SlideShare a Scribd company logo
1 of 29
Membuat Prioritas dalam
Pelayanan Kesehatan
Yulita Hendrartini
Tujuan Umum
• Bab ini memuat isu yang luas tentang
bagaimana sumber daya digunakan
dalam sektor kesehatan dan
menfokuskan pada efisiensi alokasi
(menempatkan sumber daya untuk
digunakan dalam cara yang dapat
memaksimalkan tujuan kesehatan dan
sosial yang lain).
Ada berbagai pertanyaan penting
dalam menetapkan prioritas:
• Siapa yang harus dikonsultasi untuk
prioritas pelayanan?
• Bagaimana menggabungkan
berbagai input yang berbeda untuk
menghasilkan rencana pelayanan?
• Bagaimana sumber daya dan
program dialokasikan antar daerah?
• Dan ketika sumberdaya tidak cukup
untuk membiayai pelayanan yang
cost-effective, bagaimana keputusan
rasional yang harus diambil?
Priority setting: siapa yang
harus diprioritaskan?
Ada berbagai kelompok :
• Individual dan keluarga
• Organisasi masyarakat
• Staf kesehatan
• Administrator kesehatan regional dan kabupaten
• Pembuat kebijakan di tingkat nasional, pada Depkes
atau departemen yang lain
Setiap kelompok mempengaruhi prioritas kesehatan
di berbagai cara dan masing-masing mempunyai
perspektif yang berbeda pada pelayanan
kesehatan
Bagaimana cara melakukan
prioritas secara benar?
• Penetapan prioritas terjadi di berbagai
tingkat sistem dan di berbagai cara.
Tidak ada cara yang paling benar untuk
membuat prioritas, karena prioritas
adalah subjektif dan relatif.
• Penetapan prioritas melibatkan
keseimbangan antara berbagai tujuan dan
berbagai sudut pandang.
Perspektif Pengguna
Demand untuk pelayanan kesehatan oleh individual
dan keluarga dipengaruhi oleh banyak faktor,
termasuk:
• Kebutuhan objektif mereka
• Persepsi mereka akan sakit, apa penyebabnya,
pengobatan apa yang sesuai
• Akses terhadap pelayanan kesehatan, secara
geografis
• Daya jangkau pelayanan (kemampuan membayar
pelayanan kesehatan)
• Penerimaan terhadap pelayanan
Bagaimana para perencana
mengetahui prioritas?
• Data epidemiologis tentang
mortalitas dan morbiditas
• Metode survei kualitatif
• Akses (dalam hal fisik)
• Daya Jangkau (Affordability)
• Isu tentang equity yang umum juga
terkait
Perspektif masyarakat
• Meminta kelompok perwakilan masyarakat
untuk membuat prioritas antara berbagai
pelayanan. Ini dapat dikombinasi dengan
informasi epidemiologi dan data cost-
effectiveness untuk menghasilkan semacam
rangking lokal.
• Berikan kelompok tersebut pilihan tentang
pelayanan mana yang harus dihentikan atau
dilanjutkan dalam hambatan situasi anggaran.
• Konsultasi pada kelompok user tentang
pelayanan tertentu.
Perspektif staf medis
• Kelompok ini meliputi dokter, perawat,
bidan, dokter gigi: semua orang yang
memberikan pelayanan langsung kepasien.
• Mereka memainkan peran dalam
penentuan prioritas karena mereka
mendistribusikan pelayanan kesehatan
(misalnya memutuskan siapa yang akan
diterapi dan siapa yang tidak) dalam suatu
situasi dimana demand melebihi suplai
Catatan tentang dokter
• Mereka adalah agen yang tidak sempurna
• Sebagai agen pasien, mereka juga agen bagi mereka
sendiri dan faktor seperti kenyamanan dan
keuntungan memainkan peran.
• Mengabaikan tugas publiknya untuk mendukung
kunjungan pada klinik praktek sore adalah contoh
lain dari dokter sebagai profit-maximiser.
• Dokter hanya melihat pasien yang datang untuk
menemui mereka
• Secara khusus, dokter mempunyai sedikit kesadaran
tentang biaya (daripada kesadaran tentang mereka
sendiri).
Model Quasi Market
• provider (self governing organisations yang
menyediakan pelayanan seperti rumah sakit
dan dokter umum) dan
• purchaser (health authorities dan dokter
umum pemegang dana (dokter puskesmas)
yang bertanggung jawab untuk menentukan
pelayanan apa yang dibeli dari provider).
• Selain terintegrasi secara vertikal dalam
birokrasi organisasi dengan historic budget,
provider diharapkan untuk berkompetisi
mendapat kontrak dari purchaser.
Alokasi sumber daya secara
geografis
• Teori tentang alokasi sumber daya ( atau reccurent
funds) untuk provinsi dan kabupaten mengikuti hal
berikut:
• Uang dan sumber daya lain seperti staf, harus
dialokasikan menurut kebutuhan
• Proses harus sederhana, menggunakan data yang
tersedia, yang di up date secara reguler dan
terpercaya (reliabel)
• Perhitungan harus objektif dan transparan sehingga
tidak ada yang merasa telah diperlakukan tidak adil
• Harus dihindari untuk membuat ‘insentif yang tidak
baik’
Pada prakteknya, bagaimana
menghitung kebutuhan?
• pengukuran pertama yang umumnya dipakai
adalah ukuran populasi yang memberi
indikasi tentang kebutuhan pelayanan.
Rumus-rumus yang menggunakan data
populasi harus mengantisipasi perubahan
dalam ukuran populasi selama periode
tertentu, yaitu kelahiran, kematian dan
migrasi.
Jika data tersedia, ini dapat
disesuaikan untuk sejumlah
faktor lain, seperti:
• Profil umur dan jenis kelamin pada
populasi.
• morbidity proxies.
• Indikator social deprivation.
• Biaya untuk penyediaan pelayanan.
Ada sejumlah isu lain yang dipertimbangkan dalam
menetapkan rumus alokasi sumber daya.
• Bagaimana menggunakannya. Jika penggunaan sistem
pengalokasian sumberdaya yang baru akan merubah
pembayaran ke tiap wilayah saat ini, kemudian ini mungkin
lebih baik untuk menggunakan waktu untuk menyesuaikan
dengan memberi peringatan dan jeda dalam sistem yang baru
pada tahun-tahun ke depan.
• cross boundary flows. Umumnya penduduk pada satu wilayah
menggunakan pelayanan di daerah lain
• Membolehkan sumber dana yang lain. Salah satu masalah
utama untuk negara berkembang dalam usaha mencapai alokasi
sumber daya yang adil dan rasional adalah bahwa banyak
saluran dana yang sulit dikontrol. Satu-satunya pilihan
mungkin adalah dengan menaikkan pembobotan deprivasi
dalam rumus dasar untuk menghitung besarnya perbedaan
status ekonomi di berbagai area di suatu negara. (LIHAT
KASUS SPM)
Perbedaan kapasitas antar
daerah.
• Alokasi sumber daya merupakan salah
satu alat utama dalam mencapai equity
dalam penyelenggaraaan pelayanan
kesehatan di berbagai daerah.
• Syarat utama adalah bahwa data tersedia
dan dapat dipercaya (misalnya, tidak
mudah dirubah atau dipalsukan).
Rationing dan Paket esensial
• Kriteria yang tidak diberi subsidi
• Kriteria yang diberi subsidi.
Menggunakan konsep paket esensial.
Kriteria yang tidak diberi
subsidi:
• Program yang tidak efektif
• Pelayanan bersifat private goods
• Terkadang ada esktrim dimana para
perokok tidak boleh disubsidi.
Yang diberi subsidi
• Immunisasi (EPI)
• Pelayanan kesehatan sekolah
• Promosi kesehatan (gizi dan KB)
• Pengurangan alkohol dan merokok
• Regulasi, informasi dan investasi
terbatas di rumahtangga
• Pencegahan AIDS.
Yang diberi subsidi (klinik)
• Perawatan terkait dengan kehamilan
• Pelayanan Keluarga Berencana
• Pengendalian TB
• Pengendalian penyakit menular
• Penanganan penyakit anak serious
seperti diare, Infeksi Saluran
Pernapasan, campak, malaria dan
malnutrisi.
Untuk ahli ekonomi kesehatan, ide
menggeser sumber daya dari aktivitas
yang relatif rendah manfaatnya ke suatu
investasi ke aktivitas yang lebih cost
effective betul betul menarik. Namun
demikian, ada berbagai poin penting
yang perlu diperhatikan:
• 1.Prioritas dan informasi lokal
• 2. Keterbatasan sumberdaya
• 3.Perspektif sistem kesehatan
• 4.Menjaga keuntungan yang ada sekarang
• 5.Tren penyakit ke depan
• 6. Kolaborasi intersektoral
• 7. Penerimaan publik/politis
Apa yang diperlukan untuk negara
sedang berkembang?
• Dengan keterbatasan sumber daya,
jumlah strategi yang sesuai:
• meningkatkan sumber daya,
menggunakan kriteria seperti equity
• meningkatkan efisiensi teknis dengan
memperbaiki manajemen
• melakukan alokasi
The « Five Steps » in
Priority Setting
What is the burden
of disease?
Why does the
burden persist?
How cost-effective
are present
interventions?
How cost-effective
could future
interventions be?
What is the present
resource flow for that
disease/risk?
Stages in a PBMA (program budgeting marginal
analysis ) priority setting process
PBMA Stages
1) Determine the aim and scope of the priority setting exercise
2) Compile a program budget (i.e. map of current activity and expenditure)
3) Form marginal analysis advisory panel
4) Determinie locally relevant decision making criteria
a. Decision maker input
b. Board of Director input
c. Public input
5) Advisory panel to identify options in terms of:
a. areas for service growth
b. areas for resource release through producing same level of output (or
outcomes) but with less resources
c. areas for resource release through scaling back or stopping some services
6) Advisory panel to make recommendations in terms of:
a. funding growth areas with new resources
b. decisions to move resources from (5b) into (5a)
c. trade-off decisions to move resources from (5c) to (5a) if relative value in (5c)
is deemed greater than that in (5a)
7) Validity checks with additional stakeholders and final decisions to inform budget
planning process
Specific points to consider when applying PBMA
Point to consider
Ideal time to
address
Rationale
Strategically select the first
PBMA exercise in a health
organization in an area where
there is a confirmed champion
and an 'easy-win'
Prior to specific
applications
being selected
Need champion for group buy-in
and follow-through of
recommendations; early success
will aid in the organizational
uptake of the approach
Use an introductory session to
communicate underlying
economic concepts and
specifically what the
application plan is
At the outset of
the process
Panel members have to
understand opportunity cost for
buy-in; provides opportunity to
adjust the plan early on
Advisory panel meetings held
at 2–4 week intervals
Throughout the
PBMA process
Need adequate time to review
literature and do background
work but do not want a drawn
out process; complete in < 6
months
Consider using one-on-one
meetings with advisory panel
members to identify options
for resource release
When
discussing
options for
resource
release
Not all members will feel
comfortable presenting a view in
the larger group
Put less emphasis on having
all the 'data' to support a
decision and more on drawing
out opinions from the expert
group
Particularly in
the later
sessions of the
process
Data can only take the group so
far and can be used as a crutch
not to make a decision;
ultimately group need to have
confidence in making their own
recommendations
Earmark resources (i.e. staff
time) to enact the panel
recommendations
Stated at the
outset, carried
out following
the exercise
Recommendations by
themselves will not see action
without dedicated resources to
move them forward
Reliance on 'softer' forms of
evidence to support process
such as expert opinions and
qualitative research,
particularly when 'hard'
evidence is not available
Throughout
PBMA process
This is the type of information
decision makers are familiar with
and which is often available in
practice
Tap into public for
development of criteria on
which decisions are to be
based
At the outset of
the process
Public may not have technical
knowledge to make specific
trade-offs but certainly can offer
valuable insight on values and
specific criteria
Conditions of Accountability for
Reasonableness framework
Condition Description
Publicity Limit-setting decisions and their rationales must be publicly accessible.
Relevance
These rationales must rest on evidence, reasons, and principles that fair-
minded parties (managers, clinicians, patients, and consumers in general)
can agree are relevant to deciding how to meet the diverse needs of a
covered population under necessary resource constraints.
Appeals
There is a mechanism for challenge and dispute resolution regarding limit-
setting decisions, including the opportunity for revising decisions in light of
further evidence or arguments.
Enforcement
There is either voluntary or public regulation of the process to ensure that
the first three conditions are met.
Barriers and facilitators for explicit
priority setting
Barriers Facilitators
- lack of trust between stakeholders
- senior level managerial and clinical
champions
- physicians not on board - strong leadership
- advisory panel lacking health economic
knowledge and/ or allocation experience
- culture to learn and change
- politics preventing program evaluation - integrated budgets
- discontinuity of personnel
- resources earmarked for process itself and
follow-up on recommendations
- too many administrative demands leaving
priority setting as a low priority activity
- built in incentives for appropriate and
efficient spending
KESIMPULAN
• Penetapan Prioritas harus dilakukan dalam
setiap implementasi program karena
“KETERBATASAN SUMBER DAYA”
• Perlu komunikasi dan advocacy antar
stakeholder untuk menetapkan program
prioritas
• Prioritas Program ditetapkan secara
nasional, namun harus mempertimbangkan
faktor lokal dalam implementasinya

More Related Content

Similar to 4. 2016_Sesi_4_YH_Priority_Setting_Membuat_Prioritas_dalam_Pelayanan_Kesehatan_new.ppt

Chapter 15 Buku Implementing Continuous Quality Improvement in Health care
Chapter 15 Buku Implementing Continuous Quality Improvement in Health careChapter 15 Buku Implementing Continuous Quality Improvement in Health care
Chapter 15 Buku Implementing Continuous Quality Improvement in Health careNasiatul Salim
 
Chapter 12 dari Buku Getting Health Reform Right : A Guide to Improving Perfo...
Chapter 12 dari Buku Getting Health Reform Right : A Guide to Improving Perfo...Chapter 12 dari Buku Getting Health Reform Right : A Guide to Improving Perfo...
Chapter 12 dari Buku Getting Health Reform Right : A Guide to Improving Perfo...Nasiatul Salim
 
Kebijakan akreditasi puskesmas
Kebijakan akreditasi puskesmasKebijakan akreditasi puskesmas
Kebijakan akreditasi puskesmasTaufikkamba
 
Kebijakan Akreditasi FKTP
Kebijakan Akreditasi FKTPKebijakan Akreditasi FKTP
Kebijakan Akreditasi FKTPTaufikkamba
 
Chapter 19 Buku Implementing Continuous Quality Improvement in Health care
Chapter 19 Buku Implementing Continuous Quality Improvement in Health careChapter 19 Buku Implementing Continuous Quality Improvement in Health care
Chapter 19 Buku Implementing Continuous Quality Improvement in Health careNasiatul Salim
 
MI 2 materi perumahsakitan
MI 2 materi perumahsakitanMI 2 materi perumahsakitan
MI 2 materi perumahsakitanljjkadinkes
 
Latar Belakang untuk Kebijakan Kualitas Nasional dalam Sistem Kesehatan
Latar Belakang untuk Kebijakan Kualitas Nasional dalam Sistem KesehatanLatar Belakang untuk Kebijakan Kualitas Nasional dalam Sistem Kesehatan
Latar Belakang untuk Kebijakan Kualitas Nasional dalam Sistem KesehatanNasiatul Salim
 
Complementary integrated medicine in conventional practice ma'ul
Complementary integrated medicine in conventional practice ma'ulComplementary integrated medicine in conventional practice ma'ul
Complementary integrated medicine in conventional practice ma'ulmariaulfa136
 
Chapter 9 Buku Getting Health Reform Right : A Guide to Improving Performance...
Chapter 9 Buku Getting Health Reform Right : A Guide to Improving Performance...Chapter 9 Buku Getting Health Reform Right : A Guide to Improving Performance...
Chapter 9 Buku Getting Health Reform Right : A Guide to Improving Performance...Nasiatul Salim
 
Ppt man bisnis (dwi & farah)
Ppt man bisnis (dwi & farah)Ppt man bisnis (dwi & farah)
Ppt man bisnis (dwi & farah)tyasfarah20
 
Chapter 8 Buku The Health care Quality Book
Chapter 8 Buku The Health care Quality BookChapter 8 Buku The Health care Quality Book
Chapter 8 Buku The Health care Quality BookNasiatul Salim
 
Chapter 3 - Apa Itu Riset Implementasi
Chapter 3 - Apa Itu Riset ImplementasiChapter 3 - Apa Itu Riset Implementasi
Chapter 3 - Apa Itu Riset ImplementasiInsan Adiwibowo
 
mapping program dan teori
mapping program dan teorimapping program dan teori
mapping program dan teoriunitpublikasi
 
1.0 Kebijakan PKH 2017.pptx
1.0 Kebijakan PKH 2017.pptx1.0 Kebijakan PKH 2017.pptx
1.0 Kebijakan PKH 2017.pptxEndrikGdhe1
 
SIM, Aflita Anggraini, Hapzi Ali, Penggunaan Conceptual Framework di Perusaha...
SIM, Aflita Anggraini, Hapzi Ali, Penggunaan Conceptual Framework di Perusaha...SIM, Aflita Anggraini, Hapzi Ali, Penggunaan Conceptual Framework di Perusaha...
SIM, Aflita Anggraini, Hapzi Ali, Penggunaan Conceptual Framework di Perusaha...Aflita Anggraini
 
Chapter 10 Buku Implementing Continuous Quality Improvement in Health care
Chapter 10 Buku Implementing Continuous Quality Improvement in Health careChapter 10 Buku Implementing Continuous Quality Improvement in Health care
Chapter 10 Buku Implementing Continuous Quality Improvement in Health careNasiatul Salim
 

Similar to 4. 2016_Sesi_4_YH_Priority_Setting_Membuat_Prioritas_dalam_Pelayanan_Kesehatan_new.ppt (20)

Chapter 15 Buku Implementing Continuous Quality Improvement in Health care
Chapter 15 Buku Implementing Continuous Quality Improvement in Health careChapter 15 Buku Implementing Continuous Quality Improvement in Health care
Chapter 15 Buku Implementing Continuous Quality Improvement in Health care
 
Chapter 12 dari Buku Getting Health Reform Right : A Guide to Improving Perfo...
Chapter 12 dari Buku Getting Health Reform Right : A Guide to Improving Perfo...Chapter 12 dari Buku Getting Health Reform Right : A Guide to Improving Perfo...
Chapter 12 dari Buku Getting Health Reform Right : A Guide to Improving Perfo...
 
Kebijakan akreditasi puskesmas
Kebijakan akreditasi puskesmasKebijakan akreditasi puskesmas
Kebijakan akreditasi puskesmas
 
Kebijakan Akreditasi FKTP
Kebijakan Akreditasi FKTPKebijakan Akreditasi FKTP
Kebijakan Akreditasi FKTP
 
Chapter 19 Buku Implementing Continuous Quality Improvement in Health care
Chapter 19 Buku Implementing Continuous Quality Improvement in Health careChapter 19 Buku Implementing Continuous Quality Improvement in Health care
Chapter 19 Buku Implementing Continuous Quality Improvement in Health care
 
MI 2 materi perumahsakitan
MI 2 materi perumahsakitanMI 2 materi perumahsakitan
MI 2 materi perumahsakitan
 
Dasar promosi kesehatan
Dasar promosi kesehatanDasar promosi kesehatan
Dasar promosi kesehatan
 
Latar Belakang untuk Kebijakan Kualitas Nasional dalam Sistem Kesehatan
Latar Belakang untuk Kebijakan Kualitas Nasional dalam Sistem KesehatanLatar Belakang untuk Kebijakan Kualitas Nasional dalam Sistem Kesehatan
Latar Belakang untuk Kebijakan Kualitas Nasional dalam Sistem Kesehatan
 
Complementary integrated medicine in conventional practice ma'ul
Complementary integrated medicine in conventional practice ma'ulComplementary integrated medicine in conventional practice ma'ul
Complementary integrated medicine in conventional practice ma'ul
 
Chapter 9 Buku Getting Health Reform Right : A Guide to Improving Performance...
Chapter 9 Buku Getting Health Reform Right : A Guide to Improving Performance...Chapter 9 Buku Getting Health Reform Right : A Guide to Improving Performance...
Chapter 9 Buku Getting Health Reform Right : A Guide to Improving Performance...
 
Ppt man bisnis (dwi & farah)
Ppt man bisnis (dwi & farah)Ppt man bisnis (dwi & farah)
Ppt man bisnis (dwi & farah)
 
MI 3
MI 3MI 3
MI 3
 
Managed care
Managed careManaged care
Managed care
 
Chapter 8 Buku The Health care Quality Book
Chapter 8 Buku The Health care Quality BookChapter 8 Buku The Health care Quality Book
Chapter 8 Buku The Health care Quality Book
 
Chapter 3 - Apa Itu Riset Implementasi
Chapter 3 - Apa Itu Riset ImplementasiChapter 3 - Apa Itu Riset Implementasi
Chapter 3 - Apa Itu Riset Implementasi
 
mapping program dan teori
mapping program dan teorimapping program dan teori
mapping program dan teori
 
1.0 Kebijakan PKH 2017.pptx
1.0 Kebijakan PKH 2017.pptx1.0 Kebijakan PKH 2017.pptx
1.0 Kebijakan PKH 2017.pptx
 
Promotif dan edukasi
Promotif dan edukasiPromotif dan edukasi
Promotif dan edukasi
 
SIM, Aflita Anggraini, Hapzi Ali, Penggunaan Conceptual Framework di Perusaha...
SIM, Aflita Anggraini, Hapzi Ali, Penggunaan Conceptual Framework di Perusaha...SIM, Aflita Anggraini, Hapzi Ali, Penggunaan Conceptual Framework di Perusaha...
SIM, Aflita Anggraini, Hapzi Ali, Penggunaan Conceptual Framework di Perusaha...
 
Chapter 10 Buku Implementing Continuous Quality Improvement in Health care
Chapter 10 Buku Implementing Continuous Quality Improvement in Health careChapter 10 Buku Implementing Continuous Quality Improvement in Health care
Chapter 10 Buku Implementing Continuous Quality Improvement in Health care
 

Recently uploaded

obat aborsi Bekasi wa 081391267345 jual obat aborsi cytotec asli di Bekasi
obat aborsi Bekasi wa 081391267345 jual obat aborsi cytotec asli di Bekasiobat aborsi Bekasi wa 081391267345 jual obat aborsi cytotec asli di Bekasi
obat aborsi Bekasi wa 081391267345 jual obat aborsi cytotec asli di Bekasiariniastuti020
 
askep hiv dewasa.pptxcvbngcccccccccccccccc
askep hiv dewasa.pptxcvbngccccccccccccccccaskep hiv dewasa.pptxcvbngcccccccccccccccc
askep hiv dewasa.pptxcvbngccccccccccccccccanangkuniawan
 
KONSEP K3 PUSKESMAS SESUAI PMK 52 THN 2018.pptx
KONSEP K3 PUSKESMAS SESUAI PMK 52 THN 2018.pptxKONSEP K3 PUSKESMAS SESUAI PMK 52 THN 2018.pptx
KONSEP K3 PUSKESMAS SESUAI PMK 52 THN 2018.pptxrosintauli1
 
14.-Keselamatan-dan-Kesehatan-Kerja-Pertemuan-14(1).ppt
14.-Keselamatan-dan-Kesehatan-Kerja-Pertemuan-14(1).ppt14.-Keselamatan-dan-Kesehatan-Kerja-Pertemuan-14(1).ppt
14.-Keselamatan-dan-Kesehatan-Kerja-Pertemuan-14(1).pptnurifat
 
Kota Palembang Dalam Angka 2023.pdf]]kjk
Kota Palembang Dalam Angka 2023.pdf]]kjkKota Palembang Dalam Angka 2023.pdf]]kjk
Kota Palembang Dalam Angka 2023.pdf]]kjkklinikrizkiasyifa
 
Standar Prosedur pelayanan pelacakan kasus KEJADIAN IKUTAN PASCA iMUNISASI
Standar Prosedur pelayanan pelacakan kasus KEJADIAN IKUTAN PASCA iMUNISASIStandar Prosedur pelayanan pelacakan kasus KEJADIAN IKUTAN PASCA iMUNISASI
Standar Prosedur pelayanan pelacakan kasus KEJADIAN IKUTAN PASCA iMUNISASIgermanaaprianineno
 
TM 6_KESPRO REMAJA.ppt kesehatan reproduksi
TM 6_KESPRO REMAJA.ppt kesehatan reproduksiTM 6_KESPRO REMAJA.ppt kesehatan reproduksi
TM 6_KESPRO REMAJA.ppt kesehatan reproduksihaslinahaslina3
 
partograf. pencatatan proses kelahiran.ppt
partograf. pencatatan proses kelahiran.pptpartograf. pencatatan proses kelahiran.ppt
partograf. pencatatan proses kelahiran.pptchoukocat
 
fisiologi haid dan bagaimana. Kita bersa
fisiologi haid dan bagaimana. Kita bersafisiologi haid dan bagaimana. Kita bersa
fisiologi haid dan bagaimana. Kita bersaAgusSupriyanto987244
 
Jual Cytotec Di Banjar Ori👗082322223014👗Pusat Peluntur Kandungan Konsultasi
Jual Cytotec Di Banjar Ori👗082322223014👗Pusat Peluntur Kandungan KonsultasiJual Cytotec Di Banjar Ori👗082322223014👗Pusat Peluntur Kandungan Konsultasi
Jual Cytotec Di Banjar Ori👗082322223014👗Pusat Peluntur Kandungan Konsultasissupi412
 
Materi Bimtek Kebijakan Kesehatan Haji 2024.pptx
Materi Bimtek Kebijakan Kesehatan Haji 2024.pptxMateri Bimtek Kebijakan Kesehatan Haji 2024.pptx
Materi Bimtek Kebijakan Kesehatan Haji 2024.pptxDocApizz
 
PPT Antibiotik amoxycillin, erytromycin.ppt
PPT Antibiotik amoxycillin, erytromycin.pptPPT Antibiotik amoxycillin, erytromycin.ppt
PPT Antibiotik amoxycillin, erytromycin.pptHenryAdhySantoso
 
MAKALAH kebidanan pelayanan KOMPLEMENTER-1.docx
MAKALAH kebidanan pelayanan KOMPLEMENTER-1.docxMAKALAH kebidanan pelayanan KOMPLEMENTER-1.docx
MAKALAH kebidanan pelayanan KOMPLEMENTER-1.docxcholiftiara1
 
UNIKBET Situs Slot Habanero Deposit Bisa Pakai Bank Maybank
UNIKBET Situs Slot Habanero Deposit Bisa Pakai Bank MaybankUNIKBET Situs Slot Habanero Deposit Bisa Pakai Bank Maybank
UNIKBET Situs Slot Habanero Deposit Bisa Pakai Bank Maybankcsooyoung073
 
obat aborsi Bandung wa 081391267345 jual obat aborsi cytotec asli di Bandung
obat aborsi Bandung wa 081391267345 jual obat aborsi cytotec asli di Bandungobat aborsi Bandung wa 081391267345 jual obat aborsi cytotec asli di Bandung
obat aborsi Bandung wa 081391267345 jual obat aborsi cytotec asli di Bandungariniastuti020
 

Recently uploaded (15)

obat aborsi Bekasi wa 081391267345 jual obat aborsi cytotec asli di Bekasi
obat aborsi Bekasi wa 081391267345 jual obat aborsi cytotec asli di Bekasiobat aborsi Bekasi wa 081391267345 jual obat aborsi cytotec asli di Bekasi
obat aborsi Bekasi wa 081391267345 jual obat aborsi cytotec asli di Bekasi
 
askep hiv dewasa.pptxcvbngcccccccccccccccc
askep hiv dewasa.pptxcvbngccccccccccccccccaskep hiv dewasa.pptxcvbngcccccccccccccccc
askep hiv dewasa.pptxcvbngcccccccccccccccc
 
KONSEP K3 PUSKESMAS SESUAI PMK 52 THN 2018.pptx
KONSEP K3 PUSKESMAS SESUAI PMK 52 THN 2018.pptxKONSEP K3 PUSKESMAS SESUAI PMK 52 THN 2018.pptx
KONSEP K3 PUSKESMAS SESUAI PMK 52 THN 2018.pptx
 
14.-Keselamatan-dan-Kesehatan-Kerja-Pertemuan-14(1).ppt
14.-Keselamatan-dan-Kesehatan-Kerja-Pertemuan-14(1).ppt14.-Keselamatan-dan-Kesehatan-Kerja-Pertemuan-14(1).ppt
14.-Keselamatan-dan-Kesehatan-Kerja-Pertemuan-14(1).ppt
 
Kota Palembang Dalam Angka 2023.pdf]]kjk
Kota Palembang Dalam Angka 2023.pdf]]kjkKota Palembang Dalam Angka 2023.pdf]]kjk
Kota Palembang Dalam Angka 2023.pdf]]kjk
 
Standar Prosedur pelayanan pelacakan kasus KEJADIAN IKUTAN PASCA iMUNISASI
Standar Prosedur pelayanan pelacakan kasus KEJADIAN IKUTAN PASCA iMUNISASIStandar Prosedur pelayanan pelacakan kasus KEJADIAN IKUTAN PASCA iMUNISASI
Standar Prosedur pelayanan pelacakan kasus KEJADIAN IKUTAN PASCA iMUNISASI
 
TM 6_KESPRO REMAJA.ppt kesehatan reproduksi
TM 6_KESPRO REMAJA.ppt kesehatan reproduksiTM 6_KESPRO REMAJA.ppt kesehatan reproduksi
TM 6_KESPRO REMAJA.ppt kesehatan reproduksi
 
partograf. pencatatan proses kelahiran.ppt
partograf. pencatatan proses kelahiran.pptpartograf. pencatatan proses kelahiran.ppt
partograf. pencatatan proses kelahiran.ppt
 
fisiologi haid dan bagaimana. Kita bersa
fisiologi haid dan bagaimana. Kita bersafisiologi haid dan bagaimana. Kita bersa
fisiologi haid dan bagaimana. Kita bersa
 
Jual Cytotec Di Banjar Ori👗082322223014👗Pusat Peluntur Kandungan Konsultasi
Jual Cytotec Di Banjar Ori👗082322223014👗Pusat Peluntur Kandungan KonsultasiJual Cytotec Di Banjar Ori👗082322223014👗Pusat Peluntur Kandungan Konsultasi
Jual Cytotec Di Banjar Ori👗082322223014👗Pusat Peluntur Kandungan Konsultasi
 
Materi Bimtek Kebijakan Kesehatan Haji 2024.pptx
Materi Bimtek Kebijakan Kesehatan Haji 2024.pptxMateri Bimtek Kebijakan Kesehatan Haji 2024.pptx
Materi Bimtek Kebijakan Kesehatan Haji 2024.pptx
 
PPT Antibiotik amoxycillin, erytromycin.ppt
PPT Antibiotik amoxycillin, erytromycin.pptPPT Antibiotik amoxycillin, erytromycin.ppt
PPT Antibiotik amoxycillin, erytromycin.ppt
 
MAKALAH kebidanan pelayanan KOMPLEMENTER-1.docx
MAKALAH kebidanan pelayanan KOMPLEMENTER-1.docxMAKALAH kebidanan pelayanan KOMPLEMENTER-1.docx
MAKALAH kebidanan pelayanan KOMPLEMENTER-1.docx
 
UNIKBET Situs Slot Habanero Deposit Bisa Pakai Bank Maybank
UNIKBET Situs Slot Habanero Deposit Bisa Pakai Bank MaybankUNIKBET Situs Slot Habanero Deposit Bisa Pakai Bank Maybank
UNIKBET Situs Slot Habanero Deposit Bisa Pakai Bank Maybank
 
obat aborsi Bandung wa 081391267345 jual obat aborsi cytotec asli di Bandung
obat aborsi Bandung wa 081391267345 jual obat aborsi cytotec asli di Bandungobat aborsi Bandung wa 081391267345 jual obat aborsi cytotec asli di Bandung
obat aborsi Bandung wa 081391267345 jual obat aborsi cytotec asli di Bandung
 

4. 2016_Sesi_4_YH_Priority_Setting_Membuat_Prioritas_dalam_Pelayanan_Kesehatan_new.ppt

  • 1. Membuat Prioritas dalam Pelayanan Kesehatan Yulita Hendrartini
  • 2. Tujuan Umum • Bab ini memuat isu yang luas tentang bagaimana sumber daya digunakan dalam sektor kesehatan dan menfokuskan pada efisiensi alokasi (menempatkan sumber daya untuk digunakan dalam cara yang dapat memaksimalkan tujuan kesehatan dan sosial yang lain).
  • 3. Ada berbagai pertanyaan penting dalam menetapkan prioritas: • Siapa yang harus dikonsultasi untuk prioritas pelayanan? • Bagaimana menggabungkan berbagai input yang berbeda untuk menghasilkan rencana pelayanan? • Bagaimana sumber daya dan program dialokasikan antar daerah? • Dan ketika sumberdaya tidak cukup untuk membiayai pelayanan yang cost-effective, bagaimana keputusan rasional yang harus diambil?
  • 4. Priority setting: siapa yang harus diprioritaskan? Ada berbagai kelompok : • Individual dan keluarga • Organisasi masyarakat • Staf kesehatan • Administrator kesehatan regional dan kabupaten • Pembuat kebijakan di tingkat nasional, pada Depkes atau departemen yang lain Setiap kelompok mempengaruhi prioritas kesehatan di berbagai cara dan masing-masing mempunyai perspektif yang berbeda pada pelayanan kesehatan
  • 5. Bagaimana cara melakukan prioritas secara benar? • Penetapan prioritas terjadi di berbagai tingkat sistem dan di berbagai cara. Tidak ada cara yang paling benar untuk membuat prioritas, karena prioritas adalah subjektif dan relatif. • Penetapan prioritas melibatkan keseimbangan antara berbagai tujuan dan berbagai sudut pandang.
  • 6. Perspektif Pengguna Demand untuk pelayanan kesehatan oleh individual dan keluarga dipengaruhi oleh banyak faktor, termasuk: • Kebutuhan objektif mereka • Persepsi mereka akan sakit, apa penyebabnya, pengobatan apa yang sesuai • Akses terhadap pelayanan kesehatan, secara geografis • Daya jangkau pelayanan (kemampuan membayar pelayanan kesehatan) • Penerimaan terhadap pelayanan
  • 7. Bagaimana para perencana mengetahui prioritas? • Data epidemiologis tentang mortalitas dan morbiditas • Metode survei kualitatif • Akses (dalam hal fisik) • Daya Jangkau (Affordability) • Isu tentang equity yang umum juga terkait
  • 8. Perspektif masyarakat • Meminta kelompok perwakilan masyarakat untuk membuat prioritas antara berbagai pelayanan. Ini dapat dikombinasi dengan informasi epidemiologi dan data cost- effectiveness untuk menghasilkan semacam rangking lokal. • Berikan kelompok tersebut pilihan tentang pelayanan mana yang harus dihentikan atau dilanjutkan dalam hambatan situasi anggaran. • Konsultasi pada kelompok user tentang pelayanan tertentu.
  • 9. Perspektif staf medis • Kelompok ini meliputi dokter, perawat, bidan, dokter gigi: semua orang yang memberikan pelayanan langsung kepasien. • Mereka memainkan peran dalam penentuan prioritas karena mereka mendistribusikan pelayanan kesehatan (misalnya memutuskan siapa yang akan diterapi dan siapa yang tidak) dalam suatu situasi dimana demand melebihi suplai
  • 10. Catatan tentang dokter • Mereka adalah agen yang tidak sempurna • Sebagai agen pasien, mereka juga agen bagi mereka sendiri dan faktor seperti kenyamanan dan keuntungan memainkan peran. • Mengabaikan tugas publiknya untuk mendukung kunjungan pada klinik praktek sore adalah contoh lain dari dokter sebagai profit-maximiser. • Dokter hanya melihat pasien yang datang untuk menemui mereka • Secara khusus, dokter mempunyai sedikit kesadaran tentang biaya (daripada kesadaran tentang mereka sendiri).
  • 11. Model Quasi Market • provider (self governing organisations yang menyediakan pelayanan seperti rumah sakit dan dokter umum) dan • purchaser (health authorities dan dokter umum pemegang dana (dokter puskesmas) yang bertanggung jawab untuk menentukan pelayanan apa yang dibeli dari provider). • Selain terintegrasi secara vertikal dalam birokrasi organisasi dengan historic budget, provider diharapkan untuk berkompetisi mendapat kontrak dari purchaser.
  • 12. Alokasi sumber daya secara geografis • Teori tentang alokasi sumber daya ( atau reccurent funds) untuk provinsi dan kabupaten mengikuti hal berikut: • Uang dan sumber daya lain seperti staf, harus dialokasikan menurut kebutuhan • Proses harus sederhana, menggunakan data yang tersedia, yang di up date secara reguler dan terpercaya (reliabel) • Perhitungan harus objektif dan transparan sehingga tidak ada yang merasa telah diperlakukan tidak adil • Harus dihindari untuk membuat ‘insentif yang tidak baik’
  • 13. Pada prakteknya, bagaimana menghitung kebutuhan? • pengukuran pertama yang umumnya dipakai adalah ukuran populasi yang memberi indikasi tentang kebutuhan pelayanan. Rumus-rumus yang menggunakan data populasi harus mengantisipasi perubahan dalam ukuran populasi selama periode tertentu, yaitu kelahiran, kematian dan migrasi.
  • 14. Jika data tersedia, ini dapat disesuaikan untuk sejumlah faktor lain, seperti: • Profil umur dan jenis kelamin pada populasi. • morbidity proxies. • Indikator social deprivation. • Biaya untuk penyediaan pelayanan.
  • 15. Ada sejumlah isu lain yang dipertimbangkan dalam menetapkan rumus alokasi sumber daya. • Bagaimana menggunakannya. Jika penggunaan sistem pengalokasian sumberdaya yang baru akan merubah pembayaran ke tiap wilayah saat ini, kemudian ini mungkin lebih baik untuk menggunakan waktu untuk menyesuaikan dengan memberi peringatan dan jeda dalam sistem yang baru pada tahun-tahun ke depan. • cross boundary flows. Umumnya penduduk pada satu wilayah menggunakan pelayanan di daerah lain • Membolehkan sumber dana yang lain. Salah satu masalah utama untuk negara berkembang dalam usaha mencapai alokasi sumber daya yang adil dan rasional adalah bahwa banyak saluran dana yang sulit dikontrol. Satu-satunya pilihan mungkin adalah dengan menaikkan pembobotan deprivasi dalam rumus dasar untuk menghitung besarnya perbedaan status ekonomi di berbagai area di suatu negara. (LIHAT KASUS SPM)
  • 16. Perbedaan kapasitas antar daerah. • Alokasi sumber daya merupakan salah satu alat utama dalam mencapai equity dalam penyelenggaraaan pelayanan kesehatan di berbagai daerah. • Syarat utama adalah bahwa data tersedia dan dapat dipercaya (misalnya, tidak mudah dirubah atau dipalsukan).
  • 17. Rationing dan Paket esensial • Kriteria yang tidak diberi subsidi • Kriteria yang diberi subsidi. Menggunakan konsep paket esensial.
  • 18. Kriteria yang tidak diberi subsidi: • Program yang tidak efektif • Pelayanan bersifat private goods • Terkadang ada esktrim dimana para perokok tidak boleh disubsidi.
  • 19. Yang diberi subsidi • Immunisasi (EPI) • Pelayanan kesehatan sekolah • Promosi kesehatan (gizi dan KB) • Pengurangan alkohol dan merokok • Regulasi, informasi dan investasi terbatas di rumahtangga • Pencegahan AIDS.
  • 20. Yang diberi subsidi (klinik) • Perawatan terkait dengan kehamilan • Pelayanan Keluarga Berencana • Pengendalian TB • Pengendalian penyakit menular • Penanganan penyakit anak serious seperti diare, Infeksi Saluran Pernapasan, campak, malaria dan malnutrisi.
  • 21. Untuk ahli ekonomi kesehatan, ide menggeser sumber daya dari aktivitas yang relatif rendah manfaatnya ke suatu investasi ke aktivitas yang lebih cost effective betul betul menarik. Namun demikian, ada berbagai poin penting yang perlu diperhatikan:
  • 22. • 1.Prioritas dan informasi lokal • 2. Keterbatasan sumberdaya • 3.Perspektif sistem kesehatan • 4.Menjaga keuntungan yang ada sekarang • 5.Tren penyakit ke depan • 6. Kolaborasi intersektoral • 7. Penerimaan publik/politis
  • 23. Apa yang diperlukan untuk negara sedang berkembang? • Dengan keterbatasan sumber daya, jumlah strategi yang sesuai: • meningkatkan sumber daya, menggunakan kriteria seperti equity • meningkatkan efisiensi teknis dengan memperbaiki manajemen • melakukan alokasi
  • 24. The « Five Steps » in Priority Setting What is the burden of disease? Why does the burden persist? How cost-effective are present interventions? How cost-effective could future interventions be? What is the present resource flow for that disease/risk?
  • 25. Stages in a PBMA (program budgeting marginal analysis ) priority setting process PBMA Stages 1) Determine the aim and scope of the priority setting exercise 2) Compile a program budget (i.e. map of current activity and expenditure) 3) Form marginal analysis advisory panel 4) Determinie locally relevant decision making criteria a. Decision maker input b. Board of Director input c. Public input 5) Advisory panel to identify options in terms of: a. areas for service growth b. areas for resource release through producing same level of output (or outcomes) but with less resources c. areas for resource release through scaling back or stopping some services 6) Advisory panel to make recommendations in terms of: a. funding growth areas with new resources b. decisions to move resources from (5b) into (5a) c. trade-off decisions to move resources from (5c) to (5a) if relative value in (5c) is deemed greater than that in (5a) 7) Validity checks with additional stakeholders and final decisions to inform budget planning process
  • 26. Specific points to consider when applying PBMA Point to consider Ideal time to address Rationale Strategically select the first PBMA exercise in a health organization in an area where there is a confirmed champion and an 'easy-win' Prior to specific applications being selected Need champion for group buy-in and follow-through of recommendations; early success will aid in the organizational uptake of the approach Use an introductory session to communicate underlying economic concepts and specifically what the application plan is At the outset of the process Panel members have to understand opportunity cost for buy-in; provides opportunity to adjust the plan early on Advisory panel meetings held at 2–4 week intervals Throughout the PBMA process Need adequate time to review literature and do background work but do not want a drawn out process; complete in < 6 months Consider using one-on-one meetings with advisory panel members to identify options for resource release When discussing options for resource release Not all members will feel comfortable presenting a view in the larger group Put less emphasis on having all the 'data' to support a decision and more on drawing out opinions from the expert group Particularly in the later sessions of the process Data can only take the group so far and can be used as a crutch not to make a decision; ultimately group need to have confidence in making their own recommendations Earmark resources (i.e. staff time) to enact the panel recommendations Stated at the outset, carried out following the exercise Recommendations by themselves will not see action without dedicated resources to move them forward Reliance on 'softer' forms of evidence to support process such as expert opinions and qualitative research, particularly when 'hard' evidence is not available Throughout PBMA process This is the type of information decision makers are familiar with and which is often available in practice Tap into public for development of criteria on which decisions are to be based At the outset of the process Public may not have technical knowledge to make specific trade-offs but certainly can offer valuable insight on values and specific criteria
  • 27. Conditions of Accountability for Reasonableness framework Condition Description Publicity Limit-setting decisions and their rationales must be publicly accessible. Relevance These rationales must rest on evidence, reasons, and principles that fair- minded parties (managers, clinicians, patients, and consumers in general) can agree are relevant to deciding how to meet the diverse needs of a covered population under necessary resource constraints. Appeals There is a mechanism for challenge and dispute resolution regarding limit- setting decisions, including the opportunity for revising decisions in light of further evidence or arguments. Enforcement There is either voluntary or public regulation of the process to ensure that the first three conditions are met.
  • 28. Barriers and facilitators for explicit priority setting Barriers Facilitators - lack of trust between stakeholders - senior level managerial and clinical champions - physicians not on board - strong leadership - advisory panel lacking health economic knowledge and/ or allocation experience - culture to learn and change - politics preventing program evaluation - integrated budgets - discontinuity of personnel - resources earmarked for process itself and follow-up on recommendations - too many administrative demands leaving priority setting as a low priority activity - built in incentives for appropriate and efficient spending
  • 29. KESIMPULAN • Penetapan Prioritas harus dilakukan dalam setiap implementasi program karena “KETERBATASAN SUMBER DAYA” • Perlu komunikasi dan advocacy antar stakeholder untuk menetapkan program prioritas • Prioritas Program ditetapkan secara nasional, namun harus mempertimbangkan faktor lokal dalam implementasinya