SlideShare a Scribd company logo
1 of 61
Tumor Lidah dan Tumor
Rongga Mulut
LISA LINA PAKEL/112019113
PEMBIMBING:
DR. MELVIN, SP.B
ANATOMI
 Rongga mulut merupakan
perluasan dari bibir ke
lengkung fasial bagian
posterior, termasuk palatum,
tonsil, pilar tonsil, palatum mole
dan sebagian orofaring.
2
Anatomi Lidah
Secara garis besar lidah dapat terbagi menjadi 2 bagian yaitu:
 2/3 depan (apex)
 1/3 belakang (Dorsum)
Lidah secara anatomi terbagi 3 bagian, yakni:
1. Apex Linguae (ujung lidah)
2. Corpus Linguae (Badan Lidah)
3. Radix Linguae (Akar Lidah)
ANATOMI LIDAH
4
Otot ekstrinsik:
merubah posisi lidah
• M. Hioglosus
• M. Stiloglosus
• M. Genioglossus
Otot Intrinsik:
merubah bentuk
lidah
• M. longitudinalis
lingua superior
dan inferior
• M. transversus
lingua inferior
• M. vertikalis
lingua
Otot-otot ini dipersarafi oleh N. Hipoglosus
(N.XII) dan bekerja sama dalam proses
menelan serta artikulasi berbicara
Lidah mempunyai banyak kelenjar getah
bening.
KGB pada ujung lidah KGB Sub Mental
KGB 2/3
Lateral Lidah
KGB
Submandibula
dan
jugulodigastrikus
KGB bagian Tengah KGB jugulomilohioid.
RIDHA SURYANTI MUSLIMAH
TUMOR LIDAH
EPIDEMIOLOGI
Angka kejadian tumor pada lidah relatif umum, dengan 3% dari seluruh penyakit
berbahaya yang timbul dalam rongga mulut. Tumor lidah jarang terjadi sebelum usia
40 dan insiden tertinggi penyakit ini dalam dekade-dekade 6 dan 7 dengan
perbandingan pria dan wanita 3:1. Secara geografis, tumor ditemukan di seluruh
dunia, tetapi ada variasi yang signifikan dalam insiden. Penyakit ini terjadi dengan
kejadian tertinggi pada populasi India. Insiden karsinoma lidah di Indonesia masih
belum diketahui dengan pasti tetapi bila dibandingkan dengan hasil penelitian di luar
negeri dapat dikatakan bahwa insidennya masih jarang.
ETIOLOGI
1. Tembakau
2. Alkohol
3. Infeksi virus
4. Faktor Gigi dan Mulut
PATOGENESIS
Faktor utama yang menyebabkan inisiasi keganasan adalah akibat ketidakmampuan
DNA untuk memperbaiki sistem yang mendeteksi adanya transformasi sel akibat
paparan onkogen. Kerusakan pada DNA meliputi hilangnya atau bertambahnya
kromosom, penyusunan ulang kromosom, dan penghapusan kode kromosom serta
inaktivasi dari gen supresor tumor
DIAGNOSIS
1. Anamnesis
Diagnosis berdasarkan pada gejala dan tanda yang menonjol, yaitu adanya
perdarahan, sumbatan, dan benjolan yang nyeri. Pasien harus akan ditanya tentang
gejala disfagia, odynophagia, dysarthria, globus sensasi, kesulitan bernapas,
hemoptisis, otalgia (mungkin disebut), penurunan berat badan, atau konstitusi gejala
dan sekitar, konsumsi tembakau dan alkohol, kerja eksposur (termasuk paparan sinar
matahari), dan paparan radiasi sebelumnya
2. Manifestasi Klinis
Gejala awal adanya bercak putih dan lidah mengalami luka tanpa penyebab yang
jelas. Bercak-bercak ini akan terlihat seperti sariawan tapi bercak ini harus waspadai
karena mungkin saja bercak ini bukanlah sariawan biasa. Gejala klinis penderita
tergantung pada lokasi tumor atau karsinoma tersebut.
3. Pemeriksaan Fisik
Pemeriksaan fisik seperti inspeksi harus dilakukan secara seksama dan sistematik,
khususnya pada pemeriksaan di rongga dan dasar mulut, dengan memperhatikan
adanya asimetri. Palpasi dasar lidah dengan menggunakan jari merupakan
pengenalan tumor dini yang paling baik
PEMERIKSAAN PENUNJANG
1. Biopsi
2. Sitologi eksfoliatifa dari spesimen kerokan
3. Toluidine blue
4. PET (Positron Emission Tomography)
5. MRI (Magnetic Resonance Imaging)
6. CT-Scan
STAGING
Stadium T N M
0 Tis N0 N0
I T1 N0 M0
II T2 N0 M0
III
T1, T2
T3
N1
N0, N1
M0
M0
IV A
T1,T2,T3
T4a
N2
N0, N1, N2
M0
M0
IV B
Tiap T
T4b
N3
Tiap N
M0
M0
IV C Tiap T Tiap N M1
PENATALAKSANAAN
 Penanganan tumor lidah sama halnya
dengan penanganan tumor pada rongga
mulut lainnya dimana penanganan sebaiknya
dilakukan secara multidisipliner yang
melibatkan beberapa bidang spesialis.
 Beberapa hal yang harus diperhatikan dalam
penanganan ialah eradikasi dari tumor,
pengembalian fungsi dari lidah, serta aspek
kosmetik/ penampilan penderita.
 Terapi kuratif diberikan pada tumor lidah
stadium I, II, dan III.
 Terapi utama untuk stadium I dan II ialah
operasi atau radioterapi.
 Stadium III dan IV yang masih operabel ialah
kombinasi operasi dan radioterapi pasca
bedah.
 Untuk lesi yang kecil (T1 dan T2), tindakan operasi atau
radioterapi saja dapat memberikan angka kesembuhan
yang tinggi, dengan catatan bahwa pada kasus tumor
ganas pilihan radioterapi saja
 pada T2 memberikan angka kekambuhan yang lebih tinggi
dari pada tindakan operasi.
 Untuk T3 dan T4, terapi kombinasi operasi dan radioterapi
memberikan hasil yang paling baik.
 Pemberian neo-adjuvant radioterapi dan atau kemoterapi
sebelum tindakan operasi dapat diberikan pada kanker
rongga locally advanced (T3,T4).
PENATALAKSANAAN
PROGNOSIS
Prognosis pada tumor jinak lidah umumnya baik apabila ditangani dengan cepat
dan tepat. Sedangkan prognosis pada tumor ganas biasanya jelek, meskipun angka
statistik penyakit bervariasi diantara kelompok penderita angka penyembuhan
selama lima tahun bergantung pada stadium
DEFINISI
 Tumor rongga mulut adalah pertumbuhan sel baru yang abnormal dan tidak
terkontrol dan bersifat progresif yang terjadi dalam rongga mulut.
20
TUMOR RONGGA MULUT
EPIDEMIOLOGI
 Kanker rongga mulut dan faring  363.000 kasus baru yang
tersebar di seluruh dunia dan hampir 200.000 menyebabkan
kematian.
 Berdasarkan Surveillance Epidemiology End Result Amerika
Serikat sejak tahun 2005-2009:
- Diagnosis kanker rangga mulut dan faring :
- 38.5 % antara usia 55 sampai 64 tahun.
- Insidensi rata-rata pada seluruh ras  16.1 per
100.000 laki-laki dan 6.2 per 100.000 wanita.
Surveillance Research Program, NCI
21
ETIOLOGI
 Merokok.
 Mengunyah tembakau.
 Alkohol.
 Pemakaian gigi palsu (menyebabkan iritasi kronis pada
mukosa yang memicu terjadinya kanker).
 Kekurangan gizi atau sosial ekonomi rendah.
 Paparan sinar ultaviolet (memicu kanker bibir).
22
DIAGNOSIS
 Anamnesis
 Pemeriksaan fisik  biopsi
 Pemeriksaan radiologi
 Pemeriksaan Laboratorium.
23
TUMOR JINAK
TUMOR SOLID
Papiloma
 Tersering pada rongga mulut
 Dekade ketiga dan kelima.
 Paling banyak  palatum durum dan mole, uvula, lidah dan bibir.
 Ukuran terbanyak  <1 cm, pedunculated dan berwarna putih.
 Permukaannya irregular, kadang licin.
 Terapinya  eksisi biopsi.
24
Fibroma
 Permukaannya licin, mukosa dilapisi tumor pedunculated.
 Ukuran ± 1 cm.
 Konsistensinya lunak s/d keras.
 Dapat terjadi dimana saja pada rongga mulut atau mukosa
orofaring.
 Terapi: pembedahan eksisi konservatif.
25
HEMANGIOMA
 Pada rongga mulut atau orofaring.
 Sering terjadi pada anak-anak.
 3 tipe  kapilari, kavernous dan campuran.
 Bila timbul pada saat lahir atau saat anak-anak  regresi spontan.
 Pada umur 40-50 tahun  hemangioma dengan dilatasi vena
(febostasis) dapat terjadi pada mukosa oral atau mukosa lingual.
 Mikroembolisasi.
26
Limfangioma
 Paling sering terjadi pada 2/3 anterior lidah.
 Dapat mengenai lidah secara difus  makroglosia  tidak
dapat mengecil secara spontan.
 Lesi kecil dapat dilakukan eksisi.
 Lesi besar yang simtomatik dapat secara parsial dieksisi
untuk mengurangi benjolan.
27
Torus
 Merupakan pertumbuhan berlebihan dari tulang submukosa 
palatum durum atau mandibula.
 Torus palatum  tersering  tonjolan sempit, nodul soliter atau
massa lobulus pada garis tengah palatum durum.
 Torus mandibula diproyeksi dari bidang gingiva, dekat area
bikuspid dan bilateral.
 Reseksi  bila terjadi gangguan bicara, mengunyah atau
pemasangan gigi palsu.
28
Granuloma piogenik
 Merupakan granuloma reaktif yang terjadi pada respon
terhadap trauma atau iritasi kronik.
 Paling sering mengenai gingiva anterior.
 Lunak, licin, massa kemerahan sampai keunguan dan
mudah berdarah.
 Terapi: pembedahan eksisi.
 Rekurensi hampir tidak pernah terjadi setelah eksisi komplit.
29
Granuloma kehamilan
 Secara klinis dan histologi sama dengan granuloma piogenik.
 Trimester pertama kehamilan  mengecil seiring dengan
berakhirnya kehamilan.
 Pembedahan eksisi  kasus persisten setelah kehamilan.
 Rekurensi dapat terjadi bila dilakukan operasi selama
kehamilan.
30
Mioblastoma sel granular/tumor sel granular
 Merupakan tumor terbanyak yang terjadi dalam rongga
mulut.
 Tempat predileksinya  lidah.
 Awalnya berasal dari otot (mioblastoma)  dewasa ini
dipertimbangkan berasal dari sel Schwann.
 Tumor tampak sebagai nodul keras submukosa.
 Terapi: pembedahan eksisi konservatif.
31
Tumor kelenjar ludah
minor
 Adenoma pleiomorfik adalah bentuk
tersering.
 Tempat predileksi  palatum durum.
 Nodul submukosa tanpa nyeri tekan.
 Terapi : pembedahan eksisi luas
karena insidens rekurensinya tinggi.
32
Lesi Kistik:
Mukokel
 Paling sering terjadi pada bibir bawah.
 Merupakan kista retensi dari kelenjar ludah minor pada bibir.
 Lesi  massa kistik dan lunak dan berwarna kebiruan.
 Terapi : pembedahan eksisi.
33
Ranula
 Lesi kista translusen pada dasar rongga mulut pada satu sisi dari
frenulum dan menekan lidah.
 Berasal dari kelenjar ludah sublingual karena obstruksi duktusnya.
 Terapi: - pembedahan eksisi komplit jika kecil
- marsupialisasi jika besar.
 Sering tidak mungkin untuk mengeksisi ranula secara komplit 
dindingnya tipis atau ramifikasi bervariasi.
34
LESI PRAMALIGNA
LEUKOPLAKIA
 Suatu selaput putih yang tidak dapat dibedakan secara klinis atau
patologis dari penyakit lainnya.
 Faktor penyebab  merokok, mengunyah tembakau,
penyalahgunaan alkohol, trauma kronik karena pemasangan gigi
palsu.
 Mukosa bukal dan komisura oral adalah tempat tersering.
 Usia dekade keempat,
 Laki-laki 2-3 kali lebih sering.
35
 Secara klinis ada beberapa tipe: Homogen, Nodular,
Erosif (eritroleukoplakia).
 Penatalaksanaannya :
- Menghilangkan agen penyebab.
- Bila lesi berpotensi ke arah maligna  biopsi.
- Bila lesi kecil yang dicurigai  eksisi atau ablasi dengan
laser atau krioterapi.
36
Eritroplakia
 Suatu selaput berwarna merah pada permukaan mukosa.
 Warna merah  penurunan keratinisasi dan hasil dari jaringan ikat
vaskular berwarna merah dari lapisan submukosa.
 Paling sering  mukosa alveolar bagian bawah, sulkus
bukogingiva dan dasar rongga mulut.
 Potensial maligna  17 X lebih tinggi dari leukoplakia.
 Lesi terdiri dari tiga jenis: homogen, granular dan eritroplakia.
 Penatalaksanaan : biopsi eksisi.
37
TUMOR GANAS
Karsinoma pada Bibir
 Kanker terbanyak pada rongga
mulut.
 Paling banyak  karsinoma sel
skuamous (>95%) dan sisanya
adalah karsinoma kelenjar ludah
minor atau karsinoma sel basal.
 Lokasi: 95% pada bibir bawah dan
5% pada bibir atas.
38
 Faktor risiko  paparan sinar matahari, hiperpigmentasi dan
merokok.
 Diagnosis awal  adanya bagian yang menonjol dengan
gejala dini (rasa panas, krusta, ulserasi atau leukoplakia).
 Gejala lanjut  invasi ke mandibula dan nervus mental.
 Tumor kecil (T1,T2)  radiasi atau cukup dengan
pembedahan.
 Tumor besar (T3,T4)  terapi kombinasi.
39
 Diseksi KGB dilakukan bila ada limfanedopati.
 Radioterapi paska pembedahan  pasien risiko tinggi
dengan tumor T3,T4, invasi perineural pada tempat primer,
margin positif dan metastasis limfatik multipel.
 Radiasi primer  pasien yang tidak memungkinkan
dilakukan reseksi.
40
Karsinoma pada Mukosa
Bukal
 <10% dari semua kanker pada
rongga mulut.
 Karsinoma sel skuamous
seringkali berasal dari leukoplakia
pada daerah ini
 Invasi ke mandibula, palatum
durum, sinus maksila, kulit pipi
atau otot pterigoid  tahap lanjut
41
 Penatalaksanaan:
- Tumor primer  reseksi.
- Lesi kecil pada stadium awal  reseksi secara transoral.
- Lesi lebih luas  mandibulektomi segmental
atau marginal, reseksi kulit pipi atau reseksi palatum
secara parsial.
 Penggunaan terapi adjuvan dalam bentuk radiasi atau kemoradiasi
 stadium lanjut.
42
Karsinoma pada lidah
 Terbanyak kedua (30%) dalam rongga
mulut.
 Bagian lateral dari lidah.
 Faktor risiko : tembakau, alkohol,
imunosupresi dan oral higiene yang buruk.
 Eritroplakia  bentuk awal terbanyak
terjadinya karsinoma sel skuamous.
 Gejala lanjut: fiksasi lidah, penurunan
sensasi lidah, perubahan suara dan
gangguan menelan serta limfadenopati
servikal.
43
 Penatalaksanaan untuk tumor primer:
- T1-T2: glosektomi parsial + rekonstruksi dengan menutup luka
secara primer atau sekunder atau skin graft.
- T1-T2 (tidak memungkinkan dilakukan pembedahan atau
menolak operasi): radiasi eksterna dengan atau tanpa brakiterapi.
- Glosektomi total atau near-total  lesi lokal ekstensif.
- T4: dipertimbangkan kemoradiasi (bila ada keterlibatan tulang,
maka diperlukan reseksi).
44
 Penatalaksanaan pada mandibula:
- Tumor yang ekstensi secara superfisial ke gingiva 
direseksi dengan periosteum sebagai margin dalam.
- Tumor yang invasi ke periosteum  mandibulektomi
marginal yang meliputi bagian horizontal alveolar atau
reseksi sagital dari bagian dalam atau luar korteks.
- Mandibulektomi segmental diindikasikan untuk tumor yang
invasi langsung ke tulang
45
Karsinoma pada Palatum
Durum
 Insidensi hanya setengah dari seluruh
tumor adalah karsinoma sel
skuamous.
 Ulserasi granular superfisial pada
palatum durum dengan
mukoperiosteun barrier untuk
penyebaran tumor  sinus paranasal
atau dasar rongga hidung.
46
 Penatalaksanaan untuk tumor primer:
- Eksisi lokal luas  untuk mencapai margin surgikal.
- Maksilektomi infrastruktur  tumor yang mengerosi tulang
secara parsial.
- Maksilektomi total  ekstensi lebih luas pada struktur
tulang atau jaringan terdekat, dengan atau tanpa
eksentrasi orbita atau reseksi kulit pipi.
 Radioterapi paska operasi  kanker stadium lanjut yang sudah menginvasi
jaringan sekitar  menurunkan kejadian rekurensi lokal dan regional.
47
 Pilihan rekonstruksi adalah sebagai berikut:
- Defek kecil dan atau superfisial: flap palatal lokal atau flap
otot temporalis regional.
- Defek besar atau maksilektomi infrastruktur: obturator
palatal dengan atau tanpa skin graft.
- Defek gabungan (tulang dan jaringan): transfer jaringan
bebas.
- Sering digunakan free flaps dari rektus abdominis, fibula,
atau skapula.
48
Karsinoma pada Alveolar dan Mukosa
Gingiva atau Gusi
 10% dari seluruh keganasan dalam rongga mulut.
 Paling banyak  pada daerah margin bebas dari gingiva alveolar
bawah.
 Sekitar 40% dapat invasi ke mandibula atau maksila pada saat
didiagnosis.
 Kanker pada alveolar atas dapat ekstensi melalui tulang ke rongga
hidung atau sinus maksilaris.
49
 Penatalaksanaan tumor primer :
 Lesi kecil pada alveolar  direseksi secara transoral.
 Lesi pada alveolar atas  maksilektomi parsial.
 Lesi pada alveolar bawah  mandibulektomi.
 Terapi adjuvan radioterapi  pasien dengan pembesaran KGB,
kriteria histopatologi (invasi perineural dan limfovaskular) atau
batas reseksi tidak adekuat.
 Terapi radiasi sebagai modalitas primer  pasien yang sudah
tidak dapat dioperasi.
50
Karsinoma pada Dasar
Rongga Mulut
 Merupakan kanker terbanyak
ketiga pada rongga mulut.
 Lesi kecil yang keluar dari dasar
rongga mulut relatif asimtomatik.
 Lesi yang lebih besar  invasi ke
mandibula atau ekstensi ke dasar
lidah.
51
 Invasi saraf lingual atau mental  menurunkan
mobilitas lidah, mengganggu berbicara dan menelan
serta menurunkan sensasi di lidah, bibir, atau kulit
pipi.
 Penatalaksanaan tumor primer: invasi ke mandibula
dan metastasis servikal  sama dengan
penatalaksanaan kanker pada lidah.
52
Karsinoma pada Trigonum Retromolar
 Trigonum retromolar merupakan daerah berbentuk segitiga dari
gingiva pada ramus ascenden mandibula.
 Angka kejadian sebenarnya  sangat sulit untuk ditentukan 
mengenai daerah trigonum retromolar dan daerah sekitarnya
secara bersamaan.
 Tahap awal: terdapat lapisan tipis pada mukosa dan jaringan lunak
yang melapisi mandibula dan melibatkan tulang & juga mengenai
nervus alveolaris inferior (V3).
 Metastasis regional  10-20%.
53
 Penatalaksanaan :
- Stadium I atau II  pembedahan dan radioterapi.
- Tumor primer  bila terdapat lesi superfisial luas yang
melibatkan palatum molle tetapi tidak menginvasi tulang,
pilihan terapi adalah radioterapi karena reseksi palatal dapat
menyebabkan kesulitan bicara dan proses menelan.
- Lesi stadium lanjut  kombinasi pembedahan dan radiasi.
54
Lesi Maligna Non Skuamos
Tumor Kelenjar Ludah Minor
 Sekitar 80-90% adalah ganas.
 Paling sering mengenai palatum durum, namun dapat juga
mengenai lidah, pipi, bibir, gusi dan dasar rongga mulut.
 Jenis kistik adenoid (40%), adenokarsinoma (30%) dan
karsinoma mukoepidermoid (20%).
 Penatalaksanaan: eksisi luas dengan diseksi blok, jika
terdapat pembesaran KGB.
55
Melanoma
 Jarang terjadi.
 Puncak insidens adalah dekade keenam
 Laki-laki lebih banyak (2:1).
 Palatum durum dan gingiva  lokasi tersering.
 Tampak area hiperpigmentasi dan membentuk ulkus yang mudah
berdarah.
 Dapat terjadi metastasis kelenjar getah bening servikal dan jauh.
 Penatalaksanaan: eksisi luas.
56
Limfoma
 Terutama terjadi pada tonsil palatina.
 Lebih sering terjadi pada laki-laki.
 Tampak penonjolan submukosa, licin, kadang-kadang dapat terjadi
ulserasi.
 Jenis yang paling sering: limfoma non Hodgkin.
 Metastasis KGB servikal 40-70%.
 Penatalaksanaan : radiasi saja atau dapat dikombinasi dengan
kemoterapi.
57
Sarkoma Kaposi
 Merupakan tumor vaskular.
 Insidensi meningkat pada pasien AIDS.
 Tampak lesi nodul berwarna ungu kemerahan atau bentuk plak
pada palatum durum.
 Penatalaksanaan : radiasi lokal, vinblastin intralesi atau krioterapi.
 Kemoterapi sistemik agen tunggal dapat diberikan pada lesi
multipel.
58
Penatalaksanaan tumor rongga mulut berdasarkan
stadium
 T1 dan T2 : cukup dengan eksisi atau radioterapi
 Pertimbangkan kesehatan pasien, kesediaannya dan biaya
 T1 dan T2 (N0) : diseksi leher dengan supraomohioid atau
radioterapi
 T3 dan T4 : terapi kombinasi (radioterapi pre dan
pascaoperasi)
 Diseksi leher radikal/modifikasi radikal untuk semua kasus,
dengan pertimbangan: jumlah KGB, penyebaran ekstrakapsul,
fiksasi struktur/jaringan sekitar.
59
Radioterapi
Indikasi:
 Margin positif secara histopatologi
 Penyebaran intravaskular atau perineural
 Positif KGB multipel secara histopatologi
 Ekstensi tumor ekstranodul
 Terapi alternatif untuk lesi T1 dan T2
 Terapi adjuvan untuk lesi T3 dan T4
60
Terima Kasih

More Related Content

Similar to Lidah dan Rongga Mulut.pptx

Presentasi Kista Odontogenik dan Tumor Odontogenik - Willi Fragcana Putra
Presentasi Kista Odontogenik dan Tumor Odontogenik - Willi Fragcana PutraPresentasi Kista Odontogenik dan Tumor Odontogenik - Willi Fragcana Putra
Presentasi Kista Odontogenik dan Tumor Odontogenik - Willi Fragcana PutraWilli Fragcana Putra
 
Rencana Perawatan dan Penatalaksanaan Ameloblastoma
Rencana Perawatan dan Penatalaksanaan AmeloblastomaRencana Perawatan dan Penatalaksanaan Ameloblastoma
Rencana Perawatan dan Penatalaksanaan AmeloblastomaNabilah Kusuma
 
materi perkuliahan osteomyelitis rahang1
materi perkuliahan osteomyelitis rahang1materi perkuliahan osteomyelitis rahang1
materi perkuliahan osteomyelitis rahang1HenryAdhySantoso
 
Lesi Putih, Variasi Normal, Leukoplakia
Lesi Putih, Variasi Normal, LeukoplakiaLesi Putih, Variasi Normal, Leukoplakia
Lesi Putih, Variasi Normal, LeukoplakiaVina Widya Putri
 
Labioplasty jumat ilmiah
Labioplasty jumat ilmiahLabioplasty jumat ilmiah
Labioplasty jumat ilmiahPatrico Rillah
 
Laporan pendahuluan ca laring
Laporan pendahuluan ca laringLaporan pendahuluan ca laring
Laporan pendahuluan ca laringFirosika Husnaini
 
INSISI ABSES drg.Harijadi .pptx
INSISI ABSES drg.Harijadi .pptxINSISI ABSES drg.Harijadi .pptx
INSISI ABSES drg.Harijadi .pptxdevita nuryco
 
Askep pada pasien dengan gangguan pernafasan akibat Kanker
Askep pada pasien dengan gangguan pernafasan akibat KankerAskep pada pasien dengan gangguan pernafasan akibat Kanker
Askep pada pasien dengan gangguan pernafasan akibat Kankerpjj_kemenkes
 
Askep pada pasien dengan gangguan pernafasan akibat Kanker
Askep pada pasien dengan gangguan pernafasan akibat KankerAskep pada pasien dengan gangguan pernafasan akibat Kanker
Askep pada pasien dengan gangguan pernafasan akibat Kankerpjj_kemenkes
 
Makalah labio palato
Makalah labio palatoMakalah labio palato
Makalah labio palatoWarnet Raha
 

Similar to Lidah dan Rongga Mulut.pptx (20)

Presentasi Kista Odontogenik dan Tumor Odontogenik - Willi Fragcana Putra
Presentasi Kista Odontogenik dan Tumor Odontogenik - Willi Fragcana PutraPresentasi Kista Odontogenik dan Tumor Odontogenik - Willi Fragcana Putra
Presentasi Kista Odontogenik dan Tumor Odontogenik - Willi Fragcana Putra
 
Rencana Perawatan dan Penatalaksanaan Ameloblastoma
Rencana Perawatan dan Penatalaksanaan AmeloblastomaRencana Perawatan dan Penatalaksanaan Ameloblastoma
Rencana Perawatan dan Penatalaksanaan Ameloblastoma
 
Exo 2
Exo 2Exo 2
Exo 2
 
Lesi Pigmentasi
Lesi PigmentasiLesi Pigmentasi
Lesi Pigmentasi
 
Ppt ikga2 pdf
Ppt ikga2 pdfPpt ikga2 pdf
Ppt ikga2 pdf
 
materi perkuliahan osteomyelitis rahang1
materi perkuliahan osteomyelitis rahang1materi perkuliahan osteomyelitis rahang1
materi perkuliahan osteomyelitis rahang1
 
Omsk
OmskOmsk
Omsk
 
Lesi Putih, Variasi Normal, Leukoplakia
Lesi Putih, Variasi Normal, LeukoplakiaLesi Putih, Variasi Normal, Leukoplakia
Lesi Putih, Variasi Normal, Leukoplakia
 
Labioplasty jumat ilmiah
Labioplasty jumat ilmiahLabioplasty jumat ilmiah
Labioplasty jumat ilmiah
 
Makalah labio palato
Makalah labio palatoMakalah labio palato
Makalah labio palato
 
Laporan pendahuluan ca laring
Laporan pendahuluan ca laringLaporan pendahuluan ca laring
Laporan pendahuluan ca laring
 
INSISI ABSES drg.Harijadi .pptx
INSISI ABSES drg.Harijadi .pptxINSISI ABSES drg.Harijadi .pptx
INSISI ABSES drg.Harijadi .pptx
 
Lp ameloblastoma
Lp ameloblastomaLp ameloblastoma
Lp ameloblastoma
 
Askep pada pasien dengan gangguan pernafasan akibat Kanker
Askep pada pasien dengan gangguan pernafasan akibat KankerAskep pada pasien dengan gangguan pernafasan akibat Kanker
Askep pada pasien dengan gangguan pernafasan akibat Kanker
 
Askep pada pasien dengan gangguan pernafasan akibat Kanker
Askep pada pasien dengan gangguan pernafasan akibat KankerAskep pada pasien dengan gangguan pernafasan akibat Kanker
Askep pada pasien dengan gangguan pernafasan akibat Kanker
 
Presentation1
Presentation1Presentation1
Presentation1
 
Jurding denrad deklay
Jurding denrad deklayJurding denrad deklay
Jurding denrad deklay
 
Makalah labio palato
Makalah labio palatoMakalah labio palato
Makalah labio palato
 
Makalah labio palato
Makalah labio palatoMakalah labio palato
Makalah labio palato
 
OMSK
OMSKOMSK
OMSK
 

Lidah dan Rongga Mulut.pptx

  • 1. Tumor Lidah dan Tumor Rongga Mulut LISA LINA PAKEL/112019113 PEMBIMBING: DR. MELVIN, SP.B
  • 2. ANATOMI  Rongga mulut merupakan perluasan dari bibir ke lengkung fasial bagian posterior, termasuk palatum, tonsil, pilar tonsil, palatum mole dan sebagian orofaring. 2
  • 3. Anatomi Lidah Secara garis besar lidah dapat terbagi menjadi 2 bagian yaitu:  2/3 depan (apex)  1/3 belakang (Dorsum) Lidah secara anatomi terbagi 3 bagian, yakni: 1. Apex Linguae (ujung lidah) 2. Corpus Linguae (Badan Lidah) 3. Radix Linguae (Akar Lidah)
  • 5. Otot ekstrinsik: merubah posisi lidah • M. Hioglosus • M. Stiloglosus • M. Genioglossus Otot Intrinsik: merubah bentuk lidah • M. longitudinalis lingua superior dan inferior • M. transversus lingua inferior • M. vertikalis lingua Otot-otot ini dipersarafi oleh N. Hipoglosus (N.XII) dan bekerja sama dalam proses menelan serta artikulasi berbicara
  • 6. Lidah mempunyai banyak kelenjar getah bening. KGB pada ujung lidah KGB Sub Mental KGB 2/3 Lateral Lidah KGB Submandibula dan jugulodigastrikus KGB bagian Tengah KGB jugulomilohioid.
  • 8. EPIDEMIOLOGI Angka kejadian tumor pada lidah relatif umum, dengan 3% dari seluruh penyakit berbahaya yang timbul dalam rongga mulut. Tumor lidah jarang terjadi sebelum usia 40 dan insiden tertinggi penyakit ini dalam dekade-dekade 6 dan 7 dengan perbandingan pria dan wanita 3:1. Secara geografis, tumor ditemukan di seluruh dunia, tetapi ada variasi yang signifikan dalam insiden. Penyakit ini terjadi dengan kejadian tertinggi pada populasi India. Insiden karsinoma lidah di Indonesia masih belum diketahui dengan pasti tetapi bila dibandingkan dengan hasil penelitian di luar negeri dapat dikatakan bahwa insidennya masih jarang.
  • 9. ETIOLOGI 1. Tembakau 2. Alkohol 3. Infeksi virus 4. Faktor Gigi dan Mulut
  • 10. PATOGENESIS Faktor utama yang menyebabkan inisiasi keganasan adalah akibat ketidakmampuan DNA untuk memperbaiki sistem yang mendeteksi adanya transformasi sel akibat paparan onkogen. Kerusakan pada DNA meliputi hilangnya atau bertambahnya kromosom, penyusunan ulang kromosom, dan penghapusan kode kromosom serta inaktivasi dari gen supresor tumor
  • 11. DIAGNOSIS 1. Anamnesis Diagnosis berdasarkan pada gejala dan tanda yang menonjol, yaitu adanya perdarahan, sumbatan, dan benjolan yang nyeri. Pasien harus akan ditanya tentang gejala disfagia, odynophagia, dysarthria, globus sensasi, kesulitan bernapas, hemoptisis, otalgia (mungkin disebut), penurunan berat badan, atau konstitusi gejala dan sekitar, konsumsi tembakau dan alkohol, kerja eksposur (termasuk paparan sinar matahari), dan paparan radiasi sebelumnya
  • 12. 2. Manifestasi Klinis Gejala awal adanya bercak putih dan lidah mengalami luka tanpa penyebab yang jelas. Bercak-bercak ini akan terlihat seperti sariawan tapi bercak ini harus waspadai karena mungkin saja bercak ini bukanlah sariawan biasa. Gejala klinis penderita tergantung pada lokasi tumor atau karsinoma tersebut.
  • 13. 3. Pemeriksaan Fisik Pemeriksaan fisik seperti inspeksi harus dilakukan secara seksama dan sistematik, khususnya pada pemeriksaan di rongga dan dasar mulut, dengan memperhatikan adanya asimetri. Palpasi dasar lidah dengan menggunakan jari merupakan pengenalan tumor dini yang paling baik
  • 14. PEMERIKSAAN PENUNJANG 1. Biopsi 2. Sitologi eksfoliatifa dari spesimen kerokan 3. Toluidine blue 4. PET (Positron Emission Tomography) 5. MRI (Magnetic Resonance Imaging) 6. CT-Scan
  • 15. STAGING Stadium T N M 0 Tis N0 N0 I T1 N0 M0 II T2 N0 M0 III T1, T2 T3 N1 N0, N1 M0 M0 IV A T1,T2,T3 T4a N2 N0, N1, N2 M0 M0 IV B Tiap T T4b N3 Tiap N M0 M0 IV C Tiap T Tiap N M1
  • 16. PENATALAKSANAAN  Penanganan tumor lidah sama halnya dengan penanganan tumor pada rongga mulut lainnya dimana penanganan sebaiknya dilakukan secara multidisipliner yang melibatkan beberapa bidang spesialis.  Beberapa hal yang harus diperhatikan dalam penanganan ialah eradikasi dari tumor, pengembalian fungsi dari lidah, serta aspek kosmetik/ penampilan penderita.  Terapi kuratif diberikan pada tumor lidah stadium I, II, dan III.  Terapi utama untuk stadium I dan II ialah operasi atau radioterapi.  Stadium III dan IV yang masih operabel ialah kombinasi operasi dan radioterapi pasca bedah.
  • 17.  Untuk lesi yang kecil (T1 dan T2), tindakan operasi atau radioterapi saja dapat memberikan angka kesembuhan yang tinggi, dengan catatan bahwa pada kasus tumor ganas pilihan radioterapi saja  pada T2 memberikan angka kekambuhan yang lebih tinggi dari pada tindakan operasi.  Untuk T3 dan T4, terapi kombinasi operasi dan radioterapi memberikan hasil yang paling baik.  Pemberian neo-adjuvant radioterapi dan atau kemoterapi sebelum tindakan operasi dapat diberikan pada kanker rongga locally advanced (T3,T4).
  • 19. PROGNOSIS Prognosis pada tumor jinak lidah umumnya baik apabila ditangani dengan cepat dan tepat. Sedangkan prognosis pada tumor ganas biasanya jelek, meskipun angka statistik penyakit bervariasi diantara kelompok penderita angka penyembuhan selama lima tahun bergantung pada stadium
  • 20. DEFINISI  Tumor rongga mulut adalah pertumbuhan sel baru yang abnormal dan tidak terkontrol dan bersifat progresif yang terjadi dalam rongga mulut. 20 TUMOR RONGGA MULUT
  • 21. EPIDEMIOLOGI  Kanker rongga mulut dan faring  363.000 kasus baru yang tersebar di seluruh dunia dan hampir 200.000 menyebabkan kematian.  Berdasarkan Surveillance Epidemiology End Result Amerika Serikat sejak tahun 2005-2009: - Diagnosis kanker rangga mulut dan faring : - 38.5 % antara usia 55 sampai 64 tahun. - Insidensi rata-rata pada seluruh ras  16.1 per 100.000 laki-laki dan 6.2 per 100.000 wanita. Surveillance Research Program, NCI 21
  • 22. ETIOLOGI  Merokok.  Mengunyah tembakau.  Alkohol.  Pemakaian gigi palsu (menyebabkan iritasi kronis pada mukosa yang memicu terjadinya kanker).  Kekurangan gizi atau sosial ekonomi rendah.  Paparan sinar ultaviolet (memicu kanker bibir). 22
  • 23. DIAGNOSIS  Anamnesis  Pemeriksaan fisik  biopsi  Pemeriksaan radiologi  Pemeriksaan Laboratorium. 23
  • 24. TUMOR JINAK TUMOR SOLID Papiloma  Tersering pada rongga mulut  Dekade ketiga dan kelima.  Paling banyak  palatum durum dan mole, uvula, lidah dan bibir.  Ukuran terbanyak  <1 cm, pedunculated dan berwarna putih.  Permukaannya irregular, kadang licin.  Terapinya  eksisi biopsi. 24
  • 25. Fibroma  Permukaannya licin, mukosa dilapisi tumor pedunculated.  Ukuran ± 1 cm.  Konsistensinya lunak s/d keras.  Dapat terjadi dimana saja pada rongga mulut atau mukosa orofaring.  Terapi: pembedahan eksisi konservatif. 25
  • 26. HEMANGIOMA  Pada rongga mulut atau orofaring.  Sering terjadi pada anak-anak.  3 tipe  kapilari, kavernous dan campuran.  Bila timbul pada saat lahir atau saat anak-anak  regresi spontan.  Pada umur 40-50 tahun  hemangioma dengan dilatasi vena (febostasis) dapat terjadi pada mukosa oral atau mukosa lingual.  Mikroembolisasi. 26
  • 27. Limfangioma  Paling sering terjadi pada 2/3 anterior lidah.  Dapat mengenai lidah secara difus  makroglosia  tidak dapat mengecil secara spontan.  Lesi kecil dapat dilakukan eksisi.  Lesi besar yang simtomatik dapat secara parsial dieksisi untuk mengurangi benjolan. 27
  • 28. Torus  Merupakan pertumbuhan berlebihan dari tulang submukosa  palatum durum atau mandibula.  Torus palatum  tersering  tonjolan sempit, nodul soliter atau massa lobulus pada garis tengah palatum durum.  Torus mandibula diproyeksi dari bidang gingiva, dekat area bikuspid dan bilateral.  Reseksi  bila terjadi gangguan bicara, mengunyah atau pemasangan gigi palsu. 28
  • 29. Granuloma piogenik  Merupakan granuloma reaktif yang terjadi pada respon terhadap trauma atau iritasi kronik.  Paling sering mengenai gingiva anterior.  Lunak, licin, massa kemerahan sampai keunguan dan mudah berdarah.  Terapi: pembedahan eksisi.  Rekurensi hampir tidak pernah terjadi setelah eksisi komplit. 29
  • 30. Granuloma kehamilan  Secara klinis dan histologi sama dengan granuloma piogenik.  Trimester pertama kehamilan  mengecil seiring dengan berakhirnya kehamilan.  Pembedahan eksisi  kasus persisten setelah kehamilan.  Rekurensi dapat terjadi bila dilakukan operasi selama kehamilan. 30
  • 31. Mioblastoma sel granular/tumor sel granular  Merupakan tumor terbanyak yang terjadi dalam rongga mulut.  Tempat predileksinya  lidah.  Awalnya berasal dari otot (mioblastoma)  dewasa ini dipertimbangkan berasal dari sel Schwann.  Tumor tampak sebagai nodul keras submukosa.  Terapi: pembedahan eksisi konservatif. 31
  • 32. Tumor kelenjar ludah minor  Adenoma pleiomorfik adalah bentuk tersering.  Tempat predileksi  palatum durum.  Nodul submukosa tanpa nyeri tekan.  Terapi : pembedahan eksisi luas karena insidens rekurensinya tinggi. 32
  • 33. Lesi Kistik: Mukokel  Paling sering terjadi pada bibir bawah.  Merupakan kista retensi dari kelenjar ludah minor pada bibir.  Lesi  massa kistik dan lunak dan berwarna kebiruan.  Terapi : pembedahan eksisi. 33
  • 34. Ranula  Lesi kista translusen pada dasar rongga mulut pada satu sisi dari frenulum dan menekan lidah.  Berasal dari kelenjar ludah sublingual karena obstruksi duktusnya.  Terapi: - pembedahan eksisi komplit jika kecil - marsupialisasi jika besar.  Sering tidak mungkin untuk mengeksisi ranula secara komplit  dindingnya tipis atau ramifikasi bervariasi. 34
  • 35. LESI PRAMALIGNA LEUKOPLAKIA  Suatu selaput putih yang tidak dapat dibedakan secara klinis atau patologis dari penyakit lainnya.  Faktor penyebab  merokok, mengunyah tembakau, penyalahgunaan alkohol, trauma kronik karena pemasangan gigi palsu.  Mukosa bukal dan komisura oral adalah tempat tersering.  Usia dekade keempat,  Laki-laki 2-3 kali lebih sering. 35
  • 36.  Secara klinis ada beberapa tipe: Homogen, Nodular, Erosif (eritroleukoplakia).  Penatalaksanaannya : - Menghilangkan agen penyebab. - Bila lesi berpotensi ke arah maligna  biopsi. - Bila lesi kecil yang dicurigai  eksisi atau ablasi dengan laser atau krioterapi. 36
  • 37. Eritroplakia  Suatu selaput berwarna merah pada permukaan mukosa.  Warna merah  penurunan keratinisasi dan hasil dari jaringan ikat vaskular berwarna merah dari lapisan submukosa.  Paling sering  mukosa alveolar bagian bawah, sulkus bukogingiva dan dasar rongga mulut.  Potensial maligna  17 X lebih tinggi dari leukoplakia.  Lesi terdiri dari tiga jenis: homogen, granular dan eritroplakia.  Penatalaksanaan : biopsi eksisi. 37
  • 38. TUMOR GANAS Karsinoma pada Bibir  Kanker terbanyak pada rongga mulut.  Paling banyak  karsinoma sel skuamous (>95%) dan sisanya adalah karsinoma kelenjar ludah minor atau karsinoma sel basal.  Lokasi: 95% pada bibir bawah dan 5% pada bibir atas. 38
  • 39.  Faktor risiko  paparan sinar matahari, hiperpigmentasi dan merokok.  Diagnosis awal  adanya bagian yang menonjol dengan gejala dini (rasa panas, krusta, ulserasi atau leukoplakia).  Gejala lanjut  invasi ke mandibula dan nervus mental.  Tumor kecil (T1,T2)  radiasi atau cukup dengan pembedahan.  Tumor besar (T3,T4)  terapi kombinasi. 39
  • 40.  Diseksi KGB dilakukan bila ada limfanedopati.  Radioterapi paska pembedahan  pasien risiko tinggi dengan tumor T3,T4, invasi perineural pada tempat primer, margin positif dan metastasis limfatik multipel.  Radiasi primer  pasien yang tidak memungkinkan dilakukan reseksi. 40
  • 41. Karsinoma pada Mukosa Bukal  <10% dari semua kanker pada rongga mulut.  Karsinoma sel skuamous seringkali berasal dari leukoplakia pada daerah ini  Invasi ke mandibula, palatum durum, sinus maksila, kulit pipi atau otot pterigoid  tahap lanjut 41
  • 42.  Penatalaksanaan: - Tumor primer  reseksi. - Lesi kecil pada stadium awal  reseksi secara transoral. - Lesi lebih luas  mandibulektomi segmental atau marginal, reseksi kulit pipi atau reseksi palatum secara parsial.  Penggunaan terapi adjuvan dalam bentuk radiasi atau kemoradiasi  stadium lanjut. 42
  • 43. Karsinoma pada lidah  Terbanyak kedua (30%) dalam rongga mulut.  Bagian lateral dari lidah.  Faktor risiko : tembakau, alkohol, imunosupresi dan oral higiene yang buruk.  Eritroplakia  bentuk awal terbanyak terjadinya karsinoma sel skuamous.  Gejala lanjut: fiksasi lidah, penurunan sensasi lidah, perubahan suara dan gangguan menelan serta limfadenopati servikal. 43
  • 44.  Penatalaksanaan untuk tumor primer: - T1-T2: glosektomi parsial + rekonstruksi dengan menutup luka secara primer atau sekunder atau skin graft. - T1-T2 (tidak memungkinkan dilakukan pembedahan atau menolak operasi): radiasi eksterna dengan atau tanpa brakiterapi. - Glosektomi total atau near-total  lesi lokal ekstensif. - T4: dipertimbangkan kemoradiasi (bila ada keterlibatan tulang, maka diperlukan reseksi). 44
  • 45.  Penatalaksanaan pada mandibula: - Tumor yang ekstensi secara superfisial ke gingiva  direseksi dengan periosteum sebagai margin dalam. - Tumor yang invasi ke periosteum  mandibulektomi marginal yang meliputi bagian horizontal alveolar atau reseksi sagital dari bagian dalam atau luar korteks. - Mandibulektomi segmental diindikasikan untuk tumor yang invasi langsung ke tulang 45
  • 46. Karsinoma pada Palatum Durum  Insidensi hanya setengah dari seluruh tumor adalah karsinoma sel skuamous.  Ulserasi granular superfisial pada palatum durum dengan mukoperiosteun barrier untuk penyebaran tumor  sinus paranasal atau dasar rongga hidung. 46
  • 47.  Penatalaksanaan untuk tumor primer: - Eksisi lokal luas  untuk mencapai margin surgikal. - Maksilektomi infrastruktur  tumor yang mengerosi tulang secara parsial. - Maksilektomi total  ekstensi lebih luas pada struktur tulang atau jaringan terdekat, dengan atau tanpa eksentrasi orbita atau reseksi kulit pipi.  Radioterapi paska operasi  kanker stadium lanjut yang sudah menginvasi jaringan sekitar  menurunkan kejadian rekurensi lokal dan regional. 47
  • 48.  Pilihan rekonstruksi adalah sebagai berikut: - Defek kecil dan atau superfisial: flap palatal lokal atau flap otot temporalis regional. - Defek besar atau maksilektomi infrastruktur: obturator palatal dengan atau tanpa skin graft. - Defek gabungan (tulang dan jaringan): transfer jaringan bebas. - Sering digunakan free flaps dari rektus abdominis, fibula, atau skapula. 48
  • 49. Karsinoma pada Alveolar dan Mukosa Gingiva atau Gusi  10% dari seluruh keganasan dalam rongga mulut.  Paling banyak  pada daerah margin bebas dari gingiva alveolar bawah.  Sekitar 40% dapat invasi ke mandibula atau maksila pada saat didiagnosis.  Kanker pada alveolar atas dapat ekstensi melalui tulang ke rongga hidung atau sinus maksilaris. 49
  • 50.  Penatalaksanaan tumor primer :  Lesi kecil pada alveolar  direseksi secara transoral.  Lesi pada alveolar atas  maksilektomi parsial.  Lesi pada alveolar bawah  mandibulektomi.  Terapi adjuvan radioterapi  pasien dengan pembesaran KGB, kriteria histopatologi (invasi perineural dan limfovaskular) atau batas reseksi tidak adekuat.  Terapi radiasi sebagai modalitas primer  pasien yang sudah tidak dapat dioperasi. 50
  • 51. Karsinoma pada Dasar Rongga Mulut  Merupakan kanker terbanyak ketiga pada rongga mulut.  Lesi kecil yang keluar dari dasar rongga mulut relatif asimtomatik.  Lesi yang lebih besar  invasi ke mandibula atau ekstensi ke dasar lidah. 51
  • 52.  Invasi saraf lingual atau mental  menurunkan mobilitas lidah, mengganggu berbicara dan menelan serta menurunkan sensasi di lidah, bibir, atau kulit pipi.  Penatalaksanaan tumor primer: invasi ke mandibula dan metastasis servikal  sama dengan penatalaksanaan kanker pada lidah. 52
  • 53. Karsinoma pada Trigonum Retromolar  Trigonum retromolar merupakan daerah berbentuk segitiga dari gingiva pada ramus ascenden mandibula.  Angka kejadian sebenarnya  sangat sulit untuk ditentukan  mengenai daerah trigonum retromolar dan daerah sekitarnya secara bersamaan.  Tahap awal: terdapat lapisan tipis pada mukosa dan jaringan lunak yang melapisi mandibula dan melibatkan tulang & juga mengenai nervus alveolaris inferior (V3).  Metastasis regional  10-20%. 53
  • 54.  Penatalaksanaan : - Stadium I atau II  pembedahan dan radioterapi. - Tumor primer  bila terdapat lesi superfisial luas yang melibatkan palatum molle tetapi tidak menginvasi tulang, pilihan terapi adalah radioterapi karena reseksi palatal dapat menyebabkan kesulitan bicara dan proses menelan. - Lesi stadium lanjut  kombinasi pembedahan dan radiasi. 54
  • 55. Lesi Maligna Non Skuamos Tumor Kelenjar Ludah Minor  Sekitar 80-90% adalah ganas.  Paling sering mengenai palatum durum, namun dapat juga mengenai lidah, pipi, bibir, gusi dan dasar rongga mulut.  Jenis kistik adenoid (40%), adenokarsinoma (30%) dan karsinoma mukoepidermoid (20%).  Penatalaksanaan: eksisi luas dengan diseksi blok, jika terdapat pembesaran KGB. 55
  • 56. Melanoma  Jarang terjadi.  Puncak insidens adalah dekade keenam  Laki-laki lebih banyak (2:1).  Palatum durum dan gingiva  lokasi tersering.  Tampak area hiperpigmentasi dan membentuk ulkus yang mudah berdarah.  Dapat terjadi metastasis kelenjar getah bening servikal dan jauh.  Penatalaksanaan: eksisi luas. 56
  • 57. Limfoma  Terutama terjadi pada tonsil palatina.  Lebih sering terjadi pada laki-laki.  Tampak penonjolan submukosa, licin, kadang-kadang dapat terjadi ulserasi.  Jenis yang paling sering: limfoma non Hodgkin.  Metastasis KGB servikal 40-70%.  Penatalaksanaan : radiasi saja atau dapat dikombinasi dengan kemoterapi. 57
  • 58. Sarkoma Kaposi  Merupakan tumor vaskular.  Insidensi meningkat pada pasien AIDS.  Tampak lesi nodul berwarna ungu kemerahan atau bentuk plak pada palatum durum.  Penatalaksanaan : radiasi lokal, vinblastin intralesi atau krioterapi.  Kemoterapi sistemik agen tunggal dapat diberikan pada lesi multipel. 58
  • 59. Penatalaksanaan tumor rongga mulut berdasarkan stadium  T1 dan T2 : cukup dengan eksisi atau radioterapi  Pertimbangkan kesehatan pasien, kesediaannya dan biaya  T1 dan T2 (N0) : diseksi leher dengan supraomohioid atau radioterapi  T3 dan T4 : terapi kombinasi (radioterapi pre dan pascaoperasi)  Diseksi leher radikal/modifikasi radikal untuk semua kasus, dengan pertimbangan: jumlah KGB, penyebaran ekstrakapsul, fiksasi struktur/jaringan sekitar. 59
  • 60. Radioterapi Indikasi:  Margin positif secara histopatologi  Penyebaran intravaskular atau perineural  Positif KGB multipel secara histopatologi  Ekstensi tumor ekstranodul  Terapi alternatif untuk lesi T1 dan T2  Terapi adjuvan untuk lesi T3 dan T4 60