Teks tersebut membahas konsep berpikir kronologis dan sinkronik dalam sejarah. Secara kronologis berarti berurutan dalam waktu, sedangkan sinkronik mempelajari suatu peristiwa pada masa tertentu beserta gejala dan karakternya. Teks juga menjelaskan pentingnya periodisasi dan kronik dalam memahami perkembangan sejarah secara teratur.
3. PROFIL
NAMA : M. JUARI, S.Pd., M.M., M.Pd
TTL : MUSI BANYUASIN, 21/5/1968
ALAMAT : JL. JEND. SUDIRMAN LRG.
LIMAS KM. 4 RT 29 NOMOR 2112
PALEMBANG
HOBI : CATUR, TENIS MEJA
4. BAB 1
KONSEP BERPIKIR KRONOLOGIS, SINKRONIK,
RUANG, DAN WAKTU DALAM SEJARAH
A. Pengertian Sejarah
Secara etimologis kata sejarah berasal dari bahasa Arab syajaratun yang
berarti pohon. Bentuk
pohon ini kemudian dihubungkan dengan skema dari silsilah keluarga raja dari
dinasti tertentu, dan jika kita perhatikan skema dari silsilah itu akan menyerupai
bentuk pohon yang dibalik.
Kata syajaratun kemudian digunakan dalam bahasa Melayu dengan
penyebutannya berubah menjadi syajarah, dan bahasa Indonesia menyebutnya
dengan sejarah. Kata sejarah disini masih dalam
arti semula, yaitu silsilah atau keturunan.
Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI) memberikan definisi tentang sejarah
sebagai berikut:
(1)asal usul, keturunan, atau silsilah;
(2)kejadian atau peristiwa yang benar-benar terjadi pada masa lampau, riwayat,
tambo;
(3)pengetahuan atau uraian tentang kejadian, atau peristiwa yang benar-benar terjadi
pada masa yang telah lampau.
Sejarah dalam bahasa Inggris disebut dengan history, yang berasal dari
bahasa Yunani istoria
yang berarti informasi atau pencarian. New American Encyclopedia
menyebutkan bahwa sejarah
meliputi kegiatan-kegiatan manusia yang berhubungan dengan peristiwa-peristiwa
5. Pengertian sejarah menurut para ahli diantaranya sebagai berikut.
• Herodotus (484-425 SM) seorang filsuf dan sejarawan pertama yang berasal dari
Yunani yang juga disebut sebagai Bapak Sejarah. Ia mengatakan bahwa sejarah tidak
berkembang dan bergerak ke depan dengan tujuan yang pasti, tetapi bergerak
melingkar, yang tinggi dan rendahnya lingkaran disebabkan oleh keadaan manusia itu
sendiri.
• Ibnu Khaldun (1332-1406 M) mendefinisikan bahwa sejarah adalah catatan tentang
manusia dan peradabannya dengan seluruh proses perubahan secara nyata dengan
segala sebab dan akibatnya.
• R.G. Collingwood (1889-1943) mendefinisikan sejarah sebagai penyelidikan tentang
hal-hal yang telah dilakukan manusia pada masa yang lampau.
• Sartono Kartodirdjo (1921-2007), menurut beliau, pada hakikatnya sejarah dibatasi oleh
dua pengertian, yaitu sejarah objektif dan sejarah subjektif. Sejarah yang objektif
adalah sejarah yang menunjuk pada kejadian atau peristiwa itu sendiri, sedangkan
sejarah subjektif adalah sejarah yang telah dipengaruhi oleh emosi dan pikiran oleh
sejarawan atau penulis sejarah tentang suatu peristiwa.
• R. Mohammad Ali, sejarawan Indonesia, mendefinisikan sejarah sebagai berikut.
1) Sejarah adalah keseluruhan perubahan, kejadian, peristiwa, dan kenyataan
yang memang benar-benar terjadi di sekitar kita.
2) Cerita tentang perubahan perubahan itu sendiri.
3) Ilmu yang menyelidiki tentang perubahan-perubahan, peristiwa, kejadian
yang benar-benar terjadi pada masa yang telah lampau.
• Muhammad Yamin (1903-1962), memberikan definisi bahwa sejarah sebagai ilmu
pengetahuan yang disusun atas hasil penyelidikan dari berbagai peristiwa yang dapat
dibuktikan.
Berdasarkan semua definisi sebelumnya, dapat disimpulkan pengertian sejarah, yaitu
6. B. Konsep Manusia, Ruang, dan Waktu dalam Sejarah
Dalam sejarah terdapat tiga unsur penting, yaitu manusia, ruang, dan waktu.
Dalam semua peristiwa atau kejadian, manusia adalah pelaku dari semuanya. Peran
manusia sangat menentukan dalam setiap peristiwa sehingga setiap kejadian tentang
peristiwa akan selalu melibatkan manusia di dalamnya. Sejarah yang kita jadikan
pengetahuan atau sebagai bahan kajian adalah sejarahnya manusia.
Peristiwa ataupun kejadian dari masa lalu yang selalu berlangsung dalam
batasan ruang atau tempat tertentu, unsur ruang yang menjadi tempat terjadinya
peristiwa akan memberikan gambaran jelas bagi kita bahwa peristiwa itu memang ada
dan nyata.
Waktu akan menjadi batasan dari setiap peristiwa yang telah terjadi, perjalanan
hidup manusia, atau sejarah manusia tidak terlepas dari waktu. Konsep waktu dalam
sejarah meliputi dua hal, yaitu (1) proses kelangsungan dari suatu peristiwa dalam
batasan waktu tertentu, dan (2) kesatuan kelangsungan waktu, yaitu waktu pada masa
yang lampau, sekarang, dan masa yang akan datang (the past, the present, and the
future).
C. Konsep Diakronik atau Kronologi dalam Sejarah
Secara etimologis kata diakronik berasal dari bahasa Yunani, yaitu dia
dan chronoss. Dia
mempunyai arti melintas, melampaui, atau melalui, sedangkan chronoss berarti
waktu. Jadi, diakronik
berarti sesuatu yang melintas, melalui, dan melampaui dalam dalam batasan waktu. Jika
dikaitkan dengan sejarah, sesuatu yang melintas, melalui, atau melampaui tersebut
adalah peristiwa atau kejadian.
Secara etimologis, kata kronologi berasal dari bahasa Yunani, yaitu chronoss
dan logos. Chronoss artinya waktu, sedangkan logos artinya uraian atau ilmu. Jadi,
7. Sejarah juga mengenal istilah periodisasi, yang bertugas membuat klasifikasi
dari peristiwa- peristiwa sejarah dalam tahap-tahap dan pembabakan tertentu.
Periodisasi dalam sejarah diperlukan karena penting bagi kita agar dapat mengadakan
tinjauan secara menyeluruh terhadap peristiwa-peristiwa yang telah terjadi dan saling
keterhubungannya dalam berbagai aspek. Periodisasi dalam sejarah dapat dilakukan
dengan banyak klasifikasi berdasarkan sejumlah aspek dalam kehidupan manusia,
seperti perkembangan sistem politik, pemerintahan, agama dan kepercayaan, ekonomi,
dan sosial budaya. Contoh berikut adalah periodisasi yang dibuat berdasarkan sistem
mata pencarian hidup dalam sejarah Indonesia.
• Masa berburu dan meramu.
• Masa bercocok tanam.
• Masa bercocok tanam tingkat lanjut.
• Masa perundagian.
Periodisasi yang banyak digunakan untuk memperoleh gambaran tentang
keadaan masyarakat, sistem politik, ekonomi, agama, dan kepercayaan suatu kerajaan
digunakan pembabalan berdasarkan urutan dinasti, seperti yang terdapat pada sejarah
bangsa-bangsa di Asia. Di Asia pada umumnya kedudukan raja dianggap penting
dalam masyarakat, seperti contoh berikut ini.
Dinasti yang pernah memerintah Jawa dari masa perkembangan
pengaruh agama dan kebudayaan Hindu-Buddha hingga pengaruh Islam adalah
sebagai berikut.
• Dinasti (Wangsya) Sanjaya (732-850 M).
• Dinasti Syailendra (750-900 M).
• Dinasti Isyana (900-1222 M).
• Dinasti Girindra (1222-1478 M).
• Dinasti Demak (1521-1568 M).
• Dinasti Pajang (1568-1600 M).
8. Periodisasi bertujuan membuat klasifikasi dalam sejarah sehingga akan
memudahkan kita untuk memahami peristiwa-peristiwa sejarah secara kronologis.
Melalui periodisasi, kita menjadi mudah untuk memahami hal-hal yang terkait dengan:
• perkembangan manusia dari waktu ke waktu,
• kesinambungan antarperiode,
• kemungkinan terjadinya fenomena yang berulang, dan
• perubahan yang terjadi dari periode awal hingga ke periode berikutnya.
Periodisasi sejarah Indonesia adalah sebagai berikut.
• Masa praaksara.
• Masa kedatangan dan perkembangan agama dan kebudayaan Hindu-Buddha.
• Masa kedatangan dan perkembangan agama Islam.
• Masa kekuasaan kolonialisme Barat.
• Masa pendudukan Jepang.
• Masa Revolusi.
• Masa Orde Lama.
• Masa Orde Baru.
• Masa reformasi.
Dalam sejarah kita juga dikenalkan dengan istilah kronik. Kronik adalah catatan
peristiwa menurut urutan waktu kejadiannya. Kronik berupa catatan perjalanan yang
ditulis oleh para musafir, pendeta, dan pujangga pada masa yang lalu. Mereka pada
umumnya menulis tentang peristiwa, kejadian, hal-hal yang menarik perhatian dan
mengesankan yang mereka temui di suatu tempat dan pada waktu tertentu.
Kronik sejarah Indonesia banyak ditulis oleh para musafir dan pendeta Cina
yang banyak berdatangan ke Nusantara untuk berbagai kepentingan. Kronik tentang
Nusantara yang banyak ditulis oleh para musafir dan pendeta adalah ketika Cina
diperintah oleh sejumlah dinasti, seperti Dinasti Chou, Qin, Tang, dan Ming, dan juga
oleh para musafir serta pendeta yang datang dari India. Berdasarkan catatan yang
9. yang mereka buat, kita dapat mengetahui, atau paling tidak memiliki gambaran, tentang
bagaimana kondisi masyarakat Nusantara di suatu tempat pada masa yang lalu. Namun,
untuk memperoleh gambaran lebih jelas tentang masa lalu, diperlukan banyak sumber
lain yang dapat mendukung kebenaran dari kronik tersebut.
D. Konsep Sinkronik dalam sejarah
Kata sinkronik, berasal dari bahasa Yunani yaitu syn yang berarti dengan,
dan chronoss yang
berarti waktu. Adapun dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia, sinkronik diartikan
sebagai segala sesuatu
yang bersangkutan dengan peristiwa yang terjadi pada suatu masa. Kajian sejarah
secara sinkronik artinya mempelajari peristiwa sejarah dengan segala aspeknya pada
masa atau waktu tertentu dengan lebih mendalam. Lebih lengkapnya dapat dijelaskan
bahwa konsep sinkronik dalam sejarah adalah bagaimana mempelajari atau mengkaji,
pola-pola, gejala, dan karakter dari sebuah peristiwa sejarah pada masa tertentu.
Secara umum sinkronik mempunyai ciri-ciri sebagai berikut.
Mengkaji peristiwa sejarah yang terjadi pada masa tertentu.
Menitikberatkan kajian peristiwa pada pola-pola, gejala, dan karakter.
Bersifat horizontal.
Tidak ada konsep perbandingan.
Cakupan kajian lebih sempit.
Kajiannya sangat sistematis.
Sifat kajian lebih serius dan mendalam.
Oleh karena itu, dapat dikatakan bahwa sinkronik dalam sejarah adalah kajian
yang lebih menitikberatkan pada meneliti gejala-gejala yang meluas dari sebuah
peristiwa tetapi dengan waktu yang terbatas. Sebagai contoh, seseorang sejarawan
ingin menyusun sejarah perekonomian bangsa Indonesia pada zaman Jepang. Hal yang
10. E. Cara Berpikir Kronologis dan Sinkronik dalam Belajar Sejarah
Sejarah mengajarkan kepada kita cara berpikir kronologis, artinya berpikirlah
secara runtut, teratur, dan berkesinambungan. Dengan konsep kronologis, sejarah akan
memberikan kepada kita gambaran yang utuh tentang peristiwa atau perjalanan sejarah
dari tinjauan aspek tertentu sehingga dengan mudah kita dapat menarik manfaat dan
makna dari hubungan antarperistiwa yang terjadi. Adapun dalam kehidupan sehari-hari,
konsep berpikir diakronik atau kronologis ini sangat diperlukan jika kita ingin
memecahkan masalah.
Cara berpikir sinkronik akan mengajarkan kepada kita untuk lebih teliti dalam
mengamati gejala atau fenomena tertentu, terhadap peristiwa atau kejadian pada waktu
tertentu. Selain melatih kita untuk dapat berpikir sinkronik dan kronologis, sejarah juga
mengajarkan kepada kita cara berpikir holistik. Holistik mempunyai pengertian
menyeluruh, artinya dalam mengamati atau mempelajari suatu peristiwa kita hendaknya
menggunakan cara pandang dengan mempertimbangkan berbagai aspek. Sebagai
contoh, kita ingin mempelajari mengapa perang dapat terjadi? Dengan cara berpikir
holistik kita akan mulai mempelajari sebab-sebab, tokoh yang terlibat, di mana
terjadinya, kapan terjadinya, faktor pemicu, usaha usaha yang telah dilakukan untuk
mencegah terjadinya perang, korban, dan akibat dari perang tersebut. Oleh karena itu,
kita juga belajar bahwa setiap akibat pasti ada sebabnya, sejauh mana kemampuan kita
dapat mencegah sebab atau mengurangi atau bahkan menghindari akibat yang tidak
kita inginkan.