Pasien laki-laki berusia 9 tahun dengan maloklusi kelas I Angle dan gigitan terbalik gigi 11 dirawat dengan peranti ortodontik lepasan rahang atas dan bawah yang dirancang untuk memberikan dorongan pada gigi 11 agar bergerak ke arah labial. Perawatan berjalan dengan baik dan gigi 11 berhasil dikoreksi ke posisi edge-to-edge setelah 10 minggu. Peranti retensi kemudian digunakan untuk mencegah relaps.
1. Journal Reading: Case Report
Perawatan pasien maloklusi klas I Angle
disertai gigitan terbalik insisivus
pertama
(Treatment of patient with class I Angle
malocclusion with first insisivus crossbite)
2. pendahuluan
• Gigitan terbalik anterior (anterior crossbite) didefinisikan sebagai gigitan
dengan keseluruhan atau beberapa gigi depan atas baik pada gigi susu
maupun gigi permanen berada pada posisi lingual dalam hubungannya
terhadap gigi depan bawah.
• Keadaan ini dapat melibatkan keseluruhan gigi depan, dari gigi kaninus
sampai kaninus keadaan tersebut disebut sebagai gigitan silang menyeluruh
(full anterior cross bite) sedangkan jika hanya melibatkan satu atau
beberapa gigi saja disebut sebagai gigitan silang individual (individual
anterior cross bite).
3. • Kemungkinan etiologi dari gigitan terbalik anterior antara lain trauma pada
gigi insisivus sulung rahang atas yang dapat menyebabkan displacement
pada benih gigi permanennya, persistensi gigi insisivus sulung rahang atas
yang menyebabkan defleksi pada erupsi gigi insisivus permanen rahang
atas, supernumerary teeth, odontoma, penyembuhan cleft lip, kebiasaan
buruk mengisap bibir atas, dan lengkung rahang atas lebih kecil dari
lengkung rahang bawah. 4-6
• Gigitan terbalik anterior dapat terjadi pada masa periode geligi sulung,
geligi pergantian dan geligi permanen, dan dilaporkan terjadi sekitar 4-5%
pada saat awal fase geligi pergantian. Periode geligi pergantian merupakan
peralihan (transitional dentition) atau pergantian dari masa geligi sulung ke
masa geligi permanen.
4. Kasus
• Pada 20 Maret 2013, pasien laki-laki berusia 9 tahun datang ke RSGM
Universitas Airlangga ke bagian Ortodonsia dengan maloklusi kelas I
Angle disertai gigitan terbalik gigi 11 dengan gigi 41 dan 42, disto labial
rotasi eksentris gigi 22, berdesakan anterior rahang bawah, dan pergeseran
garis median ke kanan pada rahang bawah sebanyak 2 mm. Pada
anamnesa diketahui bahwa gigi 11 pernah tumbuh di belakang gigi 51,
selain itu pasien mempunyai kebiasaan buruk menggigit kuku, Pada
pemeriksaan klinis didapatkan berat dan tinggi badan pasien normal (26 kg
dan 140 cm).
5. • Pemeriksaan ekstra oral didapatkan profil wajah lurus, bibir kompeten, tipe
muka sedang, fungsi bicara normal (Gambar 1). Pada pemeriksaan intra
oral didapatkan jaringan muka mulut, lidah, palatum normal, kebersihan
jaringan mulut baik, frekuensi karies rendah, dan gigi dalam fase geligi
pergantian.
6. Gambar 1. (a) Profil wajah sisi
kanan, (b) profil wajah sisi depan
7. • Pada analisis model studi (Gambar 2) juga didapatkan jarak gigit gigi 21
terhadap 31 dan 32 adalah 2 mm (normal), kecuali gigi 11 adalah - 2 mm.
Tumpang gigit gigi 11 adalah 2 mm (normal), kecuali pada gigi 21 adalah
1 mm (berkurang). Free way space 2 mm (normal). Diskrepansi model
rahang atas adalah kelebihan tempat 0,12 mm dan rahang bawah
kekurangan tempat 3,34 mm. Kurva spee positif yaitu 1,5mm
8. Gambar 2. Sebelum dilakukan perawatan,
(a) tampak sisi kanan, (b) tampak depan, (c) tampak sisi kiri, (d)
tampak oklusal rahang atas, (e) tampak oklusal rahang bawah
12. Tatalaksana
• Rencana perawatan yang dilakukan adalah instruksi menghilangkan
kebiasaan buruk (menggigit kuku), koreksi gigitan terbalik anterior rahang
atas, pencabutan gigi 72, koreksi berdesakan anterior rahang bawah,
koreksi garis median rahang bawah, evaluasi dan kemudian fase retensi.
• Perawatan dimulai pada 1 Mei 2013 yaitu pasien hanya menggunakan
peranti rahang atas, dengan desain pegas kantilever ganda pada gigi 11,
busur labial dari gigi 53 sampai 63, cengkram adams pada gigi 16 dan 26
serta peninggian gigit posterior pada gigi 16 dan 26 (Gambar 4).
14. • Perawatan hanya menggunakan peranti rahang atas terlebih dahulu agar
pasien dapat beradaptasi dengan mudah. Aktivasi dilakukan seminggu
setelah insersi dan diaktifkan setiap 3 minggu sekali.
• Peranti rahang bawah dimulai pada Agustus 2013 setelah pencabutan gigi
72. Desain peranti rahang bawah menggunakan pegas kantilever ganda
pada gigi 32, 41 dan 42, busur labial dari gigi 73 sampai 83, cengkram
adams pada gigi 36 dan 46. Aktivasi diaktifkan setiap 3 minggu sekali dan
dilakukan enamel tripping pada gigi 83 untuk mendapatkan ruang bagi
pergerakan gigi 41
16. • Pada aktivasi kedua gigi 11 sudah menunjukan perubahan menjadi edge
to edge. Pada aktivasi ketiga gigi 11 telah melewati gigi 41 dan 42
sehingga peninggian gigit di posterior sudah dapat dihilangkan. Setelah
aktivasi ke 10 (minggu ke 30) gigi 11 telah memiliki jarak gigit normal
yaitu 2 mm (Gambar 5).
• Namun, gigi 11 masih sedikit intrusi oleh karena itu gigi dilakukan
observasi dan melonggarkan busur labial. Sedangkan, gigi 32, 41 dan 42
telah terkoreksi pada minggu ke 24 aktivasi. Rahang bawah telah
menggunakan peranti retensi pada Februari 2014.
17. Gambar 5. Progres setelah perawatan pada minggu ke-11:
(a) tampak sisi kanan, (b) tampak sisi kiri, (c) tampak depan, (d)
tampak oklusal rahang atas, (e) tampak oklusal rahang bawah
19. Pembahasan
• Ada beberapa cara yang dapat dipakai untuk merawat kasus gigitan silang
gigi anterior baik pada periode gigi susu maupun periode gigi campuran
(mixed dentition) dengan segala kelebihan dan kekurangannya, seperti
penggunaan bilah lidah (tongue blades), mahkota dari logam (reversed
stainless steel crown), lereng dari resin komposit yang dibonding (bonded
resin composite slopes), alat ortodontik lepasan rahang atas dengan Z
springs (Howley appliance), alat ortodontik lepasan rahang bawah dengan
dataran gigitan miring (removable mandibular inclined bite plane) atau
disebut sebagai alat ortodontik dari Bruckl (Bruckl appliance) penggunaan
dataran miring cekat dari akrilik pada rahang bawah (lower fixed acrylic
inclined bite planes) yang juga disebut sebagai Catlans appliance atau
menggunakan alat cekat partial braces.
20. • Pada kasus ini digunakan dengan pegas kantilever ganda, karena mudah
dibuat, mudah digunakan, dapat memberikan kenyamanan dalam
penggunaan, mudah diaktifkan dan memberikan hasil yang baik dalam
perawatan.
• Prinsip perawatan gigitan terbalik anterior adalah pertama membebaskan
halangan sehingga gigi dapat digerakkan ke labial. Membebaskan halangan
dapat dilakukan dengan memberikan peninggian gigit posterior, yaitu
dibutuhkan bila tumpang gigit lebih besar daripada freeway space.
Peninggian gigit meliputi permukaan oklusal gigi-gigi posterior, harus
cukup lebar untuk berkontak dengan tonjol bukal dan palatal gigi-gigi
posterior rahang bawah. Bidang peninggian gigit harus tipis, terutama
pada daerah molar sehingga oklusi hanya terpisah secukupnya. Peninggian
gigit dikurangi apabila gigitan terbalik telah terkoreksi.
21. • Prinsip yang kedua adalah memberikan dorongan pada gigi, yaitu dapat
menggunakan pegas kantilever ganda (Pegas Z) 0,5 mm. Pegas dibuat
selebar mesiodistal insisivus dan lengan pegas yang kontak dengan gigi
terletak di tengah-tengah jarak serviko-insisal gigi. Pegas diaktifkan setiap
3 minggu sekali.
• Upaya untuk mencegah maloklusi lebih efektif dilakukan dalam masa
pertumbuhan dan masa gigi pergantian, yaitu pada usia 6-12 tahun.7,9
• Upaya untuk mencegah maloklusi lebih efektif dilakukan pada periode
geligi pergantian karena adanya pertumbuhan aktif yang cepat sehingga
masih ada kesempatan untuk melakukan penyelarasan oklusi dan
menghilangkan faktor penyebab.
22. • Kekooperatifan pasien dan dukungan dari orang tua pasien merupakan
salah satu faktor penting dalam keberhasilan perawatan peranti ortodonsia
lepasan. Pasien yang kurang kooperatif dapat memperlambat hasil
perawatan dan dapat menyebabkan gigi menjadi relaps. Orang tua pasien
harus mendukung perawatan dengan mengingatkan pasien untuk
menggunakan peranti dan membersihkan peranti.
• Disimpulkan bahwa kasus maloklusi kelas I Angle dengan gigitan terbalik
anterior dapat dikoreksi dengan menggunakan peranti ortodontik lepasan
sederhana yaitu dengan pegas kantilever ganda dan membebaskan
halangan dengan peninggian gigit posterior.
23. Daftar Pustaka
• 1. Rahardjo P. Ortodonti dasar. Surabaya: Airlangga University Press.
2009. P. 70-88
• 2. Jirgensone I, Liepa A, Abeltins A. Anterior crossbite correction in
primary and mixed dentition with removable inclined plane (Bruckl
Appliance). Stomatologija, BDMJ, 2008; 10 (4), 140-4.
• 3. Rabie ABM, Gu Y. Diagnostic criteria for pseudo class III
malocclusion. Am J Orthod Denthofac Ortho, 2000: 11: 1-9.
• 4. Agarwal, A; Mathur, R. Segmental orthodontics for the correction of
crossbites. International Journal of Clinical Pediatric Dentistry. 2001;
4(1). pp. 43-7
• 5. Biradar A, Prakash GS, Manohar MR. Early correction of developing
anterior crossbite with modified essix appliance. Indian J Orth Society.
2012; 46 (3). pp. 159-61
• 6. Prakash P, Durgesh BH. Anterior crossbite correction in early mixed
dentition using catlan’s appliance: A Case Report. ISRN Dent. 2011. pp.
1-5
24. • 7. Proffit WR, Fields HW. Contemporary orthodontics. 4th edition. St.
Louis, USA: Mosby Inc. 2007. pp. 93
• 8. Kuswandari S, Nishino M, Kenji A, Yoko A. Mixed dentition space
analysis for Indonesian javanese children. Pediatric Dent Journal. 2006; 1
(16). pp. 74-83
• 9. Rahardjo P. Peranti ortodonti lepasan. Surabaya: Airlangga University
Press. 2009. Pp 2-59
• 10. Skeggs RM, Sandler PJ. Rapid correction of anterior crossbite using a
fixed app;iance: A Case Report. Dental Update. 2009; 29 (60): 299-302
• 11. Bayrak S, Tunc ES. Treatment of anterior dental crossbite using
bonded-composite slopes: Case Report. Eur J Orth. 2008; 2: 303-7
• 12. Dwijendra KS, Doifode D dan Nagfal D. Treatment pption for a “Peg
lateral” in crossbite: A Case Report. IJCD. 2011; 2(2): 25-7