbandingan N1 N2 N3 N0 N1 N2 x x x / // // N0: 0 kg ha-1 N pupuk N1: 75 kg ha-1 N pupuk N2: 150 kg ha-1 N pupuk N3: 225 kg ha-1 N pupuk Setiap pasangan kurva berimpit (/), sejajar (//), atau tidak sejajar (x) menurut uji kesejajaran dan keberim- pitan kurva pada taraf á = 0,05 sebagaimana ditunjukkan pada matriks perbandingan.
  • 14. Jurnal Agronomi 10(1):9-25 22 0,00 5,00 10,00 15,00 20,00 25,00 30,00 0 1 2 3 4 5 6 Periode mingguan LajuAsimilasiBersihRata-rata (gcm -2 hari -1 )x(10 -4 ) y(n0c1) = -1.6164x^2 + 9.4889x + 1.8193 (R^2 = 0.732) y(n1c1) = -1.2457x^2 + 6.141x + 7.944 (R^2 = 0.835) y(n2c1) = -2.5679x^2 + 13.825x + 0.9867 (R^2 = 0.745) y(n3c1) = -3.0345x^2 + 16.274x + 0.2827 (R^2 = 0.861) Gambar 3a. LAB mingguan tanaman jagung dengan pemupukan N bervariasi dosis pada cara pemberian pupuk di permukaan tanah dibiarkan terbuka pada lahan dengan sistem olah tanah minimum. Y/Y Matriks Perbandingan N1 N2 N3 N0 N1 N2 / x x // x / N0: 0 kg ha-1 N pupuk N1: 75 kg ha-1 N pupuk N2: 150 kg ha-1 N pupuk N3: 225 kg ha-1 N pupuk Setiap pasangan kurva berimpit (/), sejajar (//), atau tidak sejajar (x) menurut uji kesejajaran dan keberim- pitan kurva pada taraf á = 0,05 sebagaimana ditunjukkan pada matriks perbandingan.
  • 15. Nyimas Myrna E.F.: Pemupukan N pada Jagung pada Ultisol dengan Sistem Olah Tanah Minimum 23 0,00 5,00 10,00 15,00 20,00 25,00 30,00 0 1 2 3 4 5 6 Periode mingguan LajuAsimilasiBersihRata-rata (gcm -2 hari -1 )x(10 -4 ) y(n0c2) = -1.5579x^2 + 8.6321x + 3.3047 (R^2 = 0.722) y(n1c2) = -1.4695x^2 + 7.2411x + 7.2647 (R^2 = 0.726) y(n2c2) = -1.2579x^2 + 6.1008x + 6.9687 (R^2 = 0.786) y(n3c2) = -1.219x^2 + 6.041x + 7.8207 (R^2 = 0.918) Gambar 3b. LAB mingguan tanaman jagung dengan pemupukan N bervariasi dosis pada cara pemberian pupuk di permukaan tanah ditimbun pada lahan dengan sistem olah tanah minimum. Y/Y Matriks Perbandingan N1 N2 N3 N0 N1 N2 // x x // x x N0: 0 kg ha-1 N pupuk N1: 75 kg ha-1 N pupuk N2: 150 kg ha-1 N pupuk N3: 225 kg ha-1 N pupuk Setiap pasangan kurva berimpit (/), sejajar (//), atau tidak sejajar (x) menurut uji kesejajaran dan keberim- pitan kurva pada taraf á = 0,05 sebagaimana ditunjukkan pada matriks perbandingan.
  • 16. Jurnal Agronomi 10(1):9-25 24 0,00 5,00 10,00 15,00 20,00 25,00 30,00 0 1 2 3 4 5 6 Periode mingguan LajuAsimilasiBersihRata-rata (gcm -2 hari -1 )x(10 -4 ) y(n0c3) = -1.6981x^2 + 10.383x - 0.106 (R^2 = 0.783) y(n1c3) = -2.129x^2 + 11.138x + 2.9547 (R^2 = 0.909) y(n2c3) = -1.27x^2 + 5.8413x + 7.206 (R^2 = 0.889) y(n3c3) = -0.8145x^2 + 2.1928x + 15.247 (R^2 = 0.974) Gambar 3c. LAB mingguan tanaman jagung dengan pemupukan N bervariasi dosis pada cara pemberian pupuk dalam lubang ditugal ditutup pada lahan dengan sistem olah tanah minimum. Y/Y Matriks Perbandingan N1 N2 N3 N0 N1 N2 x x x / x x N0: 0 kg ha-1 N pupuk N1: 75 kg ha-1 N pupuk N2: 150 kg ha-1 N pupuk N3: 225 kg ha-1 N pupuk Setiap pasangan kurva berimpit (/), sejajar (//), atau tidak sejajar (x) menurut uji kesejajaran dan keberim- pitan kurva pada taraf á = 0,05 sebagaimana ditunjukkan pada matriks perbandingan.
  • 17. Nyimas Myrna E.F.: Pemupukan N pada Jagung pada Ultisol dengan Sistem Olah Tanah Minimum 25 0,00 5,00 10,00 15,00 20,00 25,00 30,00 0 1 2 3 4 5 6 Periode mingguan LajuAsimilasiBersihRata-rata (gcm -2 hari -1 )x(10 -4 ) y(n0c4) = -1.4169x^2 + 7.9191x + 4.2827 (R^2 = 0.711) y(n1c4) = -0.795x^2 + 3.245x + 10.63 (R^2 = 0.773) y(n2c4) = -1.1262x^2 + 5.4365x + 6.72 (R^2 = 0.705) y(n3c4) = -0.9067x^2 + 3.188x + 12.918 (R^2 = 0.972) Gambar 3d. LAB mingguan tanaman jagung dengan pemupukan N bervariasi dosis pada cara pemberian pupuk dalam larikan ditutup pada lahan dengan sistem olah tanah minimum. Y/Y Matriks Perbandingan N1 N2 N3 N0 N1 N2 x x x // x x N0: 0 kg ha-1 N pupuk N1: 75 kg ha-1 N pupuk N2: 150 kg ha-1 N pupuk N3: 225 kg ha-1 N pupuk Setiap pasangan kurva berimpit (/), sejajar (//), atau tidak sejajar (x) menurut uji kesejajaran dan keberim- pitan kurva pada taraf á = 0,05 sebagaimana ditunjukkan pada matriks perbandingan.
  • 18. 26