Dokumen tersebut membahas mengenai aset tidak berwujud perusahaan seperti hak paten, hak cipta, merek dagang, dan goodwill. Aset tidak berwujud merupakan aset nonmoneter yang tidak memiliki wujud fisik dan diamortisasi selama masa manfaatnya. Goodwill tidak dapat diamortisasi menurut standar akuntansi Indonesia.
Keseimbangan perekonomian tigas termasuk peran pemerintah
ASET TAK BERWUJUD
1. AKADEMI AKUNTANSI RIAUAKADEMI AKUNTANSI RIAU
KOTA DUMAIKOTA DUMAI
DIAN WAHYU KARTIKA CANIAGO,DIAN WAHYU KARTIKA CANIAGO,
A.MdA.Md
2. Aktiva tak berwujud adalah aktiva non
moneter yang dapat di identifikasi
dan tidak mempunyai wujud fisik serta
di miliki untuk di gunakan dalam
menghasilkan atau menyerahkan
barang atau jasa, di sewakan kepada
pihak lain atau tujuan administratif.
3. Kurang memiliki eksistensi fisik
Bukan instrument keuangan
Bersifat jangka panjang dan subjek
amortisasi
4. Aset tidak berwujud pada awal
perolehannya harus di akui sebesar
harga perolehannya, untuk periode
berikutnya aset tidak berwujud di
laporkan sebesar nilai tercatatnya.
5. Pada umumnya masa manfaat aset
tidak berwujud tidak akan melebihi
20 tahun sejak tanggal aset siap di
gunakan, terkecuali ada bukti yang
menyakinkan bahwa masa manfaat
suatu aset tidak berwujud melebih
20 tahun.
6. ☻ Hak paten
Merupakan hak ekslusif perusahaan untuk
menghasilkan dan menjual barang dengan satu
keunikan atau lebih.
☻ Hak cipta dan merek dagang
Hak cipta adalah hak eksklusif untuk
menerbitkan dan menjual karya tulis, materi
artistik, atau komposisi musical.
☻ Goodwill
Merupakan asset tak berwujud milik perusahaan
yang di hasilkan oleh factor – faktor yang
menguntungkan, seperti lokasi, mutu produk,
reputasi dan keahlian manajerial.
7. Perusahaan dapat memperoleh hak eksklusif untuk
menghasilkan dan menjual barang dengan satu
keunikan atau lebih. Hak semacam ini disebut hak
paten (patent), yang di terbitkan pemerintah
kepada penemu. Hak ini berlaku dengan masa
manfaat 20 tahun.
Hukum Hak Paten No. 14/2001 juga membedakan
hak paten untuk penemuan sederhana dan
penemuan yang lebih canggih. Suatu perusahaan
dapat membeli hak paten dari perusahaan lainnya,
atau dapat memperoleh hak paten yang di
kembangkan oleh bagian riset dan
pengembangannya.
8. Metode garis lurus biasanya di gunakan untuk menentukan
amortisasi hak paten. Amortisasi di catat dengan
mendebit akun beban dan mengkredit akun hak paten.
Akun aset kontra terpisah biasanya tidak di gunakan
dalam aset tak berwujud.
Beberapa perusahaan mengembangkan hak paten mereka
sendiri melalui riset dan pengembangan. Dalam kasus
seperti ini, setiap biaya riset dan pengembangan biasanya
di catat sebagai beban operasional pada periode
terjadinya. Akuntansi untuk biaya riset dan
pengembangan di benarkan atas dasar bahwa setiap
keuntungan masa mendatang dari riset dan pengembangan
sangat tidak pasti.
9. Selain membeli hak paten, perusahaan dapat
mengeluarkan biaya cukup besar dalam
mengembangkan hak paten melalui riset dan
pengembangannya sendiri. Menurut PSAK 19,
biaya riset di perhitungkan sebagai beban
operasi berjalan dalam periode terjadinya
biaya tersebut, sedangkan biaya
pengembangan dapat di kapitalisasi jika
memenuhi beberapa persyaratan. Salah satu
persyaratannya adalah perusahaan dapat
membedakan biaya pengembangan dari biaya
riset dan biaya pengembangan tersebut
dapat di ukur secara tepat.
10. Hak eksklusif untuk menerbitkan dan menjual karya
tulis, materi artistik, atau komposisi musikal di berikan
dalam bentuk hak cipta (copyright). Hak cipta di
terbitkan oleh pemerintah dan di perpanjang sampai 50
tahun setelah kematian pengarangnya (Undang Undang‐
Hak Cipta No. 19/2002). Biaya hak cipta meliputi seluruh
biaya menciptakan karya di tambah biaya administrasi
atau hukum untuk mendapatkan hak tersebut. Hak cipta
yang di beli dari pihak lain harus di catat pada harga
pembeliannya.
11. Hak cipta di amortisasi sepanjang masa
manfaatnya. Merek dagang (trademark) adalah
nama, istilah, atau simbol yang di gunakan untuk
mengenali suatu perusahaan dan produknya.
Kebanyakan perusahaan mengidentifikasi merek
dagangnya dengan tanda ® dalam iklan dan
produknya.
12. Goodwill mengacu pada aset tak berwujud
milik perusahaan yang di hasilkan oleh faktor
– faktor yang menguntungkan, seperti lokasi,
mutu produk, reputasi, dan keahlian
manajerial. Goodwill memungkinkan
perusahaan untuk menghasilkan tingkat
pengembalian investasi yang sering kali
melebihi tingkat normal
13. Standar Akuntansi Keuangan (SAK)
Indonesia memperbolehkan goodwill di catat
dalam akun hanya jika dapat di tentukan
secara objektif oleh suatu transaksi. Contoh
transaksi yang di maksud adalah pembelian
perusahaan pada harga di atas aset bersih
( aset – liabilitas) perusahaan yang di
peroleh. Kelebihannya di catat sebagai
goodwill dan di laporkan sebagai aset tak
berwujud.
Tidak seperti hak paten dan hak cipta,
menurut Standar Akuntansi Indonesia,
goodwill tidak di amortisasi. SAK Indonesia
juga melarang amortisasi atas goodwill.