SlideShare a Scribd company logo
1 of 53
Download to read offline
Beberapa Kondisi yang Mempengaruhi
Estetika dan Manajemen Kelainan Anatomi
Jaringan Lunak (Frenulum) dan Kelainan
Anatomi Jaringan Keras (Inklinasi, Impaksi).
Renie KD
NIM 021518046303
Tugas IKGA 2
1
Latar Belakang
•
Gigi merupakan salah satu komponen penting
dalam rongga mulut
Selain menjalankan fungsi mastikasi, gigi juga
berfungsi sebagai alat fonetik, estetik.
2
Anatomi
3
Kelainan Anatomi Jaringan Lunak yang
Mempengaruhi Estetik
Henry, Levin dan Tsaknis
1976
frenum sebagai
membran mukosa yang
melipat, terdiri dari
epitel dan jaringan ikat,
tetapi bukan musculus.
Frenulum Maksilaris (Lip Tie)
Frenulum yang normal menempel dari
mukosa alveolar ke attachmen gingiva
4
• Median Anterior
RA&RB Labial
Kelainan Anatomi Jaringan Lunak yang
Mempengaruhi Estetik
• Rahang Bawah
Lingual
5
Klasifikasi
• Kelas 1: Frenum bibir atas
melekat pada mukosa alveolar
• Kelas 2: Frenum melekat pada
sebagian besar mukosa alveolar
sampai attachmen gngiva
• Kelas 3: Frenum melekat tepat
di bagian depan papila (papila
adalah jaringan lunak di tepi
gusi, tepat dimana gigi akan
tumbuh)
• Kelas 4: Frenum melekat pada
papila dan memanjang hingga ke
bagian dalam gusi (palatal).
Ini adalah derajat yang terberat.
6
• Frenulum rendah
• Frenulum sedang
• Frenulum tinggi
Seluruh frenulum
melekat pada mukosa
alveolar
Seluruh frenulum
melekat pada mukosa
alveolar sampai dengan
attachmen gingiva
Seluruh frenulum
melekat pada mukosa
alveolar sampai dengan
attachmen gingiva dan
margin gingiva
7
Frenulum Abnormal
• 1. Frenulum labialias superior yang terlalu tinggi dapat
menyebabkan terjadinya diastema pada gigi insisivus sentral rahang
atas, mampu memicu penyakit periodontal, dapat juga
menyebabkan terjadinya resesi gingiva dan akumulasi debris.
• 2. Frenulum lingualis yang terlalu pendek dikenal juga sebagai
ankyloglossia. Sehingga akan membatasi gerakan lidah dan dapat
mengakibatkan kesulitan berbicara.
• 3. Frenulum lingualis yang terlalu tinggi juga dapat menyebabkan
beberapa kendala, diantaranya, dapat mengganggu stabilitas gigi
tiruan, ucapan, dan jangkauan lidah.
8
• Dampak frenulum yang abnormal antara lain :
 Retraksi gingiva margin  Diastema
 Mengganggu
Penampilan
 Pergerakan Lidah
Terbatas
 Mengganggu
Perlekatan Gigi Tiruan
9
Terapi
• Frenulum Labialis : Frenectomi
• Frenulum Lingualis : Frenotomi
Dengan membuang seluruh bagian dari frenulum
termasuk jaringan dibawahnya dengan menggunakan
pisau bedah atau electrosurgery
10
• Pemeriksaan klinis: Blanch
Test
• Menarik frenulum labialis ke
atas. Jika di daerah papilla
interdental tampak pucat
(ischemia), maka diastema
tersebut disebabkan oleh
migrasi frenulum labialis ke
arah palatum.
11
Tujuan Frenectomi
12
Teknik Frenectomi
1. the simple excision technique,
2. the Z-plasty technique,
3. The V-Y Plasty technique
4. the laser-assisted frenectomy.
13
1. the simple excision technique
• Untuk teknik eksisi
sederhana, sayatan elips
sempit di sekitar daerah
frena ke periosteum
14
1. the simple excision technique
• Penempatan jahitan
pertama harus di kedalaman
maksimum vestibula dan
harus mencakup kedua tepi
mukosa dan dibawah
periosteum pada ketinggian
vestibula di bawah tulang
hidung anterior
15
• Teknik ini mengurangi
pembentukan
hematoma dan
memungkinkan untuk
adaptasi dari jaringan
dengan ketinggian
maksimal vestibula.
• ditutup dengan
jahitan terputus
1. the simple excision technique
16
2. the Z-plasty technique
• Eksisi bagian tengah
papilla sedekat mungkin
dengan maksila
• Insisi membentuk huruf
Z dengan sudut 60˚/30˚
/45˚
17
2. the Z-plasty technique
• Tepi insisi yang berbentuk
Z dijahit secara terputus
18
3. localized vestibuloplasty with secondary
epithelialization
• Lebar sayatan bentuk V
dibuat di bagian yang
paling rendah di daerah
attachment frena
19
3. localized vestibuloplasty with secondary
epithelialization
• Pembedahan
Supraperiosteal
selesai dengan
membebaskan
mukosa dan
attachment frena
fibrosa.
20
3. localized vestibuloplasty with secondary
epithelialization
• Bagian mukosa margin
dijahit ke periosteum.
• Mukosa dijahit ke
periosteum di kedalaman
vestibulum.
21
4. the laser-assisted frenectomy
• Ablasi
Supraperiosteal dari
attachment frenal
fibrosa.
• Tanpa dilakukan
penjahitan (suturing)
• Penyembuhan terjadi
dengan epitelisasi
sekunder.
22
Faktor yang mempengaruhi keberhasilan
frenektomi
 Kondisi Kesehatan Umum
 Nutrisi & Diet
 Oral Higiene
 Pemberian Resep Obat
23
Komplikasi dari frenektomi
Infeksi pasca pembedahan
Bleeding, swelling, dan pain
Facial discoloration
Sensitivitas gigi terhadap makanan panas, dingin,
manis, asam
Reaksi alergi
24
Hasil Frenectomi Pasca Pembedahan
25
Perawatan Post Bedah
A. Pemasangan Orthodonsi Cekat
B. Pemasangan Orthodonsi Lepasan berupa Pegas Koil
26
Perawatan Post Bedah
• Diastema dengan lebar ruangan 1-2 mm.
Pada keadaan ini gigi tidak perlu dipreparasi,
hanya dilakukan pengasaran email
Komposit diletakan pada bagian proksimal hingga ke
permukaan fasial dan lingual tetapi cukup
sampai developmental groove saja.
C. Veneer
27
Perawatan Post Bedah
• Diastema dengan lebar ruangan 2-3 mm.
• Gigi dapat dipreparasi maupun tidak dipreparasi
tetapi dilakukan veneering di fasial.
• Peletakan komposit di bagian proksimal sama
seperti pada diastema yang kecil (Gambar 3).
Selain itu terkadang juga diperlukan Esthetic
Counturing (Recounturing) pada bagian distal
permukaan fasial, untuk menciptakan ilusi agar
gigi tidak terlihat terlalu lebar
28
Perawatan Post Bedah
• Diastema dengan lebar ruangan 3-4 mm. Gigi
dapat dipreparasi maupun tidak dipreparasi
tetapi dilakukan full coverage veneer. Peletakan
komposit dilakukan diatas daerah yang
diperparasi (Gambar 5). Diperlukan Esthetic
Counturing (Recounturing) pada bagian distal
permukaan fasial, untuk menciptakan ilusi
agar gigi terlihat tidak terlalu lebar
29
Perawatan Post Bedah
• · Restorative dengan light cure composit
• · Prosthetic dengan porcelain fused to metal
30
Frenulum Lingualis (Tongue Tie)
Kelainan Anatomi Jaringan Lunak yang
Mempengaruhi Estetik
• Penyebab pasti belum diketahui. Faktor
genetik diperkirakan mempengaruhi
terjadinya tongue tie atau anklyglossia.
31
Klasifikasi
• Jarak normal free tongue yang secara klinis
adalah lebih dari 16 mm.
• Klasifikasi ankyloglossia berdasarkan
morfologinya yaitu :
Kelas I : Ankyloglossia ringan, 12-16 mm
Kelas II : Ankyloglossia sedang, 8-11 mm
Kelas III : Ankyloglossia berat, 3-7 mm
Kelas IV : Ankyloglossia total, kurang dari 3 mm
32
33
Terapi
• Observasi, speech therapy, frenotomi dengan
anastesi lokal, dan frenotomi dengan general
anasthesia
34
Teknik Frenotomi
• Pasien dalam posisi yang nyaman dan dengan
akses mudah ke mulut
• Posisikan lidah mengarah keatas
• Blok lingual bilateral dan infiltrasi lokal di
daerah anterior memberikan anestesi cukup
untuk frenectomy lingual.
35
Teknik Frenotomi
• Frenulum dipotong dengan
Goldman Fox gunting, dalam
satu gerakan, dengan memegang
lidah ke arah langit-langit mulut.
(Gambar B)
• Potong garis putih, jaringan
fasial seperti di sepanjang garis
sejajar dengan lidah (Gambar C).
• Tidak ada jahitan yang
diperlukan
36
Teknik Frenotomi dengan Laser
• Insisi frenulum
dilakukan dengan dioda
laser pada panjang
gelombang 800 nm dan
kekuatan 2 W dalam
mode non-kontak, yang
diterapkan terus
menerus untuk daerah
pusat frenulum dari
ujung ke pangkal lidah
(Gbr. C dan D).
37
Pemberian Resep
• R/ Amoxicillin tab mg 500 No. XV
3.dd tab I
• R/ Kalium diklofenak tab mg 50 No. X
2.dd tab I pc
• R/ Betadine gargle fl No.I
2.dd garg I
38
Kelainan Anatomi Jaringan Keras Yang
Mempengaruhi Estetik
• Geligi terletak pada rahang dalam bentuk
dua kurva parabola,
• lengkung rahang atas lebih besar dari
lengkung rahang bawah, sehingga normalnya
geligi rahang atas berada di luar lengkung
geligi rahang bawah
39
• Inklinasi gigi insisivus
merupakan salah satu
faktor yang harus
dipertimbangkan dalam
menetapkan estetika
wajah pasien, terutama
dalam melakukan tindakan
diagnosa dan evaluasi
perawatan ortodonti.
Inklinasi
40
• Platou dan Zachrison menyatakan bahwa
dalam analisis sefalometri, posisi gigi insisivus
rahang atas dan bawah banyak digunakan
sebagai petunjuk
1. Menegakkan diagnosa
2. Menentukan rencana perawatan
3. Petunjuk hasil perawatan
41
• Inklinasi gigi insisivus sentral ditetapkan
melalui pengukuran derajat kemiringan gigi
dalam arah antero-posterior pada sefalogram
lateral melalui analisis sefalometr
42
Impaksi
Kelainan Anatomi Jaringan Keras Yang
Mempengaruhi Estetik
• Impaksi adalah gigi yang jalan erupsi
normalnya terhalang atau terblokir, biasanya
oleh gigi didekatnya atau jaringan patologis
43
Faktor-faktor meliputi:
 Gigi crowded atau tidak cukup tempat pada lengkung rahang.
Padatnya tulang diatas gigi impaksi.
 Tebalnya jaringan lunak yang mengelilingi gigi yang impaksi
Keadaan patologis seperti : gigi supernumerary, odontoma, kista
44
Manifestasi Klinis
45
Impaksi gigi Anterior
• Gangguan erupsi pada umumnya terjadi pada
fase pergantian
• Gigi kaninus merupakan gigi kedua setelah gigi
molar ketiga yang berfrekuensi tinggi untuk
mengalami impaksi
• Frekuensi terjadinya kaninus impaksi sebesar
0,8–2,8 persen (Pranjoto, 2005)
• Gigi kaninus impaksi dapat terletak ektopik
multifaktorial
46
Impaksi Caninus
• Terapi konvensional suatu gigi anterior impaksi
adalah surgical exposure dan traksi secara
ortodontik
47
Manajemen Kelainan Anatomi Jaringan
Keras (Impaksi Gigi Anterior)
48
Manajemen Kelainan Anatomi Jaringan
Keras (Impaksi Gigi Anterior)
• Kontrol bedah dilakukan pada hari ketujuh
dan selanjutnya dilakukan pengambilan
jahitan.
• Tiga bulan pasca pembedahan, gigi kaninus
mulai terlihat turun ke bawah
• Botton diganti bracket caninus kemudian
lakukan leveling
49
• Prognosis untuk keberhasilan penempatan gigi
kaninus ektopik sehingga dapat menempati
lengkung gigi yang benar tergantung dari
beberapa faktor.
Usia Penderita
Adanya
Diastema
Bentuk AkarLetak/posisi Gigi
yang Ektopik
50
Impaksi Gigi Molar Ketiga
• Gigi molar ketiga rahang bawah
• Pertumbuhannya gigi di depannya
mengalami perubahan letak
• Fase Gigi Pergantian Tindakan germinectomy
• Germinectomy lebih menguntungkan dari
odontectomy
51
52
Odontectomi
53

More Related Content

What's hot

Dental Indices (Indeks Pemeriksaan Jaringan Penyangga / Periodontal Gigi)
Dental Indices (Indeks Pemeriksaan Jaringan Penyangga / Periodontal Gigi)Dental Indices (Indeks Pemeriksaan Jaringan Penyangga / Periodontal Gigi)
Dental Indices (Indeks Pemeriksaan Jaringan Penyangga / Periodontal Gigi)Vina Widya Putri
 
occlusal adjustment
occlusal adjustmentocclusal adjustment
occlusal adjustmentthevaraj3
 
Endodontic 8
Endodontic 8Endodontic 8
Endodontic 8RSIGM
 
Tutorial Diskolorasi Gigi & Hipoplasia Enamel
Tutorial Diskolorasi Gigi & Hipoplasia EnamelTutorial Diskolorasi Gigi & Hipoplasia Enamel
Tutorial Diskolorasi Gigi & Hipoplasia EnamelVina Widya Putri
 
Epidemiologi penyakit gingiva dan periodontal
Epidemiologi penyakit gingiva dan periodontalEpidemiologi penyakit gingiva dan periodontal
Epidemiologi penyakit gingiva dan periodontalDellery Usman
 
57369433 dentin-hipersensitifiti
57369433 dentin-hipersensitifiti57369433 dentin-hipersensitifiti
57369433 dentin-hipersensitifitiADE IRAWAN
 
Pemeriksaan CPITN, PBI & Tooth Mobility
Pemeriksaan CPITN, PBI & Tooth MobilityPemeriksaan CPITN, PBI & Tooth Mobility
Pemeriksaan CPITN, PBI & Tooth MobilityVina Widya Putri
 
karies gigi. pemeriksaan penunjang dan tes vitalitas
karies gigi. pemeriksaan penunjang dan tes vitalitaskaries gigi. pemeriksaan penunjang dan tes vitalitas
karies gigi. pemeriksaan penunjang dan tes vitalitasfirman putra sujai
 
Makalah/Presentasi Kasus: Kepaniteraan Klinik Gigi & Mulut Universitas Sebela...
Makalah/Presentasi Kasus: Kepaniteraan Klinik Gigi & Mulut Universitas Sebela...Makalah/Presentasi Kasus: Kepaniteraan Klinik Gigi & Mulut Universitas Sebela...
Makalah/Presentasi Kasus: Kepaniteraan Klinik Gigi & Mulut Universitas Sebela...Tenri Ashari Wanahari
 
Pulpa capping egaaaaaaa
Pulpa capping egaaaaaaaPulpa capping egaaaaaaa
Pulpa capping egaaaaaaa07051994
 
Tugas drg berlian
Tugas drg berlianTugas drg berlian
Tugas drg berliansaktiirdi19
 
endodontic 2
endodontic 2endodontic 2
endodontic 2RSIGM
 
Minimal intervensi di kedokteran gigi
Minimal intervensi di kedokteran gigiMinimal intervensi di kedokteran gigi
Minimal intervensi di kedokteran gigiasih gahayu
 
Endodontic 3
Endodontic 3Endodontic 3
Endodontic 3RSIGM
 
Cara mencetak dan pembuatan model rahang fitria rahmah (160110130077)
Cara mencetak dan pembuatan model rahang   fitria rahmah (160110130077)Cara mencetak dan pembuatan model rahang   fitria rahmah (160110130077)
Cara mencetak dan pembuatan model rahang fitria rahmah (160110130077)fitriarhmah
 
Acute Necrotizing Ulceration Ginggivitis
Acute Necrotizing Ulceration GinggivitisAcute Necrotizing Ulceration Ginggivitis
Acute Necrotizing Ulceration GinggivitisCaninus Unlam
 

What's hot (20)

Dental Indices (Indeks Pemeriksaan Jaringan Penyangga / Periodontal Gigi)
Dental Indices (Indeks Pemeriksaan Jaringan Penyangga / Periodontal Gigi)Dental Indices (Indeks Pemeriksaan Jaringan Penyangga / Periodontal Gigi)
Dental Indices (Indeks Pemeriksaan Jaringan Penyangga / Periodontal Gigi)
 
occlusal adjustment
occlusal adjustmentocclusal adjustment
occlusal adjustment
 
Endodontic 8
Endodontic 8Endodontic 8
Endodontic 8
 
Tutorial Diskolorasi Gigi & Hipoplasia Enamel
Tutorial Diskolorasi Gigi & Hipoplasia EnamelTutorial Diskolorasi Gigi & Hipoplasia Enamel
Tutorial Diskolorasi Gigi & Hipoplasia Enamel
 
Epidemiologi penyakit gingiva dan periodontal
Epidemiologi penyakit gingiva dan periodontalEpidemiologi penyakit gingiva dan periodontal
Epidemiologi penyakit gingiva dan periodontal
 
57369433 dentin-hipersensitifiti
57369433 dentin-hipersensitifiti57369433 dentin-hipersensitifiti
57369433 dentin-hipersensitifiti
 
Dental asistant ii
Dental asistant iiDental asistant ii
Dental asistant ii
 
Pemeriksaan CPITN, PBI & Tooth Mobility
Pemeriksaan CPITN, PBI & Tooth MobilityPemeriksaan CPITN, PBI & Tooth Mobility
Pemeriksaan CPITN, PBI & Tooth Mobility
 
karies gigi. pemeriksaan penunjang dan tes vitalitas
karies gigi. pemeriksaan penunjang dan tes vitalitaskaries gigi. pemeriksaan penunjang dan tes vitalitas
karies gigi. pemeriksaan penunjang dan tes vitalitas
 
Kavitas kelas i rk
Kavitas kelas i rkKavitas kelas i rk
Kavitas kelas i rk
 
Makalah/Presentasi Kasus: Kepaniteraan Klinik Gigi & Mulut Universitas Sebela...
Makalah/Presentasi Kasus: Kepaniteraan Klinik Gigi & Mulut Universitas Sebela...Makalah/Presentasi Kasus: Kepaniteraan Klinik Gigi & Mulut Universitas Sebela...
Makalah/Presentasi Kasus: Kepaniteraan Klinik Gigi & Mulut Universitas Sebela...
 
Pulpa capping egaaaaaaa
Pulpa capping egaaaaaaaPulpa capping egaaaaaaa
Pulpa capping egaaaaaaa
 
Tugas drg berlian
Tugas drg berlianTugas drg berlian
Tugas drg berlian
 
prinsip preparasi
prinsip preparasiprinsip preparasi
prinsip preparasi
 
endodontic 2
endodontic 2endodontic 2
endodontic 2
 
7. anomali gigi
7. anomali gigi7. anomali gigi
7. anomali gigi
 
Minimal intervensi di kedokteran gigi
Minimal intervensi di kedokteran gigiMinimal intervensi di kedokteran gigi
Minimal intervensi di kedokteran gigi
 
Endodontic 3
Endodontic 3Endodontic 3
Endodontic 3
 
Cara mencetak dan pembuatan model rahang fitria rahmah (160110130077)
Cara mencetak dan pembuatan model rahang   fitria rahmah (160110130077)Cara mencetak dan pembuatan model rahang   fitria rahmah (160110130077)
Cara mencetak dan pembuatan model rahang fitria rahmah (160110130077)
 
Acute Necrotizing Ulceration Ginggivitis
Acute Necrotizing Ulceration GinggivitisAcute Necrotizing Ulceration Ginggivitis
Acute Necrotizing Ulceration Ginggivitis
 

Similar to Ppt ikga2 pdf

Catatan tutor scenario 3
Catatan tutor scenario 3Catatan tutor scenario 3
Catatan tutor scenario 3cameliasenada
 
Epulis Fibromatosa ,Clinical Case (Oral surgery)
Epulis Fibromatosa ,Clinical Case (Oral surgery)Epulis Fibromatosa ,Clinical Case (Oral surgery)
Epulis Fibromatosa ,Clinical Case (Oral surgery)Univ.Moestopo
 
Lidah dan Rongga Mulut.pptx
 Lidah dan  Rongga Mulut.pptx Lidah dan  Rongga Mulut.pptx
Lidah dan Rongga Mulut.pptxmutiarafitri13
 
responsi penyakit periodontal evita resky
responsi penyakit periodontal evita reskyresponsi penyakit periodontal evita resky
responsi penyakit periodontal evita reskyasrioktavinawulandar
 
endodontic 1
endodontic 1endodontic 1
endodontic 1RSIGM
 
109530090 makalah-modul-3-fix-1
109530090 makalah-modul-3-fix-1109530090 makalah-modul-3-fix-1
109530090 makalah-modul-3-fix-1yes ican
 
109530090 makalah-modul-3-fix-1-1
109530090 makalah-modul-3-fix-1-1109530090 makalah-modul-3-fix-1-1
109530090 makalah-modul-3-fix-1-1hasril hasanuddin
 
9.PENYELARASAN OKLUSAL & SPLIN.ppt
9.PENYELARASAN OKLUSAL & SPLIN.ppt9.PENYELARASAN OKLUSAL & SPLIN.ppt
9.PENYELARASAN OKLUSAL & SPLIN.pptYeremiaGultom2
 
Cleft lip and palate
Cleft lip and palateCleft lip and palate
Cleft lip and palateDVP Nugroho
 
ppt implan chp 27. 20-31 educatin dentistry.pptx
ppt implan chp 27. 20-31 educatin dentistry.pptxppt implan chp 27. 20-31 educatin dentistry.pptx
ppt implan chp 27. 20-31 educatin dentistry.pptxDewoBontang
 
Laporan hasil diskusi pemicu 2
Laporan hasil diskusi pemicu 2Laporan hasil diskusi pemicu 2
Laporan hasil diskusi pemicu 2Vincent Tannius
 
temporo mandibular joint
temporo mandibular jointtemporo mandibular joint
temporo mandibular jointAmalia Annisa
 
Indikasi dan kontraidikasi odontektomi
Indikasi dan kontraidikasi odontektomiIndikasi dan kontraidikasi odontektomi
Indikasi dan kontraidikasi odontektomizakiahyahya
 

Similar to Ppt ikga2 pdf (20)

Skripsi uly
Skripsi ulySkripsi uly
Skripsi uly
 
121341358 frenektomi
121341358 frenektomi121341358 frenektomi
121341358 frenektomi
 
Catatan tutor scenario 3
Catatan tutor scenario 3Catatan tutor scenario 3
Catatan tutor scenario 3
 
Epulis Fibromatosa ,Clinical Case (Oral surgery)
Epulis Fibromatosa ,Clinical Case (Oral surgery)Epulis Fibromatosa ,Clinical Case (Oral surgery)
Epulis Fibromatosa ,Clinical Case (Oral surgery)
 
Skenario 1
Skenario 1Skenario 1
Skenario 1
 
Lidah dan Rongga Mulut.pptx
 Lidah dan  Rongga Mulut.pptx Lidah dan  Rongga Mulut.pptx
Lidah dan Rongga Mulut.pptx
 
responsi penyakit periodontal evita resky
responsi penyakit periodontal evita reskyresponsi penyakit periodontal evita resky
responsi penyakit periodontal evita resky
 
Dental implant
Dental implantDental implant
Dental implant
 
endodontic 1
endodontic 1endodontic 1
endodontic 1
 
109530090 makalah-modul-3-fix-1
109530090 makalah-modul-3-fix-1109530090 makalah-modul-3-fix-1
109530090 makalah-modul-3-fix-1
 
109530090 makalah-modul-3-fix-1-1
109530090 makalah-modul-3-fix-1-1109530090 makalah-modul-3-fix-1-1
109530090 makalah-modul-3-fix-1-1
 
9.PENYELARASAN OKLUSAL & SPLIN.ppt
9.PENYELARASAN OKLUSAL & SPLIN.ppt9.PENYELARASAN OKLUSAL & SPLIN.ppt
9.PENYELARASAN OKLUSAL & SPLIN.ppt
 
Cleft lip and palate
Cleft lip and palateCleft lip and palate
Cleft lip and palate
 
LITREF BM
LITREF BMLITREF BM
LITREF BM
 
Makalah Gingiva
Makalah GingivaMakalah Gingiva
Makalah Gingiva
 
ppt implan chp 27. 20-31 educatin dentistry.pptx
ppt implan chp 27. 20-31 educatin dentistry.pptxppt implan chp 27. 20-31 educatin dentistry.pptx
ppt implan chp 27. 20-31 educatin dentistry.pptx
 
Laporan hasil diskusi pemicu 2
Laporan hasil diskusi pemicu 2Laporan hasil diskusi pemicu 2
Laporan hasil diskusi pemicu 2
 
temporo mandibular joint
temporo mandibular jointtemporo mandibular joint
temporo mandibular joint
 
Journal reading
Journal readingJournal reading
Journal reading
 
Indikasi dan kontraidikasi odontektomi
Indikasi dan kontraidikasi odontektomiIndikasi dan kontraidikasi odontektomi
Indikasi dan kontraidikasi odontektomi
 

Recently uploaded

Presentasi farmakologi materi hipertensi
Presentasi farmakologi materi hipertensiPresentasi farmakologi materi hipertensi
Presentasi farmakologi materi hipertensissuser1cc42a
 
PEMBUATAN STR BAGI APOTEKER PASCA UU 17-2023.pptx
PEMBUATAN STR  BAGI APOTEKER PASCA UU 17-2023.pptxPEMBUATAN STR  BAGI APOTEKER PASCA UU 17-2023.pptx
PEMBUATAN STR BAGI APOTEKER PASCA UU 17-2023.pptxpuspapameswari
 
ANESTESI LOKAL YARSI fixbgt dehhhhh.pptx
ANESTESI LOKAL YARSI fixbgt dehhhhh.pptxANESTESI LOKAL YARSI fixbgt dehhhhh.pptx
ANESTESI LOKAL YARSI fixbgt dehhhhh.pptxCahyaRizal1
 
anatomi fisiologi sistem penginderaan.ppt
anatomi fisiologi sistem penginderaan.pptanatomi fisiologi sistem penginderaan.ppt
anatomi fisiologi sistem penginderaan.pptRoniAlfaqih2
 
Sediaan Kream semisolid farmasi Industri.pptx
Sediaan Kream semisolid farmasi Industri.pptxSediaan Kream semisolid farmasi Industri.pptx
Sediaan Kream semisolid farmasi Industri.pptxwisanggeni19
 
FARMAKOLOGI OBAT PERSALINAN farmakologi obat
FARMAKOLOGI OBAT PERSALINAN farmakologi obatFARMAKOLOGI OBAT PERSALINAN farmakologi obat
FARMAKOLOGI OBAT PERSALINAN farmakologi obatSyarifahNurulMaulida1
 
Keperawatan Anatomi Fisiologi Laktasi.pptx
Keperawatan Anatomi Fisiologi Laktasi.pptxKeperawatan Anatomi Fisiologi Laktasi.pptx
Keperawatan Anatomi Fisiologi Laktasi.pptxrachmatpawelloi
 
konsep komunikasi terapeutik dalam keperawatan.ppt
konsep komunikasi terapeutik dalam keperawatan.pptkonsep komunikasi terapeutik dalam keperawatan.ppt
konsep komunikasi terapeutik dalam keperawatan.pptKianSantang21
 
SOSIALISASI MATERI DEMAM BERDARAH DENGUE.ppt
SOSIALISASI MATERI DEMAM BERDARAH DENGUE.pptSOSIALISASI MATERI DEMAM BERDARAH DENGUE.ppt
SOSIALISASI MATERI DEMAM BERDARAH DENGUE.pptDwiBhaktiPertiwi1
 
Ppt Macroscopic Structure of Skin Rash.pdf
Ppt Macroscopic Structure of Skin Rash.pdfPpt Macroscopic Structure of Skin Rash.pdf
Ppt Macroscopic Structure of Skin Rash.pdfAyundaHennaPelalawan
 
LAPORAN KASUS HB demam tifoid dr syarifuddin rauf
LAPORAN KASUS HB demam tifoid dr syarifuddin raufLAPORAN KASUS HB demam tifoid dr syarifuddin rauf
LAPORAN KASUS HB demam tifoid dr syarifuddin raufalmahdaly02
 
serbuk terbagi dan serbuk tabur yang gunakan untuk farmas
serbuk terbagi dan serbuk tabur yang gunakan untuk farmasserbuk terbagi dan serbuk tabur yang gunakan untuk farmas
serbuk terbagi dan serbuk tabur yang gunakan untuk farmasmufida16
 
PEDOMAN PROTOTYPE PUSKESMAS_KEMENKES ALL by zb NERMI.pdf
PEDOMAN PROTOTYPE PUSKESMAS_KEMENKES ALL by zb NERMI.pdfPEDOMAN PROTOTYPE PUSKESMAS_KEMENKES ALL by zb NERMI.pdf
PEDOMAN PROTOTYPE PUSKESMAS_KEMENKES ALL by zb NERMI.pdfMeboix
 
FARMAKOLOGI HORMONAL obat hormonal Diabetes
FARMAKOLOGI HORMONAL obat hormonal DiabetesFARMAKOLOGI HORMONAL obat hormonal Diabetes
FARMAKOLOGI HORMONAL obat hormonal DiabetesNadrohSitepu1
 
ILMU PENYAKIT GIGI DAN MULUT PEMERIKSAAN SUBJEKTIF.pptx
ILMU PENYAKIT GIGI DAN MULUT PEMERIKSAAN SUBJEKTIF.pptxILMU PENYAKIT GIGI DAN MULUT PEMERIKSAAN SUBJEKTIF.pptx
ILMU PENYAKIT GIGI DAN MULUT PEMERIKSAAN SUBJEKTIF.pptxfania35
 
1 Konsep Patologi dan Patofisologi.pptx Ilmu Dasar Keperawatan
1 Konsep Patologi dan Patofisologi.pptx Ilmu Dasar Keperawatan1 Konsep Patologi dan Patofisologi.pptx Ilmu Dasar Keperawatan
1 Konsep Patologi dan Patofisologi.pptx Ilmu Dasar KeperawatanHaslianiBaharuddin
 
MATERI TENTANG STUNTING BAGI REMAJA (Materi sosialisasi).ppt
MATERI TENTANG STUNTING BAGI REMAJA (Materi sosialisasi).pptMATERI TENTANG STUNTING BAGI REMAJA (Materi sosialisasi).ppt
MATERI TENTANG STUNTING BAGI REMAJA (Materi sosialisasi).pptbambang62741
 
2. Kebijakan ILP di Posyandu-1234567.pdf
2. Kebijakan ILP di Posyandu-1234567.pdf2. Kebijakan ILP di Posyandu-1234567.pdf
2. Kebijakan ILP di Posyandu-1234567.pdfMeboix
 
2.8.2.a Bukti Pemantauan Kegiatan Evaluasi UKME.docx
2.8.2.a Bukti Pemantauan Kegiatan Evaluasi UKME.docx2.8.2.a Bukti Pemantauan Kegiatan Evaluasi UKME.docx
2.8.2.a Bukti Pemantauan Kegiatan Evaluasi UKME.docxpuskesmasseigeringin
 
PPT_ AYU SASKARANI (proposal) fix fix.pdf
PPT_ AYU SASKARANI (proposal) fix fix.pdfPPT_ AYU SASKARANI (proposal) fix fix.pdf
PPT_ AYU SASKARANI (proposal) fix fix.pdfhurufd86
 

Recently uploaded (20)

Presentasi farmakologi materi hipertensi
Presentasi farmakologi materi hipertensiPresentasi farmakologi materi hipertensi
Presentasi farmakologi materi hipertensi
 
PEMBUATAN STR BAGI APOTEKER PASCA UU 17-2023.pptx
PEMBUATAN STR  BAGI APOTEKER PASCA UU 17-2023.pptxPEMBUATAN STR  BAGI APOTEKER PASCA UU 17-2023.pptx
PEMBUATAN STR BAGI APOTEKER PASCA UU 17-2023.pptx
 
ANESTESI LOKAL YARSI fixbgt dehhhhh.pptx
ANESTESI LOKAL YARSI fixbgt dehhhhh.pptxANESTESI LOKAL YARSI fixbgt dehhhhh.pptx
ANESTESI LOKAL YARSI fixbgt dehhhhh.pptx
 
anatomi fisiologi sistem penginderaan.ppt
anatomi fisiologi sistem penginderaan.pptanatomi fisiologi sistem penginderaan.ppt
anatomi fisiologi sistem penginderaan.ppt
 
Sediaan Kream semisolid farmasi Industri.pptx
Sediaan Kream semisolid farmasi Industri.pptxSediaan Kream semisolid farmasi Industri.pptx
Sediaan Kream semisolid farmasi Industri.pptx
 
FARMAKOLOGI OBAT PERSALINAN farmakologi obat
FARMAKOLOGI OBAT PERSALINAN farmakologi obatFARMAKOLOGI OBAT PERSALINAN farmakologi obat
FARMAKOLOGI OBAT PERSALINAN farmakologi obat
 
Keperawatan Anatomi Fisiologi Laktasi.pptx
Keperawatan Anatomi Fisiologi Laktasi.pptxKeperawatan Anatomi Fisiologi Laktasi.pptx
Keperawatan Anatomi Fisiologi Laktasi.pptx
 
konsep komunikasi terapeutik dalam keperawatan.ppt
konsep komunikasi terapeutik dalam keperawatan.pptkonsep komunikasi terapeutik dalam keperawatan.ppt
konsep komunikasi terapeutik dalam keperawatan.ppt
 
SOSIALISASI MATERI DEMAM BERDARAH DENGUE.ppt
SOSIALISASI MATERI DEMAM BERDARAH DENGUE.pptSOSIALISASI MATERI DEMAM BERDARAH DENGUE.ppt
SOSIALISASI MATERI DEMAM BERDARAH DENGUE.ppt
 
Ppt Macroscopic Structure of Skin Rash.pdf
Ppt Macroscopic Structure of Skin Rash.pdfPpt Macroscopic Structure of Skin Rash.pdf
Ppt Macroscopic Structure of Skin Rash.pdf
 
LAPORAN KASUS HB demam tifoid dr syarifuddin rauf
LAPORAN KASUS HB demam tifoid dr syarifuddin raufLAPORAN KASUS HB demam tifoid dr syarifuddin rauf
LAPORAN KASUS HB demam tifoid dr syarifuddin rauf
 
serbuk terbagi dan serbuk tabur yang gunakan untuk farmas
serbuk terbagi dan serbuk tabur yang gunakan untuk farmasserbuk terbagi dan serbuk tabur yang gunakan untuk farmas
serbuk terbagi dan serbuk tabur yang gunakan untuk farmas
 
PEDOMAN PROTOTYPE PUSKESMAS_KEMENKES ALL by zb NERMI.pdf
PEDOMAN PROTOTYPE PUSKESMAS_KEMENKES ALL by zb NERMI.pdfPEDOMAN PROTOTYPE PUSKESMAS_KEMENKES ALL by zb NERMI.pdf
PEDOMAN PROTOTYPE PUSKESMAS_KEMENKES ALL by zb NERMI.pdf
 
FARMAKOLOGI HORMONAL obat hormonal Diabetes
FARMAKOLOGI HORMONAL obat hormonal DiabetesFARMAKOLOGI HORMONAL obat hormonal Diabetes
FARMAKOLOGI HORMONAL obat hormonal Diabetes
 
ILMU PENYAKIT GIGI DAN MULUT PEMERIKSAAN SUBJEKTIF.pptx
ILMU PENYAKIT GIGI DAN MULUT PEMERIKSAAN SUBJEKTIF.pptxILMU PENYAKIT GIGI DAN MULUT PEMERIKSAAN SUBJEKTIF.pptx
ILMU PENYAKIT GIGI DAN MULUT PEMERIKSAAN SUBJEKTIF.pptx
 
1 Konsep Patologi dan Patofisologi.pptx Ilmu Dasar Keperawatan
1 Konsep Patologi dan Patofisologi.pptx Ilmu Dasar Keperawatan1 Konsep Patologi dan Patofisologi.pptx Ilmu Dasar Keperawatan
1 Konsep Patologi dan Patofisologi.pptx Ilmu Dasar Keperawatan
 
MATERI TENTANG STUNTING BAGI REMAJA (Materi sosialisasi).ppt
MATERI TENTANG STUNTING BAGI REMAJA (Materi sosialisasi).pptMATERI TENTANG STUNTING BAGI REMAJA (Materi sosialisasi).ppt
MATERI TENTANG STUNTING BAGI REMAJA (Materi sosialisasi).ppt
 
2. Kebijakan ILP di Posyandu-1234567.pdf
2. Kebijakan ILP di Posyandu-1234567.pdf2. Kebijakan ILP di Posyandu-1234567.pdf
2. Kebijakan ILP di Posyandu-1234567.pdf
 
2.8.2.a Bukti Pemantauan Kegiatan Evaluasi UKME.docx
2.8.2.a Bukti Pemantauan Kegiatan Evaluasi UKME.docx2.8.2.a Bukti Pemantauan Kegiatan Evaluasi UKME.docx
2.8.2.a Bukti Pemantauan Kegiatan Evaluasi UKME.docx
 
PPT_ AYU SASKARANI (proposal) fix fix.pdf
PPT_ AYU SASKARANI (proposal) fix fix.pdfPPT_ AYU SASKARANI (proposal) fix fix.pdf
PPT_ AYU SASKARANI (proposal) fix fix.pdf
 

Ppt ikga2 pdf

  • 1. Beberapa Kondisi yang Mempengaruhi Estetika dan Manajemen Kelainan Anatomi Jaringan Lunak (Frenulum) dan Kelainan Anatomi Jaringan Keras (Inklinasi, Impaksi). Renie KD NIM 021518046303 Tugas IKGA 2 1
  • 2. Latar Belakang • Gigi merupakan salah satu komponen penting dalam rongga mulut Selain menjalankan fungsi mastikasi, gigi juga berfungsi sebagai alat fonetik, estetik. 2
  • 4. Kelainan Anatomi Jaringan Lunak yang Mempengaruhi Estetik Henry, Levin dan Tsaknis 1976 frenum sebagai membran mukosa yang melipat, terdiri dari epitel dan jaringan ikat, tetapi bukan musculus. Frenulum Maksilaris (Lip Tie) Frenulum yang normal menempel dari mukosa alveolar ke attachmen gingiva 4
  • 5. • Median Anterior RA&RB Labial Kelainan Anatomi Jaringan Lunak yang Mempengaruhi Estetik • Rahang Bawah Lingual 5
  • 6. Klasifikasi • Kelas 1: Frenum bibir atas melekat pada mukosa alveolar • Kelas 2: Frenum melekat pada sebagian besar mukosa alveolar sampai attachmen gngiva • Kelas 3: Frenum melekat tepat di bagian depan papila (papila adalah jaringan lunak di tepi gusi, tepat dimana gigi akan tumbuh) • Kelas 4: Frenum melekat pada papila dan memanjang hingga ke bagian dalam gusi (palatal). Ini adalah derajat yang terberat. 6
  • 7. • Frenulum rendah • Frenulum sedang • Frenulum tinggi Seluruh frenulum melekat pada mukosa alveolar Seluruh frenulum melekat pada mukosa alveolar sampai dengan attachmen gingiva Seluruh frenulum melekat pada mukosa alveolar sampai dengan attachmen gingiva dan margin gingiva 7
  • 8. Frenulum Abnormal • 1. Frenulum labialias superior yang terlalu tinggi dapat menyebabkan terjadinya diastema pada gigi insisivus sentral rahang atas, mampu memicu penyakit periodontal, dapat juga menyebabkan terjadinya resesi gingiva dan akumulasi debris. • 2. Frenulum lingualis yang terlalu pendek dikenal juga sebagai ankyloglossia. Sehingga akan membatasi gerakan lidah dan dapat mengakibatkan kesulitan berbicara. • 3. Frenulum lingualis yang terlalu tinggi juga dapat menyebabkan beberapa kendala, diantaranya, dapat mengganggu stabilitas gigi tiruan, ucapan, dan jangkauan lidah. 8
  • 9. • Dampak frenulum yang abnormal antara lain :  Retraksi gingiva margin  Diastema  Mengganggu Penampilan  Pergerakan Lidah Terbatas  Mengganggu Perlekatan Gigi Tiruan 9
  • 10. Terapi • Frenulum Labialis : Frenectomi • Frenulum Lingualis : Frenotomi Dengan membuang seluruh bagian dari frenulum termasuk jaringan dibawahnya dengan menggunakan pisau bedah atau electrosurgery 10
  • 11. • Pemeriksaan klinis: Blanch Test • Menarik frenulum labialis ke atas. Jika di daerah papilla interdental tampak pucat (ischemia), maka diastema tersebut disebabkan oleh migrasi frenulum labialis ke arah palatum. 11
  • 13. Teknik Frenectomi 1. the simple excision technique, 2. the Z-plasty technique, 3. The V-Y Plasty technique 4. the laser-assisted frenectomy. 13
  • 14. 1. the simple excision technique • Untuk teknik eksisi sederhana, sayatan elips sempit di sekitar daerah frena ke periosteum 14
  • 15. 1. the simple excision technique • Penempatan jahitan pertama harus di kedalaman maksimum vestibula dan harus mencakup kedua tepi mukosa dan dibawah periosteum pada ketinggian vestibula di bawah tulang hidung anterior 15
  • 16. • Teknik ini mengurangi pembentukan hematoma dan memungkinkan untuk adaptasi dari jaringan dengan ketinggian maksimal vestibula. • ditutup dengan jahitan terputus 1. the simple excision technique 16
  • 17. 2. the Z-plasty technique • Eksisi bagian tengah papilla sedekat mungkin dengan maksila • Insisi membentuk huruf Z dengan sudut 60˚/30˚ /45˚ 17
  • 18. 2. the Z-plasty technique • Tepi insisi yang berbentuk Z dijahit secara terputus 18
  • 19. 3. localized vestibuloplasty with secondary epithelialization • Lebar sayatan bentuk V dibuat di bagian yang paling rendah di daerah attachment frena 19
  • 20. 3. localized vestibuloplasty with secondary epithelialization • Pembedahan Supraperiosteal selesai dengan membebaskan mukosa dan attachment frena fibrosa. 20
  • 21. 3. localized vestibuloplasty with secondary epithelialization • Bagian mukosa margin dijahit ke periosteum. • Mukosa dijahit ke periosteum di kedalaman vestibulum. 21
  • 22. 4. the laser-assisted frenectomy • Ablasi Supraperiosteal dari attachment frenal fibrosa. • Tanpa dilakukan penjahitan (suturing) • Penyembuhan terjadi dengan epitelisasi sekunder. 22
  • 23. Faktor yang mempengaruhi keberhasilan frenektomi  Kondisi Kesehatan Umum  Nutrisi & Diet  Oral Higiene  Pemberian Resep Obat 23
  • 24. Komplikasi dari frenektomi Infeksi pasca pembedahan Bleeding, swelling, dan pain Facial discoloration Sensitivitas gigi terhadap makanan panas, dingin, manis, asam Reaksi alergi 24
  • 25. Hasil Frenectomi Pasca Pembedahan 25
  • 26. Perawatan Post Bedah A. Pemasangan Orthodonsi Cekat B. Pemasangan Orthodonsi Lepasan berupa Pegas Koil 26
  • 27. Perawatan Post Bedah • Diastema dengan lebar ruangan 1-2 mm. Pada keadaan ini gigi tidak perlu dipreparasi, hanya dilakukan pengasaran email Komposit diletakan pada bagian proksimal hingga ke permukaan fasial dan lingual tetapi cukup sampai developmental groove saja. C. Veneer 27
  • 28. Perawatan Post Bedah • Diastema dengan lebar ruangan 2-3 mm. • Gigi dapat dipreparasi maupun tidak dipreparasi tetapi dilakukan veneering di fasial. • Peletakan komposit di bagian proksimal sama seperti pada diastema yang kecil (Gambar 3). Selain itu terkadang juga diperlukan Esthetic Counturing (Recounturing) pada bagian distal permukaan fasial, untuk menciptakan ilusi agar gigi tidak terlihat terlalu lebar 28
  • 29. Perawatan Post Bedah • Diastema dengan lebar ruangan 3-4 mm. Gigi dapat dipreparasi maupun tidak dipreparasi tetapi dilakukan full coverage veneer. Peletakan komposit dilakukan diatas daerah yang diperparasi (Gambar 5). Diperlukan Esthetic Counturing (Recounturing) pada bagian distal permukaan fasial, untuk menciptakan ilusi agar gigi terlihat tidak terlalu lebar 29
  • 30. Perawatan Post Bedah • · Restorative dengan light cure composit • · Prosthetic dengan porcelain fused to metal 30
  • 31. Frenulum Lingualis (Tongue Tie) Kelainan Anatomi Jaringan Lunak yang Mempengaruhi Estetik • Penyebab pasti belum diketahui. Faktor genetik diperkirakan mempengaruhi terjadinya tongue tie atau anklyglossia. 31
  • 32. Klasifikasi • Jarak normal free tongue yang secara klinis adalah lebih dari 16 mm. • Klasifikasi ankyloglossia berdasarkan morfologinya yaitu : Kelas I : Ankyloglossia ringan, 12-16 mm Kelas II : Ankyloglossia sedang, 8-11 mm Kelas III : Ankyloglossia berat, 3-7 mm Kelas IV : Ankyloglossia total, kurang dari 3 mm 32
  • 33. 33
  • 34. Terapi • Observasi, speech therapy, frenotomi dengan anastesi lokal, dan frenotomi dengan general anasthesia 34
  • 35. Teknik Frenotomi • Pasien dalam posisi yang nyaman dan dengan akses mudah ke mulut • Posisikan lidah mengarah keatas • Blok lingual bilateral dan infiltrasi lokal di daerah anterior memberikan anestesi cukup untuk frenectomy lingual. 35
  • 36. Teknik Frenotomi • Frenulum dipotong dengan Goldman Fox gunting, dalam satu gerakan, dengan memegang lidah ke arah langit-langit mulut. (Gambar B) • Potong garis putih, jaringan fasial seperti di sepanjang garis sejajar dengan lidah (Gambar C). • Tidak ada jahitan yang diperlukan 36
  • 37. Teknik Frenotomi dengan Laser • Insisi frenulum dilakukan dengan dioda laser pada panjang gelombang 800 nm dan kekuatan 2 W dalam mode non-kontak, yang diterapkan terus menerus untuk daerah pusat frenulum dari ujung ke pangkal lidah (Gbr. C dan D). 37
  • 38. Pemberian Resep • R/ Amoxicillin tab mg 500 No. XV 3.dd tab I • R/ Kalium diklofenak tab mg 50 No. X 2.dd tab I pc • R/ Betadine gargle fl No.I 2.dd garg I 38
  • 39. Kelainan Anatomi Jaringan Keras Yang Mempengaruhi Estetik • Geligi terletak pada rahang dalam bentuk dua kurva parabola, • lengkung rahang atas lebih besar dari lengkung rahang bawah, sehingga normalnya geligi rahang atas berada di luar lengkung geligi rahang bawah 39
  • 40. • Inklinasi gigi insisivus merupakan salah satu faktor yang harus dipertimbangkan dalam menetapkan estetika wajah pasien, terutama dalam melakukan tindakan diagnosa dan evaluasi perawatan ortodonti. Inklinasi 40
  • 41. • Platou dan Zachrison menyatakan bahwa dalam analisis sefalometri, posisi gigi insisivus rahang atas dan bawah banyak digunakan sebagai petunjuk 1. Menegakkan diagnosa 2. Menentukan rencana perawatan 3. Petunjuk hasil perawatan 41
  • 42. • Inklinasi gigi insisivus sentral ditetapkan melalui pengukuran derajat kemiringan gigi dalam arah antero-posterior pada sefalogram lateral melalui analisis sefalometr 42
  • 43. Impaksi Kelainan Anatomi Jaringan Keras Yang Mempengaruhi Estetik • Impaksi adalah gigi yang jalan erupsi normalnya terhalang atau terblokir, biasanya oleh gigi didekatnya atau jaringan patologis 43
  • 44. Faktor-faktor meliputi:  Gigi crowded atau tidak cukup tempat pada lengkung rahang. Padatnya tulang diatas gigi impaksi.  Tebalnya jaringan lunak yang mengelilingi gigi yang impaksi Keadaan patologis seperti : gigi supernumerary, odontoma, kista 44
  • 46. Impaksi gigi Anterior • Gangguan erupsi pada umumnya terjadi pada fase pergantian • Gigi kaninus merupakan gigi kedua setelah gigi molar ketiga yang berfrekuensi tinggi untuk mengalami impaksi • Frekuensi terjadinya kaninus impaksi sebesar 0,8–2,8 persen (Pranjoto, 2005) • Gigi kaninus impaksi dapat terletak ektopik multifaktorial 46
  • 47. Impaksi Caninus • Terapi konvensional suatu gigi anterior impaksi adalah surgical exposure dan traksi secara ortodontik 47
  • 48. Manajemen Kelainan Anatomi Jaringan Keras (Impaksi Gigi Anterior) 48
  • 49. Manajemen Kelainan Anatomi Jaringan Keras (Impaksi Gigi Anterior) • Kontrol bedah dilakukan pada hari ketujuh dan selanjutnya dilakukan pengambilan jahitan. • Tiga bulan pasca pembedahan, gigi kaninus mulai terlihat turun ke bawah • Botton diganti bracket caninus kemudian lakukan leveling 49
  • 50. • Prognosis untuk keberhasilan penempatan gigi kaninus ektopik sehingga dapat menempati lengkung gigi yang benar tergantung dari beberapa faktor. Usia Penderita Adanya Diastema Bentuk AkarLetak/posisi Gigi yang Ektopik 50
  • 51. Impaksi Gigi Molar Ketiga • Gigi molar ketiga rahang bawah • Pertumbuhannya gigi di depannya mengalami perubahan letak • Fase Gigi Pergantian Tindakan germinectomy • Germinectomy lebih menguntungkan dari odontectomy 51
  • 52. 52