SlideShare a Scribd company logo
1 of 24
Journal Reading: Case Report
Perawatan pasien maloklusi klas I Angle
disertai gigitan terbalik insisivus
pertama
(Treatment of patient with class I Angle
malocclusion with first insisivus crossbite)
pendahuluan
• Gigitan terbalik anterior (anterior crossbite) didefinisikan sebagai gigitan
dengan keseluruhan atau beberapa gigi depan atas baik pada gigi susu
maupun gigi permanen berada pada posisi lingual dalam hubungannya
terhadap gigi depan bawah.
• Keadaan ini dapat melibatkan keseluruhan gigi depan, dari gigi kaninus
sampai kaninus keadaan tersebut disebut sebagai gigitan silang menyeluruh
(full anterior cross bite) sedangkan jika hanya melibatkan satu atau
beberapa gigi saja disebut sebagai gigitan silang individual (individual
anterior cross bite).
• Kemungkinan etiologi dari gigitan terbalik anterior antara lain trauma pada
gigi insisivus sulung rahang atas yang dapat menyebabkan displacement
pada benih gigi permanennya, persistensi gigi insisivus sulung rahang atas
yang menyebabkan defleksi pada erupsi gigi insisivus permanen rahang
atas, supernumerary teeth, odontoma, penyembuhan cleft lip, kebiasaan
buruk mengisap bibir atas, dan lengkung rahang atas lebih kecil dari
lengkung rahang bawah. 4-6
• Gigitan terbalik anterior dapat terjadi pada masa periode geligi sulung,
geligi pergantian dan geligi permanen, dan dilaporkan terjadi sekitar 4-5%
pada saat awal fase geligi pergantian. Periode geligi pergantian merupakan
peralihan (transitional dentition) atau pergantian dari masa geligi sulung ke
masa geligi permanen.
Kasus
• Pada 20 Maret 2013, pasien laki-laki berusia 9 tahun datang ke RSGM
Universitas Airlangga ke bagian Ortodonsia dengan maloklusi kelas I
Angle disertai gigitan terbalik gigi 11 dengan gigi 41 dan 42, disto labial
rotasi eksentris gigi 22, berdesakan anterior rahang bawah, dan pergeseran
garis median ke kanan pada rahang bawah sebanyak 2 mm. Pada
anamnesa diketahui bahwa gigi 11 pernah tumbuh di belakang gigi 51,
selain itu pasien mempunyai kebiasaan buruk menggigit kuku, Pada
pemeriksaan klinis didapatkan berat dan tinggi badan pasien normal (26 kg
dan 140 cm).
• Pemeriksaan ekstra oral didapatkan profil wajah lurus, bibir kompeten, tipe
muka sedang, fungsi bicara normal (Gambar 1). Pada pemeriksaan intra
oral didapatkan jaringan muka mulut, lidah, palatum normal, kebersihan
jaringan mulut baik, frekuensi karies rendah, dan gigi dalam fase geligi
pergantian.
Gambar 1. (a) Profil wajah sisi
kanan, (b) profil wajah sisi depan
• Pada analisis model studi (Gambar 2) juga didapatkan jarak gigit gigi 21
terhadap 31 dan 32 adalah 2 mm (normal), kecuali gigi 11 adalah - 2 mm.
Tumpang gigit gigi 11 adalah 2 mm (normal), kecuali pada gigi 21 adalah
1 mm (berkurang). Free way space 2 mm (normal). Diskrepansi model
rahang atas adalah kelebihan tempat 0,12 mm dan rahang bawah
kekurangan tempat 3,34 mm. Kurva spee positif yaitu 1,5mm
Gambar 2. Sebelum dilakukan perawatan,
(a) tampak sisi kanan, (b) tampak depan, (c) tampak sisi kiri, (d)
tampak oklusal rahang atas, (e) tampak oklusal rahang bawah
Tampak Klinis
Pemeriksaan Radiografi
• Pemeriksaan radiografi didapatkan gigi permanen 16, 12, 11, 21, 22, 26,
36, 32, 31, 41, 42, dan 46. Benih gigi permanen 17, 15, 14, 13, 23, 24, 25,
27, 37, 35, 34, 33, 43, 44, 45, 47, dan. Gigi sulung 55, 54, 53, 63, 64, 65,
75, 74, 73, 83, 84, 85. Hal ini menunjukkan tidak ada gigi agenisi dan
dalam masa gigi pergantian (Gambar 3).
Foto Panoramik
Tatalaksana
• Rencana perawatan yang dilakukan adalah instruksi menghilangkan
kebiasaan buruk (menggigit kuku), koreksi gigitan terbalik anterior rahang
atas, pencabutan gigi 72, koreksi berdesakan anterior rahang bawah,
koreksi garis median rahang bawah, evaluasi dan kemudian fase retensi.
• Perawatan dimulai pada 1 Mei 2013 yaitu pasien hanya menggunakan
peranti rahang atas, dengan desain pegas kantilever ganda pada gigi 11,
busur labial dari gigi 53 sampai 63, cengkram adams pada gigi 16 dan 26
serta peninggian gigit posterior pada gigi 16 dan 26 (Gambar 4).
Gambar 4. Desain piranti rahang atas
• Perawatan hanya menggunakan peranti rahang atas terlebih dahulu agar
pasien dapat beradaptasi dengan mudah. Aktivasi dilakukan seminggu
setelah insersi dan diaktifkan setiap 3 minggu sekali.
• Peranti rahang bawah dimulai pada Agustus 2013 setelah pencabutan gigi
72. Desain peranti rahang bawah menggunakan pegas kantilever ganda
pada gigi 32, 41 dan 42, busur labial dari gigi 73 sampai 83, cengkram
adams pada gigi 36 dan 46. Aktivasi diaktifkan setiap 3 minggu sekali dan
dilakukan enamel tripping pada gigi 83 untuk mendapatkan ruang bagi
pergerakan gigi 41
Gambar 4. Desain Piranti Rahang Bawah
• Pada aktivasi kedua gigi 11 sudah menunjukan perubahan menjadi edge
to edge. Pada aktivasi ketiga gigi 11 telah melewati gigi 41 dan 42
sehingga peninggian gigit di posterior sudah dapat dihilangkan. Setelah
aktivasi ke 10 (minggu ke 30) gigi 11 telah memiliki jarak gigit normal
yaitu 2 mm (Gambar 5).
• Namun, gigi 11 masih sedikit intrusi oleh karena itu gigi dilakukan
observasi dan melonggarkan busur labial. Sedangkan, gigi 32, 41 dan 42
telah terkoreksi pada minggu ke 24 aktivasi. Rahang bawah telah
menggunakan peranti retensi pada Februari 2014.
Gambar 5. Progres setelah perawatan pada minggu ke-11:
(a) tampak sisi kanan, (b) tampak sisi kiri, (c) tampak depan, (d)
tampak oklusal rahang atas, (e) tampak oklusal rahang bawah
Tampak klinis
Pembahasan
• Ada beberapa cara yang dapat dipakai untuk merawat kasus gigitan silang
gigi anterior baik pada periode gigi susu maupun periode gigi campuran
(mixed dentition) dengan segala kelebihan dan kekurangannya, seperti
penggunaan bilah lidah (tongue blades), mahkota dari logam (reversed
stainless steel crown), lereng dari resin komposit yang dibonding (bonded
resin composite slopes), alat ortodontik lepasan rahang atas dengan Z
springs (Howley appliance), alat ortodontik lepasan rahang bawah dengan
dataran gigitan miring (removable mandibular inclined bite plane) atau
disebut sebagai alat ortodontik dari Bruckl (Bruckl appliance) penggunaan
dataran miring cekat dari akrilik pada rahang bawah (lower fixed acrylic
inclined bite planes) yang juga disebut sebagai Catlans appliance atau
menggunakan alat cekat partial braces.
• Pada kasus ini digunakan dengan pegas kantilever ganda, karena mudah
dibuat, mudah digunakan, dapat memberikan kenyamanan dalam
penggunaan, mudah diaktifkan dan memberikan hasil yang baik dalam
perawatan.
• Prinsip perawatan gigitan terbalik anterior adalah pertama membebaskan
halangan sehingga gigi dapat digerakkan ke labial. Membebaskan halangan
dapat dilakukan dengan memberikan peninggian gigit posterior, yaitu
dibutuhkan bila tumpang gigit lebih besar daripada freeway space.
Peninggian gigit meliputi permukaan oklusal gigi-gigi posterior, harus
cukup lebar untuk berkontak dengan tonjol bukal dan palatal gigi-gigi
posterior rahang bawah. Bidang peninggian gigit harus tipis, terutama
pada daerah molar sehingga oklusi hanya terpisah secukupnya. Peninggian
gigit dikurangi apabila gigitan terbalik telah terkoreksi.
• Prinsip yang kedua adalah memberikan dorongan pada gigi, yaitu dapat
menggunakan pegas kantilever ganda (Pegas Z) 0,5 mm. Pegas dibuat
selebar mesiodistal insisivus dan lengan pegas yang kontak dengan gigi
terletak di tengah-tengah jarak serviko-insisal gigi. Pegas diaktifkan setiap
3 minggu sekali.
• Upaya untuk mencegah maloklusi lebih efektif dilakukan dalam masa
pertumbuhan dan masa gigi pergantian, yaitu pada usia 6-12 tahun.7,9
• Upaya untuk mencegah maloklusi lebih efektif dilakukan pada periode
geligi pergantian karena adanya pertumbuhan aktif yang cepat sehingga
masih ada kesempatan untuk melakukan penyelarasan oklusi dan
menghilangkan faktor penyebab.
• Kekooperatifan pasien dan dukungan dari orang tua pasien merupakan
salah satu faktor penting dalam keberhasilan perawatan peranti ortodonsia
lepasan. Pasien yang kurang kooperatif dapat memperlambat hasil
perawatan dan dapat menyebabkan gigi menjadi relaps. Orang tua pasien
harus mendukung perawatan dengan mengingatkan pasien untuk
menggunakan peranti dan membersihkan peranti.
• Disimpulkan bahwa kasus maloklusi kelas I Angle dengan gigitan terbalik
anterior dapat dikoreksi dengan menggunakan peranti ortodontik lepasan
sederhana yaitu dengan pegas kantilever ganda dan membebaskan
halangan dengan peninggian gigit posterior.
Daftar Pustaka
• 1. Rahardjo P. Ortodonti dasar. Surabaya: Airlangga University Press.
2009. P. 70-88
• 2. Jirgensone I, Liepa A, Abeltins A. Anterior crossbite correction in
primary and mixed dentition with removable inclined plane (Bruckl
Appliance). Stomatologija, BDMJ, 2008; 10 (4), 140-4.
• 3. Rabie ABM, Gu Y. Diagnostic criteria for pseudo class III
malocclusion. Am J Orthod Denthofac Ortho, 2000: 11: 1-9.
• 4. Agarwal, A; Mathur, R. Segmental orthodontics for the correction of
crossbites. International Journal of Clinical Pediatric Dentistry. 2001;
4(1). pp. 43-7
• 5. Biradar A, Prakash GS, Manohar MR. Early correction of developing
anterior crossbite with modified essix appliance. Indian J Orth Society.
2012; 46 (3). pp. 159-61
• 6. Prakash P, Durgesh BH. Anterior crossbite correction in early mixed
dentition using catlan’s appliance: A Case Report. ISRN Dent. 2011. pp.
1-5
• 7. Proffit WR, Fields HW. Contemporary orthodontics. 4th edition. St.
Louis, USA: Mosby Inc. 2007. pp. 93
• 8. Kuswandari S, Nishino M, Kenji A, Yoko A. Mixed dentition space
analysis for Indonesian javanese children. Pediatric Dent Journal. 2006; 1
(16). pp. 74-83
• 9. Rahardjo P. Peranti ortodonti lepasan. Surabaya: Airlangga University
Press. 2009. Pp 2-59
• 10. Skeggs RM, Sandler PJ. Rapid correction of anterior crossbite using a
fixed app;iance: A Case Report. Dental Update. 2009; 29 (60): 299-302
• 11. Bayrak S, Tunc ES. Treatment of anterior dental crossbite using
bonded-composite slopes: Case Report. Eur J Orth. 2008; 2: 303-7
• 12. Dwijendra KS, Doifode D dan Nagfal D. Treatment pption for a “Peg
lateral” in crossbite: A Case Report. IJCD. 2011; 2(2): 25-7

More Related Content

What's hot

Alat & Bahan Penumpatan Gigi
Alat & Bahan Penumpatan GigiAlat & Bahan Penumpatan Gigi
Alat & Bahan Penumpatan GigiVina Widya Putri
 
Alat scalling manual & elektrik
Alat scalling manual & elektrikAlat scalling manual & elektrik
Alat scalling manual & elektrikERA MULIANA SADARI
 
occlusal adjustment
occlusal adjustmentocclusal adjustment
occlusal adjustmentthevaraj3
 
Cara mencetak dan pembuatan model rahang fitria rahmah (160110130077)
Cara mencetak dan pembuatan model rahang   fitria rahmah (160110130077)Cara mencetak dan pembuatan model rahang   fitria rahmah (160110130077)
Cara mencetak dan pembuatan model rahang fitria rahmah (160110130077)fitriarhmah
 
RESUS PERIO -FRENEKTOMI-
RESUS PERIO -FRENEKTOMI-RESUS PERIO -FRENEKTOMI-
RESUS PERIO -FRENEKTOMI-Lisna K. Rezky
 
Alat Diagnostik dan Pre Klinik
Alat Diagnostik dan Pre KlinikAlat Diagnostik dan Pre Klinik
Alat Diagnostik dan Pre Klinikwahyuni majid
 
Buku rekam-medik-kg-20141
Buku rekam-medik-kg-20141Buku rekam-medik-kg-20141
Buku rekam-medik-kg-20141maulidenil gebi
 
Laporan Tutorial Atrisi, Abrasi, Abfraksi & Erosi
Laporan Tutorial Atrisi, Abrasi, Abfraksi & ErosiLaporan Tutorial Atrisi, Abrasi, Abfraksi & Erosi
Laporan Tutorial Atrisi, Abrasi, Abfraksi & ErosiVina Widya Putri
 
91878881 pembuatan-gigi-tiruan-penuh
91878881 pembuatan-gigi-tiruan-penuh91878881 pembuatan-gigi-tiruan-penuh
91878881 pembuatan-gigi-tiruan-penuhAulia Putri Evindra
 
penatalaksanaan gigitiruan penuh lepasan pada pasien edentulous
penatalaksanaan gigitiruan penuh lepasan pada pasien edentulouspenatalaksanaan gigitiruan penuh lepasan pada pasien edentulous
penatalaksanaan gigitiruan penuh lepasan pada pasien edentulousMira Khairunnisa
 
karies gigi. pemeriksaan penunjang dan tes vitalitas
karies gigi. pemeriksaan penunjang dan tes vitalitaskaries gigi. pemeriksaan penunjang dan tes vitalitas
karies gigi. pemeriksaan penunjang dan tes vitalitasfirman putra sujai
 
Tugas drg berlian
Tugas drg berlianTugas drg berlian
Tugas drg berliansaktiirdi19
 
Pemeriksaan CPITN, PBI & Tooth Mobility
Pemeriksaan CPITN, PBI & Tooth MobilityPemeriksaan CPITN, PBI & Tooth Mobility
Pemeriksaan CPITN, PBI & Tooth MobilityVina Widya Putri
 
cephalometry seminar_110714.ppt
cephalometry seminar_110714.pptcephalometry seminar_110714.ppt
cephalometry seminar_110714.pptYunAkbar
 
Interpretasi Radiografi Periapikal.pptx
Interpretasi Radiografi Periapikal.pptxInterpretasi Radiografi Periapikal.pptx
Interpretasi Radiografi Periapikal.pptxIndahVitasari1
 
Tutorial Diskolorasi Gigi & Hipoplasia Enamel
Tutorial Diskolorasi Gigi & Hipoplasia EnamelTutorial Diskolorasi Gigi & Hipoplasia Enamel
Tutorial Diskolorasi Gigi & Hipoplasia EnamelVina Widya Putri
 

What's hot (20)

Gic
Gic Gic
Gic
 
Alat & Bahan Penumpatan Gigi
Alat & Bahan Penumpatan GigiAlat & Bahan Penumpatan Gigi
Alat & Bahan Penumpatan Gigi
 
Alat scalling manual & elektrik
Alat scalling manual & elektrikAlat scalling manual & elektrik
Alat scalling manual & elektrik
 
inlay
inlayinlay
inlay
 
occlusal adjustment
occlusal adjustmentocclusal adjustment
occlusal adjustment
 
Cara mencetak dan pembuatan model rahang fitria rahmah (160110130077)
Cara mencetak dan pembuatan model rahang   fitria rahmah (160110130077)Cara mencetak dan pembuatan model rahang   fitria rahmah (160110130077)
Cara mencetak dan pembuatan model rahang fitria rahmah (160110130077)
 
RESUS PERIO -FRENEKTOMI-
RESUS PERIO -FRENEKTOMI-RESUS PERIO -FRENEKTOMI-
RESUS PERIO -FRENEKTOMI-
 
Alat Diagnostik dan Pre Klinik
Alat Diagnostik dan Pre KlinikAlat Diagnostik dan Pre Klinik
Alat Diagnostik dan Pre Klinik
 
Buku rekam-medik-kg-20141
Buku rekam-medik-kg-20141Buku rekam-medik-kg-20141
Buku rekam-medik-kg-20141
 
Ohi s
Ohi sOhi s
Ohi s
 
Laporan Tutorial Atrisi, Abrasi, Abfraksi & Erosi
Laporan Tutorial Atrisi, Abrasi, Abfraksi & ErosiLaporan Tutorial Atrisi, Abrasi, Abfraksi & Erosi
Laporan Tutorial Atrisi, Abrasi, Abfraksi & Erosi
 
91878881 pembuatan-gigi-tiruan-penuh
91878881 pembuatan-gigi-tiruan-penuh91878881 pembuatan-gigi-tiruan-penuh
91878881 pembuatan-gigi-tiruan-penuh
 
penatalaksanaan gigitiruan penuh lepasan pada pasien edentulous
penatalaksanaan gigitiruan penuh lepasan pada pasien edentulouspenatalaksanaan gigitiruan penuh lepasan pada pasien edentulous
penatalaksanaan gigitiruan penuh lepasan pada pasien edentulous
 
karies gigi. pemeriksaan penunjang dan tes vitalitas
karies gigi. pemeriksaan penunjang dan tes vitalitaskaries gigi. pemeriksaan penunjang dan tes vitalitas
karies gigi. pemeriksaan penunjang dan tes vitalitas
 
Tugas ppt oklusi pada gtp
Tugas ppt oklusi pada gtpTugas ppt oklusi pada gtp
Tugas ppt oklusi pada gtp
 
Tugas drg berlian
Tugas drg berlianTugas drg berlian
Tugas drg berlian
 
Pemeriksaan CPITN, PBI & Tooth Mobility
Pemeriksaan CPITN, PBI & Tooth MobilityPemeriksaan CPITN, PBI & Tooth Mobility
Pemeriksaan CPITN, PBI & Tooth Mobility
 
cephalometry seminar_110714.ppt
cephalometry seminar_110714.pptcephalometry seminar_110714.ppt
cephalometry seminar_110714.ppt
 
Interpretasi Radiografi Periapikal.pptx
Interpretasi Radiografi Periapikal.pptxInterpretasi Radiografi Periapikal.pptx
Interpretasi Radiografi Periapikal.pptx
 
Tutorial Diskolorasi Gigi & Hipoplasia Enamel
Tutorial Diskolorasi Gigi & Hipoplasia EnamelTutorial Diskolorasi Gigi & Hipoplasia Enamel
Tutorial Diskolorasi Gigi & Hipoplasia Enamel
 

Similar to Journal reading

Miniscrew Implant Anchorage for Intrusion Upper First Molar (Case Report)
Miniscrew Implant Anchorage for Intrusion Upper First Molar (Case Report)Miniscrew Implant Anchorage for Intrusion Upper First Molar (Case Report)
Miniscrew Implant Anchorage for Intrusion Upper First Molar (Case Report)dentalid
 
PPT CRS ELSA.pptx
PPT CRS ELSA.pptxPPT CRS ELSA.pptx
PPT CRS ELSA.pptxNSIAk2
 
Manajemen penjangkaran dalam-_perawatan_ortodonti_2
Manajemen penjangkaran dalam-_perawatan_ortodonti_2Manajemen penjangkaran dalam-_perawatan_ortodonti_2
Manajemen penjangkaran dalam-_perawatan_ortodonti_2Chusna Wardani
 
penatalaksanaan-ekstraksi-gigi-sulung.ppt
penatalaksanaan-ekstraksi-gigi-sulung.pptpenatalaksanaan-ekstraksi-gigi-sulung.ppt
penatalaksanaan-ekstraksi-gigi-sulung.pptMuhammadFadli954524
 
9.PENYELARASAN OKLUSAL & SPLIN.ppt
9.PENYELARASAN OKLUSAL & SPLIN.ppt9.PENYELARASAN OKLUSAL & SPLIN.ppt
9.PENYELARASAN OKLUSAL & SPLIN.pptYeremiaGultom2
 
Laporan hasil sgd lbm 1 blok 17 sgd 6
Laporan hasil sgd lbm 1 blok 17 sgd 6Laporan hasil sgd lbm 1 blok 17 sgd 6
Laporan hasil sgd lbm 1 blok 17 sgd 6RSIGM
 
Catatan tutor scenario 3
Catatan tutor scenario 3Catatan tutor scenario 3
Catatan tutor scenario 3cameliasenada
 
Laporan lbm 1 blok 19 sgd 2
Laporan lbm 1 blok 19 sgd 2Laporan lbm 1 blok 19 sgd 2
Laporan lbm 1 blok 19 sgd 2RSIGM
 
PPT PK Holistik Awal_Tri Ardhani Safitri_drg adam (1).pptx
PPT PK Holistik Awal_Tri Ardhani Safitri_drg adam (1).pptxPPT PK Holistik Awal_Tri Ardhani Safitri_drg adam (1).pptx
PPT PK Holistik Awal_Tri Ardhani Safitri_drg adam (1).pptxVuyateK
 
EKSPANSI_SKELETAL_MENGGUNAKAN_MINISCREW_TERBANTU_EKSPANSI_RAPID-_1_ (1).pdf
EKSPANSI_SKELETAL_MENGGUNAKAN_MINISCREW_TERBANTU_EKSPANSI_RAPID-_1_ (1).pdfEKSPANSI_SKELETAL_MENGGUNAKAN_MINISCREW_TERBANTU_EKSPANSI_RAPID-_1_ (1).pdf
EKSPANSI_SKELETAL_MENGGUNAKAN_MINISCREW_TERBANTU_EKSPANSI_RAPID-_1_ (1).pdffatimahsyam7
 
109530090 makalah-modul-3-fix-1
109530090 makalah-modul-3-fix-1109530090 makalah-modul-3-fix-1
109530090 makalah-modul-3-fix-1yes ican
 
109530090 makalah-modul-3-fix-1-1
109530090 makalah-modul-3-fix-1-1109530090 makalah-modul-3-fix-1-1
109530090 makalah-modul-3-fix-1-1hasril hasanuddin
 
Management Crowded Anterior On Children
Management Crowded Anterior On ChildrenManagement Crowded Anterior On Children
Management Crowded Anterior On ChildrenTaufiqi Hidayatullah
 
Penatalaksanaan gigitiruan penuh lepasan pada pasien edentulous ppt mira
Penatalaksanaan gigitiruan penuh lepasan pada pasien edentulous  ppt miraPenatalaksanaan gigitiruan penuh lepasan pada pasien edentulous  ppt mira
Penatalaksanaan gigitiruan penuh lepasan pada pasien edentulous ppt miraMira Khairunnisa
 

Similar to Journal reading (20)

Miniscrew Implant Anchorage for Intrusion Upper First Molar (Case Report)
Miniscrew Implant Anchorage for Intrusion Upper First Molar (Case Report)Miniscrew Implant Anchorage for Intrusion Upper First Molar (Case Report)
Miniscrew Implant Anchorage for Intrusion Upper First Molar (Case Report)
 
JOURNAL ORTHO LAPSUS.pptx
JOURNAL ORTHO LAPSUS.pptxJOURNAL ORTHO LAPSUS.pptx
JOURNAL ORTHO LAPSUS.pptx
 
PPT CRS ELSA.pptx
PPT CRS ELSA.pptxPPT CRS ELSA.pptx
PPT CRS ELSA.pptx
 
Manajemen penjangkaran dalam-_perawatan_ortodonti_2
Manajemen penjangkaran dalam-_perawatan_ortodonti_2Manajemen penjangkaran dalam-_perawatan_ortodonti_2
Manajemen penjangkaran dalam-_perawatan_ortodonti_2
 
penatalaksanaan-ekstraksi-gigi-sulung.ppt
penatalaksanaan-ekstraksi-gigi-sulung.pptpenatalaksanaan-ekstraksi-gigi-sulung.ppt
penatalaksanaan-ekstraksi-gigi-sulung.ppt
 
9.PENYELARASAN OKLUSAL & SPLIN.ppt
9.PENYELARASAN OKLUSAL & SPLIN.ppt9.PENYELARASAN OKLUSAL & SPLIN.ppt
9.PENYELARASAN OKLUSAL & SPLIN.ppt
 
Bab ii
Bab iiBab ii
Bab ii
 
Bab ii
Bab iiBab ii
Bab ii
 
Laporan hasil sgd lbm 1 blok 17 sgd 6
Laporan hasil sgd lbm 1 blok 17 sgd 6Laporan hasil sgd lbm 1 blok 17 sgd 6
Laporan hasil sgd lbm 1 blok 17 sgd 6
 
Catatan tutor scenario 3
Catatan tutor scenario 3Catatan tutor scenario 3
Catatan tutor scenario 3
 
Laporan lbm 1 blok 19 sgd 2
Laporan lbm 1 blok 19 sgd 2Laporan lbm 1 blok 19 sgd 2
Laporan lbm 1 blok 19 sgd 2
 
PPT PK Holistik Awal_Tri Ardhani Safitri_drg adam (1).pptx
PPT PK Holistik Awal_Tri Ardhani Safitri_drg adam (1).pptxPPT PK Holistik Awal_Tri Ardhani Safitri_drg adam (1).pptx
PPT PK Holistik Awal_Tri Ardhani Safitri_drg adam (1).pptx
 
EKSPANSI_SKELETAL_MENGGUNAKAN_MINISCREW_TERBANTU_EKSPANSI_RAPID-_1_ (1).pdf
EKSPANSI_SKELETAL_MENGGUNAKAN_MINISCREW_TERBANTU_EKSPANSI_RAPID-_1_ (1).pdfEKSPANSI_SKELETAL_MENGGUNAKAN_MINISCREW_TERBANTU_EKSPANSI_RAPID-_1_ (1).pdf
EKSPANSI_SKELETAL_MENGGUNAKAN_MINISCREW_TERBANTU_EKSPANSI_RAPID-_1_ (1).pdf
 
LITREF BM
LITREF BMLITREF BM
LITREF BM
 
109530090 makalah-modul-3-fix-1
109530090 makalah-modul-3-fix-1109530090 makalah-modul-3-fix-1
109530090 makalah-modul-3-fix-1
 
109530090 makalah-modul-3-fix-1-1
109530090 makalah-modul-3-fix-1-1109530090 makalah-modul-3-fix-1-1
109530090 makalah-modul-3-fix-1-1
 
Crossbite
CrossbiteCrossbite
Crossbite
 
Management Crowded Anterior On Children
Management Crowded Anterior On ChildrenManagement Crowded Anterior On Children
Management Crowded Anterior On Children
 
15766-51124-1-PB (1).pdf
15766-51124-1-PB (1).pdf15766-51124-1-PB (1).pdf
15766-51124-1-PB (1).pdf
 
Penatalaksanaan gigitiruan penuh lepasan pada pasien edentulous ppt mira
Penatalaksanaan gigitiruan penuh lepasan pada pasien edentulous  ppt miraPenatalaksanaan gigitiruan penuh lepasan pada pasien edentulous  ppt mira
Penatalaksanaan gigitiruan penuh lepasan pada pasien edentulous ppt mira
 

Recently uploaded

2.8.2.a Bukti Pemantauan Kegiatan Evaluasi UKME.docx
2.8.2.a Bukti Pemantauan Kegiatan Evaluasi UKME.docx2.8.2.a Bukti Pemantauan Kegiatan Evaluasi UKME.docx
2.8.2.a Bukti Pemantauan Kegiatan Evaluasi UKME.docxpuskesmasseigeringin
 
MATERI TENTANG STUNTING BAGI REMAJA (Materi sosialisasi).ppt
MATERI TENTANG STUNTING BAGI REMAJA (Materi sosialisasi).pptMATERI TENTANG STUNTING BAGI REMAJA (Materi sosialisasi).ppt
MATERI TENTANG STUNTING BAGI REMAJA (Materi sosialisasi).pptbambang62741
 
PEMBUATAN STR BAGI APOTEKER PASCA UU 17-2023.pptx
PEMBUATAN STR  BAGI APOTEKER PASCA UU 17-2023.pptxPEMBUATAN STR  BAGI APOTEKER PASCA UU 17-2023.pptx
PEMBUATAN STR BAGI APOTEKER PASCA UU 17-2023.pptxpuspapameswari
 
Strategi_Pengendalian_RisikoZSFADXSCFQ.pdf
Strategi_Pengendalian_RisikoZSFADXSCFQ.pdfStrategi_Pengendalian_RisikoZSFADXSCFQ.pdf
Strategi_Pengendalian_RisikoZSFADXSCFQ.pdfhsetraining040
 
FARMAKOLOGI OBAT PERSALINAN farmakologi obat
FARMAKOLOGI OBAT PERSALINAN farmakologi obatFARMAKOLOGI OBAT PERSALINAN farmakologi obat
FARMAKOLOGI OBAT PERSALINAN farmakologi obatSyarifahNurulMaulida1
 
Laporan kasus restorasi kelas 2 komposit.pdf
Laporan kasus restorasi kelas 2 komposit.pdfLaporan kasus restorasi kelas 2 komposit.pdf
Laporan kasus restorasi kelas 2 komposit.pdfHilalSunu
 
PERAN PERAWAT DALAM MEMBERIKAN PELAYANAN KELOMPOK 4.ppt
PERAN PERAWAT DALAM MEMBERIKAN PELAYANAN KELOMPOK 4.pptPERAN PERAWAT DALAM MEMBERIKAN PELAYANAN KELOMPOK 4.ppt
PERAN PERAWAT DALAM MEMBERIKAN PELAYANAN KELOMPOK 4.pptbekamalayniasinta
 
TUMBUH KEMBANG KELUARGAaaaaaaaaaaaa.pptx
TUMBUH KEMBANG KELUARGAaaaaaaaaaaaa.pptxTUMBUH KEMBANG KELUARGAaaaaaaaaaaaa.pptx
TUMBUH KEMBANG KELUARGAaaaaaaaaaaaa.pptxTriNurmiyati
 
2 Adaptasi Sel dan Jejas Sel.pptx Ilmu Dasar Kep
2 Adaptasi Sel dan Jejas Sel.pptx Ilmu Dasar Kep2 Adaptasi Sel dan Jejas Sel.pptx Ilmu Dasar Kep
2 Adaptasi Sel dan Jejas Sel.pptx Ilmu Dasar KepHaslianiBaharuddin
 
2. Kebijakan ILP di Posyandu-1234567.pdf
2. Kebijakan ILP di Posyandu-1234567.pdf2. Kebijakan ILP di Posyandu-1234567.pdf
2. Kebijakan ILP di Posyandu-1234567.pdfMeboix
 
LAPORAN KASUS HB demam tifoid dr syarifuddin rauf
LAPORAN KASUS HB demam tifoid dr syarifuddin raufLAPORAN KASUS HB demam tifoid dr syarifuddin rauf
LAPORAN KASUS HB demam tifoid dr syarifuddin raufalmahdaly02
 
anatomi fisiologi sistem penginderaan.ppt
anatomi fisiologi sistem penginderaan.pptanatomi fisiologi sistem penginderaan.ppt
anatomi fisiologi sistem penginderaan.pptRoniAlfaqih2
 
3. HEACTING LASERASI.ppt pada persalinan
3. HEACTING LASERASI.ppt pada persalinan3. HEACTING LASERASI.ppt pada persalinan
3. HEACTING LASERASI.ppt pada persalinanDwiNormaR
 
SOSIALISASI MATERI DEMAM BERDARAH DENGUE.ppt
SOSIALISASI MATERI DEMAM BERDARAH DENGUE.pptSOSIALISASI MATERI DEMAM BERDARAH DENGUE.ppt
SOSIALISASI MATERI DEMAM BERDARAH DENGUE.pptDwiBhaktiPertiwi1
 
materi kkr dan uks tingkat smp dan sma/ma
materi kkr dan uks tingkat smp dan sma/mamateri kkr dan uks tingkat smp dan sma/ma
materi kkr dan uks tingkat smp dan sma/maGusmaliniEf
 
Keperawatan Anatomi Fisiologi Laktasi.pptx
Keperawatan Anatomi Fisiologi Laktasi.pptxKeperawatan Anatomi Fisiologi Laktasi.pptx
Keperawatan Anatomi Fisiologi Laktasi.pptxrachmatpawelloi
 
Sediaan Kream semisolid farmasi Industri.pptx
Sediaan Kream semisolid farmasi Industri.pptxSediaan Kream semisolid farmasi Industri.pptx
Sediaan Kream semisolid farmasi Industri.pptxwisanggeni19
 
Laporan Kasus - Tonsilitis Kronik Eksaserbasi Akut.pptx
Laporan Kasus - Tonsilitis Kronik Eksaserbasi Akut.pptxLaporan Kasus - Tonsilitis Kronik Eksaserbasi Akut.pptx
Laporan Kasus - Tonsilitis Kronik Eksaserbasi Akut.pptxkaiba5
 
ILMU PENYAKIT GIGI DAN MULUT PEMERIKSAAN SUBJEKTIF.pptx
ILMU PENYAKIT GIGI DAN MULUT PEMERIKSAAN SUBJEKTIF.pptxILMU PENYAKIT GIGI DAN MULUT PEMERIKSAAN SUBJEKTIF.pptx
ILMU PENYAKIT GIGI DAN MULUT PEMERIKSAAN SUBJEKTIF.pptxfania35
 
Pelajaran Distosia Bahu pada persalinann
Pelajaran Distosia Bahu pada persalinannPelajaran Distosia Bahu pada persalinann
Pelajaran Distosia Bahu pada persalinannandyyusrizal2
 

Recently uploaded (20)

2.8.2.a Bukti Pemantauan Kegiatan Evaluasi UKME.docx
2.8.2.a Bukti Pemantauan Kegiatan Evaluasi UKME.docx2.8.2.a Bukti Pemantauan Kegiatan Evaluasi UKME.docx
2.8.2.a Bukti Pemantauan Kegiatan Evaluasi UKME.docx
 
MATERI TENTANG STUNTING BAGI REMAJA (Materi sosialisasi).ppt
MATERI TENTANG STUNTING BAGI REMAJA (Materi sosialisasi).pptMATERI TENTANG STUNTING BAGI REMAJA (Materi sosialisasi).ppt
MATERI TENTANG STUNTING BAGI REMAJA (Materi sosialisasi).ppt
 
PEMBUATAN STR BAGI APOTEKER PASCA UU 17-2023.pptx
PEMBUATAN STR  BAGI APOTEKER PASCA UU 17-2023.pptxPEMBUATAN STR  BAGI APOTEKER PASCA UU 17-2023.pptx
PEMBUATAN STR BAGI APOTEKER PASCA UU 17-2023.pptx
 
Strategi_Pengendalian_RisikoZSFADXSCFQ.pdf
Strategi_Pengendalian_RisikoZSFADXSCFQ.pdfStrategi_Pengendalian_RisikoZSFADXSCFQ.pdf
Strategi_Pengendalian_RisikoZSFADXSCFQ.pdf
 
FARMAKOLOGI OBAT PERSALINAN farmakologi obat
FARMAKOLOGI OBAT PERSALINAN farmakologi obatFARMAKOLOGI OBAT PERSALINAN farmakologi obat
FARMAKOLOGI OBAT PERSALINAN farmakologi obat
 
Laporan kasus restorasi kelas 2 komposit.pdf
Laporan kasus restorasi kelas 2 komposit.pdfLaporan kasus restorasi kelas 2 komposit.pdf
Laporan kasus restorasi kelas 2 komposit.pdf
 
PERAN PERAWAT DALAM MEMBERIKAN PELAYANAN KELOMPOK 4.ppt
PERAN PERAWAT DALAM MEMBERIKAN PELAYANAN KELOMPOK 4.pptPERAN PERAWAT DALAM MEMBERIKAN PELAYANAN KELOMPOK 4.ppt
PERAN PERAWAT DALAM MEMBERIKAN PELAYANAN KELOMPOK 4.ppt
 
TUMBUH KEMBANG KELUARGAaaaaaaaaaaaa.pptx
TUMBUH KEMBANG KELUARGAaaaaaaaaaaaa.pptxTUMBUH KEMBANG KELUARGAaaaaaaaaaaaa.pptx
TUMBUH KEMBANG KELUARGAaaaaaaaaaaaa.pptx
 
2 Adaptasi Sel dan Jejas Sel.pptx Ilmu Dasar Kep
2 Adaptasi Sel dan Jejas Sel.pptx Ilmu Dasar Kep2 Adaptasi Sel dan Jejas Sel.pptx Ilmu Dasar Kep
2 Adaptasi Sel dan Jejas Sel.pptx Ilmu Dasar Kep
 
2. Kebijakan ILP di Posyandu-1234567.pdf
2. Kebijakan ILP di Posyandu-1234567.pdf2. Kebijakan ILP di Posyandu-1234567.pdf
2. Kebijakan ILP di Posyandu-1234567.pdf
 
LAPORAN KASUS HB demam tifoid dr syarifuddin rauf
LAPORAN KASUS HB demam tifoid dr syarifuddin raufLAPORAN KASUS HB demam tifoid dr syarifuddin rauf
LAPORAN KASUS HB demam tifoid dr syarifuddin rauf
 
anatomi fisiologi sistem penginderaan.ppt
anatomi fisiologi sistem penginderaan.pptanatomi fisiologi sistem penginderaan.ppt
anatomi fisiologi sistem penginderaan.ppt
 
3. HEACTING LASERASI.ppt pada persalinan
3. HEACTING LASERASI.ppt pada persalinan3. HEACTING LASERASI.ppt pada persalinan
3. HEACTING LASERASI.ppt pada persalinan
 
SOSIALISASI MATERI DEMAM BERDARAH DENGUE.ppt
SOSIALISASI MATERI DEMAM BERDARAH DENGUE.pptSOSIALISASI MATERI DEMAM BERDARAH DENGUE.ppt
SOSIALISASI MATERI DEMAM BERDARAH DENGUE.ppt
 
materi kkr dan uks tingkat smp dan sma/ma
materi kkr dan uks tingkat smp dan sma/mamateri kkr dan uks tingkat smp dan sma/ma
materi kkr dan uks tingkat smp dan sma/ma
 
Keperawatan Anatomi Fisiologi Laktasi.pptx
Keperawatan Anatomi Fisiologi Laktasi.pptxKeperawatan Anatomi Fisiologi Laktasi.pptx
Keperawatan Anatomi Fisiologi Laktasi.pptx
 
Sediaan Kream semisolid farmasi Industri.pptx
Sediaan Kream semisolid farmasi Industri.pptxSediaan Kream semisolid farmasi Industri.pptx
Sediaan Kream semisolid farmasi Industri.pptx
 
Laporan Kasus - Tonsilitis Kronik Eksaserbasi Akut.pptx
Laporan Kasus - Tonsilitis Kronik Eksaserbasi Akut.pptxLaporan Kasus - Tonsilitis Kronik Eksaserbasi Akut.pptx
Laporan Kasus - Tonsilitis Kronik Eksaserbasi Akut.pptx
 
ILMU PENYAKIT GIGI DAN MULUT PEMERIKSAAN SUBJEKTIF.pptx
ILMU PENYAKIT GIGI DAN MULUT PEMERIKSAAN SUBJEKTIF.pptxILMU PENYAKIT GIGI DAN MULUT PEMERIKSAAN SUBJEKTIF.pptx
ILMU PENYAKIT GIGI DAN MULUT PEMERIKSAAN SUBJEKTIF.pptx
 
Pelajaran Distosia Bahu pada persalinann
Pelajaran Distosia Bahu pada persalinannPelajaran Distosia Bahu pada persalinann
Pelajaran Distosia Bahu pada persalinann
 

Journal reading

  • 1. Journal Reading: Case Report Perawatan pasien maloklusi klas I Angle disertai gigitan terbalik insisivus pertama (Treatment of patient with class I Angle malocclusion with first insisivus crossbite)
  • 2. pendahuluan • Gigitan terbalik anterior (anterior crossbite) didefinisikan sebagai gigitan dengan keseluruhan atau beberapa gigi depan atas baik pada gigi susu maupun gigi permanen berada pada posisi lingual dalam hubungannya terhadap gigi depan bawah. • Keadaan ini dapat melibatkan keseluruhan gigi depan, dari gigi kaninus sampai kaninus keadaan tersebut disebut sebagai gigitan silang menyeluruh (full anterior cross bite) sedangkan jika hanya melibatkan satu atau beberapa gigi saja disebut sebagai gigitan silang individual (individual anterior cross bite).
  • 3. • Kemungkinan etiologi dari gigitan terbalik anterior antara lain trauma pada gigi insisivus sulung rahang atas yang dapat menyebabkan displacement pada benih gigi permanennya, persistensi gigi insisivus sulung rahang atas yang menyebabkan defleksi pada erupsi gigi insisivus permanen rahang atas, supernumerary teeth, odontoma, penyembuhan cleft lip, kebiasaan buruk mengisap bibir atas, dan lengkung rahang atas lebih kecil dari lengkung rahang bawah. 4-6 • Gigitan terbalik anterior dapat terjadi pada masa periode geligi sulung, geligi pergantian dan geligi permanen, dan dilaporkan terjadi sekitar 4-5% pada saat awal fase geligi pergantian. Periode geligi pergantian merupakan peralihan (transitional dentition) atau pergantian dari masa geligi sulung ke masa geligi permanen.
  • 4. Kasus • Pada 20 Maret 2013, pasien laki-laki berusia 9 tahun datang ke RSGM Universitas Airlangga ke bagian Ortodonsia dengan maloklusi kelas I Angle disertai gigitan terbalik gigi 11 dengan gigi 41 dan 42, disto labial rotasi eksentris gigi 22, berdesakan anterior rahang bawah, dan pergeseran garis median ke kanan pada rahang bawah sebanyak 2 mm. Pada anamnesa diketahui bahwa gigi 11 pernah tumbuh di belakang gigi 51, selain itu pasien mempunyai kebiasaan buruk menggigit kuku, Pada pemeriksaan klinis didapatkan berat dan tinggi badan pasien normal (26 kg dan 140 cm).
  • 5. • Pemeriksaan ekstra oral didapatkan profil wajah lurus, bibir kompeten, tipe muka sedang, fungsi bicara normal (Gambar 1). Pada pemeriksaan intra oral didapatkan jaringan muka mulut, lidah, palatum normal, kebersihan jaringan mulut baik, frekuensi karies rendah, dan gigi dalam fase geligi pergantian.
  • 6. Gambar 1. (a) Profil wajah sisi kanan, (b) profil wajah sisi depan
  • 7. • Pada analisis model studi (Gambar 2) juga didapatkan jarak gigit gigi 21 terhadap 31 dan 32 adalah 2 mm (normal), kecuali gigi 11 adalah - 2 mm. Tumpang gigit gigi 11 adalah 2 mm (normal), kecuali pada gigi 21 adalah 1 mm (berkurang). Free way space 2 mm (normal). Diskrepansi model rahang atas adalah kelebihan tempat 0,12 mm dan rahang bawah kekurangan tempat 3,34 mm. Kurva spee positif yaitu 1,5mm
  • 8. Gambar 2. Sebelum dilakukan perawatan, (a) tampak sisi kanan, (b) tampak depan, (c) tampak sisi kiri, (d) tampak oklusal rahang atas, (e) tampak oklusal rahang bawah
  • 10. Pemeriksaan Radiografi • Pemeriksaan radiografi didapatkan gigi permanen 16, 12, 11, 21, 22, 26, 36, 32, 31, 41, 42, dan 46. Benih gigi permanen 17, 15, 14, 13, 23, 24, 25, 27, 37, 35, 34, 33, 43, 44, 45, 47, dan. Gigi sulung 55, 54, 53, 63, 64, 65, 75, 74, 73, 83, 84, 85. Hal ini menunjukkan tidak ada gigi agenisi dan dalam masa gigi pergantian (Gambar 3).
  • 12. Tatalaksana • Rencana perawatan yang dilakukan adalah instruksi menghilangkan kebiasaan buruk (menggigit kuku), koreksi gigitan terbalik anterior rahang atas, pencabutan gigi 72, koreksi berdesakan anterior rahang bawah, koreksi garis median rahang bawah, evaluasi dan kemudian fase retensi. • Perawatan dimulai pada 1 Mei 2013 yaitu pasien hanya menggunakan peranti rahang atas, dengan desain pegas kantilever ganda pada gigi 11, busur labial dari gigi 53 sampai 63, cengkram adams pada gigi 16 dan 26 serta peninggian gigit posterior pada gigi 16 dan 26 (Gambar 4).
  • 13. Gambar 4. Desain piranti rahang atas
  • 14. • Perawatan hanya menggunakan peranti rahang atas terlebih dahulu agar pasien dapat beradaptasi dengan mudah. Aktivasi dilakukan seminggu setelah insersi dan diaktifkan setiap 3 minggu sekali. • Peranti rahang bawah dimulai pada Agustus 2013 setelah pencabutan gigi 72. Desain peranti rahang bawah menggunakan pegas kantilever ganda pada gigi 32, 41 dan 42, busur labial dari gigi 73 sampai 83, cengkram adams pada gigi 36 dan 46. Aktivasi diaktifkan setiap 3 minggu sekali dan dilakukan enamel tripping pada gigi 83 untuk mendapatkan ruang bagi pergerakan gigi 41
  • 15. Gambar 4. Desain Piranti Rahang Bawah
  • 16. • Pada aktivasi kedua gigi 11 sudah menunjukan perubahan menjadi edge to edge. Pada aktivasi ketiga gigi 11 telah melewati gigi 41 dan 42 sehingga peninggian gigit di posterior sudah dapat dihilangkan. Setelah aktivasi ke 10 (minggu ke 30) gigi 11 telah memiliki jarak gigit normal yaitu 2 mm (Gambar 5). • Namun, gigi 11 masih sedikit intrusi oleh karena itu gigi dilakukan observasi dan melonggarkan busur labial. Sedangkan, gigi 32, 41 dan 42 telah terkoreksi pada minggu ke 24 aktivasi. Rahang bawah telah menggunakan peranti retensi pada Februari 2014.
  • 17. Gambar 5. Progres setelah perawatan pada minggu ke-11: (a) tampak sisi kanan, (b) tampak sisi kiri, (c) tampak depan, (d) tampak oklusal rahang atas, (e) tampak oklusal rahang bawah
  • 19. Pembahasan • Ada beberapa cara yang dapat dipakai untuk merawat kasus gigitan silang gigi anterior baik pada periode gigi susu maupun periode gigi campuran (mixed dentition) dengan segala kelebihan dan kekurangannya, seperti penggunaan bilah lidah (tongue blades), mahkota dari logam (reversed stainless steel crown), lereng dari resin komposit yang dibonding (bonded resin composite slopes), alat ortodontik lepasan rahang atas dengan Z springs (Howley appliance), alat ortodontik lepasan rahang bawah dengan dataran gigitan miring (removable mandibular inclined bite plane) atau disebut sebagai alat ortodontik dari Bruckl (Bruckl appliance) penggunaan dataran miring cekat dari akrilik pada rahang bawah (lower fixed acrylic inclined bite planes) yang juga disebut sebagai Catlans appliance atau menggunakan alat cekat partial braces.
  • 20. • Pada kasus ini digunakan dengan pegas kantilever ganda, karena mudah dibuat, mudah digunakan, dapat memberikan kenyamanan dalam penggunaan, mudah diaktifkan dan memberikan hasil yang baik dalam perawatan. • Prinsip perawatan gigitan terbalik anterior adalah pertama membebaskan halangan sehingga gigi dapat digerakkan ke labial. Membebaskan halangan dapat dilakukan dengan memberikan peninggian gigit posterior, yaitu dibutuhkan bila tumpang gigit lebih besar daripada freeway space. Peninggian gigit meliputi permukaan oklusal gigi-gigi posterior, harus cukup lebar untuk berkontak dengan tonjol bukal dan palatal gigi-gigi posterior rahang bawah. Bidang peninggian gigit harus tipis, terutama pada daerah molar sehingga oklusi hanya terpisah secukupnya. Peninggian gigit dikurangi apabila gigitan terbalik telah terkoreksi.
  • 21. • Prinsip yang kedua adalah memberikan dorongan pada gigi, yaitu dapat menggunakan pegas kantilever ganda (Pegas Z) 0,5 mm. Pegas dibuat selebar mesiodistal insisivus dan lengan pegas yang kontak dengan gigi terletak di tengah-tengah jarak serviko-insisal gigi. Pegas diaktifkan setiap 3 minggu sekali. • Upaya untuk mencegah maloklusi lebih efektif dilakukan dalam masa pertumbuhan dan masa gigi pergantian, yaitu pada usia 6-12 tahun.7,9 • Upaya untuk mencegah maloklusi lebih efektif dilakukan pada periode geligi pergantian karena adanya pertumbuhan aktif yang cepat sehingga masih ada kesempatan untuk melakukan penyelarasan oklusi dan menghilangkan faktor penyebab.
  • 22. • Kekooperatifan pasien dan dukungan dari orang tua pasien merupakan salah satu faktor penting dalam keberhasilan perawatan peranti ortodonsia lepasan. Pasien yang kurang kooperatif dapat memperlambat hasil perawatan dan dapat menyebabkan gigi menjadi relaps. Orang tua pasien harus mendukung perawatan dengan mengingatkan pasien untuk menggunakan peranti dan membersihkan peranti. • Disimpulkan bahwa kasus maloklusi kelas I Angle dengan gigitan terbalik anterior dapat dikoreksi dengan menggunakan peranti ortodontik lepasan sederhana yaitu dengan pegas kantilever ganda dan membebaskan halangan dengan peninggian gigit posterior.
  • 23. Daftar Pustaka • 1. Rahardjo P. Ortodonti dasar. Surabaya: Airlangga University Press. 2009. P. 70-88 • 2. Jirgensone I, Liepa A, Abeltins A. Anterior crossbite correction in primary and mixed dentition with removable inclined plane (Bruckl Appliance). Stomatologija, BDMJ, 2008; 10 (4), 140-4. • 3. Rabie ABM, Gu Y. Diagnostic criteria for pseudo class III malocclusion. Am J Orthod Denthofac Ortho, 2000: 11: 1-9. • 4. Agarwal, A; Mathur, R. Segmental orthodontics for the correction of crossbites. International Journal of Clinical Pediatric Dentistry. 2001; 4(1). pp. 43-7 • 5. Biradar A, Prakash GS, Manohar MR. Early correction of developing anterior crossbite with modified essix appliance. Indian J Orth Society. 2012; 46 (3). pp. 159-61 • 6. Prakash P, Durgesh BH. Anterior crossbite correction in early mixed dentition using catlan’s appliance: A Case Report. ISRN Dent. 2011. pp. 1-5
  • 24. • 7. Proffit WR, Fields HW. Contemporary orthodontics. 4th edition. St. Louis, USA: Mosby Inc. 2007. pp. 93 • 8. Kuswandari S, Nishino M, Kenji A, Yoko A. Mixed dentition space analysis for Indonesian javanese children. Pediatric Dent Journal. 2006; 1 (16). pp. 74-83 • 9. Rahardjo P. Peranti ortodonti lepasan. Surabaya: Airlangga University Press. 2009. Pp 2-59 • 10. Skeggs RM, Sandler PJ. Rapid correction of anterior crossbite using a fixed app;iance: A Case Report. Dental Update. 2009; 29 (60): 299-302 • 11. Bayrak S, Tunc ES. Treatment of anterior dental crossbite using bonded-composite slopes: Case Report. Eur J Orth. 2008; 2: 303-7 • 12. Dwijendra KS, Doifode D dan Nagfal D. Treatment pption for a “Peg lateral” in crossbite: A Case Report. IJCD. 2011; 2(2): 25-7