Dokumen tersebut membahas beberapa kondisi anatomi jaringan lunak dan keras yang mempengaruhi estetika gigi, seperti frenulum, inklinasi, dan impaksi gigi. Kelainan frenulum dapat menyebabkan diastema dan gangguan fungsi, sedangkan inklinasi dan impaksi gigi dapat mengganggu penampilan. Berbagai teknik seperti frenectomi, frenotomi, dan bedah diperlukan untuk mengatasi kelainan tersebut.
1. Beberapa Kondisi yang Mempengaruhi
Estetika dan Manajemen Kelainan Anatomi
Jaringan Lunak (Frenulum) dan Kelainan
Anatomi Jaringan Keras (Inklinasi, Impaksi).
Renie KD
NIM 021518046303
Tugas IKGA 2
1
2. Latar Belakang
•
Gigi merupakan salah satu komponen penting
dalam rongga mulut
Selain menjalankan fungsi mastikasi, gigi juga
berfungsi sebagai alat fonetik, estetik.
2
4. Kelainan Anatomi Jaringan Lunak yang
Mempengaruhi Estetik
Henry, Levin dan Tsaknis
1976
frenum sebagai
membran mukosa yang
melipat, terdiri dari
epitel dan jaringan ikat,
tetapi bukan musculus.
Frenulum Maksilaris (Lip Tie)
Frenulum yang normal menempel dari
mukosa alveolar ke attachmen gingiva
4
5. • Median Anterior
RA&RB Labial
Kelainan Anatomi Jaringan Lunak yang
Mempengaruhi Estetik
• Rahang Bawah
Lingual
5
6. Klasifikasi
• Kelas 1: Frenum bibir atas
melekat pada mukosa alveolar
• Kelas 2: Frenum melekat pada
sebagian besar mukosa alveolar
sampai attachmen gngiva
• Kelas 3: Frenum melekat tepat
di bagian depan papila (papila
adalah jaringan lunak di tepi
gusi, tepat dimana gigi akan
tumbuh)
• Kelas 4: Frenum melekat pada
papila dan memanjang hingga ke
bagian dalam gusi (palatal).
Ini adalah derajat yang terberat.
6
7. • Frenulum rendah
• Frenulum sedang
• Frenulum tinggi
Seluruh frenulum
melekat pada mukosa
alveolar
Seluruh frenulum
melekat pada mukosa
alveolar sampai dengan
attachmen gingiva
Seluruh frenulum
melekat pada mukosa
alveolar sampai dengan
attachmen gingiva dan
margin gingiva
7
8. Frenulum Abnormal
• 1. Frenulum labialias superior yang terlalu tinggi dapat
menyebabkan terjadinya diastema pada gigi insisivus sentral rahang
atas, mampu memicu penyakit periodontal, dapat juga
menyebabkan terjadinya resesi gingiva dan akumulasi debris.
• 2. Frenulum lingualis yang terlalu pendek dikenal juga sebagai
ankyloglossia. Sehingga akan membatasi gerakan lidah dan dapat
mengakibatkan kesulitan berbicara.
• 3. Frenulum lingualis yang terlalu tinggi juga dapat menyebabkan
beberapa kendala, diantaranya, dapat mengganggu stabilitas gigi
tiruan, ucapan, dan jangkauan lidah.
8
9. • Dampak frenulum yang abnormal antara lain :
Retraksi gingiva margin Diastema
Mengganggu
Penampilan
Pergerakan Lidah
Terbatas
Mengganggu
Perlekatan Gigi Tiruan
9
10. Terapi
• Frenulum Labialis : Frenectomi
• Frenulum Lingualis : Frenotomi
Dengan membuang seluruh bagian dari frenulum
termasuk jaringan dibawahnya dengan menggunakan
pisau bedah atau electrosurgery
10
11. • Pemeriksaan klinis: Blanch
Test
• Menarik frenulum labialis ke
atas. Jika di daerah papilla
interdental tampak pucat
(ischemia), maka diastema
tersebut disebabkan oleh
migrasi frenulum labialis ke
arah palatum.
11
13. Teknik Frenectomi
1. the simple excision technique,
2. the Z-plasty technique,
3. The V-Y Plasty technique
4. the laser-assisted frenectomy.
13
14. 1. the simple excision technique
• Untuk teknik eksisi
sederhana, sayatan elips
sempit di sekitar daerah
frena ke periosteum
14
15. 1. the simple excision technique
• Penempatan jahitan
pertama harus di kedalaman
maksimum vestibula dan
harus mencakup kedua tepi
mukosa dan dibawah
periosteum pada ketinggian
vestibula di bawah tulang
hidung anterior
15
16. • Teknik ini mengurangi
pembentukan
hematoma dan
memungkinkan untuk
adaptasi dari jaringan
dengan ketinggian
maksimal vestibula.
• ditutup dengan
jahitan terputus
1. the simple excision technique
16
17. 2. the Z-plasty technique
• Eksisi bagian tengah
papilla sedekat mungkin
dengan maksila
• Insisi membentuk huruf
Z dengan sudut 60˚/30˚
/45˚
17
18. 2. the Z-plasty technique
• Tepi insisi yang berbentuk
Z dijahit secara terputus
18
19. 3. localized vestibuloplasty with secondary
epithelialization
• Lebar sayatan bentuk V
dibuat di bagian yang
paling rendah di daerah
attachment frena
19
20. 3. localized vestibuloplasty with secondary
epithelialization
• Pembedahan
Supraperiosteal
selesai dengan
membebaskan
mukosa dan
attachment frena
fibrosa.
20
21. 3. localized vestibuloplasty with secondary
epithelialization
• Bagian mukosa margin
dijahit ke periosteum.
• Mukosa dijahit ke
periosteum di kedalaman
vestibulum.
21
22. 4. the laser-assisted frenectomy
• Ablasi
Supraperiosteal dari
attachment frenal
fibrosa.
• Tanpa dilakukan
penjahitan (suturing)
• Penyembuhan terjadi
dengan epitelisasi
sekunder.
22
23. Faktor yang mempengaruhi keberhasilan
frenektomi
Kondisi Kesehatan Umum
Nutrisi & Diet
Oral Higiene
Pemberian Resep Obat
23
24. Komplikasi dari frenektomi
Infeksi pasca pembedahan
Bleeding, swelling, dan pain
Facial discoloration
Sensitivitas gigi terhadap makanan panas, dingin,
manis, asam
Reaksi alergi
24
26. Perawatan Post Bedah
A. Pemasangan Orthodonsi Cekat
B. Pemasangan Orthodonsi Lepasan berupa Pegas Koil
26
27. Perawatan Post Bedah
• Diastema dengan lebar ruangan 1-2 mm.
Pada keadaan ini gigi tidak perlu dipreparasi,
hanya dilakukan pengasaran email
Komposit diletakan pada bagian proksimal hingga ke
permukaan fasial dan lingual tetapi cukup
sampai developmental groove saja.
C. Veneer
27
28. Perawatan Post Bedah
• Diastema dengan lebar ruangan 2-3 mm.
• Gigi dapat dipreparasi maupun tidak dipreparasi
tetapi dilakukan veneering di fasial.
• Peletakan komposit di bagian proksimal sama
seperti pada diastema yang kecil (Gambar 3).
Selain itu terkadang juga diperlukan Esthetic
Counturing (Recounturing) pada bagian distal
permukaan fasial, untuk menciptakan ilusi agar
gigi tidak terlihat terlalu lebar
28
29. Perawatan Post Bedah
• Diastema dengan lebar ruangan 3-4 mm. Gigi
dapat dipreparasi maupun tidak dipreparasi
tetapi dilakukan full coverage veneer. Peletakan
komposit dilakukan diatas daerah yang
diperparasi (Gambar 5). Diperlukan Esthetic
Counturing (Recounturing) pada bagian distal
permukaan fasial, untuk menciptakan ilusi
agar gigi terlihat tidak terlalu lebar
29
30. Perawatan Post Bedah
• · Restorative dengan light cure composit
• · Prosthetic dengan porcelain fused to metal
30
31. Frenulum Lingualis (Tongue Tie)
Kelainan Anatomi Jaringan Lunak yang
Mempengaruhi Estetik
• Penyebab pasti belum diketahui. Faktor
genetik diperkirakan mempengaruhi
terjadinya tongue tie atau anklyglossia.
31
32. Klasifikasi
• Jarak normal free tongue yang secara klinis
adalah lebih dari 16 mm.
• Klasifikasi ankyloglossia berdasarkan
morfologinya yaitu :
Kelas I : Ankyloglossia ringan, 12-16 mm
Kelas II : Ankyloglossia sedang, 8-11 mm
Kelas III : Ankyloglossia berat, 3-7 mm
Kelas IV : Ankyloglossia total, kurang dari 3 mm
32
34. Terapi
• Observasi, speech therapy, frenotomi dengan
anastesi lokal, dan frenotomi dengan general
anasthesia
34
35. Teknik Frenotomi
• Pasien dalam posisi yang nyaman dan dengan
akses mudah ke mulut
• Posisikan lidah mengarah keatas
• Blok lingual bilateral dan infiltrasi lokal di
daerah anterior memberikan anestesi cukup
untuk frenectomy lingual.
35
36. Teknik Frenotomi
• Frenulum dipotong dengan
Goldman Fox gunting, dalam
satu gerakan, dengan memegang
lidah ke arah langit-langit mulut.
(Gambar B)
• Potong garis putih, jaringan
fasial seperti di sepanjang garis
sejajar dengan lidah (Gambar C).
• Tidak ada jahitan yang
diperlukan
36
37. Teknik Frenotomi dengan Laser
• Insisi frenulum
dilakukan dengan dioda
laser pada panjang
gelombang 800 nm dan
kekuatan 2 W dalam
mode non-kontak, yang
diterapkan terus
menerus untuk daerah
pusat frenulum dari
ujung ke pangkal lidah
(Gbr. C dan D).
37
38. Pemberian Resep
• R/ Amoxicillin tab mg 500 No. XV
3.dd tab I
• R/ Kalium diklofenak tab mg 50 No. X
2.dd tab I pc
• R/ Betadine gargle fl No.I
2.dd garg I
38
39. Kelainan Anatomi Jaringan Keras Yang
Mempengaruhi Estetik
• Geligi terletak pada rahang dalam bentuk
dua kurva parabola,
• lengkung rahang atas lebih besar dari
lengkung rahang bawah, sehingga normalnya
geligi rahang atas berada di luar lengkung
geligi rahang bawah
39
40. • Inklinasi gigi insisivus
merupakan salah satu
faktor yang harus
dipertimbangkan dalam
menetapkan estetika
wajah pasien, terutama
dalam melakukan tindakan
diagnosa dan evaluasi
perawatan ortodonti.
Inklinasi
40
41. • Platou dan Zachrison menyatakan bahwa
dalam analisis sefalometri, posisi gigi insisivus
rahang atas dan bawah banyak digunakan
sebagai petunjuk
1. Menegakkan diagnosa
2. Menentukan rencana perawatan
3. Petunjuk hasil perawatan
41
42. • Inklinasi gigi insisivus sentral ditetapkan
melalui pengukuran derajat kemiringan gigi
dalam arah antero-posterior pada sefalogram
lateral melalui analisis sefalometr
42
43. Impaksi
Kelainan Anatomi Jaringan Keras Yang
Mempengaruhi Estetik
• Impaksi adalah gigi yang jalan erupsi
normalnya terhalang atau terblokir, biasanya
oleh gigi didekatnya atau jaringan patologis
43
44. Faktor-faktor meliputi:
Gigi crowded atau tidak cukup tempat pada lengkung rahang.
Padatnya tulang diatas gigi impaksi.
Tebalnya jaringan lunak yang mengelilingi gigi yang impaksi
Keadaan patologis seperti : gigi supernumerary, odontoma, kista
44
46. Impaksi gigi Anterior
• Gangguan erupsi pada umumnya terjadi pada
fase pergantian
• Gigi kaninus merupakan gigi kedua setelah gigi
molar ketiga yang berfrekuensi tinggi untuk
mengalami impaksi
• Frekuensi terjadinya kaninus impaksi sebesar
0,8–2,8 persen (Pranjoto, 2005)
• Gigi kaninus impaksi dapat terletak ektopik
multifaktorial
46
47. Impaksi Caninus
• Terapi konvensional suatu gigi anterior impaksi
adalah surgical exposure dan traksi secara
ortodontik
47
49. Manajemen Kelainan Anatomi Jaringan
Keras (Impaksi Gigi Anterior)
• Kontrol bedah dilakukan pada hari ketujuh
dan selanjutnya dilakukan pengambilan
jahitan.
• Tiga bulan pasca pembedahan, gigi kaninus
mulai terlihat turun ke bawah
• Botton diganti bracket caninus kemudian
lakukan leveling
49
50. • Prognosis untuk keberhasilan penempatan gigi
kaninus ektopik sehingga dapat menempati
lengkung gigi yang benar tergantung dari
beberapa faktor.
Usia Penderita
Adanya
Diastema
Bentuk AkarLetak/posisi Gigi
yang Ektopik
50
51. Impaksi Gigi Molar Ketiga
• Gigi molar ketiga rahang bawah
• Pertumbuhannya gigi di depannya
mengalami perubahan letak
• Fase Gigi Pergantian Tindakan germinectomy
• Germinectomy lebih menguntungkan dari
odontectomy
51